• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH DAN GEOGEBRA DI SMA FREE METHODIST MEDAN. TESIS. MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH DAN GEOGEBRA DI SMA FREE METHODIST MEDAN. TESIS. MEDAN."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH DAN GEOGEBRA DI SMA FREE METHODIST

MEDAN

TESIS

Diajukan UntukMemenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH :

ISMAIL HANIF BATUBARA NIM. 8136172043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Ismail Hanif. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Matematik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph dan Geogebra di SMA Free Methodist Medan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. 2015

Kata Kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Autograph dan Geogebra, Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Matematik.

(7)

ABSTRACT

Ismail Hanif Batubara. The Increasing of Concept Understanding and Mathematical Critical thinking Ability Through Problem-Based Learning Model Assisted Autograph and Geogebra in SMA Free Methodist Medan. Thesis. Medan: Mathematics Education Study Program Graduate University of Medan. 2015

Keywords: Problem Based Learning Model Assisted Autograph and Geogebra, Concept Understanding, and Critical Thinking.

(8)

iii

KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا ه مسب

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Matematik Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph dan Geogebra di SMA Free Methodist Medan”. Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat.

Dengan selesainya tesis ini, maka sudah sepantasnya dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. karena atas izin

dan ridho-Nya lah tesis ini dapat terselesaikan serta dapat

dipertanggungjawabkan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak

yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung

maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT

memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan

penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf

Program Studi Pendidikan Matematika.

2. Bapak Dr. Kms. M. Amin Fauzi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan ibu

Dra. Ida Karnasih M.Sc.,Ed.,Ph.D selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu di sela-sela kesibukan untuk memberikan bimbingan,

arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Sahat saragih, M.Pd dan

Bapak Dr. Edy Surya, M.Sc selaku Narasumber yang telah banyak

memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

(9)

yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis

menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi

pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan tesis

ini.

6. Bapak Kepala Sekolah SMA Free Methodist Medan beserta guru bidang studi

matematika yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian lapangan.

7. Ayahanda Almarhum Sairun Batubara, Ibunda Masniah Nasution, Abanganda

Kakanda Dina Rahayu Batubara, Isma Hera Batubara, Abanganda Ahmad

widya Sasmita Batubara, Rahman Hamidi Batubara, Muhammad Ali Riadi

Batubara, Adinda Syahril Humami Batubara dan Nurlaila Hayati Batubara,

beserta keluarga besar yang senantiasa telah memberikan rasa kasih sayang,

perhatian dan dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah, dalam

perkuliahaan hingga menyelesaikan pendidikan ini.

8. Nicko Waniako, Nurainun beserta seluruh teman-teman Mahasiswa Prodi

Matematika angkatan XXII kelas B-executive dan semua pihak yang telah

banyak membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Seluruh mahasiswa yang telah memberikan perhatian yang sangat besar untuk

penyelesaian penulisan tesis ini.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta

saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya dalam pendidikan

matematika. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus

dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, 02 Agustus 2015

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 32

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 87

Tabel 3.2. Keterkaitan Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 88

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa 90

Tabel 3.4. Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik ... 91

Tabel 3.5. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 92

Tabel 3.6. Kriteria Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis ... 93

Tabel 3.7. Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Matematika Siswa ... 94

Tabel 3.8. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 95

Tabel 3.9. Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik .. 96

Tabel 3.10. Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 96

Tabel 3.11. Interpretasi Koefisien korelasi Validitas ……… ... 98

Tabel 3.12. Interpretasi Koefisien korelasi Reliabilitas ……… ... 99

Tabel 3.13. Klasifikasi Daya Pembeda ……… ... 100

Tabel 3.14. Klasifikasi Tingkat Kesukaran ………. ... 101

Tabel 3. 15. Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji dan Uji Statistik ... 103

Tabel 4.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 112

Tabel 4.2. Saran dari Validator dan Perbaikannya Terhadap RPP dan LAS ... 113

Tabel 4.3. Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 114

Tabel 4.4. Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 114

Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Validitas dan Reliabilitas KPK dan BK ... 117

Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Tes KPK dan BK ... 118

Tabel 4.7. Analisis Daya Pembeda Tes KPK dan BK ... 118

Tabel 4.8. Deskripsi KAM Siswa Tiap Kelas ... 119

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Nilai KAM Siswa ... 120

Tabel 4.10. Hasil Uji Homogenitas KAM Siswa ... 121

Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Hasil KAM Siswa ... 123

Tabel 4.12. Sebaran Sampel Penelitian ... 124

(11)

Tabel 4.14. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Eksperimen II ... 126

Tabel 4.15. Rekapitulasi Hasil Pretest ... 128

Tabel 4.16. Rekapitulasi Hasil Postest ... 128

Tabel 4.17. Hasil N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Kedua Kelas ... 129

Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas N-Gain Pemahaman Konsep ... 131

Tabel 4.19. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Pemahaman konsep ... 132

Tabel 4.20. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis eksperimen I ... 133

Tabel 4.21. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis eksperimen II ... 134

Tabel 4.22. Rekapitulasi Hasil Pretest BK ... 136

Tabel 4.23. Rekapitulasi Hasil Postest BK ... 136

Tabel 4.24. Hasil N-Gain Kemampuan BK Matematik Kedua Kelas ... 137

Tabel 4.25. Hasil Uji Normalitas N-Gain Kedua Kelas ... 138

Tabel 4.26. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kedua Kelas ... 139

Tabel 4.27. Hasil Uji-t Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik ... 141

Tabel 4.28. Hasil Uji-t Kemampuan Berpikir Kritis Matematik ... 142

Tabel 4.29. Hasil Uji Anava Berdasarkan Kategori KAM ... 143

Tabel 4.30. Hasil uji Anava Berdasarkan Pembelajaran dan Kategori KAM ... 146

Tabel 4.31. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 149

Tabel 4.32. Rata-rata Setiap Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep ... 150

Tabel 4.33. Kriteria Langkah-langkah Jawaban siswa Kedua Kelas ... 164

Tabel 4.34. Rata-rata Setiap Indikator Kemampuan BK Matematik ... 165

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Salah Satu Jawaban Siswa pada Materi Integral ... 7

Gambar 2.1. Rumus Integral Taktentu ... 50

Gambar 2.2. Rumus Integral Taktentu Dari Fungsi trigonometri ... 50

Gambar 2.3. Rumus Integral Taktentu Dari Fungsi trigonometri Dalam (ax+b) 51

Gambar 2.4. Luas Daerah Dibidang Datar Dengan Persegi ... 51

Gambar 2.5. Luas Daerah Dibidang Datar Dengan Persegi Panjang ... 52

Gambar 2.6. Luas Daerah Dengan Pendekatan Limit ... 53

Gambar 2.7. Luas Daerah Dari y = (x-1)2 ... 54

Gambar 2.16. Perintah Pada Menu Equation Autograph ... 64

Gambar 2.17. Perintah Pada Menu Objek Autograph ... 64

Gambar 2.18. Membuka Aplikasi Pada Menu autograph ... 65

(13)

Gambar 2.30. Tampilan Mengubah Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Indonesia . 72

Gambar 2.31. Tampilan Geogebra Dalam Bahasa Indonesia ... 72

Gambar 2.32. Toolbar Geogebra ... 73

Gambar 2.33. Grafik f (x) = x + 2 ... 74

Gambar 2.34. Grafik Integral dari f (x) = x + 2 ... 74

Gambar 2.35. Grafik Luas Daerah Dari f (x) = x2, untuk x = 1, x = 2 ... 75

Gambar 2.36. Grafik Luas Daerah Dari f (x) = 3x dan f (x) = x ... 76

Gambar 2.37. Prosedur Penelitian Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 80

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian ... 110

Gambar 4.1. Diagram Batang Tes Kemampuan pemahaman Konsep Eks I... 125

Gambar 4.2. Diagram Batang Tes Kemampuan pemahaman Konsep Eks II... 127

Gambar 4.3. Diagram Batang N-Gain Pemahaman Konsep Kedua Kelas ... 129

Gambar 4.4. Diagram Batang Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Eks I. 133

Gambar 4.5. Diagram Batang Tes Kemampuan BK Matematik Eks II... 135

Gambar 4.6. Diagram Batang N-Gain Kemampuan BK Kedua Kelas... 137

Gambar 4.7. Tidak Terdapat Interaksi Pembelajaran dan KAM Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik... 144

Gambar 4.8. Tidak Terdapat Interaksi Pembelajaran dan KAM Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik... ... . 147

Gambar 4.9. Rata-rata Pretest, Postest, dan Gain Setiap Aspek Pemahaman K... 152

Gambar 4.10. Langkah-langkah Penyelesaian Jawaban Pemahaman Konsep kelas Eksperimen I dan II Nomor 1 ... ... 153

Gambar 4.11. Langkah-langkah Penyelesaian Jawaban Pemahaman Konsep kelas Eksperimen I dan II Nomor 2 ... ... 156

Gambar 4.12. Langkah-langkah Penyelesaian Jawaban Pemahaman Konsep kelas Eksperimen I dan II Nomor 3 ... 158

Gambar 4.13. Langkah-langkah Penyelesaian Jawaban Pemahaman Konsep kelas Eksperimen I dan II Nomor 4 ... ... 161

Gambar 4.14. Rata-rata Pretest, Postest, dan N-Gain Berpikir Kritis... 167

Gambar 4.15. Grafik Kurva f(x) = 2x-4 ... 168

(14)

xii

Gambar 4.17. Langkah-langkah Penyelesaian Jawaban Berpikir Kritis kelas

Eksperimen I dan II Nomor 2 ... 171

Gambar 4.18. Langkah-langkah Penyelesaian Jawaban Berpikir Kritis kelas

Eksperimen I dan II Nomor 3 ... 174

Gambar 4.19. Langkah-langkah Penyelesaian Jawaban Berpikir Kritis kelas

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 198

A2. Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 199

A3. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 201

A4. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 204

A5. Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 205

A6. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 208

A7. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik .. 211

A8. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 212

LAMPIRAN B B1. RPP Model Pembelajaran Berbasis Masalah Kelas Experimen I ... 213

B2. RPP Model Pembelajaran Berbasis Masalah Kelas Experimen II ... 218

B3. RPP Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph ... 223

B4. RPP Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Geogebra ... 231

B5. LAS Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 238

B6. LAS Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph ... 244

B7. LAS Model Pembelajaran Berbasis Masalah Kelas Berbantuan Geogebra 253

LAMPIRAN C C1. Laporan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 261

C2. Laporan Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian 270 LAMPIRAN D D1. Nilai KAM Siswa Eksperimen I ... 287

D2. Nilai KAM Siswa Eksperimen II ... 288

D3. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Kelas Eksperimen I dan II ... 290

LAMPIRAN E E1. Skor Pretest, Postest, dan N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Matematik Siswa Kelas Eksperimen I ... 294

E2. Skor Pretest, Postest, dan N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Matematik Siswa Kelas Eksperimen II ... 295

(16)

xiv

Eksperimen I dan II ... 296

E4. Uji Normalitas dan Homogenitas N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen I dan II ... 297

E5. Deskripsi Hasil N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Kelas Eksperimen I dan II ... 299

E6. Uji Normalitas dan Homogenitas N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen I dan II ... 300

LAMPIRAN F F1. Uji Hipotesis Pertama ... 302

F2. Uji Hipotesis Kedua ... 303

F3. Uji Hipotesis Ketiga ... 304

F4. Uji Hipotesis Keempat ... 306

LAMPIRAN G G1. Daftar Nama-Nama Siswa Kelas Eksperimen I dan II ... 308

LAMPIRAN H H1. Jadwal Penelitian ... 309

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau

perkembangan pendidikan khususnya pendidikan matematika adalah hal yang

memang seharusnya terjadi dan sejalan dengan perubahan budaya kehidupan

sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Soedjadi (1991:33-34) mengemukakan bahwa matematika tidak cukup lagi

hanya membekali siswa dengan keterampilan menyelesaikan soal-soal.

Pendidikan matematika harus diarahkan kepada menumbuhkembangkan

kemampuan yang transferabel dalam kehidupan peserta didik kelak.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang

adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang

dihadapinya. Konsep pendidikan tersebut semakin terasa pentingnya ketika

seseorang harus memasuki dunia kerja dalam lingkungan masyarakat, karena yang

bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk

menghadapi problema dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan

datang.

Salah satu pembelajaran yang dipelajari di sekolah dan mempunyai

peranan penting dalam kehidupan sehari-hari adalah matematika. Berbagai cabang

(18)

2

semua ilmu pengetahuan modern dewasa ini. Matematika kemudian berkembang

menjadi dua bagian, pertama adalah matematika murni atau matematika sains

yang diperuntukkan untuk matematika itu sendiri sebagai suatu cabang ilmu

pengetahuan yang akan terus berkembang. Kedua adalah matematika terapan,

dimana cabang-cabang ilmu lainnya mengadopsi matematika yang dikembangkan

oleh matematika murni untuk dapat digunakan pada cabang-cabang ilmu tersebut.

Matematika dengan berbagai peranannya menjadikannya sebagai ilmu

yang sangat penting, dan salah satu peranan matematika adalah sebagai alat

berpikir untuk mengantarkan peserta didik memahami konsep matematika yang

sedang dipelajarinya. Kemampuan pemahaman matematis serta berpikir kritis

sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menarik sebuah kesimpulan sehingga seorang

siswa mampu menyelesaikan persoalan-persoalan matematika.

Pentingnya pemahaman konsep ini dijelaskan oleh purwanto (1995 :35)

yang mengungkapkan bahwa pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang

mengharapkan peserta didik mampu memahami konsep, situasi, dan fakta yang

diketahui, serta dapat menjelaskan dengan kata-kata sendiri. Hal senada juga

dikatakan oleh Sanjaya (2006: 36) menjelaskan bahwa pemahaman konsep adalah

kemampuan peserta didik yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran,

dimana peserta didik tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep

yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang

mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan

konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

Dari kedua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman

(19)

3

mengingat sejumlah konsep yang dipelajari. Sehingga siswa mampu

mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti sehingga siswa

tersebut mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Meskipun demikian mengembangkan kemampuan pemahaman konsep

terhadap peserta didik sering kali diabaikan oleh seorang pendidik sehingga

pemahaman konsep peserta didik akhirnya sangat rendah yang akhirnya tujuan

pembelajaran matematika itu sendiri tidak tercapai. Adapun tujuan pembelajaran

matematika dan Standar kompetensi matematika (Departemen Pendidikan

Nasional, 2006) adalah :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

(20)

4

Tujuan pembelajaran matematika di atas beserta standar-standar

kompetensi tersebut seyogianya harus benar-benar dapat dicapai oleh seorang

peserta didik sebagai awal persiapan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih

tinggi serta meraih tujuan-tujuan pendidikan yang ada di sekolah. Pada tingkat

sekolah, timbulnya permasalahan dalam pengajaran matematika dapat disebabkan

dari internal siswa yang tidak menyukai matematika maupun yang disebabkan

oleh guru matematika itu sendiri.

Kurang sukanya siswa terhadap matematika jika dilihat dari individu siswa

itu sendiri dapat disebabkan karena banyak faktor seperti kecerdasan, minat,

cita-cita hingga latar belakang keluarga dan lingkungan dimana siswa lebih banyak

menghabiskan waktunya di luar dari pada di sekolah. Sedangkan jika dilihat dari

guru yang mengajarkan matematika, ketidak sukaan siswa terhadap matematika

bisa dikarenakan gaya guru mengajar yang kurang menarik, metode mengajar

guru yang monoton hingga pada pribadi guru yang kurang menyentuh hati siswa.

Dari pengalaman peneliti sebagai guru matematika di sekolah, peneliti

banyak mendapatkan masukan maupun keluhan dari siswa. Baik keluhan yang

mengatakan matematika sebagai pelajaran yang sulit mereka mengerti dan

pahami, maupun pengakuan lugu mereka yang mengatakan bahwa mereka tidak

suka matematika. Matematika juga pelajaran yang tidak relevan terhadap

kehidupan keseharian mereka, tidak berminat bahkan sangat menghindari

pelajaran matematika ketika di sekolah dan bahkan setelah di sekolah, hingga

pada trauma mereka terhadap guru matematika di sekolah yang menurut mereka

(21)

5

Ketidaksukaan siswa tersebut terhadap matematika merupakan salah satu

faktor yang membuat mereka tidak bisa menyelesaikan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari, tidak tanggap terhadap sebuah permasalahan bahkan sering

tidak kritis terhadap sebuah persoalan. Padahal dalam menyelesaikan

permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari berpikir kritis sangatlah

penting.

Desmita (2005: 161), menjelaskan bahwa pemikiran kritis (critical

thinking) merupakan pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan

dan perspektif yang berbeda, menganalisis permasalahan sampai ketingkat terkecil

(tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai

sumber baik lisan maupun tulisan), dan berpikir secara reflektif dan evaluatif. Hal

senada juga dikatakan oleh Cabera (dalam Husnidar, 2014:72) menjelaskan bahwa

penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan sebagai tujuan

pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang memungkinkan

peserta didik untuk mengatasi berbagai permasalahan masa mendatang di

lingkungannya. Dari pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

proses pembelajaran, pendidik tidak boleh mengabaikan penguasaan kemampuan

berpikir kritis siswa.

Namun kenyataan di lapangan proses pembelajaran matematika yang

dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan guru sebagai pengembang

strategi pembelajaran di kelas. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar

matematika, khususnya dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan

(22)

6

(1993) bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada

umumnya belum memuaskan. Kesulitan yang dialami siswa paling banyak terjadi

pada tahap melaksanakan perhitungan dan memeriksa hasil perhitungan.

Sehubungan dengan itu, dalam penelitian Ammy (2013:114) mengungkapkan

bahwa: perolehan skor pretest untuk kemampuan pemahaman konsep pada kelas kontrol hanya 13,33 % , atau hanya 4 orang yang tuntas dari 30 siswa.

Dari hasil survey peneliti (tanggal 25 Februari 2015) berupa pemberian tes

diagnosis kepada siswa SMA Free Methodist 2 menunjukkan bahwa 83,33% dari

jumlah siswa kesulitan menggambarkan kurva dari sebuah integral, dan 10 % dari

jumlah siswa tidak paham sama sekali dengan permasalahan yang ada dalam soal.

Kurangnya pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari

contoh soal dalam menentukan integral-integral tak tentu dan integral tentu,

menghitung integral Riemann dan menggambarkan grafiknya, menentukan luas

daerah di bawah sebuah kurva dengan batas a dan b, serta menentukan luas

daerah di bawah beberapa kurva.

Sebagai contoh dalam menentukan luas daerah serta menggambarkan luas

daerah tertutup yang dinyatakan oleh integral tentu

x dx 2

1 2

banyak siswa

mengalami kesulitan menyelesaikan soal tersebut. Salah seorang jawaban dari

(23)

7

Gambar 1. 1 Jawaban seorang siswa

Dari jawaban siswa di atas, membuktikan bahwa siswa tersebut masih

bingung dalam menggambarkan integral Riemann dari

x dx 2

1 2

. Hasilnya juga

masih kurang tepat begitu juga dengan kurva yang digambarkan. Keadaan ini juga

terjadi pada siswa lainnya yang tidak mungkin dituliskan satu persatu. Fakta

tersebut juga membuktikan bahwa siswa tersebut masih kurang memahami

konsep dasar matematika integral dan rendahnya kemampuan berpikir kritis yang

dimiliki siswa, sehingga siswa tersebut tidak mampu menemukan sendiri jawaban

yang benar serta tidak mampu menemukan konsep materinya dan membuat

pembelajaran menjadi tidak bermakna.

Hingga saat ini, pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan

pemahaman dan berpikir kritis dalam memecahkan masalah belum begitu

membudaya di kelas. Kebanyakan siswa terbiasa melakukan kegiatan belajar

berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan pemahaman dan keterampilan

(24)

8

pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang di dalamnya termasuk teori belajar

konstruktivis. Menurut teori konstruktivis pemahaman dan berpikir kritis dalam

memecahkan masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri,

menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan yang ada. Dalam hal

ini, secara spontanitas siswa akan mencocokkan pengetahuan yang baru dengan

pengetahuan yang dimilikinya kemudian membangun kembali aturan

pengetahuannya jika terdapat aturan yang tidak sesuai.

Menurut Slavin (1994), pemberian keterampilan berpikir kritis dan

pemecahan masalah kepada peserta didik memerlukan bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, terutama orang tua, teman sejawat, maupun guru. Selain itu,

pemberian keterampilan berpikir dan memecahkan masalah ke peserta didik

memerlukan sarana. Menurut Dewey (dalam Slavin, 1994), sarana yang memadai

untuk melatih keterampilan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik

adalah lembaga pendidikan seperti sekolah. Oleh karena itu disimpulkan bahwa

sekolah merupakan cermin dari masyarakat luas dan merupakan laboratorium

pemecahan masalah dari bentuk kehidupan nyata.

Di Indonesia, pengajaran keterampilan berpikir kritis dalam meningkatkan

kemampuan pemahaman matematis memiliki beberapa kendala. Salah satunya

adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau

sumber ilmu, sehingga siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan

diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik

namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang

lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan

(25)

9

adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang

masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan pemahaman

matematis dan kemampuan berpikir kritis siswa, salah satunya adalah

ketidaktepatan dan kurang bervariasi dalam penggunaan model pembelajaran dan

media pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Selain itu pembelajaran

matematika di kelas belum bermakna, bersusun dan tidak menekankan pada

pemahaman siswa, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah.

Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model

pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi guru. Pola

pembelajaran seperti itu harus diubah dengan cara menggiring peserta didik

mengkontruksikan ilmunya sendiri dan menemukan konsep-konsep secara

mandiri.

Untuk mengantisipasi masalah di atas, guru dituntut mencari dan

menemukan suatu cara yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.

Pengertian ini mengandung makna bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan

suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan,

mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri.

Dengan kata lain diharapkan kiranya guru mampu meningkatkan kemampuan

pemahaman matematis, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan siswa

memecahkan masalah dalam belajar matematika.

Menurut Mariono (Dalam Lestari, Sri. 2010 : 7) menjelaskan bahwa

kemampuan memecahkan masalah adalah tujuan umum dalam pengajaran

(26)

10

kemampuan memecahkan masalah hendaknya diberikan, dilatihkan, dan

dibiasakan kepada siswa sedini mungkin, dengan membuat soal-soal atau

pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing berpikir kritis siswa, sehingga

permasalahan yang ada dapat dipecahkan oleh siswa.

Bagi seorang guru, dalam mengajar matematika tidak cukup hanya

mengandalkan penguasaan materi. Diperlukan strategi dan metode pembelajaran

yang tepat agar siswa merasa senang dan bersemangat belajar matematika,

sehingga siswa dapat meraih prestasi tinggi. Dalam proses pembelajaran di dalam

kelas, siswa juga belum terlibat secara aktif, banyak siswa yang sering mengantuk

saat pembelajaran, tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan, malas mencatat,

suka melamun dan kurangnya intensitas bertanya siswa serta berbagai aktivitas

lain yang menunjukkan bahwa motivasi, kemampuan pemahaman matematis dan

kemampuan berpikir kritis siswa dalam belajar matematika masih rendah

khususnya pada pembelajaran matematika integral.

Kenyataan serupa juga terjadi di SMA Free Methodist 2 , yaitu masih

banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi para siswa dalam

mempelajari matematika integral. Dalam pembelajaran ini, mereka sangat

kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan karena begitu banyak

rumus-rumus yang harus dikuasai oleh siswa. Hal ini didasarkan pada hasil

wawancara kepada salah satu guru bidang studi matematika di sekolah SMA Free

Methodist 2 pada tanggal 25 Februari 2015, yang menyatakan bahwa guru masih

menerapkan pembelajaran konvensional, sehingga kemampuan berpikir kritis

siswa sangat minim sehingga mengakibatkan pemahaman konsep siswa terhadap

(27)

11

% siswa mendapatkan nilai matematika di bawah nilai 60 dari hasil ujian formatif

yang dilaksanakan setiap bulan. sehingga siswa yang mendapatkan nilai dibawah

KKM tersebut harus melakukan remedial berkali-kali untuk mendapatkan nilai

standart KKM (65).

Atas alasan inilah penelitian ini sangat perlu dilakukan di sekolah tersebut,

agar ada bahan masukan dan pertimbangan dalam menyikapi kejenuhan dan

keterbatasan siswa saat belajar matematika integral, sehingga pola berpikirnya

dapat dikembangkan. Penelitian ini juga akan dapat terlaksana dengan baik,

karena didukung oleh laboratorium yang sangat memadai serta sarana belajar

siswa yang sebagian besar sudah memiliki laptop sendiri.

Penerapan model pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) merupakan salah

satu dari solusi banyaknya permasalahan – permasalahan yang muncul di atas.

Bantuan ICT seperti software Autograph dan Geogebra juga dapat menarik minat

siswa terhadap pembelajaran matematika yang selama ini mereka anggap

membosankan. Berdasarkan permasalahan di atas, serta beberapa solusi yang

disebutkan sebelumnya peneliti mencoba untuk menggabungkan model

pembelajaran berbasis masalah, dengan media teknologi komputer (Autograph

dan Geogebra), untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Model PBL ini sangat baik apabila dipadukan dengan media teknologi

terutama pada penggunaan Autograph dan Geogebra, karena hal ini dapat membantu mengembangkan daya kreativitas dan meningkatkan kemampuan

berpikir siswa melalui investigasi yang mereka lakukan sehingga pemahaman

(28)

12

Autograph maupun Geogebra diharapkan bisa menghadirkan bentuk gambar atau animasi yang lebih menarik dan berkesan, sehingga pembelajaran

bisa dirasakan siswa lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Selain itu

media pembelajaran bisa mempercepat proses pembelajaran.

Permasalahan serta solusi di atas adalah hal yang membangkitkan

semangat penulis untuk melakukan penelitian tersebut. Yakni untuk memberikan

angin segar dalam pembelajaran matematika terutama pada materi integral.

Dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang sesuai dengan

kebutuhan dan sumber daya yang ada, serta berpandangan pada perkembangan

teknologi dan tuntutan era globalisasi, penerapan model PBL dengan

menggunakan Autograph dan Geogebra diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis siswa.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti

mengidentifikasi beberapa kemungkinan permasalahan yang berkaitan dengan

penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan implementasi teknologi

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis siswa.

Permasalahan tersebut meliputi:

1. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika tidak menyenangkan,

cenderung membencinya. Hal ini, dikarenakan banyaknya rumus-rumus

yang harus dihapal dan hitungan-hitungan yang harus diselesaikan oleh

siswa secara rutin setiap pembelajaran matematika berlangsung.

2. Proses belajar mengajar matematika kurang memberikan kesempatan

(29)

13

matematika, karena komunikasi dalam proses belajar terjadi hanya satu

arah dari guru ke siswa saja sehingga pembelajaran kurang bermakna

bagi siswa.

3. Kemampuan berpikir kritis siswa kurang terlatih, sehingga banyak

masalah pembelajaran matematika khususnya matematika integral tidak

terselesaikan oleh siswa.

4. Kurangnya pemahaman, serta kurang bervariasinya penggunaan

teknologi berbasis komputer dengan bantuan software-software matematika yang dilakukan guru di kelas dengan tujuan meningkatkan

kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis siswa.

5. Pembelajaran matematika yang kurang bermakna sehingga siswa sulit

mempelajari dan menggabungkan informasi yang baru dengan skema

pengetahuan yang telah ada.

6. Pembelajaran matematika kurang menarik perhatian siswa sehingga

minat dan motivasi belajar matematika siswa cenderung rendah

terhadap pelajaran matematika.

7. Metode mengajar yang dilakukan guru kurang bervariasi. Pembelajaran

matematika dilakukan berupa komunikasi verbal melalui penuturan

kata-kata oleh guru, sehingga siswa bosan dan guru kehabisan tenaga

8. Rendahnya kemampuan siswa dalam membandingkan dan

membedakan konsep-konsep yang ada dalam integral serta

menggambarkan grafik fungsi integral.

9. Guru belum sepenuhnya mengaplikasikan dan mengembangkan

(30)

14

mengajar, sehingga suasana proses belajar mengajar menjadi sangat

membosankan dan membuat siswa menjadi malas berpikir sehingga

mengakibatkan siswa tidak memahami apa yang dipelajarinya.

1.3. Batasan Masalah

Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan

pemahaman matematis dan berpikir kritis siswa dengan keterkaitannya terhadap

sikap dan aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah

dengan penggunaan Autograph dan Geogebra, maka perlu dilakukan pembatasan

masalah dengan mengingat keterbatasan dana, waktu dan kemampuan peneliti.

Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup lokasi penelitian, subyek penelitian,

waktu penelitian dan variabel penelitian.

Berkaitan dengan lokasi penelitian, penelitian ini terbatas pada sekolah

SMA Free Methodist 2 Medan dengan meneliti permasalahan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis siswa yang

masih rendah dan kurang terlatih, sehingga banyak masalah

pembelajaran matematika khususnya pada materi integral tidak

terselesaikan oleh siswa.

2. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika tidak menyenangkan, dan

cenderung membencinya.

3. Aktifitas siswa selama pembelajaran masih pasif, kurang merespon

pendapat temannya dan tidak peka terhadap masalah pembelajaran

(31)

15

4. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan

teknologi komputer, khususnya software Autograph dan Geogebra belum teraplikasi dengan baik saat proses pembelajaran berlangsung.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis

kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran model PBM dengan

menggunakan software Autograph lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan

model PBM dengan menggunakan software Geogebra ?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis kelompok siswa yang

memperoleh pembelajaran model PBM dengan menggunakan software Autograph lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan model PBM dengan

menggunakan software geogebra ?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah

berbantuan autograph dan geogebra dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa ?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah

berbantuan autograph dan geogebra dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis

(32)

16

5. Bagaimanakah proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan

soal-soal kemampuan pemahaman konsep matematis dan kemampuan

berpikir kritis pada model PBM berbantuan autograph dan geogebra ?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang

peningkatan hasil belajar matematika dengan menanamkan kesadaran individu

terhadap pentingnya penggunaan Autograph dan Geogebra dalam pembelajaran matematika integral. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran

melalui penerapan model PBL dengan menggunakan software Autograph dan Geogebra.

2. Untuk mengetahui peningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada

kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan

model PBL dengan menggunakan software Autograph dan Geogebra.

3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan

kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa.

4. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan

kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan

berpikir kritis siswa.

5. Untuk mengetahui proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa

(33)

17

1.6. Manfaat Penelitian

Secara rinci manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru tentang pembelajaran matematika

yang dilakukan dengan menggunakan Autograph dan Geogebra Sehingga pembelajaran dengan menggunakan software Autograph dan

Geogebra dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran matematika bagi usaha-usaha perbaikan proses pembelajaran.

2. Bahan masukan bagi guru dalam memilih dan menggunakan model

serta media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar

mengajar matematika khusunya pada materi integral.

3. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika bagaimana

mengevaluasi pembelajaran matematika yang dilakukan dengan

menggunakan Autograph dan Geogebra.

4. Sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah dan sebagainya untuk

lebih memfokuskan penyediaan sarana dan prasana pendukung

pembelajaran matematika. Sehingga guru lebih leluasa untuk

mengeluarkan kreatifitas mengajar dengan menggunakan model,

metode dan teknologi sebagai alat bantu yang telah tersedia.

(34)

18

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan

dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan

istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan mengacu

pada lima langkah pokok, yaitu: (1) orientasi siswa pada masalah, (2)

mengorganisir siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok, (4) mengembangkan dan manyajikan hasil karya dan (5)

menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Media software Autograph yang digunakan dalam penelitian ini adalah software Autograph versi 3.3 buatan Douglas Butler level advance, dan Geogebra 4,2 buatan Markus Hohenwarter dan bekerja dilembar kerja 2 (dua) dimensi.

3. Kemampuan Pemahaman Konsep matematis dalam penelitian ini adalah (1)

Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu

konsep (2) Membuat contoh dengan menggambarkan grafik serta menentukan

luasnya. (3) Kemampuan menggunakan konsep untuk menyelesaikan soal

dengan tepat dari gambar yang diberikan.

4. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa

dalam hal (1) Fokus , (2) Alasan (memformulasikan argument disertai dengan

bukti)dan (3) (Overview) Pemeriksaan secara keseluruhan untuk menarik

kesimpulan disertai bukti dan alasan serta menentukan gambar yang benar.

5. Pembelajaran matematika merupakan transfer ilmu dari pendidik kepada

(35)

19

sehingga peserta didik aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau

membangun sendiri pengetahuannya.

6. Belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku relatif konstan dan berbekas

pada diri seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan.

7. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan / bimbingan kepada peserta

didik dalam lingkungan yang sudah diorganisasikan sehingga peserta didik

mampu mendapatkan, mengubah, atau mengembangkan keterampilan, sikap

(attitude), cita-cita (aspiration), pengetahuan (knowledge) dan penghargaan

(appreciation).

8. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dijadikan sebagai alat,

perantara atau pengantar pesan yang dapat menyajikan informasi serta

merangsang siswa untuk belajar.

9. Aktivitas aktif siswa adalah keterlibatan siswa dan guru, siswa dan siswa

dalam model pembelajaran berbasis masalah yang diamati dengan instrumen

lembar pengamatan aktivitas aktif siswa. Kadar aktivitas aktif siswa adalah

seberapa besar persentase waktu yang digunakan siswa dalam pembelajaran.

10. Variabel penyerta dalam penelitian ini adalah kemampuan awal siswa yang

diukur melalui pretest.

11. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan siswa menguasai materi

(36)

192 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analsis data dari lapangan tentang peningkatan

kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis matematis melalui

model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dan geogebra, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas petanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah, diataranya:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan

melalui pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih tinggi

dari pada yang diajarkan melalui pembelajaran berbasis masalah

berbantuan geogebra.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang diajarkan

melalui pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih tinggi

dari pada yang diajarkan melalui pembelajaran berbasis masalah

berbantuan geogebra.

3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan

awal siswa terhadap kemampuan pemahaman konsep matematik siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan

awal siswa terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

5. Proses penyelesaian jawaban siswa melalui pembelajaran berbasis masalah

(37)

193

jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan pemahaman konsep dan

berpikir kritis matematik siswa.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pembelajaran

pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dan geogebra, memberikan beberapa hal untuk perbaikan kedepannya. Untuk itu peneliti

menyarankan kepada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan

hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Guru

a. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis

matematis siswa guru dapat menggunakan pembelajaran berbasis masalah

berbantuan autograph dan geogebra terutama pada materi integral.

b. Guru diharapkan perlu menambah wawasan tentang teori-teori pembelajaran

yang lain (pembelajaran yang inovatif), dan dapat menerapkannya dalam

pembelajaran.

c. Guru diharapkan perlu menambah wawasan tentang indikator-indikator

kemampuan pemahaman konsep khususnya pada indikator menggunakan,

memanfaatkan dan memilih prosedur untuk menyelesaikan soal dengan tepat

dari gambar yang diberikan.

d. Guru diharapkan perlu menambah wawasan tentang indikator-indikator

kemampuan berpikir kritis khususnya pada indikator overview yakni memeriksa secara keseluruhan sehingga siswa dapat menarik kesimpulan

(38)

194

e. Dalam setiap pembelajaran guru harus menciptakan suasana belajar

yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan

gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri,

sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani

berargumentasi, lebih percaya diri, dan kreatif.

f. Untuk mempermudah siswa dalam menggambarkan grafik integral

dibawah sebuah kurva atau beberapa kurva, guru dapat menggunakan

software autograph atau geogebra untuk mendapatkan gambar yang lebih bagus dan menarik.

g. Untuk mempercepat perhitungan siswa dalam menentukan luas

daerah di bawah sebuah kurva atau beberapa kurva, guru dapat

menggunakan software autograph atau geogebra sebagai salah satu solusinya.

2. Kepada Peneliti Lanjutan

1. Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian tentang

pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph atau Geogebra pada pokok bahasan yang berbeda.

2. Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian tentang

pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan yang sama (integral)

dengan menggunakan software yang berbeda.

3. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi

dengan melakukan penelitian aspek-aspek kemampuan matematik yang lain

secara lebih terperinci dan melakukan penelitian di tingkat sekolah yang

(39)

195

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. (2007). Memahami Berpikir Kritis. Tersedia di: http://researchengines.com/1007arief3.html, Diakses: 22 Oktober 2014.

Ahmad, Zainal Arifin. 2012. Perencanaan Pembelajaran dari Desain sampai Implementasi. Pedagogia: Jogyakarta.

Afriati, V. 2011. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematika Siswa dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograph. Jurnal Paradikma, 5(1&2).

Ammy, maisyaroh Putri. (2013). Perbedaan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik Antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) Dengan Pembelajaran Langsung. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Unimed Medan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

_________________. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi 2. Jakarta : Bumi Aksara.

_________________. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Cetakan 7. Jakarta : Bumi Aksara.

Arifah. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Pascasarja Universitas Negeri Padang.

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres

Bonnie dan Potts. (2003). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical Assesment, Research & Evaluation. Tersedia: http : //edresearch.org/pare/getvn.asp?v=4&n=3. Diakses 17 Oktober 2014.

Cotton K. 2008. Mathematical Communication, Conceptual Understanding, and Students' Attitudes Toward Mathematics. Department of Mathematics University of Nebraska-Lincoln

Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.

Depdikbud (1995). “Garis-garis besar program pengajaran (GPPP) mata pelajaran matematika”. Jakarta: Depdikbud.

(40)

196

Balitbang Depdiknas.

Ennis, Robert H. (1996). Critical Thinking. New York: United States of America

Fauzi, Kms. Muhammad Amin.(2014). Pendekatan metakognitif dalam Pengkonstruksian kemandirian belajar dan Kebiasaan berpikir matematis siswa.Digilib UNIMED, Diakses 26 November 2014.

Fatkoer Rohman,Moch.Panduan Penggunaan Geogebra Software Alat Bantu Pembelajaran Matematika.Tersedia : http//www.mathzone.web.id, Diakses 24 Oktober 2014.

Gredler, E. Margareth. (2011) . Learning and Instruction Teori Dan Aplikasi. Edisi Keenam, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Hamalik, Oemar. ((2010). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah, A & Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Pres.

Hasanah, Aan. (2004). Tesis. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melaui Pembelajaran Berbasis Masalah yang Menekankan pada Representasi Matematik. Bandung: Pendidikan Matematika UPI.

Hassoubah, Izhab Zaleha. (2007). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung : Nuansa.

Husnidar. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Didaktik Matematika. Vol. 1, No. 1, April 2014, hal. 71-82. Iskandar A, Burhan. 2012. Peningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan

Komunikasi Matematika Siswa SD Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Prosiding: Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 10 November 2012 . (http://eprints.uny.ac.id).

Karnasih, Ida. (2008). Paper Presentated in International Workshop: ICT for Teaching and Learning Mathematics. Medan: UNIMED. (In Collaboration Between UNIMED and QED Education Kuala Lumpur. Malaysia. 23-24 May 2008).

(41)

197

Lestari, Sri. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan Software Autograph. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Unimed Medan.

Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing, (http://p4tkmatematika.org/downloads/ppp/ PPP Penemuan-terbimbing.pdf. Diakses 23 November 2014.

Nasution, S. (2000). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.

__________. (2011). Teknologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: USA. Tersedia di : http://www.nctm.org/uploadedFiles/Math_Standards/12752_exec_pssm.pd f. Diakses 20 Oktober 2014.

Nila K. 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008.

Riyanto, Y. 2009. Paragdima baru pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Kencana: Jakarta

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

Rusman, dkk. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

____________. (2012). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sadiman, dkk. (1986). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, Dan Pemanfaatannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sani, Abdullah Ridwan. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

(42)

198

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Sukiman. (1997). Teori Pembelajaran Dalam Pandangan Kontruktivisme dalam Pembelajaran dan Pendidikan Islam . Digilib Uin. Diakses 21 November 2014.

_______. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Jogyakarta: Pedagogia

Sukmadinata, N S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumarmo, U. (2005). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika Desember 2006 FMIPA UPI Bandung. (Online). Tersedia: yudhaanggara 147.files.wordpress.com/2011/12/mklh-ketbaca-mar-nov-06-new.pdf. Diakses 03 Desember 2013.

Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suyanto & Jihad, Asep. 2013. Menjadi Guru Profesional. Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Esensi Erlangga Group

Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi. Rosda: Bandung.

Tim PPPG Matematika. (2005). Materi Pembinaan Matematika SMP di Daerah Tahun 2005. Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika

Trianto. (2011). Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Cetakan ke 4, Jakarta : Kencana.

Uno, H. B. 2010. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Wena, Made. (2014). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 4.17. Langkah-langkah Penyelesaian Jawaban Berpikir Kritis kelas
Gambar 1. 1 Jawaban seorang siswa
gambar atau animasi yang lebih menarik dan berkesan, sehingga pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah.. Oleh

 Model conditional demand : 10 persen kenaikan harga menurunkan 4,7 persen bungkus rokok yang dikonsumsi. CHEPS FKMUI, 15

4.1.1 Hasil Penelitian tentang Kemampuan Representasi Matematis

Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil analisis kekuatan konstruksi pelat berpenegar pada setiap variasi profil penegar, penulis melakukan penelitian dengan judul “

law’ terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu,

We discuss the existence of combined dark and antidark soliton forms or combined solitons in the generalized coupled mode equations of a nonlinear optical Bragg grating.

(3) Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan lemahnya keefektivan komunikasi petani dalam pengembangan peran kelembagaan agropolitan adalah karakteristik petani responden:

Kelompok Kerja II Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Pontianak.