• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Interaksi Kinerja Ekonomi Dengan Kemiskinan Di Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Interaksi Kinerja Ekonomi Dengan Kemiskinan Di Kabupaten Dairi"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INTERAKSI KINERJA EKONOMI DENGAN

KEMISKINAN DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Oleh

RAMADHAYANI BRAMPU

087018033/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

(2)

ANALISIS INTERAKSI KINERJA EKONOMI DENGAN

KEMISKINAN DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAMADHAYANI BRAMPU

087018033/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS INTERAKSI KINERJA EKONOMI DENGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAIRI

Nama Mahasiswa : Ramadhayani Brampu Nomor Pokok : 087018033

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si) (Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, SE, M.Si Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 10 Februari 2011 Penulis,

(6)

ANALISIS INTERAKSI KINERJA EKONOMI DENGAN

KEMISKINAN DI KABUPATEN DAIRI

Ramadhayani Brampu, Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, dan Dr. Rahmanta, M.Si

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi PDRB, inflasi dan pengangguran, terhadap kemiskinan di Kabupaten Dairi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dairi dan BPS Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data tahunan dalam kurun waktu 1986-2008.

Metode analisis yang dipergunakan adalah metode Vector Autoregression

(VAR), dengan terlebih dahulu menggunakan uji unit root dan kointegrasi dan pada akhirnya akan menghasilkan Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain dari kemiskinan itu sendiri terdapat satu variabel penelitian yang mempunyai pengaruh besar terhadap kemiskinan. Variabel tersebut adalah pengangguran.

(7)

ANALYSIS OF INTERACTION WITH ECONOMIC PERFORMANCE IN DISTRICT DAIRI

Ramadhayani Brampu, Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, and Dr. Rahmanta, M.Si

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the contribution of GDP, inflation and unemployment, to poverty in Dairi district. Data used in this research is secondary data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) and Connecticut Dairi Regency in North Sumatra. The data used are annual data in the period 1986-2008.

The analytical method used is the method of Vector Autoregression (VAR), by first using the unit root and cointegration test and will ultimately result in the Impulse Response Function (IRF) and Forecast error variance decomposition (FEVD).

The results showed that apart from poverty itself there is one variable that research has a major influence on poverty. The variable is unemployment.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan hikmat dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Analisis Interaksi Kinerja Ekonomi Dengan Kemiskinan di Kabupaten Dairi ”

sebagai tugas akhir pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian tesis ini. Secara khusus, penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, sebagai Pembimbing I, dan Dr. Ir Rahmanta, M.Si, sebagai Pembimbing II, yang banyak memberikan arahan, bimbingan dan dorongan pemikiran hingga tesis ini dapat selesai.

2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dengan arif dan bijaksana dapat mengarahkan kami sehingga mampu menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh staf pengajar dan pegawai, khususnya pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan selama proses perkuliahan hingga penulis mampu menyelesaikan studi ini.

(9)

5. Kedua orang tuaku, serta seluruh keluarga besarku yang selama ini turut memberikan dorongan moril dan materil hingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik.

6. Windra A. Lingga yang selama ini turut memberikan dorongan moril hingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya dapat menjadi lebih baik dan sempurna. Akhirnya penulis memohon agar Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama ini.

Medan, 10 Februari 2011 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ramadhayani Brampu

Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 26 Juni 1984

Alamat : Jl. Rawe I No 10 Martubung Medan

Pekerjaan : PNS

Status : Belum Menikah

Nama Orang Tua Ayah

Ibu

: H.Muchtar Brampu : Dra.Hj.Siti Aisyah Solin Pendidikan

1. SD

2. SMP

3. SMA

4. D4

5. S2

D Al-Washliyah Sukoharjo 30 Medan

LTPN 11 Medan

LTA Al-Azhar Medan

TPDN Jatinangor

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Penduduk dan Kemiskinan... 11

2.2. Pendapatan dan Kemiskinan ... 14

2.3. Penyebab Kemiskinan... 16

2.4. Indikator Kemiskinan... 17

2.5. Hubungan Kinerja Perekonomian dengan Kemiskinan ... 19

2.6. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi Daerah ... 25

2.7. Inflasi ... 32

2.8. Pengangguran... 35

2.9. Penelitian Sebelumnya ... 39

2.10. Kerangka Pemikiran ... 42

2.11. Hipotesis Penelitian ... 42

(12)

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 44

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 44

3.3. Uji Asumsi………. 44

3.3.1. Uji Unit Root Test . ... 44

3.3.2. Uji Kointegrasi ... 47

3.4. Model Analisis... ... 49

3.4.1. Vector Autoregression (VAR) ... 49

3.4.2. Impulse Response Function (IRF)... 50

3.4.3. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) ... 51

3.5. Definisi Operasional ………. 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1. Deskripsi Wilayah Kabupaten Dairi ... 53

4.1.1. Luas dan Letak ... 53

4.1.2. Keadaan Alam dan Topografi ... 53

4.1.3. Penduduk... 54

4.1.4. Perkembangan Perekonomian Kabupaten Dairi ... 56

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian... 58

4.2.1. Perkembangan Kemiskinan Tahun 1986 sampai tahun 2008 58 4.2.2. Perkembangan PDRB Tahun 1986 sampai Tahun 2008... 61

4.2.3. Perkembangan Pengangguran Tahun 1986 sampai Tahun 2008 ... 64

4.2.4. Perkembangan Inflasi Tahun 1986 Sampai Tahun 2008 ... 67

4.3. Hasil Uji Akar-Akar Unit (Unit root test)... 69

4.4. Uji Kointegrasi Johansen ... 71

4.5. Vector Autoregression... 72

4.6. Impulse Response Function (IRF)... 77

4.6.1. Impulse Response Function Kemiskinan ... 77

4.6.2. Impulse Response Function Inflasi ... 80

4.6.3. Impulse Response Function PDRB ... 83

(13)

4.7. Variance Decomposition... 90

4.7.1. Variance Decomposition Kemiskinan ... 90

4.7.2. Variance Decomposition Inflasi... 92

4.7.3. Variance Decomposition PDRB ... 93

4.7.4. Variance Decomposition Pengangguran ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1. Kesimpulan ... 97

5.2. Saran... 98

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Dairi Tahun 2005 s/d 2008 5

4.1. Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Dairi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2007 (juta rupiah)... … 57

4.2. Perkembangan Kemiskinan Kabupaten Dairi Tahun 1986-2008 (Jiwa)... ... 60

4.3. Perkembangan PDRB Kabupaten Dairi Tahun 1986-2008 (Juta) ... 63

4.4. Perkembangan Pengangguran Kabupaten Dairi Tahun 1986-2008 (Jiwa) ... 65

4.5. Perkembangan Inflasi Kabupaten Dairi Tahun 1986-2008 (Jiwa)… 68

4.6. Hasil Pengujian Akar-akar Unit dengan Level ... 70

4.7. Hasil Pengujian Akar-akar Unit pada Second Difference... 70

4.8. Uji Kointegrasi Johansen ... 71

4.9. Roots of Characteristic Polynomial... 73

4.10. Hasil Estimasi VAR dengan Dasar Lag 1 ... 76

4.11. Impulse Response Function Kemiskinan ... 79

4.12. Impulse Response Function Inflasi ... 82

4.13. Impulse Response Function Produk Domestik Regional Bruto... 85

4.14. Impulse Response Function Pengangguran... 88

4.15. Variance Decomposition Kemiskinan ... 91

4.16. Variance Decomposition Inflasi... 92

4.17. Variance Decomposition PDRB ... 94

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Dairi Tahun 2005 s/d 2008 6

1.2. Perbandingan Penduduk Miskin/Kabupaten Sumatera Utara Tahun 2007 ... 6

1.3. Perbandingan Pengangguran/Kabupaten Sumatera Utara Tahun 2007... 7

2.1. Mekanisme Kebijakan Makro Ekonomi Untuk Pengurangan Kemiskinan ... 22

2.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan... 23

2.3 Kurva Philips... 36

2.4. Skema Kerangka Penelitian ... 42

4.1. Perkembangan Kemiskinan Kabupaten Dairi Tahun 1986-2008 (Jiwa)... 61

4.2. Perkembangan PDRB Kabupaten Dairi Tahun 1986-2008 (Juta)….. 64

4.3 Perkembangan Pengangguran Kabupaten Dairi Tahun 1986-2008 (Jiwa)... 66

4.4. Perkembangan Inflasi Kabupaten Dairi Tahun 1986-2008 (Jiwa)…. 67 4.5. Stabilitas Struktur Model ... 73

4.6. Impulse Response Function Kemiskinan ... 80

4.7 . Impulse Response Function Inflasi ... 83

4.8. Impulse Response Function Produk Domestik Regional Bruto... 86

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Variabel ... 101

2. Uji Stasioneritas pada Level... 102

3. Uji Stasioneritas 1st Difference... 104

4. Uji Stasioneritas 2nd Difference... 105

5. Uji Kointegrasi Johansen ... 106

6. Stabilitas Lag Struktur ... 107

7. Hasil Analisa VAR Lag 1 ... 108

8. Impulse Response Function... 109

9. Variance Decomposition... 116

(17)

ANALISIS INTERAKSI KINERJA EKONOMI DENGAN

KEMISKINAN DI KABUPATEN DAIRI

Ramadhayani Brampu, Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, dan Dr. Rahmanta, M.Si

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi PDRB, inflasi dan pengangguran, terhadap kemiskinan di Kabupaten Dairi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dairi dan BPS Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data tahunan dalam kurun waktu 1986-2008.

Metode analisis yang dipergunakan adalah metode Vector Autoregression

(VAR), dengan terlebih dahulu menggunakan uji unit root dan kointegrasi dan pada akhirnya akan menghasilkan Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain dari kemiskinan itu sendiri terdapat satu variabel penelitian yang mempunyai pengaruh besar terhadap kemiskinan. Variabel tersebut adalah pengangguran.

(18)

ANALYSIS OF INTERACTION WITH ECONOMIC PERFORMANCE IN DISTRICT DAIRI

Ramadhayani Brampu, Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, and Dr. Rahmanta, M.Si

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the contribution of GDP, inflation and unemployment, to poverty in Dairi district. Data used in this research is secondary data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) and Connecticut Dairi Regency in North Sumatra. The data used are annual data in the period 1986-2008.

The analytical method used is the method of Vector Autoregression (VAR), by first using the unit root and cointegration test and will ultimately result in the Impulse Response Function (IRF) and Forecast error variance decomposition (FEVD).

The results showed that apart from poverty itself there is one variable that research has a major influence on poverty. The variable is unemployment.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan penyakit masyarakat yang semakin menjadi perhatian dari waktu ke waktu, terlebih sejak terjadinya krisis ekonomi. Dengan adanya krisis menjadikan analisis masalah kemiskinan yang komprehensif dan mendalam jelas sangat diperlukan. Lebih dari itu, sangat perlu ditelaah bagaimana dampak krisis pada penduduk lapisan bawah dari segi ketahanan pangan, aspek kemampuan rumah tangga mempertahankan anaknya untuk tetap sekolah dan tetap sehat. Informasi mengenai penduduk yang masuk dalam kategori miskin termasuk karakteristik kemiskinan merupakan upaya agar target program pengentasan kemiskinan dapat dibuat menjadi lebih akurat.

(20)

Kemiskinan merupakan masalah serius yang terus dihadapi bangsa Indonesia. Berlarut-larutnya masalah ini menunjukkan bahwa masalah kemiskinan sulit dicari solusinya. Program-program penanggulangan kemiskinan telah direalisasikan namun banyak menemui jalan buntu. Ini ditunjukkan dengan data pengangguran belum bisa ditekan dan bahkan makin membesar di beberapa daerah, angka anak putus sekolah semakin meningkat, kesehatan yang semakin memburuk, dan pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan masyarakat dan perekonomian sebuah daerah dan negara.

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia yang diharapkan sama tingginya ini sangat erat kaitannya dengan faktor pemerataan pendapatan. PDRB dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tanpa diimbangi oleh pemerataan distribusi pendapatan tidak akan ada artinya bagi masyarakat. PDRB dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi seharusnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga diasumsikan bahwa bagian pendapatan yang diterima oleh masyarakat akan bertambah besar. Namun jika tidak diimbangi oleh pemerataan distribusi pendapatan maka PDRB perkapita/pendapatan perkapita tersebut akan tampak semu artinya hanya akan dinikmati oleh sekelompok atau golongan tertentu saja, disisi lain rakyat miskin justru terus bertambah jumlahnya, sehingga PDRB dan pertumbuhan ekonomi tidak akan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tidak menciptakan keadilan bagi seluruh masyarakat.

(21)

ukuran keberhasilan dalam mengangkat harkat dan martabat rakyat ke tempat yang lebih tinggi. Ini berarti pembangunan harus difokuskan pada manusia sebagai titik sentralnya.

Dalam era otonomi daerah, prioritas pembangunan perlu betul-betul diarahkan pada kelompok penduduk, daerah dan sektor yang paling kritis untuk mendapat perhatian. Apalagi kalau dana daerah otonom tersebut sangat terbatas sehingga alokasinya perlu disusun seefisien mungkin. Desentralisasi tampak jelas memiliki sejumlah dampak positif terhadap kehidupan warga setempat. Pembentukan kabupaten Dairi meningkatkan partisipasi politik dan hak menentukan nasib sendiri dari kelompok suku yang sebelumnya terpinggirkan ini. Dengan otonomi daerah, infrastruktur dan pelayanan pemerintah di berbagai sektor meningkat dan peluang-peluang ekonomi baru tumbuh.

(22)

mempengaruhi kehidupan mereka. Empat Komponen Penting dalam Paradigma Pembangunan Manusia (Depdiknas, 2007).

1. Produktivitas, Masyarakat harus dapat meningkatkan produktivitas mereka dan berpartisipasi penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia.

2. Ekuitas, Masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi & politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatan ini.

3. Kesinambungan, Akses untuk memperoleh kesemptan harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga yang akan datang. Segala bentuk permodalan fisik, manusia, dan lingkungan hidup harus dilengkapi.

4. Pemberdayaan, Pembangunan harus dilakukan oleh mereka, bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.

(23)

Dalam jangka pendek, dengan pengeluaran publik yang teratur, suatu daerah dapat mencapai kemajuan yang signifikan dalam pembangunan manusia, meskipun tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup berarti. Meskipun demikian, adalah salah untuk menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mempunyai arti penting bagi pembangunan manusia. Dalam jangka panjang tidak akan ada kemajuan yang berkelanjutan tanpa adanya pertumbuhan ekonomi.

Perhatian pembangunan manusia tidak hanya terfokus pada laju pertumbuhan (ekonomi) tetapi juga pada aspek pendistribusiannya. Jadi bukan hanya masalah berapa besar pertumbuhan ekonomi, tetapi pertumbuhan yang seperti apa. Perhatian harus lebih ditujukan pada struktur dan kualitas dari pertumbuhan untuk menjamin bahwa pertumbuhan diarahkan untuk mendukung perbaikan kesejahteraan manusia baik bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Perhatian utama dari kebijakan pembangunan haruslah ditekankan pada bagaimana keterkaitan tersebut dapat diciptakan dan diperkuat.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Dairi Tahun 2005 s/d 2008

Tahun Penduduk Miskin (jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%)

2005 2006 2007 2008

55872 59300 42200 40108

21.16 22.16 15.82 16.83 Sumber: BPS Kabupaten Dairi (2008)

(24)

menjadi 40108 jiwa. Penurunan ini membuat persentase penduduk miskin turun sekitar 5 sampai 6 persen dalam kurun waktu 2005-2008.

Sumber: BPS Kabupaten Dairi (2008)

Gambar 1.1. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Dairi Tahun 2005 s/d 2008

15,82 15,28

14,845 14,47

13,77

12,33

9,46

5,67

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Dairi Tobasa Simalngn Karo Asahan L. Batu P. Siantar D. Serdang

Sumber: BPS Sumut (2007)

Gambar 1.2. Perbandingan Penduduk Miskin/Kabupaten Sumatera Utara Tahun 2007

(25)

Fenomena yang dialami di Dairi yaitu Kabupaten Dairi memiliki persentase penduduk miskin paling besar diantara Kabupaten Terdekat yang ada di Sumatera Utara. Kabupaten Dairi jumlah dan persentase penduduk miskin masih banyak. Namun keadaan yang sekarang ini menunjukkan bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi justru memberikan sinyal kedekatan dengan indikator-indikator kemiskinan yang meningkat, naiknya kemiskinan akan meningkatkan pengangguran.

Sumber: BPS Sumut (2007)

Gambar 1.3. Perbandingan Pengangguran/Kabupaten Sumatera Utara Tahun 2007

Tingginya angka pengangguran di Dairi jika dibandingkan dengan daerah disekitar sangat memprihatinkan, dimana angka pengangguran terbuka sebagai indikasi kesejahteraan masyarakat yang rendah. Dilihat dari dampak desentralisasi pun, perbaikan dan peluang ini belum dapat dinikmati oleh semua kalangan. Bahkan data resmi kemiskinan menunjukkan adanya stagnasi kemiskinan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada sebelum era desentralisasi. Program penanggulangan kemiskinan pemerintah daerah memang terlihat di tingkat kampung, tetapi program ini sering tidak

(26)

memenuhi harapan pejabat pemerintah daerah dan warga karena lemahnya implementasi dan mekanisme kontrol.

Penduduk miskin (di bawah garis kemiskinan) dinilai sangat menghambat kinerja ekonomi suatu daerah sedangkan bila kinerja ekonomi mengalami tren yang positif, maka hasil yang diharapkan adalah meningktnya kesejahteraan kehidupan masyarakatnya dengan indikasi berkurangnya angka kemiskinan di daerah tersebut. Hal ini bisa ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi pendidikan, angkatan kerja, kesehatan.

Sehingga bila ditarik garis merah dari permasalahan yang timbul, kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, dan demikian pula sebaliknya, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi besar pengaruhnya kepada pengurangan tingkat kemiskinan. Dengan kata lain, di mana-mana, menurut penelitian yang telah banyak dilakukan, terdapat hubungan dua arah antara kemiskinan dan kinerja ekonomi di sebuah wilayah. Kinerja perekonomian yang membaik semestinya diikuti oleh kinerja kemiskinan yang semakin baik (semakin berkurang) pula. Masalah timbul apabila keduanya berhubungan secara berkebalikan. Karena itu penelitian ini berusaha menganalisis interaksi kinerja ekonomi dengan kemiskinan di Kabupaten Dairi.

1.2. Perumusan Masalah

(27)

1. Bagaimanakah keterkaitan PDRB terhadap Inflasi, Pengangguran dan Kemiskinan di Kabupaten Dairi

2. Bagaimanakah keterkaitan Inflasi terhadap Pengangguran, Kemiskinan, dan PDRB di Kabupaten Dairi

3. Bagaimanakah keterkaitan Pengangguran terhadap Kemiskinan, PDRB, dan Inflasi di Kabupaten Dairi

4. Bagaimanakah keterkaitan Kemiskinan terhadap PDRB, Inflasi dan Pengangguran di Kabupaten Dairi.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk menganalisis keterkaitan PDRB terhadap Inflasi, Pengangguran dan Kemiskinan di Kabupaten Dairi

2. Untuk menganalisis keterkaitan Inflasi terhadap Pengangguran, Kemiskinan dan PDRB di Kabupaten Dairi

3. Untuk menganalisis keterkaitan Pengangguran terhadap Kemiskinan, PDRB dan Inflasi di Kabupaten Dairi

(28)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis yang berhubungan dengan kemiskinan

2. Sebagai masukan/input bagi Pemerintah Daerah dalam menganalisis kinerja ekonomi dengan kemiskinan di Kabupaten Dairi

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penduduk dan Kemiskinan

(30)

Menurut Malthus dalam Todaro (Todaro, 2000), pertambahan jumlah penduduk adalah seperti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, ...), sedangkan pertambahan jumlah produksi makanan adalah bagaikan deret hitung (1, 2, 3, 4, 5,...). Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan di masa depan di mana kita akan kekurangan stok bahan makanan. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk menurut Todaro, 2000, yaitu:

a. Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.

b. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk:

a. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.

(31)

c. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.

d. Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan. Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.

Jumlah penduduk dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu yaitu bertambah atau berkurang. Menurut Todaro (2000), dinamika penduduk atau perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu:

a. Kelahiran (natalitas) b. Kematian (mortalitas) c. Migrasi (perpindahan)

(32)

Konsep-konsep tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dilihat dari sudut pandang pemerintah daerah, model-model tersebut memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

a. Tidak menggambarkan ciri khas lokal (misalnya, kondisi perumahan atau preferensi makanan setempat).

b. Tidak menyentuh konteks kemiskinan (misalnya, tidak ada dari model tersebut yang berhubungan dengan sumber daya alam atau konteks sosial)

c. Data yang ada sering kontradiktif.

d. Tidak terkait dengan pengurangan kemiskinan atau perencanaan pembangunan.

2.2. Pendapatan dan Kemiskinan

(33)

sesungguhnya diterima oleh masyarakat rumah tangga, yang boleh dibelanjakan oleh para penerimanya untuk membeli barang dan jasa sesuai dengan keinginannya (Samuelson, 2002).

Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi yang memakai faktor-faktor produksi dapat berupa tanah, tenaga kerja, modal dan keterampilan (skill). Perusahaan dalam melakukan kegiatan memerlukan faktor-faktor produksi yang tersedia di masyarakat. Dalam perputaran kegiatan perekonomian yang terdiri dari rumah tangga (masyarakat) dengan perusahaan terjadi arus timbal balik dimana rumah tangga mendapat pendapatan dari batas jasa faktor-faktor produksi yang diberikan pada perusahaan.

Distribusi pendapatan dapat berwujud pemerataan maupun ketimpangan, yang menggambarkan tingkat pembagian pendapatan yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi (Rahayu, 2000). Distribusi dari suatu proses produksi terjadi setelah diperoleh pendapatan dari kegiatan usaha. Pengukuran masalah pemerataan telah sejak lama menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan. Namun, pendekatan pengukuran yang sering digunakan untuk mengukur ketidakmerataan dari distribusi pendapatan adalah

Gini coefficient yang dibantu dengan menggunakan Lorentz curve (Gambar 1). Sedangkan untuk mengukur tingkat kemiskinan digunakan metode headcount measure

(34)

2.3. Penyebab Kemiskinan

Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada 2 (dua) faktor utama yaitu (1) Tingkat pendapatan nasional rata-rata dan (2) Lebar sempitnya kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Setinggi apapun tingkat pendapatan nasional perkapita yan dicapai oleh suatu negara, selama distribusi pendapatan yang tidak merata maka tingkat kemiskinan di negara tersebut pasti akan tetap parah. (Daulay, 2009)

Menurut Ginanjar (1996) ada 4 faktor penyebab kemiskinan, faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Rendahnya taraf pendidikan. b. Rendahnya taraf kesehatan. c. Terbatasnya lapangan kerja. d. Kondisi keterisolasian.

Kemiskinan melekat pada diri penduduk miskin, mereka miskin karena tidak memiliki aset produksi dan kemampuan untuk meningkatkan produktivitas. Mereka tidak memiliki aset produksi karena mereka miskin, akibatnya mereka terjerat dalam lingkungan kemiskinan tanpa ujung dan pangkal.

Pendapat Ginanjar (1996) bahwa kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

a. Sumber daya alam yang rendah.

(35)

d. Saran dan prasarana termasuk kelembagaan yang belum baik.

Rendahnya beberapa faktor di atas menyebabkan rendahnya aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dengan rendahnya aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan berakibat pada rendahnya produktivitas dan pendapatan yang diterima yang pada gilirannya pendapatan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimum yang menyebabkan terjadinya proses kemiskinan.

2.4. Indikator Kemiskinan

(36)

rupiah yang harus dikeluarkan seseorang dalam sebulan agar dapat memenuhi kebutuhan energinya sebesar 2100 kalori perhari.

Agar seseorang dapat hidup layak, pemenuhan akan kebutuhan makanan saja tidak akan cukup, oleh karena itu perlu pula dipenuhi kebutuhan dasar bukan makanan, seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, pakaian, Serta aneka barang dan jasa lainnya. Ringkasnya, garis kemiskinan terdiri atas dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan dan bukan makanan (BPS, 2007). Analisis faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan atau determinan kemiskinan pernah dilakukan oleh Ikhsan (1999). Ikhsan, membagi faktor-faktor determinan kemiskinan menjadi empat kelompok, yaitu modal sumber daya manusia (human capital), modal fisik produktif (physical productive capital), status pekerjaan, dan karakteristik desa. Modal SDM dalam suatu rumah tangga merupakan faktor yang akan mempangaruhi kemampuan suatu rumah tangga untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan. Dalam hal ini, indikator yang sering digunakan adalah jumlah tahun bersekolah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga, dan jumlah anggota keluarga. Secara umum semakin tinggi pendidikan anggota keluarga maka akan semakin tinggi kemungkinan keluarga tersebut bekerja di sektor formal dengan pendapatan yang lebih tinggi.

(37)

kerja akan menjadi modal utama untuk menghasilkan pendapatan keluarga. Anggota rumah tangga yang tidak memiliki modal fisik terpaksa menerima pekerjaan dengan bayaran yang rendah dan tidak mempunyai alternatif untuk berusaha sendiri. Komponen selanjutnya adalah status pekerjaan, dimana status pekerjaan utama kepala keluarga jelas akan memberikan dampak bagi pola pendapatan rumah tangga. World Bank (2002) mengkategorikan karakteristik penduduk miskin menurut komunitas, wilayah, rumah tangga, dan individu. Pada faktor komunitas, infrastruktur merupakan determinan utama kemiskinan. Keadaan infrastruktur sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahtaraan masyarakat. Infrastruktur yang baik akan memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi maupun sosial kemasyarakatan, selain itu memudahkan investor untuk melakukan investasi di daerah yang bersangkutan.

2.5. Hubungan Kinerja Perekonomian dengan Kemiskinan

Kemiskinan, di berbagai negara, masih menjadi salah satu pokok bahasan yang menarik. Ini didasarkan pada kondisi bahwa kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah tetapi juga negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Dengan kata lain, apabila kinerja suatu perekonomian secara terus-menerus meningkat belum tentu tingkat kemiskinan secara terus-menerus akan cenderung turun. Pertanyaannya adalah mekanisme apa saja yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan.

Aranibar (2000) mengidentifikasi beberapa pilar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan, yaitu: pilar pertama,

(38)

peningkatan distribusi pendapatan, peningkatan tabungan domestik, dan penyediaan infrastruktur ekonomi untuk mendorong daya saing. Pilar kedua, equity memfokuskan pada tindakan pengurangan kemiskinan melalui kebijakan dan program secara langsung pada pendidikan, kesehatan, perumahan, pemenuhan kebutuhan dasar, dan proyek untuk meningkatkan produktivitas di wilayah pedesaan. Pilar ketiga,

institutional reform dengan titik tekan pada hubungan yang transparan antara pemerintah dan masyarakat sipil untuk menjaga kebijakan yang berkelanjutan. Pada pilar ini juga termasuk usaha pemerintah untuk memodernisasi negara dan memberantas korupsi. Pilar keempat, kebijakan lingkungan yang bertujuan untuk mengelola sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Lingkungan yang sehat dan berkualitas akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat, tingkat kesehatan masyarakat, perbaikan indeks pembangunan manusia (IPM), dan peningkatan produktivitas ekosistem. Dilihat dari sisi indikator kinerja dalam perekonomian, ada tiga aspek penting yang perlu dipertimbangkan, yaitu (GRI, Indicator Protocol 2000-2006, www.google.com):

a. Aspek kinerja ekonomi; menjelaskan dampak langsung ekonomi terhadap aktivitas organisasi/lembaga dan nilai tambah ekonomi.

b. Aspek pasar; ketersediaan informasi tentang interaksi ekonomi di pasar tertentu. c. Aspek dampak ekonomi tak langsung; menunjukkan dampak ekonomi sebagai

(39)

Berdasarkan aspek kinerja ekonomi ada beberapa indikator yang menjadi dasar, yaitu:

a. Nilai tambah ekonomi langsung dan distribusi

b. Implikasi keuangan, risiko, dan peluang aktivitas organisasi karena perubahan Iklim

c. Manfaat yang diperoleh organisasi

d. Bantuan keuangan yang signifikan dari pemerintah

Indikator kinerja perekonomian berdasarkan aspek pasar meliputi: a. Rasio standar upah buruh yang baru masuk terhadap upah minimum daerah

b. Kebijakan, realisasi dan proporsi para suppliers lokal di lokasi yang dominan/signifikan

c. Prosedur pengupahan di suatu daerah/lokal

Adapun indikator kinerja perekonomian berdasarkan aspek dampak ekonomi tak langsung adalah:

a. Pembangunan dan dampak investasi infrastruktur serta ketersediaan jasa terutama untuk sektor publik/masyarakat

b. Dampak-dampak ekonomi lainnya

(40)

2000: Bird and Manning, 2008). Petanyaannya adalah bagaimana keterkaitan kinerja perekonomian dengan kemiskinan, terutama dari aspek kebijakan. Artinya, apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah (daerah) untuk menanggulangi kemiskinan dan bagaimana melakukannya.

Bagian ini akan membahas berbagai kebijakan pengurangan kemiskinan di beberapa daerah/negara. Kebijakan makro ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan dapat dilakukan melalui beberapa mekanisme (Arana, 2004).

Pertama, perubahan harga relatif (perubahan harga relatif, pola kesempatan kerja dan keranjang konsumsi). Kedua, perubahan permintaan tenaga kerja Eviews (berpengaruh terhadap tingkat kesempatan kerja/upah). Ketiga, perubahan tingkat return aset (termasuk adanya pajak). Keempat, perubahan tingkat transfer untuk publik (baik secara tunai maupun tidak). Kelima, perubahan dalam lingkungan masyarakat (kesehatan dan jaminan keamanan publik). Secara sederhana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber: Aranibar (2000)

(41)

Kebijakan pengurangan kemiskinan memerlukan adanya strategi nasional yang dilaksanakan dengan penuh komitmen oleh pemerintah, politikus, perguruan tinggi dan LSM. Bagian-bagian penting dalam strategi nasional pengurangan kemiskinan Aranibar (2000), yaitu:

a. Reformasi dalam kebijakan Negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan yang dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah, politikus dan seluruh masyarakat.

b. Penguatan masyarakat sipil.

c. Memprioritaskan penggunaan sumber daya untuk pengurangan kemiskinan.

[image:41.612.134.519.413.581.2]

Kerangka penelitian lain yang dikembangkan oleh Balisacan, Pernia dan Asra (2003) pada kasus kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut:

Sumber: Bardhan dan Bowles (1998)

Gambar 2.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan

Kemiskinan

Pendapatan Perkapita

Pertumbuhan

PDRB

Faktor lainnya

(42)

Bardhan dan Bowles (1998) menyarankan beberapa kebijakan yang perlu diterapkan dalam pengurangan tingkat kemiskinan, yaitu:

a. Reformasi kebijakan pertanahan dan konservasi sumber daya lingkungan (seperti irigasi dan perikanan).

b. Peningkatan pendapatan masyarakat miskin kota melalui kepemilikan rumah dan modal sosial.

c. Peningkatan partisipasi lokal dalam penyediaan barang publik di perkotaan. d. Peningkatan akses kredit dan jaminan sosial kepada UMKM.

e. Dukungan untuk infrastruktur dan bantuan sekolah. f. Transaksi yang fair untuk mengurangi biaya transaksi.

g. Menciptakan persepsi masyarakat bahwa ketidakadilan dapat menciptakan perbedaan dalam dukungan politik dan kebijakan peningkatan kesejahteraan serta redistribusi.

h. Kebijakan anti-kemiskinan.

i. Peningkatan anggaran pendidikan dan asuransi kesehatan.

(43)

administrasi publik dan hukum, pertumbuhan investasi swasta, pertumbuhan sektor jasa termasuk pariwisata.

Bank Dunia (tanpa tahun) merumuskan kebijakan pengurangan kemiskinan di Indonesia melalui beberapa program, yaitu: peningkatan fasilitas jalan dan listrik pedesaan, perbaikan tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik, membatasi pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan orang miskin, pemberian hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin, membangun lembaga-lembaga pembiayaan mikro yang memberi manfaat pada penduduk miskin, perbaikan atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan transisi untuk sekolah menengah, mengurangi tingkat kematian ibu pada saat persalinan, menyediakan lebih banyak dana untuk daerah miskin, merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran.

2.6. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi Daerah

Jika didefinisikan secara singkat, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Makna kata proses dalam definisi tersebut adalah bahwa pertumbuhan bukan merupakan gambaran ekonomi pada suatu saat melainkan sebuah aspek dinamis dari suatu perekonomian yang berubah dari waktu ke waktu. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga terkait erat dengan kenaikan output per kapita yang ditinjau dari dua sisi yaitu dari sisi output total (GDP) dan dari sisi jumlah penduduk.

(44)

teori mengenai pertumbuhan penduduk. Aspek lain dari definisi pertumbuhan ekonomi adalah perspektif waktu jangka panjang. Suatu perekonomian dikatakan tumbuh jika memiliki kecenderungan untuk mengalami kenaikan output per kapita dari tahun ke tahun dalam jangka waktu yang relatif lama. Aspek lain di luar definisi tersebut adalah suatu pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generating yang berarti bahwa proses pertumbuhan tersebut menghasilkan kekuatan atau momentum bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut pada periode-periode selanjutnya.

Teori pertumbuhan ekonomi sendiri dapat diartikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor penentu kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai interaksi faktor-faktor tersebut satu sama lain sehingga proses pertumbuhan itu terjadi. Teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi yang menjadi rujukan dalam analisis ekonomi antara lain;

Pertama, teori pertumbuhan Adam Smith. Aspek utama yang mendasari teori pertumbuhan Adam Smith adalah pertumbuhan output total. Output ini merupakan hasil dari proses dalam sistem produksi yang terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan stok kapital. Penjelasan lebih jauh tentang stok (akumulasi) kapital dijelaskan dalam teori tentang spesialisasi dan pembagian kerja. Akumulasi kapital akan mempengaruhi produktivitas melalui spesialisasi dan pembagian kerja apabila memenuhi beberapa syarat penunjang, yaitu: perluasan pasar, tingkat keuntungan yang memadai, dan pertumbuhan penduduk.

(45)

bisa bertambah (terbatas jumlahnya), (2) peningkatan (penurunan) tenaga kerja ditentukan oleh tinggi (rendah) upah minimal, atau dikenal dengan tingkat upah alamiah (natural wage), (3) akumulasi kapital terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik kapital berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan investasi, (4) kemajuan teknologi terjadi dari waktu ke waktu, dan (5) dominasi sektor pertanian.

Menurut Ricardo, ada dua aspek penting dalam proses pertumbuhan ekonomi, yaitu: law of diminishing return dan kemajuan teknologi. Law of Diminishing Return

dapat diartikan bahwa apabila salah satu input tetap, sedangkan input-input lain variabel ditambah penggunaannya maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap unit tambahan input variabel tersebut mula-mula meningkat. Akan tetapi, tambahan tersebut kemudian akan menurun jika input variabel terus ditambah. Disisi lain, kemajuan teknologi bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja maupun produktivitas kapital. Jika kemajuan teknologi cukup cepat maka dampak dari law of diminishing return dapat dihambat, bahkan dinetralisir.

(46)

memasukkan kasus adanya perpindahan tenaga kerja dari sektor tradisional ke sektor modern, (3) tingkat upah subsistensi sebagai tingkat upah minimal yang dianggap oleh masyarakat untuk dapat menghidupi seorang buruh dan keluarganya, (4) Model Lewis mempunyai implikasi terhadap distribusi pendapatan masyarakat (selama kurva suplai tenaga kerja masih horizontal, akan terjadi akumulasi kekayaan pada golongan kapitalis sektor modern sehingga dapat menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan), dan (5) kelemahan dari teori Lewis, bahwa teori ini hanya menekankan peranan akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan dan mengabaikan faktor-faktor lainnya seperti terbatasnya kekayaan alam, suplai tenaga kerja, peranan perbaikan produktivitas kerja, dan lain sebagainya.

Keempat, teori pertumbuhan Schumpeter. Schumpeter menekankan pentingnya inovasi sebagai penggerak aktivitas ekonomi. Adapun jenis-jenis dari inovasi antara lain: (1) diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada, (2) diperkenalkannya cara berproduksi baru, (3) pembukaan daerah-daerah pasar baru, (4) penemuan sumber-sumber bahan mentah baru, dan (5) perubahan organisasi industri yang dapat meningkatkan efisiensi industri. Dampak dari adanya inovasi meliputi: (1) diperkenalkannya teknologi baru, (2) inovasi menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi kapital, dan (3) inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses imitasi, yaitu adanya pengusaha-pengusaha yang meniru teknologi baru.

(47)

ratio (k). Meskipun tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan berbanding lurus dengan rasio tabungan (semakin banyak bagian GNP yang ditabung dan diinvestasikan, maka pertumbuhan GNP pun akan semakin besar) dan berbanding terbalik dengan capital-output ratio dari suatu perekonomian (semakin besar capital-output ratio, maka tingkat pertumbuhan GNP akan semakin rendah). Dalam teori pertumbuhan Harrod-Domar juga dikenal dua istilah penting, yaitu: Warranted Rate of Growth (WRG) dan Natural Rate of Growth

(NRG). WRG adalah laju pertumbuhan yang menjamin keseimbangan antara output

potensial dan permintaan Eviews (yang secara umum menjamin keseimbangan di pasar barang) sehingga stok kapital masyarakat tidak ada yang menganggur. NRG merupakan laju pertumbuhan ekonomi yang disyaratkan oleh pasar tenaga kerja agar tidak ada tenaga kerja yang menganggur (full employment).

Keenam, teori pertumbuhan Solow-Swan. Asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah adanya constant return to scale, diminishing return untuk masing-masing

input, dan adanya elastisitas substitusi antar input. Menurut Solow–Swan, bahwa investasi pada kapital dan pertumbuhan populasi tidak dapat, dengan sendirinya, meningkatkan pertumbuhan pendapatan per kapita secara berkelanjutan. Penemuan teknologi baru menjadi faktor penting dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Perkembangan teknologi tersebut berasal dari luar model sehingga teori Solow–Swan dikenal dengan exogenous growth model.

(48)

tersebut tercermin dalam human capital yang dapat dijelaskan di dalam model, begitu pula dengan penentu pertumbuhan dalam jangka panjang. Dengan dasar ini, maka teori Lucas-Romer disebut juga sebagai Endogenous Growth Theory. Anggapan yang dikembangkan dalam teori ini adalah bahwa rata-rata pertumbuhan ditentukan atau berasal dari keseimbangan yang tercipta dari dalam model, bukan dari faktor-faktor di luar model. Selain itu, teori ini juga berusaha menangkap adanya kemajuan teknologi ke dalam model, tidak sekedar menganggapnya sebagai faktor eksogen. Teori-teori yang dijelaskan di atas adalah teori-teori pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan secara umum proses pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Lalu bagaimana teori pertumbuhan dapat menjelaskan ekonomi suatu wilayah secara lebih spesifik. Hal ini dapat dijabarkan dengan melakukan kajian terhadap teori-teori pembangunan ekonomi lokal/regional. Secara sederhana, Blakely dan Bradshaw (2000) merumuskan bahwa pembangunan ekonomi regional dan lokal merupakan perkalian antara kapasitas area (ekonomi, sosial, teknologi dan kapasitas politik) dengan sumberdaya yang dimilikinya (ketersediaan sumber daya alam, lokasi, tenaga kerja, investasi kapital, iklim kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi industri, teknologi, ukuran/skala, pasar ekspor, situasi ekonomi internasional, dan pengeluaran pemerintah pusat dan daerah).

(49)

Kedua, teori basis ekonomi bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah terkait langsung terhadap permintaan akan barang, jasa, dan produk-produk dari luar batas ekonomi wilayah tersebut sehingga pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal akan menciptakan kekayaan dan pekerjaan.

Ketiga, teori siklus produk bahwa perkembangan suatu produk harus berada pada area dimana terdapat kekayaan dan kapital yang lebih besar untuk investasi dalam proses penemuan dan pengembangan produk baru yang didukung oleh pasar lokal yang dapat memberikan harga lebih inggi untuk produk-produk yang belum terstandardisasi. Keempat, teori pasar-pasar baru, mempertimbangkan adanya penurunan area pedesaan karena adanya peluang ekonomi yang belum terutilisasi secara tepat.

Kelima, teori lokasi bahwa lokasi menjadi faktor penentu bagi perusahaan. Perusahaan akan cenderung untuk meminimumkan biaya pemilihan lokasi dengan memaksimumkan peluang untuk mencapai lokasi pasar sehingga biaya transportasi yang termurah antara lokasi bahan baku dan pasar akan menjadi pilihan.

Keenam, teori tempat/lokasi pusat, menjelaskan tentang perbedaan prospek pertumbuhan antara wilayah pusat dan sekitarnya. Setiap pusat kota didukung oleh beberapa area yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya (industri dan bahan baku) untuk area pusat yang lebih terspesialisasi dan produktif.

(50)

lainnya untuk memperoleh keuntungan kompetitif di seluruh area dengan memanfaatkan sumberdaya yang sama. Dalam implementasi program-program pembangunan ekonomi lokal ada dua pendekatan kebijakan yang dapat digunakan, yaitu: corporate center approach dan alternative approach.

2.7. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus Sukirno (2002). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 2000). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama.

Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus menerus dan kenaikan harga yang terajadi pada seluruh kelompok barang dan jasa Pohan (2008). Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000). Atau dapat dikatakan, kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi.

(51)

nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 2000).

1. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect). Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.

(52)

3. Efek Terhadap Output (Output Effects). Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output.

Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu menurut Greene dan Pillanueva (2001), tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu

ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro. Di Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya akan diikuti dengan

(53)

domestik juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.

Inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasanya dalam keadaan

inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah, sehingga keuntungan

perusahaan naik. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi (Hiper Inflasi) dapat

mempunyai akibat sebaliknya, yaitu penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi

nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas,

transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunya produksi barang.

Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan

output. Tetapi dalam keadaan yang pernah terjadi biasanya nilai inflasi lebih besar akan

menaikkan output, dan itu akan membuat pengusaha atau perusahaan untuk berinvestasi

atau menanamkan modal mereka. Hal ini dilakukan dengan harapan investor tersebut akan

mendapatkan keuntungan yang lebih karena adanya kenaikan harga tersebut.

Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif (Greene dan Pillanueva, 2001).

2.8. Pengangguran

(54)

Tingkat pertumbuhan ekonomi menggambarkan kinerja ekonomi dari tahun ke tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah inflasi. Inflasi terjadi ketika tingkat harga umum naik, yang menunjukkan berbagai tingkat kesulitan. Tingkat inflasi adalah perubahan persentase pada tingkat harga. Penyimpangan harga relatif dan output barang yang berbeda, atau kadang-kadang pada output dan ketenagakerjaan untuk perekonomian secara keseluruhan (Samuelson dan Nordhaus, 2004). Laju inflasi pertahun dihitung berdasarkan persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari tahun ke tahun.

Ada dua tujuan yang ingin dicapai para pembuat kebijakan ekonomi, yaitu inflasi yang rendah dan pengangguran yang rendah, tetapi seringkali kedua tujuan ini bertolak belakang. Misalnya, pembuat kebijakan ini akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran Eviews jangka pendek ke titik output yang lebih tinggi dan tingkat harga yang lebih tinggi.

Sumber: Manning Manning (2008) Tingkat Infl

asi (

%

)

Natural Unemployment rate Expected

Inflation Rate

SRPC

0 3 6 9 12

20

15

10

5

Tingkat pengangguran

(jiwa) B

A

[image:54.612.89.570.433.685.2]
(55)

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pada saat terjadinya depresi ekonomi Amerika Serikat tahun 1929, terjadi inflasi yang tinggi dan diikuti dengan pengangguran yang tinggi pula. Didasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Dari hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan tingkat pengangguran, dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran akan rendah. Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.

Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).

(56)

Kurva Phillips dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa tingkat inflasi tergantung pada tiga kekuatan:

a. Inflasi yang diharapkan

b. Deviasi pengangguran tingkat alamiah, yang disebut pengangguran siklis c. Guncangan penawaran

Tiga penawaran ini ditunjukkan dalam persamaan berikut: π = πe - β (u-un) + v

dengan:

π = Inflasi

πe

= inflasi yang diharapkan (u-un) = Pengangguran siklis v = guncangan penawaran

β = parameter pengukur respon inflasi terhadap pengangguran siklis

Simbol β (u-un) menunjukkan bahwa pengangguran siklis (penyimpangan pengangguran dari tingkat alamiah) memberi tekanan ke atas dan ke bawah pada inflasi. Pengangguran yang rendah akan menarik inflasi ke atas, inilah yang disebut dengan inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) karena permintaan Eviews

yang tinggi bertanggung jawab atas jenis inflasi ini. Pengangguran yang tinggi menarik tingkat inflasi ke bawah. Parameter β mengukur sejauhmana responsivitas inflasi terhadap gangguan siklis.

(57)

dunia, menunjukkan nilai positif v dan menyebabkan inflasi naik. Ini yang disebut inflasi dorongan biaya (cost-push inflation).

Anggaplah kurva Phillips menjelaskan hubungan antara inflasi dan pengangguran. Dengan u menyatakan tingkat pengangguran, un tingkat pengangguran alami, π tingkat inflasi, dan πe tingkat inflasi yang diharapkan, pengangguran ditentukan dengan:

u = un - α (π - πe)

2.9. Penelitian Sebelumnya

Hermanto Siregar (2008) dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Variabel yang mempengaruhi jumlah orang miskin diduga dipengaruhi oleh pendapatan (PDRB), jumlah populasi penduduk (POPULASI), pangsa sektor pertanian dalam PDRB (AGRISHARE), pangsa sektor industri manufaktur dalam PDRB (INDUSTRISHARE), tingkat inflasi (INFLASI), jumlah orang yang lulus sekolah setingkat SMP (SMP), jumlah orang yang lulus sekolah setingkat SMA (SMA), jumlah orang yang lulus sekolah setingkat diploma (DIPLM), dan dummy krisis ekonomi (DUMMY KRISIS). Hasil analisis dampak pertumbuhan

ekonomi terhadap penurunan jumlah penduduk miskin menunjukkan bahwa: a. pertumbuhan berpengaruh signifikan dalam mengurangi kemiskinan, namun

(58)

paling besar pengaruhnya terhadap penurunan kemiskinan ialah pendidikan. Temuan-temuan di atas menunjukkan bahwa: a. permasalahan kemiskinan tidak dapat dipecahkan hanya dengan meningkatkan pertumbuhanekonomi semata dengan mengharapkan terjadinya efek menetes ke bawah (trickle down effect). b. Pertumbuhan ekonomi memang merupakan syarat keharusan (necessary condition) untuk mengurangi kemiskinan. Syarat kecukupannya (sufficient condition), misalnya: c. Laju inflasi serta laju populasi penduduk yang terkendali. d. Industrialisasi pertanian/perdesaan yang tepat. e. Akumulasi modal manusia yang relatif cepat, harus dipenuhi pula.

(59)

perlu mendapat perhatian khusus.Variabel yang dapat mengurangi kemiskinan adalah kepala rumah tangga yang bekerja, kepemilikan aset lahan pertanian, dan jumlah tahun bersekolah seluruh anggota keluarga.

Munandar, Kurniawan, Santoso (2007) mencari hubungan antara kebijakan moneter dengan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan: kajian menggunakan data regional Indonesia. Variabel yang digunakan adalah inflasi, stabilitas ekonomi makro, pengangguran, kemiskinan, ketimpangan pendapatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata kebijakan moneter berhati-hati, yang mengusahakan inflasi yang rendah dan ekonomi makro yang stabil, justru merupakan kebijakan yang menurunkan tingkat kemiskinan dan menghasilkan distribusi pendapatan lebih baik. Dengan menggunakan basis data regional ke-26 provinsi di Indonesia periode 1984-2005, kajian ini secara empiris membuktikan bahwa kebijakan moneter berhati-hati (prudent) merupakan kebijakan moneter yang berpihak pada si miskin (pro poor).

Muhammad Edi Kiurniawan (2008) Interaksi Antara Kinerja Ekonomi Dan Kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Variabel yang diteliti adalah kemiskinan, harapan hidup, lama sekolah, jumlah penduduk, pengangguran, PDRB, belanja daerah, pajak daerah, retribusi daerah, inflasi. Analisis data menggunakan

(60)

berpengaruh adalah pertumbuhan pajak. Kinerja suatu perekonomian secara terus-menerus meningkat belum tentu tingkat kemiskinan secara terus-terus-menerus akan cenderung turun.

2.10. Kerangka Pemikiran

[image:60.612.147.477.256.399.2]

Berdasarkan landasan teoritis dan hasil penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Skema Kerangka Penelitian

2.11. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, dapat ditarik hipotesis yaitu:

1. Keterkaitan PDRB terhadap inflasi, pengangguran dan kemiskinan di Kabupaten Dairi

2. Keterkaitan Inflasi terhadap pengangguran, kemiskinan, dan PDRB di Kabupaten Dairi

3. Keterkaitan Pengangguran terhadap kemiskinan, PDRB, dan inflasi di Kabupaten Dairi

Inflasi

PDRB Pengangguran

(61)
(62)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada interaksi antara kinerja ekonomi dengan kemiskinan di kabupaten Dairi. Interaksi ekonomi terdiri atas variabel inflasi, pengangguran, PDRB, sedangkan kemiskinan dilihat dari jumlah penduduk miskin di Kabupaten Dairi. Jangka waktu penelitian yang digunakan selama 23 tahun berdasarkan tahun 1986 sampai dengan tahun 2008 (23 observasi).

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data runtun waktu (time series) selama kurun waktu 23 tahun dari tahun 1986 sampai tahun 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa sumber antara lain: data inflasi, pengangguran, PDRB dan jumlah penduduk miskin berasal dari BPS Kabupaten Dairi.

3.3. Uji Asumsi

3.3.1. Uji Unit Root Test

Sekumpulan data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata dan varian dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik sepanjang waktu atau rata-rata variansnya konstan Nachrowi (2006).

(63)

uji derajat integrasi. Jadi data yang tidak stasioner pada tingkat level akan diuji lagi pada tingkat diferen sampai menghasilkan data yang stasioner. Didalam menguji apakah data mengandung akar unit atau tidak, Dickey-Fuller menyarankan untuk melakukan regresi model-model berikut ini:, Dickey-Fuller menyarankan untuk melakukan regresi model-model berikut ini:

t t

t

Y

e

Y

=

+

Δ

θ

−1 (3.1)

t t

t

Y

e

Y

=

+

+

Δ

β

1

θ

−1 (3.2)

t t

t

t

Y

e

Y

=

+

+

+

Δ

β

1

β

2

θ

−1 (3.3)

Dimana: t adalah variabel trend waktu Perbedaan persamaan (3.1) dengan dua regresi lainnya adalah memasukkan konstanta dan variabel trend waktu. Dalam setiap model, jika data time series mengandung unit root yang berarti data tidak stasioner hipotesis nulnya adalah Ø = 0, sedangkan hipotesis alternatifnya Ø<0 yang berarti data stasioner. Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai DF statistik dengan nilai kritisnya yakni distribusi statistik τ. Nilai DF ditunjukkan oleh nilai t statistik koefisien ØYt-1. Jika nilai absolut

statistik DF lebih besar lebih besar dari nilai kritisnya maka kita menolak hipotesis nul sehingga data yang diamati stasioner. Sebaliknya data tidak stasioner jika nilai statistik DF lebih kecil dari nilai kritis distribusi statistik τ.

(64)

dengan Augmented Dickey-Fuller (ADF). Dalam prakteknya uji ADF inilah yang digunakan untuk mendeteksi apakah data stasioner atau tidak. Adapun formulasi uji ADF sebagai berikut :

t n

t

t t

t

Y

Y

e

Y

= −+ −

+

Δ

+

=

Δ

1 1 1 1

β

γ

(3.4)

t n

t

t t

t

Y

Y

e

Y

= −+ −

+

Δ

+

+

=

Δ

1 1 1 1

0

γ

β

α

(3.5)

t n

t

t t

t

T

Y

Y

e

Y

= −+ −

+

Δ

+

+

+

=

Δ

1 1 1 1 1

0

α

γ

β

α

(3.6)

Dimana:

Y : variabel yang diamati

Yt : Yt – Yt-1

T : Trend waktu

n : lag

(65)

Information Criterion). Nilai AIC dan SIC yang paing rendah dari sebuah model akan menunjukkan model tersebut yang paling tepat (Pratomo dan Hidayat, 2007).

3.3.2. Uji Kointegrasi

Regresi yang menggunakan data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan menghasilkan regresi lancung. Regresi lancung terjadi jika koefisien determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi karena hubungan keduanya yang merupakan data time series hanya menunjukkan tren saja. Secara umum bisa dikatakan bahwa jika data time series Y dan tidak stasioner pada tingkat level tetapi menjadi stasioner pada diferensi (difference) yang sama yaitu Y adalah I(d) dan adalah I(d) dimana d tingkat diferensi yang sama maka kedua data adalah terkointegrasi (mempunyai hubungan dalam jangka panjang). Uji kointegrasi ada berbagai macam namun untuk uji dengan beberapa vektor uji yang sering digunakan adalah uji Johansen.

(66)

A (L) . t = - α t-1 + (L) et (3.7)

Dimana: A (L) adalah matrik polinomial dalam lag operator dengan A(0) = I; adalah (nx1) vektor konstanta yang tidak sama dengan nol; (L) adalah skalar polinomial dalam L; dan εt adalah vektor dari variabel kesalahan (error) yang bersuara resik (white noise). Dalam jangka pendek adanya penyimpangan dari keseimbangan jangka panjang (α’ =0) akan berpengaruh terhadap perubahan t dan akan menyesuaikan kembali menuju keseimbangan. Uji kointegrasi yang akan digunakan disini menggunakan prosedur uji kointegrasi Johansen-Juselius (1990). Dalam tulisan ini, prosedur Johansen-Juselius diaplikasikan untuk sistem persamaan bivariat dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen dalam bentuk vector autoregressive (AR) yang meliput sampai ρ lag dari variabel Xt :

t : Π1 t-1 + Π2 t-2+.... Πp t-p+ et (3.8) Dimana: t adalah vektor (2 1) dari I(1); Πt adalah (2x2) matrik parameter dan εt~I N(0, ε). Keseimbangan jangka panjangnya ditentukan oleh:

Π* = 0 (3.9)

Dimana Π* adalah matrik koefisien jangka panjang yang ditentukan oleh:

(67)

yang akan diuji adalah dalam sistem persamaan paling sedikit satu vektor kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi Johansen menyarankan dua pengujian untuk menentukan banyaknya vektor kointegrasi. Dua uji tersebut adalah trace test dan maximum Eigenvalue statistic. Johansen trace statistic atau juga dikenal sebagai test statistik LR (Likelihood Ratio) untuk menguji hipotesis Ho: r<1 terhadap Ha: r=0, yang dirumuskan dalam persamaan:

Trace test (Qr) = -nεln(1-λi) (3.11)

Dimana λi adalah korelasi kuadrat antara Xt-p dan Xt yang merupakan koreksi terhadap pengaruh proses lagged differences variabel X. Alternatif uji kointegrasi dari Johansen adalah dengan menggunakan maximum Eigenvalue statistic yang dapat dihitung dari trace statistic, yaitu:

Qmax = -nln(1 – λi) = Qr – Qr+1 (3.12)

Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji Trace Statistic dan Maksimum

Eigenvalue. Apabila nilai hitung Trace Statistic dan Maksimum Eigenvalue lebih besar daripada nilai kritisnya, maka terdapat kointegrasi pada sejumlah variabel, sebaliknya jika nilai hitung Trace Statistic dan Maksimum Eigenvalue lebih kecil daripada nilai kritisnya maka tidak terdapat kointegrasi. Nilai kritis yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh Osterwald-Lenum.

3.4. Model Analisis

3.4.1. Vector Autoregression (VAR)

(68)

endogen dan mana variabel eksogen. Pengujian hubungan simultan dan derajat integrasi antar variabel dalam jangka panjang variabel yang mempengaruhi kemiskinan menggunakan metode VAR. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan simultan (saling terkait) antara variabel inflasi, pengangguran dan PDRB sebagai variabel eksogen terhadap kemiskinan sebagai variabel endogen dengan memasukkan unsur waktu (lag). Pengujian VAR dengan rumus:

1 3

2

1 t p t p t p t

t LogINF LogPNGG LogKMSK e

LogPDRB = α +

2 3

32

1 t p t p t p t

t LogPGNGG LogKMSK LogPDRB e

LogINF = α +

3 3

2

1 t p t p t p t

t LogKMSK LogPDRB LogINF e

LogPNGG = α +

4 3

2

1 t p t p t p t

t LogPDRB LogINF LogPNGG e

LogKMSK = α +

Dengan:

KMSK = Tingkat kemiskinan (jiwa) INF = Inflasi (persen)

<

Gambar

gambar berikut:
Gambar 2.3. Kurva Phillips
Gambar 2.4. Skema Kerangka Penelitian
Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Dairi  Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2007 (juta rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji menggunakan chi square didapatkan nilai p = 0,000 &lt; 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara iklim kerja dengan tingkat

Bahwa perbedaan agama dalam sebuah keluarga di Indonesia adalah merupakan suatu yang lumrah, apakah hal itu karena perkawinan beda agama atau karena salah satu dari

36 Sussy Susanti, “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Pengangguran, dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan di Jawa Barat dengan Menggunakan Analisis Data

Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, Upah Minimum Dan Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Terhadap Jumlah Pengangguran Di Kabupaten Dan Kotaprovinsi

Sementara itu, dengan nilai koefisien variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 0,86 bermakna bahwa setiap tambahan satu persen Produk Domestik Regional Bruto

Tidak hanya ebeg saja, tetapi bisa juga kesenian lain, seperti wayang dan karawitan sehingga jangkauannya akan lebih luas.. Dengan begitu, jangka waktunya dalam berkesenian pasti

“G.BK mengatakan bahwa kepala sekolah memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan program bimbingan konseling ada.saya mengumpulkan data yang pertama kalau siswa itu yang

Menurut, Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul &#34;On Islamic Accounting&#34;, Akuntansi Barat (Konvensional) memiliki sifat yang dibuat sendiri oleh kaum