LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) TENTANG
MEKANISME PEMUNGUTAN DAN PENETAPAN TARIF PAJAK RESTORAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH
KOTA MEDAN DIAJUKAN OLEH
O L E H
Nama : Adi Putra Nim : 052600063
PROGRAM DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pemerintah dalam negara kita mempunyai peranan penting untuk memajukan
negara yang dipimpinnya. Salah satu indikator kemajuan suatu negara dapat dilihat
dari pembangunan nasional yang berjalan secara berkesinambungan. Pembangunan
yang dilaksanakan diharapkan akan membawa dampak bagi meningkatnya taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Karena kesejahtraan merupakan hak semua warga negara maka pemerintah harus
menciptakan kesinambungan pembangunan yang berdampak bagi kesejahtraan
masyarakat, baik dari segi materi dan spritual. Berjalannya pembangunan negara kita
tidak lepas dari masalah pembiayaan. Pembangunan harus ditunjang oleh anggaran
yang digunakan negara setiap tahunnya.
Hal ini tercermin dalam susunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Anggaran tersebut dikelompokkan menjadi biaya rutin dan biaya pembangunan.
Biaya pembangunan digunakan untuk membangun sarana dan prasarana yang
berkaitan dengan pelayanan publik.
Salah satu cara bagi pemerintah untuk menghimpun dana bagi pembangunan
adalah melalui pemungutan pajak. Hasil pemungutan pajak dikumpulkan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan termasuk pendapatan rutin
untuk membiayai anggaran bagi penyelenggara pemerintah, pelayanan umum dan
pembangunan.
Dari sekian banyak pajak yang dipungut di negara kita, salah satu pajak yang di
andalkan untuk menghasilkan dana bagi anggaran adalah pajak restoran. Objek pajak
restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran
termasuk bar, kafe, rumah makan, buffet, kantin, kedai nasi/kopi dan meliputi
penjualan makanan minuman ditempat yang disertai tempat penyantapan maupun di
antar dan dibawa pulang.
Subjek Pajak Restoran adalah Orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada restoran. Sedangkan objek pajak restoran adalah pelayanan yang
disediakan restoran dengan pembayaran.
Tidak termasuk Objek Pajak Restoran adalah :
1. Pelayanan usaha jasa boga atau katering
2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang peredarannya
tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan oleh peraturan daerah.
Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada restoran. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima
sebagai imbalan atas penyerahan barang dan jasa sebagai pembayaran kepada pemilik
restoran. Tarif pajak restoran paling tinggi sebesar 10% dan ditetapkan dengan
peraturan daerah atas undan-undang No 34 tahun 2000 .
Pajak Restoran yang terutang dipungut di wiliyah daerah tempat restoran
berlokasi. Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara
yaitu jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan
baran dan atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran. Proses Pemungutan
Pajak yaitu : Pajak dikutip di Bank atau tempat yang telah ditentukan oleh Menteri
Keuangan sebagai tempat pembayaran pajak lalu disetorkan kekas Bendaharawan.
Dengan tujuan untuk menambahkan anggaran berikutnya apabila tidak mencapai
target atau realisasi yang diharapkan.
Hambatan Pemungutan Pajak
1.1.1 Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain :
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat
c. Sistem kontrol yang tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik
1.1.2 Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak yaitu :
a. Tax Avoidance, Usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
Undang-undang
b. Tax Evasion, Usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
Undang-undang (menggelapkan pajak)
Berdasarkan kondisi tersebut penulis akan melakukan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) dengan judul “ Mekanisme Pemungutan dan Penetapan Tarif Pajak
studi pada program Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara.
1.2Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dengan diadakannya Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) pada Dinas Pendapatan
Daerah (DISPENDA) Kota Medan, yang menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi pada program Diploma III Administrasi Perpajakan memiliki tujuan dan manfaat
sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :
a. Untuk mengetahui Mekanisme Pemungutan dan Penetapan Tarif Pajak Restoran
Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan
b. Untuk mengetahui kendala dan cara menanggulangi pajak terutang yang tidak
dapat dipungut atau dibayar oleh wajib pajak
c. Untuk mengetahui sanksi yang dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak taat
pajak
a. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu Instansi
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah.
2. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari seperti permasalahan yang
timbul selama melaksanakan PKLM.
3. Meningkatkan Profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya
khususnya di bidang perpajakan.
4. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta
kedisiplinan.
b. Bagi Dinas Pendapatan Daerah
1. Untuk memperoleh masukan, ide-ide, gagasan yang Konstruktif dari
Perguruan Tinggi untuk Mengoptimalkan Penerimaan Pendapatan Daerah
2. Agar dapat digunakan untuk pengembangan Ilmu dalam bidang Perpajakan
khususnya pada Dinas Pendapatan Daerah
3. Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara
c. Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan
1. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan Instansi-instansi Pemerintah
dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
2. Memberikan uji nyata atas disiplin Ilmu yang telah disampaikan selama
perkuliahan.
3. Membuka interaksi antara Dosen Program Study Diploma III Administrasi
4. Untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu
Pendidikan.
5. Promosi sumber daya Universitas Sumatera Utara.
1.3Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dilakukan pada kantor Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan. Penulis akan membahas secara rinci mengenai :
1.3.1 Mekanisme Pemungutan dan Penetapan Tarif Pajak Restoran Dalam Upaya
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan
1.3.2 Kendala dalam Mekanisme Pemungutan dan Penetapan Tarif Pajak Restoran
Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan dan cara penanggulangannya
1.3.3 Denda yang dikenakan kepada wajib pajak yang tidak taat pajak
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PKLM adalah disini penulis akan
berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan
mekanisme pemungutan dan penetapan pajak restoran dan akan mencari data dan
informasi yang berasal dari kantor Dinas Pendapatan Daerah Kotan Medan sebagai
bahan reverensi untuk mengetahui dan mendalami mekanisme pemungutan dan
penetapan pajak restoran dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
1.4Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai metode yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik kerja lapangan
mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan
proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak Dosen yang bersangkutan.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka
seperti undang-undang, buku-buku, majalah maupun literatur lain yang
berhubungan dengan pemungutan pajak restoran.
3. Observasi lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di kantor Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan, mengenai Prosedur Pemungutan Pajak
Restoran
4. Pengumpulan Data
penulis melakukan pengumpulan data mengenai mekanisme pemungutan dan
penetapan Pajak Restoran melalui :
1. Data Skunder (bersumber dari buku-buku ilmiah, undang-undang yang
berhubungan dengan Pajak Restoran
2. Data dokumentasi
Setelah data yang diperlakukan terkumpul secara lengkap maka penulis
melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai
mekanisme pemungutan dan penetapan Pajak Restoran.
1.5Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun cara Pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut :
1. Daftar Wawancara (interview guide)
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai
yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang
mekanisme pemungutan dan penetapan Pajak Restoran
2. Daftar Observasi (observasion guide)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan
dalam pencatatan terhadap penomena yang menjadi objek penelitian.
3. Daftar Dokumentasi (optional)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
mekanisme Pemungutan Pajak Restoran, dan meminta berbagai dokumen dari
1.6Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan akhir ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat alasan penulis melakukan
Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM). Tujuan dan mamfaat Praktik
Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan
Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan
Data, dan sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM)
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN
Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan, Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi,
Gambaran Pegawai.
BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN MEKANISME PEMUNGUTAN DAN PENETAPAN PAJAK RESTORAN.
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang data penerapan Mekanisme
Pemungutan dan Penetapan Pajak Restoran yang ada di Kantor Dinas
Pendapatan Daera Kota Medan
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada
Pemungutan dan Penetapan Pajak Restoran Di Kantor Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi
kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada
wajib pajak khususnya Kantor Dispenda Kota Medan.
LAMPIRAN
Pada lampiran ini berisi surat izin penelitian, dan kartu data-data pajak
restoran seperti : Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD), Surat
BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN
2.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu
Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang
penerimaan/ pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun retribusi
daerah di kota Medan belum banyak, maka dalam Sub-Bagian Penerimaan tidak terdapat
Seksi atau Urusan.
Dengan pengingkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan
penduduk serta potensi pajak/ retribusi daerah kota Medan, maka melalui Peraturan
Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi Bagian dengan
nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah.
Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral
pungutan daerah.
Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7,
tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktural Organisasi Dinas Pendapatan Daerah
Propinsi dan Kabupaten/ Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan
menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinasi
Pendapatan Kotamadya Medan sebagaimana dimaksud dalam Instuksi Mendagri
seOrang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga)
Urusan dan 4 (empat) seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.
Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib Pajak/
Retribusi Daerah, Struktural Organisasi Dinas Pedapatan selama ini dibentuk dengan
membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah
secara fungsional.
Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973-442, tahun 1988, tanggal
26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/ Retribusi Daerah dan Pendapatan
Daerah Lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/ Kota dan Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/PUOD, tanggal 02 Mei 1988 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Propinsi/ Kabupaten/ Kotamadya,
maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun
1978 Tentang Struktur Organasasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi
Peraturan Daerah Kota Nomor : 16 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.
Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan
Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan
sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001,
sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK.II Medan Nomor : 16 Tahun 1990
dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor : 25 Tahun
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan Pajak/
Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, Dinas Pendapatan Daerah dipimpin
oleh seOrang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah
melalui Sekretaris Daerah, terdiri 1 (satu) bagian Tata Usaha dengan 4 (empat)
Sub-bagian dan 5 (lima) Sub-Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta kelompok
Jabatan Fungsional.
2.2 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
Struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Bagian Tata Usaha dari :
1. Sub Bagian Keuangan
2. Sub Bagian Kepegawaian
3. Sub Bagian Perlengkapan
4. Sub Bagian Umum
c. Sub Dinas Program terdiri dari :
1. Seksi Penyusunan Program
2. Seksi Pemantauan dan Pengendalian
3. Seksi Pengembangan dan Pendapatan
4. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
d. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari :
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Penetapan
4. Seksi Pemeriksaan
e. Sub Dinas Penagihan terdiri dari :
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
2. Seksi Penagihan dan Perhitungan
3. Seksi Retribusi dan Pemindahan Bukuan
4. Seksi Pertimbangan dan Keberatan
f. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain terdiri dari :
1. Seksi Penata Usaha Penerimaan Retribusi dan Penetapan lain-lain
2. Seksi Penerimaan lain-lain
3. Seksi Penerimaan BUMD dan Pendapatan lain-lain
4. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat Berharga
g. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :
1. Seksi Penata Usaha Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak
2. Seksi Bagi Hasil Pajak
3. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
4. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan
2.3 Uraian Tugas Pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan No.12 Tahun 2003 tentang Tugas
Pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, dalam keputusan ini yang
dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Kota Medan ;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan ;
c. Kepala Daerah adalah Walikota Medan ;
d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ;
e. Kepala Dinas Pendapatan Daerah adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan ;
f. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang perpajakan Daerah
dan atau Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku ;
g. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Medan ;
h. Wajib Pajak adalah Orang pribadi atau Badan yang menurut Ketentuan Peraturan
Daerah ini ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan ;
i. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi,
koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk
usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya ;
Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang
Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah
melalui Sekretariat Daerah.
Dinas Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga
daerah dalam bidang pendapatan daerah dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai
dengan bidang tugasnya.
Untuk melakukan tugas tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai tugas :
1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang Pendapatan Daerah.
2. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah,
retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan PBB.
3. Melaksanakan koordinasi di bidang pendapatan daerah dengan unit dan Instansi
terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.
4. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya serta PBB.
5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
2.4 Tata Kerja
1. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seOrang Kepala Bagian Tata Usaha
yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan
administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, perumahtanggaan, dan
urusan umum lainnya.
Bagian tata usaha mempunyai fungsi :
a. Menyusun rencana kegiatan kerja
b. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum
lainnya
c. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana
penyusunan laporan keuangan
d. Mengelola urusan administrasi kepegawaian
e. Mengelola urusan perlengkapan kerumatanggaan dan pengadaan barang
dinas
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
Bagian tata usaha terdiri dari :
1. Sub Bagian keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan
perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.
2. Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
pengelolaan administrasi di bidang kepegawaian.
3. Sub Bagian Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang
perlengkapan perumahtanggaan dan pengadaan barang.
4. Sub Bagian Umum mempunyai tugas mengelola tata usaha dan surat
Serta sub bagian dipimpin oleh seOrang Kepala Sub Bagian yang dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bagian Tata Usaha.
2. Sub Dinas Program
Sub Dinas Program Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas
di bidang penyusunan program.
Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Program mempunyai fungsi :
a. Menyusun rencana kegiatan kerja
b. Mengumpulkan bahan dan dana untuk penyusunan program kegiatan dan
perencanaan pendapatan daerah
c. Menyusun kebijaksanaan teknis serta program kerja jangka pendek, menengah,
dan panjang.
d. Menyusun penerimaan pendapatan daerah, merencanakan sistem dan prosedur
kerja
e. Menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi daerah
f. Melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit
yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah.
g. Menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan daerah serta
mengidentikasikan permasalahan pendapatan daerah
h. Melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah
i. Melaksanakan tukar informasi tentang target/ realisasi penerimaan daerah
j. Mempersiapkan rancangan peraturan daerah, keputusan kepala daerah tentang
pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya
k. Mengevaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan teknis operasional
pengeloaann pendapatan daerah
l. Menyusun laporan realisasi pendapatan daerah
m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan
bidang tugasnya (pasal 14)
Sub Dinas Program terdiri dari :
a. Seksi Penyusunan Program
b. Seksi Pemantauan Pengendaliannya
c. Seksi Pengembangan Pendapatan
d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan. (pasal 15)
e. Setiap seksi dipimpin oleh seOrang kapala seksi yang dalam melaksanakan
tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala sub dinas
program. (pasal 16)
1) Seksi Penyusunan program mempunyai tugas merencanakan penerimaan
pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun
kebijaksanaan teknis dan program jangka pendek, menengah serta jangka
panjang
2) Seksi Pemantauan dan pengendalian mempunyai tugas melaksanakan
pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit yang
pemantauan dan pengendalian terhadap tugas yang dilaksanakan di bidang
pendapatan serta melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah.
3) Seksi Pengembangan Pendapatan mempunyai tugas menyusun rencana
serta mengkaji untuk pengembangan potensi pendapatan daerah dan
mempersiapkan rencana peraturan daerah, keputusan kepala daerah
tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya
4) Seksi Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mengevaluasi dan
memonitoring pelaksanaan teknis operasional pengelolaan pendapatan
daerah, menyajikan data statisktik target dan realisasi pendapatan daerah,
mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah dan menyusun
laporan realisasi pendapatan daerah. (pasal 17)
3. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan
Sub dinas pendataan dan penetapan dipimpin oleh seOrang kepala sub
dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada kepala dinas (pasal 18)
Sub dinas pendataan dan penetapan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas dinas di bidang pendapatan dan penetapan (pasal 19)
Untuk melaksanakan tugas, Sub Dinas Pendataan dan Penetapan mempunyai
fungsi :
a. Menyusun rencana kegiatan kerja
c. Melaksanakan pengolahan data dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPRD), hasil
pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait
d. Melaksanakan Penetapan Pajak Daerah, Retribusi daerah dan pendapatan
Daerah lainnya
e. Merencakan dan menatausahakan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan
Wajib Retribusi
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya. (pasal 20)
Sub Dinas Pendapatan dan Penetapan terdiri dari :
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pemeriksaan (pasal 21)
Setiap seksi di pimpin oleh Kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sub Dinas Pendataan dan
Penetapan. (pasal 22)
1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan
objek pajak Daerah/ Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya melalui
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan
Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak Daerah/
Wajib Pajak Daerah/ Wajib Retribusi Daerah melalui formulir pendaftaran
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan
pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah/ retribusi daerah,
menuangkan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data
serta mengirimkan kartu data kepada seksi penetapan dan demikian
sebaliknya.
3. Seksi penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan
pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk
perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta
menyimpan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan
dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah ansuran pembayaran /
penyetoran atas permohonan wajib pajak.
4. Saksi pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan
melaksanakan pemeriksaan tugas objek / retribusi , menatausahakan hasil
pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak / retribusi serta
mengirimkan laporan hasil pemeriksaan kepada Seksi Pengolahan Data dan
Informasi. (pasal 23)
4. Sub Dinas Penagihan
Sub Dinas Penagihan dipimpin oleh seOrang Kepala Sub Dinas yang
dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. (pasal 24)
Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
dinas di bidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan
keberatan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. (pasal
25)
Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Penagihan mempunyai fungsi :
a. Menyusun rencana kegiatan kerja
b. Melaksanakan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah
dan pendapatan daerah lainnya
c. Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan lainnya
d. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya
e. Melaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan Wajib Pajak
atas permohonan Wajib Pajak
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya. (pasal 26)
Sub Dinas Penagihan terdiri dari :
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
b. Seksi Penagihan dan perhitungan
c. Seksi Rertitusi dan Pemindahbukuan
d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan. (pasal 27)
Setiap seksi dipimpin oleh seOrang Kepala seksi yang dalam melaksanakan
tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan
dan Verifikasi tentang penetapan dan penerimaan Pajak Daerah, Retribusi
Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya, melaksanakan pembukuan dan
verifikasi penerimaan dan pengeluaran beda berharga serta pencatatan uang
dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga,
menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah,
retribusi daerah dan pendapatan lainnya serta menyiapkan laporan tentang
realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara
berkala.
2. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan
atas tunggakan pajak daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah
lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan seta menyimpan arsip surat
perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.
3. Seksi Retribusi dan Pemindahbukuan mempunyai tugas menerima
permohonan restirusi dan pemidahbukuan dari Wajib Pajak, meneliti
kelebihan pembayaran pajak daerah / retribusi daerah yang dapat diberikan
restitusi dan atau pemindahbukuan serta mempersiapkan Surat Keputusan
Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan
4. Seksi Pertimbangan dan Keberatan mempunyai tugas menerima surat
keberatan dari Wajib Pajak / retribusi dan meneliti keberatan Wajib Pajak /
Retribusi dan mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang
5. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain
Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain dipimpin oleh seOrang
Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. (pasal 30)
Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang retribusi dan pendapatan lain-lain.
(pasal 31)
Untuk melaksanakan tugas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain
mempunyai :
a. Menyusun rencana kegiatan kerja
b. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain
c. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain
termasuk pinjaman daerah dan dana darurat
d. Melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) dan pendapatan lain-lain
e. Melaksanakan legalisasi dan pembukuan surat-surat berharga
f. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya. (pasal 32)
Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain terdiri dari :
a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Penerimaan Lain-lain
b. Seksi Penerimaan Lain-lain
c. Seksi Penerimaan Badan Usaha Milik Negara dan Pendapatn Lain-lain
Setiap seksi dipimpin oleh seOrang kepala seksi yang dalam menjalankan
tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas
Retribusi dan Pendapatan Lain-lain. (pasal 34)
1. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan Lain-lain
mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan
melaksanakan penatausahaan pendapatan lain-lain.
2. Seksi Penerimaan Lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan
penerimaan lain-lain, merencanakan dan mengupayakan penerimaan lain-lain
baik dari Pemerintah, Wakil Pemerintah di daerah maupun dari
lembaga-lembaga keuangan dan atau badan-badan lain termasuk pinjaman daerah dan
dana darurat.
3. Seksi Penerimaan BUMD dan PLL mempunyai tugas melaksanakan
penatausahaan hasil pengolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4. Seksi lagalisasi pembukuan surat-surat berharga mempunyai tugas
melaksanakan legalisasi surat-surat berharga dan melaksanakan pembukuan
6. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan
Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seOrang Kepala Sub
Dinas yang dalam menjalankan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. (pasal 36)
Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas dinas di bidang hasil pendapatan. (pasal 37)
Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi :
a. Menyusun rencana kegiatan kerja
b. Melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak
c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan non
pajak
d. Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK)
e. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang bagi hasil pendapatan
f. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya. (pasal 38)
Sub Dinas Bagi hasil Pendapatan terdiri dari :
a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak Non Pajak
b. Seksi Bagi Hasil Pajak
c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Setiap seksi dipimpin oleh seOrang Kepala seksi yang dalam menjalankan
tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Bagi
Hasil Pendapatan. (pasal 40)
1. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak mempunyai
tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan
Bangunan menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak
2. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan
Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok
Pajak (DHPT) / Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Pajak Bumi dan
Bangunan, melaksanakan penagihan PBB, melaksanakan perhitungan
penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB kepada Wajib Pajak, menerima
kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan
PBB
3. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas melaksanakan perhitungan
penerimaan dari Dana Alokasi Umum, melaksanakan perhitungan penerimaan
dari Dana Alokasi Khusus
4. Seksi Peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan mempunyai
tugas mengkaji tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan
perundang-undangan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan
7. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. (pasal 42)
1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang
jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagi kelompok sesuai dengan
keahliannya.
2. Sesuai kelompok tersebut dipimpin oleh seOrang tenaga fungsional senior.
3. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah.
4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan
2.5 GAMBARAN UMUM PEGAWAI DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN BULAN APRIL 2008
KETERANGAN :
PEGAWAI NEGERI SIPIL : 230 ORANG
PEGAWAI SWAKELOLA : 84 ORANG
JUMLAH TNI YANG DIKARYAKAN : 1 ORANG
JUMLAH : 315 ORANG
NO BAGIAN / SUBDIS /
BENDAHARAWAN / SWAKELOLA JUMLAH
1 KEPALA DINAS 1
2 BAGIAN TATA USAHA 19
3 SUBDIS PROGRAM 11
4 SUBDIS DATAP 52
5 SUBDIS PENAGIHAN 30
6 SUBDIS RETRIBUSI DAN PENDAPATAN LAIN-LAIN 20
7 SUBDIS BAGI PENDAPATAN 62
8 BENDAHARA PENERIMAAN / PENGELUARAN 23
9 PEMEGANG BARANG 7
10 PEMEGANG BARANG BERHARGA 5
11 SWAKELOLA 84
KETERANGAN JABATAN :
1. Golongan IV/b : 5 ORANG
2. Golongan IV/a : 2 ORANG
3. Golongan III/d : 34 ORANG
4. Golongan III/c : 24 ORANG
5. Golongan III/b : 78 ORANG
6. Golongan III/a : 43 ORANG
7. Golongan II/d : 22 ORANG
8. Golongan II/c : 17 ORANG
9. Golongan II/b : 4 ORANG
10. Golongan II/a : 1 ORANG
314 ORANG
Keterangan lain
1. Penambahan Pegawai : 1 ORANG
2. Pengurangan Pegawai : 2 ORANG
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN
3.1 Defenisi Pajak
Sebelum kita membahas mengenai gambaran data pajak Pajak Restoran, maka kita
harus terlebih dahulu mengetahui tentang defenisi pajak. Adapun defenisi pajak menurut
beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. Menurut Prof. P. J. A. Adriani, (1991:11) Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasinya kembali, yang dapat di
tunjuk langsung dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang harus
menyelenggarakan pemerintahan.
2. Menurut Prof. Rachmat Soemitro SH, (1994:7) Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal balik (Kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
Orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
Restoran atau mekan adalah tempat yang disediakan untuk menyantap makanan dan
minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai mie, kedai kopi, warung
tempat jual makanan/ minuman, tempat berdiskotik dan berkaroke kecuali usaha jasa
katering dan usaha jasa boga.
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran
direstoran.
3.1.1 Sumber Pendapatan Daerah
Dasar hukum sumber pendapatan daerah adalah undang-undang No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
maka penyelenggaraan Pemerintah Daerah dilakukan dengan memberikan
kewenangan yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Daerah. Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah
yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah Daera dan
pembangunan untuk memantapkan Otonomi Daerah yang luas, dan bertanggung
jawab.
Sumber Pendapatan Daerah berasal dari :
a. Pajak Daerah
Menurut undang-undang No 34 tahun 2000 pengertian pajak daerah adalah
iuran wajib yang dilaksanakan oleh Orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
a. Pajak Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di Atas Air
b. Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di Atas Air
c. Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor
d. Pajak Pengambilan dan Pemamfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari :
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g. Pajak Parkir
b. Retribusi Daerah
Menurut undang-undang No 34 Tahun 2000 pengertian Retribusi daerah yang
selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan Orang pribadi atau
Retribusi dibagi atas tiga golongan :
a. Retribusi Jasa Umum
1. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan pajak
dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan
Tertentu
2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi
3. Jasa tersebut memberi mamfaat khusus bagi Orang pribadi atau badan
yang diharuskan membayar Retribusi, di samping untuk melayani
kepentingan dan kemamfaatan umum
4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan Retribusi
5. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya
6. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien serta merupakan
salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial dan
7. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut
dengan tingkat dan/ atau kualitas pelayanan yang lebih baik
b. Retribusi Jasa Usaha
1. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi
Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu
2. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang
terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum
dimamfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu
1. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang
diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi
2. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi
kepentingan umum dan
3. Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin
tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari
pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari
Retribusi perizinan
3.1.2 Fungsi Pajak
Dalam kedudukannya Pajak mempunyai dua fungsi yaitu :
a. Fungsi Budgeter : Pajak sebagai alat memasukkan uang ke dalam kas
negara untuk digunakan sebagai dana pembiayai pengeluaran negara.
b. Fungsi Reguler / mengatur : Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan pengaturan ini biasanya
ditujukan untuk mengatur sektor swasta misalnya :
4. Pajak minuman keras ditinggikan agar rakyat (masyarakat) tidak
terlalu banyak yang menyukai minuman keras.
5. Pajak ekspor direndahkan / dihilangkan untuk merangsang
3.1.3 Jenis Pajak
Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang
pembagiannya dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu :
Menurut sifatnya :
1. Pajak Subjektif yaitu Pajak yang memperhatikan keadaan pribadi wajib
pajak untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang
2. Pajak Objektif yaitu pajak yang dalam pengenaannya hanya
memperhatikan sifat objek pajak saja.
Menurut Golongannya :
1. Pajak Langsung yaitu pajak yang pengenaannya terlebih dahulu di daftar
dengan memberikan nomor kohir (NPWP), yang pengenaannya dilakukan
secara berkal misalnya dikenakan untuk tiap-tiap tahun dan
pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada Orang lain.
Contohnya : PPh dan PPB
2. Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pengenaannya tidak didaftar
berdasarkan nomor kohir (NPWP) dan pengenaannya dilakukan secara
berkala serta pajak tidak dapat dilimpahkan kepada Orang lain.
Contohnya : Bea Materai, Pajak penjualan, Cukai dan sebagainya
Menurut Lembaga Pemungutannya
1. Pajak Negara / Pusat yaitu pajak yang dikelola atau pemungutannya
dilakukan oleh aparat pemerintah pusat untuk mengisi kas negara.
2. Pajak Daerah yaitu pajak yang dikelola atau pemungutannya dilakukan
3.1.4 Mekanisme Pemungutan dan Penyetoran Pajak Restoran
Pemungutannya adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan
data objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi kepada
wajib pajak atau wajib pajak retribusi serta pengawasan penyetoran.
Pelaksanaan pemungutan pajak restoran dilakukan dengan sistem official
assesment. Sistem self assesment adalah sistim dimana wajib pajak dipercayakan
melakukan sendiri mengenai perhitungan, membayar dan melaporkan sendiri
pajak terutangnya ke kas daerah. Sedangkan official assesmet yaitu sistem dimana
pemungutannya pajak dilakukan oleh fiskus, menetapkan pajak terutang melalui
data-data dengan kata lain pajak yang terutang sudah dihitung dan ditetapkan oleh
petugas pajak.
Adapun Mekasisme dari pemungutan dan penyetoran pajak restoran
menurut peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :
1. Pemungutan
a. Kegiatan yang terdiri dari :
1) Operasi Pemungutan :
a) Petugas pemungut setiap hari melaksanakan pemungutan ke
masing-masing WR dengan menyerankan lembar Benda Berharga
sesuai dengan beban Retribusi
b) Petugas pemungut menerima uang hasil pemungutan
c) Petugas pemungut setiap hari menyerahkan uang hasil pemungut
dan bonggol Benda Berharga ke UKT
a) UKT tiap hari menerima uang hasil pemungutan da bonggol Benda
Berharga
b) UKT tiap hari membuat Laporan Pemungutan dan Penyetoran 5
(lima) lembar
c) Koordinator Pemungut menyerahkan Laporan Pemungut dan
Penyetoran beserta uang hasil pemungutan kepada BKP Dipenda
d) UKT mencatat ke Buku Harian UKT
b. Formulir dan buku yang dipergunakan adalah :
1) Formulir terdiri dari :
a) Tanda Terima UKT
b) Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT
2) Buku terdiri dari :
a) Buku Harian UKT
b) Buku Harian Petugas Pemungut
2. Penyetoran Uang Hasil Pemungutan ke Kas Daerah a. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari :
1) BKP Dipenda menerima Laporan Pemungutan dan Penyetoran uang
dari Uang dari UKT
2) BKP Dipenda menjumlahkan Buku Pembantu Penerimaan Sejenis
secara harian
3) BKP Dipenda mencatat Buku Pembantu Penerimaan Sejenis pada
4) BKP Dipenda tiap hari menyetor uang hasil pemungutan ke Kas
Daerah dengan membuat Bukti Sektor Bank
5) Kas Daerah menerima penyetoran uang hasil pemungutan kemudian
menanda tangani dan menyerahkan Bukti Sektor Bank
6) BKP Dipenda atas dasar Bukti Setor Bank yang diterima dari Kas
Daerah mencatat ke dalam kolom penyetoran Buku Kas Umum
7) BKP Dipenda tiap akhir bulan menjumlahkan Buku Kas Umum
kemudian membuat Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran
Uang dan menyerahkan Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran
Uang ke Kepala Daerah serta Buku Kas Umum
b. Formulir dan Buku yang dipergunakan adalah :
1) Formulir terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Penerimaan dan
Penyetoran Uang
b. Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT
2) Buku terdiri dari :
a. Buku Pembantu Penerimaan Sejenis
3.1.5 Mekanisme Penetapan Tarif Pajak Restoran Pasal 45
Dengan pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada restoran.
Pasal 46
1. Tarif Pajak Restoran paling tinggi sebesar 10 % (sepuluh persen)
2. Tarif Pajak Restoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah
Pasal 47
1. Besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (2) dengan dasar
pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 45
2. Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat restoran
3.2 Ketentuan
a. Undang-undang No. 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
b. Undang-undang No.34 Tahun 2000 Tentang perubahan atas undang-undang
No.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
c. Peraturan pemerintah No.65 Tahun 2001 Tentang Pajak daerah dan Retribusi
Daerah
d. Undang-undang No.25 Tahun 1999 Tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
e. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.43 Tahun 1999 Tentang Sistem Dan
Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah Dan Penerimaan
Pendapatan Lain-lain
f. Peraturan daerah No.4 Tahun 2001 Tentang pembentukan organisasi dan tata
kerja dinas-dinas daerah di lingkungan pemerintahan kota medan.
g. Keputusan Walikota Medan No.9 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kota Medan
h. Keputusan Walikota Medan No.12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota
Medan
i. Keputusan Walikota No.25 Tahun 2002 Tentang tugas pokok dan fungsi Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
j. Peraturan Pemerintah No.84 Tahun 2000 Tentang pedoman organisasi perangkat
3.3 Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran
Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran direstoran termasuk Bar, Kafe, Rumah makan, Buffet, Kantin, Kedai
nasi/Kopi dan meliputi penjualan makanan/ minuman di tempat yang disertai tempat
penyantapannya maupun yang diantar / dibawa pulang (Take away)
Pengecualian Terhadap Objek Pajak Restoran adalah :
1. Pelayanan Jasa Boga/ Katering
2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang pendapatan
brutonya tidak melebihi batas Rp.600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan.
3. Penjualan makanan dan atau minuman di tempat yang disertai dengan fasilitas
penyantapannya di hotel.
Subjek Pajak Restoran adalah Orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran
Wajib Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada Restoran
Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10% sepuluh perseratus
Besarnya Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 13 dengan dasar pengenaan
sebagaimana dimaksud pada pasal 12 :
1. Pajak yang terutang dipungut di dalam daerah
2. Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu
3. Pajak Restoran terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat
kegiatan pelayanan restoran dilakukan
3.4 PENDAFTARAN DAN PENDATAAN PASAL 44
1. Pendaftaran dilakukan terhadap wajib pajak yang berdomisili di dalam maupun di
luar Wilayah Daerah memiliki objek pajak di daerah
2. Kegiatan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diawali dengan
mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada Wajib Pajak
3. Wajib Pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar serta
mengembalikannya ke Dinas Pendapatan Daerah
4. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh Wajib Pajak dicatat dalam induk
wajib pajak secara berurutan yang digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak
Daerah (NPWPD) bagi Wajib Pajak
PASAL 45
1. Setiap wajib pajak wajib mengisi SPTPD dan formulir lain yang disamakan
dengan itu
2. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau kuasanya
3. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada Kepala Daerah
atau Pejabat selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa
4. Bentuk, isi dan tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetapkan oleh
Kepala Daerah
3.5 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK PASAL 46
1. Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 (1) Kepala Daerah
atau Pejabat menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD atau yang
dipersamakan dengan itu
2. Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak kurang bayar setelah
lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih
dengan menerbitkan SKPD
PASAL 47
1. Wajib Pajak yang membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal
53 ayat (1) digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan
pajak sendiri yang terutang
2. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala
Daerah dapat menerbitkan :
a. SKPDKB
b. SKPDKBT
3. SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu yang lama 24 (dua puluh empat) bulan
sejak saat terutangnya pajak
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan
telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
sejak saat terutangnya pajak
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi
administrasi berupa 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang
atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan sejak saat terutangnya pajak
4. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila
ditemukan data baru yang semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut
5. SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah
6. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b atau tidak sepenuhnya dibayar
dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan SPTPD
ditambah dengan sanksi administrasi berupa sebesar 2% (dua persen) sebulan
7. Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (3) tidak
dikenakan pada Wajib Pajak apabila melaporkan sendiri sebelum dilakukan
pemeriksaan.
3.6 TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK PASAL 48
1. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh
Kepala Daerah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya SPTPD,
SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.
2. Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil
penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam
atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah.
3. Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
dengan menggunakan SSPD.
4. Pembayaran Pajak dengan sistem membayar sendiri, dilakukan di Kas Daerah
atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah pada tanggal 7, 14, 21, dan 28
berdasarkan SPTPD atas pajak yang telah dipungut dalam masa pajak, bilamana
tanggal tersebut jatuh pada hari libur maka jadwal pembayaran dimundurkan pada
PASAL 49
1. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas
2. Kepala Daerah atau pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib untuk
mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan
3. Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2%
(dua perseratus) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
4. Kepala Daerah atau Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak
untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah
memenuhi parsyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua
perseratus) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar
5. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara
pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (4), ditetapkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat.
PASAL 50
1. Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 diberikan tanda
bukti pembayaran dan di catat dalam bukti penerimaan.
2. bentuk, jenis, isi dan ukuran tanda bukti pembayaran dan bukti penerimaan pajak
3.7 TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN PASAL 51
1. SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPKBT, dan STPD dicatat dalam buku menurut
jenis pajak sesuai dengan NPWPD.
2. Besarnya penetapan dan penerimaan Pajak dihimpun dalam Buku Jenis Pajak dan
atas dasar Buku Jenis Pajak dibuat Daftar Penetapan, Penerimaan dan Tunggakan
per jenis Pajak.
3. Berdasarkan Daftar Penetapan, Penerimaan dan Tunggakan dibuat pelaporan
realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis Pajak sesuai dengan Masa Pajak.
3.8 TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PASAL 52
1. Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya sebagai awal
tindak pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh
tempo pembayaran.
2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau Surat lain yang sejenisnya, Wajib Pajak harus melunasi pajak
yang terutang.
3. Surat teguran, Surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat.
PASAL 53
1. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka
surat lain yang sejenisnya, jumlah pajak yang harus dibayar di tagih dengan Surat
Paksa.
2. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak
tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya.
PASAL 54
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam
sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan.
PASAL 55
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang
pajaknya, setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah
melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan
kepada Kantor Lelang Negara
PASAL 56
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggl, jam dan tempat
pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib
Pajak.
PASAL 57
Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan
pajak daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah.
PASAL 68
1. Kepala Daerah atau Pejabat berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat
memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.
2. Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
Dengan berkembang pesatnya masyarakat di Kota Medan ini mendorong
pengusaha untuk membuka banyak restoran yang sesuai dengan selera dan keinginan
masyarakat yang beraneka ragam tersebut. Dengan banyaknya restoran tersebut maka
Dinas Pendapatan Daerah mengelompokkan restoran tersebut dalam beberapa bagian
serta menghitung jumlah restoran tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel
berikut ini.
4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan Tahun 2007 adalah
No Kode Rekening Jenis Pajak Jumlah WP
Restoran
1 4.1.1.02.06 Restoran Cepat Saji 66
2 4.1.1.02.07 Restoran Nasional 156
3 4.1.1.02.08 Restoran Khas Daerah 90
4 4.1.1.02.09 Warung Nasi, Kedai Kopik, dll 723
5 4.1.1.02.10 Tempat Hiburan 35
Jumlah 1.070
Analisa Data
Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah restoran yang terdapat di Kota
Medan adalah 1.070 Restoran. Dengan banyaknya restoran tersebut Dinas Pendapatan
Daerah Kotan Medan mengenakan Pajak atas Usaha tersebut. Hal ini berarti berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jika diperhatikan lebih jauh, potensi pajak
restoran sangat besar apabila dilihat dari perkembangan jenis usaha restoran di Kota
Medan misalnya :
1. Usaha Restoran yang cepat saji seperti KFC, Mc Donnal’s, A&W serta restoran
lain yang mempunyai banyak cabang di Kota Medan.
2. Usaha Rumah makan seperti rumah makan ACC, Kesawan Square, Rumah makan
Garuda dan lain-lain
Dinas Pendapatan Daerah seharusnya melihat potensi ini dan berupaya agar mampu
mengelola sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari pajak restoran dengan
baik dan benar, sehingga pada tahun-tahun yang akan datang penerimaan pendapatan asli
daerah dapat lebih ditingkatkan. Besarnya pengenaan Pajak tersebut tergantung dari maju
tidaknya usaha restoran yang dikelola.
Dasar Pendaftaran dan Pemungutan Pajak adalah :
1. Self Assesment, yaitu untuk restoran-restoran yang besar
2. Official Assesment, yaitu restoran-restoran yang kecil.
Besarnya perkiraan Potensi Pajak Restoran Kota Medan tahun 2007 tidak sepenuhnya
dapat direalisasikan walaupun ada juga yang dapat direalisasikan. Seperti yang telah
Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun 2007 Untuk Pajak :
Kode Rekening Jenis Pajak
4.1.1.02.06 Restoran Cepat Saji
4.1.1.02.07 Restoran Nasional
4.1.1.02.08 Restoran Khas Daerah
4.1.1.02.09 Warung Nasi, Kedai Kopi, Dll
4.1.1.02.10 Tempat Hiburan
Realisasi Penerimaan Pajak Daerah
N
1. Januari 36.756.400.000 3.063.033.333 652.588.934,00 1,78
2 Februari 36.756.400.000 3.063.033.333 3.547.895.395,86 9,65
3 Maret 36.756.400.000 3.341.490.909 6.335.996.992,66 17,24
4 April 36.756.400.000 3.341.490.909 9.324.673.093,16 25,37
5 Mei 36.756.400.000 3.341.490.909,00 12.434.342.288,25 33,83
6 Juni 36.756.400.000 3.341.490.909,08 15.779.759.971,00 42,93
7 July 36.756.400.000 3.341.490.909,08 19.149.018.558,95 52,10
8 Agustus 36.756.400.000 3.341.490.909,08 22.601.749.495.55 61,49
9 September 36.756.400.000 3.341.490.909,08 25.815.674.531.45 70,23
10 Oktober 36.756.400.000 3.341.490.909,08 29.457.217.663,30 80,14
11 November 36.756.400.000 3.341.490.909,08 33.162.382.292,70 90,22
12 Desember 36.756.400.000 3.341.490.909,08 37.189.878.638,70 101,18
Data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Dari Uraian di atas maka realisasi dari target tersebut terdapat peningkatan dari
Januari sebesar 1,78 %. Sebagai contoh perbandingan saya akan membandingkan
perhitungan realisasi bulan Januari dan bulan Desember
1. Januari = 652.588.934,00 (1,78)
2. Desember = 37.189.878.638,70 (101,18 %)
Jumlah Desember – Januari
= Rp. 37.189.878.638,70 - 652.588.934,00
= Rp. 36.537.289.704,70
Jumlah persentasenya
= 101.18 % – 1.78 %
= 99,8 %
Rumus Perhitungan Pajak Restoran dapat dilakukan sebagai berikut :
Dimana : I1 : Pendapatan Restoran i per Hari
H : Hari per tahun = 365 hari
10% : Dasar pengenaan pajak
Analisa Data
Dari tabel di atas dapat kita lihat terjadinya peningkatan pendapatan pajak
restoran bulan Desember sekitar 99,8 % berarti telah mencapai bahkan melebihi target
yang telah ditetapkan. Bisa kita lihat 99,8 % = Rp. Rp. 36.537.289.704,70. Sungguh
jumlah yang sangat besar dari pencapaian Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota atau
yang disebut dengan Over Target. Dari jumlah ini kita bisa menilai cara kinerja petugas
pemungut Pajak daerah ini sangat Intensitas dalam menyukseskan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), sehingga anggaran APBD untuk kota medan bisa distabilkan dengan
pendapatan pajak daerah.
Meningkatnya pendapatan ini tidak terlepas dari pendataan dan pendaftaran Wajib
Pajak yang semakin lama banyak dibangun tempat-tempat hiburan, restoran-restoran
berkelas yang memungkinkan pajak bisa kita pungut dari sana.
Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak kendala ataupun hambatan yang
dihadapi, baik hambatan Internal maupun hambatan External. Target dan Realisasi
tercapai dapat dilakukan karena banyaknya objek-objek pajak baru yang diperkirakan
akan dapat menjadi sumber pendapatan pajak restoran.
Hambatan Internal itu dapat berupa kendala administratif serta kurangnya
kesiapan sumber daya manusia. Sedangkan hambatan External dapat berupa hambatan
yang dihadapi langsung di lapangan
Intensifikasi dan Extensifikasi dalam target dan realisasi pajak restoran bulan Januari
tahun 2007 adalah paling rendah diantara semua sektor pajak restoran yang ada di Kota
Medan. Hal ini dapat terjadi karena intensifikasi dan extensifikasi merupakan suatu
pemungutan-pemungutan pembayaran yang dilakukan oleh fiskus terhadap wajib pajak
restoran sebagai pertambahan insidentil.
Dari target yang ditetapkan Rp.3.063.033.333, - untuk bulan Januari yang dapat
direalisasikan hanya sebesar Rp.652.588.934,00 atau 1,78 %. Maka dapat dikatakan
Jumlah Realisasi – Target
= Rp. 652.588.934,00 - Rp.3.063.033.333,
= Rp.2.410.445.399
Hal ini bisa terjadi karena pertambahan pendapatan insidentil itu tidak dapat
dipungut karena banyak wajib pajak restoran yang menutup usahanya dan tidak
mendaftarkan usahanya sebagai wajib pajak restoran, yang menyebabkan target jauh dari
jangkauan untuk direalisasikan.
Dalam bab ini Penulis akan membahas mengenai analisa dan evaluasi tentang
Pemungutan Pajak Restoran secara lebih lanjut lagi.
4.2 Hambatan-hambatan dalam Pemungutan Pajak Restoran
a. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan SKPD yang
telah diterbitkan (menunggak pajak)
b. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai yang
tercantum dalam SKPD
c. Terdapat beberapa wajib pajak yang menutup usahanya
d. Masih terdapat wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD
e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai
dengan yang dikutip dari subjek pajak
f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak sesuai yang
dilaporkan (tunggakan pajak)
4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak restoran adalah
a. Kesadaran wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
b. Tersedianya peraturan daerah tentang pajak daerah.
c. Berdirinya atau terdapatnya usaha Rertoran, Cafe, Rumah makan, Kedai Nasi/
Kopi dan usaha lainnya yang sejenis dan sejalan dengan perkembangan Kota
Medan saat ini.
d. Tidak sesuai pembayaran pajak yang sudah ditetapkan dengan penghasilan
4.4Upaya-upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran
Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan,
maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan demi
peningkatan penerimaan pajak restoran tersebut.
Upaya-upaya tersebut adalah :
a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau wajib pajak dengan
melaksanakan penjagaan
b. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak baru.
c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasif kepada wajib pajak yang
melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam
SKPD
d. Melaksanakan Penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum
menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan
e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja
f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan
SPTPD
g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi /
omzet yang sebenarnya.
h. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak.