• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Komunikasi Antarpribadi Sebagai Solusi Konflik Pada Hubungan Persahabatan Remaja SMU Negeri 7 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Komunikasi Antarpribadi Sebagai Solusi Konflik Pada Hubungan Persahabatan Remaja SMU Negeri 7 Medan"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI SEBAGAI SOLUSI KONFLIK PADA HUBUNGAN PERSAHABATAN REMAJA SMU NEGERI 7 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S1) Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh

RIZKI PUTRA HIDAYAT 070922064

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul peranan komunikasi antarpribadi sebagai solusi konflik dalam hubungan persahabatan remaja SMU Negeri 7 Medan. Tujuannya adalah untuk mengetahui peranan komunikasi antarpribadi dalam menyelesaikan konflik dalam hubungan persahabatan dikalangan siswa dan siswi SMU Negeri 7 Medan.

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi, remaja dan persahabatan, konflik dalam hubungan dan teori self disclosure. Teori self disclosure digunakan untuk mengetahui proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain maupun sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi dalam dirinya.

Metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif,yaitu menggambarkan atau melukiskan hasil penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. Penelitian yang bersifat menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah terkumpul yang nantinya dianalisa. Populasi pada penelitian ini adalah siswa dan siswi SMU Negeri 7 Medan dengan jumlah siswa sebanyak 723 orang. Dengan menggunakan rumus taro yamane dengan presisi 10% dan selang kepercayaan 90%, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 88 orang. Distribusi sampel menggunakan teknik accidental sampling.

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya, karena izin serta limpahan anugerah yang tak terhitung, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, serta selawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan teladan yang baik kepada seluruh umat manusia.

Adapun judul dari skripsi ini adalah Peranan Komunikasi Antarpribadi Sebagai Solusi Konflik Dalam Hubungan Persahabatan Remaja SMU Negeri 7 Medan. Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ayahanda tercinta Dannert Sihombing dan ibunda tercinta Siti Fatimah, serta adik-adik tersayang Fauzi dan Luna yang selalu mendoakan dan membantu penulis dari segi materil maupun spiritual. Terima kasih untuk semua kasih sayang dan dukungan yang diberikan seluruh keluarga kepada penulis. Dan penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Amir Purba, MA, Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku pembantu Dekan I yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan.

(4)

memberikan dukungan, bimbingan, pengetahuan, saran serta arahan yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi serta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Departemen Ilmu Komunikasi yang banyak membantu penulis dalam segala urusan perkuliahan maupun penyelesaian skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan terbaik penulis, , Kibar, Gondel, Frans, Mamid, Poltak, Robin Consolatio, jalich , bang Nanang, k’Ammy, Riri, k’didi, rere andaresta, mery, dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan namanya, mari kita terus berkarya

7. Sahabat-sahabat tersayang yang tak pernah berhenti menemani hari-hari penulis, Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis menerima kritikan dan saran yang membangun dari pada pembaca. Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, baik sekarang maupun yang akan datang. Amin Ya Robbal Alamin…..

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

I.5.1) Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi ... 8

I.5.2) Remaja dan Persahabatan... 12

I.5.3) Konflik Dalam Hubungan Persahabatan... 14

I.6 Kerangka Konsep ... 15

I.6.1) Komponen Peranan KomunikasiAntarpribadi... 16

I.6.2) Komponen Konflik dalam hubungan Persahabatan.... 16

I.7 Model Teoritis... 17

I.8 Operasional Konsep ... 18

I.9 Definisi Operasional ... 19

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi ... 22

II.1.1) Pengertian Komunikasi ... 22

II.1.2) Fungsi Komunikasi ... 25

II.1.3) Tujuan Komunikasi ... 26

II.2 Komunikasi Antarpribadi ... 27

II.2.1) Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 27

II.2.2) Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi ... 29

II.2.3) Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 30

II.2.4) Jenis-jenis Hubungan Antarpribadi... 32

II.2.5) Teori Self Disclosure ... 36

II.3 Remaja dan Persahabatan ... 41

II.4 Konflik dalam Hubungan Persahabatan ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian ... 48

III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

III.3 Populasi dan Sampel ... 48

(6)

III.3.2) Sampel ... 49

III.4 Teknik Penarikan Sampel ... 50

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 51

III.6 Teknik Analisis Data ... 52

III.7 Langkah-Langkah Penelitian ... 52

III.7.1) Tahap Awal ... 52

III.7.2) Pengumpulan Data ... 53

III.7.3) Proses Pengolahan Data ... 53

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Desksripsi Lokasi penelitian ... 55

IV.1.1) Lokasi Penelitian... 55

IV.1.2) Keadaan Siswa... 56

IV.2 Analisa Tabel Tunggal ... 57

IV.2.1) Karakteristik Responden ... 57

IV.2.2) Peranan Komunikasi Antarpribadi ... 62

IV.2.3) Konflik Dalam Hubungan Persahabatan ... 73

IV.3 Pemabahasan ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 84

V.2 Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 10. Apakah Pernah Bermasalah Dengan Sahabat ... 61

Tabel 11. Dimana Saling Bertemu Pertama Kali Dengan Sahabat ... 62

Tabel 12. Cara Bertemu Dengan Sahabat Setiap Harinya ... 62

Tabel 13. Cara Berkomunikasi Dengan Sahabat ... 63

Tabel 14. Suasana Saat Berbincang-Bincang Dengan Sahabat ... 64

Tabel 15. Topik Yang Biasa Diperbincangkan Dengan Sahabat ... 65

Tabel 16. Apakah Pernah Merasakan Kesulitan Sahabat ... 66

Tabel 17. Saat Sahabat Mengikuti Lomba Apakah Kamu Mendukung ... 67

Tabel 18. Sikap Kamu Saat Sahabat Menyampaikan Masalah ... 68

Tabel 19. Sikap Sahabat Saat Kamu Mengemukakan Masalah ... 68

Tabel 20. Apakah Kamu Mengetahui Saat Sahabat Mengalami Kesulitan ... 69

Tabel 21. Jika Kesalahan Terjadi,Yang Kamu Lakukan ... 70

Tabel 22. Jika Sahabat Memiliki Prestasi,Apakah TetapMemberi Dukungan ... 71

Tabel 23. Sikap Kamu Jika Memiliki Sahabat Baru ... 72

Tabel 24. HalYang Sering Menimbulkan Perbedaan Pendapat ... 73

Tabel 25. Hal Yang Tidak Ingin di Bicarakan Dengan Sahabat ... 74

Tabel 26. Keinginan Memiliki Sahabat Baru Pada Waktu Mengalami Masalah . 74 Tabel 27. Alasan Menginginkan Sahabat Baru ... 75

Tabel 28. Perubahan Apa Yang Terjadi Pada Sahabat ... 76

Tabel 29. Pernahkah Merasa Tidak Memperoleh Sesuatu Yang Diharapkan ... 77

Tabel 30. Hal Yang Diharapkan Tetapi Tidak Diperoleh Dari Sahabat ... 77

Tabel 31. Yang Dilakukan Jika Mengalami Masalah Dalam Hubungan ... 78

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

LAMPIRAN 1 Lembar catatan bimbingan skripsi

(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul peranan komunikasi antarpribadi sebagai solusi konflik dalam hubungan persahabatan remaja SMU Negeri 7 Medan. Tujuannya adalah untuk mengetahui peranan komunikasi antarpribadi dalam menyelesaikan konflik dalam hubungan persahabatan dikalangan siswa dan siswi SMU Negeri 7 Medan.

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi, remaja dan persahabatan, konflik dalam hubungan dan teori self disclosure. Teori self disclosure digunakan untuk mengetahui proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain maupun sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi dalam dirinya.

Metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif,yaitu menggambarkan atau melukiskan hasil penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. Penelitian yang bersifat menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah terkumpul yang nantinya dianalisa. Populasi pada penelitian ini adalah siswa dan siswi SMU Negeri 7 Medan dengan jumlah siswa sebanyak 723 orang. Dengan menggunakan rumus taro yamane dengan presisi 10% dan selang kepercayaan 90%, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 88 orang. Distribusi sampel menggunakan teknik accidental sampling.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia selalu akan mengadakan kontak sosial yaitu selalu berhubungan dengan orang lain. Bahkan sebahagian besar dari waktu kita gunakan untuk berkomunikasi. Mengingat kuantitas berkomunikasi yang dilakukan di bandingkan dengan kegiatan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang penting bagi manusia.

(12)

Hubungan tersebut dapat dilihat pada hubungan individu dengan keluarga, teman, dosen, pacar, tetangga, atau teman yang didasari dengan adanya komunikasi. Salah satu jenis dari komunikasi antarpribadi adalah hubungan persahabatan.

Persahabatan adalah salah satu hubungan yang paling penting dalam pembentukkan hidup kita. Melalui persahabatan, orang mendapatkan kepercayaan, kasih sayang, penerimaan dan dukungan. Hubungan yang paling penting di luar keluarga adalah hubungan yang kita bangun dengan teman-teman kita yaitu hubungan persahabatan.

Persahabatan sangat penting bagi remaja karena untuk membantu memudahkan transisi dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Ini juga merupakan kesempatan untuk memperoleh pengalaman, yang akan membantu proses pengembangan identitas diri dan meningkatkan kemampuan untuk bersosialisasi, dan keterampilan komunikasi pengelolaan konflik.

Bersahabat dekat dengan seseorang membutuhkan banyak pengertian, waktu dan rasa percaya. Persahabatan diperoleh setelah melalui tahap perkenalan. Seseorang sahabat merupakan orang yang memiliki kedudukan tertentu dalam hubungan antarpribadi. Menempatkan seseorang menjadi sahabat karena telah mengenal dia dengan baik, selain itu kita juga telah menaruh rasa percaya dan harapan kepada sahabat sebagai seseorang yang mempunyai perhatian terhadap kita. Persahabatan sejati juga diartikan dengan melipat gandakan kebaikan dalam hidup dan memecahbelah keburukan hidup.

(13)

ganjaran dan biaya (Rakhmat, 1996:121). Lebih spesifik lagi, suatu hubungan kemungkinan besar akan dipelihara ketika dianggap menguntungkan .

Hubungan berkembang sejalan dengan waktu dan individu yang terlibat dalam suatu hubungan berusaha saling mengenal sehingga dapat melakukan proses penyesuaian tehadap perbedaan masing-masing. Apabila penyesuaian berhasil hubungan akan berjalan lancar, bertambah dekat dan akrab. Namun apabila penyesuaian tersebut tidak berjalan dengan baik, akan terjadi suatu kemunduran dalam hubungan itu. Hubungan mungkin dapat tumbuh dan maju, menjadi kuat dan lebih bermakna, tetapi mungkin juga dapat menyusut dan mundur. Kemunduran hubungan terjadi apabila mulai muncul ketidakpuasan dan konflik diantara anggota hubungan tersebut, begitu juga dalam hubungan persahabatan.

Jika dua orang atau lebih secara individu tidak setuju atau berbeda secara ekstrim tentang suatu gagasan,isu,tindakan,sasaran dan tujuan dan seandainya hasil perpaduan dari mereka adalah signifikan maka disana berarti telah terjadi konflik antarpribadi. Konflik antarpribadi ini seringkali dipicu oleh adanya perbedaan persepsi,perbedaan asumsi, perbedaan orientasi,perbedaan status dan perbedaan prinsip.

(14)

pacar. Sejalan dengan bertambahnya pertentangan antara mereka terlihat pula keinginan yang besar pada remaja untuk berkumpul dengan teman-teman sebaya. Pergaulan dengan teman sebaya bertambah sering dan bertambah akrab.

Objek dari penelitian ini adalah remaja, karena dengan melihat pertimbangan bahwa kaum remaja memiliki suatu fenomena interaksi sosial yang berbeda dengan golongan masyarakat yang lain, diikuti dengan pernyataan yang menyatakan bahwa remaja adalah suatu masa transisi dimana seseorang anak menjalini proses menjadi dewasa, dan pada masa tersebut tidak jarang terjadi bahwa kaum remaja sangat sulit untuk dapat dimengerti oleh orangtuanya maupun oleh orang dewasa lainnya, melainkan sahabatnya yaitu semasa remaja (Hurlock, 1997:207). Setiap remaja menampilkan sebuah dunia didalam diri kita, suatu dunia yang mungkin tidak akan pernah ada kalau si sahabat itu tidak muncul, dan hanya lewat pertemuan inilah sebuah dunia akan lahir. Dimana dengan melihat beberapa pertimbangan tersebut dapat dikatakan bahwa remaja sebagai suatu fenomena yang menarik, khususnya pada hubungan persahabatan antara remaja.

(15)

persahabatan beberapa siswa SMU Negeri 7 dan peneliti mengetahui ada beberapa siswa yang bertengkar atau terlibat konflik dengan sahabatnya.

Seringkali suatu hubungan mengalami konflik dan mulai mengalami kemunduran yang disebabkan adanya proses negoisasi yang tidak berjalan dengan baik dan mengakibatkan pola komunikasi diantara persahabatan mereka berubah. Peneliti ingin mengetahui apa yang menyebabkan konflik dalam persahabatan remaja tersebut dan sebagai solusinya, komunikasi apa yang digunakan oleh remaja ketika mengalami konflik dalam hubungan persahabatan, serta penerapan dari solusi tersebut.

Berdasarkan dengan hal-hal yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk meneliti “ Peranan Komunikasi Antarpribadi Sebagai Solusi Konflik Pada Hubungan Persahabatan Remaja di SMU Negeri 7 Medan”.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakanng yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah peranan komunikasi antarpribadi sebagai solusi konflik pada hubungan persahabatan remaja SMU Negeri 7 Medan?” I.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

(16)

2. Penelitian ini dilakukan di SMU 7 Medan dan objek yang akan diteliti adalah siswa kelas X dan kelas XI.

3. Hal yang diteliti adalah penerapan komunikasi sebagai solusi konflik pada hubungan persahabatan siswa SMU Negeri 7 Medan.

4. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010. I.4 Tujuan dan Manfaat

I.4.1) Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penyebab dari konflik yang terjadi dalam hubungan

persahabatan remaja SMU Negeri 7 Medan.

2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi yang merupakan solusi konflik pada hubungan persahabatn remaja SMU Negeri 7 Medan.

3. Untuk mengetahui penerapan komunikasi sebagai solusi konflik pada remaja SMU Negeri 7 Medan untuk menyelesaikan konflik pada hubungan persahabatan remaja SMU Negeri 7 Medan.

I.4.2) Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis, penelitian ini di harapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di bidang komunikasi.

(17)

3. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya remaja diharapkan mampu memberi informasi tambahan tentang dunia remaja.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah, untuk itu perlu di susun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti. (Nawawi,1995:39). Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi permasalahan yang diajukan digunakan teori-teori yang mendukung dan berguna untuk membahas permasalahan.

Adapun teori-teori yang di anggap relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi antarpribadi, hubungan persahabatan, penyebab konflik dalam hubungan persahabatan serta remaja.

1.5.1) Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi

Menurut Onong Uchjana Effendy, istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis

yang berarti sama. Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya, yang dilakukan kepada orang lain baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku (Effendy,2004:60)

Adapun bentuk dari komunikasi yaitu: (effendy,2004:7) 1. Komunikasi Antar Pribadi

(18)

3. Komunikasi Organisasi 4. Komunikasi Massa

Dalam keseluruhan komunikasi menjadi akan memberikan manfaat yang mendalam, jika komunikasi berlangsung dengan baik mampu memberi keuntungan dan mampu mencapai tujuan yang baik, jika komunikasi menjadi efektif. Pentingnya komunikasi untuk membina hubungan yang baik, bahwa kebutuhan utama manusia dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang-orang lain. Menurut Abraham Maslow menyebutkan bahwa satu di antara keempat kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan sosial untuk memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi, dan menerima persahabatan.

Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional, sebuah hubungan antar manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Hubungan antar pribadi yang berkelanjutan dan terus menerus akan memberikan semangat, saling merespon tanpa adanya manipulasi, tidak hanya tentang menang atau kalah dalam beragumentasi melainkan tentang pengertian dan penerimaan. (Beebe,2008:3). Komunikasi antarpribadi merupakan awal mula membangun sebuah hubungan dan akan mempengaruhi kelanjutan hubungan tersebut, jika hubungan dan komunikasi terjalin baik, timbul sikap saling memnghargai memberikan perhatian lebih satu dengan yang lain. Maka hubungan akan terjalin lama atau panjang.

(19)

a. Keterbukaan (Openness) b. Empati (Empathy)

c. Dukungan (Supportiveness) d. Rasa Positif (Positiveness) e. Kesamaan (Equality)

Beberapa alasan umum mengapa seseorang menjalin hubungan diantaranya yaitu: mengurangi kesepian dimana rasa kesepian muncul ketika kebutuhan interaksi akrab tidak terpenuhi, mengutarakan dorongan karena semua manusia membutuhkan dorongan semangat dan salah satu cara terbaik mendapatkannya adalah dengan interaksi antar manusia, memperoleh pengetahuan tentang diri sendiri karena melalui interaksi seseorang akan melihat dirinya seperti orang lain melihatnya, memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan rasa sakit dengan cara melalui berbagi rasa dengan orang lain karena seseorang berusaha untuk memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan rasa sakit (Devito,1997:226).

(20)

Berbicara tentang hubungan, ada beberapa teori yang berkaitan dengan pengembangan hubungan, salah satunya menurut Joseph Luft (1969) dalam Liliweri (1997:53), yaitu :

Self Disclosure (Pengungkapan Diri)

Adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain maupun sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi dalam dirinya. Pada teori ini terjadi ketika kita dengan sengaja memberikan informasi tentang diri kita sendiri kepada orang lain, dimana mereka tidak akan mengetahui dan memahami kita jika kita tidak memberitahukan kepada orang lain. Hubungan antarpribadi tdak akan mencapai keintiman tanpa pengungkapan diri (self disclousure). Dengan pengungkapan diri setiap individu dapat melangsungkan hubungan dengan siapapun, dengan demikian akan terbina kedekatan dan saling mengenal satu dengan yang lain.

Ada empat macam pengenalan yang ditunjukkan dalam jendela Johari Window. Tidak

Diketahui sendiri diketahui sendiri Diketahui

orang lain

Tidak diketahui Orang lain

Gambar 1. Jendela Johari (Liliweri,1997:53) 1. Terbuka 2. Buta

(21)

Menurut Johari bahwa tiap diri kita memiliki keempat unsur tersebut, termasuk yang belum diketahui maupun yang disadari. Dalam pengembangan hubungan terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang tersebut.

Bidang 1. Mengetahui diri sendiri dan mengetahui orang lain.

Melukiskan kondisi antara seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

Bidang 2. Tidak mengetahui diri sendiri tetapi mengetahui orang lain. Melukiskan masalah hubungan antara kedua belah pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh dirinya sendiri.

Bidang 3. Mengetahui diri sendiri tetapi tidak mengetahui orang lain. Masalah hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak

diketahui oleh orang lain.

Bidang 4. Tidak diketahui diri sendiri atau orang lain.

Dimana kedua belah pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka.

I.5.2) Remaja dan Persahabatan

(22)

Persahabatan diperoleh setelah melalui tahap perkenalan. Seorang sahabat merupakan orang yang mempunyai kedudukan tertentu dalam hubungan antarpribadi. Menempatkan seseorang menjadi sahabat karena telah mengenal dia dengan baik, selain itu kita juga telah menaruh percaya dan harapan kepada dia sebagai seseorang yang mempunyai perhatian terhadap kita(Liliweri,1997:58). Persahabatan yang baik ditandai dengan adanya kehangatan dan kasih sayang, kejujuran,adanya komitmen dan menjalani tersebut dengan alami. Dalam hubungan persahabatan, komitmen ditunjukkan dengan cara mengorbankan waktu dan energi mereka untuk menolong sahabat yang membutuhkan. Namun sering kali individu dalam menjalankan suatu hubungan tidak menyadari harapan mereka pada sahabatnya, sampai terjadi sesuatu yang dirasakannya mengganggu. Hubungan tersebut mengalami konflik dan mulai mengalami kemunduran dan proses negosiasi tidak bejalan yang mengakibatkan pola komunikasi diantara mereka berubah. Padahal komunikasi mempengaruhi hubungan karena komunikasi dan hubungan senantiasa berkaitan.

(23)

bergantung pada orang tua, mereka mulai mencari teman sebaya sebagai tempat yang dapat dipercaya untuk membicarakan masalah-masalah mereka.

Dalam setiap periode peralihan, remaja bukan lagi seorang anak kecil dan juga merupakan orang dewasa. Kalau remaja berprilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai umurnya. Tetapi kalau remaja berprilaku seperti orang dewasa, ia sering kali diperolok atau dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Dilain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan perilaku,nilai, dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. Pada masa remaja terdapat kecenderungan untuk mengurangi jumlah teman meskipun sebagian besar remaja menginginkan untuk menjadi anggota dari kelompok sosial yang lebih besar dalam kegitan sosial. Karena kegiatan sosial kurang berarti dibandingkan dengan persahabatan pribadi yang lebih erat, maka pengaruh kelompok sosial yang lebih besar menjadi kurang menonjol dibandingkan dengan pengaruh teman-teman (Hurlock,1997:207). Dalam memilih teman, remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai pemikiran yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orangtua maupun guru (Hurlock,1997:215).

I.5.3) Konflik Dalam Hubungan Persahabatan

(24)

hubungan. Kemunduran hubungan dimulai dengan adanya ketidakpuasan individu pada pasangannya(Devito.1997:296).

Defenisi dari konflik itu sendiri adalah suatu keadaan dimana individu satu dengan individu lain mengalami perbedaan persebsi atau pendapat yang tidak dapat dipersatukan sehingga mengakibatkan proses negosiasi yang tidak berjalan dengan baik(Devito,1997:296).

Beberapa penyebab konflik pada suatu hubungan yaitu: (Devito,1997:250) a. Alasan-alasan untuk membina hubungan telah meluntur

b. Hubungan pihak ketiga c. Perubahan sifat hubungan d. Harapan yang tidak terkatakan

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka adalah hasil pemikiran rasional yang merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat menghantarkan penelitian pada perumusan hipotesa.

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan mengeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada hipotesis. (Nawawi,1995:40)

(25)

Dalam menyusun kerangka konsep diperlukan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan antara satu teori dengan teori lainnya. Sehingga masalah yang diteliti menjadi jelas penyelesaiannya. (Ginting,2008:97).

Dalam komunikasi antarpribadi sudah jelas bahwa yang melakukan komunikasi adalah individu. Pada hakikatnya dalam berkomunikasi seseorang membawa serta nilai-nilai dan latar belakang yang beragam. Seperti jenis kelamin, usia dan kelas. Hal ini berpengaruh dalam berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan. Maka peneliti mengeneralisasikan pada beberapa komponen, yaitu:

I.6.1 Komponen Peranan Komunikasi Antarpribadi

Komponen komunikasi antar pribadi dalam penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi yang dilakukan sebagai solusi konflik dalam hubungan persahabatan siswa siswi SMU Negeri 7 Medan.

I.6.2 Komponen Konflik Dalam Hubungan Persahabatan

(26)

I.7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah disusun untuk memudahkan penelitian, maka peneliti membuat model teoritis dengan memasukkan ke dalam skema sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Model Teori

Komponen Peranan Komunikasi

Antarpribadi

Komponen

(27)

I.8 Operasional Konsep

Berdasarkan kerangka teori dan konsep yang ada diatas maka dibuat operasional konsep untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian ini,yaitu:

Komponen Indikator

Peranan Komunikasi Antarpribadi Sebagai Solusi Konflik dalam Hubungan Persahabatan

a) Self disclosure b) Keterbukaan c) Empati

d) Sikap Mendukung e) Sifat Positif f) Kesetaraan

g) Alasan-alasan untuk membina hubungan telah luntur

h) Hubungan pihak ketiga i) Perubahan sifat hubungan j) Harapan yang tidak terkatakan k) Jenis Kelamin

(28)

I.9 Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberikan cara mengukur variabel penelitian. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun,1995:46).

Definisi operasional dari konsep-konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Self disclosure (pengungkapan diri)

Adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain meupun sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi dalam dirinya.

b) Keterbukaan

Memiliki pengertian bahwa dalam komunikasi antar pribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi, kesediaan untuk membuka diri, kesediaan untuk mengakui perasaan dan pikiran yang anda miliki dan juga mempertanggungjawabkannya.

c) Empati

Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu dari sudut pandangan atau kacamata orang lain tersebut, dimana seseorang juga mampu untuk memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan, dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa depannya

(29)

Dalam hal ini merupakan pelengkap daripada kedua hal sebelumnya, karena komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung.

e) Sikap Positif

Komunikasi antarpribadi akan terbina apabila orang memiliki sikap yang positif terhadap diri mereka sendiri, karena orang yang merasa positif dengan diri sendiri akan mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini kepada lawan bicaranya, kemudian sikap positif juga dapat diwujudkan dengan memberikan suatu sikap dorongan dengan menunjukkan sikap menghargai keberadaan , pendapat, dan pentingnya orang lain, dimana perilaku ini sangat bertentangan dengan sikap sikap ketidak acuhan

f) Kesetaraan

Memiliki pengertian bahwa kita menerima pihak lain atau mengakui dan menyadari bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga. Karena pada kesetaraan, suatu konflik akan lebih dapat dinilai sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pastia ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.

g) Alasan-alasan untuk membina hubungan telah meluntur

Masing-masing individu dalam suatu hubungan mempunyai kepercayaan atau cara mereka berfikir tentang suatu hubungan perbedaan pengertian dan kepercayaan tentang hubungan akan mempengaruhi hubungan tersebut.

(30)

Suatu hubungan akan mengalami kemunduran apabila salah satu anggota dalam hubungan itu mempunyai hubungan baru dengan yang lain. Apalagi apabila hubungan baru itu lebih baik daripada hubungan sebelumnya.

i) Perubahan sifat hubungan

Perubahan perilaku individu dalam suatu hubungan akan menghasilkan problem yang serius. Apabila mereka tidak terbiasa dengan perubahan tersebut maka mereka akan merasa tidak nyaman, akibatnya hubungan yang sedang berjalan akan mengalami konflik.

j) Harapan yang tidak terkatakan

Harapan individu dalam suatu hubungan sering kali tidak realistik bagi individu lainnya.

k) Jenis Kelamin

Adalah merupakan pembagian pria atau wanita dari responden yang akan dilakukan

l) Usia

Adalah menunjukkan kondisi dari responden yang akan dilajukan, dimana terdapat batasan umur untuk para responden tersebut.

m) Kelas

(31)

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi

II.1.1) Pengertian Komunikasi

Banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistik, dan sebagainya, menyebabkan banyaknya definisi tentang komunikasi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya.

Carl I. Hovland (Widjaja, 2000: 26-27) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah perilaku orang lain. Jadi, dengan demikian komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap, bertingkah laku yang sama dengan kita.

Salah satu definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.

Paradigma Lasswel di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

(32)

b. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambing, bahsa, gambar dan sebagainya.

c. Media (channel, media) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauhyempatnya atua banyak jumlahnya, maka diperlukan media sebagaipenyampai pesan.

d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.

e. Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003: 10).

Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak dapat memahaminya (Widjaja, 2000: 15).

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepadaorang lain, komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian serta kedua belah pihak saling memahaminya. Dimana dapat disimpulkan bahwa komunikasi sangat penting sama halnya dengan bernafas. Kualitas komunikasi menentukan keharmonisan hubungan dengan sesame individu. Adapun bentuk dari komunikasi yaitu (Effendy, 2003: 7) :

(33)

Terdiri dari komunikasi intra personal (Intrapersonal Communication) dan komunikasi antar personal (Interpersonal Communication).

b. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok kecil (small group communication), terdiri dari

ceramah, forum, diskusi dan seminar.

Komunikasi kelompok besar (large group communication), terdiri dari

kampanye.

c. Komunikasi Organisasi (Organization Communication). d. Komunikasi Massa (Mass Communication).

Adapun proses komunikasi menurut Onong terbagi atasa dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder (Effendy, 2004: 11).

a. Proses Komunikasi Secara Primer

Adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing sebagai media. Lambing ini umumnya bahasa tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambing-lambang yang digunakan dapat berupa gerak tubuh, gambar, warna dan sebagainya.

b. Proses Komunikasi Secara Sekunder

(34)

II.1.2) Fungsi Komunikasi

Komunikasi sebagai ilmu dan seni, sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik, tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Adapun fungsi-fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Menyampaikan informasi (To inform)

Komunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi, tidak hanya informasi tetapi juga pesan, ide, gagasan, opini maupun komentar. Sehingga masyarakat bisa mengetahui keadaan yang terjadi dimanapun.

b. Mendidik (To educate)

Komunikasi sebagai sarana informasi yang mendidik, menyebarluaskan kreativitas, tidak hanya sekedar memberi hiburan, tetapi juga memberi pendidikan untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun untuk di luar sekolah, serta memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, dan lebih berkembang.

c. Menghibur (To entertain)

(35)

d. Mempengaruhi (To influence)

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apayang dilihat, dibaca dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilaibaru untuk mengubah sikap dan perilaku kea rah yang baik dan modernisasi.

II.1.3) Tujuan Komunikasi

Dalam berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dan lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Ada empat tujuan komunikasi (Effendy, 2004) yaitu:

a. Perubahan sikap

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya memberikan informasi mengenai bahaya menggunakan obat-obatan terlarang dan tujuannya adalah agar masyarakat tidak menggunakan obat-obatan terlarang.

b. Perubahan pendapat

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan. Misalnya informasi mengenai kebijakan baru pemerintah yang biasanya selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat masyarakat dapat terbentuk untuk mendukung kebijakan tersebut.

(36)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya informasi tentang kerugian dari tawuran agar siswa dan mahasiswa jangan ikut dalam kegiatan tawuran.

d. Perubahan sosial

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat, yang pada akhirnya bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

II.2 Komunikasi Antarpribadi

II.2.1) Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antar pribadi seperti bernapas untuk kelangsungan hidup, dimana tidak dapat dielakkan. Komunikasi antar priabadi bersifat transaksional, dari sebuah hubungan manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Hubungan antarpribadi yang berkelanjutan dan terus menerus akan memberikan semangat, saling merespon tanpa adanya manipulasi, tidak hanya tentang menang atau kalah dalam beragumentasi melainkan tentang pengertian dan penerimaan (Beebe, 2008: 3-5). Komunikasi antar pribadi mempengaruhi hubungan, jika hubungan dan komunikasi terjalin baik, maka akan terjadi jalinan yang panjang, dimana saling menghargai dan memberikan perhatian antara satu dengan yang lain.

Para ahli teori komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara berbeda-beda, dan berikut ini adalah 3 sudut pandang definisi utama :

a. Berdasarkan Komponen

(37)

penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak hingga peluang untuk memberikan umpan balik.

b. Berdasarkan Hubungan Diadik

Komunikasi antarpribadi adalah komunikais yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yangmantap dan jelas. Sebagai contoh dapat dilihat pada contoh hubungan komunikasi antarpribadi antara ayah dengan anak, pramuniaga dengan pelanggan, guru dengan murid, dan lain-lain. Definisi ini disebut juga definisi diadik, yang menjelaskan bahwa selalu ada hubungan tertentu yang terjadi antara dua orang tertentu, bahkan pada hubungan persahabatan juga dapat dilihat hubungan antarpribadi yang terjalin antara dua sahabat.

c. Berdasarkan Pengembangan

Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir dari komunikasi yang bersifat tak pribadi menjadi komunikasi pribadi atau yang lebih intim.

Ketiga definisi diatas membantu dalam menjelaskan yang dimaksud dengan komunikasi antarpribadi dan bagaimana komunikasi tersebut berkembang, serta bahwakomunikasi antarpribadi dapat berubah apabila mengalami suatu pengembangan (Devito, 1997: 231-232).

(38)

II.2.2) Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi

Liliweri (1991) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka). b. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

c. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang belum tentu jelas.

d. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja. e. Kerapkali berbalas-balasan.

f. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang, serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.

g. Harus membuahkan hasil.

h. Menggunakan berbagai lambang-lambang bermakna. II.2.3) Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Dalam kegiatan apapun komunikasi antarpribadi tidak hanya memiliki ciri tertentu, tetapi juga memiliki tujuan agar komunikasi antarpribadi tetap berjalan dengan baik. Adapun tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut :

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

(39)

kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil yang dari apa yang kita pelajari tetntang diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

2. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antar pribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian, dan orang lain. Banyak hal yang sering kita bicarakan melalui komunikasi antarpribadi mengenai hal-hal yang disajikan di media massa.

3. Menciptakan dan memelihara hubungan

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, hingga dalam kehidupan sehari-dari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan demikian banyak waktu yang digunakan dalam komunikasi antarpribadi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

4. Mengubah sikap dan perilaku

(40)

5. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Pembicaraan-pembicaraan lain yang hampir sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena memberi suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya.

6. Membantu orang lain

Kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran pada teman-teman yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Hal ini memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikais antarpribadi adalah membantu orang lain.

II.2.4) Jenis-jenis Hubungan Antarpribadi Jenis-jenis hubungan antarpribadi antara lain: 1. Tahap Perkenalan

Dalam tahap ini dikategorikan tahap perkenalan karena proses pertukaran informasi dan tingkat keterbukaan diri pada tahap ini sangat terbatas, Karena pada waktu pertama kali bertemu dengan seseorang, pembicaraan yang terjadihanya akan pada seputar informasi untuk saling mengenal saja.

2. Tahap Persahabatan

(41)

rasa percaya dan harapan kepada dia sebgai seseorang yang mempunyai perhatian kepada kita. Di dalam persahabatan agar berjalan dengan baik, dua pihak komunikator dan komunikan harus mempunyai kedudukan yang sama.

3. Tahap Keakraban dan Keintiman

Jika pertemanan sudah diciptakan maka tahap tersebut dapat ditingkatkan menjadi hubungan antarpribadi yang akrab dan intim. Dalam hubungan ini keakraban dan keintiman terjadi karena dua pribadi memiliki banyak kesamaan dan keadaan tersebut dapat menimbulkan rasa cinta.

4. Hubungan Suami Isteri

Hubungan ini ditandai dengan cinta antara dua individu yang telah menjalin kasih dan terikat di dalam suatu ikatan pernikahan. Pada hubungan ini berlangsung sebuah tahapan yang dapat dikatakan intim.

5. Hubungan Orang Tua dan Anak

Hubungan ini adalah hubungan yang terlihat di antara orang tua dengan anak-anak mereka dalam suatu keluarga inti. Anak-anak-anak merupakan hasil perkawinan dari sepasang suami isteri, diman anak merupakan wujud dari keatuan mereka. 6. Hubungan Persaudaraan

Hubungan ini ditandai oleh perasaan cinta dan kedekatan antara kakak dan adik, maupun antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama.

(42)

Berikut ini terdapat 3 sudut pandang yang membahas tentang karakteristik komunikasi antarpribadi yang efektif yaitu :

a. Sudut Pandang Humanistik

Sudut pandang yang menekankan pada keterbukaan, empati, sikapmendukung, sikap positif, dan kesetaraan yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur, dan memuaskan. Beberapa hal yang ditekankan dalam sudut pandang yang memiliki penjabaran yang luas, diantaranya :

• Keterbukaan, yang memiliki pengertian bahwa dalam komunikasi antarpribadi

yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi, kesediaan untuk mebuka diri, kesediaan untuk mengakui perasaan dan pikiran yang anda miliki dan mempertanggungjawabkannya.

• Empati, kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang

lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain tersebut, dimana seseorang juga mampu untuk memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan, dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa depannya.

• Sikap mendukung, dalam hai ini merupakan pelengkap daripada kedua hal

sebelumnya, karena komunikasi yang terbuka dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana tidak mendukung.

• Sikap positif, komunikasi antarpribadi akan terbina apabila orang memilki sikap

(43)

kemudian sifat positif juga dapat diwijudkan dengan memberikan suatu sikap dorongan dengan menunjukkan sikap menghargai keberadaan, pendapat, dan pentingnya orang lain, dimana perilakuini sangat bertentangan dengan sikap acuh. • Kesetaraan, memiliki pengertian bahwa kita menerima pihak lain atau mengakui

dan menyadari bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga. Karena apada kesetaraan, suatu konflik akan lebih dapat dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.

b. Sudut Pandang Pragmatis

Sudut pandang yang menekankan pada mnajemen dan kesegaran interaksi secara umum, kua litas-kualitas yang menentukan pencapaian tujuan spesifik. Beberapa hal yang ditekankan dalam sudut pandang ini adalah sebagai berikut :

• Kepercayaan diri, komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diri, dimana

hal itu dapat dilihat pada kemampuan untuk menghadirkan suasana nyaman pada saat berinteraksi diantara orang-orang yang merasa gelisah, pemalu atau khawatir. • Kebersatuan, mengacu pada penggabungan antara pembicara dan pendengar,

dimana terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan yang mengisyaratkan minat dan perhatian untuk mau mendengarkan.

• Manajemen interaksi, dalam melakukan komunikasi dapat mengendalikan

(44)

sesuai dan juga dengan saling memberikan kesempatan untuk berbicara merupakan wujud dari manajemen interaksi.

• Daya ekspreksi, mengacu pada kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang

ingin disampaikan dengan aktif, bukan dengan menarik diri atau melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.

• Orientasi kepada orang lain, dalam hal ini dimaksudkan untuk lebih

menyesuaikan diri pada lawan bicara dan mengkomunikasikan perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan oleh lawan bicara.

c. Sudut Pandang Pergaulan Sosial

Sudut pandang yang berdasarkan model ekonomi imbalan dan biaya. Suatu hubungan diasumsikan sebagai suatu kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan.

II.2.5) Teori Pengungkapan Diri (Self Disclosure)

Adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain maupun sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi dalam dirinya. Pada teori ini terjadi ketika kita dengan sengaja memeberikan informasi tentang diri kita sendiri kepada orang lain, dimana mereka tidak akan mengetahui dan memahami kita jika kita tidak memberitahukan kepada orang lain. Hubungan antarpribadi tidak akan mencapai keintiman tanpa pengungkapan diri (self disclosure).

(45)

diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang kita sukai atau hal-hal yang kita suka i atau kita benci.

Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi prilaku, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dari pengungkapan diri seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak untuk berinteraksi. Jika orang yang berinteraksi dengan kita menyenangkan dan membuat kita merasa aman serta dapat membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi kita untuk lebih membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu kita dapat saja menutup diri karena merasa kurang percaya. Dalam proses pengungkapan diri nampaknya individu-individu yang terlibat memiliki kecenderungan memiliki norma timbal balik. Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang sepadan. Pada umumnya kita mengharapkan orang lain memeperlakukan kita sama seperti memperlakukan mereka. (Dayakisni,2003:88).

(46)

Ada empat macam pengenalan yang ditunjukkan dalam jendela Johari Window: Tidak

Diketahui sendiri diketahui sendiri Diketahui

oranglain

Tidak diketahui

Oranglain

Gambar . Jendela Johari (Liliweri,1997:53)

Dalam Johari Window diatas bahwa tiap diri kita memeiliki keempat unsue tersebut, termasuk yang belum diketahui maupun yang disadari. Dalam penembangan hubungan terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang tersebut.

 Bidang 1. Mengetahui diri sendiri dan mengetahui orang lain (Terbuka).

Melukiskan kondisi antara seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Pada bidang ini kita mengenal diri kita dalam hal kepribadian, kelebihan dan kekurangan. Menurut konsep ini, kepribadian, kelebihan dan kelemahan yang kita miliki selain diketahui oleh diri sendiri, juga diketahui oleh orang lain. Dengan demikian kita sukses dalam berkomunikasi, maka kita harus mampu memepertemukan keinginan orang lain.

Jika ingin menang sendiri dengan cara mendesak kehendak kita pada orang lain, maka hal itu dapat mengundang konflik. Sebab itu, jika bidang terbuka ini makin lebar,

1. Terbuka 2. Buta

(47)

dalam arti kita dapat memahami orang lain dan orang lain juga memahami diri kita, maka komunikasi pun terjalin dengan sangat erat. Sebaliknya jika bidang terbuka ini makin mengecil berarti komunikasi cenderung tertutup dan komunikasi yang terjalin belum akrab.

 Bidang 2. Tidak mengetahui diri sendiri tetapi mengetahui orang lain (Buta).

Melukiskan masalah hubungan antara kedua belah pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri. Pada bidang buta ini orang tidak mengetahui kekurangan yang dimilikinya, tetapi sebaliknya kekurangan justru diketahui oleh orang lain, banyak orang yang mengetahui kelemahannya tetapi ia berusaha menyangkal. Oleh karena itu, jika bidang buta ini melebar ke bidang lain, maka akan terjadi kesulitan. Menurut Joseph Luft, bidang ini ada pada tiap manusia dan sulit dihapuskan sama sekali, kecuali menguranginya. Denga cara bercermin pada nilai, norma dan hukum yang diikuti oleh orang lain.

 Bidang 3. Mengetahi diri sendiri tetapi tidak mengetahui orang lain

(Tersembunyi).

Masalah hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui oleh orang lain. Pada bidang ini kemampuan yang kita miliki tersembunyi, sehingga tidak diketahui oleh orang lain ada dua konsep yang erat hubungannya dengan bidang ini, yaitu over disclosure dan under disclosure.

Over disclosure ialah sikap terlalu banyak mengungkapkan sesuatu, hingga

(48)

bicara tentang dirinya. Pada bidang tersembunyi ini juga memiliki keuntungan pada diri seseorang jika dilakukan secara wajar. Tetapi jika under disclosure ini muncul, maka akan menyulitkan tercapainya komunikasi yang baik.

 Bidang 4. Tidak diketahui diri sendiri atau orang lain (wilayah tak dikenal).

Dimana kedua belah pihak sama-sama tidak mengatahui masalah hubungan di antara mereka. Bidang ini adalah bidang kritis dalam komunikasi. Sebab selain diri kita sendiri yang tidak mengenal diri kita, juga orang lain tidak mengetahui siapa kita. Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kesalahan persepsi maupun kesalahan perlakuan kepada orang lain karena tidak saling mengenal baik kelebihan dan kekurangan juga statusnya.

(49)

komunikasi massa, komunikasi organisasi dan komunikasi antarpribadi. Dalam hal ini komunikasi antarpribadi sangat membantu untuk mengharmonisasikan hubungan.

II.3 Remaja dan Persahabatan

Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. (Hurlock,1997:209)

Remaja seringkali membangun interaksi dengan sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama. Remaja juga sebetulnya tidak memiliki tempat yang jelas, mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi juga belum dapat diterima sepenuhnya untuk masuk kedalam golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak-anak dan dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan atau badai”. Dikarenakan remaja belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. (Hurlock,1997:212).

Masa remaja secara umum dapat dibagi menjadi 2 mfase yaitu: remaja awal (antara usia 13-15 tahun) dan remaja akhir ( antar usia 16-18 tahun). (Hurlock.1997:2006).

(50)

dan tidak terlalu bergantung pada orang tua, mereka mulai mencari teman sebaya sebagai tempat yang dapat dipercaya untuk membicarakan masalah-masalah mereka.

Dalam periode peralihan, remaja bukan lagi seorang anak kecil dan juga bukan merupakan orang dewasa. Kalau remaja berprilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai dengan umurnya. Tetapi kalau dengan remaja berprilaku seperti orang dewasa, ia sering kali diperolok atau dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Dipihak lain status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan prilaku, nilai dan sifat yang sesuai dengan dirinya. Pada masa remaja terdapat kecenderungan untuk mengurangi jumlah teman meskipun sebagian besar remaja menginginkan untuk menjadi anggota dari kelompok sosial yang lebih besar dalam kegiatan sosial. Karena kegiatan sosial kurang berarti dibandingkan dengan persahabatan pribadi yang lebih erat, maka pengaruh kelompok sosial yang lebih besar menjadi kurang menonjol dibandingkan dengan pengaruh teman-teman. (Hurlock,1997:214). Dalam memilih teman remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai pemikiran yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman dan kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru. (Hurlock,1997:215).

(51)

sesamanya dan menunjukkan kesetian satu sama lain, selera mereka biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan. Sahabat adalah orang yang saling memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih dari pada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka.

Nilai yang terdapat dalam persahabatan seringkali apa yang dihasilkan ketika seorang sahabat memperlihatkan secara konsisten:

a. Kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain. b. Simpati dan empati

c. Kejujuran, barangkali dalam keadaan-keadaan yang sulit bagi orang lain untuk mengucapkan kebenaran.

d. Saling pengertian. .

Seringkali ada anggapan bahwa sahabat sejati anggup mengungkapkan perasaan-perasaan yang terdalam, yang mungkin tidak dapat diungkapkan, kecuali dalam keadaan-keadaan yang sangat sulit, ketika mereka datang untuk menolong. Dibandingkan dengan hubungan pribadi, persahabatan

(52)

II.4 Konflik Dalam Hubungan Persahabatan

Hubungan antar manusia mungkin tumbuh dan maju, menjadi kuat dan bermakna, tetapi hubungan tersebut mungkin juga mundur dan menyusut, menjadi lemah dantidak bermakna. Ini dapat terjadi pada semua hubungan manusia termasuk juga hubungan persahabatan. Kemunduran hubungan menunjukkan lemahnya ikatan suatu hubungan. Kemunduran hubungan dimulai dengan adanya ketidakpuasan individu pada pasangannya.

Definisi dari konflik itu sendiri adalah suatu keadaan dimana individu satu dengan individu yang lain mengalami perbedaan persepsi atau pendapat yang tidak dapat dipersatukan sehingga mengakibatkan proses negosiasi yang tidak berjalan dengan baik (Devito, 1997:296-297).

Beberapa penyebab konflik pada suatu hubungan yaitu: 1. Alasan-alasan untuk membina hubungan telah luntur

Masing-masing individu dalam suatu hubungan mempunyai kepercayaan atau cara mereka berfikir tentang suatu hubungan. Perbedaan pengertian dan kepercayaan tentang hubungan akan mempengaruhi hubungan tersebut.

2. Hubungan pihak ketiga

Suatu hubungan akan mengalami suatu kemunduran apabila salah satu anggota dalam hubungan itu mempunyai hubungan baru dengan yang lain. Apalagi apabila hubungan baru itu lebih baik dari hubungan sebelumnya.

3. Perubahan sifat hubungan

(53)

mereka akan merasa tidak nyaman, akibatnya hubungan yang sedang berjalan akan mengalami konflik.

4. Harapan yang tidak terkatakan

Harapan individu dalam suatu hubungan seringkali tidak realistik bagi individu lainnya.

Didalam keadaan pada suatu hubungan persahabatan yang mengalami konflik atau masalah memiliki beberapa bentuk pola komunikais tertentu yang dilakukan oleh individu-individu yang menjalani hubungan tersebut, yang diperkuat dengan teori 4 macam bentuk pola komunikasi dalam kemunduran suatu hubungan diantaranya (Devito, 1997: 254-255) :

1. Menarik diri

Pola menarik diri bisa dalam bentuk nonverbal dan verbal.

Non verbal : jika anggota dalam hubungan persahabatan berperilaku dengan mengambil jarak diantara mereka dengan kontak mata, sentuhan, dan bahkan pakaian atau apapun yang mereka kenakan dapat memperlihatkan kalau mereka sedang mengalami kemunduran hubungan.

Verbal : ditandai dengan berkurangnya keinginan untuk berbicara dan mendengarkan.

2. Pengungkapan diri

Jika individu dalam suatu hubungan persahabatantidak merasa nyaman dan puas dengan hubungan yang dijalaninya, mereka akan mengurangi keterbukaan mereka masing-masing. Mereka merasa tidak ada yang bisa dipercaya lagi.

(54)

Ketika hubungan mulai bermasalah, individu-individu dalam hubungan itu mulai saling menghindar seperti menghindari pertengkaran, tidak saling menghubungi dan mulai berbohong terhadap pasangannya.

4. Reaksi evaluasi

Selama kemunduran hubungan muncul, pikiran negatif bertambah dan berkuarngnya pikiran positif membuat para individu dalam hubungan tersebut merasa tidak nyaman dan tidak ingin meneruskan hubungan itu. Sering muncul kata-kata kasar diantara mereka.

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana penelitian bermaksud membuat penyandaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu (Usman, 2009:4). Peneliti mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dan kemudian menganalisanya.

III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMU Negeri 7 Medan yang berlokasi di Jalan Timor No. 36 Medan. Selanjutnya penelitian ini mulai dilakukan mulai tanggal

III.3 Populasi dan Sampel III.3.1) Populasi

(56)

Table 1 Populasi

Kelas Jumlah siswa

X-1 48

X-2 48

X-3 46

X-4 48

X-5 47

X-6 48

X-7 48

X-8 48

XI-IA1 40

XI-IA2 43

XI-IA3 44

XI-IA4 42

XI-IA5 42

XI-IS1 45

XI-IS2 43

XI-IS3 43

Total Populasi 723 siswa Sumber. Bagian administrasi SMU Negeri 7

III.3.2) Sampel

Sample adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap dapat menggambarkan populasi (Soehartono, 2009:57). Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian.

(57)

Adapun rumus tersebut adalah :

Keterangan:

n = banyaknya sampel N = populasi

d = presisi yang ditetapkan (dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 10%) Sehingga jumlah sampelnya menjadi:

723 n =

723 (0.1)2 +1

723 n =

8,23

n = 87,84 responden

(dibulatkan menjadi 88 responden)

III.4 Teknik Penarikan Sampel

Penelitian ini menggunakan salah satu teknik pengambilan sampel nonprabability sampling dengan cara sampling aksidental adalah teknik pengambilan sampel yang

dilakukan dengan mengambil responden siapa saja yang secara kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel (Krisyantono, 2006:159), dengan pertimbangan:

1. Yang bersangkutan duduk di kelas X dan XI 2. Memiliki seorang sahabat atau lebih

3. Pernah melewati konflik dengan sahabat

1

2

+

=

(58)

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data, yaitu : 1. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data dari membaca buku-buku serta tulisan yang relevan dengan masalah yang dibahas.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dari responden melalui kuisioner, yaitu suatu usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dalam hal ini pertanyaan disajikan kepada siswa-sisswi SMU Negeri & kelas I dan 2 sebanyak siswa. Jenis kuisioner yang dilakukan adalah melalui kuisioener tertutup, dimana kemungkinan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan tidak memberikan jawaban alternatif. Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode kuisioner karena responden dapat memperbincangkan dengan orang lain, memperbaiki jawaban, memikirkan pertanyaan terlebih dahulu sebelum menuliskan jawabannya, dan jika diinginkan, responden dapat menghentikan proses pengisian untuk sementara waktu.

(59)

tanpa rasa malu, takut cemas akan pembalasan (Chadwick, 1991:161), dimana dengan kuisioner ini memberikan suatu sikap, perilaku, atau perasaan untuk menguji hubungan antara dua atau lebih variable atau karakteristik.

III.6 Teknis Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Data-data yang terkumpul baik lewat penelitian kepustakaan maupun penelitian di lapangan akan disusun dan kemudian disajikan dengan bentuk table tunggal dan dianalisis. Analisa tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang tterisi di kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:266).

III.7 Langkah-Langkah Penelitian

Peneliti menempuh beberapa tahapan penelitian dalam mengumpulkan data. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :

III.7.1) Tahap Awal

Pada tahap awal ini, peneliti meminta izin mengadakan pra penelitian di SMU Negeri 7 Medan, yang terletak di Jalan Timor No. 36 Medan. Adapun pra penelitian dilakukan dengan maksud untukmeminta izin serta persetujuan mengadakan penelitian di SMU tersebut, kepada bapak kepala sekolah. SMU Negeri 7 tersebut agar kiranya memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

(60)

III.7.2) Pengumpulan Data

Mulai tanggal 17 Juni 2010 peneliti langsung terjun ke lapangan untuk menyebarakan kuisioner. Kuisioner yang disebarkan berjumlah 88 Kuisioner, sesuai dengan sampel yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Adapun criteria responden yang akan diteliti adalah siswa-sisiwi SMUNegeri 7 Medan yang teridridari kelas X dan XI yang berjumlah 723 Siswa.

Pada saat pengisian kusioner, peneliti membimbing responden dalam menjawab sejumlah pertanyaan yang ada pada kuisioner, terutama pada pertanyaan-pertanyaan yang kurang begitu dimengerti oleh responden, untuk mendapatkan data yang lebih akurat.

III.7.3) Proses Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah si peneliti selesai mengumpulkan data dari 88 responden. Adapun tahapan pengumpulan data tersebut adalah :

1. Penomoran Kuisioner

Penomoran kuisioner yaitu memberi nomor urut kuisioner sebagai pengenal, yaitu dari 1-30 pertanyaan.

2. Editing

Editing yaitu proses peneneditan jawaban responden untukmemperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian dalamkotak kode yang disediakan.

3. Coding

Coding yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotakkode yang telah disediakan di kuisioner dalam bentuk angka.

(61)

Inventarisasi komponen yaitu data mentah yang diperoleh dan dimasukkan ke dalam lembar Foltron Cobol (FC) sehingga memuat seluruh data dalam satu kesatuan.

5. Menyediakan Kerangka Tabel

Banyaknya kerangka tabekminimal sejumlah dengan pertanyaan dalam kuisioner, maksimal sesuai dengan kebutuhan analisis. Kerangka tabel ini dilengkapi dengan nomor tabel, judul tabel, kolom vertical dan horizontal, kategori dan indicator, frekuensi, persen, dan jumlah. Fungsi tabel ini untuk mewadahi sebaran data penelitian.

6. Tabulasi Data

Tabulasi data yaitu memindahkan komponen responden dari lembar Foltron Cobol (FC) kedalamkerangka tabel. Adapun table yang disajikan berbentuk

(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

IV.1.1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMU Negeri 7 Medan, beralamat di Jln. Timor No. 36 Kecamatan Medan Timur Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Sekolah dengan luas tanah 5.620 meter persegi ini pada awalnya adalah sebuah sekolah cina, dan pada tahun 1966 diambil oleh pemerintah untuk kemudian dirubah menjadi sekolah negeri.

Dengan berjalannya waktu dan perkembangan dunia pendidikan, sekolah ini menunjukkan perkembangan yang baik, sekarang sekolah ini beroperasi dengan sarana, sebagai berikut :

1. Ruang Kepala Sekolah (1) 2. Ruang Wakil Kepala Sekolah (1) 3. Ruang Guru (1)

4. Ruang Tata Usaha (1) 5. Ruang Serbaguna (1) 6. Ruang Belajar (23) 7. Ruang UKS/BP (1) 8. Ruang Perpustakaan (1) 9. Ruang Lab. Komputer (1) 10. Ruang Lab. Biologi/Kimia (1) 11. Ruang Lab. Fisika (1)

(63)

13. Ruang Koperasi Kantin (1) 14. Ruang Gudang (1)

Suatu sekolah tidak luput dari adanya tanggung jawab seorang pemimpin, dalam hal ini kepala sekolah, sudah ada 11 nama yang menjabat sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah SMU Negeri 7 Medan yang pertama kali di duduki oleh Drs. Umar Bakri pada tahun 1965, dan pada tahun 2005 hingga sekarang di duduki oleh Drs. M. Abdu Siregar.

IV.1.2) Keadaan Siswa

Pada saat penelitian ini dilakukan SMU Negeri 7 Medan terdiri dari 16 kelas. Kelas X yang terdiri dari 8 kelas, kelas XI yang terdiri dari 8 kelas. Adapun jumlah siswa berdasarkan data terakhir yang ada pada Bagian Administrasi, jumlah siswa kelas X dan kelas XI yang terdaftar pada tahun 2009-2010 berjumlah 723 siswa. Komposisi jumlah siswa yang terdaftar di SMU Negeri 7 Medan jelasnya dapat dilihat pada tabel.

Tabel.2

Komposisi siswa berdasarkan jenis kelamin

Kelas Laki-laki Perempuan

X 166 215

XI-IA 64 147

XI-IS 66 65

Jumlah 296 427

Sumber. Bagian administrasi SMU Negeri

IV.2 Analisa Tabel Tunggal

(64)

IV.2.1) Karakteristik Responden

Karakteristik responden perlu disajikan untuk lebih mengetahui latar belakang responden. Adapun karakteristik umum yang dianggap relevan dengan penelitian ini meliputi usia, kelas, dan jenis kelamin.

Pada karakteristik responden, peneliti hanya memfokuskan sebagai pendukung dari responden, jadi tidak sebagai variabel apapun, hanya sebagai faktor pendukung untuk memperjelas dan memperkuat responden.

Tabel 3

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa dominan responden berusia 16 tahun, dimana usia remaja akhir. Pada usia ini remaja mulai berprilaku seperti orang dewasa, berkeinginan hidup mandiri, tidak bergantung pada orang tua, tetapi justru pada sahabat sebagai tempat yang dapat dipercaya untuk membicarakan masalah-masalah mereka.

(65)

Pada tabel 4 menunjukkan berapa banyak sampel yang menjadi responden pada penelitian ini. Sampel yang berjumlah 88 orang hanya terdiri dari dua kelas yang berbeda, sesuai dengan penentuan sampel yang hanya diambil dari kelas X dan XI.

Tabel 5

Pada tabel 5 menunjukkan 56 responden (63.6%) siswa perempuan dan 34 responden (36.4%) siswa laki-laki, walaupun lebih dominan perempuan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa hubungan persahabatan akan terjalin.

Tabel 6

Gambar

Gambar 1. Jendela Johari (Liliweri,1997:53)
Table 1 Populasi
Tabel.2
Tabel 3 Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengganggu dan/atau tidak membahayakan kepentingan umum atau nasional wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan, dipatenkan, dan/atau cara lain yang

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor kontekstual yang berpengaruh pada niat berbagi adalah ketergantungan, sedangkan faktor organisasional yang berpengaruh

Dari hasil penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan asupan energi (kalori) dan asupan protein (gram) sarapan pagi dengan status gizi anak SD, sosial budaya

Dari pengujian VSM dapat dilihat peningkatan substitusi Ni dan Al yang membuat sifat magnet yang awalnya memiliki pengaruh sifat magnet yang tinggi (hard magnetic) berhasil dibuat

The impact of elevation, slope steepness, and exposition area of cultivation on the coffee ripe cherry are simultaneously depicted in Table 5.. By examining the R_Sq(adj),

Sampel berjumlah 117 siswi kelas X di SMA Negeri 1 Pundong Bantul tahun ajaran 2016/2017.Instrumen menggunakan kuesioner.Metode analisis menggunakan analisis univariat

Intensitas penyakit hawar daun bakteri yang tertinggi terdapat pada populasi F1 BL 5-1 (38,30%) yang memiliki keragaman luas pada pengamatan pertama.. Sedangkan

Aliran ini menyatakan hakikat benda adalah ruhani, spirit. Karena nilai ruh lebih tinggi daripada badan dan materi bagi kehidupan manusia. Manusia lebih dapat