• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Dosen STIE Nusa Bangsa Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Dosen STIE Nusa Bangsa Medan"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP

KINERJA DOSEN STIE NUSA BANGSA MEDAN

TESIS

Oleh

MUHAMMAD RIZQI ZATI 087019147/IM

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP

KINERJA DOSEN STIE NUSA BANGSA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD RIZQI ZATI 087019136/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA DOSEN STIE NUSA BANGSA MEDAN

Nama Mahasiswa : Muhammad Rizqi Zati Nomor Pokok : 087019147

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, MS) (Dr. Yenni Absah, SE, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Jurusan, Direktur,

(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji Pada

Tanggal : 07 Juni 2011

_______________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, MS Anggota : 1. Dr. Yenni Absah, SE, M.Si

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis saya yang berjudul:

Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Dosen STIE Nusa Bangsa Medan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh

siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah

dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juni 2011

Yang membuat pernyataan

(6)

ABSTRAK

Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, melalui peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi dan perubahan prilaku. Perguruan tinggi harus mampu menciptakan SDM yang berkompetensi, memiliki kemampuan berdaya saing, yang akhirnya mampu bekerja lebih efektif dan efisien di berbagai bidang. Oleh sebab itu, Perguruan Tinggi perlu melakukan pembenahan-pembenahan setiap komponen pendidikan yang ada didalamnya. Salah satu komponen penting yang perlu dibenahi adalah kinerja dosen. Peningkatan kinerja dosen harus dilakukan perguruan tinggi untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perguruan tinggi harus menerapkan kebijakan kepada setiap dosennya untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. STIE Nusa Bangsa Medan sebagai salah satu perguruan tinggi harus meningkatkan kinerja dari para dosen untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkompetensi dan memiliki kemampuan berdaya saing. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. Bagaimana pengaruh motivasi dan kepemimpinan terhadap kinerja dosen STIE Nusa Bangsa Medan. Dan Bagaimana pengaruh lingkungan kerja dan insentif terhadap motivasi dosen STIE Nusa Bangsa Medan

Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori-teori manajemen sumber daya manusia terutama yang berkaitan dengan kinerja, motivasi dan kepemimpinan.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen tetap STIE Nusa Bangsa Medan yang berjumlah 32 orang, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi dan kepemimpinan secara simultan berpengaruh terhadap kinerja dosen STIE Nusa Bangsa Medan. Sedangkan secara parsial yang paling dominan adalah variabel kepemimpinan. Hasil penelitian juga menunjukan lingkungan kerja dan insentif secara simultan berpengaruh terhadap motivasi dosen STIE Nusa Bangsa Medan. Sedangkan secara parsial maka yang paling dominan adalah variabel insentif.

Kesimpulan penelitian ini (1). Motivasi dan kepemimpinan secara parsial dan simultan mempengaruhi kinerja dosen STIE Nusa Bangsa Medan. (2). Lingkungan kerja dan insentif secara parsial dan simultan mempengaruhi motivasi kerja dosen STIE Nusa Bangsa Medan

(7)

ABSTRACT

University becomes the main pillar in the delivery of quality human resources, by improving sciences, technology and changes in behavior. University must be able to create competent human resources, competitive ability, which eventually able to work more effectively and efficiently in various fields. Therefore Universities need to make improvements inside every component of education. One of the important components that need to be repaired is the performance of lecturers. The improvement of lecturers’ performance must be made to achieve national education goals. To make this happen then Universities must apply the policy to each lecturer to accomplish the University Tri Dharma. STIE Nusa Bangsa Medan as one of the universities must improve the performance of the lecturers to be able to create competent human resources and competitive ability. The formulation of the problem in this research is how far the influence of motivation and leadership to the performance of STIE Nusa Bangsa Medan lecturers and how far the influence of the work environment and incentives to motivate the lecturers of STIE Nusa Bangsa Medan.

The theories that used in this research are theories of human resources management, primarily related to performance, motivation and relationship.

This research is descriptive quantitative research, the population of the study is all lecturers in STIE Nusa Bangsa Medan which totaled 32 people. The sampling technique of study is saturated samples.

The research results show that motivation and leadership simultaneously affect the performance of STIE Nusa Bangsa Medan lecturers. While partially the most dominant is the variable of leadership. The research results also indicate that work environment and incentive simultaneously affect the work motivation of STIE Nusa Bangsa Medan lecturers. While partially the most dominant is the variable of incentives.

The conclusions of this study, (1) Motivation and leadership partially and simultaneously affect the performances of STIE Nusa Bangsa Medan lecturers, (2) The work environment and incentives partially and simultaneously affect the work motivation of STIE Nusa Bangsa Medan lecturers.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan hidayah dan berkah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penelitian tesis ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Rasulullah SAW sebagai

panutan dalam menerangi jalan kehidupan.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang dilakukan

penulis adalah: ”Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Dosen STIE Nusa Bangsa Medan”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak

memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Terima kasih yang tulus

dan tidak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis yang tercinta.

Ayahanda, Prof. Dr. Ir H. Zainuddin. M.Pd dan Ibunda Hj. Chairul Yaumiah Aman,

BA. SE., dan pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih, terutama

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. BapakProf. Dr. Ir. A Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

(9)

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan juga selaku

Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran

demi kesempurnaan tesis ini.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga selaku

Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran

demi kesempurnaan tesis ini.

5. Ibu Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

6. Ibu Dr. Yenni Absah, SE, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

7. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan

pengarahan, bimbingan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai pada Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Ketua STIE Nusa Bangsa Medan dan seluruh pegawai STIE Nusa Bangsa

Medan.

10.Teristimewa adikku Vidya Dwi Amalia Zati, SS dan Muhammad Nugraha Zati

(10)

11.Kepada teman-teman yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan motivasi.

Arri S Sembiring, S.STP, Dian Aulia Lubis SH, Hasbel Karo Sekali, S.STP. M.Si,

Irham Helmi ST. M.Si, dan Buchori Dalimunthe, S.Pd. SE. M.Si

12.Seluruh rekan mahasiswa/i Angkatan XVI di program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan, dukungan dan

kerjasamanya selama penulis menempuh studi dan penulisan Tesis ini.

13.Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari Tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari

sempurna. Namun harapan penulis semoga Tesis ini bermanfaat bagi seluruh

pambaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.

Amin.

Medan, Juni 2011

Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Rizqi Zati, lahir di Medan pada tanggal 28 April 1986, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan ayahanda Prof. Dr. Ir. H Zainuddin, M.Pd

dan Ibunda Hj Chairul Yaumiah Aman, BA. SE.

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Swasta Pertiwi Medan, tamat dan lulus

tahun 1998. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama

Swasta Harapan 2 Medan, tamat dan lulus tahun 2001. Selanjutnya meneruskan

Pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Swasta Kartika Jaya I-1 Medan, tamat dan

lulus tahun 2004 Melanjutkan pendidikan ke Universitas Negeri Medan (UNIMED),

pada Fakultas Ekonomi, jurusan Pendidikan Ekonomi, tamat dan lulus tahun 2008.

Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2011

(12)
(13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

3.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel... 50

3.7 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 52

3.7.1. Uji Validitas ... 52

3.7.2.2 Realibilitas Instrumen Kepemimpinan... 60

3.7.2.3 Realibilitas Instrumen Kinerja Dosen ... 60

3.7.2.1 Realibilitas Instrumen Lingkungan Kerja ... 61

3.7.2.1 Realibilitas Instrumen Insentif ... 61

3.8 Metode Analisi Data ... 62

3.8.1. Metode Analisis Data Hipotesis Pertama ... 62

3.8.2. Metode Analisis Data Hipotesis Kedua... 63

3.8.3. Pengujian Hipotesis ... 63

3.9 Pengujian Asumsi Klasik ... 66

3.9.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama... 66

3.9.2. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Kedua ... 70

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 75

4.1 Hasil Penelitian ... 75

4.1.1 Sejarah Singkat STIE Nusa Bangsa Medan... 75

4.1.2 Karakteristik Responden ... 80

4.1.2.1. Karakteristik Berdasarkan Usia Responden ... 80

4.1.2.2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

4.1.2.3. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ... 81

4.1.2.4. Karakteristik Berdasarkan Lama Bekerja ... 82

4.1.3 Penjelasan Responden Atas Instrumen Penelitian ... 83

4.1.3.1. Penjelasan Responden Atas Variabel Motivasi... 83

(14)

4.1.3.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja ... 90

4.1.3.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Lingkungan Kerja ... 94

4.1.3.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Insentif... 97

4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 100

4.1.4.1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 100

4.1.4.2. Pengujian Hipotesis Kedua... 104

4.2 Pembahasan ... 108

4.2.1Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Dosen... 108

4.2.2 Pengaruh Lingkungan Kerja dan Insentif terhadap Motivasi... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 113

5.1 Kesimpulan ... 113

5.2 Saran ... 114

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Indentifikasi dan Definisi Operasional Variabel... 51

3.2 Hasil Uji Validitas item pertanyaan variabel Motivasi ... 53

3.3 Hasil Uji Validitas item pertanyaan variabel Kepemimpinan. 55 3.4 Hasil Uji Validitas item pertanyaan variabel Kinerja Dosen .. 56

3.5 Hasil Uji Validitas item pertanyaan variabel Lingkungan Kerja ... 57

3.6 Hasil Uji Validitas item pertanyaan variabel Insentif ... 58

3.7 Hasil Uji Reliabilitas item Pertanyaan Variabel Motivasi ... 60

3.8 Hasil Uji reliabilitas item Pertanyaan Variabel Kepemimpinan ... 60

3.9 Hasil Uji reliabilitas item Pertanyaan Variabel Kinerja Dosen ... 61

3.10 Hasil Uji reliabilitas item Pertanyaan Variabel Lingkungan Kerja ... 61

3.11 Hasil Uji reliabilitas item Pertanyaan Variabel Insentif... 62

3.12 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 68

3.13 Collinerity Statistics Coefficients ... 69

3.14 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 72

3.15 Collinerity Statistics Coefficients ... 73

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 80

4.2 Karaktersitik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 81

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 82

4.5 Tanggapan Responden terhadap Variabel Motivasi... 83

4.6 Tanggapan Responden terhadap Variabel Kepemimpinan ... 87

4.7 Tanggapan Responden terhadap Variabel Kinerja... 90

4.8 Tanggapan Responden terhadap Variabel Lingkungan Kerja. 94 4.9 Tanggapan Responden terhadap Variabel Insentif... 97

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 47

3.1 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama Menggunakan

Histogram ... 66

3.2 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama Menggunakan

P-P Plot... 67

3.3 Hasil Uji Heteroskedasitisitas Hipotesis Pertama

Menggunakan Scatterplot ... 70

3.4 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua Menggunakan

Histogram ... 70

3.5 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua Menggunakan

Normal P-P Plot Of regression Standardized Residual ... 71

3.6 Hasil Uji Heteroskedasitisitas Hipotesis Kedua

Menggunakan Scattterplot... 74

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(18)

ABSTRAK

Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, melalui peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi dan perubahan prilaku. Perguruan tinggi harus mampu menciptakan SDM yang berkompetensi, memiliki kemampuan berdaya saing, yang akhirnya mampu bekerja lebih efektif dan efisien di berbagai bidang. Oleh sebab itu, Perguruan Tinggi perlu melakukan pembenahan-pembenahan setiap komponen pendidikan yang ada didalamnya. Salah satu komponen penting yang perlu dibenahi adalah kinerja dosen. Peningkatan kinerja dosen harus dilakukan perguruan tinggi untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perguruan tinggi harus menerapkan kebijakan kepada setiap dosennya untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. STIE Nusa Bangsa Medan sebagai salah satu perguruan tinggi harus meningkatkan kinerja dari para dosen untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkompetensi dan memiliki kemampuan berdaya saing. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. Bagaimana pengaruh motivasi dan kepemimpinan terhadap kinerja dosen STIE Nusa Bangsa Medan. Dan Bagaimana pengaruh lingkungan kerja dan insentif terhadap motivasi dosen STIE Nusa Bangsa Medan

Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori-teori manajemen sumber daya manusia terutama yang berkaitan dengan kinerja, motivasi dan kepemimpinan.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen tetap STIE Nusa Bangsa Medan yang berjumlah 32 orang, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi dan kepemimpinan secara simultan berpengaruh terhadap kinerja dosen STIE Nusa Bangsa Medan. Sedangkan secara parsial yang paling dominan adalah variabel kepemimpinan. Hasil penelitian juga menunjukan lingkungan kerja dan insentif secara simultan berpengaruh terhadap motivasi dosen STIE Nusa Bangsa Medan. Sedangkan secara parsial maka yang paling dominan adalah variabel insentif.

Kesimpulan penelitian ini (1). Motivasi dan kepemimpinan secara parsial dan simultan mempengaruhi kinerja dosen STIE Nusa Bangsa Medan. (2). Lingkungan kerja dan insentif secara parsial dan simultan mempengaruhi motivasi kerja dosen STIE Nusa Bangsa Medan

(19)

ABSTRACT

University becomes the main pillar in the delivery of quality human resources, by improving sciences, technology and changes in behavior. University must be able to create competent human resources, competitive ability, which eventually able to work more effectively and efficiently in various fields. Therefore Universities need to make improvements inside every component of education. One of the important components that need to be repaired is the performance of lecturers. The improvement of lecturers’ performance must be made to achieve national education goals. To make this happen then Universities must apply the policy to each lecturer to accomplish the University Tri Dharma. STIE Nusa Bangsa Medan as one of the universities must improve the performance of the lecturers to be able to create competent human resources and competitive ability. The formulation of the problem in this research is how far the influence of motivation and leadership to the performance of STIE Nusa Bangsa Medan lecturers and how far the influence of the work environment and incentives to motivate the lecturers of STIE Nusa Bangsa Medan.

The theories that used in this research are theories of human resources management, primarily related to performance, motivation and relationship.

This research is descriptive quantitative research, the population of the study is all lecturers in STIE Nusa Bangsa Medan which totaled 32 people. The sampling technique of study is saturated samples.

The research results show that motivation and leadership simultaneously affect the performance of STIE Nusa Bangsa Medan lecturers. While partially the most dominant is the variable of leadership. The research results also indicate that work environment and incentive simultaneously affect the work motivation of STIE Nusa Bangsa Medan lecturers. While partially the most dominant is the variable of incentives.

The conclusions of this study, (1) Motivation and leadership partially and simultaneously affect the performances of STIE Nusa Bangsa Medan lecturers, (2) The work environment and incentives partially and simultaneously affect the work motivation of STIE Nusa Bangsa Medan lecturers.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas, ini dapat dilakukan melalui peningkatan ilmu pengetahuan,

teknologi dan perubahan perilaku. Perguruan tinggi harus mampu menciptakan SDM

yang berkompetensi, memiliki kemampuan berdaya saing, yang akhirnya mampu

bekerja lebih efektif dan efisien di berbagai bidang. Oleh sebab itu, pimpinan dan

dosen di Perguruan Tinggi perlu melakukan pembenahan-pembenahan setiap

komponen pendidikan yang ada didalamnya. Salah satu komponen penting yang

perlu dibenahi adalah kinerja dosen.

Peningkatan kinerja dosen harus dilakukan perguruan tinggi untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dikemukakan pada Undang-Undang

Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

(21)

Untuk mewujudkan hal tersebut maka perguruan tinggi harus menerapkan

kebijakan kepada setiap dosennya untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan

Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi mengharuskan seorang dosen untuk

melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian

kepada masyarakat. Bidang pendidikan dan pengajaran dimaksud untuk

menghasilkan manusia terdidik yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap,

yang artinya melalui kegiatan pendidikan dan pengajaran diharapkan dapat

melahirkan lulusan atau sarjana yang berilmu, berakhlak mulia dan memiliki

ketrampilan. Untuk itu di dalam kegiatan pembelajaran, seorang dosen dituntut

menguasai berbagai kemampuan teknis dan non teknis mulai dari merancang,

melaksanakan sampai mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.

Pada bidang penelitian, perguruan tinggi diharapkan dapat melahirkan teori,

konsep dan metodologi serta model dan informasi baru yang dapat memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Untuk itu dosen diharapkan

mampu melahirkan ide-ide, konsep dan gagasan yang dituangkan baik melalui

kegiatan penelitian, pembuatan buku ajar, menulis artikel maupun karya-karya ilmiah

lainnya. Lahirnya berbagai macam karya penelitian dan karya-karya tulis lainya

merupakan indikator dari dosen yang berkualitas serta memiliki kinerja yang tinggi.

Dalam bidang pengabdian kepada masyarakat diharapkan keberadaan

lembaga pendidikan tinggi dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tenaga

kepada masyarakat guna mencapai kemajuan bangsa. Optimalisasi proses dan aspek

(22)

membentuk mutu lulusan maupun mutu lembaga secara umum. Posisi itu diperkuat

dengan fakta bahwa dosen memiliki otoritas tinggi dalam proses akademik

sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang guru dan dosen Nomor 14 Tahun

2005, bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama

mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat.

Oleh sebab itu diharapkan seluruh dosen dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif

dan produktif dalam rangka mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat

yang memiliki kemampuan akademik dan profesional dalam bidangnya guna

menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni. Selanjutnya kualitas lulusan perguruan tinggi juga ditentukan oleh

kompetensi dosen dalam pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdiannya

kepada masyarakat. Berdasarkan konsep diatas, maka kinerja dosen dapat dimaknai

sebagai seluruh aktivitas yang dilakukan dosen terkait tugas dan fungsi dosen dalam

mencerdaskan SDM lulusan Perguruan Tinggi, termasuk kinerja dosen di Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nusa Bangsa Medan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kinerja dosen di STIE Nusa

Bangsa Medan, dijumpai sebagian dosen yang mengajar tanpa membuat program

pengajaran, penggunaan waktu mengajar dalam perkuliahan masih kurang maksimal,

dan jumlah dosen yang melahirkan karya ilmiah baik melalui penelitian dan

(23)

dilakukan dosen tetap STIE Nusa Bangsa Medan, dalam 5 tahun terakhir hanya

sebanyak 3 studi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan jumlah dosen tetap STIE

Nusa Bangsa Medan sebanyak 32 orang.

Kinerja dosen dalam pengajaran sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja. Bila

motivasi kerja dosen rendah maka kinerja mengajar dosen juga rendah, hal ini dapat

dilihat dari semangat dosen memberikan pembelajaran. Motivasi adalah serangkaian

sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal spesifik sesuai

dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang

memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai

tujuan. Berdasarkan pengamatan dan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap

ketua jurusan dan mahasiswa, masih di dapatkan dosen yang mengajar tidak sesuai

dengan yang diharapkan, ada dosen yang hanya memberikan latihan tanpa ada proses

belajar mengajar, dan dosen datang tidak tepat waktu.

Hal lain yang mempengaruhi motivasi dosen adalah lingkungan kerja dan

insentif. Kondisi yang nyaman dapat membantu seorang dosen dalam mengajar,

kerena dapat membuat dosen lebih berkonsentrasi, manfaat lingkungan kerja adalah

menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu,

manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah

pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Permasalahan yang terjadi di STIE

Nusa Bangsa Medan adalah kurang nyamannya dosen dalam memberikan pengajaran

dikarenakan gangguan-gangguan yang ada disekitar kampus yaitu kebisingan yang

(24)

memotivasi dosen untuk berbuat lebih baik, maka pemberian insentif adalah salah

satu cara untuk memotivasi dosen. Insentif merupakan suatu usaha dari perguruan

tinggi untuk memberikan tambahan diluar gaji, biasa untuk mendorong dosen agar

bekerja lebih giat lagi dan bersemangat guna meningkatkan kinerjanya. Pemberian

insentif terhadap dosen di STIE Nusa Bangsa Medan dirasa kurang untuk memotivasi

dosen agar bekerja lebih baik, karena insentif yang diberikan dianggap kurang, dan

ini dianggap sebagai salah satu hal yang mengakibatkan motivasi dosen rendah.

Selain motivasi, hal lain yang mempengaruhi kinerja dosen adalah

kepemimpinan ketua jurusan. Dalam kebanyakan hal, kinerja seorang pegawai akan

timbul karena pengaruh pemimpin yang efektif, sehingga efektivitas kepemimpinan

akan tampak bagaimana dapat memotivasi pegawainya secara efektif. Kepemimpinan

yang handal merupakan syarat mutlak bagi suatu organisasi termasuk perguruan

tinggi yang membutuhkan tingkat koordinasi yang tinggi. Kepemimpinan adalah seni

dan keterampilan dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain, supaya suka dan

mau bekerja sehingga tujuan dan keinginan dapat terlaksana secara efektif dan

efisien. Pemimpin memiliki peranan yang penting dalm mengelola sumber daya

manusia yang dipimpinya agar tujuan-tujuan yang diharapkan dapat terwujud.

Pemimpin menpunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap

(25)

Seorang pimpinan diharapkan dapat memberikan arahan untuk mencapai

tujuan Pendidikan Nasional sebab dosen memiliki tugas utama mentransformasikan,

mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Agar dosen dapat

menjalankan tugasnya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional maka haruslah

didukukng oleh lingkungan kerja yang baik. Kepemimpinan yang berlangsung di

STIE Nusa Bangsa Medan saat ini dianggap kurang menunjang kinerja dosen. Dari

studi pendahuluan dan pengamatan terhadap dosen di STIE Nusa Bangsa Medan,

diperoleh gambaran bahwa ketua jurusan kurang memperhatikan kinerja dosen.

Beberapa hal yang diperoleh penulis diantaranya kurangnya dalam memberikan

arahan terhadap tugas mengajar dosen, tidak terlibat dalam penyelengaraan proses

belajar mengajar pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, kurang

dalam pembinaan dosen, dan kurang menjaga hubungan baik antara pimpinan, dan

dosen.

1. 2. Perumusan Masalah

1.Bagaimana pengaruh motivasi dan kepemimpinan terhadap kinerja Dosen STIE

Nusa Bangsa Medan?

2.Bagaimana pengaruh lingkungan kerja dan insentif terhadap motivasi Dosen

(26)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi dan kepemimpinan terhadap

kinerja dosen STIE Nusa Bangsa Medan

b. Mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja dan insentif terhadap

motivasi dosen STIE Nusa Bangsa Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Bahan masukan bagi Pimpinan STIE Nusa Bangsa Medan dalam hal menangani

masalah kinerja dosen.

2. Tambahan khasanah penelitian bagi Program Studi Magister Ilmu Manajemen

sekolah Pascasarjana USU.

3. Pembelajaran bagi peneliti untuk meningkatkan wawasan akademis di bidang

Sumber Daya Manusia khususnya masalah motivasi, kepemimpinan dan

kinerja.

4. Bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai

(27)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Simbolon (2005), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Di Politeknik Negeri Medan”. Penelitian ini

adalah penelitian deskriftif kuantitatif, yang mengunakan instrumen kuisioner sebagai

alat pengumpul data pokok, dimana jumlah populasi adalah seluruh dosen Politeknik

Negeri Medan. Dimana jumlah sampel sebanyak 155 orang. Pada penelitian terdapat

3 variabel bebas yaitu kemampuan, motivasi, dan kesempatan berkarir, dan yang

menjadi variabel terikat adalah kinerja. Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan

yang signifikan antara kemampuan kerja dengan kinerja dosen, terdapat hubungan

yang signifikan antara motivasi dengan kinerja dosen, dan terdapat hubungan positif

dan signifikan kesempatan karir terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Medan.

Safrijal (2010), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompensasi,

Iklim Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Dosen (Studi kasus di Stikes Cut Nyak

Dien Langsa)” Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yang

mengunakan instrumen kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok, dimana jumlah

populasi adalah 42 orang dan seluruh populasi diambil sebagai sampel penelitian.

Pada penelitian ini terdapat 3 variabel bebas yaitu: kompensasi, iklim organisasi, dan

(28)

terdapat pengaruh langsung kompensasi terhadap kinerja dosen, terdapat pengaruh

langsung iklim organisasi tehadap kinerja dosen, dan terdapat pengaruh motivasi

terhadap kinerja dosen.

2.2. Teori tentang Motivasi 2.2.1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi

individu untuk mencapai hal spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai

tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk

mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Dorongan tersebut

terdiri dari 2 komponen yaitu arah perilaku (kerja untuk mencapai tujuan) dan

kekuatan perilaku (seberapa kuat usaha individu dalam bekerja). Motivasi meliputi

perasaan unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari

hubungan internal dan eksternal.

Pada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja keras

sehingga dapat mencapai tujuan mereka, hal ini akan meningkatkan produktivitas

kerja sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan. Amini (2004), menyatakan

motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah

tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi

(29)

Siagian dalam Sutrisno (2009), menyatakan bahwa motif adalah keadaan

kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan atau mengerakan dan motif itulah yang

mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak tanduk seseorang yang

selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan baik tujuan organisasi maupun tujuan

pribadi masing-masing anggota organisasi. Mangkunegara (2007), menyatakan

bahwa motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri pegawai

yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental pegawai

yang positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk

mencapai kinerja yang maksimal.

Hasibuan (2000), menyatakan motivasi adalah pemberian daya penggerak

yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja

efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Jadi

motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi

bawahannya, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,

menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias

mencapai hasil yang optimal. Sopiah (2008), menyatakan pada dasarnya terdapat tiga

(30)

2.2.2. Teori-teori Motivasi

Motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke

arah tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk

memenuhi sesuatu kebutuhan indivisual, Sementara motivasi umum bersangkutan

dengan upaya ke arah setiap tujuan.

Setiap teori motivasi berusaha untuk menguraikan apa sebenarnya manusia

dan manusia dapat menjadi seperti apa. Dengan alasan ini, bisa dikatakan bahwa

sebuah teori motivasi mempunyai isi dalam bentuk pandangan tertentu mengenai

manusia. Teori tentang motivasi dikelompokan dua aspek, yaitu teori kepuasan dan

motivasi proses.

1. Teori Kepuasan

Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan

kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara

tertentu. Teori kepuasan tersebut dipelopori oleh F.W.Taylor, Abraham H Maslow,

David McClelland, Frederick Hezberg, Clayton P Alderfer dan Douglas McGregor

(dalam Sutrisno, 2009).

1) Taylor dengan teori motivasi konvensional

Teori motivasi konvensional ini termasuk content theory, karena teori ini

memfokuskan pada anggapan bahwa keinginan untuk pemenuhan kebutuhannya

menyebabkan orang mau bekerja keras. Dengan teori ini dapat disebutkan bahwa

seseorang akan mau berbuat atau tidak berbuat didorong oleh ada atau tidak adanya

(31)

2) Abraham H Maslow dengan teori hierarki

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow, mengemukakan bahwa

kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan kedalam lima hierarki kebutuhan,

sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis.

Kebutuhan untuk mempertahankan hidup ini disebut juga dengan kebutuhan

psikologis, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dari kematian.

Kebutuhan ini merupakan tingkat paling dasar yang dikenalkan oleh maslow.

Kebutuhan paling dasar ini adalah kebutuhan akan makan, minum,

perumahan, pakaian, yang harus dipenuhi seseorang.

b. Kebutuhan rasa aman.

Menurut Maslow, setelah kebutuhan tingkat dasar terpenuhi, maka seseorang

berusaha memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan

rasa aman dan keselamatan.

c. Kebutuhan hubungan sosial.

Kebutuhan ini hanya dapat terpenuhi bersama masyarakat, karena memang

orang lainlah yang dapat memenuhinya. Seperti kasih sayang, dicintai,

dihormati dan diakui keberadaannya.

d. Kebutuhan pengakuan.

yaitu kebutuhan akan penghargaan dan prestasi. Setiap orang ingin dipandang

(32)

bahwa mereka mempunyai konstribusi terhadap organisasi dan

lingkungannya.

e. Kebutuhan aktualisai diri

kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuahan yang paling tinggi.

Untuk memenuhi kebutuhan puncak ini biasanya seseorang bertindak bukan

atas dorongan orang lain, tetapi karena kesadaran dan keinginan sendiri.

3) David McClelland dengan teori motivasi prestasi

Teori kebutuhan yang dikemukakan oleh David McClelland disebut juga

dengan teori motivasi prestasi. Menurut teori ini, ada tiga komponen dasar yang dapat

digunakan untuk memotivasi orang bekerja, yaitu kebutuhan akan:

a. Need For achievment

Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan

standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat

dengan pekerjaan dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai

prestasi tertentu.

b. Need for affiliation

Merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya

dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk

mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.

(33)

Kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini,

menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memedulikan

perasaan orang lain.

4) Frederick Hezberg dengan teori model dan faktor

Menurut Herzberg, orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan, yaitu:

1) Kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan atau

maintenance factors. Maintenance factors (faktor pemeliharaan) ini

berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman

dan kesehatan badaniah.

2) Faktor pemeliharaan ini menyangkut kebutuhan psikologis seseorang.

Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi instrisik, kepuasan pekerjaan (job

content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat

motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik.

5) Clayton P. Alderfer dengan teori ERG

Menurut teori ini ada tiga kebutuhan setiap orang:

a. Exixtence (Keberadaan)

Merupakan kebutuhan seseorang untuk dapat dipenuhi dan terpelihara

keberadaan yang bersangkutan sebagai manusia di tengah-tengah masyarakat

maupun perusahaan.

b. Relatedness (Kekerabatan)

(34)

c. Growth (Pertumbuhan)

Ini berkaitan dengan pengembangan potensi diri seseorang seperti

pertumbuhan kreativitas dan pribadi.

6) Douglas Mc Gregor dengan teori X dan Y

Prinsip teori X didasarkan pada pola pikir konvensional yang ortodoks dan

menyorot sosok negatif perilaku manusia. Sementara teori Y memandang manusia

secara optimis karena itu disebut teori potensial. Kedua teori ini pada dasarnya

memang berlaku dan dapat kita terima dalam memandang manusia, tipe-tipe perilaku

yang cocok dengan kedua teori tersebut. Dalam memberi motivasi kepada bawahan,

seorang pimpinan harus mempunyai kualifikasi bawahan, apakah mereka tipe x atau

y manusia tipe x memerlukan gaya kepemimpinan otoriter, sedangkan manusia tipe y

memerlukan gaya kepemimpinan partisipan.

2. Teori Motivasi Proses

Teori proses ini berlawanan dengan teori-teori kebutuhan. Teori-teori proses

memusatkan perhatiannya pada bagaimana motivasi terjadi. Dengan kata lain, teori

proses pada dasarnya berusaha menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan,

mengarahkan, memelihara dan menghentikan perilaku individu agar setiap individu

(35)

Ada tiga teori motivasi proses yang lazim dikenal, yaitu teori harapan,

keadilan dan pengukuhan.

a. Teori Harapan (Expectacy Theory)

Teori harapan menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang

bekerja giat dalam melaksanakan pekerjaanya bergantung pada hubungan timbal

balik antara apa yang dia inginkan dengan kebutuhan hasil pekerjaan itu.

b. Teori Keadilan (Equity Theory)

Inti dari teori keadilan adalah bahwa pegawai membandingkan antara usaha

mereka dan imbalan yang mereka terima dengan usaha dan imbalan yang diterima

orang lain dalam situasi kerja yang serupa. Teori motivasi ini didasarkan pada asumsi

bahwa individu itu dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam

pekerjaan. Orang bekerja untuk mendapatkan imbalan dari organisasi. Empat istilah

penting dalam teori motivasi ini adalah:

1) Orang (Person) : Individu yang merasa diperlakukan secara adil atau tidak

adil.

2) Perbandingan dengan orang lain (Comparasion Other) : Setiap kelompok atau

orang yang digunakan oleh orang (Person) sebagai perbandingan mengenai

rasio dari input dan perolehan.

3) Masukan (Input) : Karakteristik individual yang dibawa serta oleh orang

(Person) ke pekerjaan yang dapat dicari (Misalnya : umur, jenis kelamin,

(36)

4) Perolehan (Outcomes) : Apa yang diterima oleh orang (Person) dari pekerjaan

(Misalnya : penghargaan, tunjangan, upah). Keadilan terdapat apabila pegawai

merasa bahwa perbandingan dari usaha mereka terhadap perolehan

(Outcomes) adalah sama. Dengan kata lain bahwa gaji atau upah mereka

sesuai dengan pekerjaan mereka.

c. Teori Pengukuhan (ReinforecementTheory)

Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan

pemberian kompensasi. Misalnya, promosi tergantung dari prestasi yang selalu dapat

dipertahankan. Bonus kelompok tergantung pada produksi kelompok. Sifat

ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian

yang mengikuti perilaku itu.

Teori pengukuhan terdiri dari dua jenis, yakni:

1) Pengukuhan positif (positive reinforcement) yaitu bertambahnya frekuensi

perilaku, terjadai apabila pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.

2) Pengukuhan negatif (negative reinforcement) yaitu bertambahnya frekuensi

perilaku, terjadi apabila pengukuh negatif dihilangkan secara bersyarat.

2.3. Teori tentang Kepemimpinan 2.3.1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam memberikan pengarahan

kepada seseorang dalam hal ini dosen apalagi pada saat-saat sekarang ini di mana

(37)

yang bisa memberdayakan bawahannya. Kepemimpinan yang bisa menumbuhkan

motivasi kerja adalah kepemimpinan yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri para

bawahanya dalam menjalankan tugasnya masing-masing.

Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang

penting karena pimpinan itulah yang akan mengerakkan dan mengarahkan organisasi

dalam mencapai tujuan dan sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Tidak

mudah karena harus memahami setiap perilaku bawahan yang berbeda-beda.

Umumnya kekuasaan meliputi sifat-sifat yang berhubungan dengan orang dan

posisi yang didudukinya, yang merupakan dasar kekuatan bagi pemimpin untuk

mempengaruhi orang lain. Dalam manajemen, kekuasaan meliputi kemampuan

seseorang mendapatkan sumber daya, menggunakan sumber daya serta menggerakan

sumber daya apa yang tersedia untuk dapat mencapai tujuan perusahaan atau

organisasi.

Seorang pemimpin harus mengetahui betul fungsi pemimpin dan sekaligus

mengetahui unsur-unsur kepemimpinan sebagai aktivitas mempengaruhi, kemampuan

mengajak, mengarahkan, menciptakan dan mencetuskan ide. Kepemimpinan

merupakan kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh

seseorang atau badan hukum yang menyebabkan terjadinya gerak pada warga

masyarakat. Menurut Hasibuan (2003), kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin

mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif

(38)

Matondang (2008), menyatakan kepemimpinan adalah suatu proses dalam

mempengaruhi orang lain agar mau atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan.

Menurut Nixon (dalam sutrisno 2009), kepemimpinan merupakan suatu bentuk seni

yang unik, yang membutuhkan kekuatan dan visi pada tingkat yang luar biasa.

Kepemimpinan merupakan aktivitas perilaku seseorang dalam mempengaruhi orang

lain. Kepemimpinan memainkan peranan yang dominan, krusial dan kritikal dalam

keseluruhan untuk meningkatkan kinerja, baik pada tingkat individual, kelompok dan

organisasi. Seorang pimpinan hasrus mengetahui betul fungsi pemimpin dan

sekaligus mengetahui unsur-unsur kepemimpinan sebagai aktivitas mempengaruhi,

kemampuan mengajak, mengarahkan, menciptakan dan mencetuskan ide.

2.3.2. Teori-teori Kepemimpinan

Secara garis besar pendekatan teori kepemimpinan dibagi atas tiga aspek,

yaitu teori sifat, teori perilaku dan teori kepemimpinan situasional.

1. Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory)

Studi-studi mengenai sifat-sifat/ciri-ciri mula-mula mencoba untuk

mengidentifikasi karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan kemampuan

orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang sifat/ciri telah

dilakukan, namun sifat-sifat/ciri-ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dan

konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian mengenai

sifat/ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat/ciri itu berinteraksi

(39)

menentukan relevansi dari berbagai sifat/ciri dan kemampuan bagi keberhasilan

seorang pemimpin. Menurut Mictchel dan larson dalam Riduan (2009), operasional

variabel kinerja dosen menjadi lima dimensi: yaitu, kemampuan, prakarsa inisiatif,

ketepatan waktu, kualitas hasil kerja dan komunikasi.

2. Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory)

Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian

mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil

aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama

periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi

pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan

untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang

efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti

lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki

bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika

kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku

ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak

bawahan yang puas.

Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa

perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration

dan initiating structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan

bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan

(40)

Likert’s Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap

bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang

sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State

University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori ini,

perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya

kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.

3. Teori Situasional

Teori situasi mencoba mengembangkan kepemimpinan sesuai dengan situasi

dan kebutuhan. Dalam pandangan ini, hanya peminpin yang mengetahui situasi dan

kebutuhan organisasi yang dapat menjadi pemimpin yang efektif. Teori situasi

kontingensi berusaha meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam segala situasi.

Menurut model ini, pemimpin yang efektif karena pengaruh motivasi mereka yang

positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikut.

4. Teori Kontingensi (Contigensy Theory)

Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin

(atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Teori

Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku

pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi pengikut. Pada umumnya

pemimpin memotivasi para pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang

konsekuensi yang mungkin dari berbagai upaya. Bila para pengikut percaya bahwa

hasil-hasil dapat diperoleh dengan usaha yang serius dan bahwa usaha yang demikian

(41)

situasi seperti sifat tugas, lingkungan kerja dan karakteristik pengikut menentukan

tingkat keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan

dan usaha para pengikut.

LPC Contingency Model dari Fiedler berhubungan dengan pengaruh yang

melunakkan dari tiga variabel situasional pada hubungan antara suatu ciri pemimpin

(LPC) dan kinerja pengikut. Menurut model ini, para pemimpin yang berskor LPC

tinggi adalah lebih efektif untuk situasi-situasi yang secara moderat menguntungkan,

sedangkan para pemimpin dengan skor LPC rendah akan lebih menguntungkan baik

pada situasi yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Leader Member

Exchange Theory menjelaskan bagaimana para pemimpin mengembangkan hubungan

pertukaran dalam situasi yang berbeda dengan berbagai pengikut. Hersey and

Blanchard Situasional Theory lebih memusatkan perhatiannya pada para pengikut.

Teori ini menekankan pada perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas

kepemimpinannya dan hubungan pemimpin pengikut.

Leader Participation Model menggambarkan bagaimana perilaku pemimpin

dalam proses pengambilan keputusan dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini

menganalisis berbagai jenis situasi yang mungkin dihadapi seorang pemimpin dalam

menjalankan tugas kepemimpinannya. Penekanannya pada perilaku kepemimpinan

seseorang yang bersifat fleksibel sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.

Kemampuan pimpinan menurut Matondang (2008) yaitu memiliki keterampilan

berkomunikasi, memiliki kemampuan memotivasi orang lain, memiliki kemampuan

(42)

mempengaruhi orang lain, memiliki kemampuan untuk mengelola konflik, memiliki

kemampuan untuk berorganisasi, memiliki kemampuan memimpin tim kerja dan

memiliki kemampuan untuk mengendalikan stres.

2.3.3. Gaya Kepemimpinan

Terdapat beberapa tipe dari gaya kepemimpinan antara lain:

1. Kepemimpinan Transaksional

Model kepemimpinan ini berfokus pada transaksi antarpribadi, antara

manajemen dan karyawan. Dua karakteristik yang melandasi kepemimpinan

transaksional adalah:

a. Para pemimpin menggunakan penghargaan kontingensi untuk memotivasi

karyawan.

b. Para pemimpin melaksanakan tindakan korektif hanya ketika para bawahan

gagal mencapai tujuan kinerja.

2. Kepemimpinan Kharismatik

Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif antara

pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa percaya diri,

keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting

adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan

para pengikut.

Berbagai teori tentang kepemimpinan karismatik telah dibahas dalam kegiatan

(43)

identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin dan pengaruh pemimpin

terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri para pengikut. Teori atribusi tentang

karisma lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai proses utama

mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder. Teori konsep diri sendiri

menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan pengaruh pimpinan terhadap

kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang sedikit terhadap identifikasi

pribadi. Sementara itu, teori penularan sosial menjelaskan bahwa perilaku para

pengikut dipengaruhi oleh pemimpin tersebut mungkin melalui identifikasi pribadi

dan para pengikut lainnya dipengaruhi melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain,

penjelasan psikoanalitis tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa

pengaruh dari pemimpin berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.

Karisma merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa pendekatan yang dapat

digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi karisma walaupun

sukar untuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik memiliki dampak positif

maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi.

3. Kepemimpinan Transformasional

Pemimpin transformasi (transforming leaders) mencoba menimbulkan

kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai-nilai

moral yang lebih tinggi.

Burns dan Bass telah menjelaskan kepemimpinan transformasional dalam

organisasi dan membedakan kepemimpinan transformasional, karismatik dan

(44)

terhadap nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada

tingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan para pengikut lebih mementingkan

organisasi. Hasilnya adalah para pengikut merasa adanya kepercayaan dan rasa

hormat terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk melakukan sesuatu

melebihi dari yang diharapkan darinya. Efek-efek transformasional dicapai dengan

menggunakan karisma, kepemimpinan inspirasional, perhatian yang diindividualisasi

serta stimulasi intelektual.

Hasil penelitian Bennis dan Nanus, Tichy dan Devanna telah memberikan

suatu kejelasan tentang cara pemimpin transformasional mengubah budaya dan

strategi-strategi sebuah organisasi. Pada umumnya, para pemimpin transformasional

memformulasikan sebuah visi, mengembangkan sebuah komitmen terhadapnya,

melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai visi tersebut, dan menanamkan

nilai-nilai baru.

2.4. Teori Tentang Kinerja 2.4.1. Pengertian Kinerja Dosen

Kinerja dalam bahasa Inggris disebut performance, yang dapat diartikan

dengan pekerjaan, perbuatan atau penampilan. Kinerja mempunyai makna yang lebih

luas, bukan hanya menyatakan hasil kerja, tetapi bagaimana proses kerja berlangsung.

Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut. Rivai (2008) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat

(45)

melaksanakan tugas di bandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar

hasil kerja, target atau sasaran atas kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

telah disepakati bersama.

Simanjuntak (2005), menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian

hasil kerja atas pelaksanaan tugas tertentu oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang masing-masing, dalam rangka

upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum

dan sesuai dengan moral dan etika. Sedangkan Alwi (2001) menyatakan bahwa

kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Menurut Mangkunegara (2005) kinerja adalah penampilan hasil karya

personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja merupakan

penampilan individu maupun kelompok kerja personil, tidak terbatas pada personil

yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga pada keseluruhan

jajaran personil dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya

personil dalam suatu organisasi melalui instrumen kinerja dan hakikatnya merupakan

evaluasi terhadap penampilan kinerja personil dengan membandingkan dengan

standar baku penampilan. Suprihanto (2000) mengatakan bahwa penilaian kinerja

adalah proses yang digunakan organisasi untuk menilai sejauh mana anggotanya telah

melakukan pekerjaannya dengan memuaskan. Penilaian kinerja dapat saja dilakukan

(46)

Selanjutnya Suprihanto juga menjelaskan kinerja berdasarkan standar adalah hasil

kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai

ukuran, misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih

dahulu atau telah disepakati bersama.

Dosen merupakan salah satu komponen strategis dalam peningkatan mutu

pendidikan. Diperguruan tinggi terdapat keberagaman latar belakang mahasiswa hal

ini akan mempengaruhi pola pikir setiap mahasiswa tersebut. Untuk itu setiap dosen

diharapkan memberikan perhatian yang terfokus kepada mahasiswanya agar tercipta

sumber daya manusia yang semakin meningkat. Seorang dosen harus memperhatikan

tugas dan tanggung jawabnya sebagai dosen, sebagai mana tercantum dalam pedoman

beban kerja dosen dan evaluasi pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi (2010)

tentang tugas utama dosen pada tri dharma perguruan tinggi, yaitu: 1). tugas

pendidikan dan pengajaran 2). penelitian 3). tugas pengabdian kepada masyarakat.

Dengan demikian, seseorang dosen dalam upaya peningkatan kinerjanya adalah

dengan mengimplimentasikan tugas-tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi.

a) Kinerja dosen pada pendidikan dan pengajaran

Dalam melaksanakan tugas seorang dosen harus memenuhi persyaratan yang

bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan di lain pihak juga

mengemban sejumlah tanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma

kepada mahasiswa selaku generasi muda sehingga terjadi konversi nilai, bahkan

(47)

Manullang (2005) mengemukakan bahwa pengajar (dosen) berurusan dengan

otak dan otot maka dosen harus menembus sampai ke dalam hati. Seorang pengajar

(dosen) profeional adalah seorang dosen sejati, dan dosen profesional melakukan

kegiatan dan pekerjaan dengan ketrampilan tinggi yang didasarkan pada pengetahuan

teoritis dan sistemastis. Dengan demikian, seorang dosen yang profesional harus tepat

menggunakan pertimbangan dalam bertindak dan menjawab tantangan yang dihadapi

dalam tugasnya, setiap dosen berkewajiban menciptakan suasana kinerja yang baik,

menjalin suasana harmonis antar sesama, dan memberikan respon mendidik bagi

lingkungannya.

Dalam kaitannya dengan mahasiswa, tugas dosen dalam pelaksanaan

pendidikan adalah melaksanakan tugas pembelajaran sesuai dengan perencanaan

bahan kuliah, persiapan perkuliahan, hadir di kelas sesuai jadwal, mengemukakan tata

aturan perkuliahan secara jelas, melakukan penilaian secara objektif sesuai dengan

ketentuan lembaga, dan harus menyadari bahwa mahasiswa sebagai individu yang

mempunyai latar belakang yang berbeda, harus dihormati dan mempunyai hak yang

harus dilindungi.

Supaya pembelajaran dapat diterima oleh mahasiswa maka seorang dosen

harus menguasai materi dan ketrampilan teknis dalam proses belajar mengajar, yang

merupakan suatu hal yang mutlak harus dimiliki oleh seorang dosen sebagai pengajar.

Kompetensi yang dimiliki seorang dosen, akan dapat meningkatkan kinerja yang

(48)

nilai-nilai yang dapat membuat seseorang melakukan serta menyelesaikan tugas dan

tanggungjawab dengan baik.

Hal ini jelas dikemukakan Usman (1995) bahwa kinerja dosen dapat terlihat

dari 10 kompetensinya, yakni:

a. Mengembangkan kepribadian

b. Menguasai landasan pendidikan

c. Menguasai bahan ajar

d. Menyusun progran pengajaran/perkuliahan

e. Melaksanakan program pengajaran/perkuliahan

f. Menilai hasil dari proses belajar mengajar yang dilaksanakan

g. Melaksanakan program bimbingan

h. Menyelengarakan administrasi sekolah

i. Beriteraksi dengan sejawat masyarakat dan

j. Menyelenggarakan penelitian untuk keperluan pengajaran/perkuliahan.

b) Kinerja dosen pada karya ilmiah dan penelitian

Dalam tri dharma Perguruan tinggi setiap dosen diharuskan melakukan

penelitian ilmiah. Kemajuan perkembangan ilmu dan teknologi bergantung pada

usaha-usaha penelitian. Penelitian adalah pendukung kunci pelaksanaan tugas

pendidikan akademis. Pembaharuan materi-materi pendidikan hanya mungkin, jika

dosen bersangkutan telah melakukan penelitian-penelitian ilmiah bidang ilmunya.

(49)

Kegiatan dari sebuah penelitian perlu dijabarkan secara logis dan kronologis

dari metode keilmuan. Penelitian merupakan suatu penjabaran dari kajian teoritis dan

empiris, maka memerlukan kriteria tertentu untuk dapat dikatakan karya ilmiah yang

bermutu. Menurut Rusidi (1992) suatu penelitian dikatakan bermutu atau merupakan

suatu langkah-langkah sistematik keilmuan atau metode ilmiah, yaitu: 1) Mencari

dan merumuskan serta mengindentifikasi masalah, 2) Menyusun kerangka pemikiran,

3) Merumuskan hipotesis, 4) Hipotesis secara empirik, 5) Melakukan pembahasan

dan, 6) Menarik kesimpulan.

c)Kinerja dosen pada pengabdian masyarakat.

Menurut pedoman direktorat pembinaan dan pengabdian masyarakat, yang

dikutip Muliana (2002), bahwa pengabdian masyarakat dirumuskan sebagai

pengamalan pengetahuan dan teknologi yang dilakukan oleh perguruan tinggi secara

lembaga dan langsung kepada masyarakat untuk mensukseskan pembangunan dan

pengembangan manusia menuju tercapainya masyarakat indonesia yang maju, adil

dan sejahtera berdasarkan pancasila serta meningkatkan pelaksanaan misi dan visi

perguruan tinggi. Kegiatan pengabdian pada masyarakat menjadi bagian yang tidak

dapat dipisahakan dari tugas dosen yang ditunjukan untuk menunjang pembangunan

diberbagai lapisan masyarakat.

Kegiatan pengabdian masyarakat pada dasarnya mempunyai arti, bagi

perguruan tinggi dapat melihat dan merasakan langsung permasalah pendidikan yang

dihadapin masyarakat. Sedangkan bagi masyarakat dapat merasakan hasil-hasil

(50)

dengan indikator kinerja dosen dalam pengabdian masyarakat, terletak pada ada

tidaknya relevansi kegiatan yang dilaksanakan dengan kebutuhan masyarakat serta

makna dari kegiatan dosen atau lembaga sebagai sarana tanggung jawab terhadap

masyarakat.

Tujuan penyelengaraan pengabdian masyarakat ditulis dalam peraturan

pemerintah No 5 tahun 1980 adalah pengembangan sumber daya manusia ke arah

terciptanya manusia pembangunan, mengembangkan masyarakat ke arah terbinanya

masyarakat belajar, meningkatkan kepekaan sosial para tenaga akademik dan

terhadap masalah-masalah yang timbul dala masyarakat, serta menggembangkan

sistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Wes (1999), memberikan pendapat tentang aspek-aspek pengukuran kegiatan

pengabdian pada masyarakat sebagai berikut:

a. Kegiatan atas nama perguruan tinggi.

b. Usaha bersama antara perguruan tinggi dengan masyarakat tempat kegiatan

tersebut dilaksanakan.

c. Seimbang dengan kegiatan pendidikan dan penelitian.

d. Atas inisiatif subjek pelaksanaan kegiatan.

e. Bermanfaat bagi masyarakat tempat kegiatan dilakukan.

f. Menunjang pengembangan ilmu di sisi lain.

(51)

Dengan demikian kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang efisien

dan efektif serta produktif. Sehubungan dengan uraian di atas, bahwa seorang dosen

diwajibkan melakukan tugasnya sesuai dengan tri Dharma Perguruan Tinggi.

Berdasarkan pendapat para ahli bahwa kinerja pengabdian pada masyarakat sebagai

salah satu Dharma dari Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan suatu tugas

kewajiban bagi seorang dosen. Dosen selaku tenaga pengajar/pendidik pada

perguruan tinggi diharapkan mampu mengaktualisasikan dirinya melalui Tri Dhrama

Perguruan Tinggi, yaitu: pengajaran dan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada

masyarakat.

2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Anoraga dan Suryati (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja pegawai/karyawan adalah sebagai berikut:

a. Motivasi, pimpinan organisasi perlu mengetahui motivasi kerja dari anggota

organisasi. Untuk mengetahui motivasi itu maka pemimpin mendorong karyawan

untuk bekerja secara optimal.

b. Pendidikan, pada umumnya pendidikan seseorang yang mempunyai pendidikan

yang lebih tinggi akan mempunyai potensi kerja yang baik pula, dengan demikian

pendidikan merupakan syarat penting dalam peningkatan kinerja.

c. Disiplin kerja, yaitu kedisiplinan dilakukan melalui sesuatu latihan antara lain

(52)

d. Ketrampilan, yaitu ketrampilan karyawan dalam suatu organisasi dapat

ditingkatkan melalui kursus/pelatihan.

e. Sikap dan etika, yaitu tercapainya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang

antara perilaku dalam proses produksi dan meningkatkan kinerja.

f. Tingkat penghasilan, yaitu penghasilan yang cukup berdasarkan prestasi kerja

akan meningkatkan kinerja.

g. Lingkungan kerja, yang dimaksud dalam hal ini termasuk hubungan antara

karyawan, hubungan dengan pimpinan, lingkungan fisik dan lain sebagainya.

h. Teknologi, yaitu dengan semakin majunya teknologi maka pegawai yang

berkinerja tinggi yang dapat mengikuti perkembangan teknologi ini.

2.5. Teori Lingkungan Kerja 2.5.1. Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan

manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksnakan proses produksi dalam

suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap

para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang

memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan

kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja. Sebaliknya lingkungan

kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan

motivasi kerja karyawan. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai

(53)

nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu

yang lama. Lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat

menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung

diperolehnya rencangan sistem kerja yang efisien.

Beberapa ahli mendifinisikan lingkungan kerja antara lain sebagai berikut

Menurut Nitisemito (2000), lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar

para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang

diembankan. Menurut Sedarmayati (2001), Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat

perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja,

metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun

sebagai kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja

merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang

berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat

mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya saat bekerja

2.5.2. Jenis Lingkungan Kerja

Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan

kerja terbagi menjadi 2 yakni : (a) lingkungan kerja fisik, dan (b) lingkungan kerja

(54)

A. Lingkungan kerja Fisik

Menurut Sedarmayanti (2001), Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan

berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi

karyawan baik secara langsung maupun scara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik

dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :Lingkungan yang langsung berhubungan

dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya) Lingkungan

perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang

mempengaruhi kondisi manusia, misalnya :temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,

pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.

Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan,

maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik dan

tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai dasar

memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.

B. Lingkungan Kerja Non Fisik

Menurut Sadarmayanti (2001), Lingkungan kerja non fisik adalah semua

keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan

atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.

Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3. 3. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kepemimpinan
Tabel 3. 4. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja Dosen
tabel pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil ini maka variabel kinerja dosen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Shimp (2003) aktivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan menggunakan media khususnya internet dapat dilihat dari aspek pesan yaitu, frekuensi pesan

Tradisi Ngeningang Raga ring Catuspata pada Tumpek Kuningan di Desa Pakraman Kebonjero, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan ditinjau dari perspektif pendidikan agama Hindu

Aktivitas kitinase ( μ M pNP/mg protein/jam) pada jaringan batang menggunakan substrat dimer (pNP-GlcNAc) serta pengelompokan ketahanan berdasarkan respons jaringan leher akar

Segala puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Leverage, Likuiditas, Umur,

Maka penelitian ini difokuskan pada proses untuk memahami dan menganalisis perlakuan akuntansi yang diterapkan untuk aset bersejarah di Monumen Kapal Selam Surabaya

Firman Sebayang, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta pengetahuan kepada penulis selama penulisan karya ilmiah ini sehingga

 Pengelolaan kegiatan budidaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan

Berdasarkan analisis Tabel 5 diatas, strategi pengembangan usahatani jagung di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur adalah memanfaatkan kebijakan perintah dengan