PENGARUH DISHARMONISASI KELUARGA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA
(STUDI KASUS DI SMK TUNAS PELITA KOTA BINJAI)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Sosial
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Disusun Oleh:
GUGUS GIAN LOKA NIM : 060902034
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan nikmatnya
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW karena perjuangan Beliau kita berada dalam alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
berjudul “Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba
(Studi Kasus di SMK Tunas Pelita Kota Binjai).
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi, guna meraih gelar sarjana (S-1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini, masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai dari kesempurnaan skripsi
ini. Karena itu saran dan koreksi demi perbaikan dan kebaikan kedepannya,
penulis sangat harapkan. Namun apapun bentuknya inilah yang terbaik yang
penulis bisa berikan. Semoga skripsi ini bisa berartii dan memberikan manfaat.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik,
tidak terlepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak, baik dalam waktu
pengerjaan skripsi ini, ataupun diluar itu semua. Ucapan terima kasih ini penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.Si, selaku ketua Departemen Ilmu
3. Bapak Bengkel Ginting, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pemikiran untuk memberikan petunjuk, saran dan
bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama
perkuliahan dan dengan segala jasa-jasanya.
5. Bapak Drs. H. Haniful Choir Nasution, selaku Ketua Yayasan Pendidikan
Tunas Pelita Kota Binjai, yang telah memberikan informasi dan masukan
bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Desi Wahyuni, ST, selaku Kepala Sekolah SMK Tunas Pelita Kota
Binjai beserta para guru dan staf serta siswa/I SMK Tunas Pelita Kota
Binjai ataz informasi dan izin serta juga kerjasama yang baik dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Orang tua tercinta, Ibu Nurmadiah Tarigan yang selalu memberikan cinta,
kasih sayang, dorongan dan pemberi semangat terbesar dalam hidupku.
Terkhusus buat Ibu tercinta Syamsiah Arifin yang telah mendidik ku sejak
kecil dan memberikan memotivasi dalam segala hal, terutama dalam masa
perkuliahan. Buat adik ku Geena Mita Fonda dan Risha Oriza terima kasih
buat dukungan dan dukungan selama ini, kalian semua sangat berharga
dalam hidup ku.
8. Seluruh keluarga besar S.Arifin dan Jahro Tarigan, terima kasih atas kasih
sayang, dukungan dan perhatian yang telah diberikan selama ini.
9. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 06, Ade bunbun, Hammad, Rozi,
seluruh stambuk 2006 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Senior dan
junior, Semangat dan Sukses selalu.
10. Penghuni parkiran FISIP, Pak Naryo, Bang Lakso, Bang Sukron, dan
seluruh penghuni lainnya, terima kasih atas waktu dan tempatnya selama
ini.
11. Terakhir kepada siapa saja yang telah member penulis kesempatan untuk
menjadi seperti sekarang, mereka yang dengan bangga kusebut teman,
yang tidak bisa dipersebutkan satu persatu.
Atas bantuan tersebut penulis hanya dapat berdoa semoga amal baik yang
pernah diberikan dengan penuh keikhlasan mendapat balasan dari Allah SWT.
Akhir kata semoga uraian skripsi ini bermanfaat serta dapat memberikan
sumbangan yang sangat bermanfaat bagi kita semua, Amin …..
Medan, Januari 2012
Penulis
Gugus Gian Loka
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……….……….. i
DAFTAR ISI ……… iv
DAFTAR TABEL ………. ……….. vi
ABSTRAK ………...vii
BAB I : PENDAHULUAN ………... 1
1.1Latar Belakang ……….. 1
1.2Perumusan Masalah ……….. 7
1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ………. 7
1.3.2 Manfaat Penelitian ………. ……. 8
1.4 Sistematika Penulisan ………... 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ………. 10
2.1 Disharmonisasi Keluarga ……… 10
2.1.1 Pengertian Disharmonisasi ………...10
2.1.2 Pengertian Keluarga ……… 10
2.1.2.1 Peranan Dan Fungsi Keluarga ………. 11
2.1.3 Aspek-Aspek Disharmonisasi Keluarga ………. 18
2.2 Remaja ……… 19
2.3 Narkoba ……….. 23
2.3.1 Penyalahgunaan Narkoba ……… 29
2.3.2 Narkoba Sebagai Masalah Sosial ……… 30
2.5 Kerangka Pemikiran ……… 33
2.6 Hipotesis ………. 34
2.7 Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional ……… 35
2.7.1 Defenisi Konsep ……….. 35
2.7.2 Defenisi Operasional ………... 36
BAB III : METODE PENELITIAN ………... 38
3.1 Tipe Penelitian ……… 38
3.2 Lokasi Penelitian ………. 38
3.3 Populasi ………... 38
3.4 Tehnik Pengumpulan Data ……….. 39
3.5 Tehnik Analisa Data ……… 40
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ……… 42
4.1 Sejarah Berdirinya SMK Tunas Pelita ……… 42
4.2 Maksud Dan Tujuan Sekolah ………... 43
4.3 Kondisi Sarana Dan Prasarana ……… 45
4.4 Struktur Organisasi SMK Tunas Pelita Binjai ……… 46
4.5 Keadaan Guru Dan Tenaga Administrasi ……… 47
4.6 Kegiatan Dan Potensi Siswa ………... 48
4.7 Hubungan Antara Pihak Sekolah dengan Orangtua Siswa ……. 50
4.8 Upaya Meningkatkan Mutu Sekolah ………... 51
BAB V : ANALISIS DATA ……… 52
5.1 Karakteristik Responden ………. 53
5.2 Variabel Bebas (X) ………... 58
5.4 Uji Hipotesa ……… 77
BAB VI : PENUTUP ………... 81
6.1 Kesimpulan ……….. 81
6.2 Saran ……… 82
DAFTAR PUSTAKA ………..
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika ……….. 28
Tabel 2 Kondisi Sarana dan Prasaran SMK Tunas Pelita Binjai …………... 45
Tabel 3 Keadaan Guru dan Tenaga Administrasi SMK Tunas Pelita ...…… 47
Tabel 4 Disribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ………... 53
Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Umur Responden ………….…….. 54
Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Ayah……….. 55
Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Ibu …………. 56
Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ayah ………... 57
Tabel 9 Distribusi Responden Penghasilan Ayah Perbulan ………... 59
Tabel 10 Distribusi Responden Tentang Cukup Tidaknya Penghasilan Orang
Tua Untuk Memenuhi Kebutuhan ………..…………... 60
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Ayah Bekerja ………… 61
Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua ………… 62
Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Rekreasi Keluarga … 63
Tabel 14` Distibusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pertengkaraan
Antar Anggota Keluarga ………... 64
Tabel 15 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Komunikasi Antar
Keluarga ……… 65
Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Tolong Menolong
Antar Anggota Keluarga ………... 66
Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Gotong Royong …… 67
Tabel 19 Frekuensi Responden Berapa Kali Menggunakan Narkoba Dalam
Satu Hari ……… 70
Tabel 20 Frekuensi Responden Terhadap Jenis Narkoba Yang Digunakan … 71
Tabel 21 Frekuensi Responden Tentang Penyebab Anda Menggunakan
Narkoba ………. 72
Tabel 22 Frekuensi Responden Tentang Ada Tidaknya Dampak Positif Setelah
Menggunakan Narkoba ………. 73
Tabel 23 Frekuensi Responden Pernah Tidaknya Diskors Oleh Pihak
Sekolah ……….. 74
Tabel 24 Frekuensi Responden Tentang Mudah Tidaknya Mendapatkan
Narkoba ………. 75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
GUGUS GIAN LOKA 060902034
PENGARUH DISHARMONISASI KELUARGA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA (STUDI KASUS DI SMK TUNAS PELITA BINJAI)
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 25 tabel, 3 lampiran, 20 pustaka)
Masalah penyalahgunaan Narkoba dewasa ini dirasakan semakin meresahkan masyarakat, baik dinegara-negara maju maupun negara berkembang.
Penyalahgunaan Narkoba dapat dikaitkan dari kemungkinan pengaruh disharmonisasi keluarga. Dari beberapa teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara disharmonisasi keluarga dengan munculnya kejahatan dalam konteks penyalahgunaan Narkoba. Anak atau remaja dari latar belakang kondisi keluarga yang berbeda diperkirakan memiliki wawasan berfikir dan berprilaku yang berbeda pula.
Penelitian mengenai Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (studi Kasus di SMK Tunas Pelita Binjai) ini bertujuan untuk mendeskripsikan adalah apakah ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.
Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik purposif cluster sampling, jumlah sampel keseluruhan adalah 23 responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi yaitu bertujuan untuk menguji variabel yang dihipotesiskan.
Dari analisa data diketahui koefisien antara disharmonisasi keluarga dengan penyalahgunaan Narkoba (rxy) = 0,14. Koefisien tersebut ternyata lebih kecil dari harga tabel yaitu 0,413, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang tak berarti. Hal ini berarti bahwa disharmonisasi keluarga tidak memberikan banyak kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba. Hal ini terlihat bahwa kondisi disharmonisasi keluarga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba di kalangan siswa-siswi SMK Tunas Pelita Binjai hanya memberikan kontribusi sebesar 1,84 %.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, mengenai pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba (Studi kasus di SMK Tunas Pelita Binjai, menunjukkan kondisi disharmonisasi keluarga ternyata tidak banyak memberikan kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di sekolah ini.
.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Abstract
GUGUS GIAN LOKA 060902034
INFLUENCE DISHARMONY FAMILY OF DRUGS ABUSE (CASE STUDY IN SMK TUNAS PELITA BINJAI CITY)
(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 25 tables, 3 appendix, 20 libraries) Adult drug abuse problems are felt increasingly disturbing society, both in countries both seveloped and developing countries.
Drug abuse can be attributed to the possible influence of family disharmony. From some of the theories and research results indicate that there is a relationship between family disharmony with the emergence of evil in the context of drug abuse. Child or adolescent from the family backround of the different conditions is estimated to have insight inti the thinking and behaving differntly.
Research on the effect of family disharmony Againts Drug Abuse (case study in SMK Tunas Pelita Binjai City) aims to describe is whether ther is the influence of family disharmony againts drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.
The sampling is done using purposive cluster sampling technique, the overall number of samples is 23 respondents. The method used in this study is the method of explanation that is intended to test the hypothesized variables.
From the analysis ofdata known coefficient between family disharmony with drug abuse (rxy) = 0,14. The coefficient is smaller than yhe price of the table is 0,413, so it can be concluded that there is a positive relationship is insignificant. This means that family disharmony does not give much contribution to drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.
The results showed that many factors that influence drug abuse. It is seen that the conditions of family disharmony as one of the factors that influence drug abuse among vocational school students SMK Tunas Pelita Binjai contributed only 1,84 %. Thus it can be concluded, on the effects of family disharmony agints drug abuse ( Case study in SMK Tunas Pelita Binjai), showing the condition of family disharmony was not much to contribute to drug abuse at this school.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
GUGUS GIAN LOKA 060902034
PENGARUH DISHARMONISASI KELUARGA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA (STUDI KASUS DI SMK TUNAS PELITA BINJAI)
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 25 tabel, 3 lampiran, 20 pustaka)
Masalah penyalahgunaan Narkoba dewasa ini dirasakan semakin meresahkan masyarakat, baik dinegara-negara maju maupun negara berkembang.
Penyalahgunaan Narkoba dapat dikaitkan dari kemungkinan pengaruh disharmonisasi keluarga. Dari beberapa teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara disharmonisasi keluarga dengan munculnya kejahatan dalam konteks penyalahgunaan Narkoba. Anak atau remaja dari latar belakang kondisi keluarga yang berbeda diperkirakan memiliki wawasan berfikir dan berprilaku yang berbeda pula.
Penelitian mengenai Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (studi Kasus di SMK Tunas Pelita Binjai) ini bertujuan untuk mendeskripsikan adalah apakah ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.
Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik purposif cluster sampling, jumlah sampel keseluruhan adalah 23 responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi yaitu bertujuan untuk menguji variabel yang dihipotesiskan.
Dari analisa data diketahui koefisien antara disharmonisasi keluarga dengan penyalahgunaan Narkoba (rxy) = 0,14. Koefisien tersebut ternyata lebih kecil dari harga tabel yaitu 0,413, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang tak berarti. Hal ini berarti bahwa disharmonisasi keluarga tidak memberikan banyak kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba. Hal ini terlihat bahwa kondisi disharmonisasi keluarga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba di kalangan siswa-siswi SMK Tunas Pelita Binjai hanya memberikan kontribusi sebesar 1,84 %.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, mengenai pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba (Studi kasus di SMK Tunas Pelita Binjai, menunjukkan kondisi disharmonisasi keluarga ternyata tidak banyak memberikan kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di sekolah ini.
.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Abstract
GUGUS GIAN LOKA 060902034
INFLUENCE DISHARMONY FAMILY OF DRUGS ABUSE (CASE STUDY IN SMK TUNAS PELITA BINJAI CITY)
(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 25 tables, 3 appendix, 20 libraries) Adult drug abuse problems are felt increasingly disturbing society, both in countries both seveloped and developing countries.
Drug abuse can be attributed to the possible influence of family disharmony. From some of the theories and research results indicate that there is a relationship between family disharmony with the emergence of evil in the context of drug abuse. Child or adolescent from the family backround of the different conditions is estimated to have insight inti the thinking and behaving differntly.
Research on the effect of family disharmony Againts Drug Abuse (case study in SMK Tunas Pelita Binjai City) aims to describe is whether ther is the influence of family disharmony againts drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.
The sampling is done using purposive cluster sampling technique, the overall number of samples is 23 respondents. The method used in this study is the method of explanation that is intended to test the hypothesized variables.
From the analysis ofdata known coefficient between family disharmony with drug abuse (rxy) = 0,14. The coefficient is smaller than yhe price of the table is 0,413, so it can be concluded that there is a positive relationship is insignificant. This means that family disharmony does not give much contribution to drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.
The results showed that many factors that influence drug abuse. It is seen that the conditions of family disharmony as one of the factors that influence drug abuse among vocational school students SMK Tunas Pelita Binjai contributed only 1,84 %. Thus it can be concluded, on the effects of family disharmony agints drug abuse ( Case study in SMK Tunas Pelita Binjai), showing the condition of family disharmony was not much to contribute to drug abuse at this school.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang
perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh segenap elemen bangsa. Ancaman
nasional tersebut berpotensi besar mengganggu ketahanan diri, keluarga dan
masyarakat baik secara fisik, mental dan secara sosial ekonomi.
Masalah penggunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius
yang harus dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang
menunjukkan akibat dari masalah di atas telah menyebabkan banyak kerugian,
baik materi maupun non materi, banyak kejadian seperti perceraian, atau kesulitan
lain bahkan kematian yang disebabkan oleh ketergantungan Narkoba.
Indonesia yang semula menjadi negara transit atau tempat pemasaran
sekarang sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan merupakan
negara eksportir atau negara produsen. Dalam hal ini ternyata Sat Narkoba
Poldasu pada Mei 2009 lalu pernah menangkap SSN (40) warga Jakarta, pemilik
pabrik ekstasi di Komplek Pergudangan Krakatau Multi Centre (KMC) Medan
(http//waspada.com, diakses pada 7 Desember 2010. Pukul 20.30).
Dalam dekade terakhir ini, penyalahgunaan Narkoba di Indonesia telah
menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan
nasional) yang meningkat dewasa ini, semakin mengkhawatirkan dengan dampak
buruk ekonomi dan social yang semakin besar.
Salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para
remaja, hal ini disebabkan karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang
unik dan labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari
remaja menuju dewasa dan sebagainya. Masa remaja ini dirasakan sebagai suatu
krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang
mengalami pembentukan.
Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa
yang berbahaya, karena pada masa ini seorang mengalami masa transisi atau
peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering
ditandai dengan krisis kepribadian. Perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat
menyebabkan kegelisahan-kegelisahan internal, misalnya perubahan peranan,
timbul rasa tertekan, dorongan untuk mendapatkan kebebasan, kegoncangan
emosional, rasa ingin tahu yang menonjol, adanya fantasi yang berlebihan, ikatan
kelompok yang kuat dan krisis identitas (http//www.bkkbn.co.id, diakses pada 10
November 2010. pukul 20.30).
Oleh karena itu, kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya
penyalahgunaan narkoba pada remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai
dengan keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan interpersonal
antarkeluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan
narkoba.
Apapun bentuk ekspresi kejiwaan remaja yang diperlukan adalah tempat
kelompok yang memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya. Mereka ingin dianggap
kehadirannya dalam wujud apresiasif dan butuh penghargaan. Apabila hal ini
tidak terwujud maka penyaluran potensi dirinya itu terlepas dalam bentuk
kenakalan (http//bkkbn.co.id ,diakses pada, 10 November 2010. pukul 20.31).
Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap
pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah
sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya.
Remaja juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya.
Karena kondisi kejiwaan yang labil dan remaja mudah terpengaruh. Mereka
cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing memikirkan
dampak negatifnya. Di berbagai komunitas dan kota besar metropolitan, jangan
heran jika hura-hura, seks bebas, menghisap ganja dan adiktif lainnya cenderung
mudah menggoda para remaja.
Kasus penyalahgunaan narkoba meningkat hampir 100 persen di tahun ini,
lebih dari 17 kasus terjadi pada pelajar SMP dan SMA Surya di Surabaya yang
mengkonsumsi narkoba atau turut mengedarkan barang terlarang dengan jumlah
yang sangat banyak. Dari tahun 2008 ke 2009 sampai Juni jumlah pelajar di
bawah 17 tahun yang ditangkap jajaran Polwiltabes Surabaya meningkat 100
persen. Meningkatnya jumlah pengguna narkoba di kalangan pelajar SMP dan
SMA itu terlihat dari acara akselerasi Polisi Masyarakat (Polmas) yang digelar di
Ruang Eksekutif Polwiltabes Surabaya. Acara itu sendiri mengambil tema upaya
menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari pengaruh narkoba
Berdasarkan data pada tahun 2008, jajaran Polwiltabes Surabaya telah
menangkap dan menahan sembilan anak di bawah usia 17 tahun. Kebanyakan
mereka mengkonsumsi ganja dengan alasan sekedar coba-coba. Sementara remaja
yang usianya 17 tahun sampai 25 tahun yang terlibat perkara narkoba sebanyak
319 orang. Pada tahun 2009, polisi yang terus memerangi peredaran narkoba
justru tidak membuat surut para pelajar atau remaja yang terlibat masalah tersebut.
Justru di semester awal 2009 Januari sampai dengan Juni dari Sembilan anak yang
tertangkap menjadi 17 anak atau meningkat hampir 100 persen. Tidak kalah
naiknya, remaja usia 17 tahun sampai dengan 25 tahun yang terlibat perkara
narkoba sebanyak 457 orang (http//balipost.com diakses pada 25 November 2010,
pukul 21.00)
Kasus penyalahgunaan narkoba yang disidangkan di PN Ternate sampai
akhir Mei 2009 tercatat 20 kasus. Pasalnya, jumlah tersebut sudah melampaui
kasus penyalahgunaan narkoba yang disidangkan di PN Ternate tahun 2009 yakni
19 kasus. Selain itu, pelaku penyalahgunaan narkoba di tahun 2009 ini sudah
melibatkan kalangan remaja. Fakta tersebut harus mendapat perhatian serius dari
berbagai pihak terkait, baik masyarakat maupun aparat berwajib, karena
penyalahgunaan narkoba itu selain melanggar hukum juga dapat merusak moral
generasi bangsa. Dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba tersebut, tidak cukup
hanya dengan menggunakan pendekatan penegakan hukum, tapi juga harus
disertai dengan upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenal bahaya narkoba
kepada masyarakat, terutama kepada remaja. (http
Bertitik tolak dari pendapat ahli pendidik maka peranan orangtua sangatlah
penting dalam membentuk watak dan kepribadian remaja hingga menjelang
dewasa. Keluarga merupakan kelompok sosial yang utama dan terutama tempat
anak berada dan menjadi manusia sosial. Orang tua yang berhasil menjalankan
tugas dan fungsinya dalam keluarga adalah orang tua yang memiliki kemampuan
untuk memberikan kesejahteraan pada anaknya. Hal tersebut tidak terlepas dari
status hubungan antar anggota keluarga yang dimiliki oleh anggota keluarga itu
sendiri (Ahmadi, 1999:244).
Oleh karena itu, kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya
penyalahgunaan Narkoba pada remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai
dengan keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan interpersonal
antarkeluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan
Narkoba.
Jumlah pelajar atau remaja yang terlibat narkoba diperkirakan lebih besar
dari jumlah yang diungkap polisi. Ibaratnya, narkoba yang diungkap polisi hanya
bagian permukaan saja atau biasa disebut fenomena Gunung Es. Mereka rata-rata
sembunyi-sembunyi saat mengkonsumsi barang haram tersebut.
Penyalahgunaan Narkoba terutama di kalangan pelajar, pada umumnya
dilakukan atau diawali dengan coba-coba, lalu ketagihan. Remaja biasanya
mencoba memakai Narkoba dengan anggapan Narkoba itu keren. Selain itu, di
masa remaja yang labil biasanya mereka membutuhkan tempat untuk
mencurahkan masalah mereka. Ketika hal itu tidak ada, maka larinya ke Narkoba.
Melalui data dari lapangan yaitu hasil wawancara dengan responden dan
guru yang bertugas di Badan Penyuluhan (BP) di SMK Tunas Pelita Binjai
menyatakan bahwa pengguna Narkoba di sekolah tersebut kebanyakan adalah
anak yang kurang mendapat perhatian karena orang tua sibuk mencari rezeki.
Mereka mulai terjerumus dalam penggunaan Narkoba karena tidak mendapat
kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Faktor disharmonisasi dalam keluarga
adalah salah satu hal penyebab penggunaan Narkoba oleh para pelajar. Seperti,
seringnya orang tua bertengkar dan kurangnya perhatian.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berminat mengetahui, membahas
dan melakukan suatu penelitian dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi
dengan judul penelitian ”Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena
langkah ini akan menentukan ke mana suatu penelitian diarahkan. Perumusan
masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya
akan dicari melalui penelitian (Soehartono, 2008 : 23).
Setelah mengetahui dan memahami uraian dari latar belakang masalah
diatas maka dirumuskan permasalahannya untuk dikaji lebih dalam lagi.
Perumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu : Apakah ada Pengaruh
Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di
SMK Tunas Pelita Kota Binjai
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui apa yang sebenarnya dicari oleh peneliti sehingga memberikan
arahan dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Berdasarkan
permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di
1.3.2 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian pasti mendatangkan manfaat sebagai tindak lanjut dari
apa yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Adapun manfaat penelitian
tersebut yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan pemahaman terhadap
permasalahan yang diteliti.
b. Untuk membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui
kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.
c. Dapat digunakan sebagai karya ilmiah dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
b. Dapat memberi masukan bagi para pihak yang berkepentingan dan
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung
dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini
meliputi :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang peneitian, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan
masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran dan
defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, sumber
informasi data (informan), teknik pengumpulan data serta teknik
menganalisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran untuk lebih mengenal lokasi
penelitian.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian
serta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Disharmonisasi Keluarga 2.1.1. Pengertian Disharmonisasi
Suatu keadaan dikatakan disharmonisasi adalah keadaan yang biasanya
mencerminkan suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok
dan kelompok ini adalah sekumpulan manusia. Disharmonisasi selalu berkaitan
dengan keadaan sebuah rumah tangga atau keluarga. Jadi apabila didalamnya
(keluarga/rumah tangga) terdapat sebuah ketidakbahagian, maka keluarga tersebut
dinyatakan disharmonisasi ( Gunarsa, 1993 : 34).
Disharmonisasi adalah suatu bentuk tidak terjadinya keselarasan secara
keseluruhan yang dianggap mempunyai nilai negatif dengan beberapa aspek
penilaian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa
disharmonisasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang terlihat tidak bahagia
dalam suatu kumpulan manusia dan biasanya itu terdapat dalam suatu keluarga.
2.1.2 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan . Anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan .
Menurut Meyer F. Nimkoff, keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak
berlangsung lama antara suami dan istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan
menurut Summer dan Keller merumuskan keluarga sebagai miniatur dari
organisasi sosial, meliputi sedikitnya dua generasi dan terbentuk secara khusus
melalui ikatan darah ( Gunarsa, 1993:230 ).
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam
masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan
laki-laki dan perempuan, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama
untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk
yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam
satuan masyarakat manusia.
2.1.2.1 Peranan dan Fungsi Keluarga
Peranan dan fungsi keluarga sangat luas dan uraian mengenai ini sangat
bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Peranan dan fungsi keluarga
diantaranya yaitu :
1. Dari sudut biologi, keluarga berfungsi untuk melanjutkan garis keturunan.
2. Dari sudut psikologi perkembangan, keluarga berfungsi untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian sehingga bayi yang kecil
menjadi anak yang besar yang berkembang dan diperkembangkan seluruh
kepribadiannya, sehingga tercapai gambaran kepribadian yang matang,
3. Dari sudut pendidikan, keluarga berfungsi sebagai tempat pendidikan
informal, tempat dimana anak memperkembangkan dan diperkembangkan
kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, sehingga mencapai prestasi
yang sesuai dengan kemampuan dasarnya dan memperlihatkan perubahan
perilaku dalam berbagai aspeknya seperti yang diharapkan dan
direncanakan.
4. Dari sudut sosiologi, keluarga berfungsi sebagai tempat untuk
menanamkan aspek sosial agar bisa menjadi anggota masyarakat yang
mampu berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
Menurut Prof. Dr. J. Verkuyl ada tiga fungsi dan peranan keluarga
(orangtua), yaitu :
1. Menguras keperluan materil anak-anak.
Ini merupakan tugas pertama dimana orangtua harus memberi makan,
tempat perlindungan dan pakaian kepada anak-anak. Anak-anak
sepenuhnya tergantung kepada orang tuanya karena anak belum mampu
mencukupi kebutuhannya sendiri.
2. Menciptakan suatu ”home” bagi anak-anak.
Home disini berarti bahwa didalam keluarga itu anak-anak dapat
berkembang dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang,
keramah-tamahan, merasa aman, terlindungi dan lain-lain. Di rumah anak merasa
tentra, tidak merasa kesepian dan selalu gembira.
3. Tugas pendidikan
Tugas mendidik, merupakan tugas terpenting dari orang tua terhadap
Dari beberapa penyajian tentang fungsi dan peranan keluarga, nyatalah
betapa pentingnya keluarga terutama bagi perkembangan kepribadian seseorang.
Keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut
menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi
gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak
ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya,
jelasnya apa yang dialami dalam lingkungan keluarganya.
Lingkungan rumah, khususnya orangtua menjadi teramat penting sebagai
tempat pentting tempat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh dan
berkembang lebih lanjut. Buruk dialami keluarga akan buruk pula diperlihatkan
dalam lingkungannya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat
dari suasana dan perlakuan negatif yang diperoleh dari keluarga (Gunarsa,
1993:186).
Terdapat Bentuk-bentuk Keluarga, yaitu :
1. Tradisional
a. Nuclear Family atau Keluarga Inti
Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi
legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja
diluar rumah.
b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami
atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan
c. Niddle Age atau Aging Cauple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan / meniti karier.
d. Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear
Suami istri tanpa anak.
e. Single Parent
Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
f. Dual Carrier
Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Single Adult
Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.
i. Extended Family
1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.
j. Keluarga Usila
Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.
2. Non Tradisional :
a. Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang sama,
b. Cohibing Coiple
Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
c. Homosexual / Lesbian
Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.
d. Institusional
Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
e. Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak.
Fungsi Keluarga Menurut WHO (1978) :
1) Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan
anak
4) Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan
datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
5) Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Fungsi Keluarga menurut Friedman (1998) :
1) Fungsi Affective
a. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara mental
saling mengasuh, menghargai, terikat dan berhubungan.
b. Mengenal identitas individu
c. Rasa aman
2) Fungsi Sosialisasi Peran
a. Proses perubahan dan perkembangan individu untuk menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan.
b. Fungsi dan peran di masyarakat.
3) Fungsi Reproduksi
Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup masyarakat.
4) Fungsi Ekonomi
a. Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga
b. Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian dana
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Konsep sehat sakit keluarga
b. Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit tujuan kesehatan keluarga
mandiri
Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan :
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara (Friedman, 1981). Membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan
oleh keluarga yaitu :
a. Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
yang tidak membantu dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari
lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan
2.1.3 Aspek-aspek Disharmonisasi Keluarga
Ada banyak aspek dari disharmonisasi kelurga diantaranya adalah :
1. Kurangnya kasih sayang antara keluarga.
Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki, karena sejak
lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari sesama. Tetapi bila
disuatu keluarga tidak terjalin kasih sayang, maka tidak akan terjalin
hubungan emosional yang harmonis antara satu dan lainnya.
2. Kurangnya saling pengertian sesama anggota keluarga.
Selain kurangnya kasih sayang, pada umumnya para remaja mengharapkan
pengertian dari orang tuanya. Dengan tidak adanya pengertian dari
keluarga maka dapat menimbulkan pertengkaran-pertengkaran antar
sesama anggota keluarga.
3. Tidak adanya dialog atau komunikasi di dalam keluarga.
Komunikasi adalah cara yang ideal untuk mempererat hubungan antara
anggota keluarga. Dengan tidak adanya memanfaatkan waktu secara
efektif dan efisien untuk berkomunikasi, maka tidak dapat diketahui
keinginan dari masing-masing pihak dan setiap permasalahan tidak dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Tidak ada kerjasama antara anggota keluarga.
Kerjasama yang tidak baik antara sesama anggota keluarga sangat
dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada saling membantu dan
gotong royong akan mendorong anak untuk bersifat tidak toleransi jika
membuat anak menjadi malas untuk belajar karena dianggapnya tidak ada
perhatian dari orangtua ( Gunarsa, 1993 : 51)
2.2 Remaja
WHO mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria
yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20
tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 1997:132).
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual. Transpormasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan
mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat
dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua
periode perkembangan (Ali, 2004 : 9)
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tepat yang jelas. Mereka sudah tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima untuk masuk ke
golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja
masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksiamal fungsi fisik
Pembagian masa perkembangan anak ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam mempelajari masa remaja. Perlulah dikemukakan beberapa
pendapat dan pembagian masa perkembangan anak dari beberapa ahli :
a. Aristoteles.
Menurut Aristoteles, masa perkembangan anak sampai umur 21 tahun
dibagi ke dalam tiga tahap :
1. Umur 0 – 7 tahun adalah tahap bermain (fase egosentris).
2. Umur 7 – 12 tahun adalah tahap sekolah dasar (fase realistis).
3. Umur 12 – 21 tahun adalah tahap pubertas (fase idealistis).
b. Prof. Dr. Kohnstam.
Prof. Dr. Kohnstam membagi tiga masa perkembangan :
1. Umur 0 – 7 tahun : masa bayi dan kanak-kanak.
2. Umur 7 – 13 tahun : masa sekolah atau masa intelektual.
3. Umur 12 – 21 tahun : masa sosial.
Masa sosial dibagi lagi ke dalam empat masa yaitu :
a) Masa pueral : umur 12 – 14 tahun.
b) Masa prapubertas (awal remaja) : umur 14 – 15 tahun.
c) Masa pubertas (remaja) : umur 15 – 18 tahun.
d) Masa adolesensi : umur 18 – 21 tahun .
c. Dr. Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya, Kesehatan Mental, membagi
perkembangan anak ke dalam empat masa yaitu :
1. Masa bayi : umur 0 – 2 tahun.
3. Masa sekolah : umur 5 – 12 tahun.
4. Masa remaja : umur 12 – 21 tahun.
Setelah meneliti perkembangan anak seperti di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa masa remaja dalam usia perkembangan anak berada dalam
usia 12 sampai 21 tahun.
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis,
di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa
hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat
kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormone
kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, oestrogen,
dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan
pertumbuhan. Dampak dari produksi hormone adalah:
1. Ukuran otot bertambah dan semakin kuat.
2. Menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda
kemasakan.
3. Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara,
berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus
disekitar kemaluan, ketiak dan muka.
b. Perubahan Emosional.
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa
kanakkanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri
hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang
umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yangekstrem dan
selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa remaja mampu
menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu
memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain
remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang
stabil. Ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap
sebagai berikut (Hurlock, 1999:87):
1. Tidak bersikap kekanak-kanakan.
2. Bersikap rasional.
3. Bersikap objektif
4. Dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak
lebih lanjut.
5. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.
6. Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.
c. Perubahaan Sosial
Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan
perubahan dan perkembangan remaja, menyebutkan dua bentuk perkembangan
remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya.
Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud
menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul
bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan
segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap
Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja
akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi
lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis
dan kelompoknya (Monks, 2002:122).
2.3 Narkoba
Narkoba merupalan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan-bahan
adiktif lainnya. Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah ini muncul sekitar
tahun 1998 karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian
barang-barang yang termasuk narkotika dan obat-obat adiktif yang terlarang. Oleh karena
itu untuk memudahkan orang berkomunikasi dan tidak menyebut istilah yang
tergolong panjang, maka kata-kata “narkotika narkotika, psikotropika dan
bahan-bahan adiktif lainnya” ini disingkat menjadi “narkoba”. (NO.
SE/03/IV/2002/BNN tentang Penggunaan Istilah Narkoba )
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah zat-zat
kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup
maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak pikiran, suasana
hati, ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ tubuh.
Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk
kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah untuk
menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal
media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan
didalam masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu : Narkotika, psikotropika dan
bahan-bahan adiktif lainnya.
1. Narkotika
“Narkotika adalah zat-zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran
atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf
sentral. (Prakoso ; 1982 : 15).”
Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngerio dan dapat
menimbulkan ketergantungan (BNN, 2009).
Menurut UU No. 35 tahun 2009, narkotika terbagi dalam 3 golongan,
yaitu:
A. Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
a. Ganja/cimeng/rumput/mariyuana
b. Heroin/Putau
c. Shabu-shabu
B. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk ujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis
narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :
a. Morfin
b. Metadon
C. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
a. Kodeina.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat-obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku (UU RI Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika).
Menurut UU No. 5 tahun 1997, narkotika terbagi dalam 2 golongan, yaitu:
A. Golongan III
Banyak digunakan dalam pengobatan, memiliki potensi sedang dan
B. Golongan IV
Sangat luas digunakan dalam terapi, memiliki potensi ringan dan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : diazepam, nitrazepam.
3. Zat adiktif lainnya.
Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme
hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan yang dapat
menimbulkan ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan
kembali secara terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
A. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol)
Hasil fermentasi/ peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, sari
buah anggur, nira.
B. Inhalansia
Zat-zat yang disedot melalui hidung:
- Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di lem, pelumas bensin, aerosol,
semir sepatu)
- Halogen hidrokarbon (yang terdapat dalam minyak pelumas, freon,
pendingin AC, Lemari es)
- Nitrat alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan)
- Keton
- Ester
C. Rokok
Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan.
Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti :
- Nikotin
- Karbon monoksida
- Karbondioksida
- Asam biru
- Arsenic
- Zat ari belerang
Berikut ini penulis akan mencantumkan rekap usia pelaku tindak kejahatan
narkotika di Sumatera Utara berdasarkan tangkapan kepolisian.
Tabel 1
Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika di Sumatera Utara
Sumber : Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU)
tahun 2009.
2.3.1 Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan
medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum
(Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang Psikotropika dan Pasal
84, 85 dn 86, Undang-undang Nomor 35, tahun 2009, tentang Narkotika).
Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara terus-menerus
atau sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak menunjuk petunjuk
dokter dan praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan
gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial
yang tidak diinginkan dan merugikan. ( Widjono, 1981:1).
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang makin meningkat
dari taraf coba-coba ke taraf penggunaan untuk hiburan, penggunaan situasional,
penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan. Meskipun taraf coba-coba bisa
langsung terseret kepada taraf ketergantungan oleh karena sifat narkoba yang
mempunyai daya yang menimbulkan ketergantungan yang tinggi.
Penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara ditelan, dirokok,
disedot dengan hidung, disuntikkan kedalam pembuluh darah balik (intravena),
disuntikkan kedalam otot atau disuntikkan kedalam lapisan lemak di bawah kulit.
Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara
bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis
Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan
ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi
dosisnya untuk menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya toleransi).
Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan
menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak
terperikan.
Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan
mencoba lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada
umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah
terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa
ditinggalkan.
2.3.2 Narkoba Sebagai Masalah Sosial.
Remaja adalah usia yang paling rentan dan merupakan pengonsumsi
dominan dalam penyalahgunaan Narkoba, masalah pokoknya biasanya berpangkal
pada pencarian identitas diri. Mereka umumnya membutuhkan kejelasan posisi
sosial dalam lingkup pergaulan di mana mereka berada. Remaja mengalami krisis
identitas seiring dengan transisi masa hidupnya: dari anak-anak yang beranjak
dewasa. Masa transisi ini menjadi pertaruhan bagaimana remaja mengendalikan
luapan emosinya, misalnya saat merasa tersinggung oleh orang di sekitarnya, serta
kemampuan menempatkan diri dengan lingkungan dan komunitas sebaya.
Keluarga menjadi faktor awal instabilitas usia remaja. Realitas
menunjukkan bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan bagi
dengan relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi antara
orangtua dan anak. Disharmonisasi yang terus berlangsung sering berakibat
perceraian dan biasanya menjadi awal petualangan remaja di jalanan dan
komunitas narkoba.
Faktor disharmonisasi dalam keluarga ternyata memiliki pengaruh yang
sangat kuat dengan kenyataan biologis-psikologis kodrati remaja sebagai manusia.
Ini berangkat dari asumsi bahwa usia remaja adalah usia yang serba tidak pasti
dan penuh gejolak. Pada satu sisi remaja ingin melepaskan diri dari pengaruh
orangtua dan di sisi lain belum sepenuhnya berdiri sendiri. Dengan demikian, jika
orangtua tidak mampu bertindak sebagai pengayom dan sosok yang dipercaya,
otomatis remaja akan mencari tempat sandaran lain.
2.4 Defenisi Kesejahteraan Sosial
Ada beberapa defenisi yang dikembangkan dalam upaya menggambarkan
kesejahteraan sosial yaitu sebagai berikut :
Menurut Adi kesejahteraan sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan
mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi) masyarakat antara lain melalui
pengelolaan masalah sosial; pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, dan
pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang (Adi, 2008 :
48).
Wilensky dan Lebeaux, kesejahteraan sosial adalah system yang
terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang
mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta
hubungan-hubungan personal dan sosial yang member kesempatan kepada
individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya
dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat (Suud, 2006 : 7).
Sementara menurut Fridlander. Kesejahteraan sosial adalah system yang
akan terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan
untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan
kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial
yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya
secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan
keluarga dan masyarakat (Muhidin, 1984 : 2).
Dari defenisi-defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai ilmu dan system yang terorganisir
yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.
2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang
sejahtera.
3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara: meningkatkan kemampuan
individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam memecahkan
masalahnya sehingga dapat berfungsi sosial sebagaimana mestinya.
Di dalam Undang-Undang tentang Kesejahteraan Sosial no 11 tahun 2009
menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu
2.5 Kerangka Pemikiran
Disharmonisasi keluarga adalah keadaan yang biasanya mencerminkan
suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok dan kelompok
manusia. Hal ini berkaitan dengan keadaan sebuah rumah tangga atau keluarga.
Jadi apabila didalamnya terdapat sebuah ketidakbahagian, maka keluarga tersebut
dinyatakan disharmonisasi.
Keluarga terdiri dari beberapa individu, setiap individu berinteraksi
dengan individu lainnya dan hal ini berpengaruh terhadap keadaan keadaan
harmonis dan tidak harmonisnya pada suatu keluarga. Kelompok paling sering
terkena dampak dari disharmonisasi keluarga adalah para remaja, sehingga
mengakibatkan remaja sering melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap
perilakunya, seperti penyalahgunaan narkoba.
Penyalahgunaan narkoba merupakan pengguna Narkotika, Psikotropika,
dan Zat-zat Adiktif yang digunakan bukan untuk tujuan pengobatan dan diluar
dari resep dan pengawasan serta tanpa mendapat izin dari dokter. Penggunaannya
adalah untuk menghilangkan rasa sakit dan psikis, memperoleh
kenikmatan/hiburan, penggunaan situasional. Penggunaan teratur sampai kepada
ketergantungan.
Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara
bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis
C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.
Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan
ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi
Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan
menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak
terperikan.
Mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan mencoba
lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada umumnya,
baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah terlambat,
yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa
ditinggalkan.
Bagan alur pemikiran
2.6. Hipotesa
Hipotesa adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan yang
hanya dapat diterima sebagai kebenaran bilamana setelah diuji ternyata fakta-fakta
atau kenyataan-kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut (Nawawi,1983:161).
Berdasarkan acuan dari kerangka pemikiran dalam peneltian ini, peneliti
merumuskan hipotesa sebagai berikut :
Disharmonisasi Keluarga :
1. Pekerjaan dan pendapatan orang tua.
2. Faktor disharmoniasi keluarga :
-Kurangnya kasih sayang -Kurangnya saling pengertian
antar anggota keluarga -Tidak ada dialog atau
komunikasi
-Tidak ada kerja sama
Penyalahgunaan Narkoba :
- Lama menggunakan Narkoba - Jenis Narkoba yang
digunakan
- Penyebab menggunakan Narkoba
Ha : Ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba oleh siswa-siswi SMK Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.
Ho : Tidak ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba oleh siswa-siswi SMK Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.
2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadipusat perhatian. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah
yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang
akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan
penelitian (Singarimbun, 1989: 33).
Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan
diteliti, maka penulis membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut :
1. Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara suami
istri, dengan atau tanpa anak.
2. Disharmonisasi menghasilkan perilaku negatif terhadap para pelajar.
3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh
manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah
dan bahkan merusak pikiran, suasana hati, ataupun perasaan, perilaku
seseorang dan organ tubuh.
4. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis,
5. Pelajar lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik,
dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 16-19 tahun.
2.7.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain
yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006 : 46).
Berdasarkan hal tersebut maka di dalam penelitian ini terdapat dua
variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah sejumlah
gejala atau unsur yang menentukan ada atau munculnya gejala atau unsur yang
lain. Sedangkan variabel terikat merupakan sejumlah gejala atau unsur yang ada
atau muncul dipengaruhi oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1983:56).
Variabel bebas (x) yaitu Disharmonisasi Keluarga, diukur dengan
indikator berikut :
a. Pekerjaan dan Pendapatan orang tua.
b. Faktor disharmonisasi keluarga.
a. Kurangnya kasih sayang antar anggota keluarga.
Bila suatu keluarga tidak terjalin kasih sayang. Maka tidak akan terjalin
hubungan emosional antar anggota keluarga.
b. Kurangnya saling pengertian antar anggota keluarga.
Dengan tidak adanya pengertian dari keluarga, maka dapat
menimbulkan pertengkaran-pertengkaran antar sesama anggota
c. Tidak ada dialog atau komunikasi didalam keluarga.
Tidak adanya waktu secara efektif dan efisien untuk berkomunikasi,
maka tidak dapat diketahui keinginan masing-masing pihak dan setiap
masalah tidak dapat diselesaikan dengan baik.
d. Tidak ada kerjasama antara anggota keluarga
Tidak ada saling membantu dan gotong royng akan mendorng anak
untuk bersikap tidak toleransi jika kelak bersosialisasi dalam masyarkat.
Kurangnya kerjasama, membuat anak menjadi malas untuk belajar
karena tidak ada perhatian dari orang tua.
Variabel terikat (y) yaitu Penyalahgunaan Narkoba, diukur dengan
indikator sebagai berikut :
1. Berapa lama menggunakan Narkoba.
2. Jenis Narkoba yang digunakan.
3. Faktor – faktor penyalahgunaan Narkoba.
4. Dampak penyalahgunaan Narkoba.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanasi. Penelitian eksplanasi adalah penelitian yang digunakan untuk menguji
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas
akan ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri
menggambarkan hubungan dua atau lebih variabel, untuk mengetahui apakah
suatu variabel disebabkan/dipengaruhi atau tidak oleh variabel lainnya
(Faisal,2005:21 ).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.
Alasan peneliti memilih lokasi ini karena dilatar belakangin oleh kondisi dari
siswa-siswi melakukan penyalahgunaan Narkoba yang dapat dipengaruhi oleh
faktor disharmonisasi keluarga .
3.3. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan
diteliti ( Soehartono, 2004:57 ). Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah para siswa-siswi di SMK Tunas Pelita Binjai yang melakukan pelanggaran
Penyuluhan dan Konseling (BPK) sekolah. Dari data yang ada maka populasi
dalam penelitian ini yakni berjumlah 23 orang.
3.4. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengumpulan data-data melalui :
1. Studi Kepustakaan, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan melalui buku-buku,
majalah-majalah serta tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian.
2. Studi lapangan, yaitu dengan mengumpulkan data-data langsung dari
objek yang diteliti melalui :
a. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang segala hal yang dapat
dijadikan bahan penelitian dan dilakukan dengan mengamati,
mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian.
b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan
menyebarkan angket berupa daftar pertanyaan tertutup dan terbuka
untuk dijawab oleh sampel.
c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara
tatap muka dengan para sampel untuk melengkapi data yang diperoleh.
3. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari para guru yang terkait
3.5 Tehnik Analisa Data
Dalam teknik analisa data langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Editing, yaitu meneliti kembali catatan yang diperoleh dari penelitian.
2. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya.
3. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban. Hal ini berguna
untuk dapat dipahami sebagai data sehingga mudah dianalisa serta
disimpulkan dan menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian
sehingga jawaban yang beraneka ragam itu dapat disingkatkan.
4. Tabulasi, dimana data disusun dalam keadaan ringkas dan tersusun dalam
suatu tabel tunggal sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk
mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.
Untuk mencari korelasi antara variabel digunakan rumus Correlation
Product Moment yaitu :
Untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan dari Guilford.
Yaitu sebagai berikut :
1. + 0,70 – ke atas : Hubungan positif yang kuat 2. + 0,59 - + 0,69 : Hubungan positif yang mantap 3. + 0,30 - + 0,49 : Hubungan positif yang sedang 4. + 0,10 - + 0,29 : Hubungan positif yang rendah 5. + 0,01 - + 0,09 : Hubungan positif yang tak berarti
BAB 1V
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Berdirinya SMK Tunas Pelita
SMK Tunas Pelita Binjai didirikan pada tanggal 6 April 1985, melalui izin
dari Dirjen Pendidikan Menengah Pusat di Jakarta. SMK ini merupakan bagian
dari Yayasan Tunas Pelita yang terdiri dari Pendidikan Taman Kanak-Kanak
(TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah
Tsanawiyah (MTS), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi. SMK ini terletak di dalam gedung
Yayasan Tunas Pelita Binjai di berada di Jalan Perintis Kemerdekaan No.166
Binjai.
Sejak berdirinya SMK Tunas Pelita, telah terjalin kerjasama baik dengan
individu-individu, lembaga, institusi, serta instansi, balai-balai diklat serta Dunia
Usaha (DU)/Dunia Industri (DI) baik di tingkat Kota, Propinsi dan juga sampai ke
Luar Negeri, seperti Malaysia dan Singapura. Intensitas kerjasama sangat tinggi
mulai pada saat ”Status disamakan”, ”SMK berstandar nasional” dan sekarang
menuju sekolah bertaraf Internasional (RSBI). Dengan adanya kerjasama ini,
maka diperolah dua manfaat, yaitu :
1. Progam pelatihan dalam rangka peningkatan SDM.
2. Memperoleh media pembelajaran berupa buku teks, word chart, CD,
komputer sert mesin dan alat-alat praktek lainnya.
SMK Tunas Pelita Binjai memiliki beberapa bidang atau program