• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di SMK Tunas Pelita Kota Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di SMK Tunas Pelita Kota Binjai)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DISHARMONISASI KELUARGA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA

(STUDI KASUS DI SMK TUNAS PELITA KOTA BINJAI)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Sosial

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Disusun Oleh:

GUGUS GIAN LOKA NIM : 060902034

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan nikmatnya

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam kepada Nabi

Muhammad SAW karena perjuangan Beliau kita berada dalam alam yang penuh

dengan ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

berjudul “Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba

(Studi Kasus di SMK Tunas Pelita Kota Binjai).

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

studi, guna meraih gelar sarjana (S-1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini, masih banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai dari kesempurnaan skripsi

ini. Karena itu saran dan koreksi demi perbaikan dan kebaikan kedepannya,

penulis sangat harapkan. Namun apapun bentuknya inilah yang terbaik yang

penulis bisa berikan. Semoga skripsi ini bisa berartii dan memberikan manfaat.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik,

tidak terlepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak, baik dalam waktu

pengerjaan skripsi ini, ataupun diluar itu semua. Ucapan terima kasih ini penulis

sampaikan kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.Si, selaku ketua Departemen Ilmu

(3)

3. Bapak Bengkel Ginting, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pemikiran untuk memberikan petunjuk, saran dan

bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama

perkuliahan dan dengan segala jasa-jasanya.

5. Bapak Drs. H. Haniful Choir Nasution, selaku Ketua Yayasan Pendidikan

Tunas Pelita Kota Binjai, yang telah memberikan informasi dan masukan

bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Desi Wahyuni, ST, selaku Kepala Sekolah SMK Tunas Pelita Kota

Binjai beserta para guru dan staf serta siswa/I SMK Tunas Pelita Kota

Binjai ataz informasi dan izin serta juga kerjasama yang baik dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Orang tua tercinta, Ibu Nurmadiah Tarigan yang selalu memberikan cinta,

kasih sayang, dorongan dan pemberi semangat terbesar dalam hidupku.

Terkhusus buat Ibu tercinta Syamsiah Arifin yang telah mendidik ku sejak

kecil dan memberikan memotivasi dalam segala hal, terutama dalam masa

perkuliahan. Buat adik ku Geena Mita Fonda dan Risha Oriza terima kasih

buat dukungan dan dukungan selama ini, kalian semua sangat berharga

dalam hidup ku.

8. Seluruh keluarga besar S.Arifin dan Jahro Tarigan, terima kasih atas kasih

sayang, dukungan dan perhatian yang telah diberikan selama ini.

9. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 06, Ade bunbun, Hammad, Rozi,

(4)

seluruh stambuk 2006 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Senior dan

junior, Semangat dan Sukses selalu.

10. Penghuni parkiran FISIP, Pak Naryo, Bang Lakso, Bang Sukron, dan

seluruh penghuni lainnya, terima kasih atas waktu dan tempatnya selama

ini.

11. Terakhir kepada siapa saja yang telah member penulis kesempatan untuk

menjadi seperti sekarang, mereka yang dengan bangga kusebut teman,

yang tidak bisa dipersebutkan satu persatu.

Atas bantuan tersebut penulis hanya dapat berdoa semoga amal baik yang

pernah diberikan dengan penuh keikhlasan mendapat balasan dari Allah SWT.

Akhir kata semoga uraian skripsi ini bermanfaat serta dapat memberikan

sumbangan yang sangat bermanfaat bagi kita semua, Amin …..

Medan, Januari 2012

Penulis

Gugus Gian Loka

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….……….. i

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ………. ……….. vi

ABSTRAK ………...vii

BAB I : PENDAHULUAN ………... 1

1.1Latar Belakang ……….. 1

1.2Perumusan Masalah ……….. 7

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ………. 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ………. ……. 8

1.4 Sistematika Penulisan ………... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ………. 10

2.1 Disharmonisasi Keluarga ……… 10

2.1.1 Pengertian Disharmonisasi ………...10

2.1.2 Pengertian Keluarga ……… 10

2.1.2.1 Peranan Dan Fungsi Keluarga ………. 11

2.1.3 Aspek-Aspek Disharmonisasi Keluarga ………. 18

2.2 Remaja ……… 19

2.3 Narkoba ……….. 23

2.3.1 Penyalahgunaan Narkoba ……… 29

2.3.2 Narkoba Sebagai Masalah Sosial ……… 30

(6)

2.5 Kerangka Pemikiran ……… 33

2.6 Hipotesis ………. 34

2.7 Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional ……… 35

2.7.1 Defenisi Konsep ……….. 35

2.7.2 Defenisi Operasional ………... 36

BAB III : METODE PENELITIAN ………... 38

3.1 Tipe Penelitian ……… 38

3.2 Lokasi Penelitian ………. 38

3.3 Populasi ………... 38

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ……….. 39

3.5 Tehnik Analisa Data ……… 40

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ……… 42

4.1 Sejarah Berdirinya SMK Tunas Pelita ……… 42

4.2 Maksud Dan Tujuan Sekolah ………... 43

4.3 Kondisi Sarana Dan Prasarana ……… 45

4.4 Struktur Organisasi SMK Tunas Pelita Binjai ……… 46

4.5 Keadaan Guru Dan Tenaga Administrasi ……… 47

4.6 Kegiatan Dan Potensi Siswa ………... 48

4.7 Hubungan Antara Pihak Sekolah dengan Orangtua Siswa ……. 50

4.8 Upaya Meningkatkan Mutu Sekolah ………... 51

BAB V : ANALISIS DATA ……… 52

5.1 Karakteristik Responden ………. 53

5.2 Variabel Bebas (X) ………... 58

(7)

5.4 Uji Hipotesa ……… 77

BAB VI : PENUTUP ………... 81

6.1 Kesimpulan ……….. 81

6.2 Saran ……… 82

DAFTAR PUSTAKA ………..

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika ……….. 28

Tabel 2 Kondisi Sarana dan Prasaran SMK Tunas Pelita Binjai …………... 45

Tabel 3 Keadaan Guru dan Tenaga Administrasi SMK Tunas Pelita ...…… 47

Tabel 4 Disribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ………... 53

Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Umur Responden ………….…….. 54

Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Ayah……….. 55

Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Ibu …………. 56

Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ayah ………... 57

Tabel 9 Distribusi Responden Penghasilan Ayah Perbulan ………... 59

Tabel 10 Distribusi Responden Tentang Cukup Tidaknya Penghasilan Orang

Tua Untuk Memenuhi Kebutuhan ………..…………... 60

Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Ayah Bekerja ………… 61

Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua ………… 62

Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Rekreasi Keluarga … 63

Tabel 14` Distibusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pertengkaraan

Antar Anggota Keluarga ………... 64

Tabel 15 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Komunikasi Antar

Keluarga ……… 65

Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Tolong Menolong

Antar Anggota Keluarga ………... 66

Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Gotong Royong …… 67

(9)

Tabel 19 Frekuensi Responden Berapa Kali Menggunakan Narkoba Dalam

Satu Hari ……… 70

Tabel 20 Frekuensi Responden Terhadap Jenis Narkoba Yang Digunakan … 71

Tabel 21 Frekuensi Responden Tentang Penyebab Anda Menggunakan

Narkoba ………. 72

Tabel 22 Frekuensi Responden Tentang Ada Tidaknya Dampak Positif Setelah

Menggunakan Narkoba ………. 73

Tabel 23 Frekuensi Responden Pernah Tidaknya Diskors Oleh Pihak

Sekolah ……….. 74

Tabel 24 Frekuensi Responden Tentang Mudah Tidaknya Mendapatkan

Narkoba ………. 75

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak

GUGUS GIAN LOKA 060902034

PENGARUH DISHARMONISASI KELUARGA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA (STUDI KASUS DI SMK TUNAS PELITA BINJAI)

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 25 tabel, 3 lampiran, 20 pustaka)

Masalah penyalahgunaan Narkoba dewasa ini dirasakan semakin meresahkan masyarakat, baik dinegara-negara maju maupun negara berkembang.

Penyalahgunaan Narkoba dapat dikaitkan dari kemungkinan pengaruh disharmonisasi keluarga. Dari beberapa teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara disharmonisasi keluarga dengan munculnya kejahatan dalam konteks penyalahgunaan Narkoba. Anak atau remaja dari latar belakang kondisi keluarga yang berbeda diperkirakan memiliki wawasan berfikir dan berprilaku yang berbeda pula.

Penelitian mengenai Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (studi Kasus di SMK Tunas Pelita Binjai) ini bertujuan untuk mendeskripsikan adalah apakah ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik purposif cluster sampling, jumlah sampel keseluruhan adalah 23 responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi yaitu bertujuan untuk menguji variabel yang dihipotesiskan.

Dari analisa data diketahui koefisien antara disharmonisasi keluarga dengan penyalahgunaan Narkoba (rxy) = 0,14. Koefisien tersebut ternyata lebih kecil dari harga tabel yaitu 0,413, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang tak berarti. Hal ini berarti bahwa disharmonisasi keluarga tidak memberikan banyak kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba. Hal ini terlihat bahwa kondisi disharmonisasi keluarga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba di kalangan siswa-siswi SMK Tunas Pelita Binjai hanya memberikan kontribusi sebesar 1,84 %.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, mengenai pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba (Studi kasus di SMK Tunas Pelita Binjai, menunjukkan kondisi disharmonisasi keluarga ternyata tidak banyak memberikan kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di sekolah ini.

.

(11)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Abstract

GUGUS GIAN LOKA 060902034

INFLUENCE DISHARMONY FAMILY OF DRUGS ABUSE (CASE STUDY IN SMK TUNAS PELITA BINJAI CITY)

(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 25 tables, 3 appendix, 20 libraries) Adult drug abuse problems are felt increasingly disturbing society, both in countries both seveloped and developing countries.

Drug abuse can be attributed to the possible influence of family disharmony. From some of the theories and research results indicate that there is a relationship between family disharmony with the emergence of evil in the context of drug abuse. Child or adolescent from the family backround of the different conditions is estimated to have insight inti the thinking and behaving differntly.

Research on the effect of family disharmony Againts Drug Abuse (case study in SMK Tunas Pelita Binjai City) aims to describe is whether ther is the influence of family disharmony againts drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.

The sampling is done using purposive cluster sampling technique, the overall number of samples is 23 respondents. The method used in this study is the method of explanation that is intended to test the hypothesized variables.

From the analysis ofdata known coefficient between family disharmony with drug abuse (rxy) = 0,14. The coefficient is smaller than yhe price of the table is 0,413, so it can be concluded that there is a positive relationship is insignificant. This means that family disharmony does not give much contribution to drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.

The results showed that many factors that influence drug abuse. It is seen that the conditions of family disharmony as one of the factors that influence drug abuse among vocational school students SMK Tunas Pelita Binjai contributed only 1,84 %. Thus it can be concluded, on the effects of family disharmony agints drug abuse ( Case study in SMK Tunas Pelita Binjai), showing the condition of family disharmony was not much to contribute to drug abuse at this school.

(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak

GUGUS GIAN LOKA 060902034

PENGARUH DISHARMONISASI KELUARGA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA (STUDI KASUS DI SMK TUNAS PELITA BINJAI)

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 25 tabel, 3 lampiran, 20 pustaka)

Masalah penyalahgunaan Narkoba dewasa ini dirasakan semakin meresahkan masyarakat, baik dinegara-negara maju maupun negara berkembang.

Penyalahgunaan Narkoba dapat dikaitkan dari kemungkinan pengaruh disharmonisasi keluarga. Dari beberapa teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara disharmonisasi keluarga dengan munculnya kejahatan dalam konteks penyalahgunaan Narkoba. Anak atau remaja dari latar belakang kondisi keluarga yang berbeda diperkirakan memiliki wawasan berfikir dan berprilaku yang berbeda pula.

Penelitian mengenai Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (studi Kasus di SMK Tunas Pelita Binjai) ini bertujuan untuk mendeskripsikan adalah apakah ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik purposif cluster sampling, jumlah sampel keseluruhan adalah 23 responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi yaitu bertujuan untuk menguji variabel yang dihipotesiskan.

Dari analisa data diketahui koefisien antara disharmonisasi keluarga dengan penyalahgunaan Narkoba (rxy) = 0,14. Koefisien tersebut ternyata lebih kecil dari harga tabel yaitu 0,413, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang tak berarti. Hal ini berarti bahwa disharmonisasi keluarga tidak memberikan banyak kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba. Hal ini terlihat bahwa kondisi disharmonisasi keluarga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba di kalangan siswa-siswi SMK Tunas Pelita Binjai hanya memberikan kontribusi sebesar 1,84 %.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, mengenai pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba (Studi kasus di SMK Tunas Pelita Binjai, menunjukkan kondisi disharmonisasi keluarga ternyata tidak banyak memberikan kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di sekolah ini.

.

(13)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Abstract

GUGUS GIAN LOKA 060902034

INFLUENCE DISHARMONY FAMILY OF DRUGS ABUSE (CASE STUDY IN SMK TUNAS PELITA BINJAI CITY)

(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 25 tables, 3 appendix, 20 libraries) Adult drug abuse problems are felt increasingly disturbing society, both in countries both seveloped and developing countries.

Drug abuse can be attributed to the possible influence of family disharmony. From some of the theories and research results indicate that there is a relationship between family disharmony with the emergence of evil in the context of drug abuse. Child or adolescent from the family backround of the different conditions is estimated to have insight inti the thinking and behaving differntly.

Research on the effect of family disharmony Againts Drug Abuse (case study in SMK Tunas Pelita Binjai City) aims to describe is whether ther is the influence of family disharmony againts drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.

The sampling is done using purposive cluster sampling technique, the overall number of samples is 23 respondents. The method used in this study is the method of explanation that is intended to test the hypothesized variables.

From the analysis ofdata known coefficient between family disharmony with drug abuse (rxy) = 0,14. The coefficient is smaller than yhe price of the table is 0,413, so it can be concluded that there is a positive relationship is insignificant. This means that family disharmony does not give much contribution to drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.

The results showed that many factors that influence drug abuse. It is seen that the conditions of family disharmony as one of the factors that influence drug abuse among vocational school students SMK Tunas Pelita Binjai contributed only 1,84 %. Thus it can be concluded, on the effects of family disharmony agints drug abuse ( Case study in SMK Tunas Pelita Binjai), showing the condition of family disharmony was not much to contribute to drug abuse at this school.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang

perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh segenap elemen bangsa. Ancaman

nasional tersebut berpotensi besar mengganggu ketahanan diri, keluarga dan

masyarakat baik secara fisik, mental dan secara sosial ekonomi.

Masalah penggunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius

yang harus dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang

menunjukkan akibat dari masalah di atas telah menyebabkan banyak kerugian,

baik materi maupun non materi, banyak kejadian seperti perceraian, atau kesulitan

lain bahkan kematian yang disebabkan oleh ketergantungan Narkoba.

Indonesia yang semula menjadi negara transit atau tempat pemasaran

sekarang sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan merupakan

negara eksportir atau negara produsen. Dalam hal ini ternyata Sat Narkoba

Poldasu pada Mei 2009 lalu pernah menangkap SSN (40) warga Jakarta, pemilik

pabrik ekstasi di Komplek Pergudangan Krakatau Multi Centre (KMC) Medan

(http//waspada.com, diakses pada 7 Desember 2010. Pukul 20.30).

Dalam dekade terakhir ini, penyalahgunaan Narkoba di Indonesia telah

menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan

(15)

nasional) yang meningkat dewasa ini, semakin mengkhawatirkan dengan dampak

buruk ekonomi dan social yang semakin besar.

Salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para

remaja, hal ini disebabkan karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang

unik dan labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari

remaja menuju dewasa dan sebagainya. Masa remaja ini dirasakan sebagai suatu

krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang

mengalami pembentukan.

Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa

yang berbahaya, karena pada masa ini seorang mengalami masa transisi atau

peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering

ditandai dengan krisis kepribadian. Perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat

menyebabkan kegelisahan-kegelisahan internal, misalnya perubahan peranan,

timbul rasa tertekan, dorongan untuk mendapatkan kebebasan, kegoncangan

emosional, rasa ingin tahu yang menonjol, adanya fantasi yang berlebihan, ikatan

kelompok yang kuat dan krisis identitas (http//www.bkkbn.co.id, diakses pada 10

November 2010. pukul 20.30).

Oleh karena itu, kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya

penyalahgunaan narkoba pada remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai

dengan keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan interpersonal

antarkeluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan

narkoba.

Apapun bentuk ekspresi kejiwaan remaja yang diperlukan adalah tempat

(16)

kelompok yang memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya. Mereka ingin dianggap

kehadirannya dalam wujud apresiasif dan butuh penghargaan. Apabila hal ini

tidak terwujud maka penyaluran potensi dirinya itu terlepas dalam bentuk

kenakalan (http//bkkbn.co.id ,diakses pada, 10 November 2010. pukul 20.31).

Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap

pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah

sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya.

Remaja juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya.

Karena kondisi kejiwaan yang labil dan remaja mudah terpengaruh. Mereka

cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing memikirkan

dampak negatifnya. Di berbagai komunitas dan kota besar metropolitan, jangan

heran jika hura-hura, seks bebas, menghisap ganja dan adiktif lainnya cenderung

mudah menggoda para remaja.

Kasus penyalahgunaan narkoba meningkat hampir 100 persen di tahun ini,

lebih dari 17 kasus terjadi pada pelajar SMP dan SMA Surya di Surabaya yang

mengkonsumsi narkoba atau turut mengedarkan barang terlarang dengan jumlah

yang sangat banyak. Dari tahun 2008 ke 2009 sampai Juni jumlah pelajar di

bawah 17 tahun yang ditangkap jajaran Polwiltabes Surabaya meningkat 100

persen. Meningkatnya jumlah pengguna narkoba di kalangan pelajar SMP dan

SMA itu terlihat dari acara akselerasi Polisi Masyarakat (Polmas) yang digelar di

Ruang Eksekutif Polwiltabes Surabaya. Acara itu sendiri mengambil tema upaya

menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari pengaruh narkoba

(17)

Berdasarkan data pada tahun 2008, jajaran Polwiltabes Surabaya telah

menangkap dan menahan sembilan anak di bawah usia 17 tahun. Kebanyakan

mereka mengkonsumsi ganja dengan alasan sekedar coba-coba. Sementara remaja

yang usianya 17 tahun sampai 25 tahun yang terlibat perkara narkoba sebanyak

319 orang. Pada tahun 2009, polisi yang terus memerangi peredaran narkoba

justru tidak membuat surut para pelajar atau remaja yang terlibat masalah tersebut.

Justru di semester awal 2009 Januari sampai dengan Juni dari Sembilan anak yang

tertangkap menjadi 17 anak atau meningkat hampir 100 persen. Tidak kalah

naiknya, remaja usia 17 tahun sampai dengan 25 tahun yang terlibat perkara

narkoba sebanyak 457 orang (http//balipost.com diakses pada 25 November 2010,

pukul 21.00)

Kasus penyalahgunaan narkoba yang disidangkan di PN Ternate sampai

akhir Mei 2009 tercatat 20 kasus. Pasalnya, jumlah tersebut sudah melampaui

kasus penyalahgunaan narkoba yang disidangkan di PN Ternate tahun 2009 yakni

19 kasus. Selain itu, pelaku penyalahgunaan narkoba di tahun 2009 ini sudah

melibatkan kalangan remaja. Fakta tersebut harus mendapat perhatian serius dari

berbagai pihak terkait, baik masyarakat maupun aparat berwajib, karena

penyalahgunaan narkoba itu selain melanggar hukum juga dapat merusak moral

generasi bangsa. Dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba tersebut, tidak cukup

hanya dengan menggunakan pendekatan penegakan hukum, tapi juga harus

disertai dengan upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenal bahaya narkoba

kepada masyarakat, terutama kepada remaja. (http

(18)

Bertitik tolak dari pendapat ahli pendidik maka peranan orangtua sangatlah

penting dalam membentuk watak dan kepribadian remaja hingga menjelang

dewasa. Keluarga merupakan kelompok sosial yang utama dan terutama tempat

anak berada dan menjadi manusia sosial. Orang tua yang berhasil menjalankan

tugas dan fungsinya dalam keluarga adalah orang tua yang memiliki kemampuan

untuk memberikan kesejahteraan pada anaknya. Hal tersebut tidak terlepas dari

status hubungan antar anggota keluarga yang dimiliki oleh anggota keluarga itu

sendiri (Ahmadi, 1999:244).

Oleh karena itu, kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya

penyalahgunaan Narkoba pada remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai

dengan keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan interpersonal

antarkeluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan

Narkoba.

Jumlah pelajar atau remaja yang terlibat narkoba diperkirakan lebih besar

dari jumlah yang diungkap polisi. Ibaratnya, narkoba yang diungkap polisi hanya

bagian permukaan saja atau biasa disebut fenomena Gunung Es. Mereka rata-rata

sembunyi-sembunyi saat mengkonsumsi barang haram tersebut.

Penyalahgunaan Narkoba terutama di kalangan pelajar, pada umumnya

dilakukan atau diawali dengan coba-coba, lalu ketagihan. Remaja biasanya

mencoba memakai Narkoba dengan anggapan Narkoba itu keren. Selain itu, di

masa remaja yang labil biasanya mereka membutuhkan tempat untuk

mencurahkan masalah mereka. Ketika hal itu tidak ada, maka larinya ke Narkoba.

(19)

Melalui data dari lapangan yaitu hasil wawancara dengan responden dan

guru yang bertugas di Badan Penyuluhan (BP) di SMK Tunas Pelita Binjai

menyatakan bahwa pengguna Narkoba di sekolah tersebut kebanyakan adalah

anak yang kurang mendapat perhatian karena orang tua sibuk mencari rezeki.

Mereka mulai terjerumus dalam penggunaan Narkoba karena tidak mendapat

kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Faktor disharmonisasi dalam keluarga

adalah salah satu hal penyebab penggunaan Narkoba oleh para pelajar. Seperti,

seringnya orang tua bertengkar dan kurangnya perhatian.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berminat mengetahui, membahas

dan melakukan suatu penelitian dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi

dengan judul penelitian ”Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap

(20)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena

langkah ini akan menentukan ke mana suatu penelitian diarahkan. Perumusan

masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya

akan dicari melalui penelitian (Soehartono, 2008 : 23).

Setelah mengetahui dan memahami uraian dari latar belakang masalah

diatas maka dirumuskan permasalahannya untuk dikaji lebih dalam lagi.

Perumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu : Apakah ada Pengaruh

Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di

SMK Tunas Pelita Kota Binjai

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan

untuk mengetahui apa yang sebenarnya dicari oleh peneliti sehingga memberikan

arahan dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Berdasarkan

permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh

Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di

(21)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pasti mendatangkan manfaat sebagai tindak lanjut dari

apa yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Adapun manfaat penelitian

tersebut yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan pemahaman terhadap

permasalahan yang diteliti.

b. Untuk membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui

kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

c. Dapat digunakan sebagai karya ilmiah dalam perkembangan ilmu

pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Dapat memberi masukan bagi para pihak yang berkepentingan dan

(22)

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung

dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini

meliputi :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang peneitian, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan

masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran dan

defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, sumber

informasi data (informan), teknik pengumpulan data serta teknik

menganalisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran untuk lebih mengenal lokasi

penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian

serta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Disharmonisasi Keluarga 2.1.1. Pengertian Disharmonisasi

Suatu keadaan dikatakan disharmonisasi adalah keadaan yang biasanya

mencerminkan suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok

dan kelompok ini adalah sekumpulan manusia. Disharmonisasi selalu berkaitan

dengan keadaan sebuah rumah tangga atau keluarga. Jadi apabila didalamnya

(keluarga/rumah tangga) terdapat sebuah ketidakbahagian, maka keluarga tersebut

dinyatakan disharmonisasi ( Gunarsa, 1993 : 34).

Disharmonisasi adalah suatu bentuk tidak terjadinya keselarasan secara

keseluruhan yang dianggap mempunyai nilai negatif dengan beberapa aspek

penilaian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa

disharmonisasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang terlihat tidak bahagia

dalam suatu kumpulan manusia dan biasanya itu terdapat dalam suatu keluarga.

2.1.2 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah

suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan . Anggota rumah tangga yang

saling berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan .

(24)

Menurut Meyer F. Nimkoff, keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak

berlangsung lama antara suami dan istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan

menurut Summer dan Keller merumuskan keluarga sebagai miniatur dari

organisasi sosial, meliputi sedikitnya dua generasi dan terbentuk secara khusus

melalui ikatan darah ( Gunarsa, 1993:230 ).

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam

masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan

laki-laki dan perempuan, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama

untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk

yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan

anak-anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam

satuan masyarakat manusia.

2.1.2.1 Peranan dan Fungsi Keluarga

Peranan dan fungsi keluarga sangat luas dan uraian mengenai ini sangat

bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Peranan dan fungsi keluarga

diantaranya yaitu :

1. Dari sudut biologi, keluarga berfungsi untuk melanjutkan garis keturunan.

2. Dari sudut psikologi perkembangan, keluarga berfungsi untuk

mengembangkan seluruh aspek kepribadian sehingga bayi yang kecil

menjadi anak yang besar yang berkembang dan diperkembangkan seluruh

kepribadiannya, sehingga tercapai gambaran kepribadian yang matang,

(25)

3. Dari sudut pendidikan, keluarga berfungsi sebagai tempat pendidikan

informal, tempat dimana anak memperkembangkan dan diperkembangkan

kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, sehingga mencapai prestasi

yang sesuai dengan kemampuan dasarnya dan memperlihatkan perubahan

perilaku dalam berbagai aspeknya seperti yang diharapkan dan

direncanakan.

4. Dari sudut sosiologi, keluarga berfungsi sebagai tempat untuk

menanamkan aspek sosial agar bisa menjadi anggota masyarakat yang

mampu berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

Menurut Prof. Dr. J. Verkuyl ada tiga fungsi dan peranan keluarga

(orangtua), yaitu :

1. Menguras keperluan materil anak-anak.

Ini merupakan tugas pertama dimana orangtua harus memberi makan,

tempat perlindungan dan pakaian kepada anak-anak. Anak-anak

sepenuhnya tergantung kepada orang tuanya karena anak belum mampu

mencukupi kebutuhannya sendiri.

2. Menciptakan suatu ”home” bagi anak-anak.

Home disini berarti bahwa didalam keluarga itu anak-anak dapat

berkembang dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang,

keramah-tamahan, merasa aman, terlindungi dan lain-lain. Di rumah anak merasa

tentra, tidak merasa kesepian dan selalu gembira.

3. Tugas pendidikan

Tugas mendidik, merupakan tugas terpenting dari orang tua terhadap

(26)

Dari beberapa penyajian tentang fungsi dan peranan keluarga, nyatalah

betapa pentingnya keluarga terutama bagi perkembangan kepribadian seseorang.

Keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut

menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi

gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak

ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya,

jelasnya apa yang dialami dalam lingkungan keluarganya.

Lingkungan rumah, khususnya orangtua menjadi teramat penting sebagai

tempat pentting tempat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh dan

berkembang lebih lanjut. Buruk dialami keluarga akan buruk pula diperlihatkan

dalam lingkungannya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat

dari suasana dan perlakuan negatif yang diperoleh dari keluarga (Gunarsa,

1993:186).

Terdapat Bentuk-bentuk Keluarga, yaitu :

1. Tradisional

a. Nuclear Family atau Keluarga Inti

Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi

legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja

diluar rumah.

b. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami

atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan

(27)

c. Niddle Age atau Aging Cauple

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau

perkawinan / meniti karier.

d. Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear

Suami istri tanpa anak.

e. Single Parent

Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.

f. Dual Carrier

Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.

g. Commuter Married

Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

h. Single Adult

Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.

i. Extended Family

1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.

j. Keluarga Usila

Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.

2. Non Tradisional :

a. Commune Family

Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang sama,

(28)

b. Cohibing Coiple

Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

c. Homosexual / Lesbian

Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.

d. Institusional

Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

e. Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak.

Fungsi Keluarga Menurut WHO (1978) :

1) Fungsi Biologis

a. Untuk meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membesarkan anak

c. Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2) Fungsi Psikologis

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberikan identitas keluarga

3) Fungsi Sosialisasi

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan

anak

(29)

4) Fungsi Ekonomi

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan

datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.

5) Fungsi Pendidikan

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Fungsi Keluarga menurut Friedman (1998) :

1) Fungsi Affective

a. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara mental

saling mengasuh, menghargai, terikat dan berhubungan.

b. Mengenal identitas individu

c. Rasa aman

2) Fungsi Sosialisasi Peran

a. Proses perubahan dan perkembangan individu untuk menghasilkan

interaksi sosial dan belajar berperan.

b. Fungsi dan peran di masyarakat.

(30)

3) Fungsi Reproduksi

Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup masyarakat.

4) Fungsi Ekonomi

a. Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga

b. Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian dana

5) Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Konsep sehat sakit keluarga

b. Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit tujuan kesehatan keluarga

mandiri

Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan :

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga

mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling

memelihara (Friedman, 1981). Membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan

oleh keluarga yaitu :

a. Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan

yang tidak membantu dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari

lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan

(31)

2.1.3 Aspek-aspek Disharmonisasi Keluarga

Ada banyak aspek dari disharmonisasi kelurga diantaranya adalah :

1. Kurangnya kasih sayang antara keluarga.

Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki, karena sejak

lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari sesama. Tetapi bila

disuatu keluarga tidak terjalin kasih sayang, maka tidak akan terjalin

hubungan emosional yang harmonis antara satu dan lainnya.

2. Kurangnya saling pengertian sesama anggota keluarga.

Selain kurangnya kasih sayang, pada umumnya para remaja mengharapkan

pengertian dari orang tuanya. Dengan tidak adanya pengertian dari

keluarga maka dapat menimbulkan pertengkaran-pertengkaran antar

sesama anggota keluarga.

3. Tidak adanya dialog atau komunikasi di dalam keluarga.

Komunikasi adalah cara yang ideal untuk mempererat hubungan antara

anggota keluarga. Dengan tidak adanya memanfaatkan waktu secara

efektif dan efisien untuk berkomunikasi, maka tidak dapat diketahui

keinginan dari masing-masing pihak dan setiap permasalahan tidak dapat

terselesaikan dengan baik.

4. Tidak ada kerjasama antara anggota keluarga.

Kerjasama yang tidak baik antara sesama anggota keluarga sangat

dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada saling membantu dan

gotong royong akan mendorong anak untuk bersifat tidak toleransi jika

(32)

membuat anak menjadi malas untuk belajar karena dianggapnya tidak ada

perhatian dari orangtua ( Gunarsa, 1993 : 51)

2.2 Remaja

WHO mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria

yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20

tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 1997:132).

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek

intelektual. Transpormasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan

mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat

dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua

periode perkembangan (Ali, 2004 : 9)

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tepat yang jelas. Mereka sudah tidak

termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima untuk masuk ke

golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja

masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksiamal fungsi fisik

(33)

Pembagian masa perkembangan anak ini dimaksudkan untuk

mempermudah dalam mempelajari masa remaja. Perlulah dikemukakan beberapa

pendapat dan pembagian masa perkembangan anak dari beberapa ahli :

a. Aristoteles.

Menurut Aristoteles, masa perkembangan anak sampai umur 21 tahun

dibagi ke dalam tiga tahap :

1. Umur 0 – 7 tahun adalah tahap bermain (fase egosentris).

2. Umur 7 – 12 tahun adalah tahap sekolah dasar (fase realistis).

3. Umur 12 – 21 tahun adalah tahap pubertas (fase idealistis).

b. Prof. Dr. Kohnstam.

Prof. Dr. Kohnstam membagi tiga masa perkembangan :

1. Umur 0 – 7 tahun : masa bayi dan kanak-kanak.

2. Umur 7 – 13 tahun : masa sekolah atau masa intelektual.

3. Umur 12 – 21 tahun : masa sosial.

Masa sosial dibagi lagi ke dalam empat masa yaitu :

a) Masa pueral : umur 12 – 14 tahun.

b) Masa prapubertas (awal remaja) : umur 14 – 15 tahun.

c) Masa pubertas (remaja) : umur 15 – 18 tahun.

d) Masa adolesensi : umur 18 – 21 tahun .

c. Dr. Zakiah Daradjat

Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya, Kesehatan Mental, membagi

perkembangan anak ke dalam empat masa yaitu :

1. Masa bayi : umur 0 – 2 tahun.

(34)

3. Masa sekolah : umur 5 – 12 tahun.

4. Masa remaja : umur 12 – 21 tahun.

Setelah meneliti perkembangan anak seperti di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa masa remaja dalam usia perkembangan anak berada dalam

usia 12 sampai 21 tahun.

a. Perubahan Fisik

Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis,

di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa

hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat

kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormone

kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, oestrogen,

dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan

pertumbuhan. Dampak dari produksi hormone adalah:

1. Ukuran otot bertambah dan semakin kuat.

2. Menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda

kemasakan.

3. Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara,

berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus

disekitar kemaluan, ketiak dan muka.

b. Perubahan Emosional.

Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa

kanakkanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri

hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang

(35)

umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yangekstrem dan

selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa remaja mampu

menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu

memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi

lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain

remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang

stabil. Ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap

sebagai berikut (Hurlock, 1999:87):

1. Tidak bersikap kekanak-kanakan.

2. Bersikap rasional.

3. Bersikap objektif

4. Dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak

lebih lanjut.

5. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.

6. Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.

c. Perubahaan Sosial

Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan

perubahan dan perkembangan remaja, menyebutkan dua bentuk perkembangan

remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya.

Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud

menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul

bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan

segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap

(36)

Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja

akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi

lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis

dan kelompoknya (Monks, 2002:122).

2.3 Narkoba

Narkoba merupalan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan-bahan

adiktif lainnya. Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah ini muncul sekitar

tahun 1998 karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian

barang-barang yang termasuk narkotika dan obat-obat adiktif yang terlarang. Oleh karena

itu untuk memudahkan orang berkomunikasi dan tidak menyebut istilah yang

tergolong panjang, maka kata-kata “narkotika narkotika, psikotropika dan

bahan-bahan adiktif lainnya” ini disingkat menjadi “narkoba”. (NO.

SE/03/IV/2002/BNN tentang Penggunaan Istilah Narkoba )

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah zat-zat

kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup

maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak pikiran, suasana

hati, ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ tubuh.

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk

kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah untuk

menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal

media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan

(37)

didalam masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu : Narkotika, psikotropika dan

bahan-bahan adiktif lainnya.

1. Narkotika

“Narkotika adalah zat-zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran

atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf

sentral. (Prakoso ; 1982 : 15).”

Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah

zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngerio dan dapat

menimbulkan ketergantungan (BNN, 2009).

Menurut UU No. 35 tahun 2009, narkotika terbagi dalam 3 golongan,

yaitu:

A. Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering

disalahgunakan adalah sebagai berikut :

a. Ganja/cimeng/rumput/mariyuana

b. Heroin/Putau

c. Shabu-shabu

(38)

B. Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir

dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk ujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis

narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

a. Morfin

b. Metadon

C. Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering

disalahgunakan adalah sebagai berikut :

a. Kodeina.

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat-obat baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku (UU RI Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika).

Menurut UU No. 5 tahun 1997, narkotika terbagi dalam 2 golongan, yaitu:

A. Golongan III

Banyak digunakan dalam pengobatan, memiliki potensi sedang dan

(39)

B. Golongan IV

Sangat luas digunakan dalam terapi, memiliki potensi ringan dan

mengakibatkan ketergantungan. Contoh : diazepam, nitrazepam.

3. Zat adiktif lainnya.

Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme

hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan yang dapat

menimbulkan ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan

kembali secara terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling sering

disalahgunakan adalah sebagai berikut :

A. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol)

Hasil fermentasi/ peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, sari

buah anggur, nira.

B. Inhalansia

Zat-zat yang disedot melalui hidung:

- Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di lem, pelumas bensin, aerosol,

semir sepatu)

- Halogen hidrokarbon (yang terdapat dalam minyak pelumas, freon,

pendingin AC, Lemari es)

- Nitrat alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan)

- Keton

- Ester

(40)

C. Rokok

Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan.

Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti :

- Nikotin

- Karbon monoksida

- Karbondioksida

- Asam biru

- Arsenic

- Zat ari belerang

(41)

Berikut ini penulis akan mencantumkan rekap usia pelaku tindak kejahatan

narkotika di Sumatera Utara berdasarkan tangkapan kepolisian.

Tabel 1

Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika di Sumatera Utara

(42)

Sumber : Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU)

tahun 2009.

2.3.1 Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan

medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum

(Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang Psikotropika dan Pasal

84, 85 dn 86, Undang-undang Nomor 35, tahun 2009, tentang Narkotika).

Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara terus-menerus

atau sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak menunjuk petunjuk

dokter dan praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan

gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial

yang tidak diinginkan dan merugikan. ( Widjono, 1981:1).

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang makin meningkat

dari taraf coba-coba ke taraf penggunaan untuk hiburan, penggunaan situasional,

penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan. Meskipun taraf coba-coba bisa

langsung terseret kepada taraf ketergantungan oleh karena sifat narkoba yang

mempunyai daya yang menimbulkan ketergantungan yang tinggi.

Penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara ditelan, dirokok,

disedot dengan hidung, disuntikkan kedalam pembuluh darah balik (intravena),

disuntikkan kedalam otot atau disuntikkan kedalam lapisan lemak di bawah kulit.

Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara

bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis

(43)

Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan

ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi

dosisnya untuk menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya toleransi).

Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan

menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak

terperikan.

Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan

mencoba lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada

umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah

terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa

ditinggalkan.

2.3.2 Narkoba Sebagai Masalah Sosial.

Remaja adalah usia yang paling rentan dan merupakan pengonsumsi

dominan dalam penyalahgunaan Narkoba, masalah pokoknya biasanya berpangkal

pada pencarian identitas diri. Mereka umumnya membutuhkan kejelasan posisi

sosial dalam lingkup pergaulan di mana mereka berada. Remaja mengalami krisis

identitas seiring dengan transisi masa hidupnya: dari anak-anak yang beranjak

dewasa. Masa transisi ini menjadi pertaruhan bagaimana remaja mengendalikan

luapan emosinya, misalnya saat merasa tersinggung oleh orang di sekitarnya, serta

kemampuan menempatkan diri dengan lingkungan dan komunitas sebaya.

Keluarga menjadi faktor awal instabilitas usia remaja. Realitas

menunjukkan bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan bagi

(44)

dengan relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi antara

orangtua dan anak. Disharmonisasi yang terus berlangsung sering berakibat

perceraian dan biasanya menjadi awal petualangan remaja di jalanan dan

komunitas narkoba.

Faktor disharmonisasi dalam keluarga ternyata memiliki pengaruh yang

sangat kuat dengan kenyataan biologis-psikologis kodrati remaja sebagai manusia.

Ini berangkat dari asumsi bahwa usia remaja adalah usia yang serba tidak pasti

dan penuh gejolak. Pada satu sisi remaja ingin melepaskan diri dari pengaruh

orangtua dan di sisi lain belum sepenuhnya berdiri sendiri. Dengan demikian, jika

orangtua tidak mampu bertindak sebagai pengayom dan sosok yang dipercaya,

otomatis remaja akan mencari tempat sandaran lain.

2.4 Defenisi Kesejahteraan Sosial

Ada beberapa defenisi yang dikembangkan dalam upaya menggambarkan

kesejahteraan sosial yaitu sebagai berikut :

Menurut Adi kesejahteraan sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan

mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi) masyarakat antara lain melalui

pengelolaan masalah sosial; pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, dan

pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang (Adi, 2008 :

48).

Wilensky dan Lebeaux, kesejahteraan sosial adalah system yang

terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang

(45)

mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta

hubungan-hubungan personal dan sosial yang member kesempatan kepada

individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya

dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

masyarakat (Suud, 2006 : 7).

Sementara menurut Fridlander. Kesejahteraan sosial adalah system yang

akan terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan

untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan

kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial

yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya

secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan

keluarga dan masyarakat (Muhidin, 1984 : 2).

Dari defenisi-defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan :

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai ilmu dan system yang terorganisir

yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang

sejahtera.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara: meningkatkan kemampuan

individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam memecahkan

masalahnya sehingga dapat berfungsi sosial sebagaimana mestinya.

Di dalam Undang-Undang tentang Kesejahteraan Sosial no 11 tahun 2009

menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu

(46)

2.5 Kerangka Pemikiran

Disharmonisasi keluarga adalah keadaan yang biasanya mencerminkan

suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok dan kelompok

manusia. Hal ini berkaitan dengan keadaan sebuah rumah tangga atau keluarga.

Jadi apabila didalamnya terdapat sebuah ketidakbahagian, maka keluarga tersebut

dinyatakan disharmonisasi.

Keluarga terdiri dari beberapa individu, setiap individu berinteraksi

dengan individu lainnya dan hal ini berpengaruh terhadap keadaan keadaan

harmonis dan tidak harmonisnya pada suatu keluarga. Kelompok paling sering

terkena dampak dari disharmonisasi keluarga adalah para remaja, sehingga

mengakibatkan remaja sering melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap

perilakunya, seperti penyalahgunaan narkoba.

Penyalahgunaan narkoba merupakan pengguna Narkotika, Psikotropika,

dan Zat-zat Adiktif yang digunakan bukan untuk tujuan pengobatan dan diluar

dari resep dan pengawasan serta tanpa mendapat izin dari dokter. Penggunaannya

adalah untuk menghilangkan rasa sakit dan psikis, memperoleh

kenikmatan/hiburan, penggunaan situasional. Penggunaan teratur sampai kepada

ketergantungan.

Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara

bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis

C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.

Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan

ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi

(47)

Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan

menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak

terperikan.

Mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan mencoba

lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada umumnya,

baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah terlambat,

yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa

ditinggalkan.

Bagan alur pemikiran

2.6. Hipotesa

Hipotesa adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan yang

hanya dapat diterima sebagai kebenaran bilamana setelah diuji ternyata fakta-fakta

atau kenyataan-kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut (Nawawi,1983:161).

Berdasarkan acuan dari kerangka pemikiran dalam peneltian ini, peneliti

merumuskan hipotesa sebagai berikut :

Disharmonisasi Keluarga :

1. Pekerjaan dan pendapatan orang tua.

2. Faktor disharmoniasi keluarga :

-Kurangnya kasih sayang -Kurangnya saling pengertian

antar anggota keluarga -Tidak ada dialog atau

komunikasi

-Tidak ada kerja sama

Penyalahgunaan Narkoba :

- Lama menggunakan Narkoba - Jenis Narkoba yang

digunakan

- Penyebab menggunakan Narkoba

(48)

Ha : Ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba oleh siswa-siswi SMK Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.

Ho : Tidak ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba oleh siswa-siswi SMK Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang

menjadipusat perhatian. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah

yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang

akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan

penelitian (Singarimbun, 1989: 33).

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan

diteliti, maka penulis membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut :

1. Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara suami

istri, dengan atau tanpa anak.

2. Disharmonisasi menghasilkan perilaku negatif terhadap para pelajar.

3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh

manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah

dan bahkan merusak pikiran, suasana hati, ataupun perasaan, perilaku

seseorang dan organ tubuh.

4. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis,

(49)

5. Pelajar lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik,

dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 16-19 tahun.

2.7.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain

yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006 : 46).

Berdasarkan hal tersebut maka di dalam penelitian ini terdapat dua

variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah sejumlah

gejala atau unsur yang menentukan ada atau munculnya gejala atau unsur yang

lain. Sedangkan variabel terikat merupakan sejumlah gejala atau unsur yang ada

atau muncul dipengaruhi oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1983:56).

Variabel bebas (x) yaitu Disharmonisasi Keluarga, diukur dengan

indikator berikut :

a. Pekerjaan dan Pendapatan orang tua.

b. Faktor disharmonisasi keluarga.

a. Kurangnya kasih sayang antar anggota keluarga.

Bila suatu keluarga tidak terjalin kasih sayang. Maka tidak akan terjalin

hubungan emosional antar anggota keluarga.

b. Kurangnya saling pengertian antar anggota keluarga.

Dengan tidak adanya pengertian dari keluarga, maka dapat

menimbulkan pertengkaran-pertengkaran antar sesama anggota

(50)

c. Tidak ada dialog atau komunikasi didalam keluarga.

Tidak adanya waktu secara efektif dan efisien untuk berkomunikasi,

maka tidak dapat diketahui keinginan masing-masing pihak dan setiap

masalah tidak dapat diselesaikan dengan baik.

d. Tidak ada kerjasama antara anggota keluarga

Tidak ada saling membantu dan gotong royng akan mendorng anak

untuk bersikap tidak toleransi jika kelak bersosialisasi dalam masyarkat.

Kurangnya kerjasama, membuat anak menjadi malas untuk belajar

karena tidak ada perhatian dari orang tua.

Variabel terikat (y) yaitu Penyalahgunaan Narkoba, diukur dengan

indikator sebagai berikut :

1. Berapa lama menggunakan Narkoba.

2. Jenis Narkoba yang digunakan.

3. Faktor – faktor penyalahgunaan Narkoba.

4. Dampak penyalahgunaan Narkoba.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanasi. Penelitian eksplanasi adalah penelitian yang digunakan untuk menguji

hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas

akan ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri

menggambarkan hubungan dua atau lebih variabel, untuk mengetahui apakah

suatu variabel disebabkan/dipengaruhi atau tidak oleh variabel lainnya

(Faisal,2005:21 ).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.

Alasan peneliti memilih lokasi ini karena dilatar belakangin oleh kondisi dari

siswa-siswi melakukan penyalahgunaan Narkoba yang dapat dipengaruhi oleh

faktor disharmonisasi keluarga .

3.3. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan

diteliti ( Soehartono, 2004:57 ). Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah para siswa-siswi di SMK Tunas Pelita Binjai yang melakukan pelanggaran

(52)

Penyuluhan dan Konseling (BPK) sekolah. Dari data yang ada maka populasi

dalam penelitian ini yakni berjumlah 23 orang.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengumpulan data-data melalui :

1. Studi Kepustakaan, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan melalui buku-buku,

majalah-majalah serta tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian.

2. Studi lapangan, yaitu dengan mengumpulkan data-data langsung dari

objek yang diteliti melalui :

a. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang segala hal yang dapat

dijadikan bahan penelitian dan dilakukan dengan mengamati,

mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan

menyebarkan angket berupa daftar pertanyaan tertutup dan terbuka

untuk dijawab oleh sampel.

c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara

tatap muka dengan para sampel untuk melengkapi data yang diperoleh.

3. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari para guru yang terkait

(53)

3.5 Tehnik Analisa Data

Dalam teknik analisa data langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu meneliti kembali catatan yang diperoleh dari penelitian.

2. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya.

3. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban. Hal ini berguna

untuk dapat dipahami sebagai data sehingga mudah dianalisa serta

disimpulkan dan menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian

sehingga jawaban yang beraneka ragam itu dapat disingkatkan.

4. Tabulasi, dimana data disusun dalam keadaan ringkas dan tersusun dalam

suatu tabel tunggal sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk

mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.

Untuk mencari korelasi antara variabel digunakan rumus Correlation

Product Moment yaitu :

(54)

Untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan dari Guilford.

Yaitu sebagai berikut :

1. + 0,70 – ke atas : Hubungan positif yang kuat 2. + 0,59 - + 0,69 : Hubungan positif yang mantap 3. + 0,30 - + 0,49 : Hubungan positif yang sedang 4. + 0,10 - + 0,29 : Hubungan positif yang rendah 5. + 0,01 - + 0,09 : Hubungan positif yang tak berarti

(55)

BAB 1V

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdirinya SMK Tunas Pelita

SMK Tunas Pelita Binjai didirikan pada tanggal 6 April 1985, melalui izin

dari Dirjen Pendidikan Menengah Pusat di Jakarta. SMK ini merupakan bagian

dari Yayasan Tunas Pelita yang terdiri dari Pendidikan Taman Kanak-Kanak

(TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah

Tsanawiyah (MTS), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi. SMK ini terletak di dalam gedung

Yayasan Tunas Pelita Binjai di berada di Jalan Perintis Kemerdekaan No.166

Binjai.

Sejak berdirinya SMK Tunas Pelita, telah terjalin kerjasama baik dengan

individu-individu, lembaga, institusi, serta instansi, balai-balai diklat serta Dunia

Usaha (DU)/Dunia Industri (DI) baik di tingkat Kota, Propinsi dan juga sampai ke

Luar Negeri, seperti Malaysia dan Singapura. Intensitas kerjasama sangat tinggi

mulai pada saat ”Status disamakan”, ”SMK berstandar nasional” dan sekarang

menuju sekolah bertaraf Internasional (RSBI). Dengan adanya kerjasama ini,

maka diperolah dua manfaat, yaitu :

1. Progam pelatihan dalam rangka peningkatan SDM.

2. Memperoleh media pembelajaran berupa buku teks, word chart, CD,

komputer sert mesin dan alat-alat praktek lainnya.

SMK Tunas Pelita Binjai memiliki beberapa bidang atau program

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner pengetahuan sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan oleh pendidik kelompok sebaya tentang risiko penyalahgunaan narkoba

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN KEBIASAAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BINJAI TIMUR KOTA BINJAI TAHUN 2012..

Judul Tesis : Strategi Bursa Kerja Khusus SMK dalam Mengantar Alumni Mendapat Pekerjaan (Studi Kasus di SMK Tunas Harapan Pati).. Dengan ini kami menilai tesis tersebut

Penelitiau ini bertujuan mtuk: (1) mengetahui karakteristik konsumen keluarga di Pasar Pelita, (2) Mengetahni tingkat konsumsi dagiug ayam ras, (3) Mempelajari

(Studi Kasus: SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran).. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711,

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Lingkungan Pergaulan dengan Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus pada Narapidana dan Tahanan Narkoba Polres di LAPAS Kelas II-A

Judul Tesis : Strategi Bursa Kerja Khusus SMK dalam Mengantar Alumni Mendapat Pekerjaan (Studi Kasus di SMK Tunas Harapan Pati).. Dengan ini kami menilai tesis tersebut

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN KEBIASAAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BINJAI TIMUR KOTA BINJAI TAHUN 2012..