PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI Escherichia coli
DAN Staphylococcus aureus PADA JAMU GENDONG
DARI BEBERAPA PENJUAL JAMU GENDONG
SKRIPSI
OLEH:
OKTARIANI GULO
NIM 091524014
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI Escherichia coli
DAN Staphylococcus aureus PADA JAMU GENDONG
DARI BEBERAPA PENJUAL JAMU GENDONG
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
OKTARIANI GULO
NIM 091524014
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI Escherichia coli
DAN Staphylococcus aureus PADA JAMU GENDONG
DARI BEBERAPA PENJUAL JAMU GENDONG
OLEH:
OKTARIANI GULO
NIM 091524014
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi
Dra.Suwarti Aris, M.Si., Apt.
NIP 195107231982032001 Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena senantiasa
memberikan rahmat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini, dengan judul PEMERIKSAAN CEMARAN
BAKTERI Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus PADA JAMU
GENDONG DARI BEBERAPA PENJUAL JAMU GENDONG. Skripsi ini
disusun untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi di
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mempersembahkan rasa cinta yang mendalam kepada almarhum
kedua orangtua, Sokhiatulo Gulo dan Budi’isa Zebua.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. dan Ibu Dra.Suwarti
Aris, M.Si., Apt. yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, dan ikhlas
sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas
selama masa pendidikan.
2. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt, Bapak Drs. Panal Sitorus MSi., Apt.,
dan Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt. selaku pembimbing akademik
yang telah membimbing dan memberi semangat kepada penulis selama
menjalani pendidikan.
4. Bapak Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatera Utara yang
telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah membina dan
mendidik penulis selama menjalani pendidikan.
6. Sahabat-sahabat terbaikku Ira Setiawati Widagdo, Mariani Sirait, Ratangena
Purba yang selalu menemani, mendukung dan membantu penulis selama
menjalani perkuliahan, melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi
7. Teman-teman mahasiswa/i Farmasi khususnya Ekstensi angkatan 2009 yang
telah membantu dan memberikan semangat sehingga penelitian dan penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis bersedia menerima saran dan kritik yang membangun dari
pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di
bidang Farmasi.
Medan, November 2011
Penulis
PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI Escherichia coli DAN
Staphylococcus aureus PADA JAMU GENDONG DARI BEBERAPA PENJUAL JAMU GENDONG
ABSTRAK
Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diminati masyarakat karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan pemanfaatannya cukup luas, dapat digunakan oleh berbagai kelompok usia, jenis kelamin dan kondisi kesehatan. Jamu gendong adalah obat tradisional dalam bentuk cair yang tidak diawetkan dan diedarkan tanpa penandaan. Jamu gendong dibuat dalam skala industri rumah tangga yang menggunakan peralatan sederhana dan memanfaatkan tenaga manusia pada pegolahannya. Hal ini memungkinkan kurangnya kebersihan selama proses pembuatan sehingga diduga dapat menyebabkan tercemarnya jamu gendong yang diproduksi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cemaran bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang terdapat pada jamu gendong yang dijual oleh beberapa orang penjual jamu gendong di Kota Medan.
Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan cara melakukan pengambilan sampel jamu gendong, pengamatan organoleptis, homogenisasi sampel dan memeriksa cemaran bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada jamu gendong. Pemeriksaan bakteriologis meliputi uji dugaan keberadaan bakteri, uji penegasan, isolasi, uji mikroskopik, identifikasi dan konfirmasi bakteri. Identifikasi dan konfirmasi meliputi uji indol, uji reaksi biokimia dan uji sitrat.
Hasil pemeriksaan terhadap cemaran bakteri Escherichia coli pada uji dugaan menunjukkan bahwa pada kelima sampel semuanya mengandung gas. Hasil uji penegasan menunjukkan bahwa dari lima sampel, hanya tiga sampel yang mengandung gas. Hasil isolasi menunjukkan bahwa pada ketiga sampel terlihat koloni berbentuk bulat tetapi hanya satu sampel yang koloninya berwarna merah bata. Hasil uji mikroskopik menunjukkan bahwa pada ketiga sampel terlihat bakteri berbentuk batang. Hasil identifikasi dan konfirmasi, pada uji indol menunjukkan bahwa pada ketiga sampel terbentuk cincin berwarna merah cherry pada permukaan media. Hasil uji reaksi biokimia menunjukkan bahwa pada ketiga sampel warna media berubah menjadi kuning dan tidak terbentuk endapan tetapi hanya satu sampel yang membentuk gas. Hasil uji sitrat menunjukkan bahwa dari ketiga sampel hanya satu sampel yang tidak menunjukkan terjadinya perubahan warna media.
Hasil pemeriksaan terhadap cemaran bakteri Staphylococcus aureus pada pengkayaan dan uji konfirmasi menunjukkan bahwa dari lima sampel, hanya satu sampel yang mengalami kekeruhan. Hasil uji mikroskopik menunjukkan bahwa tidak terlihat bakteri berbentuk buah anggur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa satu dari lima sampel yang diperiksa, tercemar oleh bakteri Escherichia coli tetapi tidak ada sampel yang tercemar oleh bakteri Staphylococcus aureus.
THE EXAMINATION ON THE CONTAMINATION OF BACTERIAL
Escherichia coli AND Staphylococcus aureus OF JAMU GENDONGFROM A FEW OF SELLERS
ABSTRACT
Jamu gendong is one of the traditional medicine that were enthuased by society because cheap, easily obtained and its utilization is wide enough, can be used by different age groups, gender and health condition. It has liquid form, unconserved and circularized without denoting. Jamu gendong made in home industry scale by using simple tools and human resources in its production. This allowed lack of hygiene during the manufacturing process, so it could be expected to cause the contaminant of jamu gendong which is produced.
The purpose of this study is to discover the contaminant of Escherichia coli
and Staphylococcus aureus bacteria which are contained in jamu gendong seller in Medan.
Designed used in this study was descriptived and jamu gendong were sample, organoleptic observation, sample homogenity and investigation of Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria in jamu gendong. Bacteriologis investigation involved the bacteria presence, persumptive test, confirmation test, isolation, microscopic test, identification and confirmation of bacteria. Identification and confirmation involved indol test, biochemical reaction test and citrate test.
The finding of observation foward the contaminant of Escherichia coli
bacteria in persumptive test is all sample contained gas. The result of confirmation test show that from all samples, there were only three samples contained gas. The result of isolation show that the three samples are shown round colony but only one of them which had red brick colony. The result of microscopic test show that there were stem form bacteria in the three samples. From the result identification and confirmation, indol test that there were a cherry red ring in the two samples on medium surface. The result of biochemistry reaction test show that the colour of medium changed into yellow in all three samples and they were not formed sediment but only one sample estabilished gas. The result of citrate test show that from the three samples, only one sample which was not shown the changing of medium colour.
The result of contaminant of Staphylococcus aureus in richness and confirmation test show that from all samples only one sample was turbidity. The result of microscopic test show that there was no wine shaped bacteria.
The result of this study show that one of the fifth samples which was investigated, contaminated by Escherichia coli but there was no sample which was contaminated by Staphylococcus aureus bacteria.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... .. xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Jamu Gendong ... .. 4
2.1.2 Sejarah Jamu Gendong ... .. 5
2.1.3Jenis-Jenis Jamu Gendong ... .. 7
2. 1.4 Pengolahan Jamu Gendong ... 7
2.2 Sterilisasi ... 9
2.3 Bakteri ... 10
2.3.1 Uraian umum ... .. 10
2.3.2 Morfologi Bakteri ... .. 12
2.3.3. Fase Pertumbuhan Bakteri ... . 14
2.3.4 Media pertumbuhan Bakteri ... 15
2.3.5 Escherichia coli ... .. 16
2.3.6 Staphylococcus aureus ... .. 18
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan ... 20
3.1.1 Alat ... ... 20
3.1.2 Bahan ... 20
3.2 Pengambilan Sampel ... 21
3.3 Pembuatan Media ... ... 21
3.3.1 Letheen Broth ... 21
3.3.2 Buffered Peptone Water ... 22
3.3.3 Lactosa Broth ... ... 22
3.3.4 Brilliant Green Bile Broth 2% ... .. 23
3.3.5 MacConkey Agar ... .. 23
3.3.6 Sulfide Indol Motility ... 24
3.3.7 Triple Sugar Iron ... .. 24
3.3.8 Simmons Citrate Agar ... 25
3.3.9 Nutrient Broth ... .. 25
3.4 Sterilisasi Alat ... 26
3.5 Pengamatan Organoleptis ... 27
3.6 Homogenisasi Sampel ... 27
3.7 Pemeriksaan Escherichia coli ... .. 27
3.7.1 Uji Dugaan ... 27
3.7.2 Uji Penegasan ... 28
3.7.3 Isolasi ... 28
3.7.4 Uji Mikroskopik ... 28
3.7.5 Identifikasi dan Konfirmasi ... 29
3.7.5.1 Uji Indol ... 29
3.7.5.2 Uji Reaksi Biokimia ... ... 29
3.7.5.3 Uji Sitrat ... .. 29
3.8 Pemeriksaan Staphylococcusaureus ... 30
3.8.1 Pengkayaan ... 30
3.8.2 Isolasi ... 30
3.8.3 Uji Mikroskopik ... 30
3.8.4 Uji Konfirmasi ... .. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
5.1 Kesimpulan ... 42
5.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tempat pengambilan sampel ... 21
Tabel 4.2 Hasil uji dugaan ... 33
Tabel 4.3 Hasil uji penegasan ... 35
Tabel 4.4 Hasil uji isolasi ... 36
Tabel 4.5 Hasil uji mikroskopik ... 36
Tabel 4.6 Hasil uji indol ... 37
Tabel 4.7 Hasil uji reaksi biokimia ... 38
Tabel 4.8 Hasil uji sitrat ... 39
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Penjual jamu gendong ... 56
Gambar 3.2 Bakul jamu gendong ... 58
Gambar 3.3 Sampel jamu gendong beras kencur ... 59
Gambar 3.4 Sampel yang telah dihomogenkan dengan media Buffered Peptone Water ... 60
Gambar 3.5 Sampel dalam media Lactosa Broth ... 61
Gambar 3.6 Sampel dalam media Brilliant Green Lactosa Bile 2% ... 62
Gambar 3.7 Biakan yang diinokulasi pada media Mac Conkey Agar ... 63
Gambar 3.8 Hasil uji mikroskopik bakteri Escherichia coli ... 64
Gambar 3.9 Biakan yang diinokulasi pada media Sulfide Indole motility .. ... 65
Gambar 4.1 Hasil uji indol ... 65
Gambar 3.10 Biakan yang diinokulasi pada media Triple Sugar Iron ... . 66
Gambar 4.2 Hasil uji reaksi biokimia ... 66
Gambar 3.11 Biakan yang diinokulasi pada media Simmons Citrate Agar ... 67
Gambar 4.3 Hasil uji sitrat ... 67
Gambar 4.4 Sampel dalam media Nutrient Broth ... 68
Gambar 4.5 Media agar darah sebelum diinokulasi dan diinkubasi ... 69
Gambar 4.6 Biakan yang diinokulasi pada media agar darah ... 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 9 Bagan alur uji pengkayaan dan konfirmasi Staphylococcus aureus ... 53
Lampiran 10 Bagan alur isolasi Staphylococcus aureus ... 54
Lampiran 11 Bagan alur uji mikroskopik Staphylococcus aureus ... 55
Lampiran 12 Foto penjual jamu gendong ... 56
Lampiran 13 Data penjual jamu gendong ... 57
Lampiran 14 Gambar bakul jamu gendong ... 58
Lampiran 15 Gambar sampel jamu beras kencur ... 59
Lampiran 16 Gambar sampel yang telah dihomogenkan ... 60
Lampiran 24 Pengkayaan Staphylococcus aureus ... 68
Lampiran 25 Isolasi Staphylococcus aureus ... 69
PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI Escherichia coli DAN
Staphylococcus aureus PADA JAMU GENDONG DARI BEBERAPA PENJUAL JAMU GENDONG
ABSTRAK
Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diminati masyarakat karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan pemanfaatannya cukup luas, dapat digunakan oleh berbagai kelompok usia, jenis kelamin dan kondisi kesehatan. Jamu gendong adalah obat tradisional dalam bentuk cair yang tidak diawetkan dan diedarkan tanpa penandaan. Jamu gendong dibuat dalam skala industri rumah tangga yang menggunakan peralatan sederhana dan memanfaatkan tenaga manusia pada pegolahannya. Hal ini memungkinkan kurangnya kebersihan selama proses pembuatan sehingga diduga dapat menyebabkan tercemarnya jamu gendong yang diproduksi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cemaran bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang terdapat pada jamu gendong yang dijual oleh beberapa orang penjual jamu gendong di Kota Medan.
Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan cara melakukan pengambilan sampel jamu gendong, pengamatan organoleptis, homogenisasi sampel dan memeriksa cemaran bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada jamu gendong. Pemeriksaan bakteriologis meliputi uji dugaan keberadaan bakteri, uji penegasan, isolasi, uji mikroskopik, identifikasi dan konfirmasi bakteri. Identifikasi dan konfirmasi meliputi uji indol, uji reaksi biokimia dan uji sitrat.
Hasil pemeriksaan terhadap cemaran bakteri Escherichia coli pada uji dugaan menunjukkan bahwa pada kelima sampel semuanya mengandung gas. Hasil uji penegasan menunjukkan bahwa dari lima sampel, hanya tiga sampel yang mengandung gas. Hasil isolasi menunjukkan bahwa pada ketiga sampel terlihat koloni berbentuk bulat tetapi hanya satu sampel yang koloninya berwarna merah bata. Hasil uji mikroskopik menunjukkan bahwa pada ketiga sampel terlihat bakteri berbentuk batang. Hasil identifikasi dan konfirmasi, pada uji indol menunjukkan bahwa pada ketiga sampel terbentuk cincin berwarna merah cherry pada permukaan media. Hasil uji reaksi biokimia menunjukkan bahwa pada ketiga sampel warna media berubah menjadi kuning dan tidak terbentuk endapan tetapi hanya satu sampel yang membentuk gas. Hasil uji sitrat menunjukkan bahwa dari ketiga sampel hanya satu sampel yang tidak menunjukkan terjadinya perubahan warna media.
Hasil pemeriksaan terhadap cemaran bakteri Staphylococcus aureus pada pengkayaan dan uji konfirmasi menunjukkan bahwa dari lima sampel, hanya satu sampel yang mengalami kekeruhan. Hasil uji mikroskopik menunjukkan bahwa tidak terlihat bakteri berbentuk buah anggur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa satu dari lima sampel yang diperiksa, tercemar oleh bakteri Escherichia coli tetapi tidak ada sampel yang tercemar oleh bakteri Staphylococcus aureus.
THE EXAMINATION ON THE CONTAMINATION OF BACTERIAL
Escherichia coli AND Staphylococcus aureus OF JAMU GENDONGFROM A FEW OF SELLERS
ABSTRACT
Jamu gendong is one of the traditional medicine that were enthuased by society because cheap, easily obtained and its utilization is wide enough, can be used by different age groups, gender and health condition. It has liquid form, unconserved and circularized without denoting. Jamu gendong made in home industry scale by using simple tools and human resources in its production. This allowed lack of hygiene during the manufacturing process, so it could be expected to cause the contaminant of jamu gendong which is produced.
The purpose of this study is to discover the contaminant of Escherichia coli
and Staphylococcus aureus bacteria which are contained in jamu gendong seller in Medan.
Designed used in this study was descriptived and jamu gendong were sample, organoleptic observation, sample homogenity and investigation of Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria in jamu gendong. Bacteriologis investigation involved the bacteria presence, persumptive test, confirmation test, isolation, microscopic test, identification and confirmation of bacteria. Identification and confirmation involved indol test, biochemical reaction test and citrate test.
The finding of observation foward the contaminant of Escherichia coli
bacteria in persumptive test is all sample contained gas. The result of confirmation test show that from all samples, there were only three samples contained gas. The result of isolation show that the three samples are shown round colony but only one of them which had red brick colony. The result of microscopic test show that there were stem form bacteria in the three samples. From the result identification and confirmation, indol test that there were a cherry red ring in the two samples on medium surface. The result of biochemistry reaction test show that the colour of medium changed into yellow in all three samples and they were not formed sediment but only one sample estabilished gas. The result of citrate test show that from the three samples, only one sample which was not shown the changing of medium colour.
The result of contaminant of Staphylococcus aureus in richness and confirmation test show that from all samples only one sample was turbidity. The result of microscopic test show that there was no wine shaped bacteria.
The result of this study show that one of the fifth samples which was investigated, contaminated by Escherichia coli but there was no sample which was contaminated by Staphylococcus aureus bacteria.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang luar biasa, termasuk kekayaan
hayati, baik dalam jumlah maupun keragamannya. Jamu merupakan salah satu
bentuk pemanfaatan kekayaan hayati sejak zaman nenek moyang kita sampai
sekarang. Jamu memegang peranan penting dalam pemeliharaan kesehatan secara
tradisional dan akan terus berlangsung di tengah berkembangnya pengobatan
modern (Tilaar, 2010).
Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diminati
masyarakat karena harganya yang murah dan mudah diperoleh. Oleh sebagian
masyarakat, jamu gendong dianggap jamu sehat sehingga pemanfaatannya sangat
luas, dapat digunakan oleh berbagai kelompok usia, jenis kelamin dan kondisi
kesehatan (Suharmiati, 2003).
Jamu gendong dikemas dalam botol dan diletakkan dalam keranjang yang
digendong dengan bantuan sehelai kain. Jamu ini dijajakan dari rumah ke rumah.
Jamu gendong adalah obat tradisional dalam bentuk cair yang tidak diawetkan dan
diedarkan tanpa penandaan. Hal ini memungkinkan jamu gendong dapat
diproduksi oleh siapa saja yang menghendakinya.
Pengolahannya dilakukan dengan cara merebus seluruh bahan atau dengan
mengambil sari yang terkandung dalam bahan baku, kemudian mencampurkannya
dengan air matang. Jamu gendong dibuat dalam skala industri rumah tangga yang
pembuatan sehingga diduga dapat menyebabkan tercemarnya jamu gendong yang
diproduksi (Suharmiati, 2005).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
661/Menkes/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat tradisional mengatakan bahwa
obat tradisional untuk penggunaan sebagai obat dalam, perlu diwaspadai adanya
mikroba seperti Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan
Pseudomonas aeruginosa. Mikroba tersebut tidak boleh terkandung di dalam obat
tradisional (Depkes RI, 1994).
Bakteri Escherichia coli dipakai sebagai indikator pencemaran,
keberadaannya dalam produk olahan mengindikasikan telah terjadi kontaminasi
dari feses manusia atau hewan melalui air yang digunakan untuk pembuatan jamu.
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal yang terdapat pada kulit
dan selaput lendir manusia. Sehingga sangat besar kemungkinan kedua bakteri
tersebut mengkontaminasi jamu gendong, baik selama proses pembuatan maupun
penyajian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya cemaran bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada jamu gendong yang dijual oleh
beberapa penjual jamu gendong.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan pemeriksaan cemaran
1.2Perumusan masalah
Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah:
apakah jamu gendong yang dijual oleh beberapa penjual jamu gendong tercemar
oleh bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
1.3Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah maka hipotesis penelitian adalah:
ada jamu gendong yang dijual oleh beberapa penjual jamu gendong tercemar oleh
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
1.4Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
untuk mengetahui cemaran bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
pada jamu gendong yang dijual oleh beberapa penjual jamu gendong.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
melindungi masyarakat terhadap obat tradisional yang tidak memenuhi syarat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Jamu Gendong
Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diminati
masyarakat karena harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Jamu gendong
adalah obat tradisional berbentuk cair yang tidak diawetkan dan diedarkan tanpa
penandaan. Jamu gendong merupakan industri rumah tangga yang dibuat dan
diolah dengan peralatan sederhana, pembuatannya cukup mudah dan bahan baku
banyak tersedia di pasar-pasar atau di toko bahan baku jamu (Suharmiati dan
Handayani, 2005).
Usaha jamu gendong terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang banyak menggunakannya sebagai minuman penyegar atau obat penyakit
ringan. Konsumen jamu gendong banyak tersebar, baik di pedesaan maupun di
perkotaan dan diperkirakan semakin meningkat dari hari ke hari. Hal ini terbukti
dengan meningkatnya jumlah penjaja jamu gendong. Menurut data Departemen
kesehatan, peningkatan jumlah penjual jamu gendong cukup pesat, yaitu dari
13.128 orang pada tahun 1989 menjadi 25.077 orang pada tahun 1995. Angka
tersebut barangkali masih di bawah angka sebenarnya, mengingat sangat banyak
penjual jamu gendong sehingga besar kemungkinan banyak yang tidak terdata
(Suharmiati, 2003).
Penggunaan jamu gendong bisa digunakan dalam waktu yang cukup lama
karena ramuannya terdiri dari bahan alami dan pemakaiannya bertujuan untuk
menjaga kesehatan. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi penjual jamu,
dalam waktu yang relatif lama. Hal demikian sesuai dengan tradisi yang
berkembang di masyarakat, bahwa minum jamu sudah menjadi kebiasaan seperti
halnya orang minum teh. Karena itu para pembuat jamu gendong perlu diberi
kesadaran untuk menjaga konsistensi, baik takaran maupun komposisi jamu yang
diraciknya, sehingga kepercayaan masyarakat atau konsumen tetap terjaga
(Suharmiati, 2003).
2.1.2 Sejarah Jamu Gendong
Kata jamu berasal dari kata jampi (dalam krama Jawa kuno). Jampi berarti
ramuan ajaib. Jampi-jampi berarti mantera oleh dukun, sedangkan kata menjampi
berarti menyembuhkan dengan magis/mantera. Artinya saat dukun membuat
jamu, dia harus berdoa meminta restu dari Tuhan (Tilaar, 2010).
Pada masa pemerintahan kerajaan di Jawa Tengah, dari kerajaan Mataram
yang selanjutnya pecah menjadi Keraton Ngayogjokarto dan Surokarto,
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak dilakukan sampai pelosok desa. Hal
ini disebabkan sistem transportasi belum maju seperti saat ini. Pusat kesehatan
milik kerajaan yang disebut Dinas Kesehatan Kerajaan berkedudukan di ibukota
kerajaan. Rumah sakit untuk pengobatan modern yang diselenggarakan oleh
pemerintah Hindia Belanda juga berada di ibukota. Hal ini mendorong masyarakat
untuk berupaya mengatasi masalah kesehatannya sendiri dengan memanfaatkan
potensi yang ada. Praktik-praktik pengobatan yang dilakukan oleh “orang pintar”,
dukun atau wiku sebagian besar menggunakan ramuan (jamu), sebagian
menggunakan ilmu kebatinan dan ada yang menggabungkan kedua cara tersebut.
Orang pintar itulah yang pertama kali membuat ramuan dari tumbuh-tumbuhan.
demikian ada pula yang berdasarkan ketajaman daya nalarnya untuk mengenal
tumbuhan (Suharmiati, 2003).
Masyarakat yang tinggal jauh dari rumah orang pintar tersebut, tentunya
mengalami kesulitan untuk pergi berobat jika sedang menderita sakit. Keadaan ini
mendorong berkembangnya sistem distribusi jamu tersebut. Distribusi jamu
pertama kali dilakukan oleh seorang laki-laki atas suruhan dukun berdasarkan
pesanan konsumen. Sistem yang dilakukan berupa barter, yakni jamu ditukar
dengan bahan makanan atau barang lainnya. Hal ini dirasa sangat
menguntungkan, baik oleh sidukun maupun masyarakat pemakai, sehingga
kegiatan tersebut menjadi kebiasaan dan pada akhirnya pengiriman jamu
dilakukan secara teratur. Pada perkembangan berikutnya penjualan jamu ke
desa-desa dilakukan secara berkeliling. Penjual jamu laki-laki membawa jamu dengan
cara memikulnya dan kaum perempuan melakukan dengan cara menggendongnya
(Suharmiati, 2003).
Selanjutnya, karena tenaga laki-laki lebih diperlukan untuk usaha pertanian,
penjualan jamu lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Jamu yang dijual
pada saat itu banyak dibuat oleh dukun bayi, sehingga jenis jamu yang dijual
hanyalah untuk perempuan, terutama yang sedang mengandung atau baru
melahirkan. Setelah mengetahui usaha tersebut menguntungkan, penjual jamu
mulai menjual jamu buatannya sendiri. Bahkan banyak menarik minat perempuan
lain untuk berjualan. Resep-resep jamu yang diperoleh dari para dukun bayi
tersebut mulai ditularkan dari mulut ke mulut, sehingga semakin banyak orang
yang mengetahuinya (Suharmiati, 2003).
Sesudah masa kemerdekaan, banyak penduduk desa yang pindah ke kota
para penjual jamu tersebut. Mengingat konsumen yang dilayani berbeda-beda,
jenis jamu yang dijual akhirnya berupa jamu-jamu yang mempunyai khasiat lebih
umum, seperti cabe puyang, beras kencur dan daun pepaya. Saat ini jenis jamu
yang dijual oleh penjual jamu semakin banyak. Meskipun demikian mereka tetap
mengembangkan resep-resep yang diturun oleh leluhurnya (Suharmiati, 2003).
2.1.3 Jenis-Jenis Jamu Gendong
Jenis jamu gendong yang biasa dijual oleh penjual jamu gendong sangat
bervariasi. Hal tersebut tergantung dari kebiasaan yang mereka pelajari dari
pengalaman tentang jamu yang diminati dan pesanan yang diminta konsumen.
Jenis-jenis jamu ini mudah dibuat sendiri di rumah. Beberapa jenis jamu yang
dimaksud di antaranya beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci siruh,
uyup-uyup atau gepyokan, kunir asam, pahitan dan sinom (Suharmiati, 2003).
2.1.4 Pengolahan Jamu gendong
Jamu gendong biasanya dibuat dalam jumlah kecil untuk memenuhi
kebutuhan sendiri atau kepentingan keluarga. Namun tidak tertutup kemungkinan
jamu gendong dibuat dalam jumlah besar, misalnya untuk dijual atau yang dibuat
berdasarkan pesanan. Pembuatan jamu gendong secara umum dibedakan menjadi
dua macam, yakni dengan cara merebus seluruh bahan atau mengambil (memeras
sari) yang terkandung di dalam bahan baku, kemudian mencampurnya dengan air
matang. Beberapa bahan ramuan yang akan direbus dan diperas biasanya
diiris-iris atau dihancurkan lebih dulu (Suharmiati, 2003).
Rasa ramuan sangat bervariasi, tergantung dari ramuannya. Ada yang
mempunyai rasa pahit, asam atau segar. Untuk mengurangi rasa yang kurang
dikurangi dengan menambahkan madu, gula merah, gula batu, gula pasir.
(Suharmiati, 2003).
2.1.5 Jamu Beras Kencur
Jamu beras kencur dapat digunakan untuk menghilangkan pegal-pegal pada
tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari
pegal-pegal dan linu yang biasa timbul setelah bekerja keras. Selain itu jamu beras
kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan menjadi meningkat
dan tubuh menjadi sehat (Suharmiati, 2003).
Ada beberapa variasi bahan yang digunakan untuk membuat jamu beras
kencur. Meskipun demikian, ada dua bahan pokok yang selalu dipakai, yaitu beras
dan kencur. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu
beras kencur adalah asam kawak, biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulaga,
buah asam, kunci, kayu manis, kunir, jeruk nipis dan buah pala. Sebagai pemanis
digunakan gula merah dicampur gula pasir dan ditambah sedikit garam
(Suharmiati, 2003).
Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu air bersama gula
merah dan asam kawak dipanaskan hingga mendidih dan dibiarkan sampai dingin.
Mula-mula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain
sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi
atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas dan disaring dengan
saringan atau diperas melalui kain saringan. Sari perasan dicampurkan ke dalam
air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam
2.2 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan membunuh
atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diinginkan pada suatu objek atau
spesimen.
Cara-cara sterilisasi yaitu:
a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya.
Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat
bekerja.
b. Sterilisasi kering, digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri,
tabung reaksi. Cara ini cocok untuk alat-alat gelas karena tidak ada
pengembunan dan tetes air.
c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam
autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara
ini. Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi, dengan
meningkatnya suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam
autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas
tekanan udara normal, titik didih air meningkat. Biasanya pemanasan
autoklaf berada pada suhu 1210 C selama 15 menit.
d. Filtrasi bakteri, digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai
atau tidak tahan panas. Metode ini didasarkan pada proses mekanik yaitu
menyaring semua bakteri dari bahan dengan melewatkan larutan tersebut
melalui lubang saringan yang sangat kecil.
e. Incenerasi, yaitu sterilisasi dengan pemanasan atau pembakaran pada api
2.3 Bakteri
2.3.1 Uraian Umum
Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana. Karena
materi genetik tidak diselimuti oleh selaput membran inti, sel bakteri disebut
dengan sel prokariot. Secara umum, sel bakteri terdiri atas beberapa bentuk, yaitu
bentuk basil/ batang, bulat atau spiral. Dinding sel bakteri mengandung kompleks
karbohidrat dan protein yang disebut peptidoglikan. Bakteri umunya bereproduksi
dengan cara membelah diri menjadi dua sel yang berukuran sama. Ini disebut
dengan pembelahan biner. Untuk nutrisi, bakteri umumnya menggunakan bahan
kimia organik yang dapat diperoleh secara alami dari organisme hidup atau
organisme yang sudah mati. Beberapa bakteri dapat membuat makanan sendiri
dengan proses biosintesis, sedangkan bakteri yang lain memperoleh nutrisi dari
substansi organik (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).
Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh:
1. Zat makanan (nutrisi)
Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen,
sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi,
tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan
pertumbuhannya.
2. Keasaman dan kebasaan (pH)
Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum pertumbuhan antara 6,5-7,5
namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau
3. Temperatur
Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi
kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka bakteri
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur
0-30oC, temperatur optimum adalah 10-20oC.
b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur
50-60oC, temperatur optimum adalah 25-40oC.
c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur
50-100oC, temperatur optimum adalah 55-65oC.
4. Oksigen
Beberapa spesies bakteri dapat hidup dengan adanya oksigen dan
sebaliknya spesies lain akan mati. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen,
bakteri dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Aerobik yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
b. Anaerobik yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen.
c. Anaerobik fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan
oksigen ataupun tanpa oksigen.
d. Mikroaerofilik yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan
adanya sedikit oksigen.
5. Tekanan osmosa
Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis
6. Kelembaban
Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada
lingkungan yang lembab. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis
bakterinya (Pelczar et al, 1988).
2.3.2 Morfologi Bakteri
Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu:
a. Bentuk basil
Basil adalah bakteri yang mempunyai bentuk menyerupai batang atau
silinder, membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun berbentuk rantai
pendek atau panjang. Bentuk basil dapat dibedakan atas:
• Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung
tumpul.
• Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.
• Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung
tajam.
Contoh: Escherichia coli, Bacillus anthracis, Salmonella typhimurium, Shigella
dysenteriae.
b. Bentuk kokus
Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang
hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat
dibedakan atas:
• Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua.
• Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.
• Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan merupakan suatu
• Streptokokus yaitu kokus yang bergandeng-gandengan panjang berupa
rantai.
• Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.
Contoh: Monococcus gonorhoe, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus lactis,
Staphylococcus aureus, Sarcina luten.
c. Bentuk spiral
Dapat dibedakan atas:
• Spiral yaitu bentuk yang menyerupai spiral atau lilitan.
• Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma.
• Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam
kemampuannya melenturkan dan melengkukkan tubuhnya sambil
bergerak.
Contoh: Spirillum, Vibrio cholerae, Spirochaeta palida (Volk and Wheeler,
1989).
2.3.3 Fase Pertumbuhan Bakteri
Bakteri mengalami pertumbuhan melalui beberapa fase, yaitu:
1) Fase penyesuaian (lag phase)
Bakteri biasanya akan mengalami masa penyesuaian pada lingkungan baru
setelah pemindahan untuk menyeimbangkan pertumbuhan.
2) Fase pembelahan (log phase)
Selama fase ini, populasi meningkat dua kali pada interval waktu yang
teratur. Jumlah koloni bakteri akan terus bertambah seiring lajunya
aktivitas metabolisme sel.
Pada fase ini terjadi kompetisi antara bakteri untuk memperoleh nutrisi
dari media untuk tetap hidup. Sebagian bakteri mati sedangkan yang lain
tumbuh dan membelah sehingga jumlah sel bakteri yang hidup menjadi
tetap.
4) Fase kematian
Pada fase ini, sel bakteri akan mati lebih cepat daripada terbentuknya sel
baru. Laju kematian mengalami percepatan yang eksponensial (Lee, J,
1983).
Kurva Fase Pertumbuhan Bakteri (Anonim, 2011)
2.3.4 Media Pertumbuhan Bakteri
Pembiakan bakteri di laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara
serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi bakteri. Zat hara diperlukan untuk
pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan.
Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber
karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen, ke dalam bahan dasar
media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino dan
I. Berdasarkan asalnya, media dibagi atas:
1) Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang
ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat,
magnesium fosfat.
2) Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui
secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam.
Contohnya: ekstrak daging, pepton (Lay, BW, 1994).
II. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi:
1) Media selektif
Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu
bahan yang dapat menghambat perkembang biakan mikroorganisme yang
tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme
tertentu yang ingin diisolasi, contohnya: MSA, PDA, Saboaraut Agar
(SA).
2) Media diferensial
Media ini digunakan untuk menyeleksi suatu mikroorganisme dari
berbagai jenis dalam suatu lempengan agar, contohnya: EMB, SSA.
3) Media diperkaya
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh
dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat
dalam jumlah sedikit, beberapa zat organik yang mengandung zat karbon
III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas:
1) Media padat/solid
2) Media semi solid
3) Media cair (Irianto, K, 2006)
2.3.5 Bakteri Escherichia coli
Berikut sistematika bakteri Escherichia coli (Dwidjoseputro, 1985):
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan
panjang sekitar 2 mikrometer dan diamater 0,5 mikrometer, bersifat anaerob
fakultatif, biasanya dapat bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini
umumnya hidup pada rentang 20-400 C, optimum pada 370C (Dwidjoseputro,
1985).
Escherichia coli merupakan merupakan flora normal yang terdapat pada
saluran pencernaan manusia. Flora tetap yang hidup di bagian tubuh manusia
mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara
normal. Flora normal dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Tetapi
yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi
tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang
menyertainya (Brooks, 2001).
Bakteri patogen dalam saluran cerna merupakan bakteri yang dapat
sering menyebabkan infeksi pada saluran cerna adalah bakteri-bakteri famili
Enterobacteriaceae. Bakteri ini dapat hidup dalam usus besar manusia dan hewan,
dalam tanah dan dalam air. Karena hidup dalam usus besar manusia,
bakteri-bakteri ini sering disebut bakteri-bakteri enterik (Radji, 2011).
Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai
macam jalan. Sebagian besar penyakit yang disebabkan Escherichia coli
ditularkan melalui makanan yang tidak dimasak dan daging yang terkontaminasi.
Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam lambung dan
enzim-enzim di lambung atau oleh empedu dan enzim di usus halus.
Mikroorganisme yang bertahan dapat menyebabkan penyakit. Mikroorganisme
patogen ini selanjutnya dikeluarkan melalui feses dan dapat ditransmisikan ke
inang lainnya melaui air, makanan atau jari-jari tangan yang terkontaminasi
(Pratiwi, 2008).
Penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak langsung dan biasanya terjadi
di tempat yang kurang memiliki sanitasi lingkungan yang bersih (Radji, 2011).
Organisme yang paling umum digunakan sebagai petunjuk adanya pencemaran
pada air adalah Escherichia coli dan kelompok koliform secara keseluruhan.
Escherichia coli, tidak diragukan lagi berasal dari kotoran manusia dan adanya
Escherichia coli harus dianggap sebagai petunjuk adanya polusi kotoran yang
memerlukan tindakan secepatnya (Buckle, 2007).
Hampir semua hewan berdarah panas dapat dikolonisasi oleh Escherichia coli
hanya dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah dilahirkan. Kolonisasi pada
bayi dapat terjadi oleh bakteri yang ada dalam makanan atau air atau dengan
usus besar dan bertahan selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Perubahan
populasi bakteri Escherichia coli terjadi dalam periode yang lama, hal ini dapat
terjadi setelah infeksi usus atau setelah penggunaan kemoterapi atau anti mikroba
yang dapat membunuh flora normal (Radji, 2011).
Beberapa galur Escherichia coli menjadi penyebab infeksi pada manusia,
seperti infeksi saluran kemih. Infeksi Escherichia coli seringkali berupa diare
yang disertai darah, kejang perut, demam dan terkadang dapat menyebabkan
gangguan pada ginjal (Radji, 2011).
2.3.6. Staphylococcus aureus
Berikut sistematika bakteri Staphylococcus aureus (Dwidjoseputro, 1985):
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat.
Memiliki diameter 0,4 sampai 1 mikron, dengan diameter 0,4 – 1,2 mikrometer.
Tidak bergerak dan tidak berspora. Koloni mikroskopik cenderung berbentuk
menyerupai buah anggur. Dapat tumbuh pada suhu 20-400 C dan suhu optimum
350 C dan dalam NaCl 15 % (Radji, 2011).
Staphylococcus aureus merupakan flora normal yang terdapat pada kulit
manusia. Merupakan jenis bakteri patogen yang dapat menimbulkan infeksi dan
kelainan pada kulit (Radji, 2011). Secara ekologis, Staphylococcus aureus erat
sekali hubungannya dengan manusia terutama pada bagian kulit, hidung dan
melalui pengelolaan oleh manusia. Secara keseluruhan organisme ini tidak kuat
bersaing dengan lainnya dan akibatnya bakteri ini tidak mempunyai peran penting
pada bahan-bahan pangan yang tidak dimasak. Akan tetapi, dalam bahan pangan
yang telah dimasak atau diasin, dimana organisme yang ada telah rusak oleh
pemanasan atau pertumbuhannya terhambat oleh konsentrasi garam, sel-sel
Staphylococcus aureus dapat terus berkembang mencapai tingkat yang
membahayakan. Keracunan karena bahan pangan yang tercemar Staphylococcus
aureus kebanyakan berhubungan dengan produk bahan pangan yang telah
dimasak terutama yang dikelola oleh manusia. Gejala-gajala dari bahan pangan
yang tercemar Staphylococcus aureus bersifat intoksikasi. Pertumbuhan
organisme ini dalam bahan pangan menghasilkan racun enterotoksin, dimana
apabila termakan dapat mengakibatkan serangan mendadak, yaitu kekejangan
pada perut dan muntah-muntah yang hebat. Diare dapat juga terjadi (Buckle,
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Tahapan penelitian
meliputi pengambilan sampel jamu gendong, pengamatan organoleptis,
homogenisasi sampel dan pemeriksaan cemaran bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Pemeriksaan cemaran bakteri meliputi pengkayaan
terhadap bakteri, uji dugaan terhadap keberadaan bakteri, uji penegasan, isolasi
bakteri yang akan diperiksa, uji mikroskopik, identifikasi dan konfirmasi terhadap
bakteri. Identifikasi dan konfirmasi meliputi uji indol, uji reaksi biokimia dan uji
sitrat.
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan adalah: aluminium foil, bola karet, cawan petri, deck
glass, erlenmeyer, inkubator (Fischer scientific), kapas, kawat ose, lampu bunsen,
lemari pendingin (Toshiba), mikroskop (Olympus), neraca listrik (Mettler
Toledo), objek glass, pipet tetes, pipet volum, rak tabung, tabung durham, tabung
reaksi (Pyrex).
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah: jamu beras kencur dari lima orang
penjual jamu gendong, Letheen Broth, Buffered Pepton Water, Lactosa Broth,
Brilliant Green Lactosa Bile 2%, Mac Conkey Agar, Sulfide Indol Motility, Triple
Sugar Iron, Simmon Citrate Agar, larutan gentian violet, larutan lugol, alkohol,
3.2 Pengambilan Sampel
Sampel diambil secara acak dari lima orang penjual jamu gendong yang
berbeda di Kota Medan. Penjual jamu gendong tersebut memproduksi sendiri
jamu gendong yang dijualnya. Adapun tempat pengambilan sampel dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Tempat pengambilan sampel
No Kecamatan Kelurahan Kode Sampel 1 Medan Amplas Timbang Deli I 2 Medan Sunggal Sei Sikambing B II 3 Medan Barat Kesawan III 4 Medan Tembung Tembung IV 5 Medan Deli Tanjung Mulia V
Gambar penjual jamu gendong dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 56. Data
penjual jamu gendong dapat dilihat pada lampiran 13, halaman 57. Gambar bakul
jamu gendong dapat dilihat pada lampiran 14, halaman 58. Gambar sampel jamu
beras kencur dapat dilihat pada Lampiran 15, halaman 59.
3.3 Pembuatan Media
Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 42,8 g serbuk Letheen Broth kemudian
disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi
sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan sebentar sambil sekali-kali diaduk sampai
foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121o C tekanan 2 atm selama 15
menit (Oxoid, 1998).
3.3.2 Buffered Peptone Water
Komposisi: Peptone 10,0 g Sodium Chloride 5,0 g Disodium Phophate 3,5 g Monopotassium Phosphate 1,5 g Air Suling ad 1000 ml
Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 20 g serbuk Buffered Peptone Water
kemudian disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan
sedikit demi sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan sebentar sambil sekali-kali
diaduk sampai terbentuk larutan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang
dilapisi aluminium foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121o C tekanan 2
atm selama 15 menit (Oxoid, 1998).
3.3.3 Lactosa Broth
Komposisi: Peptone 5,0 g Meat Extract 3,0 g Lactose 5,0 g Air suling ad 1000 ml
Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 13 g serbuk Lactosa Broth kemudian
disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi
sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan sebentar sambil sekali-kali diaduk sampai
terbentuk larutan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang dilapisi aluminium
foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121o C tekanan 2 atm selama 15
menit (Difco, 1979).
3.3.4 Brilliant Green Lactosa Bile 2%
Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 40 g serbuk Brilliant Green Bile Broth
kemudian disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan
sedikit demi sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan sebentar sambil sekali-kali
diaduk sampai terbentuk larutan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang
dilapisi aluminium foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121o C tekanan 2
atm selama 15 menit (Difco, 1979).
3.3.5 Mac Conkey Agar
Komposisi: Enzymatic Digest of gelatin 17 g Enzymatic Digest of Casein 1,5 g
Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 50 g serbuk Mac Conkey Agar kemudian
disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi
sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan sebentar sambil sekali-kali diaduk sampai
terbentuk larutan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang dilapisi aluminium
foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121o C tekanan 2 atm selama 15
menit (Difco, 1979).
3.3.6 Sulfide Indole Motility
Komposisi: Casein 20 g
sedikit demi sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan sebentar sambil sekali-kali
diaduk sampai terbentuk larutan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang
dilapisi aluminium foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121o C tekanan 2
atm selama 15 menit (Difco, 1979)
3.3.7 Triple sugar Iron
Komposisi: Beef Extract 3,0 g
Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 65 g serbuk Triple Sugar Iron kemudian
disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi
sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan sebentar sambil sekali-kali diaduk sampai
terbentuk larutan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang dilapisi aluminium
foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121o C tekanan 2 atm selama 15
menit (Difco, 1979).
3.3.8 Simmons Citrate Agar
Komposisi: Sodium Chloride 5,0 g Sodium Citrate 2,0 g Ammonium Dihidrogen Phosphate 1,0 g Dipotassium Phosphate 1,0 g Magnesium Sulfate 0,2 g Bromothymol Blue 0,2 g Agar 15,0 g Air suling ad 1000 ml
Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 24,2 g serbuk Simmons Citrate Agar
sedikit demi sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan sebentar sambil sekali-kali
diaduk sampai terbentuk larutan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang
dilapisi aluminium foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121o C tekanan 2
atm selama 15 menit (Difco, 1979).
3.3.9 Nutrient Broth
Komposisi: Enzymatic of Digest Casein 5 g Beef Extract 3 g Air suling ad 1000 ml
Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 8 g serbuk Nutrient Broth kemudian
disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi
sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan sebentar sambil sekali-kali diaduk sampai
terbentuk larutan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang dilapisi aluminium
foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121o C tekanan 2 atm selama 15
menit (Difco, 1979).
3.3.10 Mueller Hinton Agar
Komposisi: Beef infusion form 300 g Casein hydrolysate 17,5 g Starch 1,5 g Agar 17 g Air suling ad 1000 ml
Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 38 g serbuk Mueller Hinton Agar
disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi
sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan hingga mendidih sambil sekali-kali diaduk
sampai terbentuk larutan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang dilapisi
aluminium foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121o C tekanan 2 atm
selama 15 menit (Difco, 1979).
Cara pembuatan: diambil 100 ml media Mueller Hinton agar yang telah
disterilkan. Dalam keadaan cair, didinginkan sampai suhu 45o C. Ditambahkan 5%
darah kambing segar kemudian dihomogenkan. Dituang ke dalam cawan petri,
dibekukan dalam lemari pendingin (Difco, 1979).
3.4 Sterilisasi alat
Sterilisasi untuk alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Alat-alat yang terbuat dari gelas dibungkus dengan kertas perkamen,
disterilkan menggunakan oven pada suhu 160o C selama 2 jam.
2. Alat-alat jenis lainnya seperti pipet volum, bola karet, media disterilkan di
autoklaf pada suhu 121oCselama 15 menit.
3. Jarum ose dan pinset disterilkan dengan cara dibakar pada lampu spiritus.
4. Sebelum mulai daerah sekitar pengerjaan disemprot dengan etanol 70%
dan dibiarkan selama 15 menit sebelum digunakan.
5. Meja dibersihkan dari debu dan dilap menggunakan cairan desinfektan
(Lay, 1994).
3.5 Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis terhadap jamu gendong yang akan diperiksa
meliputi pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau.
3.6 Homogenisasi Sampel
Dipipet dengan cara aseptik 10 ml cuplikan dari tiap-tiap sampel.
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 90 ml media Buffered Pepton
Waterke dalam masing-masingnya. Kemudian dihomogenkan sehingga diperoleh
3.7 Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli
Pemeriksaan Bakteri Esherichia coli meliputi: uji dugaan, uji penegasan,
isolasi, uji mikroskopik, identifikasi dan konfirmasi.
3.7.1 Uji Dugaan
Disiapkan lima buah tabung reaksi steril untuk tiap-tiap sampel, masukkan
tabung durham secara terbalik ke dalam masing-masing tabung tersebut.
Kemudian isi seluruhnya dengan 10 ml mediaLactosa Broth. Dengan cara aseptik
dipipet 10 ml suspensi hasil homogenisasi setiap sampel, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi media Lactosa Broth.Diinkubasi pada suhu 370C selama
24 jam. Setelah 24 jam, diamati biakan yang mengandung gas.
3.7.2 Uji Penegasan
Disediakan tabung reaksi steril sejumlah biakan yang mengandung gas pada
uji dugaan, masukkan tabung durham secara terbalik ke dalam masing-masing
tabung tersebut. Kemudian isi tabung reaksi dengan 10 ml media Brilliant Green
Lactosa Bile 2%. Dengan cara aseptik pipet 10 ml biakan yang mengandung gas
pada uji dugaan, masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi media Brilliant
Green Lactosa Bile 2%. Diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Setelah 24
jam, diamati biakan yang mengandung gas.
3.7.3 Isolasi
Biakan yang mengandung gas pada uji penegasan, diinokulasikan satu
sengkelit pada permukaan media Mac Conkey Agar. Diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam dengan posisi lempeng dibalik. Diamati koloni spesifik yang
terbentuk. Koloni berbentuk bulat dan berwarna merah bata diduga tercemar oleh
3.7.4 Uji Mikroskopik
Dilakukan pengecatan Gram terhadap sampel yang membentuk koloni bulat
dan berwarna merah bata pada permukaan media Mac Conkey Agar. Dengan
menggunakan ose diambil satu sengkelit koloni tersebut, dibuat lapisan tipis pada
permukaan kaca objek yang bersih. Setelah kering, fiksasi dengan cara
menyentuhkan permukaan sebelah bawah kaca objek tiga kali berturut-turut pada
permukaan api bunsen. Diberi larutan warna gentian violet, diamkan 3-5 menit
lalu dicuci dengan air. Kemudian diberi larutan lugol dan dibiarkan selama 3-5
menit lalu dicuci dengan air.Preparat didekolorisasi dengan alkohol 96 % sampai
semua zat warna tampak luntur lalu cuci dengan air.Diberi warna kontras safrani
lalu dicuci dengan air. Preparat akan berwarna merah seperti warna safranin
(bakteri Gram negatif). Amati di bawah mikroskop. Bakteri Escherichia coli akan
terlihat berbentuk batang.
3.7.5 Identifikasi dan Konfirmasi
Identifikasi dan konfirmasi meliputi uji indol, uji reaksi biokimia dan uji
sitrat.
3.7.5.1 Uji Indol
Sampel yang membentuk koloni bulat dan berwarna merah bata pada
permukaan media Mac Conkey Agar diinokulasikan pada agar miring Sulfide
Indol Mortility dengan cara ditusuk ke dalam media agar miring tersebut.
Diikubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Setelah 24 jam, ke dalam biakan
ditambahkan 1 ml pereaksi Indol (Kovac) dikocok dan didiamkan beberapa menit,
3.7.5.2 Uji Reaksi Biokimia
Sampel yang membentuk koloni bulat dan berwarna merah bata pada
permukaan media Mac Conkey Agar diinokulasikan pada agar miring Triple
Sugar Iron dengan cara ditusuk dan digores pada permukaan media agar miring
tersebut. Diikubasi pada suhu 370C selama 24. Setelah 24 jam, diamati perubahan
warna media, pembentukan gas dan endapan.
3.7.5.3Uji Sitrat
Sampel yang membentuk koloni bulat dan berwarna merah tua pada
permukaan media Mac Conkey Agar, diinokulasikan pada agar miring Simmon
Citrate Agar dengan cara digores pada permukaan media agar miring tersebut.
Diikubasi pada suhu 370C selama 24. Setelah 24 jam, diamati perubahan warna
media.
3.7 Pemeriksaan Bakteri Staphylococcus aureus
Pemeriksaan Bakteri Staphulococcus aureus meliputi pengkayaan, isolasi, uji
mikroskopik, uji konfirmasi.
3.8.1 Pengkayaan
Disiapkan 5 buah tabung reaksi steril. Masukkan 10 ml Nutrient Broth ke
dalam masing-masing tabung reaksi. Dimasukkkan 1 tetes darah kambing segar ke
dalam tiap-tiap tabung. Tambahkan 1 ml suspensi hasil homogenisasi setiap
sampel dalam tabung reaksi. Diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Setelah
24 jam, diamati terjadinya kekeruhan.
3.8.2 Isolasi
Biakan yang mengalami kekeruhan, diinokulasikan pada lempeng agar Darah.
3.8.3 Uji Mikroskopik
Dilakukan pengecatan Gram terhadap koloni yang menghemolisis agar darah.
Dengan menggunakan ose diambil satu sengkelit koloni tersebut, dibuat lapisan
tipis pada permukaan kaca objek yang bersih.Setelah kering, fiksasi dengan cara
menyentuhkan permukaan sebelah bawah kaca objek tiga kali berturut-turut pada
permukaan api bunsen. Diberi larutan warna gentian violet, diamkan 3-5 menit
lalu dicuci dengan air. Diberi larutan lugol dan dibiarkan selama 3-5 menit lalu
dicuci dengan air.Preparat didekolorisasi dengan alkohol 96 % sampai semua zat
warna tampak luntur lalu dicuci dengan air. Diberi warna kontras, safranin lalu
dicuci dengan air. Preparat akan berwarna violet (bakteri Gram positif). Amati di
bawah mikroskop. Bakteri Staphylococcus aureus akan terlihat berbentuk buah
anggur.
3.8.4 Uji Konfirmasi
Biakan yang menghemolisis agar darah, diinokulasikan pada media Brain
Heart Infusion Broth (BHIB) kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam
dilanjutkan dengan uji koagulase. Dipipet 0,2-0,3 ml biakan dari media BHIB ke
dalam tabung reaksi steril ditambahkan 0,5 ml plasma kelinci, diinkubasi pada
suhu 370C selama 4-6 jam. Diamati adanya koagulasi plasma. Jika terjadi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang diperiksa adalah jamu gendong beras kencur yang dijual oleh
lima orang penjual jamu gendong di Kota Medan. Penjual jamu gendong tersebut
memproduksi sendiri jamu gendong yang dijualnya.
Jamu beras kencur yang diperiksa tersebut tidak hanya terdiri dari beras dan
kencur tetapi ditambahkan juga simplisia dan rimpang tanaman lainnya.
Penampilan dari jamu gendong merupakan satu hal yang tidak boleh diabaikan.
Karenanya, harus diupayakan menghasilkan warna yang menarik. Untuk ramuan
yang mempunyai warna kurang menarik, misalnya jamu beras kencur dapat
ditambahkan kunyit atau temu lawak secukupnya agar warna lebih menarik
(Suharmiati, 2003).
Adapun cemaran yang diperiksa dalam jamu gendong adalah bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Kedua bakteri ini merupakan dua
dari empat bakteri yang tidak boleh terdapat dalam cairan obat dalam berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 661/ Menkes/ SK/ VII/1994. Bakteri
Escherichia coli dipakai sebagai indikator pencemaran, keberadaannya dalam
produk olahan mengindikasikan telah terjadi kontaminasi dari feses manusia atau
hewan melalui air yang digunakan untuk pembuatan jamu. Bakteri
Staphylococcus aureus merupakan flora normal yang terdapat pada kulit dan
selaput lendir manusia. Sehingga sangat besar kemungkinan kedua bakteri
tersebut mengkontaminasi jamu gendong baik selama proses pembuatan maupun
Pengamatan organoleptis terhadap sampel yang akan diperiksa memberikan
hasil berikut: berbentuk cairan, berwarna kuning dan memiliki bau khas jamu.
Homogenisasi sampel dan pengkayaan menggunakan media cair Buffered
Peptone Water yang bertujuan untuk memperoleh distribusi bakteri secara merata
di dalam sampel (Depkes RI, 2006) dan memperbanyak jumlah bakteri yang akan
diuji. Sedangkan bakteri lainnya dihambat pertumbuhannya (Fardiaz, 1993).
Gambar sampel yang telah dihomogenisasi dapat dilihat pada Lampiran 16,
halaman 60.
Uji dugaan bertujuan untuk melihat keberadaan bakteri koliform dalam
sampel yang akan diperiksa. Uji dugaan dilakukan dengan membagi setiap sampel
ke dalam lima tabung reaksi. Hasil uji dugaan terhadap masing-masing sampel
ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil uji dugaan
Tabung
Keterangan : (+) = menghasilkan gas (-) = tidak menghasilkan gas
Hasil uji dugaan terhadap bakteri Escherichia coli diperoleh bahwa tabung
reaksi yang positif gas pada sampel I terdapat empat tabung, pada sampel II
terdapat dua tabung, pada sampel III terdapat lima tabung, pada sampel IV
terdapat lima tabung dan pada sampel V terdapat dua tabung. Gambar sampel
Uji dugaan menggunakan media Lactosa Broth. Media ini berfungsi untuk
mendeteksi fermentasi laktosa dari bakteri bentuk koli. Media ini juga dapat
digunakan sebagai media pengkayaan. Keberadaan bakteri Escherichia coli dalam
larutan yang mengandung glukosa akan menyebabkan glukosa mengalami
fermentasi. Terjadinya fermentasi ditunjukkan dengan adanya gas (Radji, 2011).
Di dalam tiap tabung reaksi dimasukkan tabung Durham, yaitu tabung reaksi yang
berukuran kecil. Dalam penggunaannya tabung ini diletakkan dalam posisi
terbalik di dalam tabung reaksi yang lebih besar dan tabung ini kemudian diisi
dengan medium cair (Dwijoseputro, 1985). Tabung ini berfungsi untuk melihat
adanya pembentukan gas. Bila terbentuk gas, maka gas masuk ke dalam tabung
Durham dan mendesak cairan dalam tabung ini. Gas ini terlihat sebagai
gelembung udara yang terperangkap dalam tabung ini (Lay, 1994). Tabung
dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di
dalam tabung durham (Fardiaz, 1993).
Terhadap sampel yang positif mengandung gas pada uji dugaan, dilanjutkan
dengan uji penegasan. Uji ini juga menggunakan tabung Durham. Uji penegasan
bertujuan untuk menegaskan bahwa gas yang dihasilkan pada uji dugaan
disebabkan oleh bakteri koliform fecal. Uji penegasan dilakukan dengan
menginokulasikan sampel tersebut pada media Brilliant Green Lactosa Bile 2%.
Tabel 4.3 Hasil uji penegasan
Keterangan: (+) = mengandung gas (-) = tidak mengandung gas
(x) = tidak dilakukan karena tidak menghasilkan gas pada uji dugaan
Dari hasil uji penegasan terhadap bakteri Escherichia coli, diperoleh bahwa
tabung reaksi yang positif gas pada sampel I terdapat dua tabung, dari empat
tabung yang sebelumnya positif gas pada uji dugaan. Pada sampel II terdapat dua
tabung, dari dua tabung yang sebelumnya positif gas pada uji dugaan. Pada
sampel III terdapat dua tabung, dari lima tabung yang sebelumnya positif gas
pada uji dugaan. Pada sampel IV tidak terdapat tabung yang positif gas, dari lima
tabung yang sebelumnya positif gas pada uji dugaan. Pada sampel V tidak
terdapat tabung yang positif gas, dari dua tabung yang sebelumnya positif gas
pada uji dugaan. Gambar sampel dalam media Brilliant Green Lactosa Bile 2%
dapat dilihat pada lampiran 18, halaman 62.
Uji penegasan menggunakan media Brilliant Green Lactosa Bile 2%. Media
ini merupakan media selektif yang direkomendasikan untuk mendeteksi bakteri
koliform yang terdapat di dalam air dan produk susu. Digunakan sebagai uji
penegasan, dimana sebelumnya diduga bahwa keberadaan koliform positif.
Isolasi bertujuan untuk memisahkan bakteri yang akan diperiksa dari bakteri
lain yang juga tumbuh pada media perbenihan. Isolasi bakteri Escherichia coli
menggunakan media Mac Conkey Agar. Sampel yang mengandung gas pada uji
mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri Enterobacteriaceae yang
memfermentasi laktosa dari feses, urin, air limbah dan makanan. Koloni dari
Enterobacteriaceae yang memfermentasi laktosa akan terlihat berwarna merah
bata (Lay, 1994). Gambar inokulasi biakan pada media Mac Conkey agar dapat
dilihat pada Lampiran 19, halaman 63. Hasil isolasi ditunjukkan pada tabel 4.4
berikut ini:
Tabel 4.4 Hasil isolasi
No Kode
Uji mikroskopik dilakukan dengan membuat preparat, melakukan pengecatan
Gram dan diamati di bawah mikroskop. Gambar hasil pengamatan mikroskopik
dapat dilihat pada Lampiran 20, halaman 64. Hasil uji mikroskopik ditunjukkan
pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji Mikroskopik
No Kode
Hasil isolasi dan uji mikroskopik diperoleh bahwa pada sampel I, II dan III
terlihat bakteri berbentuk batang tetapi warna koloni yang terlihat pada sampel II