• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi yang Diberi Sediaan Nanokurkuminoid.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi yang Diberi Sediaan Nanokurkuminoid."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL LIPID PEROKSIDA HATI TIKUS INFLAMASI YANG

DIBERI SEDIAAN NANOKURKUMINOID

CHELSEA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi yang Diberi Sediaan Nanokurkuminoid adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Chelsea

(4)

ABSTRAK

CHELSEA. Profil Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi yang Diberi Sediaan Nanokurkuminoid. Dibimbing oleh WARAS NURCHOLIS dan LAKSMI AMBARSARI.

Terjadinya inflamasi dalam tubuh menyebabkan terbentuknya prostaglandin dan radikal bebas. Namun, selain mengatasi inflamasi, obat yang digunakan juga perlu memiliki efek antioksidan untuk mengatasi radikal bebas yang terbentuk. Permasalahan ini diharapkan dapat diatasi dengan nanopartikel kurkuminoid temulawak tersalut asam palmitat. Penelitian ini bertujuan menguji efek antioksidan sediaan nanopartikel ekstrak kurkuminoid temulawak tersalut asam palmitat terhadap kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi. Efek antioksidan nanokurkuminoid diuji pada tikus yang diinduksi karagenan 1% dan diukur kadar lipid peroksida hatinya setelah 24 jam. Kadar lipid peroksida diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm. Sediaan nanopartikel kurkuminoid tersalut asam palmitat memiliki ukuran 561.53 nm dengan nilai IP sebesar 0.309. Kelompok ekstrak kurkuminoid dosis 100 mg/kg BB memiliki kadar lipid peroksida 0.27x10-4 nmol/g. Konsentrasi lipid peroksida kelompok nanokurkuminoid temulawak dosis 250 mg/kg BB lebih tinggi, yaitu 1.22 x10-4 nmol/g. Nanokurkuminoid temulawak dosis 250 mg/kg BB memiliki efisiensi 114 kali lebih besar sebagai antioksidan dibandingkan ekstrak kurkuminoid dosis 100 mg/kg BB.

Kata kunci: antioksidan, lipid peroksida, nanokurkuminoid

ABSTRACT

CHELSEA. Hepatic Lipid Peroxide Profile on Inflamation Rats with Nanocurcuminoid Treatment. Supervised by WARAS NURCHOLIS and LAKSMI AMBARSARI.

(5)

PROFIL LIPID PEROKSIDA HATI TIKUS INFLAMASI YANG

DIBERI SEDIAAN NANOKURKUMINOID

CHELSEA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

viii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Profil Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi yang Diberi Sediaan Nanokurkuminoid” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana biokimia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Februari 2015 di Laboratorium Kimia Fisik Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor, UKHP Pusat Studi Biofarmaka Taman Kencana Bogor, dan Laboratorium Penelitian Departemen Biokimia Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Waras Nurcholis, SSi, MSi dan Dr Laksmi Ambarsari, MS selaku pembimbing pertama dan kedua serta DIPA IPB (83/IT3.11/LT/2014) yang telah membantu pendanaan peneltian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada drh. Dian Mayasafira, drh. Innes Maulidya, Pak Mul, Kak Rini, Ardi, Liya, Lisa, Desi, Olina, Kathie, Indah, Natali, Cindo, Alfi, Hanif, Bayu, Yusman, Abghi, dan Gamma yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis. Terima kasih penulis ucapkan untuk ayah dan ibu serta adik yang senantiasa selalu mendukung dan memberi motivasi setiap harinya demi kelancaran penyusunan skripsi.

Penulis menyadari kesalahan, kelemahan, bahkan kekurangan dari penulisan ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan agar dapat dijadikan acuan dalam penelitian periode berikutnya. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Atas bantuan dari semua pihak penulis mengucapkan terima kasih. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL 4

Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Asam Palmitat 4

Volume Edema Kaki Tikus 4

Konsentrasi Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi 5

Analisis Korelasi 7

PEMBAHASAN 7

Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Asam Palmitat 7

Volume Edema Kaki Tikus 8

Konsentrasi Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi 9

Analisis Korelasi 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 15

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

1 Emulsi nanopartikel kurkuminoid temulawak dan emulsi nanopartikel kosong 5

2 Kurva volume rerata kaki tikus 5

3 Kurva konsentrasi lipid peroksida hati tikus 6 4 Plot tebaran volume edema kaki tikus dengan kadar lipid peroksida hati tikus 7

5 Biosintesis prostaglandin 9

6 Reaksi endoperoksida 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambaran umum penelitian 16 2 Dosis larutan 17 3 Volume kaki tikus 18 4 Kurva standar 19 5 Konsentrasi lipid peroksida 20

6 Analisis variansi konsentrasi lipid peroksida 21

7 Efisiensi antioksidan 22

8 Analisis korelasi 23

(11)

PENDAHULUAN

Lipid peroksida merupakan suatu produk yang terbentuk akibat adanya serangan radikal bebas terhadap molekul lipid (Yin et al. 2011). Salah satu penyebab terjadinya peroksidasi lipid adalah inflamasi. Inflamasi merupakan respon fisiologis tubuh terhadap suatu luka dan gangguan yang disebabkan oleh faktor eksternal. Inflamasi biasanya menimbulkan bengkak, nyeri, kemerahan, dan panas (Murphy 2012). Salah satu reaksi perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin dikatalisis oleh prostaglandin endoperoksida sintetase yang dapat membentuk radikal bebas berupa singlet oksigen (1O2) (Winarsi 2007).

Masyarakat sering menggunakan obat-obatan sintetik antiinflamasi golongan non-steroid (non-steroidal anti-inflammatory drugs, NSAIDs). Penggunaan NSAIDs dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti gangguan saluran cerna, kerusakan pada ginjal, dan gangguan kardiovaskuler (Haghighi et al. 2005). Penggunaan obat tradisional dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan antiinflamasi. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi adalah temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) (Nurcholis et al. 2012). Selain mengatasi inflamasi, temulawak juga dapat digunakan sebagai antioksidan (BPOMRI 2005).

Rimpang temulawak diketahui mempunyai kandungan metabolit sekunder berupa kurkuminoid (Quiles et al. 2002). Kurkuminoid merupakan pigmen kuning yang berasal dari tanaman rimpang genus Curcuma termasuk temuklawak. Kurkuminoid yang terdapat dalam temulawak adalah kurkumin dan desmetoksikurkumin (Rahardjo dan Rostiana 2003). Kurkuminoid temulawak diketahui memiliki aktivitas farmakologis sebagai antiinflamasi. Kurkuminoid yang terkandung dalam temulawak asal Wonogiri sebesar 20.04 mg/g dengan aktivitas antiinflamasi yang diuji secara in vitro, pada konsentrasi 100 ppm memiliki persen inhibisi sebesar 47.45% (Kusuma 2012). Selain itu, Wijayanto (2013) menguji bioaktivitas aktioksidan ekstrak kasar kurkuminoid temulawak Ciemas dilihat dari nilai IC50-nya.

Kurkuminoid mempunyai efek biologis, tetapi secara oral bioavailabilitas kurkuminoid sangat rendah di dalam tubuh tikus dan manusia (Chirio et al. 2011). Kurkuminoid mempunyai efisiensi penjerapan yang tinggi ketika berada dalam bentuk mikropartikel lemak padat. Penelitian terkait mikrokurkumin tersalut asam palmitat menghasilkan efisiensi penjerapan sebesar 74.58 (±0.03)%. Efisiensi penjerapan tersebut dihasilkan dari mikrokurkumin yang berukuran 131 (±2.22) µ m (Yadav et al. 2009). Penelitian tentang nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat menghasilkan efisiensi penjerapan yang tinggi, yaitu sebesar 77.65% dengan ukuran 199.03 (± 67.62) nm (Mujib 2011).

Penelitian terkait presentase daya inflamasi in vivo nanokurkuminoid temulawak dilakukan oleh Maulina (2014). Nanokurkuminoid dosis 100 mg/kg BB pada jam keenam menghasilkan persentase daya antiinflamsi sebesar 60%. Efek antioksidan nanokurkuminoid temulawak Ciemas terhadap kadar lipid peroksida hati tikus Sparague dawley jantan dan betina dilakukan oleh Afitriansyah (2013) dan Atmaja (2014).

(12)

2

temulawak tersalut asam palmitat. Penelitian ini bertujuan menguji efek pemberian sediaan nanokurkuminoid temulawak tersalut asam palmitat terhadap kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh nanokurkuminoid terhadap kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Hewan uji yang digunakan adalah 54 ekor tikus putih jantan galur Sparague dawley yang diperoleh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berumur 2 bulan, sehat, memiliki aktivitas normal, dan mempunyai bobot badan antara 200 gram-300 gram. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain ekstrak kurkuminoid temulawak asal Ciemas dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB), asam palmitat (Merck), poloksamer 188 (BASF), air reverse osmosys (RO), karagenan 1% dalam larutan garam fisiologis (NaCl 0.9%), natrium diklofenak, hati tikus, pakan standar, sekam, KCl dingin 1.15%, sodium dodesil sulfat (SDS) 8.1%, NaOH 1 M, asam asetat 20%, asam tiobarbiturat (TBA) 1.0% dalam pelarut asam asetat 50%, akuades, n-butanol:piridin (15:1 v/v), larutan formalin 10%, dan 1,1,3,3-tetrametoksi propana (TMP) sebagai larutan standar.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang tikus di kandang percobaan PSB, pletismometer, gunting bedah, sarung tangan, masker, neraca analitik, sonde oral, kapas, timbangan tikus, kotak pendingin, tabung kaca, tabung Eppendorf, pelat pemanas, pipet mikro, pengaduk magnet, homogenizer ultra turrax (Dispergierstation TB.10 IKA), ultrasonic processor (130 Watt 20 kHz, Cole-Parmer), alat-alat gelas, gunting, pipet volumetrik, penghancur jaringan Potter-Elvehjem, sentrifus (Beckmann J2-21 Centrifuge), penangas air, dan spektrofotometer UV-Vis (Genesys 10UV, Thermo Scientific).

Prosedur Penelitian

Pembuatan Sediaan Nanopartikel Ekstrak Kurkuminoid Temulawak Tersalut Asam Palmitat (Mujib 2011)

(13)

Hewan Coba dan Rancangan Percobaan (Maulia 2014)

Hewan coba yang digunakan dalam percobaan adalah tikus yang sebelumnya telah diadaptasikan selama satu bulan dalam kandang percobaan UKHP PSB. Adaptasi hewan coba bertujuan untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya. Tikus yang digunakan dalam percobaan adalah sebanyak 54 ekor yang dibagi menjadi empat belas kelompok secara acak. Masing-masing kelompok terdiri atas tiga ekor tikus. Bobot badan tikus diukur untuk menentukan dosis sampel yang akan diberikan dan tikus dipuasakan selama 12-16 jam sebelum perlakuan. Sebelum perlakuan kaki tikus diberi tanda batas pada lututnya untuk menyamakan persepsi pembacaan pada setiap jamnya. Kemudian volume awal kaki tikus diukur dengan pletismometer (Vo). Hewan percobaan diinduksi inflamasi dengan menginjeksikan larutan karagenan 1% sebanyak 0.1 mL pada telapak kaki belakang yang telah diberi tanda. Satu jam setelah diinduksi inflamasi, kaki tikus diukur (VK) dan tikus diberi sampel secara oral (Lampiran 2). Kaki tikus diukur setiap jam hingga 6 jam setelah menerima perlakuan secara oral (Vt). Tikus dibius secara intraperitoneal dengan menggunakan campuran ketamine dan xylazine untuk nekropsi dan diambil hatinya 24 jam setelah diberi perlakuan secara oral. Hati tikus disimpan dalam formalin 10%.

Pengukuran Volume Edema (Raji et al. 2002)

Perhitungan volume edema pada kaki tikus dihitung dengan menggunakan rumus:

Vu = Vt - Va Keterangan:

Vu : volume edema kaki tikus pada waktu tertentu

Vt : volume kaki tikus setelah diradangkan dengan karagenan 1% Va : volume kaki tikus sebelum diradangkan dengan karagenan 1% Pengukuran Lipid Peroksida (Modifikasi dari Yagi 1994)

(14)

4

v/v), diaduk dengan vorteks, disentrifus pada kecepatan 4000 rpm selama 10 menit,dan diambil lapisan atasnya, lalu diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel atau lebih. Analisis korelasi yang paling sederhana adalah analisis korelasi Pearson yang digunakan untuk melihat korelasi linear antara dua variabel. Korelasi Pearson dinyatakan dalam r (koefisien korelasi) dan memiliki nilai antara -1 hingga 1 atau dapat dinyatakan -1 < r < 1. Rumus korelasi Pearson:

r = nƩxy - (Ʃx) (Ʃy) √{nƩx2

- (Ʃx)2} {nƩy2 - (Ʃy)2} Keterangan:

r : koefisien korelasi

x : volume edema kaki tikus

y : konsentrasi lipid peroksida hati tikus n : banyaknya pasangan data

Ʃx : total jumlah variabel x Ʃy : total jumlah variabel y

Ʃx2 : total jumlah kuadrat variabel x Ʃy2 : total jumlah kuadrat variabel y

Ʃxy : total jumlah perkalian variabel x dan variabel y

Selain menghitung nilai r, perlu dilakukan penyebaran nilai variabel x dan variabel y kedalam plot tebaran (scatter plot) untuk melihat korelasi x dan y positif atau negatif.

HASIL

Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Asam Palmitat

Parameter karakterisasi nanopartikel meliputi rataan ukuran partikel dan nilai indeks polidispersitas. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Novita (2014), rata-rata ukuran nanopartikel kurkuminoid temulawak tersalut asam palmitat adalah 561.53 nm dengan nilai indeks polidispersitas sebesar 0.309. Pengukuran juga dilakukan terhadap nanopartikel kosong dan didapatkan rerata ukurannya sebesar 354.52 nm dengan nilai indeks polidispersitas sebesar 0.218. Nanopartikel kurkuminoid temulawak memiliki warna kuning karena adanya kurkuminoid yang terlarut dalam media pendispersi. Sementara itu nanopartikel kosong memiliki warna putih (Gambar 1).

Volume Edema Kaki Tikus

(15)

Kelompok perlakuan nanokurkuminoid dosis 25 dan 50 mg/kg BB mengalami penurunan udem paling baik dilihat dari volume edema yang bernilai negatif. Natrium diklofenak, ekstrak kasar kurkuminoid, dan nanokurkuminoid dosis 75 mg/kg BB memiliki volume edema yang sama sehingga dapat dikatakan memiliki kemampuan menurunkan pembengkakan yang sama. Volume edema kelompok perlakuan air salin merupakan yang tertinggi kedua setelah kelompok perlakuan nanokurkuminoid dosis 100 mg/kg BB (Gambar 2).

Konsentrasi Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi

Kemampuan antioksidan nanopartikel kurkuminoid temulawak dilihat dari pengaruhnya terhadap kadar lipid peroksida hati tikus Sparague Dawley jantan yang telah diinduksi inflamasi. Kadar lipid peroksida terendah pada kelompok yang diberikan nanokurkuminoid dihasilkan dari hati tikus kelompok dosis 250 mg/kg BB, yaitu sebesar 1.22 x10-4 nmol/g. Konsentrasi tersebut masih lebih

Gambar 1 Emulsi nanopartikel kurkuminoid temulawak (a) dan emulsi nanopartikel kosong (b)

Gambar 2 Kurva persentase daya antiinflamasi. AS: air salin; NaD: natrium diklofenak; NK: nanopartikel kosong

(16)

6

bisa dibandingkan dengan kelompok tikus natrium diklofenak. Namun, bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan air salin (0.52 x10-4 nmol/g), seluruh kelompok perlakuan nanokurkuminoid memiliki kadar lipid peroksida yang lebih tinggi.

Kelompok yang diberikan natrium diklofenak memiliki konsentrasi lipid peroksida yang cukup tinggi (1.82 x10-4 nmol/g). Natrium diklofenak merupakan salah satu obat antiinflamasi yang umum digunakan oleh masyarakat yang dapat menghambat kerja enzim siklooksigenase. Enzim siklooksigenase merupakan enzim yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin selain enzim prostaglandin endoperoksida sintetase.

Kelompok yang diberikan ekstrak kurkuminoid dengan dosis 100 mg/kg BB memiliki kadar lipid peroksida yang lebih rendah (0.27 x10-4 nmol/g) bila dibandingkan dengan seluruh kelompok perlakuan nanokurkuminoid. Nilai tersebut juga lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan air salin dan nanopartikel kosong sehingga dapat dikatakan ekstrak kurkuminoid memiliki kemampuan antioksidan tertinggi. Kelompok tikus yang diberikan perlakuan nanopartikel kosong dosis 250mg/kg BB memiliki kadar lipid peroksida sebesar 0.52 x10-4 nmol/g (Gambar 3).

Konsentrasi lipid peroksida masing-masing perlakuan diuji variansinya menggunakan program Minitab 17 pada taraf nyata 5% (0.05). Nilai P yang didapat dari hasil pengujian lebih kecil bila dibandingkan dengan taraf nyatanya sehingga terdapat perbedaan yang nyata pada konsentrasi lipid peroksida masing-masing perlakuan. Pengujian lebih lanjut terhadap perbedaan tersebut dilakukan dengan pengujian Dunnett dan air salin digunakan sebagai kontrol. Hasil uji Dunnett menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan terletak pada perlakuan dengan dosis 25, 50, 75, 100, 125, 175, 200, 225 mg/kg BB yang ditandai dengan tidak adanya huruf A pada hasil pengujian.

Berdasarkan konsentrasi lipid peroksida yang didapat, efisiensi nanopartikel kurkuminoid dengan dosis 250 mg/kg BB sebagai antioksidan dihitung dengan menggunakan ekstrak kurkuminoid dengan dosis 100 mg/kg BB sebagai pembanding. Pengamatan pada Tabel 1 menunjukkan efisiensi nanopartikel kurkuminoid dengan dosis 250 mg/kg BB lebih tinggi 113.924 kali dari efisiensi ekstrak dengan dosis 100 mg/kg BB.

Gambar 3 Kurva konsentrasi lipid peroksida hati tikus. AS: air salin; NaD: natrium diklofenak; NK: nanopartikel kosong

(17)

Tabel 1 Efisiensi nanokurkuminoid dibandingkan ekstrak lipid peroksida hati tikus (y) bernilai -0.1183. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tidak linier karena semakin mendekati nol. Selain itu, dari nilai tersebut juga dapat dinyatakan bahwa kedua variabel memiliki korelasi yang lemah. Ketidaklinieran variabel dapat juga dilihat melalui plot tebaran antara volume edema kaki tikus dengan konsentrasi lipid peroksida hati tikus. Pola plot tebaran yang terbentuk tidak linier melainkan tersebar secara acak (Gambar 4).

PEMBAHASAN

Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Asam Palmitat

Kurkuminoid termasuk golongan senyawa fenolik dan merupakan senyawa turunan dari diferuloilmetan (Ramirez-Ahumada et al. 2006). Kurkuminoid tidak larut dalam air dan eter namun larut dalam etanol, DMSO, dan aseton. Kurkuminoid menghasilkan warna kuning atau jingga dalam suasana asam dan merah dalam suasana basa. Perubahan warna kurkumunioid menjadi merah dalam suasana basa (pH 8.5 – 10) terjadi akibat degradasi struktur. Kurkuminoid juga merupakan senyawa yang sensitif terhadap cahaya (Andarwulan dan Faradilla 2012).

Campuran bahan yang digunakan dalam pembuatan nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat merupakan formula terbaik yang didapat dari

Gambar 4 Plot tebaran volume edema kaki tikus dengan kadar lipid peroksida hati tikus

(18)

8

hasil penelitian Mujib (2011), yaitu asam palmitat dengan kurkuminoid (1:0.1) dalam volume 100 mL. Penggunaan asam palmitat sebagai bahan penyalut mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yadav et al. (2009) dan Mujib (2011). Ukuran dari nanopartikel lemak padat yang terbentuk mempengaruhi penyerapannya di dalam tubuh. Partikel dengan ukuran besar membutuhkan waktu yang lama untuk diserap. Partikel dengan ukuran dibawah 100 nm merupakan ukuran yang tepat untuk dapat langsung diserap oleh tubuh (Weiss et al. 2008).

Nanopartikel merupakan suatu sistem koloid yang memiliki ukuran partikel 10-1000 nm (Yen et al. 2008). Sharma et al. (2011) menyatakan nanopartikel lemak padat yang baik memiliki ukuran antara 50 – 500 nm. Nanopartikel kurkuminoid tersalut asam palmitat yang dibuat dalam penelitian ini memiliki ukuran 561.53 nm. Ukuran partikel nanokurkuminoid yang dibuat dapat dikatakan cukup besar. Namun nilai tersebut masih termasuk ke dalam rentang 10-1000 nm. Sementara itu ukuran nanopartikel kosong asam palmitat yang dibuat memiliki ukuran 354.52 nm. Ukuran partikel nanopartikel kosong tersebut masih lebih kecil bila dibandingkan dengan ukuran nanopartikel kurkuminoid yang dibuat.

Keseragaman ukuran partikel nano yang dibuat juga memiliki pengaruh terhadap kemampuan penyerapan partikel tersebut. Indeks polidispersitas merupakan suatu nilai yang digunakan untuk menyatakan keseragaman ukuran partikel. Nilai IP < 0.3 menunjukkan partikel memiliki ukuran pada rentang yang kecil atau dapat dikatakan cukup seragam (Yen et al. 2008). Nanopartikel kurkuminoid dan nanopartikel kosong yang dibuat dalam penelitian ini memiliki nilai IP sebesar 0.309 dan 0.218 sehingga dapat dikatakan partikel yang terbentuk seragam. Koloid yang terbentuk termasuk stabil karena dari pembuatan hingga masa penyimpanan tidak terbentuk agregat.

Koloid nanopartikel kurkuminoid tersalut asam palmitat yang dibuat memiliki warna kuning. Warna kuning tersebut berasal dari ekstrak temulawak yang mengandung kurkuminoid. Bila dibandingkan dengan koloid nanopartikel kurkuminoid yang dibuat oleh Maulia (2014), nanopartikel kurkuminoid yang dibuat pada penelitian ini memiliki warna yang lebih keruh. Namun nanokurkuminoid yang dibuat dalam penelitian ini memiliki warna yang sama dengan yang dibuat oleh Mujib (2011).

Volume Edema Kaki Tikus

Kemampuan nanopartikel kurkuminoid dalam mengurangi inflamasi diuji terhadap tikus Sparague dawley jantan yang diinduksi dengan karagenan 1% pada bagian kakinya. Terjadinya penurunan volume edema menunjukkan kemampuan nanokurkuminoid untuk meredakan inflamasi. Menurut Maulia (2014), nanopartikel kurkuminoid temulawak dengan dosis 100 mg/kg BB secara in vivo

memiliki persentasi daya inflamasi sebesar 60% pada jam keenam. Namun pada penelitian ini nanopartikel kurkuminoid temulawak dengan dosis 100 mg/kg BB memiliki volume edema tertinggi. Nanopartikel kosong asam palmitat memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Maulia (2014) yang menunjukkan bahwa nanopartikel kosong mampu menurunkan volume edema pada tikus inflamasi.

(19)

(NSAIDs). Obat-obatan NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin, mediator atau substansi radang (Haghighi et al. 2005). Senyawa yang memiliki efek sebagai antiinflamasi dalam natrium diklofenak adalah garam natrium dan garam dietil amonium. Natrium diklofenak memiliki waktu paruh di dalam plasma 1-2 jam (Anggraeni et al. 2012).

Syahputra (2014) melakukan penelitian secara in silico dengan metode

docking untuk melihat kemampuan interaksi bisdemetoksikurkumin dan demetoksikurkumin terhadap enzim lipoksigenase. Lipoksigenase merupakan salah satu enzim yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat dalam reaksi inflamasi (Gambar 5). Ikatan yang terbentuk antara demetoksikurkumin dengan lipoksigenase memiliki kesamaan terhadap 7 residu asam amino dengan ikatan yang terbentuk antara asam arakidonat dengan lipoksigenase.

Analisis juga dilakukan untuk melihat kestabilan ikatan yang terbentuk antara bisdemetoksikurkumin dan demetoksikurkumin sebagai ligan dengan enzim lipoksigenase sebagai reseptor. Kestabilan ditandai dengan nilai energi bebas Gibbs (ΔG) yang kecil. Energi bebas Gibbs yang terbentuk antara bisdemetoksikurkumin dan demetoksikurkumin dengan enzim lipoksigenase adalah -7.8 kkal/mol dan -7.3 kkal/mol. Zukhurullah et al. (2012) melakukan penelitian terhadap kemampuan kurkuminoid dalam menghambat enzim siklooksigenase-2 yang juga berperan dalam perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin dalam reaksi inflamasi. Nilai energi bebas Gibbs yang didapat yaitu -6.51 kkal/mol. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kurkuminoid temulawak memiliki potensi sebagai antiinflamasi.

Konsentrasi Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi

Khasiat nanopartikel kurkuminoid tersalut asam palmitat sebagai antioksidan diuji terhadap hati tikus Sparague dawley jantan yang sebelumnya diinduksi inflamasi menggunakan karagenan 1%. Pengambilan hati tikus dilakukan 24 jam setelah induksi inflamasi. Lipid peroksida merupakan hasil metabolisme, sehingga setelah 24 jam masih dapat dideteksi keberadaannya.

(20)

10

Peroksidasi lipid dapat terjadi akibat adanya serangan dari molekul-molekul yang bersifat radikal bebas seperti superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), hidroksil radikal (HO•), peroksil radikal (HOO•), dan singlet oksigen (1O2) (Ayala

et al. 2014, Repetto et al. 2012, Winarsi 2007). Singlet oksigen merupakan molekul yang memiliki reaktivitas sangat tinggi bila dibandingkan dengan molekul oksigen pada bentuk dasarnya. Salah satu penyebab terbentuknya singlet oksigen berasal dari kerja enzim prostaglandin endoperoksida sintetase. Enzim ini mengubah PGG2 (endoperoksida) menjadi PGH2 (prostaglandin). Endoperoksida merupakan intermediet yang terbentuk dalam reaksi perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin akibat kerja enzim siklooksigenase (Gambar 6) (Winarsi 2007). Tahap terakhir proses peroksidasi lipid akan membentuk malondialdehida (MDA). Keberadaan MDA dapat dianalisis dengan asam tiobarbiturat. Proses peroksidasi lipid ini dikatalisis oleh logam Fe (Tang et al. 2000).

Ekstrak kurkuminoid temulawak memiliki bioaktivitas antioksidan sebesar 47,97 ppm yang diuji dengan menggunakan metode DPPH (Wijayanto 2013). Nanokurkuminoid ekstrak temulawak mampu menghambat lipid peroksida hati pada dosis 100 mg/kg BB dengan konsentrasi lipid peroksida sebesar 5,41 nmol/g. Namun bila dilihat secara keseluruhan, nanokurkuminoid dengan dosis 1500 mg/kg BB merupakan formula terbaik karena dapat menurunkan kadar MDA dan glutation peroksidase serta meningkatkan aktivitas SOD dan peroksidase. Penelitian ini menggunakan vitamin C sebagai kelompok pembanding (Afitriansyah 2013).

Natrium diklofenak sebagai obat yang umum digunakan masyarakat untuk meredakan inflamasi ternyata menghasilkan kadar lipid peroksida yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa natrium diklofenak tidak dapat mengatasi radikal bebas yang terbentuk dalam reaksi inflamasi. Hati tikus inflamasi yang diberikan natrium diklofenak memiliki kadar lipid peroksida sebesar 1.82 x10-4 nmol/g.

Kelompok yang diberikan nanokurkuminoid dengan dosis 250 mg/kg BB memiliki kadar lipid peroksida yang paling rendah bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan nanokurkuminoid lainnya, yaitu 1.22 x10-4 nmol/g. Namun secara keseluruhan, kelompok perlakuan nanokurkuminoid menghasilkan kadar lipid peroksida yang lebih tinggi daripada kelompok ekstrak. Hal tersebut dapat disebabkan dari rendahnya konsentrasi kurkuminoid pada nanokurkuminoid. Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan hal tersebut adalah nanokurkuminoid mampu meningkatkan kerja enzim prostaglandin endoperoksida sintetase.

Penyerapan suatu zat di dalam tubuh dipengaruhi oleh besarnya ukuran partikel (Weiss et al. 2008). Ekstrak kurkuminoid memiliki ukuran partikel yang lebih besar bila dibandingkan dengan nanokurkuminoid. Namun kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi yang diberikan ekstrak kurkuminoid 100 mg/kg BB lebih rendah dibandingkan dengan kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi yang diberikan nanokurkuminoid 250 mg/kg BB, yaitu sebesar 2.7 x10-5 nmol/g. Bila dibandingkan dengan kelompok air salin, kadar lipid peroksida kelompok perlakuan ekstrak masih lebih rendah sehingga dapat dikatakan kurkuminoid memiliki efek sebagai antioksidan.

(21)

Ukuran partikel yang kecil dari nanokurkuminoid seharusnya memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi. Namun, selain ukuran partikel, konsentrasi kurkuminoid yang diberikan juga mempengaruhi kadar lipid peroksida. Ekstrak kurkuminoid 100 mg/kg BB yang dilarutkan dalam 0.5 mL akuabidestilata steril memiliki konsentrasi 32037.88 ppm. Nilai tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan konsentrasi nanokurkuminoid 250 mg/kg BB yang hanya 1000 ppm. Hal inilah yang menyebabkan kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi yang diberikan ekstrak kurkuminoid lebih kecil dari kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi yang diberikan nanokurkuminoid 250 mg/kg BB.

Besarnya ukuran partikel ekstrak kurkuminoid akan mempengaruhi efisiensi manfaatnya di dalam tubuh. Efisiensi kelompok ekstrak sebagai antioksidan lebih rendah daripada kelompok nanokurkuminoid 250 mg/kg BB. Nilai efisiensi tersebut didapat dengan membandingkan kadar lipid peroksida yang terbentuk bila nanokurkuminoid memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi ekstrak.

Kadar lipid peroksida ini terbilang cukup kecil untuk dapat diukur. Namun nilai tersebut masih masuk ke dalam limit deteksi spektrofotometer yang digunakan. Penentuan limit deteksi spektrofotometer dilakukan dengan mengukur absorbansi blanko sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 30 detik. Limit deteksi spektrofotometer yang digunakan adalah 1.9 x10-5 nmol/g. Kadar lipid peroksida yang diukur dalam penelitian ini masih lebih tinggi dari limit deteksi spektrofotometer yang digunakan sehingga kadar lipid peroksida sampel yang diukur masih dapat dihitung.

Penyimpanan hati tikus yang baik adalah dalam larutan NaCl 0.9% dalam kondisi dingin (Yagi 1994). NaCl 0.9% merupakan larutan fisiologis dalam tubuh sehingga kemungkinan untuk bereaksi dengan hati sangat kecil. Selain itu kondisi dingin dapat menghambat kerusakan zat yang ada di dalam hati seperti enzim-enzim. Pengunaan formalin 10% untuk penyimpanan organ biasanya dilakukan terhadap organ yang akan dianalisis secara histopatologis.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilambangkan dengan koefisien korelasi (r) yang memiliki nilai antara -1 hingga 1 atau dapat dinyatakan -1 < 0 < 1. Koefisien korelasi menggambarkan keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih secara linier. Nilai r yang mendekati 1 atau -1 menunjukkan hubungan linier yang semakin erat. Selain itu dapat juga diamati berdasarkan pola tebaran yang terbentuk pada plot tebaran. Korelasi positif terbentuk dari pola titik yang bergerombol membentuk garis lurus dengan kemiringan positif (kiri bawah ke kanan atas). Sedangkan pola titik bergerombol yang membentuk garus lurus dari kiri atas ke kanan bawah (kemiringan negatif) menunjukkan korelasi negatif (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

(22)

12

maka dapat dikatakan pengaruh kurkuminoid sebagai pereda inflamasi dan antioksidan memiliki korelasi yang lemah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kelompok ekstrak kurkuminoid dosis 100 mg/kg BB memiliki kadar lipid peroksida 0.27x10-4 nmol/g. Konsentrasi lipid peroksida kelompok nanokurkuminoid temulawak dosis 250 mg/kg BB lebih tinggi, yaitu 1.22 x10-4 nmol/g. Nanokurkuminoid temulawak dosis 250 mg/kg BB memiliki efisiensi 114 kali lebih besar sebagai antioksidan dibandingkan ekstrak kurkuminoid dosis 100 mg/kg BB.

Saran

Perlu dilakukan perbaikan dalam penyimpanan sampel hati. Selain itu dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan produk berupa obat yang dapat dipasarkan dan digunakan masyarakat sebagai antiiflamasi dan antioksidan secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Afitriansyah E. 2013. Status antioksidan tikus jantan diinduksi CCl4 dengan perlakuan nanopartikel kurkuminoid temulawak lokal Ciemas [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Andarwulan N, Faradilla RHF. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan. Bogor (ID): SEAFAST Center

Anggraeni Y, Hendradi E, Purwanti T. 2012. Karakteristik sediaan dan pelepasan natrium diklofenak dalam sistem niosom dengan basis gel carbomer 940.

PharmaScientia. 1(1):1-15.

Atmaja S. 2014. Aktivitas antioksidan nanokurkuminoid temulawak lokal Ciemas pada tikus Sparague Dawley betina [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ayala A, Munoz MF, Argüelles S. 2014. Lipid peroxidation: production, metabolism, and signaling mechanisms of malondialdehyde and 4-hydroxy-2-nonenal [ulasan]. Oxidative Medicine and Cellular Longevity. 2014. doi:10.1155/2014/360438.

[BPOMRI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Gerakan nasional minum temulawak. InfoPOM. 6(6):1-4.

(23)

coacervation technique. Journal of Microencapsulation. 28(6):537-548. doi:

10.3109/02652048.2011.590615.

Haghighi M, Khalvat A, Toliat T, Jallaei S. 2005. Comparing the effects of ginger (Zingiber officinale) extract and ibuprofen on patients with osteoarthritis.

Arch Iranian Med. 8(4):267-271.

Katzung BG. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Jakarta (ID): Salemba Medika.

Kusuma RW. 2012. Aktivitas antioksidan dan antiinflamasi in vitro serta kandungan kurkuminoid dari temulawak dan kunyit asal Wonogiri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press.

Maulia P. 2014. Aktivitas antiinflamasi sediaan nanopartikel ekstrak kurkuminoid termulawak tersalut asam palmitat secara in vivo [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mujib MA. 2011. Pencirian nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Murphy K. 2012. Janeway’s Immunobiology. New York (US): Garland Science. Novita R. 2014. Aktivitas antiinflamasi nanokurkuminoid temulawak tersalut

asam palmitat pada tikus Sparague dawley [tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nurcholis W, Ambarsari L, Sari NL, Darusman LK. 2012. Curcuminoid contents, antioxidant and anti-inflammatory activities of Curcuma xanthorrhiza

Roxb. And Curcuma domestica Val. Promising lines from Sukabumi of Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 [internet]. 2012 Feb 25; Surabaya, Indonesia. Surabaya (ID): Universitas Negeri Surabaya. hlm C-284 – C-292; [diunduh 2015 Mei 27]. Tersedia pada: http://biofarmaka.ipb.ac.id/phocadownloadpap/userupload/Publication/2012 /2012%20-%20Full%20Paper%20National%20Seminar%20of%20Chemica l%20WN%20284-292.pdf

Quiles JL, Mesa MD, Tortosa CLR, Aguilera CM, Battio M, Gil A, Tortosa MCR. 2002. Curcuma longa extract supplementation reduces oxidative stress and attenuates aortic fatty streak development in rabbits. Arterioscler Thromb Vasc Biol.22: 1225-1231. doi: 10.1161/01.ATV.0000020676.11586.F2. Rahardjo M, Rostiana O. 2003. Standar prosedur operasional budidaya

temulawak. Sirkular.8:33-38.

Raji Y, Udoh US, Oluwadara OO, Akinsomisoye OS, Awobajo O, Adeshoga K. 2002. Anti-inflammatory and analgesic prperties of the rhizome extract of

Zingiber officinale. Afr. J. Biomed. Res. 5 (2002): 121-124.

(24)

14

Repetto M, Semprine J, Boveris A. 2012. Lipid peroxidation: chemical mechanism, biological implications and analytical determination. Lipid Peroxidation. doi:10.5772/45943.

Sharma V K, Diwan A, Sardana S, Dhall V. 2011. Solid lipid nanoparticles system: an overview. Int. J. Res. Pharm. Sci. 2(3):450–461.

Syahputra G. 2014. Simulasi docking senyawa kurkumin dan analognya sebagai inhibitor enzim 12-lipoksigenase [tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tang L, Zhang Y, Qian Z, Shen X. 2000. The machanism of Fe2+-initiated lipid peroxidation in liposomes: the dual function of ferrous ions, the roles of the pre-existing lipid peroxides and the lipid peroxyl radical. J. Biochem. 352 (2000): 27-36.

Weiss J, Decker EA, McClements DJ, Kristbergsson K, Helgason T, Awad T. 2008. Solid lipid nanoparticles as delivery systems for bioactive food components. Food Biophysics. 3:146-154. doi: 10.1007/s11483-008-9065-8. Wijayanto EA. 2013. Kandungan kurkuminoid dan daya antioksidan aksesi temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) asal Sukabumi [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Yadav RV, Suresh S, Devi K, Yadav S. 2009. Novel formulation of solid lipid microparticles of curcumin for anti-angiogenic and anti-inflammatory activity for optimization of therapy of inflammatory bowel disease. Journal

of Pharmacy and Pharmacology. 61 (3): 311-321.

doi:10.1211/jpp/61.03.0005.

Yagi K. 1994. Lipid peroxides in hepatic, gastrointestional, dan pancreatic disease, hlm. 165-169. Di dalam Free Radicals in Diagnostic Medicine. Amstrong D, penyunting. New York (US): Plenum Press.

Yen FL, Wu TH, Lin LT, Cham TM, Lin CC. 2008. Nanoparticles formulation of

Cuscuta chinensis prevents acetaminophen-induced hepatotoxicity in rats.

Food and Chemical Toxicology. 4: 1771-1777. doi:

10.1016/j.fct.2008.01.021.

Yin H, Xu L, Porter NA. 2011. Free radical lipid peroxidation: mechanisms and analysis [ulasan]. Chem. Rev. 111 (2011): 5944-5972. doi:10.1021/cr200094z.

Zukhrullah M, Aswad M, Subehan. 2012. Kajian beberapa senyawa antiinflamasi:

(25)
(26)

16

Lampiran 1 Gambaran umum penelitian

Pembuatan sediaan nanopartikel ekstrak kurkuminoid temulawak tersalut asam palmitat

Adaptasi hewan coba

Uji antiinflamasi secara in vivo, kelompok percobaan

10 kelompok nanokurkuminoid

1 kelompok nano kosong

1 kelompok kontrol positif natrium diklofenak

1 kelompok kontrol negatif

air salin

1 kelompok ekstrak

Pengukuran kaki VO, VK, dan V6

Pengambilan hati

(27)

Lampiran 2 Dosis larutan 1. Dosis ekstrak kurkuminoid

Dosis berdasarkan dari daya hambat aktivitas enzim siklooksigenase-2 - Konsentrasi ekstrak kurkuminoid temulawak 100 ppm ~ mg

m ~ mg

g ~100 mg/kg BB

- Perhitungan dosis = bobot tikus (g) g x 100 mg 2. Dosis ekstrak nanokurkuminoid temulawak

Dosis yang digunakan adalah 25 – 250 mg/kg BB Dosis = bobot tikus (g)

g x dosis nanokurkuminoid (mg) 3. Dosis natrium diklofenak

Berdasarkan dosis konsumsi manusia

- Dosis natrium diklofenak per tablet = 50 mg - Bobot natrium diklofenak per tablet = 230 mg - Perbandingan dosis : bobot = 50 : 230

1 : 4.6

- Perhitungan dosis = bobot tikus (g)

(28)

18

Lampiran 3 Volume edema kaki tikus

Perlakuan Ulangan Va (ml)

 Nanokurkuminoid dan nanopartikel kosong ditambahkan akuabides hingga 0.5 ml

(29)

Lampiran 3 Volume edema kaki tikus (lanjutan) Contoh perhitungan:

Volume edema nanokurkuminoid 125 mg ulangan 1 Vu = V6 - Vo

Vu = (0.6 – 0.56) ml Vu = 0.04 ml

Lampiran 4 Kurva standar - Absorbansi standar

0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008

(30)

20

Lampiran 5 Konsentrasi lipid peroksida

Perlakuan Absorbansi Konsentrasi (x10-4 nmol/g) Rata-rata konsentrasi

(31)

Lampiran 5 Konsentrasi lipid peroksida (lanjutan) Contoh perhitungan:

- Konsentrasi lipid peroksida nanokurkuminoid 25 mg Y = 95.92 X + 0.021

0.063 = 95.92 X + 0.021 X = 4.38 x 10-4 nmol/g

- Rata-rata konsentrasi lipid peroksida nanokurkuminoid 25 mg Rata-rata = u

= ( . . . ) x - nmol g = 3.06 x 10-4 nmol/g

Lampiran 6 Analisis variansi konsentrasi lipid peroksida

- Analisis variansi dilakukan dengan menggunakan program Minitab 17 pada taraf nyata 5%

(32)

22

Lampiran 7 Efisiensi antioksidan

1. Bobot dosis rata-rata kelompok perlakuan nanokurkuminoid 250 mg/kg BB Bobot dosis = ( . . ) mg = 64.9167 mg ≈ . 7 µl (diencerkan dengan akuades hingga 0.5 ml)

2. Bobot dosis rata-rata kelompok perlakuan ekstrak 100 mg/kg BB Bobot dosis = ( .7 . .7) mg = 22.3 mg (dilarutkan dalam 0.5 ml akuabidestilata)

3. Efisiensi antioksidan:

- Nanokurkuminoid 250 mg/kg BB: . 7 µl x ppm

µl = 1.22 x 10

-4

nmol/g 

129.8334 ppm = 1.22 x 10-4 nmol/g  113.924 - Ekstrak 100 mg/kg BB :

. mg

µl = 0.27 x 10

-4

(33)

Lampiran 8 Analisis korelasi

x : volume edema kaki tikus

y : konsentrasi lipid peroksida hati tikus n : banyaknya pasangan data

Ʃx : total jumlah variabel x Ʃy : total jumlah variabel y

Ʃx2 : total jumlah kuadrat variabel x Ʃy2 : total jumlah kuadrat variabel y

(34)

24

Lampiran 9 Limit deteksi spektrofotometer

Waktu A blanko

Standar deviasi = 0.61 x10-3 Kemiringan kurva standar = 95.92 Limit deteksi = x

kemiringan =

x( . x -)

. = 0.19 x10

(35)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Chelsea dilahirkan pada 27 November 1992 di Jakarta dari bapak Niwen Sulaiman dan ibu Lauw Toto Linawati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMAN 68 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Tertulis dan diterima di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Gambar

Gambar 2  Kurva persentase daya antiinflamasi. AS: air salin;    NaD:  natrium diklofenak; NK: nanopartikel kosong
Gambar 4  Plot tebaran volume edema kaki tikus dengan kadar lipid     peroksida hati tikus
Gambar 5  Biosintesis prostaglandin (Katzung 2004)

Referensi

Dokumen terkait

 Ada sekitar Rp 195 miliar dari proyek infrastruktur, kemudian sekitar Rp 850 miliar dari proyek gedung, sekitar Rp 250 miliar industri precast dari Wika Beton dan sisanya dari

Usahatani stroberi di daerah penelitian menggunkan faktor/input produksi yang terdiri dari lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obat- obatan.. Metode penentuan daerah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya/ Permukiman merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Jajanan yang satu ini adalah makanan khas Jawa Barat yang terbuat dari daging sapi, terasa sedikit manis dan sangat gurih?. Cara pembuatan gepuk ini dengan cara daging sapi yang

Penggunaan Bahan ajar, sumber belajar dan media pembelajaranya (LKS) : Kurang/cukup/Baik/Amat Baik.. Setelah Pembelajaran Berakhir Rangkuman/Kesimpulan hasil pembelajaran pada

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

Dikarenakan penerimaan pesan dan penyerapannnya tergantung pada kunci persuasi, maka sumber informasi yang berkualitas dapat membantu memberikan dukungan agar materi dapat

Brand atau merek tidak dapat dipisahkan dari logo, karena logo merupakan elemen utama dalam membentuk identitas sebuah perusahaan.. Logo bukanlah hanya sekedar pelengkap