• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN TINGKAT

PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA

CIBODAS KECAMATAN CIKAJANG KABUPATEN GARUT

YANI LUVITASARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Yani Luvitasari

(4)
(5)

ABSTRAK

YANI LUVITASARI. Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.

Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang memiliki dua kelompok ternak yang tergabung dalam Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) Cikajang. Kondisi usahaternak yang dijalankan oleh peternak di Desa Cibodas, masih berupa peternakan rakyat, sehingga sistem pemeliharaannya masih secara tradisional. Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka peternak harus mengatur alokasi faktor-faktor produksi dengan efisien. Kondisi tersebut menarik untuk dikaji, adapun hal yang ingin dikaji oleh peneliti dari kondisi peternak di Desa Cibodas ialah mengenai karakteristik peternak, tingkat efisiensi produksi, dan tingkat pendapatan peternak. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik peternak, analisis linier berganda yang kemudian ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural, analisis pendapatan usahaternak, dan analisis penggunaan input optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik peternak di lokasi penelitian di dominasi oleh peternak laki-laki, rata-rata usia peternak 41-50 tahun, rata-rata tingkat pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar, rata-rata pengalaman beternak selama 11-20 tahun, dengan rata-rata kepemilikan sapi sebanyak 1,8 ST. Berdasarkan perhitungan pendapatan diketahui bahwa pendapatan peternak tersebut sudah menguntungkan dengan rata-rata kepemilikan sapi sebanyak 1,8 ST. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa penggunaan input pakan hijauan, konsentrat, dan air masing-masing berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen, sedangkan untuk input tenaga kerja tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen. Hasil analisis penggunaan input optimal menunjukkan bahwa penggunaan input di lokasi penelitian masih belum optimal, karena nilai rasio NPM/BKM dari setiap input masih belum menujukkan nilai sama dengan satu.

(6)
(7)

ABSTRACT

YANI LUVITASARI. Analysis of Production Efficiency and Income of Dairy Cattle Breeders at Cibodas Village, Sub-District of Cikajang, Garut.

Supervised by YUSMAN SYAUKAT.

There are two dairy farmer groups in Cibodas area which are also joined theKoperasiPeternakGarut Selatan (KPGS) Cikajang. The dairy farmers are mostly smallholders, thus the dairy farms are still being maintained traditionally. Therefore, to achieve the maximum profit, the farmers should arrange the production factor allocation efficiently. Therefore, it is interesting to see as also

analyzed by the writer, the farmers’ characteristics, production efficiency

analysis, and the degree of income analysis. This study uses the descriptive

analysis to identify the farmers’ characteristics, the double linier regression

which further is being transformed into the natural logarithm form, the farmers’ degree of income analysis, and the optimum input usage analysis. The study is resulting evidences that the dairy farmers in KPGS are dominated by men, with the average age is 41-50 years old, farmers are typically finished their elementary school, with the dairy farming experiences are 11-20 on average, and the owned dairy cows are 1,8 ST. The degree of income analysis shows that with 1,8 ST owned cows per farmer, the dairy business has already profitable. The regression analysis shows that the usage of feed, concentrate, and water are significantly influenced the model with 5 percent alpha, while the worker factor is not significantly proven to influence the model. The optimum input usage analysis shows that input usage has not been optimally used in Cibodas Area, it is showed by the NPM/BKM ratio of each input is not equal with one.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkngan

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN TINGKAT

PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA CIBODAS

KECAMATAN CIKAJANG KABUPATEN GARUT

YANI LUVITASARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang,

Kabupaten Garut” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas dukungan dari banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini, penulis meenyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada :

1. Orang tua tercinta (Bapak Maman (Alm),Ibu A’ah Rohayati, dan Bapak Ade Safari), yang telah memberikan doa dan semangat. Semoga karya ini dapat menjadi salah satu persembahan terbaik untuk mereka.

2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M. Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu serta wawasan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr.Ir. Ahyar Ismail, M. Agr dan Rizal Bakhtiar S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Staff pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

5. Segenap pengurus KPGS Cikajang dan peternak di Desa Cibodas yang telah bersedia membantu memberikan informasi terkait penelitian ini.

6. Tegar Nugraha yang selalu memberikan bantuan, motivasi dan semangat. 7. Sahabat-sahabat seperjuangan di ESL 47, Dian, Dewi,Esya, dan Atika.

8. Sahabat-sahabat Himpunan Mahasiswa Garut Ai, Eva, Shovi, Pika, Tatang, Iman, Ika, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik terkait skripsi penulis terima. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca.

Bogor, November 2014

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xix

DAFTAR GAMBAR xx

DAFTAR LAMPIRAN xx

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Teori Ekonomi Produksi 7

Efisiensi Usaha Ternak 8

Pendapatan Usaha Ternak 8

Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah 10

Penelitian Terdahulu 10

KERANGKA PEMIKIRAN 12

Kerangka Pemikiran Teoritis 12

Konsep Usaha Peternakan Sapi Perah12 Fungsi Produksi13

Elastisitas Produksi15

Konsep Penggunaan Input Optimal17

Kerangka Pemikiran Konseptual 19

METODE PENELITIAN 22

Lokasi dan Waktu Penelitian 22

Jenis dan Sumber Data 22

(16)

Metode Analisis dan Pengolahan Data 23 Analisis Karakteristik Peternak23

Analisis Fungsi Produksi24 Pengujian Statistik25

Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah 27

Analisis Penggunaan Input Optimal 29

GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 31

Letak Geografis dan Pembagian Administratif 31

Gambaran Umum Penduduk dan Matapencaharian 31

Gambaran Umum KPGS Cikajang 32

Gambaran Umum Peternak Desa Cibodas Anggota KPGS Cikajang 33

HASIL DAN PEMBAHASAN 37

Karakteristik Peternak 37

Umur Peternak37 Tingkat Pendidikan38 Pengalaman Beternak39

Jenis Kelamin Peternak Responden40

Analisis Pendapatan Usaha Ternak 40

Analisis Penerimaan Usaha Ternak41 Analisis Struktur Biaya Usaha Ternak42 Analisis Pendapatan Usaha Ternak45

Analisis Efisiensi Produksi Usaha Ternak 46

Analisis Penggunaan Input Optimal 51

SIMPULAN DAN SARAN 54

Simpulan 54

Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN 59

(17)
(18)
(19)

DAFTAR TABEL

1Konsumsi daging, telur, dan susu di Indonesia tahun2008-2009 2

2 Jenis dan metode analisis data 23

3 Perhitungan analisis pendapatan usaha ternak sapi perah 28 4Jadwal kegiatan peternak responden dalam pemeliharaan sapi perah di

Desa Cibodas, Kec. Cikajang, Kab. Garut 35

5 Karakteristik peternak responden berdasarkan usia di Desa

Cibodas,Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 37

6 Karakteristik peternak responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 38 7 Karakteristik peternak responden berdasarkan pengalaman beternak di

Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 39 8 Karakteristik peternak responden berdasarkan jenis kelamin di Desa

Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 40

9 Rata-rata penerimaan per peternak di Desa Cibodas, Kecamatan

Cikajang, Kabupaten Garut 41

10 Rata-rata biaya produksi per peternak di Desa Cibodas, Kecamatan

Ciakajang, Kabupaten Garut 44

11 Rata-rata pendapatan per peternak di Desa Cibodas, Kecamatan

Cikajang, Kabupaten Garut 46

12 Hasil pendugaan fungsi produksi susu di Desa Cibodas, Kecamatan

Cikajang, Kabupaten Garut 47

(20)

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva Produksi 15

2 Kurva daerah produksi 16

3 Penentuan keuntungan dengan penggunaan input optimal 18

4 Kerangka pemikiran operasional 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner Penelitian 60

2 Hasil analisis regresi 68

3 Data Karakteristik Peternak Responden di Desa Cibodas, Kecamatan

Cikajang. Kabupaten Garut 70

4 Data Kepemilikan Sapi Peternak Responden di Desa Cibodas,

Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 71

5 Faktor-Faktor Produksi Usaha Ternak Sapi Perah di Desa Cibodas,

Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 72

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS2014), Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan I-2014 meningkat sebesar 0,95 persen dibandingkan triwulan IV-2013, dari sisi produksi pertumbuhan ini terutama didukung oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang meningkat sebesar 22,70 persen1. Subsektor peternakan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 10,40 persen2. Subsektor peternakan memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Hal ini karena subsektor peternakan memiliki peran penting bagi masyarakat seperti dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani yang sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah dan juga diiringi oleh peningkatan rata-rata pendapatan penduduk.

Produk utama subsektor peternakan adalah daging, telur, dan susu. Komoditi subsektor peternakan yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah sapi perah. Susu sapi perah merupakan salah satu bahan makanan yang menjadi sumber protein hewani. Kebutuhan akan protein hewani masyarakat Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan jumlah penduduk dan tingkat kesadaran gizi masyarakat yang didukung oleh pengetahuan dan teknologi. Data mengenai tingkat konsumsi susu yang terus meningkat dibandingkan komoditas peternakan lainnya di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan tingkat konsumsi daging, telur, dan susu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 di Indonesia. Jika dilihat dari tingkat konsumsi nasional, jumlah konsumsi susu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging dan telur. Jumlah permintaan susu tertinggi ialah pada tahun 2011, yaitu sebanyak 3.494,81 ribu ton. Begitu juga jika dilihat dari

1

http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05mei14.pdfdiakses tanggal 1 Juni 2014 2

(22)

2

konsumsi per kapita, jumlah konsumsis susu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging dan telur.

Tabel 1Konsumsi Daging, Telur, dan Susu di Indonesia Tahun2008-2009

Sumber : Departemen Pertanian (2013)

Tingkat konsumsi susu sapi yang tinggi tentunya menimbulkan permintaan yang tinggi pula. Kenyataannya tingkat produksi susu nasional belum dapat memenuhi permintaan susu yang terus meningkat, yang menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor susu sapi untuk memenuhi kekurangan produksi susu di dalam negeri. Menurut data BPS pada tahun 2013, permintaan susu nasional baru terpenuhi sekitar 25 persen saja, sedangkan sisanya sekitar 75 persen berasal dari impor. Hal ini menunjukkan bahwa produksi susu dalam negeri perlu ditingkatkan lagi. Peningkatan produksi susu nasional dapat dilakukan dengan pembinaan dan pengembangan usaha peternakan sapi perah sehingga membuka kesempatan bagi para peternak agar dapat lebih meningkatkan produktivitas dan pendapatan dari usaha ternak yang dijalankannya.

Selain itu, produktivitas produksi susu sapi perah juga dapat dicapai dengan mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Keberadaan usaha peternakan sapi perah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Pengembangan usahaternak tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti aspek produksi, kebijakan, dan kelembagaan. Sebagai negara yang sedang

Jenis Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Konsumsi Nasional (000 Ton)

Daging 1.643,09 1.732,64 1.654,14 1.753,15 1.753,54

(23)

3 berkembang, mayoritas peternak di Indonesia masih didominasi oleh peternakan rakyat yang berada didaerah pedesaan dengan tingkat daya saing dan tingkat kehidupan yang masih sangat rendah. Hal ini menyebabkan usaha peternakan di Indonesia tidak dapat terlepas dari peran koperasi sebagai suatu bentuk kelembagaan. Koperasi peternak ini memiliki fungsi dalam membantu para peternak untuk memperoleh bantuan berupa pinjaman dana untuk pengembangan usaha ternak, pelayanan kesehatan ternak, dan juga membantu dalam memasarkan susu hasil produksi yang selanjutnya akan disalurkan oleh koperasi tersebut ke beberapa Industri Pengolahan Susu (IPS).

Menurut BPS (2013), provinsi penghasil susu terbesar kedua setelah Jawa Timur adalah Provinsi Jawa Barat. Kemampuan untuk menghasilkan produksi susu di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari kontribusi kabupaten dan kota yang tercakup dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah sentra produksi susu sapi di Provinsi Jawa Barat. Kondisi bentang alam Kabupaten Garut sangat memungkinkan untuk meningkatkan produksi susu sapi baik kualitas maupun kuantitasnya. Adapun potensi yang dimiliki Kabupaten Garut untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah yaitu jumlah populasi sapi perah sekitar 21.858 ekor dan luas penggembalaan sekitar 2.651,65 Ha dengan produktivitas lahan dalam menghasilkan pakan sebesar 28,29 Ton/Ha3. Berdasarkan uraian diatas, maka susu sapi perah dapat dijadikan sebagai salah satu komoditas strategis oleh pemerintah Kabupaten Garut. Hal ini karena susu merupakan industri peternakan yang berbasis pedesaan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

Selain kondisi lahan dan jumlah ternak yang berpotensi, faktor pendukung lainnya ialah adanya sebuah kelembagaan peternak yang ikut berperan dalam pengelolaan peternakan sapi perah di Kabupaten Garut. Koperasi Peternak Garut Selatan Cikajang (KPGSCikajang) merupakan koperasi pertama yang menangani usaha susu sapi di Kabupaten Garut, sehingga KPGS Cikajang memiliki peran penting dalam pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Garut. Peternak anggota KPGS Cikajang terbagi menjadi 37 kelompok, salah satunya adalah

3

(24)

4

kelompok ternak Ngamplang dan Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Kelompok yang berada di Desa Cibodas tersebut merupakan kelompok yang memiliki kualitas susu paling baik diantara kelompok yang lain. Kualitas tersebut berdasarkan standar kandungan lemak yang terkandung di dalam susu. Standar kandungan lemak yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang ialah sebesar 3,30.

Kondisi tersebut menarik untuk dikaji, adapun hal yang ingin dikaji oleh peneliti dari kondisi peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah mengenai karakteristik peternak, tingkat efisisensi produksi, dan tingkat pendapatan peternak.

Perumusan Masalah

Kecamatan Cikajang merupakan salah satu daerah sentra penghasil susu terbesar di Kabupaten Garut. Selain memiliki cuaca yang cocok untuk membudidayakan sapi perah, didukung pula oleh tersedianya lahan yang dapat digunakan untuk menyediakan pakan ternak, sehingga usaha ternak tersebut dapat memberikan prospek yang menjanjikan. Pengembangan usaha ternak tersebut tidak hanya memberikan hasil pada peningkatan produksi susu sapi saja, melainkan juga dapat meningkatkan pendapatan bagi para peternaknya jika dikelola dengan baik. Hal ini juga diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan peternak melalui perolehan dari pendapatan usaha ternak sapi perah yang mereka jalankan. Perolehan pendapatan tersebut salah satunya melalui penjualan susu segar. Sistem penjualan susu segar yang dilakukan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah melalui KPGS Cikajang, yang kemudian disalurkan ke Industri Pengolahan Susu.

(25)

5 usaha ternak sapi perah peternak. Adapun pengeluaran utama yang harus dikeluarkan peternak ialah biaya untuk pembelian pakan konsentrat.

Pendapatan peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut salah satunya dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi. Berdasarkan hasil survei di lapangan, yang menjadi kendala dalam biaya produksi yang dikeluhkan peternak di daerah penelitian ialah tingginya harga konsentrat yaitu sebesar Rp 2.100 per kg. Hal ini dikeluhkan oleh peternak karena peternak beranggapan bahwa harga konsentrat hampir setengah dari harga susu yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang, yaitu sebesar Rp 3.900 per liter. Asumsinya apabila kebutuhan pakan konsentrat tinggi, maka biaya produksi akan meningkat dan akan mengurangi pendapatan peternak.

Kondisi usaha ternak yang dijalankan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut masih berupa peternakan rakyat berskala kecil, sehingga sistem pemeliharaannya masih secara tradisisonal. Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka peternak harus mengatur alokasi faktor-faktor produksi dengan efisien. Efisiensi usaha ternak tersebut diharapkan dapat meminimumkan biaya produksi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana karakteristik peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ?

2) Bagaimana tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ?

3) Bagaimana efisiensi produksi usaha ternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuan umum yang telah dipaparkan, maka tujuan khusus penelitian ini adalah :

(26)

6

2) Menganalisis tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut.

3) Menganalisis efisiensi produksi usaha ternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1) Peternak sapi perah, diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan produksi susu dalam usaha ternak sapi perahnya.

2) Para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dan dapat memberikan tambahan pengetahuan.

3) KPGS Cikajang dan Pemerintah Kabupaten Garut, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan usaha sapi perah.

Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1) Penelitian ini mencakup tentang analisis efisiensi produksi serta analisis pendapatan usaha ternak sapi perah anggota KPGS Cikajang, Kabupaten Garut.

2) Usaha ternak sapi perah yang diteliti adalah usaha ternak sapi perah anggotaKPGS Cikajang, Kabupaten Garut.

(27)

7

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Ekonomi Produksi

Produksi dalam artian yang umum didefinisikan sebagai segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda untuk memenuhi kebutuhan kepuasan manusia. Setiap proses untuk menghasilkan barang dan jasa dinamakan proses produksi. Produksi dalam artian lebih operasional adalah suatu proses dimana satu atau beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang dan jasa yang disebut output.

Input sebagai faktor produksi merupakan semua benda dan alat-alat yang digunakan untuk menghasilkan atau menambah daya guna barang. Faktor produksi meliputi sumber daya alam, manusia, modal, dan sumber daya kewirausahaan. Sumberdaya alam meliputi tanah, air, hutan, udara, sinar matahari, dan barang-barang tambang. Sumber daya manusia dibedakan atas sifat kerja dan kualitas kerja. Sumber daya modal dibedakan menurut sifat, fungsi, bentuk, dan menurut sumber.

Banyak jenis kegiatan yang terjadi dalam proses produksi karena ada perubahan bentuk, tempat, dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Tujuan produksi adalah menjaga kesinambungan usaha, meningkatkan keuntungan, meningkatkan jumlah, mutu, dan metode barang, serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Masing-masing perubahan tersebut menentukan penggunaan input untuk menghasilkan output yang diinginkan.

(28)

8

ekonomis menyatakan kondisi proses produksi telah mencapai keuntungan yang maksimum berupa nilai uang (bukan berupa hasil produk fisik). Pandangan dari konsep efisiensi ekonomi pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila dapat menghasilkan keuntungan maksimum (Soekartawi 1991).

Efisiensi Usaha Ternak

Menurut Mubyarto (1989), efisiensi usaha ternak merupakan hasil bersih (netto) dari kegiatan usaha ternak yang diperoleh setelah mengurangakan hasil atau pendapatan kotor (bruto) dari produksi dengan jumlah seluruh biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak. Apabila hasil usahaternak tersebut besar, maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Semakin tinggi rasio berarti usahaternak tersebut semakin efisien.

Menurut Yekti (2005), efisiensi ekonomi merupakan rasio antara keuntungan aktual dengan keuntungan potensial yang mungkin dicapai oleh suatu usahatani. Oleh sebab itu, untuk mengetahuinya perlu dilakukan estimasi terhadap fungsi keuntungan frontliner. Fungsi keuntungan tersebut menyatakan kemampuan keuntungan maksimum atau potensial apabila sumberdaya digunakan secara optimal. Efisiensi ekonomi suatu usaha ternak dapat dilakukan dengan pendekatan fungsi keuntungan. Tingkat efisiensi usaha ternak dapat diketahui melalui analisis R/C rasio. R/C rasio merupakan rasio penerimaan dan biaya. Analisis R/C rasio dalam usaha ternak biasanya menggambarkan tingkat efisiensi usaha ternak berdasarkan rasio antar variabel biaya yang harus dikeluarkan dan penerimaan yang diterima. R/C rasio dapat menunjukkan rasio yang diterima peternak berdasarkan biaya yang dikeluarkan.

Pendapatan Usaha Ternak

(29)

9 biaya untuk memperoleh hasil selama periode usaha tertentu disebut sebagai biaya usaha. Biaya usaha tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel (Gusasi dan Saade 2006).

1) Biaya Tetap

Biaya tetap ialah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai usaha secara tetap, tidak tergantung pada besarnya skala usaha seperti pajak bumi dan bangunan, biaya penyusutan kandang, peralatan, listrik dan gaji tetap karyawan yang dinyatakan dalam rupiah selama satu siklus pemeliharaan. 2) Biaya Variabel

Biaya variabel ialah biaya yang dikeluarkan tergantung pada jumlah besar kecilnya volume usaha. Semakin besar usaha, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Adapun biaya-biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel diantaranya, biaya tenaga kerja dan bahan bakar, semuanya dinyatakan dalam rupiah pada periode rata-rata setiap pemeliharaan.

Menurut Halcrow (1981), konsep biaya dari segi ekonomi harus dipandang dari kelangkaan dan alternatif penggunaan suatu sumberdaya. Petani dihadapkan pada pengambilan keputusan untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pemilihan komoditas yang akan diusahakan tentunya dilandasi oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi (Yekti 2005). Menurut Rahim dan Hastuti (2007), pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang digunakan dalam proses produksi, dengan kata lain pendapatan tersebut meliputi pendapatan kotor dan pendapatan bersih.

Pendapatan yang diperoleh peternak merupakan suatu kriteria dalam menentukan tingkat keuntungan serta keberhasilan peternak dalam menjalankan usaha ternak. Pendapatan merupakan selisih antara keseluruhan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh peternak. Perhitungan mengenai penerimaan dan biaya usaha ternak perlu dilakukan sebelum menghitung pendapatan usaha ternak (Soeyatno 2013).

(30)

10

membandingkan penerimaan dengan biaya atau sering disebut R/C rasio. Unsur-unsur yang diperlukan dalam analisis pendapatan usaha ternak sapi perah, yaitu total penerimaan tunai, total penerimaan lain-lain, total biaya tunai, dan total biaya diperhitungkan (Soeyatno 2013).

Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Menurut Sudono (1999), peternakan sapi perah lebih menguntungkan dari peternakan lainnya. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari peternakan sapi perah ialah sebagai berikut : 1) Suatu usaha tetap; 2) Sapi perah sangat efisien dalam merubah makanan ternak menjadi protein hewani dan kalori; 3) Jaminan pendapatan tetap; 4) Penggunaan tenaga kerja yang tetap; 5) Sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijauan yang tersedia; 6) Kotoran sapi perah dapat membantu menjaga kesuburan tanah. Adapun yang mempengaruhi keuntungan peternakan sapi perah ialah sebagai berikut :

1) Skala Usaha Produktif

2) Daya Dukung Sumberdaya Pakan 3) Bibit Sapi Perah

4) Harga Input Produksi dan Output 5) Agroklimat

6) Kualitas Susu

7) Manajemen Budidaya 8) Skala Usaha

Selain faktor-faktor diatas, faktor lain yang mempengaruhi pendapatan usaha tenak adalah karakteristik dari peternak itu sendiri. Adapun karaketristik peternak yang berpengaruh terhadap pendapatan adalah sebagai berikut : (1) skala kepemilikan; (2) umur; (3) tingkat pendidikan; (4) pengalaman beternak; (5) motivasi beternak; (6) jumlah tanggungan keluarga; dan (7) tenaga kerja.

Penelitian Terdahulu

Heriyatno (2009) melakukan penelitian pada anggota Koperasi Serba

Usaha “Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat

(31)

11 konsentrat, jumlah pemberian pakan hijauan, dan masa laktasi berpengaruh nyata terhadap produktivitas sapi perah peternakan, sedangakan besarnya biaya usaha tidak berpengaruh secara nyata, sekitar 40,2 % hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan jumlah produksi susu di tingkat peternak dapat dijelaskan oleh fungsi produksi tersebut. Usaha ternak sapi perah yang dijalankan oleh anggota KSU Karya Nugraha memiliki nilai R/C rasio sebesar 1,11, sehingga usaha tersebut layak untuk dijalankan.

(32)

12

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu sebagai acuan alur berfikir dalam melakukan penelitian.

Konsep Usaha Peternakan Sapi Perah

Sejarah peternakan sapi perah di Indonesia dibagi menjadi dua masa, yaitu 1) masa pemerintahan Hindia Belanda dari awal abad ke-19 sampai tahun 1940; 2) masa pemerintahan Indonesia merdeka sampai sekarang. Kedua masa tersebut memiliki perbedaan, dimana pada masa pemerintahan Belanda peternakan sapi perah umumnya berbentuk perusahaan susu yang memelihara sapi perah dan menghasilkan susu yang kemudian dijual ke konsumen, sedangkan pada masa pemerintahan Indonesia merdeka selain terdapat perusahaan-perusahaan susu, juga terdapat beberapa peternak sapi perah yang memiliki 2 sampai 3 ekor sapi sebagai usaha sampingan (Sudono 1999).

Menurut Mubyarto (1989), pola pemeliharaan peternakan di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok :

1) Peternakan Rakyat

Peternakan yang budidayanya dilakukan secara tradisional, pemeliharaannya dilakukan oleh anggota keluarga dengan keterampilan yang masih sederhana. Biaya yang dikeluarkan hanya untuk membeli bibit, pembuatan kandang, dan peralatan-peralatan lain. Tujuan utama pemeiharaan hewan ialah sebagai ternak kerja.

2) Peternakan Semi Komersial

(33)

13 3) Peternakan Komersial

Dijalankan oleh peternak yang memiliki modal dan sarana produksi yang cukup modern. Sudah dapat membayar tenaga kerja. Makanan ternak yang dipakai dibeli dari luar dalam jumlah yang banyak. Tujuan utama pemeliharaan ternak ialah untuk mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya.

Menurut Priyanti et al (2009) usaha sapi perah di Indonesia sebagian besar didominasi oleh peternakan rakyat. Peternak dituntut untuk memiliki pengetahuan dalam melaksanakan usahanya, baik dalam bidang produksi maupun pemasaran sehingga dapat menghitung keuntungan dan kerugian yang terjadi. Adapun tujuan dari pemeliharaan sapi perah yang berorientasi bisnis ialah untuk memperoleh keuntungan ekonomi yang optimal berdasarkan sumberdaya dan nilai investasi yang dimiliki.

Menurut Sudono dan Rosdiana (2003), jumlah sapi yang dimiliki oleh peternakan milik rakyat biasanya berjumlah dua sampai tiga ekor. Peternakan milik rakyat tersebut biasanya tidak terlepas dari peran koperasi. Peternakan milik rakyat tersebut tidak lepas dari adanya peran koperasi peternak yang menangani usaha ternak seperti menyediakan pakan konsentrat dan penyaluran susu dari peternak ke IPS. Keperasi sapi perah tersebut tentunya berbeda dengan koperasi biasa, karena koperasi sapi perah beranggotakan peternak sapi perah dimana anggota merupakan pengusaha dan usahanya tersebut menunjang kehidupan koperasi.

Fungsi Produksi

Menurut Debertin (1986), fungsi produksi merupakan hubungan teknis input menjadi output. Secara umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

y = f(x) dimana : y = output

x = input

(34)

14

input variabel. Secara matematis produk marjinal dan produk rata-rata dapat digambarkan sebagai berikut:

PM = �y/�x PR = /x dimana :

�y/�x = Perbandingan perubahan jumlah input yang digunakan dengan perubahanjumlah output yang diproduksi.

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara PM dan PR ialah sebagai berikut (Soekartawi 1990) :

 Apabila PM lebih besar dari PR, hal ini menunjukkan bahwa produksi rata-rata (PR) masih ada dalam kondisi meningkat.

 Apabila PM lebih kecil dari PR, ini berarti bahwa produksi rata-rata (PR) ada dalam kondisi menurun.

 Apabila PM sama dengan PR, maka produksi rata-rata (PR) ada dalam kondisi maksimum.

Produksi total (PT) maksimum dapat dicapai pada saat PM sama dengan nol. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :

PT max = f (x) = � = 0 , dan �2

� 2= f (x) < 0

(35)

15 y

A B

C

x

y

D

E

PR x PM

Gambar 1Kurva Produksi Keterangan :

A = Produksi total

B = Output pada saat PR maksimum C = titik belok

D = PM maksimum

E : PR maksimum (PR dan PM berpotongan) Elastisitas Produksi

(36)

16

efisiensi. Secara matematis persamaan elastisitas produksi dapat dirumuskansebagai berikut :

Ep = (�y/�x)* x/y = PM/PR dimana :

Ep= elastisitas produksi

karena �y/�x adalah PM, maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya PM dari suatu input, misalnya input x.

Pembagian daerah dalam fungsi produksi dapat dijelaskan melalui konsep elastisitas produksi. Pada tingkat penggunaan input yang meningkat, elastisitas produksi (Ep) akan berubah karena Epmerupakan nisbah dari PM dan PR. Nilai Eptersebut dapat menunjunkkan daerah produksi. Jika Ep lebihbesar dari satu, maka PM akan lebih besar dari PR, dan hal ini berada pada daerah I. Daerah II dimulai pada titik Ep = 1 dan PM = PR, sedangkan daerah III dimulai pada titik Ep = 0 dan PM juga = 0. Daerah III ini akan selalu terjadi pada saat Ep negatif, demikian pula PM juga negatif (Priyanti et al 2009). Kondisis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

y

x

y

PR

x

(37)

17

I : pada daerah I produksi masih dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan jumlah input produksi dan keuntungan maksimum belum tercapai. Daerah tersebut merupakan daerah Irrasional.

II : pada daerah II keuntungan maksimum telah tercapai dengan tingkat penggunaan faktor produksi tertentu. Daerah tersebut merupakan daerah Rasional.

III:penambahan faktor produksi pada daerah III tidak lagi efisien, sehingga daerah ini disebut daerah Irrasional.

Konsep Penggunaan Input Optimal

Efisiensi ekonomi merupakan kombinasi dari input untuk memaksimumkan keuntungan. Tingkat keuntungan maksimum pada peternak dapat diketahui melalui pendekatan penerimaan total dan biaya total, serta dengan menentukan jumlah input optimum. Maksimisasi keuntungan dengan menggunakan pendekatan penerimaan total dan biaya total secara matematis ditulis sebagai berikut (Debertin 1986) :

Π = TR – TC

= Py . y - ∑ vi xi - B = Py . f(xi) - ∑ vixi – B dimana :

Π = keuntungan

TR = total penerimaan (total revenue) TC = total biaya (total cost)

x = jumlah input PY = harga output vi = harga input B = biaya

(38)

18

1) Necessary Condition

Π max : ∂πx= 0 ��

� � = Py . �

� � - vi = 0 Py . �

� � = vi NPMi = vi

2) Sufficient Condition

Π = 0

�2� � 2< 0

dimana :

PM = produk marjinal NPM = nilai produk marjinal

Keuntungan maksimal diperoleh ketika NPM sama dengan vi, pada kondisi ini dapat diketahui jumlah input optimal yang harus digunakan oleh preternak untuk memaksimalkan keuntungannya. Jika penggunaan input dalam proses produksi sudah mencapai penggunaan input yang optimal, maka kegiatan produksi yang dilakukan oleh peternak tersebut sudah dapat dikatakan efisien. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

y

NPMi vi

xi* x

(39)

19 Keterangan :

xi* = penggunaan input optimal

Kerangka Pemikiran Konseptual

Usaha peternakan sapi perah memiliki potensi yang baik untuk terus dikembangkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan, usaha ternak yang dijalankan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut masih berupa peternakan rakyat. Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka peternak harus mengatur alokasi faktor-faktor produksi dengan efisien. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap pendapatan peternak, sehingga perlu adanya suatu penelitian mengenai karakteristik peternak, tingkat efisiensi produksi, dan tingkat pendapatan peternak untuk mengetahui kendala-kendala yang sebenarnya dihadapi oleh para peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut.

Penelitian ini melakukan analisis deskriptif terlebih dahulu dengan cara mengidentifikasi karakteristik peternak untuk mengetahui bagaimana karakteristik peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Identifikasi karakteristik peternak didasarkan pada faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan sapi perah, dan pengalaman beternak. Setelah mengidentifikasi karakteristik peternak, selanjutnya dilakukan analisis efisiensi produksi untuk mengetahui apakah penggunaan input-input faktor produksi sudah berada pada tingkat efisien atau tidak. Produksi yang berada pada tingkat efisien dapat menunjukkan hasil produksi yang optimal, dimana produksi optimal tersebut dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Analisis ini menggunakan pendugaan dan pengujian model fungsi Cobb-Douglas terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan.

(40)

20

= BKM, artinya faktor produksi yang digunakan telah mencapai tingkat optimal sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal.

(41)

21

Gambar 4Kerangka pemikiran operasional Keterangan :

= hubungan koordinasi = feed back

Usaha ternak di Desa Cibodas, Kec. Cikajang,

Kab. Garut

Sistem peternakan di Desa Cibodas masih bersifat tradisional dengan jumlah kepemilikan sapi

yang masih relatif rendah.

Masalah :

 Bagaimana peningkatan pendapatan peternak ?

 Bagaimana tingkat penggunaan input optimal ?

Analisis Deskriftif Analisis

Penggunaan Input Optimal Analisis pendapatan

usaha ternak

Identifikasi Karakteristik

Peternak

Estimasi Tingkat Pendapatan Usaha

Ternak

Estimasi Efisiensi Produksi

(42)

22

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi pada penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), karena Desa Cibodas memiliki kelompok ternak yang menghasilkan kualitas susu yang baik diantara kelompok ternak didesa lainnya. Penetuan standar kualitas susu yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang ialah berdasarkan kandungan lemak yang terkandung didalam susu. Adapun standar jumlah kandungan lemak yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang ialah sekitar 3,30 persen. Pengambilan data dilakukan bulan Juli 2014.

Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenis dan sumber data, maka data yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua, yaitu : data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan dan wawancara dengan responden. Proses wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur, sedangkan data sekunder diperoleh dari intansi-intansi terkait.

Metode Pengambilan Contoh

Responden dalam penelitian ini adalah peternak anggota KPGS Cikajang yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dan minimal mengusahakan satu ekor sapi perah. Jumlah responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 orang peternak.

Pengambilan data dari peternak dilakukan di Kampung Ngamplang dan Kampung Cibodas, Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Hal ini dilakukan dengan alasan karena kedua kampung tersebut memiliki kualitas susu yang baik. Proses pengambilan sampel responden dilakukan dengan metode

(43)

23 dan memiliki kesediaan untuk diwawancara. Jenis dan metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2Jenis dan Metode Analisis Data

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi langsung dilapangan, studi literatur, wawancara, dan pengisian kuisioner dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi keadaan umum usaha ternak sapi perah dan karakteristik peternak sapi perah. Analisis kuantitatif meliputi analisis efisiensi dan analisis pendapatan usaha ternak. Tahap analisis yang digunakan ialah dengan transfer data, pengolahan data menggunakan

Microsoft Excel dan Minitab, kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi data. Penilain untuk karakteristikpeternak responden dapat diketahui melalui data primer dan data sekunder yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

Analisis Karakteristik Peternak

Analisis terhadap karakteristik peternak dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersetruktur yang diajukan kepada peternak. Adapun karakteristik yang dianggap penting meliputi umur peternak, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman beternak. Karakteristik tersebut dianggap penting karena akan berpengaruh terhadap pelaksanaan usaha ternak.

No Tujuan Jenis Data

(Primer/Sekunder)

Metode Analisis Data

1 Identifikasi karakteristik peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

Data primer dan sekunder

Analisis deskriptif

2 Analisis tingkat pendapatan

peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

Data primer Analisis

pendapatan

3 Analisis tingkat efisiensi produksi usaha ternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

Data primer Analisis regresi

(44)

24

Analisis Fungsi Produksi

Model estimasi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi usaha ternak sapi perah ini adalah model fungsi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-douglas merupkan model fungsi produksi yang sering digunakan oleh peneliti dalam melakukan analisis mengenai usaha ternak ataupun usahatani. Alasannya karena perhitungan dan penjelasan fungsi ini lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain dan lebih mudah ditransfer dalam bentuk linier. Selain itu parameter didalam fungsi cobb-Douglas dapat digunakan sebagai elastisitas produksi untuk setiap faktor produksi.Model fungsi produksi Cobb-Douglas untuk usaha ternak yang dipertimbangkan secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

y =b0 . x1b1 . x2b2 . x3b3 x4b4. eu dimana :

y = produksi susu sapi (liter/ST/hari) x1 = pakan hijauan (kg/ST/hari) x2 = pakan konsentrat (kg/ST/hari) x3 =air (liter/ST/hari)

x4 =tenaga kerja (HOK) b0 = konstanta

u = galat

bi =besaran parameter, elastisitas dari masing-masing faktor produksi, dimana i = 1–4

e = bilangan natural

model fungsi produksi Cobb-Douglas diatas selanjutnya dirubah kedalam fungsilogaritme natural (ln). Adapun bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :

ln y = ln b0 + b1 ln x1 + b2 ln x2 + b3 ln x3 + b4 lnx4 dimana :

(45)

25 ln x2 = ln pakan konsentrat (kg/ST/hari)

ln x3 = ln air (liter/ST/hari) ln b4 = ln tenaga kerja (HOK) ln b0 = ln konstanta

Pengujian Statistik

Pengujian fungsi produksi dilakukan untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau tidak. Pengujian model secara statistik antaralain terdiri dari koefisien determinasi, uji-t, dan uji-F.

1. Koefisien Determinasi (R-square)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat keragaman variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam model. Nilai R-square berkisar antar 0 sampai dengan 1. Jika nilai R-square mendekati 1, maka model tersebut semakin baik, karena semakin besar keragaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen dan semakin sedikit kergaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel lain diluar model (Gujarati 2003).

2. Uji-t Statistik

Uji-t statistik digunakan untuk melihat hubungan atau pengaruh antara variable independen secara individual terhadap variable dependen.

Hipotesis yang digunakan : a. Jika hipotesis positif

H0 = b0 ≤ 0 : variable independen tidak mempengaruhi variable-variabel dependen secara signifikan.

H1 = b1> 0 : variable independen mempengaruhi variable-variabel dependen secara positif dan signifikan.

b. Jika hipotesis negatif

(46)

26

H1 = b1< 0 : variable independen mempengaruhi variable-variabel dependen secara positif dan signifikan.

Pengambilan keputusan uji-t adalah :

Jika t-tabel ≥ t-hitung, H0 diterima berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Jika t-tabel < t-hitung, H0 ditolak berarti variabel independen secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap variabel dependen.

3. Uji F Statistik

Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Hipotesis yang digunakan :

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0 ( tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama)

H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama)

Pengambilan keputusan uji F adalah :

Apabila F-hitung > F tabel, maka H0 ditolak berarti secara bersama-sama variable independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Apabila F-hitung < F tabel, maka H0 diterima berarti secara bersama-sama variable independen secara signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinearitas, dan normalitas.

1. Normalitas

Uji ini dilakukan dengan uji normal P-Plot. Mendeteksi dengan melihat penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan :

(47)

27 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variable independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel lainnya. Ada tidaknya mulitikolinearitas dapat diprediksi melalui nilai VIF setiap prediktor, yaitu jika nilai VIF prediktor tidak melebihi 10, maka tidak ada multikolinearitas.

3. Autokorelasi

Ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dideteksi dengan menggunakan Durbin Watson test, dengan hipotesis sebagai berikut :

Jika nilai Durbin Watson statistik < DL, atau Durbin Watson statistik > 4 – DL, maka terdapat autokorelasi.

Jika nilai DU< Durbin Watson < 4 – DU, maka tidak ada autokorelasi.

Jika nilai DL ≤ Durbin Watson ≤ DL atau 4 – DU ≤ Durbin Watson ≤ 4 – DL,berati ragu-ragu.

Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah

(48)

28

Metode yang digunakan dalam perhitungan penyusutan alat-alat pertanian adalah metode garis lurus. Alasan penggunaan metode ini adalah karena jumlah penyusutan alat diasumsikan sama dan tidak laku untuk dijual kembali. Rumus biaya penyusutan adalah sebagai berikut:

Biaya penyusutan = −��� � ��� �

Keterangan:

Nb = Nilai pembelian (Rp) n = Umur teknis (tahun)

Perhitungan mengenai analisis pendapatan usaha ternak sapi perah peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3Perhitungan AnalisisPendapatan Usaha Ternak Sapi Perah

Variabel Keterangan Nilai

(Rp/Tahun) A Penerimaan Tunai Harga x hasil susu dijual

(liter)

Harga jual sapi pedet Harga jual sapi afkir B Total Penerimaan Total A

C Biaya Tunai a. Pakan Konsentrat b. Kesehatan Hewan c. Air

d. Listrik D Biaya non tunai Biaya Tetap

Penyusutan peralatan Biaya tenaga kerja Pakan Hijauan

E Biaya Total C+D

F Pendapatan atas biaya tunai G Pendapatan atas biaya total

(49)

29 Analisis Penggunaan Input Optimal

Penggunaan input yang optimal dalam proses produksi penting untuk diketahui. Hal ini karena dengan menggunakan jumlah input yang optimal peternak dapat mengurangi pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan input produksi, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan. Keuntungan yang maksimal tersebut dapat dipenuhi apabila jumlah input optimal sama dengan jumlah input aktual. Secara matematis kriteria penggunaan input optimal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

(50)

30

Py MPP = v4

Karena Py MPP4 = NPM4, maka penggunaan input optimal terjadi saat NPM4/V4 = 1

NPM1/v1 = NPM2/v2 = NPM3/V3 = NPM4/v4

Secara, penentuan penggunaan input optimal untuk setiap input adalah : � �

�� = 1 Dimana :

NPM : nilai produk marjinal

(51)

31

GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis dan Pembagian Administratif

Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak kurang lebih 1 Km dari pusat Kecamatan Cikajang, 27 Km dari Ibukota Kabupaten Garut, 80 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat, dan 300 Km dari pusat pemerintahan negara. Desa Cibodas memiliki batas administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Cikajang Sebelah Selatan : Desa Girijaya Sebelah Barat : Desa Cikajang Sebelah Timur : Desa Giriawas

Desa Cibodas memiliki tofografi yang berbukit-bukit. Suhu udara di daerah ini berkisar antara 20 sampai dengan 25 derajat celsius, sehingga cocok untuk dijadikan sebagai daerah pertanian. Desa Cibodas memiliki curah hujan sedang yang biasanya terjadi di bulan November sampai dengan bulan April, sehingga rentan terkena kekeringan.

Desa Cibodas masuk kedalam kategori desa besar untuk desa-desa yang berada di pulau Jawa. Adapun luas wilayah yang ada di Desa Cibodas terdiri dari :

Luas tanah : 216,8 Ha Luas taman : 18,5 Ha Luas pekarangan : 25,7 Ha Luas pemukiman : 21,5 Ha Luas perkebunan : 52,5 Ha Luas prasarana umum : 47,6 Ha

Gambaran Umum Penduduk dan Matapencaharian

(52)

32

orang, pedagang 173 orang, pertukangan 123 orang, PNS 137 orang,wiraswasta 405 orang, dan lain-lain 145 orang.

Gambaran Umum KPGS Cikajang

KPGS Cikajang merupakan salah satu koperasi susu sapi perah yang terletak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. KPGS Cikajang merupakan koperasi pertama yang menangani usaha susu sapi di Kabupaten Garut. Awalnya, KPGS Cikajang berdiri sebagai sebuah amalgamasi dari Koperasi pertanian Desa Cikajang, Desa Cikandang, dan Desa Cigedug menjadi KUD Cikajang I. KUD Cikajang I mengalami perubahan anggaran dasar dan mengganti nama menjadi KPGS Cikajang pada tahun 2005.

Kegiatan utama KPGS Cikajang ialah pada unit pengolahan usaha sapi perah. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah diperoleh dari para peternak yang merupakan anggota dari KPGS Cikajang yang kemudian disalurkan ke beberapa IPS, seperti : PT. Indolakto, PT. Danone Dairy Indonesia, dan PT. Ultrajaya. Selain menampung dan memasarkan susu segar KPGS Cikajang juga memiliki unit usaha lain sebagai penunjang dalam memenuhi kebutuhan anggotanya serta untuk meningkatkan keuntungan koperasi. Adapun unit usaha lain yang dijalankan oleh KPGS Cikajang, ialah sebagai berikut : 1) Unit usaha sapi perah (unit utama); 2) Unit usaha pakan ternak; 3) Unit usaha simpan pinjam; 4) Minimarket (bekerjasama dengan Yomart); 5) Unit usaha produk pasteurisasi dan yoghurt.

(53)

33 Gambaran Umum Peternak Desa Cibodas Anggota KPGS Cikajang

Usaha ternak yang dijalankan oleh responden peternak sapi perah di Desa Cibodas pada umumnya merupakan jenis pekerjaan utama bagi para peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Selain itu, usaha ternak tersebut biasanya merupakan usaha yang diwariskan oleh orangtua. Hal ini dapat dilihat dari status kepemilikan lahan dan kandang yang sebagian besar merupakan warisan dari orangtua. Hampir semua kandang yang dimiliki oleh peternak merupakan jenis kandang permanen dengan ukuran 2 meter kali 1,5 meter dengan tinggi sekitar 2 meter. Kandang tersebut biasanya memiliki lokasi yang dekat dengan sumber air baik itu sumur umum, kolam ikan, maupun sungai. Usaha ternak yang dijalankan oleh peternak sapi perah di lokasi penelitian masih berupa peternakan rakyat, dimana tenaga kerja yang dipakai didalam usaha ternaknya sebagian besar masih menggunakan tenaga kerja keluarga dengan rata-rata kepemelikian sapi laktasi sebanyak 1,32 ST. Sapi perah yang dipelihara oleh peternak responden ialah sapi perah betina bangsa FH (Frisien Holstein).

Pakan yang diberikan oleh peternak adalah hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan biasanya diperoleh peternak dari sekitar hutan atau ada juga yang sengaja menanamnya dilahan disekitar kandang sapi perah milik pribadi. Jenis rumput yang ditanam ialah rumput gajah (pennisetum purpureum), sehingga biasanya pakan hijauan yang digunakan oleh peternak untuk pakan ternaknya merupakan campuran antara rumput gajah dan rumput liar.Hal ini karena jumlah rumput gajah yang ditanam jumlahnya masih kurang untuk memenuhi kebutuhan pakan harian ternak. Pakan tambahan yang diberikan selain hijauan ialah konsntrat. Konsentrat diperoleh peternak langsung dari KPGS Cikajang dengan harga Rp 2.100 per kg. Selain pakan, kebutuhan lain yang diperlukan dalam pemeliharaan sapi perah adalah air. Perbandingan air yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 liter susu adalah 3,6 liter. Peternak di Desa Cibodas sebagian besar menggunakan air sumur. Sumur tersebut merupakan sumur umum yang dibuat dari program PNPM, sehingga peternak harus membayar Rp 3.000 per bulan untukdapat memanfaatkan air tersebut.

(54)

34

perah. Adapun peralatan yang digunakan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, ialah sebagai berikut :

a. Milk can, yaitu wadah yang digunakan untuk menampung susu saat akan disetorkan ke koperasi. Wadah ini biasanya terbuat dari aluminium khusus, namun juga ada yang terbuat dari plastik dengan kapasitas 10 sampai 15 liter.

b. Ember, ember ini digunakan untuk menampung susu segar saat diperah, dapat juga digunakan untuk keperluan lain seperti untuk memandikan sapi, menampung air, membersihkan kandang, dan menampung pakan ternak. c. Sabit, sabit biasanya digunakan untuk memotong rumput untuk pakan

ternak.

d. Golok, biasanya digunakan untuk memotong kayu saat membetulkan bagian kandang yang rusak.

e. Gayung, biasanya digunakan untuk memberi susu sapi dari induk ke anaknya, bisa juga digunakan untuk memandikan dan membersihkan kandang.

f. Sapu lidi, biasanya digunakan untuk membersihkan kandang.

g. Sikat, biasanya digunakan untuk memandikan sapi dan membersihkan kandang.

h. Sepatu boots, digunakan oleh peternak untuk mencari rumput.

(55)

35 dan staphylococus cocci yang masuk melalui puting dan kemudian berkembangbiak dikelenjar susu. Masuknya bakteri tersebut dapat disebabkan oleh puting yang ada dalam keadaan terbuka kemudian menyentuh lantai atau dari tangan pemerah yang terkontaminasi bakteri.

Pemerahan susu yang dilakukan oleh peternak masih dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan menggunakan tangan. Kegiatan memerah susu biasanya memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk satu ekor sapi. Sebelum melakukan pemerahan tersebut biasanya para peternak melakukan pemeliharaan terhadap sapi itu sendiri, pembersihan kandang, dan memberi pakan. Peternak responden dilokasi penelitian menyebut rangkaian kegiatan tersebut dengan nama “kokomong”. Adapun rangkaian kegiatan yang rutin dilakukan oleh peternak di Desa Cibodas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4Jadwal Kegiatan Peternak Responden Dalam Pemeliharaan Sapi Perah Di Desa Cibodas, Kec. Cikajang, Kab. Garut

Jadwal pemeliharaan sapi yang tertera pada Tabel 4 merupakan jadwal yang sesuai dengan prosedur yang diberikan oleh penyuluh dalam penyuluhan yang diadakan oleh koperasi. Penyuluhan yang diberikan oleh koperasi bertujuan untuk

Waktu Kegiatan Jam Jenis Kegiatan

Pagi 04.00-05.00 1. Membersihkan kandang sapi

2. Membersihkan sapi sebelum diperah

3. Memberikan pakan dan air

4. Memerah susu

06.00-12.00 1. Menyetorkan susu ke TPS

2. Persiapan Mencari rumput

3. Mencari rumput

Sore 12.00-14.00 1. Istirahat

2. Memberi pakan dan air

3. Membersihkan kandang sapi

4. Membersihkan sapi sebelum diperah

5. Memerah sapi

15.00-15.30

17.00

1. Menyetorkan susu ke TPS

(56)

36

(57)

37

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak dianggap sebagai salah satufaktor yang memepengaruhi tingkat pendapatan peternak. Beberapa karakteristik yang dianggap dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan usaha ternak sapi perah meliputi umur peternak, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan pengalaman beternak.

Umur Peternak

Informasi mengenai umur peternak dianggap penting karena pada umumnya umur dianggap sebagai hal yang memepengaruhi pengetahuan dan sikap dalam menentukan tindakan dalam beternak. Berdasarkan hasil yang diperoleh dilapang, umur peternak yang dijadikan responden dalam penelitian ini berkisar antara 33 sampai 65 tahun. Jumlah umur terbanyak yaitu berada pada kelompok umur 41 sampai 50 tahun dengan jumlah sebnyak 21 orang atau sekitar 56,8 persen. Jumlah presentase umur terendah ialah sebesar 10,8 persen, yang berada pada kelompok umur > 60 tahun. Komposisi sebaran umur tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Usia Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

Berdasarkan komposisi sebaran umur pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa umur peternak sapi perah yang merupakan responden dalam penelitian ini berada pada usia produktif dengan kisaran umur 41 sampai 50 tahun. Hal ini menandakan bahwa para peternak yang ada di lokasi penelitian mempunyai potensi yang tinggi untuk dapat meningkatkan pendapatan dan usaha ternaknya.Menurut Kurniawati

No Umur (tahun) Jumlah Persentase (%)

1 30 – 40 5 13,5

2 41 – 50 21 56,8

3 51 – 60 7 18,9

4 >60 4 10,8

(58)

38

(2012), umur merupakan varibel penting yang dapat memepengaruhi kegiatan usaha karena umur berkaitan erat dengan kemampuan fisik serta daya fikir seorang peternak.Selain itu, pada usia tersebut umumnya manusia memiliki rasa ingi tahu dan minat mengadopsi teknologi yang sangat tinggi.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan bagi responden dianggap penting dalam penelitian ini.Hal ini karena tingkat pendidikan dianggap sebagai penentu kualitas sumberdaya manusia tersebut.Sumberdaya manusia dengan kualitas yang baik dapat terlihat dari tingkat pengetahuan, dan penyelesaian masalah yang dihadapi dalam usaha ternaknya.Selain itu tingkat pendidikan yang pernah diperoleh oleh peternak dianggap dapat mempengaruhi penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Sebagian besar tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden dalam penelitian ini adalah di tingkat Sekolah Dasar (SD)/sederajat, yaitu sebesar 67,57 persen atau sebannyak 25 responden. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain seperti SMP/sederajat dan SMA/sederajat, yaitu sekitar 8,11 persen atau sebnayak 3 orang untuk pendidikan terkhir SPM/sederajat, dan sebnayak 10,81 persen atau sebanyak 4 orang untuk tingkat pendidikan terkahir SMA/sederajat. Sedangkan sisanya yang tidak tamat SD, yaitu sebesar 13,51 persen atau sebanyak 5 orang. Komposisi mengenai tingkat pendidikan peternak responden dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Tamat SD 5 13,51

2 SD/sederajat 25 67,57

3 SMP/sederajat 3 8,11

4 SMA/sederajat 4 10,81

(59)

39 Selain pendidikan formal, para peternak juga memerlukan pendidikan tambahan berupa pendidikan non formal untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha ternaknya.Pendidikan non formal ini biasanya dapat diperoleh oleh peternak melalui penyuluhan yang rutin diadakan oleh koperasi baik itu yang diadakan pada kelompok ternak setiap bulannya maupun yang diluar kelompok ternak yang berlangsung setiap satu tahun sekali di tingkat provinsi.

Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak responden dianggap dapat mempengaruhi tigkat pengetahuan dan keterampilan peternak.Hal ini karena pengalaman beternak berkaitan dengan lamanya peternak menjalankan usaha ternaknya. Semakin lama pengalaman beternak seorang responden maka akan semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Pengalaman beternak di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

(60)

40

Jenis Kelamin Peternak Responden

Kegiatan usahaternak yang dilakukan oleh peternak responden di Desa Cibodas tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, namun juga dilakukan oleh kaum perempuan. Hasil penelitian terhadap jenis kelamin peternak di Desa Cibodas menunjukkan bahwa kegiatan usahaternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut didominasi oleh kaum laki-laki dengan jumlah responden sebanyak 27 orang dengan nilai presentase sebesar 72,97 persen, sedangkan usahaternak yang dijalankan oleh perempuan mempunyai jumlah responden peternak sebanyak 10 orang dengan nilai presentase sebesar 27,03 persen. Adapun kondisi sebaran umum peternak responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

Analisis Pendapatan Usaha Ternak

Pendapatan usahaternak merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh peternak.Pendapatan yang diperoleh dalam usahaternak tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.Sebelum melakukan perhitungan mengenai pendapatan usahaternak harus dilakukan perhitungan mengenai penerimaan dan biaya dalam usaha ternak tersebut.Pendapatan yang diperoleh merupakan suatu kriteria dalam menentukan tingkat keuntungan serta keberhasilan peternak dalam menjalankan usaha ternaknya.

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 27 72,97

2 Perempuan 10 72,03

(61)

41 Analisis Penerimaan Usaha Ternak

Penerimaan yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari penerimaan tunai yang diperoleh dari hasil penjualan susu ke koperasi dan penerimaan dari hasil penjualan ternak. Penerimaan tunai yang diperoleh dari hasil penjualan susu merupakan hasil perkalian antara jumlah total produksi susu segar dengan harga jual dari susu tersebut.Sapi ternak yang biasa dijual oleh peternak responden dilokasi penelitian diantaranya terdiri dari sapi pedetdan sapi afkir.Adapun jumlah kepemikian rata-rata sapi yang dimiliki oleh peternak responden dilokasi penelitian sekitar 1,8 ST, dengan rata-rata produksi susu sekitar 14,05 liter per ekor per hari.

Harga susu yang diterima oleh setiap peternak berbeda-beda dikarenakan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan peternak juga berbeda-beda. Range

harga yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang berkisar antara Rp 3.500 hingga Rp 4.000 per liter. Penetapan harga tersebut berdasarkan pada kandungan kadar lemak yang terdapat pada susu. Jika kandungan lemak yang terkandung dalam susu rendah, maka harga yang ditetapkan untuk susu tersebut juga rendah. Harga susu yang diterima oleh peternak dilokasi penelitian ialah sebesar Rp 3.900, ini menunjukkan bahwa susu sapi yang diproduksi oleh para peternak memiliki kualitas yang baik. Sumber penerimaan peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9Rata-rata penerimaan per peternak di Desa Cibodas,Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

(62)

42

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rata-rata total penerimaan per peternak responden adalah sebesar RP 33.119.643 per tahun yang seluruhnya diterima dari penerimaan tunai. Adapun penerimaan yang diterima dari penjualan susu sapi adalah Rp 26.131.443 per tahun dengan jumlah total produksi susu 6.700,37 liter pertahun. Total produksi susu sapi diperoleh dari hasil kali antara jumlah produksi susu perhari, yaitu sebesar 14,05 liter per ekor per hari, dengan rata-rata kepemilikan sapi laktasi, yaitu sebanyak 1,32 ST dan variabel waktu yang ditentukan untuk menghitung total pendapatan yaitu 360 hari.

Penerimaan lainnya yang diperoleh oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah dari penjualan sapi afkir dan sapi pedet. Dilokasi penelitian terdapat sekitar 17 orang dari 37 peternak responden yang menjual sapi afkir dengan jumlah sapi afkir yang dijual sebanyak 25 ekorper tahun dengan rata-rata harga penjualan sapi afkir sekitar Rp 7.240.000 per ekor, sehingga dari penjualan sapi afkir tersebut diperoleh penerimaan sebesar Rp 4.923.200 per tahun. Diketahui untuk penjualan sapi pedet, terdapat sekitar 19 orang dari 37 peternak responden yang menjual sapi pedet, dengan jumlah sapi pedet yang dijual sekitar 22 ekor ternak per tahun. Adapun rata-rata harga penjualan sapi pedet di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sekitar Rp 3.500.000 per ekor, sehingga penerimaan yang diperoleh dari penjualan sapi pedet ialah sebesar Rp 2.065.000 per tahun. Total penerimaan yang diperoleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dari penjualan ternak ialah sebesar Rp 6.988.200 per tahun. Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa penerimaan dari hasil penjualan susu sapi merupakan sumber penerimaan terbesar yang diterima oleh peternak responden yaitu sekitar 78,9 persen dari total seluruh penerimaan.

Analisis Struktur Biaya Usaha Ternak

Gambar

Tabel 1Konsumsi Daging, Telur, dan Susu di Indonesia Tahun2008-2009
Gambar 1Kurva Produksi
Gambar 2Kurva daerah produksi
Gambar 3Penentuan keuntungan dengan penggunaan input optimal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah aspek sosial ekonomi, yaitu 72% dari penduduk desa 

Kegiatan dan kinerja usaha sapi perah melalui peningkatan produksi susu perlu terus ditingkatkan agar usaha lebih menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan

Bagi peneliti selanjutnya : sebagai salah satu sumber referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara tingkat pendapatan peternak sapi perah di

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pendapatan usaha susu sapi perah pada Koperasi Peternak Galur Murni, (2) mengetahui kelayakan finansial usaha susu sapi perah

Hasil analisis kolerasi antara skala usaha ternak sapi perah dengan pendapatan dan kontribusi pendapatan usaha ternak sapi perah memiliki nilai yang positif yaitu memiliki

Hal ini sesuai dengan pendapat oleh Hariyono (2006) dalam jurnalnya yang menyatakan bahwa besar kecilnya penerimaan usaha ternak sapi perah akan sangat

Menurut Sudono (1999) faktor yang terpenting untuk mendapatkan sukses dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternak harus dapat menggabungkan kemampuan

Distribusi pendapatan relatif sama pada setiap skala usaha karena (1) rumahtangga yang mempunyai pendapatan sapi perah relatif kecil maka peternak akan berusaha