• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Desinfektan Pine Oil Terhadap Jumlah Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Deli Medan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Desinfektan Pine Oil Terhadap Jumlah Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Deli Medan 2013"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

MEDAN 2013

SKRIPSI

OLEH : SUKMA YALINA

NIM. 091000013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

MEDAN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

SUKMA YALINA NIM. 091000013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

melalui pelayanan medik dan penunjang medik serta non medik dilaksanakan secara terpadu dan didukung oleh sanitasi lingkungan serta bebas dari kuman yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi. KepmenKes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 menyatakan standart angka kuman pada lantai rawat inap rumah sakit sebesar 5-10CFU/cm2.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifivitas desinfektan kuman pada latai sebelum dan sesudah desinfeksi. Jenis desinfektan yang digunakan adalah Pine Oil 1,5% dan Pine Oil 2,5%.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental study. Penelitian ini menggunakan rancangan Pre dan Post Test Design, dimana setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan pmeriksaan sampel di Laboratorium dengan metode pembiakan bakteri.

Hasil penelitian menunjukan rata – rata angka kuman pada lantai sebelum desinfeksi adalah 15 CFU/cm2 dan setelah desinfeksi dengan pengulangan 3 kali menggunakan desinfektan Pine Oil 1,5% menjadi 7 dengan persentase penurunan sebesar 53%. Sedangkan rata – rata angka kuman setelah desinfeksi dengan pengulangan 3 kali menggunakan desinfektan Pine Oil 2,5% menjadi 9 dengan persentase penurunan sebesar 41%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan desinfektan dapat menurunkan jumlah angka kuman pada lantai rumah sakit. Desinfektan yang efektif dalam menurunkan jumlah angka kuman dalam penelitian ini adalah desinfektan Pine Oil 1,5% + Creasylic Acid 0,5% karena mampu menurunkan jumlah angka kuman sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh KepmenKes RI No.1204 Tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit yaitu angka kuman pada lantai rawat inap 5 – 10 CFU/cm2.

(5)

and for medical and non-medical instrument. Integrated and supported by

environmental sanitation, also free from microbe. Kepmenkes RI

No.1204/Menkes/SK/X/2004 mentioned that standard rate of microbe on floor ground in hospital should be 5-10CFU/cm2.

This study is aimed to determine effectiveness of disinfectant with the rate of microbe. The research also to analyze rate of microbe before and after using disinfectant such as pine oil1,5% and pine oil 2,5%.

Type of this research is experimental study, this research used pre and post design, which every treatment repeated in 3 times.o dete used Pre and Post Design, where by each treatment was done repeated in 3 times. The sample of this study is microbe on the hospital floor taken by swab method. After that, sample continued with laboratory check up using bacteria breeding.

The result of research indicated the mean of microbe on hospital floor before using disinfectant was 15 CFU/Cm. After using disinfectat and repeated in 3 times with pine oil 1,5%, the mean of microbe decreas to 7 times by percenteage decreasing into 53%.After using disinfectantpine oil 2,5 % repeated in 3 time, the mean of microbe was decreasing to 9 times with percentage decreasing into 41%.

The conclusion of this reasearch is disinfectant may decrease the microbe rate on hospital floor. The effective disinfectant in this research is Pine Oil 1,5% + Creasylic Acid because this product may decrease the microbe rate as mentioned by Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 about enviromental health standart hospital with 5-10 CFU/cm2.

Key words : Disinfectant, Floor Germs, Patient Room

(6)

Puji Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, yang tidak berhenti mencurahkan cinta dan kasih sayang-NYA kepada penulis. Shalawat dan Salam penulis sanjung tinggikan kepada Baginda Rasullullah SAW. Adapun judul skripsi Penulis berjudul “ EFEKTIVITAS DESINFEKTAN PINE OIL TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DELI MEDAN 2013 “.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan Penulis sebagai manusia segala kekurangan dan kekhilafan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu penulis baik secara moral maupun moril. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr.drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 2. Ir. Evi Naria, MKes selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

3. dr. Surya Dharma, MPH selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan perhatian untuk membimbing dan memberi arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

kesempurnaan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Penguji II yang telah membimbing dan memberi saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Dosen-dosen Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan ilmu yang berharga dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti studi di FKM USU serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah memberikan ilmu yang berharga pada penulis selama mengikuti studi di FKM USU.

9. Direktur Rumah Sakit Umum Deli Medan beserta Kepala Bagian UGD dan Kepala Bagian Keperawatan beserta stafnya yang telah memberikan izin kepada penulis melakukan penelitian.

10.Mahyudi, ST, M.kes selaku Kepala Bagian Instalansi Mikrobiologi Balai Tekhnik Kesehatan Lingkungan PP Medan yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

SKM, Atina Travianita,SKM atas kebersamaan, bantuan, dukungan, dan semangat yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita.

Medan, Desember 2013

(9)

Nama : Sukma Yalina

Tempat/Tanggal Lahir : Lhokseumawe/ 31 Desember 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Meranti No.32, BTN ARUN PALDA Krueng Geukueh Aceh Utara

Riwayat Pendidikan

1. TK Srikandi Krueng Geukueh : 1995 - 1997

(10)

ABSTRAK ... ...i

ABSTRACT ... ….ii

KATA PENGANTAR ... ....iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ....vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengertian Desinfektan ... 8

2.2 Ciri-ciri Desinfektan... 8

2.3 Pemilihan Bahan Desinfektan ... 10

2.4 Fakto-faktor Yang Berpengaruh Pada Aktivitas Desinfektan ... 11

2.5 Penggolongan Desinfektan ... 13

2.6 Mekanisme Kerja Desinfektan ... 17

2.7 Penggunaan Desinfektan ... 18

2.8 Jenis Desinfektan Yang Biasa Dipakai Di Rumah Sakit ... 19

2.9 Pengertian Pine Oil ... 20

2.9.1 Pine Oil ... 20

2.9.2 Fungsi Pine Oil ... 20

2.10 Turunan Benzena Pine Oil ... 21

2.11 Creasylic Acid ... 21

2.12 Desinfeksi ... 22

2.12 Rumah Sakit ... 23

2.13 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit ... 23

2.14 Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 24

2.15 Ruang Rawat Inap ... 25

2.16 Mikroorganisme ... 25

2.16.1 Pengertian Miroorganisme ... 25

(11)

2.16.6 Pengendalian Mikroorganisme... 31

2.17 Bakteri Gram Positif Dan Negatif ... 31

2.17.1 Gambaran Bakteri Gram Positif Dan Negatif ... 31

2.17.2 Contoh Bakteri Gram Positif Dan Negatif ... 32

2.18 Infeksi ... 34

2.18.1 Pengertian Infeksi ... 34

2.18.2 Infeksi Nosokomial ... 34

2.18.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Infeksi ... 34

2.18.4 Sumber Infeksi ... 35

2.18.5 Penyebab Infeksi ... 36

2.19 Kerangka Konsep ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian... 38

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 38

3.2.2 Waktu Penelitian ... 39

3.3 Objek Penelitian ... 39

3.3.1 Pengambilan Sampel ... 39

3.3.2 Cara Kerja Penelitian ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4.1 Data Primer ... 41

3.4.2 Data Sekunder ... 42

3.5 Metode Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan ... 42

3.5.1 Pengukuran Suhu dan Kelembaban ... 42

3.5.2 Pengukuran Pencahayaan ... 42

3.6 Alat Dan Bahan Penelitian ... 43

3.6.1 Alat Penelitian ... 43

3.6.2 Bahan Penelitian ... 43

3.7 Definisi Operasional ... 44

3.8 Aspek Pengukuran ... 45

3.9 Analisa Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

4.1 Gambaran Umum RSU Deli Medan ... 47

(12)

4.4.1 Angka Kuman Lantai ( Pine Oil 1,5% ) ... 52

4.4.2 Angka Kuman Lantai ( Pine Oil 2,5% ) ... 52

4.4.3 Pengukuran Suhu ... 53

4.4.4 Pengukuran Kelembaban ... 54

4.4.5 Pengukuran Pencahayaan ... 54

BAB V PEMBAHASAN ... 55

5.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 55

5.2 Hasil Pengukuran ... 56

5.4.1 Angka Kuman Lantai ... 56

5.3 Desinfektan Pine Oil ... 57

5.4 Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan Ruangan ... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 60

6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 61

(13)

Tabel 4.1.1 Kapasitas Kamar Perawatan/ Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Deli Medan ... 50 Tabel 4.4.1 Hasil Pengukuran Angka Kuman pada Lantai Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Deli Medan dengan desinfektan Pine Oil 1,5% ... 52 Tabel 4.4.2 Hasil Pengukuran Angka Kuman pada Lantai Ruan Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Deli Medan dengan desinfektan Pine Oil 2,5% ... 52 Tabel 4.4.3 Hasil Pengukuran Suhu Lantai Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Deli Medan ... 53 Tabel 4.4.4 Hasil Pengukuran Kelembaban Lantai Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Deli Medan... 54 Tabel 4.4.5 Hasil Pengukuran Pencahayaan Lantai Ruang Rawat Inap

(14)

Lampiran I Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian Lampiran II Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004

Lampiran III Prosedur Pengambilan Sampel pada Lantai Lampiran IV Prosedur Pengerjaan Sampel

(15)

melalui pelayanan medik dan penunjang medik serta non medik dilaksanakan secara terpadu dan didukung oleh sanitasi lingkungan serta bebas dari kuman yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi. KepmenKes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 menyatakan standart angka kuman pada lantai rawat inap rumah sakit sebesar 5-10CFU/cm2.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifivitas desinfektan kuman pada latai sebelum dan sesudah desinfeksi. Jenis desinfektan yang digunakan adalah Pine Oil 1,5% dan Pine Oil 2,5%.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental study. Penelitian ini menggunakan rancangan Pre dan Post Test Design, dimana setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan pmeriksaan sampel di Laboratorium dengan metode pembiakan bakteri.

Hasil penelitian menunjukan rata – rata angka kuman pada lantai sebelum desinfeksi adalah 15 CFU/cm2 dan setelah desinfeksi dengan pengulangan 3 kali menggunakan desinfektan Pine Oil 1,5% menjadi 7 dengan persentase penurunan sebesar 53%. Sedangkan rata – rata angka kuman setelah desinfeksi dengan pengulangan 3 kali menggunakan desinfektan Pine Oil 2,5% menjadi 9 dengan persentase penurunan sebesar 41%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan desinfektan dapat menurunkan jumlah angka kuman pada lantai rumah sakit. Desinfektan yang efektif dalam menurunkan jumlah angka kuman dalam penelitian ini adalah desinfektan Pine Oil 1,5% + Creasylic Acid 0,5% karena mampu menurunkan jumlah angka kuman sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh KepmenKes RI No.1204 Tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit yaitu angka kuman pada lantai rawat inap 5 – 10 CFU/cm2.

(16)

and for medical and non-medical instrument. Integrated and supported by

environmental sanitation, also free from microbe. Kepmenkes RI

No.1204/Menkes/SK/X/2004 mentioned that standard rate of microbe on floor ground in hospital should be 5-10CFU/cm2.

This study is aimed to determine effectiveness of disinfectant with the rate of microbe. The research also to analyze rate of microbe before and after using disinfectant such as pine oil1,5% and pine oil 2,5%.

Type of this research is experimental study, this research used pre and post design, which every treatment repeated in 3 times.o dete used Pre and Post Design, where by each treatment was done repeated in 3 times. The sample of this study is microbe on the hospital floor taken by swab method. After that, sample continued with laboratory check up using bacteria breeding.

The result of research indicated the mean of microbe on hospital floor before using disinfectant was 15 CFU/Cm. After using disinfectat and repeated in 3 times with pine oil 1,5%, the mean of microbe decreas to 7 times by percenteage decreasing into 53%.After using disinfectantpine oil 2,5 % repeated in 3 time, the mean of microbe was decreasing to 9 times with percentage decreasing into 41%.

The conclusion of this reasearch is disinfectant may decrease the microbe rate on hospital floor. The effective disinfectant in this research is Pine Oil 1,5% + Creasylic Acid because this product may decrease the microbe rate as mentioned by Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 about enviromental health standart hospital with 5-10 CFU/cm2.

Key words : Disinfectant, Floor Germs, Patient Room

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan visi dan misi pembangunan kesehatan yang tertuang di dalam paradigma sehat bahwa Indonesia berupaya di tahun 2010 tercipta Indonesia sehat, maka lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukinan yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai budaya bangsa. (Depkes, 1999).

(18)

Demi tercapainya program diatas khususnya dibidang kesehatan, maka perlu diperhatikan berbagai faktor. Menurut Hendrik L. Blum dalam Supartono ( 1983 ), ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Dari ke 4 faktor tersebut, lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya.

( Azwar, A, 1996 )

Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan tempat diselenggarakannya upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (kurative) dan pemulihan penderita (rehabilitative). Kegiatan tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah meningkatkanya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya adalah agen penyakit yang dibawa oleh penderita dari luar ke Rumah Sakit atau pengunjung yang berstatus karier. Penyebab penyakit dapat berada di lantai, udara, peralatan medis dan non medis. ( Hariadi, 2006 ).

Rumah Sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan sumber berbagai macam penyakit, yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan Rumah Sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda – benda peralatan medis maupun non medis.

(19)

Ada dua jenis pemilikan Rumah Sakit pemerintah, yaitu Rumah Sakit milik pemerintah pusat ( Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP ) dan Rumah Sakit milik provinsi dan kabupaten atau kota ( Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD ). Kedua jenis Rumah Sakit pemerintah ini berpengaruh terhadap gaya manajemen Rumah Sakit masing – masing. Rumah Sakit pemerintah pusat, mengacu kepada Departemen Kesehatan ( Depkes ), sementara Rumah Sakit pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota mengacu kepada stakeholder utamanya yaitu pimpinan daerah dan lembaga perwakilan masyarakat.

( Hariadi, .2006 ).

Rumah Sakit Umum Deli termasuk Rumah Sakit yang sudah terakreditasi yang terletak di Jalan Merbabu No.18-20A, Provinsi Sumatera Utara. Tersedia beberapa ruang bangunan yang banyak pengunjung, sehingga dapat menimbulkan lingkungan rumah sakit menjadi tidak sehat, seperti lantai ruangan menjadi kotor, banyak sampah dan permasalahan yang lain.

Lantai mempunyai kemungkinan lebih besar dalam kondisi kotor bila dibandingkan dengan permukaan bangunan lain seperti langit-langit dan dinding. Telah terbukti bahwa dengan membunuh kuman-kuman yang terdapat di lantai dan semua permukaan, dapat menurunkan kemungkinan infeksi melalui luka terbuka yang ada di permukaan tubuh.

(20)

Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme patogen penyebab penyakit dengan cara kimiawi. Pengepelan menggunakan desinfektan adalah usaha untuk membersihkan lantai dengan cara kimiawi, untuk mengurangi dan menghilangkan mikroorganisme patogen penyebab penyakit. ( Sanropie, 1989 ).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungn Rumah Sakit / klinik, persyaratan angka kuman untuk lantai kamar operasi yaitu 0 - 5 CFU/cm², sedangkan persyaratan angka kuman untuk lantai kamar perawatan yaitu 5 – 10 CFU/cm2. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah desinfektan yang efektif sehingga dapat tercapai daya bunuh yang optimal pada kuman. Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik dan untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme disebut desinfektan. Tidak semua bahan desinfektan efektif untuk semua kondisi lingkungan. Efektivitas dari desinfektan terhadap kuman pada lantai kadang – kadang tidak tercapai meskipun sudah diuji dilaboratorium dengan baik. Efektifitas desinfektan dapat diuji langsung dengan cara sebelum dan setelah lantai diberi bahan desinfektan kemudian dihitung jumlah angka kuman yang ada di lantai tersebut.

( Kepmenkes RI, 2004 ).

(21)

syarat kesehatan lingkungan lantai Rumah Sakit. Penggunaan jeruk nipis dalam menurunkan jumlah angka kuman merupakan salah satu cara desinfeksi lantai alternatif yang digunakan Rumah Sakit, namun berdasarkan survei yang dilakukan dibeberapa Rumah Sakit masih menggunakan desinfektan yang biasa dijual di pasar.

Berdasarkan hasil penelitian Retno Palupi ( 2005 ) bahwa penggunaan desinfektan dapat menurunkan jumlah angka kuman pada lantai Rumah Sakit yaitu 7,67 CFU/cm2. Desinfektan yang efektif dalam menurunkan jumlah angka kuman pada penelitian ini adalah desinfektan merek lysol. Karena mampu menurunkan jumlah angka kuman sesuai dengan Depkes yaitu 5-10 CFU/cm2.

(22)

1.2 Perumusan Masalah

Dari survei awal yang dilakukan Rumah Sakit Umum Deli Medan menggunakan Pine Oil 1,5% dan Pine Oil 2,5% sebagai suatu perbandingan yang mana konsentrasi keduanya berbeda. Pine Oil merupakan larutan yang terbuat dari minyak pinus yang efektif terhadap kuman pathogen, tidak mengiritasi dan aktifitasnya rendah terhadap bakteri . Pine Oil 1,5% yang digunakan sebanyak 33 ml dilarutkan dalam 100 ml air dan sebagai perbandingan menggunakan Pine Oil 2,5% sebanyak 20 ml dilarutkan dalam 100 ml air. Alat yang digunakan untuk desinfeksi adalah kayu pel dengan teknik pengepelan secara horizontal.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan masalah, bagaimana evfektivitas desinfektan pine oil terhadap jumlah angka kuman pada lantai ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Deli Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas desinfektan pine oil terhadap jumlah angka kuman pada lantai ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Deli Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah angka kuman sebelum dan sesudah dilakukan desinfeksi pada lantai ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Deli Medan. 2. Untuk mengetahui persentase penurunan angka kuman pada lantai ruang

rawat inap Rumah Sakit Umum Deli sesudah pengepelan dengan desinfektan. 3. Untuk mengetahui rata – rata suhu, kelembaban dan pencahayaan pada kamar

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain:

1. Dapat diketahui jumlah angka kuman yang ada di lantai ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Deli Medan.

2. Untuk memberikan masukan bagi pihak CS ( Cleaning Service) Rumah Sakit Umum Deli Medan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desinfektan

Desinfektan adalah substansi kimia yang dipakai untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi /merusaknya dan biasa digunakan pada benda-benda mati (Depkes RI, 1996).

2.2 Ciri-ciri Desinfektan

Ciri-ciri desinfektan yang ideal yaitu : a. Aktivitas antimicrobial.

Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai macam mikroorganisme. b. Kelarutan.

Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.

c. Stabilitas.

Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat antimikrobialnya

d. Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup.

(25)

e. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.

Sebaiknya desinfektan tersebut tidak berbau atau hendaknya menimbulkan bau sedap.

f. Berkemampuan sebagai detergen

Suatu desinfektan juga merupakan detergen yang efeknya juga sebagai pembersih.

g. Ketersediaan dan biaya

Desinfektan harus tersedia dalam jumlah besar dan dengan harga yang pantas.

h. Keserbasamaan (homogenity)

Dalam penyiapan komposisinya harus seragam.

i. Aktifitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh.

Aktifitas desinfektan digunakan pada suhu yang biasa dijumpai pada lingkungan untuk penggunaan senyawa yang bersangkutan.

j. Kemampuan untuk menembus.

Bila substansi dapat menembus permukaan, maka aksi antimikrobialnya hanya terbatas pada siklus aplikasinya saja.

k. Tidak menimbulkan karat dan warna

(26)

l. Tidak bergabung dengan bahan organik, karena apabila bergabung dengan bahan organik, maka sebagian besar desinfektan tersebut akan menjadi aktif. ( Pelcjar, 1986).

2.3 Pemilihan Bahan Desinfektan

Untuk mencapai tujuan yang maximal dalam pemilihan bahan desinfektan, faktor–faktor yang harus diperhatikan adalah:

a. Kosentrasi dan intensitas zat antimikrobial.

Makin tinggi konsentrasi atau makin besar intensitas yang diberikan maka makin cepat sel – sel atau sasaran akan mati dan terbunuh.

b. Jumlah Mikroorganisme

Diperlukan waktu yang lama untuk membunuh populasi. Bila jumlah selnya banyak maka perlakuan diberikan lebih lama supaya yakin bahwa sel tersebut akan mati.

c. Suhu

Kenaikkan suhu dapat mempercepat atau menaikkan keefektifan suatu desinfektan.

d. Spesies mikroorganisme.

(27)

e. Adanya bahan mikroorganisme lain

Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia dengan cara menginaktifkan bahan – bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme.

f. pH

Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu singkat dibandingkan mikroorganisme yang sama di lingkungan pH basa.

g. Sifat bahan yang akan diberi perlakuan

Desinfektan yang digunakan untuk perabotan yang terkontaminasi , maka tidak boleh kontak langsung dengan kulit. ( Pelcjar, 1986 ).

2.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Aktivitas Desinfektan 1. Sifat bahan yang akan didesinfeksi

Permukaan benda yang paling mudah didesinfeksi adalah permukaan benda yang sifatnya licin tanpa pori-pori dan mudah dibersihkan. Permukaan yang berpori-pori sulit untuk didesinfeksi terutama bila mikroorganisme terperangkap di dalam pori-pori tersebut bersamaan dengan bahan-bahan organik.

(28)

3. Sifat mikroorganisme itu sendiri

Sifat mikroorganisme mempengaruhi daya tahannya terhadap desinfektan. Yang paling tahan terhadap desinfektan adalah spora bakteri. 4. Jumlah bahan organik yang mencemari alat yang akan didesinfeksi.

Darah, lender atau feses yang mencemari alat/bahan yang akan didesinfeksi memegang peranan penting dalam keberhasilan tindakan desinfeksi, karena dengan adanya bahan organik tersebut, mikroorganisme terlindung dari aktifitas desinfektan.

5. Jenis dan konsentrasi desinfektan yang digunakan.

Umumnya bila konsentrasi desinfektan dinaikkan, waktu pemaparan makin pendek.

6. Lama dan suhu pemaparan

Secara umum, makin lama waktu pemaparan terhadap desinfektan, makin besar daya bunuh kuman terjadi. Tetapi hal ini tidak berlaku terhadap desinfektan tingkat rendah karena walau berapa lama pun pemaparan dilakukan, hanya mampu membunuh mikroorganisme tertentu sesuai dengan kemampuannya.

(29)

2.5 Penggolongan Desinfektan

Desinfektan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yakni (Harper & Row, 1984) :

1. Senyawa halogen

Klor dan yodium merupakan dua unsur halogen yang dalam banyak hal telah digunakan karena sifatnya yang anti mikroorganisme.

a. Yodium

Yodium telah digunakan secara luas untuk desinfeksi kulit dan bersifat germisida terhadap hampir semua kuman pathogen, termasuk fungi dan virus. Begitu pula spora, walaupun diperlukan waktu lebih lama. Yodium mungkin pula digunakan untuk mendesinfeksi berbagai barang peralatan dan untuk sanitasi instrumen tertentu.

b. Klor

Elemen berbentuk gas ini berkhasiat bakterisid kuat yang dalam konsentrasi kecil dapat dengan cepat membunuh kebanyakan bakteri, spora, fungi, dan virus. Penggunaan utamanya adalah sebagai desinfeksi lantai, air minum, dan kolam renang (Dwidjoseputro, 1978). 2. Senyawa Fenol

a. Fenol

(30)

b. Kresol

Merupakan derivate metal dengan minimal 50% metakresol, khasiatnya 3 kali lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya sama. Digunakan sebagai desinfektan rumah tangga dan peralatan, misalnya lysol dan kreotin.

3. Zat-zat dengan aktifitas permukaan a. Zat non ionogen

Dalam larutan tidak terurai menjadi ion. Khasiat anti bakterinya ringan.

b. Zat ionogen

Zat-zat ini dapat dibagi dalam senyawa anionaktif dan kationaktif. a) Zat anionaktif (sabun, bahan pembersih sintetis, Na laurilsulfat).

Zat-zat ini memiliki khasiat bakteriostatis terhadap kuman gram positif, sedangkan terhadap kuman gram negative tidak aktif. b) Zat kationaktif, kerjanya lebih kuat terhadap kuman gram positif

daripada terhadap kuman gram negative, tidak aktif terhadap mycobacteriae, virus dan spora.

c. Sabun

Sabun adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak dan memiliki khasiat bakteriostatis terhadap banyak kuman antara lain Psedomonas, Proteus, dan Salmonella. Sabun sama sekali tidak aktif terhadap E.coli dan Staphylococcus

(31)

d. Basa ammonium kuarterne : Quats

Senyawa ini berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat kecuali terhadap basil TBC/lepra, terhadap spora dan virus kurang aktif. Daya kerjanya lebih lambat daripada yodium dan etanol.

Quats sering sekali digunakan sebagai desinfektan kulit. Penggunaan lainnya adalah sebagai desinfektan instrument ditambah dengan natriumnitrit guna mencegah timbulnya karat dan antiseptikum pra bedah.

4. Alkohol, Aldehida, dan Asam a. Etanol

Etanol murni kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Etanol dan juga isopropanol pada kadar 60-80% dalam air berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat, yang bekerja cepat. Spectrum kerjanya meliputi kuman gram negatif dan gram positif, termasuk basil TBC, tetapi tidak efektif terhadap spora. Terhadap virus dibutuhkan konsentrasi yang relative lebih tinggi dan dalam lingkungan basa.

b. Formaldehid

Larutan gas ini dalam air berkhasiat bakterisid, fungisid dan virusid, termasuk terhadap basail TBC, tetapi kerjanya relatif lambat (beberapa jam).

c. Asam asetat

(32)

5. Senyawa logam berat

a. Merkuriklorida, berkhasiat bakteriosatis dan fungistatis.

b. Merbromin peraknitrat, bekerja bakteriostatis lemah terhadap staphylococci dan streptococci.

c. Peraknitrat, ion perak bersifat bakterisid kuat.

d. Silversulfadiazin, senyawa kompleks dari perak dengan sulfaidiazin ini memiliki kerja bakterisid kuat terhadap banyak bakteri.

e. Sengsulfat, berkhasiat bakteriostatis lemah 6. Oksidansia

a. Hydrogenperoksida, merupakan antiseptikum yang relative lemah dengan kerja singkat.

b. Kaliumpermanganat, daya kerjanya agak lambat.

c. Kaliumklorat, zat ini merupakan suatu oksidator yang berkhasiat bakteriostatis.

d. Natriumperborat, digunakan sebagai desinfektan dan deodorans mulut. 7. Lain-lain

a. Belerang, elemen ini memiliki khasiat bakterisid dan fungisid lemah. b. Ichtammol, memiliki kerja bakteriostatis lemah, juga anti radang dan

anti gatal.

c. Balsam peru, berkhasiat bakteriostatis lemah.

(33)

e. Nitrofural, memiliki sifat bakterisid etilenoksida, bersifat bakterisid, fungisid, virusid dan juga sporosid.

f. Heksetidin, berkhasiat terhadap kuman gram positif dan gram negatif, protozoa dan ragi Cadinda albicans.

2.6 Mekanisme Kerja Desinfektan

Cara kerja desinfektan berdasarkan proses-prosesnya adalah sebagai berikut (Tan & Kirana, 2002) :

1. Kerusakan pada dinding sel

Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai dibentuk.

2. Perubahan permeabilitas sel

Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.

3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat

Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau subtansi mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa diperbaiki kembali.

4. Penghambatan kerja enzim

(34)

kimia diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.

5. Penghambatan sintetis asam nukleat dan protein

DNA, RNA, dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.

2.7 Penggunaan Desinfektan

Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat.

a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan : 1. Golongan pertama

a) Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.

1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).

2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).

3. Fenol-fenol (Dettol).

Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :

(35)

2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena darah.

3. Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit

4. fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.

2. Golongan kedua

b) Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatitis B.

a). Desinfektan yang melepaskan klorin.

Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih).

b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)

1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.

2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).

3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2. 2.8 Jenis – Jenis Desinfektan Yang Biasa Dipakai Di Rumah Sakit

(36)

c. So klin lantai mengandung Benzalkonium Klorida 1,5%,

d. Rinso mengandung Natrium Alkilbenzena Sulfonat 22%, Natrium Fosfat 10% dan Natrium Karbonat 30%

e. Bayclin mengandung NaClO 5,25%

f. Karbol mengandung Pine Oil dan Creasylic Acid

g. Wipol mengandung bahan aktif minyak atsiri yaitu minyak cemara. Menurut Lutony dan Rahmayati ( 2002 ), salah satu kegunaan minyak atsiri yaitu pembunuh bakteri, sehingga dapat digunakan dalam membersihkan lantai rumah sakit sebagai upaya mencegah infeksi nosokomial.

2.9 Pengertian Pine Oil 2.9.1 Pine Oil

Pine Oil ( Minyak Pinus ) adalah fenolik disinfektan yang antiseptik. Pine Oil relatif murah dan tersedia luas. Pine Oil efektif terhadap Brevibacterium ammoniagenes , jamur Candida albicans , Enterobacter aerogenes , Escherichia

coli , Gram-negatif bakteri enterik , kuman rumah tangga, rumah tangga kuman

Gram-negatif seperti yang menyebabkan salmonellosis , herpes simplex tipe 1 dan 2, influenza tipe A , influenza Jenis virus A / Brazil, jenis virus influenza A2/Japan, bakteri usus, Klebsiella pneumoniae, bakteri penyebab bau, jamur, jamur, Pseudomonas aeruginosa , Salmonella choleraesuis , Salmonella typhi , Salmonella typhosa , Serratia marcescens , Shigella sonnei , Staphylococcus

(37)

mentagrophytes . Ini akan membunuh agen penyebab tipus , gastroenteritis ( beberapa

agen ), rabies , demam enterik, kolera , beberapa bentuk meningitis , batuk rejan , gonore dan beberapa jenis disentri. Hal ini tidak efektif terhadap spora terkait illneses seperti tetanus atauantraks atau melawan virus non-menyelimuti seperti virus polio , rhinovirus , hepatitis Batau hepatitis C.

( Des W. Connel, dkk, 1995 ). 2.9.2 Fungsi Pine Oil

1. Pembersih lantai sekaligus pembunuh kuman, bakteri maupun jamur, tidak hanya cocok untuk di kamar mandi saja, tetapi untuk semua ruangan dirumah, perkantoran, rumah sakit dll.

2. Mengatasi bau yang sangat membandel. ( Des W. Connel, dkk, 1995 ). 2.10 Turunan Benzena Pine Oil

( Des W. Connel, dkk, 1995 ) Gambar 1. Benzena 2.11 Creasylic Acid

(38)

siklik ke nada, Furan dan toluic eter bila terkena mengoksidasi agen. Oksidasi kuat dapat memecah cincin fenolik. Hal ini tidak mempengaruhi kinerja produk yang dihasilkan.

Creasylic Acid Merupakan derivate metal dengan minimal 50% metakresol, khasiatnya 3 kali lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya sama. Digunakan sebagai desinfektan rumah tangga dan peralatan, misalnya lysol dan kreotin. Campuran Creasylic Acid digunakan sebagai disinfektan, pengawet dan pengawet kayu. Creasylic Acid juga digunakan sebagai pelarut, disinfektan, dan kimia menengah. Selain itu Creasylic Acid juga digunakan untuk memproduksi herbisida tertentu, sebagai pendahulu kepada piretroid insektisida, untuk menghasilkan antioksidan, dan untuk memproduksi bahan peleda.

2.12 Desinfeksi

Desinfeksi adalah suatu cara untuk mematikan bakteri vegetative, virus dan jamur tetapi tidak mematikan spora. Bahan yang biasa digunakan sebagai desinfektan ada yang berbentuk padat, cair dan butiran. ( Sanropie, 1989 ).

(39)

2.13 Rumah sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.986 Tahun 1992/MENKES/XI/1992, Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. ( Permenkes RI, 1992 ).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004, Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

( Kepmenkes RI, 2004 ).

Sedangkan menurut WHO, Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medic jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari tindakan observasi diagnostic terapetik dan rehabilitatif untuk orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau

melahirkan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang memberikan jasa pelayanan umum baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang kepada orang yang menderita sakit.

2.14 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

(40)

tersebut, rumah sakit memiliki 3 ( tiga ) fungsi yang telah ditetapkan oleh WHO, yaitu sebagai tempat pengobatan, perawatan dan penelitian yang terdiri dari beberapa kegiatan seperti pelayanan dan penunjang medis, pelayanan kedokteran kehakiman, pelayanan medis khusus, pelayanan rujukan kesehatan, pelayanan kedokteran gigi, pelayanan social, pelayanan penyuluhan kesehatan, pelayanan darurat, pelayanan administratif, pendidikan para medis, membantu pendidikan tenaga medis umum dan spesialis. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan serta membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.

Fungsi rumah sakit dalam pelaksanaan tugas tersebut adalah : a. Menyelenggarakan pelayanan medis

b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang non medis d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

g. Menyelenggarakan administrasi dan keuangan. (Permenkes RI, 1992). 2.15 Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

(41)

rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan yang diatur dalam Permenkes No. 986 /MENKES/XI/1992.

Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi : 1. Penyehatan bangunan dan ruangan termasuk

a. Pencahayaan b. Ventilasi c. Kebisingan

2. Penyehatan Makanan dan Minuman 3. Penyehatan air termasuk kualitasnya 4. Penanganan sampah dan limbah 5. Penyehatan serangga dan tikus 6. Sterilisasi / desinfektan

7. Perlindungan radiasi

8. Penyuluhan kesehatan lingkungan 2.16 Ruang rawat inap

Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus.( Surbakti, 2003 ).

(42)

air, mudah dibersihkan, suhu diusahakan sekitar 22-240C dan kelembaban 50-60%, pencahayaan saat tidak tidur 100-200 Lux, saat tidur minimal 50 Lux.

( Depkes RI, 1994 ). 2.17 Mikroorganisme

2.17.1 Pengertian Mikroorganisme

Mikroorganisme merupakan jasad renik yang bentuknya sangat kecil, sehingga akan kelihatan jelas apabila diamati dengan menggunakan mikroskop. (Pelcjar, 1988 ).

2.17.2 Mikroorganisme Patogen

Mikroorganisme yang terdapat di lingkungan ruang rawat inap terdiri atas kuman patogen dan non patogen. jenis kuman yang dapat menyebabkan infeksi adalah jenis kuman patogen. Jenis kuman Patogen itu sendiri adalah Staphylococcus, Streptococcus, dan Clostridium. ( Wheeler, 1989 ).

Staphylococcus

Staphylococcus adalah parasit manusia yang terdapat dimana-mana, sumber utama

infeksi dapat diperoleh dari lesi-lesi manusia, benda-benda yang terkontaminasi, saluran pernafasan dan kulit manusia ( Reddish George, 1957 ).

Ciri-ciri Staphylococcus a. Berbentuk bola/bulat b. Gram positif

c. Dapat menghemolisis darah

(43)

f. Mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakterologik dalam keadaan aerobik atau mikroaerofilik

g. Tumbuh cepat pada suhu 370C dan dapat membentuk pigmen pada suhu kamar ( 20-350C )

h. Tahan terhadap pengeringan, terhadap panas 500C selama 30 menit Streptococcus

Streptococcus adalah mikroorganisme bulat tersusun secara khas dalam rantai dan tersebar luas dalam alam. Beberapa diantaranya adalah anggota flora normal. Streptococcus berhubungan dengan penyakit - penyakit infeksi penting pada manusia. Kuman ini dapat menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim-enzim ( Reddish George, 1957 ).

Ciri-ciri Streptococcus

a. Kokus yang sendirian berbentuk bola/bulat b. Mampu menghemolisis darah

c. Flora normal pada manusia

d. Tumbuh dalam media padat sebagai koloni e. Tumbuh cepat pada suhu 370C

Streptococcus ini dapat menyebabkan penyakit pada benda pada

bagian-bagian tubuh. Streptococcus ini dapat menyebar dari orang ke orang lain melalui saluran pernafasan atau kulit.

Clostridium

(44)

Hidupnya di tanah, usus manusia, dan binatang. Pada infeksi clostridia, spora mencapai jaringan melalui kontaminasi pada daerah-daerah yang terbuka ( tanah, feses ) atau saluran usus ( Reddish George, 1957 ).

Ciri-ciri Clostridium a. Batang besar

b. Gram positif

c. Dapat menghasilkan spora d. Hidup dalam keadaan anaerobik

e. Kebanyakan spesies tumbuh pada suhu 370C 2.17.3 Mikroorganisme Patogen dan Penyakitnya

Mikroorganisme parasit dan yang menyebabkan penyakit pada manusia merupakan jenis mikroorganisme pathogen seperti bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme ada yang bermanfaat dalam tubuh manusia yang sehat, misalnya usus yang membentuk vitamin K dan membantu absorbsi makanan dan ada juga yang merugikan manusia. Mikroorganisme patogen antara lain dapat menimbulkan penyakit pada saluran pencernaan, saluran pernapasan dan saluran air seni. Kelompok mikroorganisme yang paling banyak menyebabkan penyakit adalah bakteri. ( Pelcjar, 1986 ).

2.17.4 Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan mikroorganisme dibagi dalam beberapa fase, yaitu : a. Fase Adaptasi ( penyesuaian )

(45)

1. Medium dan lingkungan pertumbuhan 2. Jumlah inokulum

b. Fase Pertumbuhan Awal

Pada fase pertumbuhan awal sel mulai membelah dengan kecepatan yang masih rendah karena baru selesai tahap penyesuaian diri.

c. Fase Pertumbuhan Logaritmik

Pada fase ini sel mikroorganisme membeleh dengan kecepatan dan konstan. Karena pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya, seperti pH, kandungan nutrient dan kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembapan udara.

d. Fase Pertumbuhan Lambat

Sebab perlambatan pertumbuhan populasi mikroorganisme fase ini adalah 1. Zat nutrisi di dalam medium berkurang

2. Adanya hasil – hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapt menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

e. Fase Pertumbuhan Tetap

Jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Pada fase ini, sel – sel menjadi lebih tahan terhadap kondisi ekstrim seperti panas, dingin, radiasi dan bahan kimia.

f. Fase Kematian

(46)

1. Nutrien di dalam medium sudah habis

2. Energi cadangan di dalam sel habis. ( Pelcjar, 1986 ). 2.17.5 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.

Pada pertumbuhan mikroorganisme, tidak semua sel yang terbentuk akan terus hidup. Hal ini dikarenakan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme :

a. Tersedia Nutrien

Mikroorganisme membutuhkan nutrient untuk kehidupan pertumbuhannya sebagai :

1. Sumber karbon 2. Sumber nitrogen 3. Sumber energi

4. Faktor pertumbuhan yaitu mineral dan vitamin. b. Tersedianya air

Sel mikroorganisme memerlukan air dalam berkembang biak, tetapi tidak semua air dapat digunakan oleh mikroorganisme. Kondisi atau keadaan air yang tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme yaitu :

1. Adanya salut dan ion yang dapat mengikat air di dalam larutan 2. Koloid hidrofilik (gel) dapat mengikat air

3. Air berbentuk Kristal es atau hidrasi c. Nilai pH

(47)

d. Suhu

Mikroorganisme mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya., tetapi ada juga pengaruh suhu terhadap kecepatan pertumbuhan sel yaitu:

1. Pertumbuhan mikroorganisme terjadi pada suhu dengan kisaran 30°C 2. Kecepatan pertumbuhan mikroorganisme meningkat lambat dengan

naiknya suhu sampai mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal 3. Diatas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan menurun dengan

cepat dengan naiknya suhu. e. Tersedianya O2

Konsentrasi O2 di lingkungan mempengaruhi mikroorganisme yang dapat tumbuh. Berdasarkan kebutuhan O2 jasad renik dibedakan menjadi jasad renik yang bersifat aerobik, anaerobik dan aerobik fakultatif. ( Pelcjar, 1986 ).

2.17.6 Pengendalian Mikroorganisme

(48)

2.18 Bakteri Gram Positif ( + ) dan Gram Negatif ( - ) 2.18.1 Gambaran Bakteri Gram Positif dan Negatif

Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif zat lipidnya akan larut selama pencucian dengan alkohol, pori – pori pada dinding sel akan membesar, permeabilitas dinding sel menjadi besar, sehingga zat warna yang sudah diserap mudah dilepaskan dan kuman menjadi tidak berwarna. Sedangkan pada bakteri Gram Positif akan mengalami denaturasi protein pada dinding selnya oleh pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan kaku, pori – pori mengecil, permeabilitas kurang sehingga kompleks ungu kristal yodium dipertahankan dan sel kuman tetap berwarna ungu. ( Staf Pengajar FKUI, 1993 ).

2.18.2 Contoh Bakteri Gram Positifdan Gram Negatif

a. Staphylococcus aureus

Ciri – ciri Staphylococcus aureus

a. Kokus yang sendirian berbentuk bola/bulat b. Mampu menghemolisis darah

c. Flora normal pada manusia

d. Tumbuh dalam media padat sebagai koloni e. lurus

(49)

b. Bacillus subtilis

Kuman ini berbentuk batang lurus gram positif berukuran 1,5 x 4,5 µ, sendiri – sendiri atau tersusun dalam bentuk rantai, bergerak dan tidak bersimpai. Bersifat aerob tumbuh pada agar darah membentuk zona hemolisis beta yang lebih lebar. Dapat juga tumbuh pada kaldu, agar gizi dan lain – lain.

c. Escheria Coli

Kuman ini berbentuk batang pendek gemuk berukuran 2,4µ x 0,4µ sampai 0,7µ gram negatif tak bersimpai bergerak aktif dan tidak berspora. Bersifat aerob atau fakultatif anaerob dan tumbuh pada perbenihan biasa. Suhu optimum pertumbuhan adalah 370C. Kuman ini dapat tahan berbulan – bulan pada tanah dan dalam air. Kuman ini juga peka terhadap tetrasiklin. ( Pelcjar, 1988 ).

d. Pseudomonas

(50)

Pseudomonas lebih resisten terhadap desinfektan dari pada bakteri lain. Bakteri senang berada dalam suasana lembab. Kebanyakan antibiotika atau antimikroba tidak efektif terhadap bakteri ini.

( Staf Pengajar FKUI, 1993 ). 2.19 Infeksi

2.19.1 Pengertian Infeksi

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia yang rentan sehingga menimbulkan masalah kesehatan ( Pelcjar, 1988 ). 2.19.2 Infeksi Nosokomial

Infeksi Nosokomial adalah suatu penyakit yang terjadi baik pada pasien, pengunjung maupun petugas rumah sakit yang terjadi pada saat berada di lingkungan rumah sakit. ( Mukono, 1955 ).

Suatu infeksi didapat di rumah sakit apabila :

1. Pada saat masuk rumah sakit, tidak ada gejala / tanda atau tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut.

2. Infeksi yang terjadi dalam 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit. 3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang

berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab yang sama tetapi lokasi infeksi berbeda.

(51)

2.19.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Infeksi

1. Adanya kuman pada tempat tersebut dan tergantung pada jenis, virulensi, jumlah dan lamanya kontak

2. Adanya sumber infeksi

3. Adanya perantara / pembawa kuman aktif menular 4. Adanya tempat masuk kuman pada hospes baru

5. Daya tahan tubuh hospes baru dalam keadaan rendah. ( Depkes RI, 1994 ) 2.19.4 Sumber Infeksi

Sumber infeksi adalah suatu tempat bersarangnya kuman dimana kuman penyebab infeksi itu keluar / dikeluarkan untuk mencapai hospes baru yang rentan. Sumber infeksi nosokomial di rumah sakit dapat berasal dari :

A. Animate ( suatu yang bernyawa ) 1. Manusia

a) Carier : orang sehat yang mengandung kuman dimana ia tidak menunjukan gejala penyakit, contoh : Typus Abdominali.

b) Penderita : Penderita yang dalam tubuhnya mengandung kuman dan dapat menular pada orang lain, contoh : TB Paru.

2. Binatang

Binatang / hewan dapat menjadi sumber infeksi terutama dapat berperan sebagai vektor, seperti golongan serangga.

B. Inanimate ( suatu yang tidak bernyawa )

(52)

1. Benda / bahan mati yang kering seperti : debu, udara dan permukaan benda dapat menjadi tempat hidup kuman beberapa hari sampai bulanan.

2. Benda / bahan mati yang cair atau lembab seperti : air cuci tangan, kain lap, handuk, sarung tangan juga bisa menjadi tempat hidup kuman selama berbulan – bulan ( Permenkes RI, 1992 ).

2.19.5 Penyebab Infeksi

Penyebab infeksi nosokomial adalah kuman ( bakteri, virus, fungi atau parasit ). Kuman yang mampu menyebabkan / menimbulkan penyakit disebut kuman patogen. Beribu jenis mikroorganisme yang terdapat di alam, hanya ada beberapa ratus yang bersifat pathogen pada manusia diantaranya : Bakteri jenis Staphlococcus, Streptococcus, Clostridia, Bakteriodes dan Enterobakteriae.

(53)

2.20 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pemeriksaan Laboratorium

MMS

Angka kuman setelah

pemakaian Desinfektan

Pine Oil

1,5+Creasylic Acid dan Pine

Oil 2,5% TMS

Lantai Ruang rawat inap

Angka kuman sebelum

pemakaian Desinfektan

Pine Oil

1,5%+Creasyli c Acid dan Pine Oil 2,5% Pemeriksaan

Laboratorium

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah eksperimental study yaitu untuk melihat efektivitas desinfektan pine oil terhadap jumlah angka kuman pada lantai ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Deli Medan.

Penelitian ini menggunakan rancangan Pre dan Post Test Design, dimana setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pada lantai ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Deli Medan, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan jumlah angka kuman di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan. Adapun alasan memilih lokasi penelitian karena:

1. Rumah Sakit Umum Deli Medan merupakan Rumah Sakit terbesar di Sumatera Utara yang jumlah kunjungannnya banyak sehingga diperkirakan jumlah angka kumannya tinggi.

2. Rumah Sakit dapat digunakan sebagai sarana pendidikan dan juga dapat digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian.

(55)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai dengan bulan November 2013.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah swab lantai ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Deli Medan.

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah kuman pada lantai yang berbentuk segiempat dengan ukuran 30 x 30 cm diambil dengan metode usap (swab), teknik pengambilan dilakukan sesuai dengan prosedur pengambilan sampel mikroorganisme di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan dan jumlah titik yang akan diteliti sebanyak 1 titik yaitu pada bagian tengah ruangan.

3.3.2 Cara kerja Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara kerja yang terarah mulai dari pengenceran larutan desinfektan, pengambilan spesimen sebelum perlakuan dan setelah perlakuan, penentuan kuman dan selanjutnya menghitung jumlah angka kuman yang dari spesimen, seperti diuraikan berikut ini:

a. Pengenceran Desinfektan

Desinfektan yang digunakan adalah: Pine Oil 1,5% sebanyak 33 ml dilarutkan dalam 100 ml air, dan Pine Oil 2,5% sebanyak 20 ml dilarutkan dalam 100 ml air.

(56)

c. Perlakuan / pengepelan desinfektan

a) Sebelum dilakukan desinfeksi, ruangan disapu dulu b) Persiapkan kain pel steril sebagai alat utk pengepelan c) Persiapkan bahan desinfektan yang telah diencerkan

desinfektan Pine Oil 1,5% sebanyak 33 ml dilarutkan dalam 100 ml air . Kemudian persiapkan desinfektan Pine Oil 2,5% sebanyak 20 ml dilarutkan dalam 100 ml air, untuk melihat perbandingan keduanya.

d) Lantai yang sudah bersih, dipel dengan kain pel yang dicelupkan ke dalam ember pengepelan yang berisi air dan 33 ml desinfektan Pine Oil 1,5%, sedangkan Pine Oil 2,5% yaitu 20 ml desinfektan yang berisi ±100 ml air.

e) Kain pel dicelupkan kemudian diperas f) Lalu lantai dipel secara horizontal d. Teknik pengambilan specimen

a) Persiapkan lidi kapas steril, kemudian masukkan lidi kapas steril ke dalam botol yang berisi larutan NaCl 0,9% sebanyak 100ml

b) Lidi kapas steril dalam botol ditekan ke dinding botol untuk membuang airnya, baru diangkat dan diusapkan pada titik lantai yang telah ditentukan secara menggelinding dengan membentuk alur arah mata angin

(57)

e. Menghitung jumlah angka koloni

a) Cawan petri yang telah disterilakan diisi dengan sampel sebanyak 1ml kemudian dituang media Nutrient Agar ke dalamnya sebanyak 15ml. b) Cawan petri kemudian digerak-gerakkan di atas meja membentuk angka

delapan agar isi dari cawan petri merata.

c) Kemudian diinkubasi di dalam inkubator pada suhu 37o C selama 2x24 jam dalam keadaan terbalik.

d) Kemudian dihitung angka kuman

Cara penghitungan angka kuman pada lantai :

1. Dicari dulu Luas Lantai yang diusap lalu dikali dengan jumlah titik setiap percobaan = 30 x 30 x 1

= 900 cm 2

2. Misal jumlah koloni dalam 1 cawan petri adalah “100” maka :

= x 100ml NaCl 0,9 %

= 11 CFU/ cm2 3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data di lakukan dengan 2 cara yaitu data primer dan data sekunder

3.4.1 Data Primer

(58)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan dan pengumpulan informasi dari Rumah Sakit Umum Deli Medan.

3.5 Metode Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan 3.5.1 Pengukuran Suhu dan Kelembaban

a. ALAT

Thermohygrometer b. BAHAN/OBJEK

Pada lantai kamar rawat inap sebanyak 1 titik yaitu bagian tengah ruangan c. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan alat Thermohygrometer 2. Tekan tombon ON

3. Untuk mengetahui suhu udara tekan tombol °C 4. Catat angka yang muncul

5. Untuk mengetahui kelembaban udara tekan tombol RH% 6. Catat angka yang muncul

7. Setelah selesai tekan tombol OFF 3.5.2 Pengukuran Pencahayaan

a. METODE Lux Meter

b. BAHAN/OBJEK

(59)

c. PROSEDUR KERJA 1. Persiapkan alat Lux Meter

2. Atur jareak pengukur dengan alat 1 meter 3. Tinggi alat dengan permukaan lantai 1 meter

4. Hidupkan alat Lux Meter dengan menekan tombol ON

Angka akan menunjukkan angka 000 (sebelum sensor cahaya dibuka) 5. Buka sensor cahaya

6. Perhatikan angka yang muncul pada layar Lux Meter

7. Angka yang berhenti paling lama menunjukkan besarnya Intensitas Cahaya yang diukur.

3.6 Alat dan bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian

a) Autoclave

b) Botol media transfer c) Cawan petri 90 mm d) Incubator

e) Kain pel f) Mikroskop g) Tabung reaksi 3.6.2 Bahan Penelitian

(60)

3.7 Definisi Operasional 1. Angka Kuman Lantai

Jumlah koloni kuman yang ditemukan pada lantai kamar rawat inap sebelum dan sesudah dilakukan proses desinfeksi. Dikategorikan berdasarkan KepMenKes No.1204/MenKes/SK/X/2004 yaitu :

- Memenuhi syarat apabila jumlah angka kuman pada lantai kamar rawat inap 5-10 CFU/cm2

- Tidak memenuhi syarat apabila jumlah angka kuman pada lantai kamar rawat inap >10 CFU/cm2 .

2. Kamar rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat 3. Efektifitas

Efektifitas didefenisikan sebagai Persentase penurunan angka kuman,

yaitu =

4. Proses Desinfeksi

Suatu proses menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit atau yang berpotensi pathogen dengan menggunakan bahan desinfektan.

5. Merek Desinfektan

Nama dagang deisnfektan yang digunakan untuk melakukan desinfeksi pada lantai.

6. Pemeriksaan Laboratorium

(61)

3.8 Aspek Pengukuran 1. Pencahayaan

Intensitas penerangan yang terukur dalam Kamar ruang rawat inap yang diukur dengan Luxmeter. Untuk Ruangan saat tidak tidur yaitu sebesar 100 – 200 Lux sedangkan saat tidur yaitu maksimal 50 Lux

2. Suhu Ruangan

Temperatur yang diukur dalam kamar ruang rawat inap dengan Thermohygrometer. Memenuhi syarat jika Suhu 22 - 24 o C.

3. Kelembapan

Jumlah uap air di udara dalam Kamar ruang rawat inap yang diukur dengan Thermohygrometer. Memenuhi syarat jika Kelembapan 45% – 60%.

4. Waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja sebelum dilakukan swab.

5. Dosis desinfektan

(62)

3.9 Analisa data

Data yang telah diolah disajikandalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif dan dinarasikan. Hasil pemeriksaan penurunan jumlah angka kuman dilakukan dengan teknik perbandingan yaitu dengan membandingkan jumlah angka kuman pada lantai sebelum perlakuan dengan angka kuman setelah perlakuan sesuai dengan Kepmenkes No.1204/MenKes/SK/X/2004 yaitu :

a. Memenuhi syarat apabila jumlah angka kuman pada lantai kamar rawat inap 5-10 CFU/cm2

b.

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSU Deli Medan

(64)

Adapun yang menjadi Visi, Misi, Falsafah, Tujuan, Motto, Peran, jenis pelayanan dan kapasitas kamar Rumah Sakit Umum Deli Medan yaitu :

1. Visi

Menjadikan Pasien / Client Rumah Sakit Sebagai Subyek Pelayanan Rumah Sakit Umum Deli

2. Misi

1. Membina hubungan baik antara Rumah Sakit dengan Pasien / Client Rumah Sakit

2. Memberikan informasi yang simetris timbal balik antara Rumah Sakit dengan Pasien / Client Rumah Sakit

3. Mengutamakan Kepuasan Pasien / Client Rumah Sakit

4. Meningkatkan angka kesembuhan, menurunkan angka keluhan dan atau meningkatkan kesehatan Pasien / Client Rumah Sakit.

3. Falsafah

Rumah Sakit Umum Deli adalah rumah sakit swasta yang bekerjasama dengan pemerintah dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dan dilakukan tanpa membedakan suku, bangsa, agama dan tingkat sosial ekonomi.

4. Tujuan

(65)

5. Motto DELI OKE

D = Disiplin E = Elegan L = Luwes I = Inovatif O = Objektif K = Keramahan E = Ekonomis

6. Peran

1. Menyelenggarakan Pelayanan Medik

2. Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang Medik 3. Menyelenggarakan Pelayanan Asuhan Keperawatan 4. Menyelenggarakan Pelayanan Rehabilitasi Medik

5. Menyelenggarakan Pelayanan Administrasi dan Keuangan Rumah Sakit.

6. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial bekerjasama dengan beberapa Yayasan Sosial.

7. Jenis Pelayanan

a) Unit Gawat Darurat b) Poliklinik Umum c) Unit Kamar Operasi d) Unit Kamar Bersalin e) Unit Farmasi

f) Unit Laboratorium g) Unit Radiologi h) Unit Fisioterapi

(66)
[image:66.612.116.524.95.449.2]

Tabel 4.1.1 Kapasitas kamar Rumah Sakit Umum ( RSU ) Deli Medan

Ruangan Kapasitas Pasien ( orang )

I.C.U 6 orang, manual bed, meja samping, AC,Ventilator Mekanik, Bedside Monitor,Pulse oxymeter, EKG, DC Shock, Peralatan Resusitasi, dll

EXECUTIVE 1 orang, manual bed + extra bed, meja samping, kamar mandi, AC, TV, Kulkas

V.I.P 1 orang, manual bed + extra bed, meja samping, kamar mandi, AC, TV, Kulkas

KELAS I 2 orang, manual bed, meja samping, Kamar mandi,AC, TV KELAS I / HDU 2 orang, manual bed, monitor, meja samping, lemari, kamar

mandi, AC, TV

KELAS I-PLUS 1 orang, manual bed + extra bed, meja samping, kamar mandi, AC, TV

KELAS I-ANAK 2 orang, manual bed, meja samping, kamar mandi, AC, TV, Kulkas

KELAS II-ANAK 3 orang, manual bed, meja samping, kamar mandi, AC, TV KELAS II - untuk 5 orang: manual bed, meja samping, kamar mandi,

AC

- untuk 4 orang: manual bed, meja samping, kamar mandi, AC

- untuk 2 orang: manual bed, meja samping, kamar mandi, kipas angin

KELAS III 5 orang , manual bed, meja samping, kamar mandi, kipas angin

Sumber. Profil RSU Deli Medan Tahun 2011 4.2 Kondisi Ruang Rawat Inap

Penelitian dilakukan pada lantai kamar rawat inap Rumah Sakit Umum Deli Medan. Dimana memiliki 35 kamar rawat inap/perawatan. Adapun kondisi dari kamar rawat inap itu sendiri yaitu :

- Luas lantai dari masing – masing ruang yaitu : - kamar kelas 3 : 5,5 x 3,5 m, - kamar

kelas 2 dan 1 : 4 x 3 m, - kamar VIP : 5 x 3,5 m.

- Lantai berwarna putih gading dan sudah dilapisi Vinyl sehingga tidak ada lagi celah

pada lantai. Sudut lantai membentuk Conus.

(67)

- Ruang VIP dan kamar kelas 1 memiliki alat pendingin ruangan ( AC ) yang dipasang di

dinding dengan jarak 2 meter dari lantai. Sedangkan ruang kelas 2 dan 3 memiliki alat

pendingin ruangan ( kipas angin ) yang juga dipasang di dinding dengan jarak 2 meter

dari lantai.

- Setiap ruangan memiliki jendela yang bisa dibuka sehingga kalau jendela dibuka

tekanan udara dari luar akan masuk ke dalam kamar.

- Setiap ruangan memiliki pintu yang berukuran lebar sehingga kalau pintu dibuka

tekanan udara dari luar ruangan akan masuk ke dalam kamar.

4.3 Desinfektan Pine Oil 1,5% + Creasylic Acid Dan Pine Oil 2,5%

Untuk membersihkan kamar rawat inap, Rumah Sakit Umum Deli Medan menggunakan desinfektan yang mengandung bahan aktif Pine Oil 1,5% + Creasylic Acid yang sifatnya larut dalam Fenol (Pine Oil 1,5% ). Menurut aturan pemakaiannya yang tertera pada label kemasan, dosis yang dianjurkan dalam penggunaan desinfektan Pine Oil 1,5% ini adalah 33 ml dilarutkan dalam 100 ml air. Dalam penelitian ini digunakan desinfektan lain sebagai perbandingan menurut aturan pemakaiannya yang tertera pada label kemasan, dosis yang dianjurkan dalam penggunaan desinfektan ini adalah 20 ml dilarutkan dalam 100 ml air. Desinfektan ini mengandung bahan aktif Pine Oil 2,5%.

4.4 Hasil Pengukuran

4.4.1 Angka Kuman pada Lantai

(68)

Tabel 4.4.1 Hasil pengukuran Angka Kuman pada Lantai Kamar Rawat Inap di Rumah sakit Umum Deli Medan 2013 sebelum dan sesudah 3 kali pengulangan dengan pemberian desinfektan Pine Oil 1,5% + Creasylic Acid

No.

Kamar Rawat Inap ( Patient Room )

Hasil/Pengulangan Rata-rata hasil

pengulangan

Persen (%)

Sbl I II III Penurunan

1 VIP 10 5 7 8 7 33

2 Kls I 12 4 5 6 5 58

3 Kls II 17 4 6 8 6 65

4 Kls III 20 8 9 10 9 55

Rata-rata 15 7 53

* Berasarkan Kepmenkes RI No.1204 Tahun 2004 Tentang Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit yaitu Kamar Rawat Inap 5 – 10 CFU/cm2. * Sbl=Sebelum Perlakuan

Dari tabel 4.4.1 diketahui rata – rata angka kuman pada lantai sebelum proses desinfeksi adalah 15 CFU/cm2 dan setelah proses desinfeksi sebesar 7 CFU/cm2 dengan persentase penurunan sebesar 53%. Dari hasil pengukuran sebelum desinfeksi diketahui angka kuman yang paling tinggi ada pada Kamar Rawat Inap kelas III yaitu 20 CFU/cm2 dan angka kuman yang paling rendah ada pada kamar rawat inap kelas VIP yaitu 10 CFU/cm2.

Tabel 4.4.2 Hasil Pengukuran Angka Kuman pada Lantai Kamar Rawat Inap di Rumah Sakit Deli Medan 2013 sebelum dan sesudah 3 kali pengulangan dengan pemberian desinfektan Pine Oil 2,5%

No.

Kamar Rawat Inap( Patient

Room )

Hasil/Pengulangan

Rata-rata

Persen (%)

Sbl I II III Penurunan

1 VIP 10 6 6 9 7 30

2 Kls I 12 7 6 7 7 44

3 Kls II 17 6 8 10 8 53

4 Kls III 20 12 13 14 13 35

Rata-rata 15 9 41

[image:68.612.115.533.117.255.2] [image:68.612.115.527.519.651.2]
(69)

Dari tabel 4.4.2 diketahui rata –

Gambar

Tabel 4.1.1
Tabel 4.4.2  Hasil Pengukuran Angka Kuman pada Lantai Kamar Rawat Inap di Rumah Sakit Deli Medan 2013 sebelum dan sesudah 3 kali pengulangan dengan pemberian desinfektan Pine Oil 2,5%
Tabel 4.4.3  Hasil Pengukuran sebelum perlakuan terhadap angka kuman yang berpengaruh terhadap Suhu di Ruang Rawat Inap RSU Deli Medan 2013
Tabel 4.4.4  Hasil Pengukuran sebelum perlakuan terhadap angka kuman yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disediakan dua paragraph beraksara Jawa yang menggunakan sandhangan mandaswara, peserta didik dapat mengemukaka n pokok-pokok isi yang terkandung dalam dua paragraph

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru, maka perencanaan yang dilakukan sebagai berikut, Perencanaan yang dilakukan pada tahap ini untuk memaksimalkan

Meskipun demikian, berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa pemberian black soyghurt pada semua dosis perlakuan tidak mampu menaikkan kadar kolesterol HDL dan

merupakan responden yang berwibawa dalam masyarakat Semai di kampung berkenaan. Kelima-lima mereka merupakan antara individu-individu yang dipercayai oleh ahli-ahli

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan fungsi afektif keluarga dengan kecerdasan emosional remaja kelas VIII di MTsN 12 Jombang3. Desain penelitian ini menggunakan

Pada umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakan

Terwujudnya sampel probabilitas yang sempurna adalah tidak mungkin. Bahkan metode yang dirancang dengan baik untuk pengambilan sampel akan sering agak menyimpang karena populasi

Hasil pengujian terhadap hipotesis 2 penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kepuasan kerja dengan inovasi organisasi dengan nilai rx1y