Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id
BKS PTIS Dorong Determinasi Prodi Keislaman
Tanggal: 2012-06-30
Ketua BKS PTIS, Dr Muhadjir Effendy, MAP, mengungkapkan tiga tantangan besar yang dihadapi perguruan tinggi islam saat ini.
Ketua Umum Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Swasta Islam (BKS PTIS), Dr Muhadjir Effendy, MAP, menyinyalir saat ini Perguruan Tinggi Swasta Islam menghadapi tiga tantangan besar. Yakni, tantangan kelembagaan yang terdiri dari persaingan dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan hadirnya pergruan tinggi korporasi dan berjaringan internasional. Serta tantangan program internal, yakni, lemahnya Program Studi Keislaman yang harusnya menjadi ciri khas PTIS.
Hal itu dikatakan pada acara Silaturahim BKS PTIS Korwil Jawa Timur di UMM, Sabtu (30/6). Acara diikuti tak kurang 30 pimpinan PTIS se-Jawa Timur. “Dalam sejarahnya, PTIS didirikan oleh para pendahulunya dengan kekuatan ideologi Islam, ada identitas keislaman yang kuat,” kata Muhadjir. Oleh karenanya, tantangan PTIS sebenarnya lebih berat karena harus melaksanakan tugas suci dari sekedar menyelenggarakan tugas pendidikan.
Lebih lanjut, Muhadjir merinci, tantangan persaingan dengan PTN tak bisa dihindari karena amanah UU memang memberi peluang PTN menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat luas. Namun, secara perlahan dominasi PTN terhadap PTS sehingga beban PTS semakin berat.
Tantangan kedua diperlihatkan dari banyaknya perguruan tinggi yang didirikan oleh korporasi besar dan jaringan internasional. Ini akan semakin berat bila nanti modal asing bisa masuk secara dominan ke dunia perguruan tinggi. “Tentu saja ini tidak bisa dibilang sederhana karena mereka memiliki dana yang tak terbatas, sementara sebagian besar PTIS dikelola dengan dana swadaya yang banyak keterbatasannya,” lanjutnya.
Di sisi lain, secara internal, PTIS harus memperkuat determinasi Prodi Keislaman. Fakta yang terjadi justru sebaliknya, di mana Prodi umum lebih banyak berkembang daripada Prodi Islam, termasuk di perguruan tinggi di bawah Kementerian Agama. Kondisi saat ini, Prodi Islam di PT Islam semakin terpinggir, kurang diminati. Prodi umum lebih banyak daripada prodi umum. “Akibatnya, tentu saja mengurangi alokasi perhatian dan dana dari Prodi Islam kepada umum,” kata Muhadjir.
Muhadjir mengajak agar BKM PTIS ini menaruh perhatian serius pada Prodi Islam ini. Dalam programnya, BKM PTIS harus merevitalisasi Prodi Islam. “Meskipun kita ini sedang berlomba-lomba bersaing dalam kebaikan, tetapi harus tetap merapatkan barisan, saling membantu, memperkuat Prodi Islam itu,” ajak Muhadjir.
Dia menggambarkan, di negara-negara maju, justru persoalan agama diproteksi. Pendidikan agama diberikan porsi lebih baik, misalnya di Itali, Spanyol, Inggris, dan Iran. Di negara-negara tersebut sekolah-sekolah agama diproteksi oleh negara. “Mestinya di Indonesia juga bisa. Pemerintah harus memproteksi Prodi-prodi Islam untuk menjamin agar anak-anak hebat bisa masuk ke dalamnya dengan percaya diri yang tinggi agar tercetak ulama yang hebat. Bukan malah menjadikan Prodi Islam sebagai Prodi pinggiran yang dimasuki oleh anak-anak yang sudah tidak diterima di Prodi umum,” ujar Muhadjir.
Silaturahim kali ini mengagendakan pemilihan Ketua dan pembentukan pengurus BKS PTIS Korwil Jatim. Selain itu juga diisi dengan pemaparan program quality insurance oleh kepala Badan Kendali Mutu Akademik (BKMA) UMM Prof Dr Wahyu Widodo dan Staf Ahli BKMA Prof Dr Noorharini. (nas)