• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA HIDUP (Studi pada Lansia Tunanetra)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA HIDUP (Studi pada Lansia Tunanetra)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia pasti akan mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan sendiri pada dasarnya melibatkan pertumbuhan yang berarti bertambahnya usia menjadi tua dan akhirnya meninggal. Tahapan terakhir dalam rentang kehidupan adalah lanjut usia. Lansia merupakan periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 1980).

Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah lansia di dunia khususnya di Indonesia. Dalam survey BPS (2004) dinyatakan bahwa jika dilihat dari proporsinya terhadap total penduduk, penduduk usia 60 tahun ke atas mengalami peningkatan dari sekitar 4,5% (5,3 juta jiwa) pada tahun 1971 menjadi 7,4% (14,4 juta) tahun 2000. Kondisi seperti ini menunjukan bahwa Indonesia sudah mengarah pada era

“penduduk berstruktur tua” (aging population). Bahkan, pada tahun 2020, diproyeksikan proporsinya akan mencapai 11,3% (28,8 juta jiwa). Peningkatan jumlah lansia ini tidak hanya berdampak pada aspek demografis tetapi juga terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan psikologi secara keseluruhan (Suardiman,2011).

Menurut Hurlock (1996) batasan lansia dimulai dari umur 60 tahun hingga akhirnya meninggal dunia. Dalam pasal 1 ayat 2Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia adaah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas (Suardiman, 2011).

(2)

Orang yang lansia akan mengalami penuaan atau yang disebut dengan proses menua. Proses menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua makhluk hidup. Menjadi tua merupakan proses perubahan biologis secara terus menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu, sedangkan usia lanjut (old age) adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut (Hurlock, 1980).

Dalam proses penuaan terdapat berbagai permasalahan pada lansia yaitu permasalahan ekonomi, sosial budaya, masalah psikologis dan kesehatan. Masalah ekonomi lansia ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Masalah sosial budaya ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun. Masalah psikologis yang dihadapi lansia pada umumnya meliputi kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama bagi lansia yang miskin, post power syndrome, serta kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial biasanya berkaitan dengan hilangnya jabatan atau kedudukan dapat menimbulkan konflik atau keguncangan. Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam kehidupan usia lanjut, bahkan sering lebih menonjol daripada aspek lainnya dalam kehidupan seorang lansia. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman, rasa memiliki dan dimiliki, serta akan kasih sayang, kebutuhan aktualisasi diri. Masa tua ditandai oleh penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai penyakit, masalah kesehatan pada umumnya merupakan masalah yang paling dirasakan oleh lansia yang diharapkan bagi paralanjut usia adalah bagaimana agar masa tua dijalani dengan kondisi sehat, bukan dijalani dengan sakit-sakitan. Untuk itu rencana hidup seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa usia lanjut, sudah punya rencana apa yang akan dilakukan kelak sesuai dengan kemampuannya (Suardiman, 2011).

(3)

3

50% lansia memiliki penyakit kronis sehingga membutuhkan pelayanan (Bjorklund & Bee, 2008). Beberapa faktor yang menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang dihadapi lansia sepanjang hidupnya karena perbedaan pekerjaan yang dilakukan, perbedaan sosial ekonomiyang rendah (Rybash, Roodin, Santrock, 1991).

Lansia sering sekali tidak disukai serta sering dikucilkan dipanti jompo. Di Indonesia hanya sekitar 5% dari orang-orang dewasa lanjut yang menghabiskan waktu untuk tinggal dipanti jompo. Keputusan untuk menempatkan orang tua atau sanak keluarga yang lanjut usia dipanti jompo atau fasilitas perawatan lainnya seringkali didahului oleh upaya untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan fisik dan emosional akan perawatan selama bertahun-tahun. Keputusan untuk menempatkan orang lanjut usia dalam panti jompo seringkali menimbulkan stress bagi lansia. Permasalahan awal yang dialami lansia ketika berada dipanti jompo adalah penyesuaian diri yang dilakukan dengan tempat dan kondisi yang berbeda, kebebasan dan ketergantungan terhadap petugas di panti jompo, selain itu kekhawatiran lanjut usia akan kualitas perawatan yang diberikan petugas di panti jompo. Pelayanan kesehatan bagi lansia kurang memadai, sementara itu segala macam penyakit timbul akibat pertambahan usia yang harus memerlukan pengetahuan an teknologi khusus bagi pelayanan lansia (Rodin& Hoyer, 2003).

Tinggal di panti jompo tidak selamanya memberikan dampak negatif pada lansia, terkadang lansia akan lebih menikmati waktunya dengan teman sebaya daripada keluarga, karena dengan sesema lanjut usia mereka lebih dapat berdiskusi dengan masalah yang mereka hadapi bersama, sehingga saling membantu memecahkan masalah masing-masing misalnya mengenai kesehatan, harapan tentang kehidupan, peran sosial, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya, dan masuk surga. Bersosialisasi dengan sesama lansia memiliki peranan penting bagi lansia tetapi peran keluarga lebih berarti bagi lansia karena dukungan emosiaonal yang lebih besar terdapat dalam keluarga (Papalia, Sterns, Feldman, Camp, 2002). Masa lanjut usia merupakan masa mempertahankan kehidupan (defensive strategy) dalam arti secara fisik menjaga kesehatan agar tidak sakit-sakitan dan menyulitkan atau membebani orang lain sekalipun tinggal di panti jompo ataupun dengan keluarga (Suardiman, 2011). Faktor kesehatan yang baik merupakan kunci kebahagiaan hidup lansia ( Lemme, 2006).

(4)

sebelumnya salah satunya dilakukan oleh Ayuningtias dian pratiwi pada tahun 2007 tentang kebermaknaan hidup lansia korbang gempa Yogyakarta 1. Dalam hasil penelitian tersebut, lansia korban gempa memiliki penilaian yang positif terhadap takdir yang sudah ditetapkan tanpa melupakan usaha dalam menjalani kehidupan, kebermaknaan hidup dari subjek penelitian setelah bencana terjadi dapat mereka peroleh melalui proses dimana setelah sempat mengalami kecacatan, kehilangan, kesepian ,kebingungan, kesedihan dan juga ketidakpercayaan diri. Dari penyikapan tersebut mereka dapat terus bersemangat dalam menjalani kehidupan dan menemukan makna hidup yang sangat berarti dan menjadi kebahagiaan bagi mereka, selain itu penelitian yang dilakukuan oleh Bayu pratama pada tahun 2010, yaitu kebermaknaan hidup lansia yang mengalami ketunanetraan sejak dini mengungkapkan

menerima kecacatan sebagai takdir dari Allah dan keikhlasan dalam derita membuat subjek merasa tenang dalam hidup, subjek juga menerima kecacatan tanpa adanya penyesalan dan menjadikan agama sebagai nilai penting dalam memaknai kehidupan. Dari beberapa penelitian sebelumnya dan kenyataan yang terjadi pada lanjut usia dapat diperoleh kesimpulan bahwa lansia mengharapkan tetap dapat bertahan hidup dalam kondisi apapun, semangat untuk hidup, berperan sosial,mempertahankan hak dan hartanya serta mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa.

(5)

5

Tunanetra merupakan bentuk cacat yang khas, sensorinya berupa daya penglihatan. Organ mata pada penderita tunanetra dalam proses fisiologis melihat mengalami gangguan yaitu bayangan benda yang ditangkap oleh mata tidak dapat diteruskan oleh kornea, lensa mata, retina, dan ke saraf karena suatu sebab (Efendi,2008).

Setiap orang (normal) selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya, dapat terpenuhinya kebutuhan dan juga keinginan. Serta senantiasa menginginkan dirinya menjadi orang berguna bagi keluarga, lingkungan masyarakat dan bagi dirinya sendiri (Bastaman, 1995).

(6)

Manusia hidup di dunia dengan penuh makna, kita mengalami keadaan yang tidak sempurna, sehingga dapat memberikan makna bagi kehidupan manusia (Adler, 2004).

Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya, seperti keinginan untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless), Frankl (dalam Bastaman 1995). Makna hidup dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam menemukan pola tujuan-tujuan & nilai-nilai yang terintegrasi dalam hidup atau dengan kata lain kebermaknaan hidup seseorang berkaitan dengan ada tidaknya kemampuan individu untuk menyesuaikan diri secara efisien terhadap berbagai masalah hidupnya. Karena makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus dicari, dijajagi dan ditemukan sendiri (Bastaman, 2007).

Seorang lansia yang mengalami tunanetra, sebagai manusia biasa juga memiliki keinginan selayaknya lansia yang memiliki fisik sempurna. Seorang lansia yang mengalami ketunanetraan memiliki penilaian mengenai kehidupannya, misalnya saja memiliki harapan dan tujuanya mengenai kehidupan yang sedang dijalaninya,dalam kondisi lanjut usia mengalami ketunanetraan berada pada situasi yang cukup sulit. Pada sisi lain, seseorang penyandang tunanetra mengalami kesulitan tersendiri dimana ia tidak mampu mempersepsi lingkungan di sekitarnya secara visual akibat kehilangan indera penglihatannya, keadaan ini membuat mereka mengalami keterbatasan orientasi dan mobilitas sehingga menghambat kegiatannya (Semiawan & Mangunsong, 2010).

(7)

7

Tunanetra yang berkembang secara normal itu mempunyai keinginan dan cita-cita hidup yang wajar sebagaimana manusia pada umumnya. Mereka ingin berfungsi dan berperan di dalam keluarga dan masyarakat. Berpangku tangan dan dilayani bukanlah harapannya. Mereka tak mau hanya menjadi obyek, melainkan juga ingin menjadi subyek yang aktif di dalam pembangunan. Mereka ingin menjadi manusia yang berguna, berbakti kepada bangsa dan negara adalah tujuan hidupnya. Sebagaimana manusia lainnya tunanetra ingin dapat melaksanakan fungsi sosialnya.Di dalam ketunanetraan itu mereka juga mewarisi naluri cinta. Mereka ingin merealisasikan cinta tersebut di dalam kehidupannya. Mereka ingin saling mencintai, mereka ingin menikmati indahnya cinta di dalam kesucian, melalui rumah tangga. Mereka mendambakan tangis bayi hasil buah percintaannya. Mereka ingin menimang, membelai dan bercanda dengan si bayinya itu. Betapa bahagia apabila di hari tuanya dapat hidup di dalam pemeliharaan kasih sayang anaknya (Soeharjadi, 1988).

Dengan segala keterbatasan yang menyebabkan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Maka dalam memberikan proses penilaiannya tersebut, apabila seseorang lansia tunanetra dapat menilai dan menemukan arti kehidupannya secara positif, dalam berbagai peristiwa penting yang dialaminya. Maka lansia tunanetra akan memiliki sebuah harapan yang dapat dijadikan sebagai tujuan hidup, yang akhirnya dapat memberikan makna hidup dan dapat menuntunnya pada perasaan bahagia.

Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana gambaran makna hidup lansia tunanetra.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana gambaran mengenai makna hidup lansia tunanetra.

C.Tujuan Penelitian

(8)

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian mengenai makna hidup lanjut usia tunanetra adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Untuk memperkaya informasi ilmiah dalam bidang psikologi terutama psikologi sosial dan perkembangan mengenai makna hidup lanjut usia tunanetra.

2. Manfaat Praktis

(9)

MAKNA HIDUP

(Studi pada Lansia Tunanetra)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Psikologi

Oleh: Danti Pratiwi

08810006

FAKULTAS PSIKOLOGI

(10)

MAKNA HIDUP

(Studi pada Lansia Tunanetra)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Psikologi

Oleh: Danti Pratiwi

08810006

FAKULTAS PSIKOLOGI

(11)
(12)

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini “Makna Hidup Lansia Tunanetra” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Berbulan-bulan menyusun skripsi ini banyak membawa kenangan baik bagi penulis. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra.Cahyaning Suryaningrum, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Dr. Latipun, M. Kes, dan Zainul Anwar, M. Psi, selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Djudiyah, M.Si yang telah memberikan dukungan dan arahan pada penulis. 4. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmunya

kepada penulis.

5. Untuk yang teristimewa kedua orangtua penulis ayah Budiyono dan ibunda Faizatunnisa terimakasih atas kasih sayang tanpa batas, yang tak pernah lelah mendoakan anaknya ini dan tak henti-hentinya memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Adik penulis yang paling kaka sayang, Hesti Yulianti dan Hafizatunnika yang selalu memberikan dukungan agar skripsi ini dapat segera selesai.

7. Gusti Surya Achmady, kebersamaan yang begitu berharga sampai nanti terima kasih atas kesabaran dan kesetiaannya mendampingi penulis.

8. Bubuhan Buncis (Mute & Saptyna) terima kasih telah menjadi sahabatku dan terima kasih atas semangat dan perhatian yang telah kalian berikan.

(13)

10. Gulita Pamukir Arumi terima kasih telah menjadi pendengar yang baik dikala galau.

11. Achmad Faisal, terima kasih atas bimbingan skema sungai kehidupan.

12. Rekan-rekan Psikologi 2008 khususnya kelas A, kebersamaan yang begitu menyenangkan selama berkumpul bersama kalian.

13. Bibi kos yang baik hati, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya selama ini. 14. Subjek penelitianku yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penulis

sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

15. Teman-temanku, Hendra, Reza Magnum, Echi, Putri Rakmadhani, Mira, Winda, Lina, Kak Sri terima kasih atas bantuan & semangat yang diberikan kepada penulis.

16. Semua pihak yang telah mau penulis repotkan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya.

Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa tugas akhir yang sederhana ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritikan dan saran sangat penulis harapkan guna kesempurnaan karya sederhana ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 22 April 2012 Penulis,

(14)

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PENYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR SKEMA ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Hidup ... 9

1. Pengertian Makna Hidup ... 9

2. Karakteristik Makna Hidup ... 10

3. Sumber-Sumber Makna Hidup ... 10

4. Dimensi-Dimensi Makna Hidup ... 12

5. Karakteristik Individu yang Mempunyai Makna Hidup ... 13

6. Jenis Makna dalam Hidup ... 14

7. Proses-proses Perubahan dari Penghayatan Hidup tak Bermakna Menjadi Lebih Bermakna ... 16

8. Cara untuk Menemukan Makna Hidup ... 18

9. Akibat Gagalnya Pencapaian Makna Hidup ... 18

B. Lansia (Lanjut Usia) ... 20

(15)

2. Batasan Lansia (Lanjut Usia) ... 22

3. Tugas Perkembangan Lansia (Lanjut Usia) ... 23

4. Masalah-masalah yang Dihadapi Lanjut Usia ... 23

C. Tunanetra ... 27

1. Pengertian Tunanetra ... 27

2. Kondisi Psikologis Penyandang Tunanetra ... 28

3. Makna Hidup Lanjut Usia Tunanetra ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 35

B. Batasan Istilah ... 35

C. Subjek Penelitian ... 36

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

E. Metode Pengumpulan Data ... 36

F. Prosedur Penelitian ... 37

G. Teknik Analisa Data ... 38

H. Instrument Penelitian ... 39

I. Metode Keabsahan ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

B. Analisa Data ... 46

C. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(16)
(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent ... 56

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ... 57

Lampiran 3. Hasil Wawancara ... 60

(18)

Abidin, Zainal. (2002). Analisis eksistensial untuk psikologi dan psikiatri. Bandung: PT. Refika Aditama.

Adler, A. (2004). What life should mean to you: Jadikan hidup lebih bermakna. Yogyakarta: Alenia

Bandiyah, S. (2009). Lanjut usia dan keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Bastaman, H. D. (1995). Integrasi psikologi dengan islam: Menuju psikologi islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bastaman, H. D. (1996). Meraih hidup bermakna : Kisah pribadi dengan pengalaman tragis. Jakarta: Paramadina.

Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi: Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Bjourklund, B. R & Bee, H. L. (2008). The journey of adulthood (Sixth edition). New Jersey: Pearson Education Inc.

Efendi, M. (2008). Pengantar psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Frankl, V. E. (2006). Logoterapi: Terapi psikologi melalui pemaknaan eksistensi. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Hadjam, R. N. M. & Zainnurofikoh. (2001). Hubungan antara kebermaknaan hidup dengan harga diri pada mahasiswa. The Indonesian Journal of Psychology, 3, 60-73.

Hardywinoto, & Setiabudhi, T. (1999). Panduan gerontologi tinjauan dari berbagai aspek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hurlock, B. E. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang tentang kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Lemme, H. B (2006). Development in adulthood. Boston: Ablongman Publisher

(19)

Papalia, E. D., Sterns, L. H., Feldman, D. R,. & Camp, J.C. (2002). Adult development and aging, New York: McGraw Hill.

Papalia, E. D., Olds, W. S. dan Fieldman, D. R. (2009). Human development: Perkembangan manusia (Edisi dua). Jakarta: Salemba Humanika.

Pratama, B. (2010). Kebermaknaan hidup lansia yang mengalami tunanetra sejak dini. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Jakarta).

Pratiwi, D. A. (2007). Kebermaknaan hidup lansia korban gempa I daerah istimewa Yogyakarta (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Roodin, P. A & Hoyer, J. W (2003). Adult development and aging (Edisi kelima). New York: McGraw Hill

Rybash, J. W., Roodin, P. A., & Santrock, J. W. (1991). Adult development and aging (Edisi kedua). New York: Wm. C. Brown Publishers.

Santrock, W.J. (2002). Life-span depelovment: Perkembangan masa hidup (Jilid Dua). Jakarta: Erlangga

Suardiman, P. S. (2011). Psikologi lanjut usia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Semiawan, R. C., & Mangunsong, F. (2010). Keluarbiasaan ganda twice exceptionality: Mengeksplorasi, mengenal, mengidentifikasi dan menanganinya (Cetakan satu). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Smart, A. (2010). Anak cacat bukan kiamat: Metode pembelajaran dan terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Yogyakarta: Katahati.

Soeharjadi. (1988). Penanganan cedera mata dan aspek sosial kebutaan : Aspek sosial kebutaan. Jakarta : Gaya Baru

Referensi

Dokumen terkait

LULUS EVALUASI PENAWARAN , untuk itu diminta Saudara menghadiri Pembuktian Kualifikasi paket pekerjaan Pengadaan Peralatan Praktek SMK Negeri 3 Jayapura Tahun 2017 , yang

Kepuasan Kerja dengan Motivasi Kader dalam Pelaksanaan Posyandu Balita. di Desa Kembaran Kecamatan Kembaran

Penelitian ini mengkaji mengenai bagaimana menentukan estimasi parameter dengan variabel dummy menggunakan metode kuadrat terkecil, menentukan rata-rata dan faktor-faktor yang

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Remediasi Pembelajaran Melalui Model Arcs (Attention, Relevancy,pConvident, Satisfaction) untuk

efektifitas manajemen yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. • Rasio ini terdiri dari profit margin on

Meskipun gagasan ini masih terlihat belum konkrit -sebab apakah mengacu pada sistem pendidikan terpadu dengan menggunakan kurikulum penuh atau hanya sekedar memberikan

Tidak hanya memberi pertanda kemungkinan bahaya, pikiran intuitif juga memberi pertanda akan adanya peluang dan sinyal yang diberikannya ke pikiran sadar bisa memperkirakan apa

[r]