• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR YAMAHA (Studi kasus pada Masyarakat Wilayah Mergosono Kota Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR YAMAHA (Studi kasus pada Masyarakat Wilayah Mergosono Kota Malang)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

BRAND IMAGE

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR

YAMAHA

(

Studi kasus pada Masyarakat Wilayah Mergosono Kota Malang

)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Derajat Sarjana Ekonmi

Oleh:

HERMAWAN NUGROHO 07.610.023

FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah AWT, atas segala rahmad dan

hidayah-Nya, hingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan

judul “Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor

YAMAHA” ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu tugas perkuliahan.

Bersamaan dengan selesainya pelaporan penelitian ini, peneliti mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Dr. Muhajir Effendy,M.Ap., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang.

2. Dr. H. Nazarudin Malik, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Aniek Rumijati, MM., selaku ketua jurusan Manajemen. Fakultas

Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Rahmad Wijaya, SE, MM., selaku dosen pembimbing I, yang dengan sabar

telah memberikan bimbingan, arahan maupun saran-saran selama penelitian

dilaksanakan.

5. Dra. Uci Yuliati, MM., selaku dosen pembimbing II, yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan, arahan maupun saran-saran selama penelitian

dilaksanakan.

6. Drs. Mursidi, MM., selaku dosen wali kelas A 2007, yang telah memberikan

(5)

7. Segenap dosen dan staf dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Malang, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan sepanjang masa

perkuliahan.

8. Masyarakat Mergosono Gg. 1 sampai Gg. 9 yang telah memberikan izin

selama proses pengambilan data.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

saran, kritikan maupun masukan-masukan yang bersifat membangun akan

peneliti terima dengan senang hati. Mudah-mudahan hasil penelitian ini

bermanfaat bagi semua kalangan, terutama bagi kalangan akademis.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ,,,... ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

ABSTRAK ... vi

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Batasan Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ... 7

B. Merek ... 8

E. Keputusan Pembelian ……….. 25

1. Proses Keputusan Pembelian ………... 25

2. Tahapan proses Keputusan Pembelian ………. 26

F. Hubungan Citra Merek dengan Keputusan Pembelian …….... 29

(7)

H. Hipotesis ……….………..…. 32

BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian ……… 34

B. Jenis Penelitian ……….. 34

C. Teknik Pengumpulan Data ……….. 35

D. Sumber Data ……… 36

E. Populasi dan Sampel ……… 36

1. Populasi Penelitian ……….. 36

2. Sampel ………. 37

F. Konsep dan Variabel Penelitian ………... 38

G. Definisi Oprasional Penelitian ………. 40

H. Skala Pengukuran ……… 41

I. Uji Instrumen Penelitian ……… 42

1. Reliabilitas Perangkat Instrumen ………... 42

2. Validitas Pengukuran ……… 43

J. Teknik Analisa Data ... 44

1. Regresi Logistik ……… 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ……… 47

B. Uji Reabilitas ... 48

C. Uji Validitas ... 49

D. Karakteristik Responden ... 51

E. Analisis Data ... 52

F. Pembahasan Per Indikator ... 53

1. (Variabel X1.1, X1.2, X1.3, dan X1.4 terhadap Y) ... 53

2. (Variabel X2.1, X2.2, X2.3, dan X2.4 terhadap Y) ... 55

3. (Variabel X3.1, X3.2, X3.3, dan X3.4 terhadap Y) ... 58

G. Pembahasan Variabel (X1, X2, dan X3 terhadap Y) ... 60

H. Hasil Perhitungan Probabilitas 100 Responden ... 64

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 68

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran.

1. Kuisioner ... 1

2. Hasil Kuisioner ... 2

3. Validitas dan Reabilitas ... 3

4. Analisis Data ... 4

5. Nilai r ………..… 5

6. Hasil Probabilitas ………..……….... 6

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002, Prosedur Penelitian, Edisi Revisi, PT Rineka Cipta,

Jakarta.

Aaker, David, 1997, Manajemen Ekuitas Merek, Alih bahasa oleh Aris Ananda,

Spektrum Mitra Utama, Jakarta.

Biels, Alexande. L, 1992, How Brand Image Drive Brand Equity.Journal Advertising

of Research.

Kertajaya, Hermawan. 2006. Seri 9 Elemen Pemasaran. Hermawan Kertajaya on

Segmentation. Jakarta: MarkPlus&Co. Hlm. 16-17.

Kertajaya, Hermawan, 2003, MarkPlus On Strategy, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kotler, Philip dan Gary Amrstrong, 2003, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid I, Penerbit Erlangga:Jakarta.

Kotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Milenium, PT.

Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, Jilid II, Edisi Milenium, PT.

Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, Philip, 2004, Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Milenium, PT. Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, Philip, 2006, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid I, Edisi 12, PT. Gelora Aksara

Pratama, Jakarta

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metotde Riset untuk Bisnis & Ekonomi: Bagaimana

(10)

Rangkuti, Freddy. 1997. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

http://kedungkandang.malangkota.go.id/DATA_PENDUDUK

Schiffman, Leon G., dan Leslie Lazar Kanuk. 2004. Perilaku Konsumen. Edisi

Ketujuh PT Gramedia, Jakarta.

Simamora, Bilson, 2002, Aura Merek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survai, Cetakan

Kedua, LP3S, Jakarta.

Singgih Santoso, 2001, SPSS Versi 10 Mengolah Data Statsitik Secara Profesional, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sugiono, 2004, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Sutisna & Teddy Pawitra, 2001, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran,

PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Swastha, DH. Basu & Handoko, T. Hani, 2000, Manajemen Pemasaran; Analisis

Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, BPFE, Yogyakarta.

Mustikarillah , Rizki Nurafdal, 2011 , Pengaruh Brand Image Terhadap Pengambilan

Keputusan Pembelian sepeda motor scooter matic,Makassar.

Fachira, Nurul Rizki, 2012, Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian

Suzuki Satria F Pada PT. Bosowa Berlian Motor

Tjiptono, Fandy, 2005, Pemasaran Jasa, Bayumedia.

Tjiptono, Fandy, 2005, BRAND Management & Strategy, Andi, Yogyakarta.

(11)

Umar, Husein. 2009. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.

Widayat, 2004, Metode Penelitian Pemasaran; Aplikasi Sofware SPSS, Edisi

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan industri otomtif di Indonesia telah berkembang dengan

pesat, hal ini menyebabkan kondisi persaingan dunia bisnis dewasa ini semakin

hari bertambah ketat. Setiap perusahaan dituntut berupaya menciptakan

keunggulan kompetitif yang berkesinambungan dalam menghadapi semakin

banyak munculnya pemain baru (pesaing) yang bergerak dalam industri yang

sama. Semakin banyaknya industri yang bermunculan sebagai akibat dari

adanya tingkat kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan bervariatif,

sebagai dampak dari banyak bermunculannya industri yang ada maka bidang

pemasaran sangat berpengaruh dan merupakan satu elemen penting untuk

menghadapi persaingan.

Industri otomotif yang merupakan salah satu dari produk trasportasi

perorangan yaitu sepeda motor. Sepeda motor sudah dikenal oleh masyarakat

Indonesia sejak lama sebagai alat trasportasi yang hanya dapat digunakan pada

jalan darat. Selain itu sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang

sangat diminati oleh masyarakat karena lebih memberikan kenyamanan dan

lebih efisien digunakan untuk menunjang aktivitas.

Setiap perusahaan akan berusaha menyusun strategi pemasaran yang

dapat menjangkau pasar sasaranya dengan seefektif mungkin. Setiap strategi

pasti dilengkapi dengan alat-alat pemasaran yang dianggap paling tepat bagi

(13)

2

yang dapat dilakukan oleh perusahaan salah satunya adalah dengan

menciptakan Brand Image suau produk. Citra merek yang baik secara

emosional akan membentuk kepuasan dalam diri individu yang menghasilkan

kesan kualitas (persepsi nilai yang dirasakan pelanggan atas mutu produk)

terhadap suatu merek.

Perusahaan yang ingin bertahan lama dipasar, sebaiknya

mengalokasikan biaya untuk pembentukan citra merek (brand image). Hal ini

karena dengan memiliki merek yang kuat dan dikenal luas oleh konsumen

merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan. Seperti halnya produsen

Yamaha yang dikenal luas oleh konsumen. Dari hasil pengamatan, Yamaha

terkenal sebagai merek sepeda montor yang diakui memiliki kualitas dengan

patokan harga yang relative lebih murah dibandingkan dengan merek lain. Dari

sini dapat dilihat bahwa Yamaha dalam menghadapi kompetisi dengan

kompetitornya tidak dengan menawarkan harga yang lebih mahal, dan lebih

menjual kualitas dengan mengedepankan kekuatan merek yang dimilikinya,

sehingga memberikan keyakinan kepada konsumen.

Menurut Rangkuti dalam bukunya “The Power of Brand” mengatakan

bahwa merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan

feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek terbaik akan

memberikan jaminan kualitas. Namun pemberian nama atau merek pada suatu

produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu simbol, melainkan atribut,

manfaat, nilai, budaya, kepribadian, dan pemakai. Merek telah menjadi elemen

(14)

3

baik perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemanufaktur maupun penyedia jasa,

dan organisasi lokal maupun global

Para pemasar sadar bahwa loyalitas konsumen terhadap merek

merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang konsumen pada sebuah merek dan

juga mencerminkan suatu pengaruh dari fungsi psikologis terhadap

pengambilan keputusan dan evaluasi pembelian seorang konsumen. Pemasar

harus selalu mendesain program pembangunan citra merek dalam aktivitas

pemasaran dan melakukan kegiatan yang mendukung pemasaran guna

memperkuat merek. Kekuatan merek bermain dalam dua hal, yaitu persepsi

konsumen tehadap merek dan loyalitas konsumen pada penggunaan merek.

Yamaha adalah salah satu produsen sepedah motor di Indonesia yang

memasarkan berbagai jenis dan tipe motor sesuai kualifikasi dan kelebihannya

masing-masing yang telah terkenal dan dipercaya masyarakat dari berbagai

kalangan.Selain itu sepeda motor merek yamaha sudah sangat melekat di hati

konsumen sebagai salah satu parodusen sepeda motor yang memproduksi

motor dengan desain, kualitas mesin, dan akselerasi kecepatan yang

baik.Penjualan sepeda motor Yamaha mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada data penjualan sepeda motor yang di

keluarkan oleh Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia(AISI) pada table

(15)

4

Data penjualan Sepeda Motor Tahun 2008 - 2012

Tahun Yamaha

2008 2.465.564

2009 2.674.892

2010 2.782.541

2011 3.136.073

2012 4.139.210

Total 15.198.280

Sumber:http://otomotif.kompas.com/read/2010/01/18/07220016/Penjualan.Sepeda.Motor

Seiring dengan perkembangan persaingan antar produsen, sepeda

motor Yamaha diproduksi dengan berbagai macam keunggulan yang bertujuan

untuk menaikkan volume penjualan, meraih kembali pasar yang telah menurun

dan untuk mempertahankan pasar yang telah diperolehnya. Oleh karena itulah

Citra merek yang memiliki tiga komponen pendukung yaitu variabel citra

pembuat, citra pemakai, dan citra produk sangatlah penting untuk meraih

pangsa pasar yang diharapkan oleh perusahaan.

Selain itu dengan banyaknya merek sepeda motor yang beredar di

lingkungan masyarakat, permasalahan yang akan dihadapi oleh masyarakat

adalah bagaimana memilih sepeda motor yang sesuai dengan harapan,

mengingat masyarakat saat ini termasuk konsumen yang kritis dalam memilih

produk yang akan dibeli. Disamping itu masyarakat termasuk dalam segmen

smart customer yang membutuhkan banyak pertimbangan sebelum melakukan

keputusan pembelian pada suatu produk. Obyek dalam penelitian ini adalah

masyarakat di daerah Mergosono Malang yang dinilai oleh peneliti sudah

(16)

5

Dari uraian diatas, bahwa citra merek mempunyai pengaruh terhadap

perilaku konsumen pada suatu produk, maka peneliti memilih judul

Pengaruh Brand Image tehadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor

Yamaha (Studi kasus pada masyarakat Wilayah Mergosono Malang)“.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial dan secara simultan dari

komponen brand image yang terdiri dari variabel citra pembuat (X1), citra

pemakai (X2), dan citra produk (X3) terhadap keputusan pembelian sepeda

motor jenis Yamaha Mio di Mergosono Malang?

2. Di antara ketiga variabel tersebut, variabel manakah yang dominan

berpengaruh terhadap keputusan pembelian sepeda motor jenis Yamaha

Mio di Mergosono Malang?

C. BATASAN PENELITIAN

Guna memperoleh pembahasan yang lebih fokus dan terarah dalam

penyusunan skripsi ini, maka penelitian ini hanya dibatasi keputusan pembelian

sepeda motor jenis YAMAHA MIO.

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini sehubungan dengan

masalah yang dirumuskan diatas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial dan secara

(17)

6

(X1), citra pemakai (X2), dan citra produk (X3) terhadap keputusan

pembelian sepeda motor Yamaha Mio di Mergosono Malang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh komponen brand image

yang dominan terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio di

Mergosono Malang.

E. MANFAAT PENELITIAN

Adapun hasil dari penelitian ini secara umum diharapkan dapat

memberikan kontribusi bagi masyarakat luas, dan khususnya kepada:

1.) Bagi Penelitian Selanjutnya :

a. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refrensi untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.

b. Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi peneliti yang melakukan

penelitian selanjutnya sehingga dapat menambah pengetahuan dan

referensi.

2.) Bagi Perusahaan :

a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

selanjutnya berguna untuk menyusun kebijakan pemasaran.

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi strategi pemasaran yang

(18)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan sebuah acuan bagi penulis dalam

menyusun skripsiini. Penelitian terdahulu bermanfaat dalam membandingkan,

sebagai dasar pedoman maupun sebagai dasar pertimbangan penulis dalam

menyusun skripsi ini. Tabel dibawah ini adalah beberapa penelitian yang

terlebih dahulu muncul dengan topik yang sama dengan penelitian ini.

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil analisis

regresi logistik diketahui

bahwa citra produk

berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan

konsumen dalam sepeda

motor scooter matic.

Hasil penelitian dengan

menggunakan analisis

regresi logistik ditemukan

bahwa variable brand

image berpengaruh

terhadap keputusan

pembelian Suzuki Satria F

pada PT. Bosowa Berlian

(19)

8 B. MEREK

1. Pengertan Merek

Suatu merek (brand) adalah label yang mengandung arti dan asosiasi

dan merupakan cermin dari janji yang diucapkan oleh produsen kepada

konsumen atas kualitas produk atau jasa yang telah dihasilkan. Merek yang

hebat dapat berfungsi lebih yaitu dapat memberi warna dan getaran pada

produk atau jasa yang dihasilkan. Dan ciri-ciri dari suatu merek dapat dikatakan

hebat adalah seberapa banyak orang yang setia dan tetap memilih merek

tersebut. Beberapa ahli maupun organisasi pemasaran memiliki pengertian

yang berbeda tentang merek.

Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 dalam Tjiptono,

pengertian dari merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,

huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut

yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan

barang atau jasa.

Definisi ini memilki kesamaan dengan definisi versi American Marketing

Association yang menekankan peranan merek sebagai identifier dan

diferentiator. Berdasarkan kedua definisi tersebut, secara teknis apabila seorang

pemasar membuat nama, logo atau simbol baru untuk sebuah produk baru,

maka ia telah menciptakan sebuah merek.

Menurut Kotler (2002:460) pengertian dari sebuah merek adalah nama,

istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau

(20)

9

Merek dapat memiliki enam makna, yaitu :

a. Atribut : merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.

b. Manfaat : merek bukanlah sekedar kumpulan atribut, sebab yang dibeli

konsumen adalah manfaat.

c. Nilai : merek menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.

d. Budaya : merek juga mewakili budaya produsennya.

e. Kepribadian: merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.

f. Pemakai : merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut.

Merek membedakan produk barang atau jasa sebuah perusahaan dari

produk saingannya. Merek bisa membuat pembeli yakin akan memperoleh

kualitas barang/jasa yang sama jika mereka membeli ulang. Bagi penjual,

merek merupakan sesuatu yang bisa diiklankan dan akan dikenali konsumen

bila sedang diletakkan di etalase toko. Selain itu, merek juga menolong

penjual mengendalikan pasar mereka karena pembeli tidak mau

dibingungkan oleh produk barang/jasa yang satu dengan produk barang/jasa

yang lain.

Gambar 2.1

Gambaran Ringkas Keputusan Pemberian Merek

Keputusan Keputsan Keputusan Keputusan Keputusan Penentuan Pemberian Merek Sponsor Merek Nama Merek Strategi Merek Ulang Posisi Merek

Sumber: Kotler, Manajemen Pemasaran, 2002

(21)

10 a. Keputusan pemberian merek

Keputusan yang dibuat oleh perusahaan untuk pertama kalinya

adalah apakah perusahaan harus mengembangkan suatu nama merek

untuk produknya atau tidak. Di masa lalu merek tidak begitu penting,

produsen menjual produk mereka dengan satuan barel, bin, atau peti dan

pembeli hanya mengandalkan integritas penjual. Sedangkan saat ini

pemberian merek sudah merupakan suatu keharusan sehingga hampir

tidak ada produk yang tidak diberi merek, karena merek dapat

memudahkan penanganan produk, menjaga produksi supaya memenuhi

standar mutu, memperkuat preferensi pembeli, serta memudahkan

identifikasi pemasok. Konsumen menginginkan merek karena membantu

mereka mengidentifikasi perbedaan mutu dan berbelanja lebih efisien.

b. Keputusan sponsor merek

Produk dapat diluncurkan sebagai merek produsen (disebut merek

nasional), merek distributor (disebut merek pengecer, toko, atau pribadi)

atau merek lisensi. Alternatif lain, produsen memproduksi sebagian

keluaran dengan namanya sendiri dan sebagian yang lain dengan label

distributor.

c. Keputusan nama merek

Produsen yang memutuskan untuk memberi merek pada produknya

harus memilih nama merek yang akan digunakan. Strategi yang

digunakan diantaranya : nama merek individual, nama kelompok

(22)

11

untuk semua produk, nama dagang perusahaan dikombinasikan dengan

nama produk individual. Biasanya perusahaan memilih merek dengan

membuat suatu daftar, mendiskusikan arti berbagai nama,

memperdebatkan keuntungan, menghilangkan sebagiannya, mengujinya

terhadap konsumen sasaran dan menetapkan suatu pilihan akhir. Banyak

perusahaan berusaha membuat nama merek yang unik yang akhirnya erat

diidentifikasikan dengan kategori produk tersebut. Dengan pertumbuhan

pasar global yang cepat, persahaan harus memilih nama merek dengan

pandangan yang global. Dan nama harus mempunyai arti dan dapat

diucapkan dalam bahasa lain.

d. Keputusan strategi merek

Perusahaan memilki lima pilihan strategi merek, diantaranya

adalah :

a) Perluasan lini (line exstension), terjadi jika perusahaan

memperkenalkan unit produk tambahan dalam kategori produk yang

sama dengan merek yang sama, seperti rasa, bentuk, warna baru, dsb.

b) Perluasan merek (brand extension), sebuah perusahaan mungkin akan

memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada untuk

meluncurkan suatu produk dalam kategori baru. Perusahaan yang

tergoda untuk mengubah merek, harus melakukan riset seberapa baik

asosiasi merek tersebut sesuai dengan produk baru. Hasil terbaik

tercapai jika merek tersebut menghasilkan penjualan untuk produk

(23)

12

c) Multi merek (multibrand), Perusahaan sering memperkenalkan merek

tambahan dalam kategori produk yang sama. Kadang-kadang

perusahaan mencoba membentuk keistimewaan lain atau daya tarik

untuk motif membeli yang lain.

d) Merek baru (new brand), ketika perusahaan meluncurkan produk

dalam suatu kategori baru, perusahaan mungkin menemukan bahwa

tidak satupun merek yang dimilikinya tepat untuk produk tersebut.

e) Merek bersama (Cobrand), yaitu dua atau lebih merek yang terkenal

dikombinasikan dalam satu tawaran. Tiap sponsor merek

mengharapkan bahwa merek lain akan memperkuat preferensi merek

atau minat pembeli. Dalam hal produk yang dikemas bersama, tiap

merek berharap dapat menjangkau konsumen baru dengan

mengaitkannya dengan merek lain.

e. Keputusan penentuan ulang posisi merek

Sebaik apapun suatu merek diposisikan dalam pasar, perusahaan

mungkin harus menentukan kembali posisinya nanti bila menghadapi

pesaing baru atau bila terjadi perubahan preferensi pelanggan.

Membangun merek yang kuat tidak berbeda dari membangun

sebuah rumah. Untuk memperoleh bangunan yang kukuh, kita

memerlukan fondasi yang kuat. Begitu juga dengan membangun dan

mengembangkan merek (Rangkuti, 2004:5). Cara membangun merek

(24)

13 a. Memiliki positioning yang tepat.

Menempatkan semua aspek secara konsisten sehingga selalu

menjadi nomor satu di benak pelanggan.

b. Memiliki brand value yang tepat

Brand value adalah nilai-nilai yang terdapat di dalam merek.

c. Memiliki konsep yang tepat

Konsep yang baik adalah dapat mengkomunikasikan semua

elemen-elemen brand value dan positioning yang tepat, sehingga brand

image dapat terus-menerus ditingkatkan.

2. Manfaat Merek

Merek memberikan beberapa manfaat bagi penjual/produsen

(Keller,2003) di dalam Tjiptono (2005:20) antara lain :

a. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan

produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan

pancatatan akuntansi.

b. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.

c. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa

dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.

d. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk

dari para pesaing.

e. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,

(25)

14

f. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang.

a. Manfaatnya untuk konsumen, antara lain :

g. Identifikasi : Bisa dilihat dengan jelas, memberikan makna bagi produk,

gampang mengidentifikasi produk yang dibutuhkan.

h. Praktikalitas : Memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui

pembelian ulang identik dan loyalitas.

i. Jaminan : Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa

mendapatkan kualitas yang sama sekalipun pemebelian dilakukan di tempat

yang berbeda.

j. Optimasasi : Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli

alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk

tujuan spesifik.

k. Karakterisasi : Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen

atau citra yang ditampilkannya kepada orang lain.

l. Kontinuitas : Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi

dengan merek yang telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama

bertahun-tahun.

m. Hedonistik : Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo, dan

komunikasinya.

n. Etis : Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab

(26)

15 Tabel 2.1

Manfaat-manfaat Merek

No. Manfaat Merek Deskripsi

1. Manfaat ekonomik - Merek merupakan sarana bagi perusahaan untuk saling bersaing merebutkan pasar.

- Konsumen memilih merek berdasarkan value for money yang ditawarkan berbagai macam merek. - Relasi antara merek dan konsumen dimulai dengan

penjualan. Premium harga bisa berfungsi layaknya asuransi resiko bagi perusahaan. Sebagian besar konsumen lebih suka memilih penyedia jasa yang lebih mahal namun diyakininya lebih memuaskannya ketimbang memilih penyedia jasa yang lebih murah tidak jelas kinerjanya.

2. Manfaat fungsional - Merek memberikan peluang bagi diferensiasi. Selain memperbaiki kualitas (diferensiasi vertikal), perusahaan-perusahaan juga memperluas mereknya dengan tipe-tipe produk baru (diferensiasi horizontal).

- Merek memberikan jaminan kualitas. Apabila konsumen membeli merek yang sama lagi, maka ada jaminan bahwa kinerja merek tersebut akan konsisten dengan sebelumnya.

- Pemasar merek berempati dengan para pemakai akhir dan masalah yang akan diatasi merek yang ditawarkan.

- Merek memfasilitasi ketersediaan produk secara luas. - Merek memudahkan iklan dan sponsorship.

3. Manfaat psikologis - Merek merupakan penyederhanaan atau simplifikasi dari semua informasi produk yang perlu diketahui konsumen.

- Pilihan merek tidak selalu didasarkan pada pertimbangan rasional. Dalam banyak kasus, faktor emosional (seperti gengsi dan citra sosial) memainkan peran dominan dalam keputusan pembelian.

- Merek bisa memperkuat citra diri dan persepsi orang lain tehadap pemakai/pemiliknya.

- Brand symbolism tidak hanya berpengaruh pada persepsi orang lain, namun juga pada identifikasi diri sendiri dengan obyek tertentu.

(27)

16 3. Ekuitas Merek

Ekuitas merek (brand equity) merupakan serangkaian aset dan

pasiva/liabilities yang terkait dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang

menambah dan mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa

kepada sebuah perusahaan atau para pelanggan perusahaan (Rangkuti,

2004:39). Sebuah merek bisa memiliki posisi yang kuat dan menjadi modal

atau ekuitas bagi suatu perusahaan apabila merek tersebut memenuhi lima

unsur atau elemen yang meliputi :

a. Kesetiaan merek (Brand Loyality)

Yaitu ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.

b. Kesadaran merek (Brand Awareness)

Yaitu kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau

mengingat kembali bahwa merek merupakan bagian dari kategori produk

tertentu.

c. Kesan kualitas (Perceived Quality)

Yaitu persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan

suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan.

d. Asosiasi merek (Brand Associations)

Yaitu segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek.

(28)

17 Gambar 2.2

Elemen Brand Equity Versi David Aaker

Sumber: Aaker (1991,1995), dalam Tjiptono, Brand Management & Strategy, 2005

Menurut Kotler (2002:462) ekuitas merek yang tinggi memberikan

sejumlah keuntungan kompetitif, diantaranya adalah :

a. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena

kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi.

b. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi

dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan mereka

untuk menjual merek tersebut.

c. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi daripada

pesaingnya karena merek tersebut memiliki mutu yang diyakini lebih

tinggi.

d. Perusahaan lebih mudah untuk meluncurkan perluasan merek karena

merek tersebut memiliki kredibilitas tinggi.

e. Merek itu melindungi perusahaan dari persaingan harga yang ganas. Brand Equity

Brand Awareness

Perceived Quality

Brand Associations

(29)

18 C.Citra Merek(BRAND IMAGE)

1. Pengertian Brand Image

Brand Image(Citra merek) merupakan keseluruhan persepsi terhadap

suatu merek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai

sumber setiap waktu.Brand Image dibangun berdasarkan kesan, pemikiran

ataupun pengalaman yang dialami seseorang terhadap suatu merek yang

pada akhirnya akan membentuk sikap terhadap merek yang bersangkutan

(Setiadi, 2003: 180).Brand Image adalah sekumpulan asosiasi merek yang

terbentuk dan melekat dibenak konsumen (Rangkuti, 2004:244). Sedangkan

menurut Philip Kotler (2002 : 63) brand image adalah sejumlah keyakinan

tentang merek.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa brand image

adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap

merek tertentu dan dapat disampaikan melalui sarana komunikasi yang

tersedia.

2. Manfaat Brand Image

Menurut Sutisna (2001:83) ada beberapa manfaat dari citra merek

(brand image) yang positif, antara lain :

a. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih

memungkinkan untuk melakukan pembelian.

b. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan

(30)

19 3. Komponen Brand Image

Menurut Biels (1992), Brand Image memiliki tiga komponen

pendukung, yaitu :

a. Citra pembuat (corporate image): sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu

produk atau jasa.

b. Citra pemakai (user image): sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan

konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.

c. Citra produk (product image): sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan

konsumen terhadap suatu produk.

D. Perilaku Konsumen

1. Pengertian perilaku konsumen

Perilaku konsumen menurut Swasta DH. dan Handoko (2000:10)

adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam

mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa termasuk

didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan

kegiatan tersebut.

Menurut Best & Coney, 2001 dalam Tjiptono (2005:40)

mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah Studi mengenai individu,

kelompok, atau organisasi dan proses-proses yang dilakukan dalam

memilih, menentukan, mendapatkan, menggunakan, dan menghentikan

(31)

20

kebutuhan, serta dampak proses-proses tersebut terhadap konsumen dan

masyarakat.

Solomon (2002:5) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai :

Consumer behavior is the study of the process involved when individuals or

groups select, purchase, use or dispose of products, services, ideas, or

experiences to satisfy needs and desires.

Perilaku konsumen adalah sebuah studi dari sebuah procesyang

melibatkan individu-individuatau kelompok untuk memilih,

membeli,menggunakan suatu produk, jasa, ide-ideatau pengalaman untuk

memuaskan kebutuhan atau keinginan mereka.

Keputusan pembelian yang akan dilakukan oleh konsumen

sangatdipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis

(Kotler, 2004) :

a. Faktor-faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang mendasari keinginan

dan perilaku seseorang. Sejak seseorang terlahir, ia sudah mempunyai

seperangkat nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses

yang melibatkan keluarga dan lembaga sosial yang ada disekitarnya.

Kebudayaan biasanya terdiri dari sub budaya yang kecil dan memberikan

identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik kepada anggotanya. Dalam

hal ini status sosial seseorang juga sering mempengaruhi kebudayaannya.

(32)

21

lama dari suatu masyarakat yang tersusun secara hierarki dan dan

keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang sempurna.

b. Faktor- Faktor Sosial

Faktor sosial terdiri atas kelompok referensi, keluarga serta peran

dan statussesorang dalam lingkungannya. Kelompok referensi seseorang

terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung atau

tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Keluarga dalam hal

ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok keluarga

orientasi, yakni merupakan orang tua dari seseorang dan keluarga

prokreasi, yakni pasangan hidup anak-anak seorang keluarga. Kelompok

Prokreasi ini merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang penting

dalam suatu masyarakat yang sudah diteliti secara intensif.Sedangkan

status sosial merupakan posisi seseorang dalam setiap kelompok.

c. Faktor Pribadi

Faktor pribadi terdiri dari umur dan tahapan dalam siklus hidup,

pekerjaan,keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri,

Konsumsi seseorang dibentuk oleh umur dan tahapan siklus hidup

keluarga dan juga pekerjaan.Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari

pendapatan yang dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya dan polanya).

Tabungan dan hartanya ( termasuk persentase yang mudah dijadikan uang

), kemampuan untuk meminjam dan sikap mengeluarkan lawan

menabung.Gaya hidup seseorang merupakan pola hidup didunia yang

(33)

22

hidup ini seringkali mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosialnya.

Sedangkan kepribadian dan konsep diri merupakan karakteristik

psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya

terhadap lingkungan yang relatif konsisten.

d. Faktor Psikologis

Faktor psikologis ini terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar

serta kepercayaan dan sikap. Motivasi merupakan dorongan yang timbul

dari suatu keadaan psikologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus dan

rasa tidak nyaman.Persepsi didefenisikan sebagai proses dimana

seseorang memilih,mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi

untuk menciptakan gambaran yang berarti dari dunia. Sedangkan

kepercayaan dan sikap merupakan suatu gagasan deskriptif yang dimiliki

oleh seseorang terhadap sesuatu..

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen yang

ditulis diatas dapat digambarkan sebagai berikut ini (Philip Kotler &

(34)

23 Gambar 2.3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Sumber: Kotler & Amstong , 2003

2. Jenis Perilaku Pembelian

Perilaku membeli sangat berbeda untuk sebuah produk. Semakin

kompleks keputusan biasanya akan melibatkan semakin banyak pihak yang

terkait dan semakin banyak pertimbangan. Tabel 2.3 menggambarkan tipe-tipe

perilaku membeli berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat

(35)

24 a. Perilaku Membeli Yang Kompleks

Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks

(complex buying behaviour) ketika mereka benar-benar terlibat dalam

pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda antara merek yang

satu dengan yang lain. Konsumen mungkin amat terlibat ketika

produknya mahal, beresiko jarang dibeli, dan sangat menonjolkan

ekspresi diri. Pembeli akan melalui proses belajar mengenai kategori

produknya, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan pembelian yang

dipikirkan masak-masak.

b. Perilaku Membeli Yang Mengurangi Ketidakcocokan

Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan (

dissonance-reducing buying behaviour) terjadi ketika konsumen sangat terlibat

dengan pembelian yang mahal, jarang, atau beresiko, tetapi hanya

melihat sedikit perbedaan diantara merek-merek yang ada. Setelah

pembelian konsumen mungkin mengalami ketidakcocokan pasca

pembelian (merasa tidak nyaman setelah membeli) ketika mereka

menemukan kelemahan-kelemahan tertentu tentang merek yang mereka

beli/mendengar hal-hal bagus mengenai merek lain yang tidak mereka

beli.

c. Perilaku Membeli Karena Kebiasaan

Perilaku membeli karena kebiasaan (habitual buying behaviour)

terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya

perbedaan antar merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat

(36)

25

Mereka tidak terlalu terlibat dengan produk, mungkin konsumen tidak

akan mengevaluasi pilihan bahkan setelah membeli.

d. Perilaku Membeli Yang Mencari Variasi

Pelanggan menjalankan perilaku membeli yang mencari variasi

dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun

perbedaan merek dianggap cukup berarti.

E. Keputusan Pembelian

1. Proses Keputusan Pembelian

Setiap hari konsumen menentukan berbagai pilihan pembelian.

Kebanyakan perusahaan besar menyelidiki keputusan pembelian konsumen

begitu rincinya untuk menemukan apa yang dibeli konsumen, dimana

mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak yang mereka beli, kapan

mereka membeli, dan mengapa mereka sampai membeli.

Menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) keputusan pembelian

adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana

konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu

kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan

mempergunakan barang yang ditawarkan.

Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004,547) adalah

pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya

bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa

(37)

26

Perusahaan yang benar-benar memahami bagaimana tanggapan

konsumen atas sifat-sifat produk, harga, dan pendekatan iklan yang berbeda

memiliki keunggulan yang besar atas pesaingnya. Titik awalnya adalah

model rangsangan tanggapan dari perilaku membeli yang digambarkan

dalam gambar 2.3.

Gambar 2.4

Model Perilaku Pembeli

Sumber : Kotler, Manajemen Pemasaran, 2011;178

2. Tahap-Tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian

Gambar 2.5 menjelaskan bahwa proses keputusan pembeli terdiri dari

5 tahap : pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

keputusan membeli, dan perilaku pasca pembelian. Jelasnya proses

pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dan terus berlangsung

lama sesudahnya. Pemasar perlu memusatkan perhatian pada proses

(38)

27

Gambar 2.5

Proses Keputusan Pembelian

Sumber : Kotler & Gary Armstrong, 2007;235-224

a. Pengenalan Kebutuhan

Proses diawali dengan pengenalan kebutuhan (need recognition),

pembeli mengenali masalah/kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan

antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan dapat

dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal

seseorang muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi

dorongan. Suatu kebutuhan juga dapat dipicu oleh rangsangan internal.

b. Pencarian Informasi

Pencarian informasi adalah tahap proses pengambilan keputusan

membeli dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak

informasi, konsumen mungkin hanya meningkatkan perhatian/mungkin

aktif mencari informasi. Sumber-sumber informasi konsumen adalah

sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial

(iklan,wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan), sumber publik (media

massa, organisasi penilai pelanggan), sumber pengalaman (menangani,

(39)

28 c. Evaluasi Berbagai Alternatif

Evaluasi berbagai alternatif adalah tahap dalam proses

pengambilan keputusan membeli dimana konsumen menggunakan

informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu

susunan pilihan. Konsep-konsep dasar tertentu membantu menjelaskan

proses evaluasi konsumen. Pertama, kita berasumsi bahwa setiap

konsumen melihat suatu produk sebagai satu paket atribut produk.

Kedua, konsumen akan memberikan tingkat kepentingan yang

berbeda-beda pada atribut-atribut yang berberbeda-beda menurut kebutuhan dan

keinginannya yang unik. Ketiga, konsumen kemungkinan akan

mengembangkan satu susunan keyakinan merek mengenai posisi setiap

merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total

konsumen akan bervariasi terhadap tingkat-tingkat atribut yang berbeda.

Kelima, konsumen mencapai suatu sikap terhadap merek yang berbeda

lewat evaluasi.

d. Keputusan Membeli

Keputusan membeli adalah tahap proses pengambilan keputusan

membeli dimana konsumen benar-benar membeli produk. Biasanya,

keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling

disukai, tapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan

keputusan pembelian yaitu sikap orang lain dan faktor situasi yang tidak

(40)

29 e. Perilaku Pasca Membeli

Perilaku pasca membeli adalah tahap dalam proses

pengambilan keputusan membeli dimana konsumen mengambil tindakan

lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan/ketidakpuasan yang

mereka rasakan. Kepuasan pelanggan penting sekali disini karena

penjualan perusahaan berasal dari dua kelompok dasar yaitu pelanggan

baru dan pelanggan yang kembali membeli. Biasanya, biaya untuk

menarik pelanggan baru lebih besar daripada biaya untuk

mempertahankan pelanggan yang sudah ada, dan cara terbaik untuk

mempertahankan pelanggan adalah dengan membuat mereka tetap puas.

F. Hubungan Citra Merek dengan Keputusan Pembelian Konsumen

Citra yang dimiliki produk tertentu dalam pikiran konsumen, yaitu

pengaturan posisi mungkin lebih penting bagi sukses akhir daripada

karakteristik produk yang sebenarnya. Para produsen berusaha membedakan

produk-produk mereka dengan menciptakan citra merek yang konsisten

dengan citra diri target segmen konsumen yang relevan.

Hubungan citra merek dengan keputusan pembelian menurut

Schiffman dan Kanuk (2004: 157) adalah: “Dalam lingkungan persaingan

yang ketat sekarang ini, citra merek akan produk merupakan hal yang paling

penting, jika produk menjadi lebih kompleks dan pasar lebih ramai, para

konsumen lebih mengandalkan citra merek dari produk daripada

(41)

30

Keputusan pembelian lebih sering didasarkan pada pertimbangan

merek yang memiliki citra positif dari hal-hal lain (Susanto dan Wijanarko,

2004; 1).

Citra merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan

preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif

terhadap suatu merek lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.

Citra merek yang telah melekat dibenak konsumen akan membentuk perilaku

tersendiri bagi konsumen tersebut. Maka penting bagi perusahaan untuk

menjamin citra merek produk yang akan mempengaruhi keputusan pembelian

konsumen. Citra merek yang positif akan mudah diingatoleh konsumen dan

mempermudah pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian

Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumen

cenderung untuk melakukan pembelian terhadap produk yang memiliki citra

merek yang baik dan positif serta citra merek yang baik dapat lebih mudah

diingat oleh konsumen dibandingkan dengan produk lain yang memiliki citra

merek kurang baik.

G. Kerangka Pikir

Sebelum melakukan pembelian suatu barang, konsumen pasti

dihadapkan oleh berbagai pilihan produk, begitu pula dalam hal pemilihan

kendaraan roda dua (motor). Ada berbagai macam pilihan merek motor yang

(42)

31

Konsumen dapat memberikan penelitian terhadap suatu produk

seperti pada sepeda motor merek Yamaha, motor merek Yamaha ini

dicitrakan oleh konsumen sebagai motor yang memiliki desain trendy,

kualitas dalam kecepatan, daya tahan mesin tinggi, dan hemat bahan bakar.

Yamaha juga memperhatikan atribut dari produk yang akan di tawarkan

kepada konsumen diantaranya merek, kualitas, fitur/gaya, dan desain

sehingga tidak akan mengecewakan konsumenya. Merek yang mudah

dikenal, kualitas dalam hal kecepatan dan daya tahan mesin tinggi, fitur/gaya

yang unik dengan berbagai pilihan warna.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004: 157) adalah Dalam

lingkungan persaingan yang ketat sekarang ini, citra merek akan produk

merupakan hal yang paling penting, jika produk menjadi lebih kompleks dan

pasar lebih ramai, para konsumen lebih mengandalkan citra merek dari

produk daripada atribut-atribut yang sebenarnya dalam mengambil keputusan

membeli. Dari penjelasan diatas dapat digambarkan kerangka pikir penelitian

(43)

32 Gambar 2.6

Konsep Brand Image dan Keputusan Pembelian

Brand Image

Keterangan : Berpengaruh secara parsial

Berpengaruh secara simultan

I. HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat

dugaan dari suatu penelitian. Dugaan ini harus dibuktikan kebenarannya

melalui data empiris (fakta lapangan). Hipotesis dapat benar atau terbukti

setelah didukung oleh fakta-fakta dari hasil penelitian lapangan.

Berdasarkan konsep penelitian yang ada, maka dapat dirumuskan

hipotesis-hipotesis statistik yang akan di uji dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis I : Diduga terdapat pengaruh secara parsial dan simultan dari

komponen brand image yang terdiri dari variabel citra pembuat Citra Pembeli

Citra Pembuat

Citra Prduk

(44)

33

(X1), citra pemakai (X2), dan citra produk (X3) pada keputusan

pembelian sepeda motor jenis Yamaha Mio.

Hipotesis II : Diduga variabel citra produk dominan berpengaruh terhadap

Gambar

Tabel 2.1 Manfaat-manfaat Merek
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk metode concrete jacketing elemen struktur ditambah dimensi dan tulangannya yang disesuaikan dengan kebutuhan nilai momen perhitungan ideal (pada balok)

Untuk informasi yang tidak bias (yang tidak berat sebelah), informasi dan petunjuknya dapat dipercaya dan merupakan media massa yang dapat diterima langsung oleh

Penulisan Ilmiah ini bertujuan memberikan informasi geografis kepada user, yang interaktif dan menarik maupun hanya untuk mendapatkan formasi dari suatu unsur peta pada suatu

Selain dikenal sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan keilmuan, al-Azhar asy-Syarif merupakan lembaga wakaf yang memiliki aset wakaf yang sangat besar dan

Reporting mainly aggressive encounters with leopards can erode local people’s tolerance and worsen the situation by forcing the Forest Department to unnecessarily trap the wild

rancangan penelitian ini bersifat pre dan post test two group design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan core stability pada latihan zig-zag run

(205).The Development of Innovative Chemistry Learning Material for Bilingual Senior High School Students in Indonesia. International Education Studies ; volume 8, no. An

Untuk memotivasi mahasiswa dalam belajar, pihak Jurusan haruslah memperhatikan kebutuhan mahasiswa dari segi fasilitas belajar, karena fasilatas belajar terutama dari