KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN RENCANA UMUM
TATA RUANG PERKOTAAN DI KOTA SAMARINDA( Studi Kasus Tentang
Penataan Kawasan TEPIAN Mahakam Di Kota Samarinda, Kal-Tim )
Oleh: Wahyuni ( 06230029 ) Goverment Science
Dibuat: 2010-10-25 , dengan 7 file(s).
Keywords: kebijakan pemerintah,tata ruang kota
ABSTRAKSI
Seiring dengan perkembangan kota akan terasa sekali dengan adanya sebuah perubahan melalui pembangunan atau lebih khusus dengan penataan ruang-ruang kota yang berkaitan dengan konsep zoning. Selain itu dalam pembangunan kota harus berdasarkan pada RTRW. Sehingga pembangunan kota yang baik dinilai atau dilihat dari segi RTRW. Kebijakan pemerintah kota Samarinda ini dapat membangun kotanya menjadi suatu kota yang bermanfaat dan melakukan perubahan yang sangat besar, sehingga bisa membawa kota ini dikenal lebih baik.
Penelitian yang penulis gunakan ialah pendekatan kualitatif dengan bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui Observasi dan wawancara serta dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan dengan cara pengumpulan data, kemudian reduksi data dan penyajian data sehingga pada langkah akhir penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh (1). Pelaksanaan kebijakan tata ruang kota dalam penataan kawasan TEPIAN di dalam Struktur ruang kota dalam penataan kawasan TEPIAN Mahakam ialah bahwa dalam rencana pengembangan TEPIAN Mahakam memang telah
memiliki konsep yang diarahkan untuk ruang publik sesuai dengan budaya masyarakat yang ada di Kota Samarinda. (2) Faktor penghambat dalam penataan kawasan TEPIAN yang terdiri dari Pedagang kaki lima (PKL), sampah, banjir atau kurangnya resapan air karena adanya suatu alih fungsi lahan. (3) Faktor pendukung yang diambil untuk mengatasi hambatan dalam penataan kawasan TEPIAN yaitu Adanya Perda Nomor 19 Tahun 2001 tentang pengaturan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima (PKL). Pengaturan dalam mengatasi hambatan dalam penataan TEPIAN Mahakam di atur oleh Pemerintah Kota bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui Peraturan Daerah dan Surat Teguran kepada PKL (Pedagang Kaki Lima) dan
dilaksanakan oleh Satpol PP sebagai sebagai tugas pokok yang langsung menerbitkan para PKL (Pedagang Kaki Lima).
Dari hasil penelitian ini diharapkan agar Kebijakan Pemerintah harus lebih di tingkatkan lagi, dan keterlibatan sebagian besar Masyarakat sangat lah penting untuk membangun kota
Samarinda lebih maju lagi, serta kegiatan pemerintah bukan hanya dilaksanakan dalam gedung saja, namun langsung berada di lapangan dan penghimbauan kepada masyarakat secara langsung mengenai berbagai permasalahan yang ada di Kota Samarinda.
ABSTRACT
development or more specifically with the settlement of the map-making in accordance with the readiness area for development or not. In addition, urban development must be based on RTRW, so good urban development is considered or viewed from the aspect of RTRW. But if
development is not based on RTRW, then cities that do not follow a change and also the development will greatly affect the maximum filling spaces exist in the city. Thus, to see the
region’s readiness in implementing the development plan, community has a great chance to
manage the potential of this neglected area for territory is big enough. Samarinda city government policies might build the city to become a city that are useful and have a huge change, so they can bring this city well known.
This study used descriptive qualitative approach. The data was collected through observations, interviews and documentation. The analysis conducted through collecting the data, then data reduction and presentation of data, then final step would be conclusion or verification. The obtained research results were: (1) The implementation of urban planning policy in settlement areas within the structure of the urban space border of the banks of the Mahakam region planning indicated that the banks of the Samarinda. (2) The inhibiting factors in
structuring the border were retailers (vendors) along the lines of the banks which street vendors greatly bogged down, Dirty, Flood and Lack of rescuer water. (3) The supporting factors to overcome the barriers in the edge region planning.