• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI

MERAH (Capsiccum Annum L.) DENGAN CABAI RAWIT (Capsiccum

Frutescens L.)

(Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

AGRI MANDASARI DAMANIK 110304072

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

2

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI

MERAH (Capsiccum Annum L.) DENGAN CABAI RAWIT (Capsiccum

Frutescens L.)

(Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

AGRI MANDASARI DAMANIK 110304072

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

DisetujuiOleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE) (Dr. Ir. Salmiah, MS) NIP :194007151962091001 NIP : 195702171986032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(3)

PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH DAN CABAI RAWIT. Studi Kasus: Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan produktivitas usahatani cabai merah dan cabai rawit 5 tahun terakhir, untuk mengetahui karakteristik petani cabai merah dan cabai rawit, untuk mengetahui perbandingan pengaruh input(bibit, pupuk, dan pestisida) terhadap output antara usahatani cabai merah dan cabai rawit, untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani cabai merah dengan cabai rawit, dan untuk menganalisis perbandingan kelayakan usahatani cabai merah dan cabai rawit di daerah penelitian.

Metode Penentuan daerah dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu daerah dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan waktu dan jangkauan peneliti. Metode penelitian pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Slovin dengan batas toleransi kesalahan sebesar 10%. Data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, metode analisis usahatani, analisis regresi berganda, metode analisis U Mann Whitney, dan metode analisis kelayakan R/C ratio dan B/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Terdapat perbedaan karakteristik antara petani cabai merah dan cabai rawit yaitu pada luas lahan yang diusahakan dan jumlah tanggungan petani. Terdapat perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani cabai merah dan cabai rawit. Produktivitas cabai merah dan cabai rawit di Desa Hinalang cenderung mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Terdapat perbedaan pendapatan antara petani cabai merah dan cabai rawit. Pendapatan petani cabai merah sebesar Rp. 171.849.383,2/ masa tanam untuk setiap Hektarnya (Ha), sedangkan usahatani cabai rawit hanya menghasilkan Rp 120.573.540 / masa tanam untuk setiap Hektarnya (Ha). Dengan demikian pendapatan petani cabai merah lebih besar dibandingkan dengan pendapatan cabai rawit. Kelayakan usahatani cabai merah dan cabai rawit berbeda dimana nilai R/C dan B/C usahatani cabai merah berturut-turut sebesar 3,24 dan 2,25. Sedangkan nilai R/C dan B/C usahatani cabai rawit berturut-turut sebesar 1,96 dan 1,01. Dengan demikian usahatani cabai merah lebih layak diusahakan dan dikembangkan secara ekonomi dibandingkan dengan usahatani cabai rawit.

(4)

ii

RIWAYAT HIDUP

AGRI MANDASARI DAMANIK lahir di Silau Marihat Simalungun pada tanggal 21 Agustus 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari Ayahanda

St.Ir. Jamasden Damanik dan Ibunda Timayur Purba, Amd.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 095151 Simalungun, masuk tahun 1999 dan lulus pada

tahun 2005.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri1 Pematang Siantar, masuk tahun 2005 dan

lulus tahun 2008.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Pematang Siantar, masuk tahun 2008 dan

lulus pada tahun 2011.

Tahun 2011 masuk di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama

masa perkuliahan, penulis aktif pada kegiatan kemahasiswaan yaitu Ikatan Mahasiswa

Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP).

Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Agustus 2014 di Desa Sungai

Ular, KecamatanSecanggang, Kabupaten Langkat.

Melaksanakan Penelitian pada tahun 2015 di Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten

Simalungun.

(5)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.Adapun judul skripsi ini

adalah “Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah Dan Cabai Rawit di Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya

kepadaBapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE selaku ketua komisi pembimbing

skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik,juga kepada Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku anggota komisi pembimbing

dan juga Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta

saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sangat dalam kepada Bapak Dr. Ir. Satia

Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara serta Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang

telah banyak memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian, juga

kepada seluruh staff pegawai di Fakultas Pertanian, khususnya Kak Lisbet, Kak Runi, Kak

Yani dan Kak Anita yang telah memberikan bantuan dalam hal administrasi. Tidak lupa

(6)

iv

yaitu Bapak Jasarman Purba beserta PPL Desa Hinalang ibu Maria Yunita yang telah

banyak memberi bantuan dari awal hingga penelitian ini berakhir.

Terlebih kepada Ayahanda tercinta St.Ir. Jamasden Damanik, Ibunda tercinta Timayur

Purba, Amd dan Adik tercinta Wira Perdana Damanik penulis menyampaikan terima kasih

yang sedalam-dalamnya atassegala segala semangat dan kerjasama yang penuh cinta, kasih

sayang, pengertian, kesabaran, dukungan materil serta doa yang tak henti-hentinya

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Kepada

Tulang J. Purba, SH dan atturang M. br Sumbayak, SE serta sepupu-sepupu tercinta

Kartika, SP, Meirani,SH, Sura dan Brian penulis mengucapkan terimakasih telah menjadi

keluarga ke 2 juga telah memberikan banyak dukungan semangat dan doa.

Tak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Sahabat-sahabat yang telah

banyak memberikan dukungan, semangat dan doa kepada Penulis, Novita, Johana, Rut,

Vanny, Agfanti, Nelfita, Daniel, Ismael, Titus, Fitrah, Fadhil, Puspa, Sri Ayu, Aderez,

Pitawarni, BAC dan Surya beserta seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi

Agribisnis 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Pemuda GKPS Padang

Bulan, terkhusus kakak dan sahabat PKK Kak Erika, S.psi dan Rosmaida, SE yang telah

mengajarkan kasih serta bersedia menjadi penolong yang selalu ada buat penulis.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya

oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua pihak yang

bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih

banyak dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan

Medan, Agustus 2015

Penulis

(7)

ABSTRAK ... i

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 26

3.3 Metode Pengambilan Data ... 27

3.4 Metode Analisis Data ... 27

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 32

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi, Letak, Keadaan Geografis dan Tata Guna Lahan ... 35

4.2 Keadaan Penduduk ... 36

(8)

vi V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perbedaan Karakteristik Petani Cabai Merah dan Cabai Rawit ... 40 5.2 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Cabai Merah

dan Cabai Rawit…... 50 5.2.1 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Cabai Merah ... 50 5.2.2 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Cabai Rawit ... 56

5.3 Perkembangan Produktivitas Cabai di Desa Hinalang ... 62 5.4 Perbedaan Pendapatan Usahatani Cabai Merah dan Cabai Rawit .... 66 5.5 Perbedaan Kelayakan Usahatani Cabai Merah dan Cabai Rawit ... 67

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 71 6.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

Tabel Judul Halaman 1.1 Produksi Tanaman Sayuran Unggulan Provinsi Sumatera Utara

tahun 2014……… 3

1.2 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai di Sumatera Utara…… 4

2.1 Kandungan Zat Gizi Buah Cabai Merah Segar ... 10

2.2 Kandungan Zat Gizi Buah Cabai Rawit Segar ... 11

3.1 Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Cabai Menurut Kabupaten ... 23

3.2 Luas Areal, Produksi Cabai di Kabupaten Simalungun... 24

3.3 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Kecamatan Purba berdasarkan Desa ... 25

3.4 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Rawit Kecamatan Purba Berdasarkan Desa ... 26

4.1 Distribusi Penduduk Desa Hinalang Menurut Agama ... 36

... 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 37

4.3 Distribusi Penduduk Desa Hinalang Menurut Pendidikan ... 37

4.4 Sarana dan Prasarana di Desa Hinalang ... 39

5.1 Komposisi Umur Petani Cabai Merah dan Cabai Rawit ... 40

5.2 Uji Mann Whitney terhadap umur petani cabai merah dan cabai rawit ... 42

5.3 Komposisi Pengalaman bertani Petani Cabai Merah dan Cabai Rawit ... 43

5.4 Uji Mann Whitney terhadap pengalaman bertani petani cabai merah dan cabai rawit ... 44

5.5 Komposisi tingkat pendidikan Petani Cabai Merah dan Cabai Rawit ………….………..…….45

5.6 Uji Mann Whitney terhadap tingkat pendidikan bertani petani cabai merah dan cabai rawit ... 46

5.7 Komposisi luas lahan Petani Cabai Merah dan Cabai Rawit……….46

(10)

viii

5.9 Komposisi jumlah tanggungan Petani Cabai Merah dan Cabai Rawit ... 48

5.10 Uji Mann Whitney terhadap jumlah tanggungan bertani petani cabai merah dan cabai rawit ... 49

5.11 Nilai Tolerance dan VIF Produksi cabai merah... 51

5.12 Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Cabai Merah ... 53

5.13 Nilai Tolerance dan VIF Produksi cabai rawit ... 57

5.14 Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Cabai Rawit ... 59

5.15 Produktivitas Cabai Merah di Desa Hinalang ... 63

5.16 Produktivitas Cabai Rawit di Desa Hinalang ... 64

5.17 Perbedaan Rataan Pendapatan Usahatani Cabai Merah dan Cabai Rawit ... 66

5.18 Uji Mann Whitney Perbedaan Nilai Pendapatan Usahatani Cabai Merah dan Cabai Rawit ... 66

5.19 Nilai R/C, B/C kelayakan usahatani cabai merah dan cabai rawit ... 68

5.20 Perbandingan Pengaruh Input, Pendapatan dan Kelayakan antara Cabai Merah dan Cabai Rawit di Desa Hinalang tahun 2015 ... 69

(11)

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani Cabai ... 21

5.1 Grafik Normal Plot Jumlah Produksi Cabai Merah ... 50

5.2 Grafik Scatterplot Cabai Merah... 52

5.3 Grafik Normal Plot Jumlah Produksi Cabai Rawit ... 57

5.4 Grafik Scatterplot Cabai Rawit ... 58

5.5 Grafik Perkembangan Produksi Cabai Merah di Desa Hinalang ... 63

5.6 Grafik Perkembangan Luas Lahan Cabai Merah di Desa Hinalang ... 63

5.7 Grafik Perkembangan Produktivitas Cabai Merah di Desa Hinalang ... 64

5.8 Grafik Perkembangan Produksi Cabai Rawit di Desa Hinalang ... 65

5.9 Grafik Perkembangan Luas Lahan Cabai Rawit di Desa Hinalang ... 65

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN CABAI MERAH

Lampiran Judul

1 Karakteristik Sampel Usahatani Cabai Merah

2 Peralatan Produksi Usahatani Cabai Merah

3 Biaya input Produksi Usahatani Cabai Merah (Bibit)

4 Biaya input Produksi Usahatani Cabai Merah (Mulsa Plastik)

5 Biaya input Produksi Usahatani Cabai Merah (Pupuk)

6 Biaya input Produksi Usahatani Cabai Merah (Pestisida)

7 Biaya input Produksi Usahatani Cabai Merah (Pacak Bambu)

8 Biaya input Produksi Usahatani Cabai Merah (Tali Plastik)

9 Biaya Peralatan Produksi Usahatani Cabai Merah (Pompa/Alat Semprot)

10 Biaya Peralatan Produksi Usahatani Cabai Merah (Cangkul)

11 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah (Pengolahan Tanah)

12 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah (Membuat Bedengan)

13 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah (Pemasangan Mulsa)

14 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah (Pemasangan Pacak Bambu)

15 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah (Pemasangan Tali)

16 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah (Penanaman Cabai Merah)

17 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah (Pemupukan)

18 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah (Penyemprotan)

19 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah (Pemanenan)

(13)

21 Biaya Tidak Tetap Usahatani Cabai Merah di Desa Hinalang

22 Biaya Tetap Usahatani Cabia Merah di Desa Hinalang

23 Total Biaya Usahatani Cabai Merah di Desa Hinalang

24 Pendapatan Usahatani Cabai Merah di Desa Hinalang

25 Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja satu kali masa tanam Usahatani cabai merah di Desa Hinalang

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN CABAI RAWIT

Lampiran Judul

1. Karakteristik Sampel Usahatani Cabai Rawit

2. Peralatan Produksi Usahatani Cabai Rawit

3. Biaya input Produksi Usahatani Cabai Rawit (Pupuk)

4. Biaya input Produksi Usahatani Cabai Rawit (Pestisida)

5. Biaya Peralatan Produksi Usahatani Cabai Rawit (Pompa/Alat Semprot)

6. Biaya Peralatan Produksi Usahatani Cabai Rawit (Cangkul)

7. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit (Pengolahan Tanah)

8. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit (Penanaman Cabai Rawit)

9. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit (Pemupukan)

10. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit (Penyemprotan)

11. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit (Penyiangan)

12. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit (Pemanenan)

13. Penerimaan Usahatani Cabi Rawit di Desa Hinalang

14. Biaya Tidak Tetap Usahatani Cabai Rawit di Desa Hinalang

15. Biaya Tetap Usahatani Cabia Rawit di Desa Hinalang

16. Total Biaya Usahatani Cabai Rawit di Desa Hinalang

17. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit di Desa Hinalang

18. Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja satu kali masa tanam Usahatani cabai Rawit di Desa Hinalang

19. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produksi Cabai Rawit di desa Hinalang

(15)

PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH DAN CABAI RAWIT. Studi Kasus: Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan produktivitas usahatani cabai merah dan cabai rawit 5 tahun terakhir, untuk mengetahui karakteristik petani cabai merah dan cabai rawit, untuk mengetahui perbandingan pengaruh input(bibit, pupuk, dan pestisida) terhadap output antara usahatani cabai merah dan cabai rawit, untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani cabai merah dengan cabai rawit, dan untuk menganalisis perbandingan kelayakan usahatani cabai merah dan cabai rawit di daerah penelitian.

Metode Penentuan daerah dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu daerah dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan waktu dan jangkauan peneliti. Metode penelitian pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Slovin dengan batas toleransi kesalahan sebesar 10%. Data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, metode analisis usahatani, analisis regresi berganda, metode analisis U Mann Whitney, dan metode analisis kelayakan R/C ratio dan B/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Terdapat perbedaan karakteristik antara petani cabai merah dan cabai rawit yaitu pada luas lahan yang diusahakan dan jumlah tanggungan petani. Terdapat perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani cabai merah dan cabai rawit. Produktivitas cabai merah dan cabai rawit di Desa Hinalang cenderung mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Terdapat perbedaan pendapatan antara petani cabai merah dan cabai rawit. Pendapatan petani cabai merah sebesar Rp. 171.849.383,2/ masa tanam untuk setiap Hektarnya (Ha), sedangkan usahatani cabai rawit hanya menghasilkan Rp 120.573.540 / masa tanam untuk setiap Hektarnya (Ha). Dengan demikian pendapatan petani cabai merah lebih besar dibandingkan dengan pendapatan cabai rawit. Kelayakan usahatani cabai merah dan cabai rawit berbeda dimana nilai R/C dan B/C usahatani cabai merah berturut-turut sebesar 3,24 dan 2,25. Sedangkan nilai R/C dan B/C usahatani cabai rawit berturut-turut sebesar 1,96 dan 1,01. Dengan demikian usahatani cabai merah lebih layak diusahakan dan dikembangkan secara ekonomi dibandingkan dengan usahatani cabai rawit.

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai

sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Pada kenyataannya sebagian besar

penggunaan lahan diwilayah Indonesia dipergunakan untuk lahan pertanian, disamping itu

lebih dari separuh masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya dalam sektor

pertanian. Untuk itulah pertanian perlu dikembangkan agar menciptakan kesejahteraan

perekonomian masyarakat.

Pembangunan sektor pertanian dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan produksi

pangan, juga untuk meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian.

Hingga kini sayuran sebagai tanaman hortikultura masih diperlakukan sebagai tanaman

sekunder atau tanaman sela, sehingga penanganannya masih kurang terarah baik oleh

petani sendiri maupun oleh lembaga-lembaga pelayanan yang ada. Padahal tanaman

tersebut memerlukan penanganan yang lebih baik. Dengan kondisi seperti itu praktis

seluruh aspek penanganan baik menyangkut produksi, pasca panen dan pemasaran secara

konsepsional perlu ditangani dengan baik (Silitonga, 2005).

Usaha hortikultura mempunyai keunggulan karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,

jenisnya sangat beragam, ketersedian sumberdaya (alam, buatan, dan manusia) dan

teknologi pendukung, serta potensi pasar di dalam negeri maupun di luar negeri yang terus

meningkat (Hadi, 2011).

(17)

Ada banyak jenis cabai yang dibudidayakan oleh petani di Indonesia, seperti cabai merah,

cabai rawit dan cabai besar. Masing-masing cabai memiliki nilai jual dan teknik

pembudidayaan yang berbeda. Yang paling sering kita jumpai di tingkat petani maupun di

pasar yang paling tinggi tingkat permintaannya adalah cabai merah dan cabai rawit.

Cabai merah merupakan salah satu varietas yang paling banyak dibudidayakan oleh petani

Indonesia. Cabai merah dapat diolah menjadi banyak produk, diantaranya yang paling

terkenal adalah saos. Cabai merah memiliki masa tanam selama empat sampai enam bulan.

Tumbuhannya berakar serabut, pembiakannya menggunakan biji yang disemai kurang

lebih selama 2 minggu pada tempat khusus kemudian setelah tumbuh tunas baru

dipindahkan ke lahan (Setiadi, 2004).

Cabai rawit tidak berbeda jauh dari segi pembiakan, yaitu samasama menggunakan biji.

Namun yang membedakan keduanya adalah bentuk dan cita rasa, apabila cabai merah

dikonsumsi setelah diolah, seperti diulek ataupun dijadikan sambal, namun berbeda dengan

cabai rawit yang lebih sering dikonsumsi dalam keadaan mentah atau dilalap. Cabai rawit

memiliki bentuk yang jauh lebih pendek dari cabai merah namun berisi tidak seperti cabai

merah yang cenderung kurus. Cabai rawit memiliki cita rasa yang khas, tingkat kepedasan

cabai rawit juga melebihi cabai merah (Rukmana, 2002).

Menurut data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, ada beberapa tanaman yang

merupakan komoditas unggulan di Sumatera Utara pada tahun 2013 antara lain: cabai,

kubis, tomat, kentang, petsai/sawi, semangka, terung, wortel, kembang kol dan buncis.

Sepuluh jenis tanaman unggulan ini mempunyai kapasitas produksi terbesar dari 26 jenis

(18)

3

terbesar adalah produksi tanaman cabai yaitu sebesar 181.693 ton yang dapat dilihat dari

tabel berikut :

Tabel 1.1 Produksi Tanaman Sayuran Unggulan Provinsi Sumatera Utara tahun 2014.

No Nama Komoditi Jumlah Produksi

(Ton/tahun)

1 Kentang 107.058

2 Semangka 7.810

3 Kubis 173.486

4 Kembang Kol 29.232

5 Sawi 63.014

6 Wortel 43.456

7 Cabai 181.693

8 Buncis 33.881

9 Tomat 84.335

10 Terung 62.284

Sumber : Badan Pusat Satistik Sumatera Utara, 2014

Konsumsi cabai oleh penduduk di Sumatera Utara pada tahun 2012 mencapai 62.075.970

Kg. Untuk itu pengembangan usahatani cabai perlu dilakukan terkait dengan kebutuhan

konsumsi cabai seiring meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu usahatani cabai

diarahkan untuk dapat memacu peningkatan produktivitasnya. Adapun kontribusi provinsi

Sumatera Utara terhadap produksi cabai di Indonesia menurut Kementrian Pertanian RI

pada tahun 2009-2013 secara berturut-turut adalah 15,8 %, 19,16 %, 22,25 %, 20,68 %,

dan 15, 98%.

Berikut ini disajikan data perkembangan produksi, luas panen dan produktivitas cabai di

Sumatera Utara tahun 2009-2013.

(19)

Tabel 1.2 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai di Sumatera UtaraTahun 2009-2013.

No Tahun Luas Lahan Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha)

1 2009 18.350 154.799 84,36

2 2010 21.711 196.347 90,44

3 2011 19.643 233.256 118,75

4 2012 22.129 245.770 111,06

5 2013 21.254 198.879 93,57

Jumlah 103.087 1.029.05 498,18 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2014

Adapun Kabupaten Simalungun merupakan salah satu sentra produksi cabai terbesar di

Sumatera Utara setelah Kabupaten Karo dan Kabupaten Batubara. Pada Tahun 2013,

Badan Pusat Statistik mencatat bahwa Kabupaten Simalungun memproduksi cabai sebesar

16.5% terhadap total produksi tanaman cabai di Sumatera utara. Untuk luas panen,

Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terluas kedua setelah Kabupaten Karo,

sedangkan untuk produktivitas, Kabupaten Simalungun berada di urutan teratas produksi

rata-rata terbesar diatas Kabubaten Karo dan Kabupaten Batubara.

Kecamatan Purba merupakan salah satu sentra produksi cabai yang ada di Kabupaten

Simalungun. Di Kecamatan Purba budidaya usahatani cabai merah dan cabai rawit

merupakan salah satu usahatani yang terus berjalan setiap tahun. Namun, hal penting yang

perlu diketahui adalah bagaimana perkembangan usahatani cabai merah dan cabai rawit di

Kecamatan Purba serta mengetahui perbandingan pendapatan petani dari kedua jenis cabai

yaitu cabai merah dan cabai keriting sehingga diketahui jenis cabai mana yang lebih layak

diusahakan di daerah penelitian sehingga dapat digunakan sebagai referensi dalam

(20)

5

1.2Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalah yang akan diteliti

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perbedaan karakteristik petani cabai merah dan petani cabai rawit di

daerah penelitian?

2. Bagaimana perbandingan pengaruh input (bibit, pupuk, dan pestisida) terhadap

output antara usahatani cabai merah dan cabai rawit di daerah penelitian?

3. Bagaimana perkembangan produktivitas cabai merah dan cabai rawit 5 tahun

terakhir di daerah penelitian?

4. Bagaimana perbandingan pendapatan antara usahatani cabai merah dengan

usahatani cabai rawit di daerah penelitian?

5. Bagaimana perbandingan kelayakan antara usahatani cabai merah dan cabai rawit

di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik petani cabai merah dan cabai rawit di daerah

penelitian.

2. Untuk mengetahui perbandingan pengaruh input (bibit, pupuk, dan pestisida)

terhadap output antara usahatani cabai merah dan cabai rawit di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui perkembangan produktivitas usahatani cabai merah dan cabai

rawit 5 tahun terakhir di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani cabai merah denga n

cabai rawit di daerah penelitian.

(21)

5. Untuk menganalisis perbandingan kelayakan usahatani cabai merah dan cabai rawit

di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk:

1. Sebagai bahan masukan bagi petani cabai untuk mengembangkan usahataninya

sehingga pendapatannya meningkat.

2. Sebagai bahan informasi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

3. Sebagai bahan referensi, bahan pertimbangan, evaluasi, dan bahaninformasi bagi

pihak-pihak yang terkait dalam pengambilan kebijakan pengembangan usahatani

(22)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Cabai merupakan tanaman perdu dari family terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini

diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000spesies yang terdiri dari tumbuhan

herba, semak dan tumbuhan kerdil lainnya. Dari banyaknya spesies tersebut, hampir dapat

dikatakan sebagian besar merupakan tumbuhan negeri tropis. Namun, secara ekonomis

yang dapat atau sudah dimanfaatkan baru beberapa spesies saja (Setiadi, 2004).

Umumnya daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung varietasnya.

Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip. Daun cabai

berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun oval dengan ujung yang meruncing, tergantung

spesies dan varietasnya. Bentuk buah cabai berbeda-beda, dari cabai keriting, cabai besar

yang lurus dan bias mencapai ukuran seperti ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi

pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel, dan bentuk-bentuk cabai hias lain

yang banyak ragamnya (Agromedia, 2008).

Ada beberapa jenis cabai (Capsicum Annuum) yang banyak dicari di pasaran, yaitu cabai

besar dan cabai kecil. Jenis cabai besar di antaranya cabai merah, paprika, dan cabai bulat

atau cabai udel atau cabai domba. Sementara itu, yang termasuk dalam golongan cabai

kecil adalah cabai rawit, cabai cengek, dan cabai hias (Setyaningrum dan Cahyo, 2014).

(23)

Cabai Merah

Tanaman cabai merah dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0-1.200 m dpl. Tanah

berstruktur ringan sampai berat dapat dijadikan tempat tumbuh tanaman cabai. Namun,

tanah yang remah atau gembur paling baik untuk menghasilkan produksi cabai yang

optimal (Setyaningrum dan Cahyo, 2014).

Penampilan fisik tanamannya tegak, ukuran daunnya lebih lebar dibanding cabai pada

umumnya.Daun cabai ini berwarna hijau tua bertabur putih di atasnya

sehinggamemberikan kesan sebagai daun keriting yang dibedaki.Dibandingkan dengan

cabai lainnya, cabai merah lebih tahan terhadap serangan penyakit (Setiadi, 2004).

Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Buah Cabai Merah Segar (per 100 gr) Kandungan

Kalori (kal) 31

Protein (g) 1

Lemak (g) 0.3

Karbohidrat (g) 7.3

Kalsium (mg) 29

Fosfor (mg) 24

Besi (mg) 0.5

Vit. A (SI) 470

Vit. B1 (mg) 0.05

Vit. C (mg) 18

Air (g) 90.9

Bagian yang dapat dimakan 85

Sumber: Departemen Kesehatan tahun 1989 dalam Setiadi, 2004

Cabai merah dan cabai rawit memiliki beberapa perbedaan dari segi penanaman,

pemeliharaan hingga jumlah produksi (panen). Cabai merah biasanya ditanam dibedengan

yang permukaannya ditutupi dengan mulsa plastik, sehingga tidak memerlukan penyiangan

(24)

9

masa tanam. Hama dan penyakit tanaman cabai yang paling sering mengganggu antara

lain: hama tungau merah, thrips, peridroma saucia, heliotis sp., spodoptera sp., lalat buah,

penyakit busuk buah, penyakit kering buah/patek dan busuk daun. Untuk menanggulangi

hama dan penyakit tersebut, cabai merah harus disemprot dengan insektisida dan fungisida.

Biasanya untuk 100 m2 membutuhkan masing-masing 20 ml fungisida dan insektisida.

Cabai merah dapat dipanen setelah 3 bulan ditanam hingga 15 kali atau lebih dengan

jangka waktu 1 minggu 1 kali panen selama 6 bulan. Dengan luas tanam seluas 100

m2biasanya cabai merah dapat memproduksi hingga 2 kali lipat produksi tanaman cabai

rawit untuk luas lahan yang sama, yaitu 250 kg (Setyaningrum dan Cahyo, 2014).

Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit dapat ditanam baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi

dengan ketinggian tempat sampai 1.500 m dpl. Namun, daerah yang paling cocok untuk

pertumbuhan tanaman cabai rawit adalah pada ketinggian 0-500 m dpl. Agar tanaman

cabai rawit dapat tumbuh dengan baik sebaiknya ditanam di tanah yang subur, gembur,

memiliki aerasi yang baik (bersarang), dan pH tanah antara 6-7 (Setyaningrum dan Cahyo,

2014).

Cabai rawit merupakan salah satu komoditas pilihan untuk usahatani komersial.Posisi

cabai rawit cenderung makin penting dalam pola konsumsi makanan, yaitu sebagai sayuran

atau bumbu masakan sehari-hari.Hal ini memberikan indikasi bahwa cabai rawit memiliki

peluang pasar yang makin luas, baik untuk memenuhi permintaan konsumsi rumah tangga

dan industri dalam negeri maupun sasaran ekspor (Rukmana, 2002).

Menurut Setiadi (2000) keunggulan tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut:

(25)

1. Cabai rawit tergolong masih tahan terhadap penyakit layu bakteri (bacteri wilt)

akibat cendawan Pseudomus solanacearum, busuk buah yang disebabkan

Xanthomonas vesicatoria, dan bercak daun yang disebabkan Cercospora spp.

2. Karena daya tahannya itu, cabai rawit bias ditanam di segala musim dan sangat

potensial dijadikan batang bawah.

Selain untuk sayuran, cabai rawit mempunyai kegunaan yang lain. Dengan beberapa

keunggulan itu, cabai rawit dianggap penting untuk dijadikan bahan ramuan industri

makanan, minuman, maupun farmasi. Dengan kandungan vitamin A yang tinggi, selain

bermanfat untuk kesehatan mata, cabai rawit juga cukup manjur untuk menyembuhkan

sakit tenggorokan (Setiadi, 2000).

Tabel 2.2 Kandungan Zat Gizi Buah Cabai Rawit Segar (per 100 gr) Kandungan

Kalori (kal) 103

Protein (g) 4.7

Lemak (g) 2.4

Karbohidrat (g) 19.9

Kalsium (mg) 45

Fosfor (mg) 85

Besi (mg) 2.5

Vit. A (SI) 11.05

Vit. B1 (mg) 0.05

Vit. C (mg) 70

Air (g) 71.2

Bagian yang dapat dimakan 85

Sumber: Departemen Kesehatan tahun 1989 dalam Setiadi, 2004

Cabai rawit biasanya tidak menggunakan mulsa plastik pada permukaan bedengan,

sehingga selama masa tanam dibutuhkan beberapa kali penyiangan dari gulma atau

(26)

11

lebih per masa tanam. Hama dan penyakit yang biasnya mengganggu tanaman cabai rawit

antara lain : kutu daun, thrips, tungau merah, ulat, lalat buah, penyakit busuk buah, bercak

daun, busuk daun, gugur daun, dan penyakit antrak. Pemberantasan hama dan penyakit

tanaman dapat menggunakan pestisida. Untuk lahan seluas 100 m2 dibutuhkan sebanyak 20

ml pestisida. Panen dapat dilakukan setelah cabai rawit berumur 4 bulan, pemanenan cabai

rawit bisa mencapai 24 kali per masa tanam dengan jangka waktu pemanenan 1 kali 2

minggu selama hampir 2 tahun umur tanaman. Selama satu musim tanam dapat dihasilkan

cabai rawit hingga 120 kg untuk luasan lahan 100 m2 (Setyaningrum dan Cahyo,

2014).

Usahatani cabai yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik. Akan

tetapi, untuk menguasahakan cabai juga diperlukan keterampilan dan modal yang cukup

memadai. Selain itu, tidak jarang pengusaha cabai menemui kegagalan dan kerugian yang

berarti. Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, diperlukan keterampilan dalam

penerapan pegetahuandan teknik budidaya cabai yang benar sesuai dengan daya dukung

agroekosistemnya. Berbagai aspek agronomis antara lain pemilihan bibit yang baik,

pemilihan lahan yang cocok, ketersediaan air, dan penguasaan teknik budi daya termasuk

mengantisipasi kemungkinan serangan hama serta penyakit menjadi kunci penting

keberhasilan usahatani cabai di Indonesia (Santika, 1999).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Ilmu Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan

sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi

(27)

pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang

mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya

tersebut mengeluarkan output yang melebihi input (Soekartawi, 1995).

Yang termasuk faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agara

tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai literatur,

faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah sarana produksi, input, production factor,

dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang

diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, bibit,

tenaga kerja, pupuk dan pestisida adalah faktor produksi yang terpenting (Soekartawi,

1994).

2.2.2 Pendapatan

Menurut Sukirno (1996), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh

penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian, mingguan, bulanan,

ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan, antara lain:

1. Pendapatan pribadi, yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan

suatu kegiatan ataupun yang diterima penduduk suatu negara.

2. Pendapatan disposible, yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan

oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang

dinamakan pendapatan disposible.

3. Pendapatan nasional, yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang

(28)

13

Setelah produsen menghasilkan output dari setiap kegiatan produksi yang dilakukan maka

output tersebut akan dijual kepada konsumen. Dengan demikian, produsen akan

memperoleh pendapatan dari setiap output yang dijual. Pendapatan yang diterima oleh

produsen sebagian untuk membayar biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

Membahas masalah penerimaan atau revenue ada beberapa konsep penting yang perlu

diperhatikan menurut Pracoyo dan Rubenfeld (2008):

1. Pendapatan total atau total revenue (TR) : pendapatan yang diterima oleh produsen dari

setiap penjualan outputnya. Total revenue merupakan hasil kali antara harga dengan

output. TR = P . Q

2. Pendapatan rata-rata atau average revenue (AR) : pendapatan produsen per unit output

yang dijual. AR = TR/Q = P. Dengan demikian, AR merupakan harga jual output per

unit.

3. Pendapatan marjinal atau marginal revenue (MR) : perubahan pendapatan yang

disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit output. �� = � .

Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan, maka seharusnya

mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap semua

unsur biaya selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya (Fadholi, 1990).

Menurut Soekartawi (1999) biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).Biaya tetap (FC) adalah biaya

yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak

atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja.

(29)

Harga pasar suatu komoditi dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan

dan penawaran dari komoditi tersebut.Dengan harga pasar dimaksudkan harga yang

disepakati oleh penjual dan pembeli (Sugiarto, 2000).

2.2.3 Analisis Kelayakan Usahatani

Sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup

mendalam untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan itu layak atau tidak

layak.Aspek yang perlu dikaji adalah aspek finansial (keuangan) dan pasar (bagaimana

permintaan dan harga atas produksi yang dihasilkan). Jika aspek ini jelas maka prospek

kedepan untuk usaha tersebut jelas, begitu juga sebaliknya apabila aspek ini tidak jelas

maka prospek ke depan juga tidak jelas (Umar, 2005).

Salah satu cara untuk mengetahui kelayakan suatu usaha adalah dengan cara menganalisis

perbandingan penerimaan dan biaya usaha tersebut, yaitu menggunakan analisis R/C

dimana R/C dapat menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran

dalam satu satuan biaya. R/C adalah singkatan dari revenue-cost ratio, atau dikenal sebagai

perbandingan atau nisbah antara penerima dan biaya. Makin besar nilai R/C ratio usahatani

itu makin besar keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut (Soekartawi, 1995).

Analisis lain yang dapat digunakan untuk menghitung kelayakan usahatani adalah analisis

B/C Ratio. Menurut Soekartawi (1995), analisis benefit-cost ratio (B/C) ini pada

prinsipnya sama saja dengan analisis R/C (revenue-cost ratio), hanya saja pada analisis

(30)

15

2.2.4 Karakteristik Petani

Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter

demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter

-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu. Karakteristik

yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, luas lahan garapan,

pengalaman usahatani dan jumlah tanggungan keluarga.

1. Umur

Umur responden merupakan lama responden hidup hingga penelitian dilakukan, umur

produktif petani akan mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi baru. Menurut BPS

(2012), berdasarkan komposisi penduduk, umur dikelompokkan menjadi 3 yaitu umur

0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum produktif, kelompok

penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok umur 65 tahun

keatas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif.

Pada umumnya, makin muda petani maka semangat untuk ingin tahu apa yang belum

mereka ketahui juga akan makin tinggi, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat

melakukan adopsi inovasi walaupun biasanya mereka masih belum berpengalaman

dalam soal adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 2005).

2. Pendidikan

Faktor pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani dalam

mengelola usahataninya. Pendidikan membuat seseorang berpikir ilmiah sehingga

mampu untuk membuat keputusan dari berbagai alternative dalam mengelola

usahataninya dan mengetahui kapan ia harus menjual hasil usahataninya sebanyak

mungkin untuk memperoleh pendapatan.

(31)

Petani yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang

lebih baik dalam memahami dan menerapkan teknologi produktif sehingga

produktivitasnya menjadi tinggi. Selain itu juga dengan pendidikan maka akan

memberikan atau menambah kemampuan dari petani untuk dapat mengambil

keputusan, mengatasi masalah-masalah yang terjadi (Mamboai, 2003).

3. Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam

menerima suatu inovasi. Pengalaman berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang

telah dialami oleh para petani. Petani yang berpengalaman dalam menghadapi

hambatan-hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya, lain halnya dengan

petani yang belum atau kurang berpengalaman, dimana akan mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan hambatan-hambatan tersebut.

Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani maka diharapkan produktivitas

petani akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakan usahataninya akan semakin

baik dan sebaliknya jika petani tersebut belum atau kurang berpengalaman akan

memperoleh hasil yang kurang memuaskan (Hasan, 2000).

4. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam

menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah

tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas dalam

(32)

17

5. Luas Lahan

Luas lahan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan status petani, apakah

tergolong sebagai petani miskin atau petani yang lebih tinggi taraf hidupnya. Tingkat

luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, semakin

luas areal tani maka semakin tinggi tingkat produksi dan pendapatan yang diterima

(Sajogyo, 1999).

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2011) dengan judul skripsi “Analisis

Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah

Keriting Di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor” menyimpulkan bahwa

usahatani cabai merah yang dilakukan oleh petani responden di Desa Citapen secara umum

dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai R/C atas biaya tunai

dan R/C atas biaya total menunjukkan nilai lebih dari satu, yakni sebesar 2,65 dan 2,46;

dengan artian bahwa penerimaan yang diperoleh petani responden dalam mengusahakan

cabai merahdapat menutupi biaya usahatani yang dikeluarkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrawanto (2008) yang berjudul “Analisis

Pendapatan dan Produksi Cabang Usahatani Cabai Merah di Desa Sukagalih, Kecamatan

Megamendung, Kabupaten Bogor” menyimpulkan bahwa rasio penerimaan dengan

pengeluaran berdasarkan biaya tunai dan total, masing-masing sebesar 2,59 dan 1,59.

Ukuran rasio tersebut merupakan indikator bahwa cabang usahatani cabai merah sudah

menguntungkan bagi petani.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khazanani (2011) yang berjudul “Analisis Efisiensi Penggunanaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Cabai di Desa

(33)

Gondosuli,Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung” menyimpulkan bahwa

usahatanicabai di daerah tersebut masih menguntungkan, hal ini ditunjukan oleh nilai R/C

Rasio sebesar 1,277.

2.4 Kerangka Pemikiran

Petani memiliki beberapa karakteristik yang mempengaruhi kinerjanya dalam

berusahatani, dalam hal ini karakteristik petani cabai merah maupun cabai rawit yang

diperhatikan terdiri dari umur, pengalaman bertani, pendidikan, jumlah bibit yang

diusahakan serta jumlah tanggungan. Dalam prinsipnya usahatani mempunyai tujuan

utama yaitu untuk memperoleh hasil produksi, dimana hasil produksi tersebut dipengaruhi

oleh banyaknya biaya dalam penyediaan input yang digunakan selama usahatani, input

tersebut antara lain adalah bibit, pupuk, dan pestisida. Penerimaan merupakan hasil dari

perkalian jumlah produksi dengan harga jual. Pendapatan diperoleh dari selisih antara total

nilai penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan.Melalui analisis kelayakan

usaha, akan diketahui layak atau tidak layaknya usaha ini untuk terus dianjutkan. Secara

(34)

19

Keterangan :

: Menyatakan hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Cabai

PETANI CABAI

LAYAK TIDAK LAYAK LAYAK TIDAK LAYAK

(35)

2.2Hipotesis Penelitian

2. Pengaruh input (bibit, pupuk, dan pestisida) terhadap output usahatani cabai merah

lebih besar dibanding dengan pengaruh input (bibit, pupuk, dan pestisida) terhadap

output usahatani cabai rawit di daerah penelitian.

3. Ada perkembangan positif produktivitas usahatani cabai merah dan cabai rawit dalam 5

tahun terakhir di daerah penelitian.

4. Pendapatan petani cabai merah lebih besar dibanding dengan pendapatan petani cabai

rawit di daerah penelitian.

5. Usahatani cabai merah lebih layak diusahakan dibanding dengan usahatani cabai rawit

(36)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun,

Sumatera Utara. Kabupaten Simalungun ditentukan secara purposive (sengaja), hal ini

dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten

dengan produktivitas cabai tertinggi di Sumatera Utara pada tahun 2013. Setelah itu

dilakukan metode Cluster Sampling untuk menentukan daerah penelitian yang lebih

spesifik. Cluster Sampling adalah metode penetuan daerah populasi dengan cara

mengelompokkan populasi menjadi sub-sub populasi secara bergerombol (cluster), dari

sub populasi selanjutnya dirinci lagi menjadi sub-populasi yang lebih kecil, kemudian

anggota dari sub-populasi terakhir dipilih secara acak sebagai daerah pengambilan sampel

penelitian (Anonimous, 2010).

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2014

(37)

Tabel 3.2 Luas Areal, Produksi Cabai Di Kabupaten Simalungun, Provinsi

Girsang Sipangan Bolon 17 248

Tanah Jawa 32 466

Pematang Bandar 180 2622

Bandar Huluan 314 4573

Bandar 11 160

Bandar Masilan - -

Bosar Maligas - -

Ujung Pandang - -

Kabupaten Simalungun 1725 25094

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun 2014

Kecamatan Purba merupakan sentra produksi cabai terbesar di Kabupaten Simalungun,

(38)

23

Tabel 3.3 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun berdasarkan Desa Tahun 2014.

No Desa Luas Lahan

Sumber : BPP Kecamatan Hianalang 2015

Tabel 3.4 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Cabai Rawit Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun berdasarkan Desa Tahun 2014

No Desa Luas Panen Produksi Produktivitas

Sumber : BPP Kecamatan Purba, 2015

Desa Hinalang merupakan salah satu desa yang produktivitas cabai merah dan cabai rawit

nya tergolong besar di Kecamatan Purba.

(39)

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani cabai di Desa Hinalang, Kecamatan

Purba, Kabupaten Simalungun yang berjumlah 110 KK. Sedangkan sampel dalam

penelitian ini adalah petani yang mengusahakan cabai merah atau mengusahakan cabai

rawit. Adapun metode penentuan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode “Simple Random Sampling” dimana semua unsur dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel (Anonimous, 2010).

Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan, didapat informasi dari Kepala Balai

Penyuluhan Pertanian Kecamatan Purba jumlah populasi petani cabai di Desa Hinalang

berjumlah 110 petani, yang terdiri dari 60 petani cabai merah dan 50 petani cabai rawit.

Adapun metode penentuan jumlah sampel yang digunakan adalah metode Slovin (Sevilla,

et all, 2007) dengan persamaan sebagai berikut:

n = �

+� 2

Dimana:

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan(error tolerance)10 %(0,1)

Jumlah populasi petani cabai merah adalah 60 petani dan jumlah populasi petani cabai

rawit adalah 50 petani. Dengan batas toleransi 10% (0,1), maka jumlah sampel petani cabai

merah yang diambil adalah:

n =

+ , 2= 37 petani

Sedangkan jumlah sampel petani cabai rawit yang diambil adalah:

n =

(40)

25

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh secara langsung dari hasil wawancara dengan responden (petani)

didaerah penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah

disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari instansi atau

lembaga terkait dengan penelitian yang dilakukan, seperti Badan Pusat Statistik, Balai

Penyuluhan Pertanian dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk Identifikasi Masalah 1 digunakan analisis deskriptif dan Uji U Mann Whitney. Analasis deskriptif yaitu dengan membandingkan karakteristik petani cabai meliputi umur,

pengalaman, pendidikan, luas lahan dan jumlah tanggungan keluarga petani cabai merah

dan cabai rawit. Sedangkan Uji U Mann Whitney adalah sebagai alat untuk mengetahui

apakah ada perbedaan antara karakteristik petani cabai merah dan cabai rawit dengan

melihat nilai signifikansi yang diperoleh.

Untuk Identifikasi Masalah 2 digunakan analisis Regresi Linier Berganda, yaitu dengan menganalisis pengaruh input (jumlah bibit, jumlah pupuk, dan pestisida) terhadap output

usahatani cabai merah dan cabai rawit.

Secara sistematis dapat ditulis :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +e

Dimana : Y = Produksi cabai merah maupun cabai rawit yang dihasilkan dalam

satu periode musim tanam (Kg).

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

(41)

e = Variabel kesalahan

X1 = Jumlah bibit yang digunakan dalam satu periode musim tanam

(batang).

X2 = Jumlah pupuk yang digunakan dalam satu periode musim tanam

(Kg).

X3 = Jumlah pestisida yang digunakan dalam satu periode musim tanam

(ml).

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) merupakan besaran untuk menunjukkan tingkat kekuatan

hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen, atau dengan kata lain untuk

mengukur kuatnya hubungan antara variabel atau lebih secara bersama-sama terhadap Y.

Jika R2 = 1, berarti besarnya persentase sumbangan X terhadap variasi Y secara bersama

-sama adalah 100%. Semakin dekat R2 dengan satu, maka makin cocok garis regresi untuk

meramalkan Y (Aditya, 2011).

b. Uji F

Uji F adalah uji secara menyeluruh (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel

independent terhadap variabel dependent. Artinya parameter X1, X2, dan X3secara

bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.

Kriteria pengujian :

Jika sig. F ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.

(42)

27

Jika Ho diterima artinya faktor-faktor X1, X2, dan X3secara serempak tidak berpengaruh

signifikan terhadap Y (pendapatan petani cabai merah maupun cabai rawit).

Jika H1 diterima artinya faktor-faktor X1, X2, dan X3secara serempak berpengaruh

signifikan terhadap Y (pendapatan petani cabai merah maupun cabai rawit).

c. Uji t

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent

digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh

signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam

ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).

Kriteria pengujian :

Jika sig. t ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. t > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika Ho diterima artinya tidak ada pengaruh faktor-faktor X1, X2, dan X3secara parsial

terhadap Y (produksi petani cabai merah maupun cabai rawit).

Jika H1 diterima artinya ada pengaruh faktor-faktor X1, X2, dan X3secara parsial terhadap

Y (produksi petani cabai merah maupun cabai rawit).

Untuk Identifikasi Masalah3 digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati perkembangan produktivitas usahatani cabai merah dan cabai rawit selama 5 tahun

terakhir.

Untuk Identifikasi Masalah 4 dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan dari usahatani cabai, secara sistematis ditulis :

(43)

Pd = TR - TC

Dimana Pd = Pendapatan Usahatani Cabai

TR = Total Penerimaan dari usahatani cabai

TC = Total Biaya Produksi

TR = y.Py

Dimana TR = Total Penerimaan dari usahatani cabai

y = Jumlah Produksi

Py = Harga Jual

TC = FC + VC

TC = Total Biaya produksi dari usahatani cabai

FC = Biaya tetap dari usahatani cabai

VC = Biaya tidak tetap dari usahatani cabai

Untuk Identifikasi Masalah 5 dianalisis dengan metode analisis R/C Ratiodan B/C Ratio. R/C Ratio( Return Cost Ratio), atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara

penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

a = R/C R = Py. Y C = FC + VC

a = {(Py.Y)/(FC+VC)} dimana :

R = penerimaan C = biaya

Py = harga output Y = output

(44)

29

R/C menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap

rupiah yang dikeluarkan. Adapun kriteria keputusan dari nilai R/C yaitu:

 Jika R/C > 1, maka usaha menguntungkan secara ekonomi sehingga layak

dikembangkan dari segi modal.

 Jika R/C = 1, maka usaha impas

 Jika R/C < 1, maka usaha tidak menguntungkan (rugi) secara ekonomi sehingga

tidak layak untuk dikembangkan dari segi modal (Soekartawi,1994).

B/C Ratio atau Benefit Cost Ratiobisa digunakan dalam analisis kelayakan usahatani, yaitu

perbandingan antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan.

B/C = Total Pendapatan (Rp) Total Biaya (Rp)

Kriteria :

 Jika B/C > 1, maka usahatani menguntungkan.

 Jika B/C = 1, maka usahatani impas

 Jika B/C < 1, maka usahatani tidak menguntungkan (Cahyono, 2002).

Pada dasarnya fungsi analisis R/C dan B/C adalah sama. Namun dalam hipotesisnya

analisis B/C hanya menyimpulkan untung atau tidak nya suatu usaha dan besarnya

manfaat, dengan demikian perlu dilakukan analisis R/C yaitu agar diketahui usaha tersebut

layak atau tidak layak dikembangkan secara ekonomi, seperti penambahan modal usaha

(Anonimous, 2011).

(45)

3.5Definisi

1. Usahatani cabai adalah usaha yang dilakukan dalam mengelola cabai merah

maupun cabai rawit mulai dari penyediaan lahan, tenaga kerja dan input produksi

hingga menghasilkan output.

2. Petani Sampel adalah petani yang mengusahakan cabai merah dan cabai rawit.

3. Karakteristik adalah ciri atau deskripsi khusus yang dimiliki petani (responden).

4. Umur adalah umur dari petani yang menjadi responden (tahun).

5. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang diterima petani (tahun).

6. Pengalaman bertani adalah lamanya petani tersebut bergelut dibidang pertanian

(tahun).

7. Jumlah Tanggungan adalah seluruh anggota keluarga maupun tidak keluarga yang

dinafkahi atau merupakan bagian tanggung jawab sang petani (jiwa).

8. Input Produksi adalah faktor-faktor yang medukung produksi cabai antara lain

bibit, pupuk, dan pestisida.

9. Bibit adalah jumlah bibit yang digunakan oleh petanicabai merah maupun cabai

rawit dalam satu periode musim tanam (batang).

10.Pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan oleh petani untuk memupuk cabai

merah maupun cabai rawit dalam satu periode musim tanam (Kg).

11.Pestisida adalah jumlah pestisida yang digunakan petani terhadap tanaman cabai

merah dan cabai rawit selama satu periode musim tanam (Liter).

12.Output adalah jumlah produksi cabai merah maupun cabai rawit dalam satu kali

(46)

31

13.Harga cabai adalah nilai produk cabai merah maupun cabai rawit persatuan

kilogram (Rp/Kg).

14.Penerimaan adalah jumlah produksi cabai dikalikan dengan harga jual cabai (Rp).

15.Biaya adalah seluruh pengeluran yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi

usahatani cabai merah maupun cabai rawit selama satu periode musim tanam (Rp).

16.Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi (Rp).

17.Kelayakan usaha adalah analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara

penerimaan dan biaya untuk mengetahui suatu usaha itu layak atau tidak layak

untuk dikembangkan secara ekonomis.

3.6Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun.

2. Sampel Penelitian adalah petani yang mengusahakan cabai merah dan cabai rawit

di daerah penelitian.

3. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2015

(47)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deksripsi Daerah Peneltian

Penelitian dilakukan di Desa Hinalang, Kecamatan Purba,Kabupaten Simalungun. Berikut

ini adalah deskripsi daerah penelitian:

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Luas wilayah Desa Hinalang adalah 1.725 Ha, daerah ini termasuk kategori dataran tinggi

yaitu berada di 1200-1400 mdpl dengan suhu udara berkisar antara 20-250 C. Nagori

Hinalang terdiri dari 3 Dusun yaitu Dusun Hinalang, Dusun Simpang Hinalang, dan Dusun

Bandar Hinalang.

Desa Hinalang mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Sihalpe

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagori Urung Pane

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Silimakuta

- Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori P. Sipinggan

4.1.2 Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan sawah di Desa Hinalang adalah sebanyak 50 Ha,untuk penggunaan

lahan perkebunan rakyat sebanyak 175 Ha, sedangkan untuk perladangan seluas 1.500 Ha.

4.2. Keadaan Penduduk

a. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Desa Hinalang pada akhir tahun 2014 adalah sebanyak 2312 jiwa,

(48)

33

jumlah penduduk laki-laki dewasa 542 jiwa atau setara dengan 23 %, kemudian jumlah

remaja perempuan adalah 325 jiwa atau setara dengan 15%, sedangkan jumlah remaja

lelaki adalah 287 jiwa atau setara dengan 12 %, serta penduduk yang masih anak-anak

berjumlah 568 jiwa atau setara dengan 24 %.

b. Penduduk Menurut Pekerjaan

Mata pencaharian penduduk di Desa Hinalang ada bermacam-macam, tabel dibawah ini

akan menunjukkan jumlahpenduduk menurut jenis pekerjaan, yaitu:

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

Pekerjaan Jumlah (kk) Persentase (%)

Petani 475 92,77 %

Pedagang Ternak 3 0,58 %

Pedagang Hasil Pertanian 12 2,34 %

Kios Saprodi 2 0,39 %

Pegawai Negri Sipil 20 3,90 %

Jumlah 512 100

Sumber : Kantor BPP Kecamatan Purba (2015)

Dari tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa mata pencaharian penduduk di Desa Hinalang

mayoritas adalah Petani yaitu sebesar 475 kk atau 92,77 %, sedangkan mata pencaharian

minoritas adalah usaha Kios Saprodi (Sarana Produksi) yaitu sebanyak 2 kk atau 0,39 %.

c. Penduduk Menurut Pendidikan

Keadaan penduduk Desa Hinalang menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Desa Hinalang Menurut Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Tidak/Belum Sekolah 507 22

Sumber : Kantor BPP Kecamatan Purba, 2015

(49)

Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Hinalang tingkat

pendidikannya adalah SMA sebesar 850 jiwa (37,%). Selanjutnya diikuti oleh penduduk

yang belum dan tidak bersekolah yaitu 507 jiwa (22 %), SMP 405 jiwa (17,5%), SD 315

jiwa (14%), S1 dan S2 235 jiwa (9,5%). Tingkat pendidikan penduduk Desa Hinalang

didominasi oleh tingkat pendidikan tamat SMA, serta sudah banyak penduduk Desa

Hinalang yang mengecap pendidikan sampai perguruan tinggi. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Hinalang tergolong tinggi, hal ini

akan mempermudah dalam pembangunan dan pengembangan desa tersebut karena tingkat

pendidikan yang tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi yang tinggi

pula.

4.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat.

Semakin baik sarana dan prasarana pendukung atau semakin mudah Desa Hinalang

tersebut dijangkau, maka laju perkembangan Desa Hinalang akan cepat. Sarana dan

prasarana dapat dikatakan baik apabila dilihat dari segi ketersediaan dan pemanfaatannya

sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat sehingga dapat mempermudah

masyarakat setempat dalam memenuhi segala kebutuhannya. Sarana dan prasarana yang

(50)

35

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana di Desa Hinalang

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1. PAUD 2

2. SD 3

3. Gereja 4

4. Poskesdes 1

5. Kantor Kepala Desa 1

Jumlah 11

Sumber : Kantor Kepala Desa Hinalang, 2015

Pada Tabel 4.4 diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Hinalang dapat dikatakan

baik dan memadai karena sesuai denagn penggunaan dan jumlah penduduknya. Salah

satunya yaitu dengan adanya sarana jalan dengan kondisi cukup baik sepanjang 5 km yang

menghubungkan Desa Hinalang dengan desa lain. Sarana pendidikan yang tersedia yaitu

sekolah PAUD dan SD yang mendukung pendidikan penduduk Desa Hinalang.

(51)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perbedaan Karakteristik Petani Cabai Merah dan Cabai Rawit

Petani cabai yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 orang yang

terdiri dari 37 orang petani cabai merah dan 33 orang petani cabai rawit. Gambaran umum

responden yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan dan jumlah

tanggungan akan diuraikan sebagai berikut:

5.1.1. Umur

Komposisi umur responden petani cabai yaitu antara 30–65 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1. Komposisi Umur Petani Cabai Merah dan Cabai Rawit

No Umur

Cabai Merah Cabai Rawit Jumlah

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran Cabai Merah 1

Dapat dilihat jumlah terbesar umur responden cabai merah berada pada kelompok umur

40-49 tahun yaitu sebanyak 17 jiwa atau 45,94 %, sedangkan jumlah terkecil umur

responden berada pada kelompok 60-65 tahun yaitu hanya 2 jiwa atau 0,57 % saja.

Rata-rata umur responden cabai merah dengan kelompok umur 30-65 tahun adalah 45 tahun.

Sedangkan untuk responden cabai rawit jumlah terbesar responden berasal dari kelompok

(52)

37

dari kelompok umur 60-65 tahun yaitu 4 jiwa atau 12,12 % saja. Rata-rata umur responden

cabai rawit dengan kelompok umur 32-64 tahun adalah 35 tahun.

Berdasarkan data umur yang diperoleh, pada umumnya petani cabai di daerah penelitian

berada pada usia produktif sehingga mempunyai kemampuan lebih baik dalam berfikir dan

bertindak untuk merencanakan suatu kegiatan. Tingkat umur mempunyai pengaruh

terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahatani yang dikerjakannya. Pada

umumnya petani yang berumur muda dan sehat jasmaninya memiliki kemampuan fisik

yang lebih kuat sedangkan semakin tuaumur petani cabai maka kemampuan kerjanya

relatif menurun. Umur petani sampel bervariasi antara petani yang satu dengan petani yang

lainnya.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara umur petani cabai merah dan cabai rawit

maka dilakukan Uji Mann Whitney yang hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Uji Mann Whitney Terhadap Umur Petani Cabai merah dan Cabai rawit

Test Statisticsa

x2

Mann-Whitney U 579.000

Wilcoxon W 1.140E3

Z -.371

Asymp. Sig. (2-tailed) .711

a. Grouping Variable: x1

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran Cabai Merah 24

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa signifikansi yang diperoleh adalah 0,711.

Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5%

atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada

perbedaan antara umur petani cabai merah dan cabai rawit.

Gambar

Gambar 2.1  Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Cabai
Tabel 3.1 Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Cabai   Menurut Kabupaten sentra, 2011-2013
Tabel 3.2 Luas Areal, Produksi Cabai Di Kabupaten Simalungun,  Sumatera Utara tahun 2013
Tabel 3.3 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Kecamatan Purba,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena di atas, maka tujuan peneliian ini adalah u ntuk mengetahui : (1) perbedaan produktivitas lahan pada usahatani cabai merah besar berdasarkan

Berdasarkan fenomena di atas, maka tujuan peneliian ini adalah u ntuk mengetahui : (1) perbedaan produktivitas lahan pada usahatani cabai merah besar berdasarkan

Kelayakan usahatani tumpangsari cabai merah dan bawang merah di lahan pasir Kabupaten Bantul merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima oleh petani dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku petani cabai merah keriting saat pandemi COVID-19 dan bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap kegiatan usahatani

Kelayakan usahatani tumpangsari cabai merah dan bawang merah di lahan pasir Kabupaten Bantul merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima oleh petani dari

Kelayakan usahatani tumpangsari cabai merah dan bawang merah di lahan pasir Kabupaten Bantul merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima oleh petani dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi dosis biofertilzer yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produktivitas cabai rawit (C. frutescens L.) dan cabai

Proses kemitraan dapat menjadi pilihan untuk dilakukan bagi petani cabai rawit merah di Desa Cigedug karena lebih efisiean dan dapat memberikan keuntungan yang lebih