• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbandingan Jambu Biji Merah Dengan Lemon Dan Konsentrasi Gelatin Terhadap Mutu Marshmallow Jambu Biji Merah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perbandingan Jambu Biji Merah Dengan Lemon Dan Konsentrasi Gelatin Terhadap Mutu Marshmallow Jambu Biji Merah"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

JAMBU BIJI MERAH

SKRIPSI

Oleh:

NIKITA ANASTASYA GINTING

090305034/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

JAMBU BIJI MERAH

SKRIPSI

Oleh:

NIKITA ANASTASYA GINTING

090305034/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

dan Konsentrasi Gelatin Terhadap Mutu Marshmallow Jambu Biji Merah, dibimbing oleh Herla Rusmarilin dan Rona. J. Nainggolan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap mutu marshmallow jambu biji merah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yakni perbandingan jambu biji merah dengan lemon (S) : (50% : 50%, 60% : 40%, 70% : 30%, 80% : 20%) dan konsentrasi gelatin (G) : (2,5%, 3%, 3,5%, 4%). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik (rasa, aroma, warna, dan tekstur).

Perbandingan jambu biji merah dengan lemon memberi pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air, berbeda sangat nyata terhadap kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik rasa, aroma, dan tekstur, dan berbeda tidak nyata terhadap uji organoleptik warna. Konsentrasi gelatin memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik warna dan tekstur, berbeda tidak nyata terhadap uji organoleptik rasa dan aroma. Interaksi perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin memberi pengaruh berbeda tidak nyata tehadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur) dan memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu. Perbandingan jambu biji merah dengan lemon 80% : 20% dan konsentrasi gelatin 3,5% memberikan pengaruh yang terbaik untuk mutu marshamallow jambu biji merah.

Kata kunci : Marshmallow, jambu biji merah, lemon, gelatin.

ABSTRACT

NIKITA ANASTASYA GINTING : The effect of ratio of red guava and lemon and gelatin

concentration on quality of marshmallow, supervised by Herla Rusmarilin and

Rona. J. Nainggolan.

The purpose of this study was to determine the effect of ratio of red guava and lemon and gelatin concentration of the quality of marshmallow. Method of this study was completely randomised design with two factors,i.e ratio of red guava and lemon (S) (50% : 50%, 60% : 40%, 70% : 30%, 80% : 20%) and gelatin concentration (G) (2,5%, 3%, 3,5%, 4%). The analyzed parameters was moisture content, ash content, vitamin C content, total acid, total soluble solid, and sensory test (taste, flavor, color and texture).

The ratio of red guava and lemon had a significant different effect on moisture content and had highly significant effect on ash content, vitamin C content, total acid, total soluble solid, sensory test (taste, flavor, and texture), and had no significant effect on color. The gelatin concentration had a highly significant effect on moisture content, ash content, vitamin C content, total acid, total soluble solid, sensory test (color and texture), and had no significant effect on taste and flavor. The interaction of ratio of red guava and lemon and gelatin concentration had no significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, total soluble solid, sensory test (color, flavor, taste and texture) but had a highly significant effect on ash content. The best composition which gave the best effect on marshmallow was 80% : 20% of red guava ratio with lemon and 3,5% of gelatin concentration.

(4)

September 1991. Anak pertama dari dua bersaudara dari ayahanda Darwin

Ginting (Alm) dan ibunda Ir. Moria Sinuraya M.Pd., beragama Kristen Protestan.

Pada tahun 2006 penulis memasuki jenjang pendidikan SMA di SMA

Negeri 17 Medan dan lulus pada tahun 2009. Penulis memasuki Program Studi

Ilmu dan Teknologi Pangan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

melalui jalur SNMPTN pada tahun 2009.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus IMITP

(Ikatan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan) masa bakti 2010-2011 dan masa

bakti 2011-2012.

Penulis pernah mengikuti Praktek Kerja Lapangan di Pusat Penelitian

(5)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Perbandingan Jambu Biji Merah dengan Lemon dan

Konsentrasi Gelatin Terhadap Mutu Marshmallow Jambu Biji Merah”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua penulis (Ayahanda Alm. Darwin Ginting serta Ibunda Ir.

Moria Sinuraya, M.Pd.) yang telah memotivasi dan selalu berdoa memberikan

dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan

terimakasih kepada Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP., selaku ketua komisi

pembimbing dan Ir. Rona J. Nainggolan, SU., selaku anggota komisi pembimbing

yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada

penulis.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, terimakasih

yang terkhusus untuk rekan-rekan ITP angkatan 2009, Asisten Laboratorium

Teknologi Pangan serta semua pihak yang ikut menyukseskan pelaksanaan

penelitian penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

(6)

Hal

(7)

2. Pembuatan sari lemon ... 20 Pengaruh Perbandingan Jambu Biji Merah dengan Lemon terhadap Parameter yang Diamati ... 28

Pengaruh Konsentrasi Gelatin terhadap Parameter yang Diamati ... 30

Kadar Air Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar air (%) marshmallow ... 31

Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap kadar air (%) marshmallow . 33

Pengaruh interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap kadar air (%) marshmallow ... 34

Kadar Abu (%) Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar abu (%) marshmallow ... 35

Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap kadar abu (%) marshmallow ... 36

Pengaruh interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap kadar abu (%) marshmallow ... 37

Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) marshmallow ... 40

Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) marshmallow ... 41

Pengaruh interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) marshmallow ... 43

(8)

marshmallow ... 46 Total Padatan Terlarut (°Brix)

Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap total padatan terlarut (°Brix) marshmallow ... 46 Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap total padatan terlarut marshmallow ... 48 Pengaruh interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap total padatan terlarut (°Brix) marshmallow ... 49 Uji Organoleptik Rasa (Numerik)

Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap uji organoleptik rasa (numerik) marshmallow ... 50 Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap uji organoleptik rasa marshmallow ... 51 Pengaruh interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gula terhadap uji organoleptik rasa (numerik) marshmallow ... 51 Uji Organoleptik Aroma (Numerik)

Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap uji organoleptik aroma (numerik) marshmallow... 52 Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap uji organoleptik aroma (numerik) marshmallow ... 53 Pengaruh interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap uji organoleptik aroma (numerik) marshmallow ... 54 Uji Organoleptik Warna (Numerik)

Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap uji organoleptik warna (numerik) marshmallow ... 54 Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap uji organoleptik warna (numerik) marshmallow ... 54 Pengaruh interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap uji organoleptik warna (numerik) marshmallow ... 56 Uji Organoleptik Tekstur (Numerik)

Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) marshmallow ... 56 Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) marshmallow ... 58 Pengaruh interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) marshmallow ... 59

KESIMPULAN DAN SARAN

(9)
(10)

No. Hal

1. Komposisi kimia dari jambu biji merah per 100 gram bahan ... 6

2. Komposisi kimia lemon per 100 gram bahan ... 9

3. Produksi jeruk ... 9

4. Syarat mutu kembang gula lunak jelly berdasarkan SNI 3547.2:2008 .. ... 11

5. Komposisi kimia gula putih dalam 100 gram bahan ... 16

6. Skala uji hedonik rasa ... 25

7. Skala uji hedonik aroma ... 26

8. Skala uji skor warna... 26

9. Skala uji skor tekstur ... 27

10. Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap parameter yang diamati ... 28

11. Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap parameter yang diamati ... 30

12. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar air (%) marshmallow ... 32

13. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gelatin terhadap kadar air (%) marshmallow... 33

14. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar abu (%) marshmallow ... 35

15. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gelatin terhadap kadar abu (%) marshmallow ... 36

16. Uji LSR interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap kadar abu (%) marshmallow ... 38

17. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) marshmallow... 40

(11)

20. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gelatin terhadap total asam

(%) marshmallow... 45

21. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan

lemon terhadap total padatan terlarut (°Brix) marshmallow ... 47

22. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gelatin terhadap total

padatan terlarut (°Brix) marshmallow ... 48

23. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gelatin terhadap uji

organoleptik warna (numerik) marshmallow... 50

24. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan

lemon terhadap uji organoleptik aroma (numerik) marshmallow ... 52

25. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan

lemon terhadap uji organoleptik rasa (numerik) marshmallow ... 55

26. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan

lemon terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) marshmallow ... 57

27. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gelatin terhadap uji

(12)

No. Hal

1. Struktur gelatin ... 14

2. Skema pembuatan bubur jambu biji merah ... 20

3. Skema pembuatan sari lemon ... 20

4. Skema pembuatan marshmallow jambu biji merah ... 22

5. Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan kadar air (%) marshmallow ... 33

6. Hubungan antara konsentrasi gelatin dengan kadar air (%) marshmallow ... 34

7. Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan kadar abu (%) marshmallow ... 36

8. Hubungan antara konsentrasi gelatin dengan kadar abu (%) marshmallow .... 37

9. Hubungan interaksi perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin dengan kadar abu (%) marshmallow ... 39

10. Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan kadar vitamin C (mg/100 g bahan) marshmallow ... 41

11. Hubungan antara pengaruh konsentrasi gelatin dengan kadar vitamin C (mg/100 g bahan marshmallow ... 42

12. Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan total asam (%) marshmallow ... 44

13. Hubungan antara konsentrasi gelatin dengan total asam (%) marshmallow ... 46

14. Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan total padatan terlarut (°Brix) marshmallow ... 48

15. Hubungan antara konsentrasi gelatin dengan total padatan terlarut (°Brix) marshmallow 49

16. Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan uji organoleptik rasa (numerik) marshmallow ... 51

(13)

19. Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan uji organoleptik tekstur (numerik) marshmallow ... 58

20. Hubungan antara konsentrasi gelatin dengan uji organoleptik tekstur

(14)

No. Hal

1. Data pengamatan analisa kadar air (%) ... 66

2. Data pengamatan kadar abu (%) ... 67

3. Data pengamatan kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 68

4. Data pengamatan total asam (%) ... 69

5. Data pengamatan total padatan terlarut (°Brix) ... 70

6. Data pengamatan uji organoleptik rasa (numerik)... 71

7. Data pengamatan uji organoleptik aroma (numerik) ... 72

8. Data pengamatan uji organoleptik warna (numerik) ... 73

9. Data pengamatan uji organoleptik tekstur (numerik) ... 74

(15)

dan Konsentrasi Gelatin Terhadap Mutu Marshmallow Jambu Biji Merah, dibimbing oleh Herla Rusmarilin dan Rona. J. Nainggolan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap mutu marshmallow jambu biji merah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yakni perbandingan jambu biji merah dengan lemon (S) : (50% : 50%, 60% : 40%, 70% : 30%, 80% : 20%) dan konsentrasi gelatin (G) : (2,5%, 3%, 3,5%, 4%). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik (rasa, aroma, warna, dan tekstur).

Perbandingan jambu biji merah dengan lemon memberi pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air, berbeda sangat nyata terhadap kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik rasa, aroma, dan tekstur, dan berbeda tidak nyata terhadap uji organoleptik warna. Konsentrasi gelatin memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik warna dan tekstur, berbeda tidak nyata terhadap uji organoleptik rasa dan aroma. Interaksi perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin memberi pengaruh berbeda tidak nyata tehadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur) dan memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu. Perbandingan jambu biji merah dengan lemon 80% : 20% dan konsentrasi gelatin 3,5% memberikan pengaruh yang terbaik untuk mutu marshamallow jambu biji merah.

Kata kunci : Marshmallow, jambu biji merah, lemon, gelatin.

ABSTRACT

NIKITA ANASTASYA GINTING : The effect of ratio of red guava and lemon and gelatin

concentration on quality of marshmallow, supervised by Herla Rusmarilin and

Rona. J. Nainggolan.

The purpose of this study was to determine the effect of ratio of red guava and lemon and gelatin concentration of the quality of marshmallow. Method of this study was completely randomised design with two factors,i.e ratio of red guava and lemon (S) (50% : 50%, 60% : 40%, 70% : 30%, 80% : 20%) and gelatin concentration (G) (2,5%, 3%, 3,5%, 4%). The analyzed parameters was moisture content, ash content, vitamin C content, total acid, total soluble solid, and sensory test (taste, flavor, color and texture).

The ratio of red guava and lemon had a significant different effect on moisture content and had highly significant effect on ash content, vitamin C content, total acid, total soluble solid, sensory test (taste, flavor, and texture), and had no significant effect on color. The gelatin concentration had a highly significant effect on moisture content, ash content, vitamin C content, total acid, total soluble solid, sensory test (color and texture), and had no significant effect on taste and flavor. The interaction of ratio of red guava and lemon and gelatin concentration had no significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, total soluble solid, sensory test (color, flavor, taste and texture) but had a highly significant effect on ash content. The best composition which gave the best effect on marshmallow was 80% : 20% of red guava ratio with lemon and 3,5% of gelatin concentration.

(16)

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman hortikultura

seperti buah-buahan khususnya provinsi Sumatera Utara. Komoditas hortikultura

diharapkan dapat menjadi komoditas unggulan untuk mendukung sektor

pertanian. Pada tahun 2006, potensi luas lahan pertanian di provinsi Sumatera

Utara mencapai 1.996.379 ha dan hanya 136.461 ha yang dimanfaatkan untuk

pengembangan komoditas hortikultura (STTP Medan, 2010). Penanganan produk

hortikultura hingga saat ini juga belum optimal, salah satu indikatornya adalah

dari angka laju impor produk hortikultura masih cukup tinggi saat ini yaitu sekitar

14,97% untuk sayur dan 21,63% untuk buah (BPS,2012).

Pengolahan pangan merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang

masa simpan buah-buahan, meningkatkan mutu serta meningkatkan potensi

sumber daya pangan lokal. Pengolahan buah menjadi marshmallow, permen jelly

dan marmalade akan memperpanjang masa simpan buah dan olahannya, serta

memungkinkan adanya makanan yang lebih beragam. Marshmallow merupakan

manisan kenyal yang dicampur dengan gula, sirup glukosa, gelatin, dan bahan

perasa yang diaduk hingga mengembang yang bertekstur seperti busa yang lembut

dalam berbagai bentuk, aroma dan warna. Marshmallow merupakan produk

confectionery yang pengolahannya tidak memerlukan pemanasan yang tinggi

sehingga buah yang ditambahkan pada produk ini tidak banyak mengalami

kerusakan vitamin C. Marshmallow juga banyak digemari anak-anak dan orang

(17)

Jambu biji merupakan buah yang dikonsumsi dalam bentuk segar dan

ditanam di sekitar pekarangan rumah. Pengolahan buah jambu biji hingga saat ini

masih sangat kurang, biasanya jambu biji diolah menjadi sirup dan selai. Kendala

pada kebanyakan buah tropis adalah keterbatasan umur simpan yaitu hanya

berkisar antara 1-2 minggu setelah buang matang penuh. Keterbatasan inilah yang

mendorong upaya pengolahan buah jambu biji menjadi produk yang lebih awet,

antara lain dengan menggunakan kadar gula yang tinggi, kadar asam yang cukup

serta penambahan pektin dari luar bahan dasar dalam pembuatan jelly agar dapat

tetap dikonsumsi serta upaya penyelamatan harga jual yang fluktuatif pada saat

panen raya.

Jambu biji yang diolah menjadi marshmallow akan dimasak dan

timbullah aroma dan rasa yang langu, ini disebabkan oleh senyawa eugenol yang

terdapat pada jambu biji dan untuk memperbaiki aroma jambu biji merah perlu

ditambahkan asam yang salah satunya adalah jeruk lemon yang dapat menekan

bau langu dari jambu biji. Asam pada jeruk lemon berfungsi sebagai zat pemberi

citarasa dan pengawet makanan serta membantu pembentukan tekstur pada

produk olahan seperti marshmallow. Pada pembuatan marshmallow dibutuhkan

gelatin sebagai pembentuk gel sehingga tekstur yang dihasilkan sesuai dengan

yang diharapkan serta gelatin juga cocok untuk makanan keasaman tinggi seperti

marshmallow. Marshmallow memiliki rasa dan bentuk yang beraneka, tetapi tidak

dapat dipastikan bahwa rasa dan aroma yang ditambahkan merupakan buah asli

atau tidak. Pada marshmallow yang dibuat dari jambu biji merah dan lemon maka

diharapkan masyarakat yang mengkonsumsinya mendapatkan manfaat buah dan

(18)

Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Perbandingan Jambu Biji Merah dengan Lemon dan Konsentrasi

Gelatin Terhadap Mutu Marshmallow Jambu Biji Merah” dengan harapan

akan diperoleh marshmallow dengan mutu yang baik.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

perbandingan bubur buah jambu biji merah dengan sari lemon dan konsentrasi

gelatin terhadap mutu marshmallow jambu biji merah.

Kegunaan Penelitian

Sebagai sumber informasi dalam teknologi pembuatan marshmallow

menggunakan bubur jambu biji merah dengan sari lemon dan konsentrasi gelatin,

untuk meningkatkan nilai tambah jambu biji merah dan lemon yang

pemanfaatannya lebih beragam dalam industri, untuk mendapatkan data dalam

peyusunan skripsi di jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh perbandingan bubur buah jambu biji merah dengan sari

lemon, konsentrasi gelatin beserta interaksi diantara keduanya terhadap mutu

(19)

Jambu Biji Merah

Tanaman jambu biji berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan

benua Amerika yang beriklim tropis (USA, Peru, Bolivia). Secara botanis

tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut, kingdom Plantae

(tumbuh-tumbuhan), divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), subdivisi Angiospermae

(biji tertutup), kelas Dicotyledonae (biji berkeping dua), ordo Myrtales, famili

Myrtaceae, genus Psidium, dan spesies Psidium guajava L. Tanaman jambu biji

berbuah terus-menerus sepanjang tahun dan memiliki beberapa kelebihan, antara

lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi bentuk

produk makanan seperti kembang gula, selai, nectar, chutney, dan lain sebagainya

(Cahyono, 2010).

Bentuk buah jambu biji yang beragam serta beraroma wangi. Rasa dan

aroma jambu biji yang khas dikarenakan adanya senyawa eugenol. Kulit buahnya

yang tipis berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Panen buah jambu biji

dilakukan sepanjang tahun karena tanaman ini tidak mengenal musim. Di

Indonesia, jambu biji yang paling digemari adalah yang berdaging lunak dan

tebal, rasanya manis, berbiji sedikit, dan buahnya berukuran besar

(Soedarya, 2010).

Jambu biji merah memiliki potensi komersial baik sebagai buah segar

maupun produk olahan. Publikasi yang luas tentang manfaat jambu biji merah

telah membuat buah jambu biji merah lebih dikenal masyarakat. Secara nutrisi,

(20)

C dan serat yang cukup tinggi. Namun sebagian besar produksi buah jambu biji

merah di dunia masih dikonsumsi dalam bentuk buah segar

(Chopda dan Barrett, 2001).

Manfaat jambu biji merah sebagai obat demam berdarah karena dapat

menginduksi terbentuknya antibodi, telah membuat buah jambu biji merah lebih

dikenal masyarakat dan nilai ekonomisnya semakin meningkat. Hal ini

mendorong permintaan terhadap jambu biji merah terus meningkat. Namun

seperti halnya komoditas buah tropis lainnya, jambu biji merah memiliki

keterbatasan umur simpan yaitu berkisar antara 1-2 minggu setelah buah matang

penuh (Ali dan Lazan, 2001).

Komposisi Kimia Jambu Biji Merah

Jambu biji mengandung vitamin C yang paling tinggi dan cukup

mengandung vitamin A. Apabila dibandingkan dengan buah-buahan lainnya

seperti jeruk manis yang mempunyai kandungan vitamin C 49 mg/100 gram

bahan, kandungan vitamin C jambu biji 2 kali lipat. Vitamin C ini sangat baik

sebagai zat antioksidan. Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada

kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C

jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang. Selain sebagai sumber

vitamin C, jambu biji juga kaya serat. Khususnya pektin yang merupakan serat

larut air dan dapat dijadikan menjadi bahan pembuat jeli. Pektin yang terkandung

dalam jambu biji merah yaitu 0,5-1,8% (Salunke dan Desai, 1984 dalam skripsi

Wijaya, 2012). Manfaat pektin yang lain adalah untuk menurunkan kolesterol

dengan cara mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh dan membantu

(21)

pada buah. Tanin berfungsi memperlancar sistem pencernaan, sirkulasi darah.

Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan keteraturan

denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi

lainnya ke sel-sel tubuh, menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah,

serta menurunkan tekanan darah tinggi. Jambu biji juga mengandung likopen.

Likopen adalah karotenoid (pigmen penting dalam tanaman) yang terdapat dalam

darah serta memiliki aktivitas antioksidan (BPPHP, 2002).

Mutu jambu biji merah ditentukan oleh komposisi kimia yang terkandung

didalamnya. Komposisi kimia jambu biji merah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia dari jambu biji merah per 100 gram bahan

Jenis Zat Gizi Banyaknya Kandungan Gizi

Energi (kal) 49,00

Protein (g) 0,90

Lemak (g) 0,30

Karbohidrat(g) 12,20

Kalsium (mg) 14,00

Fosfor (mg) 28,00

Serat (g) 5,60

Besi (mg) 1,10

Vitamin A (RE) 4,00

Vitamin C (mg) 87,00

Vitamin B1 (mg) 0,05

Vitamin B2 (mg) 0,04

Vitamin B3 (mg) 1,10

Sumber: Emma. S. Wirakusumah, (1994).

Lemon

Tanaman lemon berasal dari daerah Asia, tepatnya Birma Utara dan Cina

Selatan. Pada abad ke-11 sampai dengan 13, tanaman jeruk lemon dibawa oleh

orang-orang Arab menuju ke Afrika dan Eropa. Kemudian jeruk lemon

(22)

menyebar ke California (Amerika Serikat), Kepulauan Hindia Barat, dan

Argentina. Saat ini, jeruk lemon telah tersebar ke berbagai negara di dunia. Secara

botanis tanaman jeruk lemon diklasifikasikan sebagai berikut, kingdom Plantae

(tumbuh-tumbuhan), ordo Sapindales, famili Rutaceae, genus Citrus, dan spesies

Citrus limon. Tanaman jeruk lemon memiliki daya tarik tersendiri yang berupa

perpaduan antara bentuk dan warna buah serta kemampuan berbuah yang

terus-menerus tanpa mengenal musim (Haryadi, 2013).

Jeruk lemon yang dikenal ada empat varietas, yaitu jeruk lemon tea, jeruk

lemon squash, jeruk lemon cui, dan jeruk lemon eureka. Jeruk lemon tea biasanya

dimanfaatkan menjadi minuman, bumbu penyedap masakan ikan dan daging.

Berbuah pada umur empat tahun, dan selanjutnya akan berbuah terus-menerus.

Bentuk buahnya agak lonjong dan mirip dengan jeruk nipis. Warna kulit buah

hijau kekuningan dan setelah matang warnanya menjadi kekuning-kuningan.

Daging buahnya cukup berair, dan memiliki rasa yang tidak terlalu asam, serta

aroma lemonnya kurang tajam (Rukmana dan Oesman, 2001).

Kualitas lemon yang terbaik merupakan lemon berukuran besar dan

permukaan kulit yang bagus. Lemon yang menghasilkan air perasan yang banyak,

dengan biji yang sedikit, ampasnya yang sedikit dapat ditemukan pada varietas

lemon liar. Untuk mendapatkan tingkat kematangan dan hasil perasan yang

terbaik, pilihlah lemon dengan warna kulit kuning. Ketika ditekan lemon agak

keras. Hindari untuk menggunakan buah yang memar karena buah yang

mengalami kerusakan mekanis cenderung diserang jamur. Pembusukan buah

lemon merupakan indikator adanya jamur atau munculnya perubahan warna dan

(23)

atau keras, terutama yang terlalu lembek pada saat dipegang karena lemon

tersebut biasanya akan menghasilkan air perasan yang sedikit ataupun tidak ada,

atau juga sudah mengalami kerusakan mekanis, dan bisa juga sudah mengalami

pembusukan (Herbs2000, 2013).

Komposisi Kimia Lemon

Jeruk lemon adalah sejenis jeruk yang buahnya biasa dipakai sebagai

penyedap dan penyegar dalam banyak seni boga dunia. Jeruk lemon telah lama

dihargai karena sifatnya yang sehat, bergizi, dan sebagai antioksidan. Nilai gizi

jeruk lemon cukup tinggi karena kaya akan vitamin dan mineral sehingga jeruk

lemon memiliki banyak manfaat kesehatan dan juga telah terbukti

(PDGMI, 2013).

Bagian utama buah jeruk jika dilihat dari bagian luar sampai ke dalam

adalah kulit (tersusun atas epidermis, flavedo, kelenjar minyak, dan ikatan

pembuluh), segmen-segmen (terdiri atas dinding segmen, rongga cairan dan biji)

dan core (bagian tengah yang terdiri dari ikatan pembuluh dan jaringan

(24)

Tabel 2. Komposisi kimia dari lemon

Produksi lemon di Indonesia cukup banyak dan penanganan lanjutan buah

ini kurang berkembang. Buah lemon lebih sering digunakan sebagai penyedap

pada masakan ikan dan daging dan hiasan pada minuman di restoran pada

umumnya. Produksi jeruk dapat dillihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi jeruk

Sumber : Badan Pusat Statistik, (2012).

Marshmallow

Marshmallow atau manisan kenyal adalah makanan ringan bertekstur

seperti busa yang lembut dalam berbagai bentuk, aroma dan warna. Marshmallow

bila dimakan meleleh di dalam mulut karena merupakan hasil dari campuran gula

atau sirup jagung, putih telur, gelatin, gom arab, dan bahan perasa yang dikocok

(25)

mengobati sakit gigi, gigitan serangga, bengkak karena kedinginan, dan kulit yang

teriritasi. Marshmallow dahulu juga digunakan untuk meredakan sakit gigi,

gigitan serangga, gangguan pencernaan, dan diare di Eropa. Saat bayi tumbuh

gigipun diberikan marshmallow. Pada tahun 1948, manisan kenyal mulai dibuat di

pabrik dengan mesin ekstrusi. Hasilnya berupa manisan kenyal berbentuk silinder

yang dipotong-potong dan diguling-gulingkan dalam campuran tepung jagung dan

gula halus (Wikipedia, 2013).

Dalam sebagian besar formulasi marshmallow, gelatin digunakan untuk

meningkatkan aerasi dan membentuk tekstur marshmallow. Whipping agent

seperti putih telur dan isolat protein kedelai, kadang-kadang ditambahkan untuk

menentukan aerasi dan memodifikasi tekstur. Sukrosa, sirup jagung, gula invert,

dan humektan (biasanya gliserin atau sorbitol), ditambahkan dan digunakan untuk

memberikan rasa manis (Matz, 1978 dalam jurnal Sartika, 2009).

Pada prinsipnya, pembuatan marshmallow adalah menghasilkan

gelembung udara secara cepat dan memerangkapnya sehingga terbentuk busa

yang stabil. Ada beberapa macam gelling agent yang berbeda yang dapat

digunakan untuk pembuatan marshmallow, tergantung dari tekstur akhir yang

diinginkan. Kekuatan gel yang dihasilkan tergantung dari jumlah gelling agent

yang ditambahkan dan bahan lain yang digunakan

(Jackson, 1995 dalam jurnal Sartika, 2009).

Syarat mutu untuk marshmallow sebagai salah satu produk kembang gula

(26)

Tabel 4. Syarat mutu kembang gula lunak jelly berdasarkan SNI 3547.2:2008 Kriteria Uji Persyaratan mutu kembang gula lunak

jelly

Rasa Normal

Bau Normal

Kadar air (%b/b) Maks. 20

Kadar abu (%b/b) Maks. 3

Gula reduksi (dihitung sebagai gula inversi) (% b/b)

Maks. 25

Sakarosa (% b/b) Min. 27

Cemaran timbal (mg/kg) Maks. 2,0 Cemaran tembaga (mg/kg) Maks. 2,0 Cemaran timah (mg/kg) Maks. 40 Cemaran raksa (mg/kg) Maks. 0,03 Cemaran arsen (mg/kg) Maks. 1,0 Angka lempeng total (koloni/g) Maks. 5 x 104 Bakteri coliform (APM/g) Maks. 20 Escherichia coli (APM/g) < 3

Salmonella Negatif/25 g

Staphylococcus aureus (koloni/g) Maks. 1 x 102 Kapang dan khamir (koloni/g) Maks. 1 x 102 Sumber : BSN, (2008).

Proses Pembuatan Marshmallow

Marshmallow dari gelatin memiliki tekstur lembut dan elastis atau kenyal,

tetapi massanya lebih berat dari yang menggunakan putih telur. Gelling agent

yang lain ialah pektin, agar, dan pati. Semuanya memberi tekstur yang halus dan

kenyal seperti gel. Metode batch dengan mendidihkan gula, sirup glukosa, dan

gula invert lainnya sampai suhu ± 100°C. Kemudian campuran didinginkan dan

larutan gelling agent ditambahkan. Campuran dari keduanya dikocok seperlunya

sampai agak mengental dan kemudian dicetak dalam bubuk pati. Metode

continious manufacture mendidihkan campuran gula, sirup glukosa, dan gula

invert sebelum didinginkan (66°C), gelling dan whipping agent ditambahkan

(27)

whipping dimana produk akan diaerasi, diwarnai, dan ditambah flavor

(Edward, 2000 dalam Scribd, 2013).

Komposisi utama dalam marshmallow adalah udara dan kandungan air

(kelembapan). Fungsi kelembaban dan udara ini adalah untuk mengontrol

kekentalan produk. Udara yang tercampur digunakan untuk meningkatkan volume

dan memperbaiki tekstur. Kandungan air yang tinggi memungkinkan banyak

volume udara yang tercampur dan juga mengendalikan kekentalan produk. Karena

kandungan airnya yang tinggi, marshmallow rentan terhadap pertumbuhan jamur.

Karena proses pemasakan yang tidak cukup untuk mensterilkan bahan, maka

diperlukan perhatian khusus pada kebersihan peralatan

(Lees & Jackson, 1973 dalam Scribd, 2013).

Bahan-bahan yang Ditambahkan dalam Marshmallow

Gelatin

Gelatin digunakan dalam berbagai sektor industri dan pengolahan produk

pangan. Dalam produk pangan, gelatin banyak dimanfaatkan sebagai penstabil

(stabilizer), pembentuk gel (gelling agent), pengikat (binder), pengental

(thickener), pengemulsi (emulsifier), perekat (adhesive) dan pembungkus

makanan yang bersifat dapat dimakan (edible coating). Gelatin juga digunakan

untuk produk-produk dessert (makanan) seperti youghurt, keju, es krim, pie krim

dan kue keju. Dalam industri farmasi dan kedokteran, gelatin banyak

dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kapsul atau pengikat tablet. Sedangkan

dalam industri fotografi, gelatin dimanfaatkan sebagai bahan pembuat lapisan film

atau kertas folio berwarna, film grafis dan sinar X, serta tinta cetak printer

(28)

Gelatin jika direndam dalam air akan mengembang dan menjadi lunak,

berangsur-angsur menyerap air 5-10 kali bobotnya. Gelatin larut dalam air panas

dan jika didinginkan akan membentuk gel. Gelatin merupakan produk utama dari

pemecahan kolagen dengan pemanasan yang dikombinasikan dengan perlakuan

asam atau alkali (Bennion, 1980 dalam jurnal Sartika, 2009).

Fungsi utama gelatin di dalam industri pangan adalah untuk meningkatkan

elastisitas, konsistensi dan stabilitas produk pangan yang dihasilkan. Gelatin

digunakan untuk produk-produk dessert, produk-produk dari susu seperti yoghurt,

krim asam, keju. Begitu juga dengan es krim, pie krim serta kue keju. Gelatin juga

merupakan bahan utama dalam pembuatan produk marshmallow, disamping juga

digunakan secara meluas untuk produksi toffees dan margarin (Jaswir, 2007).

Dua sifat yang paling banyak diinginkan pada gelatin adalah karakteristik

mencair di dalam mulut (melt in the mouth) dan kemampuan membentuk

thermoreversible gel. Sifat fisik gelatin yang menentukan mutunya adalah

kemampuannya untuk membentuk gel atau kekuatan gel. Kekuatan gel

dipengaruhi oleh pH, adanya komponen elektrolit dan non elektrolit serta bahan

tambahan lainnya. Gelatin sapi merupakan gelatin tipe B yang mempunyai titik

isoelektrik pada pH antara 4,7 hingga 5. Sifat fisik lainnya adalah titik pembuatan

gel, warna, kapasitas emulsi dan stabilitas emulsi. Gelatin banyak digunakan

dalamberbagai produk aplikasi karena sifat jernih dan tak berbaunya. Penggunaan

gelatin pada berbagai jenis industri, terdapat berbagai faktor yang berpengaruh

terhadap fungsi gelatin yang harus diperhatikan, yaitu konsentrasi, berat molekul,

suhu, pH dan penambahan-penambahan senyawa lain. Hal yang harus

(29)

mikroorganisme dan kemungkinan adanya penambahan atau adanya senyawa lain

dapat merusak gelatin misalnya asam dan enzim proteolitik. Enzim proteolitik

merusak atau menguraikan protein gelatin, sedangkan asam dapat

menggumpalkan protein sehingga fungsinya menjadi terganggu. Dalam industri

makanan gelatin dapat digunakan pada pembuatan produk, salah satunya yaitu

produk confectionery (Ward dan Courts, 1977 dalam Scribd, 2013).

Gambar 1. Struktur Gelatin (Sumber: Poppe, 1992)

Gambar 1. Struktur Gelatin (Sumber: Saleh, 2004).

Sirup Glukosa

Sirup glukosa dibuat dengan cara menghidrolisis tepung tapioka dengan

asam disertai tekanan 2 atm ± 30 menit . Persyaratan mutu atau kualitas sirup

glukosa adalah sebagai berikut, kadar gula 37%, pH 4,8-5,2, kekentalan 43-44°Be,

warna putih jernih dan kadar sulfit (SO2) 340-400 ppm (Suprapti, 2005).

Sirup glukosa yang mempunyai nama lain dectrose adalah salah satu

produk bahan pemanis makanan dan minuman yang berbentuk cairan, tidak

berbau dan tidak berwarna tetapi memiliki rasa manis yang tinggi. Sirup glukosa

atau sering juga disebut gula cair dibuat melalui proses hidrolisis pati.

Perbedaannya dengan gula pasir yaitu, gula pasir (sukrosa) merupakan gula

(30)

monomer yaitu glukosa. Sirup glukosa dapat dibuat dengan cara hidrolisis asam

atau dengan cara enzimatis. Bahan lain yang diperlukan adalah enzim amilase

(Scribd, 2013).

Gula

Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap

karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis. Penambahan sukrosa berguna untuk

memberikan rasa manis, mengawetkan, meningkatkan konsentrasi dan

menghambat pertumbuhan mikroorganisme dari bahan olahan. Monosakarida

lebih efektif dalam menurunkan aw bahan pangan dibanding dengan disakarida

atau polisakarida pada konsentrasi yang sama

(Buckle et al. 1987 dalam jurnal Sartika, 2009).

Pembuatan marshmallow menggunakan sukrosa sebagai salah satu bahan

baku, karena selain dapat memberi rasa manis juga memberikan peranan dalam

pembentukan gel permen. Sukrosa dapat dikombinasikan dengan monosakarida

seperti glukosa atau fruktosa, untuk mencegah kristalisasi.

(Birch dan Parker, 1979 dalam jurnal Sartika, 2009).

Fungsi gula yang ditambahkan dalam produk bukanlah sebagai pemberi

rasa manis saja meskipun begitu gula sangat dibutuhkan atau bertindak penting

bagi suatu produk. Jadi dapat disimpulkan bahwa gula bersifat menyempurnakan

rasa asam dan cita rasa lainnya pada sebuah produk. Daya larut yang tinggi dari

gula dan kemampuan mengurangi keseimbangan kelembaban relatif serta

mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan

pangan (Buckle, dkk., 2009).

(31)

Sukrosa (gula pasir) merupakan senyawa kimia yang termasuk golongan

karbohidrat, memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat anhidrous, dan larut

dalam air. Sukrosa adalah komponen utama permen yang berguna selain sebagai

pemanis, juga sebagai sumber padatan. Konsentrasi sukrosa dalam formula harus

diatur secara tepat. Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya

kristalisasi yang terlalu rendah (<75%) dapat menyebabkan pertumbuhan kapang

dan khamir (Jackson, 1995 dalam Ramadhan, 2012).

Adapun komposisi kimia gula putih dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi kimia gula putih dalam 100 gram bahan

Komponen

Marshmallow biasanya memiliki sifat kecenderungan menjadi lengket

karena sifat higrokopis dari gula pereduksi yang membentuk permen, sehingga

perlu ditambahkan bahan pelapis berupa tepung gula. Selain berfungsi sebagai

pelapis, tepung gula tersebut juga berfungsi memberikan rasa manis. Umumnya

permen gelatin dilapisi dengan tepung pati kering untuk membentuk lapisan luar

yang tahan lama dan mempertahankan bentuk gel yang baik. Pelapisan permen

marshmallow dapat menggunakan kanji dan tepung gula

(32)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 – Februari 2014 di

Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah buah jambu biji merah dan lemon

yang telah matang morfologis yang masih dalam keadaan segar yang diperoleh

dari Pasar Pringgan, Medan, gelatin, gula, sirup glukosa, tepung maizena, dan

gula halus.

Reagensia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan pati 1%,

larutan phenolptahlein 1%, larutan iodin 0,01N, NaOH dan akuades.

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau stainless steel, pipet

tetes, blender buah, biuret, beaker glass, loyang, erlenmeyer, mortal dan alu, gelas

ukur, hand refraktometer, timbangan analitik, panci kukusan stainless steel,

(33)

Metode Penelitian (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) yang terdiri dari dua faktor, yaitu :

Faktor I : Perbandingan sari buah jambu biji merah dengan sari buah lemon (S)

yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :

S1 = 50% : 50%

S2 = 60% : 40%

S3 = 70% : 30%

S4 = 80% : 20%

Faktor II : Konsentrasi gelatin (G) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :

G1 = 2,5%

G2 = 3%

G3 = 3,5%

G4 = 4%

Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah

4x4 = 16, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut :

Tc (n-1) ≥ 15

16 (n-1) ≥ 15

16 n ≥ 31

n ≥ 1,93 ... dibulatkan menjadi 2

(34)

Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)

faktor dengan model:

ijk =  + i + j + ()ij + ijk

Dimana :

ijk : Hasil pengamatan dari faktor S pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf

ke-j dalam ulangan ke-k

 : Efek nilai tengah

i : Efek faktor S pada taraf ke-i

j : Efek faktor G pada taraf ke-j

()ij : Efek interaksi faktor S pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf ke-j

ijk : Efek galat dari faktor S pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf ke-j

dalam ulangan ke-k.

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR

(Least Significant Range).

Pelaksanaan Penelitian

a. Pembuatan Sari Buah

- Pembuatan Bubur Jambu Biji Merah

Buah jambu biji merah disortasi dan dicuci dengan air bersih. Kemudian

dipotong-potong dan dihancurkan buah dengan menggunakan juicer tanpa

(35)

Gambar 2. Skema pembuatan bubur jambu biji merah

- Pembuatan Sari Lemon

Buah lemon disortasi dan dicuci dengan air bersih, kemudian

dipotong-potong dan diperas buah menggunakan pemeras buah, setelah itu lemon

disaring dengan menggunakan kain saring untuk mendapatkan sari

buahnya yang lebih jernih.

Gambar 3. Skema pembuatan sari lemon Jambu biji merah

Disortasi

Dicuci buah

Dipotong-potong

Dihancurkan buah dengan menggunakan juicer

Bubur jambu biji merah

Disortasi dan dicuci buah

Dipotong-potong

Diperas dan disaring

(36)

b.Pembuatan Marshmallow (Winata yang dimodifikasi, 2008)

Dicampur 100 gram bubur buah jambu biji merah dan sari buah lemon dengan

perbandingan 50% : 50%, 60% : 40%, 70% : 30%, dan 80% : 20%. Setelah

dicampur kemudian dipanaskan pada suhu 80oC selama 5 menit. Setelah

dipanaskan dicampur air dingin 13,2% dan gelatin dengan konsentrasi 2,5%,

3%, 3,5%, dan 4% diaduk dengan menggunakan mixer, kemudian air dingin

13,2%, gula 44% dan sirup glukosa 27,5% dipanaskan hingga mendidih selama

5 menit. Larutan gula sebanyak 455 gram. Kedua larutan tersebut diaduk

dengan menggunakan mixer yang memiliki total campuran 555 gram hingga

homogen dan mengembang selama 15 menit. Pada saat proses pencampuran

dilanjutkan dengan penuangan pada cetakan marshmallow yang telah ditaburi

dengan maizena 5 gram dan gula halus 50 gram kemudian didinginkan selama

12 jam pada suhu 5oC. Setelah 12 jam kemudian dilepaskan dari cetakan dan

(37)

Gambar 4. Skema pembuatan marshmallow jambu biji merah Campuran Sari

Diaduk selama 15 menit dengan mixer

Dicetak

Dipanaskan hingga suhu 80oC, 5 menit

Diaduk dengan mixer

Ditambahkan air dingin13,2%, gula 44% dan sirup glukosa 27,5%

(38)

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter sebagai berikut :

telah dikeringkan selama satu jam pada suhu 105oC dan telah diketahui beratnya.

Sampel tersebut dipanaskan pada suhu 105oC selama tiga jam, kemudian

didinginkan dalam desikator sampai dingin kemudian ditimbang. Pemanasan dan

pendinginan dilakukan berulang sampai diperoleh berat sampel konstan.

Kadar

x 100 %

2. Kadar Abu (SNI-01-3451-1994)

Sampel sejumlah 5 g dimasukkan ke dalam cawan porselin kering yang

telah diketahui beratnya (yang terlebih dulu dibakar dalam tanur dan didinginkan

dalam desikator). Kemudian sampel dipijarkan diatas pembakar mecker kira-kira

(39)

sampai terjadi perubahan contoh menjadi arang. Arang dimasukkan ke dalam

tanur dengan suhunya 580-620oC sampai terbentuk abu. Cawan yang berisi abu

dipindahkan ke dalam oven pada suhu sekitar 100oC selama 1 jam. Setelah itu

cawan yang berisi abu didinginkan dalam desikator sampai mencapai suhu kamar

dan selanjutnya ditimbang beratnya. Kadar abu dihitung dengan formula sebagai

berikut :

3. Penentuan Kadar Vitamin C (Jacobs, 1958)

Ditimbang bahan sebanyak 10 g, dimasukkan dalam beaker glass dan

ditambahkan akuades sampai volume 100 ml kemudian diaduk hingga merata dan

disaring dengan kertas saring. Diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan

ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% dan dititrasi

segera dengan larutan Iodine 0,01N. Titrasi dianggap selesai bila timbul warna

biru stabil.

Kadar vitamin C (mg/100 g bahan) = ml Iodine 0,01 N x 0,88 x FP x 100 Berat contoh (g)

Keterangan : FP = Faktor Pengencer

4. Penentuan Total Asam (Ranganna, 1978)

Ditimbang contoh sebanyak 10 g, dimasukkan ke dalam beaker glass dan

ditambahkan akuades sampai volume 100 ml. Diaduk hingga merata dan disaring

dengan kertas saring. Diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke

dalam erlenmeyer lalu ditambahkan phenolphtalein 2-3 tetes kemudian dititrasi

dengan menggunakan NaOH 0,01 N. Titrasi dihentikan setelah timbul warna

(40)

Total asam (%) = ml NaOH x N NaOH x BM asam dominan x FP x 100% Berat contoh (g) x 1000 x valensi

Keterangan :

FP = Faktor pengencer BM = Berat Molekul Asam Dominan = Asam Sitrat

5. Penentuan Total Padatan Terlarut (AOAC, 1999)

Dilakukan pengenceran terlebih dahulu terhadap bahan. Kemudian diteteskan

pada lensa alat handrefraktometer. Angka yang terbaca antara batas terang dan

gelap merupakan besar TPT bahan dikali dengan faktor pengenceran dalam oBrix.

6. Organoleptik Rasa (Numerik) (Soekarto, 1985)

Penentuan nilai organoleptik terhadap rasa dilakukan dengan uji

kesukaan secara hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan pemberian

kode pada bahan yang akan diuji kepada 15 orang panelis yang akan melakukan

penilaian. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan

berdasarkan skala numerik. Untuk skala rasa adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Skala uji hedonik rasa

Skala numerik Keterangan

4 Sangat suka

3 Suka

2 Agak suka

1 Tidak suka

7. Organoleptik Aroma (Numerik) (Soekarto, 1985)

Penentuan nilai organoleptik terhadap aroma dilakukan dengan uji

kesukaan secara hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan pemberian

kode pada bahan yang akan diuji kepada 15 orang panelis yang akan melakukan

penilaian. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan

(41)

Tabel 7. Skala uji hedonik aroma

Skala numerik Keterangan

4 Sangat suka

3 Suka

2 Agak suka

1 Tidak suka

8. Organoleptik Warna (Numerik) (Soekarto, 1985)

Penentuan nilai organoleptik terhadap warna dilakukan dengan uji skor.

Caranya contoh diuji secara acak dengan pemberian kode pada bahan yang akan

diuji kepada 15 panelis yang akan melakukan penilaian. Pengujian dilakukan

secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk

skala warna adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Skala uji skor warna

Skala numerik Keterangan

4 Merah muda pekat

3 Merah muda

2 Agak putih

1 Putih

9. Uji Organoleptik Tekstur (Numerik) (Soekarto, 1985)

Penentuan nilai organoleptik terhadap tekstur dilakukan dengan uji skor.

Caranya contoh diuji secara acak dengan pemberian kode pada bahan yang akan

diuji kepada 15 panelis yang akan melakukan penilaian. Pengujian dilakukan

secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk

(42)

Skala numerik Keterangan

4 Sangat kenyal

3 Kenyal

2 Agak kenyal

(43)

Pengaruh Perbandingan Jambu Biji Merah dengan Lemon terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

perbandingan jambu biji merah dengan lemon memberikan pengaruh terhadap

kadar air (%), kadar abu (%), kadar vitamin C (mg/100 g bahan), total asam (%),

total padatan terlarut (°Brix), uji organoleptik warna, aroma, rasa, dan tekstur

Tabel 10 memperlihatkan bahwa perbandingan jambu biji merah dengan

lemon memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kadar air (%)

tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (perbandingan jambu biji merah dengan

lemon 50% : 50%) yaitu sebesar 20,655% dan terendah pada perlakuan S4

(perbandingan jambu biji merah dengan lemon 80% : 20%) yaitu sebesar

19,423%. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan S4 (perbandingan jambu biji

merah dengan lemon 80% : 20%) yaitu sebesar 2,542% dan terendah terdapat

pada perlakuan S1 (perbandingan jambu biji merah dengan lemon 50% : 50%)

(44)

Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan S4 (perbandingan jambu

biji merah dengan lemon 80% : 20%) yaitu sebesar 66,019 mg/100 g bahan dan

terendah terdapat pada perlakuan S1 (perbandingan jambu biji merah dengan

lemon 50% : 50%) yaitu sebesar 21,448 mg/100 g bahan. Total asam tertinggi

terdapat pada perlakuan S4 (perbandingan jambu biji merah dengan lemon 80% :

20%) yaitu sebesar 0,364% dan terendah terdapat pada perlakuan S1

(perbandingan jambu biji merah dengan lemon 50% : 50%) yaitu sebesar 0,215%.

Total padatan terlarut tertinggi terdapat pada perlakuan S4 (perbandingan jambu

biji merah dengan lemon 80% : 20%) yaitu sebesar 66,300°Brix dan terendah

terdapat pada perlakuan S1 (perbandingan jambu biji merah dengan lemon 50% :

50%) yaitu sebesar 31,800°Brix.

Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (perbandingan

jambu biji merah dengan lemon 50% : 50%) yaitu sebesar 2,392 dan terendah

terdapat pada perlakuan S3 (perbandingan jambu biji merah dengan lemon 70% :

30%) yaitu sebesar 2,092. Uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada

perlakuan S1 (perbandingan jambu biji merah dengan lemon 50% : 50%) yaitu

sebesar 2,650 dan terendah terdapat pada perlakuan S4 (perbandingan jambu biji

merah dengan lemon 80% : 20%) yaitu sebesar 2,333. Uji organoleptik rasa

tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (perbandingan jambu biji merah dengan

lemon 50% : 50%) yaitu sebesar 2,758 dan terendah terdapat pada perlakuan S4

(perbandingan jambu biji merah dengan lemon 80% : 20%) yaitu sebesar 2,300.

Uji organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan S4 (perbandingan jambu

(45)

pada perlakuan S1 (perbandingan jambu biji merah dengan lemon 50% : 50%)

yaitu sebesar 2,125.

Pengaruh Konsentrasi Gelatin terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi gelatin

memberikan pengaruh terhadap kadar air (%), kadar abu (%), kadar vitamin C

(mg/100 g berat bahan), total asam (%), total padatan terlarut (°Brix), uji

organoleptik warna, aroma, rasa, dan tekstur seperti pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap parameter yang diamati

Konsentrasi

Tabel 11 memperlihatkan bahwa konsentrasi gelatin memberikan

pengaruh dengan parameter yang diamati. Kadar air (%) tertinggi terdapat pada

perlakuan G4 (konsentrasi gelatin 4%) yaitu sebesar 21,697% dan terendah pada

perlakuan G1 (konsentrasi gelatin 2,5%) yaitu sebesar 18,525%. Kadar abu

tertinggi terdapat pada perlakuan G4 (konsentrasi gelatin 4%) yaitu sebesar

2,368% dan terendah terdapat pada perlakuan G1 (konsentrasi gelatin 2,5%) yaitu

sebesar 2,112%.

Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan G1 (konsentrasi gelatin

2,5%) yaitu sebesar 48,708 mg/100 g bahan dan terendah terdapat pada perlakuan

G4 (konsentrasi gelatin 4%) yaitu sebesar 38,479 mg/100 g bahan. Total asam

tertinggi terdapat pada perlakuan G4 (konsentrasi gelatin 4%) yaitu sebesar

(46)

0,260%. Total padatan terlarut tertinggi terdapat pada perlakuan G4 (konsentrasi

gelatin 4%) yaitu sebesar 54,450°Brix dan terendah terdapat pada perlakuan G1

(konsentrasi gula 2,5%) yaitu sebesar 44,625°Brix.

Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan G1 (konsentrasi

gelatin 2,5%) yaitu sebesar 2,558 dan terendah terdapat pada perlakuan G4

(konsentrasi gelatin 4%) yaitu sebesar 2,050. Uji organoleptik aroma tertinggi

terdapat pada perlakuan G4 (konsentrasi gelatin 4%) yaitu sebesar 2,525 dan

terendah terdapat pada perlakuan G3 (konsentrasi gelatin 3,5%) yaitu sebesar

2,400.

Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan G4 (konsentrasi

gelatin 4%) yaitu sebesar 2,675 dan terendah terdapat pada perlakuan G2

(konsentrasi gelatin 3%) yaitu sebesar 2,525. Uji organoleptik tekstur tertinggi

terdapat pada perlakuan G4 (konsentrasi gelatin 4%) yaitu sebesar 2,600 dan

terendah terdapat pada perlakuan G1 (konsentrasi gelatin 2,5%) yaitu sebesar

2,100.

Kadar Air (%)

Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar air

(%) marshmallow

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa

perbandingan jambu biji merah dengan lemon memberikan pengaruh berbeda

nyata (P<0,05) terhadap kadar air yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh

perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar air dapat dilihat

(47)

Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar air (%) marshmallow

Jarak LSR Perbandingan jambu biji

merah dengan lemon Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - S1 = 50% : 50% 20,6551 a A

2 0,955 1,315 S2 = 60% : 40% 20,5453 a A

3 1,003 1,381 S3 = 70% : 30% 19,6341 ab A

4 1,028 1,416 S4 = 80% : 20% 19,4231 b A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa perlakuan S1 berbeda tidak nyata

dengan S2 dan S3, dan berbeda nyata dengan S4. S2 berbeda tidak nyata dengan S3

dan berbeda nyata dengan S4. S3 berbeda tidak nyata dengan S4. Kadar air

tertinggi diperoleh pada perlakuan S1 (perbandingan jambu biji merah dengan

lemon 50% : 50%)yaitu sebesar 20,6551% dan terendah diperoleh pada perlakuan

S4 (perbandingan jambu biji merah dengan lemon 80% : 20%) yaitu sebesar

19,4231%.

Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan

kadar air marshmallow dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan

bahwa perbandingan jambu biji merah dengan lemon 50% : 50% menghasilkan

kadar air (%) paling tinggi. Dapat dilihat bahwa persentase lemon tertinggi (50%)

merupakan kadar air marshmallow tertinggi. Hal ini dikarenakan kadar air lemon

lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air jambu biji merah yaitu 89 gram dan 67

gram dan apabila digabungkan dapat mempengaruhi kadar air pada marshmallow.

Menurut Wati (2003) menyatakan bahwa sari buah yang ditambahkan banyak

mengandung air sehingga berpengaruh meningkatkan kadar air terhadap produk

akhir, semakin banyak persentase sari buah yang digunakan maka semakin tinggi

(48)

Gambar 5. Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan kadar air (%) marshmallow

Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap kadar air (%) marshmallow

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa konsentrasi

gelatin memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air

marshmallow yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi gelatin

terhadap kadar air dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gelatin terhadap kadar air (%) marshmallow

Jarak LSR Konsentrasi gelatin Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - G1 = 2,5% 18,5250 c C

2 0,955 1,315 G2 = 3,0% 19,3858 c BC

3 1,003 1,381 G3 = 3,5% 20,6497 b AB

4 1,028 1,416 G4 = 4,0% 21,6970 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(49)

tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 (konsentrasi gelatin 4%) yaitu sebesar

21,6970% dan terendah diperoleh pada perlakuan G1 (konsentrasi gelatin 2,5%)

yaitu sebesar 18,5250%.

Hubungan antara konsentrasi gelatin dengan kadar air pada marshmallow

dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin banyak

gelatin yang ditambahkan maka semakin besar kadar air yang dihasilkan. Hal ini

dikarenakan sifat dari gelatin yang dapat mengikatair pada bahan yang kemudian

akan membentuk gel. Menurut Saleh (2004) menyatakan bahwa dalam industri

pangan gelatin berfungsi sebagai pembentuk gel, pemantap emulsi, pengental,

penjernih, pengikat air, dan pelapis.

Gambar 6. Hubungan antara konsentrasi gelatin dengan kadar air (%) marshmallow

Pengaruh interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap kadar air (%) marshmallow

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi

(50)

memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air

marshmallow yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Kadar Abu (%)

Pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar abu (%) marshmallow

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa

perbandingan jambu biji merah dengan lemon memberikan pengaruh berbeda

sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu marshmallow yang dihasilkan. Hasil uji

LSR pengaruh jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar abu dapat dilihat

pada Tabel 14.

Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan jambu biji merah dengan lemon terhadap kadar abu (%) marshmallow

Jarak LSR Perbandingan jambu biji

merah dengan lemon Rataan

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa perlakuan S1 berbeda sangat nyata

dengan S2, S3, dan S4. S2 berbeda sangat nyata dengan S3 dan S4. S3 berbeda

sangat nyata dengan S4. Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan S4

(perbandingan jambu biji merah dengan lemon 80% : 20%) yaitu sebesar 2,5417%

dan terendah diperoleh pada perlakuan S1 (perbandingan jambu biji merah dengan

lemon 50% : 50%)yaitu sebesar 2,0442%.

Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan

kadar abu marshmallow dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan

(51)

kadar abu tertinggi. Hal ini dikarenakan buah jambu biji merah memiliki

kandungan mineral yang tinggi seperti kalsium sebesar 14 mg, fosfor sebesar

28 mg, dan besi sebesar 1,1 mg (Cahyono, 2010).

Gambar 7. Hubungan antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dengan kadar abu (%) marshmallow

Pengaruh konsentrasi gelatin terhadap kadar abu (%) marshmallow

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa konsentrasi

gelatin memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu

marshmallow yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi gelatin

terhadap kadar abu dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gelatin terhadap kadar abu (%) marshmallow

Jarak LSR Konsentrasi gelatin Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - G1 = 2,5% 2,1124 d D

2 0,038 0,053 G2 = 3,0% 2,1848 c C

3 0,040 0,055 G3 = 3,5% 2,2860 b B

4 0,041 0,057 G4 = 4,0% 2,3683 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa perlakuan perlakuan G1 berbeda

sangat nyata dengan G2, G3, dan G4. G2 berbeda sangat nyata dengan G3 dan G4.

G3 berbeda sangat nyata dengan G4. Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan

(52)

G4 (konsentrasi gelatin 4%) yaitu sebesar 2,3683% dan terendah diperoleh pada

perlakuan G1 (konsentrasi gula 2,5%) yaitu sebesar 2,1124%.

Hubungan antara konsentrasi gelatin dengan kadar abu pada marshmallow

dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi

konsentrasi gelatin yang ditambahkan maka semakin tinggi pula kadar abu yang

dihasilkan. Hal ini dikarenakan gelatin banyak mengandung mineral seperti zat

tembaga sebesar 0,2 mg, selenium sebesar 2,8 mg, sodium sebesar 14 mg, besi

sebesar 1 mg, dan fosfor sebesar 20 mg sehingga semakin banyak konsentrasi

gelatinnya maka semakin tinggi mineral yang terkandung di dalam marshmallow

(Detikfood, 2014).

Gambar 8. Hubungan antara konsentrasi gelatin dengan kadar abu (%) marshmallow

Pengaruh interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap kadar abu (%) marshmallow

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi

perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin

(53)

marshmallow yang dihasilkan. Hasil uji LSR Pengaruh interaksi antara

perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap

kadar abu (%) marshmallowdapat dilihat pada Tabel 16.

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara

perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin

memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar abu (%). Kadar

abu (%) tertinggi terdapat pada perlakuan S4G4 (perbandingan jambu biji merah

dengan lemon 80% : 20%, konsentrasi gelatin 4%) yaitu sebesar 2,755% dan

terendah diperoleh pada perlakuan S1G1 (perbandingan jambu biji merah dengan

lemon 50% : 50%, dan konsentrasi gelatin 2,5%) yaitu sebesar 1,948%.

Tabel 16. Uji LSR interaksi antara perbandingan jambu biji merah dengan lemon dan konsentrasi gelatin terhadap kadar abu (%) marshmallow

Jarak

Gambar

Gambar 2. Skema pembuatan bubur jambu biji merah
Gambar 4. Skema pembuatan marshmallow jambu biji merah
Tabel 6. Skala uji hedonik rasa
Tabel 9. Skala uji skor tekstur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian bahan organik pada perlakuan B 5 (100% pupuk kandang ayam) dan B3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam) adalah yang tertinggi. dalam peningkatan diameter

______ murid dapat mencapai objektif yang ditetapkan dan ______ murid yang tidak mencapai objektif akan diberi bimbingan khas dalam sesi akan datang... PdP ditunda.

Perkembangan zaman telah merubah berbagai aspek kehidupan manusia, teknologi informasi dan komunikasi mendorong perubahan hubungan antar bangsa yang tidak bisa lagi

Hasil tersebut menunjukkan hasil yang sama pada pengujian dengan di- ameter lubang 21 mm, yaitu debit air awal sebesar 89 cm 3 /s mengalami penurunan setelah pipa mengalami

Peningkatan mutu pendidikan melalui lesson study dimulai dari tahap perencanaan (Plan) yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat mendorong

Oleh karena itu, pemilik bondo deso bisa langsung mengambil kembali tanah persawahan tersebut dari pihak penyewa, tetapi keadaan di lapangan tanah tersebut sudah

Ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih ( Crinum asiaticum L.) Mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat. Ekstrak etanol daun bakung putih

Format pengembangan program yang dimaksud berupa bahan cetak, berupa buku teks, urutan proses atau prosedur dalam rancangan sistem, yang dilengkapi video uji coba