PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
PADA BALAI PELATIHAN KETRASMIGRASIAN (BALATRANS)
PROVINSI JAWA BARAT
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek
Pada Program Studi Akuntansi Strata Satu
Oleh :
Fariz Ahmad F
21110052
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……….. i
KATA PENGANTAR……….. ii
DAFTAR ISI………. iii
DAFTAR TABEL………. iv
DAFTAR LAMPIRAN………. v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ……….. 1
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek……… 3
1.2.1 Kegunaan Kerja Praktek……… 3
1.2.2 Metode Kerja Praktek……… 3
1.3 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek……… 4
1.3.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek………... 5
BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT KERJA PRAKTEK 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan………. 7
2.2 Lokasi Perusahaan atau Instansi……….. 8
2.3 Visi dan Misi Perusahaan……….……….. 9
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek………... 11
3.1.1 Pengertian Pajak……….... 11
3.1.2 Ciri- Ciri Pajak……….. 12
3.1.4 Fungsi Pajak……….. 13
3.2 Perpajakan Dalam Instansi Pemerintah………. 15
3.2.1 Laporan Keuangan Program Kegiatan……… 17
3.2.2 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Program Kegiatan………... 21
3.3 Dasar Hukum Pemenuhan Kewajiban………... 24
3.3.1 Dasar Hukum………. 24
3.3.2 Cara Penyampaian Permohonan WP……….. 28
3.4 Pajak Penghasilan………... 30
3.4.1 Subjek Pajak Pengahasilan………. 30
3.4.2 Objek Pajak Penghasilan (PPh)……….. 33
3.4.3 Tarif Pajak Penghasilan……….. 37
3.4.3.1 Jenis-Jenis Tarif Pajak……… 37
3.5 Pengertian PTKP……… 38
3.6 Pengertian SPT………... 39
3.6.1 Fungsi SPT……….. 40
3.6.2 Jenis SPT………. 41
3.6.3 Batas Waktu Penyampaian SPT……….. 41
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ……… 42
DAFTAR PUSTAKA……….. 44
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… 45
44
DAFTAR PUSTAKA
Erly Suandy. 2005. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat
Mardiasmo. 2003. Perpajakan Teori dan kasus. Jakarta : Andi
Republik Indonesia. 2007. Undang-undang Pajak No. .17 Tentang pajak
Penghasilan. Jakarta : Salemba Empat
Siti Kurnia rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu
www.pajak.net/info/PPh23.htm
http://www.sjdih.kemenkeu.go.id/fullText/2013/87~PMK.03~2013Per.HTM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya yang telah
memberikan kekuatan dan petunjuk serta ketabahan bagi penulis dalam menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek. Penulis melaksanakan kerja praktek di BALAI TENAGA KERJA
dan TRANSMIGRASI (BALATRANS). Kerja praktek merupakan tahapan yang harus dilalui
mahasiswa dan merupakan persyaratan dalam melengkapi pendidikan S1 Jurusan Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Kerja
Praktek ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena
itulah penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan Laporan
Kerja Praktek. Namun demikian diharapkan agar penyusunan Laporan Kerja Praktek ini
memenuhi syarat yang diperlukan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan
dorongan hingga terselesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Ucapan terima kasih ini, penulis
sampaikan khususnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, MSi., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi di Universitas
Komputer Indonesia.
4. Inta Budi Setya Nusa SE. M Ak sebagai dosen pembimbing di Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi.
5. Seluruh dosen UNIKOM, khususnya dosen Program Studi Akuntansi di Universitas
Komputer Indonesia.
6. Yth. Bapak dan Ibu selaku karyawan tempat penulis melakukan penelitian di BALAI
TENAGA KERJA dan TRANSMIGRASI (BALATRANS) JAWA BARAT, yang telah
memberikan data-data yang diperlukan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek.
7. Ir. H. Pupun Saefunudin, selaku Kepala Balai yang telah mengizinkan penulis melakukan
kerja praktek
8. Orang Tua, tersayang serta saudara ku semua yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis dalam proses penyusunan Laporan Kerja Praktek.
9. Semua teman-teman saya sehingga terselesaikannya laporan Kerja Praktek ini.
10.Serta seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan baik secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga amal kebaikan yang telah diberikan oleh
semua pihak yang terlibat dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini, di terima oleh Allah
SWT. Semoga segala bantuan,doa serta amal kebaikan yang telah diberikan mendapatkan
balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan baik isi, bahasa maupun penulisannya. Segala saran dan kritk yang
membangun sangat penulis harapkan, sehingga dimasa yang akan datang dapat menjadi bahan
Wassalamu’alaikum
Bandung, Desember 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Seringkali dijumpai seseorang jurusan perguruan tinggi yang mengalami kesulitan di
dalam mengawali tugas-tugasnya dalam dunia kerja yang baru. Hal tersebut merupakan
gambaran yang sudah tidak asing lagi ditemukan di dalam dunia kerja, karena banyak hal
yang baru dimana mereka dituntut untuk selalu peka dan siap melakukan pekerjaan yang
ditugaskan. Selain itu, juga dibutuhkan waktu untuk penyesuaian terhadap lingkungan kerja
baru yang belum pernah dialami sebelumnya.
Persaingan yang berat di dalam dunia kerja mengharuskan para lulusan Perguruan
Tinggi yang ingin berkecimpung di dunia kerja harus memiliki bekal dan pengalaman yang
cukup. Universitas Komputer Indonesia merupakan salah satu pihak dari Perguruan Tinggi di
Bandung yang menyadari pentingnya kemampuan praktik dalam persaingan dunia kerja
sehingga akhirnya menerapkan kebijakan terhadap mahasiswanya untuk melaksanakan
program magang yang di lakukan baik di instalasi pemerintah maupun di instalasi swasta.
Program magang di harapkan dapat menjadi sarana bagi para mahasiswa untuk menambah
pengalaman mengenai dunia kerja dan untuk menghadapi kenyataan di lapangan
sesungguhnya. Melalui program magang ini, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk
menerapkan di lapangan tentang apa yang selama ini di pelajarinya secara teori selama
perkuliahan sehingga kesulitan-kesulitan yang terjadi pada awal babak memasuki dunia kerja
Pada era resensi ekonomi dunia saat ini sangat menyulitkan dunia usaha, mulai dari
pemangkasan tenaga kerja sampai dengan banyaknya perusahaan yang gulung tikar, yang
berdampak kepada berkurangnya penerimaan Negara dari sector pajak. Perusahaan atau
instansi tertentu mengharapakan adanya stimulus ekonomi dari pemerintah khususnya di
bidang perpajakan yang dapat menopang kelangsungan hidup perusahaan – perusahaan atau
instansi yang ada di Indonesia .
Laporan keuangan merupakan sebuah produk akhir yang dapat memberikan gambaran
final tentang kondisi perusahaan. Selain itu juga laporan keuangan dapat menjadi tolak ukur
perusahaan atau instansi untuk menentukan kemampuan produktivitasnya, membantu dalam
mengevaluasi kinerja manajemen, serta menjelaskan tentan efektivitas dan efisiensi
perusahaan atau instansi.
Pemerintah harus mampu menciptakan system perekonomian yang stabil melalui
kebijakan-kebijakan yang di ambil. Selain itu peran serta warga negara menjadi salah satu
faktor yang dapat mendukung kemajuan perekonomian bangsa, salah satu kewajiban warga
Negara dalam meningkatkan pembangunan negara adalah membayar pajak sebagaimana
telah di atur dalam undang – undang perpajakan
Balai Pelatihan Ketransmigrasian ( BALATRANS ) yang merupakan salah satu
instansi pemerintah yang bergerak di bidang pelatihan tenaga kerja, menyelenggarakan
pembukuan dan menyajikan laporan keuangan pada setiap akhir tahunnya.
Sesuai dengan ketentuan perpajakan maka pada akhir tahun buku setiap perusahaan
atau instansi akan menghitung dan melaporkan kekurangan pajak terutangnya.
Berdasarkan uraian tersebut penulis bermaksud untuk mengkaji tentang Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan pada Balai Pelatihan Ketransmigrasian ( BALATRANS ).
3
perpajakan di Dinas Pelatihan Ketransmigrasian Provinsi Jawa Barat dengan judul
“PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA BALAI PELATIHAN
KETRASMIGRASIAN (BALATRANS) PROVINSI JAWA BARAT”
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
1.2.1 Kegunaan Kerja Praktek
Melalui Kuliah Kerja Praktek ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat
atau kegunaan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Berikut ini kegunaan
kerja praktek yang dilihat dari beberapa sisi :
1. Bagi Penulis
diharapkan bagi penulis dapat menambah pengetahuan mengenai prosedur
pengelolaan keuangan atau penatausahaan anggaran dengan menggunan SIPKD
pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat.
2. Bagi Akademis
Memberikan gambaran dan literature mengenai prosedur penatausahaan anggaran
dan perbandingan untuk penelitian lainnya.
3. Bagi Instansi
Dapat menjadi masuskan yang berarti bagi Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Jawa Barat untuk menjadi salah satu pertimbangan dalam
pengembangan penatausahaan anggran dengan menggunakan Sistem Informasi
Keuangan Daerah menjadi lebih efektif.
1.2.2 Metode Kerja Praktek
Dalam menyusun laporan kerja praktek ini penulis menggunakan metode kerja
block release yaitu metode pelaksanaan kerja praktek dalam satu periode. Selain itu
dihasilkan sesuai dengan judul dan harapan penulis. Berikut adalah teknik yang
dilakukan dalam mendapatkan dan mengumpulkan data:
1. Studi Lapangan
Yaitu pengumpulan data dan informasi yang dilakukan secara langsung pada
objek yang ditelilti. Studi lapangan dilakukan dengan cara-cara berikut ini:
- Observasi, penulis melakukan pengamatan secara langsung ke instansi
atau bagian yang terkait yaitu Sub Bagian Keuangan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan mencatat semua informasi yang ada.
- Wawancara, penulis melakukan tanya jawan secara langsung baik itu
secara formal maupun non formal dengan pihak-pihak yang terkait salah
satunya dengan staf Sub Bagian Keuangan yang juga menjadi
pembimbing bagi penulis dalam permasalahan yang akan dibahas dalam
laporan kerja praktek, yaitu mengenai prosedur penatausahaan anggaran
dengan menggunakan SIPKD.
- Dokumen, penulis mendapatkan dokumen berupa hardcopy maupun
softcopy yang bersangkutan dengan laporan kerja praktek.
2. Studi Kepustakaan
Penulis membaca literature yang bersangkutan tentang prosedur, sistem
penatausahaan anggaran atau pengelolaan keuangan daerah untuk menjadi
bahan dalam penulisan laporan kerja praktek.
1.3 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Lokasi kerja praktek yang menjadi tempat terlaksananya kegiatan kerja praktek
adalah di Balai Pelatihan Ketransmigrasian (BALATRANS) merupakan salah satu
5
berada di Jl. Soekarno-Hatta No. 567 Bandung.. Waktu kerja praktek dimulai pada
tanggal 1 juli 2013 sampai dengan 1 Agustus 2013.
Kegiatan praktek kerja di laksanakan sesuai jadwal atau jam kerja yang
berlaku di BALATRANS, jam kerja diberlakukan,yaitu :
Senin – Kamis : Jam 7.30 – 12.00 & 13.00 – 16.00
Hari Jum’at : Jam 7.30 – 11.30 & 13.30 – 16.00
1.3.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan kegiatan praktek kerja yang berlangsung selama kurang lebih 1
(satu) bulan menyebabkan penulis harus mengambil timing waktu yang tepat yang harus
dilakukan selama melakukan kegiatan praktek kerja. Berikut ini adalah gambaran secara
garis besar kegiatan yang penulis lakukan selama melakukan praktek kerja di Balai
Pelatihan Ketransmigrasian yang di kelompokan setiap minggunya, yaitu sebagai berikut
Minggu Pertama :
- Mengenali lingkungan kerja di kantor Balai Pelatihan Ketransmigrasian
- Memahami tugas, tanggung jawab, dan wewenag kerja di masing – masing bidang
di Balai Pelatihan Ketransmigrasian
Minggu Kedua :
- Mempelajari kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan Balai
Pelatihan Ketransmigrasian
- Membantu dan melaksanakan tugas dan kegiatan di bidang perpajakan Balai
Minggu Ketiga :
- Mencari referensi tambahan seperti melakukan wawancara pada manager
keuangan di Balai Pelatihan Ketransmigrasian serta data – data yang diperlukan
untuk laporan kegiatan wewenang
Minggu Keempat :
6
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ATAU INSTANSI
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan atau Instansi
Kualitas transmigran adalah kunci dari keberhasilan program transmigrasi dan pelatihan transmigrasi
adalah cara efektif untuk meningkatkan kualitas transmigran. Oleh karena itu, pelatihan ketransmigrasian
harus menjadi bagian integral dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan program transmigrasi.
Untuk meningkatkan penyelenggaraan transmigrasi, sangat diperlukan adanya kebutuhan pelatihan
transmigrasi, baik oleh transmigran maupun penyelenggara transmigrasi. Pelatihan bagi calon transmigran
terutama diarahkan pada peningkatan motivasi bertransmigrasi, penjelasan tentang hak dan kewajiban serta
tanggung jawab transmigran, memberikan introduksi tentang kondisi kawasan transmigrasi dan pengenalan
budaya masyarakat di dalam maupun di luar kawasan transmigrasi.
Balai Pelatihan Ketransmigrasian (BALATRANS) merupakan salah satu UPTD di bawah naungan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, berada di Jl. Soekarno-Hatta No. 567 Bandung.
Keberadaan Balai Pelatihan Ketransmigrasian (BALATRANS) sendiri dimulai pada tanggal 29 Februari
2010.
Balai Pelatihan Ketransmigrasian (BALATRANS) Provinsi Jawa Barat dibentuk dalam rangka
meningkatkan kinerja penyelenggaraan pelatihan transmigrasi yang lebih berkualitas, serta dilandasi pada
tujuan terlaksananya pelatihan transmigrasi secara efektif dan dapat mencapai tujuan peningkatan
kemampuan, keterampilan dan pemberdayaan transmigrasi.
Untuk menunjang keberhasilan program pelatihan ketransmigrasian Berdasarkan Peraturan Gubernur
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pelatihan
Ketransmigrasian (BALATRANS) Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagai
fungsi Dinas di bidang pelatihan Ketransmigrasian.
Sedangkan fungsi UPTD BALATRANS adalah :
a. Penyelenggara penyusunan petunjuk teknis pelatihan ketransmigrasian
b. Penyelenggaraan pelatihan Ketransmigrasian
Selanjutnya, Balai Pelatihan Keransmigrasian membawahi satu sub bagian dan dua seksi yaitu Sub
Bagian Tata Usaha, Seksi Perencanaan dan Evaluasi Serta Seksi Penyelenggaraan.
2.2 Lokasi Perusahaan atau Instansi
Lokasi perusahaan atau instansi sangat berpengaruh untuk menentukan maju tidaknya sebuah
perusahaan. Dengan pemilihan lokasi yang tepat dan strategis, maka akan memudahkan perusahaan untuk
dapat mencapai tujuan dan target yang di kejar perusahaan secara maksimal sehingga pertimbangan pertama
di dalam mendirikan/menempatkan sebuah perusahaan atau instansi adalah penentuan lokasi atau letak
sebuah perusahaan atau instansi. Gedung Balai Pelatihan Ketransmigrasian ( BALATRANS ) terletak di jl.
Soekarno Hatta No.567, Bandung.
2.3 Visi dan Misi BALATRANS
Visi merupakan suatu harapan perusahaan akan keadaan yang ingin diwujudkan pada masa yang
akan datang, yang digunakan sebagai pedoman untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki, serta
sebagai landasan untuk mencapai tujuan perusahaan dan perumusan strategi yang akan di tetapkan
Visi
8
Misi merupakan landasan mendasar yang membedakan satu perusahaan atau instansi dengan yang
lain yang sejenis. Adapun misi BALATRANS yaitu:
Misi
Memberdayakan transmigran melalui pelatihan partisipatif
Mengembangkan kemampuan transmigran untuk membangun kerja sama
Mengembangkan keterampilan teknis untuk membangun usaha produktif sebagai sumber
peningkatan pendapatan
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan kerangka dari hubungan antara bagian yang dimana
bagian-bagian ini terjalin dalam suatu system interaksi yang saling berkaitan dan saling membutuhkan satu sama
lain. Struktur organisasi yang tepat merupakan suatu alat yang penting di dalam pencapaian tujuan
perusahaan sebab berhasil tidaknya suatu perusahaan di tentukan oleh struktur organisasi yang dapat di
gunakan sebagai alat komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan. Hal ini dikarenakan struktur
organisasi mempunyai peran yang sangat besar di dalam mengatur dan mengelola suatu perusahaan secara
Gambar I
Struktur Organisasi Balai Pelatihan Ketransmigrasian
KEPALA
BALAI
KASI
PENYELENGGARA
PELATIHAN
KASI
PERENCANAAN
DAN EVALUASI
KASUBAG TATA
USAHA
KELOMPOK JABATAN FUNGSION
11
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek penulis ditempatkan di lingkungan Direktorat
Administrasi dan Keuangan bidang keuangan bagain Sub Departemen Pajak (Subdep Pajak)
pada Balai Pelatihan Ketransmigrasian ( BALATRANS ). Pelaksanaan kerja praktek
dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di Bidang Perpajakan
yang khususnya mengenai Pemenuhan Kewajiban Perpajakan pada Balai Pelatihan
Ketransmigrasian ( BALATRANS ).
3.1.1 Pengertian Pajak
Istilah pajak berasal dari bahasa jawa yaitu “ajeg” yang berarti pungutan teratur pada
waktu tertetu. Kemudian berasungsur-angsur mengalami perubahan, maka sebutan semula ajeg
menjadi sebutan Pa-ajeg memiliki arti sebagai pungutan yang dibebankan kepada rakyat secara
teratur, terhadap hasil bumi (Soemarsaid Moertono dalam M. Bakhrudin Effendi).
Beberapa pengertian atau definisi tentang pajak yang diberikan para ahli di bidang
keuangan Negara, ekonomi maupun hukum manca negara untuk menjadi bahan perbandingan
antara lain adalah sebagai berikut:
Menurut Prof. DR. Rahmat Soemitro SH, mengatakan bahwa :“Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang (yang dapat di paksakan) dengan
tidak mendapatkan jasa timbal, yang langsung dapat di tunjukan dana yang dapat di
Menurut S.I Djajadiningrat yang di tulis oleh Mardiasmo (2003) hal.1 “Perpajakan
Teori dan Kasus” bahwa : “Pajak adalah sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian
dari kekayaan ke kas Negara di sebabkan oleh suatu keadaan, kejadian dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang di tetapkan pemerintah serta dapat di paksakan tetapi tidak ada jasa
timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum”.
3.1.2 CIRI-CIRI PAJAK
Setelah mengetahui unsur pokok pajak, maka perlu juga mengetahui tentang ciri-ciri
pajak yang melekat pada unsur pokok pajak tersebut. Berikut ini penulis akan
memberikan pendapat dari beberapa ahli perpajakan tentang ciri-ciri pajak.
Ada bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak menurut para ahli diantaranya
adalah :
1. Prof. Dr. P. J. A. Adriani = pajak adalah iuran masrayakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayararnya menurut peraturan-peraturan
umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung tugas-tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
2. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH. = pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
13
3. Sommerfeld Ray M. Anderson Herschel M. & Brock Horace R. = Pajak adalah
suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat
pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang sudah
ditentukan dan tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah
dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
4. Smeets = Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui
norma-norma umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan
dalam hak individual untuk membiayai pengeluaran pemerintah
5. Suparman Sumawidjaya = pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut
oleh penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
Lima unsur pokok dalam definisi pajak pajak adalah :
1.Iuran/pungutan dari rakyat kepada negara
2.Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
3.Pajak dapat dipaksakan
4.Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi
5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara (pengeluaran umum pemerintah)
Ciri-ciri Pajak yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
1. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta
(wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak/administrator pajak).
3. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam
rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah
terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.
5. Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas negara/anggaran negara yang diperlukan
untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai
alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan
sosial (fungsi mengatur / regulatif)
3.1.3 Fungsi Pajak
Pengertian fungsi dalam fungsi pajak adalah pengertian fungsi sebagai kegunaan suatu
hal. Maka fungsi pajak adalah kegunaan pokok, manfaat pokok dalam meningkatkan
kesejahteraan umum. Dengan pajak sebagai salah satu pos penerimaan negara diharapkan banyak
pembangunan dalam dilaksanakan sesuai dengan tujuan negara.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010) hal. 26 dalam bukunya “Perpajakan Indonesia”
macam fungsi pajak yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Budgetair
Pajak berfungsi untuk menutup biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dalam
15
ekonomi harus diatur senetral-netralnya dan sekali-kali tidak boleh dibelokkan untuk mencapai
tujuan-tujuan lain yang menyimpang.
Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal, yaitu pajak
dipergunakan sebagai alat untukmemasukkan dana secara optimal ke kas negara yang dilakukan
sistem pemungutan berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Pajak berfungsi
sebagai alat untuk memasukkan uang dari sektor swasta (rakyat) ke dalam kas negara atau
anggaran negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan fungsi inilah
pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan
melakukan upaya pemungutan pajak dari penduduknya.
2. Fungsi Regulerend
Fungsi Regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat kebijakan
pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Merupakan fungsi lain dari pajak sebagai fungsi
budgetair. Disamping usaha untuk memasukkan uang untuk kegunaan kas negara, pajak
dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam mengukur dan bilamana
perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta. Fungsi regulerend juga
disebt fungsi tambahan, karena fungsi regulerend ini hanya sebagai tambahan atas fungsi utama
pajak yaitu fungsi budgetair.
3.2 Perpajakan Dalam instansi Pemerintah
Seluruh instansi pemerintah memiliki tujuan dan target yang sama yang hendak dicapai. Di
dalam pencapaian tujuan dan target instansi tersebut, berbagai cara telah dilakukan oleh
instansi tersebut dimana setiap upaya yang dilakukan akan mengeluarkan pengorbanan yang
yang dimana nantinya akan mengurangi kas instansi tersebut. Selain beban tersebut adapula
beban lain yaitu beban pajak yang wajib di bayarkan oleh perusahaan atau instansi tersebut
sebagai wajib pajak.
Di dalam akuntansi perpajakan memiliki beberapa perbedaan pengakuan komponen –
komponen laporan keuangan dengan akuntansi konvensional yang biasanya dibuat oleh
perusahaan atau instansi. Perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya nilai
pajak yang harus dibayarkan.
Ada pula peran Pengujian Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Direktur
Jenderal Pajak, institusi yang memiliki kewenangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan wajib pajak yang menganut self assessment system, mekanisme
penegakan hukum atas system yang dianut dijalankan dengan melakukan pemeriksaan,
menetapkan system dan target serta skala prioritas wajib pajak yang akan dilakukan
pemeriksaan setiap tahunnya. ha linin sesuai dengan Undang – Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan :
A. Pembayaran SKPKB/SKPKBT/STP, hasil pemeriksaan melalui :
1. Surat Setoran Pajak (SSP) oleh orang pribadi
2. SSP yang berasal dari konpensasi utang pajak melalui potongan
SPMKP/transfer pembayaran (menkeu no.16/pmk.03/2011)
3. Pemindah bukuan atas SSP
B. SSP yang digunakan oleh Wajib Pajak dalam rangka mengungkapkan
ketidakbenaran pengisian surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka
2 huruf a dilakukan oleh Wajib Pajak :
17
2. Tindakan Penagihan Seketika dan Sekaligus
Pencapaian juga diharapkan bias diraih dengan menerapkan konsep Refund
Discrepancy, yang merupakan nilai nominal restitusi yang tidak dikabulkan oleh
Direktur jendral Pajak berdasarkan hasil pemeriksaan.
Contoh penerapan sebagai perhitungan Refund Discrepancy adalah sebagai
berikut:
Nilai lebih besar menurut Wajib Pajak adalah Rp 10 miliar, sedangkan
ketetapan oleh pemeriksa pajak berupa SKPLB sebesar Rp 2 miliar, makan
nilai Refund Discrepancy adalah Rp 10 miliar – Rp 2 miliar = Rp 8 miliar
Nilai lebih bayar menurut Wajib Pajak adalah Rp 10 miliar, sedangkan
ketetapan oleh pemeriksa pajak berupa SKPN, maka nilai Refund
Discrepancy adalah Rp 10 miliar – Rp 0 = Rp 10 miliar
Nilai lebih bayar menurut Wajib Pajak adalah Rp 10 miliar, sedangkan
ketetapan oleh pemeriksa pajak berupa SPKPB sebesar Rp 4 miliar, maka
nilai Refund Discrepancy adalah Rp 10 miliar – Rp 0 = Rp 10 miliar
3.2.1 Laporan Keuangan Program dan Kegiatan
Laporan keuangan sangat diperlukan oleh perusahaan untuk mengetahui posisi
keuangan dan laba maupun rugi yang diperoleh perusahaan atau instansi tersebut. Menurut
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi laporan laba/rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
\
Program dan Kegiatan BALATRANS Prov. Jabar Tahun 2011-2013
No Program Kegiatan 2011 2012 2013
aluasi dan Monitoring
Pelatihan Ketransmigrasian
210.000 186.400 201.770
4 Peningkatan Sarana
dan Prasarana
Pengadaan Sarana dan
Prasarana
250.000 - 500.000
19
Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana Kantor
92.032,6 225.760 274.470
Skema Anggaran
BALATRANS
ALOKASI DANA APBD TA. 2013
Rp 4.558.594.000,-
Program perencanaan, pengendalian & pengawasan pembangunan daerah keg. Koordinasi, Evaluasi dan monitoring
pelatihan ketransmigrasian
Rp 250.000.000,-
Program peningkatan sumber daya aparatur keg. Peningkatan kesejahteraan & kemampuan aparatur Balatrans
Rp 41.770.000,-
Program pelayanan administrasi perkantoran keg.
Penyelenggaraan administrasi perkantoran Balatrans
Rp 201.774.000,-
Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur keg. Pembangunan kantor Balatrans tahap III
Rp 1.500.000.000,-
Program pemeliharaan sarana dan prasarana aparatur kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana kantor Balatrans
21
3.2.2 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Program dan Kegiatan
Agar hasil dari suatu usaha dapat di ketahui, setiap periode waktu tertentu
perusahaan harus menyusun laporan keuangan, yang merupakan hasil dari proses akuntansi
perusahaan. Proses akuntansi tersebut dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi
keuangan, sehingga hasilnya tidak memihak dan bisa dimanfaatkan oleh semua pihak yang
berkepentingan dalam perusahaan. Laporan keuangan yang dibuat berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan disebut juga laporan keuangan komersia. Dalam rangka perhitungan
pajak yang terutang, dasar yang digunakan bukanlah laporan keuangan komersial, tetapi
laporan keuangan menurut perpajakan atau yang disebut laporan keuangan fiscal. Dalam
perhitungan pajak perlu dilakukannya koreksi untuk menyesuaikan laporan keuangan
komersial menjadi laporan keuangan fiscal. Hal yang dapat menyebabkan timbulnya
koreksi fiscal antara lain karena adanya perbedaan konsep pendapatan, cara pengukuran
Program pengembangan transmigrasi kegiatan pelatihan pemberdayaan masyarakat transmigrasi local (Ressetlement)
Rp 1.250.000.000
Program pengembangan transmigrasi kegiatan pelatihan calon transmigran
pendapat, omset biaya, cara pengukuran biaya, dan cara alokasi biaya antara Standar
Akuntansi Keuangan dengan peraturan perpajakan.
Koreksi fiscal biasanya terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan
sehingga menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya Penghasilan Tidak Kena
Pajak. Di dalam penyusunan laporan keuangan, Wajib Pajak (WP) harus mengacu kepada
peraturan perpajakan, sehingga laporan keuangan yang dibuat berdasarkan standar
aknuntansi keuangan harus di rekonsiliasi.
Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiscal
dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :
A. Beda Waktu
Beda waktu adalah perbedaan waktu pengakuan pendapat dan beban tertentu menurut
akuntansi dengan ketentuan perpajakan. Perbedaan ini mengakibatkan pergeseran
pengakuan penghasilan dan biaya antara satu tahun pajak ke tahun lainnya. Misalnya
Perbedaan cara penyusutan atas harta yang sama menghasilkan perbedaan besarnya
penyusutan. Menurut ketentuan perpajakan jumlah penyusutan lebih besar pada
tahun-tahun pertama, sedangkan menurut akuntansi besarnya penyusutan sama setiap tahun-tahunnya.
23 TABEL 2
Tarif Penyusutan Aktiva Tetap
Kelompok Harta
Berwujud
Masa Manfaat Tarif Penyusutan Dimaksud Pada
Metode Garis
Lurus
Metode Saldo
Menurun
I. Kelompok Non Bangunan
Kelompok I 4 Tahun 25 % 50 %
Kelompok II 8 Tahun 12,5 % 25 %
Kelompok IV 20 Tahun 5 % 10 %
II. Bangunan
Permanen 20 Tahun 5 % -
Tidak Permanen 10 Tahun 10 % -
Sumber : UU Perpajakan No. 36 Tahun 2008
Jadi yang terjadi adalah pergeseran biaya dari tahun-tahun pertama dan karena sifatnya
sementara. Misalnya, suatu perusahaan membeli motor pada awal tahun 1986 dengan harga
Rp10.000 dan disusutkan dengan metode garis lurus selama 5 tahun dan tidak mempunyai
residu. Dengan demikian jumlah penyusutannya pada tahun pertama hingga kelima adalah
Rp2.000 ( 10.000 : 5 tahun ). Sendangkan untuk keperluan perpajakan harta tersebut termasuk
kedalam harta golongan 1 yang disusustkan sebesar 50 % dari buku
B. Beda Tetap
Beda tetap adalah perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan prinsip akuntansi yang
sifatnya permanen. Dengan arti lain, suatu penghasilan atau biaya tidak akan diakui untuk
selamanya dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak ( taxable income ).
Misalnya, pemberian natura atau kenikmatan kepada pegawai sama sekali tidak dapat
25
diperhitungkan. Perbedaan pengakuan inilah yang disebut beda tetap. Hal-hal yang
termasuk dalam beda tetap adalah :
a. Pemberian kenikmatan atau natura
b. Biaya jamuan tamu
c. Sumbangan
d. Rugi penarikan harta tetap dari pemakaian
e. Pajak penghasilan pasal 26 atas royalty yang ditanggungkan oleh pemberi hasil
f. Pendapatan bunga
g. Hibah atau warisan
h. Bunga dan deviden
3.3 DASAR HUKUM PEMENUHAN KEWAJIBAN
3.3.1 DASAR HUKUM
A. Pasal 36 UU Nomor 28 TAHUN 2007 (berlaku sejak 1 Januari
2008) tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 6 TAHUN 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
B. Pasal 13, 35, 36 PP 74 TAHUN 2011 (berlaku sejak 1 Januari 2012)
tentang tata cara pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan
Pasal 65 PP 74 TAHUN 2011 menyebutkan bahwa "Pada saat PP
ini mulai berlaku(sejak 1 Januari 2012), peraturan
pelaksanaan PP Nomor 80 TAHUN 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan UU
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan UU Nomor 28 TAHUN 2007 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4797) dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini".
C. PP-80 TAHUN 2007 pasal 23 (berlaku sejak 1 Januari 2008) tentang
pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan berdasarkan UU KUP No. 28
TAHUN 2007 (PP ini sudah dicabut oleh PP 74 TAHUN 2011)
D. PMK-8/PMK.03/2013 (berlaku sejak 1 Maret 2013) tentang tata cara
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dan pengurangan atau
pembatalan SKP atau STP (PMK
ini mencabut KMK 542/KMK.04/2000 dan PMK-21/PMK.03/2008)
KMK 542/KMK.04/2000 (berlaku sejak 1 Januari 2001 s/d 31
Desember 2007)tentangTata Cara Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan
Pajak
PMK-21/PMK.03/2008 (berlaku sejak 6 Februari 2008 s/d 28
Februari 2013) tentangTata Cara Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi, Pengurangan atau Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak yang Tidak Benar, dan
Pembatalan Hasil Pemeriksaan
E. PER-01/PJ.07/2007 (berlaku sejak 8 Oktober 2007) tentang prosedur
27
dan b UU KUP (tetapi yang masih berlaku sampai sekarang adalah hanya
atas ketentuan terkait pasal 36 ayat (1) a dan b UU KUP)
ISI PASAL 36 AYAT (1) UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007 DAN PASAL
35 PP 74 TAHUN 2011
Isi Pasal 36 ayat (1) UU KUP Nomor 28 TAHUN 2007 (berlaku sejak 1 Januari
2008) :
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak
dapat:
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda,
dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan
Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya (Pasal 36 ayat (1) huruf a);
b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak
benar(Pasal 36 ayat (1) huruf b);
c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar (Pasal 36 ayat (1) huruf c); atau
d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak. (Pasal 36 ayat (1)
huruf d)
Isi Pasal 35 PP 74 TAHUN 2011 (berlaku sejak 1 Januari 2012) :
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat:
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda,
dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena
kekhilafan Wajib Pajak, atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 Undang-Undang,yang tidak benar; atau
d. membatalkan surat ketetapan pajak dari hasil Pemeriksaan atau Verifikasi,
yang dilaksanakan tanpa:
1. penyampaian surat pemberitahuan hasil Pemeriksaan atau surat
pemberitahuan hasil Verifikasi; atau
2. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil
Verifikasi dengan Wajib Pajak.
29
o Permohonan WP dilakukan dengan menyampaikan surat permohonan ke KPP
tempat WP terdaftar dan/atau tempat PKP dikukuhkan yang dapat
dilakukan: (Pasal 3 ayat (1) PMK-8/PMK.03/2013)
secara langsung;
d. Terhadap Penyampaian surat permohonan secara langsung ini
diberikan bukti penerimaan surat yang diberikan oleh petugas yang
ditunjuk di KPP tempat WP terdaftar dan/atau tempat PKP
dikukuhkan. (Pasal 3 ayat (5) PMK-8/PMK.03/2013)
e. Tanggal yang tercantum pada tanda bukti penerimaan surat
permohonan yang diberikan oleh petugas yang ditunjuk di KPP
tempat WP terdaftar dan/atau tempat PKP dikukuhkan merupakan
tanggal surat permohonan diterima.(Pasal 3 ayat (8)
PMK-8/PMK.03/2013)
melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
d. Penyampaian surat permohonan melalui pos adalah penyampaian
surat permohonan melalui pos yang mempunyai bukti pengiriman
surat secara tercatat. (Pasal 3 ayat (2) PMK-8/PMK.03/2013)
e. Tanggal yang tercantum pada tanda bukti pengiriman surat secara
tercatat merupakan tanggal surat permohonan diterima. (Pasal 3
ayat (8) PMK-8/PMK.03/2013)
dengan cara lain.
d. Penyampaian surat permohonan dengan cara lain meliputi: (Pasal 3
1. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan
bukti pengiriman surat; atau
I. Perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir adalah
perusahaan yang berbentuk badan hukum yang
memberikan jasa pengiriman surat jenis tertentu termasuk
pengiriman surat permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi dan surat permohonan
pengurangan atau pembatalan SKP atau STP ke
DJP. (Pasal 3 ayat (4) PMK-8/PMK.03/2013)
2. e-Filing.
I. Terhadap Penyampaian surat permohonan melalui
e-Filling diberikan Bukti Penerimaan
Elektronik. (Pasal 3 ayat (6) PMK-8/PMK.03/2013)
II. Tanggal yang tercantum pada tanda bukti
Penerimaan Elektronik merupakan tanggal surat
permohonan diterima.(Pasal 3 ayat (8)
31 3.4 PAJAK PENGHASILAN
Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang di kenakan terhadap subjek pajak diatas
penghasilan yang di terima atau diperoleh dalam tahun pajak. Peraturan perundang-undangan
perpajakan yang mengatur tentang pajak penghasilan (PPh) yang berlaku sejak 1 januari 1983
yang telah lama mengalami beberapa perubahan, yaitu :
1. UU No. 7 tahun 1991
2. UU No. 10 tahun 1994
3. UU No. 17 tahun 2000
3.4.1 Subjek Pajak Penghasilan
1. a. Orang pribadi.
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
2. Badan, terdiri dari PT, CV, Perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama
dan bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Pensiun. Persekutuan,
Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik, atau
Organisasi yang sejenis, Lembaga dan Bentuk Badan lainnya.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Subjek pajak dapat dibedakan menjadi :
a. Subjek pajak dalam Negeri yang terdiri dari :
Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau
Orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
b. Subjek pajak badan, yaitu :
Badan yang berdirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
c. Subjek pajak warisan, yaitu :
Warisan yang belum di bagi satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
Subjek pajak luar negeri yang terdiri dari :
a. Subjek orang pribadi, yaitu :
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, yang :
Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap
di Indonesia.
Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha
Tetap di Indonesia.
b. Subjek pajak badan, yaitu :
33
Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
Yang tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan (PPh) adalah sebagai berikut :
1. Badan perwakilan Negara Asing.
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain di luar
Negara Asing, dan orang-orang yang di perbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan
syarat :
Bukan Warga Negara Indonesia (WNI) dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di
Indonesia.
Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
3. Organisasi Internasional sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 611/KMK. 04/1994 tanggal 23 Desember
1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 314/KMK. 04/1998 tanggal 15 Juni 1998, dengan
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksudkan
dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 611/KMK. 04/1994 tanggal
23 Desember 1994 sebagaimana telah di ubah dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 314/KMK. 04/1998 tanggal 15 Juni 1998,
dengan syarat :
Bukan Warga Negara Indonesia (WNI).
Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
3.4.2 Objek Pajak Penghasilan (PPh)
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang di terima atau di peroleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat di pakai untuk konsumsi
atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk
apapun.
Yang termasuk dalam pengertian penghasilan adalah :
1. Pengertian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali penghasilan lain di
35
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan biaya lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, dan anggota.
Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha.
Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali diberikan keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak
bersangkutan.
5. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan lain karena jaminan
pengembalian utang.
6. Deviden, dengan nama dan bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
8. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
9. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
10.Keuntungan kerena kurs selisih mata uang asing.
11.Selisih lebih karena pengembalian aktiva.
12.Premi asuransi.
13.Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari wajib pajak yang menjalankan usaha pekerjaan bebas.
14.Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
Yang tidak termasuk objek Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :
1. A. Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
penerima zakat yang hak.
B. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil, termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
37
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal.
4. Penggantian atau imbalan sumbangan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib
pajak atau pemerintah.
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa.
6. Deviden atau bagian laba yang di terima atau diperoleh Perseroan Terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam Negeri, koperasi, BUMN dan BUMD, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
di Indonesia dengan syarat :
a. Deviden berasal dari cadangan laba yang di tahan.
b. Bagi Perseroan Terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima deviden
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang di
setor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham
tersebut.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang di bayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai.
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada angka 7, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan oleh
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbatas atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma dan kongsi.
10.Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5
(tahun) pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.
11.Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
1. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, dan
2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
3.4.3 Tarif Pajak Penghasilan (PPh)
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Terbaru Tahun 2013 – Ada beberapa Jenis-jenis
Pajak yang Berlaku di Indonesia, salah satunya adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang dari
tahun ke tahun selalu mengalami perubahan, berikut ini informasi terbaru mengenai Tarif
Pajak, PTKP dan Cara perhitungannya PPh.
Pengertian Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak adalah dasar pengenaan
pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa
persentase (%). Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan dasar
39 3.4.3.1Jenis – jenis Tarif Pajak
Tarif pajak yang besarnya harus dicantumkan dalam undang-undang pajak
merupakan salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam pemungutan pajak.
Penentuan besarnya suatu tarif adalah hal yang krusial dimana kesalahan persepsi dalam
penentuannya dapat merugikan berbagai pihak termasuk Negara.
Beberapa jenis tarif pajak yang dikenal, antara lain:
1. Tarif Progresif (a progressive tax rate)
2. Tarif Proporsional (a proportional tax rate)
3. Tarif Degresif (a degressive tax rate)
4. Tarif Tetap (a fixed tax rate)
5. Tarif Advalorem
6. Tarif spesifik
7. Tarif Efektif
3.5 Pengertian PTKP
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak
kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto Wajib
Pajak Orang Pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek PPh
Besarnya PTKP Untuk Tahun Pajak 2013
Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2013 sebagai
berikut :
1. Rp.24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk
diri Wajib Pajak orang pribadi;
2. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang kawin;
3. Rp.24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah)
tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 TAHUN 2008;
4. Rp.2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
PTKP ini mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2013 bagi Wajib
Pajak Orang Pribadi dalam menjalankan kewajiban PPh Pasal 21 dan PPh Orang
Pribadi.
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang digunakan untuk menghitung
penghasilan kena pajak adalah sebagai berikut:
41
a. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai beriku:
b. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah
Pasal 1 angka 10 UU RI No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali di ubah dengan
UU RI No. 16 tahun 2000 tentang KUP, menyebutkan yang di maksud dengan SPT adalah :
Surat yang oleh wajib pajak di gunakan untuk melaporkan perhitungan dan
atau pembayaran pajak, objek pajak/bukan objek pajak dan atau harta dan
kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3.6.1 Fungsi SPT
Adapun fungsi SPT berdasarkan penjelasan pasal 3 ayat 1 UU RI No. 6 ahun
1983 sebagaimana telah beberapa kali di ubah dengan UU Ri No. 16 tahun 2000 tentang
KUP adalah :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%
di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%
di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%
1. Fungsi SPT bagi wajib pajak penghasilan sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan
untuk melaporkan tentang :
a. Pembayaran/pelunasan pajak yang telah di laksanakan sendiri dan tahun
pajak/bagian tahun pajak.
b. Penghasilan yang merupakan orang pribadi dan atau badan objek pajak.
c. Harta dan Kewajiban.
d. Pembayaran dari pemotong/pemungut tentang pembatalan orang pribadi/badan
lain dalam 1 masa pajak yang di lakukan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
2. Bagi pengusaha kena pajak fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :
a. Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.
b. Pembayaran/pelunasan pajak yang telah di laksanakan sendiri oleh pengusaha
kena pajak melalui pihak lain dalam suatu masa pajak yang di tentukan oleh
ketentuan umum perpajakan perundang-undangan.
c. Bagi pemotong/pemungut pajak fungsi SPT adalah sabagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggung jawabkan pajak yang di potong/di pungut
dan di setorkannya.
3.6.2 Jenis-Jenis SPT
43
1. SPT Massa adalah surat yang oleh wajib pajak di gunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak/pada
suatu saat.
2. SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak di gunakan untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu tahun pajak.
3.6.3 Batas Waktu Penyampaian SPT
Sesuai dengan pasal 2 ayat 3 UU RI No. 6 tahun 1983 sebagimana beberapa kali
di ubah dengan UU RI No. 16 tahun 2000 tentang KUP, batas penyampaian SPT adalah:
a. Untuk SPT Massa paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dikemukakan
dalam BAB III, maka penulis dapat menarik kesimpulan, Kewajiban membayar pajak adalah
keharusan bagi semua pihak baik Dinas yg merupakan instansi pemerintah , dengan melakukan
prosedur yang sama dengan wajib pajak lainnya baik dasar hokum maupun tata tata cara yang
berlaku yang sesuai dengan Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan :
Pembayaran SKPKB/SKPKBT/STP, hasil pemeriksaan melalui :
1. Surat Setoran Pajak (SSP) oleh orang pribadi
2. SSP yang berasal dari konpensasi utang pajak melalui potongan
SPMKP/transfer pembayaran (menkeu no.16/pmk.03/2011)
3. Pemindah bukuan atas SSP
SSP yang digunakan oleh Wajib Pajak dalam rangka mengungkapkan
ketidakbenaran pengisian surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka
2 huruf a dilakukan oleh Wajib Pajak :
1. Penerbitan Surat Teguran dalam rangka Penagihan Pajak
17 4.2 SARAN
Berdasarkan Kerja Praktek yang penulis lakukan di BALAI TENAGA KERJA dan
TRANSMIGRASI (BALATRANS) penulis ingin memberikan saran semoga saran ini dapat
bermanfaat bagi perusahaan pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Saran-saran yang
penulis kemukakan yaitu :
Pembayaran harus di lakukan tepat waktu agar tidak di kenakan sanksi
BALATRAS seharusnya bisa bekerja sama dengan Dinas Perpajakan agar lebih
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Fariz Ahmad F
Nim : 21110052
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 17 April 1992
Agama : Islam
Alamat : Komplek Permata Biru H/57
Cibiru - Bandung
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1998 – 2004 : SDN AL-AMANAH 2. Tahun 2004 – 2007 : SMP AL-MA’SOEM 3. Tahun 2007 – 2010 : SMA AL-MA’SOEM