• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Siswa/Siswi SMP Negeri 181 Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Siswa/Siswi SMP Negeri 181 Jakarta)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi Kasus Siswa/siswi SMP Negeri 181 Jakarta Pusat)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i)

Oleh:

Muhammad Nur Ihsan

109011000246

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIEF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

109011000246

(Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam)

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar pendidikan agama Islam di kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan sebuah fenomena di lapangan dengan pendekatan analisis data.

Instrumen dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner (angket) dan wawancara sebagai sumber datanya. Dan sampel yang digunakan dalam penelitian menggunakan sistematic random sampling, yang mana pengambilan sampelnya diambil secara acak dan sesuai urutan, bisa dengan urutan ganjil atau genap. Kemudian setelah mendapatkan jawaban dari data sampel, maka dilakukanlah analisa data yang merupakan bagian penting dalam mengkonversi jawaban dari penelitian.

(7)

iii

ABSTRACT

Muhammad Nur Ihsan 109011000246

(Student Motivation in Islamic Religious Education Lessons)

The aim of this study was to determine how to learning motivation of Islamic religious education in class VII SMP Negeri 181 Jakarta. The method used is descriptive method namely the method of describing a phenomenon in the field of data analysis approach.

Instruments in this research is by using a questionnaire (questionnaire) and interview as data sources. And samples used in the study using systematic random sampling, in which the sample collection is taken at random and the order, the order can be odd or even. Then after getting an answer from the sample data, we perform the analysis is an important part in converting answer from research.

(8)

hidayah—Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Pendidikan Agama Islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada pimpinan umat, Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan dapat terselesaikan melalui bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan sumbangan pikiran demi terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Thib Raya, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Ibu Hj. Marhamah Saleh. Lc, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Masan. A.F, Selaku Penasihat Akademik yang telah membantu penulis baik berupa motivasi dan arahan dalam perkuliahan.

4. Ibu Heny Narendrani Hidayati, M.Pd, pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berarti bagi terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Bambang Tajudin selaku Kepala Sekolah, Ibu Muzaiyamah Nurdin selaku Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), staff Tata Usaha, Dewan Guru dan siswa kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta Pusat yang telah banyak membantu memberikan informasi berguna kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(9)

iv

8. Kakak dan Adik-adik penulis, Mas Ahmad Fauzi, Arief Musthofa, Muhammad Irfan Maksum, Muhammad Kafa Bihi, Atina Rahma, Muhammad Kaffin Rabbani, dan Muhammad Nabiel yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan canda dan tawa. 9. Sahabat penulis Itang Irman Darmawan, Budi dan Dwi Puspita Wati terima kasih atas

semua bantuan, kritik, saran, dan segala yang telah diberikan kepada penulis. Semoga persahabatan kita akan terjalin sampai akhir hayat. Amin.

10.Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam, khususnya kelas F, Ahmad Hulaifi, Adnan Firdaus, Ajiiz Januardi, Sayyidah, Arya, Muhammad, Mohammed, Ali Sahin, Abdul Ajiz, Malih, Suci Nurpratiwi, Miftahul Huda, Ulva. R, Ulfa Iwanda, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan semuanya yang telah banyak membatu penulis selama belajar di bangku kuliah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Canda tawa kita akan menjadi kenangan yang abadi untuk selamanya. Dan rekan-rekan seperjuangan sidang Munaqosah, Ajiiz Januardi, Sayyidah, Sandi, dan Shihab, akhirnya kita merasakan sidang munaqasah yang penuh dengan rasa haru dan penuh perjuangan.

11.Semua rekan yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini yang belum dapat disebutkan diatas.

Semoga segala usaha, bantuan dan amal bakti yang tulus ikhlas dari semua pihak menjadi amal shaleh dan mendapat balasan dari Allah swt. Amin

Akhirnya harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan dapat memberikan perbaikan pada dunia Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 26 Juli 2016

(10)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...i

ABSTRACT ...ii

ABSTRAK ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C.Batasan Masalah... 5

D.Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORI A.Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar... 7

2. Strategi Membangun Motivasi... 10

3. Teori Motivasi... 16

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar... 17

B. Belajar 1. Makna Belajar... 18

2. Tujuan Belajar... 22

3. Teori Tentang Belajar... 24

C.Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 27

(11)

v

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 32

D.Motivasi Belajar PAI... 33

E. Hasil Penelitian yang Relevan... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian... 35

B. Metode Penelitian... 36

C.Teknik Pengumpulan Data... 36

D.Teknik Pengolahan Data... 39

E. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tentang Kondisi Sekolah... 41

B. Analisa Data... 46

C. Interpretasi Data... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 60

B. Saran... 60

(12)

vii

Tabel 2 Luas Tanah sekolah ...41

Tabel 3 Kondisi bangunan serta ruangan ...41

Tabel 4 Nama guru SMP Negeri 181 ...44

Tabel 5 Keadaan siswa SMP Negeri 181 ...45

Tabel 6 Pakaian Seragam ...45

Tabel 7 Kegiatan Ekstrakulikuler ...46

Tabel 8 Saya bersemangat mempelajari pendidikan agama Islam ...46

Tabel 9 Saya tertarik untuk mendalami lebih lanjut pelajaran pendidikan agama Islam dengan banyak membaca buku yang berkaitan dengan ajaran-ajaran agama Islam...47

Tabel 10 Saya merasa bosan mendengarkan penjelasan guru tentang pelajaran pendidikan agama Islam...47

Tabel 11 Saya merasa sulit untuk mempelajari pelajaran pendidikan agama Islam...47

Tabel 12 Saya bertanya kepada guru tentang materi pelajaran penidikan agama Islam yang sulit dimengerti ...48

Tabel 13 Guru memuji saya ketika saya mendapatkan nilai yang tinggi ...48

Tabel 14 Saya kurang memahami beberapa materi yang ada di mata pelajaran pendidikan agama Islam ...48

Tabel 15 Saya sangat senang menulis huruf-huruf Al-Qur’an yang ada di buku pelajaran pendidikan agama Islam ...49

Tabel 16 Saya kurang bersemangat untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang ada di buku pelajaran pendidikan agama Islam ...49

(13)

Tabel 18 Saya bertanya kepada orang tua tentang pelajaran pendidikan agama Islam yang

Belum saya mengerti di rumah ...50

Tabel 19 Saya bertanya kepada teman yang lebih mengerti tentang pelajaran pendidikan agama Islam yang belum saya pahami ...50

Tabel 20 Saya banyak mendapatkan ilmu tentang pendidikan agama Islam di luar sekolah ...51

Tabel 21 Saya mendapat nilai ujian di atas KKM ...51

Tabel 22 Saya merasa belum siap untuk mengikuti ujian mata pelajaran pendidikan agama Islam ...51

Tabel 23 Saya dapat mengerjakan tugas materi pendidikan agama Islam dengan tepat waktu ...52

Tabel 24 Saya mencontek tugas materi pendidikan agama Islam dari teman ...52

Tabel 25 Saya Mengerjakan tugas materi pendidikan agama Islam dengan baik...52

Tabel 26 Saya berusaha belajar sungguh-sungguh untuk memperbaiki hasil ujian ... 53

Tabel 27 Saya malas membaca buku pelajaran pendidikan agama Islam ...53

Tabel 28 Teman memuji saya ketika mendapat nilai yang baik ...54

Tabel 29 Orang tua saya menasihati saya ketika mendapat nilai yang rendah ...54

Tabel 30 Orang tua memuji saya ketika mendapatkan nilai ujian yang baik...54

Tabel 31 Guru membantu membimbing saya ketika mendapatkan nilai rendah ...55

(14)

vii

2. Surat bimbingan skripsi

3. Angket motivasi belajar

4. Pedoman wawancara

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Tampaknya sulit dibantah bahwa pada zaman seperti sekarang ini kemampuan manusia belajar telah berkembang dengan cepat. Melalui dukungan teknologi, mekanisme pembelajaran di sekolah telah membantu dalam mempercepat daya nalar peserta didik. Karena itu, menurut James Mangan sangat tidak realistis untuk mengharapkan bahwa manusia dalam waktu puluhan tahun mendatang akan mempertahankan diri dalam tradisi pengajaran yang konvensional. Model pengajaran konvensional meski berguna, namun sangat lamban dalam mengantisipasi dampak perubahan sosial.1 Hal ini menuntut partisipasi agama dalam menemukan corak kehidupan dan lingkungan yang menjamin terwujudnya ketertiban sosial.

Oleh karena itu, pendidikan Islam tak bisa dipandang sebelah mata dan dianggap peranannya tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap pola kehidupan masyarakat saat ini. Dimulai dari generasi terpelajar, harus ditanamkan pentingnya pendidikan dan agama yang selama ini dipegang seutuhnya oleh peserta didik.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.2

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah penting dipelajari oleh semua orang Islam tanpa terkecuali, karena di dalam pelajaran ini semua diterangkan batasan-batasan seorang manusia dalam melaksanakan kehidupannya.

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), cet. 5, h. 112-113

2

Trianto, Mendesain Model, Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: kencana Prenada

(16)

Sebagaimana negara mengatur kehidupan masyarakatnya. Di negara terdapat undang-undang yang mengatur kehidupan masyarakat begitupun dengan agama Islam yang mengatur semua kehidupan manusia. Karena berdirinya negara yang kokoh dikarenakan aturannya ditaati oleh setiap masyarakatnya kemudian kaitannya negara dengan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah etika dan moral yang ada di dalam negara itu semua dipelajari di pendidikan agama Islam. Nabi Muhammad Saw yang pertama kali mengajarkan kepada umat manusia tentang etika dan moral baik, atau disebut juga akhlakul karimah. Karena itu adalah salah satu misi beliau di turunkan ke muka bumi ini untuk membenarkan akhlak manusia.

Pentingnya pembelajaran pendidikan agama Islam di setiap sekolah menuntut seorang guru harus bisa membuat siswa merasa nyaman dan tidak jenuh dengan pembelajaran pendidikan agama Islam yang disampaikan, salah satu cara untuk membuat siswa merasa nyaman adalah penyampaian seorang guru atau metode yang diberikan kepada siswa bervariasi. Kurikulum Pendidikan Agama harus menjadi prioritas dalam meningkatkan mutu peserta didik. Guru sebagai bagian dari sistem sekolah, dituntut memberikan pengajaran yang kreatif pada proses pembelajaran dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tidak hanya terpaku pada metode ceramah saja, banyak metode yang dapat dipraktikkan, sehingga peserta didik mendapatkan ilmu pengetahuan yang mudah dimengerti sekaligus suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini sangat penting diperhatikan bagi semua guru pendidikan agama Islam di sekolah, karena pendidikan agama Islam menjadi pondasi utama seluruh aspek bidang ilmu pengetahuan yang dimiliki peserta didik.

Untuk dapat memahami semua pelajaran yang ada, terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, tentu ada proses yang dialami. Proses tersebut dapat berlangsung cepat atau lambat bergantung pada pola pikir peserta didik yang timbul melalui belajar. Jadi, proses belajar mutlak sepenuhnya ada dalam diri manusia.

(17)

3

tersebut. Salah satunya dengan membangun motivasi dalam belajar kepada peserta didik yang kurang ditumbuhkan. Pengaruh motivasi sangatlah kuat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan pada proses belajar. Dengan memiliki motivasi, semua aktivitas belajar menjadi terarah, sehingga tidak mengalami kekacauan pada saat menerima pengajaran dari guru.

Dalam membangun motivasi ini tentu tidaklah mudah. Penyebabnya ada beberapa faktor yang menjadikan timbulnya motivasi pada peserta didik. Ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, merupakan motivasi yang dibangun atas dorongan dari peserta didik itu sendiri. Misalnya ketika bel berbunyi untuk kembali masuk ke dalam kelas setelah keluar istirahat, siswa yang berlari menuju ruang kelas berarti siswa tersebut mempunyai semangat untuk memulai belajar. Faktor eksternal yang utama adalah keluarga dan lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun di sekolah. Keluarga yaitu khususnya orang tua yang mempunyai hak penuh sebagai pendidik di rumah. Untuk menciptakan motivasi, orang tua perlu mendidik anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang serta memberi perhatian yang lebih terhadap pendidikannya. Kondisi ekonomi rumah tangga yang stabil juga sangat diperlukan, yang harus menjadi pegangan bagi para orang tua. Agar anak-anak tidak memiliki hambatan dalam aktivitas belajarnya di sekolah. Faktor-faktor motivasi yang telah disebutkan di atas, yakni Faktor-faktor internal dan eksternal adalah sebagai dasar untuk mengidentifikasi adanya gejala psikologis yang dialami oleh peserta didik dalam proses belajarnya.

(18)

Dalam memotivasi siswa, memang terlihat sulit untuk dilakukan secara instant. Siswa dapat termotivasi untuk belajar lebih baik, karena adanya pengaruh yang sangat kuat di dalam dirinya maupun pengaruh yang diciptakan di sekitarnya. Jika ditelaah lebih lanjut, motivasi sebagai corong utama yang mampu mengubah peserta didik secara psikologis dan juga dapat merubah pola pikir yang ada pada diri peserta didik, tentu harus dapat diidentifikasi penyebab timbulnya motivasi tersebut tidak muncul.

Menurut penuturan yang diungkapkan oleh guru yang mengajar pendidikan agama Islam di sekolah SMP Negeri 181, yakni Ibu Hj. Muzaiyamah Nurdin, M.Pd dikatakan bahwa saat ini siswa mengalami kemunduran yang sangat signifikan dalam belajar agama Islam, kemunduran tersebut dikarenakan pendidikan yang diterapkan orang tuanya ketika di rumah yang kurang mengenalkan nilai-nilai atau ajaran Islam yang terabaikan. Padahal sejak dini, orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mengenalkan tentang agama dalam mendidik mereka.3

Pernyataan tersebut telah terbukti ketika penulis diminta oleh beliau untuk mengisi jam pelajaran yang kosong, untuk membimbing sebagian siswa salah satu kelas VII dengan membaca Al-Qur’an secara perorangan. Setelah mendengarkan satu per satu dari sebagian siswa tersebut untuk mengaji, penulis mendapatkan siswa yang masih banyak belum bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah -kaidahnya, bahkan masih ada siswa yang menggunakan Iqra’. Tentu ini menjadi salah satu indikasi kemunduran yang kini ada pada peserta didik. Mengaji tidak lagi menjadi yang utama bagi para orang tua mereka, sedangkan kebutuhan dalam menanamkan dasar-dasar agama pada anak sangatlah penting untuk segera dilakukan.

Berdasarkan latar belakang yang diatas, maka penulis mencoba untuk mendalami permasalahan tersebut pada skripsi ini dengan judul “Motivasi Belajar Siswa pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 181 Jakarta”.

3

(19)

5

B.Identifikasi Masalah

1. Kurangnya jam belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.

2. Proses belajar yang menyenangkan belum tercipta pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

3. Guru belum dapat memunculkan motivasi siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, penulis membatasi permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah SMP Negeri 181 Jakarta 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII 3. Motivasi yang diteliti adalah motivasi belajar siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar di kelas pada mata pelajaran pendidikan agama islam. D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMP Negeri 181 Jakarta?”.

E.Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ” Untuk Mengetahui Bagaimana Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta”.

F.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis berguna sebagai wacana untuk menambah khazanah keilmuan khususnya tentang motivasi belajar.

(20)

3. Sedikit banyaknya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan dan menjadi bahan pertimbangan serta sumber data bagi guru PAI guna memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan dalam proses belajar mengajar.

(21)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

a. Definisi Motivasi

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk mencapai tujuan.1

Definisi motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.2 Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya

feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.3

Menurut Mulyasa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.4

Siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seseorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, dan menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.5

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang

1

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h.73

2

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 173 3

Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h. 73

4

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 112

5

(22)

dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar doronggan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan. Dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.

b. Fungsi Motivasi

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah ada tiga fungsi motivasi:

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.

2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

c. Jenis Motivasi

Menurut Dimyati dan Mudjiono, motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki dua jenis tingkat kekuatan:

1) Motivasi Primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc. Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan. Contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.

2) Motivasi Sekunder

(23)

9

penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestai belajar.

d. Sifat Motivasi

Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa. Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1) Motivasi Intrinsik

Adalah motivasi yang timbul dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari buku pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahui isi atau bahan berpa pengetahuan yang ia dapatkan.

2) Motivasi Ekstrinsik

Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: seorang siswa belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapat hukuman dari guru.

Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi intrinsik tanpa pengaruh orang lain. Ia termotivasi belajar dan sungguh-sungguh dengan sendirinya.

(24)

Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Murphy dan Alexander, 2000; Pintrich, 2003; Schunk, 2000; Stipek, 2002). Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan kita berjalan, membuat kita tetap berjalan, dan menentukan ke mana kita berusaha berjalan.6 Motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan prilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian satu tujuan tertentu.7

Motivasi berasal dari bahasa latin, movere yang berarti bergerak atau dalam bahasa Inggris to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.8

2. Strategi Membangun Motivasi.

Dalam membangun motivasi, guru dapat menggunakan beberapa strategi, yakni adalah sebagai berikut:

a. Dukung Keberagaman Gaya Pembelajaran

Pola belajar anak sering merupakan hasil dari cara mereka diajar dan lingkungan pembelajaran beserta etos sekolah. Bagi beberapa anak, pola ini sangat memuaskan karena karena gaya dan preferensi mereka sesuai dengan

6

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan:Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Indeks, 2008), cet. 2, h. 105-106

7

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2008), cet. I, h. 228

8

(25)

11

yang ada di sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan gaya pembelajaran adalah budaya, iklim sekolah, penghargaan guru dan orang tua, gaya mengajar dan norma serta praktik di ruang kelas..9

b. Dorong Beraktifitas

Menarik untuk bercermin pada kenyataan bahwa banyak orang kreatif hanya dapat mengendalikan pembelajaran meraka sendiri setelah meninggalkan bangku pendidikan. Banyak orang gagal di sekolah, atau sama sekali tidak bersinar. Keadaan ini terjadi karena sistem ujian sering tidak mendukung kreatifitas.

c. Pastikan Kesuksesan Dengan Langkah-Langkah Kecil Prestasi

Kesuksesan merupakan faktor sangat penting untuk motivasi dan untuk pembelajaran yang sukses tugas guru ialah meyakinkan bahwa pembelajaran meraih kesuksesan. Jika kesuksesan tidak terbukti maka tugas harus dibeda-bedakan.10

d. Beri Umpan Balik kepada Kemajuan Pribadi Mereka Sendiri

Kemajuan (progress) merupakan hal yang sangat pribadi. Penting untuk diketahui bahwa kritertia kemajuan tidak dapat di generalisir, namun harus bersifat individu. Setelah diputuskan mengenai apa unsur yang membentuk kemajuan individu, unsur ini harus didiskusikan dan dinegosiasikan dengan mereka. Kemudian, sasaran pribadi dapat dibuat dan kemajuan dengan mudah dapat di identifikasi.11

e. Pelajar Harus Percaya Pada Kepada Kemampuan Diri Mereka

Percaya diri menjadi penentu kesuksesan seseorang yang ingin meraih tingkat kesuksesan dan mitivasi sebesar apapun, namun sering sistem

9

Hartati, Widiastuti, Memtovasi Siswa di Kelas: Gagasan Dan Strategi, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), cet. 1, h. 24.

10

Hartati, Widiastuti, Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), cet. 1, h. 25.

11

(26)

pendidikan dirancang untuk sekedar mampu memilih dan menilai. Faktor sistem ini benar-benar dapat menghapuskan unsur percaya diri yang manapun, sehingga penting untuk mengenali dan mengakui pencapaian prestasi apapun, tidak masalah meskipun hanya kecil prestasi tersebut dimata orang lain.12

f. Akui Gaya Individual Anak-Anak

Pengakuan ini sangat penting meskioun banyak kesulitan di ruang kelas yang inklusif saat ini. Jika pembelajar dibuat sadar akan gaya belajarnya, maka gaya belajar ini membantunya belajar secara mandiri di rumah dan di luar sekolah.

g. Pastikan Bahwa Tugas Berkaitan Dengan Usia Dan Minat

Terlalu mudah terutama bagi pelajar yang mengalami kesulitan membaca, untuk menyediakan buku pelajan yang sesuai dengan level pembaca meraka, namun tidak sesuai dengan level ketertarikan mereka.13

h. Gunakan Pengamatan Untuk Memulai Mengetahui Preferensi

Anak Di Kelas Terhadap Pembelajaran Dan Lingkungan

Sebelum menyusun materi untuk kelas, penting kita mendapatkan pengetahuan mengenai tiap-tiap individu di kelas. Salah satu cara paling efektif untuk melakukannya adalah melalui pengamatan informal.

i. Berfokuslah Pada Tugas Dan Kurikulum

Penting kita jangan terlalu terfokus pada pelajaran, sifat tugas dan sasaran kurikulum harus direvisi dan revisi ini dapat perbedaan jelas antara kesuksesan dan kegagalan.14

12 Ibid... 13

Hartati, Widiastuti, Memtovasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), cet. 1, h. 27

14

(27)

13

j. Gunakan Beragam Gaya Belajar Untuk Pelajaran Di Kelas

Salah satu tanda pelajaran yang telah dipersiapkan dengan baik adalah seberapa baik pelajaran ini memanfaatkan beragam gaya pembelajaranya. Masing-masing pelajaran secara keseluruhan harus memiliki unsur pendengaran, penglihatan, sentuhan dan gerakan.15

k. Pastikan Pelajarannya Bermakna

Pernyataan ini tampak jelas, tetapi merupakan kesalahan umum untuk berasumsi bahwa anak memiliki level dasar pemahan untuk mendapatkan manfaat maksimal dari pelajaran. Penting untuk mengecek level pemahaman dan oengetahuan konsep kunci yang termasuk kedalam pembelajaran. Hanya jika anak memiliki level konsep demimikian pelajaran akan bermakna.

l. Minimalkan Tekanan

Beberapa anak membutuhkan tekanan agar termotivasi. Misalnya, tenggat waktu dan persaingan. Akan tetapi, tekanan ini harus digunakan dengan hati-hati, terlalu banyak tekanan akan berakibat pada sangat berkurangnya motivasi karena siswa tidak melihat sasaran itu dapat diraih.

m. Kerja Kelompok

Kerja kelompok dapat menjadi motivator hebat, tetapi pada saat yang sama penting pula untuk memastikan bahwa dinamika kelompok memberikan pengalaman positif bagi semuanya. Sangat mudah bagi satu atau kebih anak menjadi penumpang dan merasa tertinggal.16

15 Ibid... 16

(28)

n. Penilaian Diri

Penilaian ini penting karena membantu anak mengendalikan pembelajaran mereka sendiri. Mereka harus didorong untuk menilai kemajuan mereka sendiri dan dorongan ini dapat menjadi motivator.

o. Tunjukan Kemajuan

Penting agar siswa dapat mengenali kemajuan. Beberapa pelajar sulit mengenalinya dan kemajuan harus diperlihatkan kepada pelajar.

p. Hindari Potensi Stigma

Sangat penting bahwa jika pelajar mengalami kesulitan apapun, ia jangan ditunjuk untuk menjawab, bahkan dalam cara yang positif, sama sekali jangan dilakukan. Beberapa kesulitan mengharuskan siswa menerima waktu tambahan atau perlengkapan khusus dan penting bahwa semua itu dipersiapkan tanpa membuat mereka malu.17

q. Kembangkan Tanggung Jawab Siswa

Kunci pembelajaran yang sukses adalah otonomi siswa. Otonomi ini penting karena memberi pelajar pengendalian terhadap pembelajaran meraka sendiri. Pengendalian inilah yang memupuk tanggung jawab dan memungkinkan siswa berpindah dari motivasi ekstrinsik ke motivasi intrinsik.

r. Dukunglah Pilihan Siswa

Dukungan terhadap pilihan siswa merupakan bagian dari perencanaan untuk memberi pelajar pengendalian dan kemandirian pelajar pilihan itu sendiri dapat memupuk kemandirian dan tanggung jawab.18

17

Ibid., h. 29. 18

(29)

15

s. Beri Siswa Tanggung Jawab atas Pembelajaran Meraka Sendiri

Inilah apa yang menjadi sasaran untuk mengembangkan pembelajaran yang efektif. Gagasan pentingnya adalah pembelajaran efektif merupakan proses bertahap dan membutuhkan waktu untuk meraihnya.

t. Berfokuslah Pada Pembelajaran dan Sekaligus Pelajaran

Guru menghabiskan banyak waktu merencanakan pembelajaran dan memastikan bahwa program mengajar telah disusun dengan baik. Namun, penting untuk tetap berfokus pada pembelajaran anak dan sekaligus pada pengajaran.

u. Libatkan Kelas Dalam Pengambilan Keputusan

Motivasi anak secara siknifikan akan meningkat jika meraka memiliki kesempatan dilibatkan ke dalam pengambilan keputusan.19

v. Rayakan Kesuksesan

Anak suka merayakan kesuksesan dan sering mengembangkan ritual serta gaya mereka sendiri, yang dapat mengembangkan spirit tim dan meningkatkan motivasi kelompok.

w. Gunakan Umpan Balik Positif

Umpan balik dapat menjadi umpan balik yang secara murni bersifat informasi tentang kinerja seseorang. Tetapi jika informasi mengkomunikasikan ujian karena kualitas kerja. Maka umpan balik verbal dapat meningkatkan motivasi intriksik

19

(30)

x. Doronglah Evaluasi Diri

Idealnya evaluasi diri harus dilakukan sebanyak mungkin. Evaluasi ini dapat meminimalkan kebutuhan akan persetujuan guru. Sering siswa bergantung pada persetujuan guru dan evaluasi diri ini pada hakikatnya merupakan bentuk pengahargaan ekstrinsik.20

3. Teori Motivasi

Motivasi dalam perspektif psikologi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dalam tulisan ini akan dibahas motivasi menurut perspektif behavioral, kognitif maupun humanis:

a. Motivasi dalam Perspektif Behavioral

Dalam perspektif behavioral motivasi ditekankan pada imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.

b. Motivasi dalam Perspektif Kognitif

Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penetapan tujuan, tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan suatu tujuan (Schunk dan Zimmerman, 2001).21

c. Motivasi dalam Perspektif Humanis

Dalam perspektif humanis, motivasi ditekankan pada kapasitas siswa untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih. Salah satu tokoh yang terkenal adalah Abraham Maslow dengan teori kebutuhan dasarnya (hierarchy of needs). Menurut Maslow, kebutuhan dasar harus dipenuhi dahulu sebelum memuaskan atau memenuhi kebutuhan yang lebih

20

Ibid...h. 32 21

(31)

17

tinggi. Misalnya: siswa harus memuaskan dulu kebutuhan makan sebelum mereka dapat berprestasi.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Max Darsono, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain:

a. Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita disebut juga aspirasi, yaitu suatu target yang ingin dicapai. Penantuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang (Winkel, 1989).22

b. Kemampuan Belajar

Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi bebrapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan, ingatan, daya pikir dan fantasi.23

c. Kondisi Siswa

Siswa adalah makhluk hidup yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi, kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik dan psikologis.

d. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang

22

Ibid,. h. 104 23

(32)

menyenangkan, dan menampilkan diri secara menarik dalam rangka membantu siswa termotivasi dalam belajar.

e. Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, lemah dan bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya keadaan emosional siswa, gairah belajar dan situasi dalam keluarga.

f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud adalah disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan diri dalam membelajarkan.24

B. Belajar

1. Makna Belajar

Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a change in

behavior as a result of experience”.

b. Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to

imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.

c. Geoch, mengatakan: “Learning is a change in performance as a result of

practice”.

24

(33)

19

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi bersifat verbalistik.25

Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik dilihat secara mikro maupun makro, dilihat dalam arti luas maupun terbatas atau khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usahapenguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar

adalah “penambahan pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam praktek

banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan atau menerimanya. Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai

“pengajar”. Sebagai konsekuensi dari pengertian yang terbatas ini, maka

kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal. Hal ini terbukti, misalnya kalau siswa atau subjek belajar itu akan ujian, mereka akan menghafal terlebih dahulu. Sudah barang tentu pengertian seperti ini, secara esensial belum memadai.

Selanjutnya ada yang mendefinisikan “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku.jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar belajar itu sebagai

25

(34)

rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar itu pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Teori semacam ini boleh jadi diterima, dengan suatu alasan bahwa dari struktur kognitif itu dapat mempengaruhi perkembangan afeksi ataupun penampilan seseorang. Dari konsep ini, pada perkembangan berikut akan melahirkan teori belajar yang bertumpu pada konsep pembentukan super ego,

yakni suatu proses belajar melalui suatu peniruan, proses interaksi antara pribadi seseorang dengan pihak lain. Misalnya seorang tokoh (super ego, menyangkut dimensi sosial). Yang perlu ditegaskan adalah siapapun yang yang menjadi figur untuk ditiru, bagi si peniru akan mendapatkan pengalaman yang berguna bagi dirinya. Menurut konsep super ego, bagaimana seseorang belajar itu dapat membina moralitas dirinya, yang mungkin melalui berinteraksi dengan pribadi-pribadi manusia yang lain.

Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah:

a. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.

b. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan.

Proses internalisasi dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera perlu ada follow upnya yakni proses “sosialisasi”. Proses “sosialisasi” dalam hal

(35)

21

Sudah dikatakan di muka bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Orang yang tadinya tidak tahu setelah belajar menjadi tahu. Jelasnya, proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku, dan terjadi karena hasil pengalaman. Oleh karena itu, dapat dikatakan, terjadi proses belajar, apabila seseorang menunjukkan “tingkah-laku yang berbeda”. Sebagai contoh, misalnya orang yang belajar iru dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain.

Mengenai perubahan status abilitas itu, menurut Bloom, meliputi tiga ranah atau matra, yaitu matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing matra atau domain ini dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence). Rincian ini dapat disbutkan sebagai berikut:

a. Kognitif Domain

1) Knowledge (pengetahuan, ingatan)

2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas) 3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)

4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk hubungan baru)

5) Evaluation (menilai) 6) Application (menerapkan) b. Afektif Domain

1) Recieving (sikap menerima) 2) Responding (memberikan respon) 3) Valuing (nilai)

4) Organization (organisasi) 5) Characterization (karakterisasi) c. Psychomotor Domain

(36)

3) Routinized level

Target jangkauan mengenai pencapaian level sebgaimana dijajarkan di tiap-tiap domain atau matra sudah barang tentu sesuai dengan tujuan belajarnya, tidak mesti harus mencapai yang tertinggi.26

2. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar-mengajar yang tersedia.

Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa memiliki profil yang unik dan kompleks. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar, diperuntukkan tujuan-tujuan belajar yang berbeda. Dengan kata lain untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan belajar untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan penciptaan sistem lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan gerak dan begitu seterusnya.

Mengenai tujuan-tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakam instruksional, lazim dinamakan dengan nama instructinal effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedang tujuan-tujuan yang lebih

merupakan hasil sampingan yaitu: tercapai karena siswa “menghidupi (to live in)

26

(37)

23

suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti contohnya, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim dengan istilah nurturant effects. Jadi guru dalam mengajar, guru harus sudah memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar-mengajar untuk mencapai instructional effects, maupun kedua-duanya. Dari uraian diatas, jika dirangkum dan ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis:

a. Untuk Mendapatkan Pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilihan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih pesat perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Baik soal keterampilan jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah-masalah “teknik” dan “pengulangan”. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, penghayatan dan keterampilan berpikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata-mata bukan soal

“pengulangan”, tetapi mencari jawaban yang cepat dan tepat.

(38)

latihan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru. Cara berinteraksi, misalnya dengan metode role playing.

c. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Dari proses observasi mungkin juga menirukan itu diharapkan terjadi proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari persoalan penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru

tidak sekedar “pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan

memindahkan nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik atau siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Cara berinteraksi atau metode-metode yang dapat digunakan misalnya dengan diskusi, demonstrasi, sosiodrama, role playing. Jadi pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar.

3. Teori Tentang Belajar

(39)

25

Pada tingkat perkembangan berikutnya, baru para ahli mencurahkan perhatiannya pada proses belajar-mengajar untuk manusia di sekolah. Penelitian-penelitiannya yang tertuang dalam berbagai teori yang berjenis-jenis, ada yang mereka sebut dengan: Programmed Text, Teaching Machiness, Association Theory dan lain-lain. Teori ini berkembang pada suatu stadium yang berdasar atas prinsip Conditioning, yakni pembentukan hubungan antara stimulus dan respon.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka kegiatan belajar itu cenderung diketahui sebagai suatu proses psikologis, terjadi dalam diri seseorang. Oleh karena itu sulit diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Karena prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar. Dalam hal ini secara global ada tiga teori, teori ilmu jiwa daya, ilmu jiwa gestalt dan ilmu jiwa asosiasi.

a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia itu terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu dapat dipergunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai contok untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing. Begitu pula untuk daya-daya yang lain. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaaan bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan dari daya-daya itu. Kalau sudah demikian maka seseorang yang belajar itu akan berhasil.

b. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt

(40)

hukum-hukum organisasi dalam pengamatan itu berlaku atau bisa diterapkan dalam kegiatan belajar.27 Dari aliran ilmu jiwa Gestalt atau keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting antara lain:

1) Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya.

2) Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.

3) Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.

4) Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas. 5) Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk

memperoleh insight.

6) Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakkan seluruh organisme.

7) Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.

8) Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.

c. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal yakni: teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari Pavlov.

1) Teori Konektionisme

Menurut Thorndike dasar dari belajar itu adalah asosiasi antara kesan panca indra (sense impresson) dengan impuls untuk bertindak.

Asosiasi yang demikian dinamakan “connecting” dengan kata lain

27

(41)

27

belajar adalah pembentukkan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi.

2) Teori Conditioning

Kalau seseorang mencium bau sate, air liurpun mulai keluar. Demikian juga kalau seseorang naik kendaraan dijalan raya, bagitu lampu merah, berhenti. Bentuk kelakuan itu pernah dipelajari berkat conditioning. Bentuk kelakukan semacam ini pernah dipelajari oleh Pavlov dengan mengadakan percobaan dengan anjing. Setiap kali anjing itu diberi makan, lampu dinyalakan. Karena melihat makanan maka air liurnya keluar. Begutu seterusnya hal itu dilakukan berkali-kali dan sering diulangi, sehingga menjadi kebiasaan. Karena sudah menjadi kebiasaan maka pada suatu ketika lampu dinyalakan tetapi tidak diberi makanan, air liur anjing itu pun keluar. Dalam praktek kehidupan sehari-hari pola seperti itu banyak terjadi. Seseorang itu akan melakukan seseuatu kebiasaan karena ada suatu tanda. Misalnya anak sekolah mendengar lonceng, kemudian berkumpul, tentara akan mengerjakan atau melakukan sesuatu gerakan karena aba-aba dari komandannya.

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan agama Islam, terlebih

dahulu penulis akan kemukakan pengertian pendidikan. “Kata pendidikan secara

etimologi berasal dari kata didik yang berarti proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

pendidikan dan pelatihan”.28

Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan kata

28

(42)

tarbiyah dengan kata kerjanya rabba-yurabbi-tarbiyatan yang berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara.29

Dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.30

Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Hasbullah, bahwa

pendidikan adalah “menurut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.31

Berdasarkan pengertian di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha secara sadar yang dilakukan orang dewasa untuk menyiapkan seseorang menuju kedewasaan, bercakapan tinggi, berkepribadian, berakhlak mulia dan kecerdasan berpikir melalui bimbingan pengajaran dan latihan. Melalui pendidikan diharapkan anak dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya sehingga dapat menghantarkannya pada cita-cita yang diharapkan.

Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam menurut Abdul Majid dan Dian Andayani adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujan yang telah ditetapkan.32

29

A. Warson Munir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan, 1984), cet-1, h.505

30

Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h.2 31

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h.4

32

(43)

29

Menurut Alisuf Sabri pengertian pendidikan agama Islam (PAI) yaitu:

“Sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,

memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama

dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”.33

Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah:

“Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yang berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan

dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak”.34

Pendidkan agama Islam menurut Ahmad Tafsir dalam buku Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam menyatakan bahwa “pendidikan agama Islam

adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam”.35

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama islam adalah pendidikan yang didasarkan pada ajaran agama Islam agar siswa dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman dan menjadikan jaaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidup agar kelak mendapat kebahgiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan penddikan agama Islam merupakan bagian dari pelaksanaan pendidikan secara umum, untuk itu yang menjadi dasar dari pelakasnaan pendidikan agama adalah:

33

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.111 34

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet.3, h.86 35

(44)

a. Dasar yuridis/hukum

Dasar dari segi yuridis atau hukum yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan-peraturan yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah ataupun lembaga formal lainnya. Ataupun dasar dari segi yuridis ada 3 macam, yaitu:

1) Dasar ideal, yaitu Pancasila/Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Dasar struktural/konstitusional, yaitu undang-undang dasar 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2.

3) Dasar operasional, yaitu Tap MPR No. IV/MPR/1078, Tap No. II/MPR/1993 tentang GBHN. Yang pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan secara langsung dimasukkan ke dalam kurikulum.36

Terdapat pula pada UUD Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab V pasal 12 yaitu:

Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak :

1) Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

2) Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

3) Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

4) Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

5) Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara.

6) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.37

36

Abdul Majid, Dian Andayani, pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), cet.1, h.133

37

(45)

31

b. Dasar religious

Dasar religious adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan yang merupakan perwujudan ibadah kepadaNya. Dalam Alqur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain:











































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S At-Tahrim: 6)

ب هدبع ع

اور( ة ا ولو ع اوغلب : ملسو لع ه لص ب لا ا ور ع

) راخبلا

Artinya: sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit(al-Hadits).

c. Dasar Psikologis

Dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.

Menurut Zuhairini dkk, “semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan

(46)

mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolonganNya”.38 Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat yang Maha Kuasa.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam di sekolah atau di madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara.39

Terkait dengan pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam rangka pembentukan manusia beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, maka dapat dipahami bahwa sekolah menjadi tujuan utama bagi pendidikan rohani, pendidikan jasmani, pendidikan agama, dan pendidikan moral.

Pendidikan Islam di sekolah bertujuan untuk:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt.

b. Mewujudkan manusia berakhlak mulia yaitu manusia yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta menjaga harmoni secara personal dan social.

c. Meningkatkan kemampuan dan kreativitas dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang berorientasi bukan sekedar pintar, tapi berjiwa beragama (menjadi orang yang beragama).

38

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.133

39

(47)

33

d. Terbentuknya pribadi muslim yang mengamalkan nilai-nilai agama dalam menjalankan etika profesi yang berlandaskan integritas (tidak munafik), amanah dan disiplin.40

D. Motivasi Belajar PAI

Berdasarkan beberapa definisi atau pengertian-pengertian yang telah diuraikan menyangkut motivasi, belajar dan pendidikan agama Islam dapat disimpulkan motivasi belajar pendidikan agama islam dari berbagai definisi berikut:

1 motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

2 belajar itu senantiasa merupakan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

3 pengertian pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

jadi, motivasi belajar pendidikan agama adalah perubahan seseorang dengan tingkah laku atau penampilan dalam mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan.

40

(48)

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan beberapa penelitian yang relevan yaitu dari hasil penulis sebelumnya. Kajian yang relevan tersebut antara lain adalah:

1 Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Luthfiati yang berjudul “Peran

Guru Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Beragama Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh Cipondoh Tangerang”. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan metode yang digunakannya adalah metode analisis deskriptif. Dan hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa peran guru dalam pendidikan agama Islam secara keseluruhan dari tiga dimensi yaitu mendidik, mengajar dan mengevaluasi masuk dalam kategori sangat baik karena mencapai rata-rata 91,57%. Dan rinciannya yaitu peran guru mencapai rata-rata 93,67%, untuk mengajar mencapai rata-rata95,6% serta mengevaluasi mencapai rata-rata 80,66%.

2 Penelitian yang dilakukan oleh Ida Nurhayati yang berjudul

“Komunikasi Antarpribadi Antara Guru dan Murid Dalam

Memotivasi Belajar Di Sekolah Dasar Annajah Jakarta”. Penelitian

(49)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A Gambaran Umum Tentang Kondisi Sekolah 1. Sejarah dan Perkembangan

SMP N 181 merupakan salah satu lembaga pendidikan di kelurahan Karet Tengsin kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat Provinsi DKI Jakarta, lembaga tersebut letaknya di Jl. Masjid 1 No. 5 Karet Tengsin RT: 009 RW: 004 Kelurahan Karet Tengsin Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat.

2. Tujuan Sekolah

Adapun tujuan Smp N 181 ini cukup jelas, sebagaimana terungkap pada visi dan misinya, yaitu:

Visi dan Misi

“Berprestasi, Ramah Lingkungan yang Berlandaskan Imtaq”

[image:49.595.124.514.202.589.2]

3. Sarana dan Prasarana a. Luas Penggunaan Tanah

Tabel 2 Luas Tanah

No Penggunaan Tanah Luas

1 Bangunan

2 Lapangan olahraga

3 Kebun

4 Dipakai lainnya

b. Kondisi Bangunan Serta Ruangan

Tabel 3 Ruangan/ Bangunan

No Ruangan/Bangunan Jumlah

1 Ruang Kelas 27

2 Ruang Kepala Sekolah 1

3 Ruang Guru 1

4 Ruang Tata Usaha 1

5 Laboratorium Komputer 2

[image:49.595.154.475.636.757.2]
(50)

7 Perpustakaan 2

8 Ruang BP/BK 1

9 Ruang UKS 1

10 Ruang Aula 1

11 Masjid/Mushalla 1

12 Kantin 1

13 Wc Guru 2

14 Wc Siswa 5

4. Struktur Organisasi Sekolah

Berikut adalah skema organisasi di sekolah SMP Negeri 181 jakarta

Dewan guru dalam struktur organisasi di atas adalah guru mata pelajaran di sekolah SMP Negeri 181 Jakarta, lebih jelasnya seperti dibawah berikut:

KEPALA SEKOLAH BAMBANG TAJUDIN, KOMITE

ANNAS TAHER

WAKIL KEPALA SEKOLAH Drs. NOVRIZAL

MUTU H. HIKMAT

KURIKULUM

Drs. TARJONO, S.Kom Drs. SITI ZUHRIYAH

KESISWAAN

H. YUNUS M. THAYEB, S.Pd SARANA PRASARANA Drs. YETTI NURYETTI HUMAS

Hj. KUS DWI AMINATUN

WALI KELAS VII

1. ENDAH ROSLIMAH, S.Pd 2. MUNTI SIMATUPANG,

S.Pd

3. TIARLY SILABAN. S.Pd 4. MURNIATI, S.Pd 5. SUKRAWARNI

WALI KELAS VIII

1. Drs. SITI ZUHRIYAH 2. AAM AMELIA,

S.Pd

3. YUSMAENI, S.Pd 4. NGADIRAN,

WALI KELAS IX

1. TATIK SUTIYARSI, S.Pd

2. TIOMAN IDA PANJAITAN, S.Pd 3. RUSNANI, S.Pd 4. HASNA LAHAY,

S.Pd

(51)

43

No. Nama Guru Bidang Studi

1 Dra. Muzaiyamah Nurdin, M. Pd Pendidikan Agama Islam 2 Tayyibi Hamdullah, S.Pd.I Pendidikan Agama Islam

3 Lusiana B, S. PAK Pendidikan Agama Kristen

4 Ngadiran, S.Pd PKN

5 Sumarno, S.Pd PKN

6 Diana F. Yusdar, S.E PKN

7 Tioman Ida Panjaitan, S.Pd Bahasa Indonesia

8 Dra. Siti Zuhriyah Bahasa Indonesia

9 Sukrawarni Bahasa Indonesia

10 Sumarno. S.Pd Bahasa Indonesia

11 Drs. Darmanto Bahasa Inggris

12 Munti Simatupang, S.Pd Bahasa Inggris

13 Rusmani S.Pd Bahasa Inggris

14 Yosept Sumaryanto, S.Pd Matemati

Gambar

Tabel 3 Ruangan/ Bangunan
Tabel 4 Nama Guru Smp Negeri 181
Tabel 5 Keadaan siswa Smp Negeri 181 Jakarta
No Tabel 8 Alternatif Jawaban Frekuensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sekolah harus menjalankan program dengan konsisten agar kemampuan literasi siswa dapat berkembang dengan baik. Guru akan membimbing siswanya untuk kegiatan berbahasa lisan,

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbang pemikiran tentang model komunikasi pembangunan pada umumnya dan komunikasi kesehatan khususnya, dalam hal ini sosialisasi

(1) Untuk mengetahui jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau tidak seharusnya dikembalikan yang harus dilunasi oleh Wjib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan

Manfaat secara umum dari penelitian ini adalah dapat mengetahui Faktor determinan (usia, jenis kelamin, lemak, natrium, kalium, kebiasaan merokok, stress, IMT)

Dengan menggunakan unting-unting, pada ujung garis-garis as pasangan pondasi yang akan dibangun ditancapkan kayu kedalam tanah sebagai patok untuk melakukan penggalian tanah.Dan

Bagi rekanan yang mengerjakan paket proyek tahun 2015 pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Lampirkan Dokumen FHO paket pekerjaannya saat

flowchart ) untuk  menyelesaikan  permasalahan  menggunakan logika