Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Eni Haryati
NIM 1112015000037
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Salah satu kebijakan pemerintah adalah dengan ditumbuhkannya industrialisasi di berbagai daerah. Kegiatan tersebut merupakan usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan. Kehidupan masyarakat Desa Tarikolot telah mengalami perubahan semenjak adanya kawasan industri. Adanya lingkungan industri telah menjadikan perubahan struktur masyarakat yang awalnya bekerja dalam sektor pertanian beralih mata pencaharian ke sektor industri. Hal ini berimplikasi pada perubahan pola hidup, perilaku, cara berpikir, dan perubahan lainnya. Di desa Tarikolot, dampak yang ditimbulkan dari hadirnya industri telah merubah pola kehidupan masyarakat, terutama perubahan perilaku sosial seperti pergeseran perilaku bergotong royong dan perilaku ekonomi seperti gaya hidup konsumtif masyarakat sekitar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan perilaku masyarakat sekitar kawasan industri yang beralih mata pencaharian dari sektor pertanian ke masyarakat industri meliputi perilaku dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perilaku masyarakat dalam kehidupan sosial dan ekonomi sebelum adanya kawasan industri seperti layaknya masyarakat desa yang sederhana dan kental akan rasa solidaritas dalam hal bergotong royong. Namun setelah hadirnya kawasan industri masyarakat lebih berorientasi pada sistem upah sehingga intensitas partisipasi masyarakat dalam hal bergotong royong mengalami penurunan. Sedangkan perilaku dalam kehidupan ekonomi setelah adanya kawasan industri secara umum mengalami perubahan seperti pola hidup yang lebih konsumtif.
West Java. Skripsi, Department of Education Social Sciences (IPS), Tarbiyah and Teaching Science Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
One of the government's policy is to industrialization would grow in various regions. The activity is an effort to improve the lives and well-being. Tarikolot village people's lives have changed since their industrial areas. Their industry environment has made changes in the structure of society who initially worked in the agricultural sector switch livelihood to the industrial sector. This has implications for changes in lifestyle, behavior, thinking, and other changes. In the village Tarikolot, the impact of the presence of the industry has changed the pattern of people's lives, especially the changes in social behavior are like the shifting attitudes of mutual cooperation and economic behavior as consumptive lifestyles surrounding communities.
This study aims to know how the behavior of people around the industrial area have livelihood from agriculture to the industrial community includes behavior in social and economic life.. The method used in this research is qualitative. The techniques used to collect the data are: observation, interviews and documentation.
Then the data analysis technique used are data reduction, data presentation and conclusion. Based on the research result shows that people's behavior in social and economic life before the industrial area like a village community that is simple and condensed solidarity in terms of mutual cooperation. Meanwhile, after the industrial area in general change as more consumptive lifestyles.
dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarganya.
Penulis menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasihat dan motivasi dari
semua pihak yang diberikan kepada penulis.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah
satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata (S1) pada
jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), beserta seluruh Staf Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Andri Noor Ardiansyah, M. Si dan Neng Sri Nuraeni, M.Pd. selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan meluangkan
waktu serta kontribusinya membimbing penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
5. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A. sebagai Dosen Penasehat Akademik
6. Seluruh Staf Pusat Perpustakaan dan Perpusakaan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis untuk mencari bahan referensi penelitian ini.
7. H. Maspuloh, selaku Kepala Desa Tarikolot yang telah mengijinkan
penulis untuk melakukan penelitian dan Ryan Hidayat selaku Sekretaris
Desa, serta tak lupa seluruh warga sekitar Kawasan Industri Desa
Tarikolot yang telah membantu dengan tulus dalam memberikan
informasinya.
8. Orang tua tercinta yakni Bapak Ayub dan Ibu Ade serta Kakak-kakak
tersayang Liana Hayati dan Akmal Saepul atas segala doa, perhatian,
motivasi dan kasih sayang baik secara materil dan non materil.
9. Sahabat teristimewa Dhoni Amalia, Hanni Khairunisa, Nurhayati, Alm.
Ajeng Putri Kartini, Maulyda Wulandari, Sri Setiyowati, Eli Karlina,
Winda Alfiani dan Khoirunnisa untuk waktu bersama, beban bersama
yang telah dilewati selama di bangku perkuliahan dan tidak pernah bosan
dalam memberikan sarannya selama proposal hingga skripsi rampung.
10.Teman-teman Bu Muslim Community (BMC) Pupu Ressy Lusita,
Nurkumalasari dan Reza Nawafella yang telah tinggal beberapa tahun
terakhir dan saling menyemangati untuk segera menyelesaikan skripsi.
11.Teman-teman seluruh keluarga besar pendidikan IPS angkatan 2012,
khususnya teman-teman Geografi 2013.
12.Segenap pihak yang telah mendukung penulis dalam proses penulisan
yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas jasa
studi penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal
dari Allah SWT, serta hajatnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada
kata-kata atau penulisan dalam skripsi ini ada yang salah. Penulis mengakui banyak
sekali kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritikan dan masukan
yang konstruktif sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu
untuk menyempurnkannya.
Jakarta, 25 Oktober 2016
Penulis
Eni Haryati
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 7
1. Perilaku ... 7
a. Pengertian Perilaku ... 7
b. Proses Terjadinya Perubahan Perilku ... 8
2. Masyarakat ... 10
3. Industri ... 12
4. Perilaku dalam kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat ... 13
a. Solidaritas Sosial ... 13
1) Mekanik ... 14
2) Organik ... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
B. Metode Penelitian ... 29
C. Populasi dan Sampel ... 30
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 31
a. Observasi ... 32
b. Wawancara ... 32
c. Dokumentasi ... 32
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan data ... 33
F. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 35
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35
a) Kondisi Geografis ... 35
b) Kondisi Demografis ... 36
c) Kondisi Sosial dan Ekonomi ... 38
2. Perubahan Perilaku dalam kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri ... 41
B. Pembahasan ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Tarikolot ... ... 35
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36
Tabel 4.3 Rekapitulasi Kelompok Umur Penduduk ... 37
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana ... 38
Tabel 4.5 Mata Pencaharian 2006 ... ... 40
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan adalah suatu bentuk respon manusia terhadap
lingkungannya, baik itu menyangkut lingkungan sosial maupun
lingkungan alamnya. Pembangunan berarti usaha sadar dan mendasar
manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi yang
lebih baik dan hasilnya dapat dinikmati secara lebih layak oleh
masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan yang terjadi di Negara kita
adalah pembangunan kawasan industri. Kegiatan pembangunan di bidang
industri ini, pemerintah telah melakukan kebijakan yakni dengan
memberikan peluang serta kesempatan luas terhadap pembangunan
kawasan industri melalui Keputusan Presiden No.41 Tahun 1996.1
Industrialisasi merupakan bagian integral dari pemulihan serta pertumbuhan perekonomian Indonesia. Industrialisasi menciptakan peranan yang kompleks dan menekankan pada berbagai ragam keahlian yang diperlukan dalam proses-proses industri. Industrialisasi membuat perubahan sosial pada masyarakat yang menjadikan kawasan pertanian menjadi kawasan industri secara perlahan-lahan dapat mengubah struktur sosial yang ada di masyarakat misalnya nilai sikap, pemikiran, kepercayaan, dan pola tingkah laku sebagaimana perilaku masyarakat pada hakikatnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, yang berpengaruh pada gaya hidup, makanan, pakaian, perjalanan, adat istiadat, kesenian (kebudayaan), bahasa, dan termasuk pada mata pencaharian.2
Di Indonesia sektor industri menjadi salah satu solusi bagi
sebagian kalangan di masyarakat dalam aspek mata pencaharian. Selama
ini, tidak sedikit yang beranggapan bahwa industrialisasi dapat
berpengaruh dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang lebih
1
Keputusan Presiden No.41 Tahun 1996 tentang Pembangunan Kawasan Industri
2
Hafiah Choerunisa ‘Pergeseran Nilai-nilai Solidaritas Sosial Masyarakat di Kawasan
Industri (Studi Kasus di Desa Cintamulya Kecamatan Jatinagor Kabupaten Sumedang’ Skripsi
baik. Berdasarkan data dari Badan Penelitian Statistik (BPS) sektor
industri, selain memberi kontribusi ekonomi melalui nilai tambah,
lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu memberi kontribusi menuju
transformasi kultural masyarakat kearah modernisasi yang menunjang
daya saing suatu wilayah.3
Perubahan akibat pembangunan yang berlangsung dengan pesat,
selain mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat juga memberi
pengaruh terhadap lingkungan sosial, ekonomi setempat. Untuk itu setiap
pembangunan industri harus memperhitungkan dampak yang mungkin
ditimbulkan. Dampak ini meliputi dampak yang bersifat positif dan
negatif.
Dampak positif dari pembangunan kawasan industri diharapkan
mampu menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan
menciptakan lapangan kerja baru. Artinya, kehadiran kawasan industri
akan menciptakan peluang kerja baik dari sektor industri itu sendiri
maupun di sektor lain seperti sektor jasa dan perdagangan, sehingga
mendorong peningkatan pendapatan masyarakat yang akan berimplikasi
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik
dan merata. Dampak lain dari kehadiran kawasan industri ini pun
berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat pedesaan, pada pola
perilaku masyarakat, yang lambat laun mulai pudar tergerus oleh zaman.
Di Kecamatan Citeureup sejak tahun 2002, sektor pembangunan
industri dijalankan dan secara geografis dapat dilaksanakan dengan
kondisi kekayaan alam (natural resources) yang serba memungkinkan. Namun pada sumber daya manusia (human resources) yang perlu dipertanyakan, adakah kesiapan dari masyarakat setempat untuk menerima
segala macam bentuk perubahan tersebut. Salah satu daerah yang terkena
imbas dari proses industrialisasi adalah Desa Tarikolot.
Dari data kependudukan dan statistik Desa Tarikolot Kecamatan
Citeureup tahun 2015, semakin bertambahnya masalah sosial yang ada di
3
masyarakat desa tersebut ditemukan fakta bahwa terdapat kasus yang tak
lazim dilakukan oleh kalangan remaja, seperti mabuk-mabukkan.
Kemudian dari gaji pekerjaan sebagai buruh pabrik karena Desa Tarikolot
ini merupakan kawasan industri yang notabennya buruh pabrik
menjadikan masyarakat lebih konsumtif dan matrealistik. Dengan itu,
dimensi-dimensi hubungan sosial dan gaya hidup di pedesaan mulai
berubah dan menyesuaikan diri dengan gaya hidup modern sesuai
kemampuan dan akses yang dimiliki.4 Singkatnya, masyarakat mengalami
perubahan terhadap kondisi sosial ke tahap berikutnya atau menuju taraf
kehidupan yang semakin kompleks. Menurut Durkheim (dalam Beilhardz,
2005) mengungkapkan,
“Perubahan sosial yang terjadi akibat modernitas secara lambat laun menggeser pola kehidupan sosial masyarakat secara perlahan, pembagian kerja karena proses industrialisasi, pencerahan dan individualism telah bergeser nilai-nilai sosial masyarakat khususnya pada ikatan-ikatan tradisional masyarakat.”5
Perubahan gaya hidup modern yang sejalan dengan
berkembangnya industrialisasi di berbagai daerah menyebabkan
menipisnya perbedaan antara desa dan kota.6 Perubahannya ditunjukkan
melalui perilaku konsumtif masyarakat desa yang sudah tidak jauh berbeda
dengan masyarakat kota. Sebelum masuknya sektor industri di desa
Tarikolot, mayoritas masyarakatnya adalah bermata pencaharian dalam
sektor pertanian. Masuknya sektor industri di bidang barang/jasa di daerah
tersebut menambah variasi dalam segi mata pencaharian masyarakat
sekitar. Sebenarnya, jika dilihat dari pendapatan masyarakat setelah
beralih berprofesi sebagai buruh pabrik tidaklah lebih besar nominalnya
yang berkisaran Rp. 1.800.000 sampai Rp. 2.500.000 perbulannya yang
mana hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.7 Namun
menjadi buruh pabrik lebih mudah memperoleh pendapatan tambahan
4
Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Gajah Mada University Press,
(Yogyakarta, 2010), h. 194.
5
Hafiah Choerunisa, op. cit., h. 2.
6
Raharjo, op. cit., h. 193.
7
seperti adanya kerja lembur. Sehingga memberikan peluang bagi pekerja
untuk berperilaku konsumtif.
Keberadaan kawasan industri juga dapat memicu terjadinya
mobilitas penduduk yaitu terdapat penduduk pendatang ke daerah sekitar
kawasan industri. Keberadaan penduduk pendatang akan berpengaruh
terhadap pergeseran perilaku sosial dalam tingkat solidaritas antara
penduduk lokal dan penduduk pendatang yang membawa tata nilai dan
perilakunya dengan masyarakat setempat. Akibatnya melemah dan
melunturnya solidaritas dalam hal bergotong royong diakibatkan dari
kesibukan dan banyaknya masyarakat yang menghabiskan waktu di tempat
kerja. Kesibukan itulah yang membuat masyarakat menjadi kurang
perhatian terhadap lingkungan sekitarnya yang menyebabkan melunturnya
solidaritas dalam hal bergotong royong.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Perilaku Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri (Studi Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah
di atas, maka dapat diketahui untuk diidentifikasikan masalahnya seperti
berikut :
1. Alih fungsi lahan agraris menjadi bangunan industri
2. Banyaknya pendatang dari berbagai daerah
3. Terjadi variasi dalam pekerjaan
4. Terjadi perubahan perilaku dalam bentuk gotong royong antar
masyarakat
5. Terjadi perubahan gaya hidup yang mengarah kepada perilaku
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Masalah penelitian ini dibatasi pada Desa Tarikolot, yang dijadikan
fokus kajian adalah :
1. Perubahan perilaku dalam kehidupan sosial yaitu solidaritas sosial
dalam bentuk gotong royong antar masyarakat
2. Perubahan perilaku dalam kehidupan ekonomi yaitu perilaku
konsumtif karena peralihan mata pencaharian dalam sektor industri
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut penulis menemukan
rumusan masalah :
1. Bagaimana perubahan perilaku masyarakat dalam kehidupan sosial di
lingkungan kawasan industri Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat?
2. Bagaimana perilaku dalam kehidupan ekonomi masyarakat di
lingkungan kawasan industri Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan, tujuan dari
prnrlitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran perubahan perilaku dalam kehidupan
sosial masyarakat di lingkungan kawasan industri Desa Tarikolot,
Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
2. Untuk memperoleh gambaran perilaku dalam kehidupan ekonomi
masyarakat di lingkungan kawasan industri Desa Tarikolot, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Manfaat penelitian dari kegiatan penelitian yang dilakukan ini
diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Hasil ini dapat dijadikan sumber wawasan dalam khasanah ilmu
kehidupan sosial dan ekonomi di lingkungan kawasan industri Desa
Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa: Memberikan informasi mengenai pentingnya
menjaga struktur masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.
b. Bagi masyarakat: Memberikan informasi mengenai gambaran
kehidupan sosial dan ekonomi yang ada pada masyarakat pedesaan
saat ini khususnya bagi pemerintah di Desa Tarikolot, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
c. Bagi pemerintah: Penelitian ini dapat membantu pihak pemerintah
desa untuk membuat kebijakan mengenai perilaku masyarakat
dalam bidang industri di Desa Karang Tarikolot, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
d. Bagi peneliti lain yang mempunyai ketertarikan yang sama dengan
penulis, kiranya dapat dijadikan rujukan atau referensi serta dapat
menyempurnakan lagi, baik dari segi konsep maupun temuan di
A. Kajian Teori
1. Perilaku
a. Pengertian Perilaku
Kata perilaku dalam Kamus Bahasa Inggris disebut dengan
“behave” dan “conduct”. “Behave” yang memiliki arti kelakuan / perilaku,8 sedangkan “conduct” yang artinya adalah tingkah laku, kelakuan, sikap, tabi’at, memimpin dan menuntut.9 Arti perilaku
menurut J.P Chaplin, perilaku lebih ke arah pembahasan behavior
(tingkah laku, kelakuan, perilaku tindak-tanduk, perangi).
Menurutnya perilaku ini sebagai respon baik dalam bentuk reaksi,
tanggapan, jawaban, dan balasan yang dilakukan oleh suatu
organisme.10
Behavior (tingkah laku, kelakuan, perilaku tindak-tanduk,
perangi); 1. Sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan)
yang dilakukan oleh oraganisme. 2. Secara khusus, bagian dari satu
kesatuan pola reaksi. 3. Suatu perbuatan atau aktifitas. 4. Satu
gerak atau kompleks gerak-gerak.11 Sedangkan menurut KBBI
perilaku “tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan’.12 Maksud dari KBBI ini bahwa perilaku merupakan
sebuah tanggapan baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan yang
dilakukan individu dalam bentuk reaksi individu maupun
8
John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2005), Cet.Ke-XXVI, hal. 60
9
Ibid., h. 136
10
J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi Diterjemahkan Kartini Kartono, (Jakarta: PT
Radja Grafindo Persada, 2011), h. 12.
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka:
Jakarta, 2004 edisi ke-3), h. 53.
12
kelompok yang dipengaruhi oleh lingkungan sehingga muncul
adanya sebuah rangsangan.
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung.13
Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi
reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi
apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi
yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan
menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Menurut penulis, yang
disebut perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya
stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung.
Menurut Notoatmodjo, dilihat dari bentuk stimulus ini maka
perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Perilaku tertutup (convert behaviour)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau
praktik yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.14
b. Proses Terjadinya Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku manusia sangat bervariasi tergantung
pada konsep yang digunakan para ahli dalam memahami perilaku
manusia tersebut. Secara psikologis, proses terjadinya perubahan
perilaku manusia disebabkan oleh :
1) Perubahan secara alamiah (Natural change)
13
Soekidjo Notoatmojo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), h.135
14
Perilaku manusia cenderung selalu berubah-ubah dan hampir
sebagian besar perubahannya disebabkan kejadian secara
alamiah. Apabila terjadi perubahan di lingkungan sosial,
budaya dan ekonomi, maka seseorang atau sekelompok orang
juga cenderung ikut mengalami perubahan. Misalnya, ibu
hamil dalam kondisi sakit kepala. Semula dia akan membuat
ramu-ramuan tradisional untuk mengurangi keluhannya
kemudian secara alamiah dia mulai berubah dan beralih dengan
menggunakan obat-obat modern.
2) Perubahan terencana
Perubahan perilaku juga dapat terjadi akibat direncanakan
sendiri. Misalnya, seorang wanita saat belum menikah dia
adalah seorang perokok berat, namun karena dia ingin hamil dan
memperoleh informasi dampak negative merokok pada
perkembangan janin, kemudia dia merencanakan untuk tidak
merokok lagi. Selama masa hamil dia berhenti merokok, berarti
terjadi perubahan perilaku terencana sesuai informasi dan
pengalamannya.
3) Penerimaan informasi atau pengetahuan
Banyak tidaknya informasi atau pengetahuan yang diterima
seseorang atau sekelompok orang memengaruhi perubahan
perilaku. Misal, informasi keluarga berencana. Informasi dan
pengetahuan makna keluarga berencana bagi masyarakat di
desa yang sangat terpencil cenderung lebih sedikit daripada
masyarakat kota. Bagi masyarakat kota biasanya lebih mudah
mendapatkan informasi keluarga berencana. Kondisi itu
membedakan perilaku orang atau masyarakat yang mengenal
konsep keluarga berencana dengan yang belum mengenal.
4) Perubahan kondisi fisiologis
Perubahan perilaku manusia juga bisa terjadi akibat
kesehatan dan penyakit yang diderita. Adanya perubahan
terhadap kondisi kesehatan fisik akan memengaruhi kondisi
psikis seseorang yang akhirnya membawa perubahan sikap dan
perilaku.
5) Kesediaan untuk berubah
Apabila terjadi inovasi program-program pembangunan
dalam masyarakat, maka sering terjadi perubahan perilaku.
Akan terlihat perbedaan pola sikap dan perilaku masyarakat.
Ada sebagian cepat menerima program dan ada sebagian lagi
menolak terhadap perubahan tersebut. Hal ini disebabkan
kesiapan dan kesediaan untuk berubah akibat perbedaan dari
sikap, minat, dan kemampuan diri.15
2. Masyarakat
Masyarakat menurut Shadily dalam Abu Ahmadi, adalah
“golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena
sendirinya,bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh
kebatinan satu sama lain”16. Masyarakat bisa diartikan pula sebagai
kelompok manusia yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi
yang memiliki peranan untuk mencapai tujuan bersama.
Pendapat J.L. Gillin dan J. P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat
adalah “kelompok manusia terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi
pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil”17.
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut sebagai society, asal kata
socius yang berarti kawan. Adapun “masyarakat” berasal dari bahasa Arab yaitu syirk yang artinya bergaul. Adanya saling begaul itu tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan
15
Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi untuk Kebidanan,
(Jakarta: Kencana, 2010), h.51-53.
16
Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2009), h. 106.
17
oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan18.
Drs. JBAF Mayor Polak dalam Abu Ahmadi menyebut
masyarakat adalah “wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas
banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap
kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub
kelompok”.19
Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas, Masyarakat berasal
dari 2 bahasa yaitu bahasa Inggris dan Arab yang memiliki pengertian
yakni kawan dan bergaul maksudnya adalah sekolompok
individu-individu yang memiliki kepentingan dan tujuan sama dengan cara
berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri pokok
masyarakat yaitu :
a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran
yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa
jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka
minimumnya ada dua orang yang hidup.
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia
tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti
umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan
berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru.
Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti;
mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk
menyampaikan kesan-kesan perasaannya. Sebagai akibat hidup
bersama itu, timbulah system komunikasi dan timbul
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok
tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. Mereka
merupakan system hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
18
M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi, ( Bandung: PT Eresco, 1995),
h. 63.
19
menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok
merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.20
3. Industri
Industri memiliki pengertian kumpulan perusahaan yang
menghasilkan produk yang sejenis, atau produk pengganti yang
mendekati.21 Menurut UU. No.5 Tahun 1984 Bab 1 tentang
perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan/atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Pembangunan industri adalah bagian dari pembangunan nasional,
sehingga pembangunan industri ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan yang berarti terhadap pembangunan ekonomi maupun
sosial. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan pembangunan sektor
industri di masa depan, baik jangka menengah maupun jangka
panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan
kelemahan di sektor industri saja yang disebabkan oleh melemahnya
daya saing, tetapi juga hasrus mampu turut mengatasi permasalahan
nasional.22
Perusahaan/usaha industri adalah suatu unit (kesatuan)
produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan
kegiatan untuk mengubah barang-barang (bahan baku) dengan mesin
atau kimia atau dengan tangan menjadi produk baru, atau mengubah
barang-barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi
nilainya, dengan maksud untuk mendekatkan produk tersebut dengan
konsumen akhir.
20
Ibid., h. 32.
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 234.
22
Departemen Perindustrian RI. Kebijakan Pembangunan Industri,
Berdasarkan PP.24/2009, pengertian kawasan industri adalah
kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh
perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan
industri.
4. Perilaku dalam Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di
Lingkungan Kawasan Industri
a. Solidaritas Sosial
1) Pengertian solidaritas sosial
Solidaritas dalam bahasa arab dikenal dengan istilah
“Takaful”23 yang artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung pengertian Sifat (perasaan)
solider; sifat satu rasa (senasib dsb); perasaan setia kawan.24
Adapun pengertian solidaritas menurut Siti Sholehah adalah
sikap saling membantu, menanggung dan memikul kesulitan
dalam hidup bermasyarakat.25
Secara terminologi, solidaritas sosial adalah potensi
spiritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa. Oleh
karena itu, kesetiakawanan sosial merupakan Nurani Bangsa
Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan perilaku yang
dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung
jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari
masing-masing dari warga masyarakat dengan semangat
kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi sesama,
kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan. Oleh
karena itu, kesetiakawanan sosial merupakan nilai dasar
kesejahteraan sosial, modal sosial yang ada dalam masyarakat
23
Achmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Indonesia-Arab, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2007), h. 821.
24
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, (Diakses Selasa, 21 Juni 2016).
25
Siti Sholihah ‘Peran Masjid Cinere dalam Meningkatkan Solidaritas Sosial Mayarakat
terus digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk bernegara yaitu,
masyarakat sejahtera.26
Salah seorang sosiolog yang menaruh perhatian dan
menjadikan fokus teoritis dalam membaca masyarakat adalah
Emile Durkheim. Bahkan, persoalan solidaritas sosial
merupakan inti dari seluruh teori yang dibangun Durkheim.
Menurut Durkheim dikutip dari Johnson menyatakan bahwa
solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antar
individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral
dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama.27
2) Bentuk-bentuk Solidaritas sosial
Menurut Durkheim, solidaritas sosial dapat diklasifikasikan
menjadi dua kategori yakni solidaritas mekanik dan solidaritas
organik.
a) Solidaritas mekanik
Solidaritas mekanik pada umumnya terdapat pada
masyarakat primitif, terbentuk karena mereka terlibat dalam
aktivitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang
sama dan memerlukan keterlibatan secara fisik.28
Solidaritas tersebut mempunyai kekuatan sangat besar
dalam membangun kehidupan harmonis antara sesama,
sehingga solidaritas tersebut lebih bersifat lama dan tidak
temporer.
26
Ihttp://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=342.
27
Doyle Paul Jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M.Z Lawang,
(Jakarta: PT Gramedia, 1998), h. 181.
28
George Ritzer, Teori Sosiologi (Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan
Solidaritas mekanik juga didasarkan pada tingkat
homogenitas yang tinggi.29 Tingkat homogenitas yang
tinggi dengan tingkat ketergantungan antar individu yang
sangat rendah. Hal ini dapat dilihat misalnya pada
pembagian kerja dalam masyarakat. Dalam solidaritas
mekanik, individu memiliki tingkat kemampuan dan
keahlian dalam suatu pekerjaan yang sama sehingga setiap
individu dapat mencukupi keinginannya tanpa bergantung
dengan individu lain.
Ciri masyarakat dengan solidaritas mekanik ini ditandai dengan adanya kesadaran kolektif yang kuat, yang menunjuk pada totalitas-totalitas kepercayaan dan sentiment-sentimen bersama. Dimana ikatan kebersamaan tersebut terbentuk karena adanya kepedulian diantara sesama. Solidaritas mekanik terdapat dalam masyarakat yang homogen terutama masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, karena rasa persaudaraan dan kepedulian diantara mereka biasanya lebih kuat daripada masyarakat perkotaan. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitive dipersatukan terutama oleh fakta nonmaterial, khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama, atau oleh apa yang biasa ia sebut sebagai kesadaran kolektif.30
Bagi Durkheim, indikator yang paling jelas untuk
solidaritas mekanik adalah ruang lingkup dan kerasnya
hokum-hukum yang bersifat represif (menekan). Anggota
masyarakat ini memiliki kesamaan satu sama lain dan
mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama,
apapun pelanggaran terhadap sistem nilai bersama tidak
akan dinilai main-main oleh seriap individu.31
29
John Scott, Teori Sosial: Masalah-masalah Sosial dalam Sosiologi, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012), h. 80.
30
George Ritzer, Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana,
2011), h. 22
31
Hukuman yang dikenakan terhadap pelanggaran
aturan-aturan represif itu pada hakikatnya adalah
merupakan manifestasi dari kesadaran kolektif untuk
menjamin supaya masyarakat yang bersangkutan berjalan
dengan teratur dan baik. Ikatan yang mempersatukan
anggota-anggota masyarakat disini adalah homogen dan
masyarakat terikat satu sama lain secara mekanik.
Perilaku disebut melawan hukum jika dipandang
mengancam atau melanggar kesadaran kolektif. Jenis dan
beratnya hukuman tidak selalu harus mempertimbangkan
kerugian atau kerusakan yang yang diakibatkan oleh
pelanggarannya, tapi lebih dirasakan pada kemarahan
bersama akibat terganggunya kesadaran kolektif seperi
penghinaan untuk menjamin supaya masyarakat yang
bersangkutan berjalan dengan teratur dan baik.
b) Solidaritas organik
Solidaritas organik merupakan sebuah ikatan
bersama yang dibangun atas dasar perbedaan, mereka justru
dapat bertahan dengan perbedaan yang ada di dalamnya
karena pada kenyataannya bahwa semua orang memiliki
pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda.32 Tetapi
perbedaan tersebut saling berinteraksi dan membentuk
suatu ikatan yang sifatnya tergantung. Masing-masing
anggota masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua
kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh saling
ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok
lain. saling ketergantungan antar anggota ini disebabkan
karena mereka telah mengenal pembagian kerja yang
teratur.
32
Solidaritas organik biasanya terdapat dalam
masyarakat perkotaan yang heterogen. Hubungan atau
ikatan yang dibangun biasanya didasarkan atas kebutuhan
materi atau hubungan kerja dalam sebuah perusahaan.
Pembagian yang mencolok terdapat dalam masyarakat
perkotaan yang sebagian masyarakatnya bekerja dalam
berbagai macam sektor perekonomian. Spesialisasi yang
berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial
menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada
sesamanya, sehingga tingkat solidaritas organik uncul
karena pembagian kerja yang bertambah besar.
Bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan
akan berakibat pada bertambahnya spesialisasi dalam
pembagian pekerjaan akan berakibat pada bertambahnya
saling ketergantungan antara individu, yang juga
meungkinkan bertambahnya perbedaan dikalangan
individu. Munculnya perbedaan-perbedaan dikalangan
individu merombak kesadaran kolektif itu, yang pada
gilirannya menjadi kurang penting lagi sebagai dasar untuk
keteraturan sosial.
Akibat dari pembagian kerja yang semakinrumit,
timbullah kesadaran yang lebih mandiri.33 Kesadaran
individual berkembang dala cara yang berbeda dari
kesadaran kolektif, seringkali malah berbenturan dengan
kesadaran kolektif. Sehingga kepedulian diantara sesama
menjadi luntur dan berkurang dalam sebuah masyarakat.
Dari kondisi tersebut timbullah aturan-aturan baru yang
berlaku pada individu, misalnya aturan bagi para dokter,
para guru, buruh atau pekerja, konglomerat, dan
33
I.B Wirawan, Teori-teori dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
sebagainya. Aturan-aturan tersebut menurut Durkheim yang
disebut bersifat restitutif.
Hukum yang bersifat restitutuf (memulihkan), ia
bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk
memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang
kompleks. Hukum restitutif berfungsi untuk melndungi dan
mempertahankan pola ketergantungan antara berbagai
individu dan kelompok yang berbeda. Hukuman yang
diberikan bukan untuk balas dendam tapi untuk
memulihkan keadaan. Jenis dan beratnya hukuman
disesuaikan dengan parahnya pelanggaran yang dilakukan
dan dimaksudkan untuk memulihkan hak-hak korban atau
menjamin bertahannya pola ketergantungan yang tercipta
dalam masyarakat.
Tabel 2.1
Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik
Solidaritas Mekanik Solidaritas Organik
1. Pembagian kerja
6. Badan kontrol sosial
yang menghukum
yang menyimpang
Solidaritas tentunya tidak lepas dari makna gotong royong.
Hubungannya dengan gotong royong, Sajogyo mengatakan
bahwa gotong royong merupakan satu bentuk tolong menolong
yang umumnya berlaku pada daerah pedesaan Indonesia.
Gotong royong sebagai bentuk kerjasama antar individu,
individu dengan kelompok, dan diantara sesama kelompok
membuat suatu norma yang saling percaya untuk melakukan
kerjasama dalam menangani permasalahan yang menjadi
kepentingan bersama. Bentuk gotong royong seperti ini
merupakan salah satu bentuk solidaritas sosial, karena salah satu
sumber solidaritas adalah gotong royong.34
Gotong royong merupakan kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama dan bersifat suka rela dengan tujuan agar
kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah
dan ringan. Menurut Kentjoroningrat dalam Rary, gotong
royong atau tolong menolong dalam komunitas kecil bukan saja
tergolong oleh keinginan spontan untuk berbakti kepada sesama,
tetapi dasar tolong menolong adalah perasaan saling
membutuhkan yang ada dalam jiwa masyarakat.35
Perilaku masyarakat dalam kegiatan gotong royong
menunjukkan bentuk solidaritas dalam kelompok masyarakat
34
Siti Sholihah ‘Peran Masjid Cinere dalam Meningkatkan Solidaritas Sosial Mayarakat (Cinere-Depok), h. 34-35.
35
Rary, 2012, Bentuk-bentuk Gotong Royong Masyarakat Desa, (Diakses Senin, 4 April
tersebut. Gotong royong merupakan ciri bangsa Indonesia yang
berlaku secara turun-temurun sehingga membentuk perilaku
sosial yang nyata dalam tata nilai kehidupan sosial. Nilai
tersebut menjadikan kegiatan gotong royong selalu terbina
dalam kehidupan komunitas sebagai suatu warisan yang patut
untuk dilestarikan.
Gotong royong sebagai solidaritas sosial mengandung dua
pengertian, yaitu gotng royong dalam bentuk tolong menolong
dan gotong royong dalam bentuk kerja bakti. Keduanya
merupakan sama-sama bertujuan untuk saling meringankan
beban namun berbeda dalam hal kepentingan. Tolonng
menolong dilakukan untuk kepentingan perseorangan pada saat
kesusahan atau memerlukan bantuan dalam menyeesaikan
pekerjaannya sehingga pihak yang bersangkutan mendapat
keuntungan dengan adanya bentuan tersebut. Sedangkan kerja
bakti dilakukan untuk kepentingan bersama sehingga
keuntungannya pun dirasakan bersama baik bagi warga yang
bersangkutan maupun orang lain walaupun tidak turut serta
dalam kerja bakti. Guna memelihara nilai-nilai solidaritas sosial
dan partisipasi masyarakat secara sukarela dalam pembangunan
di era sekarang ini, maka perlu ditumbuhkan dari interaksi sosial
yang berlangsung karena ikatan kultural sehingga memunculkan
kebersamaan komunitas yang unsur-unsurnya meliputi:
seperasaan, sepenanggungan, dan saling butuh. Pada akhirnya
menumbuhkan kembali solidaritas sosial.
Menurut Koendjaraningrat dalam Suprihatin mengemukaan
konsep atau bentuk kegiatan gotong royong sebagai berikut :36
a) Gotong royong dalam kepentingan umum dalam masyarakat
desa, seperti siskamling, memperbaiki jalan, jembatan,
36
Suprihatin, “Perubahan Perilaku Bergotong Royong Masyarakat sekitar Persahaan
Tambang Batubara di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang”, Skripsi pada
bendungan irigasi, bangunan umum, dsb. Dalam hal ini
penduduk desa dapat bergerak untuk kerja bakti atas
perintah dari kepala desa.
b) Gotong royong dalam menangani musibah seperti kematian,
sakit, atau kecelakaan, dimana keluarga yang tertimpa
musibah tersebut mendapat pertolongan berupa tenaga dan
benda dari tetangga-tetangga dan orang lain yang tinggal di
desa sekitar.
c) Gotong royong dalam pesta atau hajatan, bantuan tidak
hanya dapat diminta dari kaum kerabat saja tetapi juga
tetangga untuk mepersiapkan dan penyelenggaraan pestanya.
b. Perilaku Konsumtif
1) Pengertian Perilaku Konsumtif
Kata konsumtif, bisa berarti sikap atau perilaku yang
senang membeli barang untuk mendapatkan prestise atau gengsi.37 Retno Widiastuti mengatakan bahwa perilaku
konsumtif adalah sebuah perilaku boros, yang mengkonsumsi
barang atau jasa secara berlebihan, yang lebih mendahulukan
keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas.
Perilaku konsumtif juga dapat diartikan sebagai gaya hidup
yang bermewah-mewahan.38
Kemudian Ratno Sumabi, dalam situs komunitas dari
Universitas Gunadarma, istilah konsumtif biasanya digunakan
pada masalah yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam
kehidupannya. Dewasa ini salah satu gaya hidup konsumen
yang cenderung terjadi di dalam masyarakat adalah gaya hidup
yang menganggap materi sebagai sesuatu yang bisa
37
Fitri Irfani, 2010, Pengaruh Iklan Fashion Majalah Terhadap Perilaku Konsumtif
Siswa SMAN 2 Kota Tangsel, Skripsi Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah, h. 24.
38
Fatimatul Fikriyah, 2009, Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif
pada Mahasiswa Program Non Reguler Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
mendatangkan kepuasan. Gaya hidup seperti ini dapat
menimbulkan adanya gejala konsumtifisme, sedangkan
konsumtifisme untuk membeli barang yang kurang atau tidak
diperlukan.39
Adapun menurut Tambunan menjelaskan bahwa perilaku
konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi
barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan
untuk mencapai kepuasan maksimal.40
Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu yang
semata-mata untuk memuaskan kesenangan serta lebih
mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Sehingga tanpa
pertimbangan yang matang seseorang begitu mudah
melakukan pengeluaran untuk macam-macam keinginan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.
Sejalan dengan pendapat di atas, penulis memiliki
pandangan yang sama mengenai perilaku konsumtif yaitu
perilaku individu yang ditujukan untuk mengkonsumsi tiada
batas terhadap barang dan jasa yang kurang atau tidak
diperlukan, hanya berdasarkan keinginan semata tanpa
pertimbangan yang rasional. Para perilaku konsumtif
berperilaku dengan demikian karena alasan-alasan tertentu
yang sebenarnya hanya berorientasi pada pencapaian
kepuasan, peningkatan kepercayaan diri serta ingin dianggap
keberadaannya di lingkungan mereka tinggal.
Perilaku konsumtif sebagian besar dilakukan kaum wanita.
Wanita mempunyai kecenderungan lebih besar untuk
berperilaku konsumtif dibandingkan pria. Hal ini disebabkan
konsumen wanita cenderung lebih emosional, sedang
39
Retno Sumabi, Konsep Konsumsi, konsumen, Konsumtif, Konsumerisme, Universitas
Gunadarma, www.wartawarga.com (11-06-2016, 20.42).
40
Nur Fitriyani dkk, Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Konsumtif pada
konsumen pria lebih nalar. Wanita sering menggunakan
emosinya dalam berbelanja. Wanita Kalau emosi sudah
menjadi raja sementara keinginan begitu banyak, maka yang
terjadi adalah mereka akan jadi pembeli yang royal.41
Tambunan menjelaskan kecenderungan perilaku konsumsi pria
yaitu mudah terpengaruh bujukan penjual, sering tertipu
karena tidak sabaran dalam memilih barang, mempunyai
perasaan kurang enak bila tidak membeli sesuatu setelah
memasuki toko, kurang menikmati kegiatan berbelanja
sehingga sering terburu-buru mengambil keputusan membeli.
Sebaliknya, perilaku konsumsi wanita yaitu lebih tertarik pada
warna dan bentuk, bukan pada hal teknis dan kegunaannya,
mudah terbawa arus bujukan penjual, menyenangi hal-hal yang
romantic daripada objektif, cepat merasakan suasana toko, dan
senang melakukan kegiatan berbelanja walau hanya windows shopping (melihat-lihat tapi tidak membeli).42
2) Faktor-faktor yang mempegaruhi perilaku konsumtif
Kotler mengatakan bahwa, “perilaku pembelian konsumen
dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan
psikologis”.
a) Faktor Budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting
bagi perilaku pembelian. Budaya terdiri dari sejumlah
sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi
khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup
kebangsaan, agama, kelompok ras, wilayah geografis. Pada
dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi
41
Rifa Dwi Styaning Anugrahati, 2014, Gaya Hidup Shopaholic sebagai bentuk Perilaku
Konsumtif pada Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Skripsi Sarjana Ilmu Sosial,
h. 1.
42
Habibah, 2014, Dampak Tunjangan Sertifikasi terhadap Gaya Hidup Konsumtif,
sosial. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk
kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogeny
dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para
anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku serupa.
b) Faktor sosial
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan
status sosial. Kelompok acuan membuat seseorang
menjalani perilaku dan gaya hidup baru dan mempengaruhi
perilaku serta konsep pribadi seseorang, kelompok acuan
menuntut orang untuk mengikuti kebiasaan kelompok
sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang akan
produk dan merek actual. Keluarga orientasiterdiri dari
orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua
seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan
ekonomi serta ambisi, pribadi, harga diri dan cinta.
c) Faktor pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia
dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi,
kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan gaya hidup
pembeli.
d) Faktor psikologis
Suatu perangkat proses psikologis berkombinasi
dengan karakter konsumen tertentu untuk menghasilkan
proses keputusan dan pembelian. Empat proses psikologis
penting-motivasi, persepsi, pembelajaran, dan
memori-secara fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen
terhadap berbagai rangsangan pemasaran.43
43
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analils, Perencanaan Pengendalian, Prentice
3) Aspek-aspek perilaku konsumtif
Ciri-ciri seseorang yang berperilaku konsumtif ditandai
dengan:
a) Pembeli ingin tampak berbeda dengan orang lain
Seseorang melakukan kegiatan membeli barang
dengan maksud untuk menunjukkan dirinya berbeda dengan
yang lainnya. Seseorang dalam memakai atau menggunakan
suatu barang selalu ingin lebih dari yang dimiliki orang lain.
b) Kebanggan diri
Orang biasanya akan merasa bangga apabila ia
dapat memiliki barang yang berbeda dari orang lain,
terlebih lagi apabila barang tersebut jauh lebih bagus
daripada milik orang lain.
c) Ikut-ikutan
Pada umumnya seseorang akan melakukan tindakan
pembelian yang berlebihan hanya untuk meniru orang lain
dan mengikuti trend mode yang sedang beredar dan bukan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
d) Menarik perhatian orang lain
Pembelian terhadap suatu barang dilakukan karena
seseorang ingin menarik perhatian orang lain dengan
menggunakan barang yang sedang popular saat ini.44
Menurut Lamarto, gejala-gejala konsumitivisme adalah :
1) Adanya pola konsumsi yang bersifat berlebihan, artinya
kecenderungan manusia untuk mengkonsumsi barang
tanpa batas (berfoya-foya) dan lebih mementingkan
faktor keinginan.
2) Pemborosan, artinya kecenderungan manusia yang
bersifat matrealistik dan hasrat yang besar untuk
44
memiliki benda-benda tanpa memperhatikan
kebutuhannya.
3) Kepuasan semu, artinya kepuasan yang seharusnya
dapat ditunda menjadi yang harus segera dipenuhi.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian dilakukan oleh Sri Hastuti (2007) di mana judul
penelitiannya adalah Gaya Hidup Remaja Pedesaan (Studi di Desa
Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara) dengan menggunakan metode Kualitatif. Hasil penelitian
tersebut ditemukan bahwa masyarakat mengalami perubahan dalam hal
gaya hidup yang mengarah ke perilaku konsumtif dalam
berpenampilan mengikuti perkembangan zaman.45
2. Penelitian dilakukan Ayi Budi Santosa (2010), meneliti tentang gotong
royong menggunakan metode kualitatif dengan judul Sikap Gotong
Royong pada Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus Kampung Batu Reog,
Lembang). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan gotong
royong masih ada dan terpelihara kelestariannya dengan adanya
kegiatan gotong royong seperti jum’at bersih, pembersihan makam,
gotong royong dalam menggalang dana untuk memeriahkan hari
kemerdekaan Indonesia, gotong royong dalam hajatan dsb.46
3. Penelitian dilakukan oleh Febri Cahya Gumelar (2012) yang berjudul
Dampak Perubahan Mata Pencaharian terhadap Perilaku Masyarakat di
Pantai Harapan Jaya Kabupaten Bekasi, dengan menggunakan metode
Kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tidak
mengalami perubahan yang signifikan yaitu masih berbau masyarakat
desa. Sedangkan perilaku yang berkaitan dengan perilaku ekonomi,
perilaku pola pikir dan perilaku gaya hidupnya, secara umum
mengalami perubahan, seperti pendapatan bertambah, pekerjaan tetap,
45
Sri Hastuti, Gaya Hidup Masyarakat Pedesaan, jurnal FISIP Universitas Sumut, Januari
2007, vol 1 no 2.
46
Ayi Budi Santosa. 2010. Sikap Gotong Royong Pada Masyarakat Perdesaan (Studi
hidup lebih konsumtif (boros), gaya hidup ke kota-kotaan dan
pergaulan dalam penampilan lebih glamaour serta lebih banyak
menggunakan sarana teknologi dalam komunikasinya.47
4. Penelitian dilakukan oleh Ana Rosita Sari (2006) yang berjudul
Industrialisasi dan Perubahan Pola Perilaku Masyarakat Desa (Studi
tentang Perubahan Pola Perilaku Sosial dan Perubahan Pola Perilaku
Ekonomi yang terjadi di Desa Tepas, Kec. Geneng, Kab. Ngawi) yang
menggunakan metode Kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi perubahan perilaku masyarakat dengan masuknya industrialisasi
yang secara tidak langsung terjadi perubahan mata pencaharian ke
sektor industri, pola perubahan perilaku ekonomi masyarakat
cenderung konsumtif. Sedangkan perilaku sosial masyarakat tidak
peduli pada lingkungan sekitarnya, individualistik. Rutinitas
masyarakat terpusat pada sektor industri sehingga rasa kebersamaan
sebagai ciri masyarakat menjadi pudar.48
5. Penelitian dilakukan oleh Elly (2006) yang berjudul Perilaku Konsumtif
Masyarakat Desa di Lingkungan Industri (Studi Deskriptif tentang
Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa Cangkrigmalang, Kecamatan
Beji, Kabupaten Pasuruan) yang menggunakan metode kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan perilaku konsumtif. Faktor yang
mempengruhi seperti untuk membandingkan, tidak ingin ketinggalan
zaman, tampil percaya diri, kepuasan, keren/gaul dan gengsi/kelihatan
kaya.49
47
Febri Cahya Gumelar, ‘Dampak Perubahan Mata Pencaharian terhadap Perilaku
Masyarakat (Studi Psikolog Sosial di Pantai Harapan Jaya Kabupaten Bekasi)’ Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2012.
48
Ana Rosita Sari, “Industrialisasi dan Perubahan Pola Perilaku Masyarakat Desa (Studi tentang Perubahan Pola Perilaku Sosial dan Perubahan Pola Perilaku Ekonomi yang terjadi di Desa
Tepas, Kec. Geneng, Kab. Ngawi), Skripsi Jurusan Sosiologi, Universitas Muhammadiyah
Malang, 2006.
49
Elly, “Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa di Lingkungan Industri (Studi Deskriptif
tentang Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa Cangkrigmalang, Kecamatan Beji, Kabupaten
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini difokuskan pada desa Tarikolot, Kecamatan
Citeureup, Bogor yang menjadi daerah sekitar kawasan industri. Tempat
ini dipilih karena desa tersebut merupakan desa yang paling dekat berada
dengan kawasan industri. Secara administratif, Desa Tarikolot berbatasan
dengan wilayah:
Sebelah Utara : Desa Citeureup
Sebelah Selatan : Desa Sukahati
Sebelah Timur : Desa Pasir Mukti
Sebelah Barat : Desa Karang Asem Timur
Untuk lebih jelasnya mengenai tempat penelitian dapat dilihat pada
gambar:
Waktu penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai September
2016. Berikut ini dijelaskan jadwal penelitian dalam bentuk tabel:
Tabel 3.1
2 Seminar Proposal
√ 3 Penyusunan Bab
I-III √
4 Penyusunan
Instrumen
Penelitian
√
5 Pengumpulan Data
√ 6 Pengolahan Data
dan Analisis Data
√
7 Pemeriksaan dan
Keabsahan Data
√
8 Penyerahan Hasil
Penelitian √
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam suatu
penelitian untuk memecahkan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari
dengan langkah-langkah yang relevan dengan masalah yang sudah
dirumuskan. Metode penelitian merupakan panduan bagi peneliti dalam
menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan. Metode yang
digunakan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah kualitatif.
“Meleong menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.50
Dimana menurut metode ini adalah metode yang dapat
menghasilkan data dalam bentuk deskriptif. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Taylor dan Bogdan yang mengemukakan bahwa metode
peneltian kualitatif ini dapat diartikan “Sebagai penelitian yang
menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis,
dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.”51
C. Populasi dan Sampel
Populasi menurut Sugiyono adalah “wilayah generalisasi yang
terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga objek
dan benda-benda alam yang lain”52.
Menurut pendapat Nursid Sumaatmadja, populasi adalah “keseluruhan gejala, individu, kasus dan masalah yang kita teliti, yang ada di daerah penelitian, menjadi obyek penelitian geografi itu meliputi kasus (masalah, peristiwa tertentu), individu (manusia baik sebagai perorangan, maupun sebagai kelompok), dan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya, politik) yang ada pada ruang geografi tertentu”.53
50
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 6.
51
Bagong Syanto, Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 166.
52
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 80.
53
Nursid Sumaatmadja, Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan,
Pendapat Suharsimi mengenai populasi adalah “Keseluruhan subjek penelitian”.54
Populasi menurut Moh. Pabundu Tika adalah himpunan atau objek
yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas”.55
Berdasarkan pernyataan diatas, populasi adalah keseluruhan dari
suatu objek maupun subjek dari suatu tempat penelitian. Populasi di
penelitian ini adalah keseluruhan warga masyarakat yang ada di Desa
Tarikolot.
Sampel menurut Moh. Pabundu Tika adalah “sebagian dari objek
atau individu-individu yang mewakili suatu populasi”.56
Pendapat lain menurut Suharsimi Arikunto adalah “sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”.57
Sampel sebagai setengah bagian dari suatu populasi, sampel ini
dijadikan sebagai pembatas dalam penarikan data. Sampel di dalam
penelitian ini berjumlah 13 orang yaitu Kepala Desa, tokoh masyarakat,
ketua RT, dan buruh pabrik.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam metode
ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan akan digunakan
untuk memperoleh data yang dibutuhkan agar dapat menunjang suatu
penelitian, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik dan
alat pengumpulan data sebagai berikut :
54
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h.173.
55
Moh. Pabundu Tika, Metode Penelitian Geografi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h
24.
56
Ibid.
57
32
1. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono, menyebutkan observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan.58 Observasi penelitian yaitu peneliti
langsung di lapangan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
lengkap tentang keadaan kondisi sosial masyarakat dan kesaharian
informan. Teknik ini dianggap kuat karena meskipun sasarannya
individu tetapi dapat memotret dunia sosial mereka sehingga dapat
menampilkan potret masyarakat secara keseluruhan. Data yang
diungkap melalui observasi antara lain keadaan sosial individu
informan, proses interaksi antar individu di dalam masyarakat.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap
muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancara (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepi, sikap, dan pola pikir
dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Karena wawancara itu dirancang oleh pewawancara maka hasilnya pun
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi pewawancara.59 Teknik
wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam.60
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono “Dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang”61. Dokumentasi dalam
penelitian ini mengambil segala kegiatan yang dilaksanakan sejak awal
penelitian hingga akhir penelitian dengan menggunakan kamera, alat
perekam, catatan kecil.
58
Sugiyono, op. cit., h. 218-219.
59
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (PT Bumi Aksara,
2013), h. 162.
60
Arif Sumantri, metodologi Penelitian Kesehatan. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 170.
61
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas dalam penelitian
kualitatif ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan cara dan tekhnik yang berbeda, terdapat dua macam triangulasi
untuk mengecek kreadibilitas data dalam penelitian ini.
1. Triangulasi sumber, digunakan unutk menguji kreadibiltas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Setelah didapatkan data selanjutnya data
dideskripsikan, dikategorisasikan, dan dicari yang lebih spesifik.
2. Triangulasi tekhnik, untuk menguji kreadibilatas data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang
berbeda.62
F. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi. Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan, hingga setelah di lapangan.63
Untuk menganalisis data-data yang terkumpul yang kemudian telah
diolah, maka digunakan beberapa tekhnik analisis data sebagai berikut:
1. Data reduksi, data yang di peroleh di tulis dalam bentuk laporan atau
data yang terperinci. Laporan yang di susun berdasarkan data yang di
peroleh di reduksi, di rangkum, di pilih hal-hal yang pokok di
fokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil akan memberikan
gambaran yang lebih mudah untuk melakukan pengumpulan data.
2. Data display, dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk seperti tabel, grafik dan sejenisnya. Penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antra
kategori, flowchart dan sejenisnya.
62
Ibid., h. 273.
63
Buchori Lapau. Metode Penelitian Kesehatan, Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis
3. Penarikan kesimpulan, kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang di rumuskan sejak
awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan
bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualittaif
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada
di lapangan.64
64
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung:
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Kondisi Geografis
Desa Tarikolot merupakan bagian dari Kecamatan
Citeureup yang merupakan bagian dari Kabupaten Bogor dengan
luas wilayah 250.05 Ha. Bentang alam Desa Tarikolot merupakan
dataran rendah dengan curah hujan 3002002/3500/Tahun, tingkat
kelembapan dengan suhu rata-rata 3500°C s/d 3800°C. Memiliki
tinggi tepat 94300.120 dari permukaan laut.
Batas-batas Desa Tarikolot antara lain sebelah utara
berbatasan dengan Desa Citeureup, Sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Sukahati, sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Pasir Mukti, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karang
Asem Timur.65 Secara tabel dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4.1
Batas Wilayah Desa Tarikolot
Batas Desa/Kelurahan Kecamatan
Sebelah Utara Citeureup Citeureup
Sebelah Selatan Sukahati Citeureup
Sebelah Timur Pasir Mukti Citeureup
Sebelah Barat Karang Asem Timur Citeureup
Sumber:Data dan Informasi Desa Tarikolot 2016
65
Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Citeureup
b. Kondisi Demografis
Desa yang memiliki jumlah penduduk sekitar 19.224 Jiwa pada
tahun 2016 dengan jumlah perbandingan Laki-laki sebanyai 9.870 Jiwa
dan Perempuan sebanyak 9.354 Jiwa. Berdasarkan jumlah Kepala
Keluarga (KK) berjumlah 4.931 KK, yang terbagi menjadi 4 (empat)
Dusun, 11 (sebelas) Rukun Warga (RW), dan 58 (lima puluh delapan)
Rukun Tetangga (RT).
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 9.870 Jiwa
2 Perempuan 9.354 Jiwa
Jumlah 19.224 Jiwa
Sumber: Data dan Informasi Desa Tarikolot 2016
Gambaran data penduduk berdasarkan usia Desa Tarikolot dapat