Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK POLIETILENA (PE) SEBAGAI MATRIKS KOMPOSIT DENGAN BAHAN PENGUAT SERAT KACA
SKRIPSI
OLEH :
KIKI ANGREINI SIAGIAN 040802027
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK POLIETILENA (PE) SEBAGAI MATRIKS KOMPOSIT DENGAN BAHAN PENGUAT SERAT KACA
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
OLEH :
KIKI ANGREINI SIAGIAN 040802027
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
PERSETUJUAN
Judul : PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK
POLIETILENA (PE) SEBAGAI
MATRIKS KOMPOSIT DENGAN BAHAN PENGUAT SERAT KACA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Juli 2009
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Prof. Basuki Wirjosentono.MS.Ph.D Drs. Darwin Yunus Nasution, MS
NIP. 130 809 725 NIP. 130 936 280
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
PERNYATAAN
PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK POLIETILENA (PE) SEBAGAI MATRIKS KOMPOSIT DENGAN BAHAN PENGUAT SERAT KACA
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2009
KIKI ANGREINI SIAGIAN 040802027
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
PENGHARGAAN
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan hidayah serta kemampuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini, yang berjudul “PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK POLIETILENA(PE) SEBAGAI MATRIKS KOMPOSIT DENGAN BAHAN PENGUAT SERAT KACA” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.
Terima kasih, penghargaan, dan penghormatan yang teramat dalam kepada Ayahanda tercinta Alm. Sy. Muzukasi Siagian dan Ibunda terbaik dan tercinta Sahara Pulungan, serta kepada kakanda Adelyanti Siagian dan Lina Marlina Siagian,SSi., kepada abang Andika Pangundian Siagian dan Budi Partisan Siagian, kepada abang iparku Firman H, kepada kakak iparku Euis dan Nenni H., kepada tanteku Alm.Masnur Pulungan, kepada adikku Novriyanti Nasution dan Gustika Evawani Nasution, kepada keponakanku Fikri, Amel, Zahra, Nisa, dan Naswa, beserta seluruh keluarga tercinta sebagai sumber cinta, motivasi dan kasih sayang terbesar bagi penulis.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Darwin Yunus Nasution, MS dan Bapak Profesor Basuki Wirjosentono, MS. Ph.D sebagai Dosen pembimbing I dan Dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan kepada penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini. Kepada Ibu Dra.Emma Zaidar, MSi selaku dosen wali, kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan MS dan Bapak Drs. Firman Sebayang MSi selaku ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, kepada Bapak/Ibu Staf Laboratorium Kimia Fisika dan Kimia Polimer, kepada seluruh Bapak/Ibu Staf Pengajar Departemen Kimia, serta seluruh staf pegawai Departemen Kimia.
Kepada sahabat dan rekan-rekanku di Lab Kimia Fisika/Polimer : Fendi, Sari, Tarra, Sri, dan Fadli atas perhatian, bantuan, dukungan, dan motivasi yang diberikan pada penulis, kepada Bang Pujo, Kak Ria, Kak Yana dan Kak Lili, kepada adik-adik di Lab Kimia Fisika/Polimer : Rina, Rahma, Mega, Misbah, Ami, Juki, Reni, Adi dan Nia atas kebersamaannya, penulis mengucapkan terima kasih. Juga kepada Kak Mas dan Bang Edi selaku staf Lab Kimia Fisika/Polimer yang telah memberikan banyak bantuan dan dorongan,penulis mengucapkan banyak terima kasih. Kepada teman-teman stambuk 2004 : Atun, Yeni, Pipit, Yusbarina, Raskita, Melva, Ester, Refa, Eve, Jasmer, Hisar, Dinand, Jhon, Ina, Mona, Iva, Wilda, Aisyah, Mangisi, Vera, Rosida, Desy, Marisi, Daus, Wespan, Malau, Hajrul, Kardianto, Andri, Yohanna, Julia, doly, ika, Desmi, Ridwan. Kepada sahabat-sahabatku : Awan, Hardi, Masro, Ilfah dan Cici, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Kepada teman-teman inde-kost khususnya Aand, Ami dan k’Dwi, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih. Serta kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini selesai dan kepada semua sahabat dan rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
ABSTRAK
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
THE USAGE OF POLYETHYLENE PLASTIC WASTE AS COMPOSITE MATRIX WITH FIBER GLASS AS REINFORCEMENT AGENT
ABSTRACT
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan
1.3. Pembatasan Masalah 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 4
1.6. Metodologi Penelitian 4
1.7. Lokasi Penelitian 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.4. Pengujian Kekuatan Tarik dan Kemuluran 12
2.5. Analisis Spektroskopi Infra Merah (FT-IR) 13
2.7. Analisis Termal Diferensial (DTA) 15
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN 17
3.1. Bahan-bahan yang digunakan 17
3.2. Alat-alat yang digunakan 17
3.3. Metode Penelitian 18
3.3.1. Pengambilan Sampel 18
3.3.2. Parameter Penelitian 18
3.3.5.1. Pencampuran Limbah Plastik PE-Serat Kaca
Tanpa Xilena 19
3.3.5.2. Pencampuran Limbah Plastik PE-Serat Kaca
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
3.5.2. Pembuatan Komposit dari Perbandingan Komposisi Optimal
Matriks Limbah Plastik PE dan Bahan Penguat Serat Kaca
dengan Penambahan Bahan Pembasah Xilena dengan Variasi
Konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%. 24
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25
4.1. Pengujian Sifat Mekanik Komposit dengan Variasi Perbandingan
Komposisi Matriks Limbah Plastik PE dan Bahan Penguat Serat
Kaca Tanpa Penambahan Bahan Pembasah Xilena 25
4.2. Pengujian Sifat Mekanik Komposit dari Perbandingan Optimal
Matriks Limbah Plastik PE dan Bahan Penguat Serat Kaca dengan
Penambahan Variasi Konsentrasi Bahan Pembasah Xilena 26
4.3. Analisis Termal dengan Menggunakan Analisis Termal
Deferensial (DTA) 26
4.4. Analisis Skanning Elektron Mikroskopi (SEM) 28
4.5. Analisis Spektrum Infra Merah (FT-IR) 29
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 30
5.1 Kesimpulan 30
5.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pengelompokan Bahan Pengisi 8
Tabel 2.2. Komposisi kaca yang biasa digunakan untuk produksi serat 10
Tabel 3.1 Bahan-bahan Penelitian 17
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Polimerisasi Etilena 12
Gambar 3.1 Bentuk Spesimen Uji Tarik dan Kemuluran
ASTM D-638-72-Tipe IV 20
Gambar 4.1 Foto SEM Komposit PE dan Serat Kaca Tanpa Penambahan Xilena 27
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.a Tabel 1. Data Hasil Pengujian Kekuatan Tarik ( t) dan
Kemuluran ( ) Komposit dengan Variasi Perbandingan
Komposisi PE dan Serat Kaca Tanpa Penambahan Xilena 34
Lampiran 1.b Tabel 2. Data Hasil Pengujian Kekuatan Tarik ( t) dan
Kemuluran ( ) Komposit dari Perbandingan Optimal Matriks PE
dan Serat Kaca dengan Penambahan Variasi Konsentrasi Xilena 34
Lampiran 2.a. Termogram Analisis DTA Limbah Plastik Polietilena (PE) 35
Lampiran 2.b. Termogram Analisis DTA Komposit Limbah Plastik PE dan Serat
Kaca Tanpa Penambahan Xilena 36
Lampiran 2.c. Termogram Analisis DTA Komposit Limbah Plastik PE dan Serat
Kaca dengan Penambahan Xilena 37
Lampiran 3.a. Spektrum FT-IR Polietilena Komersil 38
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Polietilena adalah salah satu polimer terbesar penggunaannya dan produksinya
pertahun. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa penggunaan
polietilena di Indonesia adalah sebesar 1.528.623 ton pada tahun 2004 dengan
perkiraan laju pertumbuhan 7% sampai 9% pertahun.
Masalah yang ditimbulkan plastik bekas (jenis polietilena) terutama yang
berbentuk kemasan kantong plastik disebabkan karena sifatnya yang sangat sukar
terurai dalam tanah, sehingga dapat mencemari lingkungan
(http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=89).
Salah satu penanganan plastik bekas adalah dengan cara daur ulang, namun
mutunya tidak sebaik olahan plastik segar. Cara lainnya yaitu dengan cara
memodifikasinya menjadi suatu material baru dengan penambahan bahan pengisi
ataupun penguat untuk meningkatkan mutu dan kegunaannya.
Material inilah yang disebut material komposit. Material komposit terdiri
lebih dari satu tipe material dan dirancang untuk mendapatkan kombinasi karakteristik
terbaik dari setiap komponen penyusunnya
(http://www.forumsains.com/teknologi_material_komposit).
Pada plastik berpenguat serat, serat dan plastik dengan beberapa sifat fisik dan
mekanik yang bagus, digabung untuk menghasilkan suatu material yang memiliki sifat
baru dan unggul. Serat biasanya memiliki kekuatan dan modulus yang sangat tinggi,
tetapi biasanya sangat gampang rusak. Plastik mungkin rapuh, tapi biasanya memiliki
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
akan dihasilkan suatu material yang memiliki kekuatan dan kekakuan seperti serat dan
ketahanan kimia yang seperti plastik (Hull, D., 1988).
Akan tetapi, pencampuran antara plastik dengan bahan pengisi atau bahan
penguatnya ini tidak bercampur secara homogen, sehingga menghasilkan campuran
yang tidak kompatibel. Peningkatan kompatibilitas campuran ini dapat dilakukan
dengan penambahan bahan pendispersi yang berfungsi sebagai pelunak dan pembasah
pada matriks polimer (Wirjosentono, B., 1995).
Serat kaca banyak digunakan sebagai bahan penguat untuk banyak produk
plastik; material komposit yang dihasilkan dikenal sebagai plastik diperkuat gelas
(glass-reinforced plastic, GRP). Komposit plastik diperkuat gelas ini banyak
digunakan pada industri penerbangan, seperti pada sayap pesawat terbang, badan
pesawat terbang, pada industri perabotan, seperti : pembuatan rumah, kursi, meja, dan
lain-lain
Penambahan serat kaca yang memiliki kekakuan dan kekuatan yang tinggi
pada matriks polietilena akan mengakibatkan peningkatan dari kekuatan tarik dan
modulus elastisitasnya (Akutin, M.S, Et all, 1972).
Hasil penelitian oleh Tarra (2009) yang menggunakan serat kaca berupa serat
pendek untuk memperkuat plastik jenis Polietilena Tereftalat (PET) dengan
penambahan bahan pembasah orto klorofenol dapat meningkatkan adhesi antara
permukaan matriks PET dengan permukaan serat kaca.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mencoba memanfaatkan limbah plastik
polietilena sebagai matriks komposit dengan bahan penguat serat kaca serta
penambahan bahan pembasah xilena yang berperan meningkatkan gaya adhesi dan
interaksi fisik antara matriks PE dan bahan penguat serat kaca, yang diharapkan dapat
digunakan untuk menghasilkan komposit yang memiliki sifat fisik dan mekanis yang
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
1.2 Permasalahan
1. Apakah limbah plastik polietilena (PE) dapat digunakan sebagai matriks
komposit dengan bahan penguat serat kaca?
2. Bagaimanakah pengaruh komposisi serat kaca terhadap sifat mekanis dari
komposit yang dihasilkan?
3. Bagaimanakah pengaruh penambahan bahan pembasah xilena terhadap sifat
mekanis dan fisik komposit limbah plastik PE dengan bahan penguat serat
kaca?
1.3 Pembatasan Masalah
1. Limbah plastik yang digunakan adalah limbah plastik polietilena (PE) dari
kantong plastik bening.
2. Parameter yang diamati dari komposit yang dihasilkan meliputi sifat mekanik
yaitu analisis kuat tarik dan kemuluran, gugus fungsi diamati dengan analisis
spektroskopi infra merah (FT-IR), ketahanan termal dengan menggunakan
analisis termal diferensial (DTA), dan analisis permukaan dengan
menggunakan alat skanning elektron mikroskopi (SEM).
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah limbah plastik PE dapat digunakan sebagai matriks
dalam pembuatan komposit.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari komposisi serat kaca sebagai bahan penguat
terhadap sifat mekanis dari komposit yang dihasilkan.
3. Untuk mengetahui pengaruh dari penambahan bahan pembasah xilena
terhadap sifat mekanis dan fisik dari komposit limbah plastik PE dengan bahan
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu komposit dari
matriks limbah plastik polietilena (PE) dengan bahan penguat serat kaca yang
memiliki sifat fisik dan mekanis yang lebih baik serta dapat menghasilkan suatu
bahan baku plastik yang mempunyai nilai tambah yang digunakan dalam bidang
industri.
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium. Pembuatan komposit berupa
film tipis dengan ketebalan 2 mm berdasarkan ASTM D-638-72-tipe IV dengan
variasi komposisi limbah plastik PE : kaca serat (b/b) yaitu (90:10), (80:20),
(70:30), (60:40), (50:50) (%) dan variasi konsentrasi xilena dalam n-heksana
sebagai bahan pembasah yaitu 5%, 10%, 15%, 20%, 25% yang dilakukan dengan
suhu penekanan 140oC.
Pengambilan data dari komposit tersebut meliput i:
1. Data pengukuran nilai kekuatan tarik ( t) dan kemuluran ( ) diperoleh dengan
menggunakan seperangkat alat uji kuat tarik dan kemuluran.
2. Data analisis gugus fungsi diperoleh dengan menggunakan Fourier Transform
Infrared (FT-IR).
3. Data analisis ketahanan termal diperoleh dengan menggunakan Differential
Thermal Analysis (DTA).
4. Data analisis permukaan dengan menggunakan alat Scanning Electron
Microscopy (SEM).
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Kaca (b/b), yaitu (90:10), (80:20), (70:30), (60:40), (50:50)
(%).
- Variasi konsentrasi xilena : 5%, 10%,15%, 20% dan 25%
- Variabel tetap : - Suhu penekanan : 140oC
- Waktu penekanan : 20 menit
- Varabel terikat : - Kuat tarik dan kemuluran
- Ketahanan termal
- morfologi permuka an
1.7 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Fisika, laboratorium Kimia
Polimer, laboratorium Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara dan laboratorium Skanning Elektron
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposit
Tidak ada pengertian yang pasti tentang material komposit, tetapi dari banyak studi
yang dilakukan, memberikan beberapa indikasi untuk menjelaskan tentang
pengertiannyanya. Ada tiga hal penting yang termasuk dalam pengertian komposit
untuk penggunaannya dalam berbagai aplikasi.
(i) Bahan ini terdiri dari dua atau lebih material yang berbeda sifat fisik dan
mekanisnya.
(ii) Komposit ini dapat dibuat dengan mencampurkan material-material
berbeda sifat ini dalam berbagai cara dimana pemasukan dari satu material
ke dalam material lainnya dilakukan dengan suatu cara terkontrol untuk
memperoleh sifat yang optimum.
(iii) Sifat-sifatnya unggul, dan cukup unik jika ditinjau dari beberapa hal,
dibandingkan dengan sifat dari komponen penyusunnya
(Hull, D.,1998).
Unsur penyusun suatu bahan komposit terdiri atas matriks dan penguat
(reinforcement). Bagian dominan yang mengisi komposit disebut dengan matriks
sedangkan bagian yang tidak dominan disebut penguat (Humaidi, 1998).
Pada dasarnya komposit dapat didefenisikan sebagai campuran makroskopik
dari serat dan matriks. Serat umumnya jauh lebih kuat dari matriks dan berfungsi
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
efek lingkungan dan kerusakan akibat benturan. Teknologi komposit saat ini telah
banyak menggunakan karbon murni sebagai serat. Serat karbon memiliki kekuatan
yang jauh lebih baik jika dibandingkan serat kaca tapi biaya produksinya juga lebih
mahal. Komposit dari serat karbon juga memiliki sifat ringan dan juga kuat. Komposit
ini juga banyak digunakan untuk struktur pesawat terbang, alat-alat olahraga, dan terus
meningkat digunakan sebagai pengganti tulang yang rusak.
Secara umum ada tiga efek kombinasi yang ditawarkan oleh komposit yang
berbeda dari penyusunnya, yaitu :
1. Penambahan, menghasilkan komposit dengan seluruh sifat-sifat penyusunnya.
2. Komplementasi, dimana tiap penyusun akan saling menutupi sifat satu sama
lain dengan cara menyumbangkan sifat-sifat yang berbeda dan terpisah.
3. Interaksi yang terjadi apabila sifat dari penyusun terikat dengan sifat penyusun
lainnya (Scwartz, 1984).
Ciri bahan komposit ialah energi retakan besar, mudah dibuat dari berbagai zat
penguat dan matriks, sifat-sifatnya pun beraneka ragam, yaitu :
1. Kekuatannya dapat jauh lebih besar daripada bahan kontruksi biasa.
2. Dapat dibuat sangat tegar (kaku) daripada bahan kontruksi lain.
3. Rapatannya rendah (ringan).
4. Kekuatan besar, termasuk pada suhu tinggi.
5. Ketahanan oksidasi serta korosinya memuaskan.
6. Muaian termal rendah dan dapat dikontrol baik.
7. waktu (usia) patah-tegangan lebih baik daripada kebanyakan logam.
8. Sifat produk dapat diatur terlebih dulu, disesuaikan dengan penerapannya.
9. Daya hantar termal dan listrik dapat diatur.
10.Pabrikasi komponen berukuran besar lebih mudah dan murah daripada logam
biasa (Feldman, D., et al, 1995).
Secara umum, sifat-sifat komposit ditentukan oleh :
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
2. Sifat-sifat resin
3. Rasio serat terhadap resin dalam komposit
4. Geometri dan orientasi serat pada komposit
Pada plastik berpenguat serat, serat dan plastik dengan beberapa sifat fisik dan
mekanik yang bagus, digabung untuk menghasilkan suatu material yang memiliki sifat
baru dan unggul. Serat biasanya memiliki kekuatan dan modulus yang sangat tinggi,
tetapi biasanya sangat gampang rusak. Plastik mungkin rapuh, tapi biasanya memiliki
ketahanan kimia yang cukup tinggi. Dengan menggabungkan serat dan plastik, maka
akan dihasilkan suatu material yang memiliki kekuatan dan kekakuan seperti serat dan
ketahanan kimia yang seperti plastik (Hull, D., 1988).
2.2. Bahan Pengisi
Bahan pengisi adalah bahan yang digunakan untuk ditambahkan pada bahan polimer
untuk meningkatkan sifat-sifatnya dan kemampuan pemrosesan atau untuk
mengurangi biaya. Bahan pengisi haruslah inert artinya bahan tersebut tidak bereaksi
dengan fase matriks (plastik) campuran fisik, sering dilakukan antara resin
termoplastik/karet atau termoplastik/filler (Oliver,H.A.T., 1994).
Penggunaan bahan pengisi secara luas dapat menghasilkan perubahan berikut
dalam sifat-sifat termoplastik suatu matrik polimer.
1. bertambahnya densitas
2. bertambahnya modulus elastisitas, pemadatan dan pengerasan bahan
3. peningkatan kekuatan kualitas permukaan
4. berkurangnya penyusutan bahan
( Schlump, 1990 ).
Bahan pengisi yang digunakan dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu organik
dan anorganik dan setiap kelompok ini dibagi kedalam tipe jenis berserat (fibrous) dan
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Tabel 2.1. Pengelompokan bahan pengisi
Tipe Organik Anorganik
Berserat. Tepung kayu, kapas,
selulosa kayu murni.
Asbestos, serat kaca.
Tidak berserat. Karbon hitam, grafit,
serbuk gabus.
Kaca serat (Bahasa Inggris : fiber glass) atau sering diterjemahkan menjadi serat gelas
adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm
- 0,01 mm. Dia juga digunakan sebagai bahan penguat untuk banyak produk plastik;
material komposit yang dihasilkan dikenal sebagai plastik diperkuat gelas
(glass-reinforced plastic, GRP) atau epoxy diperkuat glass-fiber (GRE), disebut "fiberglass"
dalam penggunaan umumnya
Berbagai komposisi yang berbeda-beda dari mineral kaca telah digunakan untuk
memproduksi serat. Yang paling umum adalah terbuat dari silika (SiO2) dengan
penambahan kalsium oksida, boron oksida, sodium oksida, besi oksida dan aluminium
oksida. Kaca-kaca ini biasanya memiliki bentuk yang amorphous (tidak teratur),
meskipun beberapa diantaranya memiliki bentuk yang kistalin disebabkan pemanasan
yang sangat lama pada suhu yang tinggi. Hal ini biasanya digunakan untuk mereduksi
kekuatannya. Tipe susunan dari 3 serat kaca yang umum diketahui digunakan pada
pembuatan material komposit ditunjukkan pada tabel 2.2.
Tipe E (E untuk elektrikal/listrik) adalah tipe yang paling umum digunakan karena
bagus pemakaiannya dan memilki kekuatan, kekakuan, daya hantar listrik, dan daya
terhadap cuaca yang bagus. Tipe C (C untuk korosi) memiliki tahanan yang lebih
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
kekuatannya lebih rendah. Tipe S lebih mahal daripada tipe E, tapi memiliki modulus
Young yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap temparatur. Tipe ini digunakan
untuk aplikasi khusus, seperti pada industri penerbangan dimana modulus yang tinggi
menentukan biaya ekstra.
Tabel 2.2. komposisi kaca yang biasa digunakan untuk produksi serat (semua nilainya dalam wt %)
Catatan : Data dari pabrik serat kaca (Hull, D., 1995).
2.3. Plastik
Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka
terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari
zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi
Plastik adalah bahan polimer yaitu suatu bahan yang terdiri dari ratusan
bahkan ribuan atom yang terbentuk dari rangkaian berulang beberapa molekul yang
kecil yang membentuk rangkaian (Hall, 1990).
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Polimer-polimer yang tidak berikat silang (linier atau bercabang) biasanya bisa larut
dalam beberapa pelarut, dan dalam banyak hal, mereka akan melebur atau mengalir.
Materi-materi demikian dikatakan sebagai termoplastik (Stevens, M.P., 2001).
Dari golongan ini ada 4 bahan komoditas yang terkenal yaitu polietilena (PE),
polietilena tereftalat (PET), polipropilena (PP), polistirena (PS), dan poli vinil klorida
(PVC) (Hall, 1990).
2.3.2. Polietilena (PE)
Polietilena adalah polimer termoplastik yang banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya untuk membuat plastik pembungkus makanan, mainan
anak-anak, tabung dan botol plastik, packing, pelapis kabel, pipa dan lain-lain (Cowd,M.A.,
2001).
Polietilena merupakan bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih dan
mempunyai titik leleh yang bervariasi antara 110-137 0C. Umumnya polietilena
bersifat tahan terhadap zat kimia. Pada suhu kamar polietilena tidak larut dalam
pelarut organik dan pelarut anorganik, polietilena dapat teroksidasi di udara pada suhu
tinggi dengan sinar ultraviolet. Struktur rantai polietilena dapat berupa linier,
bercabang, ataupun berikatan silang (Billmeyer, 1984)
Polietilena dibagi menjadi produk massa jenis rendah (<0,94 g/cm3) dan
produk massa jenis tinggi (>0,94 g/cm3). Perbedaan dalam massa jenis ini timbul dari
strukturnya yaitu polietilena massa jenis tinggi adalah merupakan polimer linier dan
polietilena massa jenis rendah adalah merupakan polimer bercabang (Cowd,M.A.,
2001).
Polietilena massa jenis rendah sebagiannya (50-60%) adalah padatan kristalin,
meleleh pada suhu kira-kira 115oC, dengan massa jenis antara 0,91 g/cm3- 0,94 g/cm3.
polietilen jenis ini dapat larut dalam banyak pelarut pada suhu di atas 100oC, tapi
hanya sedikit pelarut yang dapat melarutkannya pada atau mendekati suhu kamar
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Polietilena massa jenis tinggi sebagian besar adalah padatan kristalin (di atas
90%), mengandung kurang dari 1 rantai/200 atom karbon pada cabang utama. Titik
lelehnya di atas 127oC (atau 135oC), dan massa jenisnya antara 0,95 g/cm3- 0,97 g/cm3
(Billmeyer, 1984).
Reaksi adisi adalah sebuah reaksi dimana dua atau lebih molekul bergabung
membentuk suatu produk yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap. Selama
polimerisasi etilena, ada ribuan molekul etilena yang bergabung bersama membentuk
polietilena.
Gambar 2.1. Polimerisasi etilena
Polietilena berkepadatan rendah biasa digunakan untuk barang-barang umum
seperti tas plastik dan material-material serupa lainnya yang fleksibel dan berkekuatan
rendah. Poli(etena) berkepadatan tinggi biasa digunakan untuk membuat
barang-barang seperti botol susu plastik dan wadah-wadah yang serupa, baskom cuci, pipa
plastik dan sebagainya. Biasanya terdapat huruf-huruf HDPE di dekat simbol
daur-ulang pada produk-produk tersebut
2.4. Pengujian Kekuatan Tarik dan Kemuluran
Pengujian sifat mekanik bahan polimer sangat penting karena penggunaan bahan
polimer sebagai bahan industri sangat bergantung pada sifat mekanisnya. Sifat
mekanik polimer merupakan salah satu sifat yang sering digunakan untuk
karakterisasi suatu bahan polimer. Sifat mekanik merupakan gabungan antara
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
macam ikatan dalam bahan polimer, yakni ikatan yang kuat antara atom dan interaksi
antara rantai polimer yang lemah.
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer. Kekuatan tarik
suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum (Fmaks) yang digunakan
untuk memutuskan spesimen bahan dibagi dengan luas penampangnya pada keadaan
semula.
Bila suatu bahan dikenakan beban tarikan yang disebut tegangan (gaya
persatuan luas), maka bahan akan mengalami perpanjangan (regangan). Selain besaran
kekuatan tarik ( ), sifat mekanik bahan juga diamati dari sifat kemulurannya ( ) yang
didefenisikan sebagai pertambahan panjang yang dihasilkan oleh ukuran panjang
spesimen akibat gaya yang diberikan.
%
I0 = Panjang spesimen mula-mula (mm)
It = Panjang spesimen setelah diberi beban (mm)
Besaran kemuluran ini berguna juga untuk mengamati sifat plastis dari bahan polimer
(Wirjosentono, B., 1993).
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Dua variasi instrumental dari spektroskopi infra merah yaitu metode dispersif yang
lebih tua, dimana prisma atau kisi dipakai untuk mendispersikan radiasi infra merah,
dan metode Fourier Transform (FT) yang lebih akhir, yang menggunakan prinsip
interferometri.
Kelebihan-kelebihan dari FT-IR mencakup persyaratan ukuran sampel yang
kecil, perkembangan spektrum yang cepat, dan karena instrumen ini memiliki
komputer yang terdedikasi, kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi
spektrum(Stevens, M.P., 2001).
Pada saat ini spektrofotometer infra merah sering digunakan untuk keperluan
analisa kuantitatif, akan tetap sering juga digunakan untuk analisa kualitatif dengan
spektrofotometer ultra-lembayung dan sinar tampak. Penggunaan spektrofotometer
infra merah dimaksudkan untuk analisa yang lebih banyak ditujukan untuk identifikasi
senyawa organik.
Pada tahun 1935 beberapa perusahaan kimia telah menggunakan
spektrofotometer infra merah untuk analisa kuantitatif senyawa organik. Hal ini
mungkin disebabkan spektrum infra merah senyawa organik yang bersifat khas karena
mempunyai gugus fungsi yang berbeda-beda. Sehingga senyawa yang berbeda akan
mempunyai struktur yang berbeda pula. Sistem analisa spektroskopi infra merah telah
memberikan keunggulan dalam mengkarakterisasi senyawa organik dan formulasi
bahan-bahan polimer.
Analisa infra merah menyangkut penentuan gugus fungsi dari molekul yang
memberikan regangan pada daerah serapan infra merah. Dimana daerah serapan infra
merah terletak antara spektrum elektromagnetik sinar tampak dan spektrum radio
yaitu 4000-400 cm-1. Ahli kimia organik pada tahun 1930 secara serius mulai
memikirkan spektra infra merah sebagai salah satu yang memungkinkan untuk
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Analisis infra merah memberikan informasi tentang kandungan aditif, panjang
rantai, struktur polimer. Di samping itu analisis mengenai bahan polimer yang
terdegradasi oksidatif dengan munculnya gugus karbonil dan pembentukan ikatan
rangkap rantai polimer. Gugus lain yang menunjukkan terjadinya degradasi oksidatif
adalah gugus karbonil dan karboksilat. Umumnya pita serapan polimer pada spektrum
infra merah adalah adanya ikatan C-H regangan pada daerah 2880 cm-1 s/d 2900 cm-1
dan regangan dari gugus lain yang mendukung suatu analisa mineral(Hummel, D.O.,
1985).
2.6. Analisis Termal Differansial (DTA)
Analisis termal deferensial atau lebih dikenal dengan istilah (DTA) merupakan salah
satu metode yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan sifat termal suatu bahan
polimer. Metode analisis ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui perbedaan
temperatur lebur antara sampel dan senyawa pembanding, baik perbandingan itu
dilakukan terhadap waktu ataupun terhadap temperatur. Perubahan daripada
temperatur (∆T) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Rabek, J.F., and B. Ranlay, 1975).
Analisis termal deferensial adalah metode yang digunakan untuk memeriksa
pengaruh termal meliputi perubahan sifat fisika dan kimia dalam suatu sampel dimana
temperaturnya divariasikan sampai terjadi transisi atau reaksi. Hal ini dilengkapi
batasan-batasan proses pemanasan ataupun pendinginan(Cheremisinoff, N.P.,1990).
Dengan analisis termal diferensial, sampel dan referensi keduanya dipanaskan
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
gelas atau ikat silang, temperatur sampel akan tertinggal di belakang temperatur
referensi jika transisi tersebut endotermik, dan akan mendahului jika transisi tersebut
eksotermik(Stevens, M.P., 2001).
2.7. Skanning Elektron Mikroskopi (SEM)
Skanning Elektron Mikroskopi (SEM) merupakan alat yang dapat membentuk
bayangan permukaan. Struktur permukaan suatu benda uji dapat dipelajari dengan
mikroskop elektron pancaran karena jauh lebih mudah untuk mempelajari struktur
permukaan itu secara langsung.
Pada dasarnya SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron untuk
dipantulkan atau berkas sinar elektron sekunder. SEM menggunakan prinsip scanning
dengan prinsip utamanya adalah berkas elektron diarahkan pada titik-titik permukaan
spesimen. Gerakan elektron diarahkan dari satu titik ke titik lain pada permukaan
spesimen.
Jika seberkas sinar elektron ditembakkan pada permukaan spsimen maka
sebagian dari elektron itu akan dipantulkan kembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika
permukaan spesimen tidak rata, banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang maka tiap
bagian permukaan itu akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang
berbeda dan jika ditangkap detektor akan diteruskan ke sistem layer dan akan
diperoleh gambaran yang jelas dari permukaan spesimen dalam bentuk tiga dimensi
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Bahan-bahan penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu :
Tabel 3.1. Bahan-bahan penelitian
Nama bahan Spesifikasi Merek
Limbah plastik PE
Serat kaca
n-heksana p.a E.Merck
Xilena p.a E.Merck
3.2. Alat-alat penelitian
Adapun alat-alat yang digunakan yaitu :
Tabel 3.2. Alat-alat penelitian
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Neraca analitik Presisi ±0,0001 g Mettler Toledo
Gelas ukur 10 mL Pyrex
Seperangkat alat FT-IR Shimadzu FT-IR-8201 PC
Seperangkat alat analisis
termal differensial
Shimadzu DT-30
Seperangkat alat SEM Shimadzu ASM-SX
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Pengambilan Sampel
Sampel limbah plastik polietilena (PE) yang merupakan limbah dari kantong plastik
bening yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan metode sampel acak
sederhana.
3.3.2. Parameter Penelitian
Dalam penelitian ini, parameter yang diukur adalah sifat mekanis yaitu nilai kekuatan
tarik dan kemuluran, sifat ketahanan termal, serta analisis permukaan dari komposit
limbah plastik PE dengan serat kaca dengan variasi perbandingan komposisi (b/b)
yaitu (90:10), (80:20), (70:30), (60:40), (50:50) (%) dan dengan variasi konsentrasi
xilena dalam n-heksana sebagai bahan pembasah yaitu 5%, 10%, 15%, 20%, 25%
yang dilakukan pada suhu penekanan 140oC.
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Limbah kantong plastik bening direndam dan dicuci sampai bersih lalu dikeringkan
kemudian dipotong-potong halus. Selanjutnya diletakkan dalam lempengan berukuran
15 cm x 15 cm yang telah dilapisi aluminium foil. Lempengan kemudian diletakkan di
antara pemanas mesin pencetak tekan pada suhu 1400C selama 3 menit tanpa tekanan.
Pemanasan dilanjutkan pada suhu yang sama dengan memberikan tekanan ± 100 kN
selama 20 menit. Kemudian lempengan diambil dan didinginkan dengan air.
Selanjutnya dibentuk spesimen dan dianalisis dengan analisis spektroskopi infra
merah untuk melihat gugus fungsinya, apakah limbah plastik tersebut termasuk jenis
polietilena.
3.3.4. Preparasi Sampel
3.3.4.1. Penyiapan Limbah Plastik PE
Limbah plastik PE direndam dan dicuci sampai bersih lalu dikeringkan kemudian
dipotong-potong halus.
3.3.4.2. Penyiapan Serat Kaca
Serat kaca dipotong kecil-kecil hingga berbentuk serat pendek dengan ukuran ± 2cm.
3.3.5. Pembuatan Campuran
3.3.5.1. Pencampuran Limbah Plastik PE-Serat Kaca Tanpa Xilena
Limbah plastik PE yang telah dipotong-potong halus dicampur dengan serat kaca
berbentuk serat pendek dengan variasi perbandingan komposisi (b/b) (90:10), (80:20),
(70:30), (60:40), dan (50:50) (%) hingga merata.
3.3.5.2. Pencampuran Limbah Plastik PE-Serat Kaca dengan Xilena
Limbah plastik PE yang telah dipotong halus dicampur dengan serat kaca berbentuk
serat pendek dengan perbandingan optimal hingga merata. Campuran ini kemudian
ditambahkan dengan bahan pembasah xilena dengan variasi konsentrasi 5%,10%,
15%, 20%, dan 25%.
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Hasil pencampuran diletakkan dalam lempeng baja yang berukuran 15 cm x 15 cm
yang telah dilapisi dengan aluminium foil. Lempengan kemudian diletakkan di antara
pemanas mesin pencetak tekan yang telah dipanaskan pada suhu 140oC selama 3
menit tanpa tekanan. Pemanasan dilanjutkan pada suhu yang sama dengan
memberikan tekanan 100 kN selama 20 menit. Kemudian lempengan diambil dan
didinginkan di dalam air. Perlakuan ini dilakukan untuk masing-masing variasi
komposisi campuran PE dan serat kaca
3.3.7. Penyediaan Spesimen dan Karakterisasi Hasil Spesimen
3.3.7.1. Analisis Kekuatan Tarik dan Kemuluran
Film hasil spesimen dipilih dengan ketebalan 2 mm dan dipotong membentuk
spesimen untuk uji tarik dan kemuluran sesuai dengan ASTM D-638-72-Type IV.
Seperti pada gambar berikut :
115 mm
Gambar.3.1. Bentuk Spesimen Untuk Analisis Kuat Tarik dan Kemuluran ASTM D-
638-72-Type IV.
Alat uji tarik terlebih dahulu dikondisikan pada beban 100 kgf dengan kecepatan
penarikan 10 mm/menit, kemudian spesimen dijepit kuat dengan alat penjepit, lalu
mesin dihidupkan dan spesimen akan tertarik ke atas, spesimen diamati sampai putus.
Dicatat tegangan maksimum (Fmaks) dan regangannya. Data pengukuran tegangan
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
3.3.7.2.Analisis Sifat Termal dengan Metode Differential Thermal Analysis (DTA)
Spesimen ditimbang dengan berat 30 mg dalam cawan cuplikan. Setelah alat dalam
keadaan setimbang, suhu dinaikkan dari 20oC-600oC, kecepatan kenaikan suhu
10oC/menit, termokopel/mV = PR/15 mV : DTA range ± 200 µV dan kecepatan grafik
2.5 mm/menit. Hasil dicatat berupa termogram.
3.3.7.3. Analisis Gugus Fungsi dengan Spektroskopi Infra Merah (FT-IR)
Spesimen dijepit pada tempat sampel kemudian diletakkan pada alat ke arah sinar
infra merah. Hasilnya akan direkam ke dalam kertas berskala aluran kurva bilangan
gelombang terhadap intensitas sinar berupa grafik spektrum.
3.3.7.4. Analisis Permukaan dengan Skanning Elektron Mikroskopi (SEM)
Ruang mikroskop pada bagian dalam alat Shimadzu ASM-SX dibuat menjadi kedap
udara. Sumber listrik 30 kV dibuka secara perlahan hingga mencapai tegangan 20 kV.
Sampel diletakkan melintang di atas gelas preparat dan dimasukkan dalam ruang
mikroskop yang telah kedap udara dari luar. Tampilan gambar permukaan sampel
dapat dilihat pada layer tabung sinar katoda. Tampilan gambar difoto pada layer
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
3.4. Analisis Data
Data yang diperoleh dihitung dan kemudian ditabulasi.
1. Untuk data kekuatan tarik dan kemuluran, setelah dilakukan penelitian
diperoleh nilai tegangan (Fmaks) dan regangan (Ii-Io), maka dapat ditentukan
nilai kekuatan tariknya dengan rumus :
0 A Fmaks
=
σ ... (3.1)
Keterangan :
= Kekuatan tarik bahan (Kgf/mm2)
Fmaks = Tegangan maksimum (Kgf)
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
dan nilai kemuluran dapat dihitung dengan rumus :
%
I0 = Panjang spesimen mula-mula (mm)
It = Panjang spesimen setelah diberi beban (mm)
2. Untuk hasil analisis gugus fungsi, analisis ketahanan termal, dan analisis
permukaan komposit dapat diperoleh secara langsung.
3.5. Bagan Pengambilan Data
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan berukuran 15 cm x 15 cm yang telah dilapisi aluminium foil
dicetak tekan pada suhu 140oC selama 20 menit
dibentuk spesimen
dikarakterisasi
3.4.2. Pembuatan Komposit dari Perbandingan Komposisi Optimal Matriks Limbah Plastik PE dan Bahan Penguat Serat Kaca dengan Penambahan dengan variasi konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25 %
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
diletakkan pada lempengan baja berukuran 15 cm x 15 cm yang telah dilapisi aluminium foil
dicetak tekan pada suhu 140oC selama 20 menit
dibentuk spesimen
dikarakterisasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Sifat Mekanik Komposit dengan Variasi Perbandingan
Komposisi Matriks Limbah Plastik PE dan Bahan Penguat Serat Kaca Tanpa Penambahan Bahan Pembasah Xilena
Pengujian sifat mekanik yang dilakukan terhadap komposit meliputi kekuatan tarik
( t) dan kemuluran ( ). Data hasil pengujian kekuatan tarik dan kemuluran dapat
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
dilihat pada lampiran 1.a. (Tabel 1). Dari data terlihat perubahan kekuatan tarik dan
kemuluran pada limbah plastik PE sebelum dan sesudah penambahan serat kaca.
Dari data diperoleh kekuatan tarik dan kemuluran limbah plastik PE sebelum
penambahan serat kaca adalah sebesar 0.69 Kgf/mm2 dan kemuluran sebesar 529.16%.
Setelah penambahan serat kaca pada perbandingan komposisi limbah plastik PE dan
serat kaca (b/b) (90:10) (%) terlihat adanya kenaikan pada kekuatan tarik dan
kemulurannya yaitu kekuatan tarik sebesar 0.83 Kgf/mm2 dan kemuluran sebesar
179.55% dan maksimum terjadi pada komposisi limbah plastik PE dan serat kaca
(b/b) (60:40) (%) yang memberikan kekuatan tarik sebesar 2.48 Kgf/mm2 dan
kemuluran sebesar 56.60%. Hal ini menunjukkan bahwa serat kaca dapat bertindak
sebagai bahan penguat pada limbah plastik PE, serat kaca memiliki kekuatan dan
kekakuan yang tinggi, sifat inilah yang disumbangkan pada matriks limbah plastik PE
yang bersifat elastis, namun rapuh. Pada perbandingan komposisi limbah plastik PE
dan serat kaca (b/b) (50:50) (%) terjadi penurunan kekuatan tarik dan kemuluran, hal
ini kemungkinan terjadi karena titik jenuh dalam pencampuran antara matriks limbah
plastik PE dan bahan penguat serat kaca telah terlampaui.
4.2. Pengujian Sifat Mekanik Komposit dari Perbandingan Optimal Matriks Limbah Plastik PE dan Bahan Penguat Serat Kaca dengan Penambahan Variasi Konsentrasi Bahan Pembasah Xilena
Data hasil pengujian kekuatan tarik dan kemulurannya dapat dilihat pada lampiran 1.b.
(Tabel 2). Dari data terlihat perubahan kekuatan tarik dan kemuluran pada campuran
limbah plastik PE dan serat kaca sebelum dan sesudah penambahan xilena sebagai
bahan pembasah.
Dari data diperoleh kekuatan tarik dan kemuluran campuran PE dan serat kaca
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
56.60%. Setelah penambahan xilena 5% terlihat adanya kenaikan pada kekuatan tarik
dan kemulurannya yaitu kekuatan tarik sebesar 2.78 Kgf/mm2 dan kemuluran sebesar
74.58% dan maksimum terjadi pada penambahan xilena 20% yang memberikan
kekuatan tarik sebesar 3.82 Kgf/mm2 dan kemuluran sebesar 58.78%. Hal ini
menunjukkan bahwa xilena dapat bertindak sebagai bahan pembasah yang dapat
meningkatkan interaksi antara matriks limbah plastik PE dengan bahan penguat serat
kaca, dimana dengan adanya bahan pembasah xilena maka serat kaca akan terdispersi
(tersebar) secara lebih merata pada matriks PE dan akan mengisi rongga-rongga pada
matriks PE dengan lebih baik.
4.3. Analisis Termal dengan Menggunakan Analisis Termal Deferensial (DTA)
Analisis termal diferensial merupakan salah satu cara untuk menentukan sifat panas
dari suatu bahan sampel (dalam hal ini komposit PE), dengan mengukur perbedaan
temperatur di antara sampel dengan suatu bahan pembanding yang stabil terhadap
perubahan panas.
Dari termogram DTA limbah plastik PE tanpa bahan penguat serat kaca pada
lampiran 2.a. memperlihatkan adanya puncak endotermis pada suhu 125oC, yang
diidentifikasikan sebagai temperatur leleh. Adanya puncak eksotermis pada suhu
370oC sebagai temperatur terdekomposisi.
Pada lampiran 2.b. yang merupakan termogram DTA komposit PE dengan
bahan penguat serat kaca tanpa penambahan bahan pembasah xilena memperlihatkan
adanya puncak endotermis pada suhu 125oC, yang diidentifikasikan sebagai
temperatur leleh. Adanya puncak eksotermis pada suhu 370oC sebagai temperatur
terdekomposisi dan pada suhu 470oC sebagai temperatur terbakar. Pada termogram
ini, menunjukkan banyak puncak dengan titik yang berbeda-beda.
Sedangkan pada lampiran 2.c. yang merupakan termogram DTA komposit PE
dan serat kaca dengan bahan pembasah xilena memperlihatkan adanya puncak
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
puncak eksotermis pada suhu 370oC sebagai temperatur terdekomposisi dan pada suhu
460oC sebagai temperatur terbakar. Pada termogram ini, puncak yang dihasilkan lebih
sedikit daripada termogram komposit PE tanpa penambahan xilena.
Adanya perubahan titik leleh dari kedua komposit sebelum dan sesudah
penambahan bahan pembasah xilena diduga disebabkan karena meningkatnya gaya
adhesi dan interaksi fisik antara matriks PE dan bahan penguat serat kaca karena
adanya penambahan xilena, sehingga dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk
melelehkan campuran tersebut. Hal ini juga dapat dilihat dari jumlah puncak yang
terdapat pada termogram kedua komposit. Pada termogram komposit PE sebelum
penambahan xilena terdapat banyak puncak pada berbagai titik berbeda dibandingkan
dengan termogram komposit PE dengan penambahan xilena. Perbedaan jumlah
puncak ini menunjukkan bahwa komposit PE dengan penambahan xilena lebih
homogen dibandingkan tanpa penambahan xilena. Terlihat bahwa penambahan xilena
dapat meningkatkan ketahanan termal komposit.
4.4. Analisis Skanning Elektron Mikroskopi (SEM)
Dalam analisis foto SEM dapat diketahui bentuk dan perubahan permukaan dari suatu
bahan. Pada prinsipnya bila terjadi perubahan pada suatu bahan misalnya patahan,
lekukan dan perubahan struktur dari permukaan, maka bahan tersebut cenderung
mengalami perubahan energi. Energi yang berubah tersebut dapat dipancarkan,
dipantulkan dan diserap serta diubah bentuknya menjadi fungsi gelombang elektron
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Pada gambar 4.1. hasil foto SEM menunjukkan permukaan yang kasar. Hal ini
disebabkan serat kaca yang dicampurkan tidak menyebar secara merata dalam matriks
limbah plastik PE karena tidak adanya kesesuaian di antara keduanya, sehingga
terlihat adanya gumpalan-gumpalan serat kaca pada permukaan spesimen.
Gambar 4.1. Foto SEM Komposit PE dan serat kaca tanpa penambahan xilena
Pada gambar 4.2. hasil foto SEM menunjukkan permukaan yang lebih halus
dibandingkan pada permukaan spesimen tanpa penambahan xilena, tidak terlihat
adanya gumpalan serat kaca pada permukaan spesimen. Hal ini disebabkan
rongga-rongga pada permukaan limbah PE telah diisi oleh serat kaca, yang dengan
penambahan bahan pembasah xilena sehingga penyebaran serat kaca dalam limbah PE
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Gambar 4.2. Foto SEM Komposit PE dan serat kaca dengan penambahan xilena
4.5. Analisis Spektrum Infra Merah (FT-IR)
Analisis spektrum infra merah ini dapat membantu untuk mengetahui apakah limbah
plastik yang digunakan termasuk jenis polietilena atau tidak dengan memberi
informasi tentang gugus fungsi dari limbah plastik, yang kemudian dibandingkan
dengan spektrum infra merah polietilena komersil.
Pada lampiran 3.a. yang merupakan spektrum infra merah polietilena komersil,
memiliki bilangan gelombang yang khas yaitu pada pita dengan bilangan gelombang
2950 cm-1 yang menunjukkan keberadaan gugus C-H, dan pada bilangan gelombang
1460 cm-1 dan 720 cm-1 menunjukkan adanya gugus CH2 ( Bark, L.S., & Allen, N.S.,
1982).
Pada lampiran 3.b. yang merupakan spektrum limbah plastik, memberikan
informasi pada bilangan gelombang 2918.15 cm-1 dan didukung pita dengan bilangan
gelombang 2851.19 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus C-H, dan pada bilangan
gelombang 1471.59 cm-1 dan didukung pita dengan bilangan gelombang 1463.34 cm-1
serta pada bilangan gelombang 730.09 cm-1 dan didukung pita dengan bilangan
gelombang 719.86 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus CH2. Hal ini menunjukkan
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Limbah plastik PE dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan penggunaannya yaitu
sebagai matriks dalam pembuatan komposit yang kemudian dicampurkan
dengan serat kaca yang berfungsi sebagai bahan penguat sehingga
menghasilkan komposit yang memiliki kekuatan yang tinggi dan berat jenis
yang ringan sehingga dapat digunakan dalam berbagai aplikasi.
2. Perbandingan komposisi matriks PE dan bahan penguat serat kaca sangat
mempengaruhi sifat mekanis komposit dimana semakin banyak serat kaca
yang digunakan akan meningkatkan kekuatan tarik dan kemuluran komposit.
Perbandingan komposisi (b/b) matriks PE dan serat kaca yang paling baik
adalah pada perbandingan (60:40) (%) yang menghasilkan kekuatan tarik
sebesar 2.48 Kgf/mm2 dan kemuluran sebesar 56.60%.
3. Penambahan xilena sebagai bahan pembasah dapat meningkatkan sifat fisik
dan mekanis komposit PE dan serat kaca yang dapat dilihat dari kekuatan
tariknya yang semakin meningkat dan yang paling baik adalah dengan
menggunakan xilena 20 % yang menghasilkan kekuatan tarik sebesar 3.83
Kgf/mm2 dan kemuluran sebesar 58.78%. Hal ini juga dapat dilihat dari
ketahanan termal komposit yang semakin meningkat dengan penambahan
xilena, dan juga dari analisis permukaan yang menunjukkan bahwa permukaan
komposit menjadi lebih halus dengan penambahan xilena.
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan bahan penguat lain selain
serat kaca untuk meningkatkan sifat mekanis daripapan komposit yang dihasilkan dari
matriks limbah PE nya penggunaan metode pencampuran yang lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Akutin, M.S., Kerber, M.L., Stall Nova, I.O., Grodskaya, N.L., Aleeksev, E.E. 1972. A Study Of Glass Reinforced Polyethylene. SpringerLink-Journal Article. USA : New York. Vol.8 (6).
Bark, L.S. & Allen, N.S. 1982. Analysis Of Polymer Systems. London : Applied Science Publisher, LTD.
Billmeyer, Jr.Fw. 1984. Text Book of Polymer Science. 3rd edition. New York : John Wiley & Sons.
Cheremisinoff, N.P. 1990. Product Design and Testing of Polymeric Materials. New York : Marcer Dekker Inc.
Cowd, M.A.1990. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB.
Feldman, D., & Hartomo, A.J. 1995. Bahan Polimer Konstruksi Bangunan. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Hall, A.C. 1990. Polymer Materials. 2nd edition. New York : John Wiley & Sons.
http://en.wikipedia.org/wiki/kaca_serat. Diakses tanggal 29 Agustus 2008.
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Humaidi. 1998. Bahan Polimer Komposit. Medan : USU Press.
Hummel, D.O. 1985. Infrared Spectra polymer in The Medium and Long Wave Lenght Region. London : John Wiley & Sons.
Nur, C. 1997. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma dan Rapat Massa serta Sifat Mekanis HDPE dan LDPE. Medan : Lembaga Penelitian USU.
Oliver, H.A.T. 1999. Metal Gumie and Polymer. London : Cambridge University Press.
Rabek, J.F.and B,Ranlay. 1975. Role of Singlet Oxygen in Photooxidative Degradation and Photostabilisation of Polymer, Polymer Eng and Sci.Vol 15,1.
Ritchie, P.D. 1972. Plasticizer,Stabilizer and Filler. London : Liffe Book Ltd.
Schlumpf, H.P. 1990. Filler and Reinforcement. In R,Bachter and Muller.eds. Plastics Additive Handbook. 3rd edition. Jerman : Hansher Publisher Munich.
Schwartz,M.1984.Composite Materials Handbook.Mc Graw Hill Book,New York.
Silverstein, R.M.1986. Penyelidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisi ke-4. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita.
Tarra, S. 2009. Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena Tereftalat (PET) Sebagai Matrik Komposit Dengan Bahan Penguat Kaca Serat. Skripsi S-1 Departemen Kimia. Medan : USU.
Wirjosentono, B. 1995. Analisis dan Karakterisasi Polimer. Medan : USU Press.
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Lampiran 1.a.
Tabel 1. Data Hasil Pengujian Kekuatan Tarik ( t) dan Kemuluran ( ) Komposit dengan Variasi Perbandingan Komposisi Matriks PE dan Serat Kaca
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
3 60: 40 15 42.90 18.64 3.57 62.15
4 60 : 40 20 45.85 17.63 3.82 58.78
5 60 : 40 25 28.8 17.41 2.4 58.03
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.
Lampiran 3.a. Spektrum FT-IR Polietilena Komersil
Kiki Angreini Siagian : Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, 2010.