• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMAKAIAN INTERFERENSI

PADA RUBRIK BIANGLALA MAJALAH ANNIDA

OLEH:

RABIATUL ADAWIYAH

NIM:030701041

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………. i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI………. iii

ABSTRAK………. iiii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Rumusan Masalah……… 4

1.2.1 Batasan Masalah……… 4

1.4 Tujuan dan Manfaat……….. 5

1.4.1 Tujuan……… 5

1.4.2 Manfaat ……….. 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA……….. 6

2.1 Konsep Interferensi……… . 6

2.2 Landasan Teori……… 7

2.2.1 Kedwibahasaan……….. 7

2.2.2 Alih Kode dan Campur Kode……….. 9

2.2.3 Integrasi……… . 10

2.2.4 Interferensi………. 11

2.3 Tinjauan Pustaka……….. 17

BAB III METODE PENELITIAN……… 19

(3)

3.3 Instrumen Penelitian………. 20

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………. 20

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data………. 21

BAB IV HASIL PENELITIAN……… 23

4.1 Jenis-Jenis Interferensi yang Terdapat dalam Rubrik Bianglala Majalah Annida……… 23

4.2 Pengaruh Pemakaian Interferensi dalam Rubrik Bianglala Majalah Annida terhadap Pembaca….. ....……… 56

4.3 Pengaruh Pemakaian Interferensi dalam Rubrik Bianglala Majalah Annida terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia Baku……… 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 60

5.1 Kesimpulan………. 60

(4)

ABSTRAK

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan yang berubah dalam kurun waktu tertentu juga turut memberi

perkembangan pada suatu bahasa yang merupakan unsur penting sebagai penentu berhasilnya

sebuah komunikasi. Tentu saja akan banyak kata – kata baru yang tercipta dari hasil

komunikasi tersebut karena bahan itu bersifat produktif, sehingga pengembangan bahasa

akan terus maju sesuai dengan perkembangan zaman.

Karena perkembangan jaman dan lajunya ilmu pengetahuan tentang masalah

kebahasaan, kedwibahasan atau bilingualisme sebagai salah satu bagiannya ikut pula

berkembang. Kedwibahasaan merupakan fenomena bahasa yang terjadi di setiap negara di

dunia ini. Negara tetangga kita seperti, Malaysia mempunyai bahasa kebangsaan bahasa

Malaysia (Melayu);namun bahasa Inggris masih digunakan juga sebagai bahasa pengantar.

Negara tetangga kita yang lain seperti, Filipina menggunakan dua bahasa. Surat kabar dan

majalah biasanya tertulis dalam bahasa Inggris. Di dalam pergaulan sehari-hari bangsa

Filipina menggunakan salah satu dari bahasa daerah.

Bahasa Indonesia sifatnya dinamis, peka terhadap pengaruh dari luar(baik bahasa

daerah maupun asing) jadi bukanlah suatu keanehan kalau masalah kebahasaan agak banyak

muncul atau bnyak dihadapi bangsa Indonesia.

Menurut Prof.Dr.kisyani Laksono di Indonesia terdapat lebih dari tujuh ratus bahasa

daerah. Di samping itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi dan bahasa

nasional. Umumnya masyarakat Indonesia juga dapat berbahasa asing seperti bahasa Arab,

Inggris, Belanda, Jerman, Jepang. Tidak ada masyarakat Indonesia yang tidak

(6)

memang masyarakat Indonesia yang multilingual, misalnya, dalam setiap argumen, sms,

chating, atau aktifitas bahasa lainya, sehingga akhirnya berlanjut pada penggunaan dalam tulisan di berbagai media cetak. Namun, walaupun begitu masih ada juga orang yang taat

pada tata bahasa.

Kita tahu bahwa secara umum arti kedwibahasaan adalah peristiwa penguasaan dua

bahasa atau lebih oleh seseorang. Menurut Nababan (1984) dalam masyarakat yang berganda

bahasa akan terdapat berbagai macam pola kedwibahasaan yang terdiri dari unsur-unsur

berikut: (1) bahasa yang dipakai, (2) bidang kebahasaan, dan (3) teman berbahasa. Dengan

demikian karena kedwibahasaan mempermasalahkan dua bahasa dalam penggunaannya baik

secara pasif maupun secara aktif maka sudah tentu terjadi kontak antara dua bahasa.

Kontak bahasa akan timbul dalam penggunaannya sebagai alat komunikasi, alat

pengungkap rasa dan pikir. Kontak bahasa juga akan menimbulkan saling mempengaruhi

bahasa yang berkontak. Jadi, seperti ada kecenderungan orang mendeskripsikan

kedwibahasaan sejajar dengan peristiwa kontak antara bahasa yang satu dengan yang lain.

Kontak bahasa dapat secara individual dapat pula secara kelompok kecil maupun kelompok

besar.

Walaupun bahasa daerah merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia dan

merupakan aset budaya nasional, namun seiring dengan perkembangan bahasa itu, tanpa kita

sadari kita melakukan penyimpangan dalam bahasa yang kita gunakan. Penyimpangan bahasa

ini terjadi karena adanya akibat penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur

multilingual yang menyimpang. Peristiwa ini yang disebut dengan peristiwa interferensi,

yaitu penyimpangan norma suatu bahasa karena masuknya bahasa lain. Peristiwa interferensi

juga digunakannya unsur – unsur bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa, yang sebagai

suatu kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan (chaer,

(7)

Interferensi merupakan kaidah yang sangat penting dalam perubahan bahasa

Indonesia, apalagi dewasa ini semakin sering terjadi kontak bahasa disebabkan teknologi

yang pesat. Bahasa yng merupakan bagian kebudayaan dan milik masyarakat tidak luput dari

pengaruh luar dan sebaliknya masyarakat tidak luput juga dari pengaruh menyalurkan

nilai-nilai budayanya pada masyarakat lain lewat kontak kebdayaan.

Ketut Rindjin,dkk (1981) menguraikan pendapat – pendapat para ahli bahwa

interferensi adalah sebagai berikut:

1. Merupakan suatu penggunaan unsur – unsur dari satu bahasa ke dalam bahasa lain,

sewaktu ia berbicara atau menulis dalam bahasa yang lain,

2. Merupakan penerapan dua buah sistem secara serempak kepada suatu unsur bahasa,

3. Terdapatnya suatu penyimpangan dari norma – norma bahasa masing – masing yang

terdapat dalam tuturan dwibahasawan, dan

4. Pemakaian unsur dari suatu bahasa di dalam bahasa yang lain dengan menyebabkan

dislokasi struktur pada bahasa yang dipakai.

Peristiwa interferensi tidak hanya dipakai dalam penggunaan bahasa lisan,

melainkan sudah digunakan dalam bahasa tulis, terutama di media – media cetak, misalnya

pada tabloid Gaul atau majalah – majalah remaja. Hal ini akan berdampak pada para

pembacanya yang mayoritas adalah remaja dalam penggunaan tata bahasa yang menyimpang

dari norma bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti penggunaan

interferensi yang terdapat dalam sebuah media cetak religi yaitu Majalah Annida pada rubrik

Bianglala. Majalah ini diorientasikan khusus untuk para remaja di usia 13-20 tahun. Annida

juga banyak menyajikan informasi yang sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan

para pembacanya. Namun, penggunaan interferensi pada Majalah Annida ini semakin

(8)

sehingga, akan mempengaruhi pengetahuan bahasa para pembacanya serta kelangsungan

dan kemurnian bahasa Indonesia tersebut.

1.2. Masalah Penelitian

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah jenis interferensi yang terdapat dalam rubrik Bianglala pada Majalah

Annida?

2. Bagaimana pengaruh interferensi dalam rubrik Bianglala pada majalah Annida terhadap

pembaca?

3. Bagaimana pengaruh interferensi dalam rubrik Bianglala majalah Annida terhadap

perkembangan bahasa Indonesia?

1.2.1. Batasan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pemakaian interferensi hanya di salah satu

rubrik dalam majalah Annida yaitu rubrik Bianglala. Sumber data berasal dari salah satu

majalah ramaja religi yaitu majalah Annida dari 10 edisi, yaitu

1) No. 19 th. IX 19 Juli 2000,

2) Th. XII 16-30 Mei 2003,

3) No. 02/XIII/1-15 Oktober 2003,

4) No.11/XIII/1-15 Maret 2004,

5) No. 06/XIX/1-15 Januari 2005,

6) No. 11/XV/15 Juli-15 Agustus 2006,

8) No. 2/XVII/1 – 31 Oktober 2007,

9) No. 4/XVII/Desember 2007, dan

(9)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah:

1. Mengetahui jenis-jenis interferensi yang terdapat dalam rubrik Bianglala Majalah Annida.

2. Mengetahui pengaruh pemakaian interferensi terhadap para pembaca Majalah Annida.

3. Mengetahui pengaruh pemakaian interferensi terhadap kelangsungan bahasa Indonesia

baku pada Majalah Annida.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Agar menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat khususnya para pembaca majalah

Annida mengenai interferensi.

2. Agar sebagai bahan refernsi bagi para peneliti yang ingin meneliti interferensi khususnya

interferensi di media cetak.

3. Agar penelitian mengenai kedwibahasaan khususnya interferensi ini dapat dikembangkan

(10)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Interferensi

Bahasa Indonesia yang bersifat dinamis, dipakai oleh rakyat yang terdiri dari berbagai

suku yang masing-masing mempunyai bahasa daerah. Bahasa Indonesia menerima pengaruh

dari bahasa daerah itu, misalnya bahasa Batak,bahasa Jawa, bahasa Sunda,dan bahasa daerah

lainnya. Disamping itu bahasa Indonesia mendapat pengaruh dari , isalnya bahasa Belanda,

bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya.

Masuknya bahasa daerah ataupun bahasa asing ke dalam bahasaIndonesiyang

menyebabkan perkembangan bahasatidak berarti tidak mengalami hambatan. Salah satu

hambatan itu lahir dari masyarakat pemakai bahasa yang disebut interferensi, secara

sosiolinguistik merupakan ciri penting pada seorang dwibahasawan.

Interferensi merupakan suatu penyimpangan dari norma-norma bahasa yang terdapat

dalam tuturan dwibahasawan. Hal ini terjadi akibat yang tidak terhindarkan dari proses

persentuhan antarbahasa.persentuhan semacam itu biasanya terjadi pada masyarakat tutur

yang di dalamnya terdapat lebih dari satu macam bahasa.

Persaiangan antara baha daerah dan bahasa Indonesia tidak dapat dihindarkan.

Interferensi merupakan adanya sling mempengaruhi antarbahasa. Antara bahsasa daerah dan

bahasa Indonesia akan tetap saling mempengaruhi kalau keduanya sama-sama digunakan dan

(11)

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Kedwibahasaan

Kedwibahasaan disebut juga bilingualisme, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua

bahasa atau dua kode bahasa. Mackey dalam Chaer (1995) berpendapat bahwa bilingualisme

diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan

orang lain secara bergantian. Jadi, tentu saja untuk menggunakan dua bahasa seseorang harus

menguasai bahasa itu. Sementara Bloomfield juga dalam Chaer (1995) dalam bukunya

Language mengatakan kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan

sama baiknya. Jadi menurut Bloomfield dalam pengertian tersebut seseorang disebut

bilingual (dwibahasawan) apabila dapat menggunakan kedua bahasa yang dipakainya dengan

tingkat yang sama baiknya.

Van Overbeke, 1972 menyatakan kedwibahasawan adalah sarana sunah dan wajib

bagi komunikasi dua arah yang efisien antara dua atau lebih “dunia” yang berbeda yang

menggunakan dua system linguistik yang berbeda (Tarigan: 1988).a

Dalam Tarigan & Tarigan (1988) Haugen menyatakan defenisi kedwibahasaan adalah

kemampuan menghasilkan ujaran yang bermakna di dalam bahasa kedua. Sementara Mackey

(1962) mengemukakan definisi bahwa kedwibahasaan adalah suatu alternatif menggunakan

dua bahasa atau lebih oleh seorang individu (Tarigan & Tarigan: 1988).

Walaupun kedwibahasaan sudah merupakan masalah umum, tetapi sampai sekarang

tidak ada satu definisi kedwibahasaan yang disepakati bersama oleh para ahli. Hal ini karena

pengertian kedwibahasaan bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak, tetapi “kira-kira” atau

“kurang lebih”. Pengertian kedwibahasaan berkembang dan berubah mengikuti tuntutan

situasi dan kondisi dan akan terlihat dampaknya dalam kedwibahasaan itu dengan cara dan isi

(12)

bahasa secara sempurna . Tentu saja penguasaan dijelaskan secara tepat karena penguasaan

itu berjenjang dan relatif (Tarigan & Tarigan, 1988:81).

Dari definisi-definisi di atas terlihat bahwa kedwibahasaan mempermasalahkan dua

bahasa dalam penggunaannya baik secara aktif maupun pasif oleh dwibahasawan . Maka

sudah tentu terjadilah kontak antara dua bahasa. Kontak bahasa ini terjadi dalam masyarakat

pemakai bahasa atau terjadi dalam situasi kemasyarakatan tempat seseorang mempelajari

unsur-unsur sistem bahasa yang bukan merupakan bahasanya sendiri.

Kedwibahasaan merupakan masalah bahasa, oleh karena itu masalah kedwibahasan

inipun bukan hanya masalah perseorangan, tetapi juga masalah yang ada dalam suatu

kelompok pemakai bahasa. Menurut Mackey dalam Hastuti (2003) bahwa kedwibahasaan

dan kontak bahasa ini tidak dapat disamakan secara menyeluruh. Karena kedwibahasaan ialah

penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang, sedangkan kontak bahasa ialah pengaruh

suatu bahasa terhadap bahasa yang lain baik langsung maupun tidak.

Kedwibahasaan atau bilingualisme ini merupakan salah satu peristiwa masalah

kebahasaan yang terjadi akibat adanya kontak bahasa itu. Selain kontak bahasa juga ada

beberapa peristiwa kebahasaan yang merupakan akibat adanya kontak bahasa dan sangat

berkaitan erat dengan kedwibahasaan, diantaranya adalah integrasi dan interferensi.

Karena integrasi dan interferensi juga merupakan dua topik dalam sosiolinguistik

yang terjadi akibat adanya penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur yang

multilingual. Dalam bahasa apa pun yang mempunyai kontak dengan bahasa lain, bahwa

(13)

2.2.2 Alih Kode dan Campur Kode

Dalam keadaan kedwibahasan(bilingualisme) akan sering terdapat orang mengganti

bahasa atau ragam bahasa;hal ini tergantung pada keadaan atau keperluan berbahasa itu.

Pembicaraan mengenai alih kode biasanya diikuti dengan pembicaraan mengenai

campur kode. Kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang bilingual ini

mempunyai kesamaan yang besar , sehingga sering kali sukar dibedakan. Kesamaan yang ada

antara alih kode dan campur kode adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, atau dua

varian dan sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur.

Appel(1976) dalam Chaer mendefenisikan allih kode itu sebagai gejala peralihan

pemakaian bahasa karena berubahnya situasi.

Chaer(1995) mengemukakan penyebab alih kode antara lain adalah (1) pembicara

atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur,(3)perubahan situasi dengan hadirnya orang

ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, (5) perubahan topic

pembicaraan.

Campur kode adalah digunakannya serpihan-serpihan dari bahasa lain dalam

menggunakan suatu bahasa yang mungkin memang diperlukan sehingga tidak dianggap suatu

kesalahan. Ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau situasi

informal. Dalam situasi bahasa ang formal, jarang terdapat campur kode. Kalau terdapat

campur kode dalam keadaan demikian itu disebabkan karena tidak ada ungkapan yang

terdapat dalam bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan

dari bahasa asing; dalam bahasa tulisan hal ini kita nyatakan dengan cetak miring atau

menggarisbawahi kata/ungkapan bahasa asing yang bersangkutan .

Alih kode dan campur kode ini berkaitan dengan peristiwa interferensi. Di dalam

peristiwa campur kode belum tentu ada interferensi, tetapi, dalam peristiwa interferensi sudah

(14)

2.2.3 Integrasi

Mackey (1968) dalam Chaer menjelaskan bahwa integrasi adalah unsur-unsur bahasa

lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi warga bahasa

tersebut. Tidak dianggap lagi sebagai unsur pinjaman atau pungutan.

Penerimaan unsur bahasa lain dalam bahasa tertentu sampai menjadi berstatus

integrasi memerlukan waktu dan tahap yang relatif panjang. Mulanya, seorang penutur suatu

bahasa menggunakan unsur bahasa lain itu dalam tuturannya sebagai unsur yang sudah

berintegrasi, misalnya kata Inggris research pada tahun 60-70an digunakan sebagai unsur yang belum berintegrasi. Ucapan dan ejaannya masih menurut bahasa aslinya. Tetapi

kemudian ucapan dan ejaanya mengalami penyesuaian sehingga ditulis sebagai riset. Maka, sejak itu kata riset tidak dianggap lagi sebagai unsur pinjaman, melainkan sudah menjadi

kosa kata bahasa Inggris yang telah berintegrasi ke dalam bahasa Indonesia.

Proses penerimaan unsur bahasa asing, khususnya kosakata di dalam bahasa pada

awalnya penutur Indonesia mendengar butir-butir leksikal itu dituturkan oleh penutur aslinya,

lalu mencoba menggunakanya. Apa yang terdengar itulah yang diujarkan, misalnya:

Persekot - voorschot

Sirsak - zuursak

Pelopor - voorloper

2.2.4. Interferensi

Interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa dan dipandang

sebagai pengacauan karena merusak sistem suatu bahasa. Istilah interferensi pertama kali

digunakan oleh Weinreich (1953) untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa

(15)

yang dilakukan oleh penutur yang bilingual (Chaer:1999). Menurut Weinreich (1970) dalam

Abdulhayi,dkk (1985) penyimpangan norma bahasa masing-masing dalam tuturan

dwibahasawan sebagai akibat pengenalan dua bahasa atau lebih disebut interferensi.

P.W.J. Nababan(1984) mengatakan interferensi dapat timbul sewaktu mempelajari

bahasa daerah, atau bahasa asing, struktur bahasa pertama dimasukkan dalam bahasa kedua

atau sebaliknya. Sementara Rusyana dalam Irwan (2006) mengatakan bahwa interferensi

merupakan gangguan unsur-unsur bahasa terhadap bahasa lain pada waktu berbicara dan

menulis.

Sedangkan menurut Ketut Rindjin dkk interferensi adalah akibat adanya kontak

bahasa maka terjadilah tutup menutup bagian – bagian diantara bahasa – bahasa itu, yaitu

penerapan dua buah sistem secara serempak kepada suatu unsur bahasa (Rindjin, dkk:1981).

Rindjin, dkk juga membagi interferensi menjadi empat jenis yaitu:

1. Peminjaman unsur dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain. Dalam peminjaman

tersebut ada aspek yang dipindahkan.

2. Penggantian unsur dari satu bahasa oleh padanannya di dalam tulisan bahasa lain.

3. Penggantian itu ada aspek dalam bahasa yang satu yang disalin dalam bahasa yang lain,

misalnya terdapat hubungan sintakmatis dalam bidang fonologi, seperti dalam kata amal,

yang bisa menjadi lama, alam, mala. Dalam amal terdengar urutan unsur /a/,/m/,/a/,/l/ sesuai dengan tuturannya pada kata amal, dan demikian pula kata-kata lainnya itu. Tetapi ada pula

beberapa kemungkinan lain yang terjadi, seperti pada Dia datang kemarin, yang mungkin tersusun menjadi Kemarin dia datang, atau Datang dia kemarin, dan Dia kemarin datang. 4. Penerapan hubungan ketatabahasaan bahasa A morfem bahasa B dalam tuturan bahasa B

atau pengingkaran hubungan ketatabahasaan bahasa B yang tidak ada modelnya dalam

(16)

Perubahan fungsi morfem melalui identifikasi antara satu morfem bahasa B tertentu

dengan satu morfem A tertentu yang menimbulkan perubahan fungsi – fungsi morfem B,

berdasarkan model tata bahasa A.

Azhar Umar dkk dalam Limbeng (2000) mengatakan interferensi dapat terjadi pada

semua komponen kebahasaan. Ini berarti bahwa peristiwa itu dapat terjadi pada bidang

fonologi, morfologi, sintaksis, maupun kosakata. Weinreich dalam Chaer (1995) menyebut

komponen kebahasaan yang dimaksud Azhar Umar tersebut dengan interferensi sistemik.

Weinreich dalam Ketut Rindjin (1981) telah membagi bentuk –bentuk interferensi atas

tiga bagian yaitu

1. Interferensi dalam bidang bunyi, terjadi bilamana seorang dwibahasawan mengartikan dan

menghasilkan kembali bunyi sistem bahasa kedua pada bunyi sistem bahasa pertama, serta

menyesuaikannya pada aturan fonemik bahasa pertama.

2. Interferensi dalam bidang gramatikal, terjadi bilamana dwibahasawan mengidentifikasikan

morfem, kelas morfem, atau ketatabahasaan pada sistem bahasa pertama dan menggunakanya

dalam tuturan pada bahasa kedua serta demikian pula sebaliknya ( Rusyana:1975)

3. Interferensi dalam bidang leksikal, terjadi antara satu perbendaharaan kata dengan yang

lainnya melalui bermacam-macam cara. Dalam dua bahasa tertentu bahasa A dan bahasa B,

morfem-morfem bahasa A dapat dipindahkan ke dalam bahasa B, atau morfem-morfem

bahasa B dapat digunakan dengan fungsi yang baru berdasarkan model morfem bahasa A

yang artinya dipersamakan (Rusyana :1975)

Sedangkan Chaer (1995) membedakan interferensi dalam bidang morfologi,antara lain

terdapat dalam pembentukan kata dengan afiks; pada bidang ini Chaer memberi contoh dalam

bahasa Belanda dan Inggris pada sufiks-isasi,maka banyak penutur bahasa Indonesia yang

menggunakannya dalam pembentukan kata bahasa Indonesia seperti tendanisasi, turinisasi,

(17)

Indonesia sebab untuk membentuk nomina proses dalam bahasa Indonesia ada konfiks pe-an.

Jadi seharusnya penendaan, penurian, peneonan. Kata- kata ketabrak, kejebak, kekecilan,

kemahalan, juga merupakan kesalahan karena imbuhan yang digunakan berasal dari bahasa

Jawa dan dialeg Jakarta; bidang sintaksis,sebagai contoh struktur kalimat bahasa Indonesia

makanan itu telah dimakan oleh saya” adalah dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya “makanan teh atos kuabdi”.

Dalam bahasa Indonesia baku harusnya menjadi “makanan itu telah saya makan”; dan

interferensi pada tingkat kalimat yang mencakup penggunaan serpihan kata, frase, dan klausa

di dalam kalimat. Sebagai contoh dapat dilihat pada kalimat di bawah ini.

(1) Mereka akan married bulan depan (penggunaan serpihan kata)

(2) Pimpinan kelompok itu selalu mengatakan education is necessary for life =pemimpin. (3)kelompok itu selalu mengatakan bahwa pendidikan adalah perlu dalam

kehidupan.(penggunaan serpihan klausa).

(4) Saya sudah kadhung apik dengan dia (kalimat frase).

Sementara Hastuti (2003) membagi interferensi ini menjadi dua yaitu interferensi di

bidang leksikal dan interferensi dibidang tata bahasa. Menurutnya interferensi dibidang

leksikal dalam bahasa Indonesia memberi kesan yang sangat kuat. Interferensi melibatkan

kata - kata dasar, kata majemuk dan frasa. Sebagai contoh pada kalimat berikut:

(1)Bagaimana jij melihat sikap mahasiswa sekarang?

Jij = kamu, anda, engkau adalah unsur serapan dari bahasa Belanda. Kalimat tersebut merupakan interferensi leksikal yang melibatkan kata dasar.

(2) Hasil rapat tentang pilotproject harus dikonfirmasi lebih dulu

Pilot project = proyek percobaan, adalah unsur serapan dari bahasa Inggris. Kalimat tersebut merupakan interferensi leksikal yang melibatkan kata majemuk.

(18)

It doesn’t matter = itu bukan masalah adalah unsur serapan dari bahasa Inggris. Kalimat tersebut merupakan interferensi leksikal yang melibatkan frasa.

Sementara interferensi dibidang tata bahasa dapat terjadi kalau dwibahasawan

mengidentifikasi morfem, klas morfem atau hubungan ketatabahasaan pada sistem bahasa

pertama dan memperaktekkannya dalam tuturannya pada bahasa kedua atau sebaliknya.

Hastuti memberi beberapa contoh interferensi pada bidang ini:

Mereka lari cepat – cepat takut kebawa ombak

Kebawa – Jawa (terbawa : Indonesia)

Juga sama halnya dengan kata – kata bentuk me-NY sebagai kata kerja transitif.

Kawanku suka melayar (berlayar : Indonesia)

Disamping itu, menurut Hastuti ada interferensi yang bersifat varisional, yaitu

kebiasaan beragam bahasa daerah tertentu. Dalam bahasa daerah terbawa ke dalam bahasa

Indonesia. Menurut Soepomo dalam Hastuti (2003 : 42), timbulnya ragam informal dalam

dialeg – dialeg bahasa Indonesia sekarang ini lebih kurang yang mengakibatkan interferensi.

Misalnya pada pelafalan Indonesia yang cenderung dilafalkan dalam bahsa Jawa atau analog

dengan lafal bahasa Jawa ; seperti

/diadakan/-/diadakan /malas/-/males/ /dapat/-/dapet/

Selain itu juga pelafalan kata – kata berakhiran –an atau –i seperti pada kata – kata

berikut:

/kedudu-an/, seharusnya /kedudukan/

/memerci-i/, seharusnya /memerciki/

Dalam hal masuknya pengaruh dari bahasa Jawa ini menurut Soepomo dianggap

memiliki konotasi informal dan kedaerahan (Hastuti, 2003 : 43). Penggunaan kata – kata

tersebut oleh dwibahasawan memang tidak dapat dihindari, karena kedudukan lawan bicara,

(19)

karena adanya ketidaktahuan atau penguasaan bahasa oleh masyarakat tutur. Interferensi ini

juga biasa disebut dengan bahasa gaul, yang lebih sering digunakan masyarakat dibanding

bahasa Indonesia sehingga kurangnya kopetensi bahasa pada asyarakat.

Irwan(2006) dalam karya ilmiahnya juga membagi interferensi dalam beberapa

bidang,yaitu:

1.Interferensi dalam bidang morfologi

interferensi di bidang morfologi dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia terjadi apabila

morfologi bahasa daerah mampengaruhi morfologi bahasa Indonesia yang menyebabkan

penyipangan.bisa berupa penyimpangan afiks, bias penghilangan afiks, dan bisa bersaing

pemakaiannya.

Beliau membagi interferensi bidang morfologi ini ke dalam 3 bagian:

interferensi morfologi awalan ke-

contoh: diketawai seharusnya ditertawai

diketemukan seharusnya ditemukan

ketangkap seharusnya tertangkap

kecantol seharusnya tercantol

interferensi morfologi awalan ber-

contoh: menanya seharusnya bertanya

menyangkit seharsnya berjangkit

interferensi akhiran -kan

contoh: dipindah seharusnya dipindahkan

dicerainya seharusnya diceraikan

diberi seharusnya diberikan

inteferensi dibidang sintaksis

(20)

1.Interferensi tutur ringkas, salah satu ciri ringkas adalah pelapisan atau penanggalan.

a) Penanggalan imbuhan

Contoh: anak-anak sudah kumpul di halaman sekolah

Seharusnya anak-anak sudah berkumpul di halaman sekolah.

Pendapat kita memang beda.

Seharusnya pendapat kita memang berbeda.

Contoh lain: nulis seharusnya menulis

Masak seharusnya memasak

Nari seharusnya menari

Nyanyi seharusnya bernyanyi

lempar-lemaran seharusnya berlemparan-lemparan

ngambil seharusnya mengambil

b) penanggalan kata

Contoh: gimana kabar pacarmu seharusnya bagaimana kabar pacarmu

Dah kembali gadis itu seharusnya sudah kembali gadis itu

Mau pigi kemana dia seharusnya mau pergi kemana dia

Tahlah, aku tidak mengerti seharusnya entahlah, aku tidak mengerti

2. Interferensi di bidang struktur kalimat

Tanpa kita sadari dalam bertutur struktur kalimat yang kita pakai sudah struktur

kalimat bahasa daerah,bukan struktur bahasa Indonesia lagi.

Contoh: buku itu kertasnya tebal seharusnya kerts buku itu tebal

Anak itu cantik wajahnya seharusnya wajah anak itu cantik

Saya punya bapak sakit seharusnya bapak saya sakit

Bagusan sepatuku dari sepatumu seharusnya sepatuku lebih bagus dari sepatumu

(21)

Dari berbagai macam teori yang telah dipaparkan di atas penulis lebih

menitikberatkan pada teori Drs. Irwan dan Hastuti dalam menganalisis penelitian penulis.

Karena teori yang mereka kemukakan tentang jenis – jenis serta menganalisis contoh –

contoh interferensi ini sesuai dengan masalah yang akan peneliti analisis.

2.3. Tinjauan Pustaka

Drs. Irwan (2006) dala karya ilmiahnya yang berjudul Interferensi Bahasa Daerah terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia yang membicarakan pengertian tentang interferensi dari berbagai ahli, jenis-jenis interferensi, bidang-bidang interferensi, serta

memaparkan adanya interferensi bahasa daerah pada pengembangan bahasa Indonesia.

Sangapta Limbeng (2000) dalam skripsinya yang berjudul Interferensi Gramatikal Bahasa Batak Karo yang membicarakan tentang analisis interferensi kosa kata dan struktur kalimat bahasa Batak Karo.

Huda(1981) dalam penelitiannya ang berjudul Interferensi Gramatikal Bahasa Bali dalam Pemakaian Bahasa Indonesia murid sekolah dasar di Bali yang membicarakan Interferensi Gramatikal bahasa Bali dengan objek kajiannya adalah murid sekolah dasar.

Pada kesempatan ini, peneliti meneliti pemakaian interferensi pada rubric bianglala

majalah Annida yang membicarakan mengenai jenis-jenis interferensi apa yang terdapat pada

rubric bianglala majalah Annida baik interferensi bahasa daerah maupun bahasa asing

terutama bahasa Inggris, serta membicarakan pengaruh interferensi terhadap pembaca dan

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di jl. Jamin Ginting gg. Kamboja kecamatan Medan

Baru, Padang Bulan Medan.

Waktu penelitian dilakukan ketika membaca majalah Annida dalam waktu 2 minggu

yaitu pada tanggal 12-26 Juli 2008.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah majalah remaja islami yaitu majalah Annida pada rubric

Bianglala sebanyak sepuluh edisi. Perincian jumlah rubric pada ajalah Annidaberdasarkan

edisi dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel perincian pada majalah Annida pada sepuluh edisi

No Edisi Jumlah rubric

1 No.19 th.IX 19 Juli 2000 24

2 Th. XII 16-30 Mei 2003 26

3 No. 02/XIII/1-15 Oktober 2003 26

4 No. 11/XIII/1-15 Maret 2004 26

5 No.06/ XIX/1-15 Januari 30

6 No.11/XV/ 15 Juli- 15Agustus 2006 40

7 No.8/XVI/ 15 April- 15 Mei 2007 39

8 No.2/xvii/1-31 Oktober 2007 37

(23)

10 No.7/XVII/Maret 2008 38

Adanya jumlah populasi yang begitu besar dan mengingat berbagai pertimbangan

seperti waktu serta kemampuan yang dimiliki, maka penelitian ini mempergunakan sistem

sampel. Berdasarkan rubrik yang sudah ditentukan, maka rubrik yang terpilih sebagai sample

adalah rubrik bianglala. Dalam penelitian ini peneliti mengambil responden sebanyak 25

orang.

3.3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti. Instrument

yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan atau questionnaire dengan alat

bantu seperti pena dan kertas. Peneliti membuat 10 pertanyaan yang berhubungan dengan

penelitian dengan 25 responden dan dilampirkan di halaman lampiran.

3.4. Metode dan Tehnik pengumpulan data

a. Metode deskriptif sinkronis, yaitu penelitian bahasa pada masa sekarang. Dengan

metode ini akan dideskripsikan atau diuraikan data yang ditemukan dalam sampel–sampel

data, kemudian memilah masalah–masalah yang ditimbulkan oleh data.

b. Metode kuesioner yaitu pembuatan sejumlah daftar pertanyaan ang berhubungan

dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini, sejumlah pertanyaan tersebut diajukan kepada

mahasiswa universitas sumatera utara stambuk 2007 dan 2008 yang berusia remaja sekitar

18-20 tahun. Untuk menghindari salah pengertian, maka diberikan penjelasan kepada

responden yang kurang mengerti mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

c. Metode kepustakaan yaitu dengan membaca dan mengumpulkan, kemudian mengambil

(24)

3.5. Metode Analisis Data

Untuk mengembangkan metode–metode tersebut teknik yang penulis gunakan adalah:

a. Metode agih, yaitu membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur

dan unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan

lingual yang dimaksud. Alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu

sendiri. Jadi metode ini dilakukan dengan cara membagi kata-kata yang merupakan

interferensi pada rubrik bianglala Majalah Annida menjadi beberapa bagian sesuai dengan

jenis interferensi yang terdapat pada kata-kata interferensi tersebut.

Contoh : Pada rubric Bianglala 1 Majalah Annida edisi No 2 tahun VIII 1- 15 Oktober 2003

dengan judul Menguak Rahasia Langit terdapat beberapa kata yang merupakan interferensi.

Karena bahasa induknya adalah bahasa Indonesia dan memiliki padanan kata dalam bahasa

Indonesia, maka kata-kata di bawah ini dianggap interferensi.

Sobat Nida ( ditujukan pada pembaca setia Majalah Annida). Kata tersebut merupakan Interferensi bahasa asing dengan jenis interferensi leksikal yang melibatkan kata majemuk

dan memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu Sahabat.

Sa’ndulit, kata tersebut merupakan Interferensi bahasa daerah dengan jenis interferensi leksikal yang melibatkan kata dasar dan memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu

sedikit.

So, kata tersebut merupakan interferensi bahasa asing dengan jenis interferensi leksikal yang melibatkan kata dasar dan memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu jadi.

Gueedee, kata tersebut merupakan interferensi bahasa daerah dengan jenis interferensi leksikal yang melibatkan kata dasar dan memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu

(25)

b. Teknik ganti, yaitu penulis mengganti kata–kata yang merupakan bentuk interferensi

dalam rubrik Bianglala majalah Annida ke dalam bahasa Indonesia baku (sesuai dengan

kaidah). Teknik ganti ini berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori

unsur terganti dengan unsur pengganti, khususnya sama dengan tataran terganti. Dan jenis

teknik ganti yang penulis gunakan adalah teknik ganti sama tataran atau teknik GST.

Contoh: Pada contoh interferensi (1), (2), (3), dan (4) di atas dapat dilanjutkan dengan teknik

ganti, yaitu menggantinya dengan bahasa Indonesia baku.

Sobat Nida = Sahabat, sobat adalah unsur serapan dari bahasa Arab.

Sa’ ndulit = Sedikit sa’ndulit adalah unsur serapan dari bahasa Jawa

So = Jadi So adalah unsur serapan dari bahasa Inggris

Gueedee = Besar sekali/sangat besar, Gueedee adalah unsur serapan dari bahasa Jawa.

(26)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Jenis-jenis Interferensi yang Terdapat Dalam Rubrik Bianglala Pada Majalah Annida

Peneliti meneliti pemakaian interferensi dalam rubrik bianglala dari sepuluh edisi

majalah Annida. Dari sepuluh edisi tersebut terdapat kosakata/ungkapan yang merupakan

interferensi, baik interferensi bahasa daerah maupun interferensi bahasa asing.

Berikut akan peneliti daftar kata-kata/ungkapan interferensi yang terdapat dalam rubric

bianglala dari sepuluh edisi majalah Annida:

A.Edisi No.19 Th.IX19 Juli 2000

Rubrik Bianglala 1 dengan judul Kawula Muda Ada Di Mana?

1) Sobat Nida kamu masih merasa ngga?

2) Ada yang pakai motto muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.

3) …….diibaratkan lembar demi lembar diary, yang paling banyak mendapatkan….. 4) Aturan-aturan dari masa bocah sudah tidak bisa lagi diterapkan.

5) Nostalgia pun nyerempet ke perubahan psikologis. 6) Ketemu cewek sekarang jadi salah tingkah sendiri. 7) Bawaannya pengin ngaca melulu.

8) Kalau wajah mulai disatroni satu dua biji jerawat, paniknya bikin orang se-RT panik 9) Selalu teriak ”mirror-mirror on the waaaalll…!!

(27)

12) Defenisi solider dalam masyarakat ini adalah solider yang benar,…. 13) Masyarakat yang baiklah yang mem-back up dirinya.

14) Wong sendirian lawan rame-rame.

15) Memang ada kamu idaman seperti itu? Please, press any key to continue.

Bentukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab

konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Sobat Nida = sahabat, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan jenis

interferensi leksikal.

Nggak = tidak , merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi leksikal.

Motto = moto, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Diary = diari merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Bocah = kecil/anak-anak merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan

jenis interferensi leksikal.

Nyerempet = mengarah merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan jenis

interferensi leksikal.

Ketemu = bertemu merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi morfologi awalan ke-

Pengin = ingin, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi lorfologi awalan ke-.

Ngaca = berkaca, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

(28)

Disatroni = didatangi merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan

jenis interferensi leksikal.

Mirror-mirror on the wall = cermin di dinding, merupakan interferensi dari bahasa inggris

dengan jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa

Include = bergabung, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan

jenis interferensi leksikal.

So = jadi , merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

mem-back up = mendorong, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan

jenis interferensi leksikal.

Wong = orang, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan

interferensi leksikal.

rame-rame = ramai-ramai, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan

jenis interferensi leksikal.

Please, press any key to continue = silahkan tekan kunci selanjutnya, merupakan interferensi

dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi tingkat kalimat serpihan klausa.

Rubrik Bianglala 2 dengan judul Kamu Yang Perduli

1) Kaum muda adalah agent of change…..

2) Sudah bosen dengernya?

(29)

8) Tahun 1995 ada yang menawari untuk mendirikan ayasan. 9) ……tetangga/saudara yang putus sekolah,daftarin aja ke YRMD.

Bentukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan,

sebab konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Agent of change = agen perubahan, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimt serpihan frasa.

Bosen dengernya = bosan mendengarnya, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan

jenis interferensi tingkat kalimat sepihan frasa.

Ngaku deh = mengaku saja, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Anyway = apapun, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Ngojek = mengojek, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas pennggalan imbuhan.

Life skill = keahlian diri, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Lillahi ta’ala = karena Allah saja, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Menawari = menawarkan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi morfologi akhiran –i.

Daftarin aja = daftarkan saja, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

(30)

1) …….kamu bisa membelinya walau hasil nodong orang tua atau pinjem? 2) Toh, dalam kekurangan yang menghimpit tersebut…..

Bentukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan,

sebab konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Nodong = meminta, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Toh = walaupun, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Pinjem = pinjam, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

B. Edisi th XII 16-30 Mei 2003

Rubrik Bianglala 1 dengan judul SPMB (Jangan) Salah Pilih Malah Bingung.

1) Tanggal 1 dan 2 Juli nanti bakal jadi saat-saat menegangkan…..

2) …Kamu- kamu yang pengen banget melanjutkan studi ke perguruan tinggi (PT) 3) Pokoke jangan sampai salah pilih

4) … nanti malah bingung….

5) Trus ngerasain juga asyiknya nggak pake seragam…… 6) Emang sih udah banyak sekolah yang menerapkan….. 7) Milih jurusan memang susah, kayak milih pacar 8) Sori la ya, Nida nggak pacaran

9) …ahli hukum emang masih inceran sebagian pelajar…

10) …kalo pencarian, pemanfaatan dan pengamalanya nggak bener & nggak nyar’i

(31)

13) Jangan Cuma karena pengen gengsi kuliah di PTN kamu ngasal aja milih. 14) Terus, jangan juga belum apa-apa udah underestimate.

15) Dengan jumlah buaaaanyak dan beragam,…… 16) Jangan meluk pohon sambil nyanyi India ya.

Betukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab

konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Bakal = akan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Pengen banget = ingin sekali, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi tingkat kalimat rserpihan frasa.

Pokoke = pokoknya, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Malah = jadi, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Ngerasain = merasakan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan

Nggak pake = tidak memakai, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas pennggalan imbuhan Emang= memang,

Udah = sudah merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas pennggalan imbuhan.

Milih = memilih, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan

Emang = memang, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

(32)

Kayak = seperti, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Sori = maaf, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Inceran = incaran, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Bener = benar, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Nyar’i = syar’i/sesuai ketentuan, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan

jenis interferensi bidang sintaksis tutur ringkas pennggalan imbuhan

Kalo = kalau, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Kudu = harus, merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan jenis interferensi

leksikal.

Ngasi = memberi, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Ngasal = asal/ sembarangan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas pennggalan imbuhan.

Underestimate = menganggap remeh, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan

jenis interferensi leksikal.

Buaaanyaak = banyak sekali, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi leksi kal.

Meluk = memeluk, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

(33)

Nyanyi = bernyanyi, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Rubrik Bianglala 2 dengan judul Kenali Potensi, Minat dan Bakat.

1) Wajar banget kalau banak yang tidak lulus atau kecewa. 2) Aku suka minderan nggak?

3) ……lulus dari fakultas tehnik malah jada teller pada sebuah bank. 4) Namun, sudah sunnatullah, setiap prestasi akan mendapat penghargaan.

Bentukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab

konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Banget = sekali, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Minderan = rendah diri, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi leksikal.

Teller = kasir, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Sunnatullah = sudah jadi takdir Tuhan, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan

jenis interferensi leksikal.

Rubrik Bianglala 3 dengan judul Belajar Tentang Belajar Melakukan.

1) Nah, gimana buat kamu yang mungkin tidak beruntung………

2) Ada banyak jalan ke Roma,tarbiyah madal hayah, gitu kan kata Rasulullah. 3) Satu ini drop out lho dari Harvard University.

(34)

Bentukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab

konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Gimana = bagaimana, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Tarbiyah madal hayah = belajar sepanjang hidup, merupakan interferensi dari bahasa Arab

dengan jenis interferensi tingkat kalimat serpihan klausa.

Gitu = begitu, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Drop out = keluar/berhenti, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan

jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Background = latar belakang, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan

jenis interferensi leksikal.

C. Edisi No.02 th XIII 1-15 Oktober 2003

Rubrik Bianglala 1 dengan judul Menguak Rahasia Langit

1) .…dari keseluruhan jagad raya yang maha gueedee ini?

2) ……..bumi kita ini cuma sa’nduliit dari ratusan, ribuan, bahkan triliyunan….. 3) …..kebayang dong kalo ada teleskop yang diameternya lebih besar, …. 4) ….ini karena Alquran firman Allah, Almighty.

5) dan langit yang dapat dipandang manusia adalah sama’ud dunya….

6) … mau sombong? Cari aja tempat tinggal di galaksi lain.

Bentukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab

konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Gueedee = besar sekali, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

(35)

Sa’ndulit = sedikit, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Kebayang = terbayang, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Almighty = Maha Kuasa, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Sama’ud dunya = langit terendah, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Aja = saja, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidangsintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Pada rubrik Bianglala 2 dengan judul Benarkah Kita Hanya Sendirian?

1) ….mereka mencocokannya dengan bukti yang didapat secara science

2) …dengan abad kelima hijriah telah menjadi pelopor dalam research tentang alam 3) ….sejarah ilmu pengetahuan yang melakukan experimental sciences, ilmu --- 4) …yang kemudian berkembang menjadi applied sciences

5)….dan dari studi yang terus dikembangkan, habitable zone atau tempat layak

Bentukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab

konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Science = ilmu pengetahuan/sains, merupakan interferensi dari bahasa Inggris

dengan jenis interferensi leksikal.

Research = riset, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Experimental sciences = ilmu percobaan merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan

(36)

Applied sciences = ilmu terapan, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan

jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Habitable zone = tempat layak huni bagi suatu tempat kehidupan, merupakan interferensi

dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Ilmu thabi’I = ilmu percobaan, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan jenis

interferensi leksikal.

Rubrik Bianglala 3 dengan judul Raih Cinta Penduduk Langit dan Bumi

1) Raih dan kembangkanlah hikmah itu melalui sulthan….

Bentukan kata yang pada kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab konsep

pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Sulthan = kekuatan apapun yang kita miliki, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan

jenis interferensi leksikal.

D. Edisi no.11/XIII/1-15 Maret 2004

Rubrik Bianglala 1 dengan judul Asyiiiik………Ikut Nyoblos!

1) Ada apa? Bukan April Mop (itu mah April 1 April). 2) Lagi pula partai banyak yang omdo alias omong doang. 3) Lagi pula sistem sekarang membingungkan, ribet!

4) Kalau dijejerin, nolnya sepanjang kenangan. 5) Inget! Di Asia lho bukan dunia!

6) Habis buat nombokin utang Negara yang seabrek itu!

7) Yang bikin malu, beberapa waktu lalu Polri mengungkap pabrik ectasy di Tangerang. 8) ……aparat yang mudah ‘dibeli’ plus nilai perdagangan dunia…..

(37)

10) … tentang negeri ini soalnya takut sobat Nida keburupingsan. 11) Memilih para wakil yang berkualitas dan mendelete yang memble

12) Kayaknya nggak ngaruh deh.

13) Lagian bete ah sama yang berbau politik

14) Pemilu benar-benar sarana untuk mengkick pemimpin nyebelin seperti itu. 15) ….berasa banget kan kalau pemilu itu urgent….

16)….biasanya Cuma lips service…..

17) … adalah pemilu pertama kamu alias the first time nyoblos.

Bentukan kata yang pada kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab konsep

pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Mah = kan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi leksikal.

Omdo alias omong doang = bicara saja, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan

jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Ribet = repot, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi leksikal.

Dijejerin = dijejerkan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan

jenis interferensi leksikal.

Inget = ingat, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Nombokin = membayar, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi leksikal.

Utang = hutang, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Seabrek = sebanyak, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

(38)

Bikin = buat, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Ectasy = ekstasi, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Plus = tambah merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Gede = besar merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Keburu = terlanjur, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Mendelete = menghapus merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Memble = lemah, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Ngaruh = berpengaruh, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Lagian = lagipula, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Bete = kesal, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Nyebelin = menyebalkan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Berasa = terasa, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

(39)

Urgent = penting, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Lips service = hanya di mulut saja, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

The first time = pertama kali, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Nyoblos = mencoblos, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Rubrik Bianglala 2 dengan judul Pilih Pahlawanmu Lewat Pemilu

1) boro-boro berkecukupan, lebih dari 40 juta rakyat negeri……… 2) …oleh Mahkamah Agung adalah contoh paling anget buat kita. 3) …bicara soal pinokio made in Indonesia, itu sekarang.

4) percuma memilih yang soleh tapi kagak pinter.

5) tumpukan kekecewaan ini berubah menjadi sikap emoh, anti partai bahkan anti pemilu. Bentukan kata yang pada kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab konsep

pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Boro-boro = jangankan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Anget = hangat, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Made in = buatan, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Kagak = tidak, merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan jenis interferensi

(40)

Pinter = pintar, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Emoh = tidak mau, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Rubrik Bianglala 3 dengan judul Partai Oke Kampanyenya Oke Juga.

1) Tapi juga jangan ogah milih, karena ketika Negara ini,… 2) Isi kampanye bukan cuma janji alias ngibul.

Bentukan kata yang pada kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab konsep

pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Ogah = tidak, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi leksikal.

Ngibul = bohong, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi bidang

sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Milih = memilih, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi bidang

sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

E. Edisi No.06/XIV/1-5 januari 2005

Rubrik Bianglala 1 dengan judul Jatuh Cinta Yuuk…Sama Diri Sendiri

1) Kalau saja hidup bisa semudah hidup dan sesempurna orang lain, pasti happy banget 2) Menurut kantor berita AFP, remaja sono senang sekali pergi ke dokter bedah

3) …Michelle Branch atau Avril Lavigne yang khas dengan penampakan udel dan

pinggulnya

4) … hidup remaja harus senang-senang dan santai, perilaku harus funky…

(41)

7) …..karena terus-terusan iri melihat amazingnya gaya anak kota.

8) Di mal semua yang kita inginkan berebut minta kita beli. Nggak kuku kan?

9) Tempat baik di akhirat? No way!

10) .. tidak pernah ke bioskop, ataupun jarang nyiciip Kentucky.

Bentukan kata yang pada kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab konsep

pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Happy = senang merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Sono = sana, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Udel = pusar, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Funky = keren, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Pacaran = berpacaran, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Kacian deh lo = kasihan sekali kamu, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Linglung = bingung, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Amazing = luar biasa, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

nggak kuku kan? = tidak kuat kan? merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

(42)

No way = tidak akan, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Nyicip = merasa, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Rubrik Bianglala 2 dengan judul Hari Gini Masih Ikut-ikutan?

1) Capek lagi ngeratap melulu

2) Buat om Billy Joel maap diplesetin dikit lagunya 3) Plus jadi trendsetter buat orang disekeliling kamu 4) Bukan Cuma ngikutin orang lain.

5) Life is beautiful kata robertino benigni dalam film berjudu l sama 6) Apa enaknya banding-bandingin diri melulu sama orang lain 7) Badanku kok ndut, nggak kutilang kayak si ini?

8.) Now, its time to say: I love me just the way I am

9) …Gwen Stefany Yang pede dengan dandannya yang heboh.

10) …bukan pula the way of Narkoba, free sex, yang cuek nggak ada juntrungannya

11) …yang merasa just the way I am karena mencontek, ngetrack, ngerokok, dan lain lain 12) Bangga dengan apa yang memang sudah given, ketentuan Allah pada diri kita.

13) Dengan sekali melihat, sepupu Nida itu bisa langsung gape membuat setrimin,… 14) Dia nggak akan percaya begitu saja pada sesuatu yang sedang ngtrend.

15) Kenapa harus inovator? Bukan inodaratista?(hehe, kepleset lagi?)

Bentukan kata yang pada kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab konsep

pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Ngeratap = meratap, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

(43)

Diplesetin = diplesetkan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Trendsetter = acuan/, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Ngikutin = mengikut i, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Life is beautiful = hidup itu indah, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Banding-bandingin = membanding-bandingkan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa

dengan jenis interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Ndut = gendut, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Now,its time to say I love just the way I am= sekarang waktunya katakan aku mencintai

diriku apa adanya, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

tingkat kalimat serpihan klausa.

Pede = percaya diri, merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan jenis

interferensi leksikal.

The way of = jalan, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

tingkat kalimat serpihan frasa.

Free sex = seks bebas, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Juntrungannya = arahanya, merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan jenis

interferensi leksikal.

Ngtrack = membalab, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

(44)

Given = diberikan, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Gape = mahir/ahli, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Ngtren = tren, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Kepleset = terpeleset merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang morfologi awalan ke-.

F. Edisi No.11/XV/15 Juli-15 Agustus 2006

Rubrik bianglala 1 dengan judul Hancur Karena Ujian? Nggak Banget deh!

1) ……udah tau juga dan pasti ikutan berpendapat….. 2) Gimana sih kita melihat ujian?

3) The goal is also in the process,begitu kata sebuah pepatah lama. 4) Yang ada pas ujian malah nervous dan black out,….

5) Hal ini diperlukan untuk menghindari bias (like and dislike),karena pilihan….. 6) Yang bikin mbak Ria nyadar saat seorang sahabat bilang kepadanya….. 7) Dia lulus tapi abis itu gone with the wind (alias nggak nempel ilmunya). 8) Mulanya saya shock juga.

9) …..dengan nilai berbentuk angka dan huruf, mungkin merupakan corner stone….

10) Aku putuskan untuk nganggur setahun dulu.

11) Never, never, never, never give up,begitu kata Winston Churchill….. 12) Mengevaluasi diri melalui ujian demi perbaikan ke depan its ok,….

(45)

Bentukan kata yang pada kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab konsep

pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Udah = sudah, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Ikutan = ikut, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Gimana sih = bagaimana, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

The goal is also in the process= tujuan juga merupakan proses, merupakan interferensi dari

bahasa Inggris dengan jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Malah = jadi, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Pas = waktu, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

Nervous = gugup, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.

Black out = tersingkir, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Like and dislike = suka dan tidak suka, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan

jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Nyadar = sadar, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Gone with the wind = pergi bersama angin, merupakan interferensi dari bahasa Inggris

(46)

Nempel = menempel, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Sock = terkejut, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Corner stone = batu loncatan, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Nganggur = menganggur, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Never give up = tidak pernah menyerah, merupakan interferensi dari bahasa Inggris

dengan jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Never give up = tidak pernah menyerah, merupakan interferensi dari bahasa Inggris

dengan jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

It’s ok = tidak masalah, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

wallahu’alam = hanya Allah tahu, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan jenis

interferensi leksikal.

Rubrik Bianglala 2 dengan judul Nggak Cemen Gara-gara UN

1) Gak cemen gara-gara UN.

2) Kita kudumengulik lagi bahwa rahasia kehidupan yang Allah atur…. 3) …saat ujian listening bahasa inggris, sound system di ruangan ati 4) Pergaulan bikin aku sering madol, Cuma untuk main playstation… 5) Akhirnya aku ngulang dikelas satu.

Bentukan kata yang pada kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab konsep

(47)

Cemen = lemah, merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan jenis interferensi

leksikal.

Kudu mengulik = harus mencari tahu, merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan

jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Listening = mendengar, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Sound system = pengeras suara, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Madol = membolos merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan jenis interferensi

leksikal.

Playstation = permainan, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.

Ngulang = mengulang, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Rubrik Bianglala 3 dengan judul Nggak Lulus?

1) Terus, seharusnya jangan pake standar 4,26 per mata pelajaran 2) ….tahun ini pakai system KBK, ntar pindah lagi ke system lain…

3) Siswa terdzalimi oleh standar 4,26 terutama siswa….

Bentukan kata yang pada kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab konsep

pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:

Pake = pakai, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi leksikal.

Ntar = nanti, merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan jenis interferensi leksikal.

Terdzalim = zalim/sewenang-wenang, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan jenis

Gambar

Tabel perincian pada majalah Annida pada sepuluh edisi

Referensi

Dokumen terkait

Debt to total aset sangat penting dalam menentukan dividend payout ratio karena rasio ini menunjukkan besarnya total hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang

Puji syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum

To know whether there is a correlation between teacher’s affection and students’ achievement in English learning at PIBA Universitas Islam Negeri Alauddin

Tujuan penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 ini adalah untuk melihat dampak dan kebakaran hutan terhadap kejadian ISPA dan pneumonia di Kabupaten Pulang Pisau Provinsi

Hal ini disebabkan karena perusahaan telah memiliki sejumlah dana yang memadai yang diperoleh dari keuntungan atau laba perusahaan yang tinggi sehingga akan

Differences in degradability between assays could result from increased particle losses from bags in assay 2 when meals were ground before incubation, since BBM and BMBM zero Ð

Elsewhere, EU Agriculture Commissioner Phil Hogan said at the Informal Meeting of Agriculture and Fisheries Ministers that took place on September 5, 2017, in Tallinn, Estonia,

Hasil grafik spektrum dari plasma laser plat tembaga murni menunjukkan bahwa hampir semua panjang gelombang diskrit yang muncul adalah panjang gelombang dari Cu,