POLI\'POLI\
HUBT'NGAII
Sq'TAI.
TOKOH.TOKOH
AGAMA
DALADI
KERANGKA
KERI,'KI'NAN
ANTAR
['MAT
BERAGAMA
Kasus
Di
Kelurahan Cigugur
Tengah,Cimahi
Tengah, KabupalenBandung
Ke-kr,nan
hidup antar umat beragama dapatdilihat
antaralain
dari pola hubungan antar tokoh-tokoh agama yang terdapat dalam masyarakat Jikapada level nasional hubungan antar tokoh agama dari masing-masin gagarna yang terdapat di Indonesia relatif intensif, tidak demikian halnya pada level masyarakat.
Dari
penelitian tentang "Pola-Pola Hubungan Tokoh-Tokoh Agama Dalam Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama" sebagaimana dirangkum dalam pelaporan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa pola hubungan antar tokoh agama kurang intensif sehingga tidak mengarah ke kerukunan aktif.Namun
selainitu,
terdapat pula konflik. antartokoh
agama,yaitu
antaratokoh Islam
dan tokoh
Pantekosta karena masalahpendirian gereja
di lingkungan mssyarakat yang beragama Islam. Sedangkan dalam kegiatanekonomi,
politik,
keluarga, dan pertemanan ataupribadi
ditaddai
oleh hubungan yang bersifat akomodatif.Dalam penelitian
ini
ditemukan pula kecenderungan pandangan atau persepsi pada sebagian pemeluk agama khususnyayang
beragama non-Islam, bahwa agama atau tepatnya beragama tidak lain merupakan pilihan "alternatif. " Pandangan atau persepsi yang demikian tidak disetujui oleh danberbeda dengan pandangan umat Islam dan tokoh- tokoh umat Islam setem-pat yang memandang agama sebagai keyakinan kebenaran, sehingga dalam batas tertentu mengandung potensi
konflik
dalam hubungan antar umat beragama. Ditemukan pula tingkat toleransi antar umat beragama, khusus-nya antar tokoh beragama di masyarakat setempatPenelitian
ini
menggunakan pendekatankualitatif
dengan metode wawancara dan partisipasi terlibat selama satu bulan\
Drs.
Nawari Ismail
A.
PENDAHULUAN
1.
Temuan-Temuan
Penelitian
ini
tujuan utamanyaun-tuk
mengetahuipola- pola
hubungan sosial antar umat beragama dan tokoh-tokoh agama(Islam,Katholik,
Pantek-osta, dan Budha) dalam berbagaistruk-tur
kegiatan masyarakat.
Seiring
dengan
itu
juga
mengkaji
mengenaifaktor-faktor
penyebab terjadinya pola hubungan tertentu, baik antar umat ber-agama maupun tokoh-tokoh agama.Berdasarkan
penelitian
yang
di-lakukan ada
beberapa temuan,
Te-muan-temuan
ini
selain
berkaitan
dengan permasalahan
pokok
j uga berkaitan dengan setting yang mengi-tari masalah pokok.a.
Pembangunanekonomi
teru-tama
akibat
industrialisasi
mempengaruhi pola kehidupan
beragama masyarakat
setem-pat,
Kehidupan
keagamaan mengarah pada indiv idualisas i.Hal
ini terlihat dari kiansedikit-nya
jama'ah
yang
sholat
j arn
a'ah di
masjid
atau
musholla.Masjid
sendirimen-galami'spasialisasi
fungsi'
yaitu masjid
hanya
dijadikansebagai
tempat sholat
dandzikir.
b.
Dalam
masyarakat perkotaanbiasanya
terjadi
diferensiasi
sosial.
Hal
ini
terjadi
pula
dalam peranan yang dimainkan
tokoh-tokoh
agama dalam
masyarakat
Tokoh
agama ter-pisah secara jelas dengan tokohmasyarakat,
baik
dari
segi manusianya maupunperanan-peranan
yang
dimainkan.
Walaupun tokoh-tokoh agama, khususnya
umat
Islam
mem-punyai
perangkat status
dan peranan di kelembagaantingkat
kelurahan, namunhal
itu
lebihbanyak berkaitan
dengan ke-hidupan keagamaan. Selain itu. dalam pelayanan umat ada per-bedaan antara tokohIslam
dantokoh
non Islam.Tokoh
Islam melayani umatdi
rumah tokohatau
tempat
ibadah
yang
di-asuhnya dan lebih bersifatmas-sal serta Iebih
banyak
mengurusi
soal
keagamaansaja. Sedangkan pada tokoh non Islam melayani umatnya selain
di
rumah tokoh/tempat ibadah, juga di nrmah umat, layanannyaselain bersifat massal
juga
per-sonal dan selain mengurusi soal keagamaanjuga
aspek
yanglain
seperti ekonomi dan kese-hatan umat.c, Kerukunan antar umat
bera-gama
dalam berbagai bidang kegiatanditandai
dengan pola hubungan akomodasi dan kerja sama. Khususdalam
kegiatan ketetanggaanselain
diwarnai
oleh hubungan akomodasijuga
ada
konflik.
d. Penyebab
hidup
rukun
atauhubungan
positip antar
umat beragama karena banyak fak-tor.
Dalam suatu
bidang
kegiatan dapatterdiri
dari duafaktor atau lebih
secara ber-samaan yang saling terkait,se-hingga
sulit
mengetahui faktormana yang paling dominan atau menentukan. Sedangkan
kon-flik
terjadi karena adanya pere-butan sumber ekonomi.e.
Di
antara tokoh-tokoh
agama juga ditandai dengan hubungan positip-pasif dan aktif, juga adaunsur
konflik.
f.
Penyebab tiadanyakonflik
an-tar
tokoh-tokoh
agama karena tiadanya kontak hubungan danpaham keagamaan tokoh agama
minoritas
yaitu
menganggap agama hanya sebagai pilihanal-tematif.
Sedangkankonflik
ter-jadi
karena adanya perebutan pengaruh keagamaan yang ber-sumberdari
pendirian
tempat ibadah (gereja).2.
Kerangka
Teoritik
Hubungan
sosial
merupakan
keadaamn di mana dua orang atau lebih
terlibat
dalam proses perilaku. Prosesperilaku
itu
terjadi
di
antara pelaku sosial sesuai dengan makna dan tujuan yang diberi oleh pelaku tersebut. Aspek kelakuan yang terdapat dalam hubun-gan sposial disebut dengan interakasisosial (Suparlan dalam
AW.
Widjaja, 1986: 93).Hubungan sosial
yang
dilakukan seseorang berbedainteraksi,
keeratan dan intensitasnya(ibid.).
Jika interaksi sering ada, maka antarindividu
akansaling
mempengaruhi
dan
dapat
menimbulkan hubungan
yang
teratur dan tetap atau hubungan berpola,se-hingga memungkinkan
terj adiny astruktur sosial.
Struktur sosial adalah pola dari hak
dan kewajiban para
individu/kelompok
dalam suatu sistem interaksi yangter-wujud
dalam rangkaian
hubungan sosialyang
relatif
tetap dalam
suatu jangka waktu tertentu(ibid.:
90). Yang membedakan pola hubungan sosial an-tar individu atau kelompok adalahper-anan yang disebabkan beberapa faktor,
misalnya
perbedaan
status
sosial,
lapisan dan jenjang sosial serta etnisPola-pola hubungan
antar
umat beragama atau tokoh- tokoh agama da-pat bersifat positip dan negatip. Bersi-fat mnegatip kalau terdapat persaingandan
pertentangan.
Bersifat
positip
kalau terdapat akomodasi. kerja sama
dan akhirnya integrasi
(Nahrowi,3O Juni 1990: 3)Interkasi sosial terjadi dengan baik
atau
positip kalau
ind iv idu-individu
yang berhubungan saling menganggap
adanya
keuntungan,kebutuhan
atau kepentingannyaterpenuhi
(
Susanto, 1983: 3 5, 36). Dalar:l situasidi
manapelaku merasa terpenuhi keinginan,
ke-butuhan, harapan,
kepentingannya
atau
merasakanadanya
keuntungandari
hubungan denganindividu
ataukelompok, maka individu tersebut akan
mudah bersedia bekerja
sama
danhidup
berdampingan dengan
Pihak lain.Sebaliknya kalau dalam hubungan sosial dirasa ti<!ak ada keuntungan atau
kepentingannya bertentangan dengan
pihak
lain,
maka memungkinkanter-jadinya
pertentangan
atau konflik.
Masing-masing
pihak
menonjolkanidentitasnya
untuk menghadapi pihaklain,
sehingga
batassosial
semakin jelas (Saifuddin, 1986: 8).Dalam hubungan sosial antar umat beragama atau tokoh- tokoh agama
da-pat terjadi penyesuaian untuk
menghin-dari
pertentangandan
supaya dapathidup
berdampingan dengan
salingmemberi imbalan atau
Pengorbanan,baik
secaramateri mauPun
sosial.Kalau hal
ini
terjadi
berarti hubungansosial
mencapai
pola
akomodasi
Menurut Ogburn danNimkoff,
akomo-dasi
merupakan'actual working
to-getherof
individuals or
group inspite differenceor
latenthostility'
(dikutip
dari
Susanto, 1983: 106). MaksudnYa kerja sama antarindividu
atau kelom-pok dimungkinkan terjadi walaupun di antara mereka ada perbedaan pahamAkomodasi
merupakan Iangkah awal menujulerjadinya
integrasi yaitu pen-yatuan kelompok- kelompok yangtad-inya
terpisah
satu samalain
dengan menghilangkan perbedaansosial
dan kebudayaan yang ada sebelumnya(Sai-fuddin,
1986: 7).Adanya hubungan PositiP-negatiP menunjukkan adanya
hidup
rukun-ti-dak rukun.
Dalam kaitannya
dengankerukunan antar umat
beragama
dan antar tokoh-tokoh agama, maka rukun-tidak rukun dapat terjadi karena banyakhal
(Suparlan,Materi
Pengarahan, 21 Nopember 1992). Pertama,tidak
ada kontak hubungan, masing- masingtr-dak perduli
karena
memPunYat
kesibukan dan kegiatan sendiri-sendiri Kedua, adanya hubunganinformal
dan spontanmelalui
sistem
kekerabatan, kekeluargaan, pertemanan,hobi,
rek-reasi
dan
hubunganpribadi
lainnya seperti merasa berhutang budi. Ketiga, adanya hubunganformal melalui
upa-cara nasional, sosial atau lokal.Keem-pat, adanya hubungan kerja yang saling
menguntungkan
Kelima,
karena
adanya aturan pemerintah atau perintah
atasan. Keenam, selain itu dapat
ditam-bah
denganfaktor- faktor lain
yaitu
karena
pemahaman
ajaran
agama, tradisiatau
kebiasaan, adanya interes ekonomi, takut dikucilkan, dan adanya rasa'pakewuh'.Hidup tidak rukun
daPatdilihat
pada faktor curiga dan prasangka lama,sikap ekskulsif umat
atau kelompok-krlompok agama, persaingan ataupere-butan fasilitas ekonomi,
persa ingandan
perebutan Pengaruh keagamaan,politik,
dan sosial, dan perbedaan pen-dapatdalam
beberaPa masalah(Na-hrowi, 30 Juni 1990:
4)
Bentuk-bentuk rukun-tidakmrukun da-pat terlihat dalam bidang kegiatan
ek-onomi,
politik,
k ek eluargaan,
kekerabatan, upacara
lingkaran
hidup sesuaitradisi dan
kebudayaan yangberlaku,
hobi,
kesenangan,
dan hiburan, pendidikan, dan lainnYaEDISI I -
t4l3lr99t
Seorang
pemimpin
termasuk
tokoh
agamamempunyai
kelompok. Sebagaiindividu
dari umat dan tokohyang memimpin suatu kelompok
,tokoh
agamadapat
berinteraksi den-gan umatnya sendiri, dengan umat dantokoh-tokoh
agama
lain.
Karena itu
hubungan antaratokoh-tokoh
agama dapat bersifat langsung dan tidaklang-sung. Hubungan langsung
a rt inyatokoh
agama berkomunikasi langsung dengantokoh
agamalain.
Hubungantidak
langsung
artinya tokoh
agama berhubungan dengan umat agama lainmelalui umatnya atau
berhubungan dengan tokoh agama lain melaluiumat-nya
Dalam kenyataan hubungan tidak langsunginilah
yang seringterjadi
diantara tokoh-tokoh
agama.
Hal
ini
karena
umat
kebanyakan yang seringmelakukan kontak
hubungan dengan sesama umat agama lain.3.
MetodePenelitian
Pendekatan
penelitian
ini
pada dasarnya pendekatankualitatiJ
yang
bersilat
holistik
yaitu
mencari uraian yang menyeluruh mengenaigejala-ge-jala
sosial
budayayang ada
dalammasyarakat. Gejala-gejala
itu
diper-lakukan sebagai unsur-unsur yang satu samalain
salingterkait
dalamhubun-gan satu
kesatuan
yang bulat
dan menyeluruh.Pengumpulan
data
di
lapangandigunakan
p engamatan
terlibat,
wawancara mendalam, dan dokumen-ter. Pengamatan terlibat digunakan
un-tuk
mengetahui
hubungan-hubungansosial umat dan tokoh
agama dalamberbagai bidang kegiatan. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan tentang hal-hal yang belum atau tidak terungkap melalui pengamatan terlibat,
misalnya
mengenai mengapa
se-seorangberpola hubungan
tertentu.Dokumenter digunakan
untuk
mem-peroleh data pendukung yang berkaitan dengan masalah dari berbagai berbagai bahanatau
catatantertulis,
misalnya data kependudukan, peta, dan bahan-bahantertulis
lainnya. Penelitian
di-lakukan
selamasatu bulan penuh
di lingkungan Kelurahan Cigugur Tengah KecamatanCimahi
TengahKotip
Ci-mahi Kabupaten Bandung.B.
SETTINGSOSIALBUDAYA
Kelurahan
Cigugur
Tengah yang terdiri dari 1 5 RW beradaditengah-ten-gah
jalur Kotip
Cimahi-
Ban-d ung.
Masyarakatnya masih
beradadalam tahap
transisi
menuju
masyarakat perkotaan. Proses
inbi
di-warnai oleh kemajemukan matapenca-harian,
etnis, dan
agama.
Setidak-tidaknya ada dua faktor yang memper-cepat proses menuju masyarakat perk-otaan tersebut. Pertama, letaknya yang beradadekat
kota Cimahi dan
Ban-dung
Kedua,dijadikannya
kelurahanini
sebagai daerah industri.Di
daerah ini sistem ekonomimas-sal (industri) dan tingkat migrasi sangat tinggi. Lahan pertanian semakin sempit
(6%)
dan
lahan untuk industri
dan perkantoran semakin luas (27%).Jumlah
penduduknya
pada tahunl99l
sebanyak
25.594
dan
luas
wilayahnya
23,51 Km2,
dengan
kepadatan pendudukan mencapai 1089
jiwa/Kn2. Hal ini
mrnunjukkan
keli-urahanini
termasuk daerah pendudukcukup
padat. Kepadatanini
terutamaterdapat
di
RW-RW yang
masuk wilayah selatan yang menjadi basis in-dustri. Penduduknya bukan lagi terdiri dari etnis Sunda, namun terdiri dari ber-bagai etnisseperti Jawa, Madura,Bali,
Batak, Padang, dan Tionghoa. Walau-pun begitu etnis Sunda dari penduduk asli masih menjadi bagian terbesar.Gejala kehidupan
perkotaan di
salah satusisijuga
mempengaruhi pola hubunganantar
individu
dankelom-pok,
tetangga atau kerabat, misalnyajika
terjadi
hajatandi
antara tetangga, teman atau kerabatlebih
banyak ter-bataspada
undang-mengundang.In-tensitas interaksi antar individu,
tetangga
dan
kerabat
juga
ki anberkurang.
Sekarang
dalam
s atukeluarga lebih banyak yang
terdiri
darisuami-isteri
dan anak-anak
(batursakasur:keluarga
inti),
walaupun
masih banyak keluarga yang mirip
den-gan batur
sadapur
(keluarga
luas). Makna dan muatan konsep batursasu-mur
(tetangga)
dan batur
salembur (orang sekampung) sudah mengalami perubahan. Tetangga selain terdiri fdari kerabatjuga ada pendatang yang sudah menetap dengan berbagai latar peker-jaan. agama, etnis dan daerah.Dalam
upacaralingkaran
hidup seperti perkawinan, khitanan danupa-cara kelahiran walaupun tetap
ada prosesyang
mengandung unsur adat dan agama, dalam batas-batas tertentu mulai mengalami penyederhanaanben-tuk,
namun belum merubahnilai
sak-ralitas
dan
substansinya.Kalau
dulu acara khitanan prosesdan
waktunya cukup lama, maka sekarang proses itulebih
disederhanakandan
waktunya cukup singkat. Kalau dulu anakdikhi-tan oleh paraji, sekarang sebagian besar dikhitan oleh tenaga medis moderen.
Dalam perkawinan
dulu
belumdikenal
tukar cincin
sekarang sudahdikenal
dandilakukan
banyak orang. Sebalumnyaperkawinan
antar
etnis masih tabu, sekarang halitu
sudah bi-asa. Walaupun begitu sampai sekarangperkawinan antar
umat
beragama masih menjadi hal yang tabudi
kalan-gan
pendudukasli.
Penentuan waktu dengan'primbon'
sudah sangat jarangdilakukan. Selain itu peranan aturan pe-merintah dan aparat pembantunya
san-gal
besar
dalam proses
persiapan
perkawinan, sehingga lembagaperk-awinan
sekarangbukan hanya
diaturolwh
kwluarga
berdasarkanadat
dan agama, tetapijuga
berdasarkanpera-turan pemerintah
di
Kelurahan ini
cukup
banyak
k el o m pok - ke Iom po ksosial, khususnya yang berupa asosiasi atau organisasi
formal. Dari
segi sum-ber orientasinya ada organisasi keaga-maan dan bukan keagakeaga-maan.Dari
segiformal+idaknya ada
organisasi semi formal (PKK,LKMD)
dan non formal. Di antara anggauta kelompok yang satu dengan kelompok yang lain saling adahubungan
formal
maupun informal.
Hubungan
formal
ditandai
dengan perangkapan peranan dan status yangdimiliki
oleh seseorang anggauta suatukelompok
di
kelompok
lain.
dangkan hubungan
informal
ditandsai dengan adanya hubungan pertemanandan
ketetanggaandi
antara anggauta kelompok sosial tersebut.Dalam setiap kelompok
mempun-yai sistem
kePemimPinan.
Kepemimpinan yang ada
di
kelurahanini
dapat dibagi pada pemimpin formaldan nomn formal.
Pemimpin
formalialah Kepala Kelurahan.
Sedangkan pemimpin
non
formal
adalah
pemimpin yang pemunculannya karena
adanya kelebihan dan
kemampuanyang
dimiliki
seseorangdan
diakui
oleh masyarakat. Pemimpin jenisini
di Cigug-ur Tengah ada pemisahan secarategas antara pemimpin
agama
danpemimpin
masyarakat.
Khusus
pemimpin
atautokoh
masyarakatse-bagian
besar
adalah
purnawirawan
ABRI
dan
banyak
yang
bukan
pen-duduk
asli.
Perananyang
dimainkan lebrh bersifat pasif dan insidental.Mata
pencaharian penduduksan-gat
beragam. Kebanyakan
sebagaiABRl/purnawirawan (34%),
disusul oleh buruh/karyawan swasta (27 ,7%),sedangkan petani hanya 6,970/o.
Sele-bihnya
secaraberurutan
terdiri
dari pedagang,penyewa kamar,
pegawainegeri,
pengangkutan,
keterampilan teknis, pengusaha, dan lain-lain sepertitukang
pijat,
tembel
ban.Petani
se-makin sedikit seiring dengan
dijadikan-nya
kelurahan
ini
sebagai
daerahindustri.
Sebaliknyaburuh
dan kary-awan swasta atau pabrik semakin ban-yak.Di
kelurahanini
trdak kurang dari 50jenis
industri
yang
memproduksi berbagai barang seperti industripemin-talan, tekstil, sepatu dan lainnya. Selain
itu
dalam masyarakat cukupberkem-bang
home industri seperti
sablon, Iangseng,kaligrafi. Begitu
pulaterda-pat
usaha perdaganganseperti
peda-gang pikulan/dorong,toko
kebutuhan sehari-hari, warung makan, restora, dan pedagangkaki
lima yang
berada di sepanjang pertigaan Cimandi sampai di depan pasar Cimindi.Dari berbagai macam mata
Penca-harian tersebut, penduduk
terbagi
kedalam
tiga
lapisan sosial
(ekonomi) yaitu golongan atas (kaya), menangah (sedang), dan bawah(miskin).
Golon-gan kaya
umumnyaterdiri dari
pen-gusaha yang sebagian besar pendatangdari
berbagai etnis. Golonganmiskin
umumnya buruhpabrik,
petanipeng-garap, tukang tambal ban. Buruh pabrik
banyak
dari
pendatang,petani
dan petani penggarap umumnya pendudukasli,
Golongan
menengah umumnyabekerja
sebagaipegawai
negeri
ter-masuk (purnawirawan)ABRI,
petani pemilik, karyawan swasta selain buruh. Golonganini
beragam ada yang pen-datangjuga
banyak
yang
penduduk asli.Di
kelurahanini
hanya ada Kom-desGolkar
dan AngkatanMuda
Sili-wangi (AMS) sebagai organisasi sosial kemasyarakatan
di
bawahGolkar.
Se-lain itu Golkar
mempunyai organisasi keagamaanyaitu Majelis Taklim
AI-Hidayah yang
aktip
mengadakan pen-gajian khususibu-ibu
Aktivitas
Kom-des Golkar danAMS ini
hampir tidakada.
Kedua partai
politik
yang
lainyaitu
PPP danPDIntidak
mempunyaiorganisasi. Walaupun begitu
padaPemilu
1992yang
lalu
Golkar
hanyamemenangkan
suara
tiIpis
yaitu
58,17Yo, sedanhkan
PDI naik
mem-peroleh 22,29to dan PPP hanya 19,63Yosuara
Di
tingkat kelurahan kegiatanpoU-tik
masyarakat sudah kian terbatas.Se-bab
pimp
inan
kelurahan
sudah
diangkat
oleh
pemerintah.
Kegiatanpolitik
dalam bentuk pemilihanpimpi-nan ada
di
tingkat RW.
Pemilihan KetuaRW
banyak didsarkan atas ke-mampuanindividual
dalamarti
kesia-pan seseorang sebagai'ujung
tombak'dan'ujung
tombok'
atau
mampumenyumbangkan
pikiran,
tenaga, waktu, dan bahkan biaya dalam mem-bangun masyarakat. Perbedaan agama dan etnis trdak menjadikriteria
dalampemilihan Ketua
RW
dan
kegiatan yang berkaitan denganpolitik
lainnya. Walaupun demikian selama ini seluruh Ketua RW beragama Islam dan banyak yang purnawirawanABRL
Menurut data tahun 1990 mayori-tas penduduk beragama Islam, namun dibandingkan
tahun
1985
mengalami penurunanrelatif
sebsar 0,6%0. UmmatKristen
danKatholik
masing- masing sebesar 2,500% dan 0,84o/o dansama-sama mengalami kenaikan relatif
sebe-sar 0,5070 dan 0,4%o AgamaBudhadan
Hindu tahun
I990
masing-masing
0,9Yo dan
0,11%
Selain itu ada aliran kepercayaan dan KongKhu
Chusebe-sar O,6Vo,
balk
0,4%o dibandingkanta-hun
1985.Ummat
beragama tersebuttersebar
di
berbagaiRW, tidak
adapengelompokan tempat dari umat
ber-agama, namun untuk Agama
Katholik
lebih banyak terdapatdi wilayah
utara dari kelurahan ini.Ummat beragama yang
mempun-yai
tempat ibadah hanya
Islam
danKristen
Pantekosta
(GPdI). Masjid
mengalami'spasialisasi
fungsi'
danjama'ahnya
sangatsedikit,
sehingga ada masjid yang menggunakan dalammengumandangkan
adzan.
Hal
ini
menunjukkan bahwa,
pembangunanekonomi
terutamaindustri
mempen-garuhi
pola
kehidupan
beragama
masyarakat setempatseiring
dengan perubahan mata pencahariandari
ber-tani ke buruh/karyawanpebrik
Sebabpabrik industri
ada
menggunakan
sistem'shif
dalam
penentuan waktu kerja buruh.Gereja Pantekosta
di
Indones ia merupakan satu-satunya tempat ibadah selain Islam. Pembangunan gereja inimenghadapi tantangan
dari
Majelis
Ulama'
dan umat Islam karena diang-gap menyalahi prosedure. Kabanyakanjama'ahnya
datangdari luar
CigugurTengah.
Kegiatannya
mengadakankebaktian,
dan
pelayanan perawatan janazah,Di
kelurahanini
organlsasi sosial keagamaan sepertiNU,
Muhammadi-yah
dan Persistidak
ada. Peranannya banyak dimainkanoleh
organisasiIs-lam
lokal
yangcukup
banyak sepertiBadan
Amil
Zakat
(BAZ),
Dewan
Keluarga Masj id
(DKM),
RemajaMas-jid,
pondok pesantren, dan majelistak-lim.
Selain
itu
masih ada
lembagapendidikan
Islam mulai dari
tingkat
Taman Kanak-Kanak sampaiSMTA.
Di
antara organisasi Islam yang aktipkegiatannya adalah
majelis taklim,
pondok pesantren, dan Majelis Ulama'.
DKM
dan
RemajaMasjid
walaupun hampir ada di setiap RW, sebagianbe-sar kegiatannya hamprr tidak
ada
Or-ganisasi
agama
selain [slam yaitu
Majelis
Gereja Pantekosta danKring
(Katholik)
yang masing-masing adadi
wilayah
selatan dan utara. Keduaor-ganisasi
ini
cukup aktip
melakukan kegiatannya.Tokoh-tokoh
agama dapat dibagike
dalam dua macamyaitu
tokoh tua (besar) dan tokoh muda (kecil). DalamPantekosta
dan
Katholik
termasuk tokoh Budha hanya ada tokoh kecrlataumuda,
sedangkan
dalam Islam
ada tokoh muda dab tokoh tua yang dikenaldengan'ajengan'.
Tokoh-
tokoh
nonIslam
bukan etnis
Sunda, sedangkan tokoh-tokoh Islam beretnis Sunda dan mayoritas penduduk asli.Hampir semua tokoh muda dan tua mempunyai perangkat status dan per-anan. Hanya saja pada tokoh non Islam
tidak
adayang
menduduki jabatan di kelembagaantingkat
kelurahan
danRW.
Tokoh-tokoh
Islam
terutamatokoh tua banyak yang
menduduki jabatan di kelembagaan tingkat kelura-han/RW.Tokoh
muda dan tua dalamIslam
masing- masing ada satu orang yang paling menonjoI karena perangkat statusdan
perananyang
dimiliki
di
tingkat
kelurahan.Kemenonjolan ini
nantinya
juga
terlihat ketika
meng-hadapi pendirian gereja dalam kapasi-tasnya sebagaiKetua dan
SekretarisMajelis Ulama'
Kelurahan.Antar tokoh non Islam dan antara
tokoh
nonIslam
dengantokoh
Islamtidak
ada hubungan kekerabatan.Se-dangkan
di
antaratokoh-tokoh
Islam (tokoh muda dantokoh tua0 adajalinan kekerabatan karena adanya kesatuan'ego'
yaitu Mbah Nurkarim
atau juga Mbah Abdul Halim.C.
FOKUS
r
:
HUBUNGAN
AN-TARUMAT
BERAGAMA
Secara
umum hubungan
an tar umat beragama dalam berbagai bidang kegiatan diwarnai oleh hubungan baik ataupositip, kecuali
dalam hubunganketetanggaan.
Dalam
h ubungan
ketetanggaan
selain
terjadi
hubungn baik jugatimbul konflik.
Dalam kegiatan ekonomi
an tar umat beragama, ketergantungan antara berbagai lapisan dan mata pencaharianlebih
didasarkan atas kebutuhan ek-onomi. Ketergantunganini
tidakmem-pengaruhi keyakinan
agama
masing-masing.
Dalam kegiatan
politik
khususnyadi
tingkat
RW,
segamabukan
meru-pakan kriteriapokok
dalam pemilihan ketuaRW.
Dalam kegiatanpolitik
le-bih
banyak
didasarkanatas
kemam-puan
individual
seseorang untuk
menyumbangkan
pikiran,
tenaga,
waktu dan
biaya
dalam
membangun masyarakat.Dalam
kegiatan
ketetanggaan
pernbedaanagama
bukan
masalah. Walaupun adadi
antara tetangga yang kurang akrab atautimbul
konflik,
na-mun lebih banyak disebabkan adanya perebutanfasilitas ekonomi yang
mudian
merembesdalam
hubungan ketetanggaan mereka.Hubungan
baik
juga
terdapat
dalam kegiatan upacara
lingkaran
hidup. Walaupum dalam
banyak hal terbatas pada undag-mengundang,na-mun
hal
itu
cukup untuk
terjadinyahubungan
baik.
Hal
ini
karena
masyarakat
telah diwarnai
kehidupan perkotaan yang mengangap waktuse-bagai
hal
sangat berharga untuk
kegiatan produktif.
Hubungan antar umat
beragamamelalui perkawinan
hanya
terdapatpada penduduk pendatang yang banyak
beragama selain
Islam.
Di
antara suami-isteri yang berbeda agama ako-modasi dankerja
sama tetapberlang-sung,
bahkan
berlanjut
sampai
mempunyai anak. Hubungan baik dan tenggang rasajuga
terdapat dalam ke-hidupan anggauta keluarga yangber-beda
agama,
juga
dalam
kegiatan pendidikan, dan upacara keagamaan.Penyebab
timbulnya
akomodasidan kerja sama di suatu bidang kegiatan dapat
terdiri
dari duafaktor
atau lebih secara bersamaan.Kedua faktor
ataulebih
itu
saling
terkait,
sehingga
terkadang sulit mengetahui faktor yangpaling
dominan atau
menentukan. Dalam penelitianini
ditemui palingti-dak delapan faktor yang menyebabkan
terjadinya
hubungankerja
sama danakomodasi
di
antaraumat
beragama. Faktor-faktor ini terdapat dalam bidang kegiatanyang menjadi
fokus
peneli-tian, baik
secara bersamaan maupunsecara sendiri-sendiri.
Pertama,
hubungan
baik
karena adanyahubungan
kerja yang
saling menguntungkan sertaadanya
interesekonomi.
Faktor
ini
terdapat
dalam kegiatan ekonomi.Di
bidang kegiatan ekonomi hubungankerja yang
saling menguntungkandan
interes ekonomi sangatdominan,
sehingga walaupunterjadi
penguatan identitas keislamandari
salah satu
pihak tidak
,menye-babkan terjadinya batas sosial. Secara
teoritik
kslsu
terjadi
pengiuatan atau penonjolan identitas, maka batas sosialantar kelompok akan kian
jelas,
se-hingga
konflik timbul.
Dalam
ken-yataan
seperti tersebut
di
atas,
walaupun identitas keislaman ditonjol-kan melalui media masjid danpembi-naan
keagamaanpada buruh, justru
kerja sama tetap dapatdrjalin.
Hal
ini
mungkin sekali
karena prakarsa pen-gadaanmedia
(masjid)
dan kegiatan yang mengakibatkan adanya penguatan identitas datangdari pemilik
perusa-haan yang minoritas.
Kedua, karena pandangan keaga-maan pihak minoritas yang
mengang-gap
soal
agama sebagai
"pilihan
alternatif'.
Faktor
ini
terdapat dalam banyak kegiatan seperti dalam kegiatan ketetanggaan, upacara Iingkaran hidup, perkawinan, kekeluargaan, pendidikanda, kegiatan ekonomi.
Ketiga,
karena adanya
upaya penyesuaianpihak minoritas
denganpihak
mayoritas(muslim) yang
dise-babkan adanya kekhawatiran
untuk dikucilkan dalam hidup ketetanggaan.Keempat, adanya perasaan senasib
di
rantau karena sama-sama satu etnis26 EDISI T -
atau daerah yang hidup
di
tengah- ten-gah masyarakat etnis Sunda yangmus-lim.
Hal
ini
menunjukkan bahwa, di antara ikatan primordial agama dan et-nis atau daerahjustru
yang lebihban-yak
mempengaruhi atau menentukan adalahfaktor
ikatan etnis atau daerah dibandingkan dengan faktor agama.Kelima,
sikap reaktip
dari
pihak mayoritas muslim terhadap sikap yang dilakukan pihak minoritas, Sikapreak-tip
mayoritasini
terkadang tidak dapat dipisahkan kedudukannya. Apakahsi-kap reaktip (mengikuti sisi-kap
yang diberikan oleh pihak minoritas) terse-but mgrupakan sikap penduduk aslise-bagai orang Sunda dalam menghadapi pendatang atau sikap sebagai muslim dalam menghadapi
non muslim
yangpendatang.
Walaupun
demikian,
mengikuti
pendapatHarsojo
bahwa, bagi orang Sunda agama Islam dan adattidak
dipisahkan dan biasanya kedua unsuritu
menjadi adat kebiasaan dankebudayaan
orang
Sunda (Harsojo
dalam Koentjaraningrat,
l9E5:
3l
l),
maka dapat dikatakan bahwa,
sikapreaktip mayoritas
muslim
(pendudukasli)
merupakansikap
sebagai orang Sunda sekaligus sebagai orang Islam. Sikap reaktipini
ada dalam hubungan ketelangagan.Keenam,
karena rasa "pakewuh" atau "kurang enak" dari pihakmayori-as
dan terdapat dalam kegiatan upcaralingkaran hidup. Ketujuh,
kebiasaanyang
sudahlama
berkembang dalam masyarakat. Kedelapan, karena adanyakriteria
ataufaktor
kemampuan indi-vidual dalam memimpin masyarakat.D.
FOKUS
2:
HUBUNGAN
AN-TAR
TOKOH-TOKOH
AGAMA
Hubungan
antar
tokoh
-tokoh
agama dalam berbagai bidang kegiatan tidak jauh berbeda dengan yangvterda-pat dalam hubungan antar umat
bera-gama. Hubungan
antar
tokoh-tokoh
agama
ini
diwarnai oleh
hubungan tanpakonflik
dankonflik.
Penyebab hubungan tanpa
konflik
atau hubungan
positip
pasif karena di antara tokoh-tokoh agamatidak
pernhterjadi kontak
hubungan.Polaini
ter-jadi
sebelum pendirian GerejaPantek-osla
di
Indonesia
(GPdI).
Selain itu
penyebab hubungan baikjuga
karena pandangan keagamaantokoh
agama minoritas (Katholik) yang menganggapagama sebagai
'pilihan alternatif
. Jugakarena adanya penyesuaian dari tokoh agama minoritas dengan kehidupan
pi-hak
mayoritasetnis
dan agama serta adanya kebiasaan menghormati undan-gan. Sementara dari tokoh agama may-oritas berhubungan baik karena adanya sikap reaktip seperti yang terdapat pada sikap umat Islam.Terjadinya
konflik
karena tokoh Islam merasa kepentingan Islam teran-cam dan dirugikan. Dengan berdirinya gereja tokoh Islam menganggapidenti-tas agama non Islam menguat dan den-gan demikian dominasi identitas lslam
di
Cigugur Tengah terancam.Hal
ini
menyangkut perebutan pengaruh di bi-dang keagamaanantar
tokoh
agama yang berbeda agamanya.E.
KESIMPULANDANSARAN
Dari
uraian terdahulu dapatdiam-bil
beberapa kesimpulan Polakeruku-nan
antar
umat
beragama
dalam bidang ekonomi,politik,
ketetanggaan,perkawinan,
kekeluargaan,
upacara lingkaranhidup,
pendidikan danupa-cara keagamaan
ditandai
dengan hubungan akomodatif dan kerja samaKhusus dalam kegiatan ketetangaan
se-lain diwarnai oleh hubungan
akomoda-tif
juga
ada
konflik.
Penyebab
terjadinya
hubunganbaik
atau rukuncukup
beragam, sedangkan penyebabkonflik
karenafaktor
perebitanek-onomi.
Hubunganbaik tercipta
lebihbanyak datang
dari pihak
minoritasKatholik
dan Budha yang dalamban-yak
sikap dan tindakannya diacukan kepada kebudayaannya, terutama pan-dangan keagamaannya yang mengang-gap agama sekedar'pilihan alternatif
dan kemampuan penyesuaian denganpihak mayoritas muslim
dari
etnis Sunda.Kerukunan antar tokoh-tokoh
agama ditandai dengan pola hubungan
tanpa
konflik
dan
konflik.
Tiadanyakonflik
karena tiadanya kontak hubun-gan.Pola
ini
ditemui
pada hubungan antara tokoh-tokoh Islam dengan tokoh Pantekostas sebelum pendirian gereja.Kontak
hubunganini
tidak
ada, baik secaraformal
maupun informal. Lebihdari
itu
karena
tidak
adanya
upaya mempertemukantokoh-tokoh
agama dalam suatu dialog atau forum lainnyadi
tingkat
kelurahan. Bahkan setelah terjadikonflik
anlara tokoh Islam danPantekosta yang
bersumber
dari
pendirian gereja, prakarsa ke arah
dia-log
tersebutjuga
tidak
ada, sehingga persoalan menjadi berlarut-larut. POla rukun tercipta antar tokoh-tokoh Islamdengan
tokoh
Katholik
dan
Budha karena paham keagamaanpiohak
mr-noritas. Sementaradari tokoh
agamamayoritas ada
sikap
'reaktif
seperti yang terdapat pada sikap umat Islam.Dari
kesimpulan tersebut dapatdiberikan
beberapasaran.
Pertama,dalam soal
pendrriantempat
ibadah, perlu sosialisasi peraturan perundang-undangan yang berlaku tentangprose-dure pendirian tempat
ibadah.
Sosialisas i perlu dilakukan, khususnyadi
kalangan apara pemerintahtingkat
bawah, kelurahan,RW
danRT
serta lembaga-lembaga keagamaan yang adadi
kelurahan. Dengan adanyasosial-isasi
peraturanyang ada
diharapkanberlaku
secara
efektif,
sekaIigus
menghindari penyimpangan prosedure, sehinggakonflik
yang bersumber dari pendirian tempat ibadah dapat dihin-dari. Kedua, perlu diadakan pertemuandi
tingkat
kelurahan yang melibatkan tokoh-tokoh agama yang ada.Hal
ini
gunalebih
mendekatkan tokoh-tokoh agamayang
ada, sekaligus dapat di-fungsikan sebagai wadahdialog
antartokoh -tokoh
agama, sehingga
ke-mungkinan terjadinyakonflik
dapat di-antisipasi.O
DAF-TAR
PUSTAKA
Departemen
Agama, 1979, Pedoman Dasar KerukunanHidup
Beragama, Jakarta: Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Depag RI.Effendi, Djohan, editor,
198O, Agama dan MasaDepan,
Iakafia:
Proyek Penelitian Keagamaan,13
Oktober
1993,
"Pem-bangunan
Kehidupan
Beragama
Dalam P e rspe k
tif
N e ga ra P an cas i la",Makalih
Pidato Upacara Pengukuhan JabatanAhli
Peneliti
Utama
Bidang Agamadan
Kemasyarakatan Depag RI.Geertz,
Clifford,
1989, Abangan,San-tri,
Priyayi
dalam
Masyarakat
Jawa, Jakarta: Pustaka Jaya.Graaf,
HJ. de,
1986,
PuncakKekuasaan
Malaram,
Jakarta:Grafitipress.
Koentjaraningrat, 1985,
Manusia
danKebudayaan
Indonesia,
lakarla:
Djambatan.---.,
1989,Antropologi,
Jakarla.Pengantar llmu
Aksara Baru.
Lauer,
RobertH.,
1989,Perspektif
ten-tangPerubahan,Sosial,
terjamahan, Jakarta: Bina Aksara.Nahrowi,
Moh.
Nahar, 30,Juni
1990, "HubunganAntar
Ummat Beragama", Makalah di Forum Diskusi StudiLokai
GMKI,
Cipayung-JawaBarat.Naim, Sahibi, 1983, Kerukunan
Antar
Ummal
Beragama,
Jakatta: Gunung Agung.Robertson,
Roland,
editor,
1988, Agama: DalamAnalisa
dan
Interpre-tasi
Sosiologis, terjamahan,
Jakarta: Rajawali.Saifuddin, Ahmad
Fediyani,
1986,KonJIik
dan
Integrasi,
Jakarta:Ra-jawali.
Sumardjan, Selo, Pengantar, 1988,
s'le-riotip,
Etnik,
Asimilasi,
Integrasi
Sosial,
Jakarta. Pustaka GrafikaKita.
Susanto,Astrid S.,
1983, PengantarSosiologi
dan Perubahan
Sosial,
Jakarta: Bina Cipta.Suparlan, Parsudi, editor, 1982, Penge-tahuan Budaya,
llmu-
IImu Sosial, danP e n gkaj i an Masalah-Masalah Agam a,
Jakarta: Balitbang Agama Depag RI.
Widjaja,
AW.,
editor,
1986,Manusia
Indonesia
Individu, Keluarga,
danMasyarakat,
Jakarta: Akademika
Pressindo