PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL
(Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Utara Periode 2009-2014) ECONOMIC GROWTH, REGIONAL OWN REVENUE, GENERAL ALLOCATION FUND,
SPECIAL ALLOCATION FUND AND ITS IMPACT ON CAPITAL BUDGET ALLOCATION
(Empirical Study Of District / City In The Province Of North Maluku Period 2009-2014)
Oleh : ALI MUFTI 20120420286
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Utara Periode 2009-2014) ECONOMIC GROWTH, REGIONAL OWN REVENUE, GENERAL ALLOCATION
FUND, SPECIAL ALLOCATION FUND AND ITS IMPACT ON CAPITAL BUDGET ALLOCATION
(Empirical Study Of District / City In The Province Of North Maluku Period 2009-2014)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh : ALI MUFTI 20120420286
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
SKRIPSI
PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Utara Periode 2009-2014) ECONOMIC GROWTH, REGIONAL OWN REVENUE, GENERAL ALLOCATION
FUND, SPECIAL ALLOCATION FUND AND ITS IMPACT ON CAPITAL BUDGET ALLOCATION
(Empirical Study Of District / City In The Province Of North Maluku Period 2009-2014)
Diajukan Oleh
ALI MUFTI 20120420286
Telah disetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing,
SKRIPSI
PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Utara Periode 2009-2014) ECONOMIC GROWTH, REGIONAL OWN REVENUE, GENERAL ALLOCATION
FUND, SPECIAL ALLOCATION FUND AND ITS IMPACT ON CAPITAL BUDGET ALLOCATION
(Empirical Study Of District / City In The Province Of North Maluku Period 2009-2014)
Diajukan Oleh
ALI MUFTI 20120420286
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan
Dosen Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Suryo Pratolo, S.E., M.Si., Akt., CA., AAP
Ketua Tim Penguji
Hafiez Sofyani, S.E., M.Sc. Anggota Tim Penguji
Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si 19660604199202 143 016
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Ali Mufti
Nomor mahasiswa : 20120420286
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI
KHUSUS SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN
BELANJA MODAL (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Utara
Periode 2009-2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 12 November 2016
MOTTO
“Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan
hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju
bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah
menemukan misinya dalam hidup” – Ustad Salman
PERSEMBAHAN
Thanks To……
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kesabaran kepada saya yang tak ternilai harganya, sehingga saya Alhamdulillah berkat ridhoNya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan penuh pembelajaran mengenai kesabaran dan keikhlasan.
2. Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak tauladan kehidupan
sehingga pada hari ini nikmat itu sungguh nyata saya rasakan atas ilmu pengetahuan yang bermanfaat berkat beliau yang telah membawa kita hijrah ke zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
3. Papa Warman, Mama Elimar, Uda Adit, Uni Zahra dan Uda Jafar yang selalu memberikan dukungan dan doa selama hidupku berada di perantauan, terimakasih telah menjadi keluarga terbaikku. Tanpa menunggu momen special, ucapan terimakasih inilah yang selalu ingin kusampaikan.
4. Sahabat-sahabatku “anak kolong langit” (Irvan Ahsani, Fendi Adriansyah, Handayani Jaka Saputra, Rahayu Putri Utami, Dio Erlangga Dwilopa, Muhammad Kusuma Aji, Zyahwan Alfian, Askariyanto, Hendra Saputra Pora, Wahyudi Effendi) yang telah mendukungku dari semester awal sampai sekarang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Selanjutnya terimakasih untuk Deandra Fariska yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5. Cahya Kartika Anggarini yang tidak pernah putus memberikan semangat dan dorongan serta motivasi. Tanpa menunggu momen spesial, ucapan terimakasih inilah yang selalu ingin kusampaikan, terimakasih karena selalu bisa kuandalkan, dari meminjamkan bahu tempat bersandar, hingga sekedar membukakan botol minuman.
6. Semua kawan-kawanku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah mengajarkan banyak hal tentang kehidupan dan selalu siap untuk membantu dari semester awal hingga sekarang baik soal akademik maupun non akademik. 7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) berpengaruh secara signifikan terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Maluku Utara. Metode penelitian yang digunakan
merupakan metode deskriptif dengan menggunakan data sekunder yang didapatkan dari
Badan Pusat Statistik Maluku Utara. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda menggunakan aplikasi SPSS (Statistic Product and Service
Solution) Versi 20.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal,
pendapatan asli daerah berpengaruh positif signifikan terhadap pengalokasian anggaran
belanja modal, dana alokasi umum berpengaruh positif signifikan terhadap pengalokasian
anggaran belanja modal, dan dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal.
ABSTRACT
The research aims to know whether Economic Growth, Local Revenue (PAD), General Allocation Fund (DAU) and Special Allocation Fund (DAK) significantly affect the allocation of Capital Expenditure in the District and City in the province of North Maluku. The research method use is descriptive method using secondary data obtained from the Central Statistics Agency of North Maluku. The analysis of the study uses multiple linear regression analysis which uses SPSS (Statistics Product and Service Solution) Version 20.0. The results of this study indicate that economic growth is significant negative effect on the allocation of the capital expenditure budget, local revenues significant positive effect on the allocation of the capital expenditure budget, the general allocation fund significant positive effect on the allocation of the capital expenditure budget, and special allocation funds positive effect on the budget allocation capital expenditure.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia,
kemudahan dan kelancaran dalam penulisan skripsi yang berjudul “PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA
ALOKASI KHUSUS SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGALOKASIAN
ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi
Maluku Utara Periode 2009-2014)” yang Alhamdulillah dengan penuh pengorbanan,
kesabaran, keikhlasan dan perjuangan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan
seizin Allah SWT.
Shalawat beserta salam tidak lupa tercurahkan kepada junjungan besar kita
Baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita hijrah dari zaman kegelapan
dan kebatilan ke zaman yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini. Sehingga pada hari ini kita bisa menikmati kemahsyuran ilmu pengetahuan
warisan beliau yang kemudian mempermudah kita untuk melihat alam semesta yang
begitu luas dan memperkaya pengetahuan kita guna menjadikan diri dan generasi
berikutnya yang lebih cerdas, yang kemudian dengan semuanya itu kita dapat lebih
bersyukur dan semakin dekat dengan Allah SWT.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis
mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah
tentang pentingnya pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum,
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Drs. Ietje Nazaruddin. S.E., M.Si., Akt., CA selaku Kepala Program Studi
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Bambang Jatmiko, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu, saran, pengarahan, bimbingan dan dukungan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang telah sabar dalam mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama dibangku perkuliahan.
5. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
6. Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan dukungan dan
perhatian sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan studi.
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat
dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.
Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak
penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat mendatangkan manfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 08 Desember 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... ix
E. Manfaat Penelitian ... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18
A. Landasan Teori ... 18
1. Teori Agensi (Agency Theory) ... 18
2. Pertumbuhan Ekonomi ... 20
3. Pendapatan Asli Daerah ... 25
4. Dana Alokasi Umum (DAU) ... 26
5. Dana Alokasi Khusus (DAK) ... 27
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ... 32
1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Anggaran Belanja Modal ... 32
2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Modal . 33 3. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Anggaran Belanja Modal ... 36
4. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Anggaran Belanja Modal ... 38
C. Kerangka Pemikiran ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41
B. Jenis Data ... 43
C. Teknik Pengambilan Sampling... 43
D. Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 43
E. Uji Kualitas Instrumen ... 49
1. Statistik Deskriptif ... 49
2. Uji Asumsi Klasik ... 49
a. Uji Normalitas ... 49
b. Uji Multikolinearitas ... 50
c. Uji Autokorelasi ... 50
d. Uji Heteroskedastisitas ... 51
3. Uji Hipotesis ... 52
a. Uji Koefisien Determinasi ... 53
b. Uji F ... 54
c. Uji T ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Gambaran Umum Subyek dan Obyek Penelitian ... 56
B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 61
1. Uji Statistik Deskriptif ... 61
a. Uji Normalitas ... 64
b. Uji Autokorelasi ... 65
c. Uji Multikolinearitas ... 65
d. Uji Heteroskedastisitas ... 66
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 67
1. Uji Koefisien Determinasi ... 67
2. Uji F ... 67
3. Uji T ... 68
a. Uji Hipotesis Satu ... 69
b. Uji Hipotesis Dua ... 69
c. Uji Hipotesis Tiga ... 70
d. Uji Hipotesis Empat ... 70
D. Pembahasan ... 71
1. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Anggaran Belanja Modal ... 71
2. Dampak Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Modal . 72 3. Dampak Dana Alokasi Umum Terhadap Anggaran Belanja Modal ... 73
4. Dampak Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal ... 74
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 75
A. Simpulan ... 75
B. Saran ... 76
C. Keterbatasan Penelitian ... 76
D. Implikasi Penelitian ... 77
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kabupaten dan Kota di Provinsi Maluku utara ... 42
Tabel 4.1 Kabupaten dan Kota di Provinsi Maluku utara ... 56
Tabel 4.2 Hasil Uji Analisis Deskriptif ... 62
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 64
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 65
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 66
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 66
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 67
Tabel 4.8 Hasil Uji Nilai F ... 68
Tabel 4.9 Hasil Regresi Linier Berganda ... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Anggaran belanja modal Provinsi Maluku utara ... 6
Gambar 1.2 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku utara ... 7
Gambar 1.3 Pendapatan Asli Daerah Provinsi Maluku Utara... 8
Gambar 1.4 Dana Alokasi Umum Provinsi Maluku Utara ... 9
Gambar 1.5 Dana Alokasi Khusus Provinsi Maluku Utara ... 11
Gambar 2.1 Model penelitian ... 40
Gambar 4.1 Belanja Modal Per Kabupaten/Kota 2009-2014 ... 57
Gambar 4.2 Pendapatan Asli Daerah Per Kabupaten/Kota 2009-2014 ... 58
Gambar 4.3 Dana Alokasi Umum Per Kabupaten/Kota 2009-2014 ... 59
Gambar 4.4 Dana Alokasi Khusus Per Kabupaten/Kota 2009-2014 ... 60
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh
secara signifikan terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Maluku Utara. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode deskriptif dengan
menggunakan data sekunder yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Maluku Utara. Analisis
dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda menggunakan aplikasi SPSS
(Statistic Product and Service Solution) Versi 20.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja
modal, pendapatan asli daerah berpengaruh positif signifikan terhadap pengalokasian anggaran
belanja modal, dana alokasi umum berpengaruh positif signifikan terhadap pengalokasian
anggaran belanja modal, dan dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap pengalokasian
anggaran belanja modal.
ABSTRACT
The research aims to know whether Economic Growth, Local Revenue (PAD), General Allocation Fund (DAU) and Special Allocation Fund (DAK) significantly affect the allocation of Capital Expenditure in the District and City in the province of North Maluku. The research method use is descriptive method using secondary data obtained from the Central Statistics Agency of North Maluku. The analysis of the study uses multiple linear regression analysis which uses SPSS (Statistics Product and Service Solution) Version 20.0. The results of this study indicate that economic growth is significant negative effect on the allocation of the capital expenditure budget, local revenues significant positive effect on the allocation of the capital expenditure budget, the general allocation fund significant positive effect on the allocation of the capital expenditure budget, and special allocation funds positive effect on the budget allocation capital expenditure.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun
2004, daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya
sendiri dengan sedikit bantuan dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah
mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan
sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat yang berkembang di daerah. Karena daerah telah diberikan
kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri maka tidak menuntut
kemungkinan bahwa daerah tersebut juga harus mengurus anggaran
keuangannya sendiri.
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan dasar
dalam pedoman Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di
Indonesia, dokumen anggaran daerah sering disebut Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk Provinsi maupun Kota dan
Kabupaten. Seluruh penerimaan dan pengeluaran Pemerintahaan Daerah baik
dalam bentuk uang, barang dan jasa pada tahun anggaran yang harus
dianggarkan dalam APBD (Kawedar dkk, 2008). Menurut UU No. 32 Tahun
2004 proses penyusunan anggaran melibatkan dua pihak: eksekutif
(Pemerintahaan Daerah) dan legislatif (DPRD), dimana masing-masing
2
pelaksana operasionalisasi daerah yang berkewajibban membuat
draf/rancangan APBD. Sedangkan legislatif bertugas mengesahkan
rancangan APBD dalam proses ratifikasi anggaran.
Dalam proses perencanaan terhadap program yang akan dilaksanakan,
khususnya dalam lembaga kemasyarakatan , maka prinsip perencanaan harus
mencerminkan terhadap nilai-nilai islami yang bersumberkan pada Al-Qur'an
dan Al-Hadits. Dalam hal perencanaan ini Al-Qur'an mengajarkan kepada
manusia :
: جحلا( نوحلفت مكلعل ريخلا لعفاو... 77
)
Artinya : Dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapatkan
keberuntungan (Al-Hajj : 77)
Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an, kita
hendaknya melakukan banyak hal yang dapat menguntungkan umat guna
mendapatkan keberuntungan di sisi-Nya. Tidak sampai disitu, Allah SWT
juga mengajarakan bahwa kita, manusia hendaklah bersikap adil terhadap
sesama. Hal ini dijelaskan dalam (QS An-Nahl : 90)
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
3
Ayat-ayat lain yang berkesinambungan dengan perencanaan adalah
dalam (Al-Isra’ : 36) sebagai berikut:
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Ayat tersebut merupakan suatu hal yang sangat prinsipil yang tidak
boleh ditawar dalam proses perencanaan supaya tujuan yang ingin dicapai
dapat tercapai dengan sempurna. Disamping itu pula, intisari ayat tersebut
merupakan suatu “pembeda” antara manajemen secara umum dengan
manajemen dalam perspektif Islam yang sarat dengan nilai.
Penyusunan APBD diawali dengan membuat kesepakatan antara
eksekutif dan legislatif tentang kebijakan umum APBD, Prioritas & Plafon
Anggaran yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan anggaran
pendapatan dan anggaran belanja. Eksekutif membuat rancangan APBD
sesuai dengan kebijakan umum APBD, Perioritas & Plafon anggaran yang
kemudian diserahkan kepada legislatif untuk dipelajari dan dibahas
bersama-sama sebelum ditetapkan sebagai Peratuan Daerah (Haryanto, 2007).
Dengan adanya UU no 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, dimana
otonomi daerah ini salah satunya bertujuan untuk memperkecil ketimpangan
fiskal yang disebabkan oleh pembangunan yang terlalu fokus di daerah pusat,
4
fiskal yang fungsinya untuk pemerataan pembangunan di seluruh Provinsi
yang ada di Indonesia. Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan yang
besar kepada daerah untuk menggali potensi yang dimiliki sebagai sumber
pendapatan daerah untuk membiayai pengeluaran daerah dalam rangka
pelayanan publik. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, salah satu
sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri
dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah.
Daerah yang mampu menggali potensinya sendiri, secara tidak
langsung akan merasakan proses yang memuaskan untuk kepentingan dalam
pelayanan publik yang dipengaruhi dari belanja modal yang baik. Anggaran
belanja modal dapat dipengaruhi oleh banyak variabel-variabel lain yang
bersifat mendukung atau membantu dalam pembiayaan kegiatan atau
kepentingan-kepentingan publik yang tidak sanggup di kelola oleh PAD
sendiri. Oleh karena itu pemerintah pusat membantu atau meringgakan beban
tersebut dengan menggunakan dana transfer yang diantaranya adalah dana
alokasi umum dan dana alokasi khusus.
Ketika suatu daerah mempunyai kendala tentang pelayanan publik
maka daerah tentu tidak dapat mengoperasikan agenda-agendanya dengan
baik pada periode tertentu, oleh karena itu peningkatan kualitas pelayanan
publik dapat diperbaiki melalui perbaikan manajemen kualitas jasa (service
quality management), yakni upaya meminimalisasi kesenjangan (gap) antara
5
demikian, Pemerintah Daerah harus mampu mengalokasikan anggaran
belanja modal dengan baik karena belanja modal merupakan salah satu
langkah bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan pelayanan kepada publik.
Darwanto dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan
anggaran belanja seharusnya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misalnya
untuk pembangunan. Penerimaan pemerintah daerah seharusnya dialokasikan
untuk program-program layanan publik. Kedua pendapat tersebut
menyatakan bahwa pengalokasian anggaran belanja modal untuk kepentingan
publik sangatlah penting. Untuk dapat meningkatkan pengalokasian belanja
modal, maka perlu diketahui variabel-variabel yang berdampak terhadap
pangalokasian belanja modal, seperti pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus
Berikut ini adalah model diagram dari anggaran belanja modal
Provinsi Maluku Utara :
Gambar 1.1
Pengalokasian Anggaran belanja modal Provinsi Maluku Utara 2009
6
Belanja modal dan pertumbuhan ekonomi memiliki kaitan yang
sangat erat, tetapi ada beberapa penelitian tentang ini yang menyatakan bahwa
tidak semua daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, meliki
anggaran belanja modal yang baik pula. pertumbuhan ekonomi suatu daerah
dapat diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu jumlah
nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan
perekonomian di suatu daerah.
Berikut ini adalah diagram pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku
Utara :
Gambar 1.2
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara
Faktor pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebagai salah satu syarat
agar anggaran belanja modal suatu daerah dikatakan baik tentunya tidak akan
cukup. Pendapatan Asli Daerah juga merupakan salah satu faktor penting
dalam mewujudkan anggaran bealnja modal yang bermanfaat untuk
pelayanan publik. Tetapi pembiayaan dari belanja modal tidak akan cukup 2009
7
kalau sumber biayanya hanya dari sektor pendapatan asli daerah saja.
Mengapa dikatakan tidak cukup ? karena pendapatan asli daerah diperoleh
dari pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Disanalah
guna dana transfer pusat sebagai pembantu pendaptan asli daerah sebagai
penambah untuk anggaran belanja modal.
Berikut ini adalah diagram dari pendapatan asli daerah Provinsi
Maluku Utara:
Gambar 1.3
Pendapatan Asli Daerah Provinsi Maluku Utara
Dalam pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, pemerintah
pusat akan mentransfer dana perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil. Kebijakan
penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
Dana transfer dari Pemerintah Pusat digunakan secara efektif dan efisien oleh
Pemerintah Daerah dalam meningkatan pelayanan publik. 2009
8
Setiap daerah mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama
dalam mendanai kegiatannya, pendapatan asli daerah di setiap Provinsi-pun
tentu berbeda-beda pula. hal ini menimbulkan ketimpangan fiskal antara satu
daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi ketimpangan
fiskal ini. Pemerintah mengalokasikan dana yang bersumber dari APBN untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam melaksanakan desentralisasi. Salah satu
dana perimbangan dari pemerintah ini adalah Dana Alokasi Umum (DAU)
yang pengalokasiannya lebih menekankan aspek pemerataan dan keadilan
yang selaras dengan penyelenggaran urusan pemerintahaan (UU 32/2004).
Dengan adanya transfer dana dari pusat ini diharapkan pemerintah daerah bisa
lebih mengalokasikan PAD yang didapatnya dan DAU sebagai sumber
bantuan dari pusat untuk membiayai belanja modal didaerahnya.
Berikut ini adalah diagram Dana Alokasi umum Provinsi Maluku
Utara untuk periode 2009-2014:
Gambar 1.4
Dana Alokasi Umum Provinsi Maluku Utara 2009
9
Materi menarik terkait transfer ke daerah dan dana desa tahun 2015,
serta kinerja APBD, Evaluasi Dana Desentralisasi dan Perekonomian Daerah.
Bahwa terdapat fenomena, banyak daerah belum puas dengan formulasi dan
porsi alokasi dana transfer yang ada saat ini. Dengan tujuan untuk mengurangi
ketimpangan fiskal baik antar pemerintah pusat dengan daerah atau antar
daerah dengan derah serta mendanai pelaksanaan program prioritas di daerah,
maka transfer ke daerah diberikan dengan memperhitungkan dan
mempertimbangkan kemampuan keuangan dan potensi setiap daerah.
Sama halnya dengan yang terjadi di Provinsi Maluku Utara saat ini.
Hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi infrastruktur di Maluku Utara masih
jauh dari kata memuaskan. Minimnya infrastruktur (baik secara kuantitas
maupun kualitas) di Maluku Utara ditengarai sebagai penyebab perekonomian
daerah tidak melesat kencang atau bahkan hanya jalan di tempat. Selain itu
persoalan geografis acapkali menghambat konektivitas antara kegiatan hulu
dan hilir perekonomian di Maluku Utara.
Salah satu dari bentuk dana perimbangan atau dana transfer lain adalah
dana alokasi khusus. Pemerintah Pusat memberi pendelegasian wewenang
kepada Pemerintah Daerah disertai dengan pengalihan dana, sarana dan
prasana serta Sumberdaya Manusia (SDM). Pengalihan dana diwujudkan
dalam bentuk dana perimbangan yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK).
Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Khusus
merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada
10
yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan,
pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan
umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang,
dan tidak termasuk penyertaan modal. Dengan adanya pengalokasian DAK
diharapkan dapat mempengaruhi belanja modal, karena DAK cenderung akan
menambah aset tetap yang dimiliki pemerintah guna meningkatkan pelayanan
publik.
Berikut adalah Dana Alokasi Khusus dari pemerintah daerah Provinsi
Maluku Utara tahun 2009-2014:
Gambar 1.5
Dana Alokasi Khusus Provinsi Maluku Utara
Dari faktor-faktor penerimaan daerah diatas tentunya sangat
mempengaruhi belanja modal suatu daerah. Tingkat pertumbuhan ekonomi
menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah maupun pemerintah
pusat. Pertumbuhan ekonomi mendorong Pemerintah Daerah untuk 2009
11
melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola sumberdaya yang ada
untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan mempengaruhi
perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Pembangunan
ekonomi ditandai dengan meningkatnya produktivitas dan pendapatan
perkapita penduduk sehingga terjadi perbaikan kesejahteraan. Kenyataan
yang terjadi dalam Pemerintah Daerah saat ini adalah peningkatan
pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan peningkatan belanja modal,
hal tersebut dapat dilihat dari kecilnya jumlah belanja modal yang
dianggarkan dengan total anggaran belanja daerah.
Pengalokasian sumberdaya ke dalam anggaran belanja modal
merupakan sebuah proses yang sarat dengan kepentingan-kepentingan politis.
Anggaran ini sebenarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan publik
akan sarana dan prasarana umum yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Namun, adanya kepentingan politik dari lembaga legislatif yang terlibat
dalam penyusunan proses anggaran menyebabkan alokasi belanja modal jadi
berkurang dan sering tidak efektif dalam memecahkan masalah di masyarakat.
Peningkatan alokasi belanja modal dalam bentuk aset tetap seperti
infrastruktur, peralatan dan lain-lain yang bersifat membantu kepentingan
public sangat penting untuk meningkatkan produktivitas perekonomian
karena semakin tinggi belanja modal semakin tinggi pula produktivitas
perekonomian. pemanfaatan belanja seharusnya dialokasikan untuk hal-hal
yang produktif, seperti untuk melakukan aktivitas pembangunan. Sejalan
12
menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk
program–program pelayanan publik. hal ini menyiratkan pentingnya
mengalokasikan belanja untuk berbagai kepentingan publik.
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran
belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja
modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik
untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas
publik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
publik, pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya.
Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang
relatif kurang produktif. Oleh karena itu penerimaan pemerintah haruslah
lebih banyak untuk program-program layanan publik.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Darwanto
dan Yustikasari (2007). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan variabel-variabel yang ada pada penelitian yang dilakukan
oleh Darwanto dan Yustikasari (2007). Variabel-variabel yang digunakan
diantaranya pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana
Alokasi Umum (DAU). Selain itu peneliti juga menambahkan variabel
independen lain dalam penelitiannya, yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK),
karena pada penelitian yang dilakukan oleh Anggiat Situngkir (2009) variabel
tersebut berdampak signifikan terhadap belanja modal.
Ada beberapa perbedaan dalam penelitian ini jika dibandingkan
13
independen Dana Alokasi Khusus (DAK). Pada penelitian terdahulu
menggunakan data dan informasi dari 3 (tiga) periode pemerintahan,
sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan 5 (lima) periode
pemerintahan dengan harapan dapat memberikan data dan informasi yang
lebih relevan. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengkonfirmasi penelitian
Darwanto dan Yustikasari (2007) dan mengetahui apakah variabel tambahan
Dana Alokasi khusus (DAK) berdampak terhadap pengalokasian anggaran
belanja modal. Oleh sebab itu peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian
dengan judul: PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI
DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS
SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGALOKASIAN
ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Empiris Pada
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Utara Periode 2009-2014) B. Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas dan lebih terarah,
maka dari permasalahan di atas telah dipersempit dengan ruang lingkup
pembahasan hanya pada kebupaten/Kota yang berada di Provinsi Maluku
Utara.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pertumbuhan ekonomi berdampak positif signifikan terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi
14
2. Apakah pendapatan asli daerah (PAD) berdampak positif signifikan terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Maluku Utara?
3. Apakah dana alokasi umu (DAU) berdampak positif signifikan terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Maluku Utara?
4. Apakah dana alokasi khusus (DAK) berdampak positif signifikan terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Maluku Utara?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan bukti secara empiris bahwa pertumbuhan ekonomi berdampak
positif signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara.
2. Memberikan bukti secara empiris bahwa pendapatan asli daerah (PAD)
berdampak positif signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal
pada Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara.
3. Memberikan bukti secara empiris bahwa dana alokasi umu (DAU) berdampak
positif signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara.
4. Memberikan bukti secara empiris bahwa dana alokasi khusus (DAK)
berdampak positif signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal
15 E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk
memperluas pengetahuan mengenai akuntansi sektor publik yang
berhubungan dengan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Pemerintah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pemerintah dalam hal pengalokasian anggaran belanja modal yang
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana
alokasi umum, dana alokasi khusus dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
b. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baik
secara teori maupun praktik terkait dengan pertumbuhan ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
16 c. Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah studi literatur
mengenai Pertumbuhan Ekonomi,Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Serta Dampaknnya
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi (Agency Theory)
a. Hubungan Keagenan dalam Penganggaran Sektor Publik
Teori keagenan yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen
berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori
organisasi. Teori keagenan menganalisis susunan kontraktual di antara
dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak
(principal) membuat suatu kontrak, baik secara implisit maupun
eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan bahwa agen akan
bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan oleh prinsipal.
b. Hubungan Keagenan Antara Eksekutif dan Legislatif
Dalam hubungan keagenan antara eksekutif dan legislatif,
eksekutif adalah agen dan legislatif adalah prinsipal (Halim &
Abdullah, 2006). Seperti dikemukakan sebelumnya, diantara prinsipal
dan agen senantiasa terjadi masalah keagenan. Oleh karena itu,
persoalan yang timbul diantara eksekutif dan legislatif juga
merupakan persoalan keagenan. Masalah keagenan paling tidak
melibatkan dua pihak, yakni prinsipal, yang memiliki otoritas untuk
melakukan tindakan-tindakan, dan agen, yang menerima
pendelegasian otoritas dari prinsipal. Dalam konteks pembuatan
19
mendelegasikan kewenangan kepada agen seperti pemerintah atau
panitia di legislatif untuk membuat kebijakan baru. Hubungan
keagenan disini terjadi setelah agen membuat usulan kebijakan dan
berakhir setelah usulan tersebut diterima atau ditolak.
c. Hubungan Keagenan Antara Legislatif dan Publik (Voters) Dalam hal pembuatan kebijakan hubungan prinsipal- agen yang
terjadi antara pemilih (voters) dan legislatif pada dasarnya
menunjukkan bagaimana voters memilih politisi untuk membuat
keputusan-keputusan tentang belanja publik untuk mereka dan mereka
memberikan dana dengan membayar pajak. Ketika legislatif
kemudian terlibat dalam pembuatan keputusan atas pengalokasian
belanja dalam anggaran, maka mereka diharapkan mewakili
kepentingan atau preferensi prinsipal atau pemilihnya, pada
kenyataannya legislatif sebagai agen bagi publik tidak selalu memiliki
kepentingan yang sama dengan publik.
(Halim & Abdullah, 2006) mengingatkan bahwa pendelegasian
memiliki konsekuensi tidak terkontrolnya keputusan agen oleh
prinsipal dalam hubungan legislatif-publik. Mereka menyebutkan
abdikasi (abdication), yakni adanya kondisi dimana agen tidak
dipagari dengan aturan bagaimana tindakan mereka berdampak
terhadap kepentingan prinsipal. Dalam hal ini pemilih (voters)
dicirikan sebagai pihak yang tidak peduli atau tidak berkeinginan
20
pilih. Kedudukan legislatif atau parlemen sebagai agen dalam
hubungannya dengan publik menunjukkan bahwa legislatif memiliki
masalah keagenan karena akan berusaha untuk memaksimalkan
utilitasnya (self-interest) dalam pembuatan keputusan yang terkait
dengan publik. Persoalan abdication menjadi semakin nyata ketika
publik tidak memiliki sarana atau institusi formal untuk mengawasi
kinerja legislatif, sehingga perilaku moral hazard legislatif dapat
terjadi dengan mudah.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah
barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di
suatu daerah. Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu
harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang
berlaku pada tahun bersangkutan.
Pengertian yang lain, pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan
output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi
biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat
indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan (Sukirno dalam Permana
21
Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan
penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini
mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan
barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan
ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam
penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan
teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di
bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh
ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang, dimana penekanan nya pada tiga hal yaitu proses,
output per kapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu
“proses” bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita
melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana
suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
Tekanan nya pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output per
kapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori
mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk.
Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan
output per kapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah
22
waktu yang cukup panjang tersebut output per kapita mengalami
peningkatan. Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis
faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan
kepada pertumbuhan ekonomi yang berlaku diberbagai negara dapat
disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan suatu negara adalah: kekayaan sumberdaya alam dan
tanahnya, jumlah dan mutu tenaga kerja, barang-barang modal yang
tersedia, tingkat teknologi yang digunakan dan sistem sosial dan sikap
masyarakat.
Beberapa teori yang menerangkan mengenai hubungan diantara
berbagai faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi.
Pandangan-pandangan teori tersebut antara lain:
a. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk,
jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta
tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa
pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli
ekonomi mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal
akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan
nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat
23
b. Teori Pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar (1939 dan 1947)
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua
ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod
secara terpisah. Harrod menjelaskan tentang teori pertumbuhannya
pada tahun 1939 dalam Economic Journal. Selanjutnya Domar
menyatakan teori nya pada tahun 1947 dalam Journal America
Economic Review. Walaupun dikembangkan secara terpisah, namun
teori ini memiliki inti yang sama sehingga kedua teori ini dikenal
sebagai teori pertumbuhan Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar ini
mempunyai asumsi yaitu:
1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full
employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam
masyarakat digunakan secara penuh.
2) Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga
dan sektor perusahaan.
3) Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan
nasional.
4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to
Save/MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antara
modal-output (Capital-Output\ Ratio atau COR) dan rasio pertambahan
modal-output (Incremental Capital-Output Rratio atau ICOR).
Menurut Harrod-Domar (1939 dan 1947), setiap perekonomian
24
nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal yang
rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut,
diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal.
Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output
(COR). Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh,
perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi
tertentu dari output totalnya.
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan 1947
Menurut teori ini garis besar proses pertumbuhan mirip dengan
teori Harrod-Domar (1939 dan 1947), dimana asumsi yang melandasi
model ini yaitu:
1) Tenaga kerja (atau penduduk) tumbuh dengan laju tertentu,
misalnya P per tahun.
2) Adanya fungsi produksi Q = f (K, L) yang berlaku bagi setiap
periode.
3) Adanya kecenderungan menabung (prospensity to save) oleh
masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari
output (Q). Tabungan masyarakat S = sQ; bila Q naik S juga
naik, dan sebaliknya.
3. Pendapatan Asli Daerah
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Halim (2007), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
25
wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sektor
pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena
melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat
membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.
b. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Halim (2007), kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:
1) Pajak Daerah
a) Pajak Provinsi
b) Pajak Kabupaten/ Kota
2) Retribusi Daerah, terdiri dari: Retribusi Jasa Umum, Retribusi
Jasa Usaha, dan Retribusi Perijinan Tertentu.
3) Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah, yaitu: Hasil
penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, hasil
pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti rugi,
keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
26 4. Dana Alokasi Umum (DAU)
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 tahun 2004 disebutkan bahwa
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antardaaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi. Dana Alokasi Umum (DAU) bertujuan untuk
pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah yang dimaksudkan untuk
mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antardaerah melalui
penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
daerah. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal
(fiscal gap) suatu\ daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah
(fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity). Daerah yang potensi
fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi
DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun
kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara
implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor
pemerataan kapasitas fiskal.
Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 dasar penghitungan Dana
Alokasi Umum (DAU) adalah sebagai berikut:
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua
puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan
27
a. DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan
alokasi dasar.
b. Celah fiskal yang dimaksud adalah kebutuhan fiskal dikurangi
dengan kapasitas fiskal Daerah.
c. Alokasi dasar yang dimaksud dihitung berdasarkan jumlah gaji
Pegawai Negeri Sipil Daerah.
5. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 tahun 2004 disebutkan bahwa
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional. Khususnya untuk membiayai kebutuhan
sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai
standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan Daerah.
a. Mekanisme Pengalokasian DAK Kriteria Pengalokasian DAK, yaitu:
1) Kriteria Umum, dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan
daerah yang tercermin dari penerimaan umum APBD setelah
dikurangi belanja PNSD;
2) Kriteria Khusus, dirumuskan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan
28
3) Kriteria Teknis, yang disusun berdasarkan indikator-indikator
yang dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana, serta
pencapaian teknis pelaksanaan kegiatan DAK di daerah.
b. Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui dua tahapan, yaitu 1. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK;dan
2. Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah
a) Penentuan Daerah Tertentu harus memenuhi kriteria
umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
b) Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan
dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum,
kriteria khusus, dan kriteria teknis.
c) Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
6. Belanja Modal
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.91/PMK.06/2007 tentang
Bagan Akun Standar (BAS) menyebutkan bahwa belanja modal
merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka
memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset
tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu
29
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran
belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja
modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana,
baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah maupun untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Oleh karena itu, dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah seharusnya
mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih banyak
digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Darwanto dan
Yustikasari (2007) menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya
lebih banyak untuk program-program layanan publik.
Aset tetap yang dimiliki pemerintah daerah sebagai akibat adanya
belanja modal merupakan syarat utama dalam memberikan pelayanan
publik.Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan
dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Setiap tahun
diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah sesuai dengan
prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka
panjang secara finansial. Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan
aset tetap pemerintah daerah yaitu peralatan, bangunan, infrastruktur dan
harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset
tetap tersebut yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset
tetap lain dan membeli. Namun biasanya cara yang dilakukan dalam
30
dilakukan umumnya melalui sebuah proses lelang atau tenderyang cukup
rumit.
Belanja Modal dapat diaktegorikan dalam 5 (lima) kategori utama
(Syaiful, 2006) :
a. Belanja modal tanah
Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan/pembeliaan/pembebasan penyelesaian, balik
nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan,
pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran
lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai
tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b. Belanja modal peralatan dan mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya
yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian,
dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris
kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap
pakai.
c. Belanja modal gedung dan bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran /
biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan
/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,
31
bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan
bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
d. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran /
biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan /
penggantian/peningkatan pembangunan / pembuatan serta
perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,
pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang
menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud
dalam kondisi siap pakai.
e. Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran / biaya yang
digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian
pembangunan / pembuatan serta perawatan fisik lainnya yang
tidak dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan
jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal
kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang
purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan
32
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis
1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
Pemberian otonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang
lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi, hal inilah yang mendorong daerah
untuk mengalokasiakan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk
kepentingan pelayanan public (Dawarnto dan Yustika sari, 2007).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita. Secara
tradisional, pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk peningkatan yang
berkelanjutan Produk Domestic Regional Bruto / PDRB (saragih, 2003).
Desentralisasi memberikan dampak yang sangat berarti bagi pertumbuhan
ekonomi daerah. Yovita, F.M (2011) menyatakan bahwa secara simultan
variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel belanja modal. Darwanto dan Yulia (2007) dalam penelitiannya
menyatakan hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yovita,
F.M, bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap belanja
modal. Biasanya bila pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik, maka
pemerintah daerah setempat akan terus meningkatkan alokasi belanja
belanja modalnya dari tahun ketahun guna melengkapi dan memperbaiki
sarana dan prasarana, tetapi disesusaikan dengan kondisi dan situasi pada
saat tahun anggaran tersebut.
Sedangkan Penelitian Nugroho Suratno Putro (2009) menunjukan
33
anggaran belanja modal, karena peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu
daerah belum tentu diikuti dengan peningkatan anggaran belanja modal,
tergantung pada situasi dan kondisi tiap-tiap daerah. Untuk menambah
bukti atas penelitian sebelumnya, dari uraian diatas dapat diturunkan
sebuah hipotesis:
H1: Pertumbuhan Ekonomi Berdampak Positif Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
Bila disesuaikan dangan Agency Theory, hubungan kotraktual antara
agen ( pemerintah ) dan prinsipal (masyarakat) dalam konteks PAD dapat
dilihat dari kemampuan dan tanggung jawab pemerintah daerah untuk
memberikan pelayanan publik yang baik serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui alokasi belanja modal, yaitu dengan
menyediakan sarana dan prasarana yang memadai yang dibiayai dari
belanja modal yang dianggarkan setiap tahun, sedangkan belanja modal itu
sendiri sumber pembiayaannya berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
Pemerintah daerah (agen) bertanggung jawab terhadap masyarakat
(principal) karena masyarakat telah memberikan sebagian uangnya kepada
pemerintah daerah melalui pajak, retribusi dan lain-lain. Dengan demikian,
ada hubungan antara pendapatan asli daerah dengan pengalokasian
34
tinngi diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang baik pula. Peningkatan
PAD diharapkan mampu memberikan efek yang signifikan terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal oleh pemerintah. Peningkatan
investasi modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan
kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat
partisipasi (kontribusi) public terhadap pembangunan yang tercermin dari
adanya peningkatan PAD. Dengan kata lain, pembangunan berbagai
fasilitas sector public akan berujung pada peningkatan pendapatan daerah.
Pelakasaan desentralisasi membuat pembangunan menjadi prioritas utama
pemerintah daerah untuk menunjang peningkatan PAD.
Penelitian yang dilakukan Darwanto (2007) menyatakan bahwa
pendapatan asli daerah berdampak positif dan signifikan terhadap alokasi
belanja modal. Temuan ini dapat mengindikasikan bahwa besarnya PAD
menjadi salah satu factor penentu dalam menentukan belanja modal. Dan
penelitian lain yang dilakukan (Abdullah Halim, 2006), menunjukan hasil
bahwa pendapatan asli daerah berdampak signifikan terhadap belanja
modal pemerintah daerah. Sedangkan penelitian Nugroho Suratno Putro
(2009) menunjukan bahwa pendapatan asli daerah tidak berpengaruh
terhadap anggaran belanja modal, karena PAD lebih banyak digunakan
untuk membiaya belanja pegawai dan biaya langsung lainnya dari pada
untuk membiaya belanja modal, selain itu peningkatan PAD suatu daerah
belum tentu diikuti dengan peningkatan anggaran belanja modal,
35
Secara logika apabila PAD suatu daerah ditingkatkan secara terus
menerus maka akan tercipta pengalokasian anggaran modal yang tinggi
untuk daerah tersebut. Oleh karena itu, peran PAD sangat menentukan
kinerja keuangan daerah. Dengan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing daerah diharapkan dapat bermanfaatkan untuk meningkatkan
pendapatan daerah. Pendapatan daerah tersubut dapat digunakan untuk
membiayai segala kewajiban dalam menjalankan pemerintahannya,
termasuk untuk digunakan dalam meningkatkan infrastruktur daerah.
Untuk menambah bukti dari penelitian terdahulu, maka dari uraian diatas
dapat diturunkan sebuah hipotesis:
H2: Pendapatan Asli Daerah Berdampak Positif Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
3. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
Otonomi daerah mendorong pemerintah daerah untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Tetapi, perbedaan kemampuan
daerah yang satu dengan daerah yang lainnya dalam mengelola potensi
lokalnya dan ketersedian sarana prasaran serta sumberdaya menyebabkan
pertumbuhan ekonomi antara satu daerah dengan daerah lainya tidak sama.
Pertumbuhan ekonomoi bertujuan untuk peningkatan ekonomi yang
36
Dana alokasi umum diberikan oleh pemerintah pusat untuk membiayai
kekurangan dari pemerintah daerah dalam memanfaatkan pendapatan asli
daerahnya. Dana alokasi umum dialokasikan untuk daerah Provinsi dan
Kabupaten atau Kota. Secara empiris penelitian yang dilakukan oleh
Permana (2013) membuktikaan bahwa besarnya belanja daerah
dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari pemerintah pusat. Hal
ini menunjukan bahwa tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap
pemerintah pusat masih sangat tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumadewi dan Rahman (2007) juga
menyebutkan bahwa pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih kuat
dari pada pengaruh PAD terhadap belanja daerah. Dengan kata lain,
pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan belanjanya lebih di
stimulus oleh jumlah DAU yang diterima pada tahun berjalan dari pada
PAD nya sendiri.
Hasil penelitian yang dilakukan Kusnandar dan Siswantoro, (2012)
menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Hal ini mengindakasikan bahwa
Dana Alokasi Umum yang selama ini diterima daerah tidak digunakan
untuk pembangunan daerah yang terlihat dalam alokasi belanja modal.
Wahyu Purwanti (2010) mengemukakan bahwa Dana Alokasi Umum
(DAU) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap belanja
langsung. DAU merupakan sumber dana yang dominan dan dapat
37
desentralisasi yaitu untuk mempercepat pembangunan dan tetap
memaksimalkan potensi daerah untuk membiaya kebutuhan daerah.
Penelitian yang dilakukan Permana (2013) menunjukan bahwa
peningkatan DAU berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
anggaran belanja modal. Hasil penelitian ini didukung oleh data empiris
bahwa sebagian besar pembangunan yang bersifat investasi pelayanan
public dilayani oleh DAU. Darwanto dan Yustikasari (2007) juga
menyatakan bahwa DAU berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian
anggaran belanja modal.
DAU berpengaruh terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
kemungkinan disebabkan karena adanya transfer DAU dari pemerintah
pusat sehingga pemerintah daerah dapat mengalokasikan pendapatanya
untuk membiayai belanja modal. Sehingga semakin besar DAU yang
diperoleh pemerintah daerah, maka semakin tinngi pula alokasi belanja
modal daerah tersebut.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian terdahulu, dan untuk
menambah bukti dari penelitian sebelumnya, maka dapat diturunkan
sebuah hipotesis:
H3: Dana Alokasi Umum Berdampak Positif Terhadap
38
4. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
Untuk membiayai pembangunan daerah dalam rangka desentralisasi
fiscal, pemerintah daerah memerlukan dana perimbangan. Selain DAU,
dalam dana perimbanagan juga terdapat DAK. DAK adalah dana yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesusai dengan perioritas nasional. Sesuai dengan UU
Nomor 25 tahun 1999, yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah
kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus
alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan
kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan di daerah transmigrasi,
kebutuhan beberapa jenis investasi/prasarana baru, atau pembangunan
jalan di kawasan terpencil.
Pengalokasian DAK diperioritaskan untuk daerah-daerah yang
memiliki kemampuan fiscal yang rendah atau dibawah rata-rata nasional,
serta daerah-daerah tertentu yang memiliki kriteria khusus. Penelitian yang
dilakukan oleh Latifa (2010), menyebutkan bahwa dana alokasi khusus
berpengaruh positif terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Hal
ini menunjukan bahwa transfer pemerintah berpengaruh terhadap besarnya
pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Besar kecilnya belanja modal yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah