BAWAH PADA MAHASISWA FKG DAN
FT USU SUKU BATAK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
SHIENY LOKANATA
NIM : 090600032
Dosen Pembimbing : Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tahun 2013
Shieny Lokanata
Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan
Bibir Bawah pada Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak
x + 37 halaman
Kalangan modern telah menempatkan penampilan fisik sebagai sesuatu yang
sangat diutamakan sehingga ilmu ortodonsia tidak hanya terfokus pada susunan gigi
dan rahang tetapi juga pada estetis wajah yang dipengaruhi jaringan lunak individu.
Bibir merupakan bagian dari jaringan lunak dan dapat berubah akibat perawatan
ortodonti sehingga beberapa metode telah diperkenalkan untuk menilai posisi
anteroposterior bibir dan kualitas estetis sebuah profil. Beberapa garis referensi yang
sering digunakan antara lain merupakan garis E Ricketts, garis B Burstone, garis S
Steiner, garis S Sushner dan garis H Holdaway. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan konsistensi pada kelima garis referensi
tersebut yang dinilai dari koefisien varians masing-masing garis referensi tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan
rancangan cross sectional yang menggunakan 40 sefalogram yang terdiri dari 20
laki-laki dan 20 perempuan berumur 18-25 tahun. Sefalogram diperoleh dari penelitian
terdahulu yang merupakan sefalogram mahasiswa suku Batak Fakultas Kedokteran
Burstone, Baris S Steiner, Garis S Sushner, Garis Holdaway ditetapkan sesuai
titik-titiknya masing-masing dan diukur jarak antar masing-masing garis referensi tersebut
terhadap bibir bawah (Li) maupun terhadap bibir atas (Ls).
Hasil penelitian menunjukkan nilai sebagai berikut: Garis E Ricketts terhadap
bibir bawah (E-Li) bernilai (153,060%), garis E Ricketts terhadap bibir atas (E-Ls)
bernilai (1070,320%), garis B Burstone terhadap bibir bawah (B-Li) bernilai
(39,697%), garis B Burstone terhadap bibir atas bernilai (30,897%), garis S Steiner
terhadap bibir bawah (S1-Li) bernilai (79,751%), garis S Steiner terhadap bibir atas
(S1-Ls) bernilai (110,920%), garis S Sushner terhadap bibir bawah (S2-Li) bernilai
(32,265%), garis S Sushner terhadap bibir atas (S2-Ls) bernilai (28,598%) dan garis
H Holdaway terhadap bibir bawah (H-Li) bernilai (85,455%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa garis B Burstone memiliki dispersi koefisien varians terendah
yakni (30,897%) dan dengan demikian merupakan garis referensi dengan konsistensi
terbaik yang kemudian diikuti oleh garis S Sushner, garis H Holdaway, garis S
Steiner dan garis E Ricketts.
Kesimpulannya pada perbandingan kelima garis referensi posisi horizontal
bibir ini, sesuai urutan yang memiliki konsistensi terbaik adalah garis B Burstone,
garis S Sushner, garis H Holdaway, garis S Steiner dan garis E Ricketts.
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan,………..…
Pembimbing: Tanda tangan
Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp. Ort ……….
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
Pada tanggal……….
TIM PENGUJI
KETUA : Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., PhD., Sp.Ort
NIP. 19520622 198003 1 001
ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort
NIP. 19771116 20021 2 002
2. Mimi Marina Lubis, drg
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini telah
selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K), selaku Ketua Departemen Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K), selaku koordinator skripsi.
4. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort dan Mimi Marina Lubis, drg., selaku dosen tim
penguji yang telah menyediakan waktu dan memberikan masukan kepada
penulis.
5. Dr. Surya Dharma, MPH., selaku dosen FKM yang telah banyak memberikan
bantuan dalam pengolahan data statistik.
6. Seluruf staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
terutama staf pengajar dan pegawai di Departemen Ortodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan
kepada penulis.
7. Orangtua dan keluarga tersayang yang telah memberikan motivasi dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman stambuk ’09 dan sahabat-sahabat tersayang terutama Silvia,
Cindy, Melfi, Christin, William, Silvia, Novelya, Sabrina, Sylvia, Jessica,
9. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
10. Senior-senior terutama kakak Jessica dan Fensuny dan semuanya yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak. Penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas
Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonti.
Medan, 27 Februari 2013
Penulis,
(Shieny Lokanata)
NIM : 090600032
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Hipotesis Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Garis Profil dalam Evaluasi Estetis Fasial ... 6
2.2 Garis-garis Refrensi Analitik dari Posisi Bibir Horizontal ... 7
2.2.1 Garis E Ricketts ... 7
2.2.2 Garis B Burstone ... 8
2.2.3 Garis S Sushner (S2) ... 9
2.2.4 Garis H Holdaway ... 10
2.3 Sefalometri ... 12
2.4 Titik-titik (Landmarks) Jaringan Lunak pada Sefalogram Lateral ... 14
2.5 Suku Batak ... 15
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN... 16
3.1 Jenis Penelitian ... 16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
3.3 Populasi Penelitian ... 16
3.4 Sampel Penelitian ... 16
3.4.1 Besar Sampel ... 16
3.4.2 Kriteria Inklusi ... 17
3.4.3 Kriteria Eksklusi ... 17
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 18
3.5.1 Variabel Bebas ... 18
3.5.2 Variabel Tergantung... 18
3.5.3 Variabel Terkendali ... 18
3.5.4 Definisi Operational ... 19
3.6 Alat dan Bahan Penelitian ... 20
3.6.1 Alat Penelitian ... 20
3.6.2 Bahan Penelitian ... 22
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 22
3.8 Pengolahan Data... 24
3.9 Analisis Data ... 24
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 25
BAB 5. PEMBAHASAN ... 30
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
6.1 Kesimpulan ... 34
6.2 Saran ... 34
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. ... Nilai Uji
Normalitas pada Data Mahasiswa FKG dan FT USU
Suku Batak ... 25
2. ... Hasil Uji
t-independen pada Data Mahasiswa FKG dan FT USU
Suku Batak ... 26
3. ... Rerata
Nilai Pengukuran pada Mahasiswa FKG dan FT USU
Suku Batak ... 27
4. ... Nilai
Koefisien Varians Hasil Pengukuran pada Mahasiswa
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Garis E Ricketts ... 8
2. Garis B Burstone ... 9
3. Garis S Sushner (S2) ... 10
4. Garis H Holdaway ... 11
5. Garis S Steiner (S1) ... 12
6. Sefalogram (a) Frontal, (b) Lateral ... 13
7. Titik-titik jaringan lunak pada sefalometri lateral ... 14
8. (a) Garis E: Pronasale-Pogonion kulit, (b) Garis B: Subnasale-Pogonion kulit, (c) Garis S2: Nasion kulit-Pogonion kulit, (d) Garis H: Pogonion kulit-Labrale Superior, (e) Garis S1: Pogonion kulit-Columella ... 20
9. Tracing Box ... 21
10. (a) Pulpen, (b) Pensil Mekanik, (c) Pensil 4H, (d) Penghapus, (e) Penggaris, (f) Kalkulator ... 21
11. Kaliper Digital ... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kerangka Teori
2. Kerangka Konsep
3. Hasil Uji Operator
4. Hasil Pengukuran Jarak pada Sefalometri Mahasiswa FKG dan FT USU Suku
Batak
5. Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif dari Pengukuran pada Sefalometri
Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak
6. Hasil Uji Normalitas Data
7. Hasil Perhitungan Statistik Koefisien Varians Mahasiswa FKG dan FT USU
Suku Batak
8. Hasil Uji T Independen Untuk Pengukuran Nilai Bibir Atas dan Bibir Bawah
9. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang
Tahun 2013
Shieny Lokanata
Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan
Bibir Bawah pada Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak
x + 37 halaman
Kalangan modern telah menempatkan penampilan fisik sebagai sesuatu yang
sangat diutamakan sehingga ilmu ortodonsia tidak hanya terfokus pada susunan gigi
dan rahang tetapi juga pada estetis wajah yang dipengaruhi jaringan lunak individu.
Bibir merupakan bagian dari jaringan lunak dan dapat berubah akibat perawatan
ortodonti sehingga beberapa metode telah diperkenalkan untuk menilai posisi
anteroposterior bibir dan kualitas estetis sebuah profil. Beberapa garis referensi yang
sering digunakan antara lain merupakan garis E Ricketts, garis B Burstone, garis S
Steiner, garis S Sushner dan garis H Holdaway. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan konsistensi pada kelima garis referensi
tersebut yang dinilai dari koefisien varians masing-masing garis referensi tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan
rancangan cross sectional yang menggunakan 40 sefalogram yang terdiri dari 20
laki-laki dan 20 perempuan berumur 18-25 tahun. Sefalogram diperoleh dari penelitian
terdahulu yang merupakan sefalogram mahasiswa suku Batak Fakultas Kedokteran
Burstone, Baris S Steiner, Garis S Sushner, Garis Holdaway ditetapkan sesuai
titik-titiknya masing-masing dan diukur jarak antar masing-masing garis referensi tersebut
terhadap bibir bawah (Li) maupun terhadap bibir atas (Ls).
Hasil penelitian menunjukkan nilai sebagai berikut: Garis E Ricketts terhadap
bibir bawah (E-Li) bernilai (153,060%), garis E Ricketts terhadap bibir atas (E-Ls)
bernilai (1070,320%), garis B Burstone terhadap bibir bawah (B-Li) bernilai
(39,697%), garis B Burstone terhadap bibir atas bernilai (30,897%), garis S Steiner
terhadap bibir bawah (S1-Li) bernilai (79,751%), garis S Steiner terhadap bibir atas
(S1-Ls) bernilai (110,920%), garis S Sushner terhadap bibir bawah (S2-Li) bernilai
(32,265%), garis S Sushner terhadap bibir atas (S2-Ls) bernilai (28,598%) dan garis
H Holdaway terhadap bibir bawah (H-Li) bernilai (85,455%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa garis B Burstone memiliki dispersi koefisien varians terendah
yakni (30,897%) dan dengan demikian merupakan garis referensi dengan konsistensi
terbaik yang kemudian diikuti oleh garis S Sushner, garis H Holdaway, garis S
Steiner dan garis E Ricketts.
Kesimpulannya pada perbandingan kelima garis referensi posisi horizontal
bibir ini, sesuai urutan yang memiliki konsistensi terbaik adalah garis B Burstone,
garis S Sushner, garis H Holdaway, garis S Steiner dan garis E Ricketts.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya prinsip dan tujuan perawatan ortodonsia adalah untuk
mencapai fungsional pengunyahan, keseimbangan struktural dan keselarasan estetik
wajah yang optimal yang disebut sebagai tiga serangkai yaitu “utility”, “stability “
dan “beauty”.1,2,3 Akan tetapi, kalangan modern telah menempatkan penampilan fisik
sebagai sesuatu yang sangat diutamakan. Keinginan untuk meningkatkan estetis
wajah telah menjadi motivasi utama bagi sebagian besar pasien-pasien yang mencari
perawatan ortodonti, terlepas dari pertimbangan struktural dan fungsional yang
seharusnya juga dipermasalahkan.4
Motivasi utama dari sebagian besar pasien-pasien tersebut dalam mencari
perawatan ortodonti adalah untuk meningkatkan nilai penampilannya. Ortodonti,
dalam pola pemikiran mereka, merupakan sesuatu yang dapat membuat seseorang
berpenampilan lebih baik dan dengan demikian dapat meningkatkan kemampuan
seseorang dalam bersosialisasi. Pemikiran mengenai perbaikan oklusi yang akan
meningkatkan kesehatan dan ketahanan gigi geligi sering kali menjadi tujuan kedua
bagi sebagian pasien-pasien tersebut. Demikian, dapat dikatakan bahwa ada
kesenjangan antara pendapat seorang pasien dan seorang dokter gigi.5
Oleh karena itu, perawatan dalam bidang ilmu ortodonsia yang mengalami
kemajuan pesat saat ini tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja yang
mana disebut sebagai jaringan keras tetapi juga pada estetis wajah. Walaupun posisi
gigi dan rahang telah selesai dikoreksi jika hasilnya tidak menunjukkan bentuk wajah
yang harmonis maka perawatannya dianggap belum selesai.1,2,6
Pentingnya estetis fasial dan relasi jaringan lunak dalam perawatan ortodonti
juga ditekankan oleh Angle pada tahun 1907. Angle menekankan bahwa jaringan
menemukan bahwa target-target perawatan meningkat secara signifikan ketika
jaringan lunak dipertimbangkan dengan seksama dalam rencana perawatan.7 Rencana
perawatan yang hanya berlandaskan pengukuran dan pertimbangan jaringan keras
dapat menghasilkan perubahan profil jaringan lunak yang tidak diinginkan yang akan
berujung pada kekecewaan pasien terhadap hasil perawatan. Pemeriksaan dan
dokumentasi yang seksama dari jaringan lunak akan meningkatkan hasil dari
perawatan itu sendiri.8
Profil jaringan lunak terdiri dari beberapa faktor termasuk fondasi skeletal,
sistem dukungan dental dan komponen-komponen jaringan lunak ( hidung, dagu dan
bibir ). Pengukuran profil jaringan lunak ini, posisi bibir merupakan salah satu poin
terpenting oleh karena ia terlibat dalam sepertiga posisi wajah bawah dan dapat
berubah karena perawatan ortodonti.8
Beberapa metode telah digunakan untuk menggambarkan posisi bibir
horizontal. Beberapa garis telah diperkenalkan untuk menilai posisi anteroposterior
dari bibir dan kualitas estetis dari profil tersebut. Steiner mengevaluasi profil jaringan
lunak dengan menggambarkan sebuah garis (garis S) dari bagian tengah kurva S
antara ujung hidung dan subnasal menuju pogonion jaringan lunak dan menyatakan
bahwa bibir harus mengenai garis tersebut.8-10
Analisis bibir menurut Ricketts terdiri dari sebuah garis (garis E) yang
digambarkan dari ujung hidung menuju jaringan lunak pogonion. Ricketts
mengatakan bahwa secara normal bibir atas dan bibir bawah akan berada dibelakang
garis tersebut dalam jarak 4 mm dan 2 mm secara berurut.8,9,11
Garis B Burstone’s digambarkan dari subnasal jaringan lunak menuju
pogonion jaringan lunak. Burstone menyimpulkan dari penelitiannya pada ras
kaukasoid bahwa bibir atas dan bibir bawah berada pada anterior garis tersebut
dengan jarak rata-rata 3,5 mm dan 2,2 mm secara berurut.8,11
Holdaway menghubungkan posisi bibir bawah dengan garis H, yang berasal
dari pogonion jaringan lunak menuju batas vermillion dari bibir atas. Menurut hasil
studi yang dilakukannya pada ras Kaukasoid, 0 mm merupakan hasil ideal dengan
Sebuah garis S (S2) yang digambarkan dari nasion jaringan lunak menuju
pogonion jaringan lunak dikemukakan oleh Sushner pada tahun 1977. Sushner
menyatakan bahwa bibir atas dan bibir bawah berada di anterior garis tersebut dalam
perbandingan yang ia lakukan antara populasi orang berkulit hitam dan orang berkulit
putih. Pengukuran garis S2 tersebut terhadap bibir atas dan bibir bawah adalah 8,8
mm dan 6,7 mm secara berurut pada wanita berkulit putih dan 10,3 mm dan 8 mm
secara berurut pada pria berkulit putih.10,11
Garis E Ricketts, garis S1 Steiner’s, garis H Holdaway’s, garis B Burstone’s
dan garis S2 Sushner’s adalah garis-garis yang paling umum digunakan para
ortodontis dalam diagnosa dan rencana perawatan. Ortodontis memiliki subjektivitas
tersendiri akan garis mana yang digunakan dalam mengevaluasi posisi bibir
pasien-pasiennya. Garis-garis tersebut digunakan dalam mengevaluasi posisi-posisi bibir
yang melibatkan titik-titik referensi yang berbeda dan dengan demikian
memungkinkan terbentuknya diagnosis yang berbeda dari posisi bibir tersebut. Oleh
karena itu, timbul suatu pertanyaan mengenai perbedaan yang mungkin ada pada
koefisien kepercayaan yang disajikan oleh masing-masing garis tersebut.8,9,11
Saad et al melakukan penelitian mengenai pengukuran posisi antero-posterior
bibir dengan menggunakan garis E Ricketts dan garis S Steiner. Penelitian tersebut
dilakukan pada 90 subjek yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan rentang nilai antara posisi bibir terhadap garis E Ricketts dan garis S
Steiner tersebut.9
Hambleton mendiskusikan beberapa metode yang digunakan untuk
mengevaluasi jaringan lunak yang menutupi wajah skeletal dan memutuskan bahwa
sudut H Holdaway merupakan yang paling berguna untuk digunakan dalam
perawatan ortodonti.11
Hasan et al melakukan penelitian untuk meninjau korelasi antara garis-garis
profil yang digunakan untuk mengevaluasi posisi bibir bawah. Penelitian dilakukan
pada populasi di Pakistan dengan mengevaluasi 150 foto sefalometri lateral sebelum
perawatan ortodonti. Korelasi antara garis E Rickett, garis S Steiner, garis B Burstone
menunjukkan korelasi yang kuat antara garis E Rickett dengan garis S Steiner dan
antara garis S Steiner dengan garis B Burstone. Sementara garis H Holdaway
menunjukkan korelasi lemah dengan garis-garis lainnya.8
Beberapa penelitian telah dilakukan pada garis-garis yang digunakan untuk
menilai posisi bibir ini. Penelitian mengenai pengukuran posisi antero-posterior bibir
dengan menggunakan garis E Ricketts dan garis S Steiner oleh Saad et al, penelitian
mengenai korelasi antar garis-garis tersebut oleh Hasan et al maupun perbandingan
sensitivitasnya oleh Bilin. Penelitian tersebut dilakukan pada ras-ras yang berbeda
dimana mayoritas penelitian ada pada ras kaukasoid. Ada perbedaan dalam hubungan
dentofasial antara berbagai kelompok etnik dan ras sehingga akan memberikan hasil
yang berbeda.7,8,12
Suku batak merupakan salah satu suku terbesar yang berdomisili di Sumatera
Utara, yakni sebesar 25,62 %.13 Literatur yang telah dipaparkan diatas, penulis ingin
melakukan penelitian mengenai perbandingan dari 5 garis-garis tersebut yakni, garis
E Rickett, garis B Burstone, garis S1 Steiner, garis S2 Sushner dan garis H
Holdaway, melihat garis manakah yang memiliki konsistensi terbaik serta
membandingkannya dengan penelitian pada ras-ras lain.
1.2Permasalahan
Apakah terdapat perbedaan pada derajat konsisten kelima garis referensi dari
posisi bibir pada mahasiswa FKG dan FT USU suku batak yang diukur berdasarkan
nilai koefisien varians dari masing-masing garis pada data komputerisasi.
1.3Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan pada derajat konsisten kelima garis referensi dari posisi bibir yang akan
derajat konsisten diurutkan berdasarkan nilai koefisien varians dari masing-masing
garis pada data komputerisasi. Sedangkan tujuan khususnya ialah untuk mengetahui
garis referensi dari posisi bibir dengan konsistensi terbaik yang mana merupakan
garis dengan koefisien varians terkecil pada data komputerisasi.
1.4Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan pada konsistensi kelima garis referensi dari posisi bibir pada
mahasiswa FKG dan FT USU suku batak.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat praktis penelitian yakni sebagai informasi dalam penggunaan kelima
garis referensi dari posisi bibir tersebut dalam rencana perawatan ortodonsia.
Sedangkan manfaat teoritis yang dapat diperoleh antara lain;
Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangka
menambah wawasan keilmuan melalui penelitian.
Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam lingkup luas, ada beberapa alasan-alasan dilakukannya sebuah
perawatan ortodonti, sesuai frekuensinya, yang dijadikan pasien sebagai alasan dalam
mencari perawatan ortodonti terutama adalah untuk menghilangkan atau setidaknya
mengurangi penghalang sosial yang dibentuk oleh sebuah penampilan dental maupun
fasial yang tidak dapat diterima.14 Hal ini dikarenakan kalangan modern telah
menempatkan penampilan fisik sebagai sesuatu yang sangat diutamakan sehingga
saat ini bidang ilmu ortodonti yang mengalami kemajuan begitu pesat dalam
melakukan perawatannya tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja
tetapi juga pada estetis wajah.1,4,15,16 Maka dalam perawatan ortodonti peningkatan
estetis dan keseimbangan fasial telah menjadi salah satu tujuan penting.17 Jaringan
lunak merupakan faktor penting yang dapat mengubah penampilan estetis wajah.18
Salah satunya merupakan posisi bibir yang mana merupakan bagian penting dari
jaringan lunak yang dapat berubah secara signifikan ketika gigi geligi direposisi.
Beberapa garis telah diperkenalkan guna menilai posisi anteroposterior bibir dan
kualitas estetis dari profil wajah.19
2.1 Garis Profil dalam Evaluasi Estetis Fasial
Burstone menyatakan bahwa penilaian akan jaringan lunak haruslah menjadi
bagian integral dari perawatan ortodonti. Edward H. Angle, salah satu yang pertama
menulis mengenai keseimbangan fasial, menegaskan pentingnya jaringan lunak, ia
menganggap mulut merupakan faktor penting yang membentuk kesempurnaan
ataupun cacatnya suatu karakter wajah dan bentuk dan kesempurnaan mulut sendiri
Area pada wajah yang menjadi fokus perhatian para ortodontis adalah
jaringan lunak pada region wajah bagian bawah yang akan dipengaruhi intervensi
perawatan ortodonti. Salah satunya merupakan bibir yang mana posisinya dapat
berubah secara signifikan ketika gigi geligi direposisi. Neger juga ikut menekankan
posisi anteroposterior dari bibir berkaitan erat dengan relasi gigi geligi. Oleh karena
itu, perubahan jaringan lunak yang dapat diantisipasi dalam perawatan ortodonti
berada di sekitar bibir.19,20
Maka evaluasi bibir dalam penilaian sebelum perawatan sangatlah penting.
Dalam kepentingan evaluasi, diperlukan sebuah garis referensi. Beberapa garis telah
diperkenalkan guna menilai posisi anteroposterior dari bibir dan mengevaluasi profil
estetis pasien. Namun pemilihan akan garis mana yang merupakan garis paling
konsisten dan terpercaya diantara yang lainnya sering kali menjadi sebuah
permasalahan.19,20
2.2 Garis-garis Referensi Analitik dari Posisi Bibir Horizontal
Garis profil merupakan sebuah garis referensi dari area pada wajah yang
dipengaruhi oleh perawatan ortodonti dengan pergerakan gigi geligi. Beberapa garis
telah digunakan dalam mengevaluasi posisi anteroposterior bibir seperti garis E
Ricketts, garis H Holdaway, garis S Steiner, garis B Burstone, garis S Sushner dan
sebagainya. Garis-garis referensi ini melibatkan titik-titik yang berbeda yang mana
memungkinkan dihasilkannya hasil evaluasi posisi bibir yang berbeda. Maka
pemilihan akan garis mana yang paling tepat digunakan masih sering menjadi sebuah
permasalahan.20
2.2.1 Garis E Ricketts
Sejumlah garis dan sudut yang menghubungkan titik-titik antropometrik telah
dikemukakan, salah satunya adalah garis estetis E yang dikemukakan oleh Ricketts.
atau hidung dan dagu yang terlalu mundur. Garis E merupakan salah satu garis yang
paling sering digunakan sebagai garis referensi dalam diagnosis dan rencana
perawatan ortodonti karena kemudahan dalam pemakaian dan interpretasinya.9,16,19,21
Garis ini digambarkan dari Pronasale (Pn) menuju pogonion jaringan lunak
(Pog’). Jarak antara bibir bawah dengan garis estetis ini adalah sebuah indikasi dari
keseimbangan jaringan lunak antara bibir dengan profil. Seseorang dengan profil
yang harmonis, posisi bibir atas dan bibir bawah akan berada di belakang garis
tersebut dalam jarak 4 mm dan 2 mm secara berurut dan diikuti oleh standar deviasi
tertentu. Ricketts menyatakan nilai ideal tersebut dapat bervariasi tergantung pada
umur dan jenis kelamin.9,16,19,21
2.2.2 Garis B Burstone
Burstone menyatakan bahwa, dalam diagnosa sebuah kasus ortodonti,
jaringan lunak seharusnya menjadi sebuah standar bersama dengan struktur dental
dan skeletal karena jaringan lunak merupakan penentu terakhir dari keharmonisan
dan estetis fasial. Burstone mengatakan bahwa postur bibir dapat merupakan salah
satu faktor etiologi yang menyebabkan malrelasi dari gigi geligi. Ia menyarankan
bahwa postur bibir harus menjadi salah sebuah faktor primer dalam rencana
perawatan.11,22
Garis B yang dinyatakan oleh Burstone pada tahun 1958 digambarkan dari
Subnasale (Sn) menuju pogonion jaringan lunak (Pog’). Pada penelitian terhadap ras
kaukasoid, ia menyimpulkan bahwa bibir atas dan bibir bawah berada pada anterior
garis tersebut dengan jarak rata-rata 3,5 mm dan 2,2 mm secara berurut.11,22
2.2.3 Garis S Sushner (S2)
Sebuah garis S dikemukakan oleh Sushner pada tahun 1977(Garis S2). Garis
tersebut digambarkan dari nasion jaringan lunak (N’) menuju pogonion jaringan
lunak (Pog’).Sushner menyatakan posisi bibir terhadap garis ini terletak lebih anterior
pada kalangan kulit hitam dibandingkan kalangan kulit putih. Pengukuran jarak garis
S2 ini terhadap bibir atas dan bibir bawah secara berurut adalah 8,8 mm dan 6,7 mm
pada wanita berkulit hitam dan 10,3 mm dan 8 mm pada pria berkulit hitam.10,11
Gambar 3. Garis S Sushner (S2)11
2.2.4 Garis H Holdaway
Holdaway menggambarkan sebuah garis Harmony. Ia juga telah menyatakan
hubungan antara posisi bibir dan garis harmony merupakan salah satu hal penting
dalam estetis. Holdaway mengemukakan beberapa parameter untuk pengukuran
keseimbangan jaringan lunak. Secara singkat, analisisnya terdiri atas sebelas
pengukuran yang mana salah satunya merupakan pengukuran jarak bibir bawah
Garis H dikemukakan oleh Holdaway pada tahun 1983 dan digambarkan dari
pogonion jaringan lunak menuju batas vermillion dari bibir atas. Pembacaan negatif
mengindikasikan bibir bawah berada di belakang garis H dan pembacaan positif
mengindikasikan bibir bawah berada di depan garis H. Kisaran dari -1 hingga +2 mm
adalah kisaran normal yang diterima.21
Gambar 4. Garis H Holdaway21
2.2.5 Garis S Steiner (S1)
Pengenalan analisis Down memacu klinisi lain untuk mengembangkan
analisis mereka sendiri. Cecil G. Steiner akhirnya memilih sejumlah
parameter-parameter yang dalam penilaiannya penting dan mengembangkan analisisnya.21
Dalam penilaiannya, Steiner kemudian mengemukakan penilaiannya secara
terpisah menjadi tiga bagian, yakni, skeletal, dental dan jaringan lunak. Analisa dalam
aspek jaringan lunak memungkinkan penilaian keseimbangan dan harmoni profil
fasial bagian bawah.Steiner, Ricketts dan Holdaway mengembangkan kriteria-kriteria
keseragaman konsep akan apa yang mendefinisikan suatu profil ideal, garis referensi
S Steiner telah banyak digunakan ortodontis untuk menilai keseimbangan jaringan
lunak wajah.21
Garis Steiner (S1) tersebut digambarkan dari bagian tengah kurva S antara
ujung hidung dan subnasal menuju pogonion jaringan lunak. Bibir pada profil wajah
yang seimbang, menurut Steiner, akan menyentuh garis tersebut.1,2
Gambar 5. Garis S Steiner (S1)21
Jadi garis-garis berbeda telah diperkenalkan dan digunakan dalam penilaian
posisi anteroposterior bibir. Garis E Ricketts, garis S Steiner (S1), garis H Holdaway,
garis B Burstone dan garis S Sushner (S2) dikatakan merupakan garis-garis yang
sering digunakan ortodontis sebagai penilaian dalam diagnosa dan rencana
perawatan. Akan tetapi, para ortodontis memiliki subjektivitas tersendiri dalam
memilih garis yang akan digunakan. Oleh karena itu, hendaknya dapat diketahui garis
2.3 Sefalometri
Ada beberapa pemeriksaan yang memungkinkan dalam analisis wajah
dengan menggunakan titik-titik, garis, bidang dan sudut pada jaringan lunak wajah.
Analisa jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan beberapa metode -
metode yakni dengan sefalometri, radiografi dan fotometri.18
Analisa sefalometri telah menduduki tempat penting dalam bidang kedokteran
gigi. Analisa sefalometri ini berperan penting dalam diagnosis, pembuatan rencana
perawatan dan pemantauan perkembangan perawatan. Sefalometri ini diperkenalkan
secara terpisah oleh Broadbent dan Hofrath pada tahun 1931.25 Sefalometri terbagi
menjadi dua tipe:
1. Sefalogram Frontal. Gambaran frontal atau anteroposterior dari
tengkorak kepala.
2. Sefalogram Lateral. Gambaran Lateral dari tengkorak kepala. Profil
jaringan lunak aspek lateral dapat dianalisis menggunakan sefalogram
lateral.1
(a) (b)
Sefalometri telah menjadi salah satu pilar dari sebuah diagnosis ortodonti
yang komprehensif. Beberapa aplikasi-aplikasi dari sefalometri dalam ortodonti
adalah sebagai berikut:
Sefalometri membantu dalam diagnosis ortodonti dengan memungkinkan
pembelajaran struktur skeletal, dental dan jaringan lunak dari region
kraniofasial.
Sefalometri membantu dalam rencana perawatan, mengevaluasi hasil
perawatan dengan penilaian perubahan yang terjadi akibat perawatan.
Sefalometri adalah sebuah bantuan yang penting dalam penelitian yang
terkait dengan region kraniofasial.1,2
2.4Titik-titik (Landmarks) Jaringan Lunak pada Sefalogram Lateral
Landmark merupakan suatu titik panduan dalam pengukuran sefalometri.26
Sefalometri menggunakan landmarks atau titik-titik tertentu pada tengkorak kepala
yang mana digunakan untuk pengukuran dan analisa kuantitatif. Analisis terhadap
jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan sefalogram lateral. Titik-titik yang
digunakan dalam analisis jaringan lunak tersebut antara lain; Glabella(G), Nasion
kulit(N’), Pronasale(Pr), Subnasale(Sn), Labrale superius(Ls), Superior labial
sulkus(SLS),Stomion superius(Stms), Stomion inferius(Stmi), Labrale inferius(Li),
Inferior labial sulkus(ILS), Pogonion kulit(Pog’), Menton kulit(Me’).21
Analisa yang dilakukan pada jaringan lunak secara lateral antara lain,
perbandingan tinggi bibir atas dan bibir bawah, penilaian terhadap hidung, sudut
nasomental, sudut nasolabial, prognasi maksila dan mandibula, tebal bibir atas dan
bibir bawah, tebal dagu, kontur dagu-leher, bidang estetis (Garis E), garis S Steiner
Gambar 7. Titik-titik jaringan lunak pada sefalometri lateral21
2.5 Suku Batak
Indonesia merupakan bangsa yang multi rasial dan multietnik. Penduduk
Indonesia terdiri dari kelompok Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu
(Melayu Muda). Antropolog Fischer berpendapat bahwa kelompok Melayu tua
datangnya di Nusantara lebih dulu daripada kelompok Melayu Muda. Pada mulanya
kelompok Proto-Melayu menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat
dan Sulawesi Barat. Karena terdesak oleh kelompok Deutro Melayu, maka kelompok
Proto Melayu berpindah ke pedalaman. Suku Batak merupakan bagian dari ras
Proto-Melayu yang menempati Pulau Sumatera.28,29
Suku Batak merupakan salah satu suku di Sumatera Utara yang merupakan
penduduk terbesar. Suku Batak memiliki lima sub suku dan masing-masing
mempunyai wilayah utama walaupun sebenarnya wilayah itu tidak sedominan
batas-batas pada zaman yang lalu. Sub suku yang dimaksud yakni;29
Batak Karo yang mendiami wilayah Dataran Tinggi Karo, Deli Hulu,
Batak Simalungun yang mendiami wilayah induk Simalungun.
Batak Pakpak yang mendiami wilayah induk Dairi, sebagian Tanah Alas
dan Gayo.
Batak Toba yang mendiami wilayah yang meliputi daerah Danau Toba,
Pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba, Silindung, daerah Pegunungan
Pahae, Sibolga dan Habincaran.
Batak Angkola Mandailing yang mendiami wilayah induk Angkola,
Sipirok, Batang Toru, Sibolga, Padang Lawas, Barumun, Mandailing,
Pakantan dan Batang Natal.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di Sumatera Utara terdapat
berbagai etnik, antara lain Batak (44,75%), Jawa (33,40%), Nias (6,36%), Melayu
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan
cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara lima
garis referensi dari posisi bibir pada mahasiswa suku batak USU.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Departemen Ortodonti Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Alumni No.2
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 – Desember 2012.
3.3 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKG dan FT Universitas
Sumatera Utara suku Batak yang berusia ≥ 18 tahun.
3.4 Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel berupa foto sefalometri lateral yang
merupakan data sekunder dari penelitian yang berjudul “Nilai Sefalometri pada
Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara” oleh Hanes L tahun 2012.
Sampel berupa foto sefalometri lateral tersebut diambil dari mahasiswa suku Batak
Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah
3.4.1 Besar Sampel
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus:
n =
Keterangan :
n = Jumlah sampel minimum
Zα = Confidence Level, untuk α = 95 % Zα = 1,96
S = Standar Deviasi = 0,611 ( penelitian terdahulu )
d = 20 %
sehingga,
n =
n = 35,8537 36 orang
Jumlah sampel minimum yang dibutuhkan adalah 36.
Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 40 sampel ( 20
sampel wanita dan 20 sampel pria ). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penyeleksian
sampel adalah :
3.4.2 Kriteria Inklusi
a. Pasien yang belum pernah mendapat perawatan ortodonti
b. Umur ≥ 18 tahun ( fase pertumbuhan sudah berhenti )
c. Semua gigi permanen lengkap ( kecuali molar tiga )
d. Oklusi normal
e. Tidak ada cacat di kepala dan wajah yang dapat mempengaruhi hasil
f. Mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara ( 2 keturunan diatas )
3.4.3 Kriteria eksklusi
a. Adanya fraktur dan atrisi
b. Adanya kelainan ukuran gigi (makrodonsia / mikrodonsia)
c. Adanya kelainan bentuk gigi (peg shaped), agenesis dan mesiodens
d. Adanya maloklusi
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Bebas
a. Pronasale – Pogonion kulit (Pr-Pog’)
b. Subnasale – Pogonion kulit (Sn-Pog’)
c. Nasion kulit – Pogonion kulit (N’-Pog’)
d. Pogonion kulit – Labrale superior (Pog’-Ls)
e. Columella – Pogonion kulit (Co-Pog’)
f. Labrale Superior (Ls)
g. Labrale Inferior (Li)
3.5.2 Variabel Tergantung
a. Jarak antara garis E terhadap Ls
b. Jarak antara garis E terhadap Li
c. Jarak antara garis B terhadap Ls
d. Jarak antara garis B terhadap Li
f. Jarak antara garis S2 terhadap Li
g. Jarak antara garis H terhadap Li
h. Jarak antara garis S1 terhadap Ls
i. Jarak antara garis S1 terhadap Li
3.5.3 Variabel Terkendali
a. Mahasiswa USU suku batak dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan
b. Jenis dan alat yang digunakan : sama pada setiap subjek
3.5.4 Definisi Operasional
a. Pronasale (Pr) : titik paling anterior dari hidung
b. Pogonion kulit (Pog’) : titik paling anterior dari jaringan lunak dagu
c. Subnasale (Sn) : titik septum nasal yang berbatasan dengan
bibir atas
d. Nasion kulit (N’) : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan
hidung
e. Columella : titik tengah antara subnasale dan pronasale
f. Labrale superior (Ls) : titik perbatasan mukokutaneous dari bibir atas
g. Labrale inferior (Li) : titik perbatasan mukokutaneous dari bibir
bawah
h. Garis Ricketts (Garis E) : garis yang ditarik dari pronasale menuju
pogonion kulit
i. Garis Burstone (Garis B) : garis yang ditarik dari subnasale menuju
pogonion kulit
j. Garis Sushner (Garis S2) : garis yang ditarik dari nasion kulit menuju
pogonion kulit
k. Garis Holdaway (Garis H): garis yang ditarik dari pogonion kulit menuju
l. Garis Steiner (Garis S1) : garis yang ditarik dari menuju pogonion kulit
columella
m. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara adalah mahasiswa yang terdaftar
dan masih aktif mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
n. Suku Batak asli adalah penduduk Indonesia yang berasal dari provinsi
Sumatera Utara, ditandai dengan adanya nama keluarga ( marga Batak ) di
belakang namanya, yang diturunkan dari orangtua (ayah). Yang termasuk
suku Batak asli adalah dengan dua keturunan diatasnya suku Batak
(orangtua, kakek dan nenek baik dari pihak ayah maupun ibu).
o. Oklusi normal adalah oklusi dengan hubungan tonjol mesiobukal molar
pertama permanen rahang atas berada pada groove mesiobukal molar
permanen rahang bawah.
p. Usia adalah satuan waktu umur seseorang yang dihitung dari tahun lahir
sampai waktu dilakukan pengambilan foto sefalometri lateral.
(a) (b) (c) (d) (e)
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat Penelitian
a. Tracing box
b. Pulpen
c. Pensil mekanik
d. Pensil 4H
e. Penghapus
f. Kalkulator
g. Kaliper Digital
Gambar 10. Alat yang digunakan;(a) Pulpen (b) Pensil mekanik (c) Pensil 4H (d) Penghapus (e) Kalkulator
Gambar 11. Kaliper Digital
3.6.2 Bahan Penelitian
a. Sefalogram lateral
b. Kertas asetat
Gambar 12. Bahan yang digunakan (A) Sefalogram, (B) Kertas Asetat
3.7 Metode Pengumpulan Data
a. Pengumpulan foto sefalometri lateral dilakukan berdasarkan kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi. Foto sefalometri lateral merupakan foto
sefalometri lateral yang digunakan pada penelitian sebelumnya di
Departemen Ortodonsia Universitas Sumatera Utara.
b. Penapakan foto sefalometri lateral. Sefalogram di-tracing dengan tracing
paper dan pensil 4H diatas pencahayaan tracing box.
c. Penentuan titik-titik referensi pada foto sefalometri lateral : Pronasale (Pr),
Pogonion kulit (Pog’), Subnasale (Sn), Nasion kulit (N’), Columella,
Labrale superior (Ls), Labrale inferior (Li).
d. Penentuan garis : Ricketts’ line (Garis E), Burstone’s line (Garis B),
Sushner’s line (Garis S2), Holdaway’s line (Garis H), Steiner’s line (Garis
S1).
e. Pada sefalogram yang telah ditentukan titik-titik referensinya diserahkan
f. Pengukuran jarak garis E ke Labrale superior, garis E ke Labrale inferior,
garis B ke Labrale Superior, garis B ke Labrale Inferior, garis S2 ke
Labrale superior, garis S2 ke labrale inferior, garis H ke Labrale inferior,
garis S1 ke Labrale superior dan garis S1 ke Labrale inferior dengan
bantuan kaliper digital.
g. Sebelum melakukan pengukuran, peneliti melakukan uji intraoperator
untuk mengetahui ketelitian peneliti dalam pengukuran. Hal ini
dikarenakan setiap pengulangan pengukuran belum tentu mendapatkan
hasil yang sama dengan pengukuran pertama. Uji intraoperator dilakukan
dengan mengambil 5 sampel secara acak dari pengukuran pertama dan
pengukuran kedua kemudian dicari standar deviasi dari kedua pengukuran
tersebut. Standar deviasi dari pengukuran pertama dan kedua kemudian
dicari lagi standar deviasinya. Jika standar deviasi akhir yang didapat
menunjukkan angka antara 0-1 berarti ketelitian pada pengukuran tersebut
masih dapat diterima dan operator layak untuk melakukan penelitian.
h. Hasil uji operator menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dalam
penyimpangan pengukuran yakni hasil yang didapat dari uji intraoperator
adalah 0,292199 maka operator layak untuk melakukan pengukuran
tersebut.
i. Dalam satu hari, pengukuran sefalometri dilakukan pada 5 (lima)
sefalogram untuk menghindari kelelahan mata peneliti sehingga data yang
diperoleh akan lebih akurat.
j. Guna mendapatkan data yang valid maka dilakukan pengukuran sebanyak
dua kali pada seluruh sampel.
k. Hasil pengukuran yang diperoleh dicatat kemudian diolah datanya dan
dianalisis.
3.8 Pengolahan Data
3.9 Analisis Data
a. Dihitung rerata dan standar deviasi dari jarak garis E-Ls, jarak garis E-Li,
jarak garis B-Ls, jarak garis B-Li, jarak garis S2-Ls, jarak garis S2-Li,
jarak garis H-Li, jarak garis S1-Ls dan jarak garis S1-Li.
b. Dihitung koefisien varians dari jarak garis E-Ls, jarak garis E-Li, jarak
garis B-Ls, jarak garis B-Li, jarak garis S2-Ls, jarak garis S2-Li, jarak
garis H-Li, jarak garis S1-Ls dan jarak garis S1-Li dan kemudian
dianalisa.
c. Garis dengan nilai koefisien varians terkecil merupakan garis dengan
konsistensi terbaik dan kemudian diurutkan berdasarkan nilai yang telah
diperoleh.
d. Membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian yang telah
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel penelitian berjumlah 40 orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan
20 orang perempuan yang merupakan mahasiswa suku Batak Fakultas Kedokteran
Gigi dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang masih aktif mengikuti
pendidikan dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan membandingkan lima garis-garis referensi profil wajah yang dipakai
dalam bidang ortodonti sehingga diperoleh garis dengan konsistensi.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan pada sefalogram, selanjutnya
dilakukan uji statistik pada data-data hasil pengukuran. Sebelumnya dilakukan tes uji
normalitas pada seluruh data hasil pengukuran untuk melihat apakah data-data
tersebut terdistribusi normal yang mana akan menentukan uji statistik berikutnya.
Tabel 1. Nilai Uji Normalitas pada Data Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Total Sig. Uji Normalitas Total Sig. Uji Normalitas
Garis E – Li 40 0,141 40 0,156
Garis E – Ls 40 0,200 40 0,372
Garis B – Li 40 0,083 40 0,113
Garis B – Ls 40 0,200 40 0,881
Garis S1 – Ls 40 0,200 40 0,460
Garis S2 – Li 40 0,200 40 0,125
Garis S2 – Ls 40 0,200 40 0,568
Garis H – Li 40 0,200 40 0,524
Tabel 1 yang merupakan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai
pengukuran pada 40 sampel penelitian yang telah ditetapkan memiliki distribusi
normal dimana (p>0,05). Demikian seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
distribusi normal dimana (p>0,05) terdapat pada setiap hasil pengukuran yang mana
artinya hasil pengukuran jarak garis E terhadap bibir bawah dan bibir atas (Garis E :
Li mm dan Garis E : Ls mm) seluruhnya memiliki nilai distribusi normal dan
demikian pula hasil pengukuran pada garis B, garis S1, garis S2 maupun garis H.
Dengan demikian, uji statistik dapat dilanjutkan dengan uji t-independen.
Berbeda jikalau hasil uji normalitas menunjukkan distribusi tidak normal maka uji
statistik akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada lampiran.
Tabel 2. Hasil Uji t-independen pada Data Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak
Uji t-independen
Sig. Uji T
Garis E
(E-Li : E-Ls) mm
0,380
0,381
Garis B
(B-Li : B-Ls) mm
0,183
Garis S1
(S1-Li : S1-Ls) mm
0,065
0,066
Garis S2
(S2-Li : S2-Ls) mm
0,001
0,001
Hasil uji normalitas yang menunjukkan nilai distribusi normal mengarahkan
uji statistik dilanjutkan pada uji independen. Tabel 2 yang merupakan hasil uji
t-independen dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna antara
hasil pengukuran jarak masing-masing garis referensi terhadap bibir bawah
dibandingkan pada hasil pengukuran jarak masing-masing garis referensi terhadap
bibir atas.
Hasil uji t-independen menunjukkan bahwa pada pengukuran garis E terhadap
bibir bawah dan terhadap bibir atas (E-Li mm : E-Ls mm) tidak memiliki perbedaan
bermakna. Hasil tersebut sama dengan hasil uji t-independen garis B dan garis S1
yang mana juga tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Sedangkan pada hasil uji
t-independen garis S2 terhadap bibir bawah dan terhadap bibir atas (S2-Li mm : S2-Ls
mm) terlihat adanya perbedaan bermakna.
Tabel 3. Rerata Nilai Pengukuran pada Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak
Pengukuran Rerata Standar Deviasi Batas Atas Batas Bawah
Garis E – Li mm 1,9033 2,9132 7,99 -2,86
Garis E – Ls mm -0,2483 2,6576 4,49 -5,99
Garis B – Ls mm 7,0638 2,1825 11,82 2,38
Garis S1 – Li mm 3,3828 2,6978 8,99 -1,51
Garis S1 – Ls mm 2,0862 2,3140 6,43 -3,44
Garis S2 – Li mm 9,6273 3,1062 15,44 4,59
Garis S2 – Ls mm 12,2537 3,5043 18,57 5,32
Garis H – Li mm 2,2337 1,9088 5,87 -1,65
Secara keseluruhan, sebagaimana yang terlihat pada tabel 3, rerata nilai pada
pengukuran jarak garis E terhadap bibir bawah (E-Li) adalah 1,9033 mm dan
terhadap bibir atas (E-Ls) adalah -0,2483 mm. Rerata nilai pengukuran jarak garis B
terhadap bibir bawah (B-Li) adalah 6,3557 mm dan terhadap bibir atas (B-Ls) adalah
7,0638 mm. Rerata nilai pengukuran jarak garis S1 terhadap bibir bawah (S1-Li)
adalah 6,3557 mm dan terhadap bibir atas (S1-Ls) adalah 2,0862 mm. Rerata nilai
pengukuran jarak S2 terhadap bibir bawah (S2-Li) adalah 9,6273 mm dan terhadap
bibir atas (S2-Ls) adalah 12,2537 mm. Demikian pula secara keseluruhan, rerata nilai
pada pengukuran jarak garis H terhadap bibir bawah (H-Li) adalah 2,2337 mm.
Tabel 4. Nilai Coefficient Varians Hasil Pengukuran pada Mahasiswa FKG dan FT
USU Suku Batak
Pengukuran Rerata Standar Deviasi Koefisien Varians
Garis E – Li mm 1,9033 2,9132 153,060
Garis E – Ls mm -0,2483 2,6576 1070,320
Garis B – Ls mm 7,0638 2,1825 30,897
Garis S1 – Li mm 3,3828 2,6978 79,751
Garis S1 – Ls mm 2,0862 2,3140 110,920
Garis S2 – Li mm 9,6273 3,1062 32,265
Garis S2 – Ls mm 12,2537 3,5043 28,598
Garis H – Li mm 2,2337 1,9088 85,455
Secara keseluruhan, sebagaimana yang terlihat pada tabel 4, nilai koefisien
varians pengukuran jarak garis E terhadap bibir bawah (E-Li) adalah 153,060 % dan
terhadap bibir bawah (E-Ls) adalah 1070,320 %. Nilai koefisien varians pengukuran
jarak garis B terhadap bibir bawah Li) adalah 39,697 % dan terhadap bibir atas
(B-Ls) adalah 30,897 %. Nilai koefisien varians pengukuran jarak garis S1 terhadap bibir
bawah (S1-Li) adalah 79,751 % dan terhadap bibir atas (S1-Ls) adalah 110,920 %.
Nilai koefisien varians pengukuran jarak garis S2 terhadap bibir bawah (S2-Li)
adalah 32,265 % dan terhadap bibir atas (S2-Ls) adalah 28,598 %. Begitu pula pada
tabel 4 terlihat bahwa nilai koefisien varians pengukuran jarak garis H terhadap bibir
Grafik 1. Grafik Dispersi Nilai Koefisien Varians Setiap Garis Referensi
Grafik satu memperlihatkan secara lebih detail dispersi dari hasil nilai
koefisien varians yang didapatkan pada penelitian ini sebagaimana yang telah
BAB 5
PEMBAHASAN
Kecantikan wajah merupakan salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam
kehidupan manusia.31 Kontur fasial sendiri telah diketahui dapat berubah akibat
perawatan ortodonti maka perubahan tersebut seharusnya telah diantisipasi dan
diperkirakan sejak awal dalam membentuk sebuah rencana perawatan yang
komprehensif. Jaringan lunak memainkan peranan yang besar dalam keseluruhan
estetis fasial seorang individu.32 Para ortodontis juga telah lama menyadari bahwa
posisi horizontal dari bibir, sebagai bagian dari jaringan lunak, merupakan salah satu
aspek dalam estetis fasial. Posisi bibir mempengaruhi keseluruhan aspek dalam
keseimbangan fasial. Oleh karena itu, evaluasi dari bibir dalam rencana perawatan
menjadi sangat penting oleh karena posisi tersebut dapat berubah oleh tindakan
perawatan ortodonti tersebut.24 Penelitian ini dilakukan guna mengetahui garis
referensi dengan konsistensi terbaik diantara sekian banyak garis-garis referensi yang
telah diperkenalkan untuk mengevaluasi posisi anteroposterior dari bibir atas dan
bibir bawah sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam rencana perawatan pada
suku Batak kelak.24 Penelitian ini dilakukan pada sefalometri lateral dari mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Suku Batak dan
garis referensi yang memiliki nilai koefisien varians atau dispersi terendah diantara
garis-garis lainnya merupakan garis referensi dengan konsistensi terbaik.
Beberapa ahli telah mencoba membuat acuan penilaian profil jaringan lunak,
seperti garis estetik Ricketts, garis Holdaway dan lain sebagainya.33 Beberapa
garis-garis referensi telah diperkenalkan untuk mengevaluasi posisi anteroposterior dari
bibir atas dan bibir bawah, antara lain adalah kelima garis referensi yang diuji pada
penelitian ini yaitu garis E Ricketts, garis B Burstone, garis S Steiner (S1), garis S
Sushner (S2) dan garis H Holdaway.11 Hasil pengukuran diolah datanya dengan
garis dimana telah dikatakan sebelumnya bahwa garis referensi dengan nilai koefisien
varians terendah merupakan garis referensi dengan konsistensi terbaik.24
Sebelum dilakukan uji analitik pada data-data hasil pengukuran, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas pada seluruh data dengan uji Kolgomorov-Smirnov
dan Shapiro-Wilk. Hal ini bertujuan untuk mengetahui uji analitik yang tepat dalam
pengolahan data pada tahap selanjutnya. Jika hasil data uji normalitas menunjukkan
data terdistribusi normal (p>0,05) maka uji analitik dilanjutkan dengan uji
t-independen sedangkan jika terlihat bahwa data tidak terdistribusi normal maka uji
analitik akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji normalitas data
sebagaimana yang terlihat pada tabel 1 menunjukkan nilai distribusi data normal
(p>0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji t-independen.
Tabel berikutnya yakni tabel 2 menunjukkan hasil uji t-independen terhadap
data-data hasil pengukuran. Masing-masing garis referensi yang diuji pada penelitian
ini ditarik ke dua posisi berbeda yakni masing-masing garis referensi tersebut ditarik
menuju bibir bawah (Li) dan bibir atas (Ls) terkecuali pada garis referensi Holdaway
yang hanya diukur jaraknya terhadap bibir bawah (Li). Hasil uji t-independen
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada nilai garis E terhadap bibir
bawah (E-Li) dengan garis E terhadap bibir atas (E-Ls). Demikian pula halnya antara
nilai garis B terhadap bibir bawah (B-Li) dengan garis B terhadap bibir atas (B-Ls)
dan juga antara nilai garis Steiner (S1) terhadap bibir bawah (S1-Li) dengan garis
Steiner (S1) terhadap bibir atas (S1-Ls). Hasil uji t-independen tidak memiliki
perbedaan bermakna jika p>0,05 dan memiliki perbedaan bermakna jika nilai p<0,05.
Pada uji t-independen nilai garis E (0,380:0,381), garis B (0,183: 0,183), garis S1
(0,065:0,066) maka terbukti tidak ada perbedaan bermakna antara nilai pengukuran
menuju bibir bawah (Li) dengan pengukuran menuju bibir atas (Ls). Sedangkan pada
nilai garis Sushner (S2) terhadap bibir bawah (S2-Li) dan garis Sushner (S2) terhadap
bibir atas (S2-Ls) terdapat perbedaan bermakna karena nilai uji t-independen
menunjukkan nilai 0,001 pada pengukuran terhadap bibir bawah (Li) maupun
Konfigurasi dari jaringan lunak wajah dipengaruhi oleh sejumlah variabel
seperti ketebalan jaringan lunak, interrelasi skeletal maupun konfigurasi dental.
Analisis dari jaringan lunak yang menutupi jaringan keras dentofasial memberi
informasi penting dalam diagnosis dan rencana perawatan dalam bidang ortodonti.
Akan tetapi Andersen et al mengatakan bahwa masih sedikit studi yang terfokus pada
analisis pada jaringan lunak.32 Walaupun demikian, beberapa analisis telah
diperkenalkan untuk mengevaluasi posisi bibir dan pengaruhnya pada profil fasial.
Diantara yang paling umum adalah garis E Rickett, garis B Burstone, garis S Steiner,
garis S Sushner dan garis H Holdaway yang dibandingkan konsistensinya dalam
penelitian ini.11
Dalam hasil penelitian ini, ditemukan bahwa garis B Burstone (Nilai koefisien
varians 39,69% dan 30,89%) dan garis S2 Sushner (Nilai koefisien varians 32,26%
dan 28,59%) memiliki dispersi koefisien variasi terendah yang mana berarti kedua
garis tersebut dapat dianggap sebagai garis referensi terbaik dalam menilai posisi
horizontal bibir dalam analisis profil. Hasil ini sesuai dengan penelitian Naidu dan
Hsu yang juga mendapatkan hasil bahwa garis B dan S2 merupakan garis dengan
dispersi koefisien varians terendah dalam penelitiannya masing-masing dibandingkan
dengan garis-garis referensi lainnya.
Dalam sudut lingkup penanganan klinis, semakin anterior letak dari sebuah
garis referensi, maka semakin mudah untuk digunakan oleh klinisi. Dalam kategori
tersebut, garis E Rickett dan garis H Holdaway memenuhi syarat. Dalam aspek
reabilitas sebuah garis referensi, garis-garis yang melewati hidung sangatlah
dipercaya karena dikatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hidung harus diikut
sertakan dalam menilai estetis. Garis S Steiner dan garis B Burstone berada dalam
kategori ini. Dengan demikian, hanya garis S2 Sushner yang tidak termasuk dalam
kategori apapun yang disebutkan pada kalimat-kalimat sebelumnya. Dalam penilaian
ini, garis B Burstone lebih dapat diterima dibandingkan dengan garis S Sushner.11,24
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa garis E Rickett merupakan garis
dengan nilai koefisien varians terbesar (Nilai koefisien varians 153,06% dan
menilai posisi horizontal bibir. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Naidu
yang mendapatkan garis H Holdaway sebagai garis dengan nilai koefisien varians
terendah sedangkan pada penelitian ini garis Holdaway (Nilai koefisien varians
85,45%) berada di pertengahan diantara garis-garis referensi lainnya. Hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh perbedaan jaringan lunak antar ras sebagaimana yang
dikemukakan dalam penelitian Tyasingsih bahwa jaringan lunak (bibir) populasi
Batak asli lebih protrusif sehingga mungkin mengakibatkan perbedaan jarak yang
berujung pada perbedaan hasil. Nilai koefisien varians yang sangat tinggi terlihat
pada garis E Rickett terhadap bibir atas (E-Ls mm) sebagaimana yang ditunjukkan
pada tabel 4, merupakan pengaruh dari uji statistikal yang diakibatkan oleh nilai mean
yang negatif (-0,2483) pada tabel 3 dan 4. Nilai yang tinggi ini juga ditemui pada
penelitian yang dilakukan oleh Hsu dan dijelaskan dengan alasan serupa.24
Pada penelitian Sutter dikatakan bahwa terdapat berbagai karateristik fasial
dan setiap ras dan suku memiliki ciri tersendiri. Oleh karena itu, antar penelitian satu
dengan yang lain dapat terdapat perbedaan-perbedaan.35 Enlow, Nanda juga
menyatakan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi analisis wajah.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah jenis kelamin, ras dan lain sebagainya.36 Pada
pembahasan diatas, terlihat adanya persamaan dan perbedaan antara hasil penelitian
ini dengan penelitian lain seperti penelitian Naidu maupun Hsu yang juga
membandingkan konsistensi kelima garis-garis referensi tersebut. Persamaan
ditunjukkan pada hasil dimana garis B Burstone dan garis S2 Sushner yang keluar
sebagai garis dengan nilai koefisien varians terendah dan perbedaan terletak pada
urutan konsistensi ketiga garis referensi lainnya yakni antara garis S Steiner, garis H
Holdaway dan garis E Rickett. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh pernyataan
sebelumnya bahwa karateristik masing-masing ras dan suku berbeda. Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi adanya perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Kelima garis referensi yang dipakai dalam rencan perawatan bidang ortodonti
memiliki perbedaan konsistensi yang terlihat dari perbedaan nilai koefisien varians.
Garis referensi dengan konsistensi terbaik pada pengukuran mahasiswa FKG dan FT
Universitas Sumatera Utara merupakan garis B Burstone yang memiliki nilai
koefisien varians yang terendah dibandingkan garis-garis referensi lainnya pada
penelitian ini. Kemudian disusul dengan garis S Sushner, garis S Steiner, garis H
Holdaway dan garis E Rickett. Garis E Rickett pada hasil ini memiliki nilai koefisien
varians tertinggi sehingga dapat dikatakan sebagai garis referensi yang paling kurang
konsisten dalam menilai posisi bibir. Sedangkan garis B Burstone dapat dikatakan
merupakan garis referensi paling konsisten yang dapat digunakan untuk menilai
posisi bibir dalam bidang ortodonti.
6.2Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar
agar didapatkan validitas yang tinggi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap tiap-tiap suku di Indonesia
LAMPIRAN 2 Referensi dari Posisi Horizontal
Bibir Atas dan Bibir Bawah
( Konsistensi )
Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal
Bibir Atas dan Bibir Bawah pada Mahasiswa USU Suku
LAMPIRAN 3
Pengukuran II (Setelah 24 jam)
LAMPIRAN 4
14 -0,28 0 4,59 7,81 1,03 1,44 7,26 10,63 0
15 1,08 -3,29 7,49 5,47 3,33 0,43 10,37 10,66 3,47
16 -1,4 -2,36 3,91 5,89 0,76 0 6,34 8,42 0,93
17 1,35 -0,59 6,77 6,65 3,65 2,1 11,24 13,01 2,78
18 2,94 1,76 6,84 8,27 4,24 3,83 9,48 13,31 2,23
19 1,68 1,98 5,28 7,87 3,16 3,53 9,26 13,45 0,98
20 0 -0,83 4,36 5,53 1,54 0,98 6,18 8,74 0,8
21 4,25 1,23 8,09 8,21 4,63 3,45 12,93 17,14 2,9
22 4,4 0 8,1 6,38 5,92 2,68 13,4 14,26 4,67
23 -0,39 -1,62 4,24 6,59 1,22 1,02 7,45 12,09 0
24 0 -2,76 5,66 5,73 2,44 0,77 6,8 7,95 1,67
25 -2,91 -3,75 4,08 7,1 0 0 4,68 8,25 0
26 -0,84 0,8 3,11 7,71 0,54 1,79 7,88 15,56 -1,57
27 4,54 3,17 8,12 9,3 5,84 4,89 13,57 18,51 2,66
28 0 -3,15 5,21 5,54 1,17 -1 8,04 9,86 2,35
29 2,46 -2,19 6,93 6,22 2,9 0 10,17 12,02 3,04
30 4,99 0 11,58 9,14 7,3 3,3 15,47 15,97 4,78
31 1,49 -3,07 7,48 5,58 2,3 -0,91 10,97 12,62 3,12
32 0,55 2 4,39 10,14 1,39 3,96 9,09 18,23 -0,94
33 5,66 2,93 9,37 9,15 6,62 4,47 14,77 17,21 3,9
34 5,1 1,78 9,16 8,59 7,24 5,35 12,45 15,08 3,96
35 7,92 4,6 12,36 11,84 8,85 6,31 15,19 17,6 5,23
36 1,97 -0,35 6,76 7,81 3,53 2,51 9,8 13,25 1,29
37 -2,92 -5,31 1,94 2,47 -1,39 -3,37 4,71 6,32 0,82
38 -1,38 -3,26 3,1 2,75 0,8 1,08 8,72 -11,13 1,06
39 0 -1,65 4,63 6,61 1,02 0,72 6,89 11,14 0,67
Nilai Tengah Kedua Pengukuran
13 7,14 2,22 12,03 10,04 8,99 4,68 14,86 14,54 5,68
29 2,37 -2,17 6,97 6,25 2,95 0,00 10,12 12,06 3,06
30 5,07 0,00 11,49 9,18 7,24 3,40 15,44 15,83 5,03
31 1,58 -3,08 7,44 5,66 2,42 -0,94 11,04 12,77 3,13
32 0,50 2,06 4,41 10,13 1,35 3,97 9,20 18,21 -1,17
33 5,64 2,84 9,34 9,34 6,60 4,47 14,80 17,30 4,02
34 5,17 1,90 9,17 8,61 7,15 5,24 12,32 15,10 3,97
35 7,99 4,49 12,37 11,82 8,79 6,43 15,29 17,64 5,25
36 1,87 0,45 6,74 7,74 3,56 2,64 9,73 13,00 1,27
37 -2,86 -5,32 1,94 2,38 -1,51 -3,44 4,59 6,30 0,88
38 -1,27 -3,40 2,95 2,84 0,79 1,10 8,55 11,29 1,11
39 0,00 -1,60 4,67 6,63 1,09 0,72 6,88 11,10 0,73
LAMPIRAN 5
HASIL PERHITUNGAN STATISTIK DESKRIPTIF DARI PENGUKURAN PADA SEFALOMETRI MAHASISWA FKG
DAN FT USU SUKU BATAK
Garis E - Li
Frequency Percent Valid Percent
2,37 1 2,5 2,5 65,0
Frequency Percent Valid Percent
-1,77 1 2,5 2,5 35,0
Frequency Percent Valid Percent
Total 40 100,0 100,0
Garis B - Ls
Frequency Percent Valid Percent
8,07 1 2,5 2,5 70,0
Frequency Percent Valid Percent
2,42 1 2,5 2,5 42,5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid -3,44 1 2,5 2,5 2,5
-3,29 1 2,5 2,5 5,0
Total 40 100,0 100,0
Garis S2 - Li
Frequency Percent Valid Percent
11,04 1 2,5 2,5 70,0
Frequency Percent Valid Percent
10,63 1 2,5 2,5 40,0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid -1,65 1 2,5 2,5 2,5
-1,17 1 2,5 2,5 5,0
LAMPIRAN 6
HASIL UJI NORMALITAS DATA
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Garis E - Li ,121 40 ,141 ,959 40 ,156
Garis E - Ls ,112 40 ,200* ,970 40 ,372
Garis B - Li ,131 40 ,083 ,955 40 ,113
Garis B - Ls ,093 40 ,200* ,986 40 ,881
Garis S1 - Li ,108 40 ,200* ,946 40 ,054
Garis S1 - Ls ,084 40 ,200* ,973 40 ,460
Garis S2 - Li ,081 40 ,200* ,956 40 ,125
Garis S2 - Ls ,078 40 ,200* ,977 40 ,568
Garis H - Li ,080 40 ,200* ,975 40 ,524
a. Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN 7
HASIL PERHITUNGAN STATISTIK KOEFISIEN VARIANS MAHASISWA FKG DAN FT USU SUKU BATAK
Mean 1,9033 -,2483 6,3557 7,0638 3,3828 2,0862 9,6273 12,2537 2,2337
Std.
Deviation
2,91316 2,65762 2,52301 2,18245 2,69784 2,31396 3,10622 3,50431 1,90878
Variance 8,486 7,063 6,366 4,763 7,278 5,354 9,649 12,280 3,643
Koefisien Varians
Pengukuran Rerata Standar Deviasi Koefisien Varians (%)
Garis H – Li mm 2,2337 1,9088 85,455
LAMPIRAN 8
HASIL UJI T INDEPENDEN UNTUK PENGUKURAN NILAI BIBIR ATAS DAN BIBIR BAWAH
Group Statistics
Posisi_Lipt N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Garis E - Li
dimension1
Lower 40 2,5883 2,30888 ,36507
Upper 40 2,2073 1,45921 ,23072
Garis B - Li
dimension1
Lower 40 6,3557 2,52301 ,39892
Upper 40 7,0637 2,18245 ,34508
Garis S1 - Li
dimension1
Lower 40 3,4582 2,59781 ,41075
Upper 40 2,5217 1,81553 ,28706
Garis S2 - Li
dimension1
Lower 40 9,6285 3,10482 ,49092
Upper 40 12,2538 3,50431 ,55408
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Equal
variances
not
assumed
,882 65,868 ,381 ,38100 ,43186 -,48127 1,24327
Garis
76,415 ,183 -,70800 ,52746
-1,75844
4,775 ,032 1,869 78 ,065 ,93650 ,50112 -,06115 1,93415
Equal
variances
not
assumed
1,869 69,759 ,066 ,93650 ,50112 -,06301 1,93601
Garis
76,885 ,001 -2,62525 ,74027
-4,09935