• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Lima Garis Referensi Dari Posisi Horizontal Bibir Atas Dan Bibir Bawah Pada Mahasiswa FKG Dan FT USU Suku Batak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Lima Garis Referensi Dari Posisi Horizontal Bibir Atas Dan Bibir Bawah Pada Mahasiswa FKG Dan FT USU Suku Batak"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

BAWAH PADA MAHASISWA FKG DAN

FT USU SUKU BATAK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SHIENY LOKANATA

NIM : 090600032

Dosen Pembimbing : Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Tahun 2013

Shieny Lokanata

Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan

Bibir Bawah pada Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak

x + 37 halaman

Kalangan modern telah menempatkan penampilan fisik sebagai sesuatu yang

sangat diutamakan sehingga ilmu ortodonsia tidak hanya terfokus pada susunan gigi

dan rahang tetapi juga pada estetis wajah yang dipengaruhi jaringan lunak individu.

Bibir merupakan bagian dari jaringan lunak dan dapat berubah akibat perawatan

ortodonti sehingga beberapa metode telah diperkenalkan untuk menilai posisi

anteroposterior bibir dan kualitas estetis sebuah profil. Beberapa garis referensi yang

sering digunakan antara lain merupakan garis E Ricketts, garis B Burstone, garis S

Steiner, garis S Sushner dan garis H Holdaway. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan konsistensi pada kelima garis referensi

tersebut yang dinilai dari koefisien varians masing-masing garis referensi tersebut.

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan

rancangan cross sectional yang menggunakan 40 sefalogram yang terdiri dari 20

laki-laki dan 20 perempuan berumur 18-25 tahun. Sefalogram diperoleh dari penelitian

terdahulu yang merupakan sefalogram mahasiswa suku Batak Fakultas Kedokteran

(3)

Burstone, Baris S Steiner, Garis S Sushner, Garis Holdaway ditetapkan sesuai

titik-titiknya masing-masing dan diukur jarak antar masing-masing garis referensi tersebut

terhadap bibir bawah (Li) maupun terhadap bibir atas (Ls).

Hasil penelitian menunjukkan nilai sebagai berikut: Garis E Ricketts terhadap

bibir bawah (E-Li) bernilai (153,060%), garis E Ricketts terhadap bibir atas (E-Ls)

bernilai (1070,320%), garis B Burstone terhadap bibir bawah (B-Li) bernilai

(39,697%), garis B Burstone terhadap bibir atas bernilai (30,897%), garis S Steiner

terhadap bibir bawah (S1-Li) bernilai (79,751%), garis S Steiner terhadap bibir atas

(S1-Ls) bernilai (110,920%), garis S Sushner terhadap bibir bawah (S2-Li) bernilai

(32,265%), garis S Sushner terhadap bibir atas (S2-Ls) bernilai (28,598%) dan garis

H Holdaway terhadap bibir bawah (H-Li) bernilai (85,455%). Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa garis B Burstone memiliki dispersi koefisien varians terendah

yakni (30,897%) dan dengan demikian merupakan garis referensi dengan konsistensi

terbaik yang kemudian diikuti oleh garis S Sushner, garis H Holdaway, garis S

Steiner dan garis E Ricketts.

Kesimpulannya pada perbandingan kelima garis referensi posisi horizontal

bibir ini, sesuai urutan yang memiliki konsistensi terbaik adalah garis B Burstone,

garis S Sushner, garis H Holdaway, garis S Steiner dan garis E Ricketts.

(4)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan,………..…

Pembimbing: Tanda tangan

Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp. Ort ……….

(5)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

Pada tanggal……….

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., PhD., Sp.Ort

NIP. 19520622 198003 1 001

ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort

NIP. 19771116 20021 2 002

2. Mimi Marina Lubis, drg

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini telah

selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K), selaku Ketua Departemen Ortodonsia

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K), selaku koordinator skripsi.

4. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort dan Mimi Marina Lubis, drg., selaku dosen tim

penguji yang telah menyediakan waktu dan memberikan masukan kepada

penulis.

5. Dr. Surya Dharma, MPH., selaku dosen FKM yang telah banyak memberikan

bantuan dalam pengolahan data statistik.

6. Seluruf staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

terutama staf pengajar dan pegawai di Departemen Ortodonsia Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan

kepada penulis.

7. Orangtua dan keluarga tersayang yang telah memberikan motivasi dan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman stambuk ’09 dan sahabat-sahabat tersayang terutama Silvia,

Cindy, Melfi, Christin, William, Silvia, Novelya, Sabrina, Sylvia, Jessica,

(7)

9. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

10. Senior-senior terutama kakak Jessica dan Fensuny dan semuanya yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari semua pihak. Penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pikiran bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas

Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonti.

Medan, 27 Februari 2013

Penulis,

(Shieny Lokanata)

NIM : 090600032

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Garis Profil dalam Evaluasi Estetis Fasial ... 6

2.2 Garis-garis Refrensi Analitik dari Posisi Bibir Horizontal ... 7

2.2.1 Garis E Ricketts ... 7

2.2.2 Garis B Burstone ... 8

2.2.3 Garis S Sushner (S2) ... 9

2.2.4 Garis H Holdaway ... 10

(9)

2.3 Sefalometri ... 12

2.4 Titik-titik (Landmarks) Jaringan Lunak pada Sefalogram Lateral ... 14

2.5 Suku Batak ... 15

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN... 16

3.1 Jenis Penelitian ... 16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.3 Populasi Penelitian ... 16

3.4 Sampel Penelitian ... 16

3.4.1 Besar Sampel ... 16

3.4.2 Kriteria Inklusi ... 17

3.4.3 Kriteria Eksklusi ... 17

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 18

3.5.1 Variabel Bebas ... 18

3.5.2 Variabel Tergantung... 18

3.5.3 Variabel Terkendali ... 18

3.5.4 Definisi Operational ... 19

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ... 20

3.6.1 Alat Penelitian ... 20

3.6.2 Bahan Penelitian ... 22

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.8 Pengolahan Data... 24

3.9 Analisis Data ... 24

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 25

BAB 5. PEMBAHASAN ... 30

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1 Kesimpulan ... 34

6.2 Saran ... 34

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. ... Nilai Uji

Normalitas pada Data Mahasiswa FKG dan FT USU

Suku Batak ... 25

2. ... Hasil Uji

t-independen pada Data Mahasiswa FKG dan FT USU

Suku Batak ... 26

3. ... Rerata

Nilai Pengukuran pada Mahasiswa FKG dan FT USU

Suku Batak ... 27

4. ... Nilai

Koefisien Varians Hasil Pengukuran pada Mahasiswa

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Garis E Ricketts ... 8

2. Garis B Burstone ... 9

3. Garis S Sushner (S2) ... 10

4. Garis H Holdaway ... 11

5. Garis S Steiner (S1) ... 12

6. Sefalogram (a) Frontal, (b) Lateral ... 13

7. Titik-titik jaringan lunak pada sefalometri lateral ... 14

8. (a) Garis E: Pronasale-Pogonion kulit, (b) Garis B: Subnasale-Pogonion kulit, (c) Garis S2: Nasion kulit-Pogonion kulit, (d) Garis H: Pogonion kulit-Labrale Superior, (e) Garis S1: Pogonion kulit-Columella ... 20

9. Tracing Box ... 21

10. (a) Pulpen, (b) Pensil Mekanik, (c) Pensil 4H, (d) Penghapus, (e) Penggaris, (f) Kalkulator ... 21

11. Kaliper Digital ... 22

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka Teori

2. Kerangka Konsep

3. Hasil Uji Operator

4. Hasil Pengukuran Jarak pada Sefalometri Mahasiswa FKG dan FT USU Suku

Batak

5. Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif dari Pengukuran pada Sefalometri

Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak

6. Hasil Uji Normalitas Data

7. Hasil Perhitungan Statistik Koefisien Varians Mahasiswa FKG dan FT USU

Suku Batak

8. Hasil Uji T Independen Untuk Pengukuran Nilai Bibir Atas dan Bibir Bawah

9. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang

(13)

Tahun 2013

Shieny Lokanata

Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan

Bibir Bawah pada Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak

x + 37 halaman

Kalangan modern telah menempatkan penampilan fisik sebagai sesuatu yang

sangat diutamakan sehingga ilmu ortodonsia tidak hanya terfokus pada susunan gigi

dan rahang tetapi juga pada estetis wajah yang dipengaruhi jaringan lunak individu.

Bibir merupakan bagian dari jaringan lunak dan dapat berubah akibat perawatan

ortodonti sehingga beberapa metode telah diperkenalkan untuk menilai posisi

anteroposterior bibir dan kualitas estetis sebuah profil. Beberapa garis referensi yang

sering digunakan antara lain merupakan garis E Ricketts, garis B Burstone, garis S

Steiner, garis S Sushner dan garis H Holdaway. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan konsistensi pada kelima garis referensi

tersebut yang dinilai dari koefisien varians masing-masing garis referensi tersebut.

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan

rancangan cross sectional yang menggunakan 40 sefalogram yang terdiri dari 20

laki-laki dan 20 perempuan berumur 18-25 tahun. Sefalogram diperoleh dari penelitian

terdahulu yang merupakan sefalogram mahasiswa suku Batak Fakultas Kedokteran

(14)

Burstone, Baris S Steiner, Garis S Sushner, Garis Holdaway ditetapkan sesuai

titik-titiknya masing-masing dan diukur jarak antar masing-masing garis referensi tersebut

terhadap bibir bawah (Li) maupun terhadap bibir atas (Ls).

Hasil penelitian menunjukkan nilai sebagai berikut: Garis E Ricketts terhadap

bibir bawah (E-Li) bernilai (153,060%), garis E Ricketts terhadap bibir atas (E-Ls)

bernilai (1070,320%), garis B Burstone terhadap bibir bawah (B-Li) bernilai

(39,697%), garis B Burstone terhadap bibir atas bernilai (30,897%), garis S Steiner

terhadap bibir bawah (S1-Li) bernilai (79,751%), garis S Steiner terhadap bibir atas

(S1-Ls) bernilai (110,920%), garis S Sushner terhadap bibir bawah (S2-Li) bernilai

(32,265%), garis S Sushner terhadap bibir atas (S2-Ls) bernilai (28,598%) dan garis

H Holdaway terhadap bibir bawah (H-Li) bernilai (85,455%). Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa garis B Burstone memiliki dispersi koefisien varians terendah

yakni (30,897%) dan dengan demikian merupakan garis referensi dengan konsistensi

terbaik yang kemudian diikuti oleh garis S Sushner, garis H Holdaway, garis S

Steiner dan garis E Ricketts.

Kesimpulannya pada perbandingan kelima garis referensi posisi horizontal

bibir ini, sesuai urutan yang memiliki konsistensi terbaik adalah garis B Burstone,

garis S Sushner, garis H Holdaway, garis S Steiner dan garis E Ricketts.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya prinsip dan tujuan perawatan ortodonsia adalah untuk

mencapai fungsional pengunyahan, keseimbangan struktural dan keselarasan estetik

wajah yang optimal yang disebut sebagai tiga serangkai yaitu “utility”, “stability “

dan “beauty”.1,2,3 Akan tetapi, kalangan modern telah menempatkan penampilan fisik

sebagai sesuatu yang sangat diutamakan. Keinginan untuk meningkatkan estetis

wajah telah menjadi motivasi utama bagi sebagian besar pasien-pasien yang mencari

perawatan ortodonti, terlepas dari pertimbangan struktural dan fungsional yang

seharusnya juga dipermasalahkan.4

Motivasi utama dari sebagian besar pasien-pasien tersebut dalam mencari

perawatan ortodonti adalah untuk meningkatkan nilai penampilannya. Ortodonti,

dalam pola pemikiran mereka, merupakan sesuatu yang dapat membuat seseorang

berpenampilan lebih baik dan dengan demikian dapat meningkatkan kemampuan

seseorang dalam bersosialisasi. Pemikiran mengenai perbaikan oklusi yang akan

meningkatkan kesehatan dan ketahanan gigi geligi sering kali menjadi tujuan kedua

bagi sebagian pasien-pasien tersebut. Demikian, dapat dikatakan bahwa ada

kesenjangan antara pendapat seorang pasien dan seorang dokter gigi.5

Oleh karena itu, perawatan dalam bidang ilmu ortodonsia yang mengalami

kemajuan pesat saat ini tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja yang

mana disebut sebagai jaringan keras tetapi juga pada estetis wajah. Walaupun posisi

gigi dan rahang telah selesai dikoreksi jika hasilnya tidak menunjukkan bentuk wajah

yang harmonis maka perawatannya dianggap belum selesai.1,2,6

Pentingnya estetis fasial dan relasi jaringan lunak dalam perawatan ortodonti

juga ditekankan oleh Angle pada tahun 1907. Angle menekankan bahwa jaringan

(16)

menemukan bahwa target-target perawatan meningkat secara signifikan ketika

jaringan lunak dipertimbangkan dengan seksama dalam rencana perawatan.7 Rencana

perawatan yang hanya berlandaskan pengukuran dan pertimbangan jaringan keras

dapat menghasilkan perubahan profil jaringan lunak yang tidak diinginkan yang akan

berujung pada kekecewaan pasien terhadap hasil perawatan. Pemeriksaan dan

dokumentasi yang seksama dari jaringan lunak akan meningkatkan hasil dari

perawatan itu sendiri.8

Profil jaringan lunak terdiri dari beberapa faktor termasuk fondasi skeletal,

sistem dukungan dental dan komponen-komponen jaringan lunak ( hidung, dagu dan

bibir ). Pengukuran profil jaringan lunak ini, posisi bibir merupakan salah satu poin

terpenting oleh karena ia terlibat dalam sepertiga posisi wajah bawah dan dapat

berubah karena perawatan ortodonti.8

Beberapa metode telah digunakan untuk menggambarkan posisi bibir

horizontal. Beberapa garis telah diperkenalkan untuk menilai posisi anteroposterior

dari bibir dan kualitas estetis dari profil tersebut. Steiner mengevaluasi profil jaringan

lunak dengan menggambarkan sebuah garis (garis S) dari bagian tengah kurva S

antara ujung hidung dan subnasal menuju pogonion jaringan lunak dan menyatakan

bahwa bibir harus mengenai garis tersebut.8-10

Analisis bibir menurut Ricketts terdiri dari sebuah garis (garis E) yang

digambarkan dari ujung hidung menuju jaringan lunak pogonion. Ricketts

mengatakan bahwa secara normal bibir atas dan bibir bawah akan berada dibelakang

garis tersebut dalam jarak 4 mm dan 2 mm secara berurut.8,9,11

Garis B Burstone’s digambarkan dari subnasal jaringan lunak menuju

pogonion jaringan lunak. Burstone menyimpulkan dari penelitiannya pada ras

kaukasoid bahwa bibir atas dan bibir bawah berada pada anterior garis tersebut

dengan jarak rata-rata 3,5 mm dan 2,2 mm secara berurut.8,11

Holdaway menghubungkan posisi bibir bawah dengan garis H, yang berasal

dari pogonion jaringan lunak menuju batas vermillion dari bibir atas. Menurut hasil

studi yang dilakukannya pada ras Kaukasoid, 0 mm merupakan hasil ideal dengan

(17)

Sebuah garis S (S2) yang digambarkan dari nasion jaringan lunak menuju

pogonion jaringan lunak dikemukakan oleh Sushner pada tahun 1977. Sushner

menyatakan bahwa bibir atas dan bibir bawah berada di anterior garis tersebut dalam

perbandingan yang ia lakukan antara populasi orang berkulit hitam dan orang berkulit

putih. Pengukuran garis S2 tersebut terhadap bibir atas dan bibir bawah adalah 8,8

mm dan 6,7 mm secara berurut pada wanita berkulit putih dan 10,3 mm dan 8 mm

secara berurut pada pria berkulit putih.10,11

Garis E Ricketts, garis S1 Steiner’s, garis H Holdaway’s, garis B Burstone’s

dan garis S2 Sushner’s adalah garis-garis yang paling umum digunakan para

ortodontis dalam diagnosa dan rencana perawatan. Ortodontis memiliki subjektivitas

tersendiri akan garis mana yang digunakan dalam mengevaluasi posisi bibir

pasien-pasiennya. Garis-garis tersebut digunakan dalam mengevaluasi posisi-posisi bibir

yang melibatkan titik-titik referensi yang berbeda dan dengan demikian

memungkinkan terbentuknya diagnosis yang berbeda dari posisi bibir tersebut. Oleh

karena itu, timbul suatu pertanyaan mengenai perbedaan yang mungkin ada pada

koefisien kepercayaan yang disajikan oleh masing-masing garis tersebut.8,9,11

Saad et al melakukan penelitian mengenai pengukuran posisi antero-posterior

bibir dengan menggunakan garis E Ricketts dan garis S Steiner. Penelitian tersebut

dilakukan pada 90 subjek yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Hasil penelitian

menunjukkan rentang nilai antara posisi bibir terhadap garis E Ricketts dan garis S

Steiner tersebut.9

Hambleton mendiskusikan beberapa metode yang digunakan untuk

mengevaluasi jaringan lunak yang menutupi wajah skeletal dan memutuskan bahwa

sudut H Holdaway merupakan yang paling berguna untuk digunakan dalam

perawatan ortodonti.11

Hasan et al melakukan penelitian untuk meninjau korelasi antara garis-garis

profil yang digunakan untuk mengevaluasi posisi bibir bawah. Penelitian dilakukan

pada populasi di Pakistan dengan mengevaluasi 150 foto sefalometri lateral sebelum

perawatan ortodonti. Korelasi antara garis E Rickett, garis S Steiner, garis B Burstone

(18)

menunjukkan korelasi yang kuat antara garis E Rickett dengan garis S Steiner dan

antara garis S Steiner dengan garis B Burstone. Sementara garis H Holdaway

menunjukkan korelasi lemah dengan garis-garis lainnya.8

Beberapa penelitian telah dilakukan pada garis-garis yang digunakan untuk

menilai posisi bibir ini. Penelitian mengenai pengukuran posisi antero-posterior bibir

dengan menggunakan garis E Ricketts dan garis S Steiner oleh Saad et al, penelitian

mengenai korelasi antar garis-garis tersebut oleh Hasan et al maupun perbandingan

sensitivitasnya oleh Bilin. Penelitian tersebut dilakukan pada ras-ras yang berbeda

dimana mayoritas penelitian ada pada ras kaukasoid. Ada perbedaan dalam hubungan

dentofasial antara berbagai kelompok etnik dan ras sehingga akan memberikan hasil

yang berbeda.7,8,12

Suku batak merupakan salah satu suku terbesar yang berdomisili di Sumatera

Utara, yakni sebesar 25,62 %.13 Literatur yang telah dipaparkan diatas, penulis ingin

melakukan penelitian mengenai perbandingan dari 5 garis-garis tersebut yakni, garis

E Rickett, garis B Burstone, garis S1 Steiner, garis S2 Sushner dan garis H

Holdaway, melihat garis manakah yang memiliki konsistensi terbaik serta

membandingkannya dengan penelitian pada ras-ras lain.

1.2Permasalahan

Apakah terdapat perbedaan pada derajat konsisten kelima garis referensi dari

posisi bibir pada mahasiswa FKG dan FT USU suku batak yang diukur berdasarkan

nilai koefisien varians dari masing-masing garis pada data komputerisasi.

1.3Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan pada derajat konsisten kelima garis referensi dari posisi bibir yang akan

(19)

derajat konsisten diurutkan berdasarkan nilai koefisien varians dari masing-masing

garis pada data komputerisasi. Sedangkan tujuan khususnya ialah untuk mengetahui

garis referensi dari posisi bibir dengan konsistensi terbaik yang mana merupakan

garis dengan koefisien varians terkecil pada data komputerisasi.

1.4Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan pada konsistensi kelima garis referensi dari posisi bibir pada

mahasiswa FKG dan FT USU suku batak.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat praktis penelitian yakni sebagai informasi dalam penggunaan kelima

garis referensi dari posisi bibir tersebut dalam rencana perawatan ortodonsia.

Sedangkan manfaat teoritis yang dapat diperoleh antara lain;

 Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangka

menambah wawasan keilmuan melalui penelitian.

 Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam lingkup luas, ada beberapa alasan-alasan dilakukannya sebuah

perawatan ortodonti, sesuai frekuensinya, yang dijadikan pasien sebagai alasan dalam

mencari perawatan ortodonti terutama adalah untuk menghilangkan atau setidaknya

mengurangi penghalang sosial yang dibentuk oleh sebuah penampilan dental maupun

fasial yang tidak dapat diterima.14 Hal ini dikarenakan kalangan modern telah

menempatkan penampilan fisik sebagai sesuatu yang sangat diutamakan sehingga

saat ini bidang ilmu ortodonti yang mengalami kemajuan begitu pesat dalam

melakukan perawatannya tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

tetapi juga pada estetis wajah.1,4,15,16 Maka dalam perawatan ortodonti peningkatan

estetis dan keseimbangan fasial telah menjadi salah satu tujuan penting.17 Jaringan

lunak merupakan faktor penting yang dapat mengubah penampilan estetis wajah.18

Salah satunya merupakan posisi bibir yang mana merupakan bagian penting dari

jaringan lunak yang dapat berubah secara signifikan ketika gigi geligi direposisi.

Beberapa garis telah diperkenalkan guna menilai posisi anteroposterior bibir dan

kualitas estetis dari profil wajah.19

2.1 Garis Profil dalam Evaluasi Estetis Fasial

Burstone menyatakan bahwa penilaian akan jaringan lunak haruslah menjadi

bagian integral dari perawatan ortodonti. Edward H. Angle, salah satu yang pertama

menulis mengenai keseimbangan fasial, menegaskan pentingnya jaringan lunak, ia

menganggap mulut merupakan faktor penting yang membentuk kesempurnaan

ataupun cacatnya suatu karakter wajah dan bentuk dan kesempurnaan mulut sendiri

(21)

Area pada wajah yang menjadi fokus perhatian para ortodontis adalah

jaringan lunak pada region wajah bagian bawah yang akan dipengaruhi intervensi

perawatan ortodonti. Salah satunya merupakan bibir yang mana posisinya dapat

berubah secara signifikan ketika gigi geligi direposisi. Neger juga ikut menekankan

posisi anteroposterior dari bibir berkaitan erat dengan relasi gigi geligi. Oleh karena

itu, perubahan jaringan lunak yang dapat diantisipasi dalam perawatan ortodonti

berada di sekitar bibir.19,20

Maka evaluasi bibir dalam penilaian sebelum perawatan sangatlah penting.

Dalam kepentingan evaluasi, diperlukan sebuah garis referensi. Beberapa garis telah

diperkenalkan guna menilai posisi anteroposterior dari bibir dan mengevaluasi profil

estetis pasien. Namun pemilihan akan garis mana yang merupakan garis paling

konsisten dan terpercaya diantara yang lainnya sering kali menjadi sebuah

permasalahan.19,20

2.2 Garis-garis Referensi Analitik dari Posisi Bibir Horizontal

Garis profil merupakan sebuah garis referensi dari area pada wajah yang

dipengaruhi oleh perawatan ortodonti dengan pergerakan gigi geligi. Beberapa garis

telah digunakan dalam mengevaluasi posisi anteroposterior bibir seperti garis E

Ricketts, garis H Holdaway, garis S Steiner, garis B Burstone, garis S Sushner dan

sebagainya. Garis-garis referensi ini melibatkan titik-titik yang berbeda yang mana

memungkinkan dihasilkannya hasil evaluasi posisi bibir yang berbeda. Maka

pemilihan akan garis mana yang paling tepat digunakan masih sering menjadi sebuah

permasalahan.20

2.2.1 Garis E Ricketts

Sejumlah garis dan sudut yang menghubungkan titik-titik antropometrik telah

dikemukakan, salah satunya adalah garis estetis E yang dikemukakan oleh Ricketts.

(22)

atau hidung dan dagu yang terlalu mundur. Garis E merupakan salah satu garis yang

paling sering digunakan sebagai garis referensi dalam diagnosis dan rencana

perawatan ortodonti karena kemudahan dalam pemakaian dan interpretasinya.9,16,19,21

Garis ini digambarkan dari Pronasale (Pn) menuju pogonion jaringan lunak

(Pog’). Jarak antara bibir bawah dengan garis estetis ini adalah sebuah indikasi dari

keseimbangan jaringan lunak antara bibir dengan profil. Seseorang dengan profil

yang harmonis, posisi bibir atas dan bibir bawah akan berada di belakang garis

tersebut dalam jarak 4 mm dan 2 mm secara berurut dan diikuti oleh standar deviasi

tertentu. Ricketts menyatakan nilai ideal tersebut dapat bervariasi tergantung pada

umur dan jenis kelamin.9,16,19,21

(23)

2.2.2 Garis B Burstone

Burstone menyatakan bahwa, dalam diagnosa sebuah kasus ortodonti,

jaringan lunak seharusnya menjadi sebuah standar bersama dengan struktur dental

dan skeletal karena jaringan lunak merupakan penentu terakhir dari keharmonisan

dan estetis fasial. Burstone mengatakan bahwa postur bibir dapat merupakan salah

satu faktor etiologi yang menyebabkan malrelasi dari gigi geligi. Ia menyarankan

bahwa postur bibir harus menjadi salah sebuah faktor primer dalam rencana

perawatan.11,22

Garis B yang dinyatakan oleh Burstone pada tahun 1958 digambarkan dari

Subnasale (Sn) menuju pogonion jaringan lunak (Pog’). Pada penelitian terhadap ras

kaukasoid, ia menyimpulkan bahwa bibir atas dan bibir bawah berada pada anterior

garis tersebut dengan jarak rata-rata 3,5 mm dan 2,2 mm secara berurut.11,22

(24)

2.2.3 Garis S Sushner (S2)

Sebuah garis S dikemukakan oleh Sushner pada tahun 1977(Garis S2). Garis

tersebut digambarkan dari nasion jaringan lunak (N’) menuju pogonion jaringan

lunak (Pog’).Sushner menyatakan posisi bibir terhadap garis ini terletak lebih anterior

pada kalangan kulit hitam dibandingkan kalangan kulit putih. Pengukuran jarak garis

S2 ini terhadap bibir atas dan bibir bawah secara berurut adalah 8,8 mm dan 6,7 mm

pada wanita berkulit hitam dan 10,3 mm dan 8 mm pada pria berkulit hitam.10,11

Gambar 3. Garis S Sushner (S2)11

2.2.4 Garis H Holdaway

Holdaway menggambarkan sebuah garis Harmony. Ia juga telah menyatakan

hubungan antara posisi bibir dan garis harmony merupakan salah satu hal penting

dalam estetis. Holdaway mengemukakan beberapa parameter untuk pengukuran

keseimbangan jaringan lunak. Secara singkat, analisisnya terdiri atas sebelas

pengukuran yang mana salah satunya merupakan pengukuran jarak bibir bawah

(25)

Garis H dikemukakan oleh Holdaway pada tahun 1983 dan digambarkan dari

pogonion jaringan lunak menuju batas vermillion dari bibir atas. Pembacaan negatif

mengindikasikan bibir bawah berada di belakang garis H dan pembacaan positif

mengindikasikan bibir bawah berada di depan garis H. Kisaran dari -1 hingga +2 mm

adalah kisaran normal yang diterima.21

Gambar 4. Garis H Holdaway21

2.2.5 Garis S Steiner (S1)

Pengenalan analisis Down memacu klinisi lain untuk mengembangkan

analisis mereka sendiri. Cecil G. Steiner akhirnya memilih sejumlah

parameter-parameter yang dalam penilaiannya penting dan mengembangkan analisisnya.21

Dalam penilaiannya, Steiner kemudian mengemukakan penilaiannya secara

terpisah menjadi tiga bagian, yakni, skeletal, dental dan jaringan lunak. Analisa dalam

aspek jaringan lunak memungkinkan penilaian keseimbangan dan harmoni profil

fasial bagian bawah.Steiner, Ricketts dan Holdaway mengembangkan kriteria-kriteria

(26)

keseragaman konsep akan apa yang mendefinisikan suatu profil ideal, garis referensi

S Steiner telah banyak digunakan ortodontis untuk menilai keseimbangan jaringan

lunak wajah.21

Garis Steiner (S1) tersebut digambarkan dari bagian tengah kurva S antara

ujung hidung dan subnasal menuju pogonion jaringan lunak. Bibir pada profil wajah

yang seimbang, menurut Steiner, akan menyentuh garis tersebut.1,2

Gambar 5. Garis S Steiner (S1)21

Jadi garis-garis berbeda telah diperkenalkan dan digunakan dalam penilaian

posisi anteroposterior bibir. Garis E Ricketts, garis S Steiner (S1), garis H Holdaway,

garis B Burstone dan garis S Sushner (S2) dikatakan merupakan garis-garis yang

sering digunakan ortodontis sebagai penilaian dalam diagnosa dan rencana

perawatan. Akan tetapi, para ortodontis memiliki subjektivitas tersendiri dalam

memilih garis yang akan digunakan. Oleh karena itu, hendaknya dapat diketahui garis

(27)

2.3 Sefalometri

Ada beberapa pemeriksaan yang memungkinkan dalam analisis wajah

dengan menggunakan titik-titik, garis, bidang dan sudut pada jaringan lunak wajah.

Analisa jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan beberapa metode -

metode yakni dengan sefalometri, radiografi dan fotometri.18

Analisa sefalometri telah menduduki tempat penting dalam bidang kedokteran

gigi. Analisa sefalometri ini berperan penting dalam diagnosis, pembuatan rencana

perawatan dan pemantauan perkembangan perawatan. Sefalometri ini diperkenalkan

secara terpisah oleh Broadbent dan Hofrath pada tahun 1931.25 Sefalometri terbagi

menjadi dua tipe:

1. Sefalogram Frontal. Gambaran frontal atau anteroposterior dari

tengkorak kepala.

2. Sefalogram Lateral. Gambaran Lateral dari tengkorak kepala. Profil

jaringan lunak aspek lateral dapat dianalisis menggunakan sefalogram

lateral.1

(a) (b)

(28)

Sefalometri telah menjadi salah satu pilar dari sebuah diagnosis ortodonti

yang komprehensif. Beberapa aplikasi-aplikasi dari sefalometri dalam ortodonti

adalah sebagai berikut:

 Sefalometri membantu dalam diagnosis ortodonti dengan memungkinkan

pembelajaran struktur skeletal, dental dan jaringan lunak dari region

kraniofasial.

 Sefalometri membantu dalam rencana perawatan, mengevaluasi hasil

perawatan dengan penilaian perubahan yang terjadi akibat perawatan.

 Sefalometri adalah sebuah bantuan yang penting dalam penelitian yang

terkait dengan region kraniofasial.1,2

2.4Titik-titik (Landmarks) Jaringan Lunak pada Sefalogram Lateral

Landmark merupakan suatu titik panduan dalam pengukuran sefalometri.26

Sefalometri menggunakan landmarks atau titik-titik tertentu pada tengkorak kepala

yang mana digunakan untuk pengukuran dan analisa kuantitatif. Analisis terhadap

jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan sefalogram lateral. Titik-titik yang

digunakan dalam analisis jaringan lunak tersebut antara lain; Glabella(G), Nasion

kulit(N’), Pronasale(Pr), Subnasale(Sn), Labrale superius(Ls), Superior labial

sulkus(SLS),Stomion superius(Stms), Stomion inferius(Stmi), Labrale inferius(Li),

Inferior labial sulkus(ILS), Pogonion kulit(Pog’), Menton kulit(Me’).21

Analisa yang dilakukan pada jaringan lunak secara lateral antara lain,

perbandingan tinggi bibir atas dan bibir bawah, penilaian terhadap hidung, sudut

nasomental, sudut nasolabial, prognasi maksila dan mandibula, tebal bibir atas dan

bibir bawah, tebal dagu, kontur dagu-leher, bidang estetis (Garis E), garis S Steiner

(29)

Gambar 7. Titik-titik jaringan lunak pada sefalometri lateral21

2.5 Suku Batak

Indonesia merupakan bangsa yang multi rasial dan multietnik. Penduduk

Indonesia terdiri dari kelompok Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu

(Melayu Muda). Antropolog Fischer berpendapat bahwa kelompok Melayu tua

datangnya di Nusantara lebih dulu daripada kelompok Melayu Muda. Pada mulanya

kelompok Proto-Melayu menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat

dan Sulawesi Barat. Karena terdesak oleh kelompok Deutro Melayu, maka kelompok

Proto Melayu berpindah ke pedalaman. Suku Batak merupakan bagian dari ras

Proto-Melayu yang menempati Pulau Sumatera.28,29

Suku Batak merupakan salah satu suku di Sumatera Utara yang merupakan

penduduk terbesar. Suku Batak memiliki lima sub suku dan masing-masing

mempunyai wilayah utama walaupun sebenarnya wilayah itu tidak sedominan

batas-batas pada zaman yang lalu. Sub suku yang dimaksud yakni;29

 Batak Karo yang mendiami wilayah Dataran Tinggi Karo, Deli Hulu,

(30)

 Batak Simalungun yang mendiami wilayah induk Simalungun.

 Batak Pakpak yang mendiami wilayah induk Dairi, sebagian Tanah Alas

dan Gayo.

 Batak Toba yang mendiami wilayah yang meliputi daerah Danau Toba,

Pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba, Silindung, daerah Pegunungan

Pahae, Sibolga dan Habincaran.

 Batak Angkola Mandailing yang mendiami wilayah induk Angkola,

Sipirok, Batang Toru, Sibolga, Padang Lawas, Barumun, Mandailing,

Pakantan dan Batang Natal.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di Sumatera Utara terdapat

berbagai etnik, antara lain Batak (44,75%), Jawa (33,40%), Nias (6,36%), Melayu

(31)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan

cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara lima

garis referensi dari posisi bibir pada mahasiswa suku batak USU.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Departemen Ortodonti Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Alumni No.2

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 – Desember 2012.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKG dan FT Universitas

Sumatera Utara suku Batak yang berusia ≥ 18 tahun.

3.4 Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel berupa foto sefalometri lateral yang

merupakan data sekunder dari penelitian yang berjudul “Nilai Sefalometri pada

Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara” oleh Hanes L tahun 2012.

Sampel berupa foto sefalometri lateral tersebut diambil dari mahasiswa suku Batak

Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah

(32)

3.4.1 Besar Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus:

n =

Keterangan :

n = Jumlah sampel minimum

Zα = Confidence Level, untuk α = 95 %  Zα = 1,96

S = Standar Deviasi = 0,611 ( penelitian terdahulu )

d = 20 %

sehingga,

n =

n = 35,8537 36 orang

Jumlah sampel minimum yang dibutuhkan adalah 36.

Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 40 sampel ( 20

sampel wanita dan 20 sampel pria ). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

adalah dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penyeleksian

sampel adalah :

   

3.4.2 Kriteria Inklusi

a. Pasien yang belum pernah mendapat perawatan ortodonti

b. Umur ≥ 18 tahun ( fase pertumbuhan sudah berhenti )

c. Semua gigi permanen lengkap ( kecuali molar tiga )

d. Oklusi normal

e. Tidak ada cacat di kepala dan wajah yang dapat mempengaruhi hasil

(33)

f. Mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara ( 2 keturunan diatas )  

 

3.4.3 Kriteria eksklusi

a. Adanya fraktur dan atrisi

b. Adanya kelainan ukuran gigi (makrodonsia / mikrodonsia)

c. Adanya kelainan bentuk gigi (peg shaped), agenesis dan mesiodens

d. Adanya maloklusi  

 

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Bebas

a. Pronasale – Pogonion kulit (Pr-Pog’)

b. Subnasale – Pogonion kulit (Sn-Pog’)

c. Nasion kulit – Pogonion kulit (N’-Pog’)

d. Pogonion kulit – Labrale superior (Pog’-Ls)

e. Columella – Pogonion kulit (Co-Pog’)

f. Labrale Superior (Ls)

g. Labrale Inferior (Li)

3.5.2 Variabel Tergantung

a. Jarak antara garis E terhadap Ls

b. Jarak antara garis E terhadap Li

c. Jarak antara garis B terhadap Ls

d. Jarak antara garis B terhadap Li

(34)

f. Jarak antara garis S2 terhadap Li

g. Jarak antara garis H terhadap Li

h. Jarak antara garis S1 terhadap Ls

i. Jarak antara garis S1 terhadap Li

3.5.3 Variabel Terkendali

a. Mahasiswa USU suku batak dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan

b. Jenis dan alat yang digunakan : sama pada setiap subjek

3.5.4 Definisi Operasional

a. Pronasale (Pr) : titik paling anterior dari hidung

b. Pogonion kulit (Pog’) : titik paling anterior dari jaringan lunak dagu

c. Subnasale (Sn) : titik septum nasal yang berbatasan dengan

bibir atas

d. Nasion kulit (N’) : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan

hidung

e. Columella : titik tengah antara subnasale dan pronasale

f. Labrale superior (Ls) : titik perbatasan mukokutaneous dari bibir atas

g. Labrale inferior (Li) : titik perbatasan mukokutaneous dari bibir

bawah

h. Garis Ricketts (Garis E) : garis yang ditarik dari pronasale menuju

pogonion kulit

i. Garis Burstone (Garis B) : garis yang ditarik dari subnasale menuju

pogonion kulit

j. Garis Sushner (Garis S2) : garis yang ditarik dari nasion kulit menuju

pogonion kulit

k. Garis Holdaway (Garis H): garis yang ditarik dari pogonion kulit menuju

(35)

l. Garis Steiner (Garis S1) : garis yang ditarik dari menuju pogonion kulit

columella

m. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara adalah mahasiswa yang terdaftar

dan masih aktif mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

n. Suku Batak asli adalah penduduk Indonesia yang berasal dari provinsi

Sumatera Utara, ditandai dengan adanya nama keluarga ( marga Batak ) di

belakang namanya, yang diturunkan dari orangtua (ayah). Yang termasuk

suku Batak asli adalah dengan dua keturunan diatasnya suku Batak

(orangtua, kakek dan nenek baik dari pihak ayah maupun ibu).

o. Oklusi normal adalah oklusi dengan hubungan tonjol mesiobukal molar

pertama permanen rahang atas berada pada groove mesiobukal molar

permanen rahang bawah.

p. Usia adalah satuan waktu umur seseorang yang dihitung dari tahun lahir

sampai waktu dilakukan pengambilan foto sefalometri lateral.

(a) (b) (c) (d) (e)

(36)

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

3.6.1 Alat Penelitian

a. Tracing box

b. Pulpen

c. Pensil mekanik

d. Pensil 4H

e. Penghapus

f. Kalkulator

g. Kaliper Digital

(37)

Gambar 10. Alat yang digunakan;(a) Pulpen (b) Pensil mekanik (c) Pensil 4H (d) Penghapus (e) Kalkulator

Gambar 11. Kaliper Digital

(38)

3.6.2 Bahan Penelitian

a. Sefalogram lateral

b. Kertas asetat

Gambar 12. Bahan yang digunakan (A) Sefalogram, (B) Kertas Asetat

3.7 Metode Pengumpulan Data

a. Pengumpulan foto sefalometri lateral dilakukan berdasarkan kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi. Foto sefalometri lateral merupakan foto

sefalometri lateral yang digunakan pada penelitian sebelumnya di

Departemen Ortodonsia Universitas Sumatera Utara.

b. Penapakan foto sefalometri lateral. Sefalogram di-tracing dengan tracing

paper dan pensil 4H diatas pencahayaan tracing box.

c. Penentuan titik-titik referensi pada foto sefalometri lateral : Pronasale (Pr),

Pogonion kulit (Pog’), Subnasale (Sn), Nasion kulit (N’), Columella,

Labrale superior (Ls), Labrale inferior (Li).

d. Penentuan garis : Ricketts’ line (Garis E), Burstone’s line (Garis B),

Sushner’s line (Garis S2), Holdaway’s line (Garis H), Steiner’s line (Garis

S1).

e. Pada sefalogram yang telah ditentukan titik-titik referensinya diserahkan

(39)

f. Pengukuran jarak garis E ke Labrale superior, garis E ke Labrale inferior,

garis B ke Labrale Superior, garis B ke Labrale Inferior, garis S2 ke

Labrale superior, garis S2 ke labrale inferior, garis H ke Labrale inferior,

garis S1 ke Labrale superior dan garis S1 ke Labrale inferior dengan

bantuan kaliper digital.

g. Sebelum melakukan pengukuran, peneliti melakukan uji intraoperator

untuk mengetahui ketelitian peneliti dalam pengukuran. Hal ini

dikarenakan setiap pengulangan pengukuran belum tentu mendapatkan

hasil yang sama dengan pengukuran pertama. Uji intraoperator dilakukan

dengan mengambil 5 sampel secara acak dari pengukuran pertama dan

pengukuran kedua kemudian dicari standar deviasi dari kedua pengukuran

tersebut. Standar deviasi dari pengukuran pertama dan kedua kemudian

dicari lagi standar deviasinya. Jika standar deviasi akhir yang didapat

menunjukkan angka antara 0-1 berarti ketelitian pada pengukuran tersebut

masih dapat diterima dan operator layak untuk melakukan penelitian.

h. Hasil uji operator menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dalam

penyimpangan pengukuran yakni hasil yang didapat dari uji intraoperator

adalah 0,292199 maka operator layak untuk melakukan pengukuran

tersebut.

i. Dalam satu hari, pengukuran sefalometri dilakukan pada 5 (lima)

sefalogram untuk menghindari kelelahan mata peneliti sehingga data yang

diperoleh akan lebih akurat.

j. Guna mendapatkan data yang valid maka dilakukan pengukuran sebanyak

dua kali pada seluruh sampel.

k. Hasil pengukuran yang diperoleh dicatat kemudian diolah datanya dan

dianalisis.

 

3.8 Pengolahan Data

(40)

3.9 Analisis Data

a. Dihitung rerata dan standar deviasi dari jarak garis E-Ls, jarak garis E-Li,

jarak garis B-Ls, jarak garis B-Li, jarak garis S2-Ls, jarak garis S2-Li,

jarak garis H-Li, jarak garis S1-Ls dan jarak garis S1-Li.

b. Dihitung koefisien varians dari jarak garis E-Ls, jarak garis E-Li, jarak

garis B-Ls, jarak garis B-Li, jarak garis S2-Ls, jarak garis S2-Li, jarak

garis H-Li, jarak garis S1-Ls dan jarak garis S1-Li dan kemudian

dianalisa.

c. Garis dengan nilai koefisien varians terkecil merupakan garis dengan

konsistensi terbaik dan kemudian diurutkan berdasarkan nilai yang telah

diperoleh.

d. Membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian yang telah

(41)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 40 orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan

20 orang perempuan yang merupakan mahasiswa suku Batak Fakultas Kedokteran

Gigi dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang masih aktif mengikuti

pendidikan dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilakukan

dengan tujuan membandingkan lima garis-garis referensi profil wajah yang dipakai

dalam bidang ortodonti sehingga diperoleh garis dengan konsistensi.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan pada sefalogram, selanjutnya

dilakukan uji statistik pada data-data hasil pengukuran. Sebelumnya dilakukan tes uji

normalitas pada seluruh data hasil pengukuran untuk melihat apakah data-data

tersebut terdistribusi normal yang mana akan menentukan uji statistik berikutnya.

Tabel 1. Nilai Uji Normalitas pada Data Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Total Sig. Uji Normalitas Total Sig. Uji Normalitas

Garis E – Li 40 0,141 40 0,156

Garis E – Ls 40 0,200 40 0,372

Garis B – Li 40 0,083 40 0,113

Garis B – Ls 40 0,200 40 0,881

(42)

Garis S1 – Ls 40 0,200 40 0,460

Garis S2 – Li 40 0,200 40 0,125

Garis S2 – Ls 40 0,200 40 0,568

Garis H – Li 40 0,200 40 0,524

Tabel 1 yang merupakan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai

pengukuran pada 40 sampel penelitian yang telah ditetapkan memiliki distribusi

normal dimana (p>0,05). Demikian seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa

distribusi normal dimana (p>0,05) terdapat pada setiap hasil pengukuran yang mana

artinya hasil pengukuran jarak garis E terhadap bibir bawah dan bibir atas (Garis E :

Li mm dan Garis E : Ls mm) seluruhnya memiliki nilai distribusi normal dan

demikian pula hasil pengukuran pada garis B, garis S1, garis S2 maupun garis H.

Dengan demikian, uji statistik dapat dilanjutkan dengan uji t-independen.

Berbeda jikalau hasil uji normalitas menunjukkan distribusi tidak normal maka uji

statistik akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji normalitas dapat dilihat

pada lampiran.

Tabel 2. Hasil Uji t-independen pada Data Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak

Uji t-independen

Sig. Uji T

Garis E

(E-Li : E-Ls) mm

0,380

0,381

Garis B

(B-Li : B-Ls) mm

0,183

(43)

Garis S1

(S1-Li : S1-Ls) mm

0,065

0,066

Garis S2

(S2-Li : S2-Ls) mm

0,001

0,001

Hasil uji normalitas yang menunjukkan nilai distribusi normal mengarahkan

uji statistik dilanjutkan pada uji independen. Tabel 2 yang merupakan hasil uji

t-independen dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna antara

hasil pengukuran jarak masing-masing garis referensi terhadap bibir bawah

dibandingkan pada hasil pengukuran jarak masing-masing garis referensi terhadap

bibir atas.

Hasil uji t-independen menunjukkan bahwa pada pengukuran garis E terhadap

bibir bawah dan terhadap bibir atas (E-Li mm : E-Ls mm) tidak memiliki perbedaan

bermakna. Hasil tersebut sama dengan hasil uji t-independen garis B dan garis S1

yang mana juga tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Sedangkan pada hasil uji

t-independen garis S2 terhadap bibir bawah dan terhadap bibir atas (S2-Li mm : S2-Ls

mm) terlihat adanya perbedaan bermakna.

Tabel 3. Rerata Nilai Pengukuran pada Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak

Pengukuran Rerata Standar Deviasi Batas Atas Batas Bawah

Garis E – Li mm 1,9033 2,9132 7,99 -2,86

Garis E – Ls mm -0,2483 2,6576 4,49 -5,99

(44)

Garis B – Ls mm 7,0638 2,1825 11,82 2,38

Garis S1 – Li mm 3,3828 2,6978 8,99 -1,51

Garis S1 – Ls mm 2,0862 2,3140 6,43 -3,44

Garis S2 – Li mm 9,6273 3,1062 15,44 4,59

Garis S2 – Ls mm 12,2537 3,5043 18,57 5,32

Garis H – Li mm 2,2337 1,9088 5,87 -1,65

Secara keseluruhan, sebagaimana yang terlihat pada tabel 3, rerata nilai pada

pengukuran jarak garis E terhadap bibir bawah (E-Li) adalah 1,9033 mm dan

terhadap bibir atas (E-Ls) adalah -0,2483 mm. Rerata nilai pengukuran jarak garis B

terhadap bibir bawah (B-Li) adalah 6,3557 mm dan terhadap bibir atas (B-Ls) adalah

7,0638 mm. Rerata nilai pengukuran jarak garis S1 terhadap bibir bawah (S1-Li)

adalah 6,3557 mm dan terhadap bibir atas (S1-Ls) adalah 2,0862 mm. Rerata nilai

pengukuran jarak S2 terhadap bibir bawah (S2-Li) adalah 9,6273 mm dan terhadap

bibir atas (S2-Ls) adalah 12,2537 mm. Demikian pula secara keseluruhan, rerata nilai

pada pengukuran jarak garis H terhadap bibir bawah (H-Li) adalah 2,2337 mm.

Tabel 4. Nilai Coefficient Varians Hasil Pengukuran pada Mahasiswa FKG dan FT

USU Suku Batak

Pengukuran Rerata Standar Deviasi Koefisien Varians

Garis E – Li mm 1,9033 2,9132 153,060

Garis E – Ls mm -0,2483 2,6576 1070,320

(45)

Garis B – Ls mm 7,0638 2,1825 30,897

Garis S1 – Li mm 3,3828 2,6978 79,751

Garis S1 – Ls mm 2,0862 2,3140 110,920

Garis S2 – Li mm 9,6273 3,1062 32,265

Garis S2 – Ls mm 12,2537 3,5043 28,598

Garis H – Li mm 2,2337 1,9088 85,455

Secara keseluruhan, sebagaimana yang terlihat pada tabel 4, nilai koefisien

varians pengukuran jarak garis E terhadap bibir bawah (E-Li) adalah 153,060 % dan

terhadap bibir bawah (E-Ls) adalah 1070,320 %. Nilai koefisien varians pengukuran

jarak garis B terhadap bibir bawah Li) adalah 39,697 % dan terhadap bibir atas

(B-Ls) adalah 30,897 %. Nilai koefisien varians pengukuran jarak garis S1 terhadap bibir

bawah (S1-Li) adalah 79,751 % dan terhadap bibir atas (S1-Ls) adalah 110,920 %.

Nilai koefisien varians pengukuran jarak garis S2 terhadap bibir bawah (S2-Li)

adalah 32,265 % dan terhadap bibir atas (S2-Ls) adalah 28,598 %. Begitu pula pada

tabel 4 terlihat bahwa nilai koefisien varians pengukuran jarak garis H terhadap bibir

(46)

Grafik 1. Grafik Dispersi Nilai Koefisien Varians Setiap Garis Referensi

Grafik satu memperlihatkan secara lebih detail dispersi dari hasil nilai

koefisien varians yang didapatkan pada penelitian ini sebagaimana yang telah

(47)

BAB 5

PEMBAHASAN

Kecantikan wajah merupakan salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam

kehidupan manusia.31 Kontur fasial sendiri telah diketahui dapat berubah akibat

perawatan ortodonti maka perubahan tersebut seharusnya telah diantisipasi dan

diperkirakan sejak awal dalam membentuk sebuah rencana perawatan yang

komprehensif. Jaringan lunak memainkan peranan yang besar dalam keseluruhan

estetis fasial seorang individu.32 Para ortodontis juga telah lama menyadari bahwa

posisi horizontal dari bibir, sebagai bagian dari jaringan lunak, merupakan salah satu

aspek dalam estetis fasial. Posisi bibir mempengaruhi keseluruhan aspek dalam

keseimbangan fasial. Oleh karena itu, evaluasi dari bibir dalam rencana perawatan

menjadi sangat penting oleh karena posisi tersebut dapat berubah oleh tindakan

perawatan ortodonti tersebut.24 Penelitian ini dilakukan guna mengetahui garis

referensi dengan konsistensi terbaik diantara sekian banyak garis-garis referensi yang

telah diperkenalkan untuk mengevaluasi posisi anteroposterior dari bibir atas dan

bibir bawah sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam rencana perawatan pada

suku Batak kelak.24 Penelitian ini dilakukan pada sefalometri lateral dari mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Suku Batak dan

garis referensi yang memiliki nilai koefisien varians atau dispersi terendah diantara

garis-garis lainnya merupakan garis referensi dengan konsistensi terbaik.

Beberapa ahli telah mencoba membuat acuan penilaian profil jaringan lunak,

seperti garis estetik Ricketts, garis Holdaway dan lain sebagainya.33 Beberapa

garis-garis referensi telah diperkenalkan untuk mengevaluasi posisi anteroposterior dari

bibir atas dan bibir bawah, antara lain adalah kelima garis referensi yang diuji pada

penelitian ini yaitu garis E Ricketts, garis B Burstone, garis S Steiner (S1), garis S

Sushner (S2) dan garis H Holdaway.11 Hasil pengukuran diolah datanya dengan

(48)

garis dimana telah dikatakan sebelumnya bahwa garis referensi dengan nilai koefisien

varians terendah merupakan garis referensi dengan konsistensi terbaik.24

Sebelum dilakukan uji analitik pada data-data hasil pengukuran, terlebih

dahulu dilakukan uji normalitas pada seluruh data dengan uji Kolgomorov-Smirnov

dan Shapiro-Wilk. Hal ini bertujuan untuk mengetahui uji analitik yang tepat dalam

pengolahan data pada tahap selanjutnya. Jika hasil data uji normalitas menunjukkan

data terdistribusi normal (p>0,05) maka uji analitik dilanjutkan dengan uji

t-independen sedangkan jika terlihat bahwa data tidak terdistribusi normal maka uji

analitik akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji normalitas data

sebagaimana yang terlihat pada tabel 1 menunjukkan nilai distribusi data normal

(p>0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji t-independen.

Tabel berikutnya yakni tabel 2 menunjukkan hasil uji t-independen terhadap

data-data hasil pengukuran. Masing-masing garis referensi yang diuji pada penelitian

ini ditarik ke dua posisi berbeda yakni masing-masing garis referensi tersebut ditarik

menuju bibir bawah (Li) dan bibir atas (Ls) terkecuali pada garis referensi Holdaway

yang hanya diukur jaraknya terhadap bibir bawah (Li). Hasil uji t-independen

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada nilai garis E terhadap bibir

bawah (E-Li) dengan garis E terhadap bibir atas (E-Ls). Demikian pula halnya antara

nilai garis B terhadap bibir bawah (B-Li) dengan garis B terhadap bibir atas (B-Ls)

dan juga antara nilai garis Steiner (S1) terhadap bibir bawah (S1-Li) dengan garis

Steiner (S1) terhadap bibir atas (S1-Ls). Hasil uji t-independen tidak memiliki

perbedaan bermakna jika p>0,05 dan memiliki perbedaan bermakna jika nilai p<0,05.

Pada uji t-independen nilai garis E (0,380:0,381), garis B (0,183: 0,183), garis S1

(0,065:0,066) maka terbukti tidak ada perbedaan bermakna antara nilai pengukuran

menuju bibir bawah (Li) dengan pengukuran menuju bibir atas (Ls). Sedangkan pada

nilai garis Sushner (S2) terhadap bibir bawah (S2-Li) dan garis Sushner (S2) terhadap

bibir atas (S2-Ls) terdapat perbedaan bermakna karena nilai uji t-independen

menunjukkan nilai 0,001 pada pengukuran terhadap bibir bawah (Li) maupun

(49)

Konfigurasi dari jaringan lunak wajah dipengaruhi oleh sejumlah variabel

seperti ketebalan jaringan lunak, interrelasi skeletal maupun konfigurasi dental.

Analisis dari jaringan lunak yang menutupi jaringan keras dentofasial memberi

informasi penting dalam diagnosis dan rencana perawatan dalam bidang ortodonti.

Akan tetapi Andersen et al mengatakan bahwa masih sedikit studi yang terfokus pada

analisis pada jaringan lunak.32 Walaupun demikian, beberapa analisis telah

diperkenalkan untuk mengevaluasi posisi bibir dan pengaruhnya pada profil fasial.

Diantara yang paling umum adalah garis E Rickett, garis B Burstone, garis S Steiner,

garis S Sushner dan garis H Holdaway yang dibandingkan konsistensinya dalam

penelitian ini.11

Dalam hasil penelitian ini, ditemukan bahwa garis B Burstone (Nilai koefisien

varians 39,69% dan 30,89%) dan garis S2 Sushner (Nilai koefisien varians 32,26%

dan 28,59%) memiliki dispersi koefisien variasi terendah yang mana berarti kedua

garis tersebut dapat dianggap sebagai garis referensi terbaik dalam menilai posisi

horizontal bibir dalam analisis profil. Hasil ini sesuai dengan penelitian Naidu dan

Hsu yang juga mendapatkan hasil bahwa garis B dan S2 merupakan garis dengan

dispersi koefisien varians terendah dalam penelitiannya masing-masing dibandingkan

dengan garis-garis referensi lainnya.

Dalam sudut lingkup penanganan klinis, semakin anterior letak dari sebuah

garis referensi, maka semakin mudah untuk digunakan oleh klinisi. Dalam kategori

tersebut, garis E Rickett dan garis H Holdaway memenuhi syarat. Dalam aspek

reabilitas sebuah garis referensi, garis-garis yang melewati hidung sangatlah

dipercaya karena dikatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hidung harus diikut

sertakan dalam menilai estetis. Garis S Steiner dan garis B Burstone berada dalam

kategori ini. Dengan demikian, hanya garis S2 Sushner yang tidak termasuk dalam

kategori apapun yang disebutkan pada kalimat-kalimat sebelumnya. Dalam penilaian

ini, garis B Burstone lebih dapat diterima dibandingkan dengan garis S Sushner.11,24

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa garis E Rickett merupakan garis

dengan nilai koefisien varians terbesar (Nilai koefisien varians 153,06% dan

(50)

menilai posisi horizontal bibir. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Naidu

yang mendapatkan garis H Holdaway sebagai garis dengan nilai koefisien varians

terendah sedangkan pada penelitian ini garis Holdaway (Nilai koefisien varians

85,45%) berada di pertengahan diantara garis-garis referensi lainnya. Hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh perbedaan jaringan lunak antar ras sebagaimana yang

dikemukakan dalam penelitian Tyasingsih bahwa jaringan lunak (bibir) populasi

Batak asli lebih protrusif sehingga mungkin mengakibatkan perbedaan jarak yang

berujung pada perbedaan hasil. Nilai koefisien varians yang sangat tinggi terlihat

pada garis E Rickett terhadap bibir atas (E-Ls mm) sebagaimana yang ditunjukkan

pada tabel 4, merupakan pengaruh dari uji statistikal yang diakibatkan oleh nilai mean

yang negatif (-0,2483) pada tabel 3 dan 4. Nilai yang tinggi ini juga ditemui pada

penelitian yang dilakukan oleh Hsu dan dijelaskan dengan alasan serupa.24

Pada penelitian Sutter dikatakan bahwa terdapat berbagai karateristik fasial

dan setiap ras dan suku memiliki ciri tersendiri. Oleh karena itu, antar penelitian satu

dengan yang lain dapat terdapat perbedaan-perbedaan.35 Enlow, Nanda juga

menyatakan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi analisis wajah.

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah jenis kelamin, ras dan lain sebagainya.36 Pada

pembahasan diatas, terlihat adanya persamaan dan perbedaan antara hasil penelitian

ini dengan penelitian lain seperti penelitian Naidu maupun Hsu yang juga

membandingkan konsistensi kelima garis-garis referensi tersebut. Persamaan

ditunjukkan pada hasil dimana garis B Burstone dan garis S2 Sushner yang keluar

sebagai garis dengan nilai koefisien varians terendah dan perbedaan terletak pada

urutan konsistensi ketiga garis referensi lainnya yakni antara garis S Steiner, garis H

Holdaway dan garis E Rickett. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh pernyataan

sebelumnya bahwa karateristik masing-masing ras dan suku berbeda. Faktor-faktor

lain yang mempengaruhi adanya perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian

(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Kelima garis referensi yang dipakai dalam rencan perawatan bidang ortodonti

memiliki perbedaan konsistensi yang terlihat dari perbedaan nilai koefisien varians.

Garis referensi dengan konsistensi terbaik pada pengukuran mahasiswa FKG dan FT

Universitas Sumatera Utara merupakan garis B Burstone yang memiliki nilai

koefisien varians yang terendah dibandingkan garis-garis referensi lainnya pada

penelitian ini. Kemudian disusul dengan garis S Sushner, garis S Steiner, garis H

Holdaway dan garis E Rickett. Garis E Rickett pada hasil ini memiliki nilai koefisien

varians tertinggi sehingga dapat dikatakan sebagai garis referensi yang paling kurang

konsisten dalam menilai posisi bibir. Sedangkan garis B Burstone dapat dikatakan

merupakan garis referensi paling konsisten yang dapat digunakan untuk menilai

posisi bibir dalam bidang ortodonti.

6.2Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar

agar didapatkan validitas yang tinggi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap tiap-tiap suku di Indonesia

(52)
(53)

LAMPIRAN 2 Referensi dari Posisi Horizontal

Bibir Atas dan Bibir Bawah

( Konsistensi )

Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal

Bibir Atas dan Bibir Bawah pada Mahasiswa USU Suku

(54)

LAMPIRAN 3

Pengukuran II (Setelah 24 jam)

(55)
(56)

 

LAMPIRAN 4

(57)
(58)

14 -0,28 0 4,59 7,81 1,03 1,44 7,26 10,63 0

15 1,08 -3,29 7,49 5,47 3,33 0,43 10,37 10,66 3,47

16 -1,4 -2,36 3,91 5,89 0,76 0 6,34 8,42 0,93

17 1,35 -0,59 6,77 6,65 3,65 2,1 11,24 13,01 2,78

18 2,94 1,76 6,84 8,27 4,24 3,83 9,48 13,31 2,23

19 1,68 1,98 5,28 7,87 3,16 3,53 9,26 13,45 0,98

20 0 -0,83 4,36 5,53 1,54 0,98 6,18 8,74 0,8

21 4,25 1,23 8,09 8,21 4,63 3,45 12,93 17,14 2,9

22 4,4 0 8,1 6,38 5,92 2,68 13,4 14,26 4,67

23 -0,39 -1,62 4,24 6,59 1,22 1,02 7,45 12,09 0

24 0 -2,76 5,66 5,73 2,44 0,77 6,8 7,95 1,67

25 -2,91 -3,75 4,08 7,1 0 0 4,68 8,25 0

26 -0,84 0,8 3,11 7,71 0,54 1,79 7,88 15,56 -1,57

27 4,54 3,17 8,12 9,3 5,84 4,89 13,57 18,51 2,66

28 0 -3,15 5,21 5,54 1,17 -1 8,04 9,86 2,35

29 2,46 -2,19 6,93 6,22 2,9 0 10,17 12,02 3,04

30 4,99 0 11,58 9,14 7,3 3,3 15,47 15,97 4,78

31 1,49 -3,07 7,48 5,58 2,3 -0,91 10,97 12,62 3,12

32 0,55 2 4,39 10,14 1,39 3,96 9,09 18,23 -0,94

33 5,66 2,93 9,37 9,15 6,62 4,47 14,77 17,21 3,9

34 5,1 1,78 9,16 8,59 7,24 5,35 12,45 15,08 3,96

35 7,92 4,6 12,36 11,84 8,85 6,31 15,19 17,6 5,23

36 1,97 -0,35 6,76 7,81 3,53 2,51 9,8 13,25 1,29

37 -2,92 -5,31 1,94 2,47 -1,39 -3,37 4,71 6,32 0,82

38 -1,38 -3,26 3,1 2,75 0,8 1,08 8,72 -11,13 1,06

39 0 -1,65 4,63 6,61 1,02 0,72 6,89 11,14 0,67

(59)

Nilai Tengah Kedua Pengukuran

13 7,14 2,22 12,03 10,04 8,99 4,68 14,86 14,54 5,68

(60)

29 2,37 -2,17 6,97 6,25 2,95 0,00 10,12 12,06 3,06

30 5,07 0,00 11,49 9,18 7,24 3,40 15,44 15,83 5,03

31 1,58 -3,08 7,44 5,66 2,42 -0,94 11,04 12,77 3,13

32 0,50 2,06 4,41 10,13 1,35 3,97 9,20 18,21 -1,17

33 5,64 2,84 9,34 9,34 6,60 4,47 14,80 17,30 4,02

34 5,17 1,90 9,17 8,61 7,15 5,24 12,32 15,10 3,97

35 7,99 4,49 12,37 11,82 8,79 6,43 15,29 17,64 5,25

36 1,87 0,45 6,74 7,74 3,56 2,64 9,73 13,00 1,27

37 -2,86 -5,32 1,94 2,38 -1,51 -3,44 4,59 6,30 0,88

38 -1,27 -3,40 2,95 2,84 0,79 1,10 8,55 11,29 1,11

39 0,00 -1,60 4,67 6,63 1,09 0,72 6,88 11,10 0,73

(61)

 

LAMPIRAN 5

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK DESKRIPTIF DARI PENGUKURAN PADA SEFALOMETRI MAHASISWA FKG

DAN FT USU SUKU BATAK

Garis E - Li

Frequency Percent Valid Percent

(62)

2,37 1 2,5 2,5 65,0

Frequency Percent Valid Percent

(63)

-1,77 1 2,5 2,5 35,0

Frequency Percent Valid Percent

(64)
(65)

Total 40 100,0 100,0

 

Garis B - Ls

Frequency Percent Valid Percent

(66)

8,07 1 2,5 2,5 70,0

Frequency Percent Valid Percent

(67)

2,42 1 2,5 2,5 42,5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid -3,44 1 2,5 2,5 2,5

-3,29 1 2,5 2,5 5,0

(68)
(69)

Total 40 100,0 100,0

 

Garis S2 - Li

Frequency Percent Valid Percent

(70)

11,04 1 2,5 2,5 70,0

Frequency Percent Valid Percent

(71)

10,63 1 2,5 2,5 40,0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid -1,65 1 2,5 2,5 2,5

-1,17 1 2,5 2,5 5,0

(72)
(73)

 

LAMPIRAN 6

HASIL UJI NORMALITAS DATA

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Garis E - Li ,121 40 ,141 ,959 40 ,156

Garis E - Ls ,112 40 ,200* ,970 40 ,372

Garis B - Li ,131 40 ,083 ,955 40 ,113

Garis B - Ls ,093 40 ,200* ,986 40 ,881

Garis S1 - Li ,108 40 ,200* ,946 40 ,054

Garis S1 - Ls ,084 40 ,200* ,973 40 ,460

Garis S2 - Li ,081 40 ,200* ,956 40 ,125

Garis S2 - Ls ,078 40 ,200* ,977 40 ,568

Garis H - Li ,080 40 ,200* ,975 40 ,524

a. Lilliefors Significance Correction

(74)

 

LAMPIRAN 7

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK KOEFISIEN VARIANS MAHASISWA FKG DAN FT USU SUKU BATAK

Mean 1,9033 -,2483 6,3557 7,0638 3,3828 2,0862 9,6273 12,2537 2,2337

Std.

Deviation

2,91316 2,65762 2,52301 2,18245 2,69784 2,31396 3,10622 3,50431 1,90878

Variance 8,486 7,063 6,366 4,763 7,278 5,354 9,649 12,280 3,643

Koefisien Varians

Pengukuran Rerata Standar Deviasi Koefisien Varians (%)

(75)

Garis H – Li mm 2,2337 1,9088 85,455

 

LAMPIRAN 8

HASIL UJI T INDEPENDEN UNTUK PENGUKURAN NILAI BIBIR ATAS DAN BIBIR BAWAH

Group Statistics

Posisi_Lipt N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Garis E - Li

dimension1

Lower 40 2,5883 2,30888 ,36507

Upper 40 2,2073 1,45921 ,23072

Garis B - Li

dimension1

Lower 40 6,3557 2,52301 ,39892

Upper 40 7,0637 2,18245 ,34508

Garis S1 - Li

dimension1

Lower 40 3,4582 2,59781 ,41075

Upper 40 2,5217 1,81553 ,28706

Garis S2 - Li

dimension1

Lower 40 9,6285 3,10482 ,49092

Upper 40 12,2538 3,50431 ,55408

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

(76)

Equal

variances

not

assumed

,882 65,868 ,381 ,38100 ,43186 -,48127 1,24327

Garis

76,415 ,183 -,70800 ,52746

-1,75844

4,775 ,032 1,869 78 ,065 ,93650 ,50112 -,06115 1,93415

Equal

variances

not

assumed

1,869 69,759 ,066 ,93650 ,50112 -,06301 1,93601

Garis

76,885 ,001 -2,62525 ,74027

-4,09935

(77)

Gambar

Tabel                                                                                                                  Halaman
Gambar 8.(a) Garis E:Pronasale–Pogonion kulit       (d) Garis H: Pogonion kulit – Labrale Superior
Gambar 10. Alat yang digunakan;(a) Pulpen       (b) Pensil mekanik
Tabel 1. Nilai Uji Normalitas pada Data Mahasiswa FKG dan FT USU Suku Batak
+6

Referensi

Dokumen terkait

The rate of N, fixation also was not positively correlated with the number ofN, fixers (Fig. 7), due to the inhibitory,effect ofthe high level of.available inorganic-N on

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jarak kehamilan bukan merupakan faktor langsung yang menyebabkan BBLR , mayoritas jarak kehamilan ibu pada penelitian

Guru menunjuk beberapa siswa ke depan kelas untuk melafalkan hadis tentang hormat kepada kedua orang tua yang ada di tulisan, paparan, atau tayangan VCD/LCD8. Guru meminta siswa

(1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh.. informasi tentang perkembangan

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan.. dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data

Tahap pendefinisian (define) adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat perkuliahan. Tahap define ini mencakup tiga langkah pokok, yaitu 1). Analisis

Perhitungan bobot untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam klasifikasi sehat dan tidak sehat dengan menggunakan 4 kernel yaitu kernel inversi, gauss, epanechnikov

Setiap penender yang ingin dipertimbangkan untuk melaksana dan menjalankan gerai makanan dan minuman Medan Selera dikehendaki membuat pilihan kategori gerai seperti