• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laju Pertumbuhan Populasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum) Dengan Pemberian Pakan Alami Dan Buatan Serta Kombinasinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laju Pertumbuhan Populasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum) Dengan Pemberian Pakan Alami Dan Buatan Serta Kombinasinya"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI IKAN BAWAL

AIR TAWAR

(Colossoma macropomum)

DENGAN

PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN BUATAN

SERTA KOMBINASINYA

SKRIPSI

LEDI D SITANGGANG

090805061

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI IKAN BAWAL

AIR TAWAR

(Colossoma macropomum,

Cuvier.

)

DENGAN

PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

LEDI D SITANGGANG 090805061

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Laju Pertumbuhan Populasi Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum, Cuvier.) dengan Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda.

Kategori : Skripsi

Nama : Ledi D Sitanggang

Nomor Induk Mahasiswa : 090805061

Program Studi : Sarjana (S1) Biologi Departemen : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Januari 2014

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Miswar Budi Mulya, M.Si Dr. Hesti Wahyuningsih,M.Si NIP. 19691010 199702 1 002 NIP. 19691018 199412 2 002

Disetujui Oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI IKAN BAWAL

AIR TAWAR

(Colossoma macropomum,

Cuvier.

)

DENGAN

PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2014

(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkatnya yang melimpah sampai pada saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ LAJU PERTUMBUHAN POPULASI IKAN BAWAL AIR

TAWAR (Colossoma macropomum, Cuvier.) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA’’.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Hesti Wahyuningsih, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Miswar Budi Mulya, M.Si selaku dosen pembimbing II yang memberikan waktu dan saran serta bimbingannya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terbentuk dengan baik. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ing. Ternala Alaxander Barus, M.Sc selaku penguji I dan Bapak Drs. Arlen Hanel Jhon, M.Si selaku penguji II atas kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU

Medan, Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU, Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc selaku Pembantu Dekan I, Bapak Drs. Nursal M.Si

selaku Pembantu Dekan II, Bapak Drs. Krista Sebayang, M.Si selaku Pembantu Dekan III, bapak dan ibu Dosen Biologi FMIPA USU serta seluruh staf pegawai FMIPA USU.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ayah (St. D Sitanggang) dan Ibu (R. br. Naibaho) tercinta atas segala materi, doa,

(6)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI IKAN BAWAL

AIR TAWAR

(Colossoma macropomum,

Cuvier.

)

DENGAN

PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh laju pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum, Cuvier.) dengan pemberian jenis pakan yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pakan yang lebih baik untuk pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar, pola pertumbuhan ikan bawal air tawar serta sintasan hidupnya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan serta dipelihara selama 12 minggu didalam akuarium berukuran 50cmx40cmx40cm. Hasil yang diperoleh bahwa pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar yang lebih cepat adalah dengan pemberian pakan buatan, dari penelitian juga diketahui sintasan hidup ikan bawal air tawar yaitu 100%. Berdasarkan hasil analisis hubungan panjang dan bobot ikan bawal air tawar pada ketiga perlakuan diperoleh nilai b < 3 (alometrik negatif) yang artinya pertambahan panjang lebih dominan.

(7)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI IKAN BAWAL

AIR TAWAR

(Colossoma macropomum,

Cuvier.

)

DENGAN

PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

ABSTRACT

It has been done the research about the growth rate of Colossoma macropomum population with different of feed. The purpose of this research is to know the better feed for the increasing of Colossoma macropomum population, the growth of Colossoma

macropomum patterns and survival of Colossoma macropomum life. This research use an

experiment method with the pattern completely randomized design with 3 treatments and 3 replications and maintained for 12 weeks in the aquarium with the size 50cmx40cmx40cm. The results that the increasing of Colossoma macropomum population faster with artificial feed, from this research also known the survival of

Colossoma macropomum life is 100%. Based on the analysis of length and weight

relationship of Colossoma macropomum from the third treatment b <3 (negative allometric) that means the length is more dominant.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Lembar

Persetujuan

i

Lembar Pernyataan ii

Kata Penghantar iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Hipotesa 4

1.5. Manfaat Penelitian 4

BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Biologi Ikan Bawal (Colossoma Macropomum) 5 2.2. Taksonomi dan Ciri-ciri Ikan Bawal Air Tawar 6

2.3. Pakan Ikan 7

2.4. Faktor Fisika Kimia Air 10

BAB 3. Bahan dan Metode

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 12

3.2. Alat dan Bahan 12

3.3. Metode Penelitian 12

3.3.1. Rancangan Penelitian 12

3.3.2. Persiapan Akuarium 12

3.3.3. Persiapan Ikan Bawal Air Tawar 12 3.3.4. Perlakuan Terhadap Ikan Bawal Air Tawar 13

3.3.5. Parameter yang Diukur 13

3.3.6. Analisa data 14 BAB 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Pertumbuhan 16

4.2. Laju Pertumbuhan Bobot Bulanan dan Laju Pertumbuhan Bobot Total Ikan Bawal Air Tawar Selama Pemeliharaan

18

(9)

4.5. Sintasan 24 BAB 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 27

5.2. Saran 27

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.2. Ikan Bawal Air Tawar 7

4.1.1. Pertumbuhan Bobot Rata-rata Ikan Bawal Air TAwar Selama Pemeliharaan 12 Minggu

18 4.1.2. Pertumbuhan Panjang Rata-rata Ikan Bawal Air TAwar Selama

Pemeliharaan 12 Minggu

18 4.3.1. Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Bawal Air Tawar Selama

Pemeliharaan 12 Minggu yang Diberi Pakan Alami (Tubifex sp.)

20 4.3.2. Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Bawal Air Tawar Selama

Pemeliharaan 12 Minggu yang Diberi Pakan Buatan (Pelet)

20 4.3.3. Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Bawal Air Tawar Selama

Pemeliharaan 12 Minggu yang Diberi Pakan Kombinasi (Tubifex sp. dan Pelet)

20

4.3.4. Hasil Analisis Korelasi Setiap Perlakuan dengan SPSS Versi 16.00

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

4.2. Laju Pertumbuhan Bulanan dan Bobot Total Ikan Bawal Air Tawar

18 4.4. Parameter Kualitas Air yang Diukur Selama Penelitian 22 4.5. Sintasan Ikan Bawal Air Tawar Selama Pemeliharaan

12 Minggu dengan Pemberian Pakan Berbeda

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1. Bagan kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO 31

2. Foto Alat dan Bahan Penelitian 32

3. Foto Cara Kerja Penelitian 33

4. Hasil Analisis Korelasi Setiap Perlakuan dengan SPSS 16.00

34

5. Pola Pertumbuhan Panjang dan Bobot Ikan Bawal Air Tawar

(13)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI IKAN BAWAL

AIR TAWAR

(Colossoma macropomum,

Cuvier.

)

DENGAN

PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh laju pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum, Cuvier.) dengan pemberian jenis pakan yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pakan yang lebih baik untuk pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar, pola pertumbuhan ikan bawal air tawar serta sintasan hidupnya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan serta dipelihara selama 12 minggu didalam akuarium berukuran 50cmx40cmx40cm. Hasil yang diperoleh bahwa pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar yang lebih cepat adalah dengan pemberian pakan buatan, dari penelitian juga diketahui sintasan hidup ikan bawal air tawar yaitu 100%. Berdasarkan hasil analisis hubungan panjang dan bobot ikan bawal air tawar pada ketiga perlakuan diperoleh nilai b < 3 (alometrik negatif) yang artinya pertambahan panjang lebih dominan.

(14)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI IKAN BAWAL

AIR TAWAR

(Colossoma macropomum,

Cuvier.

)

DENGAN

PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

ABSTRACT

It has been done the research about the growth rate of Colossoma macropomum population with different of feed. The purpose of this research is to know the better feed for the increasing of Colossoma macropomum population, the growth of Colossoma

macropomum patterns and survival of Colossoma macropomum life. This research use an

experiment method with the pattern completely randomized design with 3 treatments and 3 replications and maintained for 12 weeks in the aquarium with the size 50cmx40cmx40cm. The results that the increasing of Colossoma macropomum population faster with artificial feed, from this research also known the survival of

Colossoma macropomum life is 100%. Based on the analysis of length and weight

relationship of Colossoma macropomum from the third treatment b <3 (negative allometric) that means the length is more dominant.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budidaya ikan di Indonesia merupakan salah satu komponen yang penting pada sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang ketersediaan pangan nasional, menciptakan pendapatan dan lapangan kerja. Budidaya ikan juga berperan dalam mengurangi beban sumber daya laut. Di samping itu budidaya ikan dianggap sebagai sektor penting untuk mendukung perkembangan ekonomi pedesaan. Salah satu budidaya ikan yang dikembangkan saat ini adalah budidaya ikan bawal air tawar.

Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan ikan ekonomis penting, baik pada tingkat benih sebagai ikan hias maupun pada tingkat dewasa sebagai ikan konsumsi. Sebagai ikan hias, disamping mempunyai bentuk tubuh yang khas dan warna yang menarik sehingga disebut red belly, juga dapat berenang cepat dan mudah dipelihara dalam akuarium. Sedangkan sebagai ikan konsumsi, ikan ini sangat digemari masyarakat karena mempuyai daging yang tebal dan gurih serta cepat pertumbuhannya (Haetami et al., 2005).

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan bawal air tawar dalam rangka memenuhi permintaan pasar adalah dengan melakukan usaha budidaya secara intensif dan terkontrol. Di dalam usaha budidaya perikanan yang intensif, hal-hal yang perlu diperhatikan salah satunya ialah pemberian pakan yang sesuai. Pakan alami ikan adalah organisme hidup yang diproduksi bersama-sama dengan spesies yang dibiakkan atau dipelihara secara terpisah dalam unit produksi yang spesifik atau dikumpulkan dari alam liar (Taofiqurohman et al., 2007).

(16)

paling penting dalam dalam usaha budidaya ikan adalah faktor pakan, baik pakan buatan maupun pakan alami.

Salah satu contoh pakan alami yaitu cacing sutra. Cacing sutra (Tubifex sp.) sangat dibutuhkan dalam kegiatan unit pembenihan, terutama pada fase awal (larva) karena memiliki kandungan nutrisi (protein 57% dan lemak 13%) yang baik untuk pertumbuhan ikan dan ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva. Disamping itu harganya lebih murah. Ketersediaan pakan alami masih mengandalkan pencarian tangkapan alam yaitu dari parit saluran air yang banyak mengandung bahan organik sisa limbah pasar atau limbah rumah tangga yang mengalir di saluran pembuangan. Cacing ini mudah dikenali dari bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30-60 segmen atau ruas. Berkembang biak pada media yang mempunyai kandungan oksigen terlarut berkisar antara 2-5 ppm, kandungan ammonia <1 ppm, suhu air berkisar antara 28-30oC dan pH air antara 6-8 dan bersifat hermaprodit (Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Direktorat Pembenihan, 2010).

(17)

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu tertentu (Effendi, 2002). Ikan bertumbuh terus menerus sepanjang hidupnya, sehingga dikatakan bahwa ikan mempunyai sifat pertumbuhan tak terbatas. Hal ini berbeda dengan vertebrata lainnya (Rahardjo, 2010). Pertumbuhan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitats pakan, umur dan kualitas air pemeliharan. Peningkatan biomassa merupakan tingkat pemberian pakan yan diubah menjadi biomassa ikan. Pemanfaatan pakan dapat terindikasi dari biomassa total dan peningkatan jumlah pakan yang diberikan pada ikan yang dipelihara (Putra et al., 2011). Kualitas dan kuantitas dari makanan ikan yang diberikan harus mencukupi yaitu mengandung nutrien dan dapat memenuhi kebutuhan ikan. Nilai nutrisi dari makanan yang diberikan tergantung pada komposisi zat makanannya, seperti kandungan protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, vitamin, mineral dan kadar air (Sundari, 1983).

1.2. Permasalahan

Pertumbuhan ikan bawal air tawar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal tersebut ialah pakan. Dalam usaha budidaya secara intensif, faktor makanan memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan suatu organisme. Pemberian pakan yang tepat akan mempengaruhi pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar. Jenis pakan yang dikonsumsi dapat berupa pakan alami dan pakan buatan. Ikan bawal air tawar merupakan spesies ikan omnivora dan potensial untuk dibudidayakan karena berbagai kelebihannya. Ikan ini mulai digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Namun sampai saat ini masih sedikit didapat informasi tentang pakan yang lebih cepat mempengaruhi laju pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar.

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Laju pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) yang diberi pakan alami, pakan buatan serta kombinasinya

(18)

1.4. Hipotesa

Terdapat perbedaan pertumbuhan ikan bawal air tawar

(Colossoma macropomum) akibat pemberian pakan alami, pakan buatan serta

kombinasinya.

1.5. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak yang

memerlukan tentang pengaruh pakan yang diberikan terhadap laju pertumbuhan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum)

Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba. Ikan bawal sebenarnya masih cukup baru diperkenalkan di industri perikanan tanah air, namun karena hasil penyebarannya mendapat respon dari para petani ikan, jumlah konsumsi ikan bawal semakin hari semakin meningkat. Ikan bawal memiliki rasa daging yang gurih dan enak, meski cukup banyak duri pada dagingnya. Sebagai ikan konsumsi ikan ini sekarang menjadi alternatif baru (Azam et al., 2010). Ikan bawal air tawar dijadikan sebagai pilihan karena memiliki harga yang relatif murah dan lebih terjangkau oleh masyarakat, mudah dalam pembudidayaan dan memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi (Anggraini, 2002).

Pertumbuhan ikan merupakan pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu waktu. Pertumbuhan dapat juga dikatakan sebagai proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu ialah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) berasal dari makanan. Seperti kita ketahui bahan yang berasal dari makanan tersebut akan digunakan tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang tidak terpakai (Effendi, 2002).

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi faktor genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang berhubungan dengan lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah zat hara. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi kualitas kimia dan fisika air,

(20)

Faktor eksternal yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan. Namun dari kedua faktor itu belum diketahui faktor mana yang memegang peranan lebih besar. Terlalu banyak individu dalam perairan yang tidak sebanding dengan keadaan makanan akan terjadi kompetisi terhadap makanan itu. Keberhasilan mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan. Faktor-faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh hebat terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan fatal. Diantaranya adalah oksigen, karbon dioksida, hydrogen sulfide, keasaman dan alkalinitas, dimana pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap makanan (Effendi, 2002).

Kebiasaan makan ikan bawal air tawar termasuk ke dalam kelompok ikan pemakan semuanya (omnivora), tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa ikan ini cenderung menjadi karnivora (pemakan daging). Hal tersebut terlihat dari bentuk giginya yang tajam. Saat masih kecil, ikan ini menyukai plankton serta tumbuhan air, namun setelah dewasa, selain pakan yang disebutkan tadi, ikan ini juga memangsa hewan seperti ikan kecil, udang kecil atau serangga air. Apabila dibudidayakan dikolam, bawal air tawar dapat diberi pakan alami dan pakan tambahan berupa pakan buatan seperti pelet. Pakan yang baik adalah pakan yang mempunyai gizi seimbang, baik protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Untuk itu, pelet yang diberikan sebagai pakan tambahan adalah pelet komersial dengan kandungan protein 30-40% (Azam et al., 2010).

(21)

tetapi agak sedikit ke atas (Anggraini, 2002). Gambar ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Klasifikasi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata Subfilum : Craniata Kelas : Pisces Subkelas : Neopterigii Ordo : Cypriniformes Subordo : Cyprinoidea Famili : Characidae Genus : Colossoma

Species : Colossoma macropomum

Gambar 2.2. Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Foto oleh: Ledi D. Sitanggang

2.3. Pakan Ikan

(22)

sangat penting diperhatikan untuk keberhasilan usaha budidaya ikan. (Mulyadi et al., 2010) menyatakan bahwa makanan berfungsi sebagai sumber energi yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh, pengganti jaringan tubuh yang rusak, pertumbuhan, aktifitas dan kelebihan makanan tersebut digunakan untuk reproduksi.

Ikan membutuhkan materi (nutrien) dan energi untuk aktifitas

kehidupannya. Nutrien yang dibutuhkan berupa protein, lemak, karbohidrat,

vitamin dan mineral dalam jumlah yang memadai. Sebagai organism heterotrof,

ikan membutuhkan semua itu yang berasal dari makanan. Berdasarkan makanan

utamanya ikan dapat dikelompokkan menjadi herbivora (pemakan tumbuhan),

karnivora (pemakan hewan), omnivora (pemakan tumbuhan dan hewan) dan

detrivora (Rahardjo et al., 2010).

Nilai nutrisi suatu makanan pada umumnya tergantung pada kandungan

protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, kadar air dan energi. Kebutuhan

nutrisi bagi hewan air misalnya ikan, jika dilihat dari kandungan protein

umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis unggas maupun mamalia yang

hidup di darat. Pakan ada dua yaitu pakan alami, yang disebut juga dengan pakan

hidup. Pakan alami sangat penting bagi larva ikan dan udang. Pakan buatan

merupakan pakan tambahan yang diformulasikan dari bahan-bahan yang sesuai

dengan kebutuhan hewan tersebut. Pelet dan pakan yang diformulasi dari

campuran berbagai bahan pakan yang disusun secara khusus sesuai dengan jenis

dan masa pertumbuhan ikan disebut pakan buatan (Yuwono & Sukardi, 2008).

Pakan ikan mempunyai kadar protein yang cukup tinggi sehingga apabila

penyimpanannya kurang baik akan mudah ditumbuhi bakteri maupun jamur dan

dapat menyebabkan ikan menjadi sakit (Hanif et al., 2011).

Webster & Lim (2002) dalam Mamora (2009) menyebutkan bahwa ikan bawal memiliki laju pertumbuhan yang baik pada kadar protein dan konsentrasi energi optimum yakni 24-50%.

Makanan yang ditelan dan dicerna oleh ikan akan diubah menjadi energi

yang digunakan bagi berbagai fungsi dalam kehidupan ikan untuk tumbuh dan

(23)

suhu lingkungan air tempat hunian ikan. Hal ini akan menentukan laju

metabolisme ikan dan oleh karena itu, kebutuhan nutrisi berkaitan dengan suhu

lingkungan (Rahardjo et al., 2010). Molekul pakan yang besar dan kompleks

harus dipecah menjadi molekul yang lebih kecil dan sederhana agar dapat

diabsorpsi dan selanjutnya digunakan di dalam tubuh. Pemecahan molekul

dilakukan dengan cara pencernaan (Yuwono & Sukardi, 2008).

Protein merupakan komponen pakan terpenting bagi hewan air, terutama

pada ikan. Akan tetapi kelebihan protein dalam pakan dapat mengakibatkan

kematian karena gejala kelebihan protein. Ikan dapat menerima protein tinggi

karena mempunyai kemampuan tambahan untuk melepaskan nitrogen yang

berlebihan melalui insangnya. Ikan dapat mengeluarkan sebagian besar sisa-sisa

protein sebagai ammonia secara cepat dan terus menerus. Protein dibutuhkan

untuk pertumbuhan dan reparasi jaringan, serta dapat pula sebagai sumber energi

untuk aktifitas. Protein tubuh terdiri atas rantai panjang asam-asam amino. Hanya

20 macam asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis molekul protein dalam

tubuh (Hanif et al., 2011).

Salah satu faktor yang penting dalam usaha budidaya ikan adalah faktor pakan, baik pakan buatan maupun pakan alami. Pakan alami yang cukup potensial untuk dikembangkan antara lain cacing sutra (Tubifex sp.). Sebagai pakan ikan, Tubifex sp. mempunyai kelebihan, antara lain kandungan proteinnya yang cukup tinggi, yaitu 65% dan lebih mudah dicerna di dalam usus ikan, yaitu selama 1,5-2jam (Wibowo, 1991).

(24)

Menurut Gustiano & otong (2010) bentuk pakan bermacam-macam, umumnya yang sering digunakan dalam budidaya antara lain: pakan berbentuk tepung, remah dan pelet. Bentuk pakan ini biasanya disesuaikan dengan ukuran ikan. Jumlah pakan yang diberikan setiap hari disesuaikan dengan berat ikan, sering disebut sebagai tingkat pemberian pakan (TPP) atau feeding level. TPP untuk setiap jenis ikan dan tingkatan ukuran ikan berbeda. Umumnya, ikan berukuran kecil membutuhkan TPP dan frekuensi pemberian pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran yang lebih besar. Berdasarkan rata-rata berat individu ikan, maka dapat ditetapkan tingkat dan frekuensi pemberian pakan. Berdasarkan berat total dapat ditetapkan jumlah pakan yang dibutuhkan dalam satu hari maupun satu kali pemberian pakan. Untuk mengetahui respon ikan terhadap pakan yang diberikan dilakukan evaluasi pemberian pakan atau sering disebut sebagai efisiensi pemberian. Efisiensi adalah perbandingan antara pertambahan bobot ikan dengan jumlah pakan yang diberikan, dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi tingkat efisiensi, semakin baik tingkat efisiensi pakan.

2.4. Faktor Fisik Kimia Air

Menurut Djajadiredja et al., (1980) dalam Sundari (1983) air sebagai media hidup ikan harus memiliki kondisi yang baik, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas air bagi budidaya ikan ditentukan antara lain oleh besar kandungan oksigen terlarut, suhu air, NH3 terlarut, CO2 bebas, pH dan alkalinitas air.

Parameter fisik dalam kualitas air merupakan parameter yang bersifat fisik, artinya dapat dideteksi oleh panca indera manusia yaitu melalui visual, penciuman, peraba dan perasa, sedangkan parameter kimia didefinisikan sebagai sekumpulan bahan/zat kimia yang keberadaannya dalam air mempengaruhi kualitas air. Faktor fisik kimia air diantaranya DO (oksigen terlarut), suhu pH, ammoniak dan nitrit (Irawan et al.,2009).

(25)

maksimum oksigen di dalam air terdapat pada temperatur 0oC, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan meningkatnya temperatur air. Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis organisme air terutama adalah dalam proses respirasi (Barus, 2004).

Suhu merupakan salah satu variabel lingkungan yang sangat penting. Ikan sebagai hewan ektotermal (poikiloterm), sangat bergantung kepada suhu. Kenaikan suhu meningkatkan laju metabolisme dalam tubuh. Kenaikan suhu akan meningkatkan laju pertumbuhan sampai batas tertentu, dan setelah itu kenaikan suhu justru menurunkan laju pertumbuhan (Rahardjo et al., 2010). Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air dan bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati (Irawan et al., 2009).

Pengukuran pH air dapat dilakukan dengan cara kolorimetri, dengan kertas pH atau dengan pH meter. Pengukurannya tidak begitu berbeda dengan pengukuran pH tanah, hanya saja disini pengukuran dilakukan tanpa pengenceran. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran pH air adalah cara pengambilan contohnya harus benar, seperti yang telah dinyatakan di atas. Bila akan mengukur pH air dari kedalaman tertentu air harus diambil menggunakan ember (Suin, 2002).

(26)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2013 di Pusat Penelitian Lingkungan dan Kependudukan, Universitas Sumatera Utara.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah termometer Hg, pH meter, gelas ukur 1 L, buret dan statif, spektrofotometer, jangka sorong, timbangan digital ketelitian 0,01 g, kamera digital, akuarium ukuran 50cm x 40cm x 40cm, aerator dan tanggok kecil. Bahan yang digunakan yaitu benih ikan bawal air tawar, pelet F999, Tubifex sp. dan phenoxyetanol 3 ppm.

3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Pola rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) tersebut terdiri dari 3 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan pakan berupa: pakan alami (Tubifex sp.), pakan buatan (pelet) dan kombinasi (Tubifex sp. dan pelet).

3.3.2. Persiapan Akuarium

Disediakan akuarium yang berukuran 50cm x 40cm x 40 cm sebanyak 9 buah, diisi akuarium dengan menggunakan air sumur dengan volume air 25 L. Setiap akuarium dipasang aerator sebagai sirkulasi air dalam akuarium.

3.3.3. Persiapan Ikan Bawal Air Tawar

(27)

perlakuan terdiri dari 5 ekor ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) yang dianggap sebagai satu populasi. Sebelum dilakukan perlakuan, ikan diaklimatisasi selama 1 minggu.

3.3.4. Perlakuan terhadap Ikan Bawal Air Tawar

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pakan berupa: pakan alami (Tubifex sp.), pakan buatan (pelet) dan kombinasi (Tubifex sp. dan pelet). Pakan diberikan sebanyak 10% dari bobot ikan bawal air tawar dan diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Pengukuran bobot ikan, panjang total ikan dan faktor fisik air akuarium diukur setiap 2 minggu sekali selama 12 minggu. Sebelum dilakukan pengukuran, ikan terlebih dahulu dibius dengan phenoxyetanol 3 ppm untuk menghindari stres dari ikan.

3.3.5. Parameter yang Diukur

1. Panjang

Panjang total ikan diukur dengan menggunakan jangka sorong mulai dari ujung moncong sampai dengan ujung ekor ikan. Hasilnya dicatat setiap 2 minggu sekali selama 12 minggu.

2. Bobot

Bobot ikan ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g setiap 2 minggu sekali selama 12 minggu, kemudian dicatat hasilnya.

3. Suhu media

(28)

4. pH media

Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sebelumnya dikalibrasi dulu pH dengan pH 7, lalu dimasukkan pH meter ke dalam sampel air, lalu dibaca nilainya dan dicatat hasil yang tetera ada skala pH meter.

5. Kadar Oksigen terlarut

Oksigen terlarut (DO) diukur dengan menggunakan metode winkler. Sampel air diambil dan dimasukkan ke dalam botol winkler kemudian dilakukan pengukuran oksigen terlarut.

6. Kadar Amonia

Pengukuran kadar amonia (NH3) dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri pada kisaran kadar 0,01 mg/L sampai dengan 1,00 mg/L. Dicatat hasil yang diperoleh.

3.3.6. Analisis Data

Data hubungan panjang dan bobot ikan bawal air tawar yang diperoleh dianalisis dengan regresi linier menggunakan program komputerisasi statistika SPSS Versi 16,00. Parameter yang diukur adalah:

a. Kelangsungan hidup (Sintasan)

Nt

SR (%) = ___ x 100% No

Keterangan:

SR = Kelangsungan hidup (%)

No = Jumlah ikan pada saat awal (ekor) Nt = Jumlah ikan pada saat akhir (ekor)

(29)

b. Pertambahan Panjang

L= Lt-Lo

Keterangan: L = pertumbuhan panjang (cm)

Lt = panjang ikan pada waktu akhir (cm) Lo = panjang ikan pada waktu awal (cm)

(Arifin & Rupawan, 1997)

c. Pertumbuhan mutlak

H= Wt-Wo

Keterangan: H = pertumbuhan mutlak (g)

Wt = bobot total ikan uji pada akhir percobaan (g) Wo = bobot total ikan uji pada awal percobaan (g)

(Effendie, 2002)

d. Laju pertumbuhan bobot total

GR (%) = Wt-Wo t

Keterangan: GR = laju pertumbuhan bobot total (%) Wt = bobot rata-rata ikan pada hari ke-t Wo = bobot rata-rata ikan pada hari ke-0 t = lama pemeliharaan (bulan)

e. Laju pertumbuhan bobot bulanan

α= [(√��/��

)-1] x 100%

Keterangan: α = Laju pertumbuhan bobot bulanan (%) t = waktu pemeliharaan (bulan)

Wt = Bobot pada hari ke-t Wo = Bobot pada hari ke-0

(30)

f. Hubungan Panjang – Berat

Hubungan Panjang – Berat ikan dapat dilakukan untuk melihat pola pertumbuhan

ikan di alam, yang ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

W = ���

Dimana:

W : Berat tubuh ikan (g) L : Panjang total ikan (cm) a : Konstanta

b : Koefisien pertumbuhan

(31)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot rata-rata

dan panjang rata-rata ikan bawal air tawar selama pemeliharaan 12 minggu dapat

[image:31.595.156.475.285.445.2]

dilihat pada Gambar 4.1.1. dan 4.1.2.

Gambar 4.1.1. Pertumbuhan Bobot Rata-Rata (g) Ikan Bawal Air Tawar selama 12 Minggu

Gambar 4.1.2. Pertumbuhan Panjang Rata-rata (cm) Ikan Bawal Air Tawar Selama 12 Minggu

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 1 2 3 4 5 6

B o b o t (g) Pengamatan ke-Tubifex Pelet Kombinasi 0 2 4 6 8 10 12 14

0 1 2 3 4 5 6

(32)

Berdasarkan Gambar 4.1.1. dan 4.1.2. diketahui bahwa bobot rata-rata ikan

bawal air tawar yang tertinggi diperoleh pada perlakuan pelet yaitu 42,30 g dan panjang rata-rata 12,91 cm, diikuti perlakuan kombinasi yaitu bobot rata-rata 36,01 g dengan panjang rata-rata 12,17 cm dan yang paling rendah diperoleh pada

perlakuan Tubifex sp. yaitu bobot rata-rata sebesar 22,66 g dengan panjang rata-rata 10,38 cm. Hal ini disebabkan pelet mengandung nutrisi lebih lengkap

(protein, lemak, serat, abu kasar dan kadar air) dibanding Tubifex sp. yang hanya

mengandung protein dan lemak saja. Pertumbuhan merupakan pertambahan bobot

atau panjang dalam waktu tertentu. Menurut Wijayanti (2010) pertumbuhan

tersebut dipengaruhi oleh sumber energi dari pakan yang tersedia, dimana sumber

energi tersebut berupa karbohidrat, lemak dan protein.

Kandungan nutrisi dari pakan pelet F999 yaitu protein kasar 38 %, lemak kasar 2 %, serat kasar 3 %, abu kasar 13 % dan kadar air 12 %. Kandungan nutrisi Tubifex sp. yaitu protein 57% dan lemak 13%. Setiap ikan membutuhkan kadar protein yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya dan dipengaruhi oleh umur atau ukuran ikan, namun pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 35-50% dalam pakannya (Hepher, 1990 dalam Adelina, 1999). Beberapa percobaan untuk mengetahui kebutuhan protein ikan bawal air tawar telah dilakukan Hernandez et al., (1995) dalam Adelina (1999). Dari hasil percobaan tersebut dapat dikemukanan bahwa kadar protein 22% sudah cukup untuk ikan yang berukuran 5 g dan 18% untuk ikan yang berukuran 30. Selanjutnya Eckmann (1987) dalam Adelina (1999) melakukan percobaan pada ikan bawal air tawar berukuran juvenil. Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan lebih

baik apabila protein pakan ditingkatkan dari 25% menjadi 37%. Merola & Cantelmo (1987) dalam Adelina (1999) melakukan percobaan terhadap

(33)

Imbangan protein dan energi sangat penting dalam menunjang pertumbuhan ikan. Pakan yang mempunyai kadar protein tinggi belum tentu dapat mempercepat pertumbuhan apabila total energi pakan rendah. Energi pakan terlebih dahulu dipakai untuk kegiatan metabolisme standar, seperti respirasi, transport ion dan pengeluaran cairan tubuh serta aktifitas lainnya. Energi untuk seluruh aktifitas tersebut diharapkan sebagian besar berasal dari bahan nutrien non-protein yaitu karbohidrat, lemak, serat, abu kasar dan kadar air. Sumbangan energi dari bahan non-protein ini rendah maka protein akan digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai aktifitas tersebut sehingga pertumbuhan akan berkurang dengan kata lain penambahan energi non-protein dapat meningkatkan fungsi protein dalam menunjang pertumbuhan ikan (Furuichi, 1988).

Menurut Haetami et al., (2007) kebutuhan ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi oleh nutrien non-protein seperti lemak dan karbohidrat. Apabila energi yang berasal dari non-protein tersebut cukup tersedia, maka sebagian besar protein akan dimanfaatkan untuk tumbuh, namun apabila energi dan nutrien non-protein tidak terpenuhi, maka protein akan digunakan sebagai sumber energi sehingga fungsi protein sebagai pembangun tubuh akan berkurang. Tingkat energi protein dalam pakan juga mempengaruhi konsumsi pakan. Tingkat energi protein melebihi kebutuhan maka akan menurunkan konsumsi sehingga pengambilan nutrien lainnya termasuk protein akan menurun. Penggunaan protein sebagai energi yang semakin besar menjadikan protein untuk pertambahan bobot berkurang. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan yang tepat antara energi dan protein agar dicapai keefisienan dan keefektifan pemanfaatan pakan

4.2. Laju Pertumbuhan Bobot Bulanan dan Laju Pertumbuhan Bobot Total Ikan Bawal Air Tawar Selama Pemeliharaan

Laju pertumbuhan bobot bulanan dan laju pertumbuhan bobot total dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Laju Pertumbuhan Bulanan dan Bobot Total Ikan Bawal air Tawar

Perlakuan Laju pertumbuhan bobot bulanan (α) Laju pertumbuhan bobot total (GR)

Tubifex sp. 0,42 % 4,91 g

Pelet 0,88 % 11,99 g

(34)

Laju pertumbuhan individu (g/bulan) ditentukan berdasarkan selisih bobot rata-rata akhir dan awal pemeliharaan yang dibandingkan dengan waktu pemeliharaan. Berdasarkan Tabel 4.2. diketahui laju pertumbuhan bobot bulanan ikan bawal air tawar paling tinggi yaitu pada perlakuan pelet dengan nilai berkisar antara 0,88% dan yang terendah ada pada perlakuan Tubifex sp. dengan nilai berkisar 0,42%. Laju pertumbuhan bobot total yang paling tinggi juga diperoleh pada perlakuan pelet yaitu berkisar antara 11,99% dan yang terendah pada perlakuan Tubifex sp. yaitu berkisar antara 4,91%. Laju pertumbuhan bobot bulanan dan laju pertumbuhan bobot total merupakan bukti dari pertumbuhan akhir dari ikan bawal air tawar yang menunjukkan bahwa pada perlakuan pelet laju pertumbuhan lebih cepat karena kandungan nutrisi pelet lebih lengkap dibanding Tubifex sp. Walaupun kandungan proteinnya lebih tinggi. Kandungan nutrisi dari pakan pelet F999 yaitu protein kasar 38 %, lemak kasar 2 %, serat kasar 3 %, abu kasar 13 % dan kadar air 12 %. Kandungan nutrisi Tubifex sp. yaitu protein 57% dan lemak 13%.

Menurut Kardana et al., (2012) peningkatan protein pakan tidak selalu menyebabkan meningkatnya pertumbuhan. Peningkatan protein pakan tanpa diikuti keseimbangan dengan sumber energi non-protein akan menyebabkan protein digunakan sebagai sumber energi.

Koesdarto (2001) dalam Sari et al., (2012) menyatakan bahwa meningkatnya pertumbuhan didukung dengan kesehatan yang baik pada ikan dan akan meningkatkan efisiensi penyerapan zat makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan produksi yang ditunjukkan dengan pertambahan bobot bulanan maupun bobot total.

4.3. Pola Pertumbuhan

(35)

Gambar 4.3.1.Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Bawal Air Tawar Selama Pemeliharaan 12 Minggu yang Diberi Pakan Alami (Tubifex sp.)

Gambar 4.3.2. Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Bawal Air Tawar Selama Pemeliharaan 12 Minggu yang Diberi Pakan Buatan (Pelet)

Gambar 4.3.3. Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Bawal Air Tawar Selama Pemeliharaan 12 Minggu yang Diberi Pakan Kombinasi (Tubifex sp. dan Pelet)

W= 3,0581x 10-2x L2,812576

n= 15 0 2 4 6 8 10 12

0 5 10 15 20 25

B o b o t (g) Panjang (cm)

W = 7,2725x10-2x L2,476774

n = 15

0 2 4 6 8 10 12 14 16

0 10 20 30 40 50

B o b o t (g) Panjang (cm)

W = 3,3078x 10-2x L2,789954

n = 15

0 2 4 6 8 10 12 14

0 10 20 30 40

[image:35.595.177.436.85.213.2] [image:35.595.178.448.291.437.2] [image:35.595.201.424.525.681.2]
(36)

Pada perlakuan Tubifex sp. diperoleh nilai b = 2,812576, perlakuan pelet

diperoleh nilai b = 2,476774 dan perlakuan kombinasi diperoleh nilai b = 2,789954 yang menunjukkan bahwa b<3 disebut allometrik negatif yang

artinya pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan bobot ikan. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa nilai b ketiga perlakuan < 3 dan bisa dikatakan rendah. Hal ini disebabkan ikan bawal air tawar merupakan ikan yang senang bergerombol dan aktif bergerak. Muchlisin (2010) dalam Mulfizar et al., (2012) menyatakan bahwa besar kecilnya nilai b juga dipengaruhi perilaku ikan, misalnya ikan yang berenang aktif (ikan pelagis) menunjukkan nilai b yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan yang berenang pasif (kebanyakan ikan demersal).

Effendie (2002) menyatakan bahwa analisis pertumbuhan panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam dan perhitungan panjang dan berat ikan dapat digunakan untuk menduga pola pertumbuhan dan kemontokan ikan. Hubungan antara panjang total dan berat total dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: W = aLb yaitu berat ikan merupakan pangkat 3 dari panjangnya. Nilai b digunakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang dianalisis.

Secara umum, nilai b tergantung pada kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, letak geografis dan teknik sampling dan juga kondisi

biologis seperti perkembangan gonad dan ketersediaan pakan (Froese, 2006 dalam Mulfizar et al., 2012).

Keterangan: Huruf yang berbeda pada gambar menunjukkan perbedaan yang nyata (Nilai p < 0,05)

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

Tubifex sp. pelet Komnbinasi

[image:36.595.112.510.475.707.2]
(37)

Data setiap perlakuan dianalisis dengan uji Analisis Varian (ANOVA) melalui program komputer statistik Versi 16,00 dengan pendekatan uji nilai probabilitas (P). Hasil uji disimpulkan dengan cara membandingkan nilai taraf

nyata (α = 0,05) dengan P yang diperoleh melalui komputansi SPSS. Uji ANOVA berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan perlakuan. Berdasarkan Gambar 4.5.4. diperoleh hasil analisis ANOVA setiap perlakuan menunjukkan perbedaan nyata (p< 0,05). Hasil korelasi antara perlakuan pakan alami dengan pakan buatan berbeda nyata (p< 0,05), antara pakan alami dengan pakan kombinasi berbeda nyata (p<0,05), perlakuan pakan buatan dengan pakan kombinasi berbeda nyata (p< 0,05) yang artinya bahwa terdapat pengaruh pakan alami, pakan buatan dan kombinasi terhadap laju pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar.

4.4. Faktor Fisik Kimia yang diukur

Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter fisika-kimia yaitu pH, suhu, oksigen terlarut dan amoniak. Parameter kualitas air dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Parameter Kualitas Air yang Diukur Selama Penelitian

Parameter Perlakuan

Tubifex sp. Pelet Kombinasi

pH 5,0-6,1 4,8-7,5 4,9-7

Suhu (oC) 28 28 28

DO (mg/L) 9,04-9,35 8,79-9,02 8,47-8,73

Amoniak (ppm) 0,32-0,36 0,45-0,51 0,53-0,63

(38)

membuktikan bahwa ikan bawal air tawar termasuk ikan yang tidak banyak menuntut lingkungan bagus sebagai media hidupnya. Ikan ini mampu bertahan pada perairan yang kondisinya jelek sekalipun, namun akan tumbuh dengan normal dan optimal pada perairan yang sesuai dengan persyaratan habitatnya. Fluktuasi pH perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran di lingkungan perairan, khususnya yang berasal dari sisa pakan dan hasil metabolisme. pH yang terlalu rendah (keadaan asam) dapat menyebabkan nafsu makan ikan menurun. Hal ini disebabkan karena aktifitas dan produksi enzim pencernaan menurun, terjadi penggumpalan lendir pada insang, serta dapat menyebabkan ikan mati lemas karena kesulitan mengambil oksigen di air (Nasution, 2000 dalam Santoso & Hery, 2011). Nilai pH pada penelitian ini masih dapat mempertahankan hidup ikan bawal air tawar.

Suhu pada setiap perlakuan tetap sama yaitu 28oC. Hal ini disebabkan penelitian ini berada di dalam ruangan yang suhunya relatif stabil. Menurut Djarijah (2001) dalam Syauqi (2009) suhu yang sesuai untuk media hidup ikan bawal air tawar adalah 27oC-29oC. Menurut Usni (2006), benih bawal dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25oC-30oC. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Santoso & Hery (2011), suhu berkisar antara 25,2oC-30,8ºC, penelitian Adelina (1999) suhu berkisar antara 26oC-28oC dan berdasarkan penelitian yang saya lakukan suhu sebesar 28oC. Pada kisaran suhu tersebut, benih ikan bawal air tawar masih dapat tumbuh dengan baik. Suhu air kurang dari 24oC dapat menyebabkan benih ikan bawal air tawar mudah terserang penyakit, sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan serta dapat menyebabkan kegagalan fungsi tubuh pada ikan yang akhirnya ikan akan mati (Nasution, 2000 dalam Santoso & Hery, 2011).

(39)

baik untuk pertumbuhan ikan bawal adalah 2,4 mg/L, sedangkan menurut Rostim (2001) dalam penelitiannya tentang tingkat konsumsi oksigen ikan bawal air tawar, ikan nilem dan ikan tawes menunjukkan bahwa batas minimum DO yang mematikan bagi kehidupan ikan bawal adalah 1,24 mg/L. DO dalam penelitian Santoso & Hery (2011) berkisar antara 2,89 mg/L-5,98 mg/L, DO dalam penelitian ini berkisar 8,47 mg/L-9,35 mg/L dan cukup baik untuk pemeliharaan ikan bawal air tawar. Ikan memerlukan oksigen untuk melakukan aktifitas, seperti aktifitas berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan sebagainya. Oleh karena itu ketersediaan oksigen dalam jumlah cukup bagi ikan sangat penting karena oksigen adalah limiting factors dalam kegiatan budidaya.

Menurut Wijaya (2009) penggolongan kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut ada V golongan. Golongan I : kandungan oksigen terlarutnya > 8 merupakan kualitas air sangat baik, golongan II: 6,0 kualitas airnya baik, golongan III: 4,0 kualitas airnya kritis, golongan IV: 2,0 kualitas airnya buruk dan golongan V: < 2 kualitas airnya sangat buruk.

Nilai amoniak pada perlakuan Tubifex sp. berkisar antara 0,32 ppm - 0,36 ppm, pada perlakuan pelet berkisar antara 0,45 ppm - 0,51 ppm

dan pada perlakuan kombinasi berkisar antara 0,53 ppm - 0,63 ppm dan meningkat pada pengamatan ke III dan pengamatan ke IV. Peningkatan nilai amoniak ini terjadi karena bertambahnya jumlah pakan yang diberikan pada ikan sesuai dengan bertambahnya bobot ikan bawal air tawar. Nilai amoniak tersebut masih normal dan sesuai serta baik untuk media hidup ikan bawal air tawar.

Menurut Adelina (1999) amoniak yang diekskresikan ikan cenderung meningkat dengan meningkatnya kadar protein pakan, akan tetapi cenderung menurun dengan meningkatnya rasio energi protein pakan. Selanjutnya Wardoyo (1975) dalam Sunarto (2009) menyatakan bahwa kandungan amoniak dalam air sebaiknya tidak lebih dari 1,5 ppm.

4.5. Sintasan

Sintasan ikan bawal air tawar selama pemeliharaan 12 minggu yang diberi pakan

(40)

Tubifex sp. dan pelet) masing-masing menunjukkan hasil yang sama yaitu 100%

seperti terlihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Sintasan Ikan Bawal Air Tawar Selama 12 Minggu dengan Pemberian Pakan yang Berbeda

Perlakuan Pengamatan Ke-

1 2 3 4 5 6

Tubifex sp. 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Pelet 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Kombinasi 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Sintasan hidup ikan merupakan persentase jumlah ikan yang hidup dari

jumlah ikan yang dipelihara dalam satu wadah. Sintasan ditunjukkan oleh

mortalitas (kematian). Sintasan yang rendah terjadi karena tingginya mortalitas.

Mortalitas dapat terjadi karena ikan mengalami kelaparan berkepanjangan, akibat

tidak terpenuhinya energi untuk pertumbuhan dan mobilitas karena kandungan

gizi pakan tidak mencukupi sebagai sumber energi. Salah satu upaya untuk

mengatasi rendahnya sintasan yaitu dengan pemberian pakan yang tepat baik

dalam ukuran, jumlah dan kandungan gizi dari pakan yang diberikan

(Wijayanti, 2010).

Dari Tabel 4.5. diketahui sintasan ikan bawal air tawar selama

pemeliharaan 12 minggu dengan pakan yang berbeda pada setiap ulangan

menunjukkan hasil yang sama yaitu 100% yang berarti tidak terjadi kematian

sampai akhir penelitian. Kendala pada pengembangan budidaya pembesaran ikan ini adalah kualitas pakan yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada ikan yang dipilihara. Pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ikan yang sangat besar peranannya baik dilihat sebagai penentu pertumbuhan dan sintasan hidupnya (Marzuqi et al., 2012).

Menurut Wijayanti (2010) dalam Affandi et al., (2005) faktor lain yang

mempengaruhi sintasan hidup ikan ialah ketersediaan pakan sebagai sumber

energi untuk pertumbuhan ikan, kompetisi, kepadatan, kuantitas pakan dan

penanganan serta faktor internal seperti umur dan kemampuan menyesuaikan

dengan lingkungan. Salah satu upaya mengatasi rendahnya sintasan hidup ikan

(41)

Menurut Wardoyo (1985) dalam Sunarto & Sabariah (2009) sintasan hidup ikan sangat ditentukan oleh kualitas air. Keadaan kualitas air media percobaan penelitian menunjukan kisaran yang memungkinkan ikan bawal air tawar untuk hidup dan tumbuh dengan baik.

Sintasan hidup ikan 100% tersebut juga didukung dengan pendapat

(Adelina et al., 2000) yang menyatakan bahwa ikan bawal air tawar merupakan

spesies ikan yang mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi. Selanjutnya

(Azam et al., 2010) menyatakan bahwa ikan bawal air tawar senang pada sungai

yang berair tenang.

(42)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:

a. Laju pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar paling tinggi adalah dengan pemberian pakan buatan yaitu dengan nilai pertambahan berat 32,48 g dan yang terendah diperoleh pada perlakuan pemberian pakan alami (Tubifex sp.) dengan nilai pertambahan berat sebesar 10,78 g.

b. Pola pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar ialah pola pertumbuhan allomatrik negatif (b<3) yang berarti pertumbuhan panjang lebih cepat.

c. Sintasan (kelangsungan hidup) ikan bawal air tawar selama pemeliharaan 12 minggu baik pada perlakuan pemberian pakan alami, pakan buatan dan

kombinasi ialah 100% yang artinya ikan tidak ada yang mati sampai akhir

penelitian.

5.2. Saran

Disarankan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh perbandingan

pemberian pakan nabati dan hewani terhadap pola pertumbuhan ikan bawal air

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adelina. 1999. Pengaruh Pakan dengan Kadar Protein dan Rasio Energi Protein yang Berbeda pada Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar. [Skripsi]. Bogor: IPB

Adelina, Mokoginta, Ridwan, A., dan Dedi, J. 2000. Pengaruh kadar Protein dan Rasio Energi Pakan Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar. Bogor: IPB.9(2): 31.

Anggraini, N. 2002. Pengaruh Konsentrasi Tepung Tapioka, Suhu Dan Waktu Perebusan Terhadap Mutu Kamaboko Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). [Skripsi]. Bogor: IPB.

Arifin, Z. & Rupawan. 1997. Pertambahan bobot dan tingkat sintasan ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr) dengan pemberian pakan yang berbeda Jurnal Penelitian Indonesia.

Azam, A., Alfian, R., Barkah, S., Muhammad, Y dan Sungging, P. 2010. Pengaruh Kunyit Terhadap Pertumbuhan dan Kelulusan Hidup (SR)

Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dengan Sistem Resirkulasi Tertutup. Surabaya: Universitas Airlangga

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan: USU Press.

Effendie, M. I. 1997 dan 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Effendie. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Yogjakarta: Kanisius

Furuichi M. 1988. Carbohydrates. Didalam:Watanabe T, editor. Fish nutrition and Mariculture. Tokyo: Departement of Aquatic Biosciences,

University of Fisheries.

Gustiano, R dan Otong, Z.E. 2010. Menjaring Laba dari Budidaya Nila Best. Bogor: IPB Press.

Hanif, dkk. 2011. Panduan Budidaya Ikan Nila Sistem Keramba Jaring Apung. Jakarta: WWF-Indonesia

(44)

Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Dan Efisiensi. Laporan Penelitian. hlm: 11.

Irawan, A, Aminullah, Dahlan, Ismail dan Syamsul, B. 2009. Faktor-Faktor Penting dalam Pembesaran Ikan di fasilitas Nursery dan pembesaran.

Bandung: ITB Seamolec-Vedca

Kawania, N.W, Kusnoto dan M.A. Alamsjah. 2012. Kombinasi Cacing Sutera (Tubifex sp.) Kering dan tepung Chorella sp. Sebagai Pakan Tambahan

pada Pertambahan dan Retensi Protein Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos). Universitas Airlangga: Journal of Marine and Coastal Science. 1(1): 45-52.

Kadarini, T & Eka, P. 2011. Dukungan Pendederan Ikan Rainbow Kuromoi (Melanotaenia Parva) Terhadap Konvervasi Sumber Daya Ikan di Papua. Bandung: Universitas Padjajaran

Kardana, D., Kiki dan Ujang. 2012. Efektivitas Penambahan Tepung Maggot dalam Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4:177-184.

Mamora, M. A. 2009. Efisiensi Pakan serta Kinerja Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dengan Pemberian Pakan Berbasis Meat Bone Meal (MBM) dan Pakan Komersil. [Skripsi]. Bogor: IPB.

Mulyadi, Usman MT dan Suryani. 2010. Pengaruh Frekuensi Pemeberian Pakan yang berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Silais (Ompok hypophthalmus). Vol 38 No.2

Putra, I., Djoko, S., Dinamella, W. 2011.Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila Oreochromis Niloticus Dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal

Perikanan dan Kelautan

Rahardjo, M.F., D.S. Sjafei, R. Affandi dan Sulistiono. 2010. Iktiology. Bandung: Lubuk Agung.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta Santoso, L. & Hery, A. 2011. Pengaruh Subsitusi Tepung Kedelai dengan Tepung

Biji Karet pada Pakan Buatan Terhadap Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Pekanbaru: UNRI.Vol.39. No. 2.

Sari, N.W., Iesje dan Nety. 2012. Pengaruh Pemberian Temulawak (Curcuma xanthorriza Robx) terhadap Kelulushidupan Ikan Mas (Cyprinus carpio L) setelah diinfeksi Aeromonas hydrophila. Jurnal Perikanan dan Kelautan 17,2 (2012): 43-59.

(45)

Sunarto dan Sabariah. 2009. Pemberian Pakan Buatan Dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Konsumsi Pakan Benih Ikan Semah

(Tor Douronensis) Dalam Upaya Domestikasi. Jurnal akuakultur Indonesia, 8 (1):67-76.

Sundari, S. 1983. Pengaruh Pemberian jumlah Makanan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn). Bogor: IPB.3-7.

Syauqi, A. 2009. Kelangsungan Hidup Benih Bawal Air Tawar Colossoma Macropomum Cuvier. Pada Sistem Pengangkutan Tertutup Dengan Padat Penebaran 43, 86 Dan 129 Ekor/Liter. [Skripsi].

Taofiqurohman, A., Nurruhwati, Zahidah, H. 2007. Studi Kebiasaan Makanan Ikan (Food Habit) Ikan Nilem (Osteochilus Hasselti) Di Tarogong

Kabupaten Garut.Bandung: Universitas Padjajaran.11.

Wibowo, T.A. 1991. Tubifexsp.Kering – Beku dalam Kemasan vakum Film Polyvinyl Chloride, Polyethylene dan Oriented Polypropylene. [Skripsi].

Wijaya, H.K. 2009. Komunitas Perifiton Dan Fitoplankton Serta Parameter Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air Di Bagian Hulu Sungai Cisadane, Jawa Barat. [Skripsi].

Wijayanti, K. 2010. Pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap

sintasan dan pertumbuhan benih ikan palmas (Polypterus senegalus cuvier). [Skripsi].

Yuwono, E & Sukardi, P. 2008. Fisiologi Hewan Air. Puwokerto: Unsoed Press. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Direktorat Pembenihan, 2010. Budidaya Cacing Sutra ( Tubifexsp.) dari limbah pakan budidaya lele. Ed ke1.

(46)

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO

Sampel Air

1 ml MnSO4 1 ml KOH KI Dikocok Didiamkan

Sampel Endapan Putih/Cokelat

1 ml H2SO4 Dikocok Didiamkan

Diambil 100 ml

Ditetesi Na2S2O3 0,00125 N

Sampel Berwarna Kuning Pucat

Ditambah 5 tetes Amilum

Sampel Berwarna Biru

Dititrasi dengan Na2S2O3 0,00125 N

Dihitung volume Na2S2O3 yang terpakai

(Michael, 1984 & Suin, 2002)

Larutan Sampel Berwarna Cokelat

Sampel Bening

(47)

Lampiran 2. Foto Alat dan Bahan Penelitian

Timbangan digital 0,01 g

Jangka sorong dan ikan bawal

Akuarium

(48)

Lampiran 3. Foto Cara Kerja Penelitian

Pemberian pakan Tubifexsp.

Menimbang ikan

(49)

Lampiran 4. Hasil Analisis Korelasi Setiap Perlakuan dengan SPSS 16,00

Oneway

Tests of Normality

perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Bobotikan Tubifex .292 3 . .923 3 .463

Pelet .176 3 . 1.000 3 .984

kombinasi .376 3 . .772 3 .050

a. Lilliefors Significance Correction

ANOVA

Bobotikan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 734.068 2 367.034 145.833 .000

Within Groups 15.101 6 2.517

Gambar

Gambar 4.1.1. Pertumbuhan Bobot Rata-Rata (g) Ikan Bawal Air  Tawar   selama
Gambar 4.3.1.                          Pemeliharaan 12 Minggu yang Diberi Pakan Alami (Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Bawal Air Tawar Selama Tubifex sp.)
Gambar 4.5.4. Hasil Analisis Korelasi Setiap Perlakuan dengan SPSS Versi 16,00

Referensi

Dokumen terkait

Eksperimen Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No 1 Cempaga Tahun Pelajaran 2012/2013, (Skripsi, Universitas Pendidikan Ganesha,

Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK Tahun 2014 terdapat beberapa upaya KPK dalam penanganan kasus TPK SDA dan kasus Tindak Pidana Korupsi Sumber Daya Alam yang

Kemasan Budaya lokal ini diaplikasikan dalam bentuk produk dekoratif yang memanfaatkan limbah (sisa konveksi) menjadi produk baru yang bernilai jual sebagai inovasi ekonomi

Menurut pendapat peneliti dalam menciptakan kondisi sehat , selamat dan bekerja pada lingkungan yang aman, yaitu guna mengurangi kecelakaan kerja dan Penyakit

siswa. Penyesuaian jadwal mengajar untuk guru. Keterbatasan tempat penyimpanan berkas data dalam bentuk kertas.. Bagaimana sistem informasi akademik yang sedang berjalan di SMA

Populasi kasus adalah semua kelurga yang memiliki balita Pneumonia yang terdaftar pada catatan register Puskesmas Sungai Ulin Kota Banjarbaru tahun 2018 dan

Penelitian oleh Emy Rianti tahun 2012 menyebutkan bahwa kelompok kasus yang memiliki riwayat kanker pada keluarga berisiko 5,4 kali lebih besar terkena kanker payudara