• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang Dan Efeknya Bagi Kesehatan Reproduksi Di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Februari 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang Dan Efeknya Bagi Kesehatan Reproduksi Di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Februari 2009"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS MENYIMPANG DAN EFEKNYA BAGI KESEHATAN REPRODUKSI DI SLTP

BUDI MURNI II PINTU ANGIN KECAMATAN LAUBALENG KABUPATEN KARO

TAHUN 2009

ETTY MARIA Br. SIMARMATA NIM : 085102090

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Etti Maria Br Simarmata Nim : 0 8 5 1 0 2 0 9 0

Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang Dan Efeknya Bagi Kesehatan Reproduksi Di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Februari 2009

ABSTRAK

Remaja mempunyai pemahaman yang keliru mengenai seksualitas sehingga menjadikan mereka mencoba untuk bereksperimen mengenai masalah seks tanpa menyadari bahaya yang timbul dari perbuatannya.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi Di SLTP Budi Murni Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo. Penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah populasi sampel 44. Pengambilan sampel penelitian dengan total sampling sebanyak 44 orang dengan kriteria remaja SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo dan bersedia jadi responden. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari 2009 dengan menggunakan Kuesioner. Hasil penelitian ini dianalisa dengan distribusi frekuensi. Hasil dari distribusi frekuensi diperoleh bahwa remaja dengan kategori pengetahuan kurang 32 orang ( 72,7%), kategori Pengetahuan cukup 10 orang (22,7%), kategori pengetahuan baik 2 orang (4,5%). Responden memiliki pengetahuan kurang tentang perilaku seks menyimpang di usia remaja. Disarankan bagi orang tua agar dapat membimbing dan mengarahkan anak remajanya untuk berperilaku baik dengan memberikan pengertian dampak dari hubungan seks bebas atau pra nikah yang dilakukan tidak baik bagi dirinya maupun masa depannya dan guru di sekolah dapat memberikan bimbingan bagi remaja tentang kesehatan reproduksi dan dampak dari perilaku seks menyimpang.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang Dan Efeknya Bagi Kesehatan Reproduksi Di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian pendidikan di Fakultas Kedokteran Jurusan D-IV Bidan Pendidik USU.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, baik bantuan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan yang berharga ini penulis sepatutnya mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Prof. dr. Chairuddin Lubis, DTM & H, Sp. A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(4)

5. Setiawan S, S.Kep, MNS, selaku dosen Penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen Penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusuan karya tulis ilmiah ini.

7. Bapak Dapot Simanullang, S.pd, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Bapak, Ibu, Abang dan adikku tersayang, yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil serta doa restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Terima kasih saya ucapkan buat teman-teman atas dukungan dan persahabatan yang telah kalian berikan selama ini, juga terima kasih buat semua orang yang belum penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 10 Juni 2009

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR SKEMA ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1.Tujuan Umum ... 3

2.Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan ... 5

1.Pengertian pengetahuan ... 5

2.Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif ... 5

B. Perilaku ... 6

1.Pengertian perilaku... 6

2.Bentuk perilaku ... 7

3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 8

4. Proses Adopsi Perilaku ... 9

C. Remaja ... 10

1. Pengertian Remaja ... 10

2. Tahap Perkembangan Remaja ... 10

D. Perilaku Seks ... 11

1. Perilaku Seksual Remaja ... 11

2. Perilaku Seks Menyimpang... 12

3. Dampak Perilaku Seks Menyimpang ... 13

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku seks Menyimpang Pada Remaja ... 14

F. Efek Samping Seks Menyimpang Bagi Kesehatan Alat Reproduksi Remaja ... 18

G. Penyakit Hubungan Seksual ... 19

H. Remaja dan Infeksi Menular Seksual ... 20

I. Pencegahan Infeksi Menular Seksual Pada Remaja ... 21

BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 23

(6)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

D. Pertimbangan Etik Penelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 27

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 28

G. Pengumpulan Data ... 28

H. Analisa Data ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan ... 32

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent) 2. Lembar Content Validiti Isi

3. Content Validiti Indeks. 4. Lembar Kuisioner Penelitian 5. Uji Validitas

6. Surat Ijin Penelitian dari D-IV Bidan Pendidik 7. Surat Balasan Penelitian

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 : Distribusi Karakteristik Responden Remaja di SLTP Budi Murni 2 Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009...30 Tabel 5.2 : Distribusi Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Etti Maria Br Simarmata Nim : 0 8 5 1 0 2 0 9 0

Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang Dan Efeknya Bagi Kesehatan Reproduksi Di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Februari 2009

ABSTRAK

Remaja mempunyai pemahaman yang keliru mengenai seksualitas sehingga menjadikan mereka mencoba untuk bereksperimen mengenai masalah seks tanpa menyadari bahaya yang timbul dari perbuatannya.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi Di SLTP Budi Murni Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo. Penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah populasi sampel 44. Pengambilan sampel penelitian dengan total sampling sebanyak 44 orang dengan kriteria remaja SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo dan bersedia jadi responden. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari 2009 dengan menggunakan Kuesioner. Hasil penelitian ini dianalisa dengan distribusi frekuensi. Hasil dari distribusi frekuensi diperoleh bahwa remaja dengan kategori pengetahuan kurang 32 orang ( 72,7%), kategori Pengetahuan cukup 10 orang (22,7%), kategori pengetahuan baik 2 orang (4,5%). Responden memiliki pengetahuan kurang tentang perilaku seks menyimpang di usia remaja. Disarankan bagi orang tua agar dapat membimbing dan mengarahkan anak remajanya untuk berperilaku baik dengan memberikan pengertian dampak dari hubungan seks bebas atau pra nikah yang dilakukan tidak baik bagi dirinya maupun masa depannya dan guru di sekolah dapat memberikan bimbingan bagi remaja tentang kesehatan reproduksi dan dampak dari perilaku seks menyimpang.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku seks remaja dewasa ini banyak mengarah pada perilaku yang menyimpang. Padahal remaja adalah generasi penerus di masa depan yang akan mempengaruhi cerah tidaknya masa depan bangsa dan negara di kemudian hari. Disamping secara langsung maupun tidak langsung juga akan mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia di masa mendatang. Banyak diantara remaja yang tidak menyadari bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan, justru menjerumuskan. Bila sang remaja sudah terlanjur terjerumus dalam pergaulan yang menyesatkan, akan teramat sulit untuk kembali pada kondisi semula (Sudarmi, 2008).

Remaja merupakan generasi penerus bagi perkembangan masa depan bangsa, dan jumlah remaja usia 10-24 tahun mencapai sekitar 60.901.709 atau 30% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 201.241.999 jiwa. Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, dan mental spiritual (Badan Kesehatan Keluarga Berencana, 2006).

(12)

34,9% dan perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah sebesar 24%. Remaja di Jakarta yang pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah ada sebanyak 42% (Badan Kesehatan Keluarga Berencana Negara, 2008).

Hasil riset yang dilakukan Kambodji (1999) terhadap perilaku seks siswa kelas III di beberapa SLTP Swasta Surabaya, mengungkapkan bahwa mayoritas responden menjawab siswa SLTP sangat butuh informasi tentang seks (laki-laki 57,32%, perempuan 54,28%). Informasi yang diterima siswa selama ini tentang seks sebagian besar didapat bukan dari orang tua atau sekolah, tetapi dari film atau majalah. Sampai saat ini banyak orang tua dan guru menganggap tabu berbicara tentang seks di depan para remaja. Inilah yang dicurigai sebagai penyebab utama terjadinya pergaulan bebas dan penyimpangan seks dengan beragam konsekuensinya (Sudarmi, 2008).

Banyaknya persoalan mengenai penyimpangan seks pada remaja berangkat dari pergaulan negatif. Bagi sebagian remaja, pergaulan atau gaul merupakan sebuah keharusan. Masalah akan timbul bila pergaulan yang dijalani seringkali tidak diimbangi dan dibentengi dengan citra diri. Hal itu akan mengakibatkan remaja bergaul tanpa kendali, tanpa batasan norma, etika, hukum dan agama. Kondisi itu akan merusak masa depan bangsa dan negara disamping masa depan remaja itu sendiri. Apalagi suatu saat mereka akan berkeluarga dan harus membina dan membangun rumah tangga agar mampu melahirkan generasi penerus yang berkualitas (Sudarmi, 2008).

(13)

menyimpan dan memilih jalannya sendiri tanpa berani mengungkapkan kepada orang tua. Hal ini disebabkan karena ketertutupan orang tua terhadap anak terutama masalah seks yang dianggap tabu untuk dibicarakan serta kurang terbukanya anak terhadap orang tua karena anak merasa takut untuk bertanya (Amrillah, 2008).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi di SLTP Budi Murni 2 Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi di SLTP Budi Murni 2 Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku Seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi di SLTP Budi Murni 2 Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasikan pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang.

(14)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi responden

Untuk menambah informasi bagi remaja di sekolah agar dapat bertanggung jawab terhadap fungsi organ reproduksinya.

2. Bagi tempat penelitian

Dapat dijadikan bahan masukan bagi kepala sekolah dalam pembinaan remaja untuk menjalankan fungsi resproduksi secara bertanggung jawab. 3. Bagi peneliti

Dapat memberikan deskripsi yang akurat tentang perilaku seks menyimpangan remaja.

4. Bagi Institusi Pendidikan

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

2. Tingkat Pengetahuan Didalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam (6) tingkatan, Yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

(16)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu sruktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

(Notoadmodjo, 2003).

B. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan

(17)

a. Respondent respons atau reflesive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

ransangan-ransangan (stimulus tertentu).

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu (Notoadmodjo, 2003).

2. Bentuk Perilaku

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain (Notoadmodjo, 2007).

Menurut Notoadmodjo 2003, perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

1. Perubahan alamiah (natural change)

(18)

perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya akan berubah.

2. Perubahan terencana (planned change)

Perubahan ini memang karena direncanakan subjek. 3. Kesediaan untuk berubah (readdiness change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima perubahan tersebut (berubah perilaku) dan sebagian orang lagi sangat lambat. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan yang berbeda-beda untuk berubah.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didsari pengetahuan alan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980). Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga (3) faktor utama yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

(19)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,tokoh agama,dan para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoadmodjo, 2003).

4. Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru atau berperilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b Interest, yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus.

c. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

(20)

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

WHO (1974) membeikan defenisi tentang remaja konseptual. Dalam defenisi tesebut dikemukakan bahwa remaja dikemukakan dalam tiga kriteia yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Kriteria biologis yaitu individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual skundernya sampai pada saat ia mencapai kematangan seksual. Kriteria psikologis yaitu individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak sampai dewasa. Kriteria Sosial ekonomi yaitu penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2008)

Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan psikologis serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).

2. Tahap Perkembangan Remaja

Dalam Proses penyusuaian diri menuju kedewasaan, ada tida tahap perkembangan remaja yaitu :

a. Masa praemaja (remaja awal)

Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat, Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada remaja sehingga sering kali masa ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya.

(21)

Masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hjidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami, teman yang dapat merasakan suka dan dukanya.

c. Masa remaja akhir

Pada masa ini remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah tepenuhilah tugas-tugas pekembangan masa maja, sehingga masuklah individu ke dalam masa dewasa (Yusuf, 2007).

D. Perilaku Seks

Menurut Sarwono (2008), yang dimaksud dengan perilaku seks adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk tingkah laku dapat berupa berkencan, bercumbu dan bersenggama.

1. Perilaku Seksual Remaja

(22)

Sebagian kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Kebingungan ini akan menimbulkan suatu perilaku seksual yang kurang sehat di kalangan remaja. Pemahaman yang benar tentang seksualitas manusia amat diperlukan khususnya untuk para remaja demi perilaku seksualnya di masa dewasa sampai mereka menikah dan memiliki anak.

Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan social kultural. Berdasarkan faktor-faktor tersebut aktivitas seksual remaja erat kaitannya dengan faktor-faktor itu. Beberapa aktivitas sosial yang sering dijumpai pada remaja yaitu sentuhan seksual, membangkitkan gairah seksual seks oral, seks anal, masturbasi dan hubungan heteroseksual (Soetjiningsih, 2004).

2. Perilaku Seks Menyimpang

Adapun perilaku seks menyimpang adalah sebagai berikut :

1. French Kiss, yaitu berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk

menggunakan lidah.

2. Hickey, yaitu menghisap atau menggigit pasangan dengan gemes sehingga

menyebabkan sebuah tanda merah atau memar.

3. Necking, yaitu ciuman serta pelukan yang lebih mendalam.

(23)

5. Foreplay, yaitu merangsang secara seksual melalui ciuman, necking, dan petting

dalam persiapan untuk melakukan hubungan intim.

6. Hubungan intim, yaitu bersatunya dua orang secara seksual, dimana penis laki-laki yang ereksi masuk ke dalam vagina perempuan.

(Windy dan Nugraha, 2006).

3. Dampak Perilaku Seks Menyimpang

Defenisi Perilaku menyimpang adalah menyimpang terhadap aturan orangtua dan terhadap tata krama, atau norma yang dilanggar. Perilaku seks menyimpang merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa adanya hubungan pernikahan (Sarwono, 2008). Adapun dampak perilaku seks adalah :

a. Kehamilan yang tidak diharapkan

Hubungan seks bebas atau seks pra nikah yang dilakukan remaja secara tidak bertanggung jawab terbukti telah banyak mengakibatkan kehamilan tak diharapkan (KTD). Banyak KTD diakhiri dengan aborsi. Aborsi selain dapat merusak organ reproduksi remaja perempuan juga dapat menyebabkan kematian.

1. Menurut Prof. Biran Affandi, sekitar 2,1-2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% diantaranya remaja.

2. Aborsi dikalangan remaja sering kali dilakukan dengan cara tidak aman seperti memijat, minum jamu, dan memasukkan benda kedalam jalan lahir.

b. Penyakit menular seksual (PMS) dan HIV / AIDS.

(24)

AIDS. Apabila PMS tidak diobati secara tepat maka dapat meningkatkan resiko kemandulan, kanker leher rahim, dan lain-lain (BKKBN, 2006).

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Menyimpang Pada Remaja 1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido

seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

2. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).

3. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan ransangan melalui media massa dengan adanya teknologi canggih (Video Casette, VCD, photo, telepon genggam, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.

(25)

mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

6. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria (Sarwono, 2008).

Seorang remaja melakukan hubungan hubungan seks diluar nikah atau perilaku seks menyimpangan terbagi dalam beberapa faktor, yaitu:

a. Meningkatnya libido seksual

Meningkatnya libido seksual atau energi seksual berkaitan erat dengan kematangan fisik.

b. Penundaan usia kawin

Penundaan usia kawin memberikan pembatasan untuk melakukan aktivitas seksual. Kecenderungan masyarakat meningkatkan usia perkawinan didukung oleh pertimbangan pada usia di bawah 20 tahun untuk wanita akan mengalami resiko tinggi

c. Tabu/Larangan

Kebiasaan dan norma-norma yang membatasi aktivitas seksual remaja. Dalam masyarakat hubungan seks diluar perkawinan tidak hanya dianggap tidak baik tetapi juga tidak boleh ada.

d. Kurangnya informasi tentang seks

(26)

lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya.

e . Pergaulan bebas

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja berhubungan dengan rendahnya pemantauan orang tua tehadap remaja, yang membuat komunikasi antara orangtua dengan remaja tidak tebuka (Sarwono, 2008). Adapun tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi perilaku seks menyimpang pada Remaja

a. Tindakan Preventif 1). Internal

Mengupayakan melakukan pencegahan oleh diri remaja itu sendiri. Antara lain dengan cara : meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; mengupayakan mengenal diri dan menanamkan kepercayaan pada diri dengan cara mengidentifikasi minat, bakat, potensi,dan menyalurkannya pada aktivitas positif dalam mengisi waktu luang; mengidentifikasikan diri dengan lingkungan pergaulan yang positif dan produktif, menyaring berbagai informasi yang masuk, dan belajar disiplin.

2).. Eksternal

(27)

orang tua harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis, mengembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif, menunjukkan penghargaan secara terbuka, dan melatih anak untuk mengekspresikan dirinya ; orang tua dan masyarakat memperhatikan sarana dan prasarana rekreasi yang tepat dan sehat bagi remaja, mendorong remaja terhadap latihan penyaluran kreativitas, dan melaksanakan pembinaan psikososial edukatif. b. Tindakan preservative.

Orang tua dan masyarakat berupaya memotivasi anak remaja dengan cara mempertahankan dan mengembangkan kondisi-kondisi yang positif yang telah dimiliki remaja atau yang telah dilakukan remaja. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan remaja.

c. Tindakan rehabilitatif

Orang tua dan masyarakat secara proaktif mengidetifikasi kondisi remaja dilingkungannya dengan cara:

1).. Menyelidiki apakah remaja itu tergolong berperilaku sehat secara sosial-psikologis

2). Latar belakang apa yang menyebabkan remaja berperilaku menyimpang, apakah faktor lingkungan keluarga, sekolah, teman, atau lainnya.

(28)

4). Salurkan remaja terhadap pelatihan keterampilan dan kembangkan pengetahuan serta tanamkan mental untuk dapat mandiri, bertanggung jawab, dan aktif kreatif.

d. Tindakan korektif

Orang tua memberikan penanganan yang efektif dan tepat atas gangguan yang dialami remaja. Misalnya dengan memberikan terapi, baik psikologis, spiritual dan medis, maupun secara sosial-psikologis (Iriany, 2006).

F. Efek Samping Seks Menyimpang Bagi Kesehatan Alat Reproduksi Remaja Remaja yang sedang mencari identitas diri telah sangat mudah menerima informasi dunia yang berkaitan dengan masalah fungsi alat reproduksinya sehingga cenderung menjurus kearah pelaksanaan hubungan seksual yang semakin bebas. Dalam melakukan hubungan seksual sebagian remaja tidak terlindung dari dua kemungkinan yang dapat terjadi yaitu kehamilan yang tidak dikehendaki dan penyakit hubungan seksual yang dapat menjurus kearah kearah penyakit radang panggul (PRP) atau Pelvic

inflammatory Diseases. Dua masalah ini menjadi topik utama yang dihadapi remaja

dalam mencari identitas yang akan menjerumuskan remaja pada kesulitan pemecahan masalah. Kedua masalah tersebut nyata memberi dampak yang merugikan dalam menghadapi masa depan yang lebih baik.

(29)

Kejadian penyakit radang panggul semakin meningkat berkaitan dengan makin bebasnya hubungan seksual pranikah yang melanda dunia dan terutama terjadi pada remaja. Informasi yang makin cepat dalam berbagai bentuk telah menyebabkan dunia semakin menjadi milik remaja. Demikian pula informasi tentang kebudayaan hubungan seksual telah mmpengaruhi kaum remaja termasuk Indonesia, sehingga telah terjadi suatu revolusi yang menjurus makin bebasnya hubungan seksual pranikah. Anggapan bahwa remaja yang sedang dalam pendidikan dengan usia muda terbebas dari masalah infeksi alat genetalia (kelamin), harus ditinggalkan, karena masalah tersebut laksana fenomena gunung es, dimana hanya permukaannya saja yang tampak sedangkan kejadian sebenarnya cukup merisaukan setiap orang dan keluarga yang mempunyai remaja (Manuaba, 1998).

G. Penyakit Infeksi Menular Seksual

Penyakit kelamin adalah penyakit yang cara penularannya melalui hubungan kelamin. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut, tidak semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diluar alat kelamin, yang tergolong penyakit ini adalah sifilis,

gonore, ulkus mola.

(30)

menimbulkan berbagai manifestasi klinik yang kompleks. Disamping itu penyakit ini masih belum dapat ditemukan pengobatannya sehingga berakhir dengan kematian yang menggenaskan (Manuaba, 1998).

H. Remaja Dan Infeksi Menular Seksual

Infeksi Menular Seksual merupakan golongan penyakit yang terbesar jumlahnya dan sering di derita oleh kelompok remaja. Dorongan aktivitas seksual yang tinggi di kalangan remaja menyebabkan seringnya mereka bertukar pasangan akibatnya berisiko tertularnya Infeksi Menular Seksual. Faktor-faktor yang berpengaruh meningkatnya risiko penularan IMS pada remaja yaitu :

1. Faktor psikologis dan perkembangan

Berbagai perkembangan terjadi dari waktu baru meningkat remaja (11-15 tahun) sampai remaja mendekati dewasa, termasuk perkembangan psikologis dan kognitif. Pada intinya golongan umur yang lebih muda mempunyai kemampuan berpikir yang lebih sederhana, cenderung lebih konkrit, lebih perhatian pada ha-hal yang terjadi disekitarnya pada saat sekarang dan tidak mampu berpikir konseptual, misalnya tentang apa yang akan terjadi pada masa mendatang akibat perbuatan hari ini, sehingga tidak berpikir untuk melakukan pencegahan atau berhati-hati untuk menghindarinya.

2. Faktor legal dan etik

(31)

memberikan pandangan-pandangan yang lebih baik dan bimbingan yang positif sehingga remaja itu insaf dan menjadi lebih baik kembali.

3. Pelayanan kesehatan khusus remaja

Banyak remaja yang merasa malu bila tempat pengobatan infeksi menular seksual bercampur dengan orang dewasa. Perasaan malu itu menyebabkan keengganan remaja untuk memeriksakan dirinya dan memilih untuk melakukan pengobatan sendiri, yang mungkin menyebabkan penyakitnya tidak sembuh karena komplikasi penyakit, keracunan obat atau menambah resistensi obat-obatan. Ditempat perawatan khususnya remaja, disamping pengobatan yang diberikan juga dapat memberikan berbagai infomasi yang dibutuhkan bagi remaja, misalnya pendidikan kesehatan reproduksi, bahaya penyalah gunaan obat, dan konsultasi yang berkaitan dengan masalah-masalah remaja lainnya.

I. Pencegahan Infeksi Menular Seksual Pada Remaja

Dalam pencegahan infeksi menular seksual kegiatan pokok yang perlu dilakukan seperti komunikasi, informasi dan edukasi. Berbagai institusi formal dan non formal sangat perlu dilakukan pertemuan yang terkait untuk melaksanakan upaya penanggulangan infeksi menular seksual melalui :

1. Program sekolah

(32)

seks, kehamilan yang tidak dikehendaki, bahaya-bahaya pengguguran kandungan. Kita juga dapat memberikan penekanan pada adapt dan budaya ketimuran tentang seksualitas yang menyangkut norma perkawinan dan norma agama. Sungguh banyak yang dapat diinformasikan melalui sekolah kepada para remaja, namun harus diakui bahwa waktu dan kurikulum sekolah sangatlah terbatas untuk memberikan semua yang kita anggap diperlukan oleh para remaja termasuk dari aspek kesehatan reproduksi.

2. Luar Sekolah

KIE juga sangat mungkin diberikan di luar sekolah seperti himpunan muda-mudi, seperti organisasi pramuka yang sudah dikenal sebagai organisasi pembinaan mental yang sangat baik, yang dapat digunakan sebagai arena penyampaian pesan-pesan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas yang sehat. Pembinaan luar sekolah yang amat penting adalah di dalam keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang penting peranannya dalam menumbuhkan anak menjadi remaja yang sehat secara biologis, psikologis, dan sosial termasuk seksualitas yang sehat.

3. Media Masa

(33)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang (Notoatmodjo, 2007), seperti yang tergambar dalam kerangka konsep berikut ini:

Pengetahuan Remaja

Mengenai Perilaku Seks Menyimpang dan Efeknya Bagi Kesehatan Reproduksi.

Pengetahuan Remaja

 Perilaku Seks Menyimpang

 Dampak Perilaku Seks Menyimpang

 Efeknya Bagi Kesehatan Reproduksi.

(34)

B. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

Umur Batas usia

responden yang dihitung sejak seorang itu lahir sampai saat ini.

Kuesioner Pengisian Kuesioner Tahun Rasio Pengetahuan Remaja Segala sesuatu yang remaja ketahui setelah melakukan, melihat, mendengarkan sesuatu hal. Kuesioner Pengisian Kuesioner -Baik, bila persentase jawaban 76 %-100 % -Cukup, bila persentase jawaban 56 %- 75 % -Kurang, bila persentase jawaban < 55 % Ordinal Perilaku Seks Menyimpang Aktivitas seks yang tidak dibenarkan pada usia remaja Kuesioner Pengisian Kuesioner -Baik, bila persentase jawaban 76 %-100 % -Cukup, bila persentase jawaban 56 %- 75 % -Kurang, bila

persentase jawaban < 55 %

(35)

Dampak Perilaku Seks Akibat yang ditimbulkan dari seks menyimpang Kuesioner Pengisian Kuesioner -Baik, bila persentase jawaban 76 %-100 % -Cukup, bila persentase jawaban 56 %- 75 %

-Kurang, bila persentase jawaban < 55 % Ordinal Efek Seks Bagi Kesehatan Reproduksi

Efek dari seks menyimpang terhadap kesehatan reproduksi Kuesioner Pengisian Kuesioner -Baik, bila persentase jawaban 76 %-100 % -Cukup, bila persentase jawaban 56 %- 75 %

-Kurang, bila persentase jawaban < 55 % Ordinal Penyakit Menular Akibat Hubungan Seksual Penyakit yang ditimbulkan akibat hubungan seksual Kuesioner Pengisian Kuesioner Baik, bila persentase jawaban 76 %-100 % -Cukup, bila persentase jawaban 56 %- 75 %

-Kurang, bila persentase jawaban < 55 %

(36)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data primer, dimana data diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi di SLTP Budi Murni 2 Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009.

B Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek yang menjadi objek atau sasaran penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja (kelas 3) sebanyak 44 orang di SLTP Budi Murni 2 Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009.

2. Sampel

Sampel adalah keseluruhan objek yang diteliti dengan menggunakan Total sampling atau sampel jenuh.

C. Lokasi Penelitian

(37)

D. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan bulan februari minggu kedua tahun 2009.

E. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada ketua pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Sumatera Utara, dan mengajukan permohonan izin ke SLTP Budi Murni 2 Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo, sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan.

Kepada calon responden, peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembaran kuesioner tersebut. Data-data yang diperoleh akan digunakan semata-mata demi perkembangan ilmu pengetahuan.

Setelah calon responden memahami serta menerima maksud dan tujuan peneliti, maka subjek secara sukarela menandatangani lembar persetujuan (informed

consent) dan dilanjutkan dengan pengisian kuesioner.

F. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun dan dirubah oleh peneliti dengan mengacu kepada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Instrument penelitian berupa kuesioner terdiri dari 2 bagian berisi data demografi dan pengetahuan.

(38)

Kuesioner dan data demografi menggunakan skala guttmen dengan memilihan jawaban “ya” atau ‘tidak”. Jika “ya” nilainya 1, jika jawaban “tidak” diberi nilai 0. jumlah soal 30, sehingga nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah 0 (Hidayat, 2007).

2. Validitas dan Reabilitas

Uji validitas pada kuesioner ini menggunakan uji validitas isi (Content validity). yang dimaksud dengan validitas isi adalah substansi pengukuran itu betul-betul mewakili konsep yang sudah dirumuskan dalam definisi operasional, yang didasarkan pada landasan teori (Machfoedz. et al. 2005).

Selain itu, content validity ini dilakukan dengan berkonsultasi pada yang ahli, dimana dalam hal ini dilakukan dengan dokter spesialis obgyn ginekologi, yang tujuannya agar pertanyaan-pertanyaan dalam alat ukur itu tidak menyimpang dari konsep isi yang hendak di ukur. pada uji validitas ini pertanyaan yang dirubah adalah pertanyaan 2, 27. uji validitas dengan menggunakan SPSS dinyatakan nilai CITC (Correction Item Total Correction) dibandingkan dengan nilai r tabel ( n-2; 0,05) =0,444. Apabila nilai CITC > r tabel, maka pernyataan dinyatakan valid.

Sedangkan uji realibilitas dilakukan uji coba pada sampel yang sejenis ketika sebelum melakukan penelitian yaitu pada bulan februari sebanyak 20 responden remaja SLTP Negeri 1 di Laubaleng Kabupaten Karo. Uji realibilitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur untuk dapat mengukur secara konsisten sasaran yang akan di ukur. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Cronbach’s alpha dinilai, jika nilai cronbach’s alpha > r tabel, maka instrument dinyatakan reliabel.

(39)

G. Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data berupa data primer. data primer diproleh dari kuesioner yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan beberapa pertanyaan yang ada, kuesioner di isi langsung oleh responden saat itu juga dan setelah kuesioner selesai di isi dikumpulkan kembali.

Beberapa Prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data ini yaitu:

1. Mendapatkan surat izin penelitian dari program studi D-IV Bidan Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

2. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala sekolah di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo.

3. Peneliti melaksanakan pengumpulan data pada bulan februari minggu kedua dengan terlebih dahulu menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan prosedur pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani infoemed consent (surat persetujuan). Kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. 4. Setelah itu dikumpulkan kembali kuesioner yang telah diberikan / disebarkan. H. Analisa Data.

Analisa data menggunakan sistem komputer dengan SPSS untuk melihat variabel univariat. Analisa data dilakukan untuk mengetahui variabel tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Kemudian hasil hitungan persentase dimasukkan ke dalam standar kriteria objektif (Arikunto, 2005).

(40)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil dan pembahasan mengenai pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009.

1. Karakteristik Responden

[image:40.595.111.496.481.634.2]

Hal ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti. data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan persentasenya karakteristik responden dari data demografi meliputi : umur, jenis kelamin.

Tabel 5.1

Karakteristik Umur Remaja di SLTP Budi Murni 2 Pintu Angin.

Umur Remaja Jumlah %

14 - 15 Tahun

21 47,7

16 - 17 Tahun 14 31,8

> 18 Tahun 9 20,5

TOTAL 44 100

Jenis Kelamin %

Perempuan 20 45,5

Laki-laki 24 54,5

TOTAL 44 100

(41)

(20,5%). Remaja yang berdasarkan berjenis kelamin laki-laki yaitu ada sebanyak 24 orang (54,5%) dan paling sedikit remaja perempuan yaitu ada sebanyak 20 orang (45,5%).

2. Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang

Hasil bertujuan untuk melihat tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi yang terdiri dari kategori baik, cukup, dan kurang.

Tabel 5.2

Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang di SLTP Budi Murni 2 Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009

Pengetahuan Tentang Perilaku Seks Menyimpang

Jumlah %

D. Pengetahuan Baik 2 4,5

Pengetahuan Cukup 10 22,7

Pengetahuan Kurang 32 72,7

Jumlah 44 100

Pengetahuan Tentang Dampak Perilaku Seks Menyimpang

Jumlah %

Pengetahuan Baik 4 9,1

Pengetahuan Cukup 25 56,8

Pengetahuan Kurang 15 34,1

Jumlah 44 100

Pengetahuan Tentang Efek Perilaku Seks Menyimpang Bagi Kesehatan

Reproduksi Pengetahuan Tentang

[image:41.595.112.497.436.731.2]
(42)

Pengetahuan Cukup 23 52,7

Pengetahuan Kurang 9 20,0

Jumlah 44 100

Pengetahuan Tentang Penyakit Infeksi Menular Seksual

Pengetahuan Baik 19 43,2

Pengetahuan Cukup 19 43,2

Pengetahuan Kurang 6 13,6

Jumlah 44 100

(43)

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang

Hasil penelitian mengenai pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang pada remaja paling banyak berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang (72,7%) dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan baik sebanyak 2 orang (4,5%).

Berdasarkan hasil yang diperoleh kita dapat mengkalisifikasikan bahwa perilaku remaja ini termasuk perilaku tertutup (covert behavior), yang merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain (Notoadmojo,2007).

(44)

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan ransangan melalui media massa dengan adanya teknologi canggih (Video

Casette, VCD, photo, telepon genggam, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak

terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. Pemahaman yang benar tentang seksualitas manusia amat diperlukan khususnya untuk para remaja demi perilaku seksualnya di masa dewasa sampai mereka menikah dan memiliki anak.

2. Pengetahuan Remaja Tentang Dampak Perilaku Seks Menyimpang

Pengetahuan remaja merupakan hasil dari tahu dari seorang remaja setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan remaja tentang dampak perilaku seks menyimpang yang berpengetahuan cukup sebanyak 25 orang (56,8%), dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (9,1%).

Berdasarkan penelitian ini perlu diantisipasi para remaja tidak terpengaruh pada perilaku seks menyimpangan. Perilaku seks menyimpang merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa adanya hubungan pernikahan (Sarwono, 2008).

(45)

dampak yang dapat diakibatkan dari hubungan seks bebas atau seks pra nikah yang dilakukan secara tidak aman terbukti telah menyebabkan infeksi atau penyakit menular seksual termasuk HIV / AIDS. Apabila PMS tidak diobati secara tepat maka dapat meningkatkan resiko kemandulan, kanker leher rahim (BKKBN, 2006). Dalam mengantisipasi pelajar agar tidak jauh terjebak ke dalam perilaku seks menyimpangan perlu di berikan pengarahan dan bimbingan mengenai kesehatan reproduksi dan pengaruh negatif yang banyak ditimbulkan akibat melakukan hubungan seks pra nikah. Orangtua hendaknya menumbuhkan motivasi psikis yang sehat, untuk menghadapi kehidupan masa mendatang.

3. Pengetahuan Remaja Tentang Efek Perilaku Seks Menyimpang Bagi Kesehatan Reproduksi

Remaja yang sedang mencari identitas diri sangatlah mudah menerima informasi dunia yang berkaitan dengan masalah fungsi alat reproduksinya sehingga cenderung menjurus kearah pelaksanaan hubungan seksual yang semakin bebas. Terjadinya penyakit pada alat reproduksi merupakan kegagalan dalam upaya pencegahan primer yaitu dengan menghindari terjadinya penyakit hubungan seksual. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengetahuan remaja tentang dampak perilaku seks menyimpang bagi kesehatan reproduksi yaitu paling banyak pengetahuan remaja tentang dampak perilaku seks menyimpang bagi kesehatan reproduksi paling banyak yang berpengetahuan cukup sebanyak 23 orang (52,3%), dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang (20%).

(46)

pranikah yang terjadi pada remaja. Informasi yang makin cepat dalam berbagai bentuk telah menyebabkan dunia semakin menjadi milik remaja. Demikian pula informasi tentang kebudayaan hubungan seksual telah mmpengaruhi kaum remaja termasuk Indonesia, sehingga telah terjadi suatu revolusi yang menjurus makin bebasnya hubungan seksual pranikah.

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja berhubungan dengan rendahnya pemantauan orang tua tehadap remaja, yang membuat komunikasi antara orangtua dengan remaja tidak tebuka sehingga remaja mencari sumber informasi yang salah dari temannya. (Sarwono, 2008)

4. Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Infeksi Menular Seksual

Infeksi Menular Seksual merupakan golongan penyakit yang terbesar jumlahnya dan sering di derita oleh kelompok remaja. Dorongan aktivitas seksual yang tinggi di kalangan remaja menyebabkan seringnya mereka bertukar pasangan akibatnya berisiko tertularnya Infeksi Menular Seksual. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh paling banyak pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual paling banyak yang berpengetahuan baik dan cukup masing-masing sebanyak 19 orang (43,2%), dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (13,6%).

(47)

merasa malu bila tempat pengobatan infeksi menular seksual bercampur dengan orang dewasa. Perasaan malu itu menyebabkan keengganan remaja untuk memeriksakan dirinya dan memilih untuk melakukan pengobatan sendiri, yang mungkin menyebabkan penyakitnya tidak sembuh karena komplikasi penyakit, keracunan obat atau menambah resistensi obat-obatan.

Untuk itu disamping pengobatan yang diberikan juga dapat memberikan berbagai infomasi yang dibutuhkan bagi remaja, misalnya pendidikan kesehatan reproduksi, bahaya penyalah gunaan obat, dan konsultasi yang berkaitan dengan masalah-masalah remaja lainnya.

(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitien tentang gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang paling banyak berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang (72,7%) dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan baik sebanyak 2 orang (4,5%).

2. Pengetahuan remaja tentang dampak perilaku seks menyimpang paling banyak berpengetahuan cukup sebanyak 25 orang (56,8%), dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (9,1%). 3. Pengetahuan remaja tentang efek perilaku seks menyimpang bagi kesehatan

reproduksi paling banyak yang berpengetahuan cukup sebanyak 23 orang (52,3%), dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang (20%).

(49)

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagi Remaja

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan remaja tentang dampak perilaku seks menyimpangan bagi kesehatan reproduksinya, agar terhindari dari penyakit infeksi menular seksual.

2. Bagi orang tua

Sebagai bahan informasi bagi para orang tua agar dapat membimbing dan mengarahkan anak remajanya agar dapat menghindari dampak hubungan seks bebas atau seks pra nikah yang dilakukan secara tidak aman bagi masa depan remaja

3. Bagi Institusi / Sekolah

Agar guru di sekolah dapat memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi remaja tentang kesehatan reproduksi remaja dan dampak dari perilaku seks menyimpang.

4. Bagi Penelitian Lanjutan

Sebagai bahan masukan untuk penelitian lanjutan yang sejenis dengan pembahasan variabel yang lebih banyak.

5. Usaha Kesehatan Sekolah

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia Amrillah, 2008, Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas Dan Kualitas

Komunikasi Orangtua Anak Dengan Perilaku Seksual Pranikah,

http://eprints. ums. ac. id.

Arikunto, 2005, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Jakarta : Gramedia Baroroh Ali, 2005, Trik-trik Analisa Statistik dengan SPSS 15. PT.Elex Media Komputindo.

BKKBN, 2006, Infomasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Medan. Hidayat, 2007, Teknik Penelitian. Jakarta : PT. Erlangga.

Iriany, 2006, Dampak dan Penanggulangan Penyimpangan Perilaku Seksual

Remaja.

Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Machfoedz I, 2005, Tehnik Membuat Alat Ukur Penelitian. Jakarta Fitramaya. Notoadmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo, 2007, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetjiningsih, 2004, Tumbuh Kembang Remajadan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Sarlito Wirawan Sarwono, 2008, Psikologi Remaja. Jakarta: PT.Grafindo. Sudarmi, 2008, Membangun Remaja Peduli KRR. Jakarta:

http://www. bkkbn. go. id.

Widya dan Nugraha, 2006, Apa Yang Ingin Diketahui Remaja Tentang Seks. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

(51)

C O N T E N T V A L I D I T I I S I

NAMA : Etti Maria Br Simarmata NIM : 0 8 5 1 0 2 0 9 0

JUDUL : Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang Dan Efeknya Bagi Kesehatan Reproduksi Di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Tahun 2009.

Berdasarkan hal tersebut di atas menyatakan telah melakukan content validiti isi yang dilakukan oleh dokter spesialis obgyn.

Medan, February 2009

(52)

CONTENT VALIDITY INDEKS

NAMA : Etti Maria Br Simarmata NIM :

0 8 5 1 0 2 0 9 0

JUDUL : Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang Dan Efeknya Bagi Kesehatan Reproduksi Di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009.

Skor No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(53)
(54)

FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN

Judul penelitian : Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang dan Efeknya Bagi Kesehatan Reproduksi

Peneliti : Etti Maria Br Simarmata Pembimbing : dr. Ichwanul Adenin, SpOG.

Saya telah diminta dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian yang berjudul pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi di SLTP Budi Murni Pintu Angin di Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009. Oleh peneliti saya diminta untuk memberi keterangan dan diobservasi oleh peneliti meliputi data –data umum, pengetahuan saya mengenai perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi pada usia remaja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi pada remaja. Penelitian ini menjamin identitas dan kerahasiaan jawaban yang remaja berikan dan akan digunakan hanya untuk penelitian dan tidak akan merugikan remaja. Partisipasi remaja-remaja dalam penelitian ini bersifat sukarela.

Tanda Tangan Medan (Responden) (Peneliti)

(55)

KUESIONER PENELITIAN

MAHASISWI D-IV BIDAN PENDIDIK USU 2009

JUDUL : Gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi di SLTP Budi Murni II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009

A. Petunjuk

1. Bacalah terlebih dahulu kuesioner dengan seksama. 2. Jawablah pertanyaan dengan jawaban yang sebenarnya.

3. Jawaban yang akan anda berikan akan dirahasiakan dan pertanyaan ini semata-mata untuk kepentingan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI).

4. Berilah tanda (√ ) pada salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat saudara.

B. Identitas Responden 1. Nomor responden :

2. Umur :

(56)

C. Pengetahuan Tentang Perilaku Seks Menyimpang

No Pernyataan Ya Tidak

1 Menolak hubungan seksual dikarenakan keinginan sendiri atau ajakan teman

2. Ciuman dan pelukan hal yang melanggar norma dan agama.

3. Mau melakukan rangsangan seksual dengan pacar pada saat berduaan.

4. Mengatakan Ya bila pacar mengajak berhubungan seks karena dilarang dalam agama

5. Mampu menahan diri pada saat berpacaran untuk menghindari hubungan seks .karena mengingat akan akibat negatifnya

6. Bersedia diajak teman untuk menonton film porno. 7. Menghindari ajakan teman untuk menonton film

porno dan lebih aktif dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah

8. Mau berkhayal/berfantasi seks dan melakukannya

9. Mau melakukan apa saja terhadap pacar karena kebutuhan raca cinta dan dicintai

10. Menolak ajakan teman untuk pergi ketempat-tempat maksiat seperti diskotik karena akan terjerumus ke dalam perilaku yang merusak masa depan

D. Pengetahuan Tentang Dampak Perilaku Seks Menyimpang

No Pernyataan Ya Tidak

11. Dampak melakukan hubungan seksual pada remaja adalah kehamilan yang tidak dikehendaki

(57)

13. Remaja (usia muda) akan terbebas dari masalah infeksi alat genetalia (kelamin)

14. Dampak hubungan seksual yang tidak diinginkan biasanya diakhiri dengan pengguguran kandungan 15. Penyimpangan seksual pada remaja tidak akan

menyebabkan remaja kehilangan fokus pada cita-cita yang akan diraihnya

E. Pengetahuan Tentang Dampak Perilaku Seks Menyimpang Pada Kesehatan Reproduksi

No Pernyataan Benar Salah

16 Penyimpangan seks yang dilakukan tidak dapat menyebabkan infeksi menular seksual

17 HIV dan AIDS termasuk penyakit yang tidak menular

18 Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit yang melumpuhkan daya tahan tubuh terhadap berbagai bakteri, jamur, protozoa dan virus.

19 Penyakit menular seksual yang tidak diobati secara tepat dapat meningkatkan resiko kemandulan dan kanker leher rahim

20 Kehamilan yang tidak diharapkan akibat aktivitas seksual pra nikah sering kali diakhiri dengan tindakan aborsi

21 Aborsi selain tidak dapat merusak organ reproduksi remaja juga tidak akan menyebabkan kematian

22 Penyakit menular seksual yang tidak diobati secara tepat dapat meningkatkan resiko kemandulan dan kanker leher rahim

23 penyakit radang panggul ini merupakan kegagalan dalam upaya pencegahan primer yaitu dengan menghindari terjadinya penyakit hubungan seksual 24 penyakit radang panggul tidak berkaitan dengan

(58)

F. Pengetahuan Tentang Penyakit Infeksi Menular Seksual

No Pernyataan Benar Salah

25. Dorongan aktivitas seksual yang tinggi di kalangan remaja menyebabkan seringnya mereka bertukar pasangan yang mengakibatkan tertularnya infeksi menular seksual

26. Penyakit hubungan seksual tidak berkaitan dengan perubahan perilaku seksual yang semakin bebas 27. Hubungan seksual dapat menyebakan penyakit

menular seksual jika berkelanjutan dilakukan dapat menjadi AIDS sehingga dapat menyebabkan kematian

28. Penyakit AIDS merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual dan masih belum ditemukan pengobatannya

29. Penyakit AIDS merupakan penyakit yang

melumpuhkan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus. Semua itu terjadi akibat dari hubungan seksual bebas

(59)

Hasil analisa etty.spo hasil uji validitas ety.spo data revisi.sav

responden tahu1 tahu2 tahu3 tahu4 tahu5 tahu6 tahu7 tahu8 tahu9 tahu10 tahu11 tahu12 tahu13 tahu14 tahu15 tahu16 tahu17 tahu18

1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1

3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0

6 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1

7 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0

8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

9 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1

10 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1

14 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1

15 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

17 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0

19 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

r hasil 0,561 0,740 0,610 0,858 0,685 0,731 0,481 0,793 0,489 0,572 0,818 0,637 0,753 0,740 0,710 0,732 0,740 0,610

r tabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444

r alpha 0,964 0,963 0,964 0,962 0,963 0,963 0,965 0,963 0,965 0,964 0,962 0,964 0,963 0,963 0,963 0,963 0,963 0,964

status v v v v v v v v v v v v v v v v v v

UJI COBA VALIDITAS

Ket : Jika nilai r hasil > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid Jika nilai r alpha > r hasil, maka pertanyaan dinyatakan reliabel Jumlah Butir Semula : 30 item pertanyaan Jumlah Butir Gugur : Tidak Ada Jumlah Butir Valid : 30 item valid

(60)

Distribusi Frekuensi

Umur Remaja

21 47.7 47.7 47.7

14 31.8 31.8 79.5

9 20.5 20.5 100.0

44 100.0 100.0 14-15 tahun

16 - 17 tahun > 18 tahun Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Jenis Kelamin Remaja

24 54.5 54.5 54.5

20 45.5 45.5 100.0

44 100.0 100.0 Laki-laki

Perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pengetahuan Tentang Perilaku Seks Menyimpang

32 72.7 72.7 72.7

10 22.7 22.7 95.5

2 4.5 4.5 100.0

44 100.0 100.0 Kurang

Cukup Baik Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pengetahuan Tentang Dampak Perilaku Seks Menyimpang

15 34.1 34.1 34.1

25 56.8 56.8 90.9

4 9.1 9.1 100.0

44 100.0 100.0 Kurang

Cukup Baik Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

(61)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA

PRIBADI

Nama

: Etti Maria Br Simarmata

Tempat / tanggal lahir

: Pintu Angin, 17 Agustus 1986

Jenis

Kelamin

:

Perempuan

Anak Ke

: 4 dari 8 bersaudara

Agama :

Kristen

Protestan

II. DATA

ORANG

TUA

Nama Ayah

: Bindu Simarmata

Pekerjaan

:

Bertani

Nama

Ibu

:

Itten

Br

Sibarani

Pekerjaan

:

Bertani

Alamat :

Jl.

Perbulan

Simpang

Petarum

Pintu Angin.

III. DATA

PENDIDIDKAN

1. Tahun 1991 – 1998

: SD inpres Pintu Angin

2. Tahun 1998 – 2001

: SLTP BUDI MURNI Pintu Angin.

3. Tahun 2001 – 2004

: SMU Negeri 1 Adiannangka Siempat

Nempu Sidikalang.

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2            Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Menyimpang  di

Referensi

Dokumen terkait

SDLC adalah proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan menggunakan model-model dan metodelogi yang digunakan orang untuk mengembangkan

In FSPP, fuzzy numbers can be used to model the uncertain aspects of the The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information

Telah dilakukan analisa kandungan amonia pada limbah cair inlet dan outlet dari beberapa industri kelapa sawit, untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pengolahan limbah tersebut

Seluruh hutang Mestikasawit Intijaya akan lunas apabila seluruh Aset telah terjual kepada Pihak Ketiga dan hasil penjualan tersebut diserahkan kepada CIMB

Reica pada tanggal 1 Januari 2011, bergerak dalam bidang jual beli gula pasir merek “My Sugar”.. Reica mengambil uang untuk keperluan pribadi

 Perlu adanya tambahan dalam desain inkubator agar lebih menarik supaya menambah banyak telur yang akan ditetaskan

Fasilitas kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan penyesuaian sikap kerja seperti sikap kerja duduk membungkuk dan jongkok yang menyebabkan keluhan rasa sakit pada bagian

Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara burnout dengan