PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI
SIPIL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 43 TAHUN 1999
(Studi Kantor Kejaksaan Negeri Medan)Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
NIM : 070200393
DENNY KARTIKA
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI
SIPIL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 43 TAHUN 1999
(Studi Kantor Kejaksaan Negeri Medan)Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
NIM : 070 200 393
DENNY KARTIKA
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara
SURIA NINGSIH, SH.M.Hum NIP.196002141987032002
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Dr. PENDASTAREN TARIGAN,SH.MS SURIA NINGSIH, SH.M.Hum NIP.1954205370121000 NIP.196002141987032002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 1999
(Studi Kantor Kejaksaan Negeri Medan)
ABSTRAK
Denny Kartika*)
Dr. Pendastaren Tarigan,SH.MS**) Suria Ningsih,SH.M.Hum***)
Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi, maka aparatur negara hendaknya dapat bersikap disiplin dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka pendayagunaan aparatur negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan kesejahteraan aparat sangat di perhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas. Dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, di perlukan adanya Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas pemerintahan yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari unsur KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian yang cukup dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa hambatan – hambatan yang ada dalam pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Medan antara lain adalah kurangnya fasilitas serta sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas, kurangnya sistem pengawasan dalam bekerja, sehingga dapat membuka peluang adanya penyimpangan atau pelanggaran disiplin kerja. Selain itu juga belum adanya perangkat hukum yang jelas dan tegas dalam pelanggaran kedisiplinan pegawai. Untuk meningkatkan pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Kejaksaan Negeri Medan telah dilakukan beberapa pendekatan antara lain : pembinaan pegawai pada segi operasional, pengawasan secara langsung maupun secara fungsional dan hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai.
* Mahasiswa Fakultas Hukum USU Nim 070200393
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan
rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kesehatan, kekuatan dan ketekunan
pada penulis sehingga mampu dan berhasil menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan
skripsi ini penulis menyadari terdapatnya kekurangan, namun demikian dengan
berlapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.
Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
dengan ikhlas dalam memberikan bantuan untuk memperoleh bahan-bahan yang
diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum, sebagai Dekan Fakultas Hukum
USU Medan
2. Bapak M. Husni, SH, MH, sebagai Pembantu Dekan III FH. USU Medan
3. Ibu Suria Ningsih, SH.M.Hum, sebagai Ketua Departemen Hukum
Administrasi Negara sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan
skripsi
4. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH.MS sebagai Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
pembuatan skripsi.
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi
menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai
6. Terima kasih yang sebesar-besarnya dari penulis kepada orang tua tercinta
ayahanda Eddy, SH.M.Hum dan Ibunda Adelina serta abangnda M. Heriyadi,
SE yang telah memberikan sangat banyak dukungan moril, materil, dan kasih
sayang mereka yang tak pernah putus sampai sekarang dan selamanya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, hanya Allah SWT
yang dapat membalas budi baik semuanya.
Semoga ilmu yang penulis telah peroleh selama ini dapat bermakna dan
berkah bagi penulis dalam hal penulis ingin menggapai cita-cita.
Medan, Desember 2011 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I : P E N D A H U L U A N ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Keaslian Penelitian ... 8
E. Tinjauan Pustaka ... 8
F. Metode Penelitian ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL ... 15
A. Pengertian Disiplin Kerja ... 15
B. Dasar Hukum Pelaksananan Disiplin Pegawai Negeri Sipil 18 C. Tanggung Jawab Pegawai Negeri Sipil ... 21
BAB III : TINJAUAN TENTANG SANKSI DALAM PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL . 25 A. Tinjauan Terhadap Bagian Kepegawaian Kejaksaan Negeri Medan ... 25
1. Tugas dan Fungsi Kejaksaan ... 25
2. Susunan Organisasi Kejaksaan Negeri Medan ... 31
B. Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin ... 35
C. Pejabat Yang Berwenang Menjatuhkan Hukuman ... 52
BAB IV : PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANTOR KEJAKSAAN NEGERI
MEDAN ... 59
A. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kejaksaan Negeri Medan ... 59
B. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Pelaksanaan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kejaksaan Negeri Medan ... 61
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 1999
(Studi Kantor Kejaksaan Negeri Medan)
ABSTRAK
Denny Kartika*)
Dr. Pendastaren Tarigan,SH.MS**) Suria Ningsih,SH.M.Hum***)
Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi, maka aparatur negara hendaknya dapat bersikap disiplin dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka pendayagunaan aparatur negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan kesejahteraan aparat sangat di perhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas. Dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, di perlukan adanya Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas pemerintahan yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari unsur KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian yang cukup dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa hambatan – hambatan yang ada dalam pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Medan antara lain adalah kurangnya fasilitas serta sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas, kurangnya sistem pengawasan dalam bekerja, sehingga dapat membuka peluang adanya penyimpangan atau pelanggaran disiplin kerja. Selain itu juga belum adanya perangkat hukum yang jelas dan tegas dalam pelanggaran kedisiplinan pegawai. Untuk meningkatkan pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Kejaksaan Negeri Medan telah dilakukan beberapa pendekatan antara lain : pembinaan pegawai pada segi operasional, pengawasan secara langsung maupun secara fungsional dan hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai.
* Mahasiswa Fakultas Hukum USU Nim 070200393
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki
kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan
prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi, maka aparatur
negara hendaknya dapat bersikap disiplin dalam mewujudkan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa.
Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka pendayagunaan aparatur
negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi
pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan
kesejahteraan aparat sangat di perhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas.
Undang-Undang Pokok Kepegawaian yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun
1974 telah dirubah melalui Undang-Undang No.43 Tahun 1999 tentang Pegawai
Negeri Sipil adalah suatu landasan hukum untuk menjamin pegawai negeri dan
dapat di jadikan dasar untuk mengatur penyusunan aparatur negara yang baik dan
benar. Penyusunan aparatur negara menuju kepada administrasi yang baik sangat
bergantung kepada kualitas pegawai negeri dan mutu kerapian organisasi aparatur
itu sendiri.
Dapat di ketahui bahwa kedudukan Pegawai Negeri Sipil adalah sangat
penting dan menentukan. Berhasil tidaknya misi dari pemerintah tergantung dari
menyelenggarakan pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita pembangunann
nasional.
Tujuan pembangunan nasional sebagaimana telah termaktub didalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ialah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan ,
perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan
pembangunan tersebut dapat di capai dengan melalui pembangunan nasional yang
direncanakan dengan terarah dan realitas serta dilaksanakan secara bertahap,
bersungguh-sungguh.
Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur, merata dan berkesinambungan yang
berdasarkan pada Pancasila di dalam wadah negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan
nasional terutama tergantung pada kesempurnaan pegawai negeri. Dalam rangka
usaha mencapai tujuan nasional tersebut di atas diperlukan adanya pegawai negeri
yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, negara dan pemerintah bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya
guna dan berhasil guna, berkualitas tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan akan
tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat.
Untuk mewujudkan pegawai negeri sebagaimana tersebut di atas maka perlu
adanya pembinaan dengan sebaik–baiknya atas dasar system karier dan system
Sistem karir adalah suatu sistem kepegawaian di mana suatu pengangkatan
pertama di dasrkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedangkan di dalam
pengembangannya selanjutnya yang dapat menjadi pertimbangan adalah masa
kerja, kesetiaan , pengabdian serta syarat–syarat objektif lainnya.
Adapun sistem prestasi kerja adalah sistem kepegawaian, dimana
pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan atau untuk kenaikan
pangkat di dasrkan atas kecakapan dan prestasi kerja yang di capai oleh pegawai.
Kecakapan tersebut harus dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas dan
prestasidi buktikan secara nyata dan sistem prestasi kerja ini tidak memberikan
penghargaan terhadap masa kerja.
Pegawai negeri bukan saja unsur aparat negara tetapi juga merupakan abdi
negara dan abdi masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja
untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu dalam pelaksanaan pembinaan
pegawai negeri bukan saja di lihat dan diperlakukan sebagai Aparatur Negara,
tetapi juga di lihat dan diperlakukan sebagai warga negara. Hal ini mengandung
pengertian, bahwa dalam melaksanakan pembinaan hendaknya sejauh mungkin
diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai
negeri sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan antara
kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan, maka
kepentingan dinaslah yang harus diutamakan.
Pengertian negara yang bersih, kuat dan berwibawa yaitu aparatur yang
seluruh tindakannya dapat di petanggung jawabkan, baik dilihat dari segi moral
serta tidak mengutamakan orientasi kekuasaan yang ada dalam dirinya untuk
melayani kepentingan umum dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan nasional.
Tetapi kadang kenyataannnya, berdasarkan pada observasi mengenai
pembangunan menunjukan bahwa hambatan pelaksanaan pembangunan terkadang
justru muncul dari kalangan aparatur negara sendiri. Hal ini sebagaimana di
ungkapkan oleh The Liang Gie adalah sebagai berikut :
Dalam praktek, Pegawai Negeri Indonesia pada umumnya masih banyak kekurangan yaitu kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai, sehingga dapat menghambat kelancaran pemerintahan dan pembangunan nasional, antara lain adalah masih adanya jiwa kepegawaian dengan berfikir mengikuti kebiasaan bagian, bukan terletak pada kesatuan yang harmonis melainkan kesatuan pada bagian–bagian tersendiri, mempunyai bentuk dan corak yang berbeda serta kurang menghargai ketepatan waktu.1
1
The Liang Gie, Cara Bekerja Efisien, Karya Kencana, Yogyakarta, 2001, hal.17
Jiwa kepegawaian yang mempunyai sifat seperti tersebut di atas akan
berakibat negatif terhadap prestasi kerja pegawai negeri yang bersangkutan karena
tidak adanya pengembangan pola pikir kerja sama dan pemakaian kelengkapan
peralatan dalam mendukung kelancaran tugas.
Berdasarkan pada hal tersebut, Pegawai Negeri Indonesia dipandang masih
banyak kekurangan yaitu kurang adanya menghargai waktu, mengefisienkan
tenaga dan kedisiplinan kerja.
Kaitannya dengan pembinaan pegawai antara lain pembangunan aparatur
pemerintahan diarahkan pada peningkatan kualitas, efisien, dan efektif dalam
Sedangkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil diatur dalam pasal 12 ayat (2)
UU No. 43 tahun 1999 sebagai berikut :
Agar Pegawai Negeri Sipil dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh yaitu suatu pengaturan pembinaan yang berlaku baik Pegawai Negeri Sipil pusat maupun Pegawai Negeri Sipil yang ada ditingkat daerah. Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil pusat dengan sendirinya berlaku pula pada Pegawai Negeri yang ada ditingkat daerah, kecuali ditentukan lain oleh Undang Undang. Selain dari pada itu perlu dilaksanakan usaha penertiban dan pembinaan Aparatur Negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, kepegawaian maupun sarana dan fasilitas kerja, sehingga keseluruhan Aparatur Negara baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah benar benar merupakan Aparatur yang ampuh, berwibawa, kuat, berdayaguna, penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang Undang 1945, Negara dan Pemerintah
Terkait dengan pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah
diamanatkan dalam Undang-Undang No.43 tahun 1999 tersebut, maka salah satu
faktor yang dipandang sangat penting dan prinsipil dalam mewujudkan Aparatur
Negara yang bersih dan berwibawa adalah masalah kedisiplinan para Pegawai
Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pemerintahan sebagai abdi negara dan
abdi masyarakat.
Dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut,
sebenarnya pemerintah telah memberikan suatu kebijaksanaan dengan di
keluarkannya Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 yaitu tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparat pemerintah dan abdi masyarakat
diharapkan selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung
jawabnya dengan baik, akan tetapi sering terjadi di dalam suatu instansi
pemerintah pegawainya melakukan pelanggaran disiplin seperti datang terlambat,
penyimpangan lainnya yang menimbulkan kurang efektifnya pegawai yang
bersangkutan.
Dengan adanya pelanggaran disiplin sebagaimana tersebut di atas, yang
kesemuanya menunjukkan adanya pelanggaran terhadap disiplin kerja pegawai
yang menimbulkan suatu pertanyaan yaitu apakah pelanggaran pelanggaran
tersebut sudah sdemikian membudaya sehingga sulit untuk di adakan pembinaaan
atau penertiban sebagaimana telah di atur dalam Undang-Undang No. 43 Tahun
1999.
Kaitannya dengan kedisiplinan, Kejaksaan Negeri sebagai lembaga
penegak hukum, maka kedisiplinan pegawai sangat penting untuk menciptakan
pemerintah yang bersih dan berwibawa.
Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, maka untuk mewujudkan
aparatur Pemerintahan yang bersih dan berwibawa, kedisiplinan Pegawai Negeri
Sipil merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan, Pegawai Negeri Sipil
sebagai Aparat Pemerintah, abdi negara dan abdi masyarakat harus bisa menjadi
suri tauladan terhadap masyarakat secara keseluruhan, sehingga masyarakat dapat
percaya terhadap peran Pegawai Negeri Sipil.
Berdasarkan uraian tersebut itulah penulis tertarik untuk mengadakan
B. Perumusan Masalah
Adapun beberapa permasalahan yang akan diteliti, yaitu:
1. Bagaimana penerapan Undang-Undang No.43 Tahun 1999
kaitannya dengan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan
Kejaksaan Negeri Medan
2. Bagaimana penerapan sanksi dalam pelanggaran disiplin pegawai
negeri sipil
3. Bagaimana pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kejaksaan Negeri Medan.
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui penerapan Undang-Undang No.43 Tahun 1999 kaitannya
dengan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Kejaksaan Negeri
Medan.
2. Untuk mengetahui penerapan sanksi dalam pelanggaran disiplin pegawai
negeri sipil.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kejaksaan Negeri Medan
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini, adalah :
1. Secara teoritis, bahwa Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
2. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam memecahkan permasalahan meningkatkan kedisiplinan
Pegawai Negeri Sipil.
D. Keaslian Penelitian
Penulisan dilakukan atas inisiatif penulis sendiri dengan berbagai masukan
dari pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulisan ini belum
pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
sebelumnya. Kalaupun skripsi ini pernah ada, maka perbedaan terletak pada
pokok permasalahan serta lokasi penelitian yang berbeda pula.
E. Tinjauan Pustaka
Selamat Saksono mengemukakan bahwa :
Manajemen kepegawaian adalah seni dan ilmu perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu atu dengan kata lain manajemen kepegawaian adalah suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana memberikan fasilitas untuk mempelajari cara bagaimana memberikan fasilitas untuk mengembangkan kemampuan dan rasa partisipasi pekerja dalam suatu kesatuan aktivitas demi tercapainya tujuan.2
Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan
tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan,
pengembangan kualitas, penempatan promosi, penggajian dan pemberhentian.3
Manajemen Pegawai Negeri Sipil diatur dalam UU Nomor. 43 Tahun
1999. Pengertian tentang Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara
2
Slamet Saksono, Administrasi Kepegawaian, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hal.14
3
Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat seperti telah ditentukan, diangkat
oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan manajemen Pegawai Negeri Sipil dibentuk Badan Kepegawaian
Negara (BKN) di Daerah dibentuk Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai
perangkat daerah. Presiden sebagai kepala pemerintahan adalah pembina seluruh
PNS Baik pusat maupun daerah.4
a. Memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
Di dalam Pasal 1 huruf (a) UU No.43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil adalah mereka atau
seseorang yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam jabatannegeri atau disertahi tugas-tugas negeri lainnya yang
ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan serta digaji menurut
peraturan yang berlaku.
Berdasarkan pada ketentuan tersebut di atas, maka unsur-unsur yang harus
dipenuhi agar seseorang dapat disebut sebagai pegawai negeri adalah :
b. Diangkat oleh pejabat yang berwenang.
c. Diserahi tugas dalam jabatan negeri.
d. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan menurut Pasal 2 ayat (2) UU No.43 Tahun 1999, maka
Pegawai Negeri berdasar pada difinisi dalam pasal 1 huruf (a) terdiri dari :
4
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Kemudian di dalam Pasal 2 ayat (2) dinyatakan pula bahwa Pegawai
Negeri Sipil terdiri dari :
a.Pegawai Negeri Sipil Pusat
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah
c.Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (2) dari UU No. 43 Tahun
1999 ditegaskan bahwa :
a. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah :
1) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah
Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,
Instansi Vertikal di Daerah-daerah, dan Kepanitiaan Pengadilan.
2) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada Perusahaan Bawahan.
3) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan pada
Daerah Otonom.
4) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan yang diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain, seperti
Perusahaan Umum, Yayasan dan lain-lain.
b. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri
c. Organisasi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan, oleh sebab itu organisasi
harus selalu disesuaikan dengan perkembangan tugas pokok dalam mencapai
tujuan. Berkaitan dengan itu ada kemungkinan bahwa arti Pegawai Negeri
Sipil akan berkembang di kemudian hari. Kemungkinan perkembangan ini
harus diletakkan landasannya dalam undang-undang.
Di dalam Penjelasan Pasal 2 dari UU No.43 Tahun 1999 dijelaskan bahwa,
Pegawai Negeri adalah pelaksana peraturan perundang-undangan, oleh sebab itu
Pegawai Negeri yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri
Sipil Daerah wajib berusaha agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati
oleh mayarakat.
Berdasarkan pada pengertian tersebut, Pegawai Negeri mempunyai
kewajiban untuk memberikan contoh yang baik dalam mentaati dan melaksanakan
segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan
peraturan perundang-undangan pada umumnya kepada Pegawai Negeri diberikan
tugas kedinasan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Pada prinsipnya pemberian tugas kedinasan itu adalah merupakan
kepercayaan dari atasan yang berwenang dengan harapan bahwa tugas itu akan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan demikian maka, setiap Pegawai
Negeri wajib melaksanakan tugas kedinasan yang telah dipercayakan kepadanya
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
F. Metode Penelitian
Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu
terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode
penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian. Dengan
demikian metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Kejaksaan Negeri Medan Jalan Adinegoro No. 1
Medan.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penulisan skripsi ini, dikaji dari beberapa sumber, antara
lain:
a. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sendiri.
yang diperoleh langsung dari masyarakat dengan jalan pengamatan
interview/wawancara.
b. Data Skunder yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan, dengan
menelaah buku literature, undang-undang, brosur/tulisan yang ada
kaitannya dengan masalah yang diteliti.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara membaca
bahan-bahan kepustakaan atau buku-buku yang berkaitan dengan topik yang
diteliti. Dalam hal ini bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan masalah
yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dan Peraturan
b. Studi lapangan
Metode pengumpulan data dengan cara studi lapangan dimaksudkan agar
memperoleh data yang dilakukan dengan cara wawancara atau interview
dengan pihak yang berkompeten dalam menangani disiplin Pegawai
Negeri di lingkungan Kejaksaan Negeri Medan. Wawancara dilakukan
untuk mengungkap data mengenai hambatan-hambatan yang terjadi dalam
pelaksanaan peraturan disiplin Pegawai Negeri di lingkungan Kejaksaan
Negeri Medan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab yang dibagi dalam
sub-bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Manfaat dan
Tujuan Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode
Penelitian dan Sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI
SIPIL.
Bab ini terdiri dari sub bab : Pengertian Disiplin Kerja, Dasar Hukum
Pelaksanaan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Tanggung Jawab Pegawai
Negeri Sipil.
BAB III : TINJAUAN TENTANG SANKSI DALAM PELANGGARAN
Bab ini terdiri dari sub bab : Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin,
Pejabat Yang Mempunyai Wewenang Menghukum, Berlakunya
Putusan Hukuman Disiplin.
BAB IV : PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI
SIPIL DI KANTOR KEJAKSAAN NEGERI MEDAN.
Bab ini terdiri dari sub bab : Tinjauan terhadap Bagian Kepegawaian
Kejaksaan Negeri Medan, Tugas dan Fungsi Kejaksaan, Susunan
Organisasi Kejaksaan Negeri Medan, Faktor Penghambat dalam
Pelaksanaan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kejaksaan
Negeri Medan, Upaya-Upaya yang Dilakukan Dalam Pelaksanaan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kejaksaan Negeri Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Disiplin Kerja
Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun
arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin
“Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta
pengembangan tabiat. jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap
yang layak terhadap pekerjaan.5
Di dalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan disiplin adalah “sikap mental yang tercermin dalam perbuatan,
tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau
ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan Pemerintah atau etik,
norma serta kaidah yang berlaku dalam masyarakat”.6
Sedangkan menurut Sutopo Yuwono di dalam bukunya yang berjudul
Dasar-Dasar Produksi, diungkapkan bahwa disiplin adalah sikap kejiwaan
seseorang atau kelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti
atau mematuhi keputusan yang telah ditetapkan.7
Selanjutnya Alfred R. Lateiner dan I.S. Levine telah memberikan definisi
antara lain, disiplin merupakan suatu kekuatan yang selalu berkembang di tubuh
para pekerja yang membuat mereka dapat mematuhi keputusan dan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.8
5
I.G. Wursanto, Managemen Kepegawaian. Kenisisus, Yogyakarta, 1989, hal. 108
6
Wirjo Surachmad, Wawasan Kerja Aparatur Negara, Pustaka Jaya, Jakarta, 1993, hal. 24
7
Nurlita Witarsa, Dasar-Dasar Produksi, Karunika, Jakarta, 1988, hal. 102
8
Di samping beberapa pengertian mengenai disiplin pegawai tersebut di atas,
A.S. Moenir mengemukakan bahwa “Disiplin adalah ketaatan yang sikapnya
impersonal, tidak memakai perasan dan tidak memakai perhitungan pamrih atau
kepentingan pribadi.9
1. Disiplin yang bersifat positif.
Kaitannya dengan kedisiplinan, Astrid S. Susanto juga mengemukakan
sesuai dengan keadaan di dalam setiap organisasi, maka disiplin dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) macam yaitu :
2. Disiplin yang bersifat negatif. 10
Merupakan tugas seorang pemimpin untuk mengusahakan terwujudnya
suatu disiplin yang mempunyai sifat positif, dengan demikian dapat
menghindarkan adanya disiplin yang bersifat negatif.
Disiplin positif merupakan suatu hasil pendidikan, kebiasaan atau tradisi
dimana seseorang dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan, adapun disiplin
negatif sebagai unsur di dalam sikap patuh yang disebabkan oleh adanya perasaan
takut akan hukuman.
Adapun ukuran tingkat disiplin pegawai menurut I.S. Levine, adalah sebagai
berikut :
Apabila pegawai datang dengan teratur dan tepat waktu, apabila mereka berpakaian serba baik dan tepat pada pekerjaannya, apabila mereka mempergunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati, apabila menghasilkan jumlah dan cara kerja yang ditentukan oleh kantor atau perusahaan, dan selesai pada waktunya.11
9
A.S. Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian,
Gunung Agung, Jakarta, 1983, hal. 152.
10
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Aksara, Jakarta, 1974, hal 305.
11
Berdasarkan pada pengertian tersebut di atas, maka tolok ukur pengertian
kedisiplinan kerja pegawai adalah sebagai berikut :
1. Kepatuhan terhadap jam-jam kerja.
2. Kepatuhan terhadap instruksi dari atasan, serta pada peraturan dan tata tertib
yang berlaku.
3. Berpakaian yang baik pada tempat kerja dan menggunakan tanda pengenal
instansi.
4. Menggunakan dan memelihara bahan-bahan dan alat-alat perlengkapan kantor
dengan penuh hati-hati.
5. Bekerja dengan mengikuti cara-cara bekerja yang telah ditentukan.
Selanjutnya untuk lebih memperjelas arti dan makna displin kerja, Alex S.
Nitisemito antara lain mengemukakan, bahwa kedisiplinan lebih dapat diartikan
suatu sikap atau perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau instansi yang bersangkutan baik secara
tertulis maupun tidak tertulis. 12
1. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
berlaku, serta melaksanakan perintah-perintah kedinasan yang diberikan oleh
atasan yang berhak.
Adapun menurut peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil sebagimana telah
dimuat di dalam Bab II Pasal (2) UU No.43 Tahun 1999, ada beberapa keharusan
yang harus dilaksanakan yaitu :
2. Melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya serta memberikan pelayanan yang
12
baik terhadap masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya.
3. Menggunakan dan memelihara barang-barang dinas dengan sebaik-baiknya.
4. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama
Pegawai Negeri Sipil dan atasannya.
Dengan demikian, maka disiplin kerja merupakan praktek secara nyata
dari para pegawai terhadap perangkat peraturan yang tedapat dalam suatu
organisasi. Dalam hal ini disiplin tidak hanya dalam bentuk ketaatan saja
melainkan juga tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi, berdasarkan pada
hal tersebut diharapkan efektifitas pegawai akan meningkat dan bersikap serta
bertingkah laku disiplin.
Kedisiplinan pegawai dapat ditegakkan apabila peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan itu dapat diatasi oleh sebagian besar pegawainya dalam
kenyataan, bahwa dalam suatu instansi apabila sebagian besar pegawainya
mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan, maka disiplin pegawai sudah
dapat ditegakan.
B. Dasar Hukum Pelaksananan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta
untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur Pemerintah yang bersih dan
berwibawa diperlukan adanya suatu perangkat Peraturan Disiplin yang memuat
pokok-pokok kewajiban, larangan dan sanksi apabila suatu kewajiban tersebut
tidak ditaati atau adanya suatu pelanggaran-pelanggaran dalam menjalankan
Adapun yang menjadi dasar-dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai
Negeri Sipil adalah sebagi berikut :
1. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
(Lembaga Negara Tahun 1974 No 8, Tambahan Lembaran Negara No 3041).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pembatasan Kegiatan
Pegawai Negeri dalam Usaha Swasta (Lembaran Negara Nomor 8 Tahun
1974, tambahan Lembaran Negara Nomor 3201).
3. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 yaitu tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipi
4. Keputusan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 02 Tahun
1999 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pegawai Negeri Sipil yang menjadi
Anggota Partai Politik.
5. Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1980 tentang Badan Pertimbangan
Kepegawaian.
6. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nomor 23/SE/1980,
tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Selain beberapa peraturan atau perangkat kebijaksanaan tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil tersebut di atas, masih ada peraturan perundang-undangan
lain yang mengatur tentang kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, peraturan tersebut
adalah :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
Negeri Sipil.
3. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 1974 tentang beberapa Pembatasan
Kegiatan Pegawai Negeri Sipil dalam Rangka Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Kesederhanaan Hidup.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 jo. Peraturan Pemerintah Nomor
45 Tahun 1990 tentang Ijin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri
Sipil.
Dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri tersebut di atas,
diharapkan memberikan dukungan atau dorongan agar supaya Pegawai Negeri
Sipil bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Namun dasar hukum ini dirasa masih kurang tanpa didukung oleh sikap
dan mental dari para pegawai itu sendiri, oleh karena itu diperlukan adanya
pembinaan para Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah dijelaskan di dalam
Penjelasan pasal 12 dari UU No. 43 tahun 1999 yaitu bahwa, agar Pegawai Negeri
Sipil dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka
perlu diatur pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh, yaitu suatu
peraturan pembinaan yang berlaku baik bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun
Pegawai Negeri Sipil yang ada di Daerah. Dengan demikian peraturan
perundang-undangan yang berlaku di tingkat pusat akan berlaku di tingkat daerah, kecuali
ditentukan lain.
Selain itu perlu dilaksanakan usaha penerbitan dan pembinaan Aparatur
Negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, fasilitas dan sarana untuk
C. Tanggung Jawab Pegawai Negeri Sipil
Berdasarkan pada sifat kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut, maka
dapat diartikan bahwa sikap dan tindakan Pegawai Negeri Sipil di dalam dinas
harus sesuai dengan sumpah dan jabatan, yaitu untuk memelihara penghargaan
dan kepercayaan masyarakat kepada korps pegawai. Dengan melalaikan tugas dan
kewajiban berarti mereka harus memberikan pertanggungan jawab atas tugas yang
diberikan kepadanya.
Adapun pertanggungan jawab pegawai dapat dibedakan ke dalam 3 (tiga)
bagian, yaitu :
1. Pertanggungjawaban Kepidanaan
Mengenai pertanggungan jawab pidana bagi pegawai, sebagian beaar
diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu dalam buku II titel
XXVIII – Pasal 413 - 437 mengenai kejahatan jabatan dan buku ke III Titel VIII –
Pasal 2 552-559 mengenai pelanggaran jabatan.
Pelanggaran jabatan tidak berarti pelanggaran dari peraturan jabatan,
melainkan merupakan perbuatan pidana seperti yang disebut di dalam kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Hanya suatu perbuatan pidana yang termasuk
dalam salah satu pasal tersebut adalah suatu pelanggaran jabatan. Suatu perbuatan
lain, meskipun ada hubungannya dengan jabatan, tetapi tidak termasuk dalam
salah satu pasal tersebut, tidak merupakan suatu pelanggaran jabatan.13
13
Selain hal tersebut di atas, didalam buku ke I Title 1 – Pasal 7 KUH
Pidana juga disinggung mengenai kejahatan jabatan yang antara lain, bahwa
aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap pejabat
yang diluar Indonesia yang melakukan perbuatan pidana.
Kejahatan jabatan yang dimaksudkan di atas hanya dapat dilakukan oleh
seorang yang mempunyai kedudukan (status) Pegawai Negeri. Unsur Pegawai
Negeri di sini adalah mutlak, hal ini juga sama dengan pelanggaran jabatan yang
dimaksudkan.
2. Pertanggungan Jawab Keuangan / Keperdataan
Pertanggungan jawab keuangan atau keperdataan yang dimaksud di sini
adalah tanggung jawab pegawai untuk kerugian yang dinilai dengan uang, yang
ditimbulkan oleh pegawai tersebut dalam melakukan tugas baik kerugian itu ada
pada pemerintah sendiri maupun ada pada pihak ketiga.14
14
Ibid, hal. 45
Pertanggungjawaban keuangan dapat diperinci yaitu, semua Pegawai
Negeri (bukan bendaharawan) yang dalma tugasnya selalu demikian, melakukan
perbuatan melawan hukum atau mengabaikan tugas yang mereka harus lakukan,
baik secara langsung maupun tidak langsung merugikan negara, diharuskan
mengganti kerugian itu.
Tuntutan ganti rugi tersebut, terhadap pegawai negeri yang terjadi karena
perbuatan itu dalam sangkut pautnya dengan jabatan sebagai Pegawai Negeri atau
Adapun tindakan-tindakan yang menyebabkan kerugian bagi Negara
antara lain dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu :
a. Tindakan Perseorangan
Tindakan ini dilakukan oleh Pegawai Negeri (ada sangkut pautnya dengan
jabatan), yang menyebabkan negara menderita kerugian.
b. Tindakan yang Menguntungkan Pihak Lain
Tindakan ini pada umumnya tidak sengaja, sebab terjadi karena kelalaian /
kekhilafan Pegawai Negeri yang bersangkutan di dalam melakukan tugas.
c. Tindakan yang Membebani Negara secara Berlebihan
Pengertian berlebihan di sini adalah apabila adanya dua / lebih pilihan untuk
melakukan tindakan yang berakibat membebani anggaran belanja negara lebih
mahal dari yang semetinya.
d. Tindakan yang Merugikan Pihak Lain
Yaitu suatu tindakan seorang Pegawai Negeri, sehingga pihak lain menderita
kerugian dan menuntut ganti rugi kepada Negara.
e. Tindakan yang Mempermudah Kemungkinan Timbulnya Tindakan
Pegawai Lain
Suatu tindakan yang misalnya adalah pegawai negeri yang bertugas
melakukan pengawasan / pemeriksaan, di mana karena kurang teliti, sehingga
berakibat pegawai lain dapat melakukan kecurangan, korupsi, penggelapan dan
lain sebagainya, sehingga dapat merugikan negara.15
15
3. Pertanggungan Jawab Disiplin Administrasi
Tanggung jawab disipliner atau administratif adalah tanggung jawab
Pegawai Negeri yang tidak memenuhi kewajiban di dalam dinasnya. Pejabat
ditempatkan di bawah disiplin jabatan, pelanggaran jabatan dapat mengakibatkan
hukuman jabatan, bahkan pemberhentian (dengan catatan “tidak terhormat”) dari
jabatan.
Di dalam UU No.43 Tahun 1999, hal ini telah diatur di dalam Pasal 23
ayat (3) a, yaitu : Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan tidak dengan hormat,
karena melanggar sumpah atau janji Pegawai Negeri Sipil atau Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan disiplin adalah suatu peraturan yang memuat keharusan,
larangan dan sanksi, apabila keharusan tidak dilaksanakan atau larangan tersebut
dilanggar, maka akan mendapat sanksi atau hukuman.16
16
BAB III
TINJAUAN TENTANG SANKSI DALAM PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
A. Tinjauan Terhadap Bagian Kepegawaian Kejaksaan Negeri Medan 1. Tugas dan Fungsi Kejaksaan
Menurut Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia bahwa :
a. Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam Undang-Undang ini
disebut kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan
undang-undang.
b. Kekuasaan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
merdeka.
c. Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah satu dan tidak
terpisahkan
Menurut Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia bahwa :
a. Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung.
b. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa bertindak untuk dan atas
nama negara serta bertanggung jawab menurut saluran hierarki.
c. Demi keadilan dan kebenaran berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, jaksa
d. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa senantiasa bertindak
berdasarkan hukum dengan mengindahkan norma-norma keagamaan,
kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan yang hidup dalam masyarakat, serta senantiasa menjaga
kehormatan dan martabat profesinya.
e. Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), jaksa
diduga melakukan tindak pidana maka pemanggilan, pemeriksaan,
penggeledahan, penangkapan, dan penahanan terhadap jaksa yang
bersangkutan hanya dapat dilakukan atas izin Jaksa Agung.
Pasal 30 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004
Tentang Kejaksaan Republik Indonesia bahwa :
a. Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:
1) Melakukan penuntutan
2) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
3) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat
4) Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
5) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
b. Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama
negara atau pemerintah.
c. Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan :
1) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat
2) Pengamanan kebijakan penegakan hukum
3) Pengawasan peredaran barang cetakan
4) Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
dan negara
5) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama
6) Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal
Berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia No.
KEP-035/J.A/3/1992, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia, di dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa, Kejaksaan adalah lembaga
pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara terutama di bidang penuntutan
dalam tata susunan kekuasaan badan-badan hukum dan keadilan.
Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan bahwa, tugas pokok Kejaksaan adalah
melaksanakan kekuasaan negara di bidang dan tugas-tugas lain berdasarkan pada
peraturan perundang-undangan serta turut menyelenggarakan sebagian tugas
umum pemerintahan dan pembangunan di bidang hukum.
Adapun untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kejaksaan mempunyai
a. Merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis, pemberian
bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan umum yang telah ditetapkan oleh
Presiden.
b. Menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana,
pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan ketatalaksanaan serta
pengelolaan atas milik negara yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Melakukan kegiatan pelaksanaan penegakkan hukum baik secara preventif
maupun represif yang berintikan keadilan di bidang pidana, melakukan dan
atau turut menyelenggarakan intelijen yustisial di bidang ketertiban dan
ketentraman umum, memberikan bantuan, pertimbangan, pelayanan, dan
penegakkan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan
hukum dan tugas lain, untuk menjamin kepastian hukum kewibawaan
pemerintah dan menyelamatkan kekayaan negara, berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan umum yang telah ditetapkan oleh
Presiden.
d. Menempatkan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan hakim
karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat
membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri.
e. Memberikan pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah di pusat dan
daerah dan turut menyusun peraturan perundang-undangan serta
f. Menyelenggarakan koordinasi, bimbingan dan atau petunjuk teknis serta
pengawasan baik atas pelaksanaan tugas pokoknya berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Presiden
(Pasal 3).
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut di atas, Kejaksaan
dituntut mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan
kebenaran huku, mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan dan
kesusilaan serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan
yang hidup dalam masyarakat.
Untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dalam
pembangunan, Jaksa Agung dapat menugaskan petugas Kejaksaan pada lembaga
negara, atau lembaga-lembaga lainnya yang ada di daerah. Kejaksaan di daerah
terdiri dari :
a. Kejaksaan Tinggi
Kejaksaan Tinggi adalah kejaksaan yang berkedudukan di Ibukota Propinsi
dan daerah hukumnya meliputi wilayah Propinsi yang bersangkutan, dipimpin
oleh Kepala Kejaksaan Tinggi yang bertanggung jawab langsung kepada Jaksa
Agung.
b. KejaksaanNegeri
Kejaksaan Negeri adalah kejaksaan yang ada di daerah berkedudukan di
Ibukota Kabupaten atau Kotamadia atau di Kota Administratif, dan daerah
hukumnya meliputi wilayah Kabupaten, Kotamadia atau Kota Administratif
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 689,
Surat Keputusan Jaksa Agung No. 035/J.A/3/1992 tersebut di atas, Kejaksaan
Negeri mempunyai fungsi :
a. Merumuskan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, berupa pemberian
bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan tugasnya.
b. Menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana ,
pembinaan manajemen administrasi , organisasi, ketata laksanaan dan
pengelolaan atas milik negara yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan penegakan hukum baik
preventif dan represif yang berintikan keadilan di bidang pidana, melakukan
dan turut menyelenggarakan intelejen yustisial di bidang ketertiban dan
ketentraman umum, memberikan bantuan, pertimbangan, pelayanan dan
penegakan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan
hukum dan tugas- tugas lain untuk menjamin kepastian hukum, kewibawaan
pemerintah dan menyelamatkan kekayaan negara berdasarkan peraturan
perundang – undangan dan kebijaksanaan jaksa agung.
d. Menempatkan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan hakim
karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat
membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri.
e. Memberikan pertimbangan hukum kepada instasi pemerintah di aderah dan
turut menyusun peraturan perundang – undangan serta meningkatkan
f. Menyelenggarakan koordinasi, bimbingan dan atau petunjuk teknis serta
pengawasan baik ke dalam maupun instasi terkait atas pelaksanaan tugas.
g. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi dan
melaksanakan tugas – tugas sesuai petunjukKepala Kejaksaan Negeri.
2. Susunan Organisasi Kejaksaan Negeri Medan
Di dalam Pasal 691 dari Surat Keputusan Jaksa Agung No. 034 / J.A / 3 /
1992 di sebutkan bahwa pola organisasi dari Kejaksaan Negeri terdiri dari :
a. Kejaksaan Negeri tipe A
b. Kejaksaan Negeri tipe B
Hal tesebut di dasrkan pada kedudukan, beban tugas atau kekhususan suatu
daerah.
Adapun Kejaksaan Negeri tipe A tersebut terdiri dari :
a. Kepala Kejaksaan Negeri
b. Sub Bagian Pembinaan
c. Seksi Intelejen
d. Seksi Tindak Pidana Umum
e. Seksi Tindak Pidana Khusus
f. Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara
g. Pemeriksa
Kemudian dari sub bagian, seksi dan pemeriksa masing –masing di pimpin
oleh seorang Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Pemeriksa yang bertanggung
Berdasarkan susunan organisasi tersebut, Kepala Kejaksaan Negeri
mempunyai tugas :
a. Memimpin dan mengendalikan Kejaksaan Negeri dalam melaksanakan tugas,
wewenang dan fungsi kejaksaan di daerah hukumnya serta membina aparatur
Kejaksaan di lingkungan Kejaksaan Negeri yang bersangkutan agar berdaya
guna dan berhasil guna.
b. Melakukan dan atau mengendalikan kebijaksanaan pelaksanaan penegakan
hukum dan keadilan baik preventif dan represif yang menjadi tanggung
jawabnya di daerah hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Jaksa Agung.
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, pra penuntutan, eksekusi dan tindakan
hukum lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
d. Melakukan dan mengkoordinasikan penanganan perkara pidana tertentu
dengan instasi terkait meliputi penyelidikan, penyidikan dan melaksanakan
tugas-tugas yustisial lain berdasarkan peraturan perundang – undangan yang
berlaku dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
e. Melakukan pencegahan dan pelarangan terhadap orang yang terlibat dalam
suatu perkara pidana untuk masuk di dalam atau di luar, meninggalkan
wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia, peredaran barang cetakan yang
dapat mengganggu ketertiban umum, penyalahgunaan dan atau penodaan
ketertiban masyarakat dan negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
f. Melakukan tindakan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara, mewakili
pemerintah dan negara di dalam dan di luar pegadilan sebagai usaha
menelamatkan kekayaan negara baik di dalam maupun di luar negeri
berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
g. Membina dan melakukan kerjasama dengan instasi pemerintah dan organisasi
lain di daerah hukumnya untuk memecahkan permasalahan yang timbul
terutama yang menjadi tanggung jawabnya.
h. Memberikan perijinan sesuai dengan bidang tugasnya dan melaksanakan
tugas-tugas lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
i. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi serta
melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan petunjuk Kepala Kejaksaan
Tinggi.
Untuk melaksanakan pembinaan manajemen dan pengelolaan ketata
usahaan kepegawaian, bagian pembinaan mempunyai fungsi :
a. Melakukan organisasi, integrasi dan sinkronisasi serta membina kerja sama
seluruh satuan kerja di lingkungan Kejaksaan Negeri di bidang administrasi.
b. Melakukan pembinaan organisasi dan tata laksana urusan ketatausahaan dan
mengelola keuangan, kepegawaian, perlengkapan, milik negara yang menjadi
c. Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan, ketrampilan dan
integritas kepribadian aparat Kejaksaan di daerah hukumnya.
d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala Kejaksaan Negeri serta
melaksanakan tugas-tugas lain sesuai petunjuk Kepala Kejaksaan Negeri.
Berkaitan dengan peningkatan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, maka
dalam melaksanakan kegiatan suatu organisasi administrasi pemerintah pada
umumnya, atasan mempunyai beban berat untuk melakukan pengawasan terhadap
bawahannya, hal ini sebagaimana telah dirumuskan didalam pasal 411 Keputusan
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 035 hal.46 Tahun 1997 tentang susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia yang menyatakan
bahwa, Jaksa Agung Muda Pengawasan mempunyai tugas dan wewenang
melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas rutin dan pembangunan semua
unsur Kejaksaan agar berjalan sesuai dengan peraturan perundang –undangan,
rencana kerja, program kerja Kejaksaan serta kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
jaksa Agung.
Untuk melaksanakan tugas dan wewenang, sebagai mana telah di maksud
didalam pasal 412 dari Surat Keputusan tersebut, maka Jaksa Agung Muda
pengawasan mempunyai fungsi :
a. Merumuskan kebijaksanaan teknis pengawasan di lingkungan Kejaksaan.
b. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pengamatan, penelitian,
pengujian, penilaian, pemberian bimbingan, penertiban atas pelaksanaan tugas
rutin dan pembangunan semua unsur Kejaksaan.
penyalah gunaan jabatan dan mengusulkan penindakan terhadap pegawai
Kejaksaan yang terbukti melakukan tindakan pidana.
Berdasarkan susunan organisasi di Lembaga Kejaksaan Negeri serta
berfungsinya Jaksa Agung Muda Pengawasan diharapkan dapat terwujud suatu
kedisiplinan.
B. Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin
Pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan adalah merupakan
pelanggaran disiplin. Pelanggaran yang dilakukan bisa berupa ucapan, tulisan
maupun perbuatan. Sebagai bentuk pelanggaran ucapan itu adalah setiap kata-kata
yang diucapkan dihadapan atau dapat didengar oleh orang lain seperti rapat,
ceramah, diskusi, telepon, radio, televisi, rekaman atau alat komunikasi lainnya.
Sedangkan tulisan adalah pernyataan pikiran atau perasaan secara baik dalam
bentuk huruf-huruf (tulisan) maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan dan
lain-lain yang serupa dengan itu. Adapun yang dimaksud dengan perbuatan adalah
setiap tingkah laku, sikap atau tindakan.
Dikatakan sebagai pelanggaran disiplin menurut Pasal 1 angka 3 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati
kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang
dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja..17
17
Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin dapat dijatuhi
hukum disiplin oleh pejabat yang berwenang. Penjatuhan hukuman disiplin tidak
mengurangi ketentuan yang berlaku dalam hukum pidana, artinya jika yang
bersangkutan dalam pelanggarannya itu mengandung juga perbuatan pidana, maka
di samping hukuman disiplin juga dapat dikenakan hukuman pidana sesuai
dengan Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jadi ada perbedaan antara
hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan hukuman pidana bagi Pegawai
Negeri Sipil, yakni hukuman disiplin dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang
(atasan dari Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan) yang jenis-jenisnya tersebut
di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil sedangkan hukuman pidananya hanya
dapat dijatuhkan oleh hakim yang jenis-jenisnya terdapat dalam Pasal 10 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Hukuman pidana bagi Pegawai Negeri Sipil
dapat dikenakan jika yang bersangkutan melakukan kejahatan jabatan,
pelanggaran jabatan atau korupsi.
Dalam rangka memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, maka
tindakan kepolisian sebagai penyidik terhadap Pegawai Negeri Sipil hendaknya
dilakukan dengan tertib dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dalamkaitan ini apabila seorang Pegawai Negeri Sipil diperiksa,
ditangkap dan atau ditahan sementara oleh pejabat yang berwajib karena disangka
melakukan tindak pidana, maka pejabat yang berwajib tersebut secepat mungkin
Kemudian menurut Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil,
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukuman disiplin adalah hukuman yang
dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
Selanjutnya dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan pula
mengenai tingkat dan jenis hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil, adapun
tingkat dan jenis hukuman disiplin tersebut adalah :
1. Hukuman disiplin ringan, yaitu hukuman yang dapat berupa :
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis
2. Hukuman disiplin sedang, yang jenis-jenisnya terdiri dari :
a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun
b. Penurunan gaji yang besarnya satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling
lama satu tahun
c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun
3. Hukuman disiplin berat, yang jenis-jenisnya terdiri dari :
a. Penurunan pangkat pada pegawai yang setingkat lebih rendah untuk paling
lama satu tahun
c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
Pegawai Negeri Sipil
d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil menentukan kriteria yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan
tingkat-tingkat pelanggaran, artinya apakah sesuatu yang dianggap sebagai
pelanggaran dengan ancaman hukuman disiplin ringan, sedang atau berat
ditentukan kriterianya.
Tingkat dan jenis hukuman disiplin menurut Peraturan Pemerintah No. 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah :
1. Hukuman disiplin ringan apabila:
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Pemerintah, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada unit kerja.
b. Menaati segala peraturan perundang-undangan, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja
c. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
d. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
e. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja.
f. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja.
g. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan Negara, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
unit kerja.
h. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja
i. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:
1) Teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 5 (lima) hari kerja
2) Teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang
sah selama 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja.
3) Pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah selama 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima
j. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
k. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
l. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan
dengan tidak sengaja.
m. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila
pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja.
n. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
2. Hukuman sedang dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
a. Mengucapkan sumpah/janji PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 1, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang
sah.
b. Mengucapkan sumpah/janji jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 2, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang
c. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negative bagi
instansi yang bersangkutan
d. Menaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak
negatif bagi instansi yang bersangkutan
e. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan.
f. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila
pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan.
g. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi
yang bersangkutan.
h. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
i. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,
apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang
bersangkutan.
j. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.
k. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:
1) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang
tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas)
sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja.
2) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang
tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 (dua puluh satu)
sampai dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja.
3) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah elama 1 (satu) tahun bagi
PNS yang tidak asuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 (dua puluh
enam) sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja.
l. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana
kerja pada akhir tahun hanya mencapai 25% (dua puluh lima
persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen).
m. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan.
n. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
o. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan
dengan sengaja.
p. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila
pelanggaran dilakukan dengan sengaja.
q. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.
3. Hukuman berat dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan