• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Manifestasi Oral Pengguna Narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Manifestasi Oral Pengguna Narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI MANIFESTASI ORAL PENGGUNA NARKOBA

DI PANTI SOSIAL PARMADI PUTRA (PSPP) INSYAF

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

KHAERA CAMELIYA

Nim: 110600044

Dosen Pembimbing:

Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2015

Khaera Cameliya

Prevalensi Manifestasi Oral Pengguna Narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara.

xi + 62 halaman

(3)

TMJ (62%). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa manifetasi oral pada pengguna narkoba di rongga mulut merupakan kasus yang cukup banyak dialami di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf sehingga usaha preventif, kuratif, dan rehabilitatif sangat diperlukan bagi mereka agar tetap mendapatkan kualitas rongga mulut yang baik serta menjaga kesehatan rongga mulutnya.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan Dihadapan tim penguji skripsi

Medan, Mei 2015

Pembimbing Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan penguji pada tanggal 22 Mei 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan berkah, anugerah, dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, ayahanda Prof. Dr. H. Cholidi Zainuddin, MA dan Ibunda Hj. Zuraidah Azkia, M.HI atas segala kasih sayang, doa, dukungan, dan bantuan moril maupun materil yang senantiasa diberikan. Kepada kedua kakak dan adik penulis, Khaeru Amaly, SE., Ahmad Khaeril Irfan, dr., dan Rahmat Rido Robby atas segala dukungan dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

Selama pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati dan tulus mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku Ketua Departemen Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen penguji skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberi masukan kepada penulis.

(7)

4. Nurdiana, drg., Sp.PM selaku dosen penguji skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ariyani, drg., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis selama menjalani pendidikan akademis.

6. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf dan pegawai di Departemen Penyakit Mulut atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

7. Kepala Pimpinan Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf yang telah memberikan izin dan kemudahan kepada penulis selama penelitian berlangsung.

8. Kepada pasien Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf yang telah bersedia, membantu, dan bekerja sama mulai dari awal sampai akhir penelitian berlangsung.

9. Aldrian, Cindy, Fatin, Jenny, Karina, Kiirtana, Shamini, Rizka, Victor, dan Windy serta teman teman seperjuangan skripsi di Departemen Penyakit Mulut FKG USU yang telah saling membantu dan memberikan semangat.

10.Kepada seluruh sahabat penulis, Agnes Siagian, Artauli Octaviana, Dina Manurung, Dytha Debrina, Elisabeth S, Frischa Novita, Neggy, Jessica Imelda, Lulu Fanty, Octavina Sitorus dan seluruh teman-teman FKG USU Angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

11.Kepada Adinda, Ayu, Adel, Dara, Denny, Eka, Fajar, Farah, Febrina, Keyke, Liyana, Metha, Novita, dan seluruh keluarga besar HMI Komisariat FKG USU.

12.Pihak-pihak lainnya yang tidak disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi, dan masyarakat.

Medan, Mei 2015 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ………...

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengertian Narkoba dan Penggolongannya ... 5

2.2 Dampak Penggunaan Narkoba pada Tubuh ... 11

2.2.1 Dampak pada Kesehatan Umum ... 11

2.2.2 Dampak pada Kesehatan Rongga Mulut... 12

2.3 Kerangka Teori ... 17

2.4 Kerangka Konsep ... 18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 19

3.1 Jenis Penelitian... 19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi Penelitian ... 19

3.4 Besar Sampel ... 20

3.5 Sampel Penelitian ... 20

3.5.1 Kriteria Inklusi ... 20

(9)

3.6 Variabel Penelitian ... 21

3.6.1 Variabel Bebas ... 21

3.6.2 Variabel Tergantung ... 21

3.6.3 Variabel Tidak Terkendali ... 21

3.7 Definisi Operasional ... 22

3.8 Alat dan Bahan Penelitian ... 26

3.8.1 Alat ... 26

3.8.2 Bahan ... 26

3.9 Cara Pengumpulan Data ... 27

3.9.1 Pengisian Kuesioner... 27

3.9.2 Pemeriksaan Rongga Mulut ... 27

3.10 Pengolahan dan Analisis Data ... 27

3.11 Etika Penelitian ... 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN ……….... 29

BAB 5 PEMBAHASAN ………. 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 41

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Distribusi dan frekuensi pengguna narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf berdasarkan jenis kelamin dan usia……….

29

2 Distribusi dan frekuensi lama pemakaian

narkoba ……… …………

30

3 Distribusi dan frekuensi jenis narkoba yang

dikonsumsi……...

30

4 Distribusi dan frekuensi jumlah narkoba yang

dikonsumsi ……… …………....

31

5 Distribusi dan frekuensi penggunaan narkoba yang

dikonsumsi perbulan ……….

31

6 Distribusi dan frekuensi cara penggunaan narkoba yang dikonsumsi ………

32

7 Distribusi dan frekuensi manifestasi oral akiat pemakaian narkoba ………..

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

2. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent) 3. Alur Penelitian

4. Lembar Pemeriksaan Pasien dan Kuesioner Pendahuluan 5. Lembar Pemeriksaan Pasien dan Kuesioner Penelitian 6. Surat Persetujuan Komisi Etik

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif berbahaya lainnya. Narkoba merupakan bahan atau zat yang dimasukkan ke tubuh manusia dengan cara diminum, dihirup, ataupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, perasaan, perilaku, serta menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis.1

Banyak konsep dan definisi operasional penyalahgunaan narkoba. Menurut Ritter dan Anthony, coba pakai didefinisikan jika frekuensi penggunaan 6 kali atau kurang per tahun. Todorov et al. menetapkan penggunaan 5 kali atau kurang per tahun sebagai mencoba, lebih dari 5 kali per tahun sebagai lebih dari mencoba, dan setiap hari selama minimal 2 minggu sebagai pengguna teratur. Sedangkan menurut Meyer, konsumsi narkoba lebih dari satu kali sehari dalam waktu 10 sampai 14 hari atau lebih termasuk ketergantungan obat. 2

Secara global diperkirakan tahun 2010 dengan jumlah 153 sampai 300 juta orang dengan usia 15-64 tahun (3,4–6,6% dari populasi dunia dari kelompok usia tersebut) telah menggunakan narkoba setidaknya pada tahun sebelumnya.3 Di Indonesia terjadi pergeseran prevalensi penyalahgunaan narkoba disetiap provinsi jika membandingkan tahun 2008 dengan 2011. Terjadi kenaikan prevalensi sebesar 12% dari tahun 2008 ke 2011. Kenaikan kenaikan yang tinggi di Provinsi DKI Jakarta mencapai angka 70% atau dari 4,1% menjadi 7,0%. Provinsi Sumatera Utara dan Kalimantan Timur juga terjadi peningkatan angka prevalensi yang cukup tinggi yaitu sekitar 50% mulai tahun 2008.4

Napitulu dan Ginting menyatakan bahwa shabu adalah jenis narkotika yang paling banyak disalahgunakan dengan angka 68%. Diikuti dengan narkotika jenis ganja pada angka 26%. Jenis heroin dan ekstasi pada urutan terakhir dengan angka 3%.5

(13)

keluhan masalah kesehatan. Lima masalah kesehatan yang sering dialami, yaitu mual (45%), selera makan berkurang (48%), sesak dada (43%), sakit ulu hati (36%), dan lelah berkepanjangan (35%).2 Sensasi atau efek jangka pendek yang berhubungan antara penyalahgunaan narkoba dengan kesehatan umum dapat dilihat dengan baik.6

Salah satu masalah umum pengguna narkoba yaitu gangguan kesehatan rongga mulut yang membutuhkan perhatian serius karena adanya keterkaitan antara kecanduan dengan komplikasi rongga mulut, namun di sisi lain penggunaan narkoba juga dapat mengurangi rasa sakit.7 Berdasarkan pengakuan dari seorang informan, ia telah mengalami berbagai masalah gigi. Masalah yang berbeda-beda pada manifestasi rongga mulut sesuai dengan yang mereka konsumsi menjadi fokus dari kecanduan mereka seperti kasus klasik meth mouth.8

Penyalahgunaan narkoba mengakibatkan berbagai masalah kesehatan rongga mulut. Sekitar 95% mengalami gejala mulut kering. Mulut kering merupakan istilah umum yang dilaporkan sebagai efek singkat yang terjadi dari penyalahgunaan narkoba. Sekitar 75% merasa seperti mengunyah sesuatu. Sedangkan yang memiliki kebiasaan mengasah atau mengertakkan gigi ada sekitar 52%.6 Selain efek langsung pada kesehatan mulut, penyalahgunaan narkoba juga dapat memperburuk kebersihan mulut, kecenderungan mengonsumsi makanan yang manis, menyebabkan pola makan yang tidak teratur, gizi buruk, dan kunjungan ke dokter gigi yang tidak teratur.7

(14)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Masalah Umum

Adapun masalah umum dalam penelitian ini yaitu apakah ada manifestasi yang terjadi pada rongga mulut akibat penggunaan narkoba pada pengguna narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara.

1.2.2 Masalah Khusus

Adapun masalah khusus dalam penelitian ini antara lain: 1. Apakah jenis narkoba yang sering dikonsumsi?

2. Apakah jenis manifestasi oral yang dapat ditimbulkan dari penggunaan narkoba?

3. Berapakah lama pemakaian narkoba yang dapat menimbulkan manifestasi di rongga mulut?

4. Berapa persenkah manifestasi oral yang terjadi akibat penggunaan narkoba?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui manifestasi yang terjadi pada rongga mulut akibat penggunaan narkoba pada pengguna narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui jenis narkoba yang sering dikonsumsi.

2. Mengetahui jenis manifestasi oral yang dapat ditimbulkan dari penggunaan narkoba.

(15)

4. Mengetahui jumlah persen manifestasi oral yang terjadi akibat penggunaan narkoba.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu penyakit mulut dalam hal mengenali manifestasi klinis yang terjadi pada rongga mulut pada pencandu narkoba sehingga dapat memberikan penanganan yang sesuai.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk informasi awal dalam penelitian selanjutnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan manifestasi yang terjadi pada rongga mulut pada pengguna narkoba.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai informasi kepada penyelenggara kesehatan untuk program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat mengenai dampak dari penggunaan narkoba pada rongga mulut sehingga dapat menurunkan jumlah pengguna narkoba.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Narkoba dan Penggolongannya

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif berbahaya lainnya. Narkoba merupakan bahan atau zat yang dimasukkan ke tubuh manusia dengan cara diminum, dihirup, ataupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, perasaan, perilaku, serta menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis.9,10

Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan.9-13 Narkotika digolongkan sebagai berikut:

a. Golongan I: Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya heroin, kokain, ganja.12,13

Heroin memiliki rumus molekul C21H23NO5 dan nama lainnya diacetylmorphine. Narkotika jenis ini sangat adiktif dengan meniru endorfn pada sistem saraf pusat dengan mengganggu kemampuan tubuh untuk merasa sakit dengan cara menimbulkan perasaan senang untuk pengguna. Endorfin mengaktifkan reseptor tubuh opioid yang merupakan protein dalam sel membran. Opioid seperti heroin adalah agonis karena molekul heroin mengikat reseptor untuk memulai efek. Jumlah yang banyak dari reseptor ini terdapat di daerah limbik yang merupakan wilayah otak yang mengontrol memori, emosi, bau, dan rasa lapar. Reseptor opioid lainnya ditemukan di daerah lain dari tubuh termasuk sumsum tulang belakang, saluran pencernaan, dan daerah lain di otak seperti wilayah perikonduktal dan medula oblongata.14

(17)

Efek ini juga melibatkan GABA dengan cara menghambat interneuron pada daerah tegmental ventral. Ketika heroin mengikat reseptor, sejumlah GABA yang dikeluarkkan berkurang. GABA biasanya mengurangi jumlah dopamin yang dikeluarkan di nucleus accumbens tapi heroin meningkatkan jumlah produksi dopamin dan menimbulkan perasaan senang. Konsumsi secara terus-menerus dari heroin menghambat produksi cAMP. Ketika heroin tidak dikonsumsi oleh pengguna, akan terjadi peningkatan cAMP yang menyebabkan hiperaktivitas saraf dan hasrat untuk mengonsumsi obat tersebut.14

Kokain disalahgunakan dengan cara dihirup, yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian bergaris lurus diatas permukaan kaca atau benda yang mempunyai permukaan datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas atau cara lain yang dapat digunakan dengan cara dibakar bersama tembakau.Efek dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, hilang nafsu makan, menambah rasa percaya diri, dan juga dapat menghilangkan rasa sakit serta lelah.13

Kokain meningkatkan kadar dopamin yang hadir pada jarak diantara sel-sel saraf dengan menghalangi penghapusan kembali ke sel. Jumlah dopamin yang berlebihan menghasilkan reseptor dalam jumlah yang cukup banyak yang muncul pada beberapa sel-sel otak, menyebabkan efek hiperaktif dan menstimulasi otak sama kuatnya seperti mengaktifasi reward pathway yang menyebabkan perasaan senang dan menyebabkan kecanduan. Efek stimulan ini juga memberikan rasa tegang yang berlebihan pada jantung.15

Kanabis nama lainnya ganja, marijuana, grass, cimeng, dan lain-lain. Ganja berasal dari tanaman Canabis sativa dan Canabis indica. Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau menggunakan pipa rokok. Efek ganja tergolong cepat, yaitu cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebih atau euforia, sering berfantasi, aktif berkomunikasi, selera akan tinggi, sensitif, kering pada mulut dan tenggorokan.13

(18)

daun. THC merangsang reseptor cannabinoid (CBRs), yang terletak di permukaan neuron untuk menghasilkan efek psikoaktif. CBRs merupakan bagian dari sistem endocannabinoid, sebuah jaringan komunikasi di otak yang berperan dalam pengembangan dan fungsi saraf. CBRs biasanya diaktifkan secara alami oleh neurotransmitter dan anandamid. THC meniru anandamid dengan mengikat CBRs dan mengaktifkan neuron, tetapi efek dari THC yang lebih kuat dan lebih lama aktif daripada neurotransmitter endogen. CBRs tersebar luas di otak, tapi sangat lazim di hipocampus, cerebelum, korteks prefrontal, dan amygdala yang merupakan daerah otak yang terlibat dalam kesenangan, kognisi, konsentrasi, memori, persepsi nyeri, dan koordinasi motorik.16

Reseptor CBRs mengatur aktivasi pelepasan beberapa neurotransmiter, termasuk noradrenalin, GABA, serotonin, dan dopamin. Beberapa penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa paparan THC meningkatkan pelepasan noradrenalin yang menyebabkan perilaku kecemasan pada hewan pengerat. Salah satu efek keuntungan yang mungkin dari efek ganja yaitu meningkatkan jumlah serotonin sedangkan GABA bertanggung jawab atas defisit memori dilakukan oleh THC sama seperti stres.16

b. Golongan II: Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat juga digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya morfin.12,13

(19)

Hasilnya bahwa morfin memblok sinyal sakit dari kedua sistem saraf pusat dan perifer. Lebih jauh lagi, obat tidak berhenti menransmisi rasa sakit, melainkan mengubah persepsi rasa sakit pengguna. Efek euforia yang dihasilkan oleh morfin merupakan bagian dari mekanisme lain yang melibatkan inhibitor gamma-aminobutyric acid (GABA) dan neuron masing-masing. Dalam kondisi selular, GABA mengurangi jumlah dopamin yang merupakan neurotransmitter di otak yang berhubungan dengan kesenangan dan dikeluarkan di otak. Morfin menghambat jumlah GABA yang dilepaskan di otak. 17

Seiring waktu, secara bertahap akan meningkatkan tingkat dopamin otak yang menghasilkan perasaan euforia. Selain itu, penggunaan jangka panjang morfin menghambat produksi siklik adenosin monofosfat (cAMP). Ketika morfin tiba-tiba menjadi tidak tersedia, tubuh manusia memproduksi lebih cAMP sebagai hasil yang mengarah ke hiperaktif dan rasa ingin mengonsumsi obat tersebut.17

c. Golongan III: Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya kodein.12,13

Narkotika yang sering disalahgunakan adalah: a. Opiat : morfin, heroin.

b. Ganja. c. Kokain.13

(20)

a. Golongan I: psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya ekstasi, shabu.13

MDMA (3,4 - methylenedioxy-- methamphetamine) populer sebagai ekstasi atau lebih sering sebagai Molly merupakan sintetis atau obat psikoaktif yang menimbulkan perasaan euforia, emosional, empati kepada orang lain, dan distorsi pada persepsi indrawi dan waktu. Ekstasi dikonsumsi secara oral, biasanya dalam bentuk tablet atau kapsul.18

Mekanisme keja ekstasi dengan cara meningkatkan aktifitas dari tiga neurotransmiter, yaitu serotonin, dopamin, dan norepinefrin. Efek emosional dan lebih sosial akibat penggunaan ekstasi biasanya dikarenakan secara langsung atau tidak langsung oleh pelepasan serotonin dalam jumlah yang cukup besar yang mempengaruhi suasana hati seperti fungsi lainnya untuk meningkatkan nafsu makan dan tidur. Serotonin juga memicu pelepasan hormon oksitosin dan vasopressin yang mempunyai peranan penting dalam hal kasih sayang, kepercayaan, gairah seksual, dan hubungan sosial.18

Shabu merupakan zat adiktif yang cepat dan ampuh menstimulasi sistem saraf pusat yang menyebabkan pelepasan norepinefrin dan dopamin pada celah sinaptik serta saat memblokir reuptake. Ini mengakibatkan menipisnya neurotransmiter yang tersedia dan kemungkinan berkontribusi untuk toleransi yang cepat dan akhirnya terjadi gejala withdrawal. Shabu secara struktural terkait dengan epinefrin dan akan menyebabkan meningkatnya tekanan darah baik sistolik maupun diastolik yang biasanya disertai dengan refleks bradikardia.19

(21)

norepinefrin bertanggung jawab untuk kewaspadaan dan efek anti-kelelahan, serta serotonin dapat menyebabkan kerusakan kognitif yang akhirnya depresi.20

b. Golongan II: psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya metilfenidat atau ritalin.13

c. Golongan III: psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya fenobarbital, flunitrazepam.13

d. Golongan IV: psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya diazepam, bromazepam, dan lain-lain.13. Psikotropika yang sering disalahgunakan yaitu ekstasi dan shabu13.

Bahan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan, contohnya kelompok alkohol dan inhalasi. Minuman beralkohol mengandung etanol yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat. Jika diigunakan sebagai campuran dengan narkotika ataupun psikotropika akan memperkuat pengaruh zat tersebut didalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minuman beralkohol, yaitu 1. Golongan A : kadar etanol 1-5%

2. Golongan B : kadar etanol 5-20% 3. Golongan C : kadar etanol 20-45%

(22)

2.2 Dampak Penggunaan Narkoba Pada Tubuh

2.2.1 Dampak Pada Kesehatan Umum

Dampak penyalahgunaan narkoba seseorang sangat bergantung pada jenis narkotika yang dipakai, kepribadian pemakai, dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum dampak kecanduan narkotika dapat terlihat pada fisik, psikis, maupun sosial seseorang.12

Dampak fisik yang terjadi dapat berupa gangguan pada sistem saraf atau neurologis, gangguan pada jantung dan pembuluh darah, gangguan pada kulit atau dermatologis, gangguan pada paru-paru atau pulmoner, sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati, serta sulit tidur. 12

Selanjutnya dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin, gangguan fungsi seksual, kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe atau tidak haid.12

Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal jika terjadi kelebihan dosis yaitu konsumsi narkotika melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya sehingga kelebihan dosis bisa menyebabkan kematian.12

(23)

2.2.2 Dampak Pada Kesehatan Rongga Mulut

Efek kesehatan mulut dari narkoba dapat dijelaskan dengan gambaran klinis dan proses patologis yang sering terihat pada rongga mulut. Orang dewasa dengan penyalahgunaan narkoba lebih rentan terhadap berbagai jenis penyakit mulut termasuk penyakit periodontal dan karies gigi.20

Terjadi peningkatan kerusakan gigi dan kelainan gusi karena pengabaian diri, merokok, kebersihan mulut yang buruk, dan gizi yang kurang sehingga frekuensi makan dan menyikat gigi menjadi tidak teratur disamping mempunyai kebiasaan mengemil yang sangat berhubungan dengan terjadinya penyakit pada rongga mulut dan gigi.21

Beberapa dampak yang terjadi antara lain: A. Xerostomia

Shabu merupakan stimulan adiktif yang kuat yang dapat memberikan efek terhadap sistem saraf pusat. Shabu merupakan amin simpatomimetik yang bekerja pada reseptor α dan β adrenergik. Stimulasi dari reseptor α pada vaskularisasi kelenjar saliva menghasilkan vasokontriksi dan menurunkan laju aliran saliva. Hiposalivasi ini meminimalkan kemampuan normal protektif dari saliva dan meningkatkan risiko karies dan demineralisasi.20

(24)

B. Kelainan Pengecapan

Obat dapat merusak pengecapan rasa. Obat mungkin menyebabkan hilangnya ketajaman rasa atau hypogeusia, penyimpangan rasa atau dysgeusia, serta hilangnya sensasi rasa atau augesia walaupun ini jarang terjadi.22 Dalam hal ini opioid23, shabu, dan kokain dapat menyebabkan gangguan dalam pengecapan rasa.22

Efek dari kebiasaan cara penggunaan opioid juga diartikan secara langsung oleh reseptor pusat opioid, kebanyakan terjadi pada reseptor kappa dan mu. Beberapa perubahan termasuk perantaraan dari peningkatan kenikmatan dan penghargaan terhadap aspek substansi manis oleh pengguna opioid dimana opioid ini lebih menginduksi rasa manis, terlebih untuk sukrosa. Konsekuensi dari kemampuan opioid untuk langsung menginduksi secara cepat rasa manis dari karbohidrat mungkin menjadi faktor yang berkontribusi secara signifikan.24

C. Kelainan Mukosa 1. Ulserasi mukosa

Merokok kokain dapat menyebabkan ulserasi atau lesi eksopitik pada palatum. Lesi ini kemungkinan disebabkan oleh panas secara langsung pada mukosa karena merokok dibandingkan efek bahan kimia lainnya. Efek oral dari penggunaan kokain berhubungan dengan jalur masuknya obat secara inhalasi nasal, merokok, dan pengolesan langsung pada oral mukosa, terutama gingiva. Kokain mempunyai efek vasokontriksi yang dapat menyebabkan ulserasi dan atrofi dari jaringan. Itu mungkin juga menjadi efek stimulan pada otot wajah dan pengunyahan.25

(25)

menyebabkan infeksi sekunder dan membuat kemampuan terbatas untuk berbicara dan makan.26

2. Pigmentasi mukosa

Perubahan warna transient superfisial dorsum lidah, jaringan lunak lainnya, dan gigi mungkin terjadi dalam berbagai warna, biasanya kekuningan atau coklat, serta mungkin disebabkan oleh beberapa kebiasaan seperti tembakau, sirih, penggunaan kokain, beberapa obat seperti iron salts, bismut, klorheksidin atau antibiotik, terutama jika ini juga menyebabkan xerostomia (agen seperti psikotropika) serta heroin juga dapat menyebabkan pigmentasi pada mukosa oral.22

3. Kanker rongga mulut

Ganja dapat berhubungan dengan terjadinya kanker rongga mulut dimana biasanya terjadi pada bagian depan dasar mulut dan lidah. Mekanisme yang terjadi pada penggunaan ganja dengan cara merokok bekerja seperti zat karsinogen yang berhubungan dengan hadirnya aromatik hidrokarbon, benzopyrene, dan nitrosamine dalam jumlah 50% lebih besar dibandingkan jumlah yang terkandung dalam rokok tembakau.27

4. Kandidiasis oral

(26)

D. Kelainan Gigi 1. Karies

Akibat mulut kering yang disebabkan oleh metadon dapat menyebabkan peningkatan risiko karies gigi atau berpotensi terkena infeksi candida. Tingginya kandungan gula atau asam dalam metadon dapat berkontribusi terhadap kerusakan atau erosi langsung dari enamel, baik yang mengandung gula ataupun bebas gula dapat menghambat sekresi saliva yang merupakan salah satu pertahanan alami tubuh terhadap plak. 21

Berkontak lama dengan metadon yang mengandung gula berhubungan dengan kerusakan gigi dan karies gigi. Bukan hanya metadon yang menyebabkan karies yang parah tetapi buruknya kebersihan rongga mulut dikalangan pecandu opioid dan pengguna metadon dapat memperburuk masalah yang sudah ada daripada memicu masalah baru.21

Pengguna heroin menunjukkan kesehatan mulut yang buruk dalam hal karies dan penyakit periodontal. Sebuah studi pada heroin injektor melaporkan bahwa terlepas dari kebersihan mulut mereka, pasien-pasien ini menderita progresif karies gigi.Daerah ini meliputi area yang lebih luas daripada tipe lesi servikal, karies pada pasien ini lebih gelap dan biasanya terbatas pada permukaan bukal dan labial. Pola ini mungkin menjadi patognomonik untuk penyalahgunaan heroin.23

Pada penggunaan ganja, gaya hidup yang dikombinasikan dengan penurunan jumlah saliva membuat sangat rentan terjadi karies halus pada permukaan gigi. Pada pengguna shabu menghadapi peningkatan risiko karies yang lebih dikenal sebagai meth-mouth, terkait dengan kurangnya kebersihan mulut, tinggi asupan gula, dan penurunan sekresi saliva.23

(27)

Pada penggunaan ekstasi berhubungan dengan konsumsi minuman bersoda yang berlebihan. Gula pada minuman mengandung asam yang dapat meningkatkan terjadinya karies dan gigi lebih berpotensi menjadi erosi. Risiko erosi enamel meningkat dengan berkurangnya sekresi saliva dan kapasitas buffer saliva. Mual dan muntah akibat efek ekstasi juga dapat meningkatkan erosi enamel pada gigi.30

Pada opioid, ketidakpedulian terhadap kebersihan rongga mulutnya mengakibatkan status oral higiene yang jelek dan perubahan rasa yang lebih menyukai makanan manis berpengaruh pada perkembangan lesi karies dan juga disebabkan oleh xerostomia akibat efek opioid dan obat lainnya.24

2. Bruxism

Mengasah atau mengertakkan gigi dapat terjadi akibat penggunaan ekstasi, shabu, dan kokain. Pada pengguna shabu mengasah atau mengertakkan gigi terjadi karena peningkatan aktivitas motorik. Beberapa pengguna shabu yang menderita bruxism terjadi keretakan pada setengah gigi, terutama pada gigi seri atas lateral, gigi taring, dan premolar pertama.29

Penggunaan shabu dapat menyebabkan pengguna merasa cemas dan gugup, sehingga menyebabkan mengertakkan dan mengasah gigi. Tanda-tanda bruxism, termasuk fraktur gigi dan erosi yang parah sering terjadi. Vasokonstriksi juga dapat mempengaruhi vitalitas gigi yang dapat meningkatkan kemungkinan fraktur enamel.26

(28)

2.3 Kerangka Teori

NARKOBA

Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif Lainnya

Pengaruh Terhadap Kesehatan Tubuh

Kesehatan Umum Kesehatan Rongga Mulut

Xerostomia Kelainan Pengecapan

Kelainan Mukosa

(29)

2.4 Kerangka Konsep

Narkoba

Manifestasi oral 1. Xerostomia

2. Kelainan pengecapan 3. Kelainan Mukosa 4. Kelainan Gigi

1. Jenis narkoba 2. Jumlah narkoba

3. Frekuensi penggunaan 4. Cara Pemakaian 5. Lama Pemakaian

(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk melakukan eksplorasi tentang narkoba, yaitu jenis narkoba, jumlah narkoba yang dikonsumsi, frekuensi penggunaan narkoba, cara penggunaan narkoba, lama penggunaan narkoba, dan manifestasi yang ditimbulkan di rongga mulut. Penelitian ini hanya menyajikan data deskriptif dengan melihat fenomena tersebut dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengambilan data.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf. Tempat ini merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) dari Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI yang berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003 mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA.

Lokasi berada di Jalan Berdikari No.37 Desa Lau Bakeri- Kec. Kutalimbaru- Kab. Deli Serdang Sumatera Utara 20354 Telp. 061-77 200 300. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015.

3.3 Populasi Penelitian

(31)

3.4 Besar Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus penaksiran proporsi populasi dengan ketentuan absolut (simpangan mutlak). Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus:32

Keterangan:

n : besar sampel minimum

Zα: derajat kepercayaan, untuk α = 5%, maka Zα = 1,96

P : proporsi populasi  diambil nilai 50% (0,5) karena belum ada penelitian sebelumnya tentang persentase manifestasi oral penguna narkoba

d : presisi mutlak, dipilih sebesar 15% sehingga d = 0,15

n = 42,6 ≈ 43 orang

Berdasarkan perhitungan, jumlah sampel minimum untuk penelitian ini sebanyak 50 orang.

3.5 Sampel Penelitian

Pada penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penyeleksian subjek penelitian adalah sebagai berikut:

3.5.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menggunakan narkoba minimal 6 bulan.

b. Bersedia menjadi subjek penelitian. �=��

2.. (1− �)

�2

n = (1,96)2.0,5.(0,5)

n = 0,9604 (0,15)2

(32)

3.5.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Sampel tidak kooperatif.

b. Memiliki penyakit sistemik tertentu. Misalnya penyakit diabetes atau jantung yang mempunyai manifestasi pada rongga mulut yang diketahui dari rekam medik.

c. Sedang menjalami pengobatan medis. Misalnya mengonsumsi obat anti diuretik yang mempunyai efek xerostomia pada rongga mulut yang diketahui dari rekam medik.

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Bebas

Narkoba

3.6.2 Variabel Tergantung

Manifestasi oral; Xerostomia, kelainan gigi (karies, bruksism, atrisi), kelainan pengecapan, Nyeri sendi rahang, kelainan mukosa (ulserasi, pigmentasi, eritroplakia, leukoplakia, kandidiasis)

3.6.3 Variabel Tidak Terkendali

(33)

3.7 Definisi Operasional

Jenis Narkoba Pembagian narkoba berdasarkan

Riwayat medik Kuesioner Numerik

Cara

Riwayat medik Kuesioner Numerik

Jumlah

lebih dari 2 jenis.

(34)

Frekuensi Konsumsi

Kekerapan konsumsi narkoba, yaitu

1-2 kali, 3-4 kali, lebih dari 4 kali, setiap hari.6

Riwayat medik Kuesioner Numerik

Lama Penggunaan

Panjangnya waktu pemakaian narkoba dari awal sampai masuk panti, yaitu 6-12 bulan, 13-19 bulan, lebih dari 19 bulan.7

Riwayat medik Kuesioner Numerik

Jenis Kelamin Perbedaan ciri-ciri fisik antara laki-laki dan perempuan7

Rekam medik Kuesioner Numerik

Usia Usia kronologis

berdasarkan tanggal lahir.7

Rekam medik Kuesioner Numerik

Kebersihan makanan dan bakteri melalui penyikatan, benang gigi, dan alat khusus lainnya, yaitu Tidak sama sekali, Satu kali sehari Dua hari sekali Tiga kali sehari Lainnya .7

(35)

Diet Suatu kebiasaan mengonsumsi

makanan.7

Riwayat medik Kuesioner Kategorik

Xerostomia Sensasi subjektif yang dirasakan seseorang suatu rasa yang dia rasakan ketika konsumsi makanan atau minuman di dalam rongga mulut.34

Riwayat medik Kuesioner Kategorik

Karies Suatu perubahan

Ulserasi kerusakan epitel mulut yang biasanya mengekspos ujung saraf di lamina propria sehingga timbul rasa sakit atau nyeri.36

(36)

Pigmentasi Perubahan yang

Leukoplakia Penebalan bewarna putih atau plak pada mukosa yag tidak

Eritroplakia Lapisan mukosa yang berwarna merah yang tidak dapat ditandai secara klinis atau patologis seperti penyakit lainnya.38

Pemeriksaan

Riwayat medik Kuesioner Kategorik

(37)

Nyeri Sendi

Riwayat medik Kuesioner Kategorik

Kandidiasis sari susu, mengenai mukosa bukal, lidah dan permukaan oral lainnya. Bila plak diangkat tampak dasar

3.8 Alat dan Bahan Penelitian

3.8.1 Alat

a. Tiga serangkai (sonde, pinset, kaca mulut). b. Nirbecken.

c. Spatula kayu. d. Pensil. e. Pulpen.

3.8.2 Bahan

(38)

3.9Cara Pengumpulan Data

3.9.1 Pengisian Kuesioner

Kuesioner pendahuluan pertama-tama diberikan kepada pengguna narkoba di PSPP Insyaf untuk menyeleksi subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Setelah didapati subjek penelitian yang memenuhi kriteria, maka subjek penelitian diberi penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Jika subjek penelitian bersedia maka subjek penelitian akan diminta untuk menandatangani informed consent dan kuesioner penelitian diberikan kembali kepada subjek penelitian terpilih untuk diisi. Kuesioner dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama diisi langsung oleh subjek penelitian berdasarkan pengalaman yang ia rasakan, sedangkan bagian rekam medik diisi oleh peneliti dari data pemeriksaan langsung.

3.9.2 Pemeriksaan Langsung

Setelah pengisian kuesioner, dilakukan pemeriksaaan menggunakan alat tiga serangkai yaitu sonde, pinset, dan kaca mulut. Pemeriksaan ini untuk melihat kondisi rongga mulut pasien yang hasilnya akan dituliskan pada rekam medik. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan gigi dan pemeriksaan mukosa pada rongga mulut sesuai tampilan klinis yang ada.

3.10Pengolahan dan Analisis Data

(39)

3.11 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut: 1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Peneliti mengajukan surat permohonan atas kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian yang ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) di Fakultas Kedokteran USU.

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta izin pada pengguna narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf selaku subjek penelitian setelah dilakukan penjelasan tentang penelitian yang dilaksanakan. Peneliti juga meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti secara sukarela. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan responden penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

(40)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien yang terdaftar di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf dengan jumlah 50 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta telah bersedia dilakukan penelitian selama bulan Februari 2015.

Seluruh subjek penelitian didapati 100% berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 15-30 tahun sebanyak 94%. Hasil dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi dan frekuensi pengguna narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf berdasarkan jenis kelamin dan usia

No. Variabel Frekuensi

(n=50)

Persentase

(%)

1. Jenis Kelamin

a. Laki – laki 50 100

b. Perempuan 0 0

Total 50 100

2. Usia

a. 15-30 tahun 47 94

b. 30-45 tahun 3 6

c. diatas 45 tahun 0 0

(41)

4.2 Lama Penggunaan Narkoba

Dari hasil kuesioner mengenai lama penggunaan narkoba, sebanyak 20% dari seluruh subjek penelitian menjawab telah menggunakan narkoba selama enam sampai dua belas bulan dan 80% lainnya telah menggunakan narkoba selama lebih dari sembilan belas bulan.

Tabel 2.Distribusi dan frekuensi lama pemakaian narkoba Lama Pemakaian

4.3 Jenis Narkoba Yang Dikonsumsi

Hasil kuesioner menunjukan jenis narkoba yang paling banyak dikonsumsi subjek penelitian yaitu ganja dan shabu-shabu dengan persentasi 39,60% dan 35,65%.

Tabel 3.Distribusi dan frekuensi jenis narkoba yang dikonsumsi

Jenis Narkoba Frekuensi

(42)

4.4 Jumlah Narkoba yang dikonsumsi

Jumlah narkoba yang paling banyak dikonsumsi berdasarkan hasil kuesioner yaitu sebesar 38% mengonsumsi lebih dari dua jenis narkoba.

Tabel 4.Distribusi dan frekuensi jumlah narkoba yang dikonsumsi

Jumlah Narkoba Frekuensi

(n=50)

Persentase

(%)

1 Jenis 18 36

2 Jenis 13 26

Lebih dari 2 jenis 19 38

Jumlah 50 100

4.5 Frekuensi Konsumsi Narkoba Setiap Bulan

Berdasarkan hasil kuesioner didapati hasil paling banyak bahwa subjek penelitian menggunakan narkoba secara teratur setiap hari (54%).

Tabel 5.Distribusi dan frekuensi penggunaan narkoba yang dikonsumsi perbulan

Penggunaan Narkoba Frekuensi

(n=50)

Persentase

(%)

1-2 kali 2 4

3-4 kali 7 14

Lebih dari 4 kali 14 28

Setiap hari 27 54

(43)

4.6 Cara Penggunaan Narkoba Yang Dikonsumsi

Berdasarkan hasil kuesioner didapati bahwa cara penggunaan narkoba paling banyak dengan cara merokok (37,62%) dan dihisap (36,63%).

Tabel 6.Distribusi dan frekuensi cara penggunaan narkoba yang dikonsumsi

Cara Penggunaan Frekuensi

(n=101)

Persentase

(%)

Merokok 38 37,62

Dihisap 37 36,63

Dihirup 5 4,95

Disuntik 0 0

Ditelan/diminum 20 19,80

Dibakar 1 1

Jumlah 101 100

4.7 Manifestasi Oral Yang Terjadi Akibat Pemakaian Narkoba

(44)

Tabel 7. Distribusi dan frekuensi manifestasi oral akibat pemakaian narkoba

Manifestasi oral Frekuensi (n=50) Persentase (%)

Xerostomia 35 70

Gangguan Pengecapan 38 76

Kelainan Mukosa

Ulserasi 38 76

Pigmentasi 40 80

Kanker Rongga Mulut 0 0

Karies 7 14

Bruxism

Atrisi 47 94

Nyeri Sendi Rahang 31 62

Kandidiasis

Pseudomembran akut

0 0

(45)

BAB 5

PEMBAHASAN

Prevalensi pengguna narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf berdasarkan jenis kelamin dan usia menunjukkan bahwa pengguna narkoba yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 100% dan tidak dijumpai wanita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) mengenai tersangka pengguna narkoba tahun 2007-2011. Diperoleh bahwa persentase tersangka lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Dari tahun 2007 sampai 2011 secara berurut dengan persentase sebesar 96,22%, 96,35%, 95,68%, 95,10%, dan 94,89%.42 Penyalahgunaan narkoba pada laki-laki empat kali lebih besar dibandingkan perempuan atau ada 1 dari 28 orang laki-laki yang menjadi penyalahguna narkoba, sedangkan perempuan sekitar 1 dari 120 orang. Rasio penyalahguna pada laki-laki dibandingkan perempuan paling banyak terjadi di kelompok anak jalanan.4 Hal ini disebabkan karena laki-laki lebih mungkin untuk menggunakan obat-obatan terlarang dengan frekuensi yang lebih tinggi dan jumlah yang lebih besar dari perempuan.43

Beberapa faktor lain yaitu kepribadian laki-laki yang cenderung ingin terlihat berani sehingga membuat kaum laki-laki lebih mudah terjerumus kedalam perilaku yang menyimpang, pemberontakan dalam keluarga juga banyak dilakukan oleh kaum laki-laki dan mereka lebih cenderung senang bergaul dengan teman atau kelompok sehingga mereka akan melakukan berbagai hal agar dapat diterima dikelompok tersebut yang berakibat jika terdapat salah satu anggota kelompok yang menyalahgunakan narkoba maka anggota kelompok yang lain cenderung mengikuti perilaku menyimpang tersebut, kehidupan keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang terlalu sibuk, dan untuk lari dari masalah.44

(46)

umur 29 tahun. Dari data terakhir yang didapat pada tahun 2012 diperoleh bahwa jumlah pengguna narkoba pada rentang usia 15-29 tahun sebanyak 17.923 orang sedangkan jumlah pengguna narkoba diatas 29 tahun sebanyak 17.585 orang.45 Hal ini disebabkan karena anak muda menggunakan obat-obatan psikoaktif untuk berbagai tujuan yang berbeda. Secara keseluruhan, lima fungsi yang sering dicari yaitu untuk mendapatkan efek santai, mabuk, bugar sepanjang hari, meningkatkan aktivitas, dan merasa lebih baik.46 Pelajar dan mahasiswa masih menjadi kelompok rentan pengguna narkoba. Lemahnya pengawasan orang tua serta labilnya psikologi remaja membuat mereka mudah terjerumus menggunakan narkotika.47

Dengan semakin bertambahnya umur, maka risiko menjadi pengguna narkoba menjadi semakin kecil. Hal ini mungkin karena pada kelompok umur diatas 30 tahun mayoritas sudah berkeluarga sehingga semakin besar tanggung jawab terhadap keluarganya dan keinginan kuat ingin sembuh dari ketergantungan narkoba sangat besar.4

(47)

Terdapat berbagai jenis narkoba yang beredar luas di masyarakat dan peredarannya hampir merata ke seluruh pelosok Indonesia. Tabel 3 memperlihatkan jenis narkoba yang banyak dikonsumsi oleh subjek penelitian secara keseluruhan selama menggunakan narkoba. Tiga jenis narkoba yang banyak dikonsumsi yaitu ganja, shabu-shabu, dan ekstasi. Hal ini sesuai dengan data Dit TPN Bareskrim Polri dan BNN pada bulan Maret tahun 2013 yang menyatakan ganja dan shabu menjadi jenis narkoba yang paling banyak dikonsumsi oleh pengguna dengan jumlah masing masing 6.476 orang dan 11.247 orang.42 Hal ini dikarenakan narkoba jenis ganja, ekstasi, maupun shabu-shabu menjadi favorit di kalangan pelajar dan mahasiswa.48 Ganja diminati karena harganya yang terjangkau. Tersedianya paket ekstasi dan shabu untuk golongan ekonomi bawah juga merupakan alasan para pelajar atau anak muda dapat memperolehnya dengan mudah.49

Prevalensi penggunaan narkoba berdasarkan jumlah yang dikonsumsi persentasenya hampir sama merata. Pada tabel 4 memperlihatkan penggunaan narkoba terbanyak pada penggunaan lebih dari dua jenis narkoba. Berdasarkan data laporan survey penyalahgunaan narkoba, sekitar 83% dari responden pernah memakai lebih dari satu jenis narkoba.2 Penggunaan narkoba lebih dari satu jenis banyak terdapat di kalangan pengguna shabu. Jenis yang paling umum digunakan secara bersamaan dengan shabu yaitu ekstasi, kokain, ganja, dan alkohol.50 Pencampuran dari beberapa jenis narkoba yang digunakan dapat bergantung pada beberapa hal. Pengguna akan mencari efek tertentu sesuai dengan situasi sosial mereka dan akan memilih jenis narkoba yang mereka kenal. Tingkat keracunan narkoba juga memiliki peran seperti pengguna akan lebih mudah mabuk sehingga besar kemungkinan mereka akan memilih menggunakan narkoba lebih dari satu jenis untuk mendapatkan efek yang diinginkan.50

(48)

tahun sebagai mencoba, lebih dari 5 kali per tahun sebagai lebih dari mencoba, dan setiap hari selama minimal 2 minggu sebagai pengguna teratur.2

Cara penggunaan narkoba berbeda-beda pada masing-masing pengguna. Dari hasil pemeriksaan diperoleh dua hasil yang terbanyak yaitu dengan cara merokok dan dihisap. Hal ini berdasarkan jenis narkoba yang digunakan subjek penelitian. Ini sesuai dengan hasil survey BNN bahwa pengguna nonsuntik lebih besar dibandingkan dengan pengguna suntik, yaitu sebesar 1,25-1,45 juta orang. Cara penggunaan ganja dengan merokok merupakan cara termudah untuk mendapatkan efek psikoaktifnya.51

Menghisap narkoba dilakukan kebanyakan oleh pengguna kokain, heroin, ekstasi, dan shabu. Sekitar 30-60% dari bahan kimia yang dihisap akan memasuki aliran darah melalui membran lendir di hidung. Sisanya kemudian ditelan dan bergerak turun ke saluran pencernaan. Secara umum efek tertinggi akan dialami dalam waktu sekitar 15 menit dari waktu menghisap.52

Secara keseluruhan terdapat manifestasi akibat penggunaan narkoba walaupun tidak semua muncul pada pemeriksaan yang dilakukan. Dapat dilihat dari tabel 7 yang mengalami xerostomia sebanyak 35 orang dengan persentase sebesar 70%. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh McGrath dan Chan yang menyatakan bahwa 95% dari pengguna lebih dari satu jenis narkoba mengalami xerostomia.6 Aktivasi reseptor alfa adrenergik dalam pembuluh darah kelenjar ludah menyebabkan vasokontriksi dan penurunan aliran saliva. Beberapa penelitian lain menyebutkan bahwa stimulasi dari shabu dilakukan dengan cara penghambatan alpha 2 adrenoreseptor dalam kelenjar ludah dapat menurunkan laju aliran saliva.53

(49)

Selanjutnya yang mengalami gangguan pengecapan rasa sebanyak 37 orang dengan persentase 74%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria, dkk., yang menyatakan bahwa 42,2% pengguna merasakan rasa yang buruk pada pengecapan mereka.56 Penggunaan narkoba dapat menyebabkan gangguan pengecapan rasa. Hal tersebut terjadi karena penggunaan obat-obatan tertentu akan mengganggu komposisi kimia dan aliran saliva serta juga mempengaruhi fungsi reseptor pengecapan.21

Kelainan mukosa berupa ulserasi sebanyak 38 orang dengan persentase sebesar 76%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria, dkk., yang menyatakan bahwa pengguna mengaku mengalami ulserasi pada rongga mulutnya.56 Hal ini dikarenakan rokok ganja mengandung sejumlah bahan iritan dan karsinogen.57 Pada pengguna shabu ketika merokok atau dihisap, bahan kaustik dari narkoba tersebut dapat mengenai rongga mulut dan mengiritasi serta membakar jaringan rongga mulut.58

Pada pengguna alkohol, etanol juga dapat bertindak sebagai pelarut yang

mengganggu membran lipid dari sel-sel mukosa dan meningkatkan penetrasi

karsinogen ke dalam sel skuamosa epitel. Alkohol juga menyebabkan aliran saliva

berkurang yang dapat meningkatkan terpaparnya jaringan sehingga mudah terjadi

iritasi. Pada pengguna ekstasi dapat terjadi ulserasi pada mulut yang dikarenakan efek bruxism. 59

Kelainan mukosa dalam hal pigmentasi ditemukan sebanyak 40 orang dengan persentase 80%. Sekitar dua pertiga dari perokok ganja di Australia mencampur tembakau dengan ganja mereka. Kombinasi dari kedua zat ini meningkatkan eksposur bahan kimia berbahaya, yang menyebabkan resiko yang lebih besar ke paru-paru, organ pernapasan, serta sistem kardiovaskular.60 Merokok ganja dapat menyebabkan peradangan kronis dari mukosa mulut. Perubahan dalam mukosa mulut mungkin hasil dari suhu tinggi asap yang dihirup dan atau dari bahan kimia tertentu yang terkandung dalam asap.61

(50)

oleh Karin, dkk., yang menyebutkan bahwa dalam studi yang mereka lakukan yang berbasis populasi yang besar, mereka tidak menemukan hubungan apapun antara penggunaan ganja dan resiko OSCC. Kemungkinan bahwa penggunaan ganja dapat meningkatkan risiko kanker jika penggunaannya dilakukan lebih dari 20 tahun yang lalu.62

Karies ditemukan sebanyak 7 orang dengan nilai persentasenya 14%. Ini sesuai dengan kasus yang dilaporkan oleh Bassiouny yang mengatakan bahwa pada pengguna shabu lebih dari 3 tahun mengalami dampak pada giginya berupa karies yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti xerostomia, diet soda, dan kebersihan rongga mulut.63 Karies yang terjadi pada subjek penelitian terjadi pada gigi anterior sesuai dengan pola karies pada pengguna shabu-shabu yaitu pada bagian bukal dan interproksimal permukaan gigi anterior.54 Pengguna shabu umumnya mengonsumsi minuman berkarbonasi berkalori yang mengandung jumlah gula yang tinggi dan sering mengonsumsi kafein sehingga dapat menyebabkan peningkatan proses karies. Shabu dapat mengakibatkan xerostomia yang parah dan mengurangi jumlah air liur yang berperan sebagai pelindung dan buffer pada gigi. Sebagai hasil dari efek tersebut, tingkat bakteri mulut secara drastis dapat meningkatkan proses karies. Sifat kaustik dari narkoba, perawatan mulut yang buruk, dan hasil diet gula yang tinggi berakibat pada peningkatan karies.58

Untuk bruxsism yang mengalami atrisi ada sebanyak 47 orang dengan nilai persentase 94% dan nyeri sendi rahang sebanyak 31 orang dengan nilai persentasenya 62%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh McGrath dan Chan yang menyatakan bahwa 87% dari pengguna ekstasi mengaku bahwa mereka selalu merasa mengunyah sesuatu setelah menggunakan narkoba tersebut. Sekitar 70% merasa nyeri pada otot rahang atau TMJ.6

(51)

periodontal serta mengakibatkan gangguan temporomandibular seperti nyeri di sendi temporomandibular dan otot masseter.53,64

Studi tentang pengaruh ekstasi melaporkan kejadian mengasah atau mengepalkan gigi sekitar 70-89% pengguna. Para peneliti menunjukkan bahwa konsumsi minuman bersoda dan asam selama penggunaan ekstasi dapat berkontribusi untuk masalah ini.65

(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada pengguna narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara dijumpai manifestasi oral yaitu 70% xerostomia, 76% gangguan pengecapan, 76% ulserasi mukosa, 80% pigmentasi mukosa, 14% karies, 94% atrisi, dan 62% nyeri sendi rahang. Ganja dan shabu merupakan jenis narkoba yang paling banyak digunakan oleh pengguna dengan cara merokok dan dihisap. Rata-rata pengguna telah menggunakan narkoba lebih dari 19 bulan.

6.2 Saran

Hasil prevalensi dari kasus terjadinya manifestasi pada rongga mulut cukup tinggi sehingga cukup sering dialami oleh para pengguna narkoba. Pengetahuan mengenai manifestasi oral yang terjadi pada pengguna narkoba dapat dijadikan sebuah pertimbangan dan rujukan dalam upaya melakukan pencegahan dan penatalaksanaan oral yang lebih tepat agar para penguna tetap dapat memiliki kualitas hidup yang baik.

Diperlukan kerja sama antara dokter gigi dengan pihak panti untuk membuat suatu pemeriksaan gigi dan mulut secara rutin untuk meningkatan dan menjaga kesehatan rongga mulut para pengguna narkoba serta memberikan motivasi kepada pengguna narkoba untuk menjaga kesehatan rongga mulutnya.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Muryanta A. Narkoba dan dampaknya bagi pengguna. http://www.kulon progokab.go.id/v21/NARKOBA-DAN-DAMPAKNYA-TERHADAP-PENG GUNA_2073 (September 15.2014).

2. Badan Narkotika Nasional. Laporan survei penyalahgunaan narkoba di Indonesia: studi kerugian ekonomi dan sosial akibat narkoba tahun 2008. Depok: Pusat Penelitian Kesehatan UI, 2009: 8.

3. World Drug Report. Recent statistics and trend analysis of illicit drug markets. New York: United Nations Publications, 2012: 7.

4. Badan Narkotika Nasional. Ringkasan survey nasional perkembangan penyalahgunaan narkoba di Indonesia tahun 2011 (kerugian sosial dan ekonomi). http://www.bnn.go.id /portal/_uploads/post/2012/05/29/201205291 45842-10263.pdf (September 15.2014).

5. Napitupulu E, Ginting M. Potret situasi implementasi kebijakan kriminal terhadap pengguna narkotika. Jakarta Selatan: Institute for Criminal Justice Reform, 2013: 26.

6. McGrath C, Chan B. Oral health sensation assosiated with illicit drug abuse. Bristish Dent J 2005; 198(3): 159-162.

7. Shekarchizadeh H, Khamil M, Mohebbi S, Virtanen J. Oral health behavior of drug addicts in withdrawal treatment. BMC Oral Health 2013; 13(11): 1-7. 8. Thorsteinsson L. Drug addict’s experience on oral health care. Tesis. Norway:

Institutt for Klinisk Odontologi Universitetet I Tromso, 2011: 6.

9. Kusmaryani R. Mengenal bahaya narkoba bagi remaja. 10.Utomo M. Psikotropika yang berbahaya bagi kesehatan. http://staff.uny.ac.id

/sites/default/files/tmp/02_psikotropika_berbahaya.pdf (Oktober 13.2014). 11.Panjtalina L, Syavar M, Natsir S. Faktor yang mempengaruhi perilaku

(54)

daerah Atma Husada Mahakam Samarinda. http://pasca.unhas.ac.id /jurnal/files/5c24d741640202 ac45ec6eb ad0150fcf.pdf (Oktober 18.2014). 12.Adam S. Dampak narkotika pada psikologi dan kesehatan masyarakat. Jurnal

Health and Sport 2012; 5(20): 1-8.

13.Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik – Direktorat Jendral Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa. Pedoman penyuluhan masalah narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) bagi petugas kesehatan. Jakarta: Depkes RI, 2006: 23-25.

14.Zovko A, Criscuolo C. The pharmacological effects of diacetylmorphine (heroin) after diffusion through the blood brain barrier (Oktober 21.2014).

15.Frank. Cocaine: what you need to know. http://www.talktofrank. com/sites/default/files/ Cocaine.pdf (Oktober 21.2014).

16.United Nation Office on Drugs. Cannabis: a short review and crime.

17.Ruzilawati A, Yusuf W, Ramli N, Hussain Z, Rasool A. Determination of morphine in human urine by a simple reverse phase high performance liquid chromatography method with UV detection. Int J of Pharmaceutical Sciences and Drug Research 2003; 5(1): 18-22.

18.National Institute on Drug Abuse. MDMA (ecstacy or molly).

19.Goodchild J, Donalson M, Mangini D. Methamphetamine abuse and impact on dental healt

20.Klasser G, Epstein J. Methamphetamine and its impact on dental care. J Can Dent Assoc 2005; 71(10): 759-62.

(55)

22.Scully C, Sebastian J. Adverse drug reactions in the orofacial region. Crit Rev Oral Biol Med 2004; 15(4): 221-240.

23.Shekarchizadeh H, Khami M, Mohebbi S, Ekhtiari H, Virtanen J. Oral health of drug abuser: a review of health effects and care. Iranian J Publ Health 2013; 42(9): 929-933.

24.Titsas A, Fergusont M. Impact of opioid use in dentistry. Australian Dent J 2002; 47(2): 94-96.

25.Robinson P, Acquah S, Gibson B. Drug user: oral health related attitudes and behaviours. British Dent J 2005; 198(4): 219-224.

26.Obrochta J, McClure E, Frese P. Oral complication of chemical dependency and substance abuse for the dental professional 2014).

27.Cho C, Hirsch R, Johnstone S. General and oral health complication of cannabis use. Australian Dent J 2005; 50(2): 70-74.

28.Gambhir R, Brar P, Anand S, Ranhawa A, Kakar H. Oral health aspect of cannabis use. Indian J of Multidisiplinary Dentistry 2012; 2(3): 507-511. 29.Hazelden Foundation. Meth and oral health a guide for dental professionals.

Minnesota: Hazelden, 2007: 6-8.

30.Brand H, Dun S, Amerongen A. Ecstacy (MDMA) and oral health. British Dent J 2008; 204(2): 77-81.

31.Dental Health Service Victoria. Tobacco, alcohol, and recreational drugs: how do they affect oral healt

32.Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Saagung Seto, 2011: 360-361.

(56)

34.US Departement of Health and Human Service. Taste disorder.

35.Prayitno A. Kelainan gigi dan jaringan pendukung gigi yang sering ditemui. CDK 2008; 35(7): 411-414.

36.Scully C, Felix D. Oral Medicine: Update for the dental practicioner. British dent J 2005; 199: 259-264.

37.Yasin, Umit. The normal and pathological pigmentation of oral mucous membrane: a review. The journal of contemporary dental practice 2003; 4(3): 1-9.

38.Warnakulasurya S, Johnson N, Wall I. Nomenclature and classification of potentially malignant disorder of the oral mucosa. J Oral Pathol Med 2007; 36: 575-580.

39.Shetty S, Pitti V, Babu C, Kumar G, Deepthi B. Bruxism: a literature review. J Indian Prosthodont Soc 2010; 10(3): 141-148.

40.Ogson R, Harty F. Kamus kedokteran gigi. Jakarta: EGC, 1995: 31.

41.Suyosa S. Kandidiasis mukosa

%2F %2Frsudrsoetomo.jatimprov.go.id%2Fid%2Findex.php%2Fpromosi-kesehatan%2Fmajalah-rs%2Fdoc_download%2F83-kandidiasis-mukosa&e i=jkZZVdOFJpWTuAT4yYCoDA&usg=AFQjCNG5MKIRFWZl1i90Wz9F DCGBNBYiXQ&sig2=q4XfZWXwLggDb_zUqPX0oQ (November 12.2014). 42.Badan Narkotika Nasional. Data tindak pidana narkoba Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2011.

43.Anderson T. Drug use and gender

(57)

45.Butar D. Perkembangan ancaman bahaya narkoba di Indonesia tahun 2008-2012.

46.Ministery of Health. Research into knowledge and attitude to illegal drugs-a study among general public and people with experience of illicit drug use.

47.Tryas. 22 persen pengguna narkoba kalangan pelajar (Maret 12.2015).

48.Wibawan T. Bahaya narkoba dikalangan Remaja.

http://jurnalilmiahtp2013.blogsp ot.com/2013/12/bahaya-narkoba-dikalangan-remaja.html (Maret 23.2015).

49.Ndetingan. Indonesia pasar bagus

23.2015).

50.The Department of Health. Pattern of use and harm associated with specific populations of methamphetamine user ini Australia-exploratory research.

51.Solowij N, Hall W. Adverse effects of cannabis. Lancet. 1998. Nov 14: 1611-16.

52.Drug and Alcohol Rehab Asia. Ways of taking drugs. 14.2015).

53.Turkyilmaz I. Oral manifestation of meth mouth-a case report. The J of Contemporary Dent Practice 2010; 11: 1-7.

54.Maloney W. The significant of illicit drug use to dental practice.

(Maret

(58)

55.Prestifilippo J, Solari J, Cal C, dkk. Inhibition of salivary secretion by activation of cannabioid receptors. Exp Biol Med 2006; 231: 1421-1429. 56.Moreno M, Highsmith J, Garcia R, Ruiz M, Vinueta A. Dental profile of a

community of recovering drug addicts: biomedical aspects-retrospective cohort study. http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3731097/ (Maret 15.2015).

57.Wheelock B. Physiological and psychological effects of cannabis: review of the research finding

58.Frese P, Kunselman B, McCkure E, Schierling J. Methamphetamine: implication of the dental tea

59.Cope G. Alcohol and recreational drug use: the effect on oral health. http://cope communications.com/documents/DentalNursingJan2012Alcohol. pdf (Maret 16.2015).

60.National Cannabis Prevention and Information Center. Cannabis and tobacco use. 14.2015).

61.Versteeg P, Slot D, Velden V, Weijden G. Effect of cannabis usage on the oral environment: a review. Int J Dent Hygiene 2008; 6: 315-320.

62.Rosenblatt K, Daling J, Chen C, Sherman K, Schwartz S. Marijuana use and risk of oral squamous cell carcinoms. J American Assoc Cancer Research 2004; 64: 4049-4054.

63.Bassiouny M. Dental erosion due to abuse of illicit drugs and acidic carbonated beverages.

64.Hamamoto D, Rhodus N. Methamphetamine abuse and dentistry. J Complication Oral Disease 2009; 15: 27-37.

(59)
(60)

Lampiran I

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Selamat Pagi,

Saya Khaera mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Prevalensi Manifestasi Oral Pengguna Narkoba Di Panti

Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf”. Saya mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi pada rongga mulut akibat penggunaan narkoba. Manfaat penelitian ini adalah memberi pengetahuan kepada Bapak/Ibu tentang dampak yang terjadi di rongga mulut akibat penggunaan narkoba yang akan dijelaskan saat pemeriksaan rongga mulut dilakukan.

Bapak/Ibu sekalian, penggunaan narkoba dapat menimbulkan berbagai dampak di rongga mulut. Hal ini dapat mengakibatkan beberapa masalah dalam rongga mulut seperti terjadinya kelainan kelenjar air ludah, menurunnya daya kecap seseorang saat merasakan makanan atau minuman, terjadi kelainan jaringan lunak pada rongga mulut yaitu pada bagian pipi dalam, gusi, langit-langit, dan dasar mulut, terjadi gigi berlubang, mengertakkan gigi , dan timbulnya jamur pada rongga mulut sehingga memerlukan pemeliharaan kesehatan rongga mulut yang lebih baik.

Penelitian yang akan saya lakukan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan langsung pada rongga mulut. Dalam penelitian ini, saya akan meminta Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang disediakan. Setelah pengisian kuesioner selesai, kuesioner dikembalikan kepada saya. Setelah itu saya akan melakukan pemeriksaan menggunakan kaca mulut, kassa steril, dan spatula kayu untuk melihat kondisi rongga mulut dan pemeriksaan ini tidak akan menimbulkan rasa sakit pada rongga mulut Bapak/Ibu.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, tidak akan terjadi perubahan mutu pelayanan dari dokter dan pihak panti bila Bapak/Ibu tidak bersedia mengikuti penelitian ini. Bapak/Ibu akan tetap mendapat pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan standar prosedur pelayanan.

Pada penelitian ini, identitas Bapak/Ibu akan disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti, dan anggota komis etik yang bisa melihat datanya. Kerahasiaan data Bapak/Ibu akan dijamin sepenuhnya. Bila data Bapak/Ibu dipublikasikan, maka kerahasian data Bapak/Ibu akan tetap dijaga.

Jika selama menjalankan penelitian ini akan terjadi keluhan pada Bapak/Ibu silahkan menghubungi saya Khaera di nomor telepon 082176079576.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(61)

Lampiran II

LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*)

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Mahasiswa peneliti Medan, Februari 2015 Peserta Penelitian

(Khaera) ( )

(62)

LAMPIRAN III

Alur Penelitian

Melakukan survey pendahuluan

Pemberian dan pengisian kuisioner pendahuluan

Terpilihnya dan terpenuhinya sampel sesuai kriteria

Pengisian kuisioner penelitiaan

Pemeriksaan pada rongga mulut sampel

Pengumpulan dan pengengolahan data

Analisis Data

(63)

Lampiran IV Nomor :

Tanggal : ..……….

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

LEMBAR PEMERIKSAAN PASIEN

“Prevalensi Manifestasi Oral

Pengguna Narkoba Di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf”

A. DATA DEMOGRAFI

Nama Lengkap :

Umur :

Jenis Kelamin : P/L

Alamat :

No. Hp/Telp :

Kuesioner Pendahuluan

1. Sejak usia berapa anda telah mengonsumsi narkoba? 1 a. Sebelum usia 10 tahun

b. Antara 10-15 tahun c. Antara 16-20 tahun d. Antara 21-25 tahun

(64)

2. Sudah berapa lama anda menggunakan narkoba? 2 a. Kurang dari 6 bulan

b. 6-12 bulan

c. Lebih dari 12 bulan

3. Apakah anda mempunyai penyakit seperti penyakit 3 gula, penyakit jantung, darah tinggi, asma, TBC, atau HIV ?

a. Ya, sebutkan ……… b. Tidak

4. Apakah anda sedang mengonsumsi obat dan sedang dalam 4 pengawasan dokter akibat penyakit seperti diatas?

a. Ya, sebutkan ……… b. Tidak

(65)

Lampiran V Nomor :

Tanggal : ..……….

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

LEMBAR PEMERIKSAAN PASIEN

“Prevalensi Manifestasi Oral

Pengguna Narkoba Di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf”

A. DATA DEMOGRAFI

Nama Lengkap :

Umur :

Jenis Kelamin : P/L

Alamat :

No. Hp/Telp :

1. Berapa jenis narkoba yang pernah anda konsumsi? 1 Kuesioner di bawah ini diisi oleh pasien

a. Satu jenis

b. Lebih dari satu jenis, sebutkan………

2. Jika satu jenis, jenis narkoba apa yang anda pernah konsumsi? 2 a. Ganja

(66)

c. Ekstasi d. Morfin e. Kokain f. Shabu-Shabu

g. Lainnya, sebutkan ………

3. Berapa kali anda mengonsumsi tiap bulan? 3 a. 1-2 kali sebulan

b. 3-4 kali sebulan

c. Lebih dari 4 kali sebulan

d. Lainnya, sebutkan ………

(67)

9. Apakah anda mengalami kesulitan mengonsumsi makanan 9 sering mengonsumsi minuman bersoda atau makanan

manis setelah mengonsumsi narkoba tersebut? a. Ya

b. Tidak

15.Saat anda masih mengonsumsi narkoba, berapa kali anda 15 menyikat gigi setiap hari? Kapan saja waktunya? a. Tidak sama sekali

b. 1 kali, saat bangun tidur

c. 2 kali, saat bangun tidur dan sebelum tidur d. 2 kali, setelah sarapan pagi dan sebelum tidur e. 3 kali, saat bangun tidur, setelah makan siang,

dan sebelum tidur

(68)

16.Apakah anda pernah berobat ke dokter gigi selama anda 16 menggunakan narkoba? Berapa kali? Sebutkan.

a. Ya, ……….. b. Tidak

17.Apakah anda merasa pengecapan anda terhadap makanan 17 atau minuman menjadi berkurang saat anda masih me-

ngonsumsi narkoba? a. Ya

b. Tidak

18.Apakah yang paling dirasakan anda saat makan atau minum 18 sesuatu setelah mengonsumsi narkoba?

a. Manis pada saat membuka atau menutup mulut?

a. Ya b. Tidak

20.Saat anda masih mengonsumsi narkoba, apakah anda 20 merasa seperti mengunyah atau menggeretakan gigi

akibat pemakaian narkoba yang anda konsumsi? a. Ya

b. Tidak

21.Saat anda masih menggunakan narkoba, apakah bagian dalam 21 rongga mulut anda seperti pipi dalam, gusi, langit-langit, dan

dan bibir sering mengalami luka iritasi atau sariawan? a. Ya

(69)

22.Apakah anda merasa warna gusi atau lidah anda berubah 22 warna akibat penggunaan narkoba?

a. Ya b. Tidak

Rekam medik diisi oleh peneliti

Pemeriksaan Gigi

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

(70)

Keterangan:

Jenis Gigi Letak Karies Skor atrisi keterangan

(71)

Status Jaringan Lunak Rongga Mulut

Lokasi Warna Keterangan

Gingiva

Mukosa Labial

Mukosa Bukal

Dasar Mulut

Palatum Molle

Gambar

Tabel
Tabel 1.  Distribusi dan frekuensi pengguna narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra
Tabel 2. Distribusi dan frekuensi lama pemakaian narkoba
Tabel 4. Distribusi dan frekuensi jumlah narkoba yang dikonsumsi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tahap berikutnya dalam proses: Mengembangkan prioritas untuk mengatasi kerentanan terhadap perubahan iklim.. USAID

[r]

bahwa berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan

Menyadari panggilan gereja itu, pada tahum 1963 Komisi PAK dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia telah merumuskan Tujuan Pendidikan Agama yang dapat dipakai

(2) Perkara pidana dan perkara lainnya yang termasuk lingkup kewenangan Kejaksaan Negeri Andoolo pada saat Keputusan Presiden ini ditetapkan telah ditangani Kejaksaan Negeri

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Oktarina Zilda (2013) yang menunjukkan bahwa balita dengan tingkat asupan lemak yang rendah mengalami stunting lebih banyak

Universitas Sumatera Utara... Universitas

KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN ANGGARAN 2012.. PENGUMUMAN /