Nama : Veronica Kelas : XII IPA 1
Tugas : Bahasa Indonesia K.D. 16.1 dan 16.2
Memahami Prinsip-prinsip Penulisan Kritik dan Esai
Kritik Sastra adalah analisis terhadap suatu karya untuk mengamati atau menilai baik buruknya suatu karya secara objektif.
Esai adalah karangan singkat yang membahas suatu masalah dari sudut pandang pribadi penulisnya.
Perbedaan antara keduanya terletak dari tujuan, E.Widyamartaya mengutarakan
bahwa esai sastra adalah esai yang bertujuan mengungkapkan pengalaman subjektif,
artinya bertitik berat pada tujuan pengungkapan kandungan hati sendiri setelah
membaca karya sastra, tanpa maksud eksplisit untuk membantu orang lain dalam
menyikapi, menikmati, dan meningkatkan karya sastra itu sendiri.
Sebaliknya, kritik sastra bertitik berat pada tujuan untuk membantu para
penggemar atau pecinta sastra dalam memetik cita rasa dari buku yang akan
dibacanya atau untuk membantu para sastrawan dan calon sastrawan dalam
meningkatkan mutu karyanya.
Ciri-ciri Kritik Sastra 1. Bersifat objektif
2. Bertujuan untuk membangun
3. Menjadi bahan acuan untuk meningkatkan kreativitas pencipta karya tersebut
Ciri-ciri Esai
1. Dikembangkan berdasarkan pandangan pribadi penulis esai
2. Membantu pembaca untuk memahami suatu karya atau masalah
Prinsip penulisan kritik sastra :
1. Penulis harus secara terbuka mengemukakan dari sisi mana ia menilai karya
sastra tersebut.
2. Penulis harus objektif dalam menilai.
Prinsip penulisan esai : 1. Penulis memilih topik
2. Pengungkapan gagasan-pendapat penulis dikemas dalam formulasi ilmiah yang
diperkuat dengan data-data
3. Logika penulis ditunjang oleh argumentasi dan dasar penalaran yang masuk akal.
Prinsip penulisan Kritik & Esai: 1. Tema
2. Mengumpulkan referensi
3. Mengidentifikasi unsur yang mendukung dan kontra 4. Memilih unsur-unsur yang dapat mendukung tema
5. Mengirimkan ke media massa untuk dicetak
Prinsip dalam menyusun kritik dan esai, di antaranya sebagai berikut : Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas dan hasil ulasannya
harus memberikan keterangan atau memperlihatkan sebab yang berkaitan dengan
suatu peristiwa yang nyata. Jadi yang terpenting bukan apa yang diulas, tetapi
bagaimana cara penulis memberikan ulasannya.
Pendekatan yang digunakan harus jelas, apakah persoalan didekati dengan
pendekatan faktual atau imajinatif ? Pendekatan faktual maksudnya mendekati pokok
persoalan berdasarkan fakta dan datanya sebagaimana diserap pancaindra. Pendekatan
imajinatif maksudnya mendekati pokok persoalan berdasarkan apa yang dibayangkan
atau diangankan.
Ulasan yang menggunakan pendekatan faktual harus didukung oleh fakta yang
nyata dan objektif. Penulis tidak boleh mengubah fakta untuk mendukung
pandangannya. Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, jangan samar-samar, harus
dapat dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan
kebenarannya.
Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, jangan samar-samar, harus dapat
dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan kebenarannya. Sumber :
http://materi-forever.blogspot.com/2013/09/mengungkapkan-pendapat-dalam-bentuk.html
Contoh Teks Kritik
Penulis Mengubah Sejarah Hidup Dengan Madre
Dewi Lestari, yang juga dikenal dengan nama pena Dee, lahir di Bandung, 20
Januari 1976. Sepanjang kiprahnya sebagai penulis sejak tahun 2001, Dee telah
memepereoleh berbagai penghargaan karya sastra dan semua bukunya selalu
menjadi bestseller. Beberapa bahkan telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing.
Namun baginya, hadiah terbesar sebagai penulis ada ketika karyanya dapat
menyentuh, bahkan mengubah, hidup pembacanya.
Madre merupakan buku Dee yang ketujuh sekaligus kumpulan fiksi ketiganya
setelah Filosofi Kopi (2006) danRectoverso (2008). Ia tinggal di pinggir kota Jakarta
yang tenang bersama suami dan dua anaknya tercinta.
Madre yang menceritakan kisah hidup seorang bernama Tansen tiba-tiba
mendapat warisan dari orang yang sangat belum dia kenal. Bernama Tan Sie Gie,
orang yang mencantumkan namanya dalam daftar warisan di surat wasiatnya.
Seketika itu Tansen bingung karena merasa dimasukkan ke dalam cerita yang dia
tidak mengetahui sama sekali apa yang sedang terjadi.
Suatu hari, Tansen bersama seorang pengacara yang ditunjuk Pak Tan menuju
sebuah toko tua tanpa plang. Masuklah kedua orang itu dan di dalam disambut oleh
Pak Hadi, penjaga toko tua itu. Rupanya penjaga rumah itu sangat menantikan sekali
kedatngan Tansen ke tempat yang mati itu. Sempat Tansen menolak dan ingin
memberikan warisan yang menjadi hak nya itu untuk diberikan kepada Pak Hadi.
Namun seiring berjalannya waktu, saat Pak Hadi menceritakan silsialh dah cerita asal
muasal kenapa nama Tansen disebut dalam surat wasiatnya. Namun pada akhirnya
Tansen mau menerima harta warisan itu dari pak Hadi. Dikeluarkannya amplop dan
diberikan kepada Tansen. Ternyata isi amplop itu adalah kunci untuk membuka
bankas yang saat dibuka berisi sebuah biang yang disebut Madre.
Sejak itu, kehidupan Tansen yang semula tak teratur, hidup bebas hari demi hari
toko yang telah lama mati. Padahal dulu toko roti itu merupakan yang terlaris di
Jakarta. Mulai saat itu, Tansen mulai serius menggarap pekerjaan besarnya itu sesuai
dengan jiwa pemudanya hingga sukses dan berjaya seperti dulu kala.
Sebagaimana karya-karya Dewi Lestari ada pada isi dan bentuk ceritanya. Gaya
bercerita Dee yang pandai menciptakan cerita-cerita yang tidak begitu berat untuk
dibaca. Kekuatan antar kalimat yang mengalir ringan dan selalu membuat penasaran
namun tidak asalan, selalu ditunjukkan dari setiap karya-karya Dewi Lestari. Dalam
gaya bercerita yang sangat imajinatif, mengutamakan sesuatu yang sangat luar biasa
menjadi ciri khas Dewi Lestari. Konflik yang berat dibuat ringan menurut gaya
pemikiran Dewi Lestari.
Madre, memiliki tema yang bisa dikatakan lain. Dia mampu membuat cerita yang
mengangkat sesuatu yang ada dimasyarakat walaupun dari sesuatu yang kecil menjadi
karya yang bagus. Keseimbangan antara isi dan bentuk membuat berbeda dengan
yang biasa dijumpai dari pengarang-pengarang yang lain. Selain itu gaya bahasa yang
digunakan tidak monoton.
Sumber :
Contoh teks esai
JADIKAN SISWA GENERASI BERPENGHARAPAN
Bencana silih berganti, tsunami di Aceh dan Pangandaran, gempa di Nias,
Yogyakarta, dan Jawa Tengah, Longsor di Sumatra Barat, lumpur Lapindo Brantas
yang susah dicari solusinya, tenggelamnya kapal laut Senopati, hilangnya pesawat
terbang Adam Air dan banjir dimana-mana menjadi episode kelabu bangsa Indonesia.
Lebih tragis lagi kemiskinan terus bertambah, lima puluh persen penduduk Indonesia
berpendapatan di bawah 2 dollar US, dan pemberantasan korupsi tidak maksimal
menambah daftar panjang penderitaan negeri ini.
Semua kejadian di atas menjadikan masyarakat Indonesia gamang akan masa
depannya. Terlebih siswa sebagai generasi penerus menjadi sangat paranoid akan
perjalanan hidupnya. Masih adakah ruang untuk menggapai harapan menjadi tanda
tanya besar bagi generasi kita. Ancaman ekologi, perpolitikan yang tidak pernah
dewasa, sempitnya lapangan kerja, dan pemiskinan struktural menguras emosi
generasi kita, dan jika tidak terkelola dengan baik akan menjadikan sebuah
keputusasaan dan tanpa pengharapan. Membangkitkan motivasi, memberi
penyadaran, dan pengharapan bagi generasi muda adalah tugas kita semua.
Tokoh masyarakat, negarawan, agamawan, politisi, dan dunia pendidikan
berkewajiban melaksanakan tugas tersebut sesuai porsi masing-masing. Tugas yang
utama adalah memberi contoh tindakan yang terpuji dan menjalankan tugas dengan
berorientasi kepada kemaslahatan dan kesinambungan generasi. Negarawan harus
menjadi suri tauladan yang baik, tutur kata dan tindakannya jangan sampai
membingungkan masyarakat, tidak emosional dan menjadi penyejuk segenap lapisan
masyarakat. Agamawan harus komitmen dan setia dengan keyakinan serta
keilmuannya, jika tidak maka umat akan kehilangan pegangan dan muncul
kegersangan kehidupan yang berpotensi anarki. Politisi sebagai wakil rakyat mesti
setia pada konstituennya, bukannya malah setia terbatas pada garis politiknya yang
Tugas Dunia Pendidikan Dunia pendidikan mempunyai tugas yang komplek
berkaitan dengan membangkitkan motivasi, memberi penyadaran, dan pengharapan
bagi peserta didiknya. Menciptakan generasi yang bervisi dan bermisi terhadap
kehidupannya adalah sesuatu yang penting. Bangunan visi dan misi yang jelas akan
membangkitkan motivasi untuk berprestasi, dan prestasi hidup amatlah penting karena
kesuksesan hidup di masa depan adalah akumulasi prestasi itu sendiri. Tugas yang
kedua bagi dunia pendidikan adalah memberi penyadaran terhadap siswa. Proses
penyadaran adalah dialektika antara realitas dunia luar dengan kediriannya, antara
harapan dan kenyataan, antara peluang dan hambatan, serta antara kekuatan dan
kelemahan. Dengan penyadaran seperti ini maka siswa harus senantiasa dibekali
dengan SWOT pribadi (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman).
Dengan kesadaran yang tinggi akan eksistensinya maka siswa akan mempunyai
kesadaran posisi koordinat hidupnya. Dengan demikian maka akan tercipta generasi
yang kreatif, inovatif, tidak mudah putus asa, tidak mudah stress dan bukan generasi
yang mudah frustasi dan reaktif terhadap dinamika kehidupan.
Tugas yang ketiga adalah menciptakan generasi yang berpengharapan.
Generasi yang berpengharapan adalah generasi yang berharap untuk lebih baik, untuk
lebih berguna, dan harapan untuk lebih menjadi manusia. Harapan untuk lebih baik
adalah sebuah evolusi diri, sebuah proses dialektika antara kondisi kediriannya
sekarang dengan norma-norma positif yang berlaku dalam masyarakat, agama, dan
bernegara, serta dalam cakupan lokal, nasional, dan internasional. Dialektika ini
membawa sebuah evaluasi sikap agar termotivasi untuk berhijrah dari yang kurang
baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
Harapan untuk lebih berguna penting untuk diajarkan dalam kehidupan siswa karena
akan memberi kepuasan batin dan memperkuat eksistensinya sebagai makhluk sosial.
Dengan demikian siswa harus senantiasa diajarkan dan digali potensi-potensi
yang dimiliki, baik yang sifatnya kompetitif maupun komparatif. Terlebih
seorang siswa berguna secara khusus, menjadi pembeda dari yang lain. Harapan untuk
lebih menjadi manusia adalah cita-cita akhir dari sebuah poses pendidikan, sebagai
sebuah proses humanisasi. Proses ini dimulai dari ruang segi empat yang dinamakan
kelas. Dari ruangan inilah pangkal terciptanya generasi yang humanis atau yang tidak.
Dari sinilah budaya itu dibentuk yang nantinya terakumulasi menjadi sebuah
peradaban, sebab apa yang tercermin dalam realitas hidup adalah out come
pendidikan itu sendiri. Dengan demikian jelaslah bahwa proses yang benar dan baik
menjadi kunci utama pembangunan manusia sesungguhnya.
Benar artinya proses pembelajaran diajarkan dengan kejujuran, berstandar
proses, adaptif terhadap perkembangan keilmuan dan teknologi dan baik berarti
proses pembelajaran disampaikan dengan cara yang beretika, bermoral. Kejujuran
dalam proses selama ini terabaikan sehingga kini banyak dihasilkan prestasi-prestasi
yang artifisial. Proses kini tidak lagi standar karena membunuh ruang kreatifitas
siswa, dan hanya menghasilkan generasi copy-paste. Untuk itu perlu dilakukan
rekonstruksi pembelajaran untuk menjadi lebih jujur dan berstandar proses.
Menjadikan generasi berpengharapan adalah proses yang panjang, dijalani dengan
sungguh-sungguh dan penuh komitmen, serta dibarengi sikap yang optimis. Eksistensi
bangsa ini adalah eksistensi generasi muda kini, tanpa adanya pengharapan bagi
generasi muda berarti tiada pula pengharapan untuk bangsa ini di masa mendatang.
Untuk itu, jadikanlah siswa sebagai generasi yang berpengharapan.
Sumber :
https://www.academia.edu/4532939/Contoh_Karangan_Essay_Yang_Baik_Dan_Ben