• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENGELOLAAN FASILITAS OUTBOUND OBJEK WISATA LINGGO ASRI SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN REKREASI DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PENGELOLAAN FASILITAS OUTBOUND OBJEK WISATA LINGGO ASRI SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN REKREASI DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PEKALONGAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1

Untuk mencapai gelar sarjana pendidikan

oleh

IVA ALFINA

6101409006

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)

ii

ABSTRAK

Iva Alfina. 2013.Manajemen Pengelolaan Fasilitas Outbound Objek Wisata Linggo Asri Sebagai Wahana Pendidikan Rekreasi di Kabupaten Pekalongan Tahun 2013. Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Rumini S.Pd, M.Pd. Pembimbing II Mohamad Annas, S.Pd, M.Pd. (kata kunci: manajemen, fasilitas, outbound, dan pendidikan rekreasi)

Latar belakang dari penelitian ini adalah pentingnya manajemen pengelolaan fasilitas di suatu objek wisata outbound, karena dalam permainan

outbound diperlukan sarana dan prasarana khusus dalam permainannya yang

berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan pengunjung. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah manajemen pengelolaan fasilitas outbound Objek Wisata Linggo Asri sebagai wahana pendidikan rekreasi di Kabupaten Pekalongan tahun 2013? Manajemen pengelolaan fasilitas ini meliputi aspek pemeliharaan, keamanan, pendanaan, ketenagakerjaan, dan pendidikan rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan fasilitas outbound Objek Wisata Linggo Asri sebagai wahana pendidikan rekreasi di Kabupaten Pekalongan tahun 2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dimana peneliti ingin mengetahui pelaksanaan manajemen pengelolaan fasilitas outbound objek wisata linggo asri sebagai wahana pendidikan rekreasi di kabupaten Pekalongan tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Objek Wisata Outbound Linggo Asri di Kabupaten Pekalongan mempunyai manajemen pengelolaan fasilitas yang baik. Hasil penelitian 1) Proses perencanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen Objek Wisata Outbound Linggo Asri sudah berjalan sesuai dengan fungsi manajemen 2) Manajemen pengorganisasiannya mkurang baik karena masih belum tertata dengan rapi. 3) Proses pengarahan yang dilakukan oleh seorangketua 4) Pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen Outbound

Linggo Asri sudah berjalan sesuai dengan fungsinya.

Kesimpulan bahwa proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan manajemen wahana outbound di Pancasan

Dream Land Park kabupaten Banyumas tahun 2013 baik, dan manajemen telah

melaksanakan fungsi dan proses sebagaimana mestinya. Saran yang diajukan untuk General manager 1) Perencanaan sudah berjalan dengan baik dan harus menyusun program-program yang telah direncanakan. 2) pengorganisasian hendaknya dalam struktur organisasi memiliki koordinator bidang wahana, agar lebih fokus dalam pengelolaan wahana. 3) Pengarahan seorang General

manager harus lebih intensif lagi dan meningkatkan pengarahan secara langsung

(3)

iii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama :Iva Alfina

NIM : 6101409006

Jurusan :Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Judul :Manajemen Pengelolaan Fasilitas

Outbound

Objek Wisata Linggo

Asri Sebagai Wahana Pendidikan Rekreasi di Kabupaten

Pekalongan Tahun 2013.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini hasil karya saya

sendiri dan tidak menjiplak (plagiat) karya ilmiah orang lain, baik

seluruhnya maupun sebagian. Bagian di dalam tulisan ini yang merupakan

kutipan dari karya ahli atau orang lain, telah diberi penjelasan sumbernya

sesuai dengan tata cara pengutipan. Apabila pernyataan saya ini tidak

benar saya bersedia menerima sangsi akademik dari Universitas Negeri

Semarang dan sangsi hukum sesuai yang berlaku di wilayah negara

Republi Indonesia.

Semarang, 23 Agustus 2013

Yang menyatakan,

(4)

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Tanggal :

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Rumini, S.Pd, M.Pd Mohamad Annas, S.Pd, M.Pd NIP. 197002231995122001 NIP. 197511052005011002

Mengetahui Ketua Jurusan PJKR

(5)

v

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Iva Alfina NIM 6101409006 Program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi judul manajemen pengelolaan fasilitas outbound Objek Wisata Linggo Asri sebagai wahana pendidikan rekreasi di Kabupaten Pekalongan tahun 2013 telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada hari selasa tanggal 27 Agustus 2013

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Dr. H. Harry Pramono, M.Si. Agus Pujianto, S.Pd., M.Pd NIP. 195910191985031001 NIP. 197302022006041003

Dewan Penguji

1. Supriyono, S.Pd., M.Or(Ketua) _________________ NIP. 197201271998021001

2. Rumini, S.Pd., M.Pd(Anggota) ________________ NIP. 197002231995122001

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Maka apabila engkau

telah selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain(Q.S Al-Insyirah:6-7).

 Apa yang telah kita tabur dengan, sengaja atau tidak, didingat atau

dilupakan dan kapanpun juga, hukum alam mengajarkan apa yang kita tanam pasti akan menuai hasilnya (Andrie Wongso).

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan untuk:

 Orang tua saya tercinta Ibu Supartidan Bapak

Asmuniyang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan, serta doa untuk saya.  Kakak dan Adik saya tersayang, Ratih Sofiahdan

Risqi Sugeng Riyadi.

 Dosen-Dosen PJKR (FIK) yang selalu

membimbing saya.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul“Manajemen pengelolaan fasilitas outbound Objek Wisata Linggo Asri sebagai wahana pendidikan rekreasi di

Kabupaten Pekalongan tahun 2013”. Skripsi ini disusun dalam rangka

menyelesaikan studi strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak akan berhasil tanpa bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang telah membantu menyelesaikan

urusan administrasi.

3. Ketua Jurusan PJKR yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

4. Dosen Pembimbing I, Rumini S.Pd, M.Pd. atas bimbingan, arahan dan motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

viii

6. Dosen beserta Staff Tata Usaha Jurusan PJKR FIK UNNES yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya.

7. Ketua dan Trainer outbound di outbound Linggo Asri atas ijin dan bantuannya dalam wawancara dan pengambilan data saat penelitian.

8. Bapak dan Ibu tercinta, serta seluruh keluarga besarku atas kasih sayang, doa dan motivasinnya sehingga terselesainya penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman kos Fiesta atas doa, kebersamaan dan keceriaanya.

10. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapatpenulis sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amalan baik serta mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Penulis

(9)

ix DAFTAR ISI

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Penegasan Istilah ... 6

BAB IILANDASAN TEORI 2.1 Pengertian manajemen ... 7

2.2 Fungsi Manajemen ... 9

2.3 Manajemen olahraga ... 10

2.4 Manajemen Fasilitas Olahraga ... 12

(10)

x

2.6 Pendidikan Rekreasi ... 23

2.7 Kaitan Outbound dengan Pendidikan Rekreasi ... 28

2.8 Objek Wisata Outbound Linggo Asri ... 29

BABIIIMETODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 32

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian ... 32

3.3 Variabel Penelitian ... 33

3.4 Data dan Sumber Data ... 33

3.5 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ... 37

3.6 Metode Analisis Data ... 41

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 41

4.2 Pembahasan ... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan ... 76

5.2

Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Analisis Deskriptif Persentase ... 44

2. Analisis Deskriptif Persentase Indikator Keseluruhan Manajemen ... 56

3. Analisis Deskriptif Persentase Indikator Pemeliharaan Fasilitas ... 57

4. Analisis Deskriptif Persentase Indikator Keamanan Fasilitas ... 59

5. Analisis Deskriptif Persentase Indikator Pendanaan Manajemen ... 60

6. Analisis Deskriptif Persentase Indikator Ketenagakerjaan Manajemen ... 62

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.

Gambar Peta Wisata Kabupaten Pekalongan ... 45

2.

Gambar Peta ObjekWisata Linggo Asri ... 48

3.

Gambar Grafik Hasil Indikator Keseluruhan Manajemen ... 56

4.

Gambar Grafik Hasil Indikator Pemeliharaan Fasilitas ... 57

5.

Gambar Grafik Hasil Indikator Keamanan Fasilitas ... 59

6.

Gambar Grafik Hasil Indikator Pendanaan Manajemen ... 60

7.

Gambar Grafik Hasil Indikator Ketenagakerjaan Manajemen ... 62
(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ... 80

2. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 81

3. Surat Keterangan dari Outbound Linggo Asri ... 82

4. Pertanyaan Wawancara ... 83

5. Jawaban Wawancara ... 88

6. Kuesioner dan Jawaban Kuesioner ... 93

7. Struktur Organisasi UPT Linggo Asri………103

8. Struktur Organisasi Outbound Linggo Asri...104

9. Daftar Harga Tiket Masuk Outbound……….... 105

10. Daftar Paket OutboundLinggo Asri………..106

11. Protap Pemakaian Outbound Linggo Asri...107

12. 10 Budaya Malu Aparatur...108

13. Daftar Pengunjung Outbound Linggo Asri Tahun 2013...109

14. Peta Objek Wisata Linggo Asri...110

15. Peta Wisata Kabupaten Pekalongan...111

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan sekarang ini telah berkembang sangat pesat, khususnya pada bidang olahraga, sehingga mendorong kesadaran masyarakat akan arti pentingnya olahraga bagi kesehatan. Pada kenyataanya ada empat dasar tujuan manusia melakukan aktivitas olahraga. Pertama, mereka yang

melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan rekreasi. Kedua, mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk pendidikan. Ketiga, mereka yang melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani tertentu. Keempat, mereka yang melakukan kegiatan olahraga tertentu untuk mencapai prestasi yang optimal. Kegiatan olahraga pada hakikatnya dapat dibedakan menjadi dua aktifitas utama jika ditinjau dari sasarannya, yaitu kegiatan prestasi dan non prestasi.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis salah satu penunjang keberhasilan peningkatan kebugaran jasmani adalah sarana dan prasaran olahraga. Prasarana olahraga adalah segala sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Sedangkan pengertian sarana olahraga adalah sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani (Soepartono, 2000:5-6).

(15)

meliputi semua lapangan, bangunan olahraga serta perlengkapanya untuk melaksanakan program kegiatan olahraga (Soepartono, 2000:5-6).

Peran fasilitas olahraga sangatlah penting dalam suatu kegiatan olahraga. karena jika ketersediaan fasilitas sangat kurang maka kegiatan olahraga tidak akan berjalan dengan baik.

Olahraga diyakini sebagai upaya peningkatan kebugaran jasmani dan meningkatkan derajat kesehatan sehingga pengembangan olahraga tidak saja pada pencapaian secara prestasi tetapi olahraga juga harus dikembangkan dan ditingkatkan sebagai suatu gaya hidup seluruh lapisan masyarakat salah satunya melalui bidang olahraga rekreasi. Olahraga dikatakan mempunyai sebuah karakter permainan. Tidak dapat dikatakan bahwa olahraga itu sama dengan permainan. Karena permainan lebih luas dari olahraga. Olahraga lebih dapat dikatakan sebagai bentuk tersendiri dari permainan. Sedangkan rekreasi mempunyai peran untuk memberikan koreksi kehidupan bersama yang bisa membangkitkan kekakuan atau membangkitkan agresi.

Menurut Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 12. Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang

sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.

(16)

Salah satu olahraga rekreasi yang saat ini sedang digemari masyarakat adalah olahraga rekreasi outbound.Pada jaman sekarang outbound sudah menjadi olahraga rekreasi sekaligus sebagai wahana pendidikan rekreasi yang sangat digemari di kalangan pelajar maupun dikalangan masyarakat umum. Pendidikan rekreasi merupakan suatu proses pendidikan dimana tujuan dari pendidikan rekreasi bersifat mendidik. Ada 2 macam ruang lingkup pendidikan rekreasi yaitu ruang lingkup aktif dan ruang lingkup pasif. Salah satu bentuk ruang lingkup aktif dalam pendidikan rekreasi adalah wahana permainan

outbound. Wahana permainan outbound sangatlah menyenangkan, mulai dari

wahana dalam bentuk permainan ringan sampai dengan wahana yang memerlukan ketahanan dan tantangan fisik besar untuk menjalani petualangan yang mendebarkan dan penuh tantangan.

Dalam bidang pendidikan rekreasi outbound, peran fasilitas sangat penting. Fasilitas harus di rancang sedemikian rupa dan harus dipelihara dengan baik demi keamanan dan kenyamanan pengunjung. Jika fasilitas wahana

outbound tidak terpelihara dengan baik, maka wahana tersebut dapat

membahayakan pengunjung yang sedang menggunakanya. Sehingga dalam suatu objek wisata outbound perlu adanya manajemen pengelolaan fasilitas yang

baik.

(17)

(PERHUT), Kwartir Cabang (KWARCAB), dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Kabupaten Pekalongan.

Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah, keempat lembaga ini bekerja sama untuk memajukan Objek Wisata Linggo Asri ini. Lingo Asri adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Desa ini memiliki keindahan alam dan udara yang sejuk. Potensi alam desa ini juga sangat melimpah dengan pemandangan yang indah.

Pada awalnya keindahan alam Linggo Asri hanya dimanfaatkan sebagai wisata alam saja seperti taman dan kebunbinatang mini.Melihatpotensialam yang sangatmendukungsertabelumadanyawisataoutbound di Kabupaten Pekalongan, makapihak manajemenLinggoAsri pada tahun 2006membukawahanaoutbound

tersebut.

Wahana outbound ini banyak dimanfaatkan sebagai suatu wahana rekreasi oleh sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dinas-dinas pemerintah, dan pengunjung biasa, baik dari dalam maupun luar Kabupaten Pekalongan. Outbound Linggo Asri menawarkan berbagai macam wahana permainan, mulai dari permainan ringan sampai dengan permainan individual yang sangat menantang. Linggo Asri juga menyediakan fasilitas bumi perkemahan dan junggle tracking dengan rute

menyusuri hutan yang ada disekitar Linggo Asri.

Outbound Linggo Asri memiliki berbagai macam fasilitas, seperti aula

yang dapat menampunghingga 100 orang, mess, arena outbound dengan berbagai macam permainan, jungle cafe, tenda, sekretariat,danlain-lain.

(18)

Kabupaten Pekalongan, Penulis merasa tertarik dan berminat untuk melaksanakan penelitian tentang bagaimana pelaksanaan manajemen pengelolaan fasilitas outbound di Objek Wisata Linggo Asri ini.Karena manajemen merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari aktifitas suatu organisasi yang menyeluruh, termasuk juga dalam sebuah pengelolaan fasilitas objek wisata outbound. sedangkan peran fasilitas itu sendiri sangat berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan pengunjung yang datang.Oleh karena itu manajemen pengelolaan fasilitas disuatu objek wisata outboundsangatlah penting,karena dalam permainan outbound diperlukan sarana dan prasarana khusus dalam permainanya yang berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan pengunjung

Berdasarkan uraian tersebut, Peneliti merasa tertarik dan berminat untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Manajemen Pengelolaan Fasilitas

Outbound Objek Wisata Linggo Asri sebagai Wahana Pendidikan Rekreasi di

Kabupaten Pekalongan Tahun 2013’’

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah :

“Bagaimanakah manajemen pengelolaan fasilitas outbound Objek

Wisata Linggo Asri sebagai wahana pendidikan rekreasi di Kabupaten Pekalongan Tahun 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

(1) Sebagai sumbangsih pemikiran bagi lembaga pendidikan tinggi Universitas Negeri Semarang, khususnya mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan mengenai manajemen pengelolaan fasilitas olahraga.

(2) Sebagai pengembangan teori mengenai manajemen pengelolaan fasilitas dan pendidikan rekreasi outbound.

(3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi penelitian berikutnya, khususnya penelitian tentang manajemen pengelolaan fasilitas outbound sebagai wahana pendidikan rekreasi. 1.4.2 Manfaat Praktis

(1) Sebagai masukan bagi pengelola Objek Wisata Outbound Linggo Asri di Kabupaten Pekalongan untuk lebih meningkatkan mutu manajemen agar menjadi lebih baik.

(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam mengelola manajemen pengelolaan fasilitas.

1.5 Penegasan Istilah

(20)

1.5.1 Manajemen

Menurut Ricky W. Griffin dalam Mugiyo Hartono (2010:9) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran

(goals) secara efektif dan efisien.

1.5.2 Fasilitas

Fasilitas olahraga adalah semua prasarana olahraga yang meliputi semua lapangan, bangunan olahraga serta perlengkapanya untuk melaksanakan program kegiatan olahraga (Soepartono, 2000:5-6).

1.5.3 Outbound

Outbound berasal dari kata Out of Boundaries yang artinya

pembelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda dari biasanya.

Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Outbound juga dapat memacu

semangat belajar. Outbound merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang.

(http://www.kimpraswil.go.id/itjen/news/2003Accesed 27/8/2013).

1.5.4 Pendidikan Rekreasi

(21)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Manajemen

Mary Parker Folletdalam Mugiyo Hartono (2010:8) menyatakan bahwa manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, atau dapat diartikan bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen dapat pula diartikan sebagai kegiatan mengurus, membimbing serta mengarahkan agar suatu tujuan dapat tercapai. Untuk mencapai suatu tujuan dari organisasi, banyak aspek yang menjadi penentu yang terikat satu sama lainnya, diantaranya adalah pemimpin yang profesional, sarana yang memadai, waktu yang tersedia, dana yang mencukupi, dan dilaksanakan melalui tata pelaksanaan manajemen yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari George R Terry yang menyatakan bahwa unsur dasar

(basic element) yang merupakan sumber yang dapat digunakan (available

resources) untuk mencapai tujuan dalam manajemen adalah Men (manusia),

Materials (material), Machins (mesin-mesin), dan Money (uang) (Sukino,

2008:8).

(22)

2.2 Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan (Mugiyo Hartono, 2010:10).

Dalam pembahasan ini akan diperinci empat fungsi manajemen menurut T. Hani Handoko (2003: 23-26) :

2.2.1 Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.

2.2.2 Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat

membawa hal-hal tersebut kearah tujuan, penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada

individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi, dan dikoordinasikan.

2.2.3 Pengarahan (actuating)

(23)

pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin.

2.2.4 Pengawasan (controlling)

Pengawasan ( Controling ) adalah Penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi Pengawasan pada dasarnya yaitu :

(1) Penetapan standar pelaksanaan

(2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan

(3) Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan

(4) Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti suatu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaanya. Dalam esensinya tetap sama, bahwa manajemen terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari berbagai tahapan-tahapan tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi dan

juga setiap tahapan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi.

2.3 Manajemen Olahraga

(24)

manajemen dibidang industri. Hal tersebut bisa disebabkan oleh pendapat umum

yang menghubungkan olahraga dengan “bermain” dan manajemen dengan

“bekerja”.

Dengan telah berkembangnya olahraga (olahraga pendidikan, rekreasi, prestasi, kebudayaan tubuh, gimnologi, kinesiologi, sport, dan lain-lain), maka olahraga telah menjadi disiplin ilmu tersendiri, sebagaimana manajemen juga telah menjadi disiplin yang juga dipelajari di perguruan tinggi. Oleh karena itu, disiplin ilmu manajemen telah bertautan dengan disiplin ilmu olahraga membentuk indisiplin baru yang disebut manajemen olahraga. Dengan demikian, maka manajemen olahraga juga telah menjadi salah satu bidang ilmu yang banyak digeluti oleh para pakar maupun praktisi olahraga.

Pada dasarnya manajemen olahraga adalah perpaduan antara ilmu manajemen dan ilmu olahraga. Seorang yang telah lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi atau dari Lembaga Ilmu Manajemen Bisnis tidak otomatis mengerti atau dapat menerapkan manajemen olahraga (Harsuki, 2003:117).

(25)

2.4 Manajemen Fasilitas Olahraga

Fasilitas olahraga ialah semua prasarana olahraga yang meliputi semua lapangan dan bangunan olahraga beserta perlengkapannya untuk melaksanakan program kegiatan olahraga.

Berdasarkan batasan diatas, istilah fasilitas olahraga sudah mencakup pengertian prasarana dan sarana perlengkapan (Soepartono, 2000:5-6).

Yang dimaksud dengan manajemen fasilitas dapat diberikan contoh seperti komplek olahraga, sebuah stadion, gedung olahraga, kolam renang, dan lain-lain.

Manajemen fasilitas olahraga ialah suatu proses perencanaan, pengadministrasian, koordinasi, dan penilaian pelaksanaan harian dari fasilitas olahraga (Harzuki, 2003:160). Tugas-tugas ini meliputi suatu aturan pertanggung jawaban yang luas, termasuk memasarkan fasilitas, mempromosikan event yang menggunakan fasilitas tersebut, pemeliharaan fasilitas dan mempekerjakan serta memecat karyawannya.

Fasilitas olahraga tidak hanya sangat mahal harganya, entah itu fasilitas terbuka (outdoors) maupun fasilitas tertutup (indoors). Pembangunan fasilitas tersebut juga tidak murah harganya, demikian juga pemeliharaannya. Di Indonesia, fasilitas terbuka milik publik (pemerintah) tidak banyak, lebih-lebih fasilitas olahraga tertutup.

Dalam bidang olahraga rekreasi outbound, peran fasilitas sangat penting. Fasilitas harus dirancang sedemikian rupa dan harus dipelihara dengan baik demi keamanan serta kenyamanan pengunjung. Jika fasilitas wahana

outbound tidak terpelihara dengan baik, maka wahana tersebut dapat

(26)

suatu objek wisata outbound perlu adanya manajemen pengelolaan fasilitas yang baik.

2.4.1 Macam-Macam Fasilitas Olahraga 2.4.1.1 Fasilitas Tunggal

Artinya fasilitas itu umumnya hanya digunakan untuk satu cabang olahraga saja, misalnya stadion baseball, bowling valley, kolam renang, lapangan

golf, sirkuit motor dan mobil, trek lapangan balap kuda, dan lain-lain. 2.4.1.2 Fasilitas Serba Guna

Dapat dalam kategori indoors maupun outdoors. Yang termasuk

indoors, misalnya istana olahraga di kompleks Gelora Bung Karno, Senayan,

Jakarta, dapat dikategorikan serba guna, karena dapat untuk bermain dan bertanding bola basket, futsal, bola volly, bulutangkis, sepak takraw, olahraga bela diri, dan lain-lain. Untuk lapangan terbuka, misalkan dapat digunakan untuk

motor cross, show untuk kendaraan, dan konser. Sedangkan lapangan terbuka

yang ada di alam dapat digunakan sebagai tempat untuk berekreasi, seperti tempat wisata outbound dan jelajah alam. Fasilitas lain yang termasuk dalam fasilitas serbaguna yaitu gedung fitness centre.

2.4.1.3 Fasilitas Pada Rumah Kelab (Club House)

Seperti yang banyak kita dapati di negara-negara Eropa, diperlengkapi dengan barang (locker), toilet, shower, restoran, dan toko peralatan olahraga fasilitas terbuka maupun, dan diperlengkapi dengan kotak penyimpanan.

2.4.1.4 Fasilitas Olahraga yang Besar

(27)

2.4.2 Mengurus Fasilitas Olahraga

Fasilitas olahraga tidak hanya sangat mahal biaya pembangunannya, biaya pemeliharaannyapun tidak kurang mahalnya. Penggunaan fasilitas yang ada harus sangat dijaga sehingga dapat digunakan pada kurun waktu yang lama. Dengan demikian, anggaran yang ada dapat dicurahkan juga untuk program pengembangan olahraga.

Isu yang dihadapi oleh administrator saat ini ialah manajemen aset yang baik dan prosedur pemeliharaan dan analisis biaya pemeliharaan dan peyusunan aturan penggunaan fasilitas.

2.4.3 Faktor yang Terkait Fasilitas Olahraga

Tuntutan atau keinginan pengguna adalah faktor kritis pada tahap pertama, yang dipakai sebagai dasar keputusan penyediaan fasilitas. Terlalu sedikit fasilitas membuat frustasi masyarakat pengguna, sehingga mereka meninggalkannya. Terlalu banyak fasilitas mengakibatkan beratnya biaya operasional.

2.4.3.1 Indikasi Adanya Perencanaan dan Pemeliharaan Fasilitas yang Baik

(1) Terbukti adanya penggunaan fasilitas oleh para stakeholder.

(2) Terbukti bahwa fasilitas dimanfaatkan penuh, memenuhi kebutuhan fungsional, dan berada pada kondisi yang optimal.

(28)

(4) Terdapat catatan operasional yang terdokumentasi, seperti catatan anggaran, dan penggunaannya, catatan peralatan serta jadwal pemeliharaan yang dipatuhi, dan dilaksanakan.

(5) Terdapat upaya menejemen resiko, dan ada prosedur untuk keadaan darurat.

(6) Terdapat pembanding (benchmarking) dengan fasilitas sejenis di tempat lain dan telah ada target yang ditetapkan bagi masing-masing bagian pada organisasi fasilitas.

(7) Disisihkan sebagian anggaran secara teratur untuk biaya penggantian peralatan.

2.4.4 Manajemen Risiko

(1) Risiko ialah kemungkinan terjadinya sesuatu yang berpengaruh terhadap tujuan yang ditetapkan. Hal ini diukur dengan kemungkinan dan akibatnya.

(2) Pengurangan risiko ialah tindakan tertentu dengan tehnik yang tepat serta penggunaan prinsip manajemen untuk mengurangi kemungkinan timbulnya risiko ataupun akibatnya.

(3) Pemindahan risiko ialah pemindahan tanggung jawab atau beban atas

kerugian dari satu pihak melalui ketentuan (misalnya Undang-Undang, peraturan, dan lain-lain), komunikasi, asuransi, atau wahana yang lain. (4) Penerimaan risiko ialah suatu keputusan untuk tidak terlibat dalam suatu

risiko.

(29)

2.4.5 Pertimbangan Lingkungan

Dengan naiknya biaya operasional, terutama ditengah tingginya harga bahan bakar minyak dan berkurangnya sumber daya alam, fasilitas harus dapat dioperasikan dengan biaya yang ekonomis. Berikut ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan :

(1) Memilih tanaman dan rumput yang mudah tumbuh dengan biaya pemeliharaan rendah.

(2) Memilih waktu yang tepat untuk memberikan perlakuan kimiawi, sehingga tidak terbuang melalui penguapan.

(3) Menggunakan penerangan alami sebanyak mungkin dan menggunakan lampu yang tepat jika penerangan alami tidak memungkinkan.

2.4.5.1 Ciri-Ciri Fasilitas Yang Dikelola Dengan Baik

(1) Beroperasi pada jam yang ditentukan setiap harinya, dengan memberikan pelayanan yang ramah.

(2) Pelanggan baru diterima secara baik, dan mereka mendapat petunjuk sehingga dapat menggunakan fasilitas sebaik-baiknya.

(3) Karyawan yang terlatih dengan baik, peran, dan tanggung jawabnya dapat dikenali oleh setiap pengguna.

(4) Prosedur keselamatan, PPPK, pertolongan darurat, dan lain-lain telah di dokumentasikan dan siap untuk beroperasi.

(5) Melalui pengoperasiannya, fasilitas dapat menghasilkan manfaat ekonomi.

2.4.5.2 Tantangan Bagi Administrator Olahraga

(30)

seluruh aspek terkait dalam pengoperasian suatu fasilitas olahraga, karena hal-hal tersebut merupakan bagian integral dari sistem olahraga. (2) Administrator olahraga harus dapat memastikan bahwa fasilitas

olahraga tersedia dengan cukup dan fasilitas tersebut beroperasi dengan optimal.

(3) Yang paling utama, administrator olahraga harus dapat memastikan bahwa pengoperasian fasilitas berstandar tinggi dapat dilakukan dengan biaya seminimal mungkin.

2.4.6 Fasilitas Olahraga Membutuhkan Evaluasi 2.4.6.1 Sifat Dasar Fasilitas Olahraga

(1) Tanpa fasilitas memadai, olahraga massal dan prestasi tidak dapat berlangsung dengan baik dan sulit untuk berkembang dengan baik. (2) Pembangunan fasilitas sangat mahal dan perlu diingat, makin besar

fasilitas makin tinggi biaya pemeliharaanya.

(3) Kita harus pandai-pandai membuat pertimbangan fasilitas besar dan kecil, outdoor dan indoor, kering dan basah, dan lain-lainnya.

(4) Guna menentukan fasilitas yang tepat, dibutuhkan suatu perangkat yang disebut dengan evaluasi kebutuhan.

2.4.6.2 Apa Itu Evaluasi?

Secara ringkas dijelaskan bahwa evaluasi kebutuhan ialah perangkat yang digunakan untuk “menentukan apakah fasilitas baru sudah diperlukan”. Jika

sudah diperlukan “bagaimana tipe dan spesifikasi fasilitas tersebut”?

2.4.7 Manajemen Fasilitas

(31)

fasilitas. Sebagai akibatnya, jika anda tertarik untuk bekerja pada manajemen fasilitas, maka perlu untuk membaca deskripsi tugas secara teliti guna menentukan tugas yang tepat terkait dengan gelar jabatan yang khusus.

Berikut dapat diuraikan beberapa posisi manajemen yang di iringi dengan tanggung jawab dan peringatan bahwa situasi khusus mungkin berbeda. Secara umum, tiga posisi yang terdapat dalam manajemen fasilitas umumnya, terdiri dari:

2.4.7.1 Direktur Fasilitas

Direktur fasilitas, sering kali disebut sebagai manajer fasilitas, mempunyai tanggung jawab yang menyeluruh atas semua fasilitas. Pejabat ini terutama bertanggung jawab atas pengadministrasian yang tepat dan pembuatan prosedur operasi yang baku akan fasilitas.

2.4.7.2 Manajer Operasi

Manajer operasi melapor langsung pada direktur fasilitas dan bertanggung jawab akan semua karyawan, prosedur, dan kegiatan yang terkait dengan fasilitas. Manajer ini mempunyai tugas yang bermacam-macam, seperti merumuskan peranan, tanggung jawab, dan wewenang dari staf fasilitas, merekrut karyawan guna mengkoordinasikan berbagai bidang fasilitas,

mengkoordinasikan karyawan, kebijakan prosedur dan kegiatan pada fasilitas, memberi penilaian pada pengoperasian fasilitas, dan memberikan rekomendasi kepada direktur fasilitas.

2.4.7.3 Koordinator Event

(32)

pameran-pameran lain, rapat partai politik, maupun event olahraga yang lain. Sebagai tambahan dari tanggung jawab pengelolaan secara tradisional, para manager fasilitas ini banyak terlibat dalam Paket Manajemen Fasilitas Terpadu (Total

Facility Management Package). Yang termasuk dalam penyusunan paket ini

adalah: (1) Perencanaan, (2) Pengadministrasian, (3) Pengoprasian, (4) Pemasaran, (5) Keuangan, (6) Percabangan legal dari manajemen fasilitas.

2.4.8 Merencanakan Fasilitas Olahraga

Pada permulaannya, terutama jika fasilitas itu digunakan untuk pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, maka dua prinsip yang berhubungan dengan manajemen fasilitas, haruslah mendapat perhatian yang utama dari para pembina, adalah:

(1) Fasilitas dibangun sebagai hasil dari kebutuhan dan program masyarakat.

(2) Perencanaan bersama adalah sangat esensial untuk merancang dan membangun fasilitas yang bermutu.

2.5 Pengertian Outbound

Pada awalnya metode outbound merupakan metode yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan belajar manusia dengan berinteraksi

(33)

Outbound berasal dari kata Out of Boundaries yang artinya pembelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda dari biasanya.

Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Outbound juga dapat memacu

semangat belajar. Outbound merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang.

(http://www.kimpraswil.go.id/itjen/news/2003Accesed 27/8/2013).

Menurut Ancok Djamaludin (2000:3) “outbound adalah kegiatan di alam

terbuka (outdoor), outbound juga dapat memacu semangat belajar”. Outbound

merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang di dapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Bentuk kegiatan outbound berupa stimulasi kehidupan melalui permainan-permainan (games) yang kreatif, rekreatif, dan edukatif, baik secara individual maupun kelompok, dengan tujuan untuk pengembangan diri maupun kelompok.

2.5.1 Sejarah Outbound

Outbound mulai di kenal sebagai metode pelatihan untuk

pengembangan diri (personal development) dan tim (team development). Proses

pencarian pengalaman melalui kegiatan terbuka sudah sejak jaman Yunani Kuno, kemudian pada tahun 1821, pendidikan melalui kegiatan di alam terbuka ini mulai dilakukan dengan berdirinya Round Hill School.

(34)

Tahun 1933, Dr. Kurt Hahn melarikan diri ke Inggris karena berbeda pandangan politik dengan Hitler, dengan bantuan Lawrence Holt, seorang pengusaha kapal niaga, ia mendirikan lembaga pendidikan outbound tersebut. Hahn memakai nama Outward Bound saat mendirikan sekolah yang terletak di Aberdovey, Wales, pada tahun 1941, yang bertujuan untuk melatih fisik dan mental para pelaut muda, terutama guna menghadapi ganasnya pelayaran di lautan Atlantik pada saat berkecambuknya Perang Dunia II.

Mengingat media, metode dan pendekatan yang dipergunakan di

Outward bound, banyak ahli pendidikan yang mengklasifikasikan bentuk

pelatihan ini sebagai experiential learning (belajar dari pengalaman). Metode ini akan lebih efektif apabila peserta langsung praktik. Pasalnya, retensi (masa daya ingat) akan lebih panjang dibandingkan ketika peserta hanya belajar teori di dalam kelas. Sempitnya ruang kelas juga membatasi aktivitas (Agustinus Susanta, 2010:7).

2.5.2 Metode Kegiatan Outbound

Banyak pakar pendidikan dan pelatihan yang mengajukan konsep tentang bagaimana sebuah proses belajar akan efektif. Salah satu pendapat dikemukakan oleh Boyett dan Boyett (1998), bahwa setiap proses belajar yang

efektif memerlukan tahapan berikut ini: (1) Pembentukan pengalaman

(Experience), (2) Perenungan pengalaman (Reflect), (3) Pembentukan konsep

(Form Concept), (4) Pengujian konsep (Test Concept).

2.5.3 Karakteristik Permainan Outbound 2.5.3.1 Permainan Outbound

(35)

“outbound” adalah kegiatan luar ruangan yang tujuannya untuk relaks dan santai,

dengan rangkaian petualangan dan permainan yang relatif ringan. Sedangkan istilah outbound yang sering digunakan merupakan kegiatan luar ruangan yang ekstrem. Dalam outbound, petualangan yang disodorkan adalah petualangan yang memiliki tingkat kesulitan tertentu sehingga mampu memacu andrenalin. 2.5.3.2 Jenis Kegiatan Outbound

Menurut Agustinus Susanta (2010), Pembagian outbound ada 2, yaitu:

(1) Real Outbound

Yaitu peserta memerlukan ketahanan dan tantangan fisik besar untuk menjalani petualangan yang mendebarkan dan penuh tantangan.

(2) Fun Outbound/semi outbound

Yaitu kegiatan di alam terbuka yang hanya melibatkan permainan ringan, menyenangkan, dan berisiko pengembangan peserta, khususnya dari sosial atau interaksi dengan sesama.

2.5.3.3 Manfaat Outbound

Manfaat kegiatan outbound antara lain: (1) Melatih ketahanan mental dan pengendalian diri, (2) Melahirkan semangat kompetisi yang sehat, (3) Meningkatkan jiwa kepemimpinan, (4) Melihat kelemahan orang lain bukan

sebagai kendala, (5) Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan dalam situasi sulit secara cepat dan akurat, (6) Membangun rasa percaya diri, (7) Meningkatkan kemampuan mengenal diri dan orang lain.

2.5.3.4 Materi dalam Outbound

(36)

Sedangkan Aspek Peningkatan Sumber Daya Manusia terdiri dari: (1) Kognitif (pengetahuan), (2) Afektif (sikap), aspek ini paling banyak porsinya, (3) Psikomotorik (keterampilan). Adapun beberapa peralatan outbound yang digunakan dalam pelaksanaan outbound Game antara lain:

2.6 Pendidikan Rekreasi

Menurut Muhamad Murni dan Yudha. M (2000), pendidikan dan rekreasi merupakan dua istilah yang memiliki makna berbeda. Namun, banyak orang yang mengklaim bahwa apabila definisi pendidikan dalam arti luas maka pendidikan itu dapat mencakup rekreasi. Dengan interpretasi semacam ini, perbedaan antara rekreasi dan pendidikan menjadi tidak jelas.

Suatu pandangan kontemporer, seperti yang diekspresikan oleh Hutchinson menjelaskan bahwa rekreasi merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Pandangan semacam ini di dasarkan pada asumsi bahwa proses belajar terdiri dari komponen-komponen yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi rekreasi. Sementara situasi belajar tidak tergantung pada situasi rekreasi.

Hutchinson memaparkan bahwa prinsip-prinsip pendidikan aktual dapat diterapkan dalam berbagai situasi rekreasi. Elemen-elemen ini mencakup

hubungan individu dengan motivasi, pemahaman, prestasi, dan transfer belajar pada situasi lainnya. Oleh karena rekreasi memiliki karakter informal, maka rekreasi dianggap sebagai sebuah metode untuk mencapai tujuan pendidikan. 2.6.1 Pengertian Pendidikan Rekreasi

(37)

perwujudan dari kegiatan rekreasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan rekreasi merupakan proses pendidikan. Karena tujuanya bersifat mendidik. Dalam pelaksanaanya, kegiatan rekreasi digunakan sebagai wahana atau pengalaman belajar. Melalui pengalaman belajar inilah, maka siswa sebagai peserta didik akan tumbuh dan berkembang guna mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan rekreasi adalah proses ajar melalui kegiatan rekreasi dan sekaligus pula sebagai proses ajar untuk menguasai aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Istilah lain dari pendidikan rekreasi adalah pendidikan waktu luang. Tujuannya adalah dalam upaya membimbing dan mengarahkan peserta didik supaya dapat memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan yang bersifat rekreatif dan positif. Cakupan dan arahan ini tertuju pada pemenuhan potensi rekreasi seperti aspek fisik, psikis, emosional, sosial, intelektual, dan spiritual.

2.6.2 Fungsi Pendidikan Rekreasi

Karena pendidikan rekreasi telah menjadi bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan, maka dalam pelaksanaanya pendidikan rekreasi memiliki fungsi yang mengacu pada tujuan pendidikan. Adapun fungsi pendidikan

rekreasi adalah:

2.6.2.1 Memperkaya Wawasan dan Pengetahuan.

(38)

sejarah, pengamatan flora dan fauna, kunjungan ke musium, mendaki gunung, pergi ke pantai, dan sebagainya.

2.6.2.2 Meningkatkan Skill

Banyak sekali kegiatan rekreasi yang dapat meningkatkan skill seperti permainan tradisional, melukis, pekerjaan tangan, dan sebagainya. Apabila kegiatan ini dilakukan secara teratur melalui pendidikan rekreasi, peserta didik tidak akan merasa terpaksa. Mereka cenderung suka rela mencari kegiatan yang sesuai dengan keinginan dan bakatnya.

2.6.2.3 Menambah Gairah Belajar

Agar peserta didik gairah belajarnya meningkat, maka harus diberi waktu luang. Waktu luang dapat dimanfaatkan mereka untuk memulihkan kondisi yang sudah jenuh. Alangkah baiknya pemanfaatan waktu luang ini sifatnya mendidik seperti bermain.

2.6.2.4 Menumbuhkan Sikap Hidup Yang Kreatif Dan Sosial

Untuk menumbuhkan sikap hidup yang kreatif dan sosial, peserta didik dapat diajak keluar kelas. Dengan disediakan peralatan seadanya, mereka diminta untuk membuat sesuatu yang mereka sukai.

2.6.2.5 Membentuk Personaliti

Membentuk kepribadian yang tangguh menjadi tujuan yang bisa dikembangkan dalam pendidikan rekreasi. Peserta didik dapat dibina untuk biasa hidup mandiri seperti kegiatan survival.

2.6.2.6 Mensyukuri Kebesaran Tuhan

(39)

2.6.2.7 Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air

Dalam upaya menumbuhkan rasa cinta tanah air, pendidikan rekreasi dapat menfasilitasinya. Peserta didik dapat diajak dengan mendatangi taman mini Indonesia indah.

2.6.3 Ruang Lingkup Pendidikan rekreasi

Karena tujuan pendidikan rekreasi bersifat mendidik, maka dalam pelaksanaannya kegiatan rekreasi digunakan sebagai wahana untuk mencapai tujuan pendidikan. Agar tujuan ini dapat dipenuhi, maka disusun ruang lingkup pembelajaran yang serasi dengan karakteristik pendidikan rekreasi. Ruang lingkup pendidikan rekreasi yaitu yang bersifat aktif dan bersifat pasif.

2.6.3.1 Ruang lingkup bersifat aktif

Artinya yaitu kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada peserta didik melalui aktifitas yang mereka lakukan sendiri atau kelompok. Beberapa bentuk pendidikan rekreasi yang bersifat aktif sebagai berikut:

(1) Rekreasi melalui Olahraga

Kegiatan ini cenderung menggunakan aktifitas fisik, tujuannya adalah untuk memberikan pembinaan pada unsur fisik bagi peserta didik. (2) Rekreasi melalui Seni dan Budaya

Pendidikan rekreasi dapat dijadikan wahana bagi peserta didik dalam membina bakat seninya. Akhirnya peserta didik diharapkan terbentuk apresiasi budayanya melalui seni.

(3) Rekreasi di Alam Terbuka

(40)

mereka dapat memposisikan dirinya dalam pencarian sesuatu yang dianggapnya baru dan disukainya. Karena alam menyimpan jutaan misteri, maka peserta didik akan dapat menemukan berbagai macam keunikan yang baru dilihatnya. Dalam pelaksanaannya kegiatan yang termasuk rekreasi di alam terbuka adalah kegiatan outbound, napak tilas, survivel, petualangan di darat atau di air, berkemah, dan pengamatan flora dan fauna.

(4) Rekreasi melalui Kegiatan Sosial

Disaat krisis multi dimensi sekarang ini menumbuhkan sikap sosial menjadi sesuatu hal yang sulit. Orang lebih cenderung mementingkan dirinya dan keluarganya. Kepentingan orang lain menjadi terabaikan. Pendidikan rekreasi dapat dipakai untuk menjembatani kesulitan itu. Contohnya dengan melalui kegiatan bakti sosial di lingkungan sekolah. (5) Rekreasi melalui Kegiatan Keterampilan

Pendidikan rekreasi merupakan proses pendidikan yang dilakukan pada waktu luang tanpa ada paksaan. Jadi pelakunya akan secara sukarela melakukan kegiatan apapun termasuk keterampilan.

2.6.3.2 Ruang Lingkup Pasif

Ruang lingkup pasif ini dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang tidak terlalu melibatkan aktifitas fisik dan peserta didik tidak melakukan kegiatannya di lapangan. Bentuk pendidikan rekreasi pasif sebagai berikut:

(1) Rekreasi melalui Bacaan

(41)

yang didapati dalam pendidikan rekreasi ini peserta didik mulai tumbuh dan berkembang kesenangan akan bacaan.

(2) Rekreasi melalui Pertunjukkan

Peserta didik dapat diarahkan melalui pendidikan rekreasi berupa pertunjukkan atau tontonan yang positif. Apabila guru dapat memilih tontonan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya, maka dampaknya akan bersifat positif. Sebaliknya tontonan yang kurang mendidik akan berdampak negatif.

(3) Rekreasi melalui Musik

Mendengarkan musik melalui radio atau televisi menjadi salah satu kegiatan rekreasi. Karena pendidikan rekreasi merupakan proses pendidikan di sekolah pada waktu luang, maka peserta didik dapat mengembangkan apresiasi terhadap seni musik.

2.7 Kaitan Outbound dengan Pendidikan Rekreasi

Pendidikan dan rekreasi merupakan dua istilah yang memiliki makna berbeda. Namun, banyak orang yang mengklaim makna pendidikan dalam arti luas makna pendidikan itu dapat mencakup rekreasi. Dengan interprestasi semacam ini, perbedaan antara rekreasi dan pendidikan menjadi tidak jelas.

(42)

Salah satu pendidikan rekreasi yang saat ini sedang digemari adalah pendidikan rekreasi outbound. Outbound dapat di kategorikan sebagai salah satu pendidikan rekreasi karena didalam outbound terkandung nilai-nilai permainan yang kreatif, rekreatif, dan edukatif, baik secara individual maupun kelompok dengan tujuan untuk pengembangan diri maupun kelompok. Outbound juga merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang di dapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Sedangkan pendidikan rekreasi itu sendiri merupakan proses pendidikan yang Dalam pelaksanaannya kegiatan rekreasi digunakan sebagai wahana atau pengalaman belajar.

Pengalaman belajar melalui kegiatan outbound inilah, maka siswa sebagai peserta didik akan tumbuh dan berkembang guna mencapai tujuan pendidikan. Maka nilai-nilai yang terkandung didalam outbound pada hakikatnya identik dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan rekreasi yang pada intinya kegiatan itu bertujuan untuk mencari pengalaman belajar berupa permainan yang kreatif, rekreatif dan edukatif, baik secara individual maupun kelompok.

2.8 Objek Wisata Outbound Linggo Asri

2.8.1 Sejarah Objek Wisata Outbound Linggo Asri

(43)

Provinsi antara Kabupaten Pekalongan dan Banjarnegara sangat memudahkan bagi wisatawan untuk berkunjung.

Pada awalnya keindahan alam Linggo Asri hanya dimanfaatkan sebagai objek wisata alam saja, seperti taman dan kebun binatang mini. Melihat potensi alam yang sangat mendukung serta belum adanya wisata outbound di Kabupaten Pekalongan, maka pihak manajemen Linggo Asri pada tahun 2006 resmi membuka wahana outbound Linggo Asri yang dikelola dan digagas oleh Pemerintah Daerah (PEMDA), Perhutani (PERHUT), Kwartir Cabang (KWARCAB), dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Kabupaten Pekalongan.

Wahana outbound Linggo Asri ini buka setiap hari mulai pukul 07.30-16.00 WIB. Jadwal tersebut tidak berlaku jika ada kegiatan atau event dari instansi atau sekolah-sekolah dilokasi outbound tersebut.

2.8.2 Jenis Wahana Permainan

Outbound Linggo Asri ini menyediakan berbagai macam

wahana-wahana permainan yang diklasifikasikan sebagai berikut :

(1) Young Tree Top Game: Double Flaying Fox, Jembatan Burma,

Jembatan Goyang, Rock n Roll.

(2) Children Tree Top Game: Double Flaying Fox, Real Way Bridge, Flying

Tunel, Lock Cross.

(3) Ground Game: Pipa Bocor, Ufo, Running Ball, Water Fall, Tusuk Balon,

Kapal Pecah, Water Estafet, Dancing Ball, Spider Web, Hunter My Name, dll.

(4) Ice Breaking Game: Berhitung, Mengenal Binatang, Tupai, Kata Simon,

(44)

2.8.3 Fasilitas Bumi Perkemahan

Fasilitas yang ada di bumi perkemahan ini adalah : Aula, meja, kursi, 1 unit Mess, 2 Unit Junggle House, Kantor kesekretariatan, tersedia lebih dari 100 tapak tenda, MCK (26 Outdoor dan 9 indoor), 1 UnitCafe, Mushola, Lapangan/ wahana outbound.

2.8.4 Protap Pemakaian Outbound 2.8.4.1 Petugas atau Pemandu Outbound

(1) Minimal 1 minggu sekali cheking alat dan arena outbound.

(2) Setiap akan ada pemakaian, 1 hari sebelumnya di cheking alat dan arena.

(3) Mengkoordinasi seluruh tenaga instruktur setiap akan ada pemakaiaan

outbound.

(4) Melakukan evaluasi setelah selesai kegiatan

(5) Pemandu wajib menjelaskan safety procedure kepada pemakai

outbound.

(6) Membersihkan dan merawat alat setiap habis dipakai. 2.8.4.2 Pengunjung atau Pemakai Outbound

(1) Pemakai wajib mematuhi aturan yang disampaikan pemandu. (2) Menjaga keamanan, kenyamanan, dan kebersihan.

(3) Dilarang berbuat kegaduhan atau kerusuhan.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan cara untuk memilih atau menentukan jenis pendekatan yang akan diambil oleh peneliti. Jenis pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan non-eksperimen (kualitatif). Pendekatan non-eksperimen merupakan pendekatan penelitian yang hanya meneliti apa yang sudah ada (Suharsimi Arikunto, 2006:82). Penelitian ini berkaitan dengan manajemen pengelolaan fasilitas outbound Objek Wisata Linggo Asri sebagai wahana pendidikan rekreasi di Kabupaten Pekalongan tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian 3.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian manajemen pengelolaan fasilitas outbound ini adalah di Objek Wisata outbound Linggo Asri Kabupaten Pekalongan.

3.2.2 Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Manajemen pengelolaan fasilitas outbound Objek Wisata Linggo Asri sebagai wahana pendidikan rekreasi di Kabupaten Pekalongan tahun 2013.

3.2.2.1 Subyek Penelitian

(46)

Trainer outbound Linggo Asri, serta Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi yaitu pengunjung.

3.2.2.2Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pelaksanaan manajemen pengelolaan fasilitas outbound Linggo Asri sebagai wahana pendidikan rekreasi di Kabupaten Pekalongan tahun 2013.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari orang maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009:38).

Berdasarkan metode penyusunan yang digunakan serta pengertian penelitian di atas, maka variabel yang akan dibahas yaitu: manajemen pengelolaan fasilitas outbound Linggo Asri sebagai wahana pendidika rekreasi di Kabupaten Pekalongan tahun 2013.

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data Penelitian

Data adalah kumpulan keterangan yang benar dan nyata (Kamus Bahasa Indonesia). Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan sekunder. Pengertian data primer menurut Zaenal Mustafa TQ

(2009:92) dalam bukunya “Mengurai Variabel hingga Instrumentasi” bahwa:

“Data primer ialah data yang diperoleh berdasarkan pengukuran secara langsung

oleh peneliti sari sumbernya (subyek penelitian)”. Data sekunder adalah data

(47)

keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen pada suatu klub atau organisasi.

Sesuai dengan tujuan dan perumusan masalah penelitian, maka data yang diperlukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan sistem manajemen pengelolaan fasilitas outbound Linggo Asri Kabupaten Pekalongan tahun 2013 adalah:

(1)

Data mengenai sistem manajemen pengelolaan fasilitas outbound

Linggo Asri Kabupaten Pekalongan tahun 2013.

(2)

Data mengenai pelaksanaan manajemen pengelolaan fasilitas outbound

Linggo Asri Kabupaten Pekalongan tahun 2013. 3.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2006:129).

Jenis sumber data terutama dalam penelitian kualitatif dapat diklasifikasi sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2006:132).

3.4.2.1 Narasumber (Informan)

Narasumber atau informan adalah orang yang memberikan informasi. (Suharsimi Arikunto, 2006:145). Narasumber dalam hal ini yaitu orang yang bisa memberikan informasi lisan tentang sesuatu yang ingin kita ketahui. Narasumber dalam penelitian ini adalah pelaku atau pelaksana manajemen pengelolaan fasilitas outbound Linggo Asri di Kabupaten Pekalongan tahun 2013 (ketua dan

traineroutbound), Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten

(48)

3.4.2.2 Peristiwa atau Aktifitas

Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dari peristiwa atau aktivitas ini, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung (Suharsimi Arikunto, 2006:157). Peristiwa atau aktifitas dalam penelitian ini adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh pihak manajemen di dalam objek wisata outbound Linggo Asri ini.

3.4.2.3 Tempat atau lokasi

Informasi kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas bisa digali lewat sumber lokasinya, baik berupa tempat maupun lingkungannya. Dari pemahaman lokasi dan lingkungan, peneliti bisa secara cermat mengkaji dan secara kritis menarik kemungkinan kesimpulan (Suharsimi Arikunto, 2006:87). Lokasi dalam penelitian ini adalah Objek Wisata Outbound Linggo Asri di Kabupaten Pekalongan. dimana peneliti mengkaji bagaimana manajemen pengelolaan fasilitas outbound di tempat tersebut, mulai dari aspek pemeliharaan fasilitas, keamanan fasilitas, pendanaan, ketenagakerjaan, dan pendidikan rekreasi. 3.4.2.4 Dokumen

(49)

keadaan diam dan gerak. Place yang diam dalam penelitian ini adalah ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna dan lain-lain di dalam Objek Wisata

Outbound Linggo Asri, sedangkan place yangbergerak dalam penelitian ini

adalah aktifitas, kinerja, serta kegiatan outbound itu sendiri. Paper adalah data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Paper dalam penelitian ini adalah data-data tertulis dan dokumen-dokumen fisik yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen pengelolaan fasilitas Objek Wisata Outbound Linggo Asri sebagai wahana pendidikan rekreasi di Kabupaten Pekalongan tahun 2013.

3.4.3 Prosedur Penelitian

Untuk melaksanakan penelitian ini, diperlukan prosedur penelitian yang menyebutkan bagaimana langkah-langkah penelitian itu dilaksanakan. Adapun prosedur penelitian itu adalah:

(1) Tahap awal penelitian

Membuat proposal penelitian yang kemudian diajukan kepada jurusan untuk persetujuan penelitian. Setelah proposal disetujui, kemudian melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing.

(50)

(3) Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah perlengkapan penelitian sudah lengkap yaitu berupa pedoman pertanyaan wawancara, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan wawancara dengan sejumlah informan atau responden. Setelah merangkum wawancara dengan informan, peneliti menyusun angket dengan alternatif jawaban. Langkah selanjutnya menyebarkan angket pada informan, dan pada saat yang bersamaan, penulis memberikan keterangan yang berhubungan dengan pengumpulan data. Setelah informan selesai mengisi angket tersebut, maka angket tersebut dikumpulkan untuk dianalisis.

(4) Tahap akhir penelitian

Setelah data dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis data. Selanjutnya data tersebut didiskusikan dengan dosen pembimbing. 3.5 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode (Suharsimi Arikunto, 2006:149).

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap

peneliti, meliputi: pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun logiknya (Sugiyono, 2009:222).

(51)

kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2009:222). Adapun instrumen dalam penelitian ini meliputi observasi dengan mendata sarana dan prasarana serta pengelolaanya yang ada di outbound Linggo Asri Kabupaten Pekalongan, wawancara dengan berpedoman pada kisi-kisi dan pedoman wawancara yang telah peneliti buat, dokumen dengan mencari tahu tentang administrasi dan pengelolaan fasilitas, serta mengambil gambar-gambar yang berhubungan dengan proses manajemen yang ada di outbound Linggo Asri dan angket yang akan diberikan kepada responden.

3.5.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2009:224). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi atau penggabungan, yaitu observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi.

Berikut ini akan diuraikan beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

3.5.2.1 Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpualan data dan pendukung untuk mengumpulkan data yang diharapkan. Observasi dapat dilakukan di tempat yang berhubungan dengan aspek pelaksanaan sistem manajerial di

outbound Linggo Asri Kabupaten Pekalongan. Data tersebut berupa tempat objek

(52)

3.5.2.2 Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu dan dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak mungkin bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2009:233). Penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam (Sugiyono, 2009:333).

3.5.2.3 Kuisoner/Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden atau informan untuk dijawab (Sugiyono, 2009:142). Kuisoner ini digunakan untuk penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan cara mengedarkaan formulir daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respons) tertulis seperlunya.

Penelitian ini menggunakan tipe angket tertutup, yaitu angket yang pertanyaannya mengharapkan responden menjawab dengan cepat, dan juga

(53)

3.5.2.4 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006:230). Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2009:240).

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih kredibel atau dapat dipercaya (Sugiyono, 2009:240).

Bentuk dokumen yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian ini adalah laporan, sejarah, organisasi, Arsip dari pengurus objek wisata, foto-foto fasilitas yang ada, dan juga foto-foto kegiatan di objek wisata outbound tersebut.

Penelitian menggunakan triangulasi dalam teknik pengumpulan datanya. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiono, 2009:241). Teknik yang digunakan peneliti adalah observasi, wawancara, angket/kuesioner, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (disebut: triangulasi teknik) atau triangulasi sumber yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

3.5.3 Penyusunan Alat Pengumpulan Data

(54)

kisi-kisi, (2) Menyusun rancangan wawancara, (3) Menyusun rancangan angket dan membuat pilihan jawaban, (4) Memperbanyak angket sesuai dengan jumlah narasumber yang telah ditetapkan oleh peneliti.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data (Bogdan & Biklen, 1982) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2007:248).

Berkaitan dengan analisis data, adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.6.1 Teknik Analisis Kualitatif

Analisisi data secara kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis kualitatif ini adalah sebagai berikut:

3.6.1.1 Reduksi Data

Reduksi data secara sempit diartikan sebagai proses pengurangan data, namun dalam arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik

pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang atau merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2009:247).

3.6.1.2 Penyajian Data

(55)

Moleong (2007:288) penyajian data atau kategorisasi merupakan upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. 3.6.1.3 Penarikan Kesimpulan/verifikasi

Merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat padat dan mudah dipahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan, dan perumusan masalah yang ada.

Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2009:252).

Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu yang berhubungan pada sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data.

3.6.2 Teknik Analisis Kuantitatif (Kuesioner)

Analisis data sangat penting artinya dalam suatu penelitian, karena dengan analisis data nantinya bisa ditarik suatu kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan. Dalam menganalisa data perlu diadakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian.

(56)

berupa data mentah sehingga akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian, penemuan indeks persentase dihitung dengan rumus deskriptif persentase (DP) sebagai berikut:

n

% = X 100

N

Dimana

:

% = Persentase

n = Nilai yang diperoleh

N = Jumlah seluruh nilai

(Muhammad Ali, 1993:186)

Untuk menentukan kategori/jenis deskriptif persentase yang diperoleh

masing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif persentasekemudian ditafsirkan kedalam kalimat.

Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut: (1) Menentukan angka persentase tertinggi

Skormaksimal 4

X 100% = X 100%

Skormaksimal 4

(2) Menentukan angka persentase terendah Skorminimal 1

X 100% = X 100%

Skormaksimal 4

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 4.4 Grafik analisis deskriptif persentase semua  aspek manajemen
Tabel 4.2  Deskriptif Persentase Manajemen Pengelolaan Fasilitas Outbound Objek Wisata Linggo Asri Aspek Pemeliharaan Fasilitas
Gambar 4.5 Grafik analisis deskriptif persentase manajemen pengelolaan fasilitas outbound aspek pemeliharaan fasilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka kami Unit Layanan Pengadaan, Pokja Jasa Konsultan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, mengundang saudara untuk megikuti acara seperti tersebut pada Perihal diatas

Meskipun mayoritas orang tua yang terlibat sebagai peserta pelatihan menilai materi parent education tentang pendidikan seks bagi remaja sudah memadai, namun masih

Penerapan Hasil Belajar Membuat Hiasan Busana Pada Pembuatan Busana Pesta Anak.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daya hidup tanaman tidak dipengaruhi oleh perlakuan yang diterapkan karena semua sapihan hidup (daya hidup 100 %). Perlakuan pemotongan daun dan biji memiliki

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

[r]

Setiap kapal yang berlayar mempunyai nahkoda yang memiliki peran yang penting dalam perjalanan tugas nahkoda kapal sebagai Pemimpin Kapal bertanggungjawab dalam membawa

Bagi masyarakat yang masih membandel dan tidak mengindahkan perintah personel yang bertugas untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara, maka akan