• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Ukuran Besar Varises Esofagus Secara Endoskopi Dengan “Fib-4 Index” Pada Penderita Sirosis Hati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Ukuran Besar Varises Esofagus Secara Endoskopi Dengan “Fib-4 Index” Pada Penderita Sirosis Hati"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN UKURAN BESAR VARISES ESOFAGUS

SECARA ENDOSKOPI DENGAN “Fib-4 Index” PADA

PENDERITA SIROSIS HATI

TESIS

Oleh

Leo Widia Saputra

NIM :

087101033

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

2

HUBUNGAN UKURAN BESAR VARISES ESOFAGUS

SECARA ENDOSKOPI DENGAN “Fib-4 Index” PADA

PENDERITA SIROSIS HATI

TESIS

DiajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehGelarSpesialisPenyakitDalamda lam Program StudiIlmuPenyakitDalampadaFakultasKedokteran

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Leo Widia Saputra

087101033

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

3

JudulTesis : HUBUNGAN UKURAN BESAR

VARISES ESOFAGUS SECARA ENDOSKOPI DENGAN “Fib-4 Index PADA PENDERITA SIROSIS HATI

NamaMahasiswa : Leo Widia Saputra

Nomor Induk Mahasiswa : 087101033

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Penyakit Dalam

Menyetujui,

KomisiPembimbing

Prof. dr Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH

Ketua Anggota

dr.Masrul Lubis SpPD-KGEH

KetuaDepartemen KetuaProgram Studi Departemen

IlmuPenyakitDalam Ilmu Penyakit Dalam

Dr Refli Hasan,Sp.PD,SpJP(K) Dr. Zainal Safri Sp.PD,Sp.JP NIP.19610403 198709 1 001 NIP.19680504 199903 1 001

(4)

4

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Leo Widia Saputra

NIM : 087101033

(5)

5

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang

bertandatangan di bawah ini:

Nama : Leo Widia Saputra

NIM : 087101033

Program Studi : Magister KedokteranKlinik

Konsentrasi : IlmuPenyakitDalam

JenisKarya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive

Royalty Free Right ) atas tesis saya yang berjudul:

HUBUNGAN UKURAN BESAR VARISES ESOFAGUS SECARA ENDOSKOPI DENGAN “Fib-4 Index” PADA PENDERITA

SIROSIS HATI

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan

mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

PadaTanggal : 28 Januari 2015

Yang menyatakan

(6)

6

Telahdiuji

PadaTanggal : 28 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : DR. dr Dharma Lindarto Sp.PD-KEMD

Anggota : Dr. Refli Hasan Sp.PD, Sp.JP

Dr. Dairion Gatot Sp.PD-KHOM

(7)

1

ABSTRAK

Sirosis adalah penyakit hati menahun yang merupakan stadium lanjutan dari setiap penyakit hati kronik dan kondisi ini dapat mengarah pada komplikasi yang multipel akibat hipertensi portal. Pada saat didiagnosa sirosis hati sekitar 60 % pasien sirosis hati telah mengalami varises esofagus dengan berbagai derajat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Fib-4 Index dengan besar varises esofagus pada pasien dengan sirosis hati.

Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 76 orang dengan sirosis hati (terdiri dari 57 pria dan 19 wanita) yang menjalani rawatan di ruang rawat inap dan poliklinik Gastroentero-Hepatologi RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan September 2014 hingga Januari 2015, dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Dilakukan analisis univariat dan bivariat (Uji t tidak berpasangan dan Tes Chi Square) dengan SPSS versi 18.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata Fib-4 Index pada varises esofagus kecil dengan nilai rata-rata Fib-4 Index pada varises esofagus besar (p=0,0001). Selain itu didapatkan pula perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata parameter platelet, bilirubin total, AST, ALT, Albumin, PT, INR, pada varises esofagus kecil dengan nilai rata-rata parameter tersebut pada varises esofagus besar (p<0.05). Tidak terdapat perbedaan signifikan antara umur pada pasien dengan varises esofagus kecil dan varises esofagus besar(p>0,05).

Terdapat hubungan positif antara tingkat keparahan sirosis hari, derajat beratnya asites dengan besar varises esofagus secara endoskopi (p<0,05).

Fib-4 Index dengan nilai cut-off >4,5447 mampu mengidentifikasi ada varises esofagus yang berukuran besar secara endoskopi sedangkan nilai cut-off ≤ 4,5447 mampu mengidentifikasi ada varises esofagus yang berukuran kecil secara endoskopi. Nilai prediktif Fib-4 Index cut-off > 4,5447 dalam mendiagnosis varises esofagus berukuran besar didapati sensitifitas

Sebagai kesimpulan Fib-4 Index akurat dalam memprediksi ukuran besar varises esofagus terutama yang berukuran besar pada pasien sirosis hati, sehingga mungkin dapat menjadi pilihan alternatif non – invasif terhadap pemeriksaan endoskopi dalam mendeteksi adanya varises esofagus ukuran besar.

66,6%, spesitivitas64%, PPV 79%, NPV 48,4% dan memiliki AUROC 0,751.

Kata kunci: Fib-4 Index, Varises Esofagus, Sirosis Hati

(8)

2

ABSTRACT

Liver cirrhosis is advanced stage of chronic hepatic disease and This condition can lead to multiple complication due to portal hypertension. At the time of diagnosis of liver cirrhosis approximately 60% of patients with liver cirrhosis have undergone varying degrees of esophageal varices.

The aim of this study was to asses the correlation of Fib-4 Index with Oesephageal Varices in patient with liver cirrhosis.

A cross sectional study had been done in 76 cirrhosis patients consists of 57 males and 19 females who underwent treatment in the inpatient unit and policlinic of Gastroenterohepatology division at H. Adam Malik Hospital from September 2014 until January 2015. Anamneses, physical examination and laboratory examination were done. Univariate and bivariate analysis (Independent t test and Chi Square test) were done using SPSS version 18.

There were significant differences between mean ofFib-4 Index in small esophageal varices with an mean ofFib-4 Index in large esophageal varices (p =0.0001). In addition, there weresignificant difference between mean value ofplatelet, total bilirubin, AST, ALT, albumin, PT, INR, insmallesophageal varicesand largeesophageal varices (p <0.05).There were no significant differen ces between mean of agein patients with small esophageal varices and large esophageal varices (p>0.05).

There were significant association between severity of liver cirrhosis, severity of ascites with size of esophageal varices (p <0.05).

Fib-4 Indexwith thecut-off>4.5447can identify existing large esophageal varices endoscopically while thevalue of the cut-off≤4.5447 able to identify the presenceof small esophageal varices. Predictive value ofFib-4 indexcut-off>4.5447in diagnosing large esophageal varices were found sensitivity 66.6%, specificity 64%, PPV79%, NPV48.4% and has AUROC0.751.

In conclusionFib-4 Indexaccuratein predicting thesizeof esophageal varices particularly largein patients withliver cirrhosis, so itmay be analternative option of non-invasive method todetect thepresence of large esophageal varices.

Keywords: Fib-4 Index, Esophagealvarices, LiverCirrhosis

(9)

3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu wa Ta’ala,yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa

bantuan dari semua pihak, tesis ini tidak mungkin dapat penulis selesaikan. Oleh

karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan tesis ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa

hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis

sampaikan kepada:

1. Dekan Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A Siregar SpPD-KGEH yang telah memberikan izin dan menerima penulis untuk

mengikuti Program Magister Ilmu Penyakit Dalam di FK USU.

2. Pembimbing utama . dr. Gontar A Siregar SpPD-KGEH dan dr. Masrul Lubis, SpPD, KGEH, yang telah memberikan bimbingan,bantuan serta

saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan

penyelesaian tesis ini.

3. dr. Zainal Safri selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam FK-USU, dan dr. Dairion Gatot, Sp.PD-KHOM sebagai

Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan tesis ini.

4. dr. Refli Hasan Sp.PD, Sp.JP selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang

telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. dr. Abdul Jalil, M. kes yang sudah membantu saya dalam membuat analisa statistik dalam penelitian ini.

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK khususnya divisi Gastroentero-Hepatologi yang telah memberikan sumbangan pikiran

dalampelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

7. Para Guru Besar, Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Prof. Dr. Bachtiar Fanani Lubis, SpPD-KHOM, Prof. Dr. Habibah Hanum,

(10)

4

SpPD-KPsi, Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP, Prof. Dr. Azhar

Tanjung, KP-KAI, SpMK, Prof. Dr. OK. Moehadsyah,

SpPD-KR, Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH, Prof. Dr. M. Yusuf

Nasution, SpPD-KGH, Prof. Dr. Abdul Majid, SpPD-KKV, Prof. Dr.

Azmi S. Kar, SpPD-KHOM, Prof. Dr. Harris Hasan, SpPD, SpJP,

Prof. Dr. Harun Al Rasyid Damanik, SpPD-KGK, yang telah

memberikan bimbingan dan teladan selama penulis menjalani pendidikan.

8. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, para guru penulis : Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH (alm), Dr. Salli

Roseffi Nasution, SpPD-KGH (alm), Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis,

SpPD-KGH, Dr. A Adin Sutan Bagindo, SpPD-KKV, Dr. Lufti Latief,

SpPD-KKV, Dr. Nur Aisyah, SpPD-KEMD, Dr. T. Bachtiar

Panjaitan, SpPD; Dr. Syafii Piliang, SpPD-KEMD (alm), Dr. OK.

Alfien Sjukran, SpPD-KEMD (alm),Dr. Chaerul Bahri, SpPD-KEMD

(alm), Dr. R. Tunggul Ch Sukendar, SpPD-KGH (alm), Dr. Faisal SA

Lubis, SpPD (alm), Dr. BetthinMarpaung, SpPD-KGEH (alm),

semoga Allah SWT memberikantempat yang terbaik bagi para

almarhum di sisi-Nya; Dr. Refli Hasan, SpPD, SpJP (FIHA), Dr.

Zainal Safri, SpPD, SpJP, DR. Dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD,

Dr. Mardianto, SpPD-KEMD, Dr. Santi Syafril, SpPD-KEMD,

Dr.Mabel Sihombing, SpPD-KGEH, DR. Dr. Juwita Sembiring,

SpPD-KGEH, Dr. Leonardo Basa Dairi, SpPD-KGEH, Dr. Dasril

Effendi, SpPD-KGEH, Dr. Rustam Effendi YS, SpPD-KGEH, Dr.

Dairion Gatot, SpPD-KHOM, Dr. Sugiarto Gani, SpPD, Dr. Savita

Handayani, SpPD, Dr. Yosia Ginting, SpPD-KPTI, Dr. Umar Zein,

SpPD-KPTI, DTM&H, Dr. Armon Rahimi, SpPD-KPTI, Dr. Tambar

Kembaren, SpPD, Dr. Alwinsyah Abidin, SpPD-KP, Dr. E.N. Keliat,

KP, Dr. Zuhrial Zubir, KAI, Dr. Pirma Siburian,

SpPD-Kger (alm), DR. Dr. Blondina Marpaung, SpPD-KR, Dr. Calvin

Damanik, SpPD, Dr. MasrulLubis, SpPD-KGEH, Dr.

HerryantoTobing, SpPD-KGEH, Dr. Ilhamd, SpPD, Dr. Syafrizal

Nasution, SpPD, Dr. DeskeMuhadi, SpPD, Dr. FranciscusGinting,

(11)

5

SpPD, Dr. EndangSembiring, SpPD, Dr. SautMarpaung, SpPD, Dr.

Imelda Rey, SpPD, Dr. WikaHanidaLubis, SpPD, Dr. Anita

RosariDalimunthe, SpPD, Dr. Radar Radius Tarigan, SpPD, Dr.

LenniEvalenaSihotang, SpPD, Dr. HennySyahriniLubis, SpPD, Dr.

RiriAndriMuzasti, SpPD, Dr. Alwi Thamrin, SpPD, serta para guru

lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang dengan

kesabaran dan perhatiannya senantiasa membimbing penulis selama

mengikuti pendidikan. Penulis haturkan rasa hormat dan terima kasih yang

tak terhingga.

9. Direktur dan mantan Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani pendidikan.

10. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program

Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

11. Drs. Djalil, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis

dalam penyusunan tesis ini.

12. Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEHyang telah memberikan rekomendasi kepada penulis untuk mengikuti ujian masuk PPDS Ilmu

Penyakit Dalamdanyang telah membantu membuka jalan bagi penulis

untuk menjadi bagian dari keluarga besar Ilmu Penyakit Dalam.

13. Seluruh senior peserta PPDS-II Gastroenterohepatologi, senior peserta Pendidikan Endoskopi, teman sejawat stase Gastroenterohepatologi,

stase ruangan, stase poliklinik pria/wanita, stase konsultan, tanpa

bantuan mereka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

14. Teman-teman seangkatan penulis yang memberikan dorongan semangat : Dr. Feri Merbawanto, Dr. M Isa Anshari Hrp,Dr.Ryki M

Sihombing,SpPD, Dr.Ali Imran Hrp, Dr.Dodo Arianto, Dr.

Novrinserta seluruh rekan seperjuangan peserta PPDS Ilmu Penyakit

(12)

6

Dalam FK USU, yang telah mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan

dan kerja sama dalam menjalani kehidupan sebagai residen.

15. Seluruh perawat/paramedik di berbagai tempat di mana penulis pernah bertugas selama pendidikan, terima kasih atas bantuan dan kerja sama

yang baik selama ini.

16. Para pasien yang telah bersedia ikut dalam penelitian ini sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud.

17. Bapak Syarifuddin Abdullah, KakandaLely HusnaNasution, SaudaraDenidanErjan, Saudari Tanti, Maya, Anjani, Yanti, Wanti,FitridanItasertaseluruh pegawai administrasi Departemen

IlmuPenyakit Dalam FK USU, yang telah banyak membantu memfasilitasi

penulis dalam menyelesaikan tugas pendidikan.

Sembah sujud dan terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada

kedua orangtua penulis tercinta, ayahanda Prof.dr.Lukman Hakim

Zain,SpPD-KGEHdan ibundaPrima Dilia Rosta, atas segala jerih payah, pengorbanan, dan kasih sayang tulus telah melahirkan, membesarkan, mendidik,

mendoakan tanpa henti, memberikan dukungan moril dan materil, serta

mendorong penulis dalam berjuang menapaki hidup dan mencapai cita-cita. Tak

akan pernah bisa penulis membalas jasa-jasa Ayahanda danIbunda. Semoga allah

SWT senantiasa memberikan kesehatan, rahmat dan karuniaNya kepada ibunda

penulis. Amin.

Terima kasih tak terhingga juga penulis haturkan kepada Bapak/Ibu

mertua, H Armansyah Lubis dan Hj.Nur Insan Siregar yang telah mendukung,

mendoakan, serta memberikan semangat bagi penulis.

Teristimewa, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada istri tercinta,dr.Leny Indriani Lubis atas cinta kasih yang tulus,

pengertian, perhatian, kesabaran, dukungan moril dan materil serta telah

memberikan pengertian yang dalam atas segala waktu yang terabaikan untuknya,

pengorbanan luar biasadarinya yang menjadi kekuatan bagi penulis dalam

menjalani pendidikan. Juga kepada putra dan putri tersayang penulis, ananda

Muhammad Haikal Hafiz dan ananda Syifa Widia Azzahra yang menjadi

(13)

7

motivasi kuat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dalam mewujudkan

cita-cita. Semoga pencapaian penulis mendapat keberkahan dari Allah SWTdan

memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi keluarga.

Terimakasih sebesar-besarnya kepadakakak - adikkandung penulis,Sally

Sartika SE, dr. Felicia Dewi serta seluruh keluargabesarpenulisyang telah

banyak memberikan bantuan moril, semangat dan doa tanpa pamrih selama

pendidikan, sehingga penulis dapat sampai di titik ini, yang tak lain merupakan

pencapaian keluarga besar yang dicita-citakan bersama.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kepada abangdankakakipar

penulis,Ir. Jopi Lubisbeserta keluarga,Vivi lubisbeserta keluarga,Rudi

Lubis.Terima kasih atas segaladukungan, semangat dan doanya.

Akhirnya kepada berbagai pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang

setulus-tulusnya. Izinkanlah penulis menyampaikan permohonan maaf kepada semua

pihak yang terkait atas segala kekurangan dan kesalahan selama penulis mengikuti

pendidikan Ilmu Penyakit Dalam dan dalampenulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan rahmat dan karuniaNya

kepada kita semua dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita dan

masyarakat.

Medan,22Januari 2015

Penulis

(14)

8

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak... i

Abstract... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Singkatan dan Lambang... xi

Daftar Lampiran... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 2

1.3 Hipotesis... 2

1.4 TujuanPenelitian... 2

1.5 Manfaat Penelitian... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirosis Hati... 2.1.1 Definisi... 2.1.2 Epidemiologi... 4 4 4 2.1.3 Etiologi dan Patogenesis... 5

2.1.4 Manifestasi Klinis...………. 7

2.1.5 Diagnosis... 2.2 Varises Esofagus... 2.2.1 Definisi... 2.2.2 Patofisiologi... 2.2.3 Epidemiologi... 2.2.4 Perjalanan alamiah varises esofagus... 2.2.5 Diagnosis... 2.3 Diagnosis Non-endoskopi varises esofagus... 2.3.1 Fib-4 Index... 2.4 Kerangka Konsepsional... 8 9 9 9 11 12 13 15 16 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 18

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 18

3.3 Populasi dan Sampel Terjangkau... 18

3.4 Besar Sampel...……… 3.5 Kriteria Inklusi... 18 19 3.6 Kriteria Eksklusi... 19

3.7 Bahan dan Prosedur Penelitian... 19

3.7.1 Anamnese dan Pemeriksaan Fisik... 19

3.7.2 Pemeriksaan Radiologi... 19

3.7.3 Pemeriksaan Viral Marker... 19 3.7.4 Pemeriksaan Platelet...

3.7.5 Pemeriksaan AST...

20 20

(15)

9

3.7.6 Pemeriksaan ALT... 3.7.7 Pemeriksaan Albumin... 3.7.8 Pemeriksaan Endoskopi... 3.7.9 Fib-4 Index... 3.8 Definisi Operasional... 3.8.1 Sirosis Hati... 3.8.2 Umur………. 3.8.3 Jenis Kelamin………... 3.8.4 Etiologi………. 3.8.5 Varises Esofagus... 3.8.6 Endoskopi / Esophagogastroduodenoscopy (EGD)... 3.8.7 Fib-4 Index... 3.8.8 Platelet... 3.8.9 AST... 3.8.10 ALT……… 3.8.11 INR………. 3.8.12 Bilirubin Total ………. 3.8.13 Albumin……….. 3.8.14 Asites……….. 3.8.15 Child Pugh……….. 3.9 Kerangka Operasional... 3.10 Analisa Statistik...

20 21 21 21 21 21 22 22 22 22 22 22 23 23 23 23 23 24 24 24 25 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian... 4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian... 4.1.2Menilai Hubungan Usia, parameter klinis, laboratorium, dan Fib-4 Index dengan Ukuran Besar Varises Esofagus secara Endoskopi... 4.1.3 Menilai Hubungan tingkat keparahan sirosis hati (Child – Pugh), dan Asites dengan Ukuran Besar Varises Esofagus...

4.1.4 Menilai Performa Diagnostik Fib-4 Index pada Subjek Penelitian... 4.2 Pembahasan... 26 26 29 30 31 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 39 5.2 Saran... 39 DAFTAR KEPUSTAKAAN... 40

(16)

10

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Etiologi Sirosis Hati... 7 2.2 Klasifikasi Child Pugh... 9 2.3

2.4 2.5

2.6 4.1

4.2

4.3

4.4

Epidemiologi varises esofagus dan korelasinya dengan tingkat keparahan penyakit hati...

Guideline Diagnosis Varises Esofagus... Sistem klasifikasi varises esofagus (Japanese Research Society for Portal Hypertension)... Nilai cut off Fib-4 Index berdasarkan penelitian... Parameter klinis, biokimia dan varises esofagus dari subjek penelitian... Hubungan Ukuran Besar Varises Esofagus dengan usia, parameter laboratorium, dan Fib-4 Index dengan Ukuran Besar Varises Esofagus...

Hubungan Ukuran Besar Varises Esofagus dengan tingkat

keparahan sirosis hati (Child – Pugh), dan

Asites...

Nilai Prediktif Fib-4 Index dalam identifikasi ukuran besar Varises Esofagus pada Subjek Sirosis Hati...

12 14

15 16

28

29

30

32

(17)

11

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Patogenesis Hipertensi Portal... 11 2.2

4.1

4.2

Perjalanan alamiah varises esofagus... Distribusi Grup Ukuran Varises Esofagus secara Endoskopi dengan Fib-4 Index... Kurva ROC Fib-4 Index dalam prediksi ukuran besar

varises esofagus pada subjek Sirosis Hati...

13

31

33

(18)

12

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN Nama Pemakaian pertama

kali pada halaman TE FIB-4 INDEX WHO FHF NAFLD NASH Transient Elastography Fibrosis-4 score

World Health Organization

Fulminant Hepatic Failure

Non Alcholic Fatty Liver Disease

Non Alkoholic Steato Hepatitis

1 1 4 4 6 6

TGFβ-1 Tumor Growth Factor β-1 6

EASL ANA ASMA AMA NO VEGF

European Study For Liver Disease

Anti Nuclear Antibody

Anti Smooth Muscle Antibody

Anti Mitochondria Antibody

Nitric Oxide

Vascular Endothelial Growth

Factor 8 8 8 8 10 10

PDGF Platelet Derived Growth Factor 10

WHVP Wedged Hepatic Venous Pressure 10

FHVP Free Hepatic Venous Pressure 10

HVPG Hepatic Venous Pressure Gradient 10

EGD Esophagogastroduodenoscopy 13

APRI

Fib-4

AST to Platelet Ratio Index

Fibrosis-4 index 15 15 A2M AUROC TIPS

alfa 2 makroglobulin

Area Under Receiving Operator

Curve

Transjugular IntraHepatic Porto

Systemic Shunt

17

17

19

USG Ultrasonografi 19

HbsAg Hepatitis B Surface Antigen 19

(19)

13

Anti-HCV

EDTA

AST

ALT

SGOT

SGPT

INR

PT

ISI

ROC

PPV

NPV

LR +

LR –

Acc

Anti Hepatitis C Virus

Ethylenediaminetetraacetic acid

Aspartate Amino Transferase

Alanin aminotransferase

Serum Glutamic Oxaloacetic

transaminase

Serum Glutamic Pyrivic

Transaminase

International Normalized Ratio

Protrombin Time

International Sensitivity Index

Receiver Operating Characteristic

Positive Predictive Value

Negative Predictive Value

Likelihood Ratio Positive

Likelihood Ratio Negative

Accuracy

19

19

23

23

23

23

23

23

23

25

25

25

25

25

32

(20)

14

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Persetujuan Komisi Etik Penelitian... 46

2 Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian... 47

3 Surat Persetujuan Setelah Penjelasan... 48

4

5

6

Kertas Kerja Profil Peserta Penelitian...

Lembar Kuesioner Kepatuhan Pengobatan………...

Daftar Riwayat Hidup Penulis………..

49

50

51

7 Data Hasil Penetilian... 55

8 Analisa Statistik………... 68

(21)

1

ABSTRAK

Sirosis adalah penyakit hati menahun yang merupakan stadium lanjutan dari setiap penyakit hati kronik dan kondisi ini dapat mengarah pada komplikasi yang multipel akibat hipertensi portal. Pada saat didiagnosa sirosis hati sekitar 60 % pasien sirosis hati telah mengalami varises esofagus dengan berbagai derajat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Fib-4 Index dengan besar varises esofagus pada pasien dengan sirosis hati.

Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 76 orang dengan sirosis hati (terdiri dari 57 pria dan 19 wanita) yang menjalani rawatan di ruang rawat inap dan poliklinik Gastroentero-Hepatologi RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan September 2014 hingga Januari 2015, dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Dilakukan analisis univariat dan bivariat (Uji t tidak berpasangan dan Tes Chi Square) dengan SPSS versi 18.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata Fib-4 Index pada varises esofagus kecil dengan nilai rata-rata Fib-4 Index pada varises esofagus besar (p=0,0001). Selain itu didapatkan pula perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata parameter platelet, bilirubin total, AST, ALT, Albumin, PT, INR, pada varises esofagus kecil dengan nilai rata-rata parameter tersebut pada varises esofagus besar (p<0.05). Tidak terdapat perbedaan signifikan antara umur pada pasien dengan varises esofagus kecil dan varises esofagus besar(p>0,05).

Terdapat hubungan positif antara tingkat keparahan sirosis hari, derajat beratnya asites dengan besar varises esofagus secara endoskopi (p<0,05).

Fib-4 Index dengan nilai cut-off >4,5447 mampu mengidentifikasi ada varises esofagus yang berukuran besar secara endoskopi sedangkan nilai cut-off ≤ 4,5447 mampu mengidentifikasi ada varises esofagus yang berukuran kecil secara endoskopi. Nilai prediktif Fib-4 Index cut-off > 4,5447 dalam mendiagnosis varises esofagus berukuran besar didapati sensitifitas

Sebagai kesimpulan Fib-4 Index akurat dalam memprediksi ukuran besar varises esofagus terutama yang berukuran besar pada pasien sirosis hati, sehingga mungkin dapat menjadi pilihan alternatif non – invasif terhadap pemeriksaan endoskopi dalam mendeteksi adanya varises esofagus ukuran besar.

66,6%, spesitivitas64%, PPV 79%, NPV 48,4% dan memiliki AUROC 0,751.

Kata kunci: Fib-4 Index, Varises Esofagus, Sirosis Hati

(22)

2

ABSTRACT

Liver cirrhosis is advanced stage of chronic hepatic disease and This condition can lead to multiple complication due to portal hypertension. At the time of diagnosis of liver cirrhosis approximately 60% of patients with liver cirrhosis have undergone varying degrees of esophageal varices.

The aim of this study was to asses the correlation of Fib-4 Index with Oesephageal Varices in patient with liver cirrhosis.

A cross sectional study had been done in 76 cirrhosis patients consists of 57 males and 19 females who underwent treatment in the inpatient unit and policlinic of Gastroenterohepatology division at H. Adam Malik Hospital from September 2014 until January 2015. Anamneses, physical examination and laboratory examination were done. Univariate and bivariate analysis (Independent t test and Chi Square test) were done using SPSS version 18.

There were significant differences between mean ofFib-4 Index in small esophageal varices with an mean ofFib-4 Index in large esophageal varices (p =0.0001). In addition, there weresignificant difference between mean value ofplatelet, total bilirubin, AST, ALT, albumin, PT, INR, insmallesophageal varicesand largeesophageal varices (p <0.05).There were no significant differen ces between mean of agein patients with small esophageal varices and large esophageal varices (p>0.05).

There were significant association between severity of liver cirrhosis, severity of ascites with size of esophageal varices (p <0.05).

Fib-4 Indexwith thecut-off>4.5447can identify existing large esophageal varices endoscopically while thevalue of the cut-off≤4.5447 able to identify the presenceof small esophageal varices. Predictive value ofFib-4 indexcut-off>4.5447in diagnosing large esophageal varices were found sensitivity 66.6%, specificity 64%, PPV79%, NPV48.4% and has AUROC0.751.

In conclusionFib-4 Indexaccuratein predicting thesizeof esophageal varices particularly largein patients withliver cirrhosis, so itmay be analternative option of non-invasive method todetect thepresence of large esophageal varices.

Keywords: Fib-4 Index, Esophagealvarices, LiverCirrhosis

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang ditandai

dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Sirosis

hati merupakan stadium lanjutan dari setiap penyakit hati kronik dan kondisi

ini dapat mengarah pada komplikasi yang multipel akibat hipertensi portal.

Pada saat didiagnosis sirosis hati sekitar 60 % pasien sirosis hati telah

mengalami varises esofagus dengan berbagai derajat.1 Varises esofagus

merupakan komplikasi utama yang sering muncul pada lebih dari 90% pasien

sirosis hati.2 Perdarahan varises esofagus itu sendiri merupakan kondisi yang

dapat mengancam nyawa yang insidensinya sekitar 5% pada pasien dengan

varises esofagus yang berukuran kecil dan lebih dari 15% pada mereka yang

dengan varises esofagus berukuran besar. Angka mortalitas tiap kejadian

perdarahan adalah berkisar antara 10 – 20% dan angka survival 1 tahun nya

hanya sekitar 63%.3,4,5,6 Insiden untuk timbulnya varises sekitar 5 % setiap

tahunnya pada pasien sirosis yang tidak mengalami varises pada awalnya.1

Oleh sebab itu, skrining varises esofagus pada pasien sirosis hati sangat

direkomendasikan dalam setiap konsensus.7,8,9 Metode skrining saat ini adalah

tindakan endoskopi tiap 2 – 3 tahun pada tanpa varises esofagus, dan tiap 1 – 2

tahun pada mereka dengan varises esofagus yang berukuran kecil. Namun,

metode ini merupakan kondisi yang invasif dan kurang dapat diterima oleh

pasien serta biayanya mahal. Hingga terdapat beberapa metode seperti :

pemeriksaan klinis, biokimia, ultrasonografi, dan elastografi (Transient

Elastography – TE) yang telah diajukan dan sebagian dari metode tersebut

telah divalidasi sebagai alternatif yang non - invasif terhadap endoskopi.

Berdasarkan konsep bahwa perkembangan hipertensi portal merupakan

akibat dari fibrosis hati sebagai faktor utama yang berperan dalam

(24)

2

peningkatan tekanan intrahepatik, maka penanda non – invasif dari fibrosis

hati dengan pemeriksaan serum darah telah diuji sebagai prediktor varises

esofagus pada pasien sirosis hati dengan hasil yang menjanjikan.

Salah satu metode penanda fibrosis hati non – invasif yang telah diuji

adalah FIB4 score (FIB-4 Index = age [years] × AST [IU/L]/platelet count [expressed as platelets × 10

12

9/L] × (ALT1/2[IU/L])) (Cross et al., 2009). Namun,sampai saat ini belum ada penelitian mengenai hubungan antara

ukuran besar varises esofagus secara endoskopi dengan FIB4 Index. Oleh

karena itu penulis ingin menilai korelasi antara ukuran besar varises esofagus

secara endoskopi dengan suatu metode yang sederhana dan non - invasif

dalam rangka penyediaan referensi efikasi diagnostik untuk memprediksi ada

tidaknya serta ukuran besar varises esofagus pada pasien dengan penyakit

sirosis hati.

1.2. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara ukuran varises esofagus secara endoskopi

dengan Fib-4 Index pada penderita sirosis hati.

1.3. Hipotesis

Ada hubungan antara ukuran besar varises esofagus secara endoskopi dengan

Fib 4 Index pada penderita sirosis hati.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1 Untuk mengetahui hubungan antara ukuran besar varises esofagus

secara endoskopi dibandingkan dengan Fib-4Index pada penderita

sirosis hati.

1.4.2. Untuk mengetahui akurasi Fib-4 Index dalam menentukan besarnya

(25)

3

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Fib 4 Index dapat menjadi alat alternatif non – invasif dalam

skrining ada tidaknya serta ukuran besar varises esofagus pada

pasien sirosis hati.

1.5.2 Fib 4 Index dapat menjadi salah satu alternatif dari endoskopi

dalam hal skrining varises esofagus serta pertimbangan terapinya

pada daerah geografis yang fasilitas endoskopinya belum memadai.

1.5.3 Fib 4 Index dapat menjadi salah satu rujukan dalam menentukan

ukuran besar varises esofagus untuk Divisi

(26)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sirosis Hati.

2.1.1 Defenisi

Sirosis berasal dari kata kirrhos yang merupakan bahasa Yunani, yang

berarti oranye atau kuning kecoklatan, dan osis, berarti kondisi. Istilah sirosis

diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826.13,14

Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang ditandai

dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi

arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi

tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.

Definisi sirosis

berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah suatu proses difus yang

ditandai dengan fibrosis dan perubahan arsitektur hati normal menjadi struktur

nodul abnormal yang tidak memiliki organisasi lobular yang normal.

15

Banyak bentuk

kerusakan hati yang ditandai fibrosis. Batasan fibrosis sendiri adalah penumpukan

berlebihan matriks ekstraselular (seperti kolagen, glikoprotein, proteoglikan)

dalam hati.Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat reversibel. Namun

pada sebagian besar pasien sirosis, proses fibrosis biasanya tidak reversibel.

Progresifitas kerusakan hati ini dapat berlangsung dalam waktu beberapa

minggu sampai beberapa tahun.

14

2.1.2 Epidemiologi

13,14,16

Penyakit hati menahun dan sirosis dapat menimbulkan sekitar 35.000

kematian per tahun di Amerika Serikat. Sirosis merupakan penyebab kematian

utama yang kesembilan di AS, dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh

kematian di AS. Banyak pasien yang meninggal pada dekade keempat atau kelima

(27)

5

dikaitkan dengan kegagalan hati fulminan (FHF). FHF disebabkan hepatitis virus

(misalnya, hepatitis A dan B), obat-obatan (misalnya asetaminofen), racun

(misalnya Amanita phalloides, yellow death cap mushroom), hepatitis autoimun,

penyakit Wilson, atau berbagai etiologi lainnya. Penyebab kriptogenik

bertanggung jawab atas sepertiga dari kasus fulminan.Pasien dengan sindrom FHF

memiliki tingkat kematian 50-80% kecuali mereka memperoleh transplantasi hati.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), pada tahun 2000 sekitar 170

juta umat manusia menderita sirosis hepatis. Angka ini meliputi sekitar 3% dari

seluruh populasi manusia di dunia dan setiap tahunnya kejadian baru sirosis

hepatis bertambah 3 - 4 juta orang.

14

17

Angka prevalensi penyakit sirosis hepatis di

Indonesia, secara pasti belum diketahui. Namun dari beberapa laporan rumah sakit

umum pemerintah di Indonesia berdasar diagnosis klinis saja didapati prevalensi

sirosis hati yang dirawat di bangsal penyakit dalam umumnya berkisar antara 3,6

– 8,4% di Jawa dan Sumatera, sedangkan di Sulawesi dan Kalimantan di bawah

1%. Secara keseluruhan rata – rata prevalensi sirosis adalah 3,5% seluruh pasien

yang dirawat di bangsal penyakit dalam, atau rata – rata 47,4% dari seluruh pasien

penyakit hati yang dirawat. Kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki

dibandingkan kaum wanita dengan perbandingan 2,1 : 1 dan usia rata – rata 44

tahun (rentang usia 13 – 88 tahun) dengan kelompok terbanyak antara usia 40 –

50 tahun.

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis

18

Terdapat banyak penyebab "sirosis hati", beberapa diantaranya jarang

terjadi, bahkan muncul di masa kecil ( misalnya air minum dari pipa tembaga ).

Sirosis merupakan penyakit yang diperoleh atau berbasis genetika.Klasifikasi

etiologi, terutama dengan diagnosis dini, harus selalu menjadi prioritas, karena

dapat membantu pengobatan dan juga prognosis.Dengan menggabungkan data

klinis biokimia, histologi, dan epidemiologi penyebab sirosis sebagian besar dapat

ditentukan.Pada masa lalu penyakit hati alkohol merupakan penyebab sirosis yang

paling menonjol di Amerika Serikat.Akhir – akhir ini hepatitis C mulai meningkat

(28)

6

nasional. Di Indonesia, banyak penelitian menunjukkan bahwa hepatitis B dan C

merupakan penyebab sirosis yang lebih menonjol dibanding penyakit hati

alkoholik.13,18,19 Banyak kasus sirosis kriptogenik ternyata disebabkan penyakit

perlemakan hati non – alkoholik (non-alcoholic fatty liver disease) NAFLD. Bila

kasus – kasus sirosis kriptogenik diteliti, ternyata banyak pasien menunjukkan

satu atau lebih faktor resiko klasik NAFLD seperti : obesitas, diabetes, dan

hipertrigliseridemia. Diduga steatosis berkurang pada beberapa hati penderita,

sementara fibrosis hatinya justru berkembang dengan progresif. Ini yang membuat

diagnosis histologi dari NAFLD menjadi sulit.14,16,19 Sepertiga orang Amerika

mempunyai NAFLD, sekitar 2 – 3% orang Amerika menunjukkan steatosis non –

alkoholik (non – alcoholic steatohepatitis) NASH, yang deposisi lemaknya dalam

hepatosit mengalami komlipkasi berupa peradangan atau inflamasi hati dan

fibrosis. Diperkirakan 10% pasien NASH dikemudian hari berkembang menjadi

sirosis. NAFLD dan NASH telah diperkirakan akan menjadi salah satu masalah

kesehatan masyarakat utama pada dekade mendatang.

Penyebab utama sirosis di Amerika Serikat adalah hepatitis C (26%),

penyakit hati alkoholik (21%), hepatitis C plus penyakit hati alkoholik (15%),

kriptogenik (18%), hepatitis B yang bersamaan hepatitis D (15%), dan penyebab

lain (5%).

14,16

14,20

Penyebab lain penyakit hati menahun dan sirosis : hepatitis

autoimun, sirosis bilier primer, sirosis bilier sekunder (berhubungan dengan

obstruksi saluran empedu ekstrahepar menahun), kolangitis sklerosing primer,

hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi α-1 antitripsin, penyakit

granulomatosa (contoh : sarkoidosis), penyakit glycogen storage type IV, hepatitis

imbas obat (contoh : metotreksat, α-metildopa, amidaron), obstruksi aliran vena

(contoh : sindrom Budd-Chiari, penyakit veno-oklusif), gagal jantung kanan

kronik dan regurgitasi trikuspid.

Terjadinya fibrosis hati menggambarkan kondisi ketidakseimbangan antara

produksi matriks ekstraseluler dan proses degradasinya. Sel – sel stelata yang

berada dalam ruangan perisinusoidal merupakan sel penting untuk memproduksi

matriks ekstraseluler.Beberapa faktor dapat dilepas atau diproduksi oleh sel – sel

hepatosit, sel – sel Kupfer, dan endotel sinusoid pada saat terjadi kerusakan hati.

Sebagai contoh : peningkatan kadar TGF - β1 dijumpai pada pasien dengan

(29)

7

hepatitis C kronik dan sirosis. TGF - β1 selanjutnya akan merangsang sel – sel stelata yang aktif untuk memproduksi kolagen tipe I.13,14 Peningkatan deposisi

kolagen dalam ruang Disse ( ruang antara hepatosit dan sinusoid) dan

pengurangan ukuran fenestra endotel akan menimbulkan kapilarisasi sinusoid. Sel

– sel stelata yang aktif juga mempunyai sifat konstriksi. Kapilarisasi dan

konstriksi sinusoid oleh sel – sel stelata dapat memicu terjadinya hipertensi

portal.

Tabel 2.1 Etiologi Sirosis Hati.

13,14,21

13

2.1.4 Manifestasi klinis

Keluhan subjektif dari pasien sirosis bersifat non karateristik dan ambigu.

Kelelahan dikeluhkan sekitar 60-80% pasien, gangguan tidur (mungkin

disebabkan oleh gangguan irama melatonin), keluhan gangguan saluran cerna

(50-60%), dan gangguan mental kadang dikeluhkan oleh pasien.

Beberapa keluhan dan gejala yang sering timbul pada sirosis antara lain

adalah: kulit berwarna kuning, rasa mudah lelah, nafsu makan menurun, gatal,

mual, penurunan berat badan, nyeri perut dan mudah berdarah (akibat penurunan

produksi faktor-faktor pembeku darah).

22

13,14,23,24

(30)

8

paraparesis spastic jarang terjadi, terutama pada tahap lanjut dari sirosis.Gejala

dari neuropati perifer juga terjadi.Kadang terjadi meteorismus dan pada beberapa

kasus timbul asites.Takikardia, hipotensi, dan sistolik murmur yang menunjukkan

sirkulasi hiperdinamik juga terjadi.Spider naevi menunjukkan gangguan

signifikan pada sirkulasi sistemik dan pulmoner. Murmur dapat terdengar pada

area umbilical (sindroma Cruveilhier-Baumgarten). Laki-laki dapat menampakkan

gejala feminisasi, sedangkan wanita menunjukkan gejala hipogonadisme.

Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi

dari sirosis hatinya.Pada beberapa pasien, komplikasi ini dapat menjadi gejala

pertama yang membawa pasien pergi ke dokter. Pasien sirosis dapat tetap berjalan

kompensata selama bertahun-tahun sebelum berubah menjadi dekompensata.

Sirosis dekompensata dapat dikenal dari timbulnya bermacam komplikasi, seperti

ikterus, perdarahan varises, asites, atau ensefalopati. Ikterus terjadi karena

kegagalan fungsi hati, dan pengobatan terhadap komplikasi ini biasanya

mengecewakan, kecuali pasien mendapat transplantasi.

22

Sesuai dengan konsensus Baveno IV, sirosis hati dapat diklasifikasikan

menjadi empat stadium klinis berdasarkan ada tidaknya varises, asites dan

perdarahan varises : stadium 1 (tidak ada varises, tidak ada asites), stadium 2 (ada

varises tanpa asites), stadium 3 (asites dengan atau tanpa varises), dan stadium 4

(perdarahan dengan atau tanpa asites). Stadium 1 dan 2 dimasukkan dalam

kelompok sirosis kompensata, sementara stadium 3 dan 4 dalam kelompok sirosis

dekompensata.

13,14,20,23,24

2.1.5 Diagnosis

7

Satu-satunya tes diagnosis sirosis hati yang paling akurat adalah biopsi

hati.Namun biopsi hati dapat menimbulkan komplikasi serius meskipun sangat

jarang. Diagnosis kemungkinan sirosis dapat dibuat berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik , pemeriksaan laboratorium rutin, maupun pemeriksaan imejing.

Bila diagnosis sirosis dapat ditegakkan, pemeriksaan lain dikerjakan untuk

menentukan beratnya sirosis serta ada tidaknya komplikasi. Pemeriksaan lain juga

dapat dibuat untuk menentukan penyakit dasar yang menyebabkan sirosis seperti :

ANA (Antinuclear antibody), ASMA (Anti – smooth muscle antibody), AMA

(31)

9

darah pasien hepatitis autoimun atau sirosis bilier primer (De Franchis, 2005;

Cheney et al., 2012; Wolf, 2012; Garcia-Tsao dan Wongcharatrawee, 2003;

Erlingen dan Benhamou, 1999).7,13,14,20,24 Penilaian atau klasifikasi tingkat

keparahan sirosis diukur dengan menggunakan skor Child – Pugh (Garcia-Tsao et

al., 2007).

Tabel 2.2 Klasifikasi Child – Pugh.

8

8

2.2 Varises esofagus

2.2.1 Defenisi

Penderita sirosis hati yang memiliki varises esofagus yang besar akibat

hipertensi portal beresiko 25 % - 35 % mengalami perdarahan serta 15 % - 20 %

beresiko kematian pada setiap episode perdarahan. Tingkat kematian bergantung

kepada keadaan umum pasien dan beratnya perdarahan.13 Varises esofagus

merupakan kolateral portosistemik yang terbentuk setelah adanya dilatasi saluran

pembuluh darah vena mulai dari distal esofagus akibat hipertensi portal. Varises

esofagus sering terjadi pada 2 – 5 cm distal dari esofagus.

2.2.2 Patofisiologi

25

Pada sirosis, hipertensi portal terinisiasi melalui peningkatan resistensi

vaskular intrahepatik dan kemudian diperberat oleh perubahan pada sirkulasi

sistemik dan splanik yang meningkatkan aliran portal. Peningkatan resistensi

vaskular intrahepatik tidak hanya disebabkan oleh faktor mekanikal (seperti :

jaringan fibrosis dan nodul - nodul regeneratif yang mendistorsi arsitektur

(32)

10

dimediasi oleh peningkatan tonus vaskular disebabkan oleh kontraksi aktif

miofibrolast di sekitar sinusoid hepatik dan dalam septa fibrous. Komponen

dinamik ini (menyumbang sekitar 30% pada peningkatan resistensi vaskular

intrahepatik) menggambarkan gangguan fungsional dari sirkulasi hepar akibat dari

peningkatan produksi vasokonstriktor (contoh : endotelin – 1, norepinephrin,

angiotensin II, leukotriene, tromboxane A2) dan penurunan pelepasan vasodilator

endogen (terutama NO / nitric oxide).26,27,28,29 Sel stelata memiliki sifat kontraktil

yang dapat dimodulasi oleh substansi vasoaktif antara lain NO dan endothelin

yang dapat meningkatkan resitensi intrahepatik dan aliran darah tertutama pada

sinusoidal.30 Angiogenesis juga telah menunjukkan pengaruh terhadap hipertensi

portal melalui studi – studi yang menggambarkan pengaturan peningkatan tekanan

portal, sirkulasi hiperdinamik, neovaskularisasi splangnik, dan kolateralisasi

portosistemik yang diregulasi oleh VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor)

dan PDGF (Platelet derived Growth Factor).

Pada sirosis, gradien portosistemik dinilai dengan mengukur WHVP

(Wedged Hepatic Venous Pressure) atau pengukuran tekanan sinusoid hepar dan

dikurangi dengan FHVP (Free Hepatic Venous Pressure) / tekanan bebas vena

hepatika atau tekanan vena cava inferior intraabdominal sehingga akan didapat

HVPG (Hepatic Venous Pressure Gradient). Nilai normal HVPG adalah 3 – 5

mmHg.

31

8,32

Nilai HVPG ≥ 10 mmHg sudah menggambarkan hipertensi portal yang

signifikan secara klinis dan ≥ 12 mmHg untuk terjadinya perdarahan varises akut

dan perubahan nilai HVPG yang terjadi setiap waktu memiliki nilai prediksi untuk

perkembangan varises esofagogastrik, resiko perdarahan variseal, perkembangan

komplikasi hipertensi portal non – variseal (asites, sindrom hepatorenal, dan

ensefalopati), dan mortalitas.33,34,35,36,37 Pengukuran satu kali sangat bermanfaat

dalam menentukan prognosis sirosis kompensata dan dekompensata, sedangkan

pengukuran berulang sangat berguna untuk monitor respon terhadap terapi

farmakologi dan progresi penyakit hati. Pada pasien sirosis didapati peningkatan

resistensi intrahepatik dan peningkatan aliran darah splanik. Faktor awal yang

berperan yaitu peningkatan resitensi intrahepatik sementara peningkatan aliran

darah splanik meruapakan fenomena sekunder untuk mempertahankan atau

(33)

11

hiperdinamik ditandai dengan peningkatan nadi, kardiak output, dan volum

[image:33.595.115.516.135.441.2]

plasma.38

Gambar 2.1 Patogenesis Hipertensi Portal.38

2.2.3 Epidemiologi

Varises dan perdarahan varises merupakan komplikasi sirosis yang

diakibatkan langsung dari hipertensi portal.Pasien dengan sirosis dan varises

gastroeseofageal memiliki nilai HVPG setidaknya 10 – 12 mmHg. Varises

gastroesofageal tampak pada sekitar 50% pasien sirosis.8 Pada saat sirosis pertama

kali didiagnosis, varises tampak pada 30 – 40% pasien stadium kompensata dan

pada 60% pasien stadium dekompensata.34 Pada pasien sirosis tanpa varises saat

pemeriksaan endoskopi pertama kali, insidensi tahunan terbentuknya varises yang

baru rata – rata 7% (berkisar antara 5 – 10% per tahun).39.40.41 Setelah

terbentuknya varises, ukuran varises akan bertambah dari kecil sampai besar

(34)

12

menjadi besar masih kontroversial, namun menunjukkan angka laju progresi

varises yang berkisar antara 5 – 30% per tahun.39,40,41,42 Perdarahan varises

pertama memiliki angka insidensi sekitar 4% per tahun, dan resiko ini meningkat

menjadi 15% per tahun pada pasien dengan varises ukuran medium sampai besar.

Insidensi perdarahan ulang berkisar antara 30 – 40% pada 6 minggu pertama.41

Tabel 2.3 Epidemiologi varises esofagus dan hubungannya dengan tingkat

keparahan penyakit hati.43

2.2.4 Perjalanan alamiah varises esofagus

Pada pasien sirosis yang belum mengalami varises berarti tekanan

portalnya belum cukup tinggi untuk menyebabkan varises. Seiring bertambahnya

tekanan portal, pasien akan memiliki progresi mengalami varises yang kecil.

Bertambahnya waktu dan sejalan dengan peningkatan sirkulasi hiperdinamik,

aliran darah yang melalui varises akan meningkat sehingga meningkatkan tekanan

pada dinding varises. Perdarahan varises disebabkan ruptur terjadi ketika

bertambahnya ketegangan maksimal pada dinding varises.43 Diameter pembuluh

darah merupakan salah satu penentu tekanan variseal. Pada tekanan yang sama,

pembuluh darah dengan diameter besar akan ruptur sedangkan pembuluh darah

dengan diameter kecil tidak akan ruptur. Selain diameter pembuluh darah, salah

(35)

13

berkaitan langsung dengan HVPG.Oleh karena itu, penurunan HVPG seharusnya

memicu penurunan tekanan pada dinding varises sehingga mengurangi resiko

ruptur. Perdarahan varises tidak akan terjadi ketika HVPG diturunkan menjadi <

12 mmHg, dan resiko perdarahan ulang juga menurun secara signifikan dengan

penurunan HVPG lebih dari 20% nilai awal.8 Faktor lain yang juga sangat

konsisten dengan progresi varises adalah klasifikasi keparahan penyakit hati

berdasarkan skor Child – Pugh, dan tampilan red wale marks (didefinisikan

sebagai venula yang membesar dan memanjang pada permukaan varises) pada

[image:35.595.128.498.279.508.2]

saat pemeriksaan endoskopi awal. 8,40,44

Gambar 2.2 Perjalanan alamiah varises esofagus.41

2.2.5 Diagnosis

Pemeriksaan esophagogastroduodenoscopy (EGD) merupakan gold

standar dalam mendiagnosis varises.8 Konsensus saat ini menyatakan bahwa

setiap pasien sirosis seharusnya menjalani skrining varises dengan endoskopi pada

saat diagnosis.Tujuan dari skrining varises esofagus adalah untuk mendeteksi

pasien yang memerlukan terapi profilaksis.Pemeriksaan endoskopi sebaiknya

diulang setelah 2 – 3 tahun kemudian pada pasien tanpa varises pada saat

(36)

14

– 15 % per tahun, endoskopi sebaiknya diulang setiap 2 tahun pada pasien dengan

varises yang kecil. Pada pasien dengan sirosis yang dekompensata atau tampak

red wale marks pada endoskopi, interval pemeriksaan endoskopi tiap 1 tahun

sangat direkomendasikan.7,8,9,40,41,42

Tabel 2.4 Guideline diagnosis varises esofagus.43

Telah lama diketahui bahwa gambaran varises secara endoskopi sangat

krusial untuk memprediksi pasien mana yang memiliki resiko tinggi untuk

perdarahan varises dan juga yang mana akan memiliki keuntungan dari terapi.

Oleh sebab itu dibutuhkan sistem yang divalidasi untuk klasifikasi gambaran

varises esofagus secara endoskopi. Pada tahun 1980 Japanese Research Society

(37)

15

menggambarkan varises esofagus, sistem ini menggambarkan varises berdasarkan

[image:37.595.146.556.183.474.2]

warna, ukuran, bentuk, lokasi, dan stigmata.45

Tabel 2.5 Sistem klasifikasi varises esofagus (Japanese Research Society for

Portal Hypertension).45

2.3 Diagnosis Non – endoskopi varises esofagus

Pemeriksaan gold standar untuk menegakkan diagnosis varises esofagus

adalah dengan menggunakan endoskopi.Namun pemeriksaan endoskopi secara

periodik dan berkala sangatlah mahal dan sering dihubungkan dengan komplikasi

yang dapat timbul seperti perdarahan maupun perforasi.Di samping itu tidak

semua pusat pemberi pelayanan kesehatan terutama di daerah yang memiliki

fasilitas endoskopi serta adanya keterbatasan kompetensi dari seorang dokter

untuk melakukan pemeriksaan endoskopi, sehingga dibutuhkan pemeriksaan

(marker) non – invasif yang berhubungan dengan hipertensi portal, yang dapat

mengidentifikasi adanya varises esofagus pada penderita sirosis hati.

Berdasarkan konsep bahwa perkembangan hipertensi portal akibat dari

fibrosis hati yang merupakan faktor kontribusi penting terhadap peningkatan

(38)

16

prediktor varises esofagus pada pasien sirosis dengan hasil yang menjanjikan.

Beberapa tes yang sebelumnya divalidasi sebagai prediktor fibrosis hati seperti :

APRI, Fib – 4, Forns index, dan Lok score dapat digunakan untuk memprediksi

adanya varises esofagus.46,47 Pada salah satu studi dilakukan prediksi fibrosis hati

dengan menggunakan Fib-4 Index dan dibandingkan dengan marker serum non –

invasif lainnya, ternyata didapati hasil bahwa Fib-4 Index memiliki korelasi yang

lebih tinggi terhadap fibrosis hati dibandingkan dengan marker non – invasif

lainnya.48

2.3.1 FIB-4 Index

Hal ini yang juga mungkin mendasari penggunaan Fib-4 Index dalam

memprediksi ada tidaknya serta ukuran varises esofagus pada pasien sirosis hati.

FIB-4 index adalah suatu pemeriksaan non invasif sebagai petanda awal

fibrosis hati dengan menggunakan variabel umur pasien, AST, ALT dan jumlah

trombosit. Pertama kali diperkenalkan dalam APRICOT Study (AIDS Pegasys

Ribavirin International Coinfection Trial) yaitu sebuah penelitian yang

mengevaluasi efikasi terapi pegylated interferon dan ribavirin pada pasien

koinfeksi HIV dan Hepatitis C kronik.

Rumus untuk menghitung index adalah :

48

Pada penelitian Mallet dkk dinyatakan cut-offvalue dari FIB-4 index

adalah ≤ 1,45 merupakan fibrosis ringan-sedang (mild-moderate fibrosis) dan >

1,45 merupakan fibrosis berat-sirosis (severe fibrosis-cirrhosis).

Hasil penelitian Mallet dkk tentang akurasi FIB-4 index pada hepatitis B

kronik, yang membandingkan FIB-4 index dengan biopsi hati adalah dengan nilai

cut-off≤ 1,45 FIB-4 index dapat membedakan mild-moderate fibrosis dari severe

fibrosis dengan sensitivitas 71,1 %, spesifisitas 73,1 %, PPV 86 %, NPV 52 %

dan AUROC 0,81 (p < 0,001).49

FIB-4 = Umur [tahun] x AST [U/L]

(39)

17

Umur sebagai petanda fibrosis karena progresifitas fibrosis tergantung

umur. Umur terinfeksi menunjukkan dan mempengaruhi outcome penderita

hepatitis dan pasien - pasien terinfeksi setelah dekade ke-4 memiliki resiko

progresifitas penyakit lebih tinggi. Hal ini membuktikan bahwa durasi terinfeksi

hepatitis akan lebih tepat sebagai indikator fibrosis daripada umur, namun secara

umum populasi penderita tidak mengetahui kapan awal terinfeksi, sehingga lama

infeksi sulit ditentukan. Hui dkk terhadap 235 penderita hepatitis B kronik

melaporkan ada hubungan jumlah umur (tahun) dengan fibrosis hati.50

2.4. KERANGKA KONSEPSIONAL

Infeksi Hepatitis Virus B&C,

Alkohol,NASH,Hepatitis

Autoimun, Penyakit Kolestasis

Penyakit Hati Kronik

Fibrosis Hati

Sirosis Hati

Varises Esofagus

Marker Non Invasif :Fib 4 Index

(40)

18

BAB III

METODOLOGI PENELITAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian observasional dilakukan dengan cara potong lintang (cross

sectional study) yang bersifat analitik.

3.2. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian dilakukan mulai Desember 2013 – Februari 2014 atau sampai

jumlah sampel memenuhi target. Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam

Malik Medan.Penelitian ini telah mendapat persetujuan Health Research

Ethical Committee Sumatera Utara.

3.2. Populasi Terjangkau

Populasi adalah semua penderita sirosis hati.Sampel adalah semua

populasi penderita Sirosis hati yang menjalani rawatan di ruang rawat inap

dan poliklinik Gastroentero-Hepatologi RSUP H. Adam Malik Medan.

3.3. Besar Sampel

Rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian uji hipotesis :

2 2 ) 1 ( 2 1 ( ) ( ) 1 ( ) 1 ( a o a a o o P P P P Z P P Z n −       + = −α −β

Z(1-α/2) = deviat baku alpha, untuk α = 0,05  Z(1-α/2) = 1,96

Z(1-β) = deviat baku beta, untuk β = 0,10  Z(1-β) = 1,282

P0

P

– Pa = Beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,15

0

 3,5% = 0,035

= Proporsi penderita Sirosis hati pada beberapa RS di Indonesia

Pa = Perkiraan proporsi Sirosis hati yang diteliti = 0,185

(41)

19

3.4. Kriteria inklusi.

1. Pria maupun wanita berusia ≥ 18 tahun.

2. Pasien dengan penyakit sirosis hati.

3. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed

consent.

3.5. Kriteria ekslusi

1. Perdarahan variseal sebelumnya < 3 bulan.

2. Pasien yang sebelumnya sudah mendapat terapi β bloker ataupun

terapi endoskopi (ligasi ataupun skleroterapi) > 2 tahun.

3. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi bedah untuk hipertensi

portal (TIPS).

4. Pasien dengan hipertensi portal non – sirosis.

5. Hepatoma.

3.6. Bahan dan Prosedur penelitian

3.7.1 Anamnesa dan pemeriksaan fisik

Seluruh subjek penelitian yang termasuk dalam kriteria inklusi telah

dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

3.7.2 Pemeriksaan Radiologi

Seluruh subjek penelitian yang termasuk dalam kriteria inklusi

sebelumnya telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG abdomen.

3.7.3 Pemeriksaan Viral marker

Seluruh subjek penelitian yang termasuk dalam kriteria inklusi

sebelumnya telah dilakukan skrining salah satu penyebab sirosis hati

yaitu dengan pemeriksaan penanda infeksi virus hepatitis B (HbsAg)

(42)

20

3.7.4 Pemeriksaan Platelet

a. Sampel yang diperlukan adalah darah EDTA atau darah kapiler.

b. Isi pipet dengan darah sampai garis 0,5. Bila diketahui

trombositopenia diisisampai garis 1.

c. Sambil menahan dengan ujung jari, isi pipet dengan Rees Ecker

sampai garis 101, kemudian letakkan horizontal.

d. Sambil menekan kedua ujung pipet, pipet digoyang selama 3 menit.

e. Isi kamar yang ditutup dengan larutan tersebut setelah terlebih

dahulu membuang 3 tetes pertama larutan tersebut.

f. Biarkan kamar hitung selama 2 menit, kemudian trombosit dihitung

dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x. bidang yang dihitung

adalah semua bidang kecil sebanyak 25 buah (E). perhitungan

trombosit yaitu n x 10 x 200/mm3

3.7.5 Pemeriksaan AST/SGOT

.

Bahan : serum, plasma heparin / EDTA.

Alat yang digunakan : Spektrofotometer 340 nm.

Dengan start reagent :

1. Serum plasma 100 uL.

2. Larutan Reagent 1000 uL.

3. Campur, sesudah 1 menit tambahkan Start Reagent 250 uL.

4. Campurkan, dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorpsi

setiap menit selama 3 menit.

5. Perhitungan : Aktivitas enzyme = ( ∆ A/min ) x F IU/l ( F :

2143 ).

3.7.6 Pemeriksaan ALT/SGPT

Bahan : serum, plasma Heparin/EDTA.

Alat yang digunakan : Spektrofotometer 340 nm.

1. Serum, plasma 100 uL

2. Larutan Reagent 1000 uL

3. Campur dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap

(43)

21

4. Perhitungan : Aktivitas enzym = ( Δ A/min ) x F ( F : 1905 )

3.7.6 Albumin

Sampel darah diambil untuk tes ini, yang dimana akan dimasukkan ke

dalam sentrifuge sehingga akan memisahkan bagian cairan darah dari

sel-sel darah.

3.7.7 Pemeriksaan Endoskopi

Semua pasien sirosis akan menjalani esophagogastroduodenoscopy

(EGD) di sentra endoskopi oleh endoskopi tersertifikasi. Varises

esofagus akan diklasifikasi berdasarkan ukurannya yaitu : F1 (ukuran

kecil dan lurus), F2 (ukuran besar, berlekuk – lekuk, dan mengisi 1/3

lumen esofagus), F3 (ukuran lebih besar, dan memenuhi lebih dari 1/3

lumen esofagus). Kemudian ketiga klasifikasi tersebut dipersempit

menjadi dua klasifikasi yaitu ukuran kecil (F1) dan ukuran besar (F2 –

F3).

3.7.8Fib-4 Index

Fib-4 Index (Fib-4 Index : Umur[tahun] x AST[U/L]/ Jumlah

trombosit[109/L] x ALT[U/L]1/2

3.8. Defenisi Operasional

) adalah suatu pemeriksaan non

invasif sebagai petanda awal fibrosishati dengan menggunakan

variabel umur pasien, AST, ALT dan jumlah trombosit.

3.8.1 Sirosis hati

Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang

ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan usaha

regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan

perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat

(44)

22

3.8.2 Umur

Umur subjek penelitian adalah yang sama dengan yang tertera di kartu

tanda penduduk.

3.8.3 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin merupakan petanda gender seseorang yaitu laki-laki

dan perempuan.

3.8.4 Etiologi

Etiologi sirosis hati merupakan penyakit yang mendasari terjadinya

sirosis hati yang dibagi menjadi Hepatitis B (HbsAg positif), Hepatitis

C (Anti HCV positif), konkomitan hepatitis B dan C, serta non

Hepatitis B dan C.

3.8.5 Varises esofagus

Varises esofagus merupakan kolateral portosistemik yang terbentuk

setelah adanya dilatasi saluran pembuluh darah vena mulai dari distal

esofagus akibat hipertensi portal.Daerah distal 2 – 5 cm dari esofagus

merupakan lokasi tersering terjadinya varises.

3.8.6 Endoskopi / Esophagogastroduodenoscopy (EGD)

Esophagogastroduodenoscopy (EGD) adalah tes pemeriksaan untuk

memeriksa ada tidaknya kelainan pada esofagus, gaster, dan bagian

pertama dari usus halus yaitu duodenum.Hal ini dilakukan dengan

memasukkan ke dalam tenggorokan scope fleksibel yang pada

ujungnya terdapat lampu dan kamera kecil.

3.8.7 Fib-4 Index

Fib-4 Index (Fib-4 Index : Umur[tahun] x AST[U/L]/Jumlah

trombosit[109/L] x ALT[U/L]1/2) adalah suatu pemeriksaan non

invasif sebagai petanda awal fibrosishati dengan menggunakan

(45)

23

3.8.8 Platelet

Trombosit merupakan komponen darah yang dihasilkan dari

megakariosit sumsum tulang, suatu sel besar dengan 8 sampai 32

nukleus.

3.8.9 AST/SGOT

AST ( Aspartate Amino Transferase ) adalah suatu enzim yang

terdapat dalam sel hati tetapi terdapat juga dalam sel jantung, otot

skletal, ginjal otak, pankreas, limpa dan paru. Enzim ini akan

dikeluarkan ke sirkulasi apabila terjadi kerusakan atau kematian sel.

Tingginya kadar enzim ini berhubungan langsung dengan jumlah

kerusakan sel. Kerusakan sel akan diikuti dengan peningkatan kadar

AST dalam 12 jam dan tetap meningkat selama 5 hari.

3.8.10 ALT/SGPT

ALT (Alanine Amino Transferase) adalah suatu enzim yang terdapat

pada jaringan hati, jantung, otot dan ginjal. Kadar yang tinggi terdapat

pada jaringan hati. Sedangkan di jantung, otot dan ginjal, enzim ini

terdapat dalam kadar yang relatif rendah. Untuk penyakit hati, ALT

lebih spesifik daripada AST.

3.8.11 INR

INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai

PT normal kemudian dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah

International Sensitivity Index. Jadi INR adalah rasio PT yang

mencerminkan hasil yang akan diperoleh bila tromboplastin baku

WHO yang digunakan, sedangkan ISI merupakan ukuran kepekaan

sediaan tromboplastin terhadap penurunan faktor koagulasi yang

bergantung pada vitamin K

3.8.12 Bilirubin total

Bilirubin total adalah pigmen kuning yang berasal dari hemoglobin

dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel, dan

dihitung jumlah antara bilirubin direk dan indirek dalam darah diukur

(46)

24

3.8.13 Albumin

Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang diproduksi

oleh hati dari asam amino yang diambil dari makanan.Albumin

berfungsi dalam mengatur tekanan onkotik, pengangkut nutrisi,

hormon, asam lemak, dan zat sisa. Pada penyakit hati dapat terjadi

penurunan kadar albumin.

3.8.14 Asites

Asites adalah meningkatnya jumlah cairan intraperitoneal.

Diklasifikasikan menjadi normal, asites minimal (hanya didapat dari

pemeriksaan ultrasonografi), sedang (didapat dari pemeriksaan fisik),

dan berat (asites masif ).

3.8.15 Child Pugh

Penilaian atau klasifikasi tingkat keparahan sirosis diukur dengan

menggunakan skor Child – Pugh.Child-Pugh A skor 5-6, Child-Pugh

(47)

25

3.9 Kerangka Operasional

3.10. Analisa statistik

Untuk melihat hubungan hasil pengukuran endoskopi dengan Fib-4 Index

digunakan independent t test jika data berditribusi normal, dan uji Mann Whitney

jika data tidak berdistribusi normal.Untuk menilai hubungan jenis kelamin,

etiologi sirosis hati, Child Pugh dan asites dengan ukuran varises digunakan Chi

Square test. Untuk menentukan cut off nilai Simpler Skor dilakukan Analisis

Receiver Operating Characteristic (ROC). Pada penelitian ini juga dilakukan uji

diagnostik dengan mencari nilai sensitifitas, spesifisitas, Positive Predictive Value

(PPV ), Negative Predictive Value ( NPV ) dan Likelihood Ratio positif( LR+ )

dan Likelihood Ratio negatif (LR-) .

Anamnesa

Pem.Fisik

Darah rutin

LFT

Viral marker

INR

USG abdomen

Sirosis Hati

Endoskopi

FIB-4 Index

Varises

Esofagus

F1

F2

F3

(48)

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Telah dilakukan penelitian dengan cara potong lintang di ruang rawat inap

dan poliklinik Gastroentero - Hepatologi RSUP H. Adam Malik Medan pada

bulan September 2014 – Desember 2014. Secara keseluruhan, terdapat 76 orang

pasien dengan sirosis hati yang diikutsertakan dalam penelitian ini.Karakteristik

klinis, biokimia, derajat keparahan sirosis hati, dan ukuran varises esofagus pasien

telah disimpulkan dan dapat dilihat pada tabel 4.1.Seluruh data yang telah didapat

kemudian dilakukan tes normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi

dari data tersebut. Dari hasil tes normalitas diperoleh data umur, albumin, PT,

dan INR memiliki distribusi normal sehingga dipilih mean sebagai ukuran

pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran, sedangkan data

lainnya tidak berdistribusi normal dan ditampilkan dalam bentuk ukuran median

dan nilai minimum-maksimum.

Umur rata-rata (mean) pasien adalah 49,76 ± 11,63 tahun, dengan jumlah 57

orang (75 %) adalah laki-laki dan 19 orang (25 %) dengan jenis kelamin

perempuan. Nilai median trombosit adalah 111,50 x109/L (23 - 647 x 109/L), rata

– rata kadar albumin 2,49 ± 0,72) gr/dl, rata – rata INR 1,41 ± 0.43. Pada tabel 4.1

juga dapat dilihat nilai median AST pasien 72 U/L (12 – 1075 U/L), median ALT

37,5 ( 8-536), median kadar bilirubin total 2,5 mg/dl (0,25 - 32,18 mg/dl ),

pemanjangan waktu protrombin 5,26 ± 5.37 detik. Sedangkan pada karakteristik

klinis seluruh pasien diperoleh 14 orang (18,4%) tanpa asites, 12 orang (15,8%)

dengan asites minimal, 40 orang (52,6%) dengan asites yang sedang, dan pada 10

(49)

27

hepatitis B 42 orang (55,3%), hepatitis C 4 orang (5,3%), hepatitis B konkomitan

dengan hepatitis C 1 orang (1,3%), dan non – hepatitis B dan C 29 orang (38,2%).

Derajat keparahan sirosis hati Child – Pugh A didapati pada 10 orang (13,2%),

Child – Pugh B pada 26 orang (34,2%), Child – Pugh C pada 40 orang (52,6%).

Ukuran varises esofagus yang digradasi berdasarkan pemeriksaan endoskopi

diperoleh varises esofagus dengan ukuran F1 pada 25 orang (32,9%), F2 pada 32

orang (42,1%), dan F3 pada 19 orang (25%).. Sedangkan pada penilaian Fib-4

(50)
[image:50.595.111.530.115.703.2]

28

Tabel 4.1. Parameter klinis, biokimia dan varises esofagus dari subjek penelitian

Parameter Data Pasien (n = 76)

Jenis Kelamin (Lk/Pr) n (%) 57 / 19 (75 / 25)

Umur (tahun) 49,76 (SD ± 11,63)

Trombosit (x109/L) 111.50 (23 - 647)

AST (U/L)

ALT (U/L)

Bilirubin total (mg/dl)

Gambar

Gambar 2.1 Patogenesis Hipertensi Portal.38
Gambar 2.2 Perjalanan alamiah varises esofagus.41
Tabel 2.5 Sistem klasifikasi varises esofagus (Japanese Research Society for
Tabel 4.1. Parameter klinis, biokimia dan varises esofagus dari subjek
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan konsep bahwa perkembangan hipertensi portal merupakan akibat dari fibrosis hati sebagai faktor utama yang penting berperan dalam peningkatan tekanan intrahepatik,

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan besar varises esofagus dan Indeks Fibroq sebagai parameter noninvasif pada pasien sirosis hati.. Metode:

Penelitian mengenai akurasi indeks FibroQ dalam memprediksi ukuran varises esofagus belum pernah diteliti sebelumnya, hanya beberapa pemeriksaan penanda serum non-invasive

dalam memprediksi adanya varises esofagus pada penderita sirosis hati yang telah dipublikasikan mendapatkan bahwa Lok Score merupakan pemeriksaan non-invasive. terbaik

Lok Score merupakan parameter non-invasif yang baik dalam memprediksi adanya varises esofagus berukuran besar pada pasien sirosis hati.. Kata Kunci: Lok Score, parameter

Di samping itu tidak semua pusat pemberi pelayanan kesehatan terutama di daerah yang memiliki fasilitas endoskopi serta adanya keterbatasan kompetensi dari seorang dokter untuk

Kepada Bapak/ Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya hal-hal

Di samping itu tidak semua pusat pemberi pelayanan kesehatan terutama di daerah yang memiliki fasilitas endoskopi serta adanya keterbatasan kompetensi dari seorang dokter