• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Ukuran Besar Varises Esofagus Secara Endoskopi Dengan “Simpler Score (S Index)” Pada Penderita Sirosis Hati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Ukuran Besar Varises Esofagus Secara Endoskopi Dengan “Simpler Score (S Index)” Pada Penderita Sirosis Hati"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN UKURAN BESAR VARISES ESOFAGUS

SECARA ENDOSKOPI DENGAN “Simpler score (S index)”

PADA PENDERITA SIROSIS HATI

TESIS

Oleh

SAHAT HALIM

NIM : 097101021

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN UKURAN BESAR VARISES ESOFAGUS

SECARA ENDOSKOPI DENGAN “Simpler score (S index)”

PADA PENDERITA SIROSIS HATI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Ilmu Penyakit Dalam dan Spesialis Penyakit Dalam dalam Program Studi Ilmu

Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHAT HALIM

097101021

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN UKURAN BESAR VARISES ESOFAGUS SECARA ENDOSKOPI DENGAN “Simpler score (S index)” PADA PENDERITA SIROSIS HATI

Nama Mahasiswa : Sahat Halim

Nomor Induk Mahasiswa : 097101021

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Penyakit Dalam

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. dr Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH dr.Masrul Lubis SpPD-KGEH

Ketua Anggota

Ketua Departemen Ketua Program Studi Departemen

Ilmu Penyakit Dalam Ilmu Penyakit Dalam

Dr. Refli Hasan, Sp.PD,Sp.JP(K) dr.Zainal Safri, SpPD,SpJP

NIP.19610403 198709 1 001 NIP.19680504 199903 1 001

(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN UKURAN BESAR VARISES ESOFAGUS SECARA ENDOSKOPI DENGAN “Simpler score (S index)” PADA PENDERITA SIROSIS HATI

Nama Mahasiswa : Sahat Halim

Nomor Induk Mahasiswa : 097101021

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Penyakit Dalam

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. dr Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH dr.Masrul Lubis SpPD-KGEH

Ketua Anggota

Program Magister Kedokteran Klinik Dekan Sekretaris Program Studi

Dr.Murniati Manik, MSc,Sp.KK,Sp.GK Prof.dr.Gontar A Siregar, Sp.PD-KGEH NIP.19530719 198003 2 001 NIP.19540220 198011 1 001

(5)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Sahat Halim

NIM : 097101021

(6)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda

tangan di bawah ini:

Nama : Sahat Halim

NIM : 097101021

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Ilmu Penyakit Dalam

Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive

Royalty Free Right ) atas tesis saya yang berjudul:

HUBUNGAN UKURAN BESAR VARISES ESOFAGUS SECARA ENDOSKOPI DENGAN “Simpler score (S index)” PADA

PENDERITA SIROSIS HATI

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan

mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 21 Januari 2015

Yang menyatakan

(7)

Telah diuji

Pada Tanggal : 21 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : DR. dr Dharma Lindarto Sp.PD-KEMD

Anggota : dr. Refli Hasan Sp.PD, Sp.JP

dr. Dairion Gatot Sp.PD-KHOM

(8)

ABSTRAK

Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang merupakan stadium lanjutan dari setiap penyakit hati kronik dan kondisi ini dapat mengarah pada komplikasi yang multipel akibat hipertensi portal. Pada saat didiagnosis sirosis hati sekitar 60 % pasien sirosis hati telah mengalami varises esofagus dengan berbagai derajat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

antara Simpler Score dengan besar varises esofagus pada pasien dengan sirosis

hati

Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 76 orang dengan sirosis hari (terdiri dari 57 pria dan 19 wanita) yang menjalani rawatan di ruang rawat inap dan poliklinik Gastroentero-Hepatologi RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan September 2014 hingga Januari 2015, dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksan laboratorium. Dilakukan analisis univariat dan bivariat ( Uji t

tidak berpasangan dan Tes Chi Square)dengan SPSS versi 17.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata Simpler Score

pada varises esofagus kecil dengan nilai rata-rata Simpler Score pada varises

esofagus besar (p = 0,0001). Selain itu didapatkan pula perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata parameter platelet, bilirubin total, AST, Albumin, PT, INR, Gamma GT, ALT pada varises esofagus kecil dengan nilai rata-rata parameter tersebut pada varises esofagus besar (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata umur pada pasien dengan varises esofagus kecil dan varises esofagus besar (p>0,05).

Terdapat hubungan positif antara tingkat keparahan sirosis hati, derajat beratnya asites dengan besar varises esofagus secara endoskopi (p<0,05).

Simpler Score dengan nilai cut – off > 0,9558 mampu mengidentifikasi

ada varises esofagus yang berukuran besar secara endoskopi sedangkan nilai cut –

off ≤ 0,9558 mampu mengidentifikasi ada varises esofagus yang berukuran kecil

secara endoskopi. Nilai prediktif Simpler score cut – off > 0,9558 dalam

mendiagnosis varises esofagus berukuran besar didapati sensitifitas 80,4 %, spesifisitas 80 %, PPV 89,13 %, NPV 66,6 %, dan memiliki AUROC 0,876.

Sebagai kesimpulan Simpler Score akurat dalam memprediksi ukuran besar

varises esofagus terutama yang berukuran besar pada pasien sirosis hati, sehingga mungkin dapat menjadi pilihan alternatif non - invasif terhadap pemeriksaan endoskopi dalam mendeteksi adanya varises esofagus ukuran besar.

(9)

ABSTRACT

Liver cirrhosis is advanced stage of chronic hepatic disease and This condition can lead to multiple complications due to portal hypertension. At the time of diagnosis of liver cirrhosis approximately 60% of patients with liver cirrhosis have undergone varying degrees of esophageal varices.

The aim of this study was to asses the correlation of Simpler Score with Oesophageal Varices in patient with liver cirrhosis

A cross sectional study had been done in 76 cirrhosis patients consists of 57 males and 19 females who underwent treatment in the inpatient unit and policlinic of Gastroenterohepatology division at H. Adam Malik hospital from September 2014 until January 2015. Anamneses , physical examination and laboratory examination were done. Univariate and bivariate analysis ( Independent t test and Chi Square test ) were done using SPSS version 17

There were significant differences between mean of Simpler score in small esophageal varices and mean of Simpler Score in large esophageal varices (p=0,000). In addition there were significant differences between mean value of platelet, total bilirubin, AST, Albumin, PT, INR, Gamma GT, ALT in small esophageal varices and large esophageal varices (p<0.05). There were no significant differences between mean of age in patient with small esophageal varices and large esophageal varices ( p>0.05).

There were significant association between severity of liver cirrhosis, severity of ascites with size of esophageal varices (p<0.05).

Simpler Score with the cut - off> 0.9558 can identify existing large

esophageal varices endoscopically while the value of the cut - off ≤ 0.9558 able to

identify the presence of small esophageal varices endoscopically. Predictive value of Simpler score with cut – off > 0.9558 in diagnosing large esophageal varices with sensitivity 80.4%, specificity 80%, PPV 89.13%, NPV 66.6%, and has AUROC 0.876.

In conclusion Simpler Score accurate in predicting the size of esophageal varices particularly large varices in patients with liver cirrhosis, so it may be an alternative option of non - invasive method to detect the presence of large esophageal varices

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir

pendidikan Magister dan Spesialis Ilmu Penyakit Dalam di FK-USU / RSUP H.

Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak

di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan

dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A Siregar

SpPD-KGEH yang telah memberikan izin dan menerima penulis untuk

mengikuti Program Magister dan Spesialis Ilmu Penyakit Dalam di FK

USU.

2. Direktur RSUP H Adam Malik dan Direktur RSUP Dr. Pirngadi Medan

yang telah memberikan kemudahan dan izin menggunakan fasilitas dan

sarana rumah sakit untuk menunjang pendidikan dan penelitian.

3. dr. Refli Hasan Sp.PD, Sp.JP selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan dan

dr.Ilhamd, Sp.PD-KGEH sebagai Sekretaris Departemen yang telah

memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. dr. Zainal Safri Sp.PD, Sp.JP selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter Spesialis Penyakit Dalam FK-USU, dan dr. Dairion Gatot,

Sp.PD-KHOM sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu

(11)

5. Pembimbing utama . Prof. dr. Gontar A Siregar SpPD-KGEH dan dr.

Masrul Lubis, SpPD-KGEH, yang telah memberikan bimbingan, bantuan

serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan

penyelesaian tesis ini. Penulis ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya, hanya doa yang dapat penulis berikan semoga kiranya Tuhan

Yang Maha Esa dapat melimpahkan berkat yang berlimpah kepada mereka

beserta keluarga.

6. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes yang sudah membantu saya dalam

membuat analisa statistik dalam penelitian ini.

7. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para Guru Besar di

Lingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU Prof. dr. Harun

Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Prof. dr. Bachtiar Fanani Lubis, SpPD-KHOM,

Prof. dr. Habibah Hanum, SpPD-KPsi, Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPD,

SpJP, Prof. dr. Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAI, SpMK, Prof. dr. OK.

Moehadsyah, SpPD-KR, Prof. dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH,

Prof. dr. M. Yusuf Nasution, KGH, Prof. dr. Abdul Majid,

SpPD-KKV, Prof. dr. Azmi S. Kar, SpPD-KHOM, Prof. dr. Harris Hasan, SpPD,

SpJP, Prof. dr. Harun Al Rasyid Damanik, SpPD-KGK yang telah

memberikan bimbingan dan teladan selama penulis menjalani pendidikan.

8. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, para guru penulis DR. dr.

Dharma Lindarto, SpPD-KEMD, DR. dr. Juwita Sembiring, SpPD-KGEH,

DR. dr. Blondina Marpaung, SpPD-KR, DR. dr. Rustam Effendi YS,

SpPD-KGEH, (Alm.) dr. Salli Rossefi Nasution, Sp.PD-KGH, (Alm) dr.

Zulhelmi Bustami, Sp.PD-KGH, dr. Mardianto, SpPD-KEMD, dr. Santi

Syafril, SpPD-KEMD, dr. Mabel Sihombing, SpPD-KGEH, dr. Leonardo

Basa Dairi, SpPD-KGEH, dr. Yosia Ginting, SpPD-KPTI, dr. Tambar

Kembaren, SpPD-KPTI, dr. Armon Rahimi, SpPD-KPTI, dr. Alwinsyah

Abidin, SpPD-KP, (Alm) dr. Pirma Siburian, SpPD-KGer, dr. EN. Keliat,

SpPD-KP, dr. Zuhrial Zubir, SpPD-KAI, dr. Sugiarto Gani, SpPD, dr.

Savita Handayani, SpPD, dr. Fransiscus Ginting, SpPD, dr. T. Abraham,

(12)

SpPD, dr. Asnawi Arief, SpPD, dr. Saut Marpaung, SpPD, dr. Endang,

SpPD, dr. Meutia, SpPD, dr. Jerahim Tarigan, SpPD, dr. Ameliana Purba,

SpPD, dr. Bastanta, SpPD, dr. Ida Nenci, SpPD, dr. Deske Muhadi, SpPD,

dr. Anita R Dalimunthe, SpPD, dr. Lenny Sihotang, SpPD, dr. Radar

Tarigan, SpPD, dr. Taufik Sungkar, SpPD, dr. Imelda Rey, SpPD, dr.

Henny Safitri, SpPD, dr. T. Realsyah, SpPD, dr. Wika Lubis, SpPD, dr.

Aryanto Purba, SpPD, dr. Dina Aprilia, SpPD, dr. Melati S Nasution,

SpPD, dr. Aron Pase, SpPD, dr. Sumi Ramadhani, SpPD, dr. Restuti H

Saragih, SpPD serta para guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu, penulis hanturkan rasa hormat dan terima kasih yang tak

terhingga atas kesabaran dan perhatiannya senantiasa membimbing penulis

selama mengikuti pendidikan.

9. Kepada seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam

FK USU Syarifuddin Abdullah, Lely Husna, Deni, Wanti, Erjan dan Ali,

dan seluruh pegawai lainnya yang telah banyak membantu memfasilitasi

dalam menyelesaikan proses pendidikan, penulis ucapkan terima kasih.

10. Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya Ali Budiman

dan Rosmiwaty atas pengertian serta dukungan yang sangat besar, terima

kasih karena selalu mendo’akan saya dan memberikan bantuan moril dan

materil. Begitu juga adik saya dr. Yeni Halim, Aini Halim SH, Mkn,

Sarfin Halim yang selalu mendo’akan dan memberikan dorongan selama

mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan

mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

11. Seluruh rekan-rekan anggota dan pengurus Ikatan Keluarga Asisten Ahli

Penyakit Dalam (IKAAPDA) di USU, terutama teman-teman seangkatan

saya: dr. Meivina Pane, dr. Jhon Effraim Ginting, dr. Andri Iskandar

Mardia, dr. Dian Anindita Lubis, dr. Farik Zarmal Nizar, dr. Adi Sumanta

Sembiring, dr. Yusleny Yusuf, dr. Chairun Arrasyid, dr. Ida Ramadhani

Pane, dr. Firman Sakti, dr. Silvia Bukit, dr. Erwin Pinayungan.

Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama

(13)

memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis

ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat

bermafaat bagi kita semua, Amin

Medan, 21 Januari 2015

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak... i

Abstract... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Singkatan dan Lambang... xi

Daftar Lampiran... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 2

1.3 Hipotesis... 2

1.4 TujuanPenelitian... 2

1.5 Manfaat Penelitian... 2

1.6 Kerangka Konseptual... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirosis Hati... 2.1.1 Definisi... 2.1.2 Epidemiologi... 4 4 4 2.1.3 Etiologi dan Patogenesis... 5

2.1.4 Manifestasi Klinis...………. 7

2.1.5 Diagnosis... 2.2 Varises Esofagus... 2.2.1 Definisi... 2.2.2 Patofisiologi... 2.2.3 Epidemiologi... 2.2.4 Perjalanan alamiah varises esofagus... 2.2.5 Diagnosis... 2.3 Diagnosis Non-endoskopi varises esofagus... 2.3.1 Simpler score ( S-index)... 8 9 9 9 11 12 13 15 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Design Penelitian... 18

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 18

3.3 Populasi dan SampleTerjangkau... 18

3.4 Besar Sample...……… 3.5 Kriteria Inklusi... 18 19 3.6 Kriteria Eksklusi... 19

3.7 Bahan dan Prosedur Penelitian... 19

3.7.1 Anamnese dan Pemeriksaan Fisik... 19

3.7.2 Pemeriksaan Radiologi... 19

3.7.3 Pemeriksaan Viral Marker... 19 3.7.4 Pemeriksaan Platelet...

3.7.5 Pemeriksaan AST... 3.7.6 Pemeriksaan Albumin... 3.7.7 Pemeriksaan Gamma GT... 3.7.8 Pemeriksaan Endoskopi...

(15)

3.7.9 Simpler Score ( S-Index)... 3.8 Definisi Operasional... 3.8.1 Sirosis Hati... 3.8.2 Umur………. 3.8.3 Jenis Kelamin………... 3.8.4 Etiologi………. 3.8.5 Varises Esofagus... 3.8.6 Endoskopi / Esophagogastroduodenoscopy (EGD)... 3.8.7 Simple Skor ( S-index)... 3.8.8 Platelet... 3.8.9 AST... 3.8.10 ALT……… 3.8.11 INR………. 3.8.2 Bilirubin Total ………. 3.8.13 Albumin……….. 3.8.14 Asites……….. 3.8.15 Child Pugh……….. 3.8.16 GGT ( Gamma-Glutamyl Transferase)... 3.9 Kerangka Operasional... 3.10 Analisa Statistik...

21 22 22 22 22 22 22 22 23 23 23 23 23 24 24 24 24 24 25 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian... 4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian... 4.1.2Menilai Hubungan Usia, parameter klinis,

laboratorium, dan Simpler Score dengan Ukuran Besar

Varises Esofagus secara Endoskopi... 4.1.3 Menilai Hubungan Jenis Kelamin, Etiologi Sirosis Hati, tingkat keparahan sirosis hati (Child – Pugh), dan Asites dengan Ukuran Besar Varises Esofagus...

4.1.4 Menilai Performa Diagnostik Simpler Score pada

Subjek Penelitian... 4.2 Pembahasan... 26 26 29 30 30 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Etiologi Sirosis Hati... 7 2.2 Klasifikasi Child Pugh... 9 2.3

2.4 2.5

2.6 4.1

4.2

4.3

4.4

Epidemiologi varises esofagus dan korelasinya dengan tingkat keparahan penyakit hati...

Guideline Diagnosis Varises Esofagus...

Sistem klasifikasi varises esofagus (Japanese Research

Society for Portal Hypertension)... Nilai cut off S index berdasarkan penelitian... Parameter klinis, biokimia dan varises esofagus dari subjek penelitian... Hubungan Ukuran Besar Varises Esofagus dengan usia, parameter laboratorium, dan Simpler Score dengan Ukuran Besar Varises Esofagus... Hubungan Ukuran Besar Varises Esofagus dengan Jenis Kelamin, Etiologi Sirosis Hati, tingkat keparahan sirosis hati (Child – Pugh), dan Asites...

Nilai Prediktif Simpler score dalam identifikasi ukuran

besar Varises Esofagus pada Subjek Sirosis Hati...

12 14

14 16

28

29

30

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Patogenesis Hipertensi Portal... 11 2.2

4.1

4.2

Perjalanan alamiah varises esofagus... Distribusi Grup Ukuran Varises Esofagus secara Endoskopi dengan Simpler Score...

Kurva ROC Simpler score dalam prediksi ukuran besar

varises esofagus pada subjek Sirosis Hati...

13

31

(18)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN Nama Pemakaian pertama

kali pada halaman TE S-INDEX WHO FHF NAFLD NASH Transient Elastography Simpler Score

World Health Organization

Fulminant Hepatic Failure

Non Alcholic Fatty Liver Disease

Non Alkoholic Steato Hepatitis

1 1 4 4 6 6

TGFβ-1 Tumor Growth Factor β-1 6

EASL ANA ASMA AMA NO VEGF

European Study For Liver Disease

Anti Nuclear Antibody

Anti Smooth Muscle Antibody

Anti Mitochondria Antibody

Nitric Oxide

Vascular Endothelial Growth

Factor 8 8 8 8 10 10

PDGF Platelet Derived Growth Factor 10

WHVP Wedged Hepatic Venous Pressure 10

FHVP Free Hepatic Venous Pressure 10

HVPG Hepatic Venous Pressure Gradient 10

EGD Esophagogastroduodenoscopy 13

APRI

Fib-4

AST to Platelet Ratio Index

Fibrosis-4 index 15 15 GGT A2M AUROC TIPS Gamma-Glutamyl Transferase

alfa 2 makroglobulin

Area Under Receiving Operator

Curve

Transjugular IntraHepatic Porto

Systemic Shunt

15

17

17

(19)

USG Ultrasonografi 19

HBsAg Hepatitis B Surface Antigen 19

Anti-HCV

EDTA

AST

ALT

SGOT

SGPT

INR

PT

ISI

ROC

PPV

NPV

LR +

LR –

Acc

Anti Hepatitis C Virus

Ethylenediaminetetraacetic acid

Aspartate Amino Transferase

Alanin aminotransferase

Serum Glutamic Oxaloacetic

transaminase

Serum Glutamic Pyrivic

Transaminase

International Normalized Ratio

Protrombin Time

International Sensitivity Index

Receiver Operating Characteristic

Positive Predictive Value

Negative Predictive Value

Likelihood Ratio Positive

Likelihood Ratio Negative

Accuracy

19

19

23

23

23

23

23

23

23

25

25

25

25

25

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Persetujuan Komisi Etik Penelitian... 43

2 Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian... 44

3 Surat Persetujuan Setelah Penjelasan... 45

4

5

6

Kertas Kerja Profil Peserta Penelitian...

Lembar Kuesioner Kepatuhan Pengobatan………...

Daftar Riwayat Hidup Penulis………..

46

47

48

7 Data Hasil penelitian... 53

(21)

ABSTRAK

Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang merupakan stadium lanjutan dari setiap penyakit hati kronik dan kondisi ini dapat mengarah pada komplikasi yang multipel akibat hipertensi portal. Pada saat didiagnosis sirosis hati sekitar 60 % pasien sirosis hati telah mengalami varises esofagus dengan berbagai derajat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

antara Simpler Score dengan besar varises esofagus pada pasien dengan sirosis

hati

Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 76 orang dengan sirosis hari (terdiri dari 57 pria dan 19 wanita) yang menjalani rawatan di ruang rawat inap dan poliklinik Gastroentero-Hepatologi RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan September 2014 hingga Januari 2015, dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksan laboratorium. Dilakukan analisis univariat dan bivariat ( Uji t

tidak berpasangan dan Tes Chi Square)dengan SPSS versi 17.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata Simpler Score

pada varises esofagus kecil dengan nilai rata-rata Simpler Score pada varises

esofagus besar (p = 0,0001). Selain itu didapatkan pula perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata parameter platelet, bilirubin total, AST, Albumin, PT, INR, Gamma GT, ALT pada varises esofagus kecil dengan nilai rata-rata parameter tersebut pada varises esofagus besar (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata umur pada pasien dengan varises esofagus kecil dan varises esofagus besar (p>0,05).

Terdapat hubungan positif antara tingkat keparahan sirosis hati, derajat beratnya asites dengan besar varises esofagus secara endoskopi (p<0,05).

Simpler Score dengan nilai cut – off > 0,9558 mampu mengidentifikasi

ada varises esofagus yang berukuran besar secara endoskopi sedangkan nilai cut –

off ≤ 0,9558 mampu mengidentifikasi ada varises esofagus yang berukuran kecil

secara endoskopi. Nilai prediktif Simpler score cut – off > 0,9558 dalam

mendiagnosis varises esofagus berukuran besar didapati sensitifitas 80,4 %, spesifisitas 80 %, PPV 89,13 %, NPV 66,6 %, dan memiliki AUROC 0,876.

Sebagai kesimpulan Simpler Score akurat dalam memprediksi ukuran besar

varises esofagus terutama yang berukuran besar pada pasien sirosis hati, sehingga mungkin dapat menjadi pilihan alternatif non - invasif terhadap pemeriksaan endoskopi dalam mendeteksi adanya varises esofagus ukuran besar.

(22)

ABSTRACT

Liver cirrhosis is advanced stage of chronic hepatic disease and This condition can lead to multiple complications due to portal hypertension. At the time of diagnosis of liver cirrhosis approximately 60% of patients with liver cirrhosis have undergone varying degrees of esophageal varices.

The aim of this study was to asses the correlation of Simpler Score with Oesophageal Varices in patient with liver cirrhosis

A cross sectional study had been done in 76 cirrhosis patients consists of 57 males and 19 females who underwent treatment in the inpatient unit and policlinic of Gastroenterohepatology division at H. Adam Malik hospital from September 2014 until January 2015. Anamneses , physical examination and laboratory examination were done. Univariate and bivariate analysis ( Independent t test and Chi Square test ) were done using SPSS version 17

There were significant differences between mean of Simpler score in small esophageal varices and mean of Simpler Score in large esophageal varices (p=0,000). In addition there were significant differences between mean value of platelet, total bilirubin, AST, Albumin, PT, INR, Gamma GT, ALT in small esophageal varices and large esophageal varices (p<0.05). There were no significant differences between mean of age in patient with small esophageal varices and large esophageal varices ( p>0.05).

There were significant association between severity of liver cirrhosis, severity of ascites with size of esophageal varices (p<0.05).

Simpler Score with the cut - off> 0.9558 can identify existing large

esophageal varices endoscopically while the value of the cut - off ≤ 0.9558 able to

identify the presence of small esophageal varices endoscopically. Predictive value of Simpler score with cut – off > 0.9558 in diagnosing large esophageal varices with sensitivity 80.4%, specificity 80%, PPV 89.13%, NPV 66.6%, and has AUROC 0.876.

In conclusion Simpler Score accurate in predicting the size of esophageal varices particularly large varices in patients with liver cirrhosis, so it may be an alternative option of non - invasive method to detect the presence of large esophageal varices

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang ditandai

dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Sirosis hati

merupakan stadium lanjutan dari setiap penyakit hati kronik dan kondisi ini dapat

mengarah pada komplikasi yang multipel akibat hipertensi portal. Pada saat

didiagnosis sirosis hati sekitar 60 % pasien sirosis hati telah mengalami varises

esofagus dengan berbagai derajat.1 Varises esofagus merupakan komplikasi utama

yang sering muncul pada lebih dari 90% pasien sirosis hati.2 Perdarahan varises

esofagus itu sendiri merupakan kondisi yang dapat mengancam nyawa yang

insidensinya sekitar 5% pada pasien dengan varises esofagus yang berukuran kecil

dan lebih dari 15% pada mereka yang dengan varises esofagus berukuran besar.

Angka mortalitas tiap kejadian perdarahan adalah berkisar antara 10 – 20% dan

angka survival 1 tahun nya hanya sekitar 63%.3,4,5,6 Insiden untuk timbulnya

varises sekitar 5 % setiap tahunnya pada pasien sirosis yang tidak mengalami

varises pada awalnya.1 Oleh sebab itu, skrining varises esofagus pada pasien

sirosis hati sangat direkomendasikan dalam setiap konsensus.7,8,9 Metode skrining

saat ini adalah tindakan endoskopi tiap 2 – 3 tahun pada tanpa varises esofagus,

dan tiap 1 – 2 tahun pada mereka dengan varises esofagus yang berukuran kecil.

Namun, metode ini merupakan kondisi yang invasif dan kurang dapat diterima

oleh pasien serta biayanya mahal. Hingga terdapat beberapa metode seperti :

pemeriksaan klinis, biokimia, ultrasonografi, dan elastografi (Transient

Elastography – TE) yang telah diajukan dan sebagian dari metode tersebut telah

divalidasi sebagai alternatif yang non - invasif terhadap endoskopi.10,11

Berdasarkan konsep bahwa perkembangan hipertensi portal merupakan

akibat dari fibrosis hati sebagai faktor utama yang berperan dalam peningkatan

(24)

pemeriksaan serum darah telah diuji sebagai prediktor varises esofagus pada

pasien sirosis hati dengan hasil yang menjanjikan.12

Simple score (S index) merupakan petanda fibrosis hati noninvasif,

pertama kali dikemukakan oleh Kun Zhou, dkk, sebagai tes laboratorium rutin

dalm memprediksi fibrosis hati pada pasien dengan hepatitis B kronik. Sampai

saat ini belum ada penelitian mengenai hubungan antara ukuran varises esofagus

dengan S-index = 1000 x GGT/(PLT x ALB2) dibandingkan dengan endoskopi

pada penderita penyakit sirosis hati. Oleh karena itu penulis ingin menilai korelasi

antara ukuran varises esofagus dengan model yang sederhana dan non - invasif

dalam memprediksi varises esofagus pada pasien dengan penyakit sirosis hati dan

membandingkannya dengan endoskopi untuk penyediaan referensi efikasi

diagnostik dalam hal pengenalan model prediktor non - invasif varises esofagus

pada pasien penyakit sirosis hati.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara ukuran varises esofagus secara endoskopi

dengan Simpler score (S index) pada penderita sirosis hati

1.3 Hipotesis

Ada hubungan antara ukuran besar varises esofagus secara endoskopi

dengan Simpler score (S index) pada penderita sirosis hati

1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Untuk mengetahui hubungan antara ukuran besar varises esofagus secara

endoskopi dibandingkan dengan Simpler score (S index) pada penderita sirosis

hati

1.4.2 Untuk mengetahui akurasi Simpler score (S index) dalam menentukan

(25)

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Simpler score (S index) dapat menjadi alat alternatif non – invasif dalam

skrining ada tidaknya serta ukuran besar varises esofagus pada pasien sirosis hati.

1.5.2 Simpler score (S index) dapat menjadi salah satu alternatif dari endoskopi

dalam hal skrining varises esofagus serta pertimbangan terapinya pada daerah

geografis yang fasilitas endoskopinya belum memadai.

1.5.3 Simpler score (S index) dapat menjadi salah satu rujukan dalam

menentukan ukuran besar varises esofagus untuk Divisi Gastroentero-hepatologi

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sirosis hati

2.1.1 Definisi

Kata sirosis berasal dari kata kirrhos yang merupakan bahasa Yunani, yang

berarti oranye atau kuning kecoklatan, dan osis, berarti kondisi. Istilah sirosis

diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826.13,14 Definisi sirosis

berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah suatu proses difus yang

ditandai dengan fibrosis dan perubahan arsitektur hati normal menjadi struktur

nodul abnormal yang tidak memiliki organisasi lobular yang normal.

Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang ditandai

dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi

arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi

tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.15 Banyak bentuk

kerusakan hati yang ditandai fibrosis. Batasan fibrosis sendiri adalah penumpukan

berlebihan matriks ekstraselular (seperti kolagen, glikoprotein, proteoglikan)

dalam hati. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat reversibel. Namun

pada sebagian besar pasien sirosis, proses fibrosis biasanya tidak reversibel.14 Progresifitas kerusakan hati ini dapat berlangsung dalam waktu beberapa

minggu sampai beberapa tahun.13,14,16

2.1.2 Epidemiologi

Penyakit hati menahun dan sirosis dapat menimbulkan sekitar 35.000

kematian per tahun di Amerika Serikat. Sirosis merupakan penyebab kematian

utama yang kesembilan di AS, dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh

(27)

kehidupan mereka akibat penyakit ini.13,14 Setiap tahun, 2.000 kematian tambahan dikaitkan dengan kegagalan hati fulminan (FHF). FHF disebabkan hepatitis virus

(misalnya, hepatitis A dan B), obat-obatan (misalnya asetaminofen), racun

(misalnya Amanita phalloides, yellow death cap mushroom), hepatitis autoimun,

penyakit Wilson, atau berbagai etiologi lainnya. Penyebab kriptogenik

bertanggung jawab atas sepertiga dari kasus fulminan. Pasien dengan sindrom

FHF memiliki tingkat kematian 50-80% kecuali mereka memperoleh transplantasi

hati. 14

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), pada tahun 2000 sekitar 170

juta umat manusia menderita sirosis hepatis. Angka ini meliputi sekitar 3% dari

seluruh populasi manusia di dunia dan setiap tahunnya kejadian baru sirosis

hepatis bertambah 3 - 4 juta orang.17 Angka prevalensi penyakit sirosis hepatis di

Indonesia, secara pasti belum diketahui. Namun dari beberapa laporan rumah sakit

umum pemerintah di Indonesia berdasar diagnosis klinis saja didapati prevalensi

sirosis hati yang dirawat di bangsal penyakit dalam umumnya berkisar antara 3,6

– 8,4% di Jawa dan Sumatera, sedangkan di Sulawesi dan Kalimantan di bawah

1%. Secara keseluruhan rata – rata prevalensi sirosis adalah 3,5% seluruh pasien

yang dirawat di bangsal penyakit dalam, atau rata – rata 47,4% dari seluruh pasien

penyakit hati yang dirawat. Kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki

dibandingkan kaum wanita dengan perbandingan 2,1 : 1 dan usia rata – rata 44

tahun (rentang usia 13 – 88 tahun) dengan kelompok terbanyak antara usia 40 –

50 tahun.18

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis

Terdapat banyak penyebab "sirosis hati", beberapa diantaranya jarang

terjadi, bahkan muncul di masa kecil ( misalnya air minum dari pipa tembaga ).

Sirosis merupakan penyakit yang diperoleh atau berbasis genetika. Klasifikasi

etiologi, terutama dengan diagnosis dini, harus selalu menjadi prioritas, karena

dapat membantu pengobatan dan juga prognosis. Dengan menggabungkan data

klinis biokimia, histologi, dan epidemiologi penyebab sirosis sebagian besar dapat

ditentukan. Pada masa lalu penyakit hati alkohol merupakan penyebab sirosis

(28)

meningkat jumlahnya sebagai penyebab utama hepatitis kronik maupun sirosis

secara nasional. Di Indonesia, banyak penelitian menunjukkan bahwa hepatitis B

dan C merupakan penyebab sirosis yang lebih menonjol dibanding penyakit hati

alkoholik.13,18,19 Banyak kasus sirosis kriptogenik ternyata disebabkan penyakit

perlemakan hati non – alkoholik (non-alcoholic fatty liver disease) NAFLD. Bila

kasus – kasus sirosis kriptogenik diteliti, ternyata banyak pasien menunjukkan

satu atau lebih faktor resiko klasik NAFLD seperti : obesitas, diabetes, dan

hipertrigliseridemia. Diduga steatosis berkurang pada beberapa hati penderita,

sementara fibrosis hatinya justru berkembang dengan progresif. Ini yang membuat

diagnosis histologi dari NAFLD menjadi sulit.14,16,19 Sepertiga orang Amerika

mempunyai NAFLD, sekitar 2 – 3% orang Amerika menunjukkan steatosis non –

alkoholik (non – alcoholic steatohepatitis) NASH, yang deposisi lemaknya dalam

hepatosit mengalami komlipkasi berupa peradangan atau inflamasi hati dan

fibrosis. Diperkirakan 10% pasien NASH dikemudian hari berkembang menjadi

sirosis. NAFLD dan NASH telah diperkirakan akan menjadi salah satu masalah

kesehatan masyarakat utama pada dekade mendatang.14,16

Penyebab utama sirosis di Amerika Serikat adalah hepatitis C (26%),

penyakit hati alkoholik (21%), hepatitis C plus penyakit hati alkoholik (15%),

kriptogenik (18%), hepatitis B yang bersamaan hepatitis D (15%), dan penyebab

lain (5%).14,20 Penyebab lain penyakit hati menahun dan sirosis : hepatitis

autoimun, sirosis bilier primer, sirosis bilier sekunder (berhubungan dengan

obstruksi saluran empedu ekstrahepar menahun), kolangitis sklerosing primer,

hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi α-1 antitripsin, penyakit

granulomatosa (contoh : sarkoidosis), penyakit glycogen storage type IV, hepatitis

imbas obat (contoh : metotreksat, α-metildopa, amidaron), obstruksi aliran vena (contoh : sindrom Budd-Chiari, penyakit veno-oklusif), gagal jantung kanan

kronik dan regurgitasi trikuspid.14,19,20

Terjadinya fibrosis hati menggambarkan kondisi ketidakseimbangan antara

produksi matriks ekstraseluler dan proses degradasinya. Sel – sel stelata yang

berada dalam ruangan perisinusoidal merupakan sel penting untuk memproduksi

matriks ekstraseluler. Beberapa faktor dapat dilepas atau diproduksi oleh sel – sel

(29)

Sebagai contoh : peningkatan kadar TGF - β1 dijumpai pada pasien dengan

hepatitis C kronik dan sirosis. TGF - β1 selanjutnya akan merangsang sel – sel

stelata yang aktif untuk memproduksi kolagen tipe I.13,14 Peningkatan deposisi

kolagen dalam ruang Disse ( ruang antara hepatosit dan sinusoid) dan

pengurangan ukuran fenestra endotel akan menimbulkan kapilarisasi sinusoid.

Sel – sel stelata yang aktif juga mempunyai sifat konstriksi. Kapilarisasi dan

konstriksi sinusoid oleh sel – sel stelata dapat memicu terjadinya hipertensi

portal.13,14,21

Tabel 2.1 Etiologi Sirosis Hati.13

2.1.4 Manifestasi klinis

Keluhan subjektif dari pasien sirosis bersifat non karateristik dan ambigu.

Kelelahan dikeluhkan sekitar 60-80% pasien, gangguan tidur (mungkin

disebabkan oleh gangguan irama melatonin), keluhan gangguan saluran cerna

(50-60%), dan gangguan mental kadang dikeluhkan oleh pasien.22

Beberapa keluhan dan gejala yang sering timbul pada sirosis antara lain

adalah: kulit berwarna kuning, rasa mudah lelah, nafsu makan menurun, gatal,

mual, penurunan berat badan, nyeri perut dan mudah berdarah (akibat penurunan

produksi faktor-faktor pembeku darah). 13,14,23,24 Hepatic myelopati dengan

paraparesis spastic jarang terjadi, terutama pada tahap lanjut dari sirosis. Gejala

dari neuropati perifer juga terjadi. Kadang terjadi meteorismus dan pada beberapa

kasus timbul asites. Takikardia, hipotensi, dan sistolik murmur yang menunjukkan

(30)

signifikan pada sirkulasi sistemik dan pulmoner. Murmur dapat terdengar pada

area umbilical (sindroma Cruveilhier-Baumgarten). Laki-laki dapat menampakkan

gejala feminisasi, sedangkan wanita menunjukkan gejala hipogonadisme.22

Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi

dari sirosis hatinya. Pada beberapa pasien, komplikasi ini dapat menjadi gejala

pertama yang membawa pasien pergi ke dokter. Pasien sirosis dapat tetap berjalan

kompensata selama bertahun-tahun sebelum berubah menjadi dekompensata.

Sirosis dekompensata dapat dikenal dari timbulnya bermacam komplikasi, seperti

ikterus, perdarahan varises, asites, atau ensefalopati. Ikterus terjadi karena

kegagalan fungsi hati, dan pengobatan terhadap komplikasi ini biasanya

mengecewakan, kecuali pasien mendapat transplantasi.13,14,20,23,24

Sesuai dengan konsensus Baveno IV, sirosis hati dapat diklasifikasikan

menjadi empat stadium klinis berdasarkan ada tidaknya varises, asites dan

perdarahan varises : stadium 1 (tidak ada varises, tidak ada asites), stadium 2 (ada

varises tanpa asites), stadium 3 (asites dengan atau tanpa varises), dan stadium 4

(perdarahan dengan atau tanpa asites). Stadium 1 dan 2 dimasukkan dalam

kelompok sirosis kompensata, sementara stadium 3 dan 4 dalam kelompok sirosis

dekompensata.7 Berdasarkan pada konsensus EASL Asites dikelompokkan

menjadi 3 tingkat antara lain grade 1 hanya dapat di deteksi melalui

ultrasonografi, grade 2 merupakan asites sedang berupa simetris membesar dari

abdomen, dan grade 3 merupakan gross asites ditandai dengan distensi dari

abdomen.

2.1.5 Diagnosis

Satu-satunya tes diagnosis sirosis hati yang paling akurat adalah biopsi

hati. Namun biopsi hati dapat menimbulkan komplikasi serius meskipun sangat

jarang. Diagnosis kemungkinan sirosis dapat dibuat berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik , pemeriksaan laboratorium rutin, maupun pemeriksaan imejing.

Bila diagnosis sirosis dapat ditegakkan, pemeriksaan lain dikerjakan untuk

menentukan beratnya sirosis serta ada tidaknya komplikasi. Pemeriksaan lain juga

dapat dibuat untuk menentukan penyakit dasar yang menyebabkan sirosis seperti :

ANA (Antinuclear antibody), ASMA (Anti – smooth muscle antibody), AMA

(31)

darah pasien hepatitis autoimun atau sirosis bilier primer (De Franchis, 2005;

Cheney et al., 2012; Wolf, 2012; Garcia-Tsao dan Wongcharatrawee, 2003;

Erlingen dan Benhamou, 1999).7,13,14,20,24 Penilaian atau klasifikasi tingkat

keparahan sirosis diukur dengan menggunakan skor Child – Pugh (Garcia-Tsao et

[image:31.595.149.538.221.332.2]

al., 2007).8

Tabel 2.2 Klasifikasi Child – Pugh.8

2.2 Varises esofagus

2.2.1 Definisi

Penderita sirosis hati yang memiliki varises esofagus yang besar akibat

hipertensi portal beresiko 25 % - 35 % mengalami perdarahan serta 15 % - 20 %

beresiko kematian pada setiap episode perdarahan. Tingkat kematian bergantung

kepada keadaan umum pasien dan beratnya perdarahan.13 Varises esofagus

merupakan kolateral portosistemik yang terbentuk setelah adanya dilatasi saluran

pembuluh darah vena mulai dari distal esofagus akibat hipertensi portal. Varises

esofagus sering terjadi pada 2 – 5 cm distal dari esofagus.25

2.2.2 Patofisiologi

Pada sirosis, hipertensi portal terinisiasi melalui peningkatan resistensi

vaskular intrahepatik dan kemudian diperberat oleh perubahan pada sirkulasi

sistemik dan splanik yang meningkatkan aliran portal. Peningkatan resistensi

vaskular intrahepatik tidak hanya disebabkan oleh faktor mekanikal (seperti :

jaringan fibrosis dan nodul - nodul regeneratif yang mendistorsi arsitektur

pembuluh darah hepar), tetapi juga oleh komponen dinamis reversibel yang

(32)

miofibrolast di sekitar sinusoid hepatik dan dalam septa fibrous. Komponen

dinamik ini (menyumbang sekitar 30% pada peningkatan resistensi vaskular

intrahepatik) menggambarkan gangguan fungsional dari sirkulasi hepar akibat dari

peningkatan produksi vasokonstriktor (contoh : endotelin – 1, norepinephrin,

angiotensin II, leukotriene, tromboxane A2) dan penurunan pelepasan vasodilator

endogen (terutama NO / nitric oxide).26,27,28,29 Sel stelata memiliki sifat kontraktil yang dapat dimodulasi oleh substansi vasoaktif antara lain NO dan endothelin

yang dapat meningkatkan resitensi intrahepatik dan aliran darah tertutama pada

sinusoidal.30 Angiogenesis juga telah menunjukkan pengaruh terhadap hipertensi

portal melalui studi – studi yang menggambarkan pengaturan peningkatan tekanan

portal, sirkulasi hiperdinamik, neovaskularisasi splangnik, dan kolateralisasi

portosistemik yang diregulasi oleh VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor)

dan PDGF (Platelet derived Growth Factor).31

Pada sirosis, gradien portosistemik dinilai dengan mengukur WHVP

(Wedged Hepatic Venous Pressure) atau pengukuran tekanan sinusoid hepar dan

dikurangi dengan FHVP (Free Hepatic Venous Pressure) / tekanan bebas vena

hepatika atau tekanan vena cava inferior intraabdominal sehingga akan didapat

HVPG (Hepatic Venous Pressure Gradient). Nilai normal HVPG adalah 3 – 5

mmHg.8,32 Nilai HVPG ≥ 10 mmHg sudah menggambarkan hipertensi portal yang

signifikan secara klinis dan ≥ 12 mmHg untuk terjadinya perdarahan varises akut

dan perubahan nilai HVPG yang terjadi setiap waktu memiliki nilai prediksi untuk

perkembangan varises esofagogastrik, resiko perdarahan variseal, perkembangan

komplikasi hipertensi portal non – variseal (asites, sindrom hepatorenal, dan

ensefalopati), dan mortalitas.33,34,35,36,37 Pengukuran satu kali sangat bermanfaat dalam menentukan prognosis sirosis kompensata dan dekompensata, sedangkan

pengukuran berulang sangat berguna untuk monitor respon terhadap terapi

farmakologi dan progresi penyakit hati. Pada pasien sirosis didapati peningkatan

resistensi intrahepatik dan peningkatan aliran darah splanik. Faktor awal yang

berperan yaitu peningkatan resitensi intrahepatik sementara peningkatan aliran

darah splanik meruapakan fenomena sekunder untuk mempertahankan atau

(33)

hiperdinamik ditandai dengan peningkatan nadi, kardiak output, dan volum

[image:33.595.189.463.142.342.2]

plasma.38

Gambar 2.1 Patogenesis Hipertensi Portal.38

2.2.3 Epidemiologi

Varises dan perdarahan varises merupakan komplikasi sirosis yang

diakibatkan langsung dari hipertensi portal. Pasien dengan sirosis dan varises

gastroeseofageal memiliki nilai HVPG setidaknya 10 – 12 mmHg. Varises

gastroesofageal tampak pada sekitar 50% pasien sirosis.8 Pada saat sirosis pertama

kali didiagnosis, varises tampak pada 30 – 40% pasien stadium kompensata dan

pada 60% pasien stadium dekompensata.34 Pada pasien sirosis tanpa varises saat

pemeriksaan endoskopi pertama kali, insidensi tahunan terbentuknya varises yang

baru rata – rata 7% (berkisar antara 5 – 10% per tahun).39.40.41 Setelah

terbentuknya varises, ukuran varises akan bertambah dari kecil sampai besar

sebelum akhirnya ruptur dan berdarah. Progresi dari varises ukuran kecil hingga

menjadi besar masih kontroversial, namun menunjukkan angka laju progresi

varises yang berkisar antara 5 – 30% per tahun.39,40,41,42 Perdarahan varises

pertama memiliki angka insidensi sekitar 4% per tahun, dan resiko ini meningkat

menjadi 15% per tahun pada pasien dengan varises ukuran medium sampai besar.

(34)
[image:34.595.135.478.135.289.2]

Tabel 2.3 Epidemiologi varises esofagus dan korelasinya dengan tingkat keparahan penyakit hati.43

2.2.4 Perjalanan alamiah varises esofagus

Pada pasien sirosis yang belum mengalami varises berarti tekanan

portalnya belum cukup tinggi untuk menyebabkan varises. Seiring bertambahnya

tekanan portal, pasien akan memiliki progresi mengalami varises yang kecil.

Bertambahnya waktu dan sejalan dengan peningkatan sirkulasi hiperdinamik,

aliran darah yang melalui varises akan meningkat sehingga meningkatkan tekanan

pada dinding varises. Perdarahan varises disebabkan ruptur terjadi ketika

bertambahnya ketegangan maksimal pada dinding varises.43 Diameter pembuluh

darah merupakan salah satu penentu tekanan variseal. Pada tekanan yang sama,

pembuluh darah dengan diameter besar akan ruptur sedangkan pembuluh darah

dengan diameter kecil tidak akan ruptur. Selain diameter pembuluh darah, salah

satu penentu tekanan padan dinding varises adalah tekanan di dalam varix yang

berkaitan langsung dengan HVPG. Oleh karena itu, penurunan HVPG seharusnya

memicu penurunan tekanan pada dinding varises sehingga mengurangi resiko

ruptur. Perdarahan varises tidak akan terjadi ketika HVPG diturunkan menjadi <

12 mmHg, dan resiko perdarahan ulang juga menurun secara signifikan dengan

penurunan HVPG lebih dari 20% nilai awal.8 Faktor lain yang juga sangat

konsisten dengan progresi varises adalah klasifikasi keparahan penyakit hati

berdasarkan skor Child – Pugh, dan tampilan red wale marks (didefinisikan

sebagai venula yang membesar dan memanjang pada permukaan varises) pada

(35)
[image:35.595.126.501.82.308.2]

Gambar 2.2 Perjalanan alamiah varises esofagus.41

2.2.5 Diagnosis

Pemeriksaan esophagogastroduodenoscopy (EGD) merupakan gold

standar dalam mendiagnosis varises.8 Konsensus saat ini menyatakan bahwa

setiap pasien sirosis seharusnya menjalani skrining varises dengan endoskopi pada

saat diagnosis. Tujuan dari skrining varises esofagus adalah untuk mendeteksi

pasien yang memerlukan terapi profilaksis. Pemeriksaan endoskopi sebaiknya

diulang setelah 2 – 3 tahun kemudian pada pasien tanpa varises pada saat

endoskopi pertama. Berdasarkan angka laju progresi besar varises yang berkisar

10 – 15 % per tahun, endoskopi sebaiknya diulang setiap 2 tahun pada pasien

dengan varises yang kecil. Pada pasien dengan sirosis yang dekompensata atau

tampak red wale marks pada endoskopi, interval pemeriksaan endoskopi tiap 1

(36)
[image:36.595.116.509.106.373.2]

Tabel 2.4 Guideline diagnosis varises esofagus.43

Telah lama diketahui bahwa gambaran varises secara endoskopi sangat

krusial untuk memprediksi pasien mana yang memiliki resiko tinggi untuk

perdarahan varises dan juga yang mana akan memiliki keuntungan dari terapi.

Oleh sebab itu dibutuhkan sistem yang divalidasi untuk klasifikasi gambaran

varises esofagus secara endoskopi. Pada tahun 1980 Japanese Research Society

for Portal Hypertension merancang sistem klasifikasi yang kompleks untuk

menggambarkan varises esofagus, sistem ini menggambarkan varises berdasarkan

warna, ukuran, bentuk, lokasi, dan stigmata.45

[image:36.595.202.461.573.742.2]
(37)

2.3 Diagnosis Non – endoskopi varises esofagus

Pemeriksaan gold standar untuk menegakkan diagnosis varises esofagus

adalah dengan menggunakan endoskopi. Namun pemeriksaan endoskopi secara

periodik dan berkala sangatlah mahal dan sering dihubungkan dengan komplikasi

yang dapat timbul seperti perdarahan maupun perforasi. Di samping itu tidak

semua pusat pemberi pelayanan kesehatan terutama di daerah yang memiliki

fasilitas endoskopi serta adanya keterbatasan kompetensi dari seorang dokter

untuk melakukan pemeriksaan endoskopi, sehingga dibutuhkan pemeriksaan

(marker) non – invasif yang berhubungan dengan hipertensi portal, yang dapat

mengidentifikasi adanya varises esofagus pada penderita sirosis hati.

Berdasarkan konsep bahwa perkembangan hipertensi portal akibat dari

fibrosis hati yang merupakan faktor kontribusi penting terhadap peningkatan

resistensi hepatik, marker serum non – invasif dari fibrosis hati telah diuji sebagai

prediktor varises esofagus pada pasien sirosis dengan hasil yang menjanjikan.

Beberapa tes yang sebelumnya divalidasi sebagai prediktor fibrosis hati seperti :

APRI, Fib – 4, Forns index, dan Lok score dapat digunakan untuk memprediksi

adanya varises esofagus.46,47 Pada salah satu studi dilakukan prediksi fibrosis hati dengan menggunakan Simpler score (S index) dan dibandingkan dengan marker

serum non – invasif lainnya, ternyata didapati hasil bahwa Simpler score (S index)

memiliki korelasi yang lebih tinggi terhadap fibrosis hati dibandingkan dengan

marker non – invasif lainnya.48 Hal ini yang juga mungkin mendasari penggunaan

Simpler score (S index) dalam memprediksi ada tidaknya serta ukuran varises

esofagus pada pasien sirosis hati.

2.3.1 Simple score(S index)

Simple score (S index) merupakan petanda fibrosis hati noninvasif,

pertama kali dikemukakan oleh Kun Zhou, dkk, sebagai tes laboratorium rutin

dalm memprediksi fibrosis hati pada pasien dengan hepatitis B kronik. Simple

score (S index) menggunakan variabel GGT (Gamma-Glutamyl Transferase),

(38)

Rumus untuk menghitung skor adalah:48

Unit dalam formula: GGT, IU/L; PLT, 109/L; ALB, g/L.

Pada penelitian Kun Zhou, dkk dinyatakan cut-off value dari S index

[image:38.595.144.519.260.581.2]

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.6. Nilai cut off S index berdasarkan penelitian.48

Significant

Fibrosis

(F2-4)

Absence Presence

S index < 0,1 ≥ 0,5

Advanced

Fibrosis

(F3-4)

Absence Presence

S index < 0,2 ≥ 0,6

Cirrhosis

(F4)

Absence Presence

S index < 0,3 ≥ 1,5

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: Menurut Kun, dkk dalam

memprediksi significant fibrosis, AUROCs adalah 0.812 (S index), 0.808 (SLFG

model), 0.778 (Fibrometer), 0.765 (Hepascore), 0.735 (Hui model), 0.719 (Forns

score) dan 0.717 (APRI), dalam memprediksi advanced fibrosis, AUROCs adalah

0.890 (S index), 0.887 (SLFG model), 0.876 (Fibrometer), 0.873 (Forns score),

0.872 (Hui model), 0.818 (Hepascore) dan 0.817 (APRI), dalam memprediksi

(39)

sirosis, AUROCs adalah 0.936 (Hui model), 0.890 (S index), 0.888 (Forns score),

0.872 (SLFG model), 0.836 (Fibrometer), 0.790 (APRI) dan 0.780 (Hepascore).

Pada penelitian Kun, dkk dinyatakan bahwa pada umumnya model

noninvasif dapat dibagi atas 2 jenis, yakni model yang hanya mencakup tes rutin

sederhana (S index, Hui model, Forns score dan APRI) dan model yang mencakup

tes spesial seperti HA/ asam hialuronat dan A2M/ alfa 2 makroglobulin (SLFG

model, Fibrometer dan Hepascore). Secara kasar dapat dinyatakan bahwa model

dengan tes spesial akan memiliki AUROC yang lebih tinggi dibandingkan tes

sederhana, terutama dalam mengidentifikasi significant fibrosis. Namun pada

model yang dikonstruksikan pada pasien hepatitis B kronik didapatkan hasil yang

lebih superior bila dibandingkan dengan model lainnya.

2.4 KERANGKA KONSEPSIONAL

Infeksi Hepatitis Virus B & C,

Alkohol , NASH, Hepatitis

Autoimun, Penyakit Kolestasis

Penyakit Hati Kronik

Sirosis Hati

Varises

Esofagus

Fibrosis Hati

Marker Non

Invasif :Simpler

Score / S index

(40)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Desain penelitian

Penelitian observasional dilakukan dengan cara potong lintang (cross

sectional study) yang bersifat analitik

3.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan mulai September 2014 – Desember 2014 atau sampai

jumlah sampel memenuhi target. Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam

Malik Medan

3.3 Populasi dan sampel terjangkau

Penderita adalah semua penderita sirosis hati. Sampel adalah semua

populasi penderita Sirosis hati yang menjalani rawatan di ruang rawat inap

dan poliklinik Gastroentero-Hepatologi RSUP H. Adam Malik Medan.

3.4 Besar sampel

Rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian uji hipotesis :

2 2 ) 1 ( 2 1 ( ) ( ) 1 ( ) 1 ( a o a a o o P P P P Z P P Z n −       + = −α −β

Z(1-α/2) = deviat baku alpha, untuk α = 0,05  Z(1-α/2) = 1,96

Z(1-β) = deviat baku beta, untuk β = 0,10  Z(1-β) = 1,282

P0 – Pa = Beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,15

P0 = Proporsi penderita Sirosis hati pada beberapa RS di Indonesia

 3,5% = 0,035

Pa = Perkiraan proporsi Sirosis hati yang diteliti = 0,185

(41)

3.5 Kriteria Inklusi

1. Pria maupun wanita berusia ≥ 18 tahun.

2. Pasien dengan penyakit sirosis hati

3. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent.

3.6 Kriteria Eksklusi

1. Perdarahan variseal sebelumnya < 3 bulan

2. Pasien yang sebelumnya sudah mendapat terapi β bloker ataupun terapi

endoskopi (ligasi ataupun skleroterapi) > 2 tahun

3. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi bedah untuk hipertensi portal

(TIPS)

4. Pasien dengan hipertensi portal non – sirosis

5. Hepatoma

3.7 Bahan dan prosedur penelitian

3.7.1 Anamnesa dan pemeriksaan fisik

Seluruh subjek penelitian yang termasuk dalam kriteria inklusi sebelumnya

telah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik

3.7.2 Pemeriksaan Radiologi

Seluruh subjek penelitian yang termasuk dalam kriteria inklusi sebelumnya

telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG abdomen

3.7.3 Pemeriksaan Viral marker

Seluruh subjek penelitian yang termasuk dalam kriteria inklusi sebelumnya

telah dilakukan skrining salah satu penyebab sirosis hati yaitu dengan

pemeriksaan penanda infeksi virus hepatitis B (HbsAg) dan hepatitis C (antiHCV)

3.7.4 Pemeriksaan Platelet

a. Sampel yang diperlukan adalah darah EDTA atau darah kapiler.

b. Isi pipet dengan darah sampai garis 0,5. Bila diketahui trombositopenia

(42)

c. Sambil menahan dengan ujung jari, isi pipet dengan Rees Ecker sampai

garis 101, kemudian letakkan horizontal.

d. Sambil menekan kedua ujung pipet, pipet digoyang selama 3 menit.

e. Isi kamar yang ditutup dengan larutan tersebut setelah terlebih dahulu

membuang 3 tetes pertama larutan tersebut.

f. Biarkan kamar hitung selama 2 menit, kemudian trombosit dihitung

dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x. bidang yang dihitung adalah

semua bidang kecil sebanyak 25 buah (E). perhitungan trombosit yaitu n x

10 x 200/mm3.

3.7.5 Pemeriksaan AST

Bahan : serum, plasma heparin / EDTA.

Alat yang digunakan : Spektrofotometer 340 nm.

Dengan start reagent :

1. Serum plasma 100 uL.

2. Larutan Reagent 1000 uL.

3. Campur, sesudah 1 menit tambahkan Start Reagent 250 uL.

4. Campurkan, dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorpsi setiap

menit selama 3 menit.

5. Perhitungan : Aktivitas enzyme = ( ∆ A/min ) x F IU/l ( F : 2143 ).

3.7.6 Albumin

Sampel darah diambil untuk tes ini, yang dimana akan dimasukkan ke

dalam sentrifuge sehingga akan memisahkan bagian cairan darah dari

sel-sel darah.

3.7.7 GGT (Gamma-Glutamyl Transferase)

Bahan : Serum darah

Alat yang digunakan : Kinetic assay

(43)

1. (gamma-L-glutamyl)-p-nitroanilide dan glycylglycine sebagai

substrat untuk formasi GGT enzimatik dari p-nitroaniline.

2.Substrat direaksikan dengan serum GGT selama lebih kurang 10 menit.

3.p-nitroaniline yang terproduksi dari reaksi ini kemudian diukur dengan

spectrophotometrical dalam jarak panjang gelombang 405-410 nm.

4.Persentase formasi p-nitroaniline adalah proposional dengan aktivitas

GGT. Oleh sebab itu, konversi p-nitroaniline yang tinggi merupakan

indikatif tingginya konsentrasi GGT dalam serum.

3.7.8 Pemeriksaan Endoskopi

Semua pasien sirosis akan menjalani esophagogastroduodenoscopy (EGD)

di sentra endoskopi oleh endoskopi tersertifikasi. Varises esofagus akan

diklasifikasi berdasarkan ukurannya yaitu : F1 (ukuran kecil dan lurus), F2

(ukuran besar, berlekuk – lekuk, dan mengisi 1/3 lumen esofagus), F3

(ukuran lebih besar, dan memenuhi lebih dari 1/3 lumen esofagus).

Kemudian ketiga klasifikasi tersebut dipersempit menjadi dua klasifikasi

yaitu ukuran kecil (F1) dan ukuran besar (F2 – F3).

3.7.9 Simpler score (S index)

S index (S-index: 1000 x GGT/(PLT x ALB2)) adalah suatu pemeriksaan

nonivasif sebagai petanda awal fibrosis hati dengan menggunakan variabel

GGT, albumin dan trombosit/platelet.

3.8 Defenisi Operasional

3.8.1 Sirosis hati

Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang

ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul.

Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro

(44)

3.8.2 Umur

Umur subjek penelitian adalah yang sama dengan yang tertera di kartu

tanda penduduk.

3.8.3 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin merupakan petanda gender seseorang yaitu laki-laki dan

perempuan

3.8.4 Etiologi

Etiologi sirosis hati merupakan penyakit yang mendasari terjadinya sirosis

hati yang dibagi menjadi Hepatitis B (HbsAg positif), Hepatitis C (Anti HCV

positif), konkomitan hepatitis B dan C, serta non Hepatitis B dan C.

3.8.5 Varises esofagus

Varises esofagus merupakan kolateral portosistemik yang terbentuk setelah

adanya dilatasi saluran pembuluh darah vena mulai dari distal esofagus akibat

hipertensi portal. Daerah distal 2 – 5 cm dari esofagus merupakan lokasi tersering

terjadinya varises.

3.8.6 Endoskopi / Esophagogastroduodenoscopy (EGD)

Esophagogastroduodenoscopy (EGD) adalah tes pemeriksaan untuk

memeriksa ada tidaknya kelainan pada esofagus, gaster, dan bagian pertama dari

usus halus yaitu duodenum. Hal ini dilakukan dengan memasukkan ke dalam

tenggorokan scope fleksibel yang pada ujungnya terdapat lampu dan kamera

kecil.

3.8.7 Simple Skor ( S-index)

S index (S-index: 1000 x GGT/(PLT x ALB2)) adalah suatu pemeriksaan

nonivasif sebagai petanda awal fibrosis hati dengan menggunakan variabel GGT,

albumin dan trombosit/platelet.

3.8.8 Platelet

Trombosit merupakan komponen darah yang dihasilkan dari megakariosit

sumsum tulang, suatu sel besar dengan 8 sampai 32 nukleu. Secara fisiologis

berperan dalam hemostatis, berfungsi menghentikan perdarahan pada permulaan

dan pada luka kecil dapat menyebabkan hemostatis yang menetap. Trombosit

tidak melekat pada sel endotel vaskular normal, tapi pada daerah endotel yang

(45)

3.8.9 AST

AST ( Aspartate Amino Transferase ) adalah suatu enzim yang terdapat

dalam sel hati tetapi terdapat juga dalam sel jantung, otot skletal, ginjal otak,

pankreas, limpa dan paru. Enzim ini akan dikeluarkan ke sirkulasi apabila terjadi

kerusakan atau kematian sel. Tingginya kadar enzim ini berhubungan langsung

dengan jumlah kerusakan sel. Kerusakan sel akan diikuti dengan peningkatan

kadar AST dalam 12 jam dan tetap meningkat selama 5 hari.

3.8.10 ALT

ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak

ditemukanpada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler.

Enzim ini dalam jumlahyang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot

rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST

pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkanpada proses kronis didapat

sebaliknya.

3.8.11 INR

INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai PT

normal kemudian dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah International

Sensitivity Index. Jadi INR adalah rasio PT yang mencerminkan hasil yang akan

diperoleh bila tromboplastin baku WHO yang digunakan, sedangkan ISI

merupakan ukuran kepekaan sediaan tromboplastin terhadap penurunan faktor

koagulasi yang bergantung pada vitamin K

3.8.12 Bilirubin total

Bilirubin total adalah pigmen kuning yang berasal dari hemoglobin dalam

proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel, dan dihitung jumlah antara

bilirubin direk dan indirek dalam darah diukur dalam satuan mg/dl.

3.8.13 Albumin

Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang diproduksi oleh

hati dari asam amino yang diambil dari makanan. Albumin berfungsi dalam

mengatur tekanan onkotik, pengangkut nutrisi, hormon, asam lemak, dan zat sisa.

(46)

3.8.14 Asites

Asites adalah meningkatnya jumlah cairan intraperitoneal. Diklasifikasikan

menjadi normal, asites minimal (hanya didapat dari pemeriksaan ultrasonografi),

sedang (didapat dari pemeriksaan fisik), dan berat (asites masif ).

3.8.15 Child Pugh

Penilaian atau klasifikasi tingkat keparahan sirosis diukur dengan

menggunakan skor Child – Pugh. Child-Pugh A skor 5-6, Child-Pugh B skor 7-9,

Child-Pugh C skor 10-15.

3.8.16 GGT (Gamma-Glutamyl Transferase)

Enzim GGT terutama terdapat di hati, ginjal dan pankreas. Enzim ini

diperiksa untuk menentukan disfungsi sel hati dan mendeteksi penyakit hati yang

diinduksi alkohol. Aktivitas GGT meningkat pada semua bentuk penyakit hati.

Selain itu GGT juga digunakan sebagai petanda kanker prostat dan metastase

(47)

3.9. Kerangka Operasional

3.10. Analisis statistik

Untuk melihat hubungan hasil pengukuran endoskopi dengan Simpler Skor

digunakan independent t test jika data berditribusi normal, dan uji Mann Whitney

jika data tidak berdistribusi normal. Untuk menilai hubungan jenis kelamin,

etiologi sirosis hati, Child Pugh dan asites dengan ukuran varises digunakan Chi

Square test. Untuk menentukan cut off nilai Simpler Skor dilakukan Analisis

Receiver Operating Characteristic (ROC). Pada penelitian ini juga dilakukan uji

diagnostik dengan mencari nilai sensitifitas, spesifisitas, Positive Predictive Value

(PPV ), Negative Predictive Value ( NPV ) dan Likelihood Ratio ( positif ) dan

Likelihood Ratio ( negatif ).

Anamnesa

Pem.Fisik

Darah rutin

LFT

Viral marker

INR

USG abdomen

Sirosis Hati

Endoskopi

Simpler Skor

Varises

Esofagus

F1

F2

F3

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Telah dilakukan penelitian dengan cara potong lintang di ruang rawat inap

dan poliklinik Gastroentero - Hepatologi RSUP H. Adam Malik Medan pada

bulan September 2014 – Desember 2014. Secara keseluruhan, terdapat 76 orang

pasien dengan sirosis hati yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Karakteristik

klinis, biokimia, derajat keparahan sirosis hati, dan ukuran varises esofagus pasien

telah disimpulkan dan dapat dilihat pada tabel 4.1. Seluruh data yang telah didapat

kemudian dilakukan tes normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi

dari data tersebut. Dari hasil tes normalitas diperoleh data umur, albumin, PT,

dan INR memiliki distribusi normal sehingga dipilih mean sebagai ukuran

pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran, sedangkan data

lainnya tidak berdistribusi normal dan ditampilkan dalam bentuk ukuran median

dan nilai minimum-maksimum.

Umur rata-rata (mean) pasien adalah 49,76 ± 11,63 tahun, dengan jumlah

57 orang (75 %) adalah laki-laki dan 29 orang (25 %) dengan jenis kelamin

perempuan. Nilai median trombosit adalah 111,50 x109/L (23 - 647 x 109/L), rata

– rata kadar albumin 2,49 ± 0,72 gr/dl, rata – rata INR 1,41 ± 0.43. Pada tabel 4.1

juga dapat dilihat nilai median AST pasien 72 U/L (12 – 1075 U/L), median ALT

37,5 U/L (8-536 U/L), median Gamma GT 68 U/L (10-901 U/L), median kadar

bilirubin total 2,5 mg/dl (0,25 - 32,18 mg/dl ), pemanjangan waktu protrombin

5,26 ± 5.37 detik. Sedangkan pada karakteristik klinis seluruh pasien diperoleh 14

orang (18,4%) tanpa asites, 12 orang (15,8%) dengan asites minimal, 40 orang

(52,6%) dengan asites yang sedang, dan pada 10 orang (13,2%) dengan asites

yang berat. Etiologi sirosis hati pada pasien didapati hepatitis B 42 orang (55,3%),

(49)

(1,3%), dan non – hepatitis B dan C 29 orang (38,2%). Derajat keparahan sirosis

hati Child – Pugh A didapati pada 10 orang (13,2%), Child – Pugh B pada 26

orang (34,2%), Child – Pugh C pada 40 orang (52,6%). Ukuran varises esofagus

yang digradasi berdasarkan pemeriksaan endoskopi diperoleh varises esofagus

dengan ukuran F1 pada 25 orang (32,9%), F2 pada 32 orang (42,1%), dan F3

pada 19 orang (25%). Sedangkan pada penilaian Simpler Score didapatkan nilai

(50)
[image:50.595.113.532.117.741.2]

Tabel 4.1. Parameter klinis, biokimia dan varises esofagus dari subjek penelitian

Parameter Data Pasien (n = 76)

Jenis Kelamin (Lk/Pr) n (%) 57 / 19 (75 / 25)

Umur (tahun) (x ±sd ) 49,76 ± 11,63

Trombosit (x109/L) 111.50 (23 - 647)

AST (U/L)

ALT (U/L)

Gamma GT (U/L)

72 (12 - 1075)

37,5 ( 8-536)

68 (10-901)

Bilirubin total (mg/dl) 2,5 (0,25 - 32,18)

Albumin (gr/dl) (x ±sd ) 2,49 ± 0,72

Δ PT (detik) ( x ±sd ) 5.26 ± 5.37

INR ( x ±sd ) 1,41 ± 0.43

Asites n (%)

(-) / min./ sedang / berat 14 (18,4) / 12 (15,8) / 40 (52,6) / 10 (13,2)

Child – Pugh n (%)

A

B

C

10 (13,2)

26 (34,2)

40 (52,6)

Etiologi Sirosis hati n (%)

Hep.B / Hep.C / Hep.B+C / Non B&C 42 (55,3) / 4(5,3) / 1 (1,3) / 29 (38,2)

Ø Varises esofagus n (%)

F1 / F2 / F3

Grup Ø Varises esofagus n (%)

Kecil (F1) / Besar (F2-F3)

25 (32,9) / 32 (42,1) / 19 (25)

25(32,9) / 51 (67,1)

(51)

4.1.2 Menilai Hubungan Usia, parameter klinis, laboratorium, dan Simpler

Score dengan Ukuran Besar Varises Esofagus secara Endoskopi

Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan data tidak

berdistribusi normal sehingga dipilih uji Mann Whitney dengan α

Gambar

Tabel 2.1 Etiologi Sirosis Hati.13
Tabel 2.2 Klasifikasi Child – Pugh.8
Gambar 2.1 Patogenesis Hipertensi Portal.38
Tabel 2.3 Epidemiologi varises esofagus dan korelasinya dengan tingkat keparahan penyakit hati.43
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan institusi kesehatan dapat menerapkan pendidikan asuhan kebidanan secara continuity of care dengan tepat dalam proses belajar mengajar dan memperbaiki

kebutuhan dosen dan mahasiswa yang berkaitan dengan.. Beberapa saran bagi pengembangan LABMAT bagi LPTK pada masa datang adalah berikut ini. a) Adanya 'political will1

Karakteristik permainan sepak bola merupakan permainan yang bersifat beregu. Jumlah pemain setiap regu adalah 11 orang. Area lapangan permainan sangat luas, yaitu 110 x 90 meter.

Kartu kredit adalah suatu jenis penyelesaian transaksi ritel (retail) dan sistem kredit, yang namanya berasal dari kartu plastik yang diterbitkan kepada pengguna

Kesimpulan: Serbuk daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) dengan bahan tambahan pembangkit warna pirogalol dan tembaga (II) sulfat dapat diformulasikan ke dalam

5. Sebuah bandul berayun dengan pola seperti pada gambar di samping. Jika bandul mulai berayun dari A, maka urutan satu getaran atau satu ayunan yang benar adalah.

Melalui Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah

“ Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh Pegawai pencatat perkawinan,