• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan alat komunikasi handphone (hp) terhadap aktivitas belajar siswa SMP negeri 66 Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan alat komunikasi handphone (hp) terhadap aktivitas belajar siswa SMP negeri 66 Jakarta Selatan"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi

Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh :

Ahmad Fadilah

107011000818

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : “Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP)

terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan”

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas belajar dan pengaruh yang dimaksud di sini adalah pengaruh negatif dari penggunaan alat komunikasi handphone.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Di samping itu Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Sering sekali dalam proses belajar tersebut terdapat hambatan untuk mencapai tujuan diinginkan.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian cepat sehingga tanpa kita sadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Selain itu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memang mempunyai dampak yang positif bagi manusia tapi dapat juga berdampak negatif jika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini tidak dipergunakan sebagai mana mestinya yaitu khususnya pada alat komunikasi handphone.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan “metode statistik deskriptif analisis yaitu metode yang ditujukan untuk mendesrifsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik berupa alami maupun rekayasa manusia dengan sifat kajiannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi” dan ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data dari objek yang diteliti. Adapun untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya observasi, interview (wawancara) dan angket atau kuesioner.

(6)

iv

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan

semesta alam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat terwujud. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah pada Nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam selaku pengikutnya, semoga kita semua mendapatkan syafa‟atnya di yaumil qiamat nanti.

Skripsi ini merupakan penelitian yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Penulis persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua, Ayahanda H. Rohmat bin H. Sa‟alih yang sudah dipanggil oleh Allah terlebih dahulu (ananda selalu berdoa semoga ayah ditempatkan oleh Allah disebaik-baik tempat (syurga) dan dikumpulkan bersama orang-orang yang sholeh, maafkan ananda belum bisa membalas semua jasa dan pengorbanan yang sudah ayah berikan kepada ananda) dan Hj. Sa‟diyah binti H. Sainin Ibunda tercinta yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang secara tulus, mencintai tanpa mengharap balasan, do‟a yang tak pernah terputus dipanjatkan, mencukupi moril dan materil kepada ananda sejak kecil sampai sekarang dan seterusnya (kasih sayang mereka tidak pernah terputus sepanjang hayat dan tak akan pernah terbalas dengan apapun). Ibu do‟akan anak mu ini agar bisa menjadi anak yang sholeh, bermanfaat, sukses dunia dan akhirat yang akan dapat membahagiakan kalian.

(7)

v Jakarta.

2. Bahrissalim, M.Ag., Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam dan Drs. Sapiudin Shidiq, MA, selaku seketaris jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh staffnya.

3. Tanenji, MA, Dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan meluangkan waktunya dalam memberikan ilmu, bimbingan serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra. Hj. Elo al-Bugis, MA., Dosen penasehat akademik yang sudah memberikan saran dan nasehatnya.

5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu Dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat.

6. Pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakulatas Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi ini.

7. Drs. Moh Khotim. M. Pd, Kepala SMP Negeri 66 Jakarta beserta guru dan staff karyawan serta siswa/i yang telah ikut berpartisipasi sehingga skripsi ini berjalan lancar dan dapat diselesaikan.

8. Kakak Syaiful Anwar, Siti Nurjanah, adikku Rifauzi Rahmat, Amelia Rosdiana, serta ponakan Muhammad Fathurrahman yang selalu mendorong dan memberi semangat penulis agar skripsi ini dapat segera diselesaikan.

(8)

vi

Sayuti, Hamdi, Umet, Fauzan, Ulfah, Uyoh, Iil, Intan, Rara, (maaf yah tidak bisa disebutkan satu persatu, banyak banget intinya penulis bangga bisa besama kalian).

11.Sahabat-sahabati pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM Jurusan PAI) tahun 2010 – 2011, Arief Cholis, Fiqri, Yasir, Lutfi.

12.Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sahabat Hamdillah (Thile), Ozi (Booy), Yudi, Deden, Adam, Junaedi, Dasir, Aziz, Rohim.

13.Sahabat-sahabati PPKT angkatan 2011 SMPN 66 (Nurisitiana, Cut Aja Armasafra, Dina Rabiasari, Fifi Nur Afiah, Nur Fauziah, Siti Novianti). 14.Terimakasih untuk Ustadz Dahlan S.Ag, Abdul Ghoni Jamal, S.Pd.I, Robi

Zul Syafi‟i, S.Pd.I, atas informasi dan sarannya pada penulis.

15.Seluruh sahabat alumni MTs dan MA Al-Hidayah Basmol angkatan 2007. 16.Seluruh sahabat Rombongan Mawar Pejuangan.

17.Seluruh sahabat karang taruna RT. 003/07 Kebon Jeruk.

Akhirnya penulis berharap dan berdo‟a semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Demi kesempurnaan skripsi ini, penulis harapkan dari semua pihak kritik dan sarannya dan semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin.

Jakarta, Oktober 2011 Penulis

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 8

A. Alat Komunikasi Handphone (HP) ... 8

1. Sejarah Perkembangan Manusia Berkomunikasi ... 8

2. Pengertian Alat Komunikasi Handphone (HP) ... 10

3. Fungsi Alat Komunikasi Handphone (HP) ... 12

4. Macam-macam (Merek) Handphone (HP) ... 13

B. Aktivitas Belajar Siswa ... 14

1. Macam-macam Aktivitas Manusia ... 14

2. Pengertian Belajar ... 20

3. Teori-teori Belajar ... 25

4. Tujuan Belajar ... 29

5. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 31

6. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar ... 38

(10)

viii

E. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

A. Metode Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Variabel Penelitian ... 49

D. Populasi dan Sampel ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 51

G. Instrument Penelitian ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 59

A. Gambaran Umum Sekolah ... 59

B. Deskripsi Data ... 65

C. Analisis Data ... 88

D. Interpretasi Data ... 92

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA

(11)

ix

Tabel 2 Klasifikasi skor angket ... 52

Tabel 3 Interpretasi “r” product moment ... 53

Tabel 4 Kisi-kisi instrument (angket) ... 55

Tabel 5 Pimpinan sekolah ... 61

Tabel 6 Pendidikan, status, jenis kelamin guru ... 62

Tabel 7 Nama-nama guru, karyawan sekolah beserta jabatannya ... 62

Tabel 8 Jumlah siswa tahun ajaran 2011-2012 ... 63

Tabel 9 Siswa yang mempunyai handphone ... 66

Tabel 10 Siswa memaksa orang tua untuk dibelikan handphone ... 66

Tabel 11 Siswa membawa handphone ke sekolah ... 67

Tabel 12 Siswa menelepon lebih dari Satu jam sehari ... 68

Tabel 13 Siswa menghabiskan pulsa Rp 25.000,- dalam sebulan ... 69

Tabel 14 Siswa menggunakan handphone untuk hal positif ... 69

Tabel 15 Siswa memberi kabar pada orang tua melalui handphone ... 70

Tabel 16 Siswa menambah teman melalui handphone ... 71

Tabel 17 Siswa berbicara sopan di handphone ... 71

Tabel 18 Siswa minta maaf melalui handphone ... 72

Tabel 19 Siswa melihat gambar/video porno di handphone ... 73

Tabel 20 Siswa membohongi teman melalui handphone... 74

Tabel 21 Siswa merasa sombong mempunyai handphone ... 74

Tabel 22 Siswa minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa ... 75

Tabel 23 Siswa mengancam seseorang melalui handphone ... 76

Tabel 24 Siswa menonaktifkan handphone saat di dalam kelas ... 77

Tabel 25 Siswa memainkan handphone saat pelajaran berlangsung ... 78

Tabel 26 Siswa menyontek dengan mengunakan handphone ... 78

Tabel 27 Siswa bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung... 79

(12)

x

Tabel 33 Siswa lupa membuat PR akibat bermain handphone ... 84

Tabel 34 Siswa menelepon di atas pukul 21.00 WIB ... 84

Tabel 35 Siswa belajar kelompok di rumah ... 85

Tabel 36 Siswa mengaktifkan handphone 24 jam ... 86

Tabel 37 Orang tua mendampingi siswa saat belajar di rumah... 86

Tabel 38 Orang tua menasehati tentang dampak negatif handphone ... 87

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Insterumen angket

Lampiran 2 Hasil nilai variabel “X” (penggunaan alat komunikasi handphone) Lampiran 3 Hasil nilai variabel “Y” (aktivitas belajar siswa)

Lampiran 4 Berita wawancara 1 Lampiran 5 Berita wawancara 2

Lampiran 6 Tabel harga kritik “r” product moment Lampiran 7 Surat pengajuan proposal penelitian Lampiran 8 Surat bimbingan skripsi

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh terisolasi ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi. Oleh karena itu banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.1

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian cepat sehingga tanpa kita sadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Dewasa ini produk teknologi sudah menjadi kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Penggunaan televisi, telepon facsimile, celluler phone, dan internet sudah bukan menjadi hal yang aneh

ataupun baru lagi, khususnya di kota-kota besar.

(15)

Tidak dapat dipungkiri teknologi informasi dan komunikasi menjadi ujung tombak di era globalisasi yang kini melanda hampir di seluruh dunia. Kondisi ini menjadikan lahirnya suatu dunia baru yang sering disebut dengan dusun global di mana di dalamnya dihuni warga negara yang disebut warga jaringan. Hal yang sama dikemukakan oleh Ashadi Siregar sebagaimana dikutip oleh Didik M. Arief Mansur: Bahwa penggabungan komputer dengan telekomunikasi melahirkan suatu fenomena yang mengubah model konfigurasi komunikasi konvensional, dengan melahirkan suatu kenyataan dalam dimensi ketiga, jika dimensi pertama adalah kenyataan keras dalam kehidupan empiris (biasa disebut dengan hard reality), dimensi kedua merupakan kenyataan dalam kehidupan simbolik dan nilai-nilai yang dibentuk (dipadankan dengan istilah soft reality) dengan dimensi ketiga dikenal kenyataan maya (virtual reality) yang melahirkan suatu format masyarakat lainnya.2

Telekomunikasi terbagi menjadi atas dua unsur divisi utama yaitu: 1) Radio dan televisi yang terutama digunaka untuk siaran audio dan

video, namun kini juga digunakan untuk mengkomunikasikan data komputer misalnya melaui sambungan satelit.

2) Jaringan telepon, semula ditujukan untuk komunikasi suara namun kini digunakan juga untuk mengirim data komputer, teks misalnya melalui telex dan citra dengan menggunakan misalnya facsimile.3

Handphone merupakan sebuah perangkat telekomunikasi elektronik

yang mempunyai kemampuan dasar secara konvensional yang mudah dibawa dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon yang menggunakan kabel. Handphone telah menjadi peralatan komunikasi yang sangat penting dan mudah, baik piranti kerasnya (handware) berupa pesawat telepon maupun piranti lunak (software) berupa chip dan pulsa.

Dengan cepatnya perkembangan teknologi komunikasi, telepon genggam (handphone) telah memilki berbagai fungsi selain untuk menerima telepon atau sms (pesan singkat), handphone juga bisa berfungsi sebagai alat

2 Didik M.Arief Mansur, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, (Bandung : PT Rapfika Aditama, 2005), Cet. 1, h. 121.

(16)

memotret, merekam segala aktivitas, sebagai sarana informasi bahkan handphone tersebut bisa digunakan untuk menjelajahi dunia internet

tergantung feature handphone tersebut. Sebagai alat komunikasi, handphone memberikan manfaat bagi penggunanya untuk melakukan komunikasi jarak jauh dan handphone tersebut juga bisa digunakan sebagai hiburan bagi sebagian orang yang memiliki handphone fungsi tambahan selain untuk komunikasi jarak jauh berupa alat untuk memotret, merekam, permainan, Mp3, mendengarkan radio, menonton televisi bahkan layanan internet.

Namun di samping alat komunikasi handphone memberikan manfaat, handphone juga mempunyai aspek yang merugikan bagi kehidupan manusia.

Apabila dicermati handphone bukan lagi alat komunikasi yang dimiliki oleh orang tua dan orang dewasa saja akan tetapi handphone tersebut sudah menjelajahi di kalangan anak-anak khususnya para pelajar. Tidak jarang dijumpai para siswa membawa handphone saat pergi ke sekolah dan sering juga dijumpai siswa ngobrol dan berbincang dengan menggunakan handphone sampai bermenit-menit bahkan sampai berjam-jam, salah satu sebabnya dikarenakan biaya menelpon cukup murah yang ditawarkan oleh operator telepon dan hal tersebut bisa saja akan mengganggu aktivitas belajar siswa.

Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru menegaskan, bahwa “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan”.4

Margaret E. Bell Greadler dalam bukunya Belajar dan Membelajarkan, bahwa “Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap”.5

4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010), Cet. XV, h. 87.

(17)

Oemar Hamalik, dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, bahwa: “Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan”.6

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan berintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.7

Mengapa di dalam belajar diperlukan aktivitas hal tersebut dikarenakan prinsip dari belajar itu sendiri adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, mungkin itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar.

Di antara ciri-ciri kegiatan yaitu: Pertama, belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial. Kedua, perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Ketiga, Perbuatan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).

Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar dapat ditandai dengan adanya:

a. Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial, yang berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dapat dilihat seperti hasil belajar keterampilan motorik.

b. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif atau psikomotorik. Adanya usaha atau aktivitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan), mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya. atau dengan latihan.8

(18)

Proses belajar adalah aktivitas diri yang melibatkan aspek-aspek “sosio

psiko fisik” dalam upaya menuju tercapainya tujuan belajar, yakni terjadinya perubahan tingkah laku. Dalam proses belajar, biasanya melalui fase-fase tertentu. Gagne mengembangkan fase belajar menjadi delapan fase, yaitu:

1. Fase motivasi. 2. Fase konsentrasi. 3. Fase mengolah.

4. Fase dimasukan dalam ingatan. 5. Fase menggali dari ingatan. 6. Fase generalisasi.

7. Fase memberikan prestasi. 8. Fase umpan balik (feedback).9

Karena betapa besarnya pengaruh aktivitas siswa terhadap kegiatan belajarnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dalam belajar tersebut siswa mengalami aktivitas belajar yang berkaitan erat dengan kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Hal di atas bisa saja tercapai dengan kata lain siswa aktif dalam proses pembelajaran, akan tetapi dengan catatan siswa tersebut fokus dan konsentrasi dalam proses belajar maka kegiatan seperti siswa bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dapat berjalan dengan baik, akan tetapi terkadang hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut di antaranya adalah kreatifitas guru yang kurang, siswa tidak siap dalam menerima pelajaran, siswa tidak fokus dan konsentrasi dalam proses pelajaran.

(19)

Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan. Kalau diperhatikan, keluhan tidak bisa konsentrasi merupakan keluhan yang paling umum dikalangan pelajar dan mahasiswa. Di dalam setiap langkah belajar, apakah itu di dalam kelas atau di rumah, apabila kita belajar sendiri, diperlukan konsentrasi yang tinggi. Dalam hal itu gangguana konsentrasi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu gangguan dari dalam (internal) dan gangguan dari luar (eksternal).10

Sebab siswa tidak siap dalam menerima pelajaran, tidak fokus dan tidak konsentrasi dalam proses belajar dapat disebabkan siswa mengobrol atau becanda dengan temannya ketika guru sedang menjelasakan, dan bisa juga disebabkan karena siswa asyik memainkan handphone yang mereka miliki ketika guru sedang menjelaskan pelajaran.

Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas dan dari fenomena yang ada pada saat ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: “PENGARUH PENGGUNAAN

ALAT KOMUNIKASI HANDPHONE (HP) TERHADAP AKTIVITAS

BELAJAR SISWA SMP NEGERI 66 JAKARTA SELATAN”

B. Identifikasi Masalah

a. Banyaknya siswa yang telah mempunyai handphone. b. Adanya dampak yang negatif dari penggunaan handphone. c. Adanya penyalahgunaan dalam menggunakan handphone.

d. Kurangnya peranan orang tua dan guru dalam mengontrol penggunaan handphone bagi siswa.

C. Pembatasan Masalah

a. Penggunaan handphone dikalangan siswa.

b. Aktivitas yang dimaksud adalah proses belajar siswa di rumah dan di sekolah.

(20)

c. Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh negatif dari penggunaan handphone terhadap proses belajar siswa.

D. Perumusan Masalah

Dari uraian identifikasi dan pembatasan masalah, maka dalam penelitian ini Penulis akan memfokuskan perumusan masalah pada:

- Seberapa besar pengaruh penggunaan handphone terhadap aktivitas belajar siswa?

Perumusan masalah Penulis fokuskan agar hasil dari penelitian ini benar-benar maksimal, sehingga dapat dijadikan rujukan untuk semua pihak.

E. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah.

b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh handphone terhadap aktivitas belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

a. Untuk menambah pengetahuan penulis dan memberi informasi kepada para pembaca tentang alat komunikasi handphone dan pengaruhnya dalam aktivitas belajar siswa.

b. Sebagai informasi dan bahan acuan bagi orang tua dan guru agar memperhatikan siswa dalam mempergunakan handphone.

(21)

8

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Alat Komunikasi Handphone (HP)

1. Sejarah Perkembangan Manusia Berkomunikasi

Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang muncul dari lubuk hati.1

Komunikasi sebagai suatu proses dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses primer dan proses sekunder. Proses Primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lainnya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Sedangkan komunikasi

(22)

dalam proses sekunder, yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya yang banyak, media itu bisa melalui surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, bahkan satelit dan masih banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.2

Bentuk paling umum dari komunikasi manusia adalah saat seseorang berbicara pada orang lain. Dalam hal ini elemen yang terpenting dalam komunikasi adalah pengirim dan penerima. Menurut Azies dan Alwasilah (1996) aktivitas manusia yang disebut komunikasi merupakan fenomena rumit dan terus-menerus berubah. Walaupun demikian, ada beberapa ciri yang dapat ditemui pada sebagian komunikasi. Menurutnya, bila dua orang atau lebih terlibat dalam suatu komunikasi, tentu mereka melakukan komunikasi karena beberapa alasan.

1. Mereka ingin mengatakan sesuatu. Maksudnya, dalam sebagian besar komunikasi, orang mempunyai pilihan apakah dia akan berbicara atau tidak.

2. Mereka mempunyai tujuan komunikatif. Pembicara mengatakan sesuatu karena menginginkan sesuatu terjadi akibat dari apa yang mereka katakan.

3. Mereka memilih kode dari bahasa yang dimiliki. Untuk mencapai tujuan komunikasinya, mereka dapat memilih kata-kata yang tepat untuk tujuan tersebut.3

Kapan manusia mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya, tidak ada data otentik yang dapat menerangkan tentang hal itu. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang berlangsung secara mendadak. Everett M. Roger (1986) menilai peristiwa ini sebagai generasi pertama kecakapan manusia berkomunikasi sebelum mampu mengutarakan pikirannya secara tulisan.

2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Komunikasi,… h. 11-16

(23)

Usaha-usaha manusia berkomunikasi lebih jauh, terlihat dalam berbagai bentuk kehidupan mereka di masa lalu. Pendirian tempat-tempat pemukiman di daerah aliran sungai dan tepi pantai, dipilih untuk memudahkan mereka dalam berkomunikasi dunia luar dengan memakai perahu, rakit dan sampan. Pemukulan gong di Romawi dan pembakaran api yang menggumpal asap di Cina adalah simbol-simbol komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang.4

Dari keterangan di atas menggambarkan bahwa hubungan atau kontak antarmanusia di masa-masa lampau umumnya sangat terbatas karena belum tersedianya alat komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi jarak jauh tidak mungkin terjadi tanpa memakai alat atau teknologi.

Upaya-upaya untuk menembus jarak komunikasi terus dilakukan oleh para pakar sains dan teknologi pada jamannya. Media penghantar gelombang suara menjadi salah satu tujuan utama dari pencarian sejumlah percobaan ilmiah.

Dengan ditemukannya sistem telepon pada tahun 1876, maka timbul desakan untuk membuat peraturan mengenai hubungan telepon internasional. Inisiatif ini akhirnya mendorong diselenggarakannya suatu konfrensi yang berlangsung di Berlin, Jerman, pada tahun 1885, yang menghasilkan sejumlah peraturan mengenai hubungan telepon internasional.5

2. Pengertian Alat Komunikasi Handphone (HP)

Untuk menjelaskan mengenai alat komunikasi handphone maka kita harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan alat dan komunikasi, untuk menghindari penafsiran yang kurang tepat mengenai alat komunikasi handphone tersebut.

4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi…, h. 4

(24)

Kata “alat” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah sesuatu yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu atau bisa juga disebut perkakas, perabotan yang dipakai untuk mencapai maksud”.6

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin. Comunis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antar dua orang atau lebih. Komunikasi juga dari akar kata bahasa latin Communico yang artinya membagi (Cherry dalam stuart. 1983).

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa:

“Komunikasi adalah suatu proses transaksi yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia, (2) melalui penukaran informasi, (3) menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (Book, 1980) 7

Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh gambaran bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

Telepon genggam sering disebut handphone (HP) atau telepon selular (ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.8 Handphone tersebut, merupakan pengembangan teknologi telepon yang dari masa ke masa mengalami perkembangan, yang di mana perangkat handphone tersebut dapat digunakan sebagai perangkat mobile atau

6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi ke-III, Cet -IV, h. 27

(25)

berpindah-pindah sebagai sarana komunikasi, penyampaian informasi dari suatu pihak kepihak lainnya menjadi semakin efektif dan efesien.

Jadi, dari pengertian di atas, alat komunikasi handphone dapat diartikan suatu barang atau benda yang dipakai sebagai sarana komunikasi baik itu berupa, lisan maupun tulisan, untuk penyampaian informasi atau pesan dari suatu pihak kepihak lainnya secara efektif dan efesien karena perangkatnya yang bisa dibawa kemana-mana dan dapat dipakai dimana saja.

3. Fungsi Alat Komunikasi Handphone (HP)

Ponsel atau handphone kini merupakan sahabat wajib yang tidak bisa lepas dari diri masyarakat Indonesia. Berdasarkan paparan data Consumer Lab Ericsson, selain sebagai alat komunikasi, handphone memiliki fungsi lain. Dari riset ditahun 2009, terdapat lima fungsi handphone yang ada di masyarakat. Handphone yang dulunya hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, kini pun telah berubah. Berikut persentase5 fungsi handphone bagi masyarakat Indonesia:9

1. Sebagai alat Komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga = 65%

2. Sebagai simbol kelas masyakarat = 44% 3. Sebagai penunjang bisnis = 49%

4. Sebagai pengubah batas sosial masyarakat = 36% 5. Sebagai alat penghilang stress = 36%.

Memang jelas manfaat handphone terbesar yaitu sebagai alat Komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, sesuai dengan fungsi awalnya, dan selain fungsi di atas handphone tersebut bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi dan untuk memperluas jaringan, dan handphone tersebut juga bisa sebagai penghilang stress karena berbagai feature handphone yang beragam seperti kamera, permainan, Mp3, video, radio, televisi bahakan jaringan internet seperti yahoo, facebook, twitter, dan lain-lain.

(26)

4. Macam-macam (Merek) Handphone

(27)

B. Aktivitas Belajar Siswa

1. Macam-macam aktivitas manusia

Dalam menjalankan hidupnya manusia tidak luput dari yang namanya aktivitas, secara sadar ataupun tidak aktivitas merupakan hal yang sangat penting, karena tidak ada seorangpun yang hidup tanpa melakukan aktivitas. Apalagi dalam dunia pendidikan seorang siswa yang menuntut ilmu dengan cara belajar maka siswa tersebut harus melakukan aktivitas, tidak ada belajar tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu di sini penulis akan menyebutkan beberapa aktivitas kejiwaan manusia yang berhubungan erat dengan pendidikan, di antaranya, yaitu:

a. Pengamatan

Pengamatan merupakan fungsi sensoris yang memungkinkan seseorang menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan yang teramati. Pengamatan sebagai suatu fungsi primer dari pada jiwa dan menjadi awal aktivitas intelektual. Obyek pengamatan memiliki sifat-sifat keinginan, kesendirian, lokalitet dan bermateri. Subyek dapat mengadakan orientasi tehadap suatu obyek, karena obyek itu dapat ditangkap dengan tidak tergantung kepada adanya saja, namun dapat dipelajari secara langsung.11

Dalam dunia pendidikan pengamatan merupakan salah satu aktivitas yang sangat penting. Seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar harus melakukan pengamatan baik itu ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, berdiskusi dengan teman atau ketika sedang mencari jalan keluar dalam suatu permasalahan yang dihadapinya. b. Tanggapan

Tanggapan biasa didefinisikan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi “isi” kesadaran yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa yang akan datang. Dengan uraian ini maka ada macam tanggapan, yaitu:

(28)

1) Tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan.

2) Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan imaginatif.

3) Tangggapan masa mendatang yang dapat disebut sebagai tangggapan intisipasif.

Tanggapan yang lemah akan secara statis diam, sedangkan tanggapan yang kuat lebih besar kecenderungannya untuk muncul kembali ke alam kesadaran. Kemunculan tanggapan ke alam kesadaran itu menungggu adanya perangsang yang relevan atau dapat bersatu dengan tanggapan yang bersangkutan. 12

Oleh karena begitu pentingnya peranan tanggapan bagi tingkah laku, maka pendidikan hendaknya mampu mengembangkan dan mengontrol tanggapan-tanggapan yang ada pada anak didik, sehinggga dengan demikian akan berkembang secara kondisi motivasi bagi perbuatan belajar anak didik.

c. Fantasi

Fantasi adalah aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tangggapan-tangggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Dengan demikian imajiner itu melampaui dunia nyata.

Kegunaan fantasi antara lain:

1) Dengan fantasi, orang dapat memahami dan mengerti sesama manusia serta dapat menghargai kultur orang lain.

2) Orang dapat keluar dari ruang dan waktu, sehingga seseorang dapat memahami hal-hal yang ada dan terjadi di tempat lain dan di waktu yang lain, contohnya dalam mempelajari ilmu dunia dan sejarah

(29)

3) Fantasi dapat melepaskan diri dari kesukaran dan permasalahan serta melupakan kegagalan atau kesan-kesan buruk.

4) Fantasi dapat membantu seseorang dalam mencari keseimbangan hidup batin.

5) Fantasi memungkinkan seseorang untuk dapat membuat perencanaan untuk dilakukan di masa mendatang.13

d. Ingatan

Daya jiwa itu adalah ingatan. Ingatan ialah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksi kembali pengertian-pengertian dan tanggapan. Ingatan dipengaruhi oleh: 1) sifat perorangan, 2) keadaan di luar jiwa kita, 3) keadaan jiwa kita, 4) umur kita.14

Dalam kenyataanya, ingatan tidak hanya pasif saja dalam arti hanya menerima dan menyampaikan, tetapi juga menimbulkan dan mencari kembali informasi-informasi yang telah lama masuk dalam kesadaran jiwa kita secara aktif, sehingga kita mampu mengatakan, menceritakan dan mendudukan kembali sebagaimana adanya.

Mengingat berarti menyerap atau meletakan pengetahuan dengan jalan pencaman secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri meliputi tiga aktivitas, yakni:

1) Mencamkan, yaitu menangkap atau menerima kesan-kesan. 2) Menyimpan kesan-kesan.

3) Mereproduksi kesan-kesan.

Sifat-sifat dari pada ingatan yang baik adalah: cepat, setia, kuat, luas, dan siap. Ingatan dikatakan cepat, apabila dalam mencamkan kesan-kesan tidak mengalami kesulitan. Ingatan dikatakan setia, apabila kesan yang dicamkan itu tersimpan dengan baik dan stabil. Ingatan dikatan kuat, apabila kesan-kesan yang tersimpan bertahan lama. Ingatan dikatakan luas, apabila kesan-kesan yang tersimpan sangat bervariasi dan banyak jumlahnya. Ingatan dikatakan siap, apabila kesan-kesan yang tersimpan sewaktu-waktu mudah direproduksikan ke alam kesadaran.15

13 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,… h. 26

(30)

Hubungannya dalam pendidikan proses penerimaan kesan-kesan atau materi pelajaran oleh siswa akan lebih kuat, apabila:

1) Kesan yang diterima dibantu dengan penyuaraan.

2) Pikiran subyek (siswa) lebih terkosentrasi pada kesan yang disampaikan.

3) Teknik belajar yang dipakai oleh subyek adalah efektif. 4) Subyek menggunakan titian ingatan.

5) Struktur bahan dari kesan-kesan yang disampaikan adalah jelas. e. Pikiran

Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Jadi di sini akal adalah sebagai kekuatan yang sangat mengendalikan pikiran. Berpikir berarti meletakan hubungan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia.16

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yakni:

1) Pembentukan pengertian: pengertian logis dibentuk melalui tiga tingkatan yaitu: pertama, menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis objek tersebut kita perhatikan unsurnya satu demi satu. misalnya mau membentuk pengertian manusia. Kedua, membandingkan ciri-ciri tersebut untuk dikemukakan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada, mana yang tidak selalu ada. Ketiga, mengabstaksikan, yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang tidak hakiki menangkap ciri-ciri yang hakiki.

2) Pembentukan pendapat: meletakan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subjek dan sebutan atau predikat.

(31)

3) Penarik kesimpulan atau pembentukan keputusan: keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.17

Setiap keputusan yang kita ambil merupakan hasil pekerjaan akal melalui pikiran, dan setiap keputusan akan mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku, dengan demikian akal/pikiran dapat dikatakan sangat menentukan di dalam perbuatan tingkah laku manusia, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa berpikir manusia sebenarnya merupakan proses yang dinamis. Dinamis berpikir itu dimungkinkan oleh pengalaman yang luas, perbendaharaan bahasa yang kaya yang didukung oleh pendidikan yang baik dan ketajaman dalam berpikir. Maka sebaiknya pendidik memberikan bimbingan yang sebaik-baiknya bagi perkembangan akal pikiran anak didik.

Demikianlah penulis telah uraikan mengenai macam-macam aktivitas pokok jiwa manusia, yang meliputi mengamati, menanggap, fantasi, mengingat, dan berfikir, sedangkan fungsi-fungsi lainya seperti: perhatian, perasaan, dan kemauan adalah tidak termasuk aktivitas jiwa, melainkan sebagai cara atau kekuatan yang menunjang aktivitas-aktivitas jiwa manusia.

f. Perhatian

Kata “perhatian” tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama contohnya pertama, dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh gurunya maka perhatian dapat diartikan pemusatan tenaga psikis tertentu kepada suatu objek, atau contoh kedua, dengan penuh perhatian dia mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru yang baru itu, maka perhatian adalah banyak atau sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Hal tersebut tergantung pada kalimatnya.

(32)

Dalam hal perhatian atas dasar intensitasnya yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas, maka dibedakan menjadi 2 macam:

1) Perhatian intensif, dan 2) Perhatian tidak intensif

Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas berarti makin intensiflah perhatianya. Dalam hal ini telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang hasilnya memberi kesimpulan: bahwa tidak mengkin melakukan dua kegiatan aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian yang intensif. Selain itu ternyata makin intensif perhatian yang menyertai sesuatu aktivitas akan makin sukseslah aktivitas itu.18

g. Perasaan

Perasaan adalah suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap sesuatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri. Perasaan pada umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, membayangkan, mengingat atau memikirkan sesuatu.

Perasaan pada anak didik dapat diwujudkan dalam bentuk ekspresi. Ekspresi adalah pernyataan emosi atau perasaan yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya tersenyum, tertawa, menangis, murung, tunduk kepala, mengelus dada, cemberut dan sebagainya.19

Perasaan banyak mendasari dan juga mendorong tingkah laku manusia. Suasana jiwa anak didik sangat mempengaruhi kegairahan dalam belajarnya. Agar belajar anak tersebut dapat berlangsung secara efektif pendidikan hendaknya menciptakan situasi yang dapat mendorong perasaan-perasaan seperti perasaan jasmaniah misalnya rasa sehat, rasa segar maupun perasaan rohaniah seperti senang,

(33)

puas, maka hal tersebut dapat menambah kegairahan peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.

h. Kemauan

Kemauan itu bukan keinginan. Orang yang ingin belum tentu mau, dan sebaliknya orang yang mau belum tentu ingin. Menurut Augustine, kemauan kemauan merupakan pengendali dari keinginan. Kemauan tidak selamanya bebas. Kemauan dapat bekeja, baik secara paksaan maupun dalam bentuk pilihan sendiri. Kemauan yang bebas adalah kemauan yang sesuai dengan keinginan diri sendiri, sedangkan kemauan yang terikat adalah kemauan yang ditimbulkan oleh kondisi kebutuhan yang terbatasi oleh norma sosial ataupun kondisi lingkungan.20

2. Pengertian Belajar

Belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia terlahir sebagai mahluk yang lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa serta tidak mengetahui apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai skill (kemahiran/keterampilan) maupun pengetahuan.

Sesungguhnya kemampuan untuk belajar dan melakukan berbagai upaya uji coba, termasuk kemampuan adaptasi terhadap aneka situasi yang dimiliki manusia maupun hewan. Kemampuan adaptasi inilah yang membantu kedua mahluk tersebut bisa hidup dan berada di muka bumi. Manusia tidak hanya mempelajari bahasa, ilmu pengetahuan, profesi, maupun keahlian tertentu saja. Sesungguhnya dia juga mempelajari berbagai macam tradisi, etika, moral dan kepribadian. Oleh karena itu, belajar memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Urgensi proses belajar telah ditegaskan semenjak diturunkanya ayat pertama dalam al-Qur‟an al-Karim. Ayat tersebut erat kaitanya dengan masalah baca-tulis dan belajar. Allah SWT berfirman:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan

(34)

perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.” (Q.S. al-Alaq 1-5).21

Banyak orang yang beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara lebih khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan. Ini berarti, bahwa orang mesti mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya. Jika konsep ini dipakai orang, maka pada orang itu mesti dipertanyakan, apakah dengan belajar semacam itu orang menjadi tumbuh dan berkembang?, Orang yang belajar dengan memakai konsep ini menjadikan dirinya botol kosong yang perlu dituangi air. Apabila air itu dituangkan sebanyak-banyaknya ke dalam botol kosong, dan dapat dibanyangkan, betapa banyaknya yang dapat masuk dan dari sebanyak yang masuk itu tentunya sesuai daya tampung botolnya?.22

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki tiga arti yang sangat berkaitan: pertama, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, kedua, belajar berarti berlatih dan, ketiga, belajar berarti berubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.23

Dalam pandangan Agama penulis belum menemukan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan oleh manusia. Namun Islam, dalam hal penekananya terhadap signifikasi kongnitif (akal) dan sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar, sangat jelas kata-kata kunci seperti ya’qilun, yatafakkarun,

yubshirun, yasma’un, dan sebagainya yang terdapat dalam al-Quran, hal tersebut merupakan bukti betapa pentingnya pengaruh ranah/cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengatahuan.

21 Fadilah Suralaga, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h. 59

(35)

Berikut kutipan firman Allah SWT dan Hadits Nabi SAW, baik secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan.

Allah SWT berfirman dalam surat al-Zumar ayat 9:

ّْأْ ّ أ َّ تي َإ

لْعيا ي َّ

لْعي ي َّ ي تْسي ْله….

“….Katakanlah: adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya, orang-orang yang

berakallah yang mampu menerima pelajaran” (az-Zumar: 9).24

Dalam riwayat Ibnu „Ashim dan Thabrani, Rasulullah SAW

bersabda: “Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena pengetahuan

hanya didapat melalui belajar….” (Qardhawi, 1989).25

Islam memandang umat manusia sebagai mahluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia sendiri. Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan kegiatan

belajar. Seperti, 1) Indera penglihatan (mata), alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual, 2) Indera pendengaran (telinga), alat fisik untuk menerima informasi verbal, dan 3) Akal, yang merupakan potensi kejiwaan manusia berupa psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).26

Dalam surat An-Nahl ayat 78 Allah berfirman:

عْ َسّ مكّ لعج ًْيش

لْعتا ْمكت َّأ طب ِّ مكج ْخأ ه

كْشت ْمكَلعّ د ْفأْ صْبأْ

24 R.H.A. Soenarjo, Dkk., Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI,1971), h.747

25 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010), Cet. XV, h. 99

(36)

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,

dan af-idah (hati/daya nalar) agar kamu bersyukur” (An-Nahl : 78).27 Untuk menjelaskan pengertian belajar, terdapat banyak definisi, oleh karena itu penulis akan menyebutkan beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli.

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Menegaskan, bahwa “Belajar adalah kegiatan

yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.28

Wasty Soemanto dalam Psikologi Pendidikan, menurut James O.

Wittaker, “Belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.29

Margaret E. Bell Greadler dalam bukunya Belajar dan Membelajarkan, bahwa “Belajar adalah proses orang memperoleh

berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap”.30

E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja dalam bukunya Pengantar Psikologi mengemukakan, bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha atau

interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman-pengalaman”.31

Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mendefinisikan, bahwa “Belajar adalah suatu usaha atau

kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,

27 R.H.A. Soenarjo, Dkk., Al-Qur’an dan Terjemah,… h. 413

28 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 87 29 Wasty Soemanto, psikologi pendidikan…, h. 104

30 Margaret E. Bell Greadler, Belajar dan Membelajarkan (Terjemahan), (Jakarta: PT. RajaGrafinda Persada, 1994), Cet. II, h. 1

(37)

mencangkup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

keterampilan dan sebagainya”.32

Oemar Hamalik, dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, menyatakan “Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi

merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan”.33

Hoeni Nasution, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, menyatakan bahwa “Belajar adalah merupakan aktivitas yang menghasilan perubahan dan kemampuan baru pada diri individu yang belajar baik yang aktual maupun potensial dalam waktu yang relatif lama”.34

Fadilah Suralaga, Dkk, dalam bukunya Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, mendefinisikan “Belajar adalah merupakan

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan di lingkungan yang

melibatkan proses kognitif”.35

Bersandar dari definisi-definisi di atas, belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perbuatan-perbuatan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja serta melakukan suatu perbuatan menurut apa yang kita telah pelajari dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kogntif. Akan tetapi belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil, maka belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggara jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan

32 Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.34

33 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2011), Cet. XI, h. 29 34 Hoeni Nasution, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 1997), h. 13

(38)

rumah atau keluarganya sendiri. Karena itulah belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

3. Teori-teori Belajar

Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.

Untuk lebih memperjelas pengertian tentang pentingnya belajar, prinsip-prinsip belajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi berikut ini penulis akan mengemukakan beberapa teori belajar. Di antara sekian banyak teori yang berdasarkan eksperimen ada tida macam yang sangat menonjol, yakni:

1) Teori Behaviorisme

Teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan pada prilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Koneksionisme, merupakan teori yang pertama dari rumpun behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang-jawaban atau stimulus-respons. Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya. Siapa yang menguasai hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar. Pembentukan hubungan stimulus-respons dilakukan melalui ulangan-ulangan.36

Dengan kata lain mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau penguatan dari lingkungan. Dengan demikian, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang kuat dan erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusinya. Oleh

(39)

karena itu guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan sekarang, dan bahwa setiap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar.

Tokoh yang sangat terkenal dari teori ini adalah Thorndike. Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut trial-and error learning individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses trial-and-error dalam rangka memilih respons yang tepat bagi stimulus

tertentu.

Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar. Pertama, law of readinees, belajar akan berhasil jika reaksi terhadap stimulis didukung oleh kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. Kedua, law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan dipraktekan. Praktek perlu disertai dengan reward. Ketiga, law of effect, belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik dan sebaliknya apabila mendapatkan sesuatau yang mengganggu maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.37

Kemudian teori pengkondisian “conditioning” merupakan perkembangan lebih lanjut dari koneksionisme. Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur. Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaannya Pavlov membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali-kali ternyata air liur tetap keluar apabila bel berbunyi meskipun makanannya tidak ada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa prilaku individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk

(40)

mengkondisikan pembentukan suatu prilaku atau respons terhadap sesuatu.

Pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme, ialah teori penguatan “reinforcement”. Kalau pada pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangnya, maka pada teori penguatan yang dikuatkan adalah responsnya. Seorang siswa belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ujian. Guru memberikan penghargaan pada siswa tersebut dengan nilai tinggi, pujian atau hadiah. Dengan pemberian hadian itu maka siswa tersebut akan lebih rajin lagi untuk belajar.

Jadi suatu respons diperkuat dengan penghargaan atau hadiah. Teori penguatan disebut juga “operant conditioning” dan tokoh utama dari teori ini adalah Skiner.38

Dalam pengajaran operant conditioning menjamin respons-respons terhadap stimuli. Apabila murid tidak menunjukan reaksi-reaksi terhadap stimuli, guru tidak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya ke arah tujuan behavior. Guru berperan penting di dalam kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.

2) Teori Kognitif

Para ahli aliran kognitif, mereka berpendapat bahwa tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi teori ini berpendapat bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.

Teori ini mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar

(41)

yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Kaum Gestalt berpendapat bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Orang yang belajar, mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian pisah. Suatu konsep yang penting dalam teori ini adalah tentang insight yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap

hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan.39

Bertolak dari teori Gestalt, Kurt Lewis mengembangkan suatu teori belajar “congnitive field” dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologis sosial. Lewis memandang masing-masing individu sebagai berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis di mana individu beraksi disebut life space. Menurut Lewis belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dari struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Oleh karena itu Lewin memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi dari reward.40

Kemudian Jerome Bruner dengan “discovery learning” merupakan salah satu instruksional kognitif yang sangat berpengaruh. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk memecahkan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1988: 125).41

39 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,…h. 128 40 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,…h. 129

(42)

3) Teori Humanistik

Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyatan teori ini banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.

Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang diusulkan oleh Ausubel (1968) yang disebut “belajar

bermakna” atau meaningful lerning. Teori ini juga terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk Taksonomi Bloom.42

Dari ketiga teori belajar di atas, ternyata memang terdapat perbedaan, akan tetapi dari perbedaan tersebut terdapat persamaan karena teori-teori tersebut sangat terkait dengan proses belajar. Di antara persamaan teori tersebut yaitu:

1. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang penting.

2. Halangan dan kesulitan pasti ada dalam proses belajar.

3. Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan respons yang bermacam-macam.

4. Setiap seseorang yang belajar pasti melakukan aktivitas.

4. Tujuan Belajar

Menurut Winarno Surachman, tujuan belajar di sekolah itu ditunjukan untuk mencapai:

a. Pengumpulan pengetahuan

b. Penanaman konsep dan kecakapan atau keterampilan c. Pembentukan sikap dan perbuatan

Tujuan belajar dalam dunia pendidikan sekarang ini lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonowi Bloom yaitu tujuan belajar

(43)

siswa diarahkan untuk mencapai ketiga tanah antara lain: kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi dan kematangan berpikir analisis, sistematis dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik, dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.43

Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukan apa yang mungkin dapat dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang menjadi tujuan dari pendidikan, yaitu:

a. Kognitif

Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu: 1) Pengetahuan (mengingat, menghafal) 2) Pemahaman (menginterpretasikan)

3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)

4) Analisis (menjabarkan suatu konsep)

5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)

6) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode) b. Psikomotor

Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu: 1) Peniruan (meniru gerak)

2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) 3) Ketepatan (menggunakan gerak dengan benar)

4) Perangkaian (melakukan beberapa gerak sekaligus) 5) Naturalisasi (menggunakan gerak secara wajar) c. Afektif

Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan sesuatu) 2) Merespons (aktif berpartisipasi)

3) Penghargaan (menerima nilai-nilai)

4) Pengorganisasian (menggabung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)

5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).44

(44)

Berhubungan dengan keterampilan Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno, dalam bukunya Psikologi Pendidikan bahwa “Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya”.45

Proses belajar adalah aktivitas diri yang melibatkan aspek-aspek

“sosio psiko fisik” dalam upaya menuju tercapainya tujuan belajar, yakni terjadinya perubahan tingkah laku.

Cronbach (1954 h.49-50), mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu: tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi (melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkan dengan kemungkinan pencapaian tujuan), respons, konsekuensi (keberhasilan atau kegagalan dalan belajar), dan reaksi terhadap kegagalan.46

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain:

A.Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, meliputi dua aspek, yakni: fisikologis (bersifat jasmani) dan psikologis (bersifat rohaniah).

1. Aspek Fisiologis

kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat

(45)

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic (gema dan citra). Akibat selanjutnya adalah terlambatnya proses informasi yang dilakukan oleh system memori siswa tersebut.47

2. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas keberhasilan belajar siswa, namun faktor umumnya yang dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

a. Intelegensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ lainya, lantaran otak merupakan

“menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Oleh karena itu tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi, merupakan salah satu yang sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa.48

b. Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response

(46)

tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,

barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Dalam hal sikap siswa yang menimbulkan reaksi positif atau negatif tidak dapat dipungkiri merupakan hasil dari perhatian yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar. Maka Perhatian merupakan faktor penting dalam usaha belajar siswa, untuk dapat menjamin belajar yang baik, siswa harus ada perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, apabila pelajaran itu tidak menarik baginya, maka timbullah rasa bosan, malas dan belajarnya harus dikejar-kejar, sehingga prestasi mereka akan menurun dan yang akhirnya akan berdampak pada sikap siswa.49 c. Bakat Siswa

Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi.50

Karena bakat tersebut akan dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa di bidang studi tertentu. Maka alangkah bijaksanannya orangtua yang tidak melakukan pemaksaan kehendak kepada anaknya.

d. Minat Siswa

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dalam hal ini minat merupakan yang dapat

(47)

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu.51

Hal tersebut dapat diumpamakan seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa yang lain. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

e. Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman,

1986; Reber, 1988).

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Motivasi intristik yaitu hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya melakukan belajar. Di antara motivasi intristik siswa adalah persaan menyayangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

2. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Contohnya, mendapat pujian, hadian, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orangtua atau guru, dan masih banyak lagi contoh dari motivasi ekstrinsik.52

Gambar

Tabel 1 Skor item alternatif jawaban responden
Tabel 4 Kisi-kisi instrument angket
Tabel 5 Pimpinan Sekolah
Tabel 6 Pendidikan, status, jenis kelamin guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

2. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengawalinya dengan mengumumkan hasil tes sikius I, tujuannya agar siswa lebih termotivasi untuk mendapatkan nilai yang lebih baik

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok Organ Pencernaan Manusia..

“kebutuhan untuk mengetahui”. Karena otak manusia berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tau. Proses belajar mengajar yang

Sehingga dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan melalui penggunaan media alat bantu bidang miring untuk meningkatkan hasil belajar roll

Setelah kegiatan pembelajaran tentang sistem gerak pada manusia dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok dan model pembelajaran observasi dilakukan