• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model guided inquiry (INKUIRI TERBIMBING) terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi (Quisi eksperiment di kelas XI IPA SMAN I Leuwiliang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh model guided inquiry (INKUIRI TERBIMBING) terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi (Quisi eksperiment di kelas XI IPA SMAN I Leuwiliang)"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH

Memi Malihah

106016200618

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Memi Malihah. 2011. “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi.” Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar kimia siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Leuwiliang Bogor pada bulan November 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil secara

Purposive dari 70 siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen kelas XI3 (n=35) dan kelompok kontrol kelas XI4 (n=35). Desain penelitian dalam penelitian ini adalah only posttest control group design. Instrumen penelitian berupa tes hasil belajar, lembar observasi dan wawancara. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen (rata-rata = 72,6 dan simpangan baku = 11,74) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (rata-rata = 60,8 dan simpangan baku = 10,53) dan setelah dilakukan uji ”t” diperoleh nilai thitung sebesar 18,58 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar 1,9886 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.

(7)

ii

Skripsi, Departement of Science Education, Study program of Chemistry Education, the Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The purpose of this research is to know the influence of guided inquiry learning models to student learning Achievement. This research was implemented in SMA Negeri (State Senior High School) 1 Leuwiliang, Bogor at November 2010. The research methodology which was used here is quasy experiment. Sample was taken by Purposive tehnique of 70 students are divided as 2 groups, which is experiment group class XI3 (35) and control group class XI4 (35). The research design on this research is only posttest control group design. The instruments that used in this research are student learning achievement, observation, and interview. Student achievement of experiment group (mean = 72,6 and standard deviations = 11,74 ) is higher than control group (mean = 60,8 and standard deviations = 10,53) and afters “t” test had done, we got tcomputing as

big as 18,58, mean while ttable on significant level 0,05 as big as 1,9886 or tcomputing

> ttable. Therefore, it could be concluded that we refused Ho and received Ha. It

can be stated that there is an impact to the implementation of guided inquiry learning model purposive give influence that significant to chemical student learning achievement on accelerate reaction concept.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb

Alhamdulillah wassyukurilah, Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda nabi muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia pada ajarannya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 pada jurusan pendidikan IPA program studi penididikan kimia Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi” ini merupakan wujud tertulis dari penelitian yang penulis lakukan di SMAN 1 Leuwiliang, Jl. Raya Leuwiliang No.6 Kabupaten Bogor. Adapun pelaksanaannya Oktober sampai November 2010.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Karenanya penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulis, yaitu kepada :

1. Kepada bapakku tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil. Dan semua anggota keluarga atas bantuannya, baik berupa doa maupun materi.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., selaku Ketua Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA sekaligus Dosen Penasehat Akademi.

(9)

iv

7. Bapak Tonih Feronika, M.Pd., selaku Pembimbing II sekaligus Pembimbing PPKT baik dari bimbingan, bantuan, ilmu, nasihat, serta saran.

8. Bapak Bahroin H.N, S.Pd.I., selaku Kepala SMAN 1 Leuwiliang Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

9. Bapak Drs. Dedi Supardi., selaku guru pengajar kimia kelas XI di SMAN 1 Leuwiliang Bogor yang telah memberikan kesempatan dan bersedia bekerja sama dalam pelaksanaan penelitian.

10.Keluarga Besar KMPLHK RANITA terimakasih atas do’a dan semangatnya yang diberikan kepada penulis

11.Keluarga di kostan Pak Murdi untuk Fitri, Tiwi, Syifa, Asep, Mega, Duma, Keke, Ka zee dan Hilda. Serta keluarga Plenyun, Ulfa, Uyunk, Naslow yang selalu memberikan keceriaan, keakraban, semangat dan motivasi kepada penulis

12.Keluarga seperjuangan Meza, Bayinah, Diah, Party, Elly, Nurul, Beqi, Zaky, Mey serta satu kelas kimia angkatan 2006 atas segala bantuan yang telah diberikan.

13.Dan semua orang yang tidak bisa disebut satu-persatu atas segala bantuan yang telah diberikan

Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini, agar dapat memperbaiki dalam menyusun karya tulis selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan membutuhkannya.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Juni 2011

(10)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... ... 5

C. Pembatasan Masalah ... ... 5

D. Perumusan Masalah ... ... 5

E. Tujuan Penelitian ... ... 5

F. Manfaat Penelitian ... ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

A. Deskripsi Teoritis ... 7

1. Pembelajaran Inkuiri ... 7

a. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Inkuiri ... 7

b. Jenis-Jenis Inkuiri ... 9

c. Langkah-Langkah Pelaksanaan Inkuiri ... 10

d. Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 14

e. Kesulitan Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 16

f. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri ... 16

g. Kelebihan Jenis-Jenis Model Inkuiri ... 17

2. Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ... 18

a. Pengertian Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ... 18

(11)

vi

b. Pengertian Hasil Belajar ... 25

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 26

4. Hakikat Pembelajaran Kimia ... 30

5. Hakikat Laju Reaksi ... 30

a. Kemolaran ... 30

b. Konsep Laju Reaksi ... 31

c. Persamaan Laju Reaksi ... 32

d. Orde Reaksi ... 32

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi ... 33

6. Penelitian yang Relevan ... 34

B. Kerangka Berpikir ... 36

C. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode dan Desain Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 39

1. Populasi dan Sampel ... 39

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 39

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Instrumen Penelitian ... 41

a.Instrumen Tes Hasil Belajar ... 41

1). Validasi Instrumen ... 42

2). Realibilitas Instrumen ... 43

3) Tingkat Kesukaran . ... 43

4). Daya beda ... 44

(12)

vii

F. Teknik Analisis Data ... 45

1. Teknik Analisis Data Hasil Belajar ... 45

a. Pengujian Prasyarat Analisis ... 45

1). Uji Normalitas ... 45

2). Uji Homogenitas ... 46

b. Pengujian Hipotesis ... 46

2. Teknik Analisis Data Non Tes ... 47

G. Hipotesis Statistik ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data ... 48

1. Hasil Belajar Eksperimen dan Kontrol ... 48

B. Data Kualitatif ... 49

1. Lembar Observasi Model Inkuiri Terbimbing ... 49

2. Hasil Wawancara Guru dan Murid ... 50

C. Analisa Data ... 53

1. Hasil Uji Normalitas ... 53

2. Hasil Uji Homogenitas ... 53

D. Hasil Uji Hipotesis ... 54

E. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(13)

viii

Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Belajar ... 49

Tabel 4.2 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 50

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Guru ... 51

Tabel 4.4 Hasil Wawancara Siswa ... 51

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Eksperimen dan Kontrol ... 53

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Hasil Belajar ... 54

[image:13.595.119.525.81.471.2]
(14)

ix

[image:14.595.125.527.81.479.2]

DAFTAR GAMBAR

(15)

x

Lampiran 2 RPP (Kelas Kontrol) ... 74

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa I Praktikum ... 82

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa II ... 95

Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen ... 102

Lampiran 5 Kisi Instrumen yang Valid ... 114

Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .. 115

Lampiran 7 Lembar Observasi Praktikum ... 117

Lampiran 8 Pedoman Wawancara dengan Guru ... 121

Lampiran 8 Transkip Wawancara Guru ... 122

Lampiran 8 Pedoman Wawancara dengan Murid ... 124

Lampiran 8 Transkip Wawancara Murid ... 125

Lampiran 9 Data Validitas ... 129

Lampiran 10 Daya Beda ... 131

Lampiran 11 Tingkat Kesukaran ... 132

Lampiran 12 Rekap Analisis Butir Melalui ANATES ... 133

Lampiran 13 Soal Hasil Belajar ... 135

Lampiran 13 Jawaban Hasil Belajar ... 139

Lampiran 14 Daftar Nilai Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 140

Lampiran 15 Uji Data Kelas XI IPA 3 ... 141

Lampiran 16 Uji NormalitasKelas XI IPA 3 dengan Uji Lilifors ... 144

Lampiran 17 Uji NormalitasKelas XI IPA 4 dengan Uji Lilifors ... 145

Lampiran 18 Langkah- Langkah Uji Lilifors ... 146

Lampiran 19 Langkah Perhitungan Uji Homogenitas ... 147

Lampiran 20 Uji Hipotesis ... 148

Lampiran 21 Daftar F kurva normal ... 149

Lampiran 22 Daftar Nilai Kritis L untuk Lilifors ... 150

Lampiran 23 Distribusi-t ... 151

(16)
(17)

1

Dalam menghadapi tantangan global saat ini, suatu negara memerlukan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang mampu berkompetisi dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Penguasaan IPTEK sangat ditentukan oleh penguasaan ilmu-ilmu dasar seperti matematika dan IPA belakangan lebih dikenal dengan istilah sains. Oleh karena itu, penguasaan atas ilmu-ilmu dasar harus diupayakan semaksimal mungkin, salah satunya melalui peningkatan kualitas pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke jenjang perguruan tinggi.

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan ketentuan.1

Oleh karena itu perlu perhatian yang cukup besar dari berbagai elemen bangsa untuk kemajuan pendidikan nasional. Pendidikan memerlukan berbagai perbaikan dari berbagai aspek. Hal ini harus dilakukan secara berkesinambungan, karena pendidikan bersifat dinamis tidak statis sesuai dengan perkembangan zaman. Di indonesia telah dibentuk sisdiknas (sistem pendidikan nasional) yang mengatur tentang hal yang berkaitan dengan pendidikan di indonesia. Pendidikan nasional akan mengarah kepada fungsinya yakni;

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

1

(18)

2

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Proses pendidikan tidak selamanya berjalan dengan baik. Terdapat banyak hal yang menjadi hambatan dalam proses pendidikan. Maupun kualitas serta kuantitas pengajar dan peserta didik, artinya kita masih perlu mengembangkan kualitas dalam proses pendidikan ini yang nantinya seyogyanya diarahkan pada jalur penddikan formal, yang paling banyak menyerap peserta didik dan merupakan tempat yang paling kondusif dalam proses pendidikan secara menyeluruh. Kualitas pendidikan disekolah dapat dilihat berdasarkan ketercapaian indikator keberhasilan siswa dalam menguasai materi ajar yang diajarkan guru dan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kesehariannya.

Pendidikan merupakan kunci masa depan setiap individu. Pendidikan ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari pendidikan yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya didalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan berkompeten. Ilmu pengetahuan alam itu sendiri memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya adalah ilmu kimia.

Ilmu Kimia adalah salah satu bidang studi yang tidak hanya berperan sebagai ilmu murni saja, tetapi juga sebagai ilmu terapan, seperti dalam bidang kedokteran, pertanian, industri, dan sebagainya. Oleh karena itulah ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang penting untuk dipelajari. Akan tetapi sampai saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa materi kimia merupakan materi yang sulit untuk dipelajari.

Kimia pada hakekatnya merupakan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga kimia tidak diajarkan hanya dengan sekedar memberikan pemahaman tentang pengertian-pengertian, fakta-fakta,

2

Sistem Pendidikan Nasional, artikel dari online

(19)

konsep-konsep, prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan penemuan melalui proses pencarian dengan tindakan nyata (inkuiri).

Menurut Dettrick, melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian. Dalam pendekatan inkuiri, guru merencanakan situasi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang dilakukan oleh para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang tetap, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman.

Pada dasarnya pembelajaran kimia sekedar membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui, tetapi juga membekali siswa tentang bagaimana cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk dapat memahami alam secara mendalam. Sehingga pembelajaran kimia harus lebih merupakan pembelajaran siswa aktif (active learning) dengan cara melakukannya secara langsung (learning by doing).

Pada proses belajar mengajar (PBM) merupakan pokok permasalahan yang perlu disikapi oleh para pakar pendidikan dan insan pendidikan, karena kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan inti dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal ini tentu saja sangat berkaitan sekali dengan guru yang memiliki keilmuan, pengalaman dan kemampuan sebagai tenaga pengajar, dalam proses belajar mengajar kemampuan yang dimiliki guru merupakan modal dasar dan menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran.

(20)

4

kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar teoritis tetapi mereka miskin aplikasi.3

Dalam pelajaran kimia terdapat materi Laju reaksi. Berperan dalam banyak hal ini dalam kehidupan sehari-hari, dari mulai pengertian laju reaksi, Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis) melalui percobaan, menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi (penentuan orde reaksi, persamaan laju reaksi, tetapan laju reaksi) dari suatu data percoban.

Dalam materi laju reaksi salah satunya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis) melalui praktikum. Sejak lama metode praktikum menjadi komponen penting dalam pembelajaran kimia. Namun kegiatan praktikum yang biasa dilakukan selalu dipandu dengan menggunakan petunjuk praktikum yang sangat lengkap. Siswa hanya melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Model praktikum seperti ini kurang melatih siswa untuk bekerja secara ilmiah dan kurang mengembangkan kreatifitas siswa. Kadang-kadang praktikum seperti ini tidak mengerti tujuan yang sebenarnya dari kegiatan praktikum, akibatnya keterampilan sikap ilmiah siswa tidak berkembang. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan prosedur praktikum yang melatih siswa untuk dapat bekerja secara ilmiah. Di mana praktikum dirancang sedemikian rupa sehingga siswa memiliki kesempatan untuk membangun pengetahuan mereka dan lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Inkuiri adalah salah satu bentuk pembelajaran yang cocok diterapkan dalam melatih siswa untuk dapat bekerja secara ilmiah dan menemukan konsep secara mandiri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap hasil belajar siswa SMA dalam pembelajaran laju reaksi dalam menggunakan model inkuiri terbimbing.

3

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Peranan guru yang sangat dominan menyebabkan siswa kurang aktif dalam

proses belajar.

2. Kurang tepatnya seorang guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran dalam menyampaikan konsep tertentu, memungkinkan akan mempengaruhi proses belajar mengajar.

3. Dalam materi laju reaksi siswa mengalami kesulitan.

4. Kurang pengalaman siswa melakukan penyelidikan praktikum khususnya dilaboratorium.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka penelitian dibatasi pada:

1. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dimana siswa melakukan penyelidikan dilaboratorium.

2. Penelitian dilakukan pada konsep laju reaksi.

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan difokuskan pada penelitian ini adalah:

“Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mempengaruhi hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi?”

E. Tujuan Penelitian

(22)

6

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diberikan pada hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi siswa, melatih keterampilan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.

2. Bagi guru, dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman, serta membantu menyumbangkan dalam memecahkan masalah pembelajaran kimia.

(23)

7 A. Deskripsi Teoritis

1. Pembelajaran Inkuiri

a. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Inkuiri

National Science Education Standards menggunakan istilah inkuiri dalam dua hal berbeda. Pertama, inkuiri menunjukan pada kemampuan siswa mengembangkan kemampuan merancang dan melakukan investigasi ilmiah serta pemahaman siswa akan hakikat penemuan ilmiah (scientific inquiry). Kedua, inkuiri menunjukkan pada strategi belajar mengajar yang memungkinkan konsep ilmiah dikuasai melalui investigasi.1

National Science Education Standards mendefinisikan inkuiri sebagai berikut: Inkuiri adalah aktivitas beraneka segi yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasi data, mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.2

Inkuiri berasal dari bahasa inggris “inquiry”, yang secara harfiah

berarti penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inkuiri adalah the process of investigating a problem. Adapun Piaget

1

National Research Council, Inquiri and The National Science Education Standards: A Guided for Teaching and Learning, (Washington DC: National Academy Press, 2000), h. 15

2

(24)

8

mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.3

Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi

heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.4

Menurut Gulo “Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah : 1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.

Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.

2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran. 3) Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri

siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.5

3

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 108

4

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 194

5Gulo, “

(25)

b. Jenis-Jenis Inkuiri

Adapun menurut Sund dan Trowbridge (1973), mengemukakan tiga macam metode inkuiri sebagai berikut:6

a. Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode inkuiri, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit di kurangi, sesuai dengan perkembangan pengalaman peserta didik. Dalam pelaksanaanya sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.

b. Free Inquiry (Inkuiri Bebas)

Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah inkuiri role approach yang melibatkan paserta didik dalam kelompok tertentu, setiap anggota kelompok memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data, dan pengevaluasi proses.

c. Modified Free Inquiry (Inkuiri bebas yang dimodifikasi)

pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

6

(26)

10

Lain halnya dengan yang dikemukakan oleh Alan Colburn, tentang pembagian inkuiri yaitu sebagai berikut:7

1) Struktured Inquiry (inkuiri terstruktur). Dalam inkuiri terstruktur, guru mengarahkan siswa dalam melakukan suatu percobaan dengan terlebih dahulu menentukan parameter dan prosedur kerja beserta bahan-bahan. 2) Guided Inquiry (inkuiri terbimbing). Guru memberikan suatu tema

permasalahan dan memberitahukan bahan-bahan yang dibutuhkan, tetapi tidak memberikan prosedur kerja.

3) Free Inquiry (inkuiri bebas). Siswa memformulasikan suatu tema permasalahan dan menentukan sendiri alat, bahan beserta prosedur kerjanya.

4) Learning cycle. Siswa mengikuti panduan prosedur inkuiri. Kemudian guru mendiskusikan penemuan mereka. Dalam melakukan percobaan siswa sudah mengetahui konsep sehingga ia dapat menerapkannya dalam situasi baru.

Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis inkuiri di atas, dapat disimpulkan bahwa pembagian inkuiri menjadi beberapa jenis berdasarkan pada peranan guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri.

c. Langkah-Langkah Pelaksanaan Inkuiri

Langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Wina Sanjaya secara umum dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:8

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran responsive. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran ekspositori sebagai langkah untuk mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran. Keberhasilan

7

Alan Colburn, An Inquiry Primer, 2000, diakses dari online

http://www.nsta.org/main/news/pdf/ss003.42.pdf, diakses pada 9 febuari 2009, h. 42

8

(27)

startegi pembelajaran inkuiri ini sangat bergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teka-teki karena masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi pembelajaran inkuiri, oleh sebab itu siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki oleh setiap individu sejak lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu bisa membuktikan tebakkannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh karena itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina.

4. Mengumpulkan data

(28)

12

adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang telah diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuannya yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipoetesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Dan untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Teori belajar yang mendasari pembelajaran inkuiri adalah teori belajar konstruktivistik. Teori belajar yang dikembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget, pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema itu secara terus-menerus diperbaharui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, tugas guru adalah mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi itu.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri.

(29)

guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk, menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

Ketiga, tujuan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Seperti yang dapat di simak dari proses pembelajaran, tujuan utama pembelajaran melalui strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.

Strategi inkuiri akan efektif manakala:9

1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi pembelajaran inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.

9

(30)

14

2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu dibuktikan.

3. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

4. Jika guru akan mengajar pada kelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.

5. Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.

6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan mereka, belajar memecahkan masalah yang tidak memiliki solusi yang jelas, dan menjadikan hasil penemuan mereka sebagai solusi saat ini dan masa yang akan datang.

Pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa yang memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.

d. Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu

maturation, physical experience, social experience, dan equilibration.10

10

(31)

Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf.

Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas atau daya pikir. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide. Oleh karena itu, proses belajar yang murni tak akan terjadi tanpa adanya pengalaman-pengalaman.

Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping aturannya sendiri.

Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya. Ada kalanya anak dituntut untuk memperbaharui pengetahuan yang sudah terbentuk setelah ia menemukan informasi baru yang tidak sesuai.

Atas dasar penjelasan di atas, maka dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan.

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual 2) Prinsip interaksi

3) Prinsip bertanya

(32)

16

e. Kesulitan-Kesulitan dalam Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri dalam penerapannya terdapat beberapa kesulitan.11

a. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang menggunakan pembelajaran inkuiri sebagai proses menyampaikan informasi lebih menekankan pada hasil belajar, dan sulit untuk merubah pola pengajaran seperti ini.

b. Tertanamnya budaya belajar yang hanya menerima materi dan menganggap guru adalah sumber belajar menjadikan siswa pasif, dan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir.

c. Sistem pendidikan yang tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembalajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan CBSA, atau KBK, namun di pihak lain sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional (UAN) berorientasi pada pengembangan aspek kognitif. Tentu saja hal ini menambah kebingungan guru sebagai pelaksana di lapangan.

f. Keunggulan dan Kelemahan inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan sebagai berikut:12 1) Merupakan strategi pembelajarn yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

11

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan , h. 205

12

(33)

2) Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3) Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4) Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Adapun kelemahan dari metode pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Jika strategi pembelajarn inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit untuk menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajarn inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

g. Kelebihan Jenis-Jenis Model Pembelajaran Inkuiri

Setiap model pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan. Adapun kelebihan dari jenis-jenis model inkuiri adalah sebagai berikut:13 1). Inkuiri Terstruktur

Kelebihan :

a). Memperkenalkan konsep, kosakata, proses, kemampuan dan metodologi investigasi.

13

(34)

18

b). Mengarahkan siswa kepada pemahaman yang spesifik. c). Menyajikan simulasi.

2). Inkuiri Terbimbing Kelebihan :

a). Memberikan cara penyelesaian

b). Menantang kemampuan konseptual siswa dan kemampuan mempraktekan dalam situasi yang baru

c). Membangun pemahaman secara dalam dan luas untuk mempraktekannya langsung.

3). Inkuiri Bebas Kelebihan :

a). Menghasilkan pertanyaan

b). Mendorong siswa untuk berkerja sama tanpa instruksi langsung dari guru

c). Membangun dan menidentifikasi konsep proses skill untuk menciptakan pertanyaan dan masalah.

2. Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

a. Pengertian Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) merupakan salah satu metode inkuiri dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut.14

14

(35)

b. Karakteristik Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Menurut Carol C. Kuhlthau dan Ross J. Todd terdapat enam karakteristik inkuiri terbimbing (Guided Inquiry), yaitu:15

1) Siswa belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman

Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif individu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari tindakan dan refleksi pada pengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran Hands on (berdasar pengalaman) sebagai penentang metode otoriter dan menganggap bahwa pengalaman dan inkuiri (penemuan) sangat penting dalam pembelajaran bermakna.

2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu

Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk dasar untuk membangun pengetahuan baru. Menurut Ausubel faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang mereka tahu.

3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran melalui bimbingan

Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan proses mendalam yang membawa kepada sebuah pemahaman. Proses yang mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang otentik mengenai objek yang telah digambarkan dari pengalaman dan keingintahuan siswa.

Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Menurut Bloom, kemampuan intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi membantu merangsang untuk berinkuiri yang membawa kepada pengetahuan dan pendalaman yang mendalam.

15

Carol C. Kuhkthau dan Ross J Todd, 2006, “Guided Inquiry: A Framework for

(36)

20

4) Perkembangan siswa terjadi secara bertahap

Siswa berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas mereka untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur. Perkembangan ini merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, tindakan, refleksi, menemukan dan menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan serta sikap dan nilai.

5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran

Siswa belajar melalui semua pengertiannya. Mereka menggunakan seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pemahaman yang mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup di dalamnya.

6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain

(37)

c. Tahap Pelaksanaan Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Menurut Richard A.Hasler Tahap Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing) terdiri dari lima tahapan, Yaitu: 16

Fase 1

Fase 2

Fase 3

Fase 4

[image:37.595.111.522.117.681.2]

Fase 5

Gambar 2.1

Model Inkuiri Terbimbing

16

Richard A.Hasler, Graduated Inquiry, Modified Inquiry for Grades K-5, M.A. Gifted Education. Diakses dari online

http://www.clayton.k12.mo.us/40402063213823937/site/default.asp

Pertanyaan menghadapkan pada

masalah

Penyelidikan (Pengujian)

Siswa mengembangkan dan menelaah pertanyaan yang dibantu oleh guru

Siswa mengidentifikasi variabel, membangun sebuah prosedur dan dipandu oleh guru.

Siswa mengobservasi melakukan eksperimen dan mencatat data berdasarkan panduan dari guru

Kumpulkan data (praktikum)

Menarik Kesimpulan

Siswa mengkomunikasikan dan membuat kesimpulan setelah tahap mendiskusikan data yang telah didapatkan pada kelompoknya.

Setiap perwakilan kelompok mempersentasikan hasil percobaan, kelompok lain untuk bertanya dan menanggapinya. Guru mengomentari jalannya diskusi dan meluruskan hal-hal yang kurang tepat untuk mendapatkan konsep yang lebih baik.

(38)

22

3. Hakekat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi.17

“Belajar merupakan proses mencari ilmu dalam diri seseorang melalui

latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri”. Definisi ini menurut Hilgar dan Marquis, yang menjelaskan bahwa belajar tidaklah dilakukan tanpa usaha dari individu itu sendiri, melainkan melalui latihan atau proses pembelajaran. Sedangkan menurut James L. Mursell dalam bukunya Succesful Teaching berpendapat: “Learning is experience, and exploration and discovery. Belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri sendiri dan memperoleh sendiri. Adapun belajar menurut Garret dalam General Psychologi mengatakan bahwa: “Learning is the process which, as a result of training and experience, leads to new or changed responses. Menurut Garret bahwa bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan yang mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Dan menurut Lester D. Crow dan Alice Crow mendefinisikan: “Learning is the acuquisition of habits, knowledge, and attitudes. Belajar adalah upaya untuk memperoleh, kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.18

Secara psikologis, proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dinamakan belajar. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku sehari-hari. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

17

Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 24

18

(39)

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.19

“Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat

latihan dan pengalaman”. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia

dan yang membedakannya dengan binatang belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik disekolah, dikelas, maupun di jalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Namun demikian, satu hal yang sudah pasti bahwa belajar dilakukan oleh manusia senantiasa di landasi oleh itikad dan maksud tertentu. Berbeda dengan binatang yang sering juga dikatakan sebagai belajar.20

Belajar merupakan tindakan atau perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya suatu proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa yaitu keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang hal tersebut sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.21

Menurut Gagne, pembelajaran adalah upaya guru meyakinkan siswa bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan prasyarat untuk tugas-tugas belajarnya. Menstimulir penggunaan kemampuan siswa hingga siap menyelesaikan dan mengatur persyaratan belajar. Dengan demikian pembelajaran adalah faktor eksternal siswa dengan prasyarat keterampilan

19

Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 78

20

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h. 155

21

(40)

24

intelektual, dan melibatkan penggunaan persyaratan belajar. Ada delapan syarat belajar menurut Gagne:22

1) Belajar tanda atau isyarat (Signal Learning)

2) Belajar merangsang jawaban (Stimulus-Response Learning) 3) Mengikat atau merantai (Chaining)

4) Perkumpulan lisan (Verbal Association)

5) Belajar membedakan (Disscrimination Learning) 6) Belajar konsep (Concept Learning)

7) Belajar peraturan (Rule Learning)

8) Memecahkan masalah (Problem Solving)

Menurut Magnesen Dryden & Wager (1991) porsi belajar terjadi dengan:23

1) Membaca sebanyak 10% 2) Mendengar 20%

3) Melihat 30%

4) Melihat dan mendengar sebanyak 50% 5) Mengatakan 70%

6) Mengatakan sambil mengerjakan 90%

Perbedayaan optimal dari seluruh indera seseorang dalam belajar dapat menghasilkan kesuksesan bagi seseorang. Melalui media pembelajaran, belajar paling tinggi terjadi 50%. Ternyata, seseorang yang belajar dan terlibat langsung dalam suatu kegiatan atau mengerjakan sesuatu dianggap sebagai cara yang terbaik dan bertahan lama.

Menurut UNESCO terdapat empat pilar belajar, yaitu:24 1) “Learning to know” belajar untuk mengetahui

2) “Learning to do” belajar untuk aktif; Prinsip belajar learning to do

bermakna”live long education” kegiatan belajar sepanjang hidup.

22

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), h. 14-15

23

Dewi Salma P, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 24

24

(41)

3) “Learning to be” belajar untuk menjadi; Makna dari learning to be

adalah proses belajar yang dilakukan peserta didik dalam menghasilkan perubahan perilaku individu atau masyarakat terdidik yang mandiri.

4) “Learning to live together” belajar untuk hidup bersama-sama. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan oleh mata. Kita hanya dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha. Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjukkan sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar selang waktu tertentu. Hasil belajar termasuk dalam kelompok atribut kognitif yang respon hasil pengukurannya tergolong pendapat atau judgment, yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah.

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensi atau kepastian yang dimiliki oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya.25

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar. Dari segi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar baik dengan ulangan maupun tes. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

25

(42)

26

berakhirnya pembelajaran dalam periode tertentu dan merupakan puncak dari proses belajar.26

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya.27

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Ngalim Purwanto, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dari dalam dan dari luar.

1). Faktor dari dalam terdiri dari: a) Faktor Biologis (Jasmaniyah)

Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan dengan faktor biologis diantaranya adalah kondisi fisik yang normal dan kondisi kesehatan fisik. Kedua kondisi tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. b) Faktor Psikologis (Rohaniyah)

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Sikap mental yang positif dalam proses belajar di antaranya meliputi, tidak mudah putus asa atau frustasi dalam mengahadapi kesulitan dan kegagalan, tidak terpengaruh untuk lebih mementingkan kesenangan dari pada belajar, mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar, berani bertanya, dan selalu percaya diri sendiri.

26

Dimyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), h.3-4

27

(43)

Faktor psikologis lain, selain sikap mental yang positif adalah faktor sebagai berikut:

a) Intelejensi. Intelejensi atau tingkat kecerdasan seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai intelejensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Tetapi perlu diingat bahwa intelejensi bukan hanya satu-satunnya faktor penentu keberhasilan belajar, melainkan hanya salah satu faktor dari sekian banyak faktor.

b) Minat (kemauan). Minat dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan minat merupakan motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya.

c) Bakat. Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Perlu diketahui bahwa bakat itu bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang terhadap suatu bidang tertentu.

d) Daya ingat. Bagaimana daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Dalam proses mengingat mempunyai tahapan-tahapan yaitu: pertama, memasukan kesan, kedua, menyimpan kesan, dan ketiga, memproduksi kesan atau mengeluarkan kembali kesan. Karena daya ingat dapat diartikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali suatu kesan, dan kesan itu sendiri adalah gambaran yang tertinggal di dalam jiwa atau pikirkan setelah melakukan pengamatan.

(44)

28

panca indera ke satu objek di dalam aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk tidak memperdulikan objek-objek lain yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas itu. Sangat perlu diketahui bahwa kemampuan untuk melakukan konsentrasi itu memerlukan kemampuan dalam menguasai diri di sinilah seseorang dapat menguasai pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca inderanya untuk di konsentrasikan.

2) Faktor dari luar terdiri dari:

Faktor eksternal bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan waktu.

a). Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja faktor pertama dan utama dalam mencapai keberhasilan belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan harmonis di antara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap proses belajar dan pendidikan anak-anaknya.

b). Faktor lingkungan sekolah

Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah dengan adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten serta menyeluruh, dari pimpinan sekolah, para guru, para siswa, samapai karyawan sekolah lainnya. Dengan cara inilah proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.

(45)

yang memenuhi persyaratan untuk berlangsungnya proses pembelajaran, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan di antara personil-personil sekolah.

c). Faktor lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah adanya lembaga-lembaga non-formal yang menyediakan kursus-kursus tambahan, sanggar majlis taklim, organisasi kemasyarakatan yang positif.

d). Faktor waktu

Waktu memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang, tergantung bagaimana seseorang dapat mengatur waktu sebaik mungkin.28

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam belajar: faktor dari dalam diri dan faktor yang datang dari luar diri dan disebut juga faktor endogen dan eksogen.

Faktor endogen antara lain seperti minat belajar, kesehatan, perhatian, ketenangan jiwa waktu belajar, motivasi, kegairahan diri, cita-cita, kebugaran jasmani, kepekaan alat-alat indera dalam belajar. Dengan kata lain, alat-alat indera berfungsi dengan baik atau sebaliknya seperti mata sakit, pendengarannya terganggu atau lain-lain.

Faktor eksogen yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik antara lain seperti keadaan lingkungan belajar (suasana kelas), cuaca, letak sekolah (di tempat yang ramai atau tidak), faktor interaksi sosial dengan teman sebangku, interaksi peserta didik dengan pendidiknya. Faktor-faktor endogennya yang dapat disebutkan adalah alat-alat belajar yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar (seperti media pendidikan, metodologi mengajar yang digunakan, buku-buku yang dipakai)

Di samping kedua faktor di atas faktor lain yang tak kalah pentingnya yang erat kaitannya dengan masalah belajar adalah sarapan

28

(46)

30

pagi dan jajanan sekolah. Faktor ini dapat dimasukkan ke dalam faktor endogen atau eksogen karena keduanya berkaitan erat dengan lingkungan pendidikannya.29

3. Hakikat Pembelajaran Kimia

Kimia merupakan ilmu yang mengkaji tentang sifat zat, dan secara khusus mempelajari reaksi yang merubah suatu zat menjadi zat lain. Kimia menyediakan pedoman untuk menyesuaikan beberapa kebutuhan atau penerapan khusus dan membuat bahan yang benar-benar baru yang di rancang sejak awal agar memiliki sifat tertentu yang diinginkan.30

Dari pengertian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa hakikat dari pembelajaran kimia adalah mengembangkan hal yang bersifat gejala-gejala alam yang berkaitan dengan zat untuk dicari kegunaannya dimasa depan. Diharapkan dalam mempelajari ilmu kimia siswa dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan zat dalam kehidupan nyata. Agar kimia menjadi lebih bermanfaat bagi manusia.

4. Hakikat Laju Reaksi a. Kemolaran

Molaritas dinyatakan dengan lambang M, adalah jumlah mol suatu zat yang terlarut dalam tiap liter larutan, dengan satuan mol/L.31

Kemolaran berkaitan dengan jumlah mol dan volume larutan. Hubungan ini dapat dituliskan sebagai berikut.32

Keterangan:

M = Kemolaran (mol L-1) V = Volume larutan (L) n = Jumlah zat terlarut (mol)

29Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), h. 103-104

30

Oxtoby David W., dkk, Prinsip-Prinsip Kimia Modern, (Jakarta: Erlangga 2001) h.4

31

Michael Purba, SMAKimia Kelas XI Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 94

32

Michael Purba, SMAKimia Kelas XI Jilid 2...,h. 94

V n

(47)

Jika zat terlarut dinyatakan dalam satuan gram, dan volume larutan dinyatakan dalam mL atau cm3, kemolaran dapat dirumuskan sebagai berikut.33

Untuk memperoleh kemolaran yang lebih kecil perlu dilakukan pengenceran sehingga volume larutan menjadi besar. Dalam proses pengenceran, jumlah mol zat terlarut tidak berubah. Perhitungan yang digunakan dalam proses pengenceran dirumuskan sebagai berikut.34

Keterangan:

V1 = Volume larutan sebelum diencerkan atau volume larutan pekat yang dipipet

M1 = Kemolaran larutan sebelum diencerkan V2 = Volume larutan setelah diencerkan M2 = Kemolaran setelah diencerkan

b. Konsep Laju Reaksi

Laju reaksi dalam kimia, didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu35

Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi membentuk produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, jumlah reaktan yang bereaksi akan semakin berkurang. Sebaliknya, jumlah yang terbentuk akan semakin bertambah.

Dengan demikian, laju reaksi yaitu laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar salah

33

Michael Purba, SMAKimia Kelas XI Jilid 2..., h. 94

34

Michael Purba, SMAKimia Kelas XI Jilid 2..., h. 95

35

Sandri Justiana, Chemistry for senior high school year XI, (Jakarta: Yudistira, 2009), h. 108

V1 x M1 = V2 x M2 M =

V 1000 X Mr

(48)

32

satu produk dalam satu satuan waktu. Berdasarkan penjelasan, laju reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:36

V= atau

Keterangan:

V = Laju reaksi

∆[R] = Perubahan konsentrasi molar pereaksi

∆[P] = Perubahan konsentrasi molar produk

= Laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi dalam satu satuan waktu.

= Laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk dalam satu satuan waktu.

c. Persamaan Laju Reaksi

Persamaan laju reaksi hanya dapat dijelaskan melalui percobaan, tidak bisa hanya dilihat dari koefisien reaksinya. Adapun persamaan laju reaksi:37

a A + bB cC + dD V = k [A]m[B]n

Keterangan:

v = Laju reaksi m = Orde reaksi zat A k = Konstanta laju reaksi n = Orde reaksi zat B [A] = Konsentrasi zat A

[B] = Konsentrasi zat B

d. Orde Reaksi

Orde reaksi adalah pangkat bilangan pada konsentrasi reaktan yang mempengaruhi laju reaksi. Orde reaksi ditetapkan berdasarkan hasil percobaan dan bukan koefisien reaksinya. Sebagai contoh, jika konsentrasi suatu pereaksi dinaikkan m kali semula dapat menyebabkan laju reaksi meningkat n kali, maka hubungan penambahan konsentrasi dengan laju reaksi zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.

mq = n

36

Michael Purba, SMAKimia Kelas XI Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 10

37

(49)

Keterangan: q = Orde reaksi

m = Kenaikkan konsentrasi n = Kenaikan laju reaksi

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Pada dasarnya, laju suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya luas permukaan, suhu, konsentrasi, dan katalis.

1) Luas permukaan

Zat padat yang berbentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan zat padat dalam bentuk batangan atau kepingan untuk massa zat padat yang sama. Terdapat cara yang sederhana untuk memahami pernyataan ini. Tujuan reaksi antara besi dengan asam sulfat (H2SO4). Besi dalam bentuk serbuk akan bereaksi lebih cepat dengan asam sulfat dibandingkan dengan besi dalam bentuk batangan (misalnya paku).

2) Suhu

kenaikan suhu akan meningkatkan laju reaksi. Jika suhu naik, maka partikel-partikel zat-zat yang terlibat dalam reaksi akan menyerap kalor (energi), sehingga energi kinetik partikel-partikel tersebut meningkat oleh karena itu, dengan meningkatnya suhu, maka semakin banyak patikel yang mempunyai energi kinetik lebih besar dari energi aktivasi.

3) Konsentrasi

Bagaimanakah konsentrasi mempengaruhi laju suatu reaksi? Dalam hal ini, meningkatan konsentrasi zat-zat pereaksi (dalam bentuk larutan) akan meningkatkan frekuensi tumbukkan antara partikel-partikel zat pereaksi tersebut. Hal ini karena dalam larutan pekat, jarak antara dua partikel yang berdekatan relatif rapat, sehingga muda bertumbukkan. 4) Katalis

(50)

34

dengan cara yang berbeda. Lebih jauh, kemampuan katalis dalam mempercepat reaksi kimia disebabkan oleh kemampuan katalis dalam menurunkan harga energi aktivasi, sehingga reaksi zat dengan menggunakan katalis dapat berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan reaksi zat tanpa katalis.38

5. Penelitian yang Relevan

Sebelum meneliti tentunya peneliti mencari terlebih dahulu penelitian-penelitian terdahulu mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing, agar penelitian yang akan dilakukan memiliki dasar pemikiran yang cukup kuat. Dengan pertimbangan di atas maka peneliti menuliskan berbagai penelitian terdahulu antara lain:

Penelitian Hermelina Abarva (2004) dalam artikel “Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMU NEGERI III Ambon”. Hasilnya bahwa mengajar dengan menggunakan metode inkuiri sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada bidang studi biologi dari pada mengajar hanya dengan menggunakan metode ceramah.39

Penelitian Diah Aryulina (2005) dalam artikel “Pengembangan Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Praktikum Sains di Perguruan Tinggi”. Hasilnya strategi ini cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan ilmiah yang ditunjukkan dari hasil kerja mahasiswa pada peta konsep, diagram vee, dan laporan praktikum. Mahasiswa memberikan tanggapan sikap yang positif terhadap strategi pembelajaran inkuiri terbimbing.40

38

Sunardi, Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2, (Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 153-180

39

Hermelina Abarva, “Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMU NEGERI III Ambon”, dalam Jurnal kependidikan vol 1&2 November 2004, h.114-119

40Diah Aryulina, “

(51)

Penelitian I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi (2008) dalam artikel “ Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA NEGERI 4 Singaraja”. Hasilnya terdapat perbedaaan yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvesional dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika. Model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.41

Penelitian Tonih Feronika, dalam artikel “Implementasi Teknik

Guided Worksheet Activity Dalam Pembelajaran Hands-on Dalam Melatih Kemampuan Inkuiri”. Hasilnya mengenai kemampuan inkuiri siswa terhadap hands-on dengan teknik guided worksheet activity pada pokok bahasan asam-basa sub pokok indikator asam basa, di antara ke delapan aspek yang muncul, aspek pertanyaan yang muncul paling sering dengan nilai persentasi tinggi.42

Penelitian Zulfiani, dalam artikel “Pengembangan Program

Pembelajaran Bioteknologi Untuk Meningkatkan Kemampuan Inkuiri

Calon Guru”. Hasilnya bahwa kemampuan inkuiri dapat mengembangkan

kemampuan intelektual, mengembangkan emosional, dan mengembangkan keterampilan. Serta keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat mengembangkan keterampilan metakognisi.43

Penelitian Elliot P. Douglas dalam artikel “Use of guided inquiry as an active learning technique in engineering”. Menunjukan bahwa dari hasil survey dan wawancara, kami menemukan bahwa siswa memperoleh keuntungan menjadi siswa yang aktif, tetapi mereka merasa tidak nyaman tanpa memperoleh seseorang yang mampu menggambarkan dan

41I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, “

Pengaruh model pembelajaran inkuiri dan penalaran formal terhadap penguasaan konsep fisika dan sikap ilmiah siswa SMA NEGERI 4 Singaraja” dalam jurnal JPPP, vol 1 no 2, April 2008, h. 15-29

42Tonih Feronika, “

Implementasi Teknik Guided Worksheet Activity Dalam Pembelajaran Hands-on Dalam Melatih Kemampuan inkuiri” dalam jurnal EDUSAINS,

vol 2 no 1, Juni 2009, h.13-29

43Zulfiani, “

(52)

36

menyediakan jawaban yang tepat/benar. Implikasi dan tantangan lain dari penggunaan metode inkuiri akan di diskusikan lebih lanjut.44

Penelitian Cindy E, Ravit Golan, and Clark A.Chinn dalam artikel

Scaffolding and achievement in problem-based and inquiry lea

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian ............................................................................
Gambar 2.1 Model Inkuiri Terbimbing  ..........................................................
Gambar 2.1 Model Inkuiri Terbimbing
Gambar 2.2  Bagan Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Laju Reaksi dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Lancar Siswa”..

Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Strategi Pembelajaran Proses Orientasi Inkuiri Terbimbing (POGIL) Dengan Media Powerpoint Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pokok Bahasan

(b) Validitas produk modul pembelajaran kimia pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan telah sesuai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis inkuiri terbimbing dengan tujuan

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat peningkatan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, hal ini dapat

Perbedaan hasil belajar siswa pada materi reaksi pengendapan yang diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang diajarkan dengan model

Setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis online pada sub materi faktor-faktor yang mempengaruhi