• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Index Card Match di Kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Index Card Match di Kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

SDN CEMPAKA PUTIH 1

CIPUTAT TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Lely Nur Fajrina

NIM 1110018300072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

ABSTRAK

Lely Nur Fajrina (NIM: 1110018300072). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Index Card Match Di Kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur.

Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan metode pembelajaran Index Card Match di Kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2014 di SDN Cempaka Putih I Ciputat Timur dengan fokus penelitian pada siswa kelas 3 (Tiga). Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus selama dua pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 94,28% dengan nilai rata-rata 91,14 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa sebagai tujuan dari penelitian yang dilakukan. Sebaiknya dilakukan penelitian serupa untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga memperoleh hasil yang optimal dalam setiap pelajaran.

(7)

iv

ABSTRACT

Lely Nur Fajrina (NIM: 1110018300072). Improved Student Results On Social Studies Through Application Method Index Card Match In Class III SDN Cempaka Putih 1 East Ciputat.

This study aims to determine the improvement of student learning outcomes in Social Studies subjects using learning method Index Card Match in Class III SDN Cempaka Putih 1 East Ciputat.

This study was conducted in March-May 2014 in SDN Cempaka Putih I East Ciputat with research focus in class 3 (Three). This research was conducted in two cycles with each cycle during the two meetings. The results showed that there is an increasing learning outcomes by 94,28% with an average value of 91,14 students on the subjects of Social Studies.

The method used in this study is the method of classroom action research (CAR). CAR implemented in an attempt to overcome the problems that arise in the classroom. This method is performed in four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection. The fourth stage of the cycle that takes place repeatedly and performed with the same steps and focused on improving student learning outcomes as the goal of the research conducted. Similar studies should be done to improve student learning outcomes so as to obtain optimum results in every lesson.

(8)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah ini yang berupa skripsi dengan

judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Index Card Match Di Kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur”. Shalawat serta salam teriring kepada baginda Rasulullah SAW, sebagai pembawa peradaban yang membawa manusia keluar dari masa kegelapan dan kebodohan menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam tetap tercurah pada keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari dukungan dan doa dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah SWT membalas jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Nurlena Rifai, MA. PhD., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. DR. Fauzan, MA., Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd., Sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(9)

vi

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.

6. Keluarga Besar SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur yang telah memberikan kesempatan dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

7. Untuk keluargaku: ayah Luay dan ibunda Zahra tercinta yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, nasihat, dan motivasi. Serta untuk adikku tersayang Muhammad Azrul Fahri yang selalu siap siaga menjadi penyemangatku.

8. Calon imamku tersayang, Muhammad Zainul Arifin yang senantiasa mencurahkan cinta dan sayangnya dalam lantunan doa dan harapan yang dipanjatkan untukku.

9. Teman-teman prodi PGMI angkatan 2010, khususnya kelas B (Eka, Halimah, Ika, Mety, Puput, dll) yang selalu berbagi canda, tawa, tangis, dan kebahagiaan. Semoga silaturahmi ini tak hanya berhenti sampai disini.

10.Serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga segala perhatian, motivasi, dan bantuannya dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan membutuhkannya.

Jakarta, 22 September 2014

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 7

A. Deskripsi Teoretik ... 7

1. Hasil Belajar ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Tujuan Belajar ... 8

c. Pengertian Hasil Belajar ... 9

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 11

(11)

viii

c. Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran Active Learning ... 17

d. Metode-Metode dalam Strategi Pembelajaran Active Learning ... 18

e. Index Card Match sebagai Salah Satu Tipe Active Learning ... 19

1) Pengertian Metode Index Card Match ... 19

2) Kekurangan dan Kelebihan Metode Index Card Match ... 20

3) Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Index Card Match ... 21

3. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD ... 22

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD ... 22

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD ... 24

c. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD ... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Berfikir... 27

D. Hipotesis Tindakan... 28

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 26

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 31

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 32

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 33

G. Data dan Sumber Data ... 33

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 33

I. Teknik Pengumpulan Data ... 34

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 34

(12)

ix

1. Sejarah Sekolah ... 39

2. Visi dan Misi SDN Cempaka Putih 1 Ciputat ... 40

B. Hasil Penelitian ... 41

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ... 41

a. Siklus I ... 41

b. Siklus II ... 43

2. Hasil Pembelajaran IPS ... 46

a. Siklus I ... 46

b. Siklus II ... 53

C. Analisis Data ... 58

D. Pembahasan ... 59

E. Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

(13)

x

[image:13.595.115.541.217.624.2]

Tabel 4.1 Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus I ... 50

Tabel 4.2 Hasil Nilai Siswa Pada Siklus I... 50

Tabel 4.3 Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus II ... 55

Tabel 4.4 Hasil Nilai Siswa Pada Siklus II ... 55

(14)
[image:14.595.153.443.270.550.2]
(15)

xii

Lampiran 2 : Lembar Hasil Wawancara Dengan Siswa ... 66

Lampiran 3 : Kisi-Kisi Soal Uji Coba Hasil Belajar Siklus I ... 67

Lampiran 4 : Kisi-Kisi Soal Uji Coba Hasil Belajar Siklus II ... 69

Lampiran 5 : Soal Uji Coba Hasil Belajar Siklus I ... 71

Lampiran 6 : Soal Uji Coba Hasil Belajar Siklus II ... 77

Lampiran 7 : Analisis Butir Soal Uji Coba Hasil Belajar Siklus I ... 83

Lampiran 8 : Analisis Butir Soal Uji Coba Hasil Belajar Siklus II ... 96

Lampiran 9 : RPP Siklus I ... 109

Lampiran 10 : RPP Siklus II ... 127

Lampiran 11 : Kartu Index Pembelajaran Siklus I ... 146

Lampiran 12 : Kartu Index Pembelajaran Siklus II ... 148

Lampiran 13 : Gambar Kegiatan Siklus I ... 150

Lampiran 14 : Gambar Kegiatan Siklus II ... 152

Lampiran 15 : Lembar Catatan Lapangan ... 154

Lampiran 16 : Lembar Observasi Guru ... 156

Lampiran 17 : Lembar Observasi Siswa ... 160

Lampiran 18 : Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Siklus I ... 164

Lampiran 19 : Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Siklus II ... 165

Lampiran 20 : Soal Hasil Belajar Siklus I ... 167

Lampiran 21 : Soal Hasil Belajar Siklus II ... 170

Lampiran 22 : Daftar Absensi Siswa ... 173

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang melalui pelatihan. Dalam bahasa Arab, pendidikan disebut

tarbiyah” yang berarti memelihara individu unuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan

education”. Dari kedua bahasa tersebut, kata pendidikan sama-sama berarti proses mengembangkan kemampuan yang dimiliki melalui kegiatan pelatihan khusus.

Salah seorang ahli mengatakan bahwa, akar kata pendidikan adalah

“didik” atau “mendidik” yang secara harfiah artinya memelihara dan memberi latihan. Sedangkan “pendidikan” adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap atau perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1

Melalui pendidikan juga, seorang individu belajar untuk mengembangkan kemampuannya pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Hasil dari proses belajar itu adalah perubahan dan perkembangan individu menuju ke arah yang lebih baik lagi. Dalam kegiatan belajar yang efektif, peserta didik yang seharusnya menjadi pusat kegiatan. Karena peran aktif peserta didik sangat menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Proses pendidikan yang dilakukan di dalam kelas, pada umumnya harus dengan kondisi yang kondusif sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung dengan maksimal. Dalam menciptakan kondisi tersebut harus didukung dengan keterampilan guru dalam mengelola kelas dan menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi peserta didik untuk belajar.

1

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010) hal. 32

(17)

Berkaitan dengan proses belajar mengajar, salah satu faktor penting yang menunjang kegiatan pembelajaran adalah metode pembelajaran yang digunakan. Dewasa ini banyak metode atau strategi yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Tetapi masih banyak guru yang belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Menurut guru kelas 3B di SDN Cempaka Putih 1 yang penulis wawancarai pada hari kamis tanggal 20 Februari 2014 menyatakan bahwa, metode pembelajaran yang bervariasi hanya akan menyulitkan guru dalam menyampaikan materi dikarenakan banyak dari para guru yang belum menguasai metode tersebut. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran yang dilakukan selalu menggunakan metode konvensional dengan cara ceramah. Pembelajaran yang seperti ini tidak akan dapat mengembangkan kemampuan peserta didik secara maksimal. Kondisi pembelajaran yang seperti ini cenderung menyebabkan kejenuhan pada peserta didik dan membuat peserta didik menjadi pasif.

Keadaan seperti ini banyak sekali kita jumpai di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Seperti di sekolah tempat penulis melakukan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) pada bulan September sampai bulan Desember 2013, kegiatan pembelajaran yang berlangsung kurang aktif. Semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan berpusat pada guru, terlebih lagi saat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kegiatan belajar yang berlangsung sangatlah didominasi oleh guru, peserta didik hanya menyimak penjelasan guru dan mengerjakan latihan yang diberikan.

Setelah penulis melakukan observasi selama praktik mengajar di sekolah tersebut, didapatkan hasil bahwa peserta didik kurang menyukai mata pelajaran IPS. Banyak dari peserta didik yang menganggap bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan.2 Hal ini dikarenakan guru kurang mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa dan selalu menjelaskan materi dengan cara ceramah. Padahal di sekolah tersebut, sarana dan prasarana yang menunjang sangatlah lengkap. Tetapi kembali lagi kepada guru itu

2

(18)

sendiri yang belum menggunakan atau memanfaatkan media dan sarana prasarana yang ada.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) wajib dipelajari oleh setiap peserta didik, karena IPS merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara seseorang bersosialisasi dan bersikap, baik dengan sesama manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan masyarakat, maupun dengan alam.

Trianto berpendapat bahwa “Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari yang menimpa dirinya sendiri maupun yang

menimpa kehidupan masyarakat”.3

Mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat penting, karena membantu peserta didik mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan berperilaku dalam kehidupan masyarakat. Seperti yang tercantum dalam tujuan

IPS, bahwa “Tujuan utama IPS adalah untuk membantu siswa mengembangkan

kemampuan membuat keputusan reflektif sehingga mereka dapat memecahkan persoalan-persoalan pribadi dan membuat kebijakan umum dengan berpartisipasi

dalam tindakan sosial secara inteligen”.4

Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa orang guru kelas di SDN Cempaka Putih 1 pada hari jumat tanggal 21 Februari 2014, dikatakan bahwa banyak dari guru yang kurang menguasai penggunaan alat dan media pembelajaran. Guru lebih memilih metode konvensional dengan ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini sangat berdampak pada perkembangan kemampuan kognitif peserta didik, nilai peserta didik banyak yang belum mencapai KKM karena mereka mengalami kesulitan dalam memahami maetri pembelajaran yang disampaikan. Banyak materi pada mata pelajaran IPS

3

Trianto. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007) hal. 121

4

(19)

yang bisa dikembangkan dengan menggunakan metode pembelajaran seperti

Index Card Match yang bisa mengasah kemampuan berfikir peserta didik. Untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik diperlukan kreatifitas guru dan penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi.

Metode pembelajaran dengan menggunakan Index Card Match dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini telah terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Hananah di MI Attaqwa XI Kaliabang Rorotan Bekasi Utara yang menyimpulkan bahwa setelah guru menggunakan strategi

Index Card Match pada mata pelajaran PKn, hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan”.5

Dengan menggunakan metode pembelajaran Index Card Match, siswa diajak untuk aktif dan berkontribusi langsung dalam kegiatan pembelajaran. Apa yang dipelajari oleh siswa akan terus diingat dan tidak mudah dilupakan. Hal ini dapat mempermudah siswa dalam menggali pengetahuan baru melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Dengan begitu, hasil belajar siswa meningkat sesuai dengan yang diharpkan.

Kegiatan pembelajaran yang kondusif harus didukung dengan keaktifan siswa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Maman bahwa, “Untuk aktifnya kegiatan pembelajaran, siswa harus dipandang sebagai subjek. Artinya siswalah yang seharusnya aktif yaitu merencanakan dan mereka sendirilah yang

melaksanakan belajar”.6

Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Active Learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata pelajaran IPS di MI/SD. Penulis akan melakukan sebuah penelitian tentang metode belajar dengan mengangkat judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

5

Hananah. Peningkatan Hasil Belajar PKn Siswa Melalui Metode Index Card Match (Di MI Attaqwa XI Kaliabang Rorotan Bekasi Utara). 2012. Hal. 81

6

(20)

Melalui Penerapan Metode Index Card Match di Kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur.

B.

Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode Index Card Match di kelas III SD.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah dan observasi yang telah penulis lakukan, maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran IPS yang digunakan guru masih dengan metode pembelajaran konvensional sehingga siswa kurang tertarik dalam belajar IPS. 2. Metode pembelajaran konvensional yang biasa digunakan guru, membuat

siswa kurang menyukai mata pelajaran IPS

3. Nilai siswa pada mata pelajaran IPS banyak yang di bawah KKM.

C.

Pembatasan Fokus Penelitian

Peneliti membatasi masalah dengan memfokuskan penelitian mengenai

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Index Card Match di Kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur”, yaitu:

1. Metode Pembelajaran IPS yang digunakan guru masih dengan metode pembelajaran konvensional sehingga siswa kurang tertarik dalam belajar IPS. 2. Nilai siswa pada mata pelajaran IPS banyak yang di bawah KKM.

D.

Perumusan Masalah Penelitian

(21)

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran Index Card Match di Kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur.

F.

Kegunaan penelitian

Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan dan pengalaman tentang metode pembelajaran dan pengelolaan kelas. Khususnya pembelajaran dengan menggunakan metode Index Card Match.

2. Bagi siswa, dapat memberikan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPS sehingga mudah memahami materi yang disampaikan.

3. Bagi guru, dapat menjadi referensi metode pembelajaran dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa.

(22)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A.

Deskripsi Teoretik

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Arnie Fajar berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses

perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain”.1 Belajar dikatakan proses perubahan tingkah laku karena keadaan peserta didik saat belum belajar dengan setelah belajar mengalami perubahan baik perubahan secara langsung maupun berkesinambungan.

Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan bahwa “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor”.2

Artinya, setiap kegiatan belajar akan memperoleh suatu hasil baik berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan, dan perkembangan kemampuannya. Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar individu harus melakukan kegiatan yang semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil yang baik.

Senada dengan pendapat di atas, Ngalim Purwanto berpendapat bahwa

“Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan

itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk”.3

Hal ini

1

Arnie Fajar. Portofolio Dalam Pelajaran IPS (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 10

2

Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011) hal. 13 3

Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hal. 85

(23)

berarti bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan dari proses belajar baik yang mengarah tingkah laku positif maupun negatif. Perubahan disini bergantung kepada penerimaan dari individu itu sendiri selama dalam proses belajar.

Wina Sanjaya mengemukakan bahwa “Belajar adalah proses mental

yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya

perubahan perilaku”.4 Sedangkan Abin Syamsuddin Makmun berpendapat

bahwa “Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian

interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya”.5

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses dimana seorang individu mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya agar menjadi lebih maksimal melalui latihan. Hasil dari belajar tersebut dapat berupa perkembangan kemampuan peserta didik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik baik berkembang menuju ke arah positif maupun negatif.

b. Tujuan Belajar

Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan yang harus dicapai begitu pun dengan kegiatan belajar. Tujuan dari belajar adalah mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik agar lebih terarah dan terasah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hendarman bahwa, “Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar

peserta didik serta untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran”.6

Berbeda dengan pendapat di atas, Agus Suprijono membagi tujuan

belajar menjadi dua, yaitu “Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk

4

Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) hal. 229

5

Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal. 156

6

(24)

dicapai dengan tindakan intruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut

nurturant effects”.7

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar yaitu mengembangkan kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki peserta didik agar lebih terasah secara maksimal melalui kegiatan belajar yang dilakukan.

c. Pengertian Hasil Belajar

Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan dalam ketiga aspek tersebut menjadi hasil dari proses belajar. Hasil belajar merupakan tujuan yang relevan dari proses pengajaran yang telah dilakukan. Oleh karena itu, hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, tergantung dari tujuan pengajarannya.

Nasution mengemukakan bahwa “Hasil belajar siswa dirumuskan

sebagai tujuan instruksional umum (TIU) yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik dan merupakan komponen dari tujuan umum mata kuliah atau bidang studi. Hasil belajar ini menyatakan apa yang akan dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pelajaran itu, akan

tetapi tidak mencakup semua komponen TIK”.8

Dari hasil belajar tersebut, kita dapat mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Apabila tujuan tersebut telah tercapai dengan baik, maka pembelajaran yang telah dilakukan berhasil sehingga memperoleh hasil yang memuaskan. Disamping itu, keberhasil pembelajaran juga menjadi penunjang baik tidaknya mutu pendidikan yang ada. Hasil pembelajaran yang diperoleh dianggap menjadi penentu keberhasilan pendidikan, seharusnya proses menjadi peranan penting

7

Agus Suprijono. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2013) hal. 5

8

(25)

dalam kegiatan belajar. Karena hasil merupakan apa yang diperoleh setelah mengikuti proses kegiatan. Proses kegiatan yang baik akan memberikan hasil yang baik dan sebaliknya, proses kegiatan yang kurang baik akan memberikan hasil yang buruk.

Sebagaimana dengan yang telah dijelaskan di atas, Purwanto juga

mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar, bahwa “Hasil belajar

adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa

perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun prikomotorik”.9

Seseorang yang sudah belajar itu tidak akan sama lagi dibandingkan saat sebelum belajar, karena ia sudah lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia tidak hanya menambah pengetahuannya, akan tetapi dapat pula menerapkannya secara fungsional dalam situasi hidupnya.

Senada dengan pendapat di atas, Nana Syaodih Sukmadinata

mengemukakan bahwa “Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan

motorik”.10

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan mengembangkan kemampuan peserta didik menuju kearah yang positif dan lebih baik lagi. Sedangkan hasil belajar merupakan perkembangan kemampuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar.

9

Purwanto. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan: Pengaruh Konsekuensi Perilaku dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2007) hal. 1028

10

(26)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sama halnya dengan belajar, hasil belajar juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, seperti faktor yang datang dari siswa itu sendiri, maupun dari lingkungan. Lebih lanjut Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa

“siswa sebagai raw input memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana

proses dan hasil belajarnya”11

. Jadi, baik faktor dari dalam maupun dari luar diri siswa sangat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Adapun salah satu faktor dari luar yang memepengaruhi hasil belajar siswa adalah pemilihan metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pemilihan metode ini harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan, sehingga ada kesatuan antara metode dengan maetri pelajaran.

Dalam proses belajar ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi, baik faktor internal yang datang dari dalam diri peserta didik maupun faktor eksternal yang datang dari luar diri peserta didik itu sendiri. Faktor internal, dapat berupa faktor psikis dan psikologi peserta didik. Sedangkan faktor eksternal, dapat berupa lingkungan sekitar. Seperti yang

dikemukakan oleh Ngalim Purwanto, bahwa “Adapun faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan:

1. faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor

individual, dan

2. faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial”.12

Berbeda dengan pendapat di atas, Muhibbin Syah mengatakan

bahwa “Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;

2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;

11

Ngalim Purwanto. op.cit. hal. 107 12

(27)

3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi

pelajaran”.13

Berdasarkan beberapa faktor yang telah dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa keberhasilan proses belajar bukan hanya dipengaruhi oleh diri peserta didik tetapi faktor lingkungan dan sarana-prasarana yang ada serta peranan guru juga dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar senada dengan Faktor-faktor-Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

e. Bentuk-Bentuk Hasil Belajar

Adapun bentuk-bentuk hasil belajar seperti yang dikemukakan oleh Conny Semiawan bahwa, “Tipe hasil belajar itu mencakup tiga bidang, yaitu tipe hasil kognitif, tipe hasil belajar afektif dan tipe hasil belajar psikomotor”.14

Jadi, tipe hasil belajar tersebut memiliki cakupan masing-masing, antara tipe satu dengan yang lainnya berbeda baik dalam konteks maupun bentuk penilaiannya.

Senada dengan pendapat di atas Nana Sudjana mengemukakan

bahwa “Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris

berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak”.15

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap bentuk hasil belajar memiliki ruang lingkup yang berbeda-beda. Masing-masing pembagian ruang lingkup tersebut telah dijelaskan dalam Taksonomi Bloom. Bentuk-bentuk hasil belajar tersebut mempunyai dampak

13

Muhibbin Syah, op.cit. hal 129 14

Conny Semiawan, dkk. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar (Jakarta: PT Gramedia, 2004) hal. 34-37

15

(28)

yang berbeda pada setiap peserta didik. Perkembangan ranah kognitif pada peserta didik dapat dilihat dalam penilaian hasil belajar siswa yang berupa skor/angka. Perkembangan ranah afektif pada peserta didik dapat dilihat dari perubahan tingkah laku/sikap keseharian peserta didik tersebut. Sedangkan perkembangan ranah psikomotor pada peserta didik dapat dilihat pada keterampilan yang dimilikinya.

f. Instrumen Pengukuran Hasil Belajar

Instrumen penilaian terbagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang peningkatan hasil belajar siswa maka peneliti memfokuskan penilaian pada ranah konitif. Adapun lamgkah-langkah penyusunan instrument penilaian yang dilakukan pada ranah kognitif menurut Arnie Fajar, “yaitu:

1) menentukan materi pokok/standar kompetensi yang akan diujikan 2) merumuskan kisi-kisi

3) menulis soal

4) menyusun soal sehingga menjadi perangkat tes 5) menyusun pedoman penskoran”16

Senada dengan pendapat di atas, Wina Sanjaya mengemukakan bahwa

“Instrumen pengukuran hasil belajar dapat berupa tes dan non tes, dimana tes

adalah teknik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu, melalui pengolahan secara kuantutatif yang hasilnya berbentuk angka. Sedangkan non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk

sikap, minat dan motivasi”.17

Pengukuran hasil belajar berupa tes digunakan untuk melihat kemampuan siswa pada ranah kognitif, sedangkan pengukuran hasil belajar berupa non tes digunakan untuk melihat perkembangan siswa pada ranah afektif dan psikomotorik. Pada ranah kognitif biasanya digunakan tes berbentuk soal-soal yang harus di jawab oleh siswa. Hal ini menunjukkan

16

Arnie Fajar, op.cit. hal. 223 17

(29)

bahwa ranah kognitif dapat diukur tingkat perkembangannya melalui hasil tes yang dikerjakan siswa. Pada ranah afektif dan psikomotorik tidak dapat diukur dengan angka, untuk itu biasanya digunakan tes berbentuk wawancara/interview.

2. Strategi Pembelajaran Active Learning

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Active Learning

Kurang efektifnya kegiatan pembelajaran, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain peran guru dalam kegiatan pembelajaran yang masih mengacu pada metode lama konvensional. Sekarang ini, guru sudah harus bisa menguasai berbagai macam metode pengajaran yang ada. Metode-metode tersebut harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Hal ini dilakukan agar terjalin kesesuaian antara materi dengan metode yang digunakan, yang berimbas pada terciptanya suasana belajar yang efektif dan hasil yang optimal. Salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam menciptakan suasana belajar yang aktif dan efektif adalah metode Active Learning yang dikembangkan oleh Mel Silberman.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan bahwa,

“Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan”.18

Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang

mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak

dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan

kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Jadi, setiap

pembelajaran yang dilakukan sebisa mungkin tidak membuat anak merasa

terbebani dan seolah-olah pembelajaran yang dilakukan itu adalah sebuah

18

(30)

kegiatan bermain yang menyenangkan. Tetapi disini, tujuan pembelajaran juga

harus dapat tercapai dengan baik.

Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad mengemukakan bahwa,

“Strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa

diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau

menghasilkan suatu karya”.19

Pembelajaran yang menyenangkan dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa sehingga hasil belajar siswa dari kegiatan tersebut dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran ini membuat siswa tidak cepat jenuh dan bosan di kelas, karena siswa aktif terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Senada dengan pendapat di atas Rusman mengemukakan bahwa,

“Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat

meningkatkan pemahaman dan kompetensinya”.20

Pembelajaran aktif yang dilakukan siswa dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan berfikir siswa secara maksimal. Sehingga dengan pembelajaran seperti ini siswa akan mudah memahami dengan baik materi yang ia pelajari di sekolah. Pembelajaran yang dilakukan haruslah memberikan kesan kepada siswa agar siswa tidak mudah lupa dengan materi yang telah dipelajarinya.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pembelajaran aktif di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran guna mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan pengetahuan siswa,

19

Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik) (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal. 77

20

Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru

(31)

ranah afektif berkenaan dengan sikap siswa, dan ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan siswa.

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi mengemukakan bahwa,

“Dalam melaksanakan pembelajaran yang aktif, guru harus

memperhatikan beberapa hal, yaitu: 1) memahami sifat yang dimiliki anak 2) mengenal anak secara perorangan

3) memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

4) mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

5) mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

6) memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

7) memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

8) membedakan antara aktif fisik dan aktif mental”.21

Dari beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajaran aktif, dapat disimpulkan bahwa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus mengetahui bagaimana kondisi peserta didik, materi yang akan disampaikan dan mengkondusifkan kelas agar kegiatan pembelajaran aktif pun dapat berlangsung dengan baik. Sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal.

b. KarakteristikStrategi Pembelajaran Active Learning

Setiap strategi pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya. Beberapa karakteristik strategi pembelajaran

Active Learning seperti yang dikemukakan Bonwell, ialah sebagai berikut: 1) “Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi

oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.

2) Siswa tidak hanya belajar secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran.

3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap yang berhubungan dengan materi pelajaran,

21

(32)

4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,

5) Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran”.22 Berdasarkan karekteristik yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran apapun yang digunakan guru diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal. Guru juga harus terampil dalam penguasaan strategi pembelajaran tersebut sehingga materi yang disampaikan dapat tersalurkan dengan baik kepada peserta didik.

c. Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran Active Learning

Untuk menjadikan aktif, maka pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis serta mengetahui prinsip-prinsipnya. Prisip-prinsip belajar aktif antara lain:

1) Stimulus belajar

Stimulus belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar.

2) Perhatian dan motivasi

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.

3) Respon yang dipelajari

Keterlibatan atau respon siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru,

22

Fuad, (2011) artikel: Karakteristik Strategi Pembelajaran Active Learning, tersedia:

http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/05/karakteristik-strategi-pembelajaran-active-learning,

(33)

menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain.

4) Penguatan

Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali. Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan yang berasal dari luar adalah nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, pemberian hadiah dan lain-lain.23

5) Asosiasi

Berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuai dengan lainnya.

d. Metode-Metode dalam Strategi Pembelajaran Active Learning

Adapun metode-metode dalam strategi pembelajaran Active Learning

seperti yang dijelaskan oleh Hamzah B. Uno terbagi menjadi 24 metode, 5 (lima) diantaranya adalah:

1) “Cooperative Script, metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

2) Mind Mapping, metode ini sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.

3) Student Facilitator and Explaining, yaitu siswa mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya.

4) Explicit Instruction (Pengajaran Langsung), metode ini khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.

5) Tebak Kata, metode ini menggunakan kartu yang dibuat sendiri sebagai

media dalam menyampaikan materi pelajaran”.24

23

http://manhijismd.wordpress.com/2010/04/06/bentuk-evaluasi (Jumat, 24 Oktober 2014, pukul 20.00 WIB)

24

(34)

Senada dengan pendapat di atas, Agus Suprijono membagi metode-metode dalam strategi pembelajaran Active Learning menjadi 29 metode, 4 (empat) diantaranya yaitu:

1) “Index Card Match, metode ini cukup menyenangkan digunakan untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. 2) The Learning Cell, metode ini menunjuk pada suatu bentuk belajar

kooperatif dalam bentuk berpasangan, di mana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan materi bacaan yang sama.

3) Learning Contracts, salah satu metode yang dikembangkan guru untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan siswa dalam pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang hendak dikerjakan siswa untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

4) Learning Journals, metode ini dipergunakan untuk memantau learning strategies yang telah dibuat oleh peserta didik dalam kontrak belajarnya”.25

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode-metode yang ada dalam strategi pembelajaran Active Learning

digunakan sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Adapun langkah-langkah pembelajaran dan media yang digunakan dari metode-metode tersebut berbeda, hal ini tergantung pada kesesuaian kondisi dan materi.

e. Index Card Match sebagai Salah Satu Metode Active Learning

1) Pengertian Metode Index Card Match

Dalam membantu meningkatkan keaktifan siswa di kelas, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan dapat membangkitkan hasil minat dan motivasi siswa sehingga hasil belajar siswa dari kegiatan tersebut dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran seperti ini membuat siswa tidak cepat jenuh dan bosa di kelas, hal ini dikarenakan siswa aktif terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran aktif yang dilakukan siswa dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan berfikir siswa secara maksimal. Dengan

25

(35)

pembelajaran seperti ini siswa akan mudah memahami dengan baik materi yang ia pelajari di sekolah. Pembelajaran yang dilakukan haruslah memberikan kesan kepada siswa agar siswa tidak mudah lupa dengan materi yang telah dipelajarinya.

Salah satu metode pembelajaran aktif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan metode Index Card Match. Metode pembelajaran Index Card Match atau mencocokkan kartu index dikembangkan oleh Melvin Silberman. “Ini merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran. Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaan kuis

kepada temannya”.26

Senada dengan pendapat di atas, Hisyam Zaini mengemukakan

bahwa, “Index Card Match adalah pencocokan kartu index, yaitu suatu metode yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.”27 Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

Metode ini dikatakan sebuah permainan yang menyenangkan karena siswa ditantang untuk menemukan pasangannya yang cocok (baik pertanyaan dan jawaban maupun bagian-bagian daru suatu kelompok) dengan melibatkan fisik.

2) Kekurangan dan Kelebihan Metode Index Card Match

Sebagai sebuah metode pembelajaran aktif, metode Index Card Match juga memiliki kekurangan dan kelebihan yang harus kita ketahui. Adapun kekurangan dan kelebihan metode Index Card Match, yaitu:

“Kelebihan metode Index Card Match

26

Melvin L. Silberman. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusamedia dan Nuansa Cendekia, 2013) hal. 250

27

(36)

(1) penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.

(2) tepat digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.

(3) dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas.

Kekurangan metode Index Card Match

(1) hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan. (2) sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur

hal-hal yang berhubungan”28.

Berdasarkan dari kekurangan dan kelebihan metode Index Card Match di atas, guru harus lebih cermat dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampikan. Dari kekurang dan kelebihan metode itulah yang menuntut guru menjadi kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran.

3) Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Index Card Match

Adapun langkah-langkah pembelajaran metode Index Card Match

adalah sebagai berikut:

(1) “Tulislah dalam kartu index terpisah nama teknik dan/ atau konsep yang telah dipelajari pada sesi pelatihan (misalnya, “diskusi fish bowl”). Buatlah kartu-kartu tersebut sebanyak setengah jumlah peserta. (2) Pada kartu lain yang terpisah, tulislah definisi yang tepat atau

contoh-contoh yang jelas tentang teknik dan konsep tersebut. Misalnya,

diskusi fish bowl adalah “cara untuk mengadakan diskusi kelompok kecil dalam lingkup kelompok besar”.

(3) Gabungkan dua kelompok kartu tersebut dan kocoklah beberapa kali sehingga teracak sempurna.

(4) Bagikan satu kartu pada setiap peserta. Jelaskan pada mereka bahwa ini adalah permainan mencocokkan kartu. Sebagian peserta memegang kartu yang bertuliskan nama teknik atau konsep yang dipelajari dalam sesi pelatihan, dan sebagian peserta lainnya memegang kartu bertuliskan definisi atau contoh-contohnya.

(5) Suruhlah para peserta menemukan pasangan kartunya. Apabila sudah terbentuk pasangan-pasangan, mintalah setiap pasangan untuk duduk bersebelahan. (Beri tahu mereka untuk tidak membuka kartu masing-masing).

28

(37)

(6) Apabila semua pasangan (dengan kartu-kartunya yang telah berpasangan) sudah duduk, salah satu anggota pasangan menanyakan pada semua peserta lain tentang teknik atau konsep yang ada di kartu mereka, dengan cara membacakan definisi atau contoh-contohnya”.29

Berdasarkan langkah-langkah pembelajran dengan menggunakan metode Index Card Match, guru juga dapat memberikan variasi yang berbeda misalnya dengan menggunakan kertas karton sebagai alas untuk menempel kartu index. Variasi lain yang juga dapat digunakan adalah dengan mengembangkan kartu index berupa pertanyaan dengan beberapa jawaban yang memungkinkan.

3. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah, baik itu ditingkat sekolah dasar maupun menengah. IPS adalah kumpulan dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, sejarah, sosiologi, geografi, antropologi, dan sebagainya. Pembelajaran IPS bersifat dinamis, artinya sesuai dengan tingkat perkembangan zaman.

Salah seorang ahli mengemukakan, bahwa “Istilah Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di Negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil

kesepakatan dari para ahli atau pakar di Indonesia”.30

Mata pelajaran IPS yang diajarkan ditingkat dasar dan menengah sangatlah berbeda, pada tingkat menengah pembelajaran IPS diajarkan secara terpisah yang disebut dengan separated. Sedangkan untuk di tingkat sekolah dasar, mata pelajaran IPS diajarkan dalam satu mata pelajaran. Pembelajaran

29

Mel Silberman. 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif (Jakarta: PT Indeks, 2010) hal. 246

30

(38)

IPS yang ada dalam jenjang pendidikan dasar merupakan pembelajaran IPS terpadu, seperti yang dikemukakan Aini Indriasih, bahwa “Pembelajaran IPS di SD dihimbau untuk menggunakan pendekatan terpadu karena dengan pendekatan terpadu akan menjadikan mutu pembelajaran IPS semakin

bermakna sehingga dapat meningkatkan perolehan prestasi belajar”.31

Melalui pembelajaran IPS, peserta didik dapat belajar bagaimana bersosialisasi dengan orang lain, membina hubungan sosial, dan berperilaku dalam lingkungan sosial. Pembelajaran ini menekan pada pengembangan sikap dan psikomotor peserta didik dalam berinterkasi di lingkungan sosial. Sehingga peserta didik dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan

lingkungannya. N. Daldjoeni berpendapat, bahwa “IPS didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat, dengan menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi,

sosiologi, antropologi dan sebagainya”.32

Senada dengan itu, Norma Mackenzie dalam Ischak berpendapat

bahwa “Ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang

ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat”.33

IPS mengajarkan peserta didik menjadi masyarakat sosial yang dapat berinteraksi dan bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya. Interaksi sosial diperlukan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya manusia tidak terlepas dari interaksi dengan manusia lain.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat dikatan bahwa pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang

31

Aini Indriasih. Jurnal Pendidikan: Pembelajaran Terpadu Dalam Pengajaran IPS Di Kelas III SD Garung Lor Kaliwungu Kabupaten Kudus (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005) hal. 14

32

N. Daldjoeni. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (Bandung: Penerbit Alumni, 1992) hal. 7

33

(39)

menggabungkan beberapa mata pelajaran sosial seperti sejarah, sosiologi, antropologi, dll. yang memberikan pengajaran tentang bagaimana hidup bermasyarakat, berinteraksi, dan berperilaku di lingkungan sosial.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh peserta didik, mempunyai tujuan yang harus dicapai. Tujuan dari IPS tersebut telah terangkum dengan jelas pada setiap kegiatan yang dilakukan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suwarma Al Muchtar dalam

bukunya bahwa “Tujuan utama IPS adalah untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan membuat keputusan reflektif sehingga mereka dapat memecahkan persoalan-persoalan pribadi dan membuat kebijakan

umum dengan berpartisipasi dalam tindakan sosial secara inteligen”.34

Senada dengan pendapat di atas, Trianto mengemukakan bahwa,

“Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik

yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat”.35

IPS memberikan pengajaran kepada siswa dalam bersikap dan berinterkasi di masyarakat sebgai bekal kehidupan sosial siswa. Lebih lanjut Etin Solihatin mengemukakan bahwa “Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.”36

34

Suwarma Al Muchtar, dkk. op.cit. hal 6.7 35

Trianto. Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) hal. 176 36

(40)

Sementara itu Purwana, dkk. membagi tujuan IPS menjadi lebih spesifik lagi, yaitu:

1) “mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatakan pedagogis dan psikologis.

2) mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.

3) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional, maupun global”.37

Jadi, selain membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan bersosialisasi, IPS juga membantu mengasah kemampuan siswa dalam berfikir secara logis dan kreatif guna mengajarkan mereka memecahkan persoalan pribadi yang dihadapi di kehidupan sehari-hari.

c. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD

Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Adapun karakteristik mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut:

1) “Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topic (tema) tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adapatasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan

37

(41)

masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan”.38

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial di SD mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penetapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, lingkungan, dan perkembangan zaman.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Amalina Nisail Fikriyah dengan judul pengaruh penggunaan strategi Active Learning teknik Index Card Match terhadap hasil belajar bahasa arab siswa, dapat disimpulkan bahwa “Terdapat pengaruh positif antara penggunaan teknik Index CardMatch terhadap hasil belajar bahasa Arab. Dengan demikian hasil belajar bahasa Arab dapat ditingkatkan melalui penerapan teknik Index Card Match pada materi-materi yang sesuai”.39

Penelitian juga dilakukan oleh Siti Aisyah dengan judul pengaruh pembelajaran aktif dengan metode Index Card Match terhadap hasil belajar PAI

siswa, menyimpulkan bahwa “Metode Index Card Match berpengaruh secara nyata terhadap hasil belajar PAI siswa SMKN 8 Jakarta pada pokok bahasan

perilaku terpuji dan perilaku tercela”.40

Menurut Nurlaila dengan judul penerapan strategi pembelajaran Active Learning metode Index Card Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem pencernaan, disimpulkan bahwa “Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan startegi

38

Trianto, op.cit. hal 175 39

Amalina Nisail Fikriyah. Pengaruh Penggunaan Strategi Active Learning Teknik Index Card Match Terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa (Madrasah Ibtidaiyah Darul Muqinin Jakarta Barat). 2013. Hal. 70

40

(42)

pembelajaran Active Learning metode Index Card Match pada konsep system

pencernaan manusia”.41

Berbeda dengan beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini lebih difokuskan pada meningkatnya hasil belajar siswa kelas 3 B secara keseluruhan dengan penggunaan metode Index Card Match. Penelitian ini lebih mengutamakan hasil belajar siswa sebagai objek yang akan diteliti dibandingkan dengan proses pembelajaran yang dilakukan.

C.

Kerangka Berfikir

Salah satu faktor pendukung keberhasilan proses belajar mengajar adalah penguasaan guru terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan serta pengelolaan kelas yang baik. Dengan demikian guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menumbuhkan siswa yang kreatif. Agar teori belajar yang dikuasai guru dapat diterapkan pada siswa, guru harus memilih strategi belajar mengajar yang tepat.

Metode atau strategi dikatakan baik apabila menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, metode atau strategi dapat terlaksana dengan baik jika materi yang akan disampaikan dirancang terlebih dahulu kemudian dapat dipilih alat peraga atau media pembelajaran sebagai pendukung materi pelajaran yang akan disampaikan.

Salah satu model atau metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu metode pembelajaran Index Card Match. Pada metode Index Card Match siswa dituntut untuk dapat aktif dan berfikir kritis dalam menemukan pemecahan masalah sehingga mempermudah siswa memahami konsep materi yang akan diberikan serta ingatan siswa terhadap materi yang diajarkan akan lebih lama diingat.

41

(43)

Dari metode ini diharapkan siswa dapat memahami materi yang dijelaskan dengan daya berfikirnya sesuai dengan kegiatan yang telah dilakukannya selama KBM berlangsung.

D.

Hipotesis Tindakan

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

[image:44.595.122.504.234.559.2]

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur yang beralamatkan di jalan Jambu Rt 007/05 No. 1, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan terhitung dari bulan Maret sampai Mei 2014, dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

JADWAL KEGIATAN

No. Bulan Minggu Ke- Kegiatan

1

Maret 1 dan 2 Observasi

2 3 dan 4 Penyusunan Instrument Penelitian 3 April 1 - 4 Kegiatan Penelitian

4

Mei 1 dan 2 Pengolahan Data dan Analisis Data 5 3 dan 4 Penyusunan Laporan Penelitian

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Ekawarna, “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan pada

hakikatnya merupakan rangkaian “riset

(45)

tindakan…..dst.” yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan”.1

Menurut Kusnandar, “Dalam penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep, yakni: penelitian, tindakan, kelas”.2

Model penelitian tindakan kelas yang dilakukan yaitu model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa pada penelitian tindakan kelas terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan (planning), aksi atau tindakan (acting), observasi atau pengamatan (observing), refleksi (reflecting).

Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa “Ada beberapa ahli yang

[image:45.595.117.498.276.584.2]

mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi”.3 Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

1

Ekawarna. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: REFERENSI (GP Press Group), 2013) hal. 5

2

Kusnandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011) hal. 45

3

Suharsimi Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 16

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS I

Pengamatan Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan

(46)

Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Dalam tahap menyusun rancangan peneliti menentukan titik focus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan membuat beberapa instrument penelitian yang terdiri dari lembar observasi, lembar soal, catatan lapangan, lembar wawancara dan dokumentasi.

Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan merupakan penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas.

Tahap 3 : Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan agar diperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

Tahap 4 : Refleksi

Hasil yang didapat dari pengamatan, dikumpulkan dan dianalisa bersama-sama oleh peneliti dan guru sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan.

C.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III-B SDN Cempaka Putih I yang berjumlah 35 orang siswa, terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan.

D.

Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

(47)

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Adapun tahapan intervensi tindakan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menerapkan model pembelajaran Active Learning tipe Index Card Match, menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa), menyiapkan instrument tes, lembar observasi, catatan lapangan dan wawancara, menyiapkan media yang akan digunakan, menyusun kelompok belajar siswa dan menyiapkan dokumentasi.

2. Tindakan

Melakukan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun, memberi perlakuan terhadap siswa sesuai dengan metode pembelajaran Index Card Match, ketika proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi mengenai kinerja guru dan siswa dan melakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.

3. Pengamatan

Mengumpulkan data penelitian, melakukan diskusi dengan guru kelas yang bersangkutan untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan.

4. Refleksi

(48)

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah 80% siswa mencapai KKM dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam pembelajaran siswa aktif secara mental menemukan pengetahuan berupa konsep, prinsip maupun keterampilan yang menjadikan pengetahuan yang mereka dapatkan akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa secara kreatif.

G.

Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh baik dari

Gambar

Tabel 4.2 Hasil Nilai Siswa Pada Siklus I................................................................
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas .........................................................
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan abdimas yang dilakukan adalah melakukan pendampingan kegiatan peningkatan kualitas masyarakat melalui strategi usaha (UMKM) dalam menghadapi pandemi covid 19 pada

Pada penelitian dihasilkan algoritma pendeteksi, penghitung dan penempatan orang dengan metode motion histogram yang beroperasi secara real time pada lingkup jaringan

Pada daerah sempadan pantai desa Mattiro Tasi berbagai jenis vegetasi yang tumbuh baik di ekosistem hutan pantai adalah jenis vegetasi dari formasi pes-caprae yaitu

Penetapan hak warga negara adalah hal mutlak yang harus mendapat perhatian khusus dari negara sebagai jaminan di junjung tingginya sila ke-5 yaitu “Keadilan

Dan dengan metode back-propagation diperoleh hasil berupa nilai alpha (a) akan menjadi input dari fungsi koridor untuk mengubah fimgsi keanggotaan : Dengan

Berdasarkan pemaparan dan hasil penelitian pendahuluan di atas, penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku swamedikasi obat analgesik penting dilakukan khususnya

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian tentang analisis rasio keuangan sebagai alat penilaian kinerja keuangan pada Koperasi Sentosa selama

PROFIL SIKAP SISWA SMP BERDASARKAN HASIL PENCAPAIAN LITERASI SAINTIFIK (LS) PADA TOPIK