• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DAN ADVERSITY QUOTIENT SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS DI KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 6 BINJAI T.P. 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DAN ADVERSITY QUOTIENT SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS DI KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 6 BINJAI T.P. 2015/2016."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDE INQUIRY) DAN ADVERSITY QUOTIENT TERHADAP

HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS DI KELAS XI SMA NEGERI 6 BINJAI T.P. 2015/2016

Oleh:

Ferawati Fajrianti 4121121013

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DAN ADVERSITY QUOTIENT SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS DI KELAS

XI SEMESTER II SMA NEGERI 6 BINJAI T.P. 2015/2016

Ferawati Fajrianti (4121121013)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan adversity quotient terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Fluida Statis di kelas XI Semester II SMA Negeri 6 Binjai T.P.2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI Semester II SMA Negeri 6 Binjai yang terdiri dari 3 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 3 kelas secara acak yaitu kelas XI-IPA1 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 45 orang dan kelas XI-IPA3 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 45 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu: 1) Tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda dengan jumlah 20 soal yang telah dinyatakan valid oleh validator , 2) Lembar observasi adversity qoutient yang terdiri atas 20 soal yang telah dinyatakan valid dan 3) Lembar observasi aktivitas belajar siswa. Untuk menguji hipotesis digunakan uji ANAVA Dua Jalur 2X2. Data penelitian menunjukkan, nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 52,66 dan nilai rata-rata kelas kontrol 53, Pada desain penelitian ini digunakan pembagian adversity qoutient tinggi dan adversity qoutient rendah. Hasil uji hipotesis mengunakan ANAVA dengan SPSS 16.0 diperoleh pada pengunaan model inkuiri terbimbing dan model konvensional diperoleh taraf signifikan 0,000 maka hipotesis diterima dimana model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) memiliki hasil yang lebih baik dari model pembelajaran konvensional dengan rata-rata 84,88 di kelas eksperimen dan pada kela kontrol dengan rata-rata 73,11, pada adversity qoutient diperoleh taraf signifikan 0,00 hipotesis diterima dan pada hubungan antara model dengan advesity qoutient diperoleh taraf signifikan 0,700 sehinga 0,700>0,05 jadi dapat dikatakan tidak ada hubungan antara model dengan adversity quotient. Jadi dapat dikatakan siswa yang memiliki adversity qoutient tinggi akan menghasilkan hasil yang baik.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada penulis hingga penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajan Inkuiri Terbimbing (guided inquiry) dan adversity qoutient Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Pokok Fluida Statis di Kelas XI SMA Negeri 6 Binjai T.P 2015/2016.” Adapun skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan proposal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Drs. Khairul Amdani, M.Si., bapak Drs. Pintor Simamora, M.Si., dan bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd sebagai dosen penguji I, II, III yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Drs. Sehat Simatupang, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan, Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA Unimed.

(6)

v

Teristimewa penulis ucapkan kepada Ayahanda Alm. Ali Fahmi Tanjung dan Ibunda Baiyar dan seluruh keluarga yang terus memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang yang tak pernah henti, dan doa yang tulus kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED hingga selesainya skripsi ini.

Kepada gadis gadis ku (Ana, Ama, Annisa, Dina, Nia, Desi) penulis mengucapkan terimakasi yang telah memberikan motivasi, doa dan dukungannya. Dan Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kakanda Ageng, Putri, Kasih, Ismaya, Ela, Rahma, Sri, Rina yang telah membantu membantu dan memberikan motivasi dalam pembuatan skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat tersayang, teristimewa Zaskya Laksmitha Utami, Shinta Surya Laksmita, Sri Novita, Rosita Dewi, Rina, yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis. Dan taklupa penulis mengucapkan terimakasih kepada warga Fisika dik B 2012 teristimewa Eyssy Minar Siahaan, yang telah membantu dan memberi motivasi dalam pembuatan skirpsi dan warga Pasid (Khoirul Ikhsan Pane), geng Genduy, Yemima, Ria, Yuni, Jumlia, Risma, Rosiqoh, Yunianti, Tiara dan lain-lain yang tidak bisa di sebutkan satu persatu. Terimakasih kepada Teman Satu Dosen Pembimbing terkhususkan Rizki Rino Pratama yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada abangda Hendry, Afif, Alex, lefi, Ari dan yang terakhir penulis mengucapkan terimakasih kepada Teman-teman PPLT 2015 SMK Swasta Harapan Stabat yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam pembuatan skripsi.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Juni 2016

Penulis,

(7)

vi

2.2.3 Faktor-faktor Pembentukan Adversity Qoutient 20

2.2.4 Mengukur Adversity Qoutient 21

2.3 Model Pembelajaran 22

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran 22

(8)

vii

2.3.3 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri 23

2.3.4 Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) 24

2.3.5 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) 25 2.3.6 Kelebihan & Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 26 2.3.6.1 Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 26 2.3.6.2 Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 27

(9)

viii

3.8.4 Uji Hipotesi 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 51

4.1.1 Data Hasil Penelitian 51

4.1.2 Hasil Uji Instrumen Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen 53 4.1.3 Hasil Uji Instrumen Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol 54

4.1.4 Uji Persyaratan Analisi Data 54

4.1.5 Pengujian Hipotesis 55

4.1.6 Penilaian Sikap 61

4.1.7 Penilaian Keterampilan 62

4.2 Pembahasan 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 69

5.2 Saran 70

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Ciri-ciri Belajar 11

Tabel 2.2 Taksonomi Bloom Revisi 12

Tabel 2.3 Profil Quitter, Camper, dan Climber 17 Tabel 2.4 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 25 Tabel 2.5 Massa Jenis/Kerapatan Massa (Density) 29

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ANAVA 2 Jalur 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Materi Fluida Statis 44

Tabel 3.3 Kriteria Tuntas/Tidak Tuntas Hasil Belajar 44

Tabel 3.4 Ringkasan Anava Dua Jalur 49

Tabel 4.1 Diskripsi Pre-test kelas Eksperimen dan Kontrol 51 Tabel 4.2 Hasil Pos-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol 52 Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata, 53

Standar Deviasi dan Varians

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen 54 dan Kelas Kontrol

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas 55 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Anava Dua Jalur 56 Tabel 4.7 Hasil Uji Anava Terhadap Model Konvensional dan 58

Guided Inquiry

Tabel 4.8 Hasil Uji Anava Terhadap Adversity Qoutient 59 Tabel 4.9 Hasil Uji Anava Pada Model Konvensional dan 59

Guided Inquiry Terhadap Adversity Qoutient

(11)
(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Fluida Statis Mengikuti Bentuk Wadahnya 28

Gambar 2.2 Pipa U di Isi Lariutan Sejenis 31

Gambar 2.3 Pipa U di Isi Berbeda Massa Jenis 31

Gambar 2.4 Fluida yang di Lengkapi Pengisap dengan Permukaan Berbeda 32

Gambar 2.5 Mengapung 33

Gambar 2.6 Tenggelam 34

Gambar 2.7 Melayang 35

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian 43

Gambar 4.1 Nilai pretes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol 52

Gambar 4.2 Nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 53

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Model dengan AQ 58

Gambar 4.4 Perkembangan sikap di Kelas Kontrol 61

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rancangan Pelaksanan Pembelajaran I 74

Lampiran 2 Rancangan Pelaksanan Pembelajaran II 100

Lampiran 17 Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi 218

Lampiran 18 Uji Normalitas 221

Lampiran 23 Rekapitulasi Aspek Afektif Kelas Kontrol dan Eksperimen 240

Lampiran 24 Rekapitulasi Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen 241

Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 242

(14)

xii

Lampiran 27 Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F 244

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

Pendidikan merupakan dasar dalam memajukan suatu negara. Majunya suatu negara tercermin dari pendidikan yang maju dan mendapat perhatian secara serius. Undang–Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta perdaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan akhir pendidikan itu ialah mendidik anak agar berguna bagi dirinya sendiri serta berguna bagi masyrakat, bangsa dan negaranya (Ahmadi dan Uhbiyati, 2003).

Pendidikan merupakan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memiliki peranan dominan dalam kehidupan manusia. Hasil yang ingin dicapai dalam proses pendidikan adalah terbinanya sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan tuntutan pembangunan, yaitu sosok manusia Indonesia seutuhnya yang bisa memecahkan persoalan hari ini dan masa mendatang. Pendidikan juga merupakan suatu proses pembudayaan nilai-nilai, yang kemudian nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam bentuk kerja nyata di lapangan. Pada hakekatnya pendidikan adalah suatu usaha penyiapan peserta didik untuk menghadapi lingkungan hidup yang selalu mengalami perubahan yang semakin pesat. Pembangunan bidang pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia dalam membangun kualitas sumber daya manusianya. Dalam dunia pendidikan, pendidikan formal merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk meningkatkan kualitas SDM. Semua bidang studi yang diajarkan di sekolah (termasuk fisika) diharapkan dapat berkontribusi bagi pengembangan dan peningkatan kemampuan siswa. Dalam upaya peningkatan kemampuan siswa melalui pendidikan fisika di sekolah, maka peningkatan mutu Pendidikan Fisika di semua jenis dan jenjang pendidikan haruslah terus dilakukan.Pendidikan Fisika bagi siswa diharapkan dapat mengembangkan pemahaman, keterampilan, kemampuan, dan sikap ilmiah.

(16)

2

seseorang yang terus dilatih sehingga semakin berkembang, maka orang tersebut akan bertambah daya pikir dan pengetahuannya. Atas dasar inilah fisika mutlak wajib diajarkan pada setiap siswa. Pendidikan di Indonesia masih terbilang rendah dan belum berhasil optimal, terlebih lagi untuk pembelajaran fisika.

Masalah utama dalam pendidikan di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar siswa disekolah. Dalam konteks pendidikan Fisika, sebagai contoh, hasil belajar dimaksud tidak hanya pada aspek kemampuan mengerti fisika sebagi ilmu pengetahuan alam atau cognitive tetepi juga aspek sikap atau attitude terhadap Fisika. Seorang guru harus berusaha untuk menggunakan pendekatan, metode dan model-model yang melibatkan peserta didik dalam memahami suatu konsep. Hal ini bertujuan agar ilmu yang diterima siswa dapat bermakna.

Rendahnya hasil belajar fisika disebabkan oleh banyak hal antara lain: kurikulum yang padat, materi pada buku pelajaran yang dirasakan terlalu sulit untuk di ikuti, media belajar kurang efektif, laboratorium yang tidak memadai, kurang tepatnya penggunaan media pembelajaran yang dipilih oleh guru, kurang optimal dan kurangnya keselarasan siswa itu sendiri, atau sifat konvesional, dimana siswa tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan sebagian besar didominasi oleh guru (Supardi, 2010). Rendahnya hasil belajar fisika juga disebabkan karena kurangnya daya juang (Adversity Quotient) seorang siswa untuk mengatasi masalah yang terjadi pada dirinya sekitarnya.

(17)

3

mengetahui respon terhadap kesulitan, dan (3) merupakan serangkaian peralatan dasar yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap kesulitan. Agar kesuksesan menjadi nyata maka Stoltz (2000) berpendapat bahwa gabungan dari ketiga unsur di atas yaitu pengetahuan baru, tolak ukur, dan peralatan yang praktis merupakan sebuah kesatuan yang lengkap untuk memahami dan memperbaiki komponen dasar meraih sukses.

Berdasarkan Observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa di kelas XI SMA Negeri 6 Binjai, diketahui yakni 50% siswa menganggap bahwa pembelajaran fisika sulit untuk dipahami oleh siswa, 55% siswa kurang optimal saat mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap konsep kurang baik dan siswa hanya menghafal materi, 70% siswa kurang antusias pada proses pembelajaran fisika, 65% memiliki daya juang (Adversity Qoutient) yang rendah.

Peneliti dalam studi ini melakukan wawancara dengan guru bidang studi fisika kelas XI yang mengatakan hasil belajar siswa masih dibawah ketuntasan. Permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran yaitu: (1) Dalam proses pembelajaran guru menggunakan model konvensional seperti ceramah, mencatat, dan mengerjakan soal dan pembelajaran hanya berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa (teacher oriented), sehingga siswa kurang aktif dalam belajar. (2) Keterbatasan waktu dan media menjadi alasan lebih memilih model konvensional. Setiap proses pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk bertanya, tetapi masih sedikit yang antusias untuk memberikan pertanyaan hal ini dikarenakan masih adanya rasa takut atau bingung mengenai apa yang ditanyakan. (3) Guru lebih menekankan rumus dibandingkan konsep fisika sehingga siswa kesulitan dalam memecahkan masalah fisika. (4) Sarana dan prasarana laboratorium yang sangat kurang, hal ini menyebabkan guru tidak dapat melakukan percobaan pada setiap materi fisika. (5) Siswa masih memiliki daya juang (Adversity Quotient) yang rendah dalam menghadapi kendala kendala dalam proses pembelajaran. Siswa masih pasif, belum berani melawan tantangan, siswa masih melarikan diri dari tantangan ataupun siswa yang berada diposisi tetap.

(18)

4

Dominasi guru dalam pembelajaran ini menyebabkan siswa lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada menemukan sendiri. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut perlu digunakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Berdasarkan masalah di atas, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sani (2014:88:89) menyatakan bahwa: Pembelajaran berbasis inkuiri (IBL) adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru. Inkuiri adalah investigasi tentang ide, pertanyaan, dan permasalahan. Investigasi yang dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium atau aktivitas lainnya yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi, membangun pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu yang diselidiki. Selain itu menurut Kuhithau (2012:10) Inkuiri terbimbing adalah cara berpikir, belajar dan mengajar yang mengubah budaya sekolah menjadi sebuah komunitas penyelidikan yang kolaboratif. Inkuiri terbimbing adalah model yang fleksibel yang membantu. Guru untuk memandu siswa melalui alur penemuan dalam proses belajar dari berbagai sumber informasi untuk mempersiapkan siswa berhasil dalam pembelajaran dan hidup di era informasi. Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri diharapkan siswa akan mendapatkan pemahaman-pemahaman yang lebih baik mengenai pelajaran fisika dan akan lebih tertarik dan termotivasi belajar fisika jika siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Hal itu sejalan dengan pernyataan Kuhlthau (2007:6) inkuiri terbimbing menciptakan lingkungan yang memotivasi siswa untuk belajar dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk membangun makna mereka sendiri dan mengembangkan pemahaman yang mendalam. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengembangkan cara berpikir ilmiah yang menempatkan siswa sebagai pembelajar dalam memecahkan permasalahan dan memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan sehingga dapat memahami konsep sains.

(19)

5

portofolio dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, nilai rata-rata hasil belajar kimia yang diperoleh oleh kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis asesmen portofolio sebesar 68,77 dan rata-rata nilai hasil belajar kimia kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional sebesar 64,83, hasil belajar kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis asesmen portofolio lebih baik dari hasil belajar kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional; (2) Terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang memiliki adversity quotient tinggi dan siswa yang memiliki adversity quotient rendah; (3) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan adversity quotient dalam mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia; (4) Pada kelompok siswa yang memiliki adversity quotient tinggi, hasil belajar kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis asesmen portofolio lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.; (5) Pada kelompok siswa yang memiliki adversity quotient rendah, hasil belajar kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis asesmen portofolio lebih rendah dari pada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

(20)

6

Model pembelajaran guided inquiri pernah diteliti sebelumnya oleh Elyani (2011) dalam penelitianya, diperoleh skor pretest fisika untuk kelompok eksperimen adalah 36,94 dan skor rata-rata dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 35.17. Pada penelitian ini kelas eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), dan kelas kontrol dengan model konvensional. Sedangkan hasil posstest untuk kelompok eksperimen diperoleh skor rata-rata 77,17 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 62,06. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signitifikan pada penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inkuiry).

Peneliti selanjutnya Sofiani (2011), yang melakukan penelitian pada kelompok eksperimen dengan model inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan kelompok kontrol dengan metode demonstrasi. Instrument yang digunakan untuk mengukur pengaruh hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis. Untuk uji kesamaan dua rata-rata posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga thitung sebesar 2,94 dan ttabel sebesar 1,98. Hasil pengujian diperoleh menunjukan bahwa ttabel < thitung. Dengan demikian H0 ditolak Ha diterima pada taraf 96%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara rata-rata skor postest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor postest kelompok kontrol, dapat diartiakn bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiri) terhadap hasil belajar siswa.

Berkaitan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inkuiry) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan adversity quention (AQ) siswa, sehingga judul penelitian ini adalah:

(21)

7

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang ada di sekolah tersebut yaitu:

1. Siswa menganggap pelajaran fisika pelajaran yang sulit dan kurang menarik.

2. Hasil belajar siswa masih di bawah ketuntasan.

3. Siswa kurang optimal saat mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman konsep siswa kurang baik dan siswa hanya menghafal materi.

4. Model pembelajaran yang kurang bervariasi dan pembelajaran hanya berpusat pada guru (teaching centered)

5. Siswa masih belum memiliki Adversity Quotient (Daya Juang) yang tinggi dalam menghadapi tantangan.

1.3. Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan batasan masalah dalam penelitian, yaitu:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

2. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI semester genap T.P 2015/2016 di SMA Negeri 6 Binjai.

3. Hasil belajar dan kemampuan adversity qoutient siswa pada materi fluida statis.

1.4. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(22)

8

2. Bagaimana pengaruh setelah guru menerapkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas kontrol pada materi pokok fluida statis di kelas XI SMA Negeri 6 Binjai.

3. Bagaimana pengaruh adversity quotient tinggi dengan adversity quotient rendah terhadap hasil belajar pada materi pokok fluida statis di kelas XI di SMA Negeri 6 Binjai.

4. Bagaimana pengaruh antara model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dengan adversity qoutient untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pokok fluida statis di kelas XI Negeri 6 Binjai.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar siswa di kelas eksperimen pada materi

pokok fluida statis di kelas XI di SMA Negeri 6 Binjai.

2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa di kelas kontrol pada materi pokok fluida statis di kelas XI di SMA Negeri 6 Binjai.

3. Mengetahui adakah pengaruh adversity quotient tinggi dengan adversity quotient rendah terhadap hasil belajar pada materi pokok fluida statis di

kelas XI di SMA Negeri 6 Binjai.

4. Mengetahui hubungan model pembelajaran dengan adversity qoutient untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pokok fluida statis di kelas XI di SMA Negeri 6 Binjai.

1.6.Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk Mahasiswa

(23)

9

2. Sebagai bahan informasi mengenai pengaruh adversity qoutient terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok fluida statis kelas XI di SMA Negeri 6 Binjai.

3. Sebagai bahan informasi alternatif model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inkuiry)

4. Sebagai referensi untuk melakukan penelitian lanjutan. Untuk Guru

1. Menambah kepustakawaan guru. 2. Memperbanyak model pembelajaran. 3. Membangun inovasi pembelajaran guru.

1.7.Defenisi Operasional

Defenisi Opersional dari kata atau istilah dalam kegiatan penelitian ini adalah 1. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided inquiry) yaitu suatu model

pembelajran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas cukup luas kepada siswa.

2. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran interaksi dengan siswa tampak pasif dan menerima pengetahuan sesuai dengan yang siberikan guru dan guru cenderung aktif dibanding siswa.

3. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar seseuai dengan tujuan pendidikan.

(24)

69 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik serta pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan konvensional di diperoleh signifikan ,000 lebih kecil dari taraf

signifikan 0,05 = 0,05>0,00 maka dapat disimpulkan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) lebih tinggi dibandingkan model pembelajarn konvensional.

2. Dari hasil uji Statistic ANAVA dengan Spss 16.0 diperoleh signifikan 0,00 hal ini lebih kecil dari tarfai signifikan 0,05 (0,05>0,00) maka dapat diartikan bahwa hpotesis penelitian yang menyatakan bahawa kelompok siswa yang memiliki tingkat adversity qoutient tinggi memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki tingkat adversity qoutient rendah.

3. Dari hasil uji hipotesis diperoleh signifikan anatar model dengan AQ yaitu 0,700 lebih besar dari taraf signifikan 0,05 (0,05<0,700) maka menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dengan adversity qoutient terhadap hasil belajar siswa. Sehingga semua model pembelajaran apapun yang digunakan dalam proses pembelajaran akan tetap menghasilkan sebuah hasil belajar yang lebih baik pada siswa yang memiliki adversity qoutient yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki adversity qoutient yang rendah sesuai dengan kesimpulan point 2.

(25)

70

akan mampu menlanjuti ke sekolah menengah atas (SMA) sesuai dengan pernyataan Stolt (2000).

5.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Guru dan penliti selanjutnya hendaknya menguasai semua sintaks dalam Pembelajaran inkuiri terbimbing

(guided inquiry) dan mengatur waktu untuk melaksanakan semua sintaks tersebut dengan tepat waktu dan siswa tersebut tidak merasa kesulitan di dalam mengikuti semua sintaks tersebut.

2. Guru dan peneliti selanjutnya hendaknya melakukan simulasi sebelum mencobakan model ini terhadap siswa agar siswa lebih memahami dan terlatih dengan cara kerja model pembelajaran ini ketika melakukan penelitian,sehingga model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) ini bisa diselesaikan tepat waktu.

(26)

71  

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A dan Uhbiyati, N, (2003), Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S, (2012), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2: Bumi Aksara.

Budiada, (2011), Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Asesmen Portofolio Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X ditnjau dari Adversity Qoutient.

Dimyanti dan Mudjiono, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka

Cipta.

Djamarah, A., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Hamdani, (2011), Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka setia.

Hamiyah, N, dan Jauhari, N., (2014), Strategi Belajar – Mengajar di Kelas,

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Kanginan, M, (2013), Fisika SMA Kelas X , Erlangga: Jakarta.

Kanginan, M, (2006), Fisika SMA Kelas XI, Erlangga: Jakarta.

Kuhlthau, C.C., Maniotes, L.K., dan Caspari, A.K., (2007), Guided Inquiry

:Learning in 21st Century School, Greenwood Publishing Group, USA.

Kuhlthau, C.C., Maniotes, L.K., dan Caspari, A.K., (2012), Guided Inquiry

Design : a framework fo inquiry in your school, ebook: www.abc.clio.com.

California.

Purwanto.,(2011), Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka belajar.

Rusman, (2010), Model-Model Pembelajaran, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Sagala, S, (2003), Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Jakarta: Rineka

Cipta.

Sani, R. A., (2014), Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013,

(27)

72  

Slameto, 2010. Belajar & Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta.

Jakarta

Stoltz, P, (2000), Adversity Qoutient. Jakarta : Gramedia.

Sudjana, (2005), Metode Statistika Edisi 6, Bandung: Tarsito.

Supardi, dkk,. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada

Pokok Bahasan Kalor Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains

Terhadap Hasil belajar di SMA N 1 Sumenep. Jurnal Inovasi Pendidikan

Fisika.Vol 02 No 02: 62 – 65.

Sugesti, (2013). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Structured

Numbered Heads (SNH) dan Two Stay Stray (TSTS) Dengan Pendekatan Realistic Mathematics education (RME) Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Adversity Qoutient (AQ) Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Se Kota Surakarta Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013.

Elyani, (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Getaran Dan Gelombang. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Trianto, (2010), Mendesian Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:

Kencana.

Wulan. (2001). Taksonomi Bloom-Revisi [online]. Tesedia. http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19740417199 9032-ANA_RATNAWULAN/taksonomi_Bloom_revisi.pdf, [14 Februari

2013].

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan APBD pada Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2013, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap kualitas komunikasi ayah dalam keluarga dengan konsep diri pada remaja. Semakin positif

Konsumen yang menggunakan jasa suster akan dicatat didalam sebuah kontrak kerja yang berisi data yang telah ditetapkan dan dinegosiasikan dengan LPK Cahaya Hati sebagai

Dengan membandingkan nilai sumbangan relatif dan efektif nampak bahwa variabel pengalaman mengajar memiliki pengaruh yang lebih tinggi terhadap kinerja guru

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) latar belakang terjadinya perkawinan di bawah umur di Kelurahan Purwoharjo. 2) upaya dari aparat pemerintahan setempat

Sedangkan estimasi regresi masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut; untuk keramahan petugas koefisien regresi sebesar 0,564 menunjukkan apabila tingkat

Efek tersebut diamati, melalui hubungan faktor- faktor personal dengan materi yang diperagakan lewat video, meliputi : hubungan persepsi tentang daya tarik video,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel tanah terhadap stabilitas lereng pada model tanggul dengan menggunakan software Geo Slope , sehingga