• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku ILustrasi Elang Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku ILustrasi Elang Jawa"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI ELANG JAWA

Tugas Akhir/DK 38315

Semester II 2014/2015

Oleh:

Dzik Rona Suhan

51911037

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

▸ Baca selengkapnya: pertanda burung elang masuk rumah

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

tugas akhir ini yang disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan

mata kuliah Tugas Akhir di Fakultas Desain Program Studi Desain Komunikasi

Visual Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Selama proses penelitian ini, penulis tentunya mengalami kesulitan dan hambatan,

tetapi dengan bimbingan, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, terutama

dengan izin Allah SWT, kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu penulis

ingin menyampaikan terima kasih tersebut kepada semuanya dari mulai keluarga,

kerabat, teman seperjuangan sampai seluruh staf dosen, sekretariat dan karyawan

Program Studi Desain Komunikasi Visual yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-persatu.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan

tugas akhir ini, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari

para pembaca sekalian. Penulis berharap laporan tugas akhir tentang Elang Jawa ini

bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pihak lain yang memerlukan

pada umumnya.

Bandung, Agustus 2015

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

II.5.3 Daerah Penyebaran Elang Jawa ... 9

II.5.4 Mangsa Elang Jawa ... 11

II.5.5 Perkembangbiakan Elang Jawa ... 11

(7)

II.6 Undang-Undang Tentang Elang Jawa ... 12

II.7 Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Kepemilikan Satwa ... 12

II.8 Ancaman Elang Jawa... 13

II.9 Data Kasus Perdagangan Satwa Langka ... 14

II.10 Usaha Untuk Kebaikan Elang Jawa ... 15

II.11 Gambaran Elang Sebagai Kepribadian Kuat ... 15

II.12 Buku Ilustrasi ... 16

II.13 Analisa Permasalahan ... 16

II.13.1 Data Hasil Wawancara ... 16

II.13.2 Data Hasil Kuesioner ... 17

II.14 Kesimpulan dan Solusi ... 18

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 20

III.1 Strategi Perancangan ... 20

III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 21

III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 21

III.1.3 Materi Pesan ... 21

III.1.4 Pendekatan Visual ... 22

III.1.5 Pendekatan Verbal ... 22

III.1.6 Khalayak Sasaran ... 22

III.1.7 Strategi Kreatif ... 24

III.1.8 Strategi Media... 24

III.1.9 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media ... 26

III.2 Konsep Visual... 26

III.2.1 Format Desain... 27

III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 27

III.2.3 Huruf ... 27

III.2.4 Ilustrasi ... 29

III.2.4.1 Studi Karakter ... 29

III.2.4.2 Studi Lokasi ... 30

III.2.5 Warna... 31

(8)

III.2.7 Storyline ... 32

BAB IV TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA ... 35

IV.1 Proses Pembuatan Media Utama ... 35

IV.2 Media Utama Buku Ilustrasi ... 36

IV.2.1 Storyboard ... 38

IV.2.2 Format Buku ... 40

IV.3 Media Pendukung ... 40

IV.3.1 Poster ... 40

IV.3.2 Sticker ... 41

IV.3.3 Gantungan Kunci 2 Muka ... 42

IV.3.4 T-Shirt ... 42

IV.3.5 Buku Catatan ... 43

IV.3.6 2D Figure ... 43

IV.3.7 Media Sosial Facebook ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 47

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau, terletak

di daerah tropis, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Namun

usaha pelestarian yang kurang membuat kualitas dan kuantitas fauna di Indonesia

semakin menurun. Selain penebangan hutan, maraknya perburuan dan penebangan

liar saat ini menyebabkan semakin banyak spesies hewan yang menjadi langka,

bahkan punah. Hewan-hewan tersebut selain ditangkap untuk dijual, sebagian juga

diawetkan.

Dr. Ir. Bambang Supriyanto M.Sc. (2010) berpendapat bahwa:

Burung pemangsa (raptor) yang dalam suatu ekosistem sangat penting, karena

posisinya sebagai pemangsa puncak dalam piramida makanan. Benua Asia dihuni

oleh sekitar 90 jenis raptor dan sekitar 75 jenis raptor bisa ditemukan di Indonesia

dan sekitar 15 jenisnya merupakan burung endemis di Indonesia. Semua jenis

raptor dilindungi peraturan negara, misalnya oleh undang-undang No. 5 tahun

1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta PP

7 dan 8 tahun 1999 (h.5).

Salah satu jenis raptor endemis Indonesia adalah Elang Jawa. Jenis ini hanya

ditemukan secara alami di pulau Jawa. Sebagai jenis yang endemis dan sangat

tergantung kepada keberadaan hutan alami di pulau Jawa, elang ini menghadapi

risiko kepunahan. Di habitat alaminya, spesies burung ini masih dapat dijumpai di

blok-blok hutan yang masih tersisa di daerah pegunungan (Suaka Elang, 2010).

Dalam penelitian Syartinilia dan kawan-kawan pada tahun 2010, diperkirakan

bahwa Elang Jawa yang tersisa sekitar 325 pasang saja.

Elang Jawa merupakan sosok paling meyakinkan yang disebut sebagai inspirasi

dari Sang Garuda (Lambang Negara Indonesia). Sosoknya yang gagah dengan

(10)

dengan Garuda. Namun, berbeda dengan Garuda yang disanjung-sanjung dan

menjadi lambang negara, nasib Elang Jawa justru miris. Burung endemis Jawa ini

masuk dalam kategori terancam punah.

Dr. Ir. Bambang Supriyanto M.Sc. (2010) berpendapat bahwa:

Ancaman utama kepada jenis ini adalah hilangnya habitat dan perdagangan liar

(Birdlife International 2006). Kedua faktor yang mengancam itu di samping

disebabkan oleh meningkatnya populasi manusia juga oleh tingkat kesadaran dan

penegakan hukum yang lemah. Kecenderungan ingin memiliki dan

memperdagangkan satwa yang dilindungi masih berlangsung. Penurunan populasi

ini, juga bisa terjadi secara alami. Mengingat, pertumbuhan Elang Jawa sangat

lambat. Burung ini dianggap sudah dewasa, apabila berumur 3-4 tahun. Mereka

juga hanya berkembang biak satu kali dalam satu atau dua tahun dan hanya bisa

bertelur satu butir saja. Keadaan ini membuat prihatin banyak pihak khususnya

pecinta hewan dan semakin mengancam populasi raptor di habitat alaminya (h.5).

Media informasi seperti buku yang memvisualisasikan Elang Jawa pun masih susah

untuk ditemui, dari perpustakaan sebuah universitas sampai toko buku, tidak

menyediakan buku yang berisi informasi khusus tentang Elang Jawa. Kebanyakan

buku yang terdapat di perpustakaan, sebagian besar mengoleksi buku-buku tentang

cara memelihara hewan peliharaan seperti ikan hias, hewan-hewan ternak dan

sebagainya, yang akhirnya menyebabkan informasi tentang Elang Jawa terancam

punah ini menjadi samar dan tidak begitu penting.

Elang Jawa memiliki kepribadian yang melambangkan sosok perkasa, berani, dan

penuh perjuangan tanpa kenal menyerah. Sorot mata dan penglihatannya yang

tajam, berparuh kokoh, kepakan sayapnya kuat, berdaya jelajah tinggi, dan ketika

berdiam diri sosoknya gagah dan berwibawa. Kesan seperti itulah yang mengilhami

beberapa negara menampilkan sosok burung dalam benderanya. Indonesia bahkan

memakai sosok burung elang sebagai lambang negara dengan burung mitologis

(11)

Penelitian terhadap Elang Jawa adalah hal yang penting karena Elang Jawa dapat

dijadikan bio-indikator (komponen biotik yang dapat dijadikan indikator

kondisi/komposisi komponen biotik dan abiotik) untuk keseimbangan ekosistem

dimana interaksi antara komponen-komponen di dalamnya berlangsung secara

harmonis dan seimbang sehingga berdampak signifikan pada keselerasan serta

kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Serta sebagai

keanekaragaman hayati yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Selain itu, satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia,

yaitu Garuda, sehingga pada tanggal 10 Januari 1993, pemerintah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah No. 4/1993 yang menetapkan satwa Elang Jawa sebagai

simbol nasional. Jika spesies Elang Jawa punah maka akan dimungkinkan Pulau

Jawa tidak memiliki spesies Elang yang menjadi icon dari Pulau Jawa sendiri.

Keindahan Elang Jawa terbang di udara bebas merupakan salah satu hiburan

tersendiri untuk diamati.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat teridentifikasi beberapa

masalah yang muncul, yakni:

 Terdapat banyak kasus perburuan juga perdagangan illegal yang mengakibatkan tekanan terhadap populasi Elang Jawa.

 Kemiripannya dengan lambang burung Garuda membuat permintaan akan Elang Jawa untuk dijadikan peliharaan semakin tinggi yang menyebabkan

penangkapan dan perdagangan liar tidak terkendali.

 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Elang Jawa sebagai satwa

endemis.

 Keterbatasan pengembangan media informasi dalam memvisualisasikan Elang

Jawa.

I.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari identifikasi masalah diatas adalah

(12)

sosok perkasa, berani dan penuh perjuangan serta menginformasikan pada

masyarakat bahwa Elang Jawa merupakan burung endemis yang terancam punah?

I.4 Batasan Masalah

Batasan masalah ditekankan pada pengenalan Elang Jawa sebagai jenis endemis

dan sangat tergantung kepada keberadaan hutan alami di Pulau Jawa yang

menghadapi risiko kepunahan.dengan target masyarakat semua kalangan anak-anak

berumur 6-14 tahun di daerah Jawa.

I.5 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan tugas akhir ini adalah:

 Mendukung proses pelestarian satwa-satwa langka secara umum dan

khususnya jenis burung Elang Jawa.

 Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang karakteristik Elang Jawa supaya lebih mencintai Elang Jawa sebagai satwa endemis.

 Meningkatkan peran dan kesadaran masyarakat disekitar habitat Elang Jawa dalam melindungi fauna yang hampir punah ini.

(13)

BAB II

ELANG JAWA MELALUI BUKU ILUSTRASI

II.1 Kepunahan

Menurut kamus digital bahasa Indonesia (KBBI 1.5.1), Punah adalah habis semua

hingga tidak ada sisanya atau benar-benar binasa. Kepunahan adalah kematian ras

atau spesies. Kepunahan terjadi bila suatu spesies tidak lagi mampu mereproduksi.

Kepunahan terjadi bila tidak ada lagi makhluk hidup dari spesies tersebut yang

dapat berkembang biak dan membentuk generasi. Ada banyak alasan mengapa

suatu spesies tertentu dapat menjadi punah. Meskipun faktor-faktor tersebut dapat

dianalisis dan dikelompokkan, ada beberapa penyebab kepunahan yang muncul

berkali-kali seperti faktor pengrusakan habitat atau eksploitasi yang berlebihan

seperti perburuan dan perdagangan ilegal.

II.2 Pelestarian

Menurut kamus digital bahasa Indonesia (KBBI 1.5.1) mengatakan pelestarian

adalah proses, cara, perbuatan melestarikan, perlindungan dari kemusnahan atau

kerusakan, pengawetan, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yg

menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan

persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragamannya. A.W. Widjaja (1986) mengartikan “pelestarian sebagai

kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna

mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan

abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif” (h.115).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan pelestarian dan

kelestarian adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama-lamanya tidak

berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu, guna

mewujudkan tujuan tertentu di aspek stabilisasi manusia, serta kegiatan

(14)

II.3 Keanekaragaman Hayati

Menurut kamus digital bahasa Indonesia (KBBI 1.5.1), Keanekaragaman Hayati

adalah keseluruhan keanekaragaman makhluk yg diperlihatkan suatu daerah mulai

dr keanekaragaman genetika, jenis, dan ekosistemnya. Ani Mardiastuti (1999)

menjelaskan “keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk

derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun

frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah. Definisi ini masih

susah dimengerti oleh orang awam. Pengertian yang lebih mudah dari

keanekaragaman hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumber daya alam hayati

(tumbuhan dan hewan) yang terdapat di muka bumi” (h.1).

Munifah (2012) berpendapat bahwa:

Keanekaragaman Hayati adalah keseluruhan variasi berupa bentuk, penampilan,

jumlah, dan sifat yang dapat ditemukan pada makhluk hidup. Setiap saat kita dapat

menyaksikan berbagai macam makhluk hidup yang ada di sekitar kita baik di

daratan maupun di perairan. Misalnya, dihalaman rumah, kebun, sawah, atau di

hutan. Di tempat itu dapat kita jumpai bermacam-macam makhluk hidup mulai dari

makhluk yang berukuran kecil seperti semut hingga makhluk berukuran besar

seperti burung, ular, atau gajah. Mulai dari yang berwarna gelap hingga makhluk

yang berwarna cerah dan menarik (h.36).

II.4 Burung

Anggun Gayanti Pratiwi (2014) berpendapat bahwa:

Burung merupakan satwa liar yang hidup di alam dan mempunyai peranan penting

dalam menjaga kelestarian lingkungan seperti sebagai pengontrol hama. Burung

memiliki keindahan bentuk dan warna serta aspek lainnya seperti tingkah laku,

suara, siulan yang spesifik bagi tiap-tiap burung. Burung berdarah panas dan

berkembang biak dengan bertelur, tubuhnya tertutup bulu dan memiliki

bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Rangka burung sangat kokoh tetapi ringan,

kebanyakan dari tulang yang besar berongga sehingga rangka itu tidak perlu

(15)

Jenis burung yang mudah dikenali adalah burung jenis pemangsa, yaitu jenis

burung dengan kombinasi terbang memiliki kaki yang dapat digunakan untuk

memegang mangsa dan paruh yang khas sehingga merupakan jenis burung yang

mampu menguasai sebagian besar lingkungan dengan rentang makanan yang luas.

Salah satu burung pemangsa yang endemis adalah Elang Jawa karena burung ini

hanya terdapat di Pulau Jawa dan saat ini sedang mengalami ancaman kepunahan.

II.5 Elang Jawa

Elang Jawa atau dalam nama ilmiahnya Spizaetus Bartelsi adalah salah satu spesies

elang yang endemik di Pulau Jawa. Burung ini memiliki peranan sebagai pemangsa

puncak (top predator) dalam siklus rantai makanan yang mengatur jumlah binatang

lain yang menjadi mangsanya di alam, sehingga berfungsi sebagai satwa yang

mampu mempertahankan keseimbangan alam.

Dr. Ir. Novianto Bambang W. MSc. (2012) menjelaskan bahwa “Elang Jawa

merupakan burung pemangsa yang terancam punah dengan kategori keterancaman

genting karena perburuan liar, penyusutan habitat, pencemaran akibat penggunaan

insektisida, pertumbuhan penduduk yang pesat, pembangunan infrastruktur dan

berbagai faktor lainnya”.

Gbr II.1 Kepala Elang Jawa

(16)

Gbr II.2 Elang Jawa

Sumber :

http://www.griyawisata.com/nasional/java-island/artikel/elang-jawa-akan-beradaptasi-di-taman-nasional-gunung-merapi (21 Januari 2015)

II.5.1 Ciri-Ciri Elang Jawa

Dian Kartika Prasetyo (2002) berpendapat bahwa:

Elang Jawa dewasa memiliki bulu berwarna coklat tua pada sayap dan

punggungnya dengan ukuran tubuh 60 - 70 cm dan panjang sayap 349 - 358 mm.

Kepala dan lehernya berwarna coklat, dengan jambul yang tipis dan panjang

berwarna coklat hitam yang panjangnya dapat mencapai 12 cm. Bulu pada bagian

dada berwarna keputihan dengan bintik-bintik hitam yang tebal, bulu bagian perut

dan paha berwarna putih. Kakinya cukup panjang dan ditutupi oleh bulu sampai

pada dasar kaki, kaki berwarna kuning terang, paruh dan cakar berwarna hitam.

Bagian sisi atas ekornya berwarna coklat tua dengan tiga pita hitam dan berwarna

putih pada ujungnya, sedangkan bagian sisi bawahnya berwarna abu-abu dengan

(17)

II.5.2 Habitat Elang Jawa

Elang Jawa sering juga menggunakan hutan sekunder (hutan yang tumbuh dan

berkembang secara alami) untuk berburu dan bersarang yang berdekatan dengan

hutan primer (hutan alam yang masih utuh yang belum mengalami gangguan

eksploitasi oleh manusia) untuk keberhasilan perkembangbiakannya. Elang Jawa

diketahui hidup dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 mdpl, hadir di daerah

hutan alami dengan daerah yang terbuka pada pohon tinggi menjulang yang dapat

digunakan untuk mengincar mangsa ataupun sebagai sarang. Umumnya sarang

ditemukan di pohon yang tumbuh di lereng dengan kemiringan sedang sampai

curam pada ketinggian tempat diatas 800 m diatas permukaan laut, dengan dasar

lembah terdapat anak sungai. Tercatat bahwa Elang Jawa membangun sarang di

pohon Rasamala (Altingia excelsa) dan pohon-pohon lain seperti pohon Pasang

(Lithocarpus atau Quercus), Tusam (Pinus merkusii), Puspa (Schima wallichii),

Kitambaga (Eugenia cuprea), Ki Sireum (Eugenia clavimyrtus) (Taurissy, 2012,

h.6).

Gbr II.3 Sarang Elang Jawa

Sumber :

http://www.jawakulon.org/2010/06/sang-garuda-masih-ada-di-gunung-salak.html (21 Januari 2015)

II.5.3 Daerah Penyebaran Elang Jawa

Resit Sozer (2012) menjelaskan bahwa “Elang Jawa merupakan salah satu jenis

(18)

hutan primer dan daerah peralihan di dataran rendah dan hutan pegunungan di Jawa;

lebih umum ditemukan di setengah daerah selatan Jawa” (h.6).

Menurut Laporan Raptor Indonesia tahun 2012 tercatat ada beberapa Individu

Elang Jawa di beberapa wilayah seperti di TN Bromo Tengger Semeru,

Pegunungan Ijen, Perkebunan Kayumas Situbondo dan banyak lagi yang jumlah

totalnya terpantau sebanyak kurang lebih 19 ekor.

Di Jawa Barat, Elang Jawa hanya terdapat di Gunung Pancar, Gunung Salak,

Gunung Gede Pangrango, Papandayan, Patuha dan Gunung Halimun. Di Jawa

Tengah Elang Jawa terdapat di Gunung Slamet, Gunung Ungaran, Gunung Muria,

Gunung Lawu, dan Gunung Merapi, sedangkan di Jawa Timur terdapat di

Merubetiri, Baluran, Alas Purwo, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, dan

Wilis (Alamendah, 2009).

Elang Jawa dapat ditemukan di Kebun Binatang Bandung sebanyak dua ekor yang

letak kandangnya berada di tengah lokasi kebun binatang ini. Berbeda dengan

kandang burung disebelahnya, kandang Elang Jawa dipenuhi oleh tanaman

menjalar dengan ukuran kandang kurang lebih 3x3 meter dengan tinggi 4 meter.

Gbr II.4 Elang Jawa di Kebun Binatang Bandung

(19)

II.5.4 Mangsa Elang Jawa

Jenis pakan kebanyakan dari mamalia arboreal berukuran kecil hingga sedang

seperti tupai pohon, tupai, kelelawar pemakan buah, tupai terbang, monyet muda

dan sigung (Mydaus javanicus). Pakan lainnya dari jenis burung, termasuk merpati,

serta reptil termasuk ular, kadal dan bunglon.

Cakar keduanya yang berukuran relatif pendek merupakan bukti bahwa Elang Jawa

tidak terbiasa menangkap burung-burung pada saat terbang. Elang Jawa

menggunakan paruhnya yang melengkung dan berujung runcing untuk mencabik

makanan dan menggunakan kakinya untuk menangani mangsa sebelum

dimasukkan ke dalam mulut. Elang Jawa dalam mencari mangsa biasanya dengan

cara terbang dekat kanopi pohon dan menunggu mangsa dari tempat bertengger

dalam hutan (Dian Kartika Prasetyo, 2002, h.10).

II.5.5 Perkembangbiakan Elang Jawa

Perilaku kawin Elang Jawa teramati dalam bulan Februari, Juli dan Agustus dan

masa bertelurnya berlangsung lebih banyak antara bulan Januari hingga Juni.

Umumnya sepasang Elang Jawa menghasilkan sebutir telur tiap musim kawinnya

dengan masa pengeraman telur sekitar 44-48 hari. Pohon sarang biasanya memiliki

diameter batang cukup besar sekitar 1 meter dengan ketinggian pohon di atas 30

meter. Anak burung mempunyai bulu yang lengkap dan mulai terbang pada umur

60-70 hari, namun burung muda tersebut masih tinggal di sekitar sarang hingga

beberapa bulan (Dian Kartika Prasetyo, 2002, h.11).

II.5.6 Populasi Elang Jawa

Populasi Elang Jawa sangat rendah berdasarkan perkiraan populasi Elang Jawa dari

tahun 1980-an yaitu dimulai oleh Meyburg dan kawan-kawan tahun 1989 yang

memperkirakan populasi Elang Jawa sebanyak 60 pasang. Sözer dan Nijman (1995)

mengusulkan perkiraan baru populasi Elang Jawa sekitar 81–108 pasang. Nijman

et al. (2000), memperkirakan populasinya sekitar 141–195. Jan Ove Gjershaug dan

kawan-kawan pada tahun 2004 memperkiraan populasi Elang Jawa sekitar 270-600

(20)

oleh Syartinilia dan kawan-kawan pada tahun 2010 dengan menggunakan

pendekatan kebutuhan habitat Elang Jawa menunjukan bahwa populasi jenis ini

berkisar antara 108-542 pasang dengan nilai pertengahan yaitu 325 pasang (Zulkifli

Hasan, 2013).

II.6 Undang-Undang Tentang Elang Jawa

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia bahwa untuk

meningkatkan usaha konservasi Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi) di habitatnya,

diperlukan strategi dan rencana aksi sebagai kerangka kerja bagi pihak terkait guna

penyusunan program penanganan secara terpadu mengingat Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi PBB Mengenai

Keanekaragaman Hayati), Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999

tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, dan peraturan

pemerintahan lainnya. Menetapkan peraturan menteri kehutanan tentang strategi

dan rencana aksi konservasi Elang Jawa (spizaetus bartelsi) tahun 2013-2022.

II.7 Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Kepemilikan Satwa Langka Muhammad Iqbal (2014) menjelaskan kepemilikan satwa langka di Indonesia telah

banyak dilakukan oleh orang-orang yang memiliki hobi atau keinginan tersendiri

untuk mempunyai / mengoleksi satwa langka, berkenaan dengan hal tersebut, orang

yang ingin memilik satwa langka yang dilindungi diwajibkan memiliki izin untuk

dapat menyalurkan keinginannya dalam memiliki satwa langka yang diinginkan.

Izin yang dimaksud adalah berdasarkan pasal 30 ayat 2 Kepmenhut No.

477/Kpts-II/2003 Tahun 2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan

Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar dengan tata cara dan prosedur sebagai berikut:

a) Hanya dapat dilakukan untuk tujuan pengkajian, penelitian dan pengembangan

(21)

b) Permohonan diajukan oleh pemohon kepada Menteri Kehutanan, yang memuat

diantaranya informasi mengenai jenis, jumlah, jenis kelamin, umur atau ukuran

dan wilayah pengambilan serta dilengkapi dengan rencana kerja atau proposal

dengan tembusan kepada Dirjen dan otoritas keilmuan; Dalam hal permohonan

tidak dilengkapi dengan rekomendasi dari otoritas keilmuan, maka Dirjen

meminta rekomendasi dari otoritas keilmuan bahwa pengambilan atau

penangkapan yang dimohonkan tidak akan merusak populasi dihabitat alam;

c) Berdasarkan permohonan dan penilaian kelengkapan sebagaimana dimaksud

dalam huruf b dan huruf c, menteri dapat menyetujui atau menolak

menerbitkan izin berdasarkan saran dari direktur jenderal dan rekomendasi dari

otoritas keilmuan bahwa pengambilan atau penangkapan yang dimohonkan

tidak akan merusak populasi di habitat alam.

Syarat-syarat dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk

mendapatkan izin kepimilikan satwa langka yang di lindungi yaitu :

 Proposal Izin penangkaran atau memelihara;

 Foto copy KTP individu atau perseorangan dan akta notaris badan usaha;  Surat keterangan Bebas Gangguan Usaha dari kecamatan setempat;  Bukti tertulis asal usul indukan;

 BAP persiapan teknis;

 Surat Rekomendasi dari kepala BKSDA setempat.

II.8 Ancaman Elang Jawa

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia, permasalahan utama

yang dihadapi dalam konservasi Elang Jawa adalah:

 Kerusakan Habitat

Luas habitat akan mempengaruhi ketersediaan lahan untuk mencari mangsa yang

secara langsung akan mempengaruhi kelangsungan hidup Elang Jawa. Selain

disebabkan oleh aktifitas manusia, hilangnya habitat dari Elang Jawa juga terjadi

secara alami seperti kebakaran hutan.

(22)

Selain keunikannya, burung ini juga dicari karena kelangkaannya. Saat ini banyak

berkembang minat dari kalangan masyarakat Indonesia untuk memelihara Elang

Jawa atau raptor lainnya seperti untuk meningkatkan status sosial atau memelihara

untuk kesenangan diri sendiri terhadap raptor.

Di sisi lain, tingginya permintaan elang jawa ini sangat mungkin dikarenakan juga

statusnya sebagai burung nasional serta karena kemiripannya dengan lambang

burung Garuda. Selain itu masih kuat melekat di sebagian besar masyarakat sebuah

pandangan bahwa memelihara satwa liar adalah salah satu bagian dari konservasi,

karena akan mempertahankan keberadaan satwa itu. Namun jarang sekali dari

mereka yang memelihara satwa liar berpikir tentang kondisi satwa dan habitatnya

apalagi memiliki program untuk mengembalikannya ke alam (Mufti Ginanjar,

2014).

II.9 Data Kasus Perdagangan Satwa Langka

Menurut Zaini Rakhman sebagai Ketua Raptor Indonesia menjelaskan bahwa

kerusakan habitat, perburuan dan penjualan Elang Jawa, makin marak hingga

menyebabkan satwa dilindungi ini terdesak. Dalam lima tahun, populasi satwa ini

hilang sekitar 110 pasang atau 22 pasang setiap tahun. Untuk itu, jika tak ada upaya

pelestarian serius, dalam waktu 20 tahun kemungkinan besar burung ini sudah

punah. Saat ini, RAIN berupaya melestarikan populasi dengan berbagi pengetahuan

dan pengalaman seputar konservasi, mengumpulkan data dan informasi,

memberikan pendidikan lingkungan dan penyadartahuan kepada masyarakat serta

upaya konservasi dan pelepasliaran ke alam (Indra Nugraha, 2012).

Data dari ProFauna Indonesia, LSM yang bergerak dalam perlindungan satwa,

menunjukkan kasus perdagangan satwa liar melalui internet pada 2014 tercatat

3.640 kasus, naik dari 1.200 pada 2012. Menurut Rosek Nursahid pendiri ProFauna

menjelaskan data kasus perdagangan satwa yang terpantau melalui media sosial

termasuk Facebook dan Twitter mencapai sekitar 70%, satwa yang dijual mulai dari

elang, primata sampai gibbon dan yang terlibat adalah anak-anak muda

(23)

Menurut data-data yang bersumber dari situs tempo dan mongabay, perdagangan

ilegal banyak terjadi di daerah Jawa sendiri seperti kasus perdagangan online di

Malang, kasus penjualan satwa langka di pasar Depok, kasus Suryanto yang

menjual puluhan hewan langka di Jakarta, kasus tiga orang yang kepergok

membawa bangkai hewan langka di Nusakambangan, lalu kasus perdagangan

illegal Elang Jawa dalam video Sigi Investigasi SCTV dalam news liputan6.

II.10 Usaha Untuk Kebaikan Elang Jawa

 Mengumpulkan semua informasi yang relevan tentang Elang Jawa.

 Peningkatan upaya penegakan hukum terhadap kejahatan perburuan,

perdagangan dan kepemilikan Elang Jawa dengan mengupayakan adanya

proses hukum yang sesuai dengan peraturan perundangan.

 Memaksimalkan fungsi pusat penyelamatan satwa dan pusat rehabilitasi satwa

sebagai media pendukung penegakan hukum dan pengembangan konservasi

eks-situ (kebun binatang, taman safari, taman burung).

 Mengkampanyekan pelestarian tentang Elang Jawa di masyarakat, salah satunya dengan mengangkat isu bahwa pelanggar hukum akan dikenai sanksi

tegas sesuai peraturan perundang-undangan.

II.11 Gambaran Elang Sebagai Kepribadian Kuat

Penggunaan elang sebagai simbol memberikan asosiasi kepada ketinggian,

semangat yang membara seperti matahari dan prinsip burung secara umum. Elang

adalah burung yang hidup dengan pengaruh matahari secara menyeluruh, karena itu

elang dianggap sebagai bercahaya dalam esensinya dan memiliki elemen udara dan

api (Yurica Oentoro, 2012).

Elang merupakan raja dari para burung yang dikenal sebagai simbol dari kekuasaan

yang besar dan kegagahan. Begitu pula dengan sosok Elang Jawa dengan

kepribadiannya yang melambangkan sosok perkasa, berani, dan penuh perjuangan

tanpa kenal menyerah. Ketangguhannya dalam terbang untuk menjadi penguasa

(24)

dalam membaca situasi. Semua sifat yang dimiliki elang tersebut dapat menjadi

rujukan hidup untuk masyarakat Indonesia.

II.12 Buku Ilustrasi

Pengertian ilustrasi menurut Maya Ananda (seperti dikutip I Ketut Baskara, 2013)

adalah sesuatu yang dapat menyemarakkan halaman-halaman buku atau media

lainnya sebagai karya seni yang memiliki nilai estetis. Bentuk gambar ilustrasi

dapat berupa foto, karikatur, kartun, potret manusia, binatang, dan

tumbuh-tumbuhan. Aditya Pranata (2014) menjelaskan “ilustrasi dapat dijadikan sebagai

sarana penarik perhatian dan perangsang minat para pembaca atau audiens untuk

memahami isi keseluruhan dari media tersebut”. Adi Kusrianto (2007) menjelaskan

“ilustrasi sangat dekat dengan komik, jika ilustrasi hanya terdiri dari beberapa

gambar yang melukiskan isi cerita, maka komik adalah gambar-gambar yang

memvisualkan keseluruhan cerita. Dari sisi style atau gaya gambar, ilustrasi juga

memiliki kecenderungan untuk bebas”.

II.13 Analisa Permasalahan II.13.1 Data Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Juni 2015 di Kantor Suaka Elang Bogor

dengan nara sumber bernama Djamaludin atau sering dipanggil Duduy, dia adalah

salah seorang anggota dari organisasi bernama Suaka Elang. Dari hasil wawancara

Kang Duduy menjelaskan bahwa Elang Jawa patut untuk dilestarikan karena

memang semua elang itu dilindungi, dimulai dari zaman Presiden Soeharto sampai

sekarang yang bermanfaat sebagai predator puncak penjaga keseimbangan

ekosistem. Bentuk kepedulian masyarakat terhadap Elang Jawa dapat dilakukan

dengan cara memberikan pendidikan lingkungan hidup untuk anak-anak, karena

masyarakat dewasa sudah terlanjur tidak tahu dan susah untuk disadarkan, orang

dewasa selalu berbicara tentang kebutuhan dan tidak peduli dengan hewan yang

dilindungi. sehingga pendekatan pada anak itu lebih baik. Lalu Kang Duduy

menjelaskan bahwa masyarakat tidak diizinkan memelihara Elang Jawa karena

(25)

Kang Duduy mengatakan bahwa Elang Jawa dalam penelitian tahun 2008 tersisa

220 pasang, dari setahun itu 22 pasang hilang karena perburuan sehingga tinggal

dihitung saja kapan Elang Jawa ini punah. Diantara penangkaran, pelepasliaran dan

lain sebagainya, semuanya memiliki kelemahan, untuk saat ini Suaka Elang lebih

memilih ke adopsi sarang atau pemantauan sarang, contohnya masyarakat menjaga

sarang atau habitat dari Elang Jawa yang liar, karena untuk saat ini banyak hutan

yang hilang sebesar lapangan bola per sekian menitnya sehingga harus terus dijaga

kelestariannya. Kebanyakan kasus kejahatan pada Elang Jawa terjadi akibat

banyaknya penghobies atau falconry yaitu komunitas pemilik elang untuk

dipelihara secara pribadi, yang menimbulkan banyak Elang Jawa diburu oleh para

pemburu untuk dijual pada falconry tersebut dan kebanyakan terjadi daerah Jawa.

Kang Duduy setuju untuk membuat buku yang menjelaskan sosok Elag Jawa

sebagai kepribadian perkasa, pemberani dan gagah karena media seperti buku yang

menjelaskan Elang Jawa sangat terbatas dan kebanyakan penerbit adalah dari pihak

kami sendiri seperti buku berjudul ‘Panduan Inventarisasi Elang Jawa’ terbitan

Raptor Indonesia.

II.13.2 Data Hasil Kuesioner

Dalam pengumpulan data untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang

Elang Jawa adalah melalui kuesioner dengan responden berjumlah 24 orang terdiri

dari 15 laki-laki dan 9 perempuan yang mengunjungi Kebun Binatang Bandung.

Mayoritas orangnya berasal dari Bandung dengan kisaran umur 14-65 tahun dengan

status pelajar, mahasiswa sampai pekerja swasta dan PNS (pegawai negeri sipil).

Dari hasil data yang telah diolah dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat

telah mendengar dan pernah melihat rupa Elang Jawa serta mengetahui bahwa

Elang Jawa merupakan spesies yang langka. Mereka juga setuju melestarikan Elang

Jawa di setiap suaka margasatwa atau kebun binatang khususnya di Pulau Jawa

yang dilindungi oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah tentang

Perlindungan untuk Elang Jawa yang apabila ada orang melanggar akan diberikan

(26)

strategi dan rencana aksi konservasi Elang Jawa (spizaetus bartelsi) tahun

2013-2022. Masyarakat berpendapat bahwa Elang Jawa itu bukanlah inspirasi untuk

lambang burung Garuda namun setengah dari mereka mengatakan bahwa Elang

Jawa mirip dengan burung Garuda. Selain dari itu, masyarakat juga berpendapat

bahwa burung Garuda itu nyata atau jelas keberadaannya dan tidak setuju bahwa

burung Garuda itu hanyalah mitos (cerita masyarakat).

Dari hasil data kuesioner tersebut dapat dikatakan bahwa solusi yang tepat untuk

melestarikan Elang Jawa adalah tidak hanya dengan memperkenalkan bentuk fisik

atau ciri-ciri Elang Jawa, namun harus mengambil sudut pandang yang berbeda

seperti menggambarkan sosok Elang Jawa dengan karakteristik yang bisa menjadi

panutan untuk masyarakat seperti kegagahannya, keberaniannya, perjuangannya

dan masih banyak lagi sehingga Elang Jawa dapat lebih dikenal tidak hanya sebagai

burung elang semata.

II.14 Kesimpulan dan Solusi

Berdasarkan penjabaran dan riset data mengenai Elang Jawa didapatkan sebuah

kesimpulan bahwa Pulau Jawa merupakan salah satu pulau di Indonesia yang

memiliki keanekaragaman hayati, contohnya Elang Jawa sebagai burung endemik

dan sangat tergantung pada keberadaan hutan alami di Pulau Jawa. Elang Jawa ini

sedang menghadapi risiko kepunahan dengan penelitian terakhir tahun 2010 yang

menyebutkan bahwa Elang Jawa hanya tersisa sekitar 325 pasang saja. Ancaman

kepunahan yang dialami oleh Elang Jawa tersebut disebabkan oleh beberapa hal

seperti kerusakan habitat sampai perburuan dan perdagangan ilegal. Pelestarian

terhadap Elang Jawa adalah hal penting karena Elang Jawa dapat dijadikan

bio-indikator untuk keseimbangan ekosistem, lalu sebagai keanekaragaman hayati di

Pulau Jawa, selain itu satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik

Indonesia yaitu Garuda sesuai dengan peraturan pemerintah yang menetapkan

satwa Elang Jawa sebagai simbol nasional. Elang Jawa memiliki karakteristik yang

dapat dijadikan rujukan hidup masyarakat Indonesia yaitu kepribadiannya yang

melambangkan sosok perkasa, berani, dan penuh perjuangan tanpa kenal menyerah.

(27)

menjaga lingkungan alami yang sehat, tempat manusia dan hidupan liar bisa hidup

berdampingan. Bila hal tersebut tercapai, Elang Jawa akan menjelma menjadi

Garuda yang melindungi baik alam maupun manusia di Indonesia.

Dengan kondisi seperti itu dibutuhkan sebuah media Informasi bersifat

mengedukasi dan persuasif yang tidak hanya berisi informasi-informasi mengenai

bentuk fisik Elang Jawa, namun berisi juga sebuah gambaran tentang kepribadian

Elang Jawa sebagai burung perkasa, berani dan penuh perjuangan yang dapat

memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui sudut pandang berbeda

sehingga lebih menarik di mata masyarakat Indonesia khususnya anak-anak

sehingga mereka dapat mengenal lingkungannya lebih awal dan dapat berprilaku

rasional dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya untuk peduli akan

kelestarian lingkungan, yang bertujuan mengajarkan untuk lebih mencintai pesona

(28)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi didefinisikan sebagai metode ataupun cara yang digunakan untuk mencapai

sebuah solusi disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan

tersebut dapat dicapai. Salah satu permasalahan yang ditemukan mengenai Elang

Jawa adalah kurangnya media Informasi yang tertulis maupun visual yang ada

dimasyarakat. Dari hal tersebut maka dibutuhkan sebuah solusi, diantaranya

melalui pendekatan visual yang didalamnya bermuatan nilai informasi, yaitu buku

informasi bergambar atau ilustrasi yang berfungsi sebagai bahan pengetahuan

sekaligus hiburan yang bertujuan menanamkan rasa cinta untuk melestarikan Elang

Jawa sekaligus pengingat pentingnya menjaga dan melestarikan satwa-satwa

hampir punah di Indonesia.

Dari hal tersebut, maka khalayak sasaran adalah anak-anak sehingga mereka dapat

mengenal lingkungannya lebih awal dan dapat berprilaku rasional dan bertanggung

jawab terhadap lingkungannya untuk peduli akan kelestarian lingkungan, dengan

rincian sebagai berikut:

 Target Sasaran Primer 1. Geografis

Masyarakat di Pulau Jawa. Karena Elang Jawa adalah burung yang endemis di

jawa, tapi kebanyakan masyarakat jawa lah yang tidak peduli dengan keberadaan

Elang Jawa ini. Banyak kasus perdagangan illegal yang terjadi di pulau jawa ini

sesuai dengan berita-berita dari internet seperti dari website liputan 6, suaka

elang, mongabay, dan burung Indonesia. Sehingga masyarakat jawa ini perlu di

terangkan kembali bahwa Elang Jawa ini terancam punah.

2. Demografis

Target sasaran adalah anak-anak di Pulau Jawa berumur 6-14 tahun. Berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan. Pendidikan dari Sekolah Dasar (SMP) sampai

(29)

3. Psikologi

Anak-anak yang mempunyai rasa keingin-tahuan yang besar terhadap hal-hal

yang berhubungan dengan Indonesia seperti Elang Jawa.

 Target Sasaran Sekunder

Target Sasaran Sekunder merupakan target tambahan di luar target sasaran

primer, dimana target sasaran ini juga mempunyai minat dalam mencintai hewan

langka di Indonesia. Para target sasaran sekunder ini meliputi masyarakat dari

semua kalangan maupun daerah di Indonesia.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan dari komunikasi ini adalah agar masyarakat khususnya para

anak-anak di Pulau Jawa dapat lebih mengenal burung Elang Jawa sebagai sosok perkasa,

berani dan penuh perjuangan serta menginformasikan pada masyarakat bahwa

Elang Jawa merupakan burung endemis yang terancam punah.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan tentang Elang Jawa adalah media buku

ilustrasi yang berisikan mengenai informasi tentang sosok perkasa, berani, dan

penuh perjuangan dari seekor burung Elang Jawa yang dikemas menjadi sebuah

cerita bergambar.

III.1.3 Materi Pesan

Materi pesan yang digunakan dalam perancangan ini adalah menanamkan sikap

peduli pada anak-anak terhadap keanekaragaman fauna yang terdapat di Indonesia

khususnya Elang Jawa serta menjadi media pembelajaran mengenai pentingnya

menjaga dan melindungi satwa hampir punah.

Hal tersebut dapat diperinci sebagai berikut:

 Pengenalan tokoh dan sifat dasar dari Elang Jawa yang perkasa, berani dan penuh perjuangan.

 Informasi tentang sosok perkasa, berani, dan penuh perjuangan dari seekor

(30)

 Penjelesan kehidupan Elang Jawa dari mulai sejarah, habitat, populasi, penyebab kepunahan sampai undang-undang yang melindunginya.

 Pesan terakhir bersifat persuasif yang berisi ajakan untuk anak-anak supaya ikut melestarikan Elang Jawa.

III.1.4 Pendekatan Visual

Pada perancangan buku ilustrasi ini pendekatan visual yang digunakan adalah

menggunakan ilustrasi atau gambar-gambar yang sesuai untuk khalayak sasaran

seperti penggambaran dari karakter atau tokoh Elang Jawa yang dibuat menyerupai

manusia yang memakai pakaian dengan sikap menyerupai manusia seperti bicara,

gerak tubuh, bahasa isyarat sampai tinggi badan yang seukuran manusia. Warna

yang digunakan merupakan warna alami atau sesuai dengan aslinya seperti Elang

Jawa yang dominan dengan warna coklat, lalu sudut pandang atau tata letak (layout)

dari ilustrasi yang dibuat mengikuti ilmu fotografi dari fotografer alam.

III.1.5 Pendekatan Verbal

Pendekatan secara verbal yang digunakan adalah Bahasa Indonesia yang tidak baku

atau bahasa sehari-hari dari masyarakat yang lebih mudah dipahami, terasa lebih

santai dan akrab. Teks dalam setiap halaman buku ilustrasi hanya menggunakan

satu kalimat sehingga tidak memakan banyak ruangan dan cocok dengan anak-anak

yang lebih suka dengan buku bergambar dengan sedikit teks yang bertujuan sebagai

penjelas dari ilustasi.

III.1.6 Khalayak Sasaran Perancangan Consumer Insight

a. Suka berpariwisata di tempat yang luas seperti kebun binatang, kebun raya

dan sebagainya

b. Hobi membaca cerita bergambar

(31)

Journey

Tabel III.1 Consumer Journey

Waktu Aktifitas Tempat Point of Contact

05.30 Bangun tidur Kamar

Kasur (bantal, guling,

selimut, boneka)

Meja (jam alarm,

buku, alat tulis, foto)

05.50 Mandi Kamar mandi Alat mandi (gayung, sabun, sampo)

06.00 Berpakaian Kamar

Lemari (cermin,

gantungan baju)

Pakaian (baju, celana,

tas, sepatu)

06.10 Sarapan Dapur Alat makan (piring, sendok, garpu)

06.20 Nonton TV

Minum kopi Ruang tengah

Television (remote)

Gelas (kopi)

06.40 Berangkat Sekolah Jalanan

Angkutan umum (bus,

10.00 Istirahat Halaman

Sekolah

Lapangan, Mainan

(robot, mobil,

boneka), Sedotan

(32)

13.00 Main

16.00 Pulang Rumah Televisi, Komputer

17.30 Mengerjakan Tugas Kamar Buku, Alat tulis, Meja, Kalkulator

21.00 Tidur Kamar Kasur, Bantal,

Guling, Boneka

III.1.7 Strategi Kreatif

Pendekatan kreatif dilakukan dengan membuat gambar-gambar ilustrasi yang

bercerita, dimana gambar tersebut merupakan penguat isi cerita yang ditampilkan

lebih dominan dari pada teks. Hal ini dilakukan karena anak-anak lebih cenderung

menyukai buku dengan banyak gambar sebagai bahan bacaan.

III.1.8 Strategi Media

Bentuk pendekatan media yaitu buku ilustrasi bercerita, yang didalamnya terdapat

nilai-nilai informasi dan edukasi untuk anak-anak. Konten ceritanya meliputi

informasi tentang sosok perkasa, berani, dan penuh perjuangan dari seekor burung

Elang Jawa serta informasi dari mulai sejarah, habitat, jumlah populasi, penyebab

turunnya populasi sampai alasan kenapa Elang Jawa harus dilestarikan yang

disimpan di akhir cerita. Buku ilustrasi merupakan kegemaran anak-anak karena

materi pesan yang sederhana seperti tidak banyak kalimat yang harus dicerna

sehingga mudah dipahami.

Buku Ilustrasi ini dibuat dalam dua versi yaitu versi ‘istimewa’ dengan harga

Rp.79.000 dan versi ‘ekonomis’ dengan harga Rp.30.000 sehingga orang tua atau

pun anak-anak yang ingin membeli buku ilustrasi ini dapat menyesuaikan dengan

uang yang mereka miliki . Media pendukung seperti sticker, gantungan kunci,

T-shirt dan buku catatan merupakan media yang dibagikan secara gratis ketika event

(33)

poster dan 2D figure hanya digunakan untuk keperluan promosi ketika sebelum dan

saat event diselenggarakan.

Media pendukung tersebut dipilih karena alasan sebagai berikut:

o Poster

Media lini bawah ini adalah media yang dapat dipasang dimana saja terutama

ditempat-tempat strategis dan ramai baik di dalam kelas, di luar kelas ataupun di

jalan-jalan serta bahasanya simpel, padat dan menarik sehingga memudahkan

pemahaman peserta didik terhadap suatu pesan.

o Sticker

Sticker merupakan media yang mudah untuk ditempatkan dimana saja serta lebih

ekonomis karena murahnya dan efisien serta bertahan dalam jangka waktu yang

cukup panjang atau awet.

o Gantungan kunci

Gantungan kunci merupakan salah satu media yang tahan lama. Barangnya yang

kecil, unik, menarik, simpel dan ringkas saat dibawa dan dapat di gantung di kunci,

tas dan sebagainya. Cocok untuk anak sekolahan yang sering membawa tasnya

untuk belajar.

o T-shirt

Sebagai pakaian, T-shirt adalah kebutuhan pokok manusia sehingga akan menjadi

media yang sering dipakai khususnya oleh anak-anak yang banyak beraktivitas

sehingga secara tidak langsung dapat menginformasikan mengenai Elang Jawa di

keramaian.

o Buku catatan

Buku catatan akan menjadi media yang sering digunakan oleh pelajar, setiap

mereka akan menuliskan sesuatu, mereka akan mengeluarkan buku catatan tersebut.

o 2D figure

Merupakan patung berbentuk 2 dimensi yang menggambarkan karakter Java dan

kawan-kawan, untuk menjadi daya tarik ketika promosi media utama

(34)

o Media Sosial Facebook

Media sosial mampu mengefektifkan penggunaan waktu dan tenaga berikut

pengolahan data. Hanya dengan gadget yang sangat sederhana dan mengaksesnya

dengan menggunakan, PC, laptop, tablet, smartphone dan handphone sehingga

dapat menjangkau calon konsumen lebih luas.

III.1.9 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media

Dalam proses pendistribusian, akan bekerja-sama melaui pihak-pihak yang terkait

dengan objek penelitian seperti dari pihak Suaka Elang dan Raptor Indonesia.

Bentuk pendistribusian dimulai dengan pembagian media pendukung melalui

sekolah-sekolah disaat peringatan Hari Pohon tanggal 21 November sampai Hari

Gunung Sedunia tanggal 11 Desember di sekolah dasar yang terpandang di

Bandung seperti SDN Sekejati 2, SD Sains Al Biruni sampai SDN Karang

Pawulang 1. Serta tidak lupa di kawasan seperti Kebun Binatang Bandung karena

kebun binatang ini menyimpan Elang Jawa sehingga masyarakat yang berkunjung

dapat melihat sosok asli dari Elang Jawa tersebut.

Tabel III.2 Jadwal Penyebaran Media

Media Tanggal Distribusi

18 Nov – 30 Nov 1 Des – 10 Des 11 Des – 26 Des

Bentuk pola visual akan disesuaikan dengan target audien yang didalamnya

(35)

berhubungan dengannya seperti suasana alam layaknya hutan dengan pohon-pohon

dan binatang lainnya. Konsep visual meliputi gaya adaptasi gambar dan pendekatan

warna mengikuti gaya seorang illustrator bernama Sholto Walker. Gaya gambarnya

memiliki outline yang tegas dengan warna-warna yang tergores seperti dari pensil

dan ilustrasi yang simpel.

Gbr III.1 Ilustrasi Karya Sholto Walker

Sumber: http://www.illustrationweb.com/sg/artists/SholtoWalker/view (12 Juni 2015)

III.2.1 Format Desain

Format desain dan dimensi ukuran akan dibuat portrait dengan ukuran 21 cm x 26

cm, sehingga buku bersifat efisien dan mudah untuk di simpan di tempat-tempat

seperti rak buku. Ukuran ini pun dapat menggambarkan sebuah ilustrasi lebih

leluasa sehingga membuat pembaca lebih bisa menikmati gambar-gambar dalam

buku tanpa harus cepat-cepat berganti pada halaman selanjutnya dari buku.

III.2.2 Tata Letak (Layout)

Layout dibuat sederhana, dengan ilustrasi yang ditonjolkan dan teks yang tidak

terlalu panjang untuk memperjelas pesan dari ilustrasi. Sementara untuk arah baca,

digunakan metode dari kiri ke kanan supaya pembaca tidak kesulitan dalam

menangkap informasi atau gambaran visual yang terdapat pada buku.

III.2.3 Huruf  Judul

Font yang digunakan pada judul adalah font “Blackbird”, ukurannya yang tebal,

(36)

Warna Font pada judul ini adalah gradasi antara warna kuning dan oranye yang

diambil dari warna mata Elang Jawa, lalu siluet jambul coklat Elang Jawa yang

menyatu dengan stroke sebagai visual pendukung untuk menggambarkan sebagian

rupa Elang Jawa.

Gbr III.2 Font Blackbird

Gbr III.3 Pengaplikasian Font Blackbird Pada Judul  Isi Teks

Pada bagian isi, font yang digunakan adalah “Songbird”, memiliki karakter untuk

menjadi bacaan buku cerita, terasa santai dan cocok untuk teks pada paragraf yang

tidak terlalu panjang. Serta font “Calibri” sebagai isi teks pada bagian informasi di

akhir halaman buku.

Gbr III.4 Font Songbird

(37)

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan mengikuti gaya seorang illustrator bernama Sholto Walker

dengan garis yang tegas untuk menyesuaikan dengan isi cerita dari buku ini yaitu

tentang perburuan yang didalamnya terdapat sedikit action seperti pertarungan

Elang Jawa dengan pemburu.

III.2.4.1 Studi Karakter

Karakter yang digunakan adalah Elang Jawa sebagai karakter utama. Nama karakter

utama tersebut bernama Java, diambil dari nama Elang Jawa dalam bahasa inggris

yaitu Javan Hawk-eagle. Nama ini dipilih karena mudah diingat dan dibaca.

Karakter ini dijadikan tokoh utama dalam buku ilustrasi ini karena dia merupakan

Elang Jawa yang menjadi topik dalam buku tersebut. Java digambarkan sebagai

burung Elang Jawa yang perkasa, berani, dan penuh perjuangan melalui mata

kuning yang tajam serta badan yang kekar. Warnanya diambil dari burung Elang

Jawa sendiri dari mulai ujung sayapnya yang hitam, paruhnya yang hitam, serta tiga

jambul di atas kepalanya yang membedakan dari elang jenis lainnya.

Ukuran dan postur tubuhnya dibuat menyerupai manusia, alasannya supaya bahasa

tubuh dari karakter tersebut lebih mudah dibaca, contohnya ketika dia mengangkat

tangan didepan kepalanya menandakan bahwa si karakter sedang hormat, atau

ketika karakter mengangkat kepalanya dan menaruh tangan didepan dagunya yang

menandakan si tokoh sedang berpikir. Pemasangan pakaian sebagai aksesori atau

pemanis sehingga karakter terlihat tidak membosankan dan menggambarkan sifat

karakter yang memiliki kecerdasan seperti manusia. Pakaian yang digunakan para

karakter pun tidak lengkap seperti hanya memakai celana saja atau sebaliknya

karena penggambaran karakter dalam buku ilustrasi ini tidak memperlihatkan

bagian yang harus ditutupi seperti halnya manusia yang memakai celana untuk

(38)

Gbr III.6 Java Sebagai Karakter Utama

Gbr III.7 Karakter Pendukung Buku Elang Jawa

III.2.4.2 Studi Lokasi

Lokasi yang digunakan adalah di hutan dan perkotaan, alasan hutan dijadikan lokasi

dalam buku ilustrasi ini karena hutan merupakan habitat asli Elang Jawa dan

menyesuaikan isi cerita yang berawal dari hutan dengan karakter hewan-hewan di

Pulau Jawa. Lokasi diperkotaan seperti di jalan raya atau ruangan dalam gedung

untuk menggambarkan tempat tinggal para pemburu atau tokoh jahat dalam cerita

ini, lokasi perkotaan dipilih karena cocok untuk menggambarkan perbandingan dari

lokasi hutan yang asri, tidak seperti perkotaan yang padat serta banyak polusi

(39)

Gbr III.8 Contoh Ilustrasi Lokasi Hutan dan Perkotaan

III.2.5 Warna

Pemilihan warna pada buku ilustrasi ini disesuaikan dengan suasana dan setting

latar serta kondisi cerita supaya dapat memperjelas ilustrasi dari buku. Seperti

ketika siang hari yang digambarkan dengan warna cerah atau langit yang biru.

Warna yang digunakan di setiap ilustrasi, dominan dengan warna coklat sesuai

dengan habitat dan ciri fisik Elang Jawa. Teknik pewarnaan yang digunakan adalah

dengan teknik digital painting menggunakan software Adobe Photoshop.

Berikut adalah beberapa warna yang sering muncul pada pembuatan buku ilustrasi

ini:

(40)

III.2.6 Sinopsis

Java adalah burung Elang Jawa yang hidup disebuah hutan yang subur, alami dan

penuh dengan pepohonan yang hijau. Java adalah pelindung hutan ini, tugasnya

mengawasi seluruh kawasan hutan seperti menjaga pohon dan binatang lainnya

agar tetap aman dan nyaman hidup di hutan.

Suatu hari dia mendapat tugas dari raja hutan bernama Lion untuk membawa semua

teman dari hutan yang tertangkap oleh pemburu yang di bawa ke sebuah perkotaan.

Teman-teman hutan yang tertangkap adalah Badak Jawa dan Macan Tutul Jawa.

Mereka tertangkap karena mereka ditemukan ketika hutan tempat tinggal mereka

di rusak oleh para penebang pohon.

Pada pagi hari, Java pergi menuju kota yang penuh dengan pemburu, dia terbang

diantara gedung-gedung tinggi lalu turun dan menyelinap di sebuah jalan kecil

untuk menuju tempat dimana teman-teman hutannya di kurung. Dengan mata

tajamnya dia melewati semua penjaga di depan gedung tahanan dan langsung

masuk ke dalam ruangan yang di jaga oleh dua penjaga, karena sudah terlihat oleh

penjaga tersebut, Java tidak memiliki ide lain selain melawan mereka, dengan cakar

kakinya, paruh tajamnya serta gerakan gesitnya Java bisa memenangkan

pertarungan dengan sekejap mata. Setelah itu Java membuka pintu yang dijaga tadi

dan menemukan Badak dan Macan lalu membawa mereka pergi dari tempat itu

menuju kembali ke hutan mereka.

III.2.7 Storyline

Tabel III.3 Storyline

1

Java adalah seekor burung Elang Jawa yang hidup disebuah hutan yang

(41)

2

Java adalah pelindung hutan ini, tugasnya mengawasi seluruh kawasan

hutan seperti menjaga pohon dan binatang lainnya agar tetap aman dan

nyaman hidup di hutan.

3

Suatu hari dia mendapat tugas dari raja hutan bernama Lion untuk

membawa semua teman dari hutan yang tertangkap oleh pemburu yang

di bawa ke sebuah perkotaan.

4

Teman-teman hutan yang tertangkap adalah Badak Jawa dan Macan

Tutul Jawa. Mereka tertangkap karena mereka ditemukan ketika hutan

tempat tinggal mereka di rusak oleh para pemburu.

5

Para pemburu adalah orang jahat yang tidak peduli terhadap kehidupan

para hewan, mereka terus memburu para hewan di hutan untuk

keuntungan mereka sendiri.

6

Java bersiap dan menentukan rencana yang bagus untuk pergi ke Kota.

Dia tidak akan membawa apapun kecuali rasa semangat dan berani yang

ada pada dalam dirinya.

7

Ketika pagi hari datang, Java pergi menuju kota yang penuh dengan

pemburu, dia terbang diantara gedung-gedung tinggi dan suasana kota

yang masih lengang.

8 Setelah terbang cukup lama, Java turun dan menyelinap di sebuah jalan kecil untuk menuju tempat dimana teman-teman hutannya di kurung.

9

Dari dekat, tempat ditahannya Badak dan Macan seperti penjara dengan

banyak penjaga diluarnya, namun dengan mata tajam dan gerakan

(42)

10 Java masuk ke dalam ruangan yang di jaga oleh dua penjaga, namun dua penjaga tersebut melihat Java dan segera mengeluarkan senjatanya.

11

Java tidak memiliki ide lain selain melawan mereka, dengan cakar

kakinya, paruh tajamnya serta gerakan gesitnya Java bisa memenangkan

pertarungan dengan sekejap mata.

12

Setelah itu Java membuka pintu yang dijaga tadi dan menemukan Badak

dan Macan berada didalam ruangan tersebut.

13 Java segera membawa mereka pergi dari tempat itu untuk menuju kembali ke hutan mereka.

14

Mereka menyelinap melalui jalan sempit di perkotaan hingga akhirnya

dapat keluar untuk menuju hutan.

15

Setelah sampai di hutan, mereka di sambut oleh Lion dan teman hutan

lainnya yang bangga dengan keberanian dari Java untuk menyelamatkan

(43)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA

IV.1 Proses Pembuatan Media Utama

Proses pembuatan buku ini diawali dengan pembuatan alur cerita (storyline) yang

dimulai dari sinopsis menuju teks cerita per ilustrasi, kemudian dikembangkan

menjadi storyboard yang menggambarkan layout serta bentuk dasar dari gestur

karakter yang langsung dilakukan secara digital menggunakan software Adobe

Photoshop dan hardware Pen Tablet, sketsa awal ini lalu dipertebal dan dirapihkan

kembali sehingga menjadi outline yang membentuk gambar ilustrasi yang siap

diwarnai.

Gbr IV.1 Proses Awal Sketsa Digital

Setelah sketsa awal selesai, selanjutnya tahap pewarnaan digital yang mengacu

pada studi karakter dan lokasi menggunakan Adobe Photoshop dengan mode

CMYK untuk menyesuaikan dengan warna ketika dicetak. Proses pewarnaan ini

tidak lepas dari pemberian shading dan lighting untuk memperjelas unsur

(44)

Gbr IV.2 Proses Pewarnaan Digital

Setelah proses pembuatan ilustrasi selesai, maka dilanjutkan pada penempelan

ilustrasi pada buku yang telah disesuaikan dari mulai ukuran sampai layout, ilustrasi

tadi ditempel pada bagian kanan halaman buku karena pada bagian kiri halaman

disediakan untuk teks pendek sebagai pendukung atau penjelas ilustrasi. Software

yang digunakan adalah Adobe InDesign yang khusus menangani pembuatan

dokumen seperti buku ilustrasi ini.

Gbr IV.3 Proses Pemberian Teks dengan Layout

IV.2 Media Utama Buku Ilustrasi

Pada cover buku ilustrasi ini terdapat ilustrasi yang menggambarkan keseluruhan

isi cerita yaitu Java yang terlihat sedang mengawasi pemburu di belakang Java yang

sedang tersenyum menyeringai layaknya penjahat, lalu judul utama sebagai

(45)

Gbr IV.4 Cover Depan Buku Ilustrasi Elang Jawa

Pada cover belakang terdapat sinopsis yang hampir menggambarkan keseluruhan

isi cerita, akhir cerita tidak disisipkan supaya orang akan terbawa untuk membaca

bagian isi buku bukan hanya dari sinopsis saja. Lalu ada identitas berupa logo dari

pihak-pihak terkait yang turut berkerjasama dalam pembuatan buku ini seperti

Suaka Elang dan Raptor Indonesia.

(46)

IV.2.1 Storyboard

Tabel IV.1 Storyboard

1 2

3 4

5 6

(47)

9 10

11 12

13 14

(48)

IV.2.2 Format Buku

Buku ilustrasi versi istimewa (Hard Cover)

Ukuran : 26 x 21 cm

Material : Alkasia

Jumlah halaman : 36 halaman

Teknis produksi : Digital Printing

Jilid Cover : Laminasi doff

Buku ilustrasi versi ekonomis (Soft Cover) Ukuran : 26 x 21 cm

Material : HVS 100 gram

Jumlah halaman : 36 halaman

Teknis produksi : Digital Printing

Gbr IV.6 Format Buku Ilustrasi Elang Jawa

IV.3 Media Pendukung

Media pendukung yang dipilih dari perancangan ini adalah sticker, gantungan

kunci, T-shirt dan buku catatan. Sedangkan untuk promosi menggunakan poster,

2D figure serta media sosial seperti Facebook.

IV.3.1 Poster Ukuran : A3

Material : Art Paper 210 gram

Teknis produksi : Digital Printing

(49)

Gbr IV.7 Poster

IV.3.2 Sticker Ukuran : 10 x 11 cm

Material : Sticker Vynil (Quantac Doff)

Teknis produksi : Digital Printing

(50)

IV.3.3 Gantungan Kunci 2 Muka Ukuran : 5,8 x 5,8 cm

Material : Acrylic

Teknis produksi : Digital Printing

Gbr IV.9 Gantungan Kunci

IV.3.4 T-Shirt

Ukuran : M (170/84A)

Material : Cotton combed

Teknis produksi : Digital Printing

Terbatas hanya dibagikan saat event berlangsung pada orang yang bisa menjawab

pertanyaan seputar Elang Jawa

(51)

IV.3.5 Buku Catatan

Jumlah Halaman : 20 halaman

Ukuran : 10 x 11 cm

Material : HVS 100 gram (Ring)

Teknis produksi : Digital Printing

Gbr IV.11 Buku Catatan

IV.3.6 2D Figure Ukuran : A3

Material : Art Paper dan Infraboard

Digunakan ketika event promosi berlangsung untuk menarik perhatian

(52)

IV.3.7 Media Sosial Facebook Ukuran : 1520 x 562 pixel

Halaman Fanspage : https://www.facebook.com/JavasiElangJawa

Gbr IV.13 Banner Facebook

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alya, F. (2011). Beraneka Ragam Burung (Aves). Bandung: PT Sandiarta Sukses.

Prapnomo. (1997). Burung dan Kehidupannya. Bandung: Remaja Rosdakarya

Offset.

Sozer, R., Nijman, V., Setiawan, I., & Rakhman, Z. (2012). Panduan Inventarisasi

Elang Jawa Nisaetus Bartelsi. Bogor: Raptor Indonesia.

Whitten, T dan Whitten, J. (2002). Indonesian Heritage jilid Margasatwa. Jakarta:

Grolier International.

Artikel Internet

Sigit, R. R. (2014). Elang Jawa, Inilah Sosok Asli Sang Garuda. Diakses pada 9

Desember 2014.

http://www.mongabay.co.id/2014/08/14/elang-jawa-inilah-sosok-asli-sang-garuda/

Wahyudi, H. A. (2013). Elang Jawa, Sang Garuda Tanah Jawa. Diakses pada 9

Desember 2014.

http://www.greeners.co/biodiversity/elang-jawa-sang-garuda-tanah-jawa/

Jurnal

Dia, Mark, Suriatanwijaya, H dan Guerrero, L. Laut Indonesia dalam Krisis.

Jakarta: Greenpeace Southeast Asia (Indonesia).

Iqbal, M., Kurnia, M, P., Susanti, E. (2014). Tinjauan Yuridis Terhadap

Kepemilikan Dan Penjualan Satwa Langka Tanpa Izin Di Indonesia. Jurnal

Beraja Niti.

Menteri Kehutanan Republik Indonesia. (2013). Strategi dan Rencana Aksi

Konservasi Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi) Tahun 2013-2022. Kepala Biro

Hukum dan Organisasi.

Purwanto, A. A. (2012). Laporan Raptor Indonesia Vol. 1 No.1 Januari – Maret

2012.

Purwanto, A. A. (2012). Laporan Raptor Indonesia Vol. 1 No. 2 Maret – Juni 2012.

(54)

Suaka Elang. (2010). Annual Report Perkumpulan Suaka Elang.

Virdianti, P. (2014). Proses Penetapan Garuda Pancasila Sebagai Lambang

Negara Indonesia Tahun 1949-1951. Volume 2, No. 2.

Laporan Ilmiah

Alifa, N. R. et al. (2012). Garuda Pancasila Sebagai Lambang Negara Indonesia.

Makalah pada Direktorat Pendidikan Tingkat Persiapan, Insititut Pertanian

Bogor.

Baskara, I Ketut. Perancangan Media Komunikasi Visual Sebagai Sarana

Kampanye Imunisasi Campak Di Denpasar Bali. Program Studi Desain

Komunikasi Visual ISI Denpasar.

Lukman, Christine. (2009). Bahasa Rupa Pada Buku Ilustrasi Anak Indonesia

Kontemporer; Studi Kasus Seri Cerita Pelangi Gramedia Pustaka Utama

(GPU). Laporan Penelitian Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Mardiastuti, Ani. (1999). Keanekaragaman Hayati: Kondisi Dan

Permasalahannya.

Munifah. (2012). Keanekaragaman Kupu-Kupu (Lepidoptera) Di Taman Kyai

Langgeng Magelang Sebagai Sumber Belajar Untuk Penyusunan Modul

Pengayaan Materi Keanekaragaman Hayati Bagi Siswa Sma Kelas X. Skripsi

Universitas Negeri Yogyakarta.

Oentoro, Yurica. (2012). Representasi Figur Burung Garuda yang Digunakan

sebagai Lambang Negara.

Prasetyo, D. K. (2002). Studi Habitat Sekitar Elang Jawa Di Kawasan Cibulao

Taman Nasional Gede-Pangrango Jawa Barat. Skripsi pada Universitas

Diponegoro, Semarang.

Tamnge, F. Janiawati, I.A.A. Lestari, D.A. (2013). Pendugaan Kelas Umur Dan

Parameter Demografi Populasi Elang Jawa. Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor.

Taurissy, A. (2012). Perancangan Buku Mengenal Elang Jawa Sebagai Satwa

Langka di Indonesia. Laporan Pengantar Tugas Akhir. Universitas Komputer

(55)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Dzik Rona Suhan

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 24 Juli 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl Embah Jaksa A67 Rt.01/11 Kec.Cibiru Bandung

Nomer Handphone : 0895-2385-6670

E-mail : ronasuhan@gmail.com

Pendidikan

1997-1998 : RA. Amal Bakti, Bandung

1999-2005 : SD Negeri Cipadung 3, Bandung

2005-2008 : SMP Negeri 46, Bandung

2008-2011 : SMA Negeri 1 Cileunyi

Gambar

Tabel III.1 Consumer Journey
Tabel III.2 Jadwal Penyebaran Media
Tabel III.3 Storyline
Tabel IV.1 Storyboard

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan sesuai dengan kurs tengah Bank Indonesia yang

Korelasi CAPE dengan curah hujan GSMaP lebih besar karena curah hujan GSMaP merupakan estimasi curah hujan didapatkan dari penurunan nilai berdasarkan hasil pengamatan

Laporan dari pertemuan DiCoSA AMM di Aceh Utara menunjukkan bahwa forum seperti ini memberikan ruang yang sangat berguna untuk memusyawarahkan berbagai kasus

Hal tersebut menyatakan bahwa variabel independen dalam penelitian ini yang terdiri dari gaya kepemimpinan, kompetensi, integritas, motivasi, dan disiplin kerja

Hasil ini juga menjelaskan bahwa pemberian vitamin D pada kasus anak yang menderita pneumonia memiliki peluang penurunan suhu tubuh yang lebih baik dibandingkan

Pengembangan sistem SMS Gateway untuk mendistribusikan informasi jadwal ujian skripsi akan mengkolaborasikan data ujian skripsi yang diinput melalui sistem Smart Campus3.

Dari hasil uji korelasi parsial terlihat nilai variabel harga yang paling besar pengaruhnya dimana hasil uji penelitian t hitung untuk variabel harga diikuti variabel

Odbor sestavljajo Uradna spletna stran NAK:  Direktor Zvezne varnostne sluţbe predsednik;  Namestnica vodje predsedniške uprave – pomočnica predsednika Ruske federacije;