Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI ELANG JAWA
Tugas Akhir/DK 38315
Semester II 2014/2015
Oleh:
Dzik Rona Suhan
51911037
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
▸ Baca selengkapnya: pertanda burung elang masuk rumah
(2)(3)(4)(5)KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir ini yang disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan
mata kuliah Tugas Akhir di Fakultas Desain Program Studi Desain Komunikasi
Visual Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Selama proses penelitian ini, penulis tentunya mengalami kesulitan dan hambatan,
tetapi dengan bimbingan, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, terutama
dengan izin Allah SWT, kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih tersebut kepada semuanya dari mulai keluarga,
kerabat, teman seperjuangan sampai seluruh staf dosen, sekretariat dan karyawan
Program Studi Desain Komunikasi Visual yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
tugas akhir ini, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sekalian. Penulis berharap laporan tugas akhir tentang Elang Jawa ini
bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pihak lain yang memerlukan
pada umumnya.
Bandung, Agustus 2015
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
II.5.3 Daerah Penyebaran Elang Jawa ... 9
II.5.4 Mangsa Elang Jawa ... 11
II.5.5 Perkembangbiakan Elang Jawa ... 11
II.6 Undang-Undang Tentang Elang Jawa ... 12
II.7 Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Kepemilikan Satwa ... 12
II.8 Ancaman Elang Jawa... 13
II.9 Data Kasus Perdagangan Satwa Langka ... 14
II.10 Usaha Untuk Kebaikan Elang Jawa ... 15
II.11 Gambaran Elang Sebagai Kepribadian Kuat ... 15
II.12 Buku Ilustrasi ... 16
II.13 Analisa Permasalahan ... 16
II.13.1 Data Hasil Wawancara ... 16
II.13.2 Data Hasil Kuesioner ... 17
II.14 Kesimpulan dan Solusi ... 18
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 20
III.1 Strategi Perancangan ... 20
III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 21
III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 21
III.1.3 Materi Pesan ... 21
III.1.4 Pendekatan Visual ... 22
III.1.5 Pendekatan Verbal ... 22
III.1.6 Khalayak Sasaran ... 22
III.1.7 Strategi Kreatif ... 24
III.1.8 Strategi Media... 24
III.1.9 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media ... 26
III.2 Konsep Visual... 26
III.2.1 Format Desain... 27
III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 27
III.2.3 Huruf ... 27
III.2.4 Ilustrasi ... 29
III.2.4.1 Studi Karakter ... 29
III.2.4.2 Studi Lokasi ... 30
III.2.5 Warna... 31
III.2.7 Storyline ... 32
BAB IV TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA ... 35
IV.1 Proses Pembuatan Media Utama ... 35
IV.2 Media Utama Buku Ilustrasi ... 36
IV.2.1 Storyboard ... 38
IV.2.2 Format Buku ... 40
IV.3 Media Pendukung ... 40
IV.3.1 Poster ... 40
IV.3.2 Sticker ... 41
IV.3.3 Gantungan Kunci 2 Muka ... 42
IV.3.4 T-Shirt ... 42
IV.3.5 Buku Catatan ... 43
IV.3.6 2D Figure ... 43
IV.3.7 Media Sosial Facebook ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN ... 47
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau, terletak
di daerah tropis, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Namun
usaha pelestarian yang kurang membuat kualitas dan kuantitas fauna di Indonesia
semakin menurun. Selain penebangan hutan, maraknya perburuan dan penebangan
liar saat ini menyebabkan semakin banyak spesies hewan yang menjadi langka,
bahkan punah. Hewan-hewan tersebut selain ditangkap untuk dijual, sebagian juga
diawetkan.
Dr. Ir. Bambang Supriyanto M.Sc. (2010) berpendapat bahwa:
Burung pemangsa (raptor) yang dalam suatu ekosistem sangat penting, karena
posisinya sebagai pemangsa puncak dalam piramida makanan. Benua Asia dihuni
oleh sekitar 90 jenis raptor dan sekitar 75 jenis raptor bisa ditemukan di Indonesia
dan sekitar 15 jenisnya merupakan burung endemis di Indonesia. Semua jenis
raptor dilindungi peraturan negara, misalnya oleh undang-undang No. 5 tahun
1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta PP
7 dan 8 tahun 1999 (h.5).
Salah satu jenis raptor endemis Indonesia adalah Elang Jawa. Jenis ini hanya
ditemukan secara alami di pulau Jawa. Sebagai jenis yang endemis dan sangat
tergantung kepada keberadaan hutan alami di pulau Jawa, elang ini menghadapi
risiko kepunahan. Di habitat alaminya, spesies burung ini masih dapat dijumpai di
blok-blok hutan yang masih tersisa di daerah pegunungan (Suaka Elang, 2010).
Dalam penelitian Syartinilia dan kawan-kawan pada tahun 2010, diperkirakan
bahwa Elang Jawa yang tersisa sekitar 325 pasang saja.
Elang Jawa merupakan sosok paling meyakinkan yang disebut sebagai inspirasi
dari Sang Garuda (Lambang Negara Indonesia). Sosoknya yang gagah dengan
dengan Garuda. Namun, berbeda dengan Garuda yang disanjung-sanjung dan
menjadi lambang negara, nasib Elang Jawa justru miris. Burung endemis Jawa ini
masuk dalam kategori terancam punah.
Dr. Ir. Bambang Supriyanto M.Sc. (2010) berpendapat bahwa:
Ancaman utama kepada jenis ini adalah hilangnya habitat dan perdagangan liar
(Birdlife International 2006). Kedua faktor yang mengancam itu di samping
disebabkan oleh meningkatnya populasi manusia juga oleh tingkat kesadaran dan
penegakan hukum yang lemah. Kecenderungan ingin memiliki dan
memperdagangkan satwa yang dilindungi masih berlangsung. Penurunan populasi
ini, juga bisa terjadi secara alami. Mengingat, pertumbuhan Elang Jawa sangat
lambat. Burung ini dianggap sudah dewasa, apabila berumur 3-4 tahun. Mereka
juga hanya berkembang biak satu kali dalam satu atau dua tahun dan hanya bisa
bertelur satu butir saja. Keadaan ini membuat prihatin banyak pihak khususnya
pecinta hewan dan semakin mengancam populasi raptor di habitat alaminya (h.5).
Media informasi seperti buku yang memvisualisasikan Elang Jawa pun masih susah
untuk ditemui, dari perpustakaan sebuah universitas sampai toko buku, tidak
menyediakan buku yang berisi informasi khusus tentang Elang Jawa. Kebanyakan
buku yang terdapat di perpustakaan, sebagian besar mengoleksi buku-buku tentang
cara memelihara hewan peliharaan seperti ikan hias, hewan-hewan ternak dan
sebagainya, yang akhirnya menyebabkan informasi tentang Elang Jawa terancam
punah ini menjadi samar dan tidak begitu penting.
Elang Jawa memiliki kepribadian yang melambangkan sosok perkasa, berani, dan
penuh perjuangan tanpa kenal menyerah. Sorot mata dan penglihatannya yang
tajam, berparuh kokoh, kepakan sayapnya kuat, berdaya jelajah tinggi, dan ketika
berdiam diri sosoknya gagah dan berwibawa. Kesan seperti itulah yang mengilhami
beberapa negara menampilkan sosok burung dalam benderanya. Indonesia bahkan
memakai sosok burung elang sebagai lambang negara dengan burung mitologis
Penelitian terhadap Elang Jawa adalah hal yang penting karena Elang Jawa dapat
dijadikan bio-indikator (komponen biotik yang dapat dijadikan indikator
kondisi/komposisi komponen biotik dan abiotik) untuk keseimbangan ekosistem
dimana interaksi antara komponen-komponen di dalamnya berlangsung secara
harmonis dan seimbang sehingga berdampak signifikan pada keselerasan serta
kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Serta sebagai
keanekaragaman hayati yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Selain itu, satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia,
yaitu Garuda, sehingga pada tanggal 10 Januari 1993, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah No. 4/1993 yang menetapkan satwa Elang Jawa sebagai
simbol nasional. Jika spesies Elang Jawa punah maka akan dimungkinkan Pulau
Jawa tidak memiliki spesies Elang yang menjadi icon dari Pulau Jawa sendiri.
Keindahan Elang Jawa terbang di udara bebas merupakan salah satu hiburan
tersendiri untuk diamati.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat teridentifikasi beberapa
masalah yang muncul, yakni:
Terdapat banyak kasus perburuan juga perdagangan illegal yang mengakibatkan tekanan terhadap populasi Elang Jawa.
Kemiripannya dengan lambang burung Garuda membuat permintaan akan Elang Jawa untuk dijadikan peliharaan semakin tinggi yang menyebabkan
penangkapan dan perdagangan liar tidak terkendali.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Elang Jawa sebagai satwa
endemis.
Keterbatasan pengembangan media informasi dalam memvisualisasikan Elang
Jawa.
I.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari identifikasi masalah diatas adalah
sosok perkasa, berani dan penuh perjuangan serta menginformasikan pada
masyarakat bahwa Elang Jawa merupakan burung endemis yang terancam punah?
I.4 Batasan Masalah
Batasan masalah ditekankan pada pengenalan Elang Jawa sebagai jenis endemis
dan sangat tergantung kepada keberadaan hutan alami di Pulau Jawa yang
menghadapi risiko kepunahan.dengan target masyarakat semua kalangan anak-anak
berumur 6-14 tahun di daerah Jawa.
I.5 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan dari perancangan tugas akhir ini adalah:
Mendukung proses pelestarian satwa-satwa langka secara umum dan
khususnya jenis burung Elang Jawa.
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang karakteristik Elang Jawa supaya lebih mencintai Elang Jawa sebagai satwa endemis.
Meningkatkan peran dan kesadaran masyarakat disekitar habitat Elang Jawa dalam melindungi fauna yang hampir punah ini.
BAB II
ELANG JAWA MELALUI BUKU ILUSTRASI
II.1 Kepunahan
Menurut kamus digital bahasa Indonesia (KBBI 1.5.1), Punah adalah habis semua
hingga tidak ada sisanya atau benar-benar binasa. Kepunahan adalah kematian ras
atau spesies. Kepunahan terjadi bila suatu spesies tidak lagi mampu mereproduksi.
Kepunahan terjadi bila tidak ada lagi makhluk hidup dari spesies tersebut yang
dapat berkembang biak dan membentuk generasi. Ada banyak alasan mengapa
suatu spesies tertentu dapat menjadi punah. Meskipun faktor-faktor tersebut dapat
dianalisis dan dikelompokkan, ada beberapa penyebab kepunahan yang muncul
berkali-kali seperti faktor pengrusakan habitat atau eksploitasi yang berlebihan
seperti perburuan dan perdagangan ilegal.
II.2 Pelestarian
Menurut kamus digital bahasa Indonesia (KBBI 1.5.1) mengatakan pelestarian
adalah proses, cara, perbuatan melestarikan, perlindungan dari kemusnahan atau
kerusakan, pengawetan, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yg
menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragamannya. A.W. Widjaja (1986) mengartikan “pelestarian sebagai
kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna
mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan
abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif” (h.115).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan pelestarian dan
kelestarian adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama-lamanya tidak
berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu, guna
mewujudkan tujuan tertentu di aspek stabilisasi manusia, serta kegiatan
II.3 Keanekaragaman Hayati
Menurut kamus digital bahasa Indonesia (KBBI 1.5.1), Keanekaragaman Hayati
adalah keseluruhan keanekaragaman makhluk yg diperlihatkan suatu daerah mulai
dr keanekaragaman genetika, jenis, dan ekosistemnya. Ani Mardiastuti (1999)
menjelaskan “keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk
derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun
frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah. Definisi ini masih
susah dimengerti oleh orang awam. Pengertian yang lebih mudah dari
keanekaragaman hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumber daya alam hayati
(tumbuhan dan hewan) yang terdapat di muka bumi” (h.1).
Munifah (2012) berpendapat bahwa:
Keanekaragaman Hayati adalah keseluruhan variasi berupa bentuk, penampilan,
jumlah, dan sifat yang dapat ditemukan pada makhluk hidup. Setiap saat kita dapat
menyaksikan berbagai macam makhluk hidup yang ada di sekitar kita baik di
daratan maupun di perairan. Misalnya, dihalaman rumah, kebun, sawah, atau di
hutan. Di tempat itu dapat kita jumpai bermacam-macam makhluk hidup mulai dari
makhluk yang berukuran kecil seperti semut hingga makhluk berukuran besar
seperti burung, ular, atau gajah. Mulai dari yang berwarna gelap hingga makhluk
yang berwarna cerah dan menarik (h.36).
II.4 Burung
Anggun Gayanti Pratiwi (2014) berpendapat bahwa:
Burung merupakan satwa liar yang hidup di alam dan mempunyai peranan penting
dalam menjaga kelestarian lingkungan seperti sebagai pengontrol hama. Burung
memiliki keindahan bentuk dan warna serta aspek lainnya seperti tingkah laku,
suara, siulan yang spesifik bagi tiap-tiap burung. Burung berdarah panas dan
berkembang biak dengan bertelur, tubuhnya tertutup bulu dan memiliki
bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Rangka burung sangat kokoh tetapi ringan,
kebanyakan dari tulang yang besar berongga sehingga rangka itu tidak perlu
Jenis burung yang mudah dikenali adalah burung jenis pemangsa, yaitu jenis
burung dengan kombinasi terbang memiliki kaki yang dapat digunakan untuk
memegang mangsa dan paruh yang khas sehingga merupakan jenis burung yang
mampu menguasai sebagian besar lingkungan dengan rentang makanan yang luas.
Salah satu burung pemangsa yang endemis adalah Elang Jawa karena burung ini
hanya terdapat di Pulau Jawa dan saat ini sedang mengalami ancaman kepunahan.
II.5 Elang Jawa
Elang Jawa atau dalam nama ilmiahnya Spizaetus Bartelsi adalah salah satu spesies
elang yang endemik di Pulau Jawa. Burung ini memiliki peranan sebagai pemangsa
puncak (top predator) dalam siklus rantai makanan yang mengatur jumlah binatang
lain yang menjadi mangsanya di alam, sehingga berfungsi sebagai satwa yang
mampu mempertahankan keseimbangan alam.
Dr. Ir. Novianto Bambang W. MSc. (2012) menjelaskan bahwa “Elang Jawa
merupakan burung pemangsa yang terancam punah dengan kategori keterancaman
genting karena perburuan liar, penyusutan habitat, pencemaran akibat penggunaan
insektisida, pertumbuhan penduduk yang pesat, pembangunan infrastruktur dan
berbagai faktor lainnya”.
Gbr II.1 Kepala Elang Jawa
Gbr II.2 Elang Jawa
Sumber :
http://www.griyawisata.com/nasional/java-island/artikel/elang-jawa-akan-beradaptasi-di-taman-nasional-gunung-merapi (21 Januari 2015)
II.5.1 Ciri-Ciri Elang Jawa
Dian Kartika Prasetyo (2002) berpendapat bahwa:
Elang Jawa dewasa memiliki bulu berwarna coklat tua pada sayap dan
punggungnya dengan ukuran tubuh 60 - 70 cm dan panjang sayap 349 - 358 mm.
Kepala dan lehernya berwarna coklat, dengan jambul yang tipis dan panjang
berwarna coklat hitam yang panjangnya dapat mencapai 12 cm. Bulu pada bagian
dada berwarna keputihan dengan bintik-bintik hitam yang tebal, bulu bagian perut
dan paha berwarna putih. Kakinya cukup panjang dan ditutupi oleh bulu sampai
pada dasar kaki, kaki berwarna kuning terang, paruh dan cakar berwarna hitam.
Bagian sisi atas ekornya berwarna coklat tua dengan tiga pita hitam dan berwarna
putih pada ujungnya, sedangkan bagian sisi bawahnya berwarna abu-abu dengan
II.5.2 Habitat Elang Jawa
Elang Jawa sering juga menggunakan hutan sekunder (hutan yang tumbuh dan
berkembang secara alami) untuk berburu dan bersarang yang berdekatan dengan
hutan primer (hutan alam yang masih utuh yang belum mengalami gangguan
eksploitasi oleh manusia) untuk keberhasilan perkembangbiakannya. Elang Jawa
diketahui hidup dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 mdpl, hadir di daerah
hutan alami dengan daerah yang terbuka pada pohon tinggi menjulang yang dapat
digunakan untuk mengincar mangsa ataupun sebagai sarang. Umumnya sarang
ditemukan di pohon yang tumbuh di lereng dengan kemiringan sedang sampai
curam pada ketinggian tempat diatas 800 m diatas permukaan laut, dengan dasar
lembah terdapat anak sungai. Tercatat bahwa Elang Jawa membangun sarang di
pohon Rasamala (Altingia excelsa) dan pohon-pohon lain seperti pohon Pasang
(Lithocarpus atau Quercus), Tusam (Pinus merkusii), Puspa (Schima wallichii),
Kitambaga (Eugenia cuprea), Ki Sireum (Eugenia clavimyrtus) (Taurissy, 2012,
h.6).
Gbr II.3 Sarang Elang Jawa
Sumber :
http://www.jawakulon.org/2010/06/sang-garuda-masih-ada-di-gunung-salak.html (21 Januari 2015)
II.5.3 Daerah Penyebaran Elang Jawa
Resit Sozer (2012) menjelaskan bahwa “Elang Jawa merupakan salah satu jenis
hutan primer dan daerah peralihan di dataran rendah dan hutan pegunungan di Jawa;
lebih umum ditemukan di setengah daerah selatan Jawa” (h.6).
Menurut Laporan Raptor Indonesia tahun 2012 tercatat ada beberapa Individu
Elang Jawa di beberapa wilayah seperti di TN Bromo Tengger Semeru,
Pegunungan Ijen, Perkebunan Kayumas Situbondo dan banyak lagi yang jumlah
totalnya terpantau sebanyak kurang lebih 19 ekor.
Di Jawa Barat, Elang Jawa hanya terdapat di Gunung Pancar, Gunung Salak,
Gunung Gede Pangrango, Papandayan, Patuha dan Gunung Halimun. Di Jawa
Tengah Elang Jawa terdapat di Gunung Slamet, Gunung Ungaran, Gunung Muria,
Gunung Lawu, dan Gunung Merapi, sedangkan di Jawa Timur terdapat di
Merubetiri, Baluran, Alas Purwo, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, dan
Wilis (Alamendah, 2009).
Elang Jawa dapat ditemukan di Kebun Binatang Bandung sebanyak dua ekor yang
letak kandangnya berada di tengah lokasi kebun binatang ini. Berbeda dengan
kandang burung disebelahnya, kandang Elang Jawa dipenuhi oleh tanaman
menjalar dengan ukuran kandang kurang lebih 3x3 meter dengan tinggi 4 meter.
Gbr II.4 Elang Jawa di Kebun Binatang Bandung
II.5.4 Mangsa Elang Jawa
Jenis pakan kebanyakan dari mamalia arboreal berukuran kecil hingga sedang
seperti tupai pohon, tupai, kelelawar pemakan buah, tupai terbang, monyet muda
dan sigung (Mydaus javanicus). Pakan lainnya dari jenis burung, termasuk merpati,
serta reptil termasuk ular, kadal dan bunglon.
Cakar keduanya yang berukuran relatif pendek merupakan bukti bahwa Elang Jawa
tidak terbiasa menangkap burung-burung pada saat terbang. Elang Jawa
menggunakan paruhnya yang melengkung dan berujung runcing untuk mencabik
makanan dan menggunakan kakinya untuk menangani mangsa sebelum
dimasukkan ke dalam mulut. Elang Jawa dalam mencari mangsa biasanya dengan
cara terbang dekat kanopi pohon dan menunggu mangsa dari tempat bertengger
dalam hutan (Dian Kartika Prasetyo, 2002, h.10).
II.5.5 Perkembangbiakan Elang Jawa
Perilaku kawin Elang Jawa teramati dalam bulan Februari, Juli dan Agustus dan
masa bertelurnya berlangsung lebih banyak antara bulan Januari hingga Juni.
Umumnya sepasang Elang Jawa menghasilkan sebutir telur tiap musim kawinnya
dengan masa pengeraman telur sekitar 44-48 hari. Pohon sarang biasanya memiliki
diameter batang cukup besar sekitar 1 meter dengan ketinggian pohon di atas 30
meter. Anak burung mempunyai bulu yang lengkap dan mulai terbang pada umur
60-70 hari, namun burung muda tersebut masih tinggal di sekitar sarang hingga
beberapa bulan (Dian Kartika Prasetyo, 2002, h.11).
II.5.6 Populasi Elang Jawa
Populasi Elang Jawa sangat rendah berdasarkan perkiraan populasi Elang Jawa dari
tahun 1980-an yaitu dimulai oleh Meyburg dan kawan-kawan tahun 1989 yang
memperkirakan populasi Elang Jawa sebanyak 60 pasang. Sözer dan Nijman (1995)
mengusulkan perkiraan baru populasi Elang Jawa sekitar 81–108 pasang. Nijman
et al. (2000), memperkirakan populasinya sekitar 141–195. Jan Ove Gjershaug dan
kawan-kawan pada tahun 2004 memperkiraan populasi Elang Jawa sekitar 270-600
oleh Syartinilia dan kawan-kawan pada tahun 2010 dengan menggunakan
pendekatan kebutuhan habitat Elang Jawa menunjukan bahwa populasi jenis ini
berkisar antara 108-542 pasang dengan nilai pertengahan yaitu 325 pasang (Zulkifli
Hasan, 2013).
II.6 Undang-Undang Tentang Elang Jawa
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia bahwa untuk
meningkatkan usaha konservasi Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi) di habitatnya,
diperlukan strategi dan rencana aksi sebagai kerangka kerja bagi pihak terkait guna
penyusunan program penanganan secara terpadu mengingat Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi PBB Mengenai
Keanekaragaman Hayati), Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, dan peraturan
pemerintahan lainnya. Menetapkan peraturan menteri kehutanan tentang strategi
dan rencana aksi konservasi Elang Jawa (spizaetus bartelsi) tahun 2013-2022.
II.7 Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Kepemilikan Satwa Langka Muhammad Iqbal (2014) menjelaskan kepemilikan satwa langka di Indonesia telah
banyak dilakukan oleh orang-orang yang memiliki hobi atau keinginan tersendiri
untuk mempunyai / mengoleksi satwa langka, berkenaan dengan hal tersebut, orang
yang ingin memilik satwa langka yang dilindungi diwajibkan memiliki izin untuk
dapat menyalurkan keinginannya dalam memiliki satwa langka yang diinginkan.
Izin yang dimaksud adalah berdasarkan pasal 30 ayat 2 Kepmenhut No.
477/Kpts-II/2003 Tahun 2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan
Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar dengan tata cara dan prosedur sebagai berikut:
a) Hanya dapat dilakukan untuk tujuan pengkajian, penelitian dan pengembangan
b) Permohonan diajukan oleh pemohon kepada Menteri Kehutanan, yang memuat
diantaranya informasi mengenai jenis, jumlah, jenis kelamin, umur atau ukuran
dan wilayah pengambilan serta dilengkapi dengan rencana kerja atau proposal
dengan tembusan kepada Dirjen dan otoritas keilmuan; Dalam hal permohonan
tidak dilengkapi dengan rekomendasi dari otoritas keilmuan, maka Dirjen
meminta rekomendasi dari otoritas keilmuan bahwa pengambilan atau
penangkapan yang dimohonkan tidak akan merusak populasi dihabitat alam;
c) Berdasarkan permohonan dan penilaian kelengkapan sebagaimana dimaksud
dalam huruf b dan huruf c, menteri dapat menyetujui atau menolak
menerbitkan izin berdasarkan saran dari direktur jenderal dan rekomendasi dari
otoritas keilmuan bahwa pengambilan atau penangkapan yang dimohonkan
tidak akan merusak populasi di habitat alam.
Syarat-syarat dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk
mendapatkan izin kepimilikan satwa langka yang di lindungi yaitu :
Proposal Izin penangkaran atau memelihara;
Foto copy KTP individu atau perseorangan dan akta notaris badan usaha; Surat keterangan Bebas Gangguan Usaha dari kecamatan setempat; Bukti tertulis asal usul indukan;
BAP persiapan teknis;
Surat Rekomendasi dari kepala BKSDA setempat.
II.8 Ancaman Elang Jawa
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia, permasalahan utama
yang dihadapi dalam konservasi Elang Jawa adalah:
Kerusakan Habitat
Luas habitat akan mempengaruhi ketersediaan lahan untuk mencari mangsa yang
secara langsung akan mempengaruhi kelangsungan hidup Elang Jawa. Selain
disebabkan oleh aktifitas manusia, hilangnya habitat dari Elang Jawa juga terjadi
secara alami seperti kebakaran hutan.
Selain keunikannya, burung ini juga dicari karena kelangkaannya. Saat ini banyak
berkembang minat dari kalangan masyarakat Indonesia untuk memelihara Elang
Jawa atau raptor lainnya seperti untuk meningkatkan status sosial atau memelihara
untuk kesenangan diri sendiri terhadap raptor.
Di sisi lain, tingginya permintaan elang jawa ini sangat mungkin dikarenakan juga
statusnya sebagai burung nasional serta karena kemiripannya dengan lambang
burung Garuda. Selain itu masih kuat melekat di sebagian besar masyarakat sebuah
pandangan bahwa memelihara satwa liar adalah salah satu bagian dari konservasi,
karena akan mempertahankan keberadaan satwa itu. Namun jarang sekali dari
mereka yang memelihara satwa liar berpikir tentang kondisi satwa dan habitatnya
apalagi memiliki program untuk mengembalikannya ke alam (Mufti Ginanjar,
2014).
II.9 Data Kasus Perdagangan Satwa Langka
Menurut Zaini Rakhman sebagai Ketua Raptor Indonesia menjelaskan bahwa
kerusakan habitat, perburuan dan penjualan Elang Jawa, makin marak hingga
menyebabkan satwa dilindungi ini terdesak. Dalam lima tahun, populasi satwa ini
hilang sekitar 110 pasang atau 22 pasang setiap tahun. Untuk itu, jika tak ada upaya
pelestarian serius, dalam waktu 20 tahun kemungkinan besar burung ini sudah
punah. Saat ini, RAIN berupaya melestarikan populasi dengan berbagi pengetahuan
dan pengalaman seputar konservasi, mengumpulkan data dan informasi,
memberikan pendidikan lingkungan dan penyadartahuan kepada masyarakat serta
upaya konservasi dan pelepasliaran ke alam (Indra Nugraha, 2012).
Data dari ProFauna Indonesia, LSM yang bergerak dalam perlindungan satwa,
menunjukkan kasus perdagangan satwa liar melalui internet pada 2014 tercatat
3.640 kasus, naik dari 1.200 pada 2012. Menurut Rosek Nursahid pendiri ProFauna
menjelaskan data kasus perdagangan satwa yang terpantau melalui media sosial
termasuk Facebook dan Twitter mencapai sekitar 70%, satwa yang dijual mulai dari
elang, primata sampai gibbon dan yang terlibat adalah anak-anak muda
Menurut data-data yang bersumber dari situs tempo dan mongabay, perdagangan
ilegal banyak terjadi di daerah Jawa sendiri seperti kasus perdagangan online di
Malang, kasus penjualan satwa langka di pasar Depok, kasus Suryanto yang
menjual puluhan hewan langka di Jakarta, kasus tiga orang yang kepergok
membawa bangkai hewan langka di Nusakambangan, lalu kasus perdagangan
illegal Elang Jawa dalam video Sigi Investigasi SCTV dalam news liputan6.
II.10 Usaha Untuk Kebaikan Elang Jawa
Mengumpulkan semua informasi yang relevan tentang Elang Jawa.
Peningkatan upaya penegakan hukum terhadap kejahatan perburuan,
perdagangan dan kepemilikan Elang Jawa dengan mengupayakan adanya
proses hukum yang sesuai dengan peraturan perundangan.
Memaksimalkan fungsi pusat penyelamatan satwa dan pusat rehabilitasi satwa
sebagai media pendukung penegakan hukum dan pengembangan konservasi
eks-situ (kebun binatang, taman safari, taman burung).
Mengkampanyekan pelestarian tentang Elang Jawa di masyarakat, salah satunya dengan mengangkat isu bahwa pelanggar hukum akan dikenai sanksi
tegas sesuai peraturan perundang-undangan.
II.11 Gambaran Elang Sebagai Kepribadian Kuat
Penggunaan elang sebagai simbol memberikan asosiasi kepada ketinggian,
semangat yang membara seperti matahari dan prinsip burung secara umum. Elang
adalah burung yang hidup dengan pengaruh matahari secara menyeluruh, karena itu
elang dianggap sebagai bercahaya dalam esensinya dan memiliki elemen udara dan
api (Yurica Oentoro, 2012).
Elang merupakan raja dari para burung yang dikenal sebagai simbol dari kekuasaan
yang besar dan kegagahan. Begitu pula dengan sosok Elang Jawa dengan
kepribadiannya yang melambangkan sosok perkasa, berani, dan penuh perjuangan
tanpa kenal menyerah. Ketangguhannya dalam terbang untuk menjadi penguasa
dalam membaca situasi. Semua sifat yang dimiliki elang tersebut dapat menjadi
rujukan hidup untuk masyarakat Indonesia.
II.12 Buku Ilustrasi
Pengertian ilustrasi menurut Maya Ananda (seperti dikutip I Ketut Baskara, 2013)
adalah sesuatu yang dapat menyemarakkan halaman-halaman buku atau media
lainnya sebagai karya seni yang memiliki nilai estetis. Bentuk gambar ilustrasi
dapat berupa foto, karikatur, kartun, potret manusia, binatang, dan
tumbuh-tumbuhan. Aditya Pranata (2014) menjelaskan “ilustrasi dapat dijadikan sebagai
sarana penarik perhatian dan perangsang minat para pembaca atau audiens untuk
memahami isi keseluruhan dari media tersebut”. Adi Kusrianto (2007) menjelaskan
“ilustrasi sangat dekat dengan komik, jika ilustrasi hanya terdiri dari beberapa
gambar yang melukiskan isi cerita, maka komik adalah gambar-gambar yang
memvisualkan keseluruhan cerita. Dari sisi style atau gaya gambar, ilustrasi juga
memiliki kecenderungan untuk bebas”.
II.13 Analisa Permasalahan II.13.1 Data Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Juni 2015 di Kantor Suaka Elang Bogor
dengan nara sumber bernama Djamaludin atau sering dipanggil Duduy, dia adalah
salah seorang anggota dari organisasi bernama Suaka Elang. Dari hasil wawancara
Kang Duduy menjelaskan bahwa Elang Jawa patut untuk dilestarikan karena
memang semua elang itu dilindungi, dimulai dari zaman Presiden Soeharto sampai
sekarang yang bermanfaat sebagai predator puncak penjaga keseimbangan
ekosistem. Bentuk kepedulian masyarakat terhadap Elang Jawa dapat dilakukan
dengan cara memberikan pendidikan lingkungan hidup untuk anak-anak, karena
masyarakat dewasa sudah terlanjur tidak tahu dan susah untuk disadarkan, orang
dewasa selalu berbicara tentang kebutuhan dan tidak peduli dengan hewan yang
dilindungi. sehingga pendekatan pada anak itu lebih baik. Lalu Kang Duduy
menjelaskan bahwa masyarakat tidak diizinkan memelihara Elang Jawa karena
Kang Duduy mengatakan bahwa Elang Jawa dalam penelitian tahun 2008 tersisa
220 pasang, dari setahun itu 22 pasang hilang karena perburuan sehingga tinggal
dihitung saja kapan Elang Jawa ini punah. Diantara penangkaran, pelepasliaran dan
lain sebagainya, semuanya memiliki kelemahan, untuk saat ini Suaka Elang lebih
memilih ke adopsi sarang atau pemantauan sarang, contohnya masyarakat menjaga
sarang atau habitat dari Elang Jawa yang liar, karena untuk saat ini banyak hutan
yang hilang sebesar lapangan bola per sekian menitnya sehingga harus terus dijaga
kelestariannya. Kebanyakan kasus kejahatan pada Elang Jawa terjadi akibat
banyaknya penghobies atau falconry yaitu komunitas pemilik elang untuk
dipelihara secara pribadi, yang menimbulkan banyak Elang Jawa diburu oleh para
pemburu untuk dijual pada falconry tersebut dan kebanyakan terjadi daerah Jawa.
Kang Duduy setuju untuk membuat buku yang menjelaskan sosok Elag Jawa
sebagai kepribadian perkasa, pemberani dan gagah karena media seperti buku yang
menjelaskan Elang Jawa sangat terbatas dan kebanyakan penerbit adalah dari pihak
kami sendiri seperti buku berjudul ‘Panduan Inventarisasi Elang Jawa’ terbitan
Raptor Indonesia.
II.13.2 Data Hasil Kuesioner
Dalam pengumpulan data untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang
Elang Jawa adalah melalui kuesioner dengan responden berjumlah 24 orang terdiri
dari 15 laki-laki dan 9 perempuan yang mengunjungi Kebun Binatang Bandung.
Mayoritas orangnya berasal dari Bandung dengan kisaran umur 14-65 tahun dengan
status pelajar, mahasiswa sampai pekerja swasta dan PNS (pegawai negeri sipil).
Dari hasil data yang telah diolah dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat
telah mendengar dan pernah melihat rupa Elang Jawa serta mengetahui bahwa
Elang Jawa merupakan spesies yang langka. Mereka juga setuju melestarikan Elang
Jawa di setiap suaka margasatwa atau kebun binatang khususnya di Pulau Jawa
yang dilindungi oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah tentang
Perlindungan untuk Elang Jawa yang apabila ada orang melanggar akan diberikan
strategi dan rencana aksi konservasi Elang Jawa (spizaetus bartelsi) tahun
2013-2022. Masyarakat berpendapat bahwa Elang Jawa itu bukanlah inspirasi untuk
lambang burung Garuda namun setengah dari mereka mengatakan bahwa Elang
Jawa mirip dengan burung Garuda. Selain dari itu, masyarakat juga berpendapat
bahwa burung Garuda itu nyata atau jelas keberadaannya dan tidak setuju bahwa
burung Garuda itu hanyalah mitos (cerita masyarakat).
Dari hasil data kuesioner tersebut dapat dikatakan bahwa solusi yang tepat untuk
melestarikan Elang Jawa adalah tidak hanya dengan memperkenalkan bentuk fisik
atau ciri-ciri Elang Jawa, namun harus mengambil sudut pandang yang berbeda
seperti menggambarkan sosok Elang Jawa dengan karakteristik yang bisa menjadi
panutan untuk masyarakat seperti kegagahannya, keberaniannya, perjuangannya
dan masih banyak lagi sehingga Elang Jawa dapat lebih dikenal tidak hanya sebagai
burung elang semata.
II.14 Kesimpulan dan Solusi
Berdasarkan penjabaran dan riset data mengenai Elang Jawa didapatkan sebuah
kesimpulan bahwa Pulau Jawa merupakan salah satu pulau di Indonesia yang
memiliki keanekaragaman hayati, contohnya Elang Jawa sebagai burung endemik
dan sangat tergantung pada keberadaan hutan alami di Pulau Jawa. Elang Jawa ini
sedang menghadapi risiko kepunahan dengan penelitian terakhir tahun 2010 yang
menyebutkan bahwa Elang Jawa hanya tersisa sekitar 325 pasang saja. Ancaman
kepunahan yang dialami oleh Elang Jawa tersebut disebabkan oleh beberapa hal
seperti kerusakan habitat sampai perburuan dan perdagangan ilegal. Pelestarian
terhadap Elang Jawa adalah hal penting karena Elang Jawa dapat dijadikan
bio-indikator untuk keseimbangan ekosistem, lalu sebagai keanekaragaman hayati di
Pulau Jawa, selain itu satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik
Indonesia yaitu Garuda sesuai dengan peraturan pemerintah yang menetapkan
satwa Elang Jawa sebagai simbol nasional. Elang Jawa memiliki karakteristik yang
dapat dijadikan rujukan hidup masyarakat Indonesia yaitu kepribadiannya yang
melambangkan sosok perkasa, berani, dan penuh perjuangan tanpa kenal menyerah.
menjaga lingkungan alami yang sehat, tempat manusia dan hidupan liar bisa hidup
berdampingan. Bila hal tersebut tercapai, Elang Jawa akan menjelma menjadi
Garuda yang melindungi baik alam maupun manusia di Indonesia.
Dengan kondisi seperti itu dibutuhkan sebuah media Informasi bersifat
mengedukasi dan persuasif yang tidak hanya berisi informasi-informasi mengenai
bentuk fisik Elang Jawa, namun berisi juga sebuah gambaran tentang kepribadian
Elang Jawa sebagai burung perkasa, berani dan penuh perjuangan yang dapat
memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui sudut pandang berbeda
sehingga lebih menarik di mata masyarakat Indonesia khususnya anak-anak
sehingga mereka dapat mengenal lingkungannya lebih awal dan dapat berprilaku
rasional dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya untuk peduli akan
kelestarian lingkungan, yang bertujuan mengajarkan untuk lebih mencintai pesona
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan
Strategi didefinisikan sebagai metode ataupun cara yang digunakan untuk mencapai
sebuah solusi disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai. Salah satu permasalahan yang ditemukan mengenai Elang
Jawa adalah kurangnya media Informasi yang tertulis maupun visual yang ada
dimasyarakat. Dari hal tersebut maka dibutuhkan sebuah solusi, diantaranya
melalui pendekatan visual yang didalamnya bermuatan nilai informasi, yaitu buku
informasi bergambar atau ilustrasi yang berfungsi sebagai bahan pengetahuan
sekaligus hiburan yang bertujuan menanamkan rasa cinta untuk melestarikan Elang
Jawa sekaligus pengingat pentingnya menjaga dan melestarikan satwa-satwa
hampir punah di Indonesia.
Dari hal tersebut, maka khalayak sasaran adalah anak-anak sehingga mereka dapat
mengenal lingkungannya lebih awal dan dapat berprilaku rasional dan bertanggung
jawab terhadap lingkungannya untuk peduli akan kelestarian lingkungan, dengan
rincian sebagai berikut:
Target Sasaran Primer 1. Geografis
Masyarakat di Pulau Jawa. Karena Elang Jawa adalah burung yang endemis di
jawa, tapi kebanyakan masyarakat jawa lah yang tidak peduli dengan keberadaan
Elang Jawa ini. Banyak kasus perdagangan illegal yang terjadi di pulau jawa ini
sesuai dengan berita-berita dari internet seperti dari website liputan 6, suaka
elang, mongabay, dan burung Indonesia. Sehingga masyarakat jawa ini perlu di
terangkan kembali bahwa Elang Jawa ini terancam punah.
2. Demografis
Target sasaran adalah anak-anak di Pulau Jawa berumur 6-14 tahun. Berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Pendidikan dari Sekolah Dasar (SMP) sampai
3. Psikologi
Anak-anak yang mempunyai rasa keingin-tahuan yang besar terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan Indonesia seperti Elang Jawa.
Target Sasaran Sekunder
Target Sasaran Sekunder merupakan target tambahan di luar target sasaran
primer, dimana target sasaran ini juga mempunyai minat dalam mencintai hewan
langka di Indonesia. Para target sasaran sekunder ini meliputi masyarakat dari
semua kalangan maupun daerah di Indonesia.
III.1.1 Tujuan Komunikasi
Adapun tujuan dari komunikasi ini adalah agar masyarakat khususnya para
anak-anak di Pulau Jawa dapat lebih mengenal burung Elang Jawa sebagai sosok perkasa,
berani dan penuh perjuangan serta menginformasikan pada masyarakat bahwa
Elang Jawa merupakan burung endemis yang terancam punah.
III.1.2 Pendekatan Komunikasi
Pendekatan komunikasi yang digunakan tentang Elang Jawa adalah media buku
ilustrasi yang berisikan mengenai informasi tentang sosok perkasa, berani, dan
penuh perjuangan dari seekor burung Elang Jawa yang dikemas menjadi sebuah
cerita bergambar.
III.1.3 Materi Pesan
Materi pesan yang digunakan dalam perancangan ini adalah menanamkan sikap
peduli pada anak-anak terhadap keanekaragaman fauna yang terdapat di Indonesia
khususnya Elang Jawa serta menjadi media pembelajaran mengenai pentingnya
menjaga dan melindungi satwa hampir punah.
Hal tersebut dapat diperinci sebagai berikut:
Pengenalan tokoh dan sifat dasar dari Elang Jawa yang perkasa, berani dan penuh perjuangan.
Informasi tentang sosok perkasa, berani, dan penuh perjuangan dari seekor
Penjelesan kehidupan Elang Jawa dari mulai sejarah, habitat, populasi, penyebab kepunahan sampai undang-undang yang melindunginya.
Pesan terakhir bersifat persuasif yang berisi ajakan untuk anak-anak supaya ikut melestarikan Elang Jawa.
III.1.4 Pendekatan Visual
Pada perancangan buku ilustrasi ini pendekatan visual yang digunakan adalah
menggunakan ilustrasi atau gambar-gambar yang sesuai untuk khalayak sasaran
seperti penggambaran dari karakter atau tokoh Elang Jawa yang dibuat menyerupai
manusia yang memakai pakaian dengan sikap menyerupai manusia seperti bicara,
gerak tubuh, bahasa isyarat sampai tinggi badan yang seukuran manusia. Warna
yang digunakan merupakan warna alami atau sesuai dengan aslinya seperti Elang
Jawa yang dominan dengan warna coklat, lalu sudut pandang atau tata letak (layout)
dari ilustrasi yang dibuat mengikuti ilmu fotografi dari fotografer alam.
III.1.5 Pendekatan Verbal
Pendekatan secara verbal yang digunakan adalah Bahasa Indonesia yang tidak baku
atau bahasa sehari-hari dari masyarakat yang lebih mudah dipahami, terasa lebih
santai dan akrab. Teks dalam setiap halaman buku ilustrasi hanya menggunakan
satu kalimat sehingga tidak memakan banyak ruangan dan cocok dengan anak-anak
yang lebih suka dengan buku bergambar dengan sedikit teks yang bertujuan sebagai
penjelas dari ilustasi.
III.1.6 Khalayak Sasaran Perancangan Consumer Insight
a. Suka berpariwisata di tempat yang luas seperti kebun binatang, kebun raya
dan sebagainya
b. Hobi membaca cerita bergambar
Journey
Tabel III.1 Consumer Journey
Waktu Aktifitas Tempat Point of Contact
05.30 Bangun tidur Kamar
Kasur (bantal, guling,
selimut, boneka)
Meja (jam alarm,
buku, alat tulis, foto)
05.50 Mandi Kamar mandi Alat mandi (gayung, sabun, sampo)
06.00 Berpakaian Kamar
Lemari (cermin,
gantungan baju)
Pakaian (baju, celana,
tas, sepatu)
06.10 Sarapan Dapur Alat makan (piring, sendok, garpu)
06.20 Nonton TV
Minum kopi Ruang tengah
Television (remote)
Gelas (kopi)
06.40 Berangkat Sekolah Jalanan
Angkutan umum (bus,
10.00 Istirahat Halaman
Sekolah
Lapangan, Mainan
(robot, mobil,
boneka), Sedotan
13.00 Main
16.00 Pulang Rumah Televisi, Komputer
17.30 Mengerjakan Tugas Kamar Buku, Alat tulis, Meja, Kalkulator
21.00 Tidur Kamar Kasur, Bantal,
Guling, Boneka
III.1.7 Strategi Kreatif
Pendekatan kreatif dilakukan dengan membuat gambar-gambar ilustrasi yang
bercerita, dimana gambar tersebut merupakan penguat isi cerita yang ditampilkan
lebih dominan dari pada teks. Hal ini dilakukan karena anak-anak lebih cenderung
menyukai buku dengan banyak gambar sebagai bahan bacaan.
III.1.8 Strategi Media
Bentuk pendekatan media yaitu buku ilustrasi bercerita, yang didalamnya terdapat
nilai-nilai informasi dan edukasi untuk anak-anak. Konten ceritanya meliputi
informasi tentang sosok perkasa, berani, dan penuh perjuangan dari seekor burung
Elang Jawa serta informasi dari mulai sejarah, habitat, jumlah populasi, penyebab
turunnya populasi sampai alasan kenapa Elang Jawa harus dilestarikan yang
disimpan di akhir cerita. Buku ilustrasi merupakan kegemaran anak-anak karena
materi pesan yang sederhana seperti tidak banyak kalimat yang harus dicerna
sehingga mudah dipahami.
Buku Ilustrasi ini dibuat dalam dua versi yaitu versi ‘istimewa’ dengan harga
Rp.79.000 dan versi ‘ekonomis’ dengan harga Rp.30.000 sehingga orang tua atau
pun anak-anak yang ingin membeli buku ilustrasi ini dapat menyesuaikan dengan
uang yang mereka miliki . Media pendukung seperti sticker, gantungan kunci,
T-shirt dan buku catatan merupakan media yang dibagikan secara gratis ketika event
poster dan 2D figure hanya digunakan untuk keperluan promosi ketika sebelum dan
saat event diselenggarakan.
Media pendukung tersebut dipilih karena alasan sebagai berikut:
o Poster
Media lini bawah ini adalah media yang dapat dipasang dimana saja terutama
ditempat-tempat strategis dan ramai baik di dalam kelas, di luar kelas ataupun di
jalan-jalan serta bahasanya simpel, padat dan menarik sehingga memudahkan
pemahaman peserta didik terhadap suatu pesan.
o Sticker
Sticker merupakan media yang mudah untuk ditempatkan dimana saja serta lebih
ekonomis karena murahnya dan efisien serta bertahan dalam jangka waktu yang
cukup panjang atau awet.
o Gantungan kunci
Gantungan kunci merupakan salah satu media yang tahan lama. Barangnya yang
kecil, unik, menarik, simpel dan ringkas saat dibawa dan dapat di gantung di kunci,
tas dan sebagainya. Cocok untuk anak sekolahan yang sering membawa tasnya
untuk belajar.
o T-shirt
Sebagai pakaian, T-shirt adalah kebutuhan pokok manusia sehingga akan menjadi
media yang sering dipakai khususnya oleh anak-anak yang banyak beraktivitas
sehingga secara tidak langsung dapat menginformasikan mengenai Elang Jawa di
keramaian.
o Buku catatan
Buku catatan akan menjadi media yang sering digunakan oleh pelajar, setiap
mereka akan menuliskan sesuatu, mereka akan mengeluarkan buku catatan tersebut.
o 2D figure
Merupakan patung berbentuk 2 dimensi yang menggambarkan karakter Java dan
kawan-kawan, untuk menjadi daya tarik ketika promosi media utama
o Media Sosial Facebook
Media sosial mampu mengefektifkan penggunaan waktu dan tenaga berikut
pengolahan data. Hanya dengan gadget yang sangat sederhana dan mengaksesnya
dengan menggunakan, PC, laptop, tablet, smartphone dan handphone sehingga
dapat menjangkau calon konsumen lebih luas.
III.1.9 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media
Dalam proses pendistribusian, akan bekerja-sama melaui pihak-pihak yang terkait
dengan objek penelitian seperti dari pihak Suaka Elang dan Raptor Indonesia.
Bentuk pendistribusian dimulai dengan pembagian media pendukung melalui
sekolah-sekolah disaat peringatan Hari Pohon tanggal 21 November sampai Hari
Gunung Sedunia tanggal 11 Desember di sekolah dasar yang terpandang di
Bandung seperti SDN Sekejati 2, SD Sains Al Biruni sampai SDN Karang
Pawulang 1. Serta tidak lupa di kawasan seperti Kebun Binatang Bandung karena
kebun binatang ini menyimpan Elang Jawa sehingga masyarakat yang berkunjung
dapat melihat sosok asli dari Elang Jawa tersebut.
Tabel III.2 Jadwal Penyebaran Media
Media Tanggal Distribusi
18 Nov – 30 Nov 1 Des – 10 Des 11 Des – 26 Des
Bentuk pola visual akan disesuaikan dengan target audien yang didalamnya
berhubungan dengannya seperti suasana alam layaknya hutan dengan pohon-pohon
dan binatang lainnya. Konsep visual meliputi gaya adaptasi gambar dan pendekatan
warna mengikuti gaya seorang illustrator bernama Sholto Walker. Gaya gambarnya
memiliki outline yang tegas dengan warna-warna yang tergores seperti dari pensil
dan ilustrasi yang simpel.
Gbr III.1 Ilustrasi Karya Sholto Walker
Sumber: http://www.illustrationweb.com/sg/artists/SholtoWalker/view (12 Juni 2015)
III.2.1 Format Desain
Format desain dan dimensi ukuran akan dibuat portrait dengan ukuran 21 cm x 26
cm, sehingga buku bersifat efisien dan mudah untuk di simpan di tempat-tempat
seperti rak buku. Ukuran ini pun dapat menggambarkan sebuah ilustrasi lebih
leluasa sehingga membuat pembaca lebih bisa menikmati gambar-gambar dalam
buku tanpa harus cepat-cepat berganti pada halaman selanjutnya dari buku.
III.2.2 Tata Letak (Layout)
Layout dibuat sederhana, dengan ilustrasi yang ditonjolkan dan teks yang tidak
terlalu panjang untuk memperjelas pesan dari ilustrasi. Sementara untuk arah baca,
digunakan metode dari kiri ke kanan supaya pembaca tidak kesulitan dalam
menangkap informasi atau gambaran visual yang terdapat pada buku.
III.2.3 Huruf Judul
Font yang digunakan pada judul adalah font “Blackbird”, ukurannya yang tebal,
Warna Font pada judul ini adalah gradasi antara warna kuning dan oranye yang
diambil dari warna mata Elang Jawa, lalu siluet jambul coklat Elang Jawa yang
menyatu dengan stroke sebagai visual pendukung untuk menggambarkan sebagian
rupa Elang Jawa.
Gbr III.2 Font Blackbird
Gbr III.3 Pengaplikasian Font Blackbird Pada Judul Isi Teks
Pada bagian isi, font yang digunakan adalah “Songbird”, memiliki karakter untuk
menjadi bacaan buku cerita, terasa santai dan cocok untuk teks pada paragraf yang
tidak terlalu panjang. Serta font “Calibri” sebagai isi teks pada bagian informasi di
akhir halaman buku.
Gbr III.4 Font Songbird
III.2.4 Ilustrasi
Ilustrasi yang digunakan mengikuti gaya seorang illustrator bernama Sholto Walker
dengan garis yang tegas untuk menyesuaikan dengan isi cerita dari buku ini yaitu
tentang perburuan yang didalamnya terdapat sedikit action seperti pertarungan
Elang Jawa dengan pemburu.
III.2.4.1 Studi Karakter
Karakter yang digunakan adalah Elang Jawa sebagai karakter utama. Nama karakter
utama tersebut bernama Java, diambil dari nama Elang Jawa dalam bahasa inggris
yaitu Javan Hawk-eagle. Nama ini dipilih karena mudah diingat dan dibaca.
Karakter ini dijadikan tokoh utama dalam buku ilustrasi ini karena dia merupakan
Elang Jawa yang menjadi topik dalam buku tersebut. Java digambarkan sebagai
burung Elang Jawa yang perkasa, berani, dan penuh perjuangan melalui mata
kuning yang tajam serta badan yang kekar. Warnanya diambil dari burung Elang
Jawa sendiri dari mulai ujung sayapnya yang hitam, paruhnya yang hitam, serta tiga
jambul di atas kepalanya yang membedakan dari elang jenis lainnya.
Ukuran dan postur tubuhnya dibuat menyerupai manusia, alasannya supaya bahasa
tubuh dari karakter tersebut lebih mudah dibaca, contohnya ketika dia mengangkat
tangan didepan kepalanya menandakan bahwa si karakter sedang hormat, atau
ketika karakter mengangkat kepalanya dan menaruh tangan didepan dagunya yang
menandakan si tokoh sedang berpikir. Pemasangan pakaian sebagai aksesori atau
pemanis sehingga karakter terlihat tidak membosankan dan menggambarkan sifat
karakter yang memiliki kecerdasan seperti manusia. Pakaian yang digunakan para
karakter pun tidak lengkap seperti hanya memakai celana saja atau sebaliknya
karena penggambaran karakter dalam buku ilustrasi ini tidak memperlihatkan
bagian yang harus ditutupi seperti halnya manusia yang memakai celana untuk
Gbr III.6 Java Sebagai Karakter Utama
Gbr III.7 Karakter Pendukung Buku Elang Jawa
III.2.4.2 Studi Lokasi
Lokasi yang digunakan adalah di hutan dan perkotaan, alasan hutan dijadikan lokasi
dalam buku ilustrasi ini karena hutan merupakan habitat asli Elang Jawa dan
menyesuaikan isi cerita yang berawal dari hutan dengan karakter hewan-hewan di
Pulau Jawa. Lokasi diperkotaan seperti di jalan raya atau ruangan dalam gedung
untuk menggambarkan tempat tinggal para pemburu atau tokoh jahat dalam cerita
ini, lokasi perkotaan dipilih karena cocok untuk menggambarkan perbandingan dari
lokasi hutan yang asri, tidak seperti perkotaan yang padat serta banyak polusi
Gbr III.8 Contoh Ilustrasi Lokasi Hutan dan Perkotaan
III.2.5 Warna
Pemilihan warna pada buku ilustrasi ini disesuaikan dengan suasana dan setting
latar serta kondisi cerita supaya dapat memperjelas ilustrasi dari buku. Seperti
ketika siang hari yang digambarkan dengan warna cerah atau langit yang biru.
Warna yang digunakan di setiap ilustrasi, dominan dengan warna coklat sesuai
dengan habitat dan ciri fisik Elang Jawa. Teknik pewarnaan yang digunakan adalah
dengan teknik digital painting menggunakan software Adobe Photoshop.
Berikut adalah beberapa warna yang sering muncul pada pembuatan buku ilustrasi
ini:
III.2.6 Sinopsis
Java adalah burung Elang Jawa yang hidup disebuah hutan yang subur, alami dan
penuh dengan pepohonan yang hijau. Java adalah pelindung hutan ini, tugasnya
mengawasi seluruh kawasan hutan seperti menjaga pohon dan binatang lainnya
agar tetap aman dan nyaman hidup di hutan.
Suatu hari dia mendapat tugas dari raja hutan bernama Lion untuk membawa semua
teman dari hutan yang tertangkap oleh pemburu yang di bawa ke sebuah perkotaan.
Teman-teman hutan yang tertangkap adalah Badak Jawa dan Macan Tutul Jawa.
Mereka tertangkap karena mereka ditemukan ketika hutan tempat tinggal mereka
di rusak oleh para penebang pohon.
Pada pagi hari, Java pergi menuju kota yang penuh dengan pemburu, dia terbang
diantara gedung-gedung tinggi lalu turun dan menyelinap di sebuah jalan kecil
untuk menuju tempat dimana teman-teman hutannya di kurung. Dengan mata
tajamnya dia melewati semua penjaga di depan gedung tahanan dan langsung
masuk ke dalam ruangan yang di jaga oleh dua penjaga, karena sudah terlihat oleh
penjaga tersebut, Java tidak memiliki ide lain selain melawan mereka, dengan cakar
kakinya, paruh tajamnya serta gerakan gesitnya Java bisa memenangkan
pertarungan dengan sekejap mata. Setelah itu Java membuka pintu yang dijaga tadi
dan menemukan Badak dan Macan lalu membawa mereka pergi dari tempat itu
menuju kembali ke hutan mereka.
III.2.7 Storyline
Tabel III.3 Storyline
1
Java adalah seekor burung Elang Jawa yang hidup disebuah hutan yang
2
Java adalah pelindung hutan ini, tugasnya mengawasi seluruh kawasan
hutan seperti menjaga pohon dan binatang lainnya agar tetap aman dan
nyaman hidup di hutan.
3
Suatu hari dia mendapat tugas dari raja hutan bernama Lion untuk
membawa semua teman dari hutan yang tertangkap oleh pemburu yang
di bawa ke sebuah perkotaan.
4
Teman-teman hutan yang tertangkap adalah Badak Jawa dan Macan
Tutul Jawa. Mereka tertangkap karena mereka ditemukan ketika hutan
tempat tinggal mereka di rusak oleh para pemburu.
5
Para pemburu adalah orang jahat yang tidak peduli terhadap kehidupan
para hewan, mereka terus memburu para hewan di hutan untuk
keuntungan mereka sendiri.
6
Java bersiap dan menentukan rencana yang bagus untuk pergi ke Kota.
Dia tidak akan membawa apapun kecuali rasa semangat dan berani yang
ada pada dalam dirinya.
7
Ketika pagi hari datang, Java pergi menuju kota yang penuh dengan
pemburu, dia terbang diantara gedung-gedung tinggi dan suasana kota
yang masih lengang.
8 Setelah terbang cukup lama, Java turun dan menyelinap di sebuah jalan kecil untuk menuju tempat dimana teman-teman hutannya di kurung.
9
Dari dekat, tempat ditahannya Badak dan Macan seperti penjara dengan
banyak penjaga diluarnya, namun dengan mata tajam dan gerakan
10 Java masuk ke dalam ruangan yang di jaga oleh dua penjaga, namun dua penjaga tersebut melihat Java dan segera mengeluarkan senjatanya.
11
Java tidak memiliki ide lain selain melawan mereka, dengan cakar
kakinya, paruh tajamnya serta gerakan gesitnya Java bisa memenangkan
pertarungan dengan sekejap mata.
12
Setelah itu Java membuka pintu yang dijaga tadi dan menemukan Badak
dan Macan berada didalam ruangan tersebut.
13 Java segera membawa mereka pergi dari tempat itu untuk menuju kembali ke hutan mereka.
14
Mereka menyelinap melalui jalan sempit di perkotaan hingga akhirnya
dapat keluar untuk menuju hutan.
15
Setelah sampai di hutan, mereka di sambut oleh Lion dan teman hutan
lainnya yang bangga dengan keberanian dari Java untuk menyelamatkan
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA
IV.1 Proses Pembuatan Media Utama
Proses pembuatan buku ini diawali dengan pembuatan alur cerita (storyline) yang
dimulai dari sinopsis menuju teks cerita per ilustrasi, kemudian dikembangkan
menjadi storyboard yang menggambarkan layout serta bentuk dasar dari gestur
karakter yang langsung dilakukan secara digital menggunakan software Adobe
Photoshop dan hardware Pen Tablet, sketsa awal ini lalu dipertebal dan dirapihkan
kembali sehingga menjadi outline yang membentuk gambar ilustrasi yang siap
diwarnai.
Gbr IV.1 Proses Awal Sketsa Digital
Setelah sketsa awal selesai, selanjutnya tahap pewarnaan digital yang mengacu
pada studi karakter dan lokasi menggunakan Adobe Photoshop dengan mode
CMYK untuk menyesuaikan dengan warna ketika dicetak. Proses pewarnaan ini
tidak lepas dari pemberian shading dan lighting untuk memperjelas unsur
Gbr IV.2 Proses Pewarnaan Digital
Setelah proses pembuatan ilustrasi selesai, maka dilanjutkan pada penempelan
ilustrasi pada buku yang telah disesuaikan dari mulai ukuran sampai layout, ilustrasi
tadi ditempel pada bagian kanan halaman buku karena pada bagian kiri halaman
disediakan untuk teks pendek sebagai pendukung atau penjelas ilustrasi. Software
yang digunakan adalah Adobe InDesign yang khusus menangani pembuatan
dokumen seperti buku ilustrasi ini.
Gbr IV.3 Proses Pemberian Teks dengan Layout
IV.2 Media Utama Buku Ilustrasi
Pada cover buku ilustrasi ini terdapat ilustrasi yang menggambarkan keseluruhan
isi cerita yaitu Java yang terlihat sedang mengawasi pemburu di belakang Java yang
sedang tersenyum menyeringai layaknya penjahat, lalu judul utama sebagai
Gbr IV.4 Cover Depan Buku Ilustrasi Elang Jawa
Pada cover belakang terdapat sinopsis yang hampir menggambarkan keseluruhan
isi cerita, akhir cerita tidak disisipkan supaya orang akan terbawa untuk membaca
bagian isi buku bukan hanya dari sinopsis saja. Lalu ada identitas berupa logo dari
pihak-pihak terkait yang turut berkerjasama dalam pembuatan buku ini seperti
Suaka Elang dan Raptor Indonesia.
IV.2.1 Storyboard
Tabel IV.1 Storyboard
1 2
3 4
5 6
9 10
11 12
13 14
IV.2.2 Format Buku
Buku ilustrasi versi istimewa (Hard Cover)
Ukuran : 26 x 21 cm
Material : Alkasia
Jumlah halaman : 36 halaman
Teknis produksi : Digital Printing
Jilid Cover : Laminasi doff
Buku ilustrasi versi ekonomis (Soft Cover) Ukuran : 26 x 21 cm
Material : HVS 100 gram
Jumlah halaman : 36 halaman
Teknis produksi : Digital Printing
Gbr IV.6 Format Buku Ilustrasi Elang Jawa
IV.3 Media Pendukung
Media pendukung yang dipilih dari perancangan ini adalah sticker, gantungan
kunci, T-shirt dan buku catatan. Sedangkan untuk promosi menggunakan poster,
2D figure serta media sosial seperti Facebook.
IV.3.1 Poster Ukuran : A3
Material : Art Paper 210 gram
Teknis produksi : Digital Printing
Gbr IV.7 Poster
IV.3.2 Sticker Ukuran : 10 x 11 cm
Material : Sticker Vynil (Quantac Doff)
Teknis produksi : Digital Printing
IV.3.3 Gantungan Kunci 2 Muka Ukuran : 5,8 x 5,8 cm
Material : Acrylic
Teknis produksi : Digital Printing
Gbr IV.9 Gantungan Kunci
IV.3.4 T-Shirt
Ukuran : M (170/84A)
Material : Cotton combed
Teknis produksi : Digital Printing
Terbatas hanya dibagikan saat event berlangsung pada orang yang bisa menjawab
pertanyaan seputar Elang Jawa
IV.3.5 Buku Catatan
Jumlah Halaman : 20 halaman
Ukuran : 10 x 11 cm
Material : HVS 100 gram (Ring)
Teknis produksi : Digital Printing
Gbr IV.11 Buku Catatan
IV.3.6 2D Figure Ukuran : A3
Material : Art Paper dan Infraboard
Digunakan ketika event promosi berlangsung untuk menarik perhatian
IV.3.7 Media Sosial Facebook Ukuran : 1520 x 562 pixel
Halaman Fanspage : https://www.facebook.com/JavasiElangJawa
Gbr IV.13 Banner Facebook
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alya, F. (2011). Beraneka Ragam Burung (Aves). Bandung: PT Sandiarta Sukses.
Prapnomo. (1997). Burung dan Kehidupannya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset.
Sozer, R., Nijman, V., Setiawan, I., & Rakhman, Z. (2012). Panduan Inventarisasi
Elang Jawa Nisaetus Bartelsi. Bogor: Raptor Indonesia.
Whitten, T dan Whitten, J. (2002). Indonesian Heritage jilid Margasatwa. Jakarta:
Grolier International.
Artikel Internet
Sigit, R. R. (2014). Elang Jawa, Inilah Sosok Asli Sang Garuda. Diakses pada 9
Desember 2014.
http://www.mongabay.co.id/2014/08/14/elang-jawa-inilah-sosok-asli-sang-garuda/
Wahyudi, H. A. (2013). Elang Jawa, Sang Garuda Tanah Jawa. Diakses pada 9
Desember 2014.
http://www.greeners.co/biodiversity/elang-jawa-sang-garuda-tanah-jawa/
Jurnal
Dia, Mark, Suriatanwijaya, H dan Guerrero, L. Laut Indonesia dalam Krisis.
Jakarta: Greenpeace Southeast Asia (Indonesia).
Iqbal, M., Kurnia, M, P., Susanti, E. (2014). Tinjauan Yuridis Terhadap
Kepemilikan Dan Penjualan Satwa Langka Tanpa Izin Di Indonesia. Jurnal
Beraja Niti.
Menteri Kehutanan Republik Indonesia. (2013). Strategi dan Rencana Aksi
Konservasi Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi) Tahun 2013-2022. Kepala Biro
Hukum dan Organisasi.
Purwanto, A. A. (2012). Laporan Raptor Indonesia Vol. 1 No.1 Januari – Maret
2012.
Purwanto, A. A. (2012). Laporan Raptor Indonesia Vol. 1 No. 2 Maret – Juni 2012.
Suaka Elang. (2010). Annual Report Perkumpulan Suaka Elang.
Virdianti, P. (2014). Proses Penetapan Garuda Pancasila Sebagai Lambang
Negara Indonesia Tahun 1949-1951. Volume 2, No. 2.
Laporan Ilmiah
Alifa, N. R. et al. (2012). Garuda Pancasila Sebagai Lambang Negara Indonesia.
Makalah pada Direktorat Pendidikan Tingkat Persiapan, Insititut Pertanian
Bogor.
Baskara, I Ketut. Perancangan Media Komunikasi Visual Sebagai Sarana
Kampanye Imunisasi Campak Di Denpasar Bali. Program Studi Desain
Komunikasi Visual ISI Denpasar.
Lukman, Christine. (2009). Bahasa Rupa Pada Buku Ilustrasi Anak Indonesia
Kontemporer; Studi Kasus Seri Cerita Pelangi Gramedia Pustaka Utama
(GPU). Laporan Penelitian Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Mardiastuti, Ani. (1999). Keanekaragaman Hayati: Kondisi Dan
Permasalahannya.
Munifah. (2012). Keanekaragaman Kupu-Kupu (Lepidoptera) Di Taman Kyai
Langgeng Magelang Sebagai Sumber Belajar Untuk Penyusunan Modul
Pengayaan Materi Keanekaragaman Hayati Bagi Siswa Sma Kelas X. Skripsi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Oentoro, Yurica. (2012). Representasi Figur Burung Garuda yang Digunakan
sebagai Lambang Negara.
Prasetyo, D. K. (2002). Studi Habitat Sekitar Elang Jawa Di Kawasan Cibulao
Taman Nasional Gede-Pangrango Jawa Barat. Skripsi pada Universitas
Diponegoro, Semarang.
Tamnge, F. Janiawati, I.A.A. Lestari, D.A. (2013). Pendugaan Kelas Umur Dan
Parameter Demografi Populasi Elang Jawa. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Taurissy, A. (2012). Perancangan Buku Mengenal Elang Jawa Sebagai Satwa
Langka di Indonesia. Laporan Pengantar Tugas Akhir. Universitas Komputer
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Dzik Rona Suhan
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 24 Juli 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl Embah Jaksa A67 Rt.01/11 Kec.Cibiru Bandung
Nomer Handphone : 0895-2385-6670
E-mail : ronasuhan@gmail.com
Pendidikan
1997-1998 : RA. Amal Bakti, Bandung
1999-2005 : SD Negeri Cipadung 3, Bandung
2005-2008 : SMP Negeri 46, Bandung
2008-2011 : SMA Negeri 1 Cileunyi