• Tidak ada hasil yang ditemukan

Video Dukemter Bangunan Cagar Budaya Di Daerah Komersial Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Video Dukemter Bangunan Cagar Budaya Di Daerah Komersial Bandung"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

VIDEO DOKUMENTER BANGUNAN CAGAR BUDAYA

DI DAERAH KOMERSIAL BANDUNG

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Taufik Nugraha NIM: 51906065 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

Lembar Pengesahan Proyek Tugas Akhir

VIDEO DOKUMENTER BANGUNAN CAGAR BUDAYA

DI DAERAH KOMERSIAL BANDUNG

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Taufik Nugraha NIM: 51906065 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

Disahkan oleh: Pembimbing

Andang Iskandar S.Pd. M.Ds.

Kordinator Tugas Akhir /Skripsi

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang Masalah

Kota Bandung adalah kota yang mempunyai banyak bangunan tua

dengan arsitektur langka dan bersejarah tinggi, hal ini bisa dilihat dari

sejarah kota Bandung, pada jaman penjajahan Belanda, dijadikan

Ibukota Keresidenan Priangan, oleh karena itu Bandung menjadi kota

yang sangat ramai. Selain itu pertumbuhan kota Bandung mengalami

percepatan dengan dijadikanya sebagai pusat transportasi kereta api

Jalur Barat. Serta rencana pemindahan Ibukota dari Batavia ke Bandung.

Dengan adanya rencana tersebut Bandung banyak dibangun

perkantoran dan salah satu bangunan yang terkait pembangunannya

dengan rencana ini adalah Gedung Sate dan Hoofdbureau PTT (Kantor Pusat Pos dan Giro). Namun pada akhirnya rencana ini tidak terlaksana

dikarenakan pada jaman itu terjadi resesi ekonomi(G. Ashiko Pandji 2003).

Sekarang Bandung mengalami perkembangan pesat, terbukti

sudah banyaknya sarana belanja dan meningkatnya aktivitas ekonomi, ini

bisa terlihat dari banyaknya bermunculan pusat-pusat perbelanjaan

bersekala besar atau sedang. Akibatnya banyak bangunan tua yang

memiliki sejarah tinggi dan masuk kedalam daftar cagar budaya hilang.

Terbukti dari terus berkurangnya daftar cagar budaya dari tahun ketahun.

(4)

2

disusun oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) bekerja sama dengan Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (BANDUNG HERITAGE) terdaftar empat ratus dua puluh bangunan, dan pada tahun 2008, BANDUNG HERITAGE melakukan pendaftaran lagi dan terdaftar dua ratus bangunan, dan terakhir pada tahun 2009 dalam daftar PERDA Kota Bandung No: 19 tahun 2009 terdaftar Sembilan puluh Sembilan bangunan cagar budaya. Dalam daftar yang terdapat pada PERDA Kota Bandung No: 19 tahun 2009 ini sembilan puluh sembilan banguan cagar budaya ini memiliki kekuatan hukum yang diatur di dalam PERDA Kota Bandung No: 19 tahun 2009.

Oleh karena itu bangunan-bangunan cagar budaya didaerah komersial banyak dirubah tampilannya semenarik mungkin, untuk menarik perhatian konsumen. sehingga banyak warga masyarakat terutama remaja kurang mengetahui bangunan-bangunan cagar budaya.

1.2 . Identifikasi Masalah

 Dari hasil survey yang di lakukan, empat puluh enam dari lima

puluh orang yang mengisi lembar jawaban mengisi tidak tahu apa

itu bangunan cagar budaya.

 Perubahan tampilan fisik banguanan demi menarik konsumen

menyebabkan hilangnya kehasan, keindahan atau estetika dari

bangunan cagar budaya

 Kurangnya pengawasan Pemerintah Kota terhadap bangunan

(5)

3 1.3 . Fokus Masalah

Berdasarkan Latar Belakang, karena penelitian ini akan di jadikan

Film Dokumenter maka fokus masalahnya dapat di tuangkan dalam

pertanyaan :

1. Bagaimana memperlihatkan atau memvisualkan keadaan

bangunan cagar budaya secara nyata, didaerah komersial

2. Memerlukan sebuah media penyampaian informasi yang

memberikan pengalaman lebih berupa visual dan video.

3. Media penyampaian informasi harus mudah untuk didistribusikan.

Maka dari pertanyaan-pertanyaan diatas maka media audio

visualah yang cocok untuk menyelesaian masalah ini.

1.4 . Pembatasan Masalah

Melihat Latar Belakang masalah maka pada penelitian bab ini

dititikberatkan pada. Bangunan cagar budaya di daerah komersial

dengan media adio visual berupa film dokumenter

1.5 .Tujuan Perancangan

 Member informasi tentang bangunan cagar budaya yang berdiri di

daerah komersial Bandung, pada warga Bandung terutama anak

muda. Yang kemudian diharapkan tidak hanya mengetahui tapi

(6)

4

 Dengan terlestarikanya bangunan cagar budaya Bandung sama

dengan melestarikan atau menjaga harta dan sejarah kota

(7)

5

BAB II FILM DOKUMENTER DAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA

2.1. Film Dokumenter

Film dokukemter termasuk dalam kategori film non fiksi atau film

non cerita. Mulanya film non fiksi ada dua jenis yaitu film faktual dan film

dokumentasi. Contoh film faktual adalah film berita televisi dan film

dokumentasi berupa video rekaman pernikahan dan upacara-upacara

lainya. lalu hadir lah film dokumenter, perbedaannya, film dokumenter

adalah dimana dalam dokumenter, selain mengandung fakta, film

dokumenter mengandung subyektivitas si pembuat-nya. Artinya, apa

yang kita rekam memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam

penyajianya, kita juga memasukan pemikiran-pemikiran kita, ide-ide kita

dan sudut pandang idealism kita (Fajar Nugroho, 2007,h.34)

Di dalam Buku “MARI MEMBUAT FILM panduan untuk menjadi

produser” Heru Effendy, menuliskan :

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama

karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan

(travelougues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh

enam tahun kemudian, kata „dokumenter‟ kembali digunakan oleh

pembuat film dan kritikus film asal Inggris Jhon Grieson untuk film

Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat

(8)

6

(Susan Hayward, Key Concepts in Cinema, 1996, hal 72).

Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak,

pendapatnya tetap relevan samapai saat ini. Film dokumenter

menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk

berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak

pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan

propaganda bagi orang atau kelompok tertentu.

Pada intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata

mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran

dari film dokumenter misalnya dokudrama (docudrama). dalam

dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar

gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian,

jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama

biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi

pakem pegangan.

Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman

dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang

banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak

hanya itu film dokumenter juga dapat membawa keuntungan

dalam jumlah yang cukup memuasakan. ini bisa dilihat dari

banyaknya film dokumenter yang bisa kita saksikan melalui

saluran televise seperti program National Geographic dan Animal

(9)

7

menasbih diri sebagai saluran televise yang hanya menayangkan

program dokumenter tentang keragaman alam dan budaya. Selain

untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan

dalam berbagai festival film di dalam dan luar negri. Sampai nafas

penghabisannya di tahun 1992, Festifal Film Indonesia (FFI)

memiliki kategori untuk penjurian jenis film dokumenter.

Di Indonesia, produksi film dokumenter untuk televisi dipelopori

oleh stasiun televise pertama kita, Televisi Republik Indonesia

(TVRI). Beragam film dokumenter tentang kebudayaan, flora dan

fauna Indonesia telah banyak dihasilkan TVRI. Memasuki era

televise swasta tahun 1990, pembuatan film dokumenter untuk

televisi tidak lagi dimonopoli TVRI. Semua televisi swasta

menanyangkan program film dokumenter, baik satu gaya film

dokumenter yang banyak dikenal orang-salah satunya karena

ditayangkan secara serentak oleh lima stasiun televise swasta dan

TVRI- adalah Anak Seribu Pulau (Miles Productions, 1995).

Dokudrama ini ternyata disukai oleh banyak kalangan sehingga

sekitar enam tahun kemudian program yang hampor sama dengan

judul Pustaka Anak Nusantara (Yayasan SET, 2001) di-produksi

untuk konsumsi televise. Dokudrama juga mengilhami para

pembuat film di Hollywood. Beberapa film terkenal juga mengambil

(10)

8 2.2. Objek Film

Sesuai judul, bangunan cagar budaya di daerah komersial

Bandung, objek film adalah bangunan cagar budaya Bandung yang

berdiri di daerah komersial Bandung, dan orang-orang yang beraktivitas

di sekelilingnya. Jadi yang akan masuk dalam film adalah bangunan tua

yang berdiri di daerah komersial Bandung dan orang-orang yang

beraktivitas di sekitarnya, baik itu pejalan kaki, pedagang atau turis.

2.3. Daerah komersial

Daerah komersial adalah daerah dimana pusat kegiatan

perniagaan atau jual-beli atau perdagangan, dan biasanya di daerah

komersial pelaku usaha membuat tempatnya semenarik mungkin agar

bisa menarik perhatian pembeli agar mau membeli barang jualanya. Di

Bandung sendiri mempunyai daerah komersial dan menurut data (peta)

dari Dinas Tata Ruang Ciptakarya, daerah komersil Bandung

(11)

9

dari peta RTRW Kota Bandung, daerah komersial atau perdagangan

di wakili warna merah. Dan terdaftar 38 Daerah, yang termasuk daerah

komersial di Bandung Menurut Peta RTRW Kota Bandung sebagai

berikut:

1 Jl. Arjuna 16 Jl. Geger Kalong Hilir 31 Jl. Pagarsih 2 Jl. Astana Anyar 17 Jl. Gardu Jati 32 Jl. Pungkur

3 Jl. Aceh 18 Jl. Jend. Sudriman 33 Jl. Raya Cibaduyut 4 Jl. Asia Afrika 19 Jl. Jamika 34 Jl. Sukajadi

5 Jl. Buah Batu 20 Jl. Jend. Ahmad Yani 35 Jl. Sederhana 6 Jl. Braga 21 Jl. Karang Anyar 36 Jl. Pagarsih 7 Jl. Cihampelas 22 Jl. Kepatihan 37 Jl. Peta 8 Jl. Cikutra 23 Jl. Kebon Jati 38 Jl. Pungkur 9 Jl. Cikawao 24 Jl. KH. Hasyim Asyhari

10 Jl. Cibadak 25 Jl. Karapitan 11 Jl. Cipedes 26 Jl. Kiara Condong 12 Jl. Ciateul 27 Jl. Mohamad Toha 13 Jl. Ciwastra 28 Jl. Merdeka

14 Jl. Dalem Kaum 29 Jl. Otto Iskandardinata 15 Jl. Dr. Setia Budhi 30 Jl. Prof. Dr. Sutami

Tabel 2.1. Tabel daerah komersial di Bandung

2.4. Bangunan Cagar Budaya

Bangunan Cagar Budaya bila di pisah dari suku katanya terdiri dari

kata Bangunan dan Cagar Budaya, bangunan menurut Dinas Cipta Karya

dan Tata Ruang adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang

menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya

(12)

10

sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau

tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,

budaya, maupun kegiatan khusus, sedangkan Cagar Budaya

adalah

kegiatan untuk menjaga atau melakukan konservasi terhadap

benda-benda alam atau buatan manusia yang dianggap memiliki nilai penting

bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan

Bangunan Cagar Budaya di atur oleh PERDA Kota Bandung No :

19 tahun 2009 BAB VII, bagian kesatu, pasal 18 tentang kriteria

bangunan cagar budaya, yaitu :

1. Nilai Sejarah

2. Nilai Arsitektur

3. Nilai Ilmu Pengetahuan

4. Nilai Sosial Budaya

5. Umur (diatas limapuluh tahun)

Di dalam PERDA ini bangunan cagar budaya di golongkan menjadi

tiga golongan dan di atur BAB VII bagian kedua pasal 19, yaitu golongan

A,B,C dan semua golongan bangunan cagar budaya ini mempunyai

syarat, yaitu :

1. Golongan A harus memiliki empat kriteria sekaligus

2. Golongan B harus memiliki tiga kriteria sekaligus

(13)

11

Dan untuk bangunan tua yang memiliki empat kriteria sekaligus

langsung otomatis masuk kedalam golongan A, tetapi bila bangunan tua

dengan syarat golongan B dan C harus ditetapkan lebih lanjut oleh

walikota dengan penelitian terlebih dahulun ini di atur di pasal 20.

2.5. Bangunan Cagar Budaya di Daerah komersial

Bangunan cagar budaya di daerah komersial adalah bangunan

cagar budaya yang termasuk kriteria PERDA Kota Bandung No : 19

tahun 2009.

Dari kriteria di atas terdaftar sembilan puluh Sembilan bangunan

cagar budaya Bandung. Selain terdaftar di Sembilan puluh sembilan

bangunan cagar budaya, bangunan cagar budaya harus berada di atas

daerah komersial yang di tentukan oleh peta RT RW dari Dinas

Tataruang Cipta Karya yang tedaftar tigapuluh delapan daerah yang

termasuk daerah komersial, seperti terlihat di table 2.1. Tabel daerah

komersial di Bandung, dan bila diteliti terdaftar empat puluh tiga

bangunan cagar budaya yang berdiri diatas daerah komersial Bandung.

Karena media film yang terbatas maka dari empat puluh tiga

(14)

12 2.5.1. Gedung Merdeka

Gambar 2.2. Gedung Merdeka, Arsip Bandung Heritage

Nama Bangunan : Gedung Merdeka

Alamat : Jl. Asia Afrika No. 65

Fungsi semula : Societeit Condordia

Arsitek : C.P. Wolff Schoemaker

Tahun : 1922

Pemilik Sekarang : Departemen Luar Negri

Kualitas Bangunan : A

Di dalam buku “ 100 BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI BANDUNG “

Dr. Harastoeti DH. Menjelaskan sejarah singkat Gedung Merdeka :

Pada saat di bangun, bangunan ini merupakan tempat

berkumpulnya masyarakat Eropa, terutama para pekebun yang

berada di sekitar kota Bandung, untuk berekreasi, berpesta dansa,

minum-minum sambil memamerkan baju dan asesorisnya. Pada

(15)

13

Concordia. Letaknya di ujung selatan pertokoan elit, jalan Braga,

tempat dijualnya barang-barang bermerk yang diminati oleh

masyarakat Belanda pada saat itu. Bangunan utama di bangun

oleh arsitek van Gallen Last dan C.P.W Schoemaker pada tahun

1922, sedangkan bangunan tambahan di samping, fungsinya

sebagai Museum Konferensi Asia-Afrika dan perpustakaan,

dirancang oleh AF. Aalbers, bangunan utama memiliki ruang

semibasement yang digunakan untuk menyimpan sepeda dan

kegunaan service lainnya.

Pada tahun 1955, bangunan dipergunakan sebagai tempat

konferensi Asia-Afrika yang diikuti oleh 40 negara. Pada saat ini

nama Societeit Concordia diganti oleh Bung Karno menjadi

Gedung Merdeka. Tamu-tamu yang merupakan delegasi dari

berbagai negara tersebut menginap di berbagai tempat, termasuk

hotel Homann, Preanger, Wisma Siliwangi (Jl. Ciumbuleuit,

sekarang sudah hancur), dan tempat lainnya. Konferensi ini

merupakan tonggak penting kebangkitan negara-negara

berkembangan yang menuntut persamaan hak derajat dengan

negara-negara lain yang sudah maju.

Beberapa nama yang pernah disandang oleh bangunan

Schouwburg dan Societeit Concordia ini adalah Dai Toa Kaikan

pada jaman pendudukan Jepang. Pada masa itu bangunan

difungsikan sebagai pusat kebudayaan dan menjadi tempat

(16)

14

masa perang kemerdekaan bangunan digunakan sebagai Markas

Besar Tentara Republik Indonesia. Tahun 1950 pernah berfungsi

sebagai Gedung Konstituante dan pada tahun 1960 menjadi

Gedung MPRS, namun sekarang bangunan tetap menggunakan

nama Gedung Merdeka yang sudah dikenal di seluruh Indonesia

maupun mancanegara dan berfungsi untuk menyelenggarakan

peristiwa-peristiwa penting yang bersekala Internasional.

Bangunan bergaya Modern, awalnya Art Deco, dengan

kolom-kolom bundar di bagian entrance, dan dipuncak kolom diakhiri

dengan ditempatkanya lampu penerangan. Ornamen lainya adalah

plaster dengan hiasan Art Deco pula di bagian kepala kolomnya

(67).

Nilai bangunan cagar budaya Gedung Merdeka yaitu:

 Gedung Merdeka di bangun oleh salah satu dari 17 Arsitek

ternama di Kota Bandung yaitu C.P. Wolff Schoemaker.

 Gedung Merdeka, bangunan bernilai sejarah politik

 Gedung Merdeka berperan penting dalam meningkatkan

kualitas lingkungan kota Bandung pada masa perjalanan

sejarah menjadi sarana perdagangaan bersejarah.

 Merdeka mewakili arsitektur Modern Fungsional (Art Deco

(17)

15

 Gedung Merdeka, berperan sebagai “Important Element” atau elemen bangunan penting dalam suatu kawasan dilihat

dari segi visual.

 Gedung Merdeka, termasuk golongan bentuk bangunan

sangat langka dan unik

 Gedung Merdeka, masuk dalam kawasan dilindungi yaitu

kawasan pusat kota bersejarah

 Gedung Merdeka, termasuk dalam bangunan penting bagi

ilmu pengetahuan, yaitu bangunan yang menjadi obyek

penelitian bidang-bidang ilmu pengetahuan lainya seperti

arsitektur, struktur, desain, seni dan bidang ilmu

pengetahuan lain.

2.5.2. Bioskop Dian

(18)

16

Nama Bangunan : Bioskop Dian

Alamat : Jl. Dalem Kaum No. 58

Fungsi semuala : Bioskop

Arsitek : Belum Teridentifikasi

Tahun : 1925

Pemilik Sekarang : Pemda Jabar

Kualitas Bangunan : A

Di dalam buku “100 BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI BANDUNG“

Dr. Harastoeti DH. Menjelaskan sejarah singkat Bioskop Dian:

Pusat kota pada masa lalu ditandai dengan adanya Alun-alun,

sebuah lapangan terbuka yang luas yang pada awalnya

merupakan bagian dari halaman Kabupaten, namun dipakai juga

sebagai tempat berkumpul masyarakat dalam melakukan berbagai

kegiatan.

Di sekelilingnya terdapat banguna-bangunan berfungsi, di

antaranya Pendopo dan Rumah tinggal Bupati Masjid Agung serta

berbagai bangunan hiburan, termasuk bioskop.

Tidak kurang dari empat gedung bioskop yang berdiri di sini yaitu

Elita, Oriental dan Varia yang berdiri berderet, dan Radio City yang

berada bersebelahan dengan kompleks Kabupaten. Radio City

(19)

17

Nasionalisasi, bioskop dimiliki oleh Perusahaan Daerah Jasa dan

Kepariwisataan, sampai sekarang.

Dengan berubahnya fungsi Alun-alun dari waktu ke waktu,

berubah pula fungsi bangunan di sekitarnya. Pada tahun 1980an,

ketiga bangunan bioskop itupun dihancurkan di ganti dengan

gedung pertokoan. Yang tersisa adalah bangunan Radio City yang

dibangun pada tahun 1930an. Namun dengan semakin suramnya

perbioskopan nasional yang berdampak juga ke kota Bandung,

bioskop ini yang kemudian berganti nama menjadi Bioskop Dian

ikut menurun juga, baik secara fungsi maupun fisik, sehingga

akhirnya di tutup dan sempat dijadikan tempat biliyar sebelum

akhirnya dijadikan tempat bermain futsal dengan kondisi yang

kurang terurus (109).

Bioskop Oriental memiliki gaya Art Deco Zig-zag Moderne yang

sangat sederhana, dengan fasad bertangga-tangga mengerucut

ke puncaknya.

Nilai bangunan cagar budaya Bioskop Dian yaitu:

 Bioskop Dian bernilai sejarah pembangunan kota sebagai

sarana rekreasi bersejarah

 Bioskop Dian mewakili Periode suatu gaya Arsitektur yaitu

Arsitekur Neo-Klasik (Art Deco Ornamental) yang banyak

(20)

18

 Bioskop Dian Berperan sebagai “Important Element” atau elemen bangunan penting dalam suatu kawasan dilihat dari

segi visual.

 Bioskop Dian termasuk golongan bentuk bangunan sangat

langka dan unik.

 Bioskop Dian masuk dalam kawasan dilindungi yaitu

kawasan pusat kota bersejarah

 Bioskop Dian termasuk dalam bangunan penting bagi ilmu

pengetahuan, yaitu bangunan yang menjadi obyek

penelitian bidang-bidang ilmu pengetahuan lainya seperti

arsitektur, struktur, desain, seni dan bidang ilmu

pengetahuan lain.

2.5.3. Landmark

Gambar 2.4. Landmark, Arsip Bandung Heritage

Nama Bangunan : Landmark Building

(21)

19

Fungsi semuala : Toko buku dan Percetakan

Arsitek : C.P Wolff Schoemaker

Tahun : 1922

Pemilik Sekarang : G.J. Bel

Kualitas Bangunan : A

Di dalam buku “100 BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI BANDUNG“

Dr. Harastoeti DH. Menjelaskan sejarah singkat Landmark Building :

Gedung Landmark merupakan salah satu bangunan yang terletak

di jalan Braga segmen utama yang didesain secara khusus

dengan menggunakan arcade. Pada awalnya bangunan ini

berfungsi sebagai toko buku van Drop yang dibangun pada tahun

1922 yang direncanakan oleh arsitek Belanda Ir. CP Wolf

Schoemaker. Pada tahun 1960 toko buku Van Drop mengalami

kemunduran, sehingga toko ditutup dan beralih fungsi menjadi

bioskop Pop. Setelah bioskop berhenti beroprasi, kepemilikan

diambil alih fungsinya menjadi tempat pameran, yaitu Landmark

Convention Center. Pada masa inilah terjadinya perubahan

besar-besaran, baik pada interior maupun pada eksterior.

Arsitek Schoemaker yang pada saat itu menjadi guru besar di

Institut Teknologi Bandung, merancang bangunan dengan gaya

Art Deco yang sedang merupakan trend pada masa itu, dengan

(22)

20

budaya yang ada, yaitu dengan menerapkan ornamen ukiran

candi dan Batara Kala pada pintu masuk utama bangunan.

Garis-garis vertikal yang terbentuk oleh jajaran kolom dengan bentuk

dasar persegi empat, terasa amat kuat, namun pada

perkembanganya kolom bagian bawah berganti rupa menjadi

bundar, yang mengurangi kesan vertikal sebelumnya, juga terjadi

pergantian material (147).

Nilai bangunan cagar budaya Landmark Building yaitu:

 Landmark Building, di bangun oleh salah satu dari 17

Arsitek ternama di Kota Bandung yaitu C.P. Wolff

Schoemaker.

 Landmark Building, berperan penting dalam meningkatkan

kualitas lingkungan kota Bandung pada masa perjalanan

sejarah menjadi sarana perdagangaan bersejarah.

 Landmark Building, mewakili Periode suatu gaya Arsitektur

yaitu Arsitekur Neo-Klasik (Art Deco Ornamental)

 Landmark Building, Berperan sebagai “Important Element” atau elemen bangunan penting dalam suatu kawasan dilihat

dari segi visual.

 Landmark Building, termasuk golongan bentuk bangunan

sangat langka dan unik.

 Landmark Building, masuk dalam kawasan dilindungi yaitu

(23)

21

 Landmark Building, termasuk dalam bangunan penting bagi

ilmu pengetahuan, yaitu bangunan yang menjadi obyek

penelitian bidang-bidang ilmu pengetahuan lainya seperti

arsitektur, struktur, desain, seni dan bidang ilmu

pengetahuan lain.

2.5.4. Bank Indonesia

Gambar 2.5. Bang Indonesia, Arsip Bandung Heritage

Nama Bangunan : Bank Indoensia

Alamat : Jl. Braga 108

Fungsi semuala : Javasche Bank

Arsitek : Edwar Cuypers

Tahun : 1917

Pemilik Sekarang : Bank Indonesia

(24)

22

Di dalam buku “100 BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI BANDUNG“

Dr. Harastoeti DH. Menjelaskan sejarah singkat Bank Indoensia :

Bank ini merupakan pelopor yang membuka jalan bagi

perbangkan di Indonesia. Saat dibangun naman bank ini adalah

De Javasche Bank. Dibangun oleh arsitek Edwar Cuypers pada

tahun 1981. Edwar Cuypers bersama dengan Hulswit dan Fermont

mendirikan biro arsitek ini yang tersebar di berbagai kota besar di

indonesia, seperti misalnya jalan Jakarta, Medan, Semarang,

Cirebon, Surabaya, Yogyakarta, Makasar dan sebagainya. Tujuan

pemerintah Belanda mendirikan Javasche Bank di Bandung

adalah untuk melindungi kekayaan negara dari daerah pesisir ke

daerah pedalaman. Pembangunan dilaksanakan atas permohinan

preisden ke-10 De Javasche Bank kepada Dewan Militer Hindia

Belanda yang berisi penyerahan sebidang tanah seluasn 10.460

m2 bagi De Javasche Bank di desa Kejaksaan Girang. Kantor

cabang De Javasche Bank Landraadweg, dibukasecara resmi

pada tanggal 30 juni 1909, mesipun gedungnya masih berbentuk

sangat sederhana. Gedung kantor cabang De Javasche Bank

yang permanen mulai di bangun tahun 1915, dan digunakan pada

tanggal 5 mei 1918. Pada masa pendudukan Jepang De Javasche

Bank dilikuidasi dan dihidupkan kembali pada 8 mei 1946. Pada

tahun 1951 bangunan diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dan

(25)

23

Bangunan De Javasche Bank Bandung memiliki bentuk simetriis

dipandang dari segala arah. Bangunan ini mendapat pengaruh

dari arsitektur lokal yang tampak pada elemen dekoratif berupa

ukiran candi di punca bangunanya hiasan kepala kolom silindris

pada pintu masuk utama dan juga kolom nonstruktural pada

jendela, merupakan penerapan gaya Corinthian yang disesuaikan

dengan jaman dibangunnya, namun penggunaan kolom kembar

mengingatkan kita pada kolom-kolom jaman Romanesk, dinding

yang diberi nat horizontal merupakan pengaruh dari dinding pada

jaman Renaisans, sehingga dapat dikatakan bangunan ini bergaya

Ekletik.

Penggunaan balustrade di daerah lisplang atap merupakan salah

satu ciri khas bangunan rancangan biro Arsitek Hulswit & Ed

Cuypers. Di bagian tengah atap terdapat cupola yang cukup

besar, yang diberi jendela kaca pada keempat sisinya. Bagian

pintu masuk diperkuat dengan kolom ganda dan diberi tympanium

(sopi-sopi) tangga langsung menuju lantai atas yang merupakan

lantai utama (93).

Nilai bangunan cagar budaya Bank Indonesia yaitu:

 Bank Indoensia, mewakili bangunan tua yang fusinya tidak

berubah sama sekali, dan fisiknya terawat dengan baik

(26)

24

 Bank Indoensia, di bangun oleh salah satu dari 17 Arsitek

ternama di Kota Bandung yaitu Eduar Cuypers

 Bank Indoensia, bernilai sejarah pembangunan kota

sebagai sarana pemukiman bersejarah di utara.

 Bank Indoensia, mewakili Periode suatu gaya Arsitektur

yaitu Arsitekur Neo-Klasik (Art Deco Ornamental) yang

banyak menekankan elemen dekoratif ornamental

 Bank Indoensia, berfungsi sebagai “Landmark” memiliki selain keindahan juga memiliki dimensi besar dan elemen

bangunan yang tinggi, sehingga mudah dilihat dari jarak

jauh.

 Bank Indoensia, termasuk bangunan spesifik “berjajar”

(Ensemble) dalam satu kawasan.

 Bank Indoensia, masuk dalam kawasan dilindungi yaitu

kawasan pusat kota bersejarah

 Bank Indoensia, termasuk dalam bangunan penting bagi

ilmu pengetahuan, yaitu bangunan yang menjadi obyek

penelitian bidang-bidang ilmu pengetahuan lainya seperti

arsitektur, struktur, desain, seni dan bidang ilmu

(27)

25 2.5.5. Kantor Pos Besar

Gambar 2.6. Kantor Pos Besar, Arsip Bandung Heritage

Nama Bangunan : Kantor Pos Besar

Alamat : Jl. Asia Afrika No. 47

Fungsi semuala : Posten Telegraf Kantoor

Arsitek : J. Van Gent

Tahun : 1928-1931

Pemilik Sekarang : PT Pos Indonesia

Kualitas Bangunan : A

Di dalam buku “100 BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI BANDUNG“

Dr. Harastoeti DH. Menjelaskan sejarah singkat Kantor Pos Besar :

Sebagai dampak dari pembangunan Groote Postweg (Jalan Raya

Pos, sekarang jalan Asia-Afrika), maka di beberapa tempat,

(28)

26

kuda. Di lokasi Kantor Pos inilah pada masa lalu para penunggang

kuda beristirahat. Kadang kuda terletak di area belakang

bangunan Pos yang sekarang. Bangunan Pos yang awal,

dibangun pada tahun 1863 bersebelahan dengan Rumah sakit.

Pada awalanya bangunan berukuran kecil dan sederhana.

Pada tahun 1928-1931 didirikan bangunan baru diu atas lahan

bangunan lama dan Rumah Sakit, dengan fungsi sebagai Kantor

Pos dan Telegraf (Posten Telegraf Kantoor). Oleh PT. Pos

Indonesia sebagai Kantor Pos besar, merupakan Kantor Pusat

Pos. bangunan induk yang menghadap ke jalan Asia-Afrika,

memiliki tampak yang asli seperti pertama kali dibangun.

Bangunan dengan luas 4.846 m2 ini berdiri di atas tanah seluas

6006 m2. Di belakanga bangunan tersebut, kira-kira di bekas

kandang kuda, di bangun bangunan tambahan untuk menampung

kebutuhan yang semakin berkembang. Di depan bangunan (di tepi

jalan) diletakan bis surat dengan tulisan Brivenbus (bis surat),

tempat masyarakat umum mengirimkan surat yang sudah diberi

perangko. Ukuran bis surat ada standarnya.

Pada persitiwa Bandung Lautan Api (1946) bagian belakang

bangunan Kantor Pos di sisi Banceuyweg (jalan Banceuy) sempat

diledakan, namun untungnya tidak hancur walaupun bagian

dalanya habis terbakar.

Gaya bangunan masih menunjukan pengaruh bangunan

(29)

27

dan teritisan yang pendek. Dingding bangunan memiliki ketebalan

satu bata serta langit-langit yang tinggi sebagai usaha untuk

mendapatkan udara di ruang dalam yang nyaman (63).

Nilai bangunan cagar budaya Kantor Pos Besar yaitu:

 Kantor Pos Besar, di bangun oleh salah satu dari 17 Arsitek

ternama di Kota Bandung yaitu Gent, Van J.

 Kantor Pos Besar, mewakili arsitektur Modern Fungsional

(Art Deco Geometrik)

 Kantor Pos Besar, Berperan sebagai “Important Element” atau elemen bangunan penting dalam suatu kawasan dilihat

dari segi visual.

ilmu pengetahuan, yaitu bangunan yang menjadi obyek

penelitian bidang-bidang ilmu pengetahuan lainya seperti

arsitektur, struktur, desain, seni dan bidang ilmu

(30)

28

komersial Bandung, dan di khususkan pada bangunan :

1. Gedung Merdeka

2. Bioskop Dian (sekarang Futsal Dian)

(31)

29

berdasarkan PERDA Kota Bandung no : 19 tahun 2009

tentang pengelola kawasan dan bangunan cagar budaya.

Yang nantinya menimbulkan rasa memiliki, dan pada

akhirnya bisa merawat, melestarikan bangunan tua di

Bandung.

3.1.2. Demografi

 Gender : Laki-laki dan Perempuan  Usia : 16 – 19 tahun

 Pendidikan : SMU / Sederajat

 Karakteristik berdasarkan rangkuman oleh Gunarsa (1989):

- Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.

- Ketidakstabilan emosi.

- Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.

- Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

(32)

30

- Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya. - Senang bereksperimentasi.

- Senang bereksplorasi.

- Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

- Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

3.1.3. Keyword

Bangunan tua, cerminan kota

3.2. Konsep Visual

Media informasi yang di pilih adalah film dokumenter, seperti

sudah di ulas di bab II tentang film dokumenter, maka konsep visual yang

di buat harus mencerminkan fakta. Dan tertulis pada buku “cara pintar

bikin Film dokumenter” karangan Fajar Nugroho (2007) menuliskan “ dimana dalam dokumenter, selain mengandung fakta, film dokumenter

mangandung subyektivitas si pembuat-nya. Artinya, apa yang kita rekam

memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajianya, kita

(33)

31

pandang idealism kita”(h.34). selain itu melihat dari Who pada strategi

kreatif yaitu remaja Bandung, maka konsep visual mencerminkan remaja

Bandung sekarang.

Isi dari film dokumenter ini terdiri dari tiga bagian, yaitu intro,

wawancara dan pengamatan lapangan (lima bangunan cagar budaya).

Intro disini menampilkan sejarah kota pembuatan film dokumenter, yaitu

Kota Bandung disini menerangkan sebab-sebab banyaknya bangunan

tua di bandung, lalu di teruskan dengan Bandung pada masa sekarang

dengan objek keramayan daerah komersial Bandung, disini

memperlihatkan keramayan kota Bandung dan mengambil gambar

deretan toko-toko, para konsumen dan lalu-lalang kendaraan, untuk

mewakili keramayan daerah komersial Bandung. Setelah itu di teruskan

wawancara dengan anak muda tentang pengetahuanya terhadap

bangunan tua, ini untuk membuktikan hasil survey yang di bahas di

identifikasi masalah, dan sedikit wawancara dengan orang Heritage

tentang apa itu bangunan cagar budaya. terakhir pengamatan lapangan

memperlihatkan lima bangunan tua dengan aktifitas orang-orang yang

ada di sekitarnya, dan keterangan dari para pakar bangunan tua. Untuk

wawancara mengambil perwakilan paguyuban Bandung Heritage sebagai

(34)

32 3.2.1. Ide

Membuat sebuah film dokumenter tentang bangunan tua yang

memiliki sejarah tinggi dan memperlihatkan, pengetahuan masyarakat

Bandung, Khusunya anak muda Bandung tentang bangunan cagar

budaya

3.2.2. Film Statemen

Lima bangunan tua yang masih berdiri di daerah komersial

Bandung. Apakah anak muda kota Bandung, tahu keberadaan mereka?

Bila tahu apa yang di lakukan mereka? Dan bila tidak tahu? Apabila tidak

ada bangunan tua, apakah Bandung tetap ada?

3.2.3. Outline

Outline adalah cerita rekaan tentang alur cerita film yang akan di

buat, dan outline film dokumenter ini adalah :

Film bermula memperlihatkan sejarah kota Bandung sekaligus

menerangkan banyaknya bangunan tua yang bersejarah tinggi di

Bandung, lalu dilanjutkan dengan keadaan Bandung saat sekarang

tahun 2011 dengan mengambil gambar kerumunan penjual, pembeli di

daerah dalam kaum, alun-alun kota bandung, dan memperlihatkan juga

kemacetan kendaraan. Kemudian mewawancarai anak muda tentang

pengetahuan mereka terhadap bangunan tua di lanjutkan

(35)

33

Heritage. setelah itu mulai memperlihatkan perjalanan menemukan lima

bangunan tua, yaitu Gedung Merdeka, Bioskop Dian (sekaran futsal

Dian), Kantor Pos, Bank Indonesia, Landmark di iringi

keterangan-keterangan dari para pakar bangunan tua Bandung.. Dan terakhir

penutupan film.

3.2.4. Sudut Pandang

Sudut Pandang yang di gunakan dalam film dokumenter ini adalah

Objective Point of View, yaitu seluruh cerita film di bangun berdasarkan

sudut pandang si pembuat.

3.2.5. Shoting list (sasaran tembak kamera)

Shoting list atau sasaran tembak kamera adalah daftar gambar apa saja

yang akan masuk kedalam film, dan shoting list beracuan pada outline.

Shoting list :

1. Keramaian, disini pengambilan gambar di ambil di pasar dalam

kaum dan sekitar alun-alun. pengambilan gambar keramaian ini

untuk menunjukan daerah komersial di Bandung,dan

kegiatan-kegiatan yang mewakili itu adalah :

1. Kegiatan jual-beli

2. Kerumunan orang-orang

(36)

34

2. Lima bangunan tua, pengambilan gambar ini dimaksudkan untuk

mewakili banguna tua yang berdiri di daerah komersial. disini

memperlihatkan keadaan fisik dari tiap-tiap bangunan, dan

pengambilan lima bangunan tua berdasarkan pemilihan yang di

ambil di BAB II tentang bangunan tua di daerah komersial, yaitu :

1. Gedung Merdeka

2. Bioskop Dian (sekarang Futsal Dian)

3. Landmark

4. Bank Indonesia

5. Kantor Pos

3. Wawancara, wawancara disini bertujuan memperlihatkan sisi

dokumeter dari film, yang di buat apa adanya, memperlihatkan

pengetahuan anak muda sekarang terhadap bangunan tua, dan

juga tanggapan dari para pakar bangunan tua di Bandung :

1. Anak muda yang beraktivitas di sekitar lima bangunan tua

2. Perwakilan Bandung Heritage

3.2.6. Media Pendukung

1. Unggah pada website www.youtube.com

(37)

35

Pemilihan situs www.youtube.com sebagai tempat unggah film

dokumenter ini dikarenakan situs ini adalah situs no satu dalam

rating situs streaming video dan diakses diseluruh dunia, dengan

harapan film yang di unggah bisa ditonton banyak orang. karena

peraturan unggah di situs www.youtube.com hanya boleh

mengunggah satu file video berdurasi limabelas menit sedangkan

film dokumenter ini berdurasi duapuluh enam menit maka filim

dibagi menjadi dua bagian dengan nama Bangunan Tua di

Daerah Komersial bagian 1/2 dan Bangunan Tua di Daerah

Komersial bagian 2/2.

dan link untuk menonton film dokumenter ini adalah :

Bagian 1/2

http://www.facebook.com/video/video.php?v=2285092971427

Bagian 2/2

http://www.facebook.com/video/video.php?v=2285143532691

2. Unggah pada website www.facebook.com

Gambar 3.2. Logo Facebook

Pemilihan situ www.facebook.com sebagai tempat unggah film

(38)

36

dengan rating no satu dalam rating situs jejaring sosial, dan

diharapkan banyak orang yang dapat menonton film dokumenter

ini. karena peraturan unggah di situs www.Facebook.com hanya

boleh mengunggah satu file video berdurasi duapuluh menit

sedangkan film dokumenter ini berdurasi duapuluh enam menit

maka filim dibagi menjadi dua bagian dengan nama Bangunan

Tua di Daerah Komersial bagian 1/2 dan Bangunan Tua di

Daerah Komersial bagian 2/2.

dan link untuk menonton film dokumenter ini adalah :

Bagian 1/2

http://www.youtube.com/watch?v=CbEI7JKgcCY

Bagian 2/2

http://www.youtube.com/watch?v=6929uTaB78U

3. Selimut Box DVD

Gambar 3.3. Selimut Box DVD

Selimut box DVD seperti pada gambar 3.3. digunakan untuk

menyelimuti box DVD. konsep yang digunakan adalah old style,

(39)

37

tua. Terdapat ornament art deco sebagai penanda tampilan

depan pada box, selain itu ornament art deco ini menambah

kesan old pada selimut box. Font yang digunakan adalah

FasionVictim yang bergaya art deco.

Font FasionVictim

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

(20pt)

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

1234567890

Warna font :

Warna Background :

(40)

38 4. Sampul Box DVD

Gambar 3.4. Sampul Box DVD

sampul seperti pada gambar 3.3. ini digunakan memberikan

identitas pada box dvd, bahwa ini box film “Bangunan Tua di Daerah Komersial Bandung” dapat dilihat dengan adanya potongan-potongan gambar dari lima bangunan tua yang dibahas

di dalam film, dengan effek sepia, diterakan juga synopsis pada

belakang box DVD. konsep yang digunakan adalah old style,

dimaksudkan untuk memperkuat isi dari film dokumenter ini yang

bertemakan bangunan tua, bisa dilihat juga kesan old dengan

penambahan ornamen bergaya art deco pada sampul belakan

dan pengunaan font FasionVictim yang bergaya art deko. selain

itu pengambilan warna latar coklat dengan tekstur kertas tua

menambahkan kesan old, dan penambahan frame garis kotak

putus-putus seperti jaitan benang menambahkan kesan old pada

(41)

39 Font FasionVictim

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

(20pt)

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

1234567890

Warna font :

Warna Background :

Ukuran Sampul box : 18x27,5 cm

5. Sampul DVD

(42)

40

pada gambar 3.4. ini memperlihatkan gambar dari sampul DVD,

berfungsi memberikan identitas pada DVD bahwa DVD ini

berisikan film dokumenter berjudul “Bangunan Tua di Daerah Komersial Bandung” konsepnya yang di ambil adalah old style. didalam sampul DVD terlihat lima bangunan tua yang mewakili isi

dari film didalam DVD yang menerangkan lima bangunan tua

yaitu Bioskop Dian, Gedung Merdeka, Bank Indonesia, Landmark

dengan effek sepia. font yang digunakan adalah FasionVictim

yang bergaya art deco. disisinya terdapat lingkaran dengan garis

putus-putus yang menyerupai hasil jaitan benang ini dimaksudkan

untuk menambah kesan old pada sampul DVD ini.

Font FasionVictim

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

(20pt)

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

1234567890

Warna font :

(43)

41

Ukuran Sampul DVD : 11,2x11,2 cm

6. Buku Keterangan

Gambar 3.6. Buku Keterangan DVD

Buku keterangan seperti pada gambar 3.6. disimpan di dalam box

DVD berisikan keterangan-keterangan pendukung untuk film

dokumenter pada DVD yang berjudul “Bangunan Tua di Daerah Komersial Bandung”. Tema yang digunakan adalah old style bisa terlihat dari potongan gambar dari lima bangunan tua yang di

bahas di film, dengan effek sepia. Font yang digunakan adalah

FasionVictim dengan gaya art deco, ditambah ornament yang

bergaya art deko. kesan old juga bisa dilihat pada background

warna coklat dengan tekstur kertas tua.

Font FasionVictim

(44)

42

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

1234567890

Warna font :

Warna Background :

Ukuran Buku Keterangan : 17x12 cm

7. Diberikan pada Bandung Heritage

Film dokumenter ini di berikan pada Bandung Heritage sebagai

arsip perpustakaan, dimaksudkan selain untuk menambah koleksi

perpustakaan tetapi diharapkan dapat dinikmati oleh pecinta

budaya Bandung yang datang ke Bandung Heritage. Pemilihan

Bandung Heritage karena Bandung Heritage adalah paguyuban

(45)

43

dalam rangka melestarikan budaya kota Bandung khususnya

bangunan-bangunan bersejarah.

Gambar 3.7. Koper

Pemberian film dokumenter ini dengan tampilan koper dilapisi kulit

dan didalamnya terdapat DVD film dan buku keterangan.

(46)

44

Gambar 3.9. Buku Keterangan

Buku keterangan dalam koper berisikan keterangan pendukung

pada Film dokumenter berjudul “ Bangunan Tua di Daerah

Komersial Bandung” . Font FasionVictim

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

(20pt)

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

1234567890

Warna font :

(47)

45

Ukuran Buku Keterangan : 20x26 cm

3.2.7. Tipografi

Tipografi yang di ambil untuk pembuatan film dokumenter adalah arial

dan FasionVictim, penggunaan font arial dikarenakan font arial mudah

dibaca dan sudah banyak digunakan seperti karyatulis skripsi dll.

sedangkan penggunaan font FasionVictim digunakan untuk menambah

kesan old style, karena font ini bergayakan art deco yang banyak

digunakan untuk gaya arsitektur bangunan-bangunan yang ada di film

ini.

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXUZ

1234567890

Font FasionVictim

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

(20pt)

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

(48)

46

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1. Perlengkapan

4.1.1. Perlengkapan Pengambilan Gambar

Nama Barang Gambar

Kamera Video MD 10000 3CCD

Tripod

(49)

47 Mic

Lampu 1000watt

Komputer

Intel Pentium core 2 duo 6300

1,86GHz (2cpu)

Memory 2GB

Hardisk 620GB

Motherboard GIGABYTE 945PL-S3

VGA NVIDIA GeForce 8800 GTX

Firewire

(50)

48 4.1.2. Software Penunjang

- Pinacle 12 Ultimate

Digunakan untuk capturing gambar dari kamera video

ke computer dan editing stok shot

- Adobe After Effect

Digunakan untuk pemberian effek khusus

4.2. Anggota Tim

- Taufik Nugraha sebagai Sutradara

- Tubagus Maulana Yusuf sebagai Animator

- Adha Pratama sebagai cameramen

4.3. Proses Pengambilan Gambar

Dalam pengambilan gambar karena kamera video MD 10000 3CCD

masih menggunakan kaset Mini DV dan pengambilan gambar dilakukan

dengan mode long Play (LP). Pengambilan gambar di sesuaikan dengan

(51)

49 1. Keramaian

Kegiatan jual-beli : pengambilan

gambar dilakukan di daerah

dalam kaum dengan angle, high

angle

Kerumunan orang-orang :

pengambilan gambar dilakukan

di daerah dalam kaum dengan

angle, high angle

Kendaraan lalu-lalang :

pengambilan gambar dilakukan

diatas jembatan penyebrangan

daerah alun-alun kota Bandung

dengan menggunakan angle,

high angle

(52)

50 2. Lima bangunan tua :

Bioskop Dian (sekarang

Futsal Dian) penganmbilan

gambar di jalan dalem kaum

no. 58 Bandung

eye level

eye level

long shot

eye level

(53)

51 Gedung Merdeka : pengambilan

gambar dilakukan di jalan

Asia-Afrika no. 65 Bandung

eye level

eye level

eye level

long shot

(54)

52 Kantor Pos Besar : pengambilan

gambar dilakukan di jalan Asia-Afrika

no. 47 Bandung

long shot

close up

high angle

high angle

(55)

53 Bank Indonesia : pengambilan

gambar dilakukan di jalan Braga no.

108 Bandung

long shot

zoom out

Panning shot

zoom out

(56)

54 Landmark Building : pengambilan

gambar dilakukan di jalan Braga no.

131 Bandung

low angle

low angle

eye level

moving

(57)

55 3.Wawancara :

anak muda : pengambilan gambar di

(58)

56

Tabel 4.8. Stok Shot wawancara anak muda

Perwakilan Bandung Heritage :

pengambilan gambar di kantor

Bandung Heritage jalan R. E.

Martadinata no. 209 Bandung

Tabel 4.9. Stok Shot wawancara Bandung Heritage

Dan Pengambilan gambar di lakukan oleh dua orang yaitu Taufik Nugraha

(59)

57 4.4. Editing

Editing film menggunakan beberapa software yaitu :

Pinnacle 12 Ultimate : disini stok

shot di edit mulai dari off line sampai

on line

capturing

pembuatan text

pemberian transisi

(60)

58

pemberian effek standar

rander

Tabel 4.10. proses editing memakai Pinacle

Musik yang digunakan pada film ini adalah musik akustik, antara lain :

1. [Guitar] Cavatina 2. [Guitar] Classic Gas

3. [Guitar] concerto_in_gm_allegro_lar 4. [Guitar] malaguenalive_version 5. [Guitar] romance_for_guitar

6. [Guitar] Romeo & Juliet Love Theme 7. [Guitar] Tango

8. [Guitar] The Girl From Ipanema 9. [Guitar] Theme From The Knock 10. [Guitar] Unchained Melody 11. [Guitar] Your Song

(61)

59 Adobe After Effect 7.0 : disini proses

editing pembuatan peta perjalanan

ke lima bangunan tua.

pembuatan effek pada peta

Tabel 4.11. Pemberian effek pada Affter Effect

4.5. Perhitungan Biaya Produksi

no Nama Barang Jumlah

Harga

Satuan

Harga Jumlah

(RP)

1 Selimut Box DVD 100 1.000 100.000,-

2 Sampul Box DVD 100 1.000 100.000,-

3 Sampul DVD 100 500 50.000,-

4 DvD 100 2.500 250.000,-

2 Box DVD 100 2.500 250.000,-

5 Buku Keterangan 100 2.500 250.000,-

Jumlah 10.000/buah 1.000.000,-

(62)

60

DAFTAR PUSTAKA

Baksin, Askurifai (2003). Membuat Film Indie itu Gampang. Bandung : Katarsis

Katam, Sudarsono & Abadi, Lulus (2005). Album Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung : NavPress

Kunto, Haryoto (1985). Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung : Granesia

Kunto, Haryoto (2000). Nasib Bangunan Bersejarah Di Kota Bandung. Bandung : Ganesia

Nugroho, Fajar (2007). Cara Pinter Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta : Indonesia Cerdas

Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung, Bappeda Daerah Tingkat II Kota Madya Bandung, 1997, Data Bangunan Bersejarah Kota Bandung

(63)

Data Riwayat Hidup

DATA PRIBADI :

Nama Lengkap : Taufik Nugraha

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tgl lahir : Bandung, 16 Desember 1986

Alamat : Jl. Jendral Sudirman Gg. Ibu Karees No.269/187-B

Bandung 40184

No Telp : (022) 6078439 / (022) 92504203/ 085720161686

E-mail : uzank_new@yahoo.co.id

uzank.new@gmail.com

Ym : uzank new

Facebook : uzank_new@yahoo.co.id

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

:

SDN Purwawinangun II Kuningan 1995 – 2001

SMPN 1 Kuningan 2001 - 2002

SMPN 1 Bandung 2002 - 2003

SMUN 13 Bandung 2003 - 2006

DKV UNIKOM 2006 - 2011

Demikian Curiculum Vitae (CV) ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, Agustus 2011

Gambar

Gambar 2.1. Peta RTRW Kota Bandung
Tabel 2.1. Tabel daerah komersial di Bandung
Gambar 2.2. Gedung Merdeka, Arsip Bandung Heritage
Gambar 2.3. Bioskop Dian, Arsip Bandung Heritage
+7

Referensi

Dokumen terkait

Barang/Konstruksi/Jasa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep untuk menyampaikan kelengkapan berkas dokumen kualifikasi, penawaran dan profil perusahaan dalam bentuk hard

Salah satu produk dari minyak karet yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah biodiesel yang dapat digunakan sebagai. bahan bakar alternatif, terutama untuk

pengawasan kegiatan pengelolaan sumber daya, kelautan dan pesisir, lingkungan kelautan dan pesisir serta kegiatan / usaha masyarakat pesisir di wilayahnya. Membantu

loops on the 3D wireframe model instead of the RGB-D SLAM map, the amount of data and the amount of time spent collecting data is reduced because there is no need to re-observe

Pada mesin pengupas tempurung kelapa sebelumnya masih terdapat beberapa kelemahan yaitu mata kupas terlalu keluar dari penutup sehingga memperbesar resiko kecelakaan kerja,

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan Saudara telah lulus Evaluasi Administrasi, Teknik, Harga dan Kualifikasi untuk paket pekerjaan tersebut di

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2015. :