91
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Retno Wulan
NIM
: 21109133
Jurusan
: Akuntansi
Fakultas
: Ekonomi
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir: Cianjur, 13 Maret 1992
Agama
: Islam
Alamat
: Blk Residen Blok D1 No. 28 Cianjur
: rwulan778@gmail.com
rwulan66@rocketmail.com
Data Pendidikan :
Pendidikan Formal
1.
Tahun 1997-2003
: SD Negeri 1 Cianjur
2.
Tahun 2003-2006
: SMP Negeri 4 Cianjur
3.
Tahun 2006-2009
: SMA Negeri 1 Cianjur
PENGARUH PENEGAKAN HUKUM PAJAK DAN
SELF
ASSESSMENT SYSTEM
TERHADAP KEPATUHAN
PERPAJAKAN
(
Survei Wajib Pajak Orang Pribadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees)
The Influence Of Tax Law Enforcement And Self Assessment System To
Compliance
(
Survey of TaxPayer in Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees
)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Stara Satu
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia
Disusun Oleh :
Nama
: Retno Wulan
NIM
: 21109133
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. yang selalu memberikan
limpahan rahmat setiap saat, karena atas ridho dan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
”
Pengaruh Penegakan Hukum
Pajak Dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Perpajakan
”
.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan dimasa yang akan datang dan mendatangkan manfaat bagi yang
memerlukan.
Selama menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis hanya dapat menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1.
Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia.
2.
Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic selaku dekan Fakultas Ekonomi.
3.
Dr. Surtikanti, S.E.,M.Si.,Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan
selaku penguji.
4.
Wati Aris Astuti, S.E.,M.Si selaku Sekertaris Prodi Akuntansi dan Dosen
Wali Kelas Ak3.
5.
Siti Kurnia Rahayu, S.E.,M.Ak.,Ak,.CA selaku penguji.
6.
Dr. Ony Widilestariningtyas, S.E.,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
iv
7.
Anak Agung Gde Rai selaku Kepala Kantor KPP Pratama Bandung
Karees.
8.
Ujang Ahmad Komarudin selaku Kepala Bagian Umum KPP Pratama
Bandung Karees.
9.
Seluruh pegawai dan staf KPP Pratama Bandung Karess atas
pengarahanya di lapangan serta wajib pajak orang pribadi yang telah
membantu dalam penelitian.
10.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
terutama untuk dosen Program Studi Akuntansi.
11.
Ibu dan Ayah tercinta serta adik tersayang yang tak pernah bosan
memberikan dorongan semangat dan limpahan kasih sayangnya.
12.
Peny Lukman, Citra, Erna, Rizki, Dewi, Yulianti, Oki, Supirman yang
memberikan dorongan dan membantu penulis dalam penyusunan.
13.
Semua teman-teman Ak3 dan pihak yang tidak dapat penulis sampaikan
yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menjadi pendorong untuk lebih maju dan dapat berguna bagi semua pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis. Semoga doa, dorongan, perhatian dan
semangat yang telah diberikan semua pihak kepada penulis mendapatkan balasan
pahala yang berlipat dari Allah Swt. Terima kasih,
Bandung, Februari 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
MOTTO
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ...ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
………….
………...1
1.2 Identifikasi dan RumusanMasalah ... 8
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 8
1.2.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9
1.3.1 Maksud Penelitan ... 9
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ... 9
1.4.1 Kegunaan Praktisi ... 9
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 9
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 10
vi
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA,
KERANGKA
PEMIKIRAN
DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 12
2.1.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak... 12
2.1.1.1 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak ... 13
2.1.1.2 Macam-Macam Kepatuhan ... 13
2.1.1.3 Kewajiban Wajib Pajak ... 13
2.1.1.2 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak ... 14
2.1.2 Pengertian Penegakan Hukum Pajak.. ... 15
2.1.2.1 Indikator Penegakan Hukum Pajak ... 16
2.1.3 Pengertian
Self Assestment System
... 17
2.1.3.1 Indikator
Self Assestment System
... 18
2.1.4 Hasil Penelitian Terdahulu ... 21
2.2 Kerangka Pemikiran ... 22
2.2.1 Pengaruh Penegakan Hukum Pajak Dengan Kepatuhan
Wajib Pajak. ... 24
2.2.2 Pengaruh
Self Assestment System
Dengan Kepatuhan
Wajib Pajak
….
... 25
2.3 Hipotesis ... 27
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ... 29
3.2 Metode Penelitian ... 29
3.2.1 Desain Penelitian ... 31
3.3 Operasional variabel ... 33
3.4 Sumber Data ... 35
3.5 Alat Ukur Penelitian ... 36
3.5.1 Uji Validitas ... 36
vii
3.5.3 Uji MSI (Data Ordinal ke Interval)
………
...39
3.6 Populasi Dan Sampel ... 40
3.6.1 Populasi ... 40
3.6.2 Penarikan Sampel ... 40
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.8 Metode Pengujian Data ... 42
3.8.1 Metode Analisis ... 42
3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 54
4.1.1 Karakteristik Responden ... 54
4.1.2 Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 57
4.1.3 Analisis Deskriptif ... 59
4.1.3.1 Analisis Deskriptif Penegakan Hukum Pajak ... 60
4.1.3.2 Analisis Deskriptif
Self assessment system
... 64
4.1.3.3 Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak ... 68
4.1.4 Analisis Verifikatif ... 71
4.1.4.1 Analisis Pengaruh Penegakan hukum pajak dan
Self assessment system
terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak... ... 71
4.1.4.2 Pengujian Model Pengukuran ... 72
4.1.4.3 Pengujian Model Struktural ... 76
4.1.4.4 Pengujian Hipotesis ... 80
4.2 Pembahasan ... 83
viii
4.2.2 Pengaruh
Self assessment system
Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 88
5.2 Saran ... 89
5.2.1 Kegunaan Praktis ... 89
5.2.2 Kegunaan Akademis ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
LAMPIRAN ... 94
91
DAFTAR PUSTAKA
Al - Rasyid Harun. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung
: Universitas Padjajaran.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta
Augusty, Ferdinand, 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian
Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ahmad Heryawan selaku Gubernur Jabar. 2012. Tingkat Kepatuhan Pajak Terhitung
Rendah.http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=11035
&Itemid=48
Anwar
Nasution.
2012.
BPK
menggugat
asas
Self
Assessment
pajak.
http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak/index.php/layanan-diklat/berita-pelaksanaan-diklat?start=25
Bramasto, ari. (2012). Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Kualitas Informasi
Akuntansi Keuangan Terhadap
Self Assessment, Jurnal Majalah Ilmiah
UNIKOM, (online), Vol.10, No.2, http://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/. diakses
24 September 2012).
Dedi Rudaedi. 2012. Wajib Pajak Yang Tidak Patuh Memenuhi Kewajiban Sanksi
Tegas Buat Wajib Pajak.
http://budisansblog.blogspot.com/2012/04/pilihan-sanksi-pajak.html
Dedi Rudaedi. 2012. Kesadaran Masyarakat Masih Rendah. www.kompas.com
Fani
Ayudea.
2013.
Tingkat
Kepatuhan
Wajib
Pajak
Masih
52%.
http://www.suaramerdeka.com. 08 April 2013 23:58 WIB
Falk, R.F dan Miller N.B., 1992 : A Primer For Solf Modelling, Akron, OH.
University Of Akron Press.
92
Ghozali Imam. 2006, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Cetakan
Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Ghozali, Imam, (2008), Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan
Program Amos 16.0, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Ghoni, Abdul. (2012). Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Daerah,
Jurnal Akuntansi UNESA
, (online), Vol.1,
No.1,
(http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/article/view/,
diakses 19 Mei 2013).
Gunadi. 2002. Reformasi Administrasi Perpajakan. Jakarta : FISIP UI.
Hair et al., (1998), Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice Hall, Upper
Saddle River : New Jersy.
Hasan Iqbal. 2008. Analisis Data Penelitian Dengan Statistic. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Hair , Et Al. 2006. Multivariate Data Analysis 6
thEd. New Jersey: Person Education.
Husein Umar. 2005.
“Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Jakarta
:
PT. Raja Grafindo Persada.
Hutagaol, Jhon, Dkk. 2007. Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Akuntabilitas, Maret 2007, hal 186-193, ISSN : 1412-0240.
Ikhsan Budi R. 2007.
Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak
. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis Dan Sektor
Publik, Vol. 3, No. 3.
Iwan Djuniardi. 2011. Lemahnya Hukum Pajak.
http://www.tempo.co/read/news/.
17 Januari 2011.
James, Simon and Alley, Clinton. 2010. Tax Compliance, Self Assessment And Tax
Administration. Jurnal Of Finance And Management In Public Services.
Vol.2 No.2.
Jino. 2013. APINDO : Kepastian Hukum Tingkatkan Kepercayaan Membayar Pajak.
http://www.antarasumbar.com/berita/. 27 Agustus 2013 04:24 WIB.
93
Liberti Pandiangan. 2009. Pertumbuhan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses
Pada 4 Maret 2011 dari web: www. KOMPAS.com
Mira Riangga Dewi. (2011). Persepsi Wajib Pajak Atas Pengenaan Pajak Penghasilan
: Anteseden Dan Konsekuensinya (Kajian Empiris Pada Wajib Pajak Orang
Pribadi Yang Memiliki Usaha Di Kota Kudus)
Mardiasmo. 2009. Perpajakan.
Edisi Revisi 2009
. Yogyakarta : Andi.
Mangunsong, Soddin. (2009). Pengaruh
Sunset Policy
dalam Penerimaan Pajak,
JurnalAkuntansi,
(online),Vol.1,No.1,(http://majour.maranatha.edu/index.ph
p/jurnal-akuntansi/article/. diakses 19 Mei 2013).
Mohammad Nazir. 2003.
Metode Penelitian
. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mohamad, Zain. 2007.
Manajemen Perpajakan
. Edisi ke dua. Jakarta : Salemba
Empat.
Nazir, Moh. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nur Indriantoro. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Cetakan 2. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Rimsky K. Judisseno. 2004.
Perpajakan (Edisi Revisi),
Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Satjipto Rahardjo. Hukum dan Perubahan Sosial Suatu Tinjauan Teoritis Serta
Pengalaman-Pengalaman di Indonesia. Yogyakarta: Genta Publishing. 2009
Sri Suhayati. 2013. Persepsi Wajib Pajak Dan Pelaksanaan System Self Assestment
System Dengan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Perseorangan Pada KPP
Semarang Barat.
Sudapmi, Ni Luh. (2009). Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas
Pelayanan,
Jurnal Akuntansi & Bisnis,
(online), Vol. 4, No.2,
(http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4209214219.pdf, diakses 13 Oktober
2012)
Siti Kurnia Rahayu & Ely Suhayati. 2010.
Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan
.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siti Resmi. 2005. Perpajakan Teori dan Kasus Buku 1 Edisi 4. Yogyakarta : Salemba
Empat.
94
Sony Devano, Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan : Konsep, Yeori, Isu. Jakarta :
Kencana
Soemarsono. 2007. Perpajakan : Pendekatan Komprehensif. Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. 2005.
Metode Penelitian Kualitatif
. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007.
Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009.
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D
. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2010.
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D
. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Surya Manurung. 2012. Kompleksitas Kepatuhan Pajak. http://www.pajak.go.id/.
Suryadi. (2006). Model Hubungan Klausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib
Pajak Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak Survey Di
Wilayah Jawa Timur, Vol.4 No.1.
Tarjo & Kusumawati, Indra. (2006). Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi
Terhadap Pelaksanaan Self Asessment system : Suatu Studi di Bangkalan,
JAAI,
(online), Vol.10, No.1, (http://journal.uii.ac.id/index.php/JAAI,
diakses 19 Mei 2013)
Ucok Hidayat. 2013. Pemkot minta bantuan kejaksaan terkait tunggakan pajak.
http://www.antarasumsel.com/berita/278631/pemkot-minta-bantuan-kejaksaan-terkait-tunggakan-pajak
Uma Sekaran, 2006,
Research Methods For Business
, Edisi 4, Buku 1, Jakarta:
Salemba Empat.
Uma Sekaran, 2006,
Research Methods For Business
, Edisi 4, Buku 2, Jakarta:
Salemba Empat.
95
Umi Narimawati. 2007.
Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Aplikasi Contoh
dan Perhitungan
. Jakarta: Agung Media.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Y. Sri Pudyatmoko. 2009. Pengantar Hukum Pajak. Yogyakarta : Andi.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kepatuhan Wajib Pajak
Sistem pemungutan pajak yang ada di Indonesia sudah banyak mengalami
perubahan dan yang digunakan sampai sekarang adalah system pemungutan pajak
self assessment system
, walaupun pemerintah sudah menerapkan hukum pajak dan
sanksi pajak tetapi masih ada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Menurut Norman D. Nowak dalam Moh. Zain (2007), Kepatuhan Wajib
Pajak memiliki pengertian adalah :
“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,
tercermin dalam situasi di mana wajib pajak paham atau berusaha untuk
memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak
yang terutang dengan benar dan membayar pajak yang terutang tepat pada
waktunya”.
Lain halnya dengan Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia (2010:138) menyatakan
bahwa pengertian kepatuhan Wajib Pajak menyatakan kepatuhan Wajib Pajak adalah
“Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
Undang Perpajaknnya”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
13
dan melakukan kewajiban perpajakan yang dilakukan secara jujur dan transparan
dalam pelaporan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
2.1.1.1 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan perpajakan yang dikemukakan oleh Norman D. Nowak dalam Sony
Devano (2006:110) sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan
kewajiban perpajakan tercermin dalam situasi sebagai berikut :
1.
Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang- undangan perpajakan.
2.
Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3.
Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4.
Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
2.1.1.2 Macam-macam Kepatuhan
Siti Kurnia Rahayu (2010 :138) membagi dua macam kepatuhan yaitu:
1.Kepatuhan Formal
Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan
2.Kepatuhan Material
Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana Wajib pajak secara
substantive
atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material
perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
2.1.1.3 Kewajiban Wajib Pajak
Menurut Soemarso (2007:37) wajib pajak memiliki kewajiban adalah sebagai
14
1. Wajib pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan.
2. Surat pemberitahuan diambil sendiri oleh WP.
3. Batas Waktu penyampaian.
a. Surat Pemberitahuan Masa = 20 Hari setelah akhir masa pajak.
b. Surat Pemberitahuan Tahunan = 3 bulan setelah akhir tahun pajak.
4. Perpanjangan = Maksimum 6 bulan atau permohonan tertulis.
5. Pelanggaran batas waktu -> Surat teguran.
6. Surat pemberitahuan harus :
a. Harus ditandatangani
b. Dilampiri keterangan dan dokumen seperti ketentuan
2.1.1.4 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
Adapun Indikator kepatuhan wajib pajak formal menurut John Hutagaol
(2007:3) adalah :
1.
Ketepatan waktu menyetor SPT.
15
2.1.2 Penegakan Hukum Pajak
Menurut Satjipto Raharjo (2009:25) menyatakan bahwa:
“Penegakan Hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan
keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai
keinginan-keinginan hukum dalam hal ini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan
pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum
tersebut”.
Dalam bidang hukum pajak, penegakan hukum juga harus berkaitan dengan
cita-cita dasar pembentukan serangkaian ketentuan dibidang pajak. Penegakan hukum
pajak bukan hanya diartikan sebagai tindakan memaksa orang atau pihak yang tidak
menaati ketentuan yang berlaku untuk menaati peraturan tersebut, dimana hal ini
lebih bersifat represif.
Menurut Bohari dalam buku Y. Sri Pudyatmoko (2009: 55) hukum pajak
adalah sebagai berikut :
“
Hukum Pajak adalah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan
antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar
pajak”.
Sedangkan menurut R. Santoso Brotodiharjo yang dikutip oleh Siti Kurnia
(2010:76) mengatakan bahwa :
“Hukum
pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi
wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara,
sehingga ia merupakan bagian dari Hukum Publik, yang mengatur hubungan
hukum antara negara dan orang atau badan yang berkewajiban membayar
pajak selanjutnya sering disebut wajib
pajak”.
Seperti yang telah dijelaskan R. Santoso Brotodiharjo bahwa hukum pajak
16
hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan warganya, atau yang
memuat cara-cara untuk mengatur pemerintahan. Hukum pajak memiliki tugas yang
bersifat lain dari pada hukum administrasi umumnya, dan hukum pajak umumnya
memiliki aturan sendiri dan istilah tersendiri.
Pembagian Hukum Pajak di Indonesia menurut Siti Kurnia (2010:26-31)
dapat dibagi menjadi :
1. Hukum Pajak Material
Hukum pajak material adalah yang memuat norma-norma yang
menerangkan keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan, dan peristiwa-peristiwa
hukum yang harus dikenakan pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak,
berapa besarnya pajak, dengan perkataan segala sesuatu tentang timbulnya,
besarnya, dan hapusnya hutang pajak juga hubungan hukum antara
pemerintah dan wajib pajak.
2. Hukum Pajak Formal
Hukum pajak formal adalah hukum pajak yang memuat
ketentuan-ketentuan bagaimana memujudkan hukum pajak material menjadi kenyataan.
Umumnya hukum pajak formal mengatur tentang hak dan kewajiban,
prosedur dan sanksi.
2.1.2.1 Indikator Penegakan Hukum Pajak
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya, maka sesuai Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 tahun
17
penegakkan peraturan perpajakan
(law enforcement)
melalui pemeriksaan pajak (
tax
audit
), penyidikan pajak
(tax investigation)
dan penagihan pajak
(tax collection).
2.1.3 Self Assestment System
Menurut Rimsky K. Judisseno yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu dan Sony
Devano (2006:102), menjelaskan bahwa :
“Self assessment system
diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran
masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya, masyarakat harus
benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakan”.
Adapun pengertian
self assessment system
menurut Mardiasmo (2009:7) yaitu
sebagai berikut
“Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib
Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang”.
Sedangkan menurut Siti Resmi (2005:10) menjelaskan bahwa
Self assessment
system
adalah
“Suatu sistem pemungutan pajak y
ang memberi wewenang untuk wajib pajak
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
ketentuan undang-
undang perpajakan yang berlaku”.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
self assessment system
adalah system pemungutan pajak yang dimana fiskus mempercayakan sepenuhnya
pada wajib pajak dalam memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban
perpajakannya. Seperti dalam mendaftarkan diri, menghitung sendiri jumlah pajak
18
dilakukan, menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian SPT
dengan baik dan benar.
2.1.3.1 Indikator Self Assessment System
Menurut Siti Kurnia (2010:103) indicator
self assessment system
adalah :
1.
Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak
2.
Membayar Pajak Dilakukan Sediri oleh Wajib Pajak
3.
Pelaporan dilakukan oleh Wajib Pajak
Dari indikator diatas penjelasan dari setiap indikatornya adalah sebagai berikut :
1.
Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak
Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang
yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan pengenaan pajaknya. Sedangkan, memperhitungkan adalah
mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi
dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak (prepayment).
2.
Membayar Pajak Dilakukan Sediri oleh Wajib Pajak
A. Membayar Pajak
a. Membayar sendiri pajak yang terutang angsuran PPh pasal 25 tiap bulan,
pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun.
b. Melalui pemotongan dan pemun gutan pihak lain (PPh pasal 4(2), PPh
Pasal 15, Pasal 21, 22, 23 dan 26). Pihak lain disini berupa : pemberi
penghasilan, pemberi kerja, pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan
19
c. Pemungut PPN oleh pihak penjual atau pihak yang ditunjuk pemerintah.
d. Pembayaran pajak-pajak lainnya : PBB, BPHTB, Bea Materai.
B. Pelaksanaan Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun
swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain
melalui pembayaran pajak secara elektronik.
C. Pemotongan dan Pemungutan
Jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh Pasal 21, 22, 23, 26, PPh final
pasal(2), PPh Pasal 15, dan PPN dan PPnBM merupakan pajak. Untuk PPh
dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN dikreditkan pada masa
diberlakukannya pemungutan dengan mekanisme pajak keluar dan pajak
masukan.
3.
Pelaporan dilakukan oleh Wajib Pajak
Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi
Wajib Pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat
pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan
pajak, baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui
mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak
20
atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah
dilakukan.
Selain itu menurut Waluyo (2006:56) terdapat hambatan-hambatan terhadap
pelaksanaan pemungutan pajak dikelompokkan menjadi dua sebagaimana yang
diungkapkan yaitu perlawanan pasif dan perlawanan aktif.
1) Perlawanan pasif.
Masyarakat enggan membayar pajak, yang dapat disebabkan oleh :
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat,
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat,
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
2) Perlawanan aktif .
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.
a.Tax Avoidance
,
usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar Undang-undang,
b. Tax Evasion
,
usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
21
2.1.4 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil
1.. John
Hutagaol, Wing Wahyu Winarno, & Arya Pradipta. Jurnal Akuntabilitas, Maret 2010, hal. 186
193(ISSN : 1412-0240)
Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan penelitian terdapat beberapa variabel
yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yaitu besarnya penghasilan, sanksi perpajakan, persepsi penggunaan uang pajak yang
transparan, penegak hukum pajak, akuntabilitas
perpajakan yang adil, dan database. 2. Suryadi (Vol.4, No
1,April 2006)
Model Hubungan Kausal Kesadaran,
Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei Di Wilayah Jawa Timur
Hasil penelitian ini
menunjukan, bahwa kesadaran pajak berpengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak yang di ukur dari pemeriksaan
pajak, penerapan dan penegakan hukum pajak dan
kompensasi pajak.
3. Simon James
School of Business and Economics, University of Exeter Clinton Alley Department of Accounting,
University of Waikato, New Zealand (2004)
Tax Compliance, Self-Assessment and Tax
Administration
Mengemukakan bahwa ada dua pendekatan utama ekonomi dan perilaku (administrasi pajak dan self assesment), digunakan untuk mendorong wajib pajak untuk mematuhi sistem perpajakan. Pendekatan ekonomi, biasanya terbatas pada penegakan hukum dalam bidang perpajakan.
4. Ronald G. Cummings,
Jorge
Martinez-Vazquez, Michael McKee, Benno Torgler (2005) South Africa and Gabaron
Effects of Tax
Morale on Tax Compliance: Experimental and
Survey Evidence
Hasil dari percobaan lapangan artefaktual dilakukan di negara dengan sejarah politik yang secara substansial berbeda dan catatan pemerintahan menunjukan bahwa perbedaan kualitas diamati dalam tingkat kepatuhan pajak bertahan selama alternatif tingkat penegakan hukum pajak aktif.
5. Teguh Nugroho
Hermawan
Pengaruh Persepsi Self Assessment System terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Setiabudi Satu
22
6. Sri Suyati (Vol 28. No 2 Juli 2013)
Persepsi Wajib Pajak Dan Pelaksanaan Sistem Self Assessment Dengan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Perseorangan Pada Kantor Pelayanan Pajak Semarang Barat
Terdapat hubungan yang positif antara Pelaksanaan Sistem Self Assessment (X2) dengan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Perseorangan (Y)
7. Yulianto Pengaruh Implementasi Kebijakan Self Assessmant
Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Propinsi Lampung
Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukan besar pengaruh antara variabel kebijakan self assessment
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan dimensinya kepatuhan formal dan kepatuhan material sebesar 0.6757 atau 67.57 %.
2.2
Kerangka Pemikiran
Pajak merupakan penerimaan Negara yang terbesar, untuk itu sangat
dibutuhkan peran serta masyarakat dalam pembayaran pajaknya. Pelaksanaan
pemungutan pajak dilaksanakan berdasarkan system
self assessment system
dimana
wajib pajak diberi kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang harus dibayar sehingga dapat memudahkan wajib
pajaknya sendiri dalam melakukan pembayaran pajak.
Menurut S.I. Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2008:1) adapun pengertian pajak
yang dikemukakanya menyatakan :
“
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada
jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan
23
Wajib pajak yang membayar pajak harus patuh pada peraturan perpajakan yang
sudah ditetapkan karena disetiap peraturan adanya hukum pajak yang mengikuti.
Kepatuhan wajib pajak memang sangat dibutuhkan agar tidak adanya tunggakan atau
penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak maka diberlakukanya
penegakan hukum pajak.
Siti Kurnia (2010:75) adapun pengertian hukum pajak menurut Rochmat
Soemitro menyatakan bahwa :
“Hukum pajak sebagai suatu kumpulan peraturan
-peraturan yang mengatur
hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai
pembayar pajak”.
Rimsky K. Judisseno (2004 : 8) menyatakan dalam pelaksanaan
self assessment
system
ternyata tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan, yang terjadi dilapangan
sering kali muncul permasalahan, diantaranya adalah kecurangan, kelalaian serta
perlawanan-perlawanan dari Wajib Pajak itu sendiri.
Oleh karena itu penegakan hukum pajak yang adil, tegas dan merata pada wajib
pajak diperlukan untuk mengurangi indikasi wajib pajak untuk melakukan tindakan
yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
seperti mengurangi, menghapus, dan memanipulasi utang pajak atau meloloskan diri
untuk tidak membayar pajak sebagaimana yang telah terutang menurut aturan
24
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.2.1
Keterkaitan Penegakan Hukum Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Suryadi (2006) mengemukakan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak bisa tercapai jika
adanya pemeriksaan, penerapan dan penegakan hukum dan kompensasi pajak.
Kepatuhan Wajib Pajak
Penegakan Hukum Pajak Self Assessment System
1. Pemeriksaan berkualitas 2. Penagihan
berkualitas 3. Penyidikan berkualitas
Pengaruh Penegakan Hukum Pajak dan Self Assesstment System Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak
1. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak
2. Membayar Pajak Dilakukan Sediri oleh Wajib Pajak 3. Pelaporan
25
Apabila penegakan hukum dapat memberikan keadilan dan kepastian hukum maka
Wajib Pajak akan taat, patuh dan disiplin dalam membayar pajak.
Selain itu Siti Kurnia Rahayu (2010:140) juga mengungkapkan bahwa kepatuhan
wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi
perpajakan suatu Negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan,
pemeriksaan pajak, dan tarif pajak.
Melalui penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa penegakan hukum pajak
merupakan suatu aturan yang di buat agar wajib pajak dapat patuh terhadap
kewajiban perpajakannya, serta dapat memberikan rasa adil dalam penegakan
hukumnya kepada wajib pajak. Dengan kata lain penegakan hukum pajak sangatlah
penting terhadap kepatuhan wajib pajak karena jika salah satu dari unsur tersebut
tidak berjalan dengan baik, maka tingkat kepatuhan Wajib Pajak tidak akan terjadi
dengan baik dan tidak akan adil merata.
2.2.2
Keterkaitan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Machfud Sidik yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:137) menyatakan
bahwa kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (
voluntary of
compliance
) merupakan tulang punggung sistem
self assessment
, dimana Wajib Pajak
bertanggungjawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara
akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut.
Pernyataan di atas didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Simon James et all (2010) menyatakan bahwa kepatuhan pajak
26
“
Tax compliance is likely to become even more important with developments
such as selfassessment
”.
(Salah satu factor yang mempengaruhi
Self Assesmnt System
adalah kepatuhan
pajak, kepatuhan pajak menjadi penting dalam penerapan
Self Assesment System
).
Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Nugroho Hermawan menyimpulkan
bahwa pelaksanaan
self assessment system
berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan persepsi pelaksanaan
self
assessment system
memiliki hubungan yang kuat dan positif terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
Selain itu juga didukung oleh penelitian dari Sri Suyati (2013) Terdapat
hubungan yang positif antara Pelaksanaan Sistem
Self Assessment
dengan tingkat
kepatuhan Wajib Pajak Perseorangan.
Melalui penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa
self assessment system
merupakan cara pemungutan yang dilakukan untuk mempermudah wajib pajak dalam
pelaporan, perhitungan, dan pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri
27
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2012:99) Perumusan hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. menjelaskan tentang hipotesis
sebagai berikut :
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta
–
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik”
.
Penegakan Hukum
Pajak
(X
1)
Bohari (2009:55)
self assessment system
(X
2)
Mardiasmo (2009:7)
Kepatuhan Wajib Pajak
(Y)
Gunadi (2005:4)
Suryadi (2006) mengemukakan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak bisa tercapai jika adanya hukum pajak.
Siti Kurnia Rahayu (2010:140) juga mengungkapkan bahwa kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya penegakan hukum pajak.
Simon James et all (2010)Tax compliance is likely to become even more important with developments such as selfassessment
28
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas penulis
memberikan hipotesis bahwa :
1.
Penegakan Hukum Pajak Berpengaruh Terhadap Tingkat Kepatuhan
Perpajakan.
2.
Self Assessment System
Berpengaruh Terhadap Tingkat Kepatuhan
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh Penegakan hukum pajak dan
Self Assessment System
terhadap Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Karees, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada wajib pajak orang pribadi pada
KPP Karees diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.
Penegakan hukum pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Penegakan hukum pajak diterapkan untuk membantu meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Secara umum dinilai sudah cukup baik tapi belum
berjalan dengan optimal karena masih ada masalah dari sisa gap pada nilai
terbesar dari tanggapan responden yaitu pada indicator pemeriksaan
berkualitas. secara keseluruhan pemerintah sudah merancang dan menetapkan
hukum pajak agar wajib pajak mematuhi dan tidak melupakan ataupun
menunda dalam memenuhi kewajibanya. Akan tetapi adanya beberapa
masalah pada kepatuhan wajib pajak dalam surat pemberitahuan (SPT) dalam
masalahnya ini masih ada beberapa wajib pajak yang belum melapor,
menunda SPT atau pun melaporkan SPT sesuai dengan keadaan sebenarnya.
89
2.
Self Assessment System
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Self
Assessment System
diterapkan untuk membantu meningkatkan kepatuhan
wajib pajak. Secara umum dinilai sudah cukup baik tapi belum berjalan
dengan optimal karena masih ada masalah dari sisa gap pada nilai terbesar
dari tanggapan responden yaitu pada indicator pelaporan dilakukan oleh wajib
pajak. Masalah yang ada pada pelaksanaan
Self Assessment System
terlihat
dari masih banyaknya Wajib Pajak yang menunda pelaporan pajaknya pada
batas akhir pembayaran.
Secara Simultan
pengaruh penegakan hukum pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak lebih besar dibandingkan pengaruh
Self assessment system.
Ini
menunjukkan masih rendahnya kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan
kewajibanya perlu ditekan dengan peraturan yang lebih tegas dan kurangnya
kepatuhan Wajib Pajak terjadi karena
self assessment system
yang belum
optimal.
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti memberikan
saran sebagai berikut :
5.2.1 Kegunaan Praktis
Diharapkan dengan adanya hasilnya penelitian ini bisa membantu pihak
instansi dalam memperbaiki kepatuhan wajib pajak orang pribadi melalui penegakan
hukum pajak dan
self assessment system
penulis menyarankan untuk penegakan
90
optimal dengan diadakanya diklat kembali untuk petugas pemeriksaan, penagihan dan
penyidikan sehingga menghasilkan petugas pajak yang lebih gesit, berkompeten dan
harus diadakanya penyuluhan informasi yang lebih baik pada wajib pajak orang
pribadi dengan pemasangan iklan di Koran, tv, dan radio agar masyarakat paham
akan kejujuran dalam mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan melaporkan
SPT berkontribusi tinggi untuk Negara. Selain itu dalam pemaparan informasi
diberitahukan untuk setiap aturan dan denda jika masyarakat teraudit belum
mendaftar sebagai wajib pajak ketika diadakanya pemeriksaan berkala.
5.2.2 Kegunaan Akademis
Untuk peneliti lain yang melakukan penelitian yang sama dan menggukan
metode dengan unit analisis yang sama penulis menyarankan agar membedakan
jumlah sampel, supaya hasil dari penelitian tersebut bisa lebih mendukung teori yang
PENGARUH PENEGAKAN HUKUM PAJAK DAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KEPATUHAN PERPAJAKAN
(Survei Wajib Pajak Orang Pribadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees)
Retno Wulan 21109133
ABSTRACT
Tax compliance is still very low, taxpayers who haven't reported the notice of sixty million people who earn taxable income above (PTKP) reported SPT income tax is comma only eight eight million people with a ratio of approximately fourteen SPT coma seven percent, according to Finance Minister Agus Martowardojo.
The purpose of the research was conducted to find out how big the influence of tax law enforcement and self assessment system in improving compliance perpajkan good simultaneous and partial. Sampling is done using a Hair formula, with respondents research as many as 57 people tax payers private person (WPOP). Data collection was done through the dissemination of the questionnaire. The resulting Data is analyzed using the SEM analysis tool development approach PLS, calculators using SEM-PLS 2.0 program.
The results of this research tax law enforcement against the taxpayer compliance effect of 32,57%. While the influence of the Self assessment system of taxpayer compliance is $ 28.25%. The simultaneous influence of tax law enforcement and Self assessment system of Taxpayer Compliance people personal Tax Service Office in Bandung Karees suggests that the influence of tax law enforcement against the Taxpayer Compliance is greater than the influence of the Self assessment system.
Keywords : Tax Law Enforcement , Self -assessment system , and Tax Compliance
I. PENDAHULUAN
Menurut Ghoni (2012) pajak merupakan penyumbang penerimaan terbesar karena sektor pajak yang paling mudah dalam pemungutannya hal ini disebabkan oleh pemungutan pajak yang didukung dengan Undang- Undang Perpajakan yang berlaku. Menurut Yulianto (2009) peranan pajak dari segi penerimaan negara itu penting maka upaya dalam peningkatan pendapatan negara dari sektor ini terus digiatkan.
Menurut D. Nowak dalam Bramasto (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yaitu pemahaman atas peraturan dan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan tepat, menghitung pajak dengan tepat dan menghitung pajak dengan jumlah yang tepat serta membayar pajak tepat pada waktunya.
Sedangkan menurut Norman D. Nowak dalam Siti Kurnia (2010:138) menyatakan pada dasarnya kepatuhan perpajakan adalah suatu tindakan patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku secara umum kewajiban perpajakan terdiri dari empat kewajiban yaitu mendafatarkan dan melaporkan usaha, menghitung pajak yang terutang, membayarkan pajak yang terutang tersebut dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT).
pajak hanya 20 juta orang dan yang membayar pajaknya/melapor Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilannya hanya 8,8 juta orang dengan rasio SPT sekitar 14,7%.
Seperti penelitian John Hutagaol, wing wahyu winarmo dan Arya pradipta (2007) yang sudah dilakukan bahwa yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah besarnya penghasilan, sanksi pajak, penegakan hukum pajak, persepsi penggunaan uang pajak yang transparan, akuntabilitas perpajakan yang adil dan database.
Menurut Siti Kurnia (2010:57) dalam pemungutan pajak terdapat justifikasi (pembenaran atau dasar) sehingga fiskus mempunyai wewenang untuk memungut pajak. Dalam hukum pajak timbul beberapa teori yang termasuk dalam asas pemungutan pajak menurut falsafah hukum pajak yaitu asas keadilan, asas yuridis, asas ekonomis, dan asas financial.
Selaku Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Humas Dirjen Pajak Kemenkeu Jakarta, Kamis (8/3/2012) mengatakan bahwa banyak wajib pajak yang tidak patuh memenuhi kewajiban, mereka tidak menyampaikan surat pemberitahuan Pajak Penghasilan tahunan. Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Humas Dirjen Pajak Kemenkeu Dedi Rudaedi mengatakan "Iya (denda keterlambatan Rp 100 ribu).
Masih menurut Siti Kurnia (2010:94) pelaksanaan administrasi perpajakan yang baik juga memerlukan ketersediaan pegawai pajak yang berkualitas, terampil, berdedikasi tinggi, memiliki kemampuan yang telah teruji dalam intelektual dan tentunya memiliki integritas, yang tak kalah pentingnya adalah adanya pelaksanaan penegakan hukum (tax law enfocement) yang tegas dan konsisten, berupa penegakan sanksi dan pemeriksaan pajak.
Menurut John Hutagaol (2007) reformasi perpajakan adalah di terapkannya sistem pemungutan pajak self assessment
sebagai pengganti official
assessment,dalam official assessment,
besarnya kewajiban pajak Wajib Pajak ditentukan sepenuhnya oleh fiskus, sebaliknya dalam sistem self assessment,
Wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang dan kemudian melunasinya
serta melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak.
Menurut Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (P2Humas) Dedi Rudaedi (2012) kesadaran masyarakat masih rendah dalam membayar pajak dan melaporkan pajak, padahal kewajiban wajib pajak dalam sistem perpajakan self assessment Wajib Pajak berperan aktif untuk mendaftarkan diri, menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak pribadinya tersebut, jika masih rendah maka target penerimaan pajak sebesar Rp. 1,032 Triliun sulit untuk tercapai.
Dalam Penelitian John Hutagaol (2007) penerapan self assessment system dalam sistem perpajakan tidak sepenuhnya berjalan dengan baik karena sebagian Kantor Pelayanan Pajak (KPP) masih saja mendapatkan kendala dan hambatan dalam pelaksanaan perpajakan. Salah satu di antaranya adalah surat pemberitahuan (SPT) yang diisi dan dilaporkan oleh wajib pajak sulit terdeteksi kebenarannya.
Masih dengan Siti Kurnia (2010:101) kepatuhan wajib pajak merupakan cermin dari pelaksanaan self assessment system
yang berlaku di Indonesia. Tata cara pemungutan dengan self assessment
system berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, di mana ciri-ciri
self assessment system adalah adanya
kepastian hukum, sederhana penghitungannya, mudah pelaksanaannya, lebih adil dan merata, dan penghitungan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka masalah yang ingin diteliti dan menarik perhatian maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Seberapa Besar Pengaruh Penegakan Hukum Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan.
2. Seberapa Besar Pengaruh Self
Assestment System Terhadap
Kepatuhan Perpajakan.
Maksud dan Tujuan Penelitian
hukum pajak dan self assestment system
berpengaruh terhadap kepatuhan perpajakan.
1. Untuk Mengetahui Seberapa Besar Pengaruh Penegakan Hukum Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan. 2. Untuk Mengetahui Seberapa Besar
Pengaruh Self Assestment System
Terhadap Kepatuhan Perpajakan.
Kegunaan penelitian
Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada tingkat kepatuhan wajib pajak, penegakan hukum pajak dan self assestment system. Berdasarkan teori dan bukti empiris yang dihasilkan peneliti maka kepatuhan wajib pajak dapat diperbaiki melalui penegakan hukum pajak dan self assestment system.
Kegunaan Akademis
Hasil penelitian sebagai pembuktian empiris dari konsep yang telah dikaji diharapkan dapat menunjukan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak yang optimal di pengaruhi oleh penegakan hukum pajak
dan self assestment system. Hasil
pembuktian empiris ini merupakan pengembangan ilmu yang peneliti lakukan di KPP Pratama Bandung Karees.
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Norman D. Nowak dalam Moh. Zain (2007), Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengertian adalah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar dan membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Lain halnya dengan Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia (2010:138) menyatakan bahwa pengertian kepatuhan Wajib Pajak menyatakan kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi semua hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajaknnya.
Adapun Indikator kepatuhan wajib pajak formal menurut John Hutagaol (2007:3) adalah :
1. Ketepatan waktu menyetor SPT. 2. Ketepatan waktu pelaporan SPT.
Penegakan Hukum Pajak
Menurut Satjipto Raharjo (2009:25) menyatakan bahwa penegakan Hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-keinginan hukum dalam hal ini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum tersebut.
Menurut Bohari dalam buku Y. Sri Pudyatmoko (2009: 55) hukum pajak adalah sebagai berikut hukum Pajak adalah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak.
Indikator hukum pajak dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, maka sesuai Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, DJP berwenang untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dan melakukan penegakkan peraturan perpajakan (law enforcement) melalui pemeriksaan pajak (tax audit), penyidikan pajak (tax investigation) dan penagihan pajak (tax collection).
Self Assestment System
Menurut Rimsky K. Judisseno yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu dan Sony Devano (2006:102), menjelaskan bahwa
self assessment system diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya, masyarakat harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakan.
sebagai berikut suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Menurut Siti Kurnia (2010:103) indicator self assessment system adalah :
1. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak 2. Membayar Pajak Dilakukan Sediri
oleh Wajib Pajak
3. Pelaporan dilakukan oleh Wajib Pajak
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Penegakan Hukum Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Suryadi (2006) mengemukakan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak bisa tercapai jika adanya pemeriksaan, penerapan dan penegakan hukum dan kompensasi pajak. Apabila penegakan hukum dapat memberikan keadilan dan kepastian hukum maka Wajib Pajak akan taat, patuh dan disiplin dalam membayar pajak.
Selain itu Siti Kurnia Rahayu (2010:140) juga mengungkapkan bahwa kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu Negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak.
Melalui penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa penegakan hukum pajak merupakan suatu aturan yang di buat agar wajib pajak dapat patuh terhadap kewajiban perpajakannya, serta dapat memberikan rasa adil dalam penegakan hukumnya kepada wajib pajak. Dengan kata lain penegakan hukum pajak sangatlah penting terhadap kepatuhan wajib pajak karena jika salah satu dari unsur tersebut tidak berjalan dengan baik, maka tingkat kepatuhan Wajib Pajak tidak akan terjadi dengan baik dan tidak akan adil merata.
Pengaruh Self Assessment System
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Machfud Sidik yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:137) menyatakan bahwa kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of
compliance) merupakan tulang punggung
sistem self assessment, dimana Wajib Pajak bertanggungjawab menetapkan sendiri
kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut.
Pernyataan di atas didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Simon James et all (2010) menyatakan bahwa kepatuhan pajak mempengaruhi self assessment sistem, yaitu Tax compliance is likely to become even more important with developments such as selfassessment.
Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Nugroho Hermawan menyimpulkan bahwa pelaksanaan self assessment system berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan persepsi pelaksanaan self assessment system memiliki hubungan yang kuat dan positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Melalui penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa self assessment system merupakan cara pemungutan yang dilakukan untuk mempermudah wajib pajak dalam pelaporan, perhitungan, dan pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri sehingga akan meningkatkan kepatuhan wajib pajaknya.
III. OBJEK DAN METODE
PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) dalam Umi Narimawati (2010:29) menerangkan bahwa objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.
Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Penegakan Hukum Pajak, SAS (Self Assessment System) dan Kepatuhan Wajib Pajak.
Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:2) metode penelitian menyatakan bahwa cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis.
penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Menurut Sugiono (2010:29), pengertian metode analisis deskriptif menyatakan bahwa statistika yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya.
Sedangkan verifikatif menurut Sugiono (2010:6) menyatakan bahwa penelitian melalui pembuktian untuk menguji hipotesis hasil penelitian deskriptif dengan suatu perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima.
Penelitian ini terdiri dari deskriptif dan verifikatif melalui pengumpulan data di lapangan, maka ada 2 (dua) metode survei yang diterapkan yakni deskriptif survei (descriptive survey). Survei deskripsi menurut Nazir (2009:63)adalah suatu kegiatan penelitian yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
Desain Penelitian
Desain menurut Moh. Nazir (2003:84) dalam Umi Narimawati (2010:30) mendefinisikan bahwa desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalm perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Unit analisis/elemen yang digunakan adalah individu, dalam hal ini Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees. Time Horizon yang digunakan dalam penelitian ini adalah
one shoot atau cross sectional.
Definisi One shoot atau cross sectional
menurut Uma Sekaran (2006:177) adalah sebuah studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan atau bulanan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan metode Explanatory Survey. Adapun definisi
Explanatory Survey menurut Suharsimi
Arikunto (2006:8) adalah suatu survey yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel melalui pengujian hipotesis
Operasional Variabel
Menurut Nur Indriantoro (2002:69) yang dikutip oleh Umi Narimawati (2010:31) mendefinisikan operasionalisasi variabel adalah sebagai berikut operasionalisasi variabel adalah penentuan construct
sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran
construct yang lebih baik.
Sesuai dengan judul penulis mengenai pengaruh penegakan hukum pajak dan self
assessment system terhadap kepatuhan
perpajakan, maka konsep variabel yang diteliti antara lain :
1. Penegakan Hukum Pajak (X1), Self
Assessment System (X2) merupakan variabel independen.
2. Kepatuhan Wajib Pajak (Y) merupakan variabel dependen.
Untuk memperlancar dalam pengumpulan data dan pengukurannya, maka masing-masing variabel dan subvariabel dalam penelitian ini akan didefinisikan secara rinci dan dijabarkan ke dalam masing-masing indikator serta skala pengukurannya.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
data-data dari perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Alat Ukur Penelitian
Uji Validitas
Menurut Cooper dalam Umi Narimawati (2010:42), validitas adalah validity is a characteristic of measuraenment concerned with the extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure. Uji validitas dalam penelitian ini yaitu untuk mengambarkan variabel penegakan hukum pajak (X1) , self assessment system (X2), dan kepatuhan wajib pajak (Y).
Uji Reliabilitas
Menurut Umi Narimawati (2010:43), Uji reliabilitas adalah untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan dari data. Dengan diperoleh nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua belahan instrument. Metode yang digunakan untuk uji reabilitas adalah split half method teknik belah dua. Metode ini menghitung reabilitas daengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar.
Uji MSI (Data Ordinal ke Interval)
Karena penelitian ini menggunakan data ordinal, maka semua data ordinal terlebih dahulu akan ditransformasi menjadi skala interval dengan menggunakan Method of
Successive Interval (Harun Al Rasyid,
1994:131).
Populasi dan Penarikan Sample
Populasi
Pada umumnya dalam sebuah penelitian para peneliti membutuhkan apa yang disebut populasi. Menurut Umi Narimawati (2008:161), populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak di Karees Unit analisis dalam penelitian ini adalah Wajib
Pajak KPP Pratama Bandung Karees, khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi. Populasi Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees.
Penarikan Sampel
Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi yang banyak, maka harus dilakukan teknik pengambilan
sampling yang tepat. Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui metode simple
random sampling dengan tujuan untuk
mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Pengertian simple random sampling
menurut Sugiyono (2011:126) adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel oleh peneliti adalah pendekatan Hair, et. al (2006) pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
n = (15 s/d 20) x k = (15 - 20) x 3 = 45 – 60 responden
Keterangan :
n = sampel (konsumen yang dijadikan responden)
k = variabel penelitian yang digunakan 15 – 20 = jumlah observer menurut pendapat Hair
Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis, maka sampel yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah sebanyak 57 wajib pajak orang pribadi.
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengujian Data
Metode Analisis
Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif verifikatif, sebelum kuisioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristrik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian.
a. Analisis deskriptif
Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh penegakan hukum pajak dan self
assessment system terhadap kepatuhan
wajib pajak.
b. Analisis Verifikatif
Analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis pada penelitian ini adalah structural equationmodelling (SEM) yang berbasis component atau variance
yang dikenal dengan istilah Partial Least Square(PLS). Alat analisis ini dipilih atas pertimbangan keterbatasan jumlah sampel, dimana jumlah sampel pada penelitian ini hanya 57 orang dan tidak memenuhi syarat menggunakan structural equationmodelling
(SEM)
Pengujian Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Penegakan Hukum Pajak dan Self Assessment System baik secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Untuk menguji hipotesis penelitian secara parsial dilakukan melalu uji hipotes statistik sebagai berikut :
Ho : γ1.1 = 0 : Pengaruh 1 terhadap tidak signifikan
Ho : γ1.2 ≠ 0 : Pengaruh 1 terhadap signifikan
Ho : γ2.1 = 0 : Pengaruh 2 terhadap tidak signifikan
Ho : γ2.1 ≠ 0 : Pengaruh 2 terhadap signifikan
a. Pengujian secara parsial
Hipotesis
H01; 1.1=0, penegakan hukum pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
H11 ; 1.1 ≠ 0, penegakan hukum pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
H02; 2.1 = 0, self assessment system berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H12; 2.1 ≠ 0, self assessment system tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
b. Pengujian Secara Simultan Hipotesis
H0 ; & = 0, Secara simultan penegakan hukum pajak dan self
assessment system
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H1 ;&≠ 0, Secara simultan penegakan hukum pajak dan self assessment system tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Deskriptif
Analisis Deskriptif Penegakan hukum pajak
Variabel penegakan hukum pajak diukur dengan 3 indikator yaitu Pemeriksaan berkualitas, Penagihan berkualitas dan Penyidikan berkualitas.
Seperti di Tabel 4.1 Total skor tanggapan responden untuk 3 indikator Pen