GUGUS PLANGKAWATI SEMARANG
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
MELISA INDRIYANTI 1401412449
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii Nama : Melisa Indriyanti
NIM : 1401412449
Jurusan/Fakultas : PGSD/Fakultas Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Hubungan Tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus Plangkawati Semarang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2016 Peneliti,
iii
PIRLS terhadap Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelas 4 Gugus Plangkawati Semarang‖ telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Rabu
tanggal : 3 Agustus 2016
Semarang, 11 Juli 2016 Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Nugraheti Sismulyasih Sb., S.Pd., M.Pd. Umar Samadhy, M.Pd.
NIP 198505292009122005 NIP 195604031982031003
Mengetahui, Ketua Jurusan PGSD
iv
PIRLS terhadap Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelas 4 Gugus Plangkawati Semarang‖ telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Rabu
tanggal : 3 Agustus 2016
Panitia Ujian Skripsi
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd. Drs. Isa Ansori, M.Pd.
NIP 195604271986031001 NIP 196008201987031003
Penguji Utama
Drs. Mujiyono, M.Pd. NIP 195306061981031003
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Nugraheti Sismulyasih Sb., S.Pd., M.Pd. Umar Samadhy, M.Pd.
v
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (Q.S.
Al-‗Alaq:1).
2. Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas (Mohammad Hatta).
Persembahan
Skripsi ini, saya persembahkan untuk:
Ibu dan bapak yang selalu berdoa dan berusaha yang terbaik untuk anak-anaknya. Adikku, yang tahun ini menyelesaikan pendidikannya.
vi
dengan judul ―Hubungan Tes Membaca Berdasarkan Standar PIRLS terhadap Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelas 4 Gugus Plangkawati‖ dapat diselesaikan dengan baik. Peneliti mengucapkan terima kasih kepda semua pihak yang terlibat, khususnya kepada para pembimbing dan pihak-pihak sebagai berikut.
1. Prof. Dr. Fathur rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Mujiyono, M.Pd., Penguji Utama.
5. Nugraheti Sismulyasih Sb., S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing 1. 6. Umar Samadhy, M.Pd., Dosen Pembimbing 2.
7. Sudariyanto Gagarin, S.Pd., M.Si., Kepala SDN Pudakpayung 01 dan seluruh siswa-siswi.
8. Toriyah, S.Pd., M.Si., Kepala SDN Pudakpayung 02 dan seluruh siswa-siswi.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semarang, Juli 2016 Peneliti
vii
Plangkawati Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Nugraheti Sismulyasih Sb., S.Pd., M.Pd., Pembimbing Utama dan Umar Samadhy, M.Pd., Pembimbing Pendamping.
Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya kemampuan membaca siswa kelas 4 SD. Hal ini disebabkan karena siswa kesulitan memahami teks bacaan. Selain itu, guru jarang memberikan tes berupa teks bacaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS kemampuan membaca pada siswa kelas 4 SD Gugus Plangkawati Semarang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD di gugus Plangkawati Semarang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 136 siswa yang terdiri dari siswa kelas 4 SDN Pudakpayung 01 dan SDN Pudakpayung 02. Pengumpulan data dilakukan dengan tes, kuesioner, dokumentasi.
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa mayoritas siswa memperoleh nilai antara 21-40 dan 41-60 dengan rata-rata nilai tes membaca sebesar 40,6. Sedangkan kemampuan membacanya sebesar 33-59 kata per menit, dengan rata-rata kemampuan membacanya adalah 49 kata per menit. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis korelasi sederhana. Hasil penelitian ini adalah tes membaca berdasarkan standar PIRLS berhubungan positif dan signifikan dengan kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus Plangkawati dengan r sebesar 0,860. Tes membaca berdasarkan standar PIRLS berpengaruh terhadap kemampuan membaca sebesar 73,96% dan sisanya 26,04% dipengaruhi faktor lain.
viii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 LATAR BELAKANG ... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ... 9
1.3 TUJUAN ... 9
1.4 MANFAAT ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
2.1 KAJIAN TEORI ... 12
2.1.1 Pengertian Membaca ... 12
2.1.2 Tujuan Membaca ... 14
2.1.3 Kemampuan Membaca... 16
2.1.4 PIRLS ... 17
ix
BAB III METODE PENELITIAN... 28
3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN ... 28
3.2 PROSEDUR PENELITIAN ... 29
3.3 SUBYEK, LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ... 30
3.4 POPULASI DAN SAMPEL ... 30
3.4.1 Populasi ... 30
3.4.2 Sampel ... 30
3.5 VARIABEL PENELITIAN ... 31
3.6 TEKNIK PENGUMPUAN DATA ... 32
3.6.1 Kuesioner ... 32
3.6.2 Tes ... 33
3.6.3 Dokumentasi ... 34
3.7 PENGUJIAN INSTRUMEN ... 34
3.7.1 Validitas ... 34
3.7.2 Reliabilitas ... 37
3.7.3 Uji Taraf Kesukaran Soal ... 39
3.7.4 Daya Pembeda ... 41
3.8 ANALISIS DATA ... 43
3.8.1 Analisis Data Awal ... 43
3.8.1.1 Uji Normalitas Data ... 43
3.8.1.2 Uji Homogenitas ... 44
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 HASIL PENELITIAN ... 48
4.1.1 Gambaran Pelaksanaan Penelitian ... 48
4.1.2 Pelaksanaan Tes Membaca Berdasarkan Standar PIRLS ... 49
4.1.3 Kemampuan Membaca Siswa Kelas 4 ... 61
4.1.4 Uji Analisis Data ... 67
4.1.4.1 Uji Normalitas ... 67
4.1.4.2 Uji Homogenitas ... 68
4.1.5 Uji Hipotesis ... 69
4.1.5.1 Uji Korelasi Product Moment ... 69
4.1.5.2 Uji signifikasi ... 70
4.1.5.3 Uji koefisien determinasi ... 71
4.2 PEMBAHASAN ... 72
BAB V PENUTUP ... 76
5.1 SIMPULAN ... 76
5.2 SARAN ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
xi
Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas 4 Gugus Plangkawati ... 30
Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal ... 36
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas ... 36
Tabel 3.4 Hasil Validitas Angket Siswa ... 37
Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Soal ... 38
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal ... 40
Tabel 3.7 Pengelompokan Daya Beda ... 42
Tabel 3.8 Tingkat Keeratan Hubungan Varibel X dan Variabel Y ... 45
Tabel 4.1 Jumlah Siswa ... 48
Tabel 4.2 persentase Tingkat Kesulitan Soal ... 52
Tabel 4.3 Kriteria Penilaian ... 53
Tabel 4.4 Kriteria Kemampuan Membaca ... 61
Tabel 4.5 Uji Normalitas Sampel ... 68
Tabel 4.6 Homogenitas Sampel ... 69
Tabel 4.7 Analisis Korelasi ... 69
xii
Diagram 4.2 Persentase Proses Membaca ... 51
Diagram 4.3 Nilai Tes Membaca Pertama ... 53
Diagram 4.4 Nilai Tes Membaca Kedua ... 54
Diagram 4.5 Rata-rata Tes Membaca... 55
Diagram 4.6 Lama Waktu Membaca Tes Pertama ... 61
Diagram 4.7 Kecepatan Membaca ... 62
Diagram 4.8 Kemampuan Membaca... 63
Diagram 4.9 Waktu Membaca Tes Kedua ... 64
Diagram 4.10 Kecepatan Membaca Tes Kedua ... 65
Diagram 4.11 Kemampuan Membaca Tes Kedua ... 65
xiv
Lampiran 2 Tes Membaca PIRLS ... 89
Lampiran 3 Kunci Jawaban ... 137
Lampiran 4 Angket Siswa ... 139
Lampiran 5 Validitas Dan Taraf Kesukaran Soal PIRLS ... 149
Lampiran 6 Reliabilitas Soal PIRLS ... 181
Lampiran 7 Validitas Angket Siswa ... 184
Lampiran 8 Reliabilitas Angket Siswa ... 189
Lampiran 9 Daya Beda... 190
Lampiran 10 Kemampuan Membaca ... 194
Lampiran 11 Perhitungan Korelasi Product Moment ... 200
Lampiran 12 Surat Keterangan Validasi Instrumen ... 201
Lampiran 13 Surat Pengantar Ijin Penelitian ...202
Lampiran 14 Surat Keterangan ... 204
1
1.1 LATAR BELAKANG
Untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti setiap orang
membutuhkan pendidikan. Pendidikan diberikan sejak lahir hingga akhir hayat. Baik berupa pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Bangsa yang bermartabat di nilai dari sistem pendidikannya.
Menurut Undang-Undang Nomor 29 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadari dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan memiliki tujuan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan nasional tersebut berbagai usaha dilakukan oleh
pemerintah salah satunya usaha peningkatan mutu pendidikan (Depdinas, 20016:8).
Dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, pemerintah
nomor 47 tahun 1979 dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 022F/10/1980 membentuk Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sistem Pengujian yang merupakan salah satu pusat pada Badan Penelitian dan Pengembangan Depdikbud (Kemendikbud, 2015:2). Secara umum
misi Puspendik adalah mengembangkan dan menyelenggarakan sistem penilaian pendidikan dalam rangka pengawasan dan pengendalian mutu pendidikan yang diwujudkan dalam salah satu aktivitasnya memantau
mutu pendidikan melalui survei nasional dan internasional. Mutu pendidikan bisa dinilai salah satunya dari kebiasaan membaca. Dimulai
sejak dini setiap anak diwajibkan untuk belajar membaca. Masyarakat yang gemar membaca dapat meningkatkan kecerdasan dan menambah pengetahuan untuk memberikan solusi tantangan hidup pada masa kini dan
masa yang akan datang.
Peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menyediakan
ber-bagai buku bacaan untuk meningkatkan kegemaran membaca siswa. Dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi tidak lepas dari kegiatan membaca. Dengan kegiatan membaca yang rutin setiap orang dituntut
me-miliki kemampuan membaca yang tinggi. Dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan yang menjelaskan bahwa
kompetensi lulusan pada mata pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan membaca dan menulis (Kemendikbud, 2006:343) .
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang
Hal ini berarti membaca merupakan prroses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca dan menginterprestasikan lambang/tanda/tulisan menjadi
wujud bunyi yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis da-pat diterima oleh pembaca. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sangat
ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterprestasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan
makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan. Membaca itu bersifat reseptif. Artinya, si pembaca menerima pesan atau informasi yang
disampaikan oleh penulis dalam teks bacaan. Pesan yang disampaikan itu merupakan informasi fokus yang dibutuhkan (Dalman, 2014:5-8).
Pada dasarnya, tujuan seseorang membaca itu tidak lain untuk
men-dapatkan informasi yang dibutuhkan dan untuk kesenangan semata. Ada beberapa variasi tujuan membaca, yaitu 1) membaca untuk tujuan studi
(telaah ilmiah); 2) membaca untuk menangkap garis besar bacaan; 3) membaca untuk menikmati karya sastra; 4) membaca untuk mengisi waktu luang; 5) membaca untuk mencari keterangan tentang suatu istilah
(Nur-hadi, 2004:14). Sedangkan PIRLS (Progress in Reading Literacy Study) adalah studi internasional tentang literasi membaca siswa sekolah dasar.
PIRLS membagi tujuan membaca menjadi dua bagian dan proses pema-haman menjadi empat hal. Tujuan membaca menurut PIRLS, yaitu 1) membaca cerita atau karya sastra (50%), 2) membaca untuk memperoleh
menjadi empat bagian yaitu (1) mengambil informasi secara eksplisit (20%); (2) membuat kesimpulan secara langsung (30%); (3)
menginterpre-tasikan dan mengintegrasikan gagasan dan informasi (30%); serta (4) me-ngevaluasi isi, bahasa, dan unsur teks (20%).
Dalam membaca sebuah teks, seorang pembaca tidak harus mem-baca dengan kecepatan tinggi atau kecepatan rendah. Pemmem-baca dapat me-nyesuaikan kecepatan membaca dengan memperhatikan tingkat kesukaran
teksnya. Pembaca yang efesien dan efektif ialah pembaca yang fleksibel. Pembaca yang fleksibel ialah pembaca yang dapat mengatur kecepatan,
dan menentukan teknik, metode, dan gaya membaca sesuai dengan semua faktor yang berkaitan dengan membaca. Dalam kegiatan membaca, pada umumnya masih banyak pembaca yang belum mampu membaca dengan
baik dan belum mengetahui dengan jelas cara membaca cepat dan cara me-ngukur kemampuan membacanya.
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan diketahui kemampuan membaca siswa Indonesia di dunia internasional masih lemah. Hasil tes yang dilakukan oleh PIRLS tahun 2011 untuk mengukur hasil membaca
teks sastra dan teks informasi hampir pada semua butir belum dapat dija-wab dengan sempurna oleh siswa kelas 4 SD. Substansi yang diteskan
ter-kait dengan kemampuan siswa menjawab beragam proses pemahaman, pe-ngulangan, pengintegrasian, dan penilaian atas teks yang dibaca. Jenis teks yang digunakan adalah teks pengalaman kesastraan dan pemerolehan serta
50% dengan rincian 20% difokuskan pada informasi yang dinyatakan se-cara tersurat untuk diulang, 30% membuat inferensi, 30% menafsirkan dan
memadukan gagasan dan informasi, serta 20% memeriksa dan menilai isi, bahasa, dan unsur-unsur yang terdapat di dalam teks.
Di dalam PIRLS 2011 ini teks sastra berisi cerita pendek atau epi-sode yang disertai dengan ilustrasi pendukung. Lima bagian berisi cerita-cerita tradisional dan kontemporer dengan panjang teks kira-kira 800 kata
dengan beragam latar. Pada setiap hal yang esensial dua karakter utama dan sebuah alur dihubungkan dengan satu atau dua peristiwa pusat. Di
da-lam bagian-bagian tersebut tercakup pula ciri-ciri gaya dan bahasa penceri-taan, seperti cerita orang pertama, humor, dialog, dan beberapa gaya baha-sa. Teks informasi berisi lima bagian termasuk ragam teks lengkap
mau-pun tidak lengkap berdasarkan panjang kata antara 600 sampai dengan 900. Teks tersebut merepresentasikan ciri-ciri seperti diagram, peta, ilustrasi,
fotografi, atau tabel. Rata-rata materi mencakup materi ilmiah, etnografi, biografi, sejarah, informasi, dan gagasan praktis. Teks disusun melalui se-jumlah cara, termasuk cara logis, argumen, urutan, dan topik. Beberapa
ba-gian menggunakan organisasi bacaan seperti subjudul, kotak teks, atau daftar.
Bentuk tes dalam PIRLS berupa pilihan ganda dengan empat pili-han, isian singkat, dan uraian. Tes sebagai alat evaluasi berperan dalam me-ngukur tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan laporan PIRLS 2011,
kategori level sempurna mencapai 24%. Urutan berikutnya adalah Rusia, Irlandia Utara, Finlandia, Inggris, Hongkong, dan Irlandia dengan capaian
antara 15-19% mampu menjawab pada level sempurna. Di level sedang di capai oleh siswa Perancis, Austria, Spanyol, Belgia, dan Norwegia dengan
persentase 70%. Median level sempurna 8%, tinggi 44%, sedang 80%, dan lemah 9%. Sementara itu, siswa Indonesia mampu menjawab butir soal le-vel sempurna (0,1%), mampu menjawab butir soal lele-vel tinggi 4%, mampu
menjawab butir soal level sedang 28%, dan mampu menjawab butir soal le-vel lemah 66%. Artinya, siswa Indonesia di lele-vel sempurna, tinggi, dan
se-dang berada di bawah persentase median yang dicapai oleh siswa secara in-ternasional, sementara di level lemah berada di atas median siswa interna-sional.
Dari hasil wawancara dengan beberapa guru SD di gugus Plangka-wati Semarang kemampuan membaca siswa dikelas tinggi masih rendah
yang diketahui saat upacara berlangsung petugas pembaca teks UUD 1945 belum membaca dengan intonasi dan lafal yang sesuai dan juga masih ada yang membaca dengan mengeja. Dalam pembelajaran siswa cenderung sulit
me-mahami teks bacaan. Kebiasaan siswa ketika membaca yaitu hanya mem-baca teks yang dibaca tanpa memahami isi dari teks tersebut, sehingga
saat diberikan pertanyaan siswa harus kembali mengulang membaca untuk me-nemukan jawabannya. Dari data dokumen didapatkan data nilai pada pelajaran bahasa Indonesia dari 45 siswa terdapat 34 siswa (75,6%) belum
pada kemampuan membaca pemahaman. Selain hal tersebut guru jarang memberikan tes membaca yang berupa teks bacaan. Tes yang berupa soal
bacaan hanya terdapat dalam tes sumatif.
Penelitian yang mendukung dalam memecahkan masalah ini adalah
penelitian yang dilakukan Basuki, Imam Agus yang berjudul ―Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SD Berdasarkan Tes Internasional
dan Tes Lokal‖ yang menggunakan model survei. Dengan hasil kemampuan
membaca pemahaman siswa kelas IV SD berada pada tahap sangat rendah, dari hasil tes internasional maupun tes lokal menunjukkan rendahnya
ke-mampuan membaca. Siswa kelas IV hanya mengusai 30% bahan bacaan, baik bacaan informasi maupun bacaan sastra. Hasil tes internasional lebih rendah dibandingkan dengan hasil tes lokal karena bahan bacaan relatif
pan-jang dan berlatar budaya bukan Indonesia. Kedua tes tersebut memiliki ko-relasi yang sangat tinggi sehingga tes internasional tersebut tetap dapat
digunakan.
Penelitian lain yang juga mendukung adalah penelitian yang dila-kukan oleh Salim, Aminah dkk yang berjudul ―Efektifi-tas Teknik Cloze
Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Bagi Anak
Kesulitan Belajar‖ dengan hasil kemampuan membaca pemaha-man anak
kesulitan belajar di kelas IV SDN 05 Bandari Buat Padang dapat ditingkatkan dengan teknik cloze.data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan Uji Mann-withney yang menghasilkan Uhit > Utab maka Ha
n=4 yang disimpulkan pada taraf signifikan 95% atau α=0,05 terbukti bah
-wa teknik cloze efektif meningkatkan kemampuan membaca pemahaman
bagi anak kesulitan belajar di kelas IV SDN 05 Bandari Buat Padang.
Dari latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut.
1. Kemampuan membaca siswa kelas 4 masih rendah, salah satunya sekolah dasar di gugus Plangkawati Semarang dari 45 siswa terdapat 34 siswa
(75,6%) masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65 membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia.
2. Jawaban soal membaca siswa pada level sempurna, tinggi, dan sedang berda di bawah persentase median yang dicapai oleh siswa internasional, sementara level lemah berada di atas median siswa internasional.
3. Perlu dilaksanakan tes membaca untuk mengetahui kemampuan membaca pada siswa sekolah dasar di gugus Plangkawati Semarang.
Peneliti membatasi masalah yang terfokus pada kemampuan membaca siswa kelas 4 gugus Plangkawati Semarang yang masih rendah dan analisis tes membaca berdasarkan PIRLS terhadap kemampuan membaca di gugus
Plangkawati Semarang.
Kemampuan membaca yang di teliti adalah kemampuan membaca
pemahaman. Alasan peneliti meneliti masalah tersebut karena saat ini kemampuan membaca siswa kelas tinggi belum mencapai standar yaitu 150
– 160 kata per menit, setelah membaca siswa belum memahami isi teks
mengeja kata dalam teks bacaan . Dengan kondisi tersebut diperlukan upaya untuk mengetahui dan meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 4
sehingga memiliki kemampuan membaca yang memadai. Salah satunya dengan melakukan tes membaca berdasarkan PIRLS sehingga dapat
diketahui kemampuan membaca siswa apakah sudah dapat mencapai tujuan membaca itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul ―hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS
terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus Plangkawati Semarang‖.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. bagaimana pelaksanaan tes membaca berdasarkan standar PIRLS pada siswa kelas 4 gugus Plangkawati Semarang?
2. bagaimana kemampuan membaca pada siswa kelas 4 gugus
Plangkawati Semarang?
3. adakah hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap
kemampuan membaca pada siswa kelas 4 gugus Plangkawati Semarang?
1.3 TUJUAN
1. mendeskripsikan pelaksanaan tes membaca berdasarkan standar PIRLS pada siswa kelas 4 gugus Plangkawati;
2. mendeskripsikan kemampuan membaca siswa kelas 4 gugus Plangkawati Semarang ;
3. mengetahui hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 gugus Plangkawati Semarang.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Manfaat teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk menambah keilmuan dan menjadi bahan referensi untuk ke-giatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kemampuan membaca
siswa.
1.4.2 Manfaat praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan
kontribusi pada pengembangan kemampuan membaca. Selain itu dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
a. Bagi Siswa
a) Membekali siswa dengan keterampilan membaca yang dapat
diterapkan guna memperoleh informasi dan pengetahuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan di masa sekarang dan masa yang akan datang.
c) Meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi Guru
a) Guru dapat mengetahui kemampuan membaca siswa.
b) Memotivasi guru mengembangkan keterampilan membaca siswa
dengan variatif, inovatif, dan menyenangkan. c. Bagi Sekolah
a) Sekolah dapat menambahkan kurikulum membaca untuk
meningkatkan kemampuan membaca siswa.
12
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Pengertian Membaca
Ketika anak memasuki usia yang cukup untuk belajar yang pertama dilakukan adalah belajar membaca. Dimulai dengan membaca
huruf kemudian membaca suku kata, kata dan kalimat. Dengan membaca orang dapat memperoleh pengatahuan baru, mengenang masa lalu, menangisi masa-masa kelam atau mengingat kegembiraan untuk dijadikan
pelajran untuk keberlangsungan masa yang akan datang.
Menurut Dalman (2014:5) membaca merupakan suatu kegiatan
atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca dan menginterpretasikan
lambang/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna sehingga pesan penulis dapat diterima oleh pembaca. Membaca itu bersifat reseptif. Artinya,
pembaca menerima pesan atau informasi yang disampaikan penulis dalam sebuah teks bacaan. Dalam hal ini pembaca harus mampu memahami makna
lambang/tanda/tulisan dalam teks secara utuh. Jadi, membaca merupakan proses mengubah lambang/ tanda/tulisan menjadi wujud makna.
memiliki pengetahuan, pengalaman, wawasan yang luas dan pendidikan yang lebih maju. Hal ini melatarbelakangi slogan membaca membuka
jendela dunia. Dengan membaca orang mengetahui seisi dunia dan pola berpikir akan berkembang.
Membaca merupakan suatu proses yang termasuk dalam kegiatan membaca. Kegiatan membaca terdiri dari proses membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah tindakan/kegiatan membaca, sedangkan
produk membaca adalah komunikasi pikiran dan perasaan penulis pada pembaca (Dalman, 2004:5-7).
Menurut Crawley dan Mountains, membaca adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak sekadar melafalkan tulisan , tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Sedangkan menurut Klein, dkk membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses; kedua, membaca adalah strategis; dan ketiga,
membaca interaktif. Dengan membaca suatu teks yang bermanfaat akan menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya. Teks yang dibaca haruslah mudah dipahami (readable). Membaca merupakan suatu proses
pengambilan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki pembaca yang memiliki peranan utama untuk membentuk suatu makna (dalam Rahim,
2011:2-3).
Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat
dari suatu teks yang dibaca dan mengkomunikasikan pesan penulis pada pembaca yang melibatkan aktifitas visual, berpikir psikolinguistik dan
metakognitif. Kegiatan membaca dilakukan untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan
memajukan pendidikan. Selain itu, dengan membaca informasi dari berbagai penjuru dunia dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah dimasa kini dan masa yang akan datang.
2.1.2 Tujuan Membaca
Dilihat dari tujuan sesorang membaca, terdapat banyak tujuan membaca. Pada dasarnya, tujuan seseorang membaca itu tidak lain untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan untuk kesenangan semata. Ada
beberapa variasi tujuan membaca, yaitu 1) membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah); 2) membaca untk menangkap garis besar bacaan; 3)
membaca untuk menikmati karya sastra; 4) membaca untuk mengisi waktu luang; 5) membaca untuk mencari keterangan tentang suatu istilah (Nurhadi, 2004:14).
Menurut Ahuja, Pramila dan G.C Ahuja (2004), ada sembilan alasan dari kegiatan membaca adalah sebagai berikut.
1. Untuk hiburan.
2. Untuk menceritakan kembali pengalaman-pengalaman yang terjadi sehari-hari.
4. Untuk merasakan kehidupan cinta dengan orang lain (cinta romantis). 5. Untuk memuaskan rasa ingin tahu, terutama alasan seseorang
melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri.
6. Untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri.
7. Untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati.
8. Untuk berbagi perasaan dengan orang lain agar dapat menikmati tempat-tempat yang belum pernah pembaca kunjungi.
9. Untuk mengetahui pesan penulis bagi pembaca.
Pada umumnya yang terjadi tujuan membaca adalah untuk
menangkap ide pokok dengan cepat. Artinya tujuan membaca adalah menangkap gagasan utama yang melandasi pengembangan bacaan itu. Untuk menangkap ide dasar itu secara cepat yang terpenting bagi seorang
pembaca adalah menyerap ide-ide yang lebih kecil (Nurhadi, 2004:69). Untuk tujuan pembelajaran membaca dibagi atas dua tujuan utama,
yaitu tujuan behavioral dan tujuan ekspresif. Tujuan behavioral disebut tujuan tertutup yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan membaca: a) pemahaman makna kata; b) keterampilan-keterampilan studi; dan c)
pemahaman terhadap teks bacaan. Sedangkan tujuan ekspresif disebut tujuan terbuka yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan: a) membaca
2.1.3 Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca adalah perpaduan antara kecepatan
memabaca dan pemahaman isi. Maka dalam mengukur kemampuan membaca yang perlu diperhatikan adalah dua aspek tersebut. Pada
umumnya kecepatan membaca diukur dengan jumlah kata yang dibaca per menit, dan pemahaman isi diukur dengan persentase dari jawaban yang benar tentang isi bacaan. Hasil pengukuran dua aspek tersebut harus
diintegrasikan agar dapat menunjukkan kemampuan membaca secara keseluruhan (integral).
Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan membaca yaitu :
(Tampubolon, 2008) keterangan :
KM : kemampuan membaca KPM : kata per menit
KB : jumlah kata dalam bacaan SM : jumlah detik membaca PI : persentase pemahaman isi.
Untuk jenjang SD, Christine Nuttal (1989) yang dikutip oleh Harras & Sulistianingsih (1997) (dalam Dalman, 2014: 44) merincinya
Kelas I 60-80 KPM Kelas IV 150-160 KPM Kelas II 90-100 KPM Kelas V 170-180 KPM
Kelas III 120-140 KPM Kelas VI 190-250 KPM Menurut Nurhadi (2010) jenjang kemampuan membaca meliputi:
1) kemampuan membaca literal, yaitu kemampuan mengenal dan menyatakan kembali unsur-unsur tersurat dalam bacaan (reading the lines);
2) kemampuan membaca kritis, yaitu kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis (reading between the line and reading
beyond the lines);
3) kemampuan membaca kreatif, yaitu kemampuan pembaca secara kreatif menerapkan dan menghubungkan hasil membacanya dengan
konteks kehidupan yang lebih luas.
2.1.4 PIRLS
PIRLS (Progress in Reading Literacy Study) adalah studi internasional tentang literasi membaca siswa sekolah dasar (Kemendikbud,
2013, Survei Internasional PIRLS, http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/ survei-internasional-pirls). Membaca keaksaraan merupakan salah satu
kemampuan paling penting siswa yang diperoleh karena kemajuan melalui tahun-tahun awal bersekolah. Siswa kelas 4 dipilih dalam PIRLS karena merupakan titik transisi penting dalam perkembangan sebagai pembaca.
kebanyakan anak-anak di kelas 4 masih berkembang pada kemampuan dasar membaca. PIRLS memiliki tujuan untuk mengukur keterampilan membaca
pemahaman pada siswa yang masih dalam proses belajar membaca. Untuk PIRLS, membaca literasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memahami dan menggunakan bentuk-bentuk bahasa tertulis yang diperlukan oleh masyarakat dan/atau dihargai oleh individu, pembaca pemula dapat membangun makna dari berbagai teks. Membaca untuk
belajar, untuk berpartisipasi dalam komunitas pembaca di sekolah dan kehidupan sehari-hari, dan untuk kesenangan.
PIRLS berfokus pada tiga aspek literasi membaca siswa yaitu a) tujuan untuk membaca, b) proses pemahaman, dan c) perilaku membaca dan sikap. Tujuan untuk membaca dan proses pemahaman yang menjadi
landasan bagi PIRLS penilaian pemahaman yang berfokus pada dua tujuan menyeluruh yaitu membaca untuk pengalaman sastra dan membaca untuk
memperoleh dan menggunakan informasi. Sedangkan untuk proses pemahaman terdapat empat jenis proses yang dinilai antara lain : fokus pada pengambilan informasi secara eksplisit; membuat kesimpulan sederhana;
menginterpretasikan dan mengintegrasikan ide-ide dan informasi; memeriksa dan mengevaluasi konten, bahasa, dan tekstual elemen ( Mullis,
Tabel 2.1 Persentase Penilaian PIRLS
PIRLS
Tujuan Membaca
Pengalaman sastra 50%
Memperoleh dan menggunakan informasi 50%
Proses Pemahaman
Fokus pada pengambilan informasi secara
eksplisit
20%
Membuat kesimpulan sederhana 30%
Menginterprestasi dan mengintegrasi ide-ide
dan informasi
30%
Memeriksa, mengevaluasi konten, bahasa
dan tekstual elemen
20%
2.1.5 Tes sebagai Evaluasi
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Menurut Anne Anastasi, yang dimaksud dengan
tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar objektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Adapun menurut Lee J. Cronbach, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan
menurut F.L Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud
Menurut Arikunto (2013:67) dalam bukunya Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan mengemukakan bahwa tes adalah alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes digunakan dalam
berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tes ingatan, tes minat, tes sikap, dan sebagainya. Tes kemampuan pada dasarnya dibagi dua macam, yaitu a) aptitude test (tes bakat) dan b)
achievement test (tes prestasi). Untuk kedua tes ini biasanya digunakan hitungan-hitungan dan perbendaharaan kata-kata dan sekelompok tes dari
kedua macam tes ini biasanya menguju keterampilan membaca.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tes merupakan cara untuk melakukan penilaian dan pengukuran yang
mempunyai standar objektif dalam bentuk pemberian tugas yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah yang harus dikerjakan,
sehingga diperoleh suatu hasil nilai yang melambangkan prestasi. Kemudian dapat digunakan untuk membandingkan satu sama lain.
Secara umum, fungsi tes yaitu: a) sebagai alat pengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai setelah menempuh proses belajar mengajar; b) sebagai alat pengukur program pengajaran, melalui tes
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Di bawah ini disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan
dengan penelitian ini. Hasil penelitian pendukung yang dimaksud antara lain:
a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Geske, Andrejs dan Antra
Ozola pada tahun 2008 yang berjudul ―Factor Influencing Readning
Literacy at The Primary School Level‖, membuktikan fakta-fakta
tentang perbedaan membaca keaksaraan antara anak lai-laki dan perempuan dan masalah keaksaraan yang terkenal di sekolah pedesaan. Anak perempuan selalu memiliki hasil yang lebih baik
dalam membaca keaksaraan. Pada grup A terdapat sekitar dua kali lebih banyak anak perempuan daripada anak laki-laki (65%
perempuan dan 35% laki-laki), proporsi berlawanan digrup Z dimana ada 37% perempuan dan 63% laki-laki. 50% siswa dari grup Z pergi keskolah pedesaan dan orang-orang kecil kota-kota, tetapi
dalam penelitian hanya 20% yang belajar di ibukota. 6% dari grup A belajar di sekolah pedesaan, sementara 58% di ibukota. Hal tersebut
dikarenakan posisi sosial ekonomi keluarga mempengaruhi prestasi literasi membaca siswa dimana kondisi keluarga yang memiliki
pendidikan yang baik memiliki prestasi yang lebih baik dalam membaca keaksaraan. Literasi membaca siswa dipengaruhi oleh kolaborasi dari orang tua dan anak-anak pada usia pra-sekolah,
kunjungan rutin ke perpustakaan atau toko buku. Membaca komik di kelas 4 tidak dapat dicirikan faktor memfasilitasi literasi membaca.
Peneliti menyarankan pada orang tua untuk memperhatikan tambahan referensi untuk pengembangan awal keasksaraan
membaca anak dan guru diharapkan merangsang siswa membaca teks karya sastra yang sesuai untuk tingkat sekolah dasar.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Suryaman, Maman pada tahun 2015
yang berjudul ―Analisis Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Literasi
Membaca Melalui Studi Internasional (PIRLS) 2011‖ yang
menyatakan bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia dibandingkan dengan siswa-siswa di dunia internasional masih belum memadai yang disebabkan belum adanya keseriusan dalam
menangani masalah kemampuan membaca baik level mikro pendidikan maupun makro pendidikan. Kemampuan siswa
memecahkan butir soal sastra dan nonsastra masih di bawah rata-rata internasional dan dalam menjawab soal ujian nasional masih cenderung berdasarkan tebakan.
c. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widariyanto, Benny dan Erika
Afiani dengan judul ―Studi Internasional Keterbacaan Pogress in
International Reading Literacy Study (PIRLS) 2010‖. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan membaca siswa kelas empat yang akan deibandingkan dengan negara lain
tes membaca cerita sastra sebesar 0,03, sedangkan rata-rata tingkat kesukaran tes membaca teks informasi sebesar 0,37. Menurut bentuk
soal rata-rata tingkat kesukaran soal pilihan ganda sebesar 0,54, sedangkan rata-rata kesulitan soal isian sebesar 0,63.
d. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Romafi dan Tadkiroatun
Musfiroh pada tahun 2015 yang berjudul ―Hubungan Minat
Membaca, Fasilitas Orang Tua, Dan Pemberian Tugas Membaca
Dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa‖. Hasil penelitian ini membuktikan ada hubungan positif dan signifikan antara minat
membaca siswa dan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VIII SMP negeri di Kabupaten Brebes jika dikontrol dengan fasilitas orang tua dan pemberian tugas membaca di sekolahdengan r=0,294
dengan ρ < 0,0001. Kontribusi variabel X1 (minat membaca
terhadap Y (kemampuan membaca pemahaman) sebesar 10,6% yang artinya 10,6% variasi skor kemampuan membaca pemahaman
ditentukan oleh minat membaca dan 89,4% variasi skor ditentukan oleh variabel lain.
e. Penelitian yang dilakukan oleh Bayat, Seher pada tahun 2016 dengan
tinggi dan memiliki sikap yang positif. Tingkat pencapaian tes membaca pemahaman memiliki rata-rata 21,23 yang dapat dikatakan
baik, sedangkan untuk sikap membaca memiliki rata-rata sebesar 4,66 yang berarti tinggi. Hal ini disebabkan perbedaan kondisi sosial
ekonomi antara masyarakat kota dan pedesaan, dimana keberhasilan akademik siswa pedesaan dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah lebih rendah daripada siswa yang tinggal diperkotaan yang
memiliki kondisi sosial ekonomi tinggi.
f. Penelitian yang dilakukan oleh Veenendaal, Nathalie J. pada tahun
2015 dengan judul “The Contribution of Segmental and Suprasegmental Phonology to Reading Comprehension”. Penelitian ini bertujuan menguji hubungan antara decoding dan segmental dan
fonologi suprasegmental, dan kontribusi mereka terhadap membaca pemahaman dikelas tinggi. Efisiensi decoding sebagai penilaian
umum membaca diperiksa dan pemodelan jalur struktural menunjukkan relasi antara efisiensi decoding dan kedua langkah fonologi dari kelas empat ke kelas lima searah. Hubungan decoding
pada membaca pemahaman kelas 4, 5 di kelas 6 menjadi tidak langsung ketika segmental dan fonologi suprasegmental
ditambahkan.
menunjukkan perbedaan pencapaian pemahaman membaca menggunakan strategi guessing meaning from context dengan nilai
signifikan (2-tailed) sebesar 0,000. Strategi guessing meaning from context dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca
disemua aspek.
h. Ratri, Safitri Yosita (2016) dengan judul “School Factors Influencing Indonesia Student Reading Literacy Based on PIRLS
Data 2006 and 2011” yang menunjukkan sektor letak sekolah mempengaruhi membaca keaksaraan selama lima tahun penilaian,
pemberian petunjuk dipengaruhi oleh komputer dan audio visual yang berbeda, ketersediaan sumber daya (perpustakaan dan laboraturium) tidak mempengaruhi membaca keaksaraan, kolaborasi
guru mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang merupakan suatu kegiatan atau kognitif yang berupaya untuk menemukan
berbagai informasi yang terdapat dalam sebuah teks. Mutu pendidikan bisa di nilai salah satunya dari kebiasaan membaca. Masyarakat yang gemar
membaca dapat meningkatkan kecerdasan dan menambah pengetahuan untuk memberikan solusi tantangan hidup pada masa kini dan masa yang akan datang. Kemampuan membaca yang dimiliki setiap individu
dan pemahaman isi dari sebuah teks bacaan. Kemampuan membaca seseorang dapat diukur dari tes membaca, tes tersebut berupa bacaan yang
berisi teks sastra dan teks informasi yang didalamnya terdapat 4 proses pemahaman. Tes membaca yang di ujikan dalam penelitian ini berdasarkan
soal bacaan dari PIRLSbooklet.
Menurut uraian di atas maka tes membaca berdasarkan standar PIRLS adalah variabel bebas (X), dan kemampuan membaca adalah variabel
terikat (Y). Kerangka berpikir penelitian ini dapat di skemakan sebagai berikut :
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
2.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Menurut Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman (2011),
hipotesis adalah pernyataan sementara yang mencerminkan dugaan penelitian (harapan penelitian) yang harus diuji kebenarannya. Adapun
hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Ho : tidak ada hubungan positif tes membaca berdasarkan standar PIRLS
terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus Plangkawati.
Tes membaca berdasarkan
standar PIRLS
a. Tujuan membaca b. Proses membaca
H1 : ada hubungan positif tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus
28
3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian
korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk
mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Supardi, 2013:165). Penelitian korelasional mengunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua
variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan. Penelitian koresional digunakan untuk mendeteksi variasi-variasi pada suatu faktor berdasarkan
koefisien korelasi dan untuk menentukan hubungan antara variabel untuk membuat sebuah prediksi. Rancangan penelitian ini adalah explanatory research design (rancangan penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang
menjelaskan hubungan dua variabel/lebih dimana perubahan satu variabel merefleksi perubahan variabel lain.
Desain penelitian korelasional pada dasarnya adalah terdapat dua variabel yakni variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat
mengindikasikan tingkatan/derajat hubungan antara tingkat keterbacaan tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca siswa.
3.2 PROSEDUR PENELITIAN
Tahap-tahap pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan awal
hingga sampai pembuatan laporan akhir. Berikut ini tahapan penelitian yang dilakukan sebagai berikut.
1) Pembuatan rancangan penelitian, langkah dalam tahapan ini adalah memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah, menentukan variabel dan sumber data.
2) Menentukan populasi dan sampel penelitian.
3) Mengumpulkan data awal untuk diuji normalitasnya.
4) Mengumpulkan data-data pelaksanaan tes membaca PIRLS. 5) Menyusun instrumen penelitian yang berupa angket.
6) Menyusun soal tes membaca berdasarkan standar PIRLS.
7) Melakukan uji coba tes membaca dan kemampuan membaca. 8) Analisis hasil uji coba yang selanjutnya direvisi.
9) Merancang soal menjadi tes yang kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data.
3.3 SUBJEK, LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa
kelas 4. Penelitian ini berlokasi di gugus Plangkawati, Kecamatan Banyumanik, Semarang. Waku penelitian dilakukan selama 1 bulan.
3.4 POPULASI DAN SAMPEL
3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2010: 117), ―Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya‖. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
4 SD di Gugus Plangkawati, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang yang terdiri dari 6 SD yaitu SDN Pudakpayung 01, 02, 03; SDN
Gedawang 01 dan 02; dan SD Islam Fitra Bhakti.
[image:44.595.212.437.559.685.2]Berikut ini tabel populasi siswa SD kelas 4 di Gugus Plangkawati Kecamatan Banyumanik Kota Semarang:
Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas 4 Gugus Plangkawati
No. Nama Sekolah Jumlah siswa
1 SDN Pudakpayung 01 90
2 SDN Pudakpayung 02 46
3 SDN Pudakpayung 03 43
4 SDN Gedawang 01 40
5 SDN Gedawang 02 38
6 SD Islam Fitra Bhakti 15
Jumlah 272
3.4.2 Sampel
Sugiyono (2010: 118) menyatakan bahwa ―Sampel adalah bagian
Sedangkan menurut Sukmadinata (2013: 250), ―sampel adalah kelompok
kecil bagian dari target populasi yang mewakili populasi dan secara riil
diteliti‖. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling.
Cluster sampling (Sukardi,2013:16) adalah teknik sampel bukan
berdasarkan individu tapi didasarkan kelompok subjek yang secara alami berkumpul .Adapun langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut:
a. total populasi 272, sampel yang diinginkan oleh peneliti 136;
b. jumlah sekolah 6 SD;
c. populasi tiap sekolah ; d. jumlah cluster
.
Menurut hasil perhitungan di atas diperoleh cluster yang digunakan dalam penelitian sebanyak 3 kelas. Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan dipilih siswa kelas 4 SDN Pudakpayung 01 dan SDN Pudakpayung 02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang yang terdiri dari 136 siswa dengan rincian sebagai berikut : SDN Pudakpayung 01 yang
terdiri dari kelas 4-A dan 4-B sejumlah 90 siswa dan SDN Pudakpayung 02 sejumlah 46 siswa.
3.5 VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010:60) ―variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya‖. Disebut variabel karena
disebut variabel. Agar bervariasi maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (variabel independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat (variabel dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah tes membaca berdasarkan standar PIRLS, dan
yang menjadi variabel terikat (Y) adalah kemampuan membaca siswa kelas 4 Gugus Plangkawati.
3.6 TEKNIK PENGUMPUAN DATA
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini sebagai alat pengumpul data adalah tes, angket, dan dokumentasi.
3.6.1 Kuesioner
Kuesioner atau yang dikenal sebagai angket merupakan salah satu
teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, dan harus diisi oleh responden. Alat pengumpulan data dengan kuesioner
disampaikan kepada responden yang jawabannya diisi oleh responden sendiri (Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman, 2011:25-26).
Menurut Sukmadinata (2013:219), angket dijawab atau diisi sendiri oleh responden, maka dalam penyusunan angket perlu diperhatikan
beberapa hal yaitu 1) sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada pengantar dan petunjuk pengisian; 2) buitr-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas, menggunakan kata-kata yang lazim digunakan, kalimat tidak
terlalu panjang dan tidak beranak-cucu; 3) untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan tertutup berstruktur disediakan kolom untuk
menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya. 3.6.2 Tes
Menurut Sudijono (2015:67), tes adalah cara atau prosedur dalam
rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas berupa pertanyaan-pertanyaan,
atau perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau
dibandingkan dengan standar tertentu.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman isi
bacaan yang berisi pertanyaan dari teks yang telah dibaca siswa. Tes membaca terdiri dari pilihan ganda dengan poin 1 untuk tiap soal, isian singkat dengan poin 1-2, dan jawaban secara luas dengan poin 3. Soal
Sedangkan isian singkat dan soal dengan jawaban secara luas untuk membangun sebuah respon secara interaktif yang menampilkan
konstruktif makna membaca antara pembaca, teks, dan tugas membaca digunakan untuk menilai setiap proses dari empat proses pemahaman.
3.6.3 Dokumentasi
Menurut Sukmadinata (2013: 221), studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dalam penelitian ini peneliti menggunkan daftar nilai hasil tes membaca
sebagai sumber data tertulis yang akan diolah.
3.7 PENGUJIAN INSTRUMEN
Langkah yang tak kalah penting dalam pengumpulan data adalah melakukan pengujian terhadap instrumen yang digunakan. Pengujian instrumen meliputi dua hal yaitu pengujian validitas dan reliabilitas. Uji
validitas dan reliabilitas diperlukan sebagai upaya memaksimalkan kualitas alat ukur, agar kecenderungan keliru dapat diminimalkan. Dapat dikatakan
validitas dan reliabilitas adalah tempat kedudukan untuk menilai kualitas semua alat dan prosedur pengukuran.
3.7.1 Validitas
Menurut Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman (2011:30) menjelaskan bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen dapat
validitas yaitu validitas sebenarnya menunjuk kepada hasil dari penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya; validitas
menunjukkan suatu derajat atau tingkatan, validitas tinggi, sedang atau rendah, bukan valid dan tidak valid; dan validitas instrumen memiliki
spesifikasi tidak berlaku umum.
Untuk mengetahui validitas dari butir soal, digunakan teknik korelasi point biserial,dimana angka indeks korelasi diberi lambang rpbi
yang diperoleh menggunakan rumus:
√
(Sudijono, 2015:185) Keterangan :
: koefisien korelasi point biserial
: skor rata-rata hitung untuk butir item yang bersangkutan telah
dijawab benar.
: skor rata-rata dari total skor. : standar deviasi dari skor total.
p : proporsi yang menjawab benar pada butir item yang diuji validitasnya.
q : proporsi yang menjawab salah pada butir item yang diuji
validitasnya.
Hasil pengukuran dengan menggunakan rumus tersebut selanjutnya
product moment dengan kriteria sebagai berikut: ―harga rhitung > rtabel
berarti valid atau sebaliknya‖ dengan taraf sigifikan α= 0,01 atau α=0,05.
Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi yang
[image:50.595.214.448.277.381.2]menunjukkan nilai validitas ditunjukkan oleh tabel di bawah ini (Sugiyono, 2010:257) .
Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat
Hasil uji validitas tes membaca berdasarkan PIRLS untuk setiap teks bacaan dan angket siswa dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
Teks bacaan Soal Valid Soal tidak valid Mencari
Makanan
1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
12, 14, 15 2, 3, 11, 13 Bakat Charlie 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14,15 6 Antartika :
Tanah Es
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11 -
Pie Musuh 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9,
10, 11, 13, 14,15, 16 8, 12 Mistery Gigi
Raksasa
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14 5 Malam yang
Luar Biasa
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12 -
Ulat Menjadi Kupu-kupu
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 14, 15, 16 1,13 Terbanglah,
Elang Terbang
2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11,
[image:50.595.159.466.487.729.2]Tabel 4.4 Hasil Validitas Angket Siswa
No. Valid Tidak valid
G 2,5,6,7,8,9 1, 3, 4,
R 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 1
Soal dan pertanyaan yang valid memiliki nilai koefisien korelasi lebih dari
sama dengan r tabel dengan taraf signifikan α = 0,05 atau α = 0,01. Untuk
perhitungan uji validitas selengkapnya dapat dilihat di lampiran.
3.7.2 Reliabilitas
Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran
dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama (homogen) diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek
memang belum berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali
pengukuran (Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman, 2011:37). Reliabilitas tes dalam penelitian ini diuji menggunakan formula Kuder Richardson yang dilambangkan KR20 dengan rumus:
[ ] [ ∑ ] , dimana Rumus Varians ∑
∑
keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir soal
: varians total
p : proporsi yang menjawab benar pada butir item yang diuji
q : proporsi yang menjawab salah pada butir item yang diuji
∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dengan q
Selanjutnya harga r11 dibandingkan dengan rtabel. Apabila r11 > rtabel, maka
instrumen dinyatakan reliabel. Dan sebaliknya apabila r11 < rtabel, instrumen dinyatak tidak reliabel. Adapun interpretasi derajat reliabiltas
[image:52.595.224.436.413.529.2]instrumen ditunjukkan oleh tabel berikut:
Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Soal
Koefisien korelasi Kriteria reliabilitas
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Cukup
0,61 – 0,80 Tinggi
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
Uji reliabilitas soal dilakukan dengan formula Kuder Richardson (KR20) dengan taraf signifikan 5%. Output hasil uji reliabilitas dengan
berbantuan IBM SPSS Statistics versi 23.0 menjadi penentu reliabel tidaknya instrumen penelitian yang digunakan sebagaimana yang terlampir.
Pada tes membaca tipe A1 teks bacaan Mencari Makanan memiliki nilai
Cronbach‘s Alpa 0,496 atau 49,6% yang artinya cukup reliabel, teks
bacaan Bakat Charlie nilai Cronbach‘s Alpa sebesar 0,829 bisa dikatakan
Chronbach Alpha sebesar 0,710 dan teks bacaan Pie Musuh sebesar 0,695 yang bisa dikatakan reliabel. Pada tes membaca tipe A2 teks bacaan
Misteri Gigi Raksasa memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar 0,666 dan teks Malam yang Luar Biasa memiliki nilai sebesar 0,638. Untuk tipe B2
teks bacaan Ulat Menjadi Kupu-Kupu dengan Cronbach Alpha sebesar 0,629 dan teks Terbanglah Elang Terbang sebesar 0,659.
Sedangkan untuk angket siswa dari hasil perhitungan reliabilitas
diperoleh nilai Cronbach‘s Alpa sebesar 0,770. Artinya angket siswa
reliabel sebesar 77%. Dan nilai Cronbach‘s Alpa dapat di naikkan dengan
membuang jawaban responden yang tidak konsisten.
3.7.3 Uji Taraf Kesukaran Soal
Bermutu tidaknya butir soal dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki masing-masing butir soal. Taraf
kesukuran soal berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Sudijono (2015: 371) menjelaskan bahwa soal dengan taraf kesukran 0,0 mengindikasikan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya taraf 1,0 menunjukkan bahwa soal
terlalu mudah. Jadi semakin tinggi taraf kesukaran maka soal tersebut merupakan soal yang mudah.
Taraf kesukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus:
P : taraf kesukaran
B : jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa.
Menurut Arikunto (2013:225) ketentuan yang sering diikuti, taraf
kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
1) soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar 2) soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang
3) soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah.
Perhitungan taraf kesukaran soal pada tes membaca berdasarkan standar
[image:54.595.150.492.412.726.2]PIRLS secara singkat dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal
Teks Bacaan Soal
Mudah Soal Sedang Soal Sukar Mencari
Makanan 3, 6
1, 2, 4, 5, 7, 8, 9,
10, 15 11, 12, 13, 14 Bakat Charlie 1, 2, 3, 4, 5, 8, 10,
11, 12, 13, 14, 15 6, 7, 9 Antartika :
Tanah Es 4, 5, 6 1, 2, 3, 7, 8, 9, 11 10 Pie Musuh - 1, 2, 4, 6 10 12,
13
3, 5, 7, 8, 9, 14, 15 Mistery Gigi
Raksasa -
1, 2, 3, 5, 6, 8, 9
11, 12, 13, 14 4, 7, 10 Malam yang
Luar Biasa 1
2, 3, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 12 4, 11
Ulat Menjadi Kupu-kupu
11, 13, 14, 15
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8,
10, 12, 16 5, 9 Terbanglah,
Elang Terbang 1, 4
2, 3, 5, 6, 7, 9, 11,
12 8, 10
Hasil perhitungan taraf kesukaran dari keseluruhan soal menunjukkan 13 soal tergolong mudah, 74 soal tergolong sedang, dan 24 soal tergolong
sukar.
3.7.4 Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi (daya pembeda) berkisar antara 0,00 – 1,00. Dalam indeks diskriminasi terdapat tanda
negatif yang menunjukkan jika suatu soal mengartikan sesuatu yang terbalik bagi peserta tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai (Arikunto, 2013:226).
Rumus yang digunakan untk menentukan indeks diskriminasi (D) adalah:
dimana,
JA : banyaknya peserta tes kelompok atas JB : banyaknya peserta tes kelompok bawah
BA : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab benar BB : banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 samapai dengan 0,7. Daya pembeda diklasifikasikan
sebagai berikut.
D : (-1,00) – 0,00 : sangat buruk, semuanya tidak baik.
D : 0,00 – 0,20 : jelek D : 0,21 – 0,40 : cukup D : 0,41 – 0,70 : baik
D : 0,71 – 1,00 : sangat baik
Jadi semua butir soal yang memiliki D negatif sebaiknya dibuang saja.
[image:56.595.141.518.454.738.2]Hasil perhitungan daya beda terhadap instrumen tes membaca yang digunakan terlampir dan secara singkat dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
Tabel 3.7 Pengelompokan Daya Beda
Teks Bacaan Sangat
Buruk Jelek Cukup Baik
Sangat Baik Mencari
Makanan -
1, 2, 3, 4, 5,
13 6, 8, 14
7, 9, 10, 15
-
Bakat Charlie - 1, 6, 14 7, 9, 13 2, 3, 4, 5,
8, 12, 15
-
Antartika : Tanah
Es - 2, 4 1, 3, 5, 6, 9, 10 7, 8, 11
-
Pie Musuh 12 8, 9, 14 1, 3, 4, 5, 7, 10, 11,
13, 15, 16 2, 6
-
Mistery Gigi
Raksasa - 4, 5, 6, 12
1, 3, 7, 8, 9, 10, 11,
14 2, 13
-
Malam yang
Luar Biasa - 11
1, 4, 5, 7, 8, 9, 10,
11 2, 3, 6, 12
-
Ulat Menjadi
Kupu-kupu 1
11, 13, 15,
16 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9
6, 10, 12, 14
-
Terbanglah,
Elang Terbang - 1, 8 2, 3, 6, 7, 9, 10
4, 5, 11, 12
Dari hasil pengelompokan daya beda pada tabel di atas terdapat 2 soal dengan daya pembeda yang sangat buruk, 25 soal memiliki daya pembeda
jelek, 51 soal memiliki daya pembeda soal yang cukup dan 30 soal dengan daya pembeda yang baik. Agar perbedaan dari daya pembeda lebih jelas
disediakan diagram hasil perhitungan daya pembeda soal berikut.
Diagram 3.1 Daya Pembeda Soal
3.8 ANALISIS DATA
3.8.1 Analisis Data Awal 3.8.1.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui dan menentukan
teknik statistik apa yang digunakan selanjutnya, apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila penyebaran datanya normal maka akan
digunakan statistik parametrik sedangkan penyabaran tidak normal akan digunakan teknik statistik non paramaterik. Uji normalitas yang dilakukan menggunakan nilai UAS semester 1 siswa kelas 4-A dan 4-B
SDN Pudakpayung 01 dan siswa kelas 4 SDN Pudakpayung 02.
0 20 40 60
Sangat Buruk
Jelek Cukup Baik
3.8.1.2 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Barltlett dikarenakan data yang diuji lebih dari dua kelompok data/sampel. Pengujian homogenitas dengan uji Bartlett dilakukan
dengan langkah sebagai berikut (Supardi, 2013:145-147):
1) hitung mean, varians serta dk tiap kelompok dan hitung logaritma dari tiap varians kelompokdan hasil kali dk dengan logaritma varians
tiap kelompok
2) tentukan varians gabungan dari semua kelompok sampel dengan
rumus:
3) hitung harga logaritma varian gabungan dan harga satuan Bartlett, dengan rumus:
∑
4) hitung nilai chi-kuadrat dengan rumus:
∑
tentukan harga chi kuadrat tabel pada taraf nyata dan derajat kebebasan (dk) = k-1, bandingkan harga chi-kuadrat hitung dengan
chi-kuadrat tabel dengan kriteria pengujian:
Hipotesis yang diuji adalah
Ho : (semua kelompok memiliki varian
sama/homogen)
H1 : bukan Ho (ada kelompok yang tidak memiliki varian
sama/homogen). 3.8.2 Analisis Data Akhir
3.8.2.1 Korelasi Product Moment
Analisis korelasi dengan menggunkan uji koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel X (tes membaca
berdasarkan standar PIRLS) terhadap variabel Y (kemampuan membaca siswa). Koefisien korelasi antara variabel X dengan Y, dicari menggunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut (Muhidin,
Sambas Ali dan Maman Abdurahman, 2011:123) :
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ] ∑ ∑ ]
Pada pengujian korelasi product moment untuk dapat
[image:59.595.208.444.629.730.2]mengetahui kuat lemahnya tingkat keeratan hubungan antara variabel X dan variabel Y dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:
Tabel 3.8 Tingkat Keeratan Hubungan Varibel X dan Variabel Y Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,19 Sangat rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,69 Sedang
0,70 – 0,89 Kuat
3.8.2.2 Uji Signifikasi
Besar kecilnya koefisien korelasi yang telah dihitung serta kuat
lemahnya tingkat hubungan antara variabel X dan variabel Y tidak memiliki arti apapun bila belum dilakuakan pengujian terhadap koefisien
korelasi yang sudah dihitung. Pengujian koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui berarti tidaknya hubungan antara variabel-variabel yang diteleiti hubungannya (Muhidin, Sambas Ali dan Maman
Abdurahman, 2011:128).
Menguji tingkat signifikansi antara variabel X dan variabel Y
setelah harga r diperoleh, kemudian disubtitusikan kedalam rumus berikut:
√
keterangan:
thitung : nilai thitung
r : koefisien korelasi hasil rhitung
n : jumlah responden.
Rumusan hipotesis berdasarkan nilai signifikasi adalah:
Ho : tidak ada hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS
terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus Plangkawati.
H1 : ada hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap
Kriteria pengujian terhadap uji dua pihak dengan dk=(n-2) pada
tingkat signifikasi α (0,05 atau 0,01) diperoleh kriteria sebagai
berikut:
Jika thitung > ttabel atau Sig. (2-tailed) > nilai signifikasi α maka Ho
ditolak dan H1 diterima.
Jika thitung < ttabel maka Ho atau Sig. (2-tailed) < nilai signifikasi α
maka diterima dan H1 ditolak.
3.8.2.3 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dilambangkan dengan r2, nilai ini
menyatakan proporsi variasi keseluruhan dalam nilai variabel dependen yang dapat diterangkan atau diakibatkan oleh hubungan linear dengan variabel independen, selain itu (sisanya) diterangkan oleh variabel
lain(galat atau peubah lainnya). Koefisien determinasi dipergunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Rumus yang dipakai adalah:
KD = r2 x 100%