• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN KELAYAKAN INVESTASI PADA SAHAM-SAHAM SEKTOR INDUSTRI KONSTRUKSI DAN BANGUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENILAIAN KELAYAKAN INVESTASI PADA SAHAM-SAHAM SEKTOR INDUSTRI KONSTRUKSI DAN BANGUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENILAIAN KELAYAKAN INVESTASI PADA SAHAM-SAHAM SEKTOR INDUSTRI KONSTRUKSI DAN BANGUNAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Oleh

DEDI PRASETYO HARTANTO

Ada banyak analisis fundamental yang digunakan untuk mengukur kualitas keuangan suatu perusahaan. Salah satu analisis fundamental yang dapat dijadikan

dasar dalam melakukan analisis adalah dengan menggunakan metode Piotroski

F-Score, yaitu suatu analisis dengan berdasarkan pada prinsip scoring atas variabel keuangan yang ditentukan. Variabel yang menjadi dasar penilaian antara lain variabel Net Income, Operating Cash Flow, Return on Assets, Quality of Earning, Long Term Debt vs Assets, Current Ratio, Shares Outstanding, Gross Margin dan Asset Turnover. Kategori kelayakan Piotroski F-Score, yaitu bila F-Score ≥ 8 (baik dan sangat layak investasi), bila 4 ≤ F-Score≥ 7 (baik dan layak investasi), dan F-Score ≤ 3 (dibutuhkan pertimbangan khusus dan analisis lanjutan sebelum investasi). Objek penelitian ini adalah emiten sektor industri konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan investasi pada saham emiten sektor industri konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan pada metode Piotroski F-Score dengan berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode 2011 – 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa saham emiten sektor industri konstruksi dan bangunan tersebar ke dalam tiga kategori kelayakan yang ada, yaitu kategori baik dan sangat layak investasi pada saham TOTL dan PTPP, kategori baik dan layak investasi pada saham ADHI, DGIK dan SSIA, serta kategori perlu pertimbangan khusus dan analisis lanjutan sebelum investasi pada saham WIKA.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muara Bungo, Jambi pada tanggal 1 Juli 1989, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari Bapak Saring Zubaidi dan Ibu Hartatik.

Adapun riwayat pendidikan penulis sebagai berikut :

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Muara Bungo diselesaikan tahun

1995, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Sidodadi, Kalianda pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo pada tahun 2004, dan Sekolah menengah Umum (SMU) di SMUN 1 Kalianda

pada tahun 2007.

Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi DIII Koperasi FE Unila melalui jalur Non-SPMB. Pada tahun 2010, penulis mengajukan

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada kedua orang tuaku yang senantiasa memberikan doa, semangat dan kasih sayangnya.

Adik-adikku yang selalu menyemangati dan menantikan keberhasilanku.

Istriku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan perhatian.

Teman-teman kuliah yang sudah banyak membantu.

Orang-orang yang selalu dan senantiasa dengan ikhlas membimbing dan

membantuku.

(8)

MOTO

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada yang memperoleh selain dari apa yang telah

diusahakan atau diperjuangkan”

(Q.S. An-Najm : 39)

“Jangan takut dengan kegagalan, mencoba terlebih dahulu itu lebih baik”

(9)

i

SANWACANA

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Penilaian Kelayakan Investasi pada Saham-Saham Sektor Industri Konstruksi

Dan Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Shalawat serta

salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangan dan amanah yang tak pernah padam sampai akhir zaman.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung 2. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M. Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

3. Ibu Aida Sari, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Akademik

4. Ibu Yuningsih, S.E., MM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

5. Bapak M. Syatibi Ch, S.E. selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta arahan dalam mengerjakan skripsi ini.

6. Bapak Prakarsa Panjinegara, S.E., M. Si. selaku Dosen Pembimbing II yang

(10)

7. Bapak Hidayat Wiweko, S.E., M. Si., selaku Dosen Penguji Utama pada

ujian skripsi. Terima kasih untuk masukan, saran, dan nasehat yang sudah diberikan.

8. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah mengajarkan banyak hal selama perkuliahan.

9. Karyawan dan staf akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang banyak membantu permasalahan akademik.

10.Teristimewa untuk kedua orang tua dan adik-adikku tercinta yang telah

memberikan dukungan dan perhatian.

11.Teristimewa untuk istriku tercinta yang telah memberikan dukungan dan

perhatian.

12.Teman-teman kuliah, terima kasih atas bantuan, motivasi dan kebersamaannya.

13.Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

Hanya doa yang dapat penulis panjatkan kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT

berkenan membalas kebaikan mereka dengan kebaikan pula. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit

harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandarlampung, Desember 2014

Penulis

(11)

iii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

2.1.1 Pengertian Investasi ... 10

2.1.2 Jenis-Jenis Investasi ... 10

2.1.3 Tipe-Tipe Investor ... 13

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi ... 14

2.2 Sektor Konstruksi dan Bangunan ... 16

(12)

2.2.2 Peranan Konstruksi Pada Perekonomian Indonesia ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Populasi dan Sampel ... 32

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Analisis Data ... 39

4.2 Statistik Deskriptif Piotroski F-Score Analysis ... 39

4.2.1 Analisis Deskriptif Pada Emiten Adhi Karya ... 40

4.2.2 Analisis Deskriptif Pada Emiten Duta Graha Indah ... 41

4.2.3 Analisis Deskriptif Pada Emiten Pembangunan Perumahan ... 42

4.2.4 Analisis Deskriptif Pada Emiten Surya Semesta Internusa ... 43

4.2.5 Analisis Deskriptif Pada Emiten Total Bangun Persada ... 44

4.2.6 Analisis Deskriptif Pada Emiten Wijaya Karya ... 45

(13)

v

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Emiten Sektor Konstruksi dan Bangunan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) ………... 3

2. Perkembangan Net Profit/Loss Emiten Sektor Konstruksi dan Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ...… 4

3. Kriteria Piotroski F-Score ... 25

4. Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ...……….32

5. Variabel Piotroski F-Score ...…...34

6. Kriteria Penilaian ...……….... 38

7. Analisis Deskriptif pada Emiten Adhi Karya………... 40

8. Analisis Deskriptif pada Emiten Duta Graha Indah………. 41

9. Analisis Deskriptif pada Emiten Pembangunan Perumahan …………... 42

10.Analisis Deskriptif pada Emiten Surya Semesta Internusa……….. 43

11.Analisis Deskriptif pada Emiten Total Bangun Persada……….. 44

(15)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Laporan keuangan emiten yang telah diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam-LK dan dipublikasikan melalui Indonesian Capital Market

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dituntut untuk senantiasa

meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan pilar ekonomi yang dianggap mampu menopang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Sedangkan pasar modal merupakan salah satu pembinaan pilar tersebut. Menurut

Suad Husnan (2004:3) mendefinisikan bahwa pasar modal yaitu : Pasar modal dapat didefinisikan juga sebagai pasar untuk berbagi instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka

panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Berdasarkan definisi di atas, disebutkan bahwa di pasar modal diperdagangkan berbagai komoditas modal sebagai instrument jangka panjang. Menurut Jogiyanto Hartono (2008:98)

mendefinisikan instrumen pasar modal adalah sebagai berikut : Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan pasar modal diantaranya adalah saham biasa, saham preferent, obligasi, obligasi konversi, right issue, dan

warrant.

(18)

pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. Pengertian saham menurut Rusdin (2008:68) adalah sebagai berikut : Saham merupakan sertifikat yang

menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.

Berdasarkan definisi diatas wujud dari saham berupa sertifikat yang merupakan tanda pemilikan atas perseroan yang menerbitkan saham tersebut dan memiliki hak dalam RUPS

serta mempunyai hak atas keuntungan yang diperoleh dari perusahaan. Pada dasarnya, kegiatan perdagangan efek tidak berbeda dengan kegiatan pasar pada umumnya yang melibatkan pembeli dan penjual. Di pasar modal, pihak-pihak yang terlibat tersebut dikenal

dengan istilah emiten dan investor (Undang-Undang Pasar Modal pasal 1 angka 6).

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan

dampak yang sangat berat dan bahkan sampai merusak sendi-sendi perekonomian nasional. Sebagai salah satu sektor yang memberi sumbangan terbesar pada GDP perekonomian Indonesia, sektor konstruksi tidak bisa dipungkiri memiliki peran strategis pada

pembangunan. Peran strategis tersebut antara lain pada penyerapan tenaga kerja, jangkauan rantai pasok yang luas, pendorong sektor-sektor pendukungnya, bahkan mobilisator

pertumbuhan produk nasional baik barang maupun jasa.

Sektor konstruksi adalah salah satu sektor andalan untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi dan selalu dituntut untuk tetap meningkatkan kontribusinya melalui tolak ukur terhadap PDB nasional. Hal ini merupakan tantangan berat, mengingat perekonomian global saat ini sedang dilanda krisis yang dikhawatirkan akan berdampak pada

(19)

3

Tabel 1. Daftar Emiten Sektor Konstruksi dan Bangunan yang Terdaftar di BEI

No Kode Saham Nama Emiten Tanggal IPO

1 ACST Acset Indonusa Tbk 24 Juni 2013

2 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk 18 Maret 2004

3 DGIK Duta Graha Indah Tbk 19 Desember 2007

4 NRCA Nusa Raya Cipta Tbk 27 Juni 2013

5 PTPP Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk 9 Februari 2010

6 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk 27 Maret 1997

7 TOTL Total Bangun Persada Tbk 25 Juli 2006

8 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk 29 Oktober 2007

9 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 19 Desember 2012

Sumber : www.sahamok.com (Data diolah)

Pemegang saham memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap perkembangan dan juga

pertumbuhan perusahaan. Hal ini dikarenakan menyangkut hasil investasi pemegang saham yang telah dilakukan pada perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian maka investor

harus memiliki dasar yang tepat, akurat serta menyeluruh dalam hal memilih saham emiten yang akan dijadikan bagian dari portofolio investasinya. Dalam menginvestasikan dana yang dimiliki investor tentunya banyak sekali hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang

investor, baik melalui pertimbangan secara technical analysis maupun secara fundamental analysis.

Technical analysis adalah analisis yang digunakan untuk menentukan harga beli dan jual

dalam jangka pendek. Sedangkan fundamental analysis adalah analisis yang digunakan untuk

(20)

metode analisis tersebut sangatlah penting namun bukan berarti dapat menjamin untuk selalu untung di pasar modal, hal ini terjadi karena setiap metode memiliki kelebihan dan

kelemahan masing-masing.

Salah satu sumber informasi guna mendapatkan tentang gambaran kinerja perusahaan adalah

laporan tahunan (annual report) yang dikeluarkan oleh perusahaan. Laporan tahunan tersebut memberikan gambaran kinerja perusahaan secara komprehensif baik mengenai informasi

keuangan maupun informasi non-keuangan yang perlu diketahui oleh para investor. Hal ini juga dapat dijadikan salah satu bahan rujukan bagi para investor dalam memutuskan apakah akan berinvestasi didalam perusahaan tersebut ataukah tidak berinvestasi.

Tabel 2. Perkembangan Net Profit/Loss Emiten Sektor Konstruksi dan Bangunan

yang Terdaftar di BEI

No Nama Emiten Tahun 2011

5 Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk 240.223 309.683 28,9%

6 Surya Semesta Internusa Tbk 272.759 739.522 171,1%

7 Total Bangun Persada Tbk 123.515 181.718 47,1%

8 Wijaya Karya (Persero) Tbk 401.828 508.764 26,6%

9 Waskita Karya (Persero) Tbk 172.457 254.363 47,5%

(21)

5

Iklim usaha jasa konstruksi yang kondusif dipengaruhi oleh banyak faktor, antara

lain melalui dukungan regulasi pemerintah, kebijakan-kebijakan sektoral, good governance,

struktur usaha, komposisi besaran market supply and demanddan pertumbuhan ekonomi. (Asmoeadji, 2009). Sektor konstruksi dan bangunan telah tumbuh menjadi industri yang terbesar. Bangunan mencerminkan ‘share’ yang besar dari aset individu, organisasi dan

bangsa. Sektor ini merupakan penyedia pekerjaan, bahan bangunan dan proses konstruksi, serta juga memiliki dampak terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja konstruksi dan

orang-orang yang tinggal dan bekerja di bangunan (Hatta, 2011).

Ada banyak metode fundamental yang digunakan untuk mengukur kualitas keuangan suatu

perusahaan. Salah satu metode fundamental yang dapat digunakan untuk melakukan analisis yaitu dengan metode piotroski f-score analysis. Metode piotroski f-score analysis merupakan

metode pemberian score yang menekankan pemilihan saham berdasarkan perbaikan performa perusahaan. Metode piotroski f-score analysis dirumuskan oleh Joseph Piotroski, seorang Professor di Stanford University Graduate School of Business. Hasil penelitiannya ini

pertama kali muncul pada jurnalnya yang berjudul“Value Investing: The Use of Historical Financial Statement Information to Separate Winners from Losers” pada tahun 2000.

Piotroski memberikan sembilan kriteria scoring untuk suatu saham yaitu Net Income, Operating Cash Flow, Return On Assets, Quality of Earnings, Long-Term Debt vs. Assets,

Current Ratio, Shares Outstanding, Gross Margin, dan Asset Turnover. Data inputnya dapat

diperoleh dari laporan keuangan, saham yang lolos pada kriteria tertentu akan diberikan skor

(22)

Penulis tertarik untuk menerapkan metode piotroski f-score analysis guna melakukan

penelitian mengenai analisis fundamental untuk mengetahui hasil dari penerapan analisis ini,

yaitu dalam menilai kelayakan investasi pada saham-saham sektor industri konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) . Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis mengangkat judul penelitian yaitu “Penilaian Kelayakan

Investasi pada Saham-Saham Sektor Industri Konstruksi Dan Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah adalah

Apakah layak investasi pada saham-saham sektor industri konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI)?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

Untuk mengetahui apakah saham emiten sektor industri konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori kelayakan

yang ada berdasarkan metode piotroski f-score, yaitu baik dan sangat layak investasi, baik dan layak investasi atau perlu pertimbangan khusus dan analisis lanjutan sebelum investasi.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah

a. Bagi para investor, diharapkan dapat menjadi referensi dalam menilai kelayakan

(23)

7

b. Bagi Akademis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana cara menilai tingkat kelayakan investasi dan kondisi keuangan pada

perusahaan-perusahaan tersebut, serta sebagai bahan referensi untuk penelitian yang berikutnya dimasa yang akan datang.

1.5Kerangka Pemikiran

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak

yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2002: 2). Sedangkan Dwi Prastowo D. dan Rifka Julianty (2002: 3) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan obyek dari analisis terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu,

memahami latar belakang penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan langkah yang sangat penting sebelum menganalisis laporan keuangan itu sendiri.

Pemakai laporan keuangan meliputi berbagai macam pihak seperti investor dan calon

investor, kreditur, pemasok, kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, karyawan, masyarakat, dan para pemegang saham. Manajemen juga berkepentingan terhadap informasi yang disajikan pada laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan

ekonomi. (Prastowo, Juliaty, 2002 : 5)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan pada sektor industri

konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) tahun 2011-2012 dengan menggunakan metode piotroski f-score . Hasil dari perhitungan akan menunjukan tingkat kondisi keuangan yang cukup kuat ataupun cenderung memiliki kondisi keuangan

(24)

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.5 Kerangka Pemikiran Perusahaan Sektor Konstruksi dan Bangunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Penilaian Kelayakan Investasi

Baik dan sangat layak investasi, jika f-score ≥ 8

Baik dan layak investasi, jika 4 ≤ f-score ≥ 7

(25)

9

1.6Hipotesis

Berdasarkan metode Piotroski F-Score Analysis, penulis memiliki hipotesis dalam penelitian ini bahwa saham-saham emiten pada sektor industri konstruksi dan bangunan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori kelayakan, yaitu baik dan sangat layak investasi, baik dan layak investasi, serta perlu pertimbangan khusus

(26)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

Investasi adalah penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang (Martono dan D. Agus Marjito, 2002:138).

2.1.2 Jenis-Jenis Investasi

Menurut Senduk (2004:24) bahwa jenis-jenis investasi yang tersedia di pasaran antara

lain :

a. Tabungan di bank

Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga tertentu

yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan.

b. Deposito di bank

Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang tersebut

sudah menginap di bank selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian).

(27)

11

deposito kita belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik

turunnya suku bunga di bank. c. Saham

Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut

mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian

keuntungan yang disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun

lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain.

d. Properti

Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah.

Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu :

(a) Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa. (b) Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi.

e. Barang-barang koleksi

Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain-lain.

Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan menjual koleksi tersebut kepada pihak lain.

f. Emas

(28)

perekonomian yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan

Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi kenaikan nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula

harga emas. Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.

g. Mata uang asing

Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi.

Investasi dalam mata uang asing lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di

pasaran. Di Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif.

h. Obligasi

Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau membiayai suatu

proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding

(29)

13

2.1.3 Tipe-Tipe Investor

Tipe-tipe investor menurut profil resiko dalam berinvestasi dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. Defensive

Investor dengan tipe defensive, investor ini berusaha untuk mendapatkan keuntungan dan menghindari resiko sekecil apapun dari investasi yang dilakukan. Investor tipe ini

tidak mempunyai keyakinan yang cukup dalam hal spekulasi, dan lebih memilih untuk menunggu saat-saat yang tepat dalam berinvestasi agar investasi yang

dilakukan terbebas dari resiko. 2. Conservative

Investor dengan tipe conservative, biasanya berinvestasi untuk meningkatkan kualitas

hidup keluarga dan dengan rentang waktu investasi yang cukup panjang, misalnya, untuk pendidikan perguruan tinggi anak atau biaya hidup di hari tua. Investor tipe ini

memiliki kecenderungan menanam investasi dengan keuntungan (yield) yang layak saja dan tidak memiliki resiko besar, karena filosofi investasi mereka untuk

menghindari resiko. Walaupun investor conservative sering berinvestasi, investor ini

umumnya mengalokasikan sedikit waktu untuk menganalisa dan mempelajari portofolio investasinya.

3. Balanced

Investor dengan tipe balanced, merupakan tipe investor yang menginginkan resiko menengah. Investor tipe ini selalu mencari proporsi yang seimbang antara resiko yang

(30)

bahwa mereka akan selalu berhati-hati dalam memilih jenis investasi, dan hanya

investasi yang proporsional antara resiko dan penghasilan yang bisa diperoleh yang akan dipilih.

4. Moderately aggressive

Moderately aggressive, merupakan tipe investor yang tenang atau tidak ekstrim

dalam menghadapi resiko. Investor ini cenderung memikirkan kemungkinan

terjadinya resiko dan kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini, investor dengan tipe moderately aggressive selalu tenang dalam mengambil

keputusan investasi karena keputusan yang ditetapkan sudah dipikirkan sebelumnya. 5. Aggressive

Investor aggressive, atau biasa disebut 'pemain', adalah kebalikan dari investor

conservative. Mereka sangat teliti dalam menganalisa portofolio yang dimiliki.

Semakin banyak angka-angka dan fakta yang bisa dianalisa adalah semakin baik.

Investor tipe ini umumnya berinvestasi dengan rentang waktu relatif pendek karena mengharapkan adanya keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Walaupun tidak berharap untuk merugi, namun setiap investor aggressive menyadari bahwa kerugian

adalah bagian dari permainan.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi

Faktor-faktor yang memengaruhi para investor untuk berinvestasi antara lain :

1. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)

Faktor ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal perusahaan.

(31)

15

kualitas sumber daya manusia, maupun tingkat teknologi yang digunakan. Adapun

kondisi eksternal adalah perkiraan tingkat produksi, pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional dan kebijakan pemerintah.

2. Tingkat Bunga

Faktor utama yang menentukan biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman. Semakin tinggi tingkat bunga pinjaman maka biaya investasi semakin mahal.

3. Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi

Berbicara tentang produksi tidak lepas dari faktor produksi yang digunakan.

Ketersediaan faktor produksi yang banyak dan mudah didapat akan menarik minat berinvestasi. Misal: Indonesia memiliki penduduk yang besar (merupakan aset

tenaga kerja dan pasar bagi produk yang dihasilkan) dan kekayaan alam yang banyak. Kondisi ini akan menarik minat investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

4. Peluang Pasar

Suatu keputusan investasi tidak akan menguntungkan apabila tidak memiliki pasar. Semakin besar pasar bagi hasil produksi maka investasi akan semakin

menguntungkan.

5. Iklim Usaha yang Kondusif

Kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang mendukung iklim investasi akan menarik minat investor. Misal: pemerintah memberikan kemudahan dalam

(32)

6. Terjaminnya Keamanan dan Stabilitas Politik

Suatu daerah atau negara yang sering terjadi konflik atau kerusuhan, akan mengurangi minat investor. Pelaku investasi tidak mau berisiko terhadap

keamanan aset usahanya apabila pemerintah maupun masyarakat tidak menjaga keamanan. Terdapat hubungan yang erat antara tingkat keamanan dan stabilitas politik.

2.2 Sektor Kontruksi dan Bangunan

Sektor konstruksi dan bangunan menurut BPS adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan

lainnya. Hasil kegiatan yang diciptakan oleh kegiatan ini dapat dilihat melalui : gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan

drainase, bangunan sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi.

2.2.1 Rangkaian Kegiatan yang Termasuk Sektor Kontruksi dan Bangunan 1. Penyiapan Lahan

Beberapa usaha yang terlibat dalam usaha ini meliputi usaha pembongkaran dan penghancuran gedung atau bangunan lain serta pembersihan. termasuk peledakan, tes

(33)

17

2. Konstruksi Umum

Konstruksi umum ini meliputi konstruksi sipil gedung dan konstruksi selain jalan. Konstruksi sipil khusus gedung meliputi usaha pembangunan gedung yang dipakai

untuk bangunan hunian biasa, gedung pendidikan. peribadatan. balai pengobatan, perkantoran, penginapan, pusat perdagangan, kawasan industri/pabrik, gedung terminal/stasiun, gedung olahraga, gedung kesenian/hiburan, bangunan pergudangan,

hanggar. Sedangkan konstruksi sipil non gedung meliputi : konstruksi jalan, jembatan dan landasan pesawat terbang, konstruksi jalan dan jembatan kereta api, bangunan

terowongan, konstruksi pengairan, konstruksi sistem penyaluran dan penampungan air bersih, air konstruksi sistem penyaluran dan penampungan air bersih, air limbah dan drainase, konstruksi pengolahan, penyaluran dan penampungan minyak dan gas,

pengerukan, konstruksi dermaga, konstruksi sipil lainnya. 3. Elektrik dan Komunikasi

Meliputi : konstruksi elektrikal, konstruksi telekomunikasi sarana bantu navigasi laut dan rambu sungai, navigasi udara dan peralatan penyelamatan, sinyal dan

telekomunikasi kereta api, sentral telekomunikasi, konstruksi elektrik dan

telekomunisi.

4. Konstruksi Khusus

Meliputi : pemasangan pondasi dan pilar, pembuatan/pengeboran sumur air,

(34)

2.2.2 Peranan Konstruksi Pada Perekonomian Indonesia

Krisis ekonomi telah melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan dampak yang sangat berat dan bahkan sampai merusak sendi-sendi

perekonomian nasional.

Sebagai salah satu sektor yang memberi sumbangan terbesar pada GDP

perekonomian Indonesia, sektor konstruksi tidak bisa dipungkiri memiliki peran strategis pada pembangunan. Peran strategis tersebut antara lain pada penyerapan tenaga kerja, jangkauan rantai pasok yang luas, pendorong sektor-sektor

pendukungnya, bahkan mobilisator pertumbuhan produk nasional baik barang maupun jasa.

2.3 Bursa Efek

2.3.1 Pengertian Bursa Efek

Bursa efek adalah suatu sistem convenant yang terorganisir dengan mekanisme resmi

untuk mempertemukan penjual efek (pihak deficit dana) dengan pembeli efek (pihak yang surplus dana) secara langsung atau melalui wakil-wakilnya. Fungsi dari bursa

efek adalah menciptakan pasar secara terus-menerus bagi efek yang telah ditawarkan kepada masyarakat, menciptakan harga wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme pasar, membantu pembelanjaan (pemenuhan dana) dunia usaha melalui

penghimpunan dana masyarakat dalam pemilikan saham-saham perusahaan (Hartri, 2008 : 2). Efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan seperti

surat pengakuan utang, surat berharga komersial (commercial paper), saham,

(35)

19

kontrak, kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap turunan

(derivatif) dari efek.

Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum efek, baik efek yang bersifat

ekuitas (saham), efek yang bersifat hutang (obligasi) maupun efek yang bersifat syariah (sukuk). Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat. Transaksi bursa adalah kontrak

yang dibuat oleh anggota bursa efek sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh bursa efek mengenai jual beli efek, pinjam meminjam efek atau kontrak lain

mengenai efek atau harga efek.

Transaksi atau jual beli di lantai bursa efek terjadi ketika pihak perusahaan yang memerlukan modal tambahan menerbitkan surat berharga seperti saham, obligasi atau surat berharga lainnya, kemudian menjualnya kepada pemilik dana (investor) melalui

proses tawar-menawar di lantai bursa efek sehingga menyebabkan investor menjadi pemilik sebagian saham perusahaan. Dalam hal terjadinya transaksi jual beli ini,

perusahaan yang ingin menambah modal harus terlebih dahulu mencatatkan (listing) sahamnya di pasar modal dan kemudian melakukan emisi efek atau saham (Kristin,

2004).

2.3.2 Peranan Bursa Efek

Bursa efek memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara karena

(36)

(investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk

pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti

saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen. Secara makro ekonomi bursa efek berfungsi sebagai

sarana pemerataan pendapatan. Masyarakat dapat menikmati keuntungan dari perusahaan walaupun mereka bukan pendiri atau pengelola, yaitu dengan membeli

saham perusahaan tersebut, sehingga keuntungan perusahaan dapat dinikmati masyarakat umum dengan bantuan bursa efek. Bagi perusahaan, bursa efek juga

memberikan keuntungan besar, yaitu untuk mengembangkan usahanya (ekspansi) dengan menggunakan dana dari hasil penjualan saham tanpa harus hutang ke bank yang bunganya cukup besar dan syarat yang rumit. Bursa efek juga sebagai Leading Indicator perekonomian suatu negara, jika kondisinya baik atau berkembang, maka

ekonomi suatu negara tersebut juga akan baik (tidak berlaku mutlak).

Keberadaan bursa efek menciptakan banyak lapangan pekerjaan yang bergerak dalam

bidang keuangan, misalnya broker efek, fund manager, underwriter, asset

managemen, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjamin Efek

(37)

21

2.3.3 Instrumen Bursa Efek

Instrumen atau surat-surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek sering disebut efek. Instrumen/efek yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia antara lain :

a. Saham, merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan dengan adanya modal yang disetor. Keuntungan yang diperoleh dari saham tersebut disebut dividen. Adapun jenis saham dibedakan menjadi dua yaitu saham biasa (common

stock) dan saham preferen (preferred stock).

b. Obligasi, merupakan surat pengakuan utang jangka panjang yang dikeluarkan

suatu perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh dana. Pemegang obligasi akan memperoleh bunga secara periodik dan akan menerima pokok pinjaman

pada tanggal jatuh tempo. Keuntungan membeli obligasi diwujudkan dalam bentuk kupon.

c. Derivatif, adalah bentuk turunan dari saham, di Bursa Efek Indonesia derivatif

yang sering diperdagangkan yaitu warrant dan right issue.

1. Warrant, yaitu efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberikan hak kepada pemegang efek untuk membeli saham langsung dari perusahaan

tersebut dengan harga dan waktu yang telah ditetapkan.

2. Right issue, yaitu hak dari pemegang saham yang ada untuk membeli saham baru

(38)

2.3.4 Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa

Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan

ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007.

BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System

(JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan

sebelumnya.Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX. Bursa Efek Indonesia

berpusat di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kawasan Niaga Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, BEI menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga

saham. Saat ini, BEI mempunyai beberapa jenis indeks, ditambah dengan sepuluh jenis indeks sektoral. Indeks tersebut adalah :

1. IHSG, menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi Indeks. 2. Indeks Individual, yang merupakan Indeks untuk masing-masing saham

(39)

23

3. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan

seleksi.

4. Indeks IDX30, menggunakan 30 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan

seleksi.

5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham pilihan harian Kompas.

6. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam sektor yang sama.

7. Jakarta Islamic Index, menggunakan 30 saham terpilih yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK (Kini OJK).

8. Indonesia Sharia Stock Index (ISSI), yang menggunakan semua saham yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK (Kini

OJK).

9. Indeks Bisnis-27, menggunakan 27 saham terpilih bekerja sama dengan Harian Bisnis Indonesia.

10. Indeks Pefindo25, menggunakan 25 saham terpilih bekerjasama dengan Pefindo. 11. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 saham terpilih yang menerapkan prinsip

tata kelola yang baik dan kepedulian terhadap lingkungan, bekerjasama dengan

Yayasan Kehati.

12. Indeks SMinfra18, menggunakan 18 saham terpilih yang bergerak dalam bidang

infrastruktur dan penunjangnya, bekerjasama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).

13. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, indeks yang didasarkan pada

(40)

2.4 Teori Piotroski F-Score

Piotroski F-Score dirumuskan pada bulan April 2000 oleh Joseph Piotroski, seorang

Professor di Stanford University Graduate School of Business, pada jurnal yang berjudul Value Investing : The Use of Historical Financial Statement Information to

Separate Winners from Losers. Pengujian diimplementasikan pada saham tahun 1976

hingga 1996 dan Piotroski F-Score mampu menghasilkan imbal hasil 23% pertahun.

Metode Piotroski F-Score menetapkan 9 kriteria khusus yang mampu memberi gambaran tentang baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan perusahaan.

Yakni kriteria Net Income, Operating Cash Flow, Return on Assets, Quality of Earning, Long Term Debt vs Assets, Current Ratio, Shares Outstanding, Gross

Margin dan Asset Turnover. Pada proses penilaian, skor 1 akan di berikan jika

perusahaan memenuhi kriteria dan sebaliknya tidak ada nilai jika tidak memenuhi. Total skor adalah 0 sampai 9, saham yang memiliki total skor 8 dan 9 menandakan

kondisi keuangan perusahaan tersebut sangat sehat sedangkan total skor 1 dan 2 menandakan kondisi keuangan perusahaan tersebut kurang sehat.

Penelitian Profesor Joseph Piotroski ini terutama berfokus pada isu-isu pelaporan

keuangan. Penelitiannya berfokus pada bagaimana pelaku pasar modal dalam menggunakan informasi akuntansi keuangan untuk tujuan penilaian valuasi dan

risiko, bagaimana keuangan, hukum, peraturan yang ada dan lembaga politik pasar modal dalam membentuk perilaku (termasuk praktek-praktek pelaporan keuangan, tata kelola, aktifitas insider trading dan perilaku listing asing) serta juga alternatif

(41)

25

Tabel 2.2 Kriteria Piotroski F-Score

Sumber : Data diolah

Penjelasan lebih lanjut mengenai 9 kriteria khusus tersebut adalah sebagai berikut :

1. Net Income

Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak di

laporan keuangan, tepatnya laba rugi. Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) mendefenisikan laba sebagai berikut:

Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba

didapat.

Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense),

(42)

telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice, Stice,

dan Skousen (2004: 230)

a. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu

entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas

tersebut.

b. Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau

timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan

usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. c. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari

transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan

dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

d. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi

sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut,

kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

2. Operating Cash Flow

Perhatian terhadap Cash flow ini sangat penting, karena perusahaan dalam

(43)

27

kebutuhan kas dan kemampuan jangka panjang untuk menghasilkan kas dari sumber eksternal” (Henderson dan Mannes CCM, 1989:1). Selanjutnya karena pada level

yang paling mendasar perusahaan adalah melakukan dua kegiatan utama yaitu

menghasilkan kas (cash inflow) dan menggunakan kas (cash outflow). Kas diartikan sebagai “seluruh cash on hand dan dana yang disimpan dibank dalam berbagai

bentuk seperti deposito dan rekening koran” (Sartono, 1997:519). Dalam hal ini Cash

flow adalah “suatu proses yang didalamnya terjadi aliran kas masuk dan aliran kas keluar akibat operasi perusahaan”

3. Return On Assets

Return on asset menurut Syamsuddin (2000 : 63) merupakan “pengukuran

kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”. Dengan

mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam

menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Rumus untuk menghitung return on asset menurut Horne dan Wachowicz (2005: 224).

Setiap perusahaan menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingkat pengembalian yang rendah menurut Brigham dan Houston (2006: 109) “merupakan akibat dari kemampuan perusahaan

(44)

oleh penggunaan utangnya yang di atas rata-rata di mana keduanya telah menyebabkan laba bersih relatif rendah”.

4. Quality of Earnings

Quality of Earnings / kualitas laba, dalam akuntansi mengacu pada kewajaran

keseluruhan yan dilaporkan melalui laba. Kualitas laba tidak mempunyai ukuran yang mutlak, maka penilaian kualitas laba yang dapat dilakukan sesuai Hawkins

(1998,178) adalah :

a. Mengukur dan menggunakan skala baik tinggi dan buruk atau rendah, yang perlu diingat bahwa seberapa baik dan seberapa buruk adalah hal yang sulit dilakukan,

apalagi jika harus dikuantifikasi dalam angka-angka.

b. Perubahan kualitas laba dari waktu ke waktu lebih baik atau lebih buruk, dimana

juga perlu diingat bahwa seberapa banyak menjadi lebih baik atau buruk tidak dapat ditentukan dengan pasti.

5. Long-Term Debt vs. Assets

Definisi Utang Jangka Panjang Untuk Total Aktiva Rasio adalah Sebuah pengukuran yang mewakili persentase aset perusahaan yang dibiayai dengan pinjaman dan

kewajiban keuangan yang berlangsung lebih dari satu tahun. Rasio ini memberikan ukuran umum dari posisi keuangan perusahaan, termasuk kemampuannya untuk

(45)

29

bergantung pada utang untuk mengembangkan bisnis mereka. Perhitungan utang

jangka panjang dibagi total aktiva adalah : Utang jangka panjang untuk rasio total aset = utang jangka panjang / total aset.

6. Current Ratio

Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk

mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang). Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah akti aktiva lancar dan utang jangka pendek.

7. Shares Outstanding

Shares Outstanding adalah sebuah saham perusahaan saat ini dipegang oleh semua

pemegang saham, termasuk blok saham yang dimiliki oleh investor institusi dan

saham terbatas yang dimiliki oleh petugas perusahaan dan orang dalam. Saham yang beredar ditampilkan pada neraca perusahaan di bawah judul "Modal Saham." Jumlah

saham yang beredar yang digunakan dalam menghitung metrik kunci seperti kapitalisasi perusahaan pasar, serta laba per saham (EPS) dan arus kas

persaham(CFPs). Sejumlah perusahaan saham yang beredar tidak statis, tetapi dapat berfluktuasi secara luas dari waktu ke waktu. Juga dikenal sebagai "saham yang

(46)

8. Gross Margin

Marjin laba kotor adalah perbedaan antara pendapatan dan biaya sebelum

memperhitungkan biaya-biaya tertentu lainnya. Umumnya, dihitung sebagai harga

jual item, dikurangi harga pokok penjualan. Tujuan dari margin adalah "untuk menentukan nilai dari penjualan tambahan, dan untuk membimbing harga dan promosi keputusan."

Margin penjualan merupakan faktor kunci di balik banyak pertimbangan bisnis yang paling mendasar, termasuk anggaran dan prakiraan. Semua manajer harus, dan

umumnya, tahu margin bisnis perkiraan mereka. Manajer sangat berbeda, namun, dalam asumsi yang mereka gunakan dalam menghitung margin dan dengan cara

mereka menganalisa dan mengkomunikasikan angka-angka penting.

9. Asset Turnover

Menurut Darsono dan Ashari (2005: 60) total assets turnover (TATO) merupakan “kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk

menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini”. Rumus untuk menghitung

total assets turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005: 221)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menunjukkan penggunaan analisis fundamental dengan

(47)

31

properti di Bursa Efek Indonesia, dengan judul “Penerapan Analisis Fundamental

Dengan Metode Piotroski F-Score Guna Peninjauan Kelayakan Investasi Pada Saham-Saham Properti di Bursa Efek Indonesia”.

Data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah laporan keuangan tahun 2009 dan 2010 yang telah diaudit, yang diunduh dari situs www.idx.co.id dan www.ft.com.

Variabel dan alat analisis yang digunakan adalah alat analisis dan variabel yang ada pada metode Piotroski F-Score.

Berdasarkan hasil penelitiannya, M. Rizkhi Perdana Kusuma menemukan bahwa tidak semua saham properti tersebut layak untuk dijadikan objek investasi. Saham

yang layak untuk dijadikan objek investasi adalah saham PT. Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI). Saham tersebut mendapat skor 8 dan merupakan skor tertinggi di antara empat saham yang lainnya. Jika ditinjau dari tingkat kelayakannya, semakin besar

F-Score suatu saham maka akan semakin besar pula kelayakannya untuk dijadikan

objek investasi. Dengan demikian dari perspektif F-Score, PT. Alam Sutera Realty

Tbk. (ASRI) dikatakan memiliki kondisi keuangan yang kuat dan mengalami

perbaikan dari tahun sebelumnya. Hal ini terbukti sejalan dengan performance saham emiten ini yang terus meningkat nilainya, hingga pada saat ini saham PT. Alam

(48)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh perusahaan sektor indutri kontruksi dan bangunan yang telah go public dan juga tercatat di Bursa Efek Indonesia,

sedangkan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive judgement sampling. Metode ini adalah metode tipe pemilihan sampel

secara tidak acak (non probabilitas) yang informasinya diperoleh dengan menggunakan kriteria tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002). Sampel pada penelitian ini adalah Perusahaan sektor industri kontruksi dan bangunan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2012.

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang menjadi sampel penelitian

No Nama Perusahaan Kode

1. Adhi Karya (Persero) Tbk. ADHI

2. Duta Graha Indah Tbk. DGIK

3. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. PTPP

4. Surya Semesta Internusa Tbk. SSIA

5. Total Bangun Persada Tbk. TOTL

6. Wijaya Karya (Persero) Tbk. WIKA

(49)

33

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis. Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara, yang dapat berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang

dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dokumen atau arsip yang menunjukkan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan yang

tercantum pada Bapepam-LK (www.bapepam.go.id) serta telah dipublikasikan oleh perusahaan atau emiten yang menjadi objek penelitian. Data emiten diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode 2011-2012. Pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan metode :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Merupakan pengumpulan data melalui instansi atau lembaga yang terkaitan dan

website yang relavan dengan pokok bahasan.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan menelaah berbagai literatur seperti buku, makalah ilmiah, surat kabar, dan literatur lainnya yang

(50)

3.4 Alat Analisis

3.4.1 Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung mean dari variabel yang akan digunakan dalam metode Piotroski F-Score. Piotroski

memberikan sembilan kriteria scoring untuk suatu saham. Data inputnya dengan mudah dapat diperoleh dari laporan keuangan sehingga relatif mudah untuk dihitung.

Saham yang lolos pada kriteria tertentu akan diberikan skor 1. Dengan demikian skor maksimum untuk Piotroski F-Score adalah 9. Saham-saham dengan skor 8-9 dapat

dikatakan memiliki kondisi keuangan yang cukup kuat sedangkan saham dengan skor 1-3 cenderung memiliki kondisi keuangan yang lemah.

Tabel 3.4 Variabel Piotroski F-Score

Sumber : Data diolah

Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel operasional seperti yang tertera

(51)

35

1. Net Income

Berikan skor 1 apabila net income positif. Net Income yang positif menandakan bahwa perusahaan sedang dalam keadaan untung.

NI = 1, Jika NI t > NI t-1

NI = 0, Jika NI t ≤ NI t-1

2. Operating Cash Flow

Berikan skor 1 apabila operating cash flow positif. Operating Cash Flow yang positif menandakan bahwa modal operasional perusahaan tidak akan terbebani

dengan utang.

OCF = 1, Jika OCF t > OCF t-1

OCF = 0, Jika OCF t ≤ OCF t-1

3. Return On Assets

Berikan skor 1 apabila ROA lebih tinggi daripada ROA tahun sebelumnya.

Pertumbuhan Return On Asset (ROA) yang positif merefleksikan bahwa manajemen mampu meningkatkan Asset.

ROA = 1, Jika ROA t > ROA t-1

(52)

4. Quality of Earnings

Berikan skor 1 apabila operating cash flow lebih besar daripada net income.

Operating Cash Flow yang lebih tinggai merefleksikan bahwa pendapatan

perusahaan pada tahun yang berjalan lebih banyak di sumbang oleh kegiatan

operasional.

QOA = 1, Jika CF t > NI t-1

QOA = 0, Jika CF t ≤ NI t-1

5. Long Term Debt vs Assets

Berikan skor 1 apabila rasio long-term debt to assets lebih rendah dari tahun

sebelumnya. Long Term Debt vs Assets yang menurun merefleksikan bahwa manajemen selalu meningkatkan pendapatan, membayar kewajiban dan tidak

menambah utang(Skor 1 juga diberikan apabila tidak memiliki utang walaupun aset meningkat).

LTD vs AS = 1, Jika (LTD vs AS) t < (LTD vs AS) t-1

LTD vs AS = 0, Jika (LTD vs AS) t ≥ (LTD vs AS) t-1

6. Current Ratio

Berikan skor 1 apabila current ratio meningkat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Current Ratio (CR) yang positif menandakan likuiditas perusahaan sehat dan tidak akan terbebani dengan utang jangka pendek (Current Liabilities) yang jatuh

(53)

37

CR = 1, Jika CR t > CR t-1

CR = 0, Jika CR t ≤ CR t-1

7. Shares Outstanding

Berikan skor 1 apabila jumlah saham beredar tidak lebih besar dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Ini menandakan keuangan perusahaan sehat dan tidak perlu menambah modal dengan cara menerbitkan saham baru.

SO = 1, Jika SO t ≤ SO t-1

SO = 0, Jika SO t > SO t-1

8. Gross Margin

Berikan skor 1 apabila gross margin lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan Gross Margin yang menigkat menandakan perusahaan untung dan dapat meningkatkan penjualan.

GM = 1, Jika GM t > GM t-1

GM = 0, Jika GM t ≤ GM t-1

9. Asset Turnover

Berikan skor 1 apabila pertumbuhan penjualan lebih tinggi daripada pertumbuhan

aset (asset turnover lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu). Pertumbuhan Asset Turnover Ratio yang meningkat menunjukkan perusahaan sangat efisien untuk

(54)

ATO = 1, Jika ATO t > ATO t-1

ATO = 0, Jika ATO t ≤ ATO t-1

3.4.2 Kriteria Penilaian

Tabel 3.4.2 Kriteria Penilaian

No. Piotroski F-Score Keterangan

1. Jika saham emiten memiliki nilai F-Score ≤ 3

Investor perlu melakukan pertimbangan

khusus dan analisis lanjutan sebelum berinvestasi karena kondisi keuangan

emiten yang cenderung lemah

2. Jika saham emiten memiliki nilai 4 ≤ F-Score ≥ 7

Emiten baik dan layak investasi karena

kondisi keuangannya yang sedang

3. Jika saham emiten memiliki nilai

F-Score ≥ 8

Emiten baik dan sangat layak investasi

(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dan pembahasan berdasarkan metode Piotroski F-Score

dengan menggunakan variabel penilaian Net Income, Operating Cash Flow, Return on Asset, Quality of Earning, Long Term Debt vs Assets, Current Ratio, Share

Outstanding, Gross Margin dan Asset Turnover terhadap laporan keuangan emiten

sektor industri konstruksi dan bangunan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan berdasarkan informasi publik yang disediakan di Indonesia Capital Market

Directory (ICMD) periode 2011 – 2012, maka penulis merumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Saham emiten sektor industri konstruksi dan bangunan masuk kedalam tiga tingkatan kelayakan yaitu, baik dan sangat layak investasi, baik dan layak investasi, dan kategori perlu pertimbangan khusus dan analisis lanjutan sebelum

melakukan investasi berdasarkan metode Piotroski F-Score Analysis.

2. Tingkat kelayakan investasi berdasarkan metode Piotroski F-Score tidak semata

ditentukan oleh ukuran perusahaan, namun kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan yang menjadi kriteria penilaian.

3. Saham emiten yang masuk dalam kategori baik dan sangat layak investasi

(56)

Tbk (TOTL) dengan skor 9 dan saham emiten Pembangunan Perumahan (Persero)

Tbk (PTPP) dengan skor 8.

4. Saham emiten yang masuk dalam kategori baik dan layak investasi berdasarkan

metode Piotroski F-Score adalah saham emiten Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dengan skor 6, saham emiten Duta Graha Indah Tbk (DGIK) dengan skor 7 dan saham emiten Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dengan skor 7.

5. Saham emiten yang masuk dalam kategori perlu pertimbangan khusus dan analisis lanjutan sebelum investasi berdasarkan metode Piotroski F-Score adalah saham

emiten Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dengan skor 3.

6. Berdasarkan penelitian penulis, maka dapat disimpulkan dari 6 (enam) perusahaan

yang menjadi sampel penelitian, ada 5 (lima) perusahaan yang layak untuk investasi yaitu Total Bangun Persada Tbk (TOTL), Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP), Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), Duta Graha Indah Tbk

(DGIK) dan Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Sedangkan perusahaan yang tidak layak untuk investasi ada 1 (satu), yaitu Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dihasilkan, maka penulis memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam mengetahui kondisi keuangan perusahaan

(57)

50

1. Bagi investor dan calon investor yang ingin membeli saham sektor industri

konstruksi dan bangunan, analisis Piotroski F-Score dapat memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar

pertimbangan. Saham emiten Total Bangun Persada Tbk (TOTL) dan

Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) dapat dijadikan bagian dalam portofolio investasi yang terukur berdasarkan analisis Piotroski F-Score karena

masuk kedalam kategori baik dan sangat layak investasi.

2. Saham emiten Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), Duta Graha Indah Tbk (DGIK)

dan Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) boleh dipilih dalam portofolio investasi tapi tidak terlalu baik.

3. Bagi penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan waktu penelitian yang

lebih panjang dengan periode laporan keuangan beberapa tahun yang dianalisis secara akumulatif dengan berdasarkan nilai rata-rata untuk setiap variabel yang

(58)

.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Sartono. 1996. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Ketiga. Penerbit

BPFE. Yogyakarta

Agus, Sartono. 2001. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE

H.M Jogiyanto. 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta:

BPFE.

Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. AMP YKPN. Yogyakarta.

Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Undang-Undang Pasar Modal pasal 1 angka 6.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1994. Dasar-Dasar ManajemenKeuangan. Jakarta:

Erlangga.

__________ 2014. Indonesian Capital Market Directory

_______

http://www.idx.co.id

__________ http://www.ft.com

Gambar

Tabel 1. Daftar Emiten Sektor Konstruksi dan Bangunan yang Terdaftar di BEI
Tabel 2. Perkembangan Net Profit/Loss Emiten Sektor Konstruksi dan Bangunan
Gambar 1.5 Kerangka Pemikiran
Tabel 2.2 Kriteria Piotroski F-Score
+4

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi perencanaan pekerjaan penanggulangan abrasi pada Pantai Tambak Mulyo Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara Propinsi Jawa Tengah, seperti terlihat pada gambar

Pembuatan Mikrokristal Selulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Pengisi Tablet Karoten Sawit.. Prosiding Insentif Ristek Pusat Peneliti

Keberadaan riser berpengaruh terhadap besarnya respon displacemen platform TLP, hal ini dibuktikan dengan semakin kecilnya respon displacemen pada saat jumlah riser

Keywords: asymptotic analysis; boundary layer; methane oxidation process; pseudo homogeneous; reverse flow reactor; steady state conversion..

Catu daya yang baik itu harus memiliki minimal tiga syarat utama yaitu memiliki ripple tegangan yang kecil, tegangan yang stabil dan dapat menghasilkan daya yang cukup besar

Makadari itu penulis akan menganalisis kasus Perang Rusia-Georgia pada tahun 2008 melalui level analisis (LoA) media dan opini publik terkait dengan kebijakan Rusia melakukan

Pada faktor komunitas, terdapat beberapa variabel yang berpengaruh dengan kemiskinan yaitu pada transportasi dan penggunaan sumber penerangan, transportasi utama darat yang

Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati yang Berkelanjutan... SUB-KOMPONEN ISU PILIHAN