ABSTRACT
Formulation Of Milk To Drink Milk Probiotics
By
Tri Maryanto
Drink beverages that contain probiotics are live bacteria that have beneficial effects and
contains a favorable substrate for the growth of these bacteria (prebiotic).
This study aims to find the best formulation of this type in the manufacture of skim milk
and probiotics from goat's milk beverages with physical properties, chemical, and
organoleptic quality in accordance with the standards of materials and products probiotic
drink Yakult honsha Co.Ltd (2001). The treatments were prepared using a single factor in
the design of randomized Perfect (RTS) with 2 replications, which is a type of milk
include: 400 ml Whole goat milk (J1); 200 ml Whole milk goat + (28.8 g + 200 ml water)
Skim cow (J2); 200 ml Skim goat + (28.8 g + 200 ml water) Skim cow (J3); 400 ml Skim
goat (J4), (57.6 g + 400 ml water) Skim cow (J5), in each experimental unit used in 400
ml of milk. The data obtained were tested with Bartlett test manifold similarities and
increase test data and then tested with Tukey test of variance and then analyzed the data
to better determine whether there is a difference among the treatments. The data were
then analyzed further by testing the smallest Significant Difference (LSD) at the
significance level of 1% and 5% (Steel and Torrie, 1991).
ABSTRAK
FORMULASI JENIS SUSU PADA MINUMAN PROBIOTIK SUSU
KAMBING
Oleh
Tri Maryanto
Minuman
probiotik merupakan minuman yang mengandung bakteri hidup yang
memiliki efek menguntungkan dan mengandung substrat yang menguntungkan bagi
pertumbuhan bakteri tersebut (prebiotik).
Penelitian ini bertujuan mencari formulasi terbaik dari jenis susu dan skim pada
pembuatan minuman probiotik dari susu kambing dengan sifat fisik, kimia, dan
organoleptik yang sesuai dengan Standar mutu bahan dan produk minuman
probiotik yakult honsha co.Ltd (2001). Perlakuan disusun menggunakan faktor
tunggal dalam Rancangan Teracak Sempurna (RTS) dengan 2 ulangan, yaitu jenis
susu meliputi :400 ml Whole milk kambing (J1); 200 ml Whole milk kambing +
(28.8 g + 200 ml air) Skim sapi (J2); 200 ml Skim kambing + (28.8 g + 200 ml
air) Skim sapi (J3); 400 ml Skim kambing (J4); (57.6 g + 400 ml air) Skim sapi
(J5), dalam setiap satuan percobaan digunakan 400 ml susu. Data yang diperoleh
diuji kesamaan ragamnya dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji
dengan uji Tukey kemudian data dianalisis sidik ragam untuk lebih mengetahui
ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Data selanjutnya dianalisis lanjut dengan
uji Beda Nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 1% dan 5% (Steel and Torrie,
1991).
SIMPULAN
2
PENDAHULUAN
Di kalangan masyarakat luas, pengertian susu lebih mengacu pada produk susu sapi. Produksi susu sapi nasional tahun 2000 sebesar 495,6 ribu ton, sedangkan konsumsinya 1.322,1 ribu ton. Tingginya konsumsi susu sapi menyebabkan Indonesia mengimpor sekitar 904,6 ribu ton. Pemanfaatan susu kambing dapat digunakan untuk menutupi sebagian kekurangan tersebut, sekaligus untuk mengurangi kenaikan impor. Data populasi ternak menunjukkan bahwa kambing merupakan ternak lokal yang banyak terdapat di Indonesia, yaitu sekitar 12.456.402 ekor (Mardhatilla, 2004). Produksi susu kambing di Lampung yang berpotensi yaitu di daerah Kota Metro, pada tahun 2006 Kota Metro mampu menghasilkan susu kambing sebanyak 1.198 liter. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah susu kambing, yaitu sebanyak 1.373 liter (Dinas Pertanian Kota Metro, 2007). Hal tersebut mengindikasikan adanya peningkatan dari setiap tahunnya.
Saat ini susu kambing belum populer di Indonesia. Walaupun penyediaannya belum sebanyak kebutuhan susu sapi. Jika dilihat dari nilai gizinya susu kambing mempunyai beberapa keunggulan, yaitu lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh karena mengandung proporsi asam lemak rantai pendek dan rantai sedang yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Susu kambing juga mengandung mineral (kalsium dan fosfor) dan vitamin (A, E, dan B kompleks) yang lebih tinggi dibanding susu sapi, tetapi susu kambing kurang disukai oleh masyarakat terutama selalu dikaitkan dengan baunya yang khas (perengus) (Anonim, 2007). Padahal bau perengus tersebut tidak akan timbul jika wadah susu tidak tercemar oleh kelenjar kulit kambing.
Komposisi dan struktur lemak susu kambing dan sapi memiliki perbedaan. Butiran lemak susu kambing berukuran 2 mikrometer, sementara lemak susu sapi berukuran 2,5 - 3,5 mikrometer. Sebagai gambaran ukuran butiran lemak susu kambing, sapi, kerbau, dan domba bertutur-turut adalah: 3,49, 4,55, 5,92, dan 3,30 mm (Anonim, 2007).Dengan ukuran lemak yang demikian menyebabkan, susu kambing lebih cepat terdispersi dan campurannya lebih homogen (merata). Susu kambing juga mengandung lebih banyak asam lemak berantai pendek dan sedang (C4:0-C12:0) jika dibandingkan dengan susu sapi. Perbedaan ini diduga menyebabkan susu kambing lebih mudah dicerna.
Susu kambing memiliki karakteristik yang berbeda dengan susu sapi, dan air susu ibu (ASI). Susu kambing memiliki daya cerna yang tinggi, memiliki tingkat keasaman yang khas, memiliki kapasitas bufer yang tinggi dan dapat digunakan untuk mengobati penyakit tertentu (Anonim, 2007). Susu kambing juga mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan baik untuk kesehatan. Konsumsi susu kambing yang terbaik adalah dalam bentuk segar (raw milk) karena kandungan gizinya belum banyak yang hilang oleh proses pengolahan. Sayangnya, tidak semua orang bisa mengkonsumsi susu kambing segar karena mudah rusak dan beranggapan beraroma tajam (perengus). Hal ini menyebabkan susu kambing pemanfaatan nya belum optimal, akibatnya peternak mengalami kerugian. Sehingga proses pengolahan susu menjadi alternatif untuk meningkatkan konsumsi susu kambing, dan juga untuk pemanfaatan yang optimal. pengolahan susu perlu mendapat perhatian yang serius. Produk olahan susu yang sudah popular adalah minuman probiotik yaitu: yogurt, yakult dan susu asam, dengan berbahan dasar susu sapi. Dalam penelitian ini akan dicobakan produk minuman probiotik yang berasal dari susu kambing.Minuman probiotik dibuat dengan cara fermentasi dengan jumlah bakteri asam laktat diatas 10-9 koloni/cawan bertujuan untuk membuat produk baru dengan cita rasa yang
berbeda dengan bahan aslinya, menghilangkan citarasa yang tidak diinginkan, dan memberi nilai tambah.