• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan tentang Menopause terhadap Sikap dalam Menghadapi Menopause pada Ibu Klimakterium di Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan tentang Menopause terhadap Sikap dalam Menghadapi Menopause pada Ibu Klimakterium di Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP SIKAP DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE

PADA IBU KLIMAKTERIUM DI DESA GUNUNG KELAWAS KECAMATAN NAMORAMBE

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014

DEWI RAHMADHANI BR SURBAKTI 135102121

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP SIKAP DALAM MENGHADAPI

MENOPAUSE PADA IBU KLIMAKTERIUM DI DESA GUNUNG KELAWAS KECAMATAN NAMORAMBE

KABUPTEN DELI SERDANG TAHUN 2014

ABSTRAK

Dewi Rahmadhani Br. Surbakti

Latar Belakang : Bagi banyak wanita, hal yang paling buruk tentang menopause adalah rasa takut akan sesuatu yang tidak diketahui. Menopause merupakan masalah normal, sedangkan penerimaannya bisa berbeda-beda di antara para wanita. Dengan demikian, alangkah baik apabila masalah menopause ini diketahui secara jelas oleh setiap wanita di Indonesia.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap sikap dalam menghadapi menopause pada ibu klimakterium.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy eksperiment dengan one group pretest posttest, jumlah sampel 36 orang, pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang. Analisis data menggunakan uji t dependent.

Hasil Penelitian : Mayoritas berdasarkan karakteristik data demografi, umur responden 40-45 tahun 11 orang (30,6%), pendidikan SMA/Sederajat 11 orang (30,6%), pekerjaan sebagai petani 18 orang (50%). Sikap dalam menghadapi menopause sebelum diberikan penyuluhan kesehatan adalah tidak baik 21 orang (58,3%), rata-rata sikap ibu adalah 2,278 dengan standar deviasi 0,6595. Sikap dalam menghadapi menopause sesudah diberikan penyuluhan kesehatan adalah sangat baik 23 orang (63,9%), rata-rata sikap ibu adalah 3,444 dengan standar deviasi 0,8087. Hasil uji statistik diperoleh ada pengaruh yang signifikan terhadap sikap dalam menghadapi menopause sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan (nilai p = 0,000).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap sikap dalam menghadapi menopause sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan juga dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan dalam memberikan pelayanan kebidanan.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas

Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Proposal

penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan tentang

Menopause terhadap Sikap dalam Menghadapi Menopause pada Ibu Klimakterium di

Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun

2014”.

Dalam penyusunan Proposal penelitian ini penulis telah banyak memperoleh

bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terilma kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Farida Linda Sari, S.Kep, NS, M.Kep. selaku Sekretaris D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

4. Seluruh Staf dan Dosen program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yang secara langsung banyak memberikan ilmu

kepada penulis selama menjalani pendidikan.

5. Dasar Ginting, ST selaku Kepala Desa dari desa Gunung Kelawas Kecamatan

Namorambe Kabupaten Deli Serdang yang telah memberi izin penulis untuk

melakukan penelitian.

6. Diah Lestari Nasution, SST, M.Keb selaku penguji I yang telah memberikan

(5)

7. Hj. Idau Ginting, SST, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan saran

dan masukan kepada saya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

8. Kedua orang tua (M. D. Taufan Surbakti dan S. Br Tarigan) yang tidak

hentinya memberikan dukungan doa, semangat, dan materil kepada penulis.

9. Seluruh teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam

menyelesaikan Proposal penelitian ini ang tidak dapat penulis sebut satu per

satu.

Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan Proposal penelitian ini,

penulis menyadari sepenuhnya bahwa Proposal penelitian ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca untuk perbaikan proposal penelitian ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga Proposal penelitian ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam kebidanan dan ilmu

yang berkaitan.

Medan, Januari 2014

Penulis

Dewi Rahmadhani Br. S

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA... . vii

DAFTAR LAMPIRAN... .. viii

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian... 4

1. Tujuan Umum... 4

2. Tujuan Khusus... 4

D.Manfaat Penelitian... 5

1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 5

2. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan... 5

3. Bagi Masyarakat... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Penyuluhan Kesehatan... 6

1. Defenisi Penyuluhan Kesehatan... 6

2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan... 7

3. Metode dan Media Penyuluhan Kesehatan... 7

(7)

C.Menopause... 12

a. Pramenopause ... 13

b. Perimenopause ... 13

c. Menopause ... 14

d. Pascamenopause ... 14

e. Senium ... 15

D.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause ... 15

E. Tanda dan Gejala Menopause ... 16

F. Medikalisasi Gejala Menopause... 17

1. Terapi Nonhormon... 17

2. Terapi sulih Hormon... 17

G. Menjaga Kebugaran Sesudah Menopause... 19

BAB III. KERANGKA KONSEP A.Kerangka Konsep ... 21

B.Hipotesis ... 22

C.Defenisi Operasional ... 23

BAB IV. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 24

B. Populasi dan Sampel... 24

C. Tempat Penelitian... 26

D. Waktu Penelitian... 26

E. Pertimbangan Etik Penelitian... 26

F. Instrumen Penelitian... 27

(8)

H. Pengumpulan Data... 29

I. Analisis Data... 30

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 33

1. Analisis Univariat... 33

2. Analisis Bivariat... 36

B. Pembahasan... 37

C. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan... 40

BAB. VI. KESIMPILAN DAN SARAN A. Kesimpulan... . 41

B. Saran... 41

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ... 19

Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan Karakteristik Data Demografi Di

Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli

Serdang tahun 2014 ... 34

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan sikap dalam menghadapi

menopause sebelum diberikan penyuluhan kesehatan tentang

menopause pada ibu klimakterium di desa Gunung Kelawas

Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun

2014... 35

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan sikap dalam menghadapi

menopause sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang

menopause pada ibu klimakterium di desa Gunung Kelawas

Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun

2014………... 36

Tabel 5. 4 Sikap Dalam Menghadapi Menopause Pada Ibu Klimakterium

Sebelum dan Sesudah Pemberian Penyuluhan Tentang Menopause

Di Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2014

(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 3.1. Kerangka Konsep... 21

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Sidang Proposal

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Sidang KTI

Lampiran 3 : Lembar Daftar Konsultasi Proposal

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan

Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 7 : Lembar Kuesioner

Lampiran 8 : Lembar Pernyataan Content Validity

Lampiran 9 : Lembar Materi Penyuluhan Kesehatan Tentang Menopause

Lampiran 10 : Lembar Surat Izin Pengambilan Data Pendahuluan

Lampiran 11 : Lembar Balasan Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran 12 : Lembar Surat Izin Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 13 : Lembar Balasan Surat Izin Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 14 : Lembar Master Tabel

Lampiran 15 : Lembar Out Put Hasil SPSS

(12)

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP SIKAP DALAM MENGHADAPI

MENOPAUSE PADA IBU KLIMAKTERIUM DI DESA GUNUNG KELAWAS KECAMATAN NAMORAMBE

KABUPTEN DELI SERDANG TAHUN 2014

ABSTRAK

Dewi Rahmadhani Br. Surbakti

Latar Belakang : Bagi banyak wanita, hal yang paling buruk tentang menopause adalah rasa takut akan sesuatu yang tidak diketahui. Menopause merupakan masalah normal, sedangkan penerimaannya bisa berbeda-beda di antara para wanita. Dengan demikian, alangkah baik apabila masalah menopause ini diketahui secara jelas oleh setiap wanita di Indonesia.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap sikap dalam menghadapi menopause pada ibu klimakterium.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy eksperiment dengan one group pretest posttest, jumlah sampel 36 orang, pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang. Analisis data menggunakan uji t dependent.

Hasil Penelitian : Mayoritas berdasarkan karakteristik data demografi, umur responden 40-45 tahun 11 orang (30,6%), pendidikan SMA/Sederajat 11 orang (30,6%), pekerjaan sebagai petani 18 orang (50%). Sikap dalam menghadapi menopause sebelum diberikan penyuluhan kesehatan adalah tidak baik 21 orang (58,3%), rata-rata sikap ibu adalah 2,278 dengan standar deviasi 0,6595. Sikap dalam menghadapi menopause sesudah diberikan penyuluhan kesehatan adalah sangat baik 23 orang (63,9%), rata-rata sikap ibu adalah 3,444 dengan standar deviasi 0,8087. Hasil uji statistik diperoleh ada pengaruh yang signifikan terhadap sikap dalam menghadapi menopause sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan (nilai p = 0,000).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap sikap dalam menghadapi menopause sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan juga dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan dalam memberikan pelayanan kebidanan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Suratini, 2005 pada penelitian Ismiyati, 2010 mengatakan

meningkatnya status kesehatan masyarakat selain ditunjukkan oleh angka kesakitan,

angka kematian, membaiknya status gizi, juga ditunjukkan oleh meningkatnya Umur

Harapan Hidup (UHH). Penduduk di Indonesia, sejalan dengan meningkatnya taraf

hidup dan pelayanan kesehatan manusia, UHH semakin tinggi pula. Kondisi ini

membuat populasi orang berusia lanjut di Indonesia semakin tinggi.

Sebenarnya proses penuaan telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia,

dan proses ini terjadi terus-menerus sepanjang kehidupannya sesuai dengan hukum

alam. Secara khusus pada wanita, proses penuaan ini mempunyai dampak tersendiri

terhadap siklus haidnya. Siklus haid tersebut setiap bulannya akan mulai terganggu

dan akhirnya menghilang sama sekali. Terganggu sampai hilangnya proses haid ini

merupakan hal wajar yang sadar atau tidak sadar akan dialami oleh semua wanita

normal (Purwoastuti, 2008, hal. 7).

Dua peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan seorang wanita yaitu

hamil dan menopause. Dua peristiwa tersebut banyak persamaannya, yaitu ketika

terjadi interaksi perubahan hormonal yang mendasar dengan peristiwa emosional

yang mengikuti perubahan sosial yang penting dalam peranan dan struktur

keluarganya. Semasa kehamilan dan menopuse, beberapa masalah tertentu sangat

berarti bagi kebanyakan wanita dan dapat membuat mereka merasa lebih cemas. Hal

ini disebabkan oleh pengetahuan masyarakat yang masih sangat terbatas berkaitan

(14)

Dalam Suratini, 2005 data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

pada tahun 2005 jumlah wanita yang hidup pada masa premenopause (umur 40-50

tahun) sebanyak 13,54 juta jiwa (www.badan-pusat-statistik.go.id). Sedangkan

jumlah wanita yang berumur 50 tahun ke atas dan diperkirakan memasuki umur

menopause dari tahun ke tahun mengalami peningkatan secara signifikan.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk wanita yang berumur di

atas 50 tahun mencapai 15,5 juta jiwa atau 7,6% dari total penduduk (Admin, 2005).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), diperkirakan pada tahun

2020 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah

wanita yang hidup dalam umur menopause sekitar 30,3 juta jiwa atau 11,5 % dari

total penduduk, dengan umur rata-rata 49 tahun. Secara demografi terjadinya

peningkatan kelompok lanjut usia akan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang

memerlukan penanganan khusus (Prawirohardjo, 2002).

Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase

usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun

endokrinologik dari ovarium. Penurunan produksi hormon estrogen menimbulkan

berbagai keluhan pada seorang wanita, sedangkan fertilitas sangat bergantung pada

usia wanita tersebut, dan jarang menimbulkan keluhan yang berarti (Baziad, 2003,

hal 1).

Banyak wanita menganggap bahwa menopause memberi semacam kebebasan

bagi hidupnya – secara fisik, emosional, seksual dan spiritual. Mereka antusias

karena terbebas dari kekhawatiran perihal kehamilan dan menstruasi. Akan tetapi,

ada juga wanita yang ketakutan menghadapi masa menopause ini. Mereka

(15)

menjadi tidak menarik lagi, kesepian, tidak berdaya dan tidak berguna. Mereka

meratapi hilangnya kesuburan dan kemudaan sebelumnya (Hutapea, 2005, hal. 71).

Wanita dapat mengalami berbagai ragam perasaan, mulai dari kecemasan dan

ketidaknyamanan hingga kepada kebebasan dan kelegaan. Tetapi sesungguhnya bagi

kebanyakan wanita, menopause bukanlah hal-hal yang ekstrim yang dialami

sebelum, selama, dan sesudah masa ini. Pada umumnya wanita dapat beradaptasi

pada perubahan ini dan melanjutkan hidupnya dengan baik dan sehat sepanjang masa

dalam transisi ini. Menurut Planned Parenthood, suatu LSM Internasional yang

bergerak dalam Keluarga Berencana, menopause berarti seseorang wanita sudah

mengalami duapertiga kehidupannya (Hutapea, 2005, 71-73).

Menopause bukanlah penyakit, oleh karena itu tidak membutuhkan perawatan

khusus,tetapi gejala yang terkait dengannya dapat diatasi bukan hanya dengan

obat-obatan. Bagi banyak wanita, hal yang paling buruk tentang menopause adalah rasa

takut akan sesuatu yang tidak diketahui. Menopause merupakan masalah normal,

sedangkan penerimaannya bisa berbeda-beda di antara para wanita. Dengan

demikian, alangkah baik apabila masalah menopause ini diketahui secara jelas oleh

setiap wanita di Indonesia (Purwoastuti, 2008, hal. 8-10 ).

Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan, masih ada ditemukan

ibu pada usia klimakteium yang kurang memahami sebenarnya apa itu menopause,

gejala-gejala apa saja yang akan dialami dalam masa sebelum dan sesudah

menopause, serta bagaiman sikap ibu dalam menghadapinya. Hal itu dikarenakan

kurangnya sumber informasi yang benar mengenai menopause di Desa Gunung

Kelawas, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang. Oleh sebab itu penulis

(16)

penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap sikap dalam menghadapi

menopause pada ibu klimakterium di Desa Gunung Kelawas, Kecamatan

Namorambe, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka dalam melakukan penelitian ini dirumuskan masalah

“Masih Kurangnya Pemahaman Tentang Menopause dan Bagaimana Sikap Dalam

Menghadapi Menopause Pada Ibu Klimakterium di Desa Gunung Kelawas,

Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Pemberian Penyuluhan

Kesehatan Tentang Menopause Terhadap Sikap Dalam Menghadapi

Menopause Pada Ibu Klimakterium di Desa Gunung Kelawas, Kecamatan

Namorambe, Kabupaten Deli Serdang”.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui sikap ibu dalam menghadapi menopause sebelum dan

sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang menopause di Desa

Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe.

b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan tentang

menopause terhadap sikap dalam menghadapi menopause pada ibu

(17)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Untuk meningkatakan mutu pelayanan kebidanan khususnya dalam

kegiatan promosi kesehatan reproduksi pada usia lanjut.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan

Untuk lebih mengembangkan ilmu Kebidanan, tidak hanya di pendidikan

formal tetapi juga mengembangkan ilmu Kebidanan di masyarakat agar

Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang sesuai standart mutu

pelayanan terutama dalam konseling.

3. Bagi Masyarakat

Untuk lebih meningkatkan pemahaman masyarakat dan bagaimana sikap

dalam menghadapi menopause dengan memperoleh informasi yang benar

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENYULUHAN KESEHATAN

Penyuluhan kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan,

juga mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi

atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program

kesehatan lain. Artinya, setiap program kesehatan misalnya pemberantasan

penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak,

program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh

promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan)

(Notoatmodjo, 2012, hal. 33).

1. Defenisi Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan (Penyuluhan kesehatan) adalah upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau

masyarakat sehingga berperilaku yang kondusif untuk kesehatan (Hikmawati,

2011, hal. 13).

Promosi kesehatan (penyuluhan kesehatan) dalam arti pendidikan, secara

umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,

baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012,

(19)

Penyuluhan kesehatan juga merupakan suatu kegiatan yang mempunyai

masukan (input), proses dan keluaran (output). Kegiatan penyuluhan kesehatan

guna mencapai tujuan yakni perubahan sikap, dipengaruhi oleh banyak faktor.

Disamping faktor metode, faktor metode atau pesannya, petugas yang

melakukannya juga alat-alat bantu/alat peraga atau media yang dipakai. Agar

mencapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja

sama dengan harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran) tertentu

harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan

sasaran atau media. Untuk sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda

dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus

berbeda dengan sasaran individual dan kelompok (Notoatmodjo, 2012, hal. 51).

2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Tujuannya adalah tersosialisasinya program-program kesehatan,

terwujudnya masyarakat yang berbudaya hidup bersih dan sehat, serta

terwujudnya gerakan hidup sehat di masyarakat untuk menuju terwujudnya desa,

kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat (Syafrudin & Frathidina,

2009, hal. 5).

3. Metode dan Media Penyuluhan Kesehatan

Metode dan media penyuluhan kesehatan adalah suatu kombinasi

antara cara-cara atau metode dan alat-alat bantu atau media yang digunakan

dalam setiap penyuluhan kesehatan. Dengan kata lain, metode dan media

penyuluhan kesehatan adalah dengan cara dan alat apa yang digunakan oleh

pelaku penyuluh kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau

mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat

(20)

a. Metode Penyuluhan Kesehatan

Metode penyuluhan kesehatan yang paling sering dilakukan oleh

tenaga kesehatan dilapangan yaitu:

1). Ceramah

Ceramah adalah salah satu cara menerangkan atau

menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada

seseorang atau sekelompok pendengar yang disertai diskusi dan tanya

jawab, serta dibantu oleh beberapa alat bantu peraga yang diperlukan.

2). Tanya Jawab

Wawancara merupakan salah satu metode promosi kesehatan

dengan jalan tanya jawab yang diarahkan pada pencapaian tujuan

yang telah ditentukan.

3). Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide

yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaiamana cara

melaksanakan suatu tindakan, adegan atau menggunakan suatu prosedur.

Penyajian ini disertai penggunaan alat peraga dan tanya jawab (Syafrudin

& Fratidhina, 2009, hal. 154).

b. Media Promosi Kesehatan

Beberapa alat peraga yang biasa digunakan dalam promosi kesehatan

(21)

1). Papan tulis

2). Over Head Proyektor (OHP)

3). Kertas flipchart dengan standarnya

4). Poster

5). Flash card

6). Flipchart

7). Model

8). Leaflet

9). Kartu konsultasi

10). Booklet

11). Poster-kaset

12). Video-film

13). Film

14). Slide (Syafrudin & Fratidhina, 2009, hal. 161)

B. SIKAP (attitude)

1. Defenisi Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik).

(22)

attitude is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi

Jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrome atau kumpulan gejala

dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan fikiran,

perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoadmodjo, 2010, hal.

29).

Newcomb, salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa

sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan

tindakan reaksi terbuka atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi

perilaku atau tindakan, atau reaksi tertutup.

2. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoadmodjo (2010), sikap itu terdiri

dari tiga komponen sikap yakni:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya

bagaimana keyakinan, pendapat, atau pemikiran seseorang terhadap

objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap adalah komponen yang

mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan

ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka

(23)

Ketiga Komponen tersebut diatas secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

3. Tingkatan Sikap berdasarkan Intensitasnya

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan.

b. Menanggapi (Responding)

Menaggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap objek atau stimulus.

d. Bertanggung Jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap

apa yang telah menjadi keyakinannya (Notoatmodjo, 2010, hal. 30).

4. Fungsi Sikap

Fungsi sikap Diantaranya, yaitu:

a. Utilitarian Function

Sikap memungkinkan seseorang untuk memperoleh atau memaksimalkan

ganjaran (reward) atau persetujuan dan meminimalkan hukuman. Dengan

(24)

b. Knowledge Function

Sikap membantu dalam memahami lingkungan dengan melengkapi

ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

yang akan dijumpai di dunia ini.

c. Value Expressive Function

Sikap kadang-kadang mengkomunikasikan nilai dan identitas yang

dimiliki seseorang terhadap orang lain.

d. Ego Defensive Function

Sikap melindungi diri, menutupi kesalahan, agresi dan sebagainya dalam

rangka mempertahankan diri. Sikap ini mencerminkan kepribadian

individu yang bersangkutan dan masalah-masalah yang belum

mendapatkan penyelesaian secara tuntas Dayakisnih dan Hudaniah, 2009,

hal. 91).

5. Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap

Ada beberapa cara, diantaranya:

a. Adopsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui

kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan

terus-menerus berulang secara bertahap mempengaruhi terbentuknya sikap.

b. Diferensiasi adalah dimana dengan berkembangnya intelegensi,

bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis,

sekarang dipandang tersendiri lepas dari sejenisnya.

c. Intelegensi terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengetahuan

dan pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

d. Trauma terjadi dari pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang

(25)

Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan

terbentuknya sikap.

C. Menopause

Pada umumnya orang lebih sering menggunakan istilah ‘Menopause’,

meskipun istilah tersebut kurang tepat, karena menopause hanya merupakan

kejadian sesaat saja, yaitu perdarahan haid yang terakhir. Yang paling tepat

digunakan adalah klimakterik, yaitu fase peralihan antara pramenopause dan

pascamenopause (Baziad, 2003, hal. 1).

Klimakterium, sebutan untuk periode tradisi secara keseluruhan,

didefenisikan sebagai fase proses penuaan yang dilewati wanita selama tahap

reproduktif ke non reproduktif. Klimakterium diambil dari kata Yunani yang

berarti mendaki anak tangga) biasanya terjadi perubahan fisiologis sistem

reproduksi tujuh sampai sepuluh tahun yang berkulminasi pada periode

menstruasi terakhir (Varney, Kriebs, dan Gegor, 2007, hal. 302).

Klimakterium dibagi dalam beberapa fase:

a. Pramenopause;

Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Fase

ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan

perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang

yang relatif banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid

(dismenorea). Perubahan endokrinologik yang terjadi adalah

(26)

kadar FSH juga biasanya tinggi, tetapi juga dapat ditemukan kadar

FSH yang normal. Akibat kadar FSH yang tinggi ini dapat terjadi

perangsangan ovarium yang berlebihan (hiperstimulasi) sehingga

kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi

(Baziad, 2003, hal. 2).

b. Perimenopause;

Fase peralihan antara pramenopause dan pasca menopause. Fase

ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada

kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari, dan sisanya < 18

hari. Sebanyak 40% wanita siklus haidnya anovultorik. Meskipun

terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah (Baziad, 2003, hal.

2).

c. Menopause;

Berhentinya mens secara permanen. Prefiks men- diambil dari

kata Yunani yang mempunyai arti siklus menstruasi; -pause, kata

Latin, memiliki arti berhentinya proses. Menopause dipandang

secara lebih luas, sebagai suatu periode waktu wanita dalam

menemukan dirinya dalam “perubahan” (Varney, dkk, 2007, hal.

301).

Diagnosis menopause merupakan diagnosis retrospektif. Bila

seorang wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dijumpai kadar

FSH darah >40 mIU/ml dan kadar Estradiol <30 pg/ml, telah

(27)

d. Pascamenopause;

Fase setelah menopause dengan titik akhir tidak ditetapkan dengan

baik (hingga gejala hilang atau hingga akhir kehidupan) (Varney,

dkk, 2007, hal. 302 ).

Pada wanita pascamenopause masih saja dapat dijumpai jenis

steroid seks lain dengan kadar yang normal di dalam darah.

Ternyata, ovarium wanita pascamenopause masih memiliki

kemampuan untuk menyintesis steroid seks. Sel-sel hilus dan

kortek ovarium masih dapat memproduksi androgen, estrogen, dan

progesteron dalam jumlah tertentu. Selain itu, jaringan tubuh

tertentu, seperti lemak, uterus, hati, otot, kulit, rambut, dan bahkan

bagian dari sistem neural sumsum tulang (bone marrow) memiliki

kemampuan mengaromatisasi androgen menjadi estrogen.

Kelenjar adrenal merupakan sumber androgen utama bagi wanita

pascamenopause (Baziad, 2003, hal. 4).

e. Senium;

Pada masa senium telah terjadi keseimbangan hormonal yang

baru. Penurunan produksi hormon estrogen dan kenaikan hormon

gonadotropin yang terjadi pada masa klimakterium terus berlanjut

sampai kira-kira 15 tahun setelah menopause. Pada masa ini tidak

ada lagi gangguan vegetatif maupun psikologis. Yang menyolok

pada masa ini adalah kemunduran alat-alat tubuh atau kemampuan

(28)

D.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menopause

Saat masuknya seseorang dalam fase menopause sangat berbeda-beda.

Wanita di Eropa tidak sama usia menopausenya dengan wanita di Asia. Faktor

genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Baik usia pertama haid

(menars), melahirkan pada usia muda, maupun berat badan tidak terbukti

mempercepat datangnya menopause. Wanita kembar dizigot atau wanita dengan

siklus haid memendek memasuki menopause lebih awal jika dibandingkan dengan

wanita yang memiliki siklus haid normal. Memasuki usia menopause dijumpai

juga pada wanita nulipara, wanita dengan diabetes melitus, perokok berat, kurang

gizi, wanita vegetarian, wanita dengan sosioekonomi rendah, dan pada wanita

yang hidup pada ketinggian >4000 m. Wanita nulipara dan wanita yang banyak

mengkonsumsi daging, atau minum alkohol akan mengalami menopause lebih

lambat ( Baziad, 2003, hal. 5).

E.Tanda dan Gejala Menopause

Selain periode menstruasi yang menjadi tidak teratur, gejala yang lazim

terjadi antara lain: nyeri pada sendi, rasa terbakar/kepanasan (hot flashes),

kesulitan berkonsentrasi atau mengingat sesuatu, perubahan hasrat seks, banyak

berkeringat, sakit kepala, sering kencing, bangun lebih pagi dari biasa, vagina

mengering, perubahan suasana hati (mood), susah tidur, keringat malam, dan

gejala-gejala yang biasa dialami sebelum menstruasi (PMS-premenstrual

syndrome) (Hutapea, 2005, hal. 74).

Perubahan lain yang sulit ditentukan namun sama pentingnya adalah

perubahan psikologis. Perubahan ini mungkin merupakan akibat tidak langsung

dari gangguan fisik, tetapi mungkin juga disebabkan secara langsung oleh tingkat

(29)

usaha saling menopang sehingga merupakan masalah yang makin lama makin

berat (Purwoastuti, 2008, hal. 29).

Pada wanita pascamenopause dijumpai pula kelainan pada kulit berupa

kulit menipis, keriput, gatal-gatal, kuku rapuh berwarna kuning, mulut kering, dan

lidah seperti terbakar. Keluhan lain adalah mata kering dan kesulitan

menggunakan kontak lensa, rambut menipis, dan sering ditemukan tumbuhnya

rambut di sekitar bibir, hidung, dan telinga. Keluhan urogenital dapat berupa nyeri

senggama, vagina kering, keputihan, perdarahan pascasanggama, infeksi saluran

kemih berulang, gatal pada vagina/vulva, iritasi, prolapsus uteri/vagina, dan dapat

pula terjadi gangguan metabolisme berupa meningkatnya kadar kolesterol.

(Baziad, 2003, hal. 8).

F. Medikalisasi Gejala Menopause

1. Terapi Nonhormon

a. Obat antihipertensi, obat penenang, sudah luas penggunaannya pada

perempuan dengan masalah klimakterium (Pinem, 2009, hal. 398).

b. Banyak juga wanita yang memilih pendekatan alternatif, atau

komplementer, seperti homeopati, herbal, obat Cina (ini juga punya

dampak samping). Oleh karena itu sebaiknya selalu menanyakan

kepada ahli yang berpengalaman untuk menentukan terapi, dosis dan

skedul terapi apapun yang dipilih (Hutapea, 2005, hal. 77).

c. Sebagian perempuan mendapatkan manfaat relaksasi, berolah raga

atau konseling dengan tenaga kesehatan (Dokter,Bidan/Perawat)

(30)

2. Terapi Sulih Hormon (TSH)

a. Terapi yang logis pada menopause adalah sulih estrogen, karena

gejala menopause disebabkan oleh defisiensi estrogen. Terapi

estrogen dapat diberikan melalui rute oral, transdermis seperti koyo

dan jeli subkutan: implant, vagina: krim, pesarium, tablet dan cincin,

sublingual atau intranasal (Pinem, 2009, hal. 398). Pada wanita yang

telah diangkat rahimnya cukup diberi estrogen saja secara kontinyu

tanpa istirahat, tidak perlu di kombinasikan dengan progesteron

(Baziad, 2003, hal. 142).

b. Gestagen saja sangat jarang digunakan sebagai TSH karena pada

umumnya gestagen diberikan bersamaan dengan progesteron. Namun

kadang-kadang terpaksa juga diberikan gestagen saja, terutama bagi

wanita-wanita yang memiliki kontraindikasi pemberian estrogen atau

bagi wanita yang tidak tahan terhadap estrogen. Pemberian Gestagen

dosis tinggi, misalnya progesteron alamiah (MPA 20-40 mg), dapat

mengurangi keluhan tersebut (Baziad, 2003, hal. 143).

c. Kombinasi estrogen-progesteron secara sekunsial adalah pemberian

estrogen secara kontinyu dan gestagen secara sekunsial. Misalnya

estrogen saja diberikan pada hari pertama sampai hari ke-28,

sedangkan gestagen diberikan dari hari ke-16 sampai hari ke-28

(bersamaan dengan sisa estrogen (Baziad, 2003, hal. 144). Pemakaian

sulih hormon estrogen tanpa imbangan secara substansial

meningkatkan resiko kanker endometrium. Penambahan progesteron

ke dalam regimen estrogen mengurangi resiko kanker endometrium

(31)

d. Wanita pascamenopause umumnya tidak menyukai perdarahan lucut

sehingga pemberian estrogen-progesteron secara kontinyu merupakan

pilihan yang tepat. Tujuan pemberian ini adalah agar terjadi

amenorea. Pada bulan-bulan pertama pemberian secara kontinyu ini

sering timbul perdarahan bercak, dan kemudian akan hilang dengan

sendirinya. Perdarahan bercak ini dapat diatasi dengan meningkatkan

dosis gestagen. Bila setelah 9 bulan pengobatan atau setelah

peningkatan dosis, masih saja terjadi perdarahan, perlu segera dicari

penyebab terjadinya perdarahan (kelainan organik) (Baziad, 2003, hal.

144-145).

G. Menjaga Kebugaran Sesudah Menopause

Menjaga kebugaran setelah menopause berarti membuat perubahan dalam

jalan atau gaya hidup Anda. Beberapa perubahan itu adalah sebagai berikut:

1. Tidak merokok. Apabila menggunakan beberapa tembakau, hentikan!

Tidak pernah ada kata “terlambat” untuk berhenti merokok (Purwoastuti,

2008, hal. 34).

2. Olahraga pada orang dewasa bersifat memelihara tulang bukan

meningkatkan massa tulang. Jalan cepat, mendaki dan menuruni tangga,

menari dan senam dewasa sesuai untuk individu lansia. Kedua, latihan

memperbaiki gaya berjalan, keseimbangan, koordinasi, waktu reaksi,

dan kekuatan otot meskipun pada individu yang sangat tua dan lemah.

Studi epidemiologik secara konsisten menunjukkan bahwa aktifitas fisik

masa lalu dan saat ini melindungi terhadap fraktur pinggul 50 persen.

(32)

tindakan pencegahan yang murah, aman, dan mudah tersedia (Varney,

dkk, 2007, hal. 320).

3. Beberapa pendapat yang disampaikan tentang makanan bagi wanita yang

mengalami menopause, satu dengan yang lain tidak sama. Disatu pihak,

para ahli menganjurkan untuk minum vitamin dengan dosis yang tinggi.

Banyak para ahli gizi yang mengatakan bahwa minum vitamin sebagai

sarapan kedua berarti menciptakan satu diet yang tidak seimbang yang

sangat berbeda dengan harapan semula. Banyak wanita yang mengambil

alternatif lain, yaitu mendapatkan vitamin tertentu dari makanan. Banyak

juga wanita yang mengalami penambahan berat badan pada masa

menopause. Keadaan ini disebabkan oleh pola makan yang salah ataupun

(33)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Konsep penelitian adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari

hal-hal yang khusus. Dengan kata lain kerangka konsep adalah formulasi atau simplikasi

dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab

itu, kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang

satu dengan yang lainnya, dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita

untuk menganalisis suatu penelitian (Notoatmodjo, 2010.hal.100).

Adapun variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat

pada bagan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1. Kerangka Konsep

Penyuluhan Kesehatan tentang Menopause

(34)

B. Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara, yang mungkin

benarmungkin juga salah. Oleh karena hipotesis merupakan dugaan, maka bisa juga

diterima atau ditolak. Bila hipotesis ditolak atau tidak terbukti /tidak valid berarti

teori-teori yang yang diambil dari berbagai tinjauan pustaka itu, tidak sesuai atau

tidak cocok dengan dengan fakta tempat yang diteliti (Macfoedz, 2010).

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha),

yaitu ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap sikap ibu

dalam menghadapi menopause.

C. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Agar variabel dapat

diukur dengan menggunakan instrument alat ukur, maka variabel harus diberikan

batasan atau definisi yang operasional atau “Definisi Operasional Variabel”

(35)
[image:35.595.110.572.106.639.2]

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Variabel Penelitian

Defenisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Dependen :

Sikap Ibu

Sikap ibu dalam

menghadapi menopause pada ibu klimakterium meliputi sangat setuju, setuju, tidak setuju, serta sangat

tidak setuju dari

pernyataan

mengenai sikap

dalam

menghadapi

menopause

Kuesioner Dengan

menghitung

jawaban

responden

pada

kuesioner

1 = Sangat tidak

baik (0-25%)

2 = Tidak Baik

(26-50%)

3 = Baik

(51-75%)

4 = Sangat Baik

(76-100%)

(36)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi

Eksperiment dengan rancangan one group pretest-posttest. Tujuan Penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan tentang

menopause terhadap sikap dalam menghadapi menopause sebelum dan sesudah

diberikan penyuluhan kesehatan.

Desain ini digambarkan dengan pola :

Skema 4.1. Desain Penelitian

Keterangan :

01 : Pretest

02 : Posttest

X : Perlakuan

(37)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010, hal. 115). Populasi dalam penelitian ini adalah

ibu-ibu yang berada pada masa klimakterium dengan rentang usia 40-65 tahun.

Dari survey awal pada bulan Oktober 2013, data jumlah populasi ibu

klimakterium di Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe berjumlah

178 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010, hal.

68). Sampel yang diambil dengan mempergunakan Accidenal Sampling

yaitu pengambilan sampel dilakukan secara aksidental dilakukan dengan

mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010, hal. 125). Pada saat

peneliti melakukan penelitian, responden (ibu klimakterium dengan

rentang usia 40-65 tahun) yang kebetulan ada dijumpai di tempat

penelitian sebanyak 36 orang. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah 36

orang.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Gunung Kelawas, Kecamatan Namorambe,

(38)

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April 2014, dimana pada hari Jumat tanggal

11 April 2014 sebelum pemberian penyuluhan kesehatan tentang menopause

dilakukan, dibagikan kuesioner pada ibu klimakterium untuk diisi. Setelah itu, pada

hari Minggu tanggal 13 April 2014 diadakan pemberian penyuluhan kesehatan pada

ibu klimakterium. Kemudian satu minggu setelah diberikannya penyuluhan, tepatnya

pada hari Minggu tanggal 20 April 2014 kuesioner dibagikan dan diisi lagi serta

dinilai keduanya apakah ada pengaruh atau tidak.

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi

pendidikan yaitu Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat surat izin penelitian dari pendidikan,

peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Desa Gunung

Kelawas Kecamatan Namorambe.

Kemudian peneliti menemui responden setelah responden mengerti dan

memahami maksud dan tujuan penelitian yaitu bahwa data-data yang diperoleh dari

responden semata-mata digunakan demi perkembangan ilmu pengetahuan, maka

secara sukarela responden menandatangani lembar persetujuan dan pengisian

kuisioner, dan membagikan kuisioner serta menjelaskan bahwa responden dapat

mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa ada tekanan ataupun paksaan.

Peneliti menghormati hak responden untuk menjaga kerahasiaan, maka kuisioner

yang diberikan kepada responden diberi kode tanpa mencantumkan nama responden.

(39)

untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian

kuisioner.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian ini akan digunakan yaitu:

Lembar kuesioner

Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap ibu dalam

menghadapi menopause. Terdiri dari 10 pernyataan. Aspek pengukuran sikap

dilakukan berdasarkan jawaban responden dari semua pertanyaan sikap yang

diberikan terdiri dari empat kategori yaitu: sangat setuju, setuju, tidak setuju,

sangat tidak setuju

Jika pertanyaan positif (+), Maka:

Sangat Setuju : 4

Setuju : 3

Tidak Setuju : 2

Sangat Tidak setuju : 1

Jika pertanyaan negatif (-), Maka:

Sangat Setuju : 1

Setuju : 2

Tidak Setuju : 3

(40)

Total skor diperoleh nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 40. Jadi,

semakin tinggi skor maka semakin baik pula sikap ibu dalam menghadapi

menopause. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

P = Persentase

F = Jumlah jawaban yang benar

N = Jumlah soal (Machfoedz, 2010)

Cara interpretasi data berdasarkan persentase sebagai berikut :

Angka 0-25% : Sangat Tidak Setuju (Sangat Tidak Baik)

Angka 26-50% : Tidak Setuju (Tidak Baik)

Angka 51-75% : Setuju (Baik)

Angka 76-100% : Sangat Setuju (Sangat Baik) (Hidayat, 2011)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010, hal.164). Validitas

berasal dari kata validity yang memiliki arti ketepatan dan kecermatan. Secara

sederhana yang dimaksud dengan valid adalah sahih, alat ukur itu dikatakan

valid jika alat ukur benar-benar mengukur apa yang hendak diukur

(41)

(Machfoedz, 2010, hal. 30). Dalam penelitian ini kuesioner terdiri dari 10

pernyataan mengenai sikap dalam menghadapi menopause dan dikonsulkan

kepada ahlinya yakni dalam penelitian ini peneliti meminta bantuan ahli

untuk memvalidasinya dan pernyataan dikatakan valid apabila CVI adalah >

0,7. Uji validitas dilakukan dengan content validity kepada ibu Dina Indarsita,

SST, S.Pd, M.Kes dengan nilai CVI 1,59.

2. Uji Reliabilitas

Dalam Nursalam, 2008, hal. 104 pada penelitan Rosmayasari, 2012

mengatakan reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam

waktu yang berlainan. Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini

berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau

tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010,

hal. 164). Setelah pernyataan dinyatakan valid, analisa selanjutnya adalah uji

reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Dalam uji

reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai Alpha. Dengan ketentuan bila nilai

r Alpha > konstanta (0,6) maka instrumen tersebut reliabel (Riyanto, 2009).

Uji reabilitas akan dilakukan pada 20 orang sampel diluar responden yang

mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Untuk variabel

(42)

H. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat

permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program Studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan surat

permohonan izin melaksanakan penelitian di Desa Gunung Kelawas Kecamatan

Namorambe. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada

ibu klimakterium yang berusia 40-65 tahun sesuai kriteria penelitian. Peneliti

menemui responden di tempat penelitian.

Pada saat penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang

tujuan, proses dan manfaat penelitian. Jika mereka setuju menjadi responden,

responden menandatangani surat persetujuan. Kemudian peneliti memberikan

instrumen untuk mengumpulkan data yaitu berupa kuesioner pernyataan tentang

sikap dalam menghadapi menopause pada ibu klimakterium. Selanjutnya peneliti

menjelaskan cara mengisi kuesioner tersebut. Agar pengumpulan data dapat berjalan

dengan cermat dan teliti, peneliti mengawasi atau mendampingi responden saat

mengisi kuesioner.

I. Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data

penelitian dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing (Penelitian)

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data

(43)

b. Coding (Pengkodean)

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori.

c. Tabulating (Tabulasi)

Merupakan pengolahan data yang telah didapatkan. Dalam pengolahan

data ini disusun dan ditampilkan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

d. Data Entry

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master

tabel atau database komputer (Hidayat, 2010, hal. 121).

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik

digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel. Hasil data dibuat dalam bentuk tabel

(Notoatmodjo, 2010, hal. 182).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis bivariat dilakukan beberapa

tahap,antara lain:

a. Analisis proporsi atau persentase, dengan membandingkan

(44)

b. Analisis dari hasil uji statistik (T test). Melihat dari hasil uji

statstik akan dapat disimpulkan adanya hubungan dua variabel

tersebut bermakna atau tidak bermakna, dapat juga terjadi

misalnya antara dua variabel tersebut secara persentase

berhubungan tetapi secara statistik hubungan tersebut tidak

bermakna.

(45)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh pemberian

penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap sikap dalam menghadapi

menopause pada Ibu klimakterium yang dilakukan di Desa Gunung Kelawas

Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang tahun 2014. Jumlah sampel

sebanyak 36 orang, sampel diberikan kuisioner sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan kesehatan tentang menopause.

1. Analisis Univariat

Analisa univariat ini bertujuan untuk mengidentifikasi:

a). Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Di Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

Hasil Penelitian disribusi responden berdasarkan karakteristik data

demografi, didapatkan mayoritas umur responden 40-45 tahun sebanyak

11 orang (30,6%), pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 11 orang

(30,6%), pekerjaan sebagai petani sebanyak 18 orang (50%), hal ini dapat

(46)
[image:46.595.108.530.155.681.2]

Tabel 5.1

Distribusi responden berdasarkan Karakteristik Data Demografi Di Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang

tahun 2014 (n=36)

Karakteristik Frekuensi %

Umur

40-45 11 30,6

46-50 7 19,4

51-55 10 27,8

55-60 6 16,7

61-65 2 5,4

Jumlah 36 100

Pendidikan

Tidak Sekolah 7 19,4

SD 5 13,9

SMP 3 8,3

SMA/Sederajat 11 30,6

PT 10 27,8

Jumlah 36 100

Pekerjaan

PNS 13 36,1

Petani 18 50

Berdagang 5 13,9

(47)

b). Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Dalam Menghadapi Menopause Sebelum Diberikan Penyuluhan Kesehatan Tentang Menopause

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas sikap dalam

menghadapi menopause pada ibu klimakterium sebelum diberikan

penyuluhan kesehatan tentang menopause adalah tidak baik sebanyak 21

orang (58,3%) dan minoritas sikap adalah sangat baik sebanyak 1 orang

(2,8%). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2

Distribusi responden berdasarkan sikap dalam menghadapi menopause sebelum diberikan penyuluhan kesehatan tentang menopause pada ibu klimakterium di desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2014 (n=36)

Sikap F %

Sangat Tidak Baik 3 8,3

Tidak Baik 21 58,3

Baik 11 30,6

Sangat Baik 1 2,8

Total 36 100

c). Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Dalam Menghadapi Menopause Sesudah Diberikan Penyuluhan Kesehatan Tentang Menopause

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sikap ibu dalam menghadapi

menopause pada ibu klimakterium sesudah diberikan penyuluhan

(48)

23 orang (63,9%) dan minoritas bersikap sangat tidak baik sebanyak 6

[image:48.595.118.530.242.395.2]

orang (16,7%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3

Distribusi responden berdasarkan sikap dalam menghadapi menopause sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang menopause pada ibu klimakterium di desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2014 (n=36)

Sikap F %

Sangat Tidak Baik 0 0

Tidak Baik 7 19,4

Baik 6 16,7

Sangat Baik 23 63,9

Total 36 100

2. Analisis Bivariat

Sikap Dalam Menghadapi Menopause Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Kesehatan Tentang Menopause

Hasil penelitian rata- rata sikap dalam menghadapi menopause

sebelum diberikan penyuluhan kesehatan tentang menopause adalah 2,278

dengan standar deviasi 0,6595 dan rata-rata sikap dalam menghadapi

menopause sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang menopause

adalah 3,444 dengan standar deviasi 0,8087. Nilai rata-rata perbedaan

sebelum diberi penyuluhan kesehatan tentang menopause dengan sesudah

diberi penyuluhan kesehatan tentang menopause adalah -1,1667 dengan beda

standar deviasi 0,8106. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000. Maka

(49)

penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap perubahan sikap dalam

menghadapi menopause. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.4

[image:49.595.134.530.256.461.2]

berikut:

Tabel 5.4

Sikap Dalam Menghadapi Menopause Pada Ibu Klimakterium Sebelum dan Sesudah Pemberian Penyuluhan Tentang Menopause Di Desa Gunung Kelawas

Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 (n=36)

Variabel Mean SD Beda

Mean

Beda SD

P Value

- Sikap dalam menghadapi menopause sebelum diberi penyuluhan kesehatan

2,278 0,6595

-1,1667 0,8106 0,000 - Siap dalam

menghadapi menopause sesudah diberi penyuluhan kesehatan

3,444 0,8087

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa sikap dalam menghadapi menopause

pada ibu klimakterium sebelum diberikan penyuluhan kesehatan tentang menopause

mayoritas bersikap tidak baik, sedangkan sikap dalam menghadapi menopause pada

ibu klimakterium sesudah diberikan penyuluhan kesehatan mayoritas berpengetahuan

sangat baik.

Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan sikap yang signifikan sesudah

mendapatkan penyuluhan kesehatan. Keadaan ini menggambarkan bahwa

(50)

perubahan sikap. Dengan diberikan penyuluhan kesehatan, maka responden

mendapat pembelajaran yang menghasilkan perubahan yang dari semula belum

mengerti harus bersikap seperti apa menjadi mengerti.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa

penyuluhan kesehatan juga merupakan suatu kegiatan yang mempunyai masukan

(input), proses dan keluaran (output). Kegiatan penyuluhan kesehatan guna mencapai

tujuan yakni perubahan sikap, yang dipengaruhi oleh banyak faktor (Notoatmodjo,

2012, hal. 51).

Promosi kesehatan (Penyuluhan kesehatan) adalah upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga

berperilaku yang kondusif untuk kesehatan (Hikmawati, 2011, hal. 13).

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak

senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik). Campbel (1950) mendefenisikan sangat

sederhana yakni: “An Individual’s attitude is syndrome of response consistency with

regard to object”. Jadi Jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrome atau

kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan

fikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010, hal.

29).

Hal ini sesuai dengan tujuan akhir penyuluhan kesehatan agar masyarakat

dapat mengetahui dan melaksanakan perilaku hidup sehat. Perubahan perilaku

tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap, tindakan, maupun kombinasi dari ketiga

(51)

Metode dan media penyuluhan kesehatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode ceramah dengan media leaflet. Metode dan media penyuluhan

kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara dan alat-alat yang digunakan

dalam setiap pelaksanaan penyuluhan kesehatan. Dengan kata lain, metode dan

media penyuluhan kesehatan adalah dengan cara dan alat apa yang digunakan oleh

pelaku penyuluhan kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau

mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat

(Notoatmodjo, 2005, hal. 40).

Ceramah adalah salah satu cara menerangkan atau menjelaskan suatu ide,

pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok pendengar yang disertai

diskusi dan tanya jawab, serta dibantu oleh beberapa alat peraga yang diperlukan

(Syafrudin & Fratidhina, 2009, hal. 154).

Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu

masalah khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu untuk meningkatkan

kembali tentang hal-hal yang pernah diajarkan atau diceramahkan (Syafrudin &

Fratidhina, 2009, hal. 166).

C. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan

Penyuluhan kesehatan tentang menopause merupakan upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau

masyarakat sehingga berperilaku yang kondusif untuk kesehatan terutama dalam

menghadapi menopause pada ibu klimakterium.

Implikasi sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dibahas yakni ada

perubahan yang signifikan setelah pemberian penyuluhan kesehatan tentang

(52)

Dari hasil penelitian dapat diketahui masih banyak yang harus diperbaiki atau

ditingkatkan dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan terutama tentang menopause

(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Rata- rata sikap dalam menghadapi menopause pada ibu klimakterium sebelum

diberikan penyuluhan kesehatan tentang menopause mayoritas bersikap tidak

baik.

2. Rata-rata sikap dalam menghadapi menopause pada ibu klimakterium sesudah

diberi penyuluhan kesehatan tentang menopause mayoritas bersikap sangat baik

hampir secara keseluruhan.

3. Ada pengaruh yang signifikan terhadap sikap dalam menghadapi menopause pada

ibu klimakterium sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang

menopause.

B. Saran

1. Bagi Pendidikan Kebidanan

Penelitian membuktikan bahwa pemberian penyuluhan kesehatan tentang

menopause dapat membuat perubahan sikap dalam menghadapi menopause. Oleh

karena itu, penelitian ini dapat menjadi informasi dan perkembangan ilmu

pengetahuan kebidanan akan pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan terhadap

(54)

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Diharapkan kepada pemberi pelayanan kebidanan agar dapat memberikan

penyuluhan kesehatan kepada ibu yang berusia 40-65 dengan baik dan benar

terutama tentang menopause agar masyarakat dapat bersikap lebih baik dalam

menghadapi segala perubahan pada usia klimakterium.

3. Bagi Penelitian Kebidanan

Penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut dengan menggunakan dua kelompok

yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol serta jumlah sampel yang lebih

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. (2003). Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: UMM Press

Hidayat, A. Aziz. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. A. (2010). Metode penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika

Hikmawati, Isna. (2011). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Hutapea, Ronald. (2005). Sehat dan Ceria di Usia Senja. Jakarta : Rineka Cipta

Ismiyati, Atik. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Kesiapan Menghadapi Menopause Pada Ibu Premenopause di Perumahan Sewon Asri Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Sebelas Maret

Kusumawardhani, A. A. A. A. (2006). Depresi Perimenopause. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Llewellyn-Jones, Derek. (2005). Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates

(56)

Notoadmodjo, Soekidjo, (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Notoadmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan Reproduksi & Konsepsi. Jakarta: CV. Trans Info Media

Purwoastuti, E. (2008). Menopause, Siapa Takut? Yogyakarta: Kanisius

Riyanto, A., (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Jazamedia

Safrudin & Yudhia F. (2009). Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Sari, R., (2012). Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap Pengetahuan Suami tentang Vasektomi di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan Hormat,

Nama Saya Dewi Rahmadhani Br Surbakti, sedang menjalani pendidikan di

program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang

Menopause Terhadap Sikap Dalam Menghadapi Menopause Pada ibu Klimakterium

Di Desa Gunung Kelawas Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan

kesehatan tentang menopause terhadap sikap dalam menghadapi menopause pada ibu

klimakterium.

Kami akan menyerahkan kuisioner kepada ibu tentang :

a. Data demografi seperti nama, umur, pendidikan dan pekerjaan

b. Pernyataan berupa sikap dalam menghadapi menopause yang berjumlah

15 pernyataan

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap

data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk

kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun.

Bila Ibu membutuhkan penjelasan , maka dapat menghubungi saya:

Nama : Dewi Rahmadhani Br Surbakti

Alamat : Jl. Lembah No.10 Lingk.VI Delitua

(63)

Terima kasih saya ucapakan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada

penelitian ini. Keikutsertaan Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu

yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Setelah memahami berbagai hal yang

menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang

telah kami siapkan.

Medan, 2014

Peneliti Partisipan

(64)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “Pengaruh Pemberian

Penyuluhan Kesehatan Terhadap Sikap Dalam Menghadapi Menopause Pada Ibu

Klimakterium”. Maka dengan ini, saya secara sukarela dan tanpa paksaan

menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2014

(65)

LEMBAR KUISIONER

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP SIKAP DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE

PADA IBU KLIMAKTERIUM DI DESA GUNUNG KELAWAS KECAMATAN NAMORAMBE KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2014

I. Petunjuk Pengisian

a. Isilah identitas anda pada tempat yang disediakan dibawah ini.

b. Pilih salah satu jawaban yang sesuai menurut anda dan beri tanda check list (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan pilihan jawaban (sangat setuju,

setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju).

c. Lembar kuisioner dikembalikan kepada petugas yang memberikan kuisioner tersebut.

II. Identitas Responden

Nama / Inisial :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

III. Kuesioner

No. Pernyataan Sangat

Setuju

Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1. (+)

Setiap ibu klimakerium (usia 40-65 thn)

akan menghadapi menopause.

2.

(+)

Setiap ibu klimakterium akan

(66)

menopause (susah tidur, rasa panas

berlebihan perubahan hasrat seks).

3.

(+)

Mendapatkan informasi yang benar

mengenai menopause, keluhan-keluhan

yang dialami serta pencegahannya dari

petugas kesehatan merupakan hal yang

penting bagi ibu klimakterium.

4.

(+)

Semua gejala menopause yang dialami

setiap ibu klimakterium akan

mengganggu kehidupan sosial (mudah

tersinggung).

5.

(+)

Tidak adanya rahasia tentang keluhan

menopause dalam keluarga mampu

mengatasi perubahan psikologis

(kejiwaan) pada ibu menopause.

6.

(-)

Setiap ibu klimakterium pada fase

setelah menopause tidak akan

mengalami kemunduran alat-alat tubuh

seperti osteoporosis (tulang keropos)

dan pikun/pelupa.

7.

(-)

Berolahraga tidak akan membantu

mengatasi gejala-gejala menopause

(67)

8.

(-)

Banyak ibu klimakterium tidak akan

mengalami penambahan berat badan

saat menopause.

9.

(-)

Setiap ibu klimakterium akan

mengalami menopause di usia yang

sama (40 tahun).

10.

(-)

Setiap ibu klimakterium yang sudah

menopause, menjaga kebugarannya

(68)
(69)
(70)

Dewi Rahmadhani Br Surbakti

(71)
(72)
(73)
(74)

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Tabel 5.1
Tabel 5.3
Tabel 5.4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat kami serta keluarga kami yang telah banyak memberi masukan dan saran dalam penyelesaian Skripsi ini.. Skripsi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Return On Asset dan Non Performing Loan secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit,

Nuryanto (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Perubahan Sosial Ekonomi Petani Cengkeh di Desa Sangkanayu Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga, dalam penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai profil plasmid MRSA didapatkan hasil yang resisten terhadap berbagai macam antibiotik dan tidak terdapat

Bidang kerja praktikan yaitu mengagendakan surat dan dokumen, menggandakan dan mendistribusikan surat maupun dokumen untuk karyawan Divisi Ortala maupun divisi lain

positif signifikan, penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik sistem yang dipergunakan akan membuat pengelolaan modal yang dimiliki oleh perusahaan semakin