PEMANFAATAN SISA PANEN TANAMAN PISANG SEBAGAI
PENGGANTI RUMPUT DALAM PAKAN KOMPLIT
BERBENTUK PELET TERHADAP PERFORMANS
DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH
SKRIPSI
Oleh:
BENNY SYAH BRAYMANA
090306033/PETERNAKAN
PEMANFAATAN SISA PANEN TANAMAN PISANG SEBAGAI
PENGGANTI RUMPUT DALAM PAKAN KOMPLIT
BERBENTUK PELET TERHADAP PERFORMANS
DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH
SKRIPSI
Oleh:
BENNY SYAH BRAYMANA
090306033/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang sebagai Pengganti Rumput dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih
Nama : Benny Syah Braymana
NIM : 090306033
Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ir. Iskandar Sembiring, MM Usman Budi, S.Pt, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
BENNY SYAH BRAYMANA, 2014 “Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih”. Dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan USMAN BUDI.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Juli sampai November 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh pemberian sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih. Domba lokal jantan yang digunakan sebanyak 20 ekor dengan kisaran bobot badan awal 8,63±2,06 kg yang dibagi kedalam empat perlakuan dan lima ulangan dengan menggunakan rancangan acak lengkap sebagai rancangan percobaan. Perlakuan yang digunakan meliputi P0 (Pakan pelet yang mengandung 60% rumput + 40% bahan lain), P1 (Pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang + 40% rumput + 40% bahan lain), P2 (Pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman pisang + 20% rumput + 40% bahan lain) dan P3 (Pakan pelet yang mengandung 60% sisa panen tanaman pisang + 40% bahan lain). Parameter yang diteliti yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan (325,32; 369,24; 369,91; 345,36 g/ekor/hari), pertambahan bobot badan (39,45; 51,24; 59,70; 55,32 g/ekor/hari) dan konversi pakan (11,74; 7,63; 6,32; 7,11) domba lokal jantan lepas sapih dari keempat perlakuan.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa sisa panen tanaman pisang dapat diberikan pada domba lokal jantan lepas sapih dan dapat menggantikan keberadaan rumput sebanyak 60% dalam pakan komplit berbentuk pelet.
ABSTRACT
BENNY SYAH BRAYMANA, 2014 “Utilization of Pelleting Banana Crop Left Overs Instead of Grasses for Wearning Male Local Sheep Feed”. Supervised by ISKANDAR SEMBIRING and USMAN BUDI.
The research was conducted in the Animal Biology Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatera from July to November 2013. This objective was determine influence giving pelleting banana crop left overs instead of grasses on feed consumption, body weight gain and feed conversion for weaning male local sheep. Twenty male local sheeps were used with body weight range from 8,63±2,06 kgs and divided into four treatments and five replications using completely randomized design as design experiment. The treatments were used consist of P0 (pelleting of 60% grass + 40% the other feeds), P1 (pelleting of 20% Banana Crop Left Overs + 40% grass + 40% the other feeds), P2 (pelleting 40% Banana Crop Left Overs + 20% grass + 40% the other feeds) and P3 (pelleting of 60% Banana Crop Left Overs + 40% the other feeds). Parameters were observed by feed consumption, body weight gain and feed conversion.
The results showed that utilization of Pelleting Banana Crop Left Overs Instead of Grasses were not significant effect on feed consumption (325,32; 369,24; 369,91; 345,36 g/head/day), body weight gain (39,45; 51,24; 59,70; 55,32 g/head/day) and feed conversion (11,74; 7,63; 6,32; 7,11) for wearning male local sheep feed.
As conclusion of this research was that pelleting banana crop left overs could be gave for male local sheep and could be used instead of grasses as much as 60%.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Deli Tua Kec. Namorambe Kab. Deli Serdang pada
tanggal 14 September 1991 dari Ayah Darwin Syah Bandar Ginting dan Ibu
Teringet Purba S.Pd. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta Deli Murni Deli Tua dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis
Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Penulis memilih
program studi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi : Pengurus IMK
St. Fransiskus Xaverius Fakultas Pertanian USU periode 2011-2012.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Situnggaling,
Sipiso-piso Kec. Merek Kab. Karo, mulai tanggal 7 Juli sampai 22 Agustus 2012.
Penulis melakukan penelitian di Laboratorium Biologi Ternak, Program
Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada bulan Juli
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Judul dari skripsi ini adalah “Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang
Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet Terhadap
Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih”. Skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah
mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku ketua komisi pembimbing dan kepada
bapak Usman Budi, S.Pt, M.Si selaku anggota komisi pembimbing. Penulis juga
ucapkan terima kasih kepada rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
DAFTAR ISI
Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak Domba ... 6
Sistem Pencernaan Domba ... 8
Hasil Samping Tanaman Pisang ... 13
Dedak Padi ... 15
Parameter Penelitian ... 18
Konsumsi Pakan ... 18
Pertambahan Bobot Badan ... 19
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
Bahan dan Alat Penelitian ... 21
Bahan ... 21
Alat ... 21
Parameter Penelitian ... 22
Konsumsi Pakan ... 22
Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) ... 22
Konversi Pakan ... 22
Pelaksanaan Penelitian ... 23
Persiapan Kandang ... 23
Persiapan Domba ... 23
Persiapan Pakan ... 23
Pemberian Pakan dan Air Minum ... 24
Pemberian Obat-obatan ... 25
Penimbangan Bobot Badan ... 25
Metode Penelitian ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan dalam Bahan Kering (BK) ... 28
Pertambahan Bobot Badan ... 30
Konversi Pakan ... 32
Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35
Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Kebutuhan Nutrisi Domba Untuk Pertumbuhan dan Penggemukan ... 11
2. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang per
Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2008 ... 14
3. Kandungan Nilai Nutrisi Bahan Penyusun Pakan Komplit ... 18
4. Susunan Bahan Pakan Komplit Selama Penelitian ... 25
5. Rataan Konsumsi Bahan Kering Pakan Domba Lokal Jantan Selama
Penelitian (g/ekor/hari) ... 28
6. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Domba Lokal Jantan Selama
Penelitian ... 29
7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Jantan Selama
Penelitian (g/ekor/hari) ... 31
8. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Jantan
Selama Penelitian ... 32
9. Rataan Konversi Pakan Domba Lokal Jantan Selama Penelitian ... 32
10.
Analisis Ragam Konversi Pakan Domba Lokal Jantan SelamaPenelitian ... 33
11. Rekapitulasi Hasil Penelitian Pengaruh Pemberian Sisa Panen
Tanaman Pisang Sebagai Pengganti Rumput dalam Pakan Komplit
Berbentuk Pelet Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Bobot badan awal domba lokal jantan penelitian (kg/ekor) ... 39
2. Bobot badan akhir domba lokal jantan penelitian (kg/ekor) ... 39
3. Rataan konsumsi bahan basah pakan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari) ... 39
4. Grafik konsumsi bahan kering pakan (g/ekor/hari) ... 40
5. Grafik pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) ... 40
6. Grafik konversi pakan ... 41
7. Pengolahan sisa panen tanaman pisang/rumput ... 41
8. Pembuatan Pakan Bentuk Pelet... 42
9. Analisa Laboratorium Limbah Tanaman Pisang ... 43
10. Sertifikat Analisis Serbuk Batang, Pelepah dan Daun Pisang ... 44
ABSTRAK
BENNY SYAH BRAYMANA, 2014 “Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih”. Dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan USMAN BUDI.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Juli sampai November 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh pemberian sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih. Domba lokal jantan yang digunakan sebanyak 20 ekor dengan kisaran bobot badan awal 8,63±2,06 kg yang dibagi kedalam empat perlakuan dan lima ulangan dengan menggunakan rancangan acak lengkap sebagai rancangan percobaan. Perlakuan yang digunakan meliputi P0 (Pakan pelet yang mengandung 60% rumput + 40% bahan lain), P1 (Pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang + 40% rumput + 40% bahan lain), P2 (Pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman pisang + 20% rumput + 40% bahan lain) dan P3 (Pakan pelet yang mengandung 60% sisa panen tanaman pisang + 40% bahan lain). Parameter yang diteliti yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan (325,32; 369,24; 369,91; 345,36 g/ekor/hari), pertambahan bobot badan (39,45; 51,24; 59,70; 55,32 g/ekor/hari) dan konversi pakan (11,74; 7,63; 6,32; 7,11) domba lokal jantan lepas sapih dari keempat perlakuan.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa sisa panen tanaman pisang dapat diberikan pada domba lokal jantan lepas sapih dan dapat menggantikan keberadaan rumput sebanyak 60% dalam pakan komplit berbentuk pelet.
ABSTRACT
BENNY SYAH BRAYMANA, 2014 “Utilization of Pelleting Banana Crop Left Overs Instead of Grasses for Wearning Male Local Sheep Feed”. Supervised by ISKANDAR SEMBIRING and USMAN BUDI.
The research was conducted in the Animal Biology Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatera from July to November 2013. This objective was determine influence giving pelleting banana crop left overs instead of grasses on feed consumption, body weight gain and feed conversion for weaning male local sheep. Twenty male local sheeps were used with body weight range from 8,63±2,06 kgs and divided into four treatments and five replications using completely randomized design as design experiment. The treatments were used consist of P0 (pelleting of 60% grass + 40% the other feeds), P1 (pelleting of 20% Banana Crop Left Overs + 40% grass + 40% the other feeds), P2 (pelleting 40% Banana Crop Left Overs + 20% grass + 40% the other feeds) and P3 (pelleting of 60% Banana Crop Left Overs + 40% the other feeds). Parameters were observed by feed consumption, body weight gain and feed conversion.
The results showed that utilization of Pelleting Banana Crop Left Overs Instead of Grasses were not significant effect on feed consumption (325,32; 369,24; 369,91; 345,36 g/head/day), body weight gain (39,45; 51,24; 59,70; 55,32 g/head/day) and feed conversion (11,74; 7,63; 6,32; 7,11) for wearning male local sheep feed.
As conclusion of this research was that pelleting banana crop left overs could be gave for male local sheep and could be used instead of grasses as much as 60%.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia terus meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya zat gizi. Sehingga peternakan merupakan sektor yang berperan sangat
penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya kebutuhan protein
hewani tersebut.
Ternak domba merupakan bagian dari komoditi yang berperan sebagai
sumber protein hewani. Pengembangannya sangat potensial untuk dihasilkan oleh
peternak. Peluang pasarnya selalu tersedia setiap saat dan selalu meningkat setiap
tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan
gizi.
Ternak domba memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi yang bisa
diandalkan yakni: badan ternak domba relatif lebih kecil dan cepat dewasa
sehingga usaha ternak domba memiliki keuntungan ekonomi yang cukup tinggi,
domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaan tidak
memerlukan lahan yang luas, investasi usaha ternak domba membutuhkan modal
relatif kecil sehingga setiap investasi lebih banyak unit produksi dapat tercapai,
modal usaha ternak domba lebih cepat berputarnya sebab ternak domba cepat
dewasa kelamin dan lebih cepat dipotong dibandingkan dengan ternak ruminansia
lain seperti kerbau ataupun sapi, karkas domba yang kecil akan lebih mudah dijual
sehingga relatif lebih cepat dikonsumsi hal ini sangat penting bagi daerah yang
peternakan domba yang sistem pemasarannya belum sempurna atau masih jauh
memudahkan dalam pemeliharaan sistem gembala terutama jika pemeliharaan
diserahkan anggota keluarga yang belum dewasa atau sudah sangat tua.
Dalam sektor peternakan semakin sempitnya lahan akan memberikan
dampak ketersediaan bahan pakan yang dibutuhkan ternak, terutama ternak
ruminansia yang bahan makanan utamanya adalah berupa hijauan atau rumput.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dicari suatu pakan alternatif yang dapat
menggantikan rumput sebagai pakan ternak. Salah satunya adalah hasil samping
tanaman pisang yang merupakan hasil samping pertanian yang berasal dari
tanaman pisang yang biasanya hanya dibiarkan atau dibuang setelah pisang
dipanen. Dilihat dari kandungan serat kasar beserta zat-zat pakan yang terdapat di
dalamnya, hasil samping tanaman pisang mempunyai potensi untuk dijadikan
bahan pakan ternak ruminansia.
Usaha tani pisang saat ini dapat menambah pendapatan petani apabila dapat
diterapkan penanaman pisang yang secara modern. Penanaman modern secara
umum belum diketahui oleh masyarakat, karena kebanyakan masyarakat
menanam secara tradisional, maka dengan demikian pemerintah setempat
khususnya Dinas Pertanian Sumatera Utara melakukan terobosan dengan adanya
penyuluhan pertanian di daerah Kabupaten Deli Serdang khususnya dalam
penyuluhan cara penanaman, perawatan atau pemeliharaan dan pemupukan
tanaman pisang. Agar dapat menghasilkan produksi yang lebih bermutu dan dapat
memenuhi permintaan pasar baik lokal maupun luar negeri. Saat ini dikhususkan
di daerah Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang karena merupakan
Pada umumnya hasil samping pertanian mempunyai beberapa sifat sebagai
berikut: 1). Nilai nutrisi rendah terutama protein dan kecernaannya; 2). Bersifat
bulky sehingga biaya angkutan menjadi mahal karena membutuhkan tempat lebih
banyak untuk satuan berat tertentu; 3). Kelembabannya tinggi dan menyulitkan
penyimpanan; dan 4). Penampilannya yang kurang menyenangkan. Sehingga
perlu dilakukan teknologi pembuatan pakan ternak berbentuk pelet. Untuk
kedepannya teknologi pelleting dapat menggantikan pengolahan pakan yang
hanya berbentuk segar dan tepung.
Keuntungan bentuk pelet selain untuk efisiensi ruang
penyimpanan/pengangkutan, juga dapat menghilangkan suasana berdebu,
mengurangi sisa pakan, mencegah selektivitas pakan oleh ternak, mengurangi
senyawa patogen, menyebabkan pati lebih dapat dicerna, meningkatkan
palatabilitas, dan meningkatkan konsumsi pakan dengan waktu yang lebih pendek.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput
dalam pakan komplit berbentuk pelet sebagai pakan ternak terhadap konsumsi
pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba lokal jantan lepas
sapih.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian sisa
panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk
pelet terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan
Hipotesis Penelitian
Pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam
pakan komplit berbentuk pelet berpengaruh positif terhadap performans
(konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan) domba lokal
jantan lepas sapih.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, dan diharapkan dapat pula memberikan informasi
bagi peneliti, peternak dalam pengembangan usaha peternakan domba dan instansi
terkait tentang pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput
dalam pakan komplit berbentuk pelet terhadap konsumsi pakan, pertambahan
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Domba
Domba memiliki sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum:
Vertebrata (bertulang belakang), Marga: Gnatostomata (mempunyai rahang),
Kelas: Mammalia, Bangsa: Placentalia (mempunyai plasenta), Suku: Ungulata
(berkuku), Ordo: Artiodactyla (berkuku genap), Sub ordo: Seledontia, Famili:
Caprinus, Genus: Ovis, Spesies: Ovis aries (Kartadisastra, 1997).
Secara umum ternak domba mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari
segi pemeliharaan seperti: cepat berkembang biak dan dapat beranak lebih dari
satu ekor dan dapat beranak dua kali setahun, berjalan dengan jarak lebih dekat
sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan, pemakan rumput, kurang memilih
pakan yang diberikan sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan, dapat
memberikan pupuk kandang dan sebagai sumber keuangan untuk keperluan
pertanian atau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendadak
(Tomaszweska et al., 1993).
Domba Lokal
Domba lokal lebih dikenal oleh masyarakat sebagai domba kampung atau
lokal. Domba jenis ini kurang produktif jika diusahakan secara komersil, karena
karkas (daging) yang dihasilkan sangat rendah. Demikian pula, bulunya kurang
mempunyai mutu yang baik. Jenis domba ini banyak diusahakan oleh masyarakat
di pedesaan sebagai sampingan saja (Cahyono,1998).
Domba ekor tipis merupakan domba lokal yang dikenal sebagai domba asli
merupakan warna dominan dengan warna hitam di seputaran mata, hidung, dan
beberapa bagian tubuh lain. Ekor tipis dan tidak berlemak. Domba jantan
memiliki tanduk kecil dan melingkar, sedangkan domba betina tidak bertanduk.
Bulunya berupa wool/kasar. Berat badan domba jantan berkisar 30-40 kg dan
domba betina 15-20 kg. Salah satu keunggulan domba ekor tipis adalah sifatnya
yang prolifik, melahirkan 2-5 ekor setiap kelahiran (Sodiq dan Abidin, 2002).
Domba asli Indonesia adalah domba yang memiliki ekor tipis, populasinya
ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah sekitar 80%. Domba ini mempunyai tubuh
dan bentuk badan yang kecil, serta memiliki ciri yang lain seperti: badannya
memiliki bulu yang berwarna putih, tetapi ada yang berwarna lain, seperti hitam
belang-belang yang terletak di sekitar mata. Domba jantan memiliki tanduk yang
kecil sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk. Ekor relatif tipis dan kecil.
Domba jantan dewasa memiliki bobot badan sekitar 30-40 kg sedangkan bobot
badan betina sekitar 15-20 kg (Mulyono, 1998).
Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak Domba
Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang
meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh,
termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan
organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada
karkas. Faktor jenis kelamin, hormon dan kastrasi serta genotif juga
mempengaruhi pertumbuhan. Dimana konsumsi protein dan energi yang lebih
tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Soeparno, 1994).
tubuh mengalami perubahan selama pertumbuhan dan perkembangan.
Jaringan-jaringan tubuh mengalami pertumbuhan maksimal yang berbeda pula. Komposisi
kimia komponen-komponen tubuh termasuk tulang, otot dan lemak. Tulang, otot
dan lemak merupakan komponen utama penyusun tubuh (Soeparno, 1994).
Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot
badan yang dilakukan dengan cara penimbangan secara berkala dan dinyatakan
sebagai pertumbuhan berat badan dalam satuan waktu tertentu: tiap hari, tiap
minggu atau tiap waktu lainnya. Pertumbuhan mempunyai tahap yang cepat dan
tahap yang lambat. Tahap yang cepat terjadi pada saat sampai pubertas dan tahap
lambat terjadi pada saat dewasa tubuh telah tercapai (Tillman et al., 1991).
Pada ternak domba pertumbuhannya pada mulanya lambat, kemudian
berubah menjadi lebih cepat. Tetapi pertumbuhan itu akan kembali lambat
sewaktu hewan itu mendekati kedewasaannya. Pertumbuhan anak domba yang
tercepat dimulai semenjak ia dilahirkan sampai berumur 3-4 bulan, selama inilah
merupakan saat yang ekonomis di dalam pemeliharaan domba. Pertumbuhan
selanjutnya diperlukan lebih banyak makanan karena pertumbuhannya memang
telah lambat (Sumoprastowo, 1993).
Pada domba sampai umur 2,5 bulan pertumbuhan absolut akan berjalan
lambat yang digambarkan pada kurva pertumbuhan. Umur 2,5 bulan sampai
dengan masa pubertas (6-8 bulan) pertumbuhan akan berjalan maksimum yang
digambarkan dengan peningkatan garis yang tajam pada kurva pertumbuhan saat
domba mencapai pubertas, terjadi kembali perlambatan pertumbuhan dan kurva
akan kembali menjadi landai pada saat mencapai titik belok atau inflection point
Gambar kurva sigmoid pertumbuhan pada domba
Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan
mempunyai respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki
efisiensi produksi yang tinggi dan adanya ragam yang besar dalam konsumsi
bahan kering (Devendra, 1997).
Sistem Pencernaan Domba
Proses utama dari sistem pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik
ataupun mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau penguyahan dalam
mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh
kontraksi-kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi
dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang
berupa getah-getah pencernaan. Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga
dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan oleh sel-sel
mikroorganisme (Tillman et al., 1991).
konversi makanan. Dari faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian
adalah: 1). Suhu; 2). Laju perjalanan melalui alat pencernaan; 3). Bentuk fisik
bahan makanan; 4). Komposisi ransum; 5). Pengaruh terhadap perbandingan dari
zat makanan lainnya (Anggorodi, 1990).
Perbedaan sistem pencernaan pakan pada ternak ruminansia, tempat pada
struktur gizi, yaitu terdapat geraham belakang (molar yang besar), berfungsi untuk
mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Disamping itu terdapat pada ternak
ruminansia modifikasi lambung yang dibedakan menjadi empat bagian, yaitu
rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum dan abomasum. Dengan
ukuran bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen
80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, abomasum 7-8% (Prawirokusumo, 1994).
Pemberian Air Minum
Komposisi tubuh domba, 70% dari berat badannya berupa air. Kekurangan
air di dalam tubuh hingga mencapai 20% akan menyebabkan domba mengalami
dehidrasi yang bisa menyebabkan kematian. Karena itu, ketersediaan air bersih di
dalam kandang untuk minum merupakan hal yang mutlak perlu. Kebutuhan
domba terhadap air tergantung pada banyak faktor, misalnya kondisi fisiologis,
kondisi hijauan, ataupun kondisi lingkungan (Setiadi dan Inouno, 1991).
Domba muda relatif membutuhkan air lebih banyak dibandingkan dengan
domba tua. Jika hijauan yang diberikan dan dikonsumsi sudah tua, yang umumnya
berkadar air rendah, domba akan membutuhkan air lebih banyak dibandingkan
dengan hijauan yang masih muda. Jika temperatur lingkungan cukup tinggi,
membutuhkan air sebanyak 1,5-2,5 liter per hari. Sebaiknya air disediakan dalam
jumlah yang tidak terbatas (Sodiq dan Abidin, 2002).
Kebutuhan Nutrisi Domba
Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi
ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak,
protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995).
Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh
kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat
tergantung jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui),
kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur,
kelembaban, nisbi udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak berbeda
kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).
Jumlah pemberian pakan (dalam bahan kering) adalah sebesar 4% dari
bobot hidup ternak. Pakan terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan
perbandingan 60 : 40 (Antonius dan Ginting, 2011).
Pakan yang diberikan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup,
membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi
(Widayati dan Widalestari, 1996). Kebutuhan nutrisi domba untuk pertumbuhan
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi domba untuk pertumbuhan dan penggemukan
Energi Protein Bahan
Kering
Sumber: (Haryanto dan Andi, 1993)
Pakan Komplit
Keuntungan dari penggunaaan pakan komplit yaitu: 1). Meningkatkan
efisiensi pemberian pakan; 2). Ketika hijauannya kurang palatabel maka jika
dibuat campuran ransum komplit akan meningkatkan konsumsi, begitu juga
sebaliknya jika ketersediaan konsentrat terbatas dapat dipakai hijauan sebagai
campuran; dan 3). Campuran ransum komplit dapat mempermudah ternak untuk
mendapatkan pakan lengkap (Ensminger et al., 1990).
Pakan komplit (total mixed ratio) merupakan suatu strategi pemberian
pakan yang telah lama diadopsi pada industri sapi perah, namun pada usaha
produksi domba penggunaan pakan komplit sangat terbatas. Penggunaan pakan
komplit berbentuk peletmemberikan performans dan keuntungan yang lebih baik
dibandingkan dalam bentuk tepung. Dapat disimpulkan bahwa pakan komplit
pada domba dapat menjadi salah satu strategi alternatif untuk memaksimalkan
pemanfaatan sumber daya pakan berbasis sisa panen tanaman pisang, sehingga
berpotensi sebagai faktor pendorong berkembangnya usaha produksi ternak
Pengolahan Pakan Pelet
Umumnya proses pengolahan pelet terdiri dari 3 tahap, yaitu 1) pengolahan
pendahuluan meliputi pencacahan, pengeringan dan penghancuran menjadi
tepung, 2) Pembuatan pelet meliputi proses pencetakan, pendinginan dan
pengeringan, 3) Perlakuan akhir meliputi sortasi, pengepakan dan penggudangan
(Tjokroadikoesoemo, 1989).
Keuntungan pakan dalam bentuk pelet selain untuk efisiensi ruang
penyimpanan/pengangkutan/penanganan, juga dapat menghilangkan suasana
berdebu, mengurangi sisa pakan, mencegah selektivitas pakan oleh ternak,
mengurangi senyawa patogen, menyebabkan pati lebih dapat dicerna,
meningkatkan palatabilitas, dan meningkatkan konsumsi pakan dengan waktu
yang lebih pendek (Winoswiski, 1995).
Bahan Penyusun Pakan Komplit
Hijauan Rumput Lapangan
Konsumsi hijauan pakan dapat ditingkatkan dengan pemberian pakan secara
ad libitum. Peningkatan konsumsi akibat meningkatnya tingkat pemberian pakan
disebabkan oleh semakin besarnya peluang untuk memilih (seleksi terhadap pakan
yang diberikan). Bagian daun tanaman hijauan tropis dikonsumsi lebih banyak
dibandingkan dengan bagian batang. Ternak kambing dan domba yang diberi
hijauan pakan potongan memilih bagian daun yang umumnya lebih tinggi
kecernaannya dibandingkan batang. Pemilihan daun dibandingkan batang
mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan sifat fisik dari tanaman tersebut.
bukan hanya karena faktor gizi, tetapi juga dipengaruhi perbedaan tekstur
(Tomaszweska et al., 1993).
Hijauan merupakan makanan kasar yang terdiri dari hijauan yang dapat
berupa rumput lapangan, hasil samping pertanian dan ikutannya serta rumput jenis
unggul yang telah diintroduksi, juga beberapa jenis leguminosa. Hijauan pakan
merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi tidak saja
sebagai pengisi perut tetapi juga sebagai sumber gizi yaitu protein dan sumber
tenaga yaitu vitamin dan mineral (Murtidjo, 1993). Kandungan nilai nutrisi
rumput lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil Samping Tanaman Pisang
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah Divisi: Spermatophyta, Sub divis:
Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Keluarga : Musaceae, Genus: Musa,
Spesies: Musa sp. Tanaman pisang termasuk famili Musaceae dan merupakan
tanaman rumpun besar. Tanaman pisang merupakan tanaman semak yang
berbatang semu dan hanya sekali berbunga dalam hidupnya (monokarpik),
tingginya bervariasi 1-4 meter tergantung varietasnya. Tanaman pisang
mempunyai daun yang lebar, panjang dan tulang daunnya besar. Batangnya
tumbuh mempunyai bonggol (umbi) yang besar dan terdapat banyak mata yang
dapat tumbuh menjadi tunas anakan (Sunarjono, 1998).
Tanaman pisang merupakan tanaman yang paling mudah ditemui dan
berkembang biak di daerah tropis seperti Indonesia. Potensinya sebagai pakan
ternak ruminansia di Indonesia belum banyak digali. Kadar air yang sangat tinggi
terutama pada batang merupakan kendala dalam konsumsi tanaman pisang itu
tinggi. Di dalam kandungan yang tinggi ternyata banyak terkandung senyawa
mineral, senyawa fenol, dan senyawa gula sederhana; sedangkan di dalam
bonggol terdapat senyawa pati yang dapat digunakan sebagai sumber energi.
Pemberian bagian tanaman pisang biasanya dicampur dengan bahan lain sebagai
sumber protein atau energi (Wina, 2001). Data produktivitas tanaman pisang per
kabupaten di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2008.
No Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha)
Produktivitas
(Kw/Ha) Produksi (Ton)
1 Medan 6 121,26 79
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (2008)
ternak mempunyai beberapa keuntungan anatara lain : a. Daun pisang mempunyai
kandungan protein yang cukup tinggi, b. Produksi per luas lahan cukup tinggi,
dapat mencapai 2500-5000 pohon/Ha (tergantung varietasnya), c. Apabila
tanaman dipanen maka akan mudah untuk memotong dan membuang batang
tersebut untuk memberi ruang pada tunas baru untuk tumbuh dan berkembang
(Simatupang, 1991). Kandungan nilai nutrisi hasil samping tanaman pisang dapat
dilihat pada Tabel 3.
Dedak Padi
Dedak padi merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi
beras yang mengandung bagian luar yang tebal, tetapi bercampur dengan bagian
penutup beras. Hasil yang mempengaruhi tinggi rendahnya serat kasar dedak. Bila
dilihat dari pengolahan gabah menjadi beras dapat dipastikan serat kasarnya tinggi
(Rasyaf, 1992). Kandungan nilai nutrisi dedak padi dapat dilihat pada Tabel 3.
Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa adalah pakan ternak yang berasal dari sisa pembuatan
minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan sangat potensial
untuk meningkatkan kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Kandungan nilai nutrisi
bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 3.
Molases
Molases dapat dipergunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan
molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48-60% sebagai
gula), kadar mineral cukup dan rasanya disukai ternak. Molases juga mengandung
Cobalt, Boron, Yodium, Tembaga, Magnesium dan seng sedangkan
kelemahannya ialah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jika
dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985). Kandungan nilai nutrisi
molases dapat dilihat pada Tabel 3.
Urea
Urea sebagai bahan pakan ternak berfungsi sebagai sumber NPN (Non
Protein Nitrogen) dan mengandung lebih banyak 45% unsur Nitrogen sehingga
pemakaian urea mampu memperbaiki kualitas rumput yang diberikan kepada
domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea terlalu tinggi konsentrasinya
dapat menyebabkan keracunan (Hartadi et al., 1990).
Menurut Belasco (1954), urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45%
atau setara dengan potein kasar antara 262 – 281%. Satu-satunya sumber NH3+
yang murah dan mudah diperoleh adalah urea. Urea dengan rumus molekul
CO(NH2)2 banyak digunakan dalam ransum ternak ruminansia karena mudah
diperoleh, harga murah. Secara fisik urea berbentuk kristal padat berwarna putih
dan higoskopis (Siregar, 1995). Kandungan nilai nutrisi urea dapat dilihat pada
Tabel 3.
Garam
Garam atau biasanya dikenal dengan NaCl merangsang sekresi saliva.
Terlalu banyak garam akan mengakibatkan retensi air sehingga menimbulkan
udema. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan herbivora daripada
tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi mundur dan berat badan turun.
Kebutuhan domba akan garam sebanyak 9% dalam pakan (Parakkasi, 1995).
Ultra Mineral
Mineral adalah zat anorganik, yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun
berperan penting agar proses biologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral
digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pembentukan darah,
pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang
Tabel 3. Kandungan nilai nutrisi bahan penyusun pakan komplit
Sumber: a. Laboratorium BP3 Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih-Galang (2013) b. Laboratorium IP2TP Sei Putih-Galang (1997)
c. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) d. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) e. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program Studi Peternakan, FP USU (2000) f. Belasco (1954)
g. Sucofindo (2013)
Keterangan: S.P.T.P: Sisa Panen Tanaman Pisang
Parameter Penelitian
Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak, bila
pakan diberikan secara ad libitum. Kesehatan ternak juga sangat berpengaruh
terhadap konsumsi pakan. Ternak yang sakit, walaupun gejala penyakitnya belum
jelas, nafsu makannya turun dan cenderung malas berjalan ketempat pakan
maupun minum. Pada keadaan suhu lingkungan yang lebih tinggi dari yang
dibutuhkan, nafsu makan akan menurun dan konsumsi air meningkat. Akibatnya,
otot-otot daging lambat membesar dan daya tahan tubuhpun menurun
(Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000).
Pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak,
palatabilitas pakan dan seleksi terhadap hijauan pakan. Konsumsi pakan juga
mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan
Semakin banyak serat kasar yang terdapat dalam suatu bahan pakan maka
semakin tebal dinding sel dan akibatnya semakin rendah daya cerna dari bahan
pakan (Anggorodi, 1994).
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi kualitas bahan makan ternak, karena pertumbuhan
yang diperoleh dari suatu percobaan merupakan salah satu indikasi pemanfaatan
zat-zat pakan dari ransum yang diberikan. Dari data pertambahan bobot badan
akan diketahui nilai suatu bahan pakan bagi ternak (Church dan Pond, 1998).
Pertambahan bobot badan domba akan lebih besar bila pemberian hijauan
disertai dengan pemberian konsentrat. Penambahan konsentrat komersial
menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 71 g/ekor/hari, lebih besar bila
domba hanya diberi rumput gajah, yaitu menambah bobot badan 18 g/ekor/hari
(Martawidjaja, 1998).
Pertumbuhan dinyatakan pada umumnya dengan pengukuran kenaikan berat
badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan
diketengahkan dengan penambahan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap
waktu lainnya (Tillman et al., 1991).
Konversi Pakan
Konversi merupakan salah satu indeks yang dapat memperlihatkan sampai
sejauh mana efisiensi usaha ternak dapat menentukan besar kecilnya keuntungan
berkaitan dengan biaya produksi, biaya pakan adalah yang terbesar dari total biaya
produksi (Rasyaf, 1992).
Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik
dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan
akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program
Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Berlangsung
mulai dari bulan Juli sampai November 2013.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Adapun domba yang digunakan adalah domba lokal jantan lepas sapih
sebanyak 20 ekor dengan kisaran bobot badan awal 8,63±2,06 kg. Bahan pakan
yang diberikan terdiri atas: sisa panen tanaman pisang dan rumput lapangan
sebagai hijauan serta konsentrat terdiri atas: dedak padi, bungkil kelapa, molases,
urea, garam dan ultra mineral. Bahan pakan dan konsentrat diolah menjadi pakan
pelet. Obat-obatan seperti obat cacing (kalbazen), anti bloat untuk obat kembung,
air minum, desinfektan (rodalon) dan obat tradisional.
Alat
Kandang terdiri atas kandang individu 20 unit dengan ukuran 1 x 0,5 m2
beserta perlengkapannya, ember sebanyak 20 buah sebagai tempat pakan dan 20
buah tempat minum, timbangan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 40 kg
dengan kepekaan 10 g, timbangan berkapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 g untuk
menimbang pakan, terpal plastik untuk mencampur dan menjemur bahan pakan,
karung plastik sebagai tempat pakan, alat penerangan, grinder untuk
untuk mencatat data selama penelitian, alat pembersih kandang dan termometer
untuk mengetahui suhu di dalam dan di luar kandang.
Parameter Penelitian
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24 jam). Data
konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang
diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan sisa pakan
yang dilakukan pada pagi hari berikutnya. Konsumsi pakan dapat dirumuskan
sebagai berikut: Konsumsi Pakan (BK)= Pakan yang diberikan (g)–Pakan yang
sisa (g).
Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara membagi selisih bobot
badan (bobot badan akhir – bobot badan awal) dengan jumlah hari pengamatan
pertumbuhan bobot badan yang dihitung setiap satu minggu sekali, dinyatakan
dalam gram per ekor per hari. Pertambahan bobot badan harian dirumuskan
sebagai berikut:
PBBH=Bobot Badan Akhir-Bobot Badan Awal (g ekor⁄ ) Jumlah hari pengamatan (hari)
Konversi Pakan
Konversi pakan dihitung dengan cara membagi banyaknya pakan yang
dikonsumsi per ekor per hari dengan produksi pertambahan bobot badan per ekor
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang
Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian dilakukan
penyemprotan dengan rhodalon (dosis 10 ml/2,5 liter air) pada lantai dan dinding
kandang sebelum proses pemeliharaan.
Persiapan Domba
Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor domba lokal
yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan, tiap percobaan terdapat 1 ekor domba.
Penempatan domba dilakukan dengan sistem pengacakan yang tidak membedakan
bobot badan domba.
Persiapan Pakan
Proses pembuatan dimulai dengan pengolahan hasil samping sisa panen
tanaman pisang dan rumput lapangan sebagai bahan pakan hijauan menjadi
berbentuk tepung. Sisa panen tanaman pisang berupa batang, pelepah dan daun
serta rumput lapangan dicincang secara manual atau menggunakan alat
pencincang (chopper) kemudian dijemur di bawah sinar matahari dan/atau
menggunakan oven bersuhu 600C seterusnya dihaluskan menggunakan mesin
grinder.
Setelah sisa panen tanaman pisang dan rumput lapangan kering dan halus
dicampur merata dengan bahan konsentrat lainnya sesuai dengan formulasi setiap
perlakuan dan adonan dengan kebasahan 60%, molases dicampur dengan air
dengan perbandingan 1:5 selanjutnya akan dibuat menjadi pelet ukuran 5-7 mm
sinar matahari dan/atau menggunakan oven bersuhu 500C selama 12 jam dan
disimpan.
Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan adalah pakan komplit berbentuk pelet sesuai dengan
perlakuan P0: Pakan pelet yang mengandung 60% rumput + 40% bahan lain; P1:
Pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang + 40% rumput +
40 % bahan lain; P2: Pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman
pisang + 20% rumput + 40% bahan lain; P3: Pakan pelet yang mengandung 60%
sisa panen tanaman pisang + 40% bahan lain). Pakan diberikan pada pagi hari
pada pukul 08.00 WIB, sore hari pukul 17.00 WIB, malam hari pukul 22.00 WIB,
selanjutnya sisa pakan ditimbang pada waktu pagi hari keesokan harinya sesaat
sebelum ternak diberi makan kembali untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut.
Sebelum dilaksanakan penelitian diberikan waktu 10 hari bagi ternak dengan
pakan perlakuan secara bertahap sedikit demi sedikit. Pemberian air minum
diberikan secara ad libitum, air diganti setiap harinya. Susunan bahan pakan
Tabel 4. Susunan bahan pakan komplit selama penelitian
Bahan Pakan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Keterangan: S.P.T.P: Sisa Panen Tanaman Pisang
Pemberian Obat-obatan
Sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu domba diberikan obat
cacing Kalbazen dengan dosis 1 tablet/50 berat badan untuk menghilangkan
parasit dalam saluran pencernaan. Sedangkan obat-obatan lain diberikan
berdasarkan kebutuhan bila ternak sakit.
Penimbangan Bobot Badan
Penimbangan bobot badan domba dilakukan saat awal penelitian dan
pengambilan data pertambahan bobot badan selama satu minggu sekali
penimbangan selama tiga bulan.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
experimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 5 ulangan. Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut:
P1: Pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang + 40% rumput
+ 40% bahan lain
P2: Pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman pisang + 20% rumput
+ 40% bahan lain
P3: Pakan pelet yang mengandung 60% sisa panen tanaman pisang + 40% bahan
lain
Dengan ulangan yang didapat berasal dari rumus :
T (n-1) ≥ 15
4(n-1) ≥ 15
4n-4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75
n = 5
Setiap percobaan diulang sebanyak lima kali, dengan demikian terdapat
sebanyak 20 petak percobaan.
Susunan perlakuan penelitian adalah sebagai berikut:
P1U3 P2U5 P3U2 P0U5 P1U2
P0U2 P1U4 P2U1 P3U3 P0U1
P3U5 P0U3 P1U5 P2U2 P3U4
P2U4 P3U1 P0U4 P1U1 P2U3
Dimana: Perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) Ulangan (U1, U2, U3, U4 dan U5)
Menurut Hanafiah (2003) model linear untuk rancangan acak lengkap
(RAL) adalah :
Yij = µ + αi + εij
αi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Pengaruh galat (Experimental error) perlakuan ke-I pada ulangan
ke-j
Pakan yang digunakan merupakan campuran dari hijauan berupa sisa panen
tanaman pisang dan rumput lapangan dengan konsentrat berupa dedak padi,
bungkil kelapa, molases, urea, garam dan ultra mineral yang diproses dengan cara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan dalam Bahan Kering (BK)
Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam menghabiskan sejumlah
pakan yang diberikan secara ad libitum. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan
pengurangan jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ada. Bahan
kering adalah bahan yang terkandung di dalam pakan setelah dikurangkan dengan
airnya. Pakan yang dikonsumsi sudah dikonversikan dalam bentuk bahan kering.
Data konsumsi bahan kering pakan domba lokal jantan selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan konsumsi bahan kering pakan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari)
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat rataan konsumsi pakan domba lokal
jantan sebesar 352,46 g/ekor/hari. Rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada
perlakuan P2(20% Rumput + 40% Sisa Panen Tanaman Pisang + 40% bahan lain)
sebesar 369,91 g/ekor/hari, sedangkan rataan konsumsi pakan terendah terdapat
pada perlakuan P0 (60% Rumput + 40% bahan lain) sebesar 325,32 g/ekor/hari.
Perbedaan konsumsi pakan dari keempat perlakuan ini dapat digambarkan
Pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam
pakan komplit berbentuk pelet terhadap konsumsi pakan domba lokal jantan lepas
sapih dianalisis ragam seperti tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis ragam konsumsi pakan domba lokal jantan selama penelitian
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
0,05 0,01 Perlakuan 3 6.866,91 2.288,97 0,77tn 3,24 5,29 Galat 16 47.419,73 2.963,73
Total 19 54.286,64 Ket. tn = tidak berbeda nyata
Hasil analisis ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil
dari F tabel, artinya pemberian pakan dengan menggunakan sisa panen tanaman
pisang dan rumput dalam pakan domba lokal jantan memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan domba lokal jantan. Hal ini
diasumsikan bahwa setiap perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) memberikan respon
yang sama terhadap konsumsi.
Hasil analisis yang tidak berbeda nyata mengindikasikan bahwa kandungan
rumput dan sisa panen tanaman pisang dari ke empat perlakuan tersebut
mempunyai kandungan nutrisi yang relatif sama dan ternak yang digunakan
homogen baik dari bobot badan maupun umurnya. Menurut Parakkasi (1995)
bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan
palatabilitas). Makanan yang berkualitas baik dengan tingkat pemberian pakan
yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda. Hal ini juga
diutarakan oleh Bamualim (1988) yang menyatakan bahwa kualitas pakan
Pengaruh tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan pelet (dalam bahan
kering) disebabkan oleh keseimbangan protein dan energi seperti dinyatakan oleh
Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah
palatabilitas dan zat makanan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Church (1986),
yakni faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain adalah palatabilitas dan
kandungan nutrisi pakan.
Hasil analisis dari keempat perlakuan tidak berbeda nyata, tetapi ada
kecenderungan konsumsi pada pakan perlakuan P2 lebih tinggi dari pada
perlakuan yang lain. Dengan demikian pakan perlakuan P2 (20% Rumput + 40%
Sisa Panen Tanaman Pisang + 40% bahan lain) dapat dijadikan standart sebagai
pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan
berbentuk pelet untuk domba lokal jantan lepas sapih.
Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan merupakan suatu indikator terjadinya deposisi nutrient dalam
jaringan tubuh. Pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal jantan dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil penimbangan bobot badan akhir dikurangi
dengan bobot badan awal penimbangan. Pengukuran bobot badan dilakukan setiap
satu minggu sekali. Rataan pertambahan bobot badan domba lokal jantan setiap
Tabel 7. Rataan pertambahan bobot badan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari).
Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd
U1 U2 U3 U4 U5
P0 33,45 72,02 62,14 13,21 16,43 197,26 39,45±26,60tn P1 53,21 41,90 50,18 82,26 28,63 256,19 51,24±19,78tn P2 62,32 44,40 60,95 57,50 73,33 298,51 59,70±10,41tn P3 59,29 32,14 80,60 75,95 28,63 276,61 55,32±24,13tn Total 208,27 190,48 253,87 228,93 147,02 1.028,57
Rataan 52,07 47,62 63,47 57,23 36,76 51,43 Ket. tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat rataan pertambahan bobot badan domba
jantan lokal sebesar 51,43 g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot badan tertinggi
terdapat pada perlakuan P2 (20% Rumput + 40% Sisa Panen Tanaman Pisang +
40% bahan lain) sebesar 59,70 g/ekor/hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Church dan Pond (1998) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan yang
diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil metabolisme zat – zat
makanan yang dikonsumsi. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak
akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Sedangkan rataan
pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P0 (60% Rumput +
40% bahan lain) sebesar 39,45 g/ekor/hari.
Perbedaan pertambahan bobot badan dari keempat perlakuan ini dapat
digambarkan sesuai dengan lampiran 5.
Pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam
pakan komplit berbentuk pelet terhadap pertambahan bobot badan domba lokal
Tabel 8. Analisis ragam pertambahan bobot badan domba lokal jantan selama Ket. tn = tidak berbeda nyata
Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan sisa
panen tanaman pisang dan rumput dalam pakan domba lokal jantan terhadap
pertumbuhan domba lokal jantan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
terhadap pertambahan bobot badan domba lokal jantan.
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut.
Rataan konversi pakan domba lokal jantan setiap perlakuan selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan konversi pakan domba lokal jantan selama penelitian
Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd
U1 U2 U3 U4 U5 Ket. tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat rataan konversi pakan domba lokal jantan
sebesar 8,20. Rataan konversi pakan domba tertinggi terdapat pada pakan
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat rataan konversi pakan domba jantan
lokal sebesar 8,20. Dimana hasil ini normal untuk konversi pakan domba. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ishida dan Hasan (1993) yang menyatakan bahwa
konversi pakan yang normal untuk domba adalah 8,0 – 10,0.
Perbedaan konversi pakan dari keempat perlakuan ini dapat digambarkan
sesuai dengan lampiran 6.
Pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam
pakan komplit berbentuk pelet terhadap konversi pakan domba lokal jantan lepas
sapih dianalisis ragam seperti tertera pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisis ragam konversi pakan domba lokal jantan selama penelitian
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
0,05 0,01
Perlakuan 3 87,81 29,27 1,90tn 3,24 5,29 Galat 16 246,58 15,41
Total 19 334,40 Ket. tn = tidak berbeda nyata
Setelah dilakukan analisis ragam seperti pada Tabel 10, maka diperoleh
hasil pemberian pakan dengan menggunakan sisa panen tanaman pisang dan
rumput dalam pakan domba lokal jantan terhadap pertumbuhan domba lokal
jantan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan
domba lokal jantan dikarenakan beberapa faktor yakni kualitas pakan, nilai
kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam
jaringan tubuh ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pond et al. (1995),
konversi ransum khususnya ternak ruminansia kecil dipengaruhi oleh kualitas
ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses
metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas ransum yang
dan makin efisien penggunaan ransumnya. Serta menurut Nesheim dan Card
(1972), faktor yang turut berperan dalam konversi ransum adalah temperatur
lingkungan, potensi genetik, nutrisi, kandungan energi dan penyakit.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Rataan dari ketiga parameter yaitu: konsumsi pakan, pertambahan bobot
badan dan konversi pakan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rekapitulasi hasil penelitian pengaruh pemberian sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih
Perlakuan Konsumsi Pakan (g/ekor/hari)
Pertambahan bobot
badan (g/ekor/hari) Konversi pakan P0 325,32±59,18tn
39,45±26,60tn 11,74±7,22tn
P1 369,24±69,73tn 51,24±19,78tn 7,63±1,39tn
P2 369,91±35,19tn 59,70±10,41tn 6,32±1,06tn
P3 345,36±47,47tn 55,32±24,13tn 7,11±2,54tn Ket. tn = tidak berbeda nyata
Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian sisa panen tanaman pisang
sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet terhadap domba
lokal jantan lepas sapih memberikan respon tidak berbeda nyata pada parameter
konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Konsumsi pakan
terbaik pada P2 (20% Rumput + 40% Sisa Panen Tanaman Pisang + 40% bahan
lain), pertambahan bobot badan terbaik pada P2 (20% Rumput + 40% Sisa Panen
Tanaman Pisang + 40% bahan lain) dan konversi pakan terbaik pada P2 (20%
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemanfaatan sisa panen tanaman pisang dapat diberikan pada domba lokal
jantan lepas sapih dan dapat menggantikan keberadaan rumput sebanyak 60%
dalam komposisi pakan komplit yang diolah menjadi pelet.
Saran
Disarankan bahwa perkebunan tanaman pisang dapat diintegrasikan dengan
pemeliharaan domba lokal jantan lepas sapih melalui pengolahan sisa panen
tanaman pisang, namun sebaiknya sisa panen tanaman pisang difermentasi lebih
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.
Antonius dan S.P. Ginting. 2011. Pengaruh Pemberian Feed Suplemen Viterna Plus Terhadap Pertumbuhan Kambing Boerka yang Diberi Indigofera sp. Sebagai Pakan Basal. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Galang.Sumatera Utara.
Bamualim, A. 1988. Prosedur dan Parameter dalam Penelitian Pakan Ternak Ruminansia dalam Prinsip Produksi dan Penelitian Peternakan. Kupang.
Belasco, J. C. 1954. New Nitrogen Coumpound for Ruminant a Laboratory Evaluation. J. Anim. Sci. 13 : 601-610.
Cahyono, B. 1998. Beternak Kambing dan Domba.Kanisius. Yogyakarta.
Church, D.C. 1986. The Relationship Between in Vitro Gas Production, In vitro Microbial Biomass Yield and 15 N Incorporation and Its Implications for The Prediction of Voluntary Feed Intake of Rougha - ges. Brit.Jour.of Nutr. 77(5) :911 -921.
Church, D.C. dan W.G. Pond. 1998. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd ed Jhon Willey and Sons. New York.
Devendra, C. 1997. Utilization of Feeding Tuff From The Oil Palm. Feedings Tuff for Livestock In South Asia, Serdang. Malaysia.
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. 2008. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang per Kabupaten di Sumatera Utara. Medan
Ensminger, M. E., J. E. Oldfield dan W. W. Hineman. 1990. Feed and Nutrition (Formaly Feed and Nutrition Complete). 2nd Edition. The Ensminger Publishing Company. California.
Hanafiah, K.A. 2003. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Palembang.
Hardjosworo, P.S. dan M.S. Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging. Penebar Swadaya. Yogyakarta.
Haryanto, B. dan D. Andi. 1993. Pemenuhan Kebutuhan Zat-zat Pakan Ruminansia Kecil, dalam produksi kambing dan domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press.
Ishida dan Hasan. 1993. Effects of oil palm frond silase feeding on utilization of diet and meat production in fattening arton. Proc 86th Annual Meeting of Jpn, Zootech, Sci, Soc, Iwate University.
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.
Laboratorium BP3 Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. 2013. Hasil Analisis Nutrisi Limbah Tanaman Pisang. Galang
Laboratorium IP2TP Sei Putih. 1997. Hasil Analisa Nutrisi Rumput Lapangan. Sei Putih. Galang.
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak. 2005. Hasil Analisa Nutrisi Dedak Padi. Program Studi Peternakan FP USU. Medan.
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak. 2005. Hasil Analisa Nutrisi Bungkil Kelapa. Program Studi Peternakan FP USU. Medan.
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak. 2000. Hasil Analisa Nutrisi Molases. Program Studi Peternakan FP USU. Medan.
Laboratorium Sucofindo. 2013. Hasil Analisa Protein dan Serat Kasar Serbuk Daun, Pelepah dan Batang Pisang. PT. Sucofindo. Medan.
Martawidjaja, M. 1998. Pengaruh Taraf Pemberian Konsentrat Terhadap Keragaman Kambing Kacang Betina Sapihan. Pada: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Murtidjo, B.A. 1993. Memelihara Domba. Kanisius. Yogyakarta.
Mulyono, S. 1998. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba . Penebar Swadaya. Jakarta.
Nesheim, M. C dan L. E. Card. 1972. Poultry Production. 11th Edition. Lea and Febiger, Philadelphia. p : 235 – 239.
Nugroho, C.P. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Macanan Jaya Cemerlang. Jakarta.
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi Ruminansia Pedaging. Departemen Ilmu Pakan Ternak, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. UGM-Press. Yogyakarta.
Rangkuti, M.A., Musufie., P. Sitorus, I.P. Kompiang, K. Wardani dan A. Roesjat. 1985. Pemanfaatan Daun Tebu untuk Pakan Ternak di Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.
Rasyaf, M. 1992. Beternak Itik Komersial. Kanisius. Yogyakarta.
Setiadi, B. dan I. Inouno. 1991. Beternak Kambing dan Domba Sebagai Ternak Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Simatupang, L. 1991. Evaluasi nutrisi, korelasi vegetatif dan kemungkinan bonggol pisang sebagai makanan ternak ruminansia menggunakan teknik invitro dan insitu. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siregar, S.B. 1995. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sumoprastowo, R.M. 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wol. Bharata. Jakarta.
Sunarjono, H. 1998. Prospek Berkebun Buah. Cetakan ke II. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadimomodjo dan S. Prawirokusumo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Tjokroadikoesoemo, P.S. 1989. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT Gramedia. Jakarta.
Tomaszweska, M.W., I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T.R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Universitas Sebelas Maret.
Widayati, E. dan R. E. Widalestari. 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisorana. Surabaya.
Williamson, G. and W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bobot badan awal domba lokal jantan penelitian (kg/ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd
U1 U2 U3 U4 U5
Lampiran 2. Bobot badan akhir domba lokal jantan penelitian (kg/ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd
U1 U2 U3 U4 U5
P0 11,38 15,48 13,03 10,39 9,85 60,13 12,03±2,28tn P1 13,33 12,74 13,45 16,58 9,36 65,46 13,09±2,57tn P2 12,22 13,74 14,79 13,04 14,05 67,84 13,57±0,98tn P3 12,48 10,25 17,27 14,01 11,63 65,64 13,13±2,69tn Total 49,41 52,21 58,54 54,02 44,89 259,07
Rataan 12,35 13,05 14,64 13,51 11,22 12,95
Ket. tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 3. Rataan konsumsi bahan basah pakan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd
U1 U2 U3 U4 U5
P0 390,45 393,27 416,46 332,10 255,37 1.787,65 357,53±65,04tn P1 441,71 377,48 431,10 480,69 283,89 2.014,87 402,97±76,10tn P2 361,88 385,87 453,75 394,04 441,20 2.036,74 407,35±38,75tn P3 411,68 326,25 449,71 413,42 337,67 1.938,73 387,75±53,30tn Total 1.605,73 1.482,87 1.751,02 1.620,24 1.318,13 7.777,99
Rataan 401,43 370,72 437,76 405,06 329,53 388,90
Lampiran 4. Grafik konsumsi bahan kering pakan (g/ekor/hari)
Lampiran 6. Grafik konversi pakan
Lampiran 7. Pengolahan sisa panen tanaman pisang/rumput 11,74
Pengambilan sisa panen tanaman pisang/rumput
Pencacahan sisa panen tanaman pisang/rumput
Penjemuran hingga kering
Penggilingan/ digrinder
Lampiran 8. Pembuatan pakan bentuk pelet
Bahan baku digiling hingga menjadi tepung dengan mesin grinder Bahan baku
Ditimbang menurut formula yang sudah ditetapkan
Diaduk hingga merata ditempat pengadukan
Ditambahkan air kedalam molases dengan perbandingan air dengan molases 1:5 kemudian aduk hingga merata
Diaduk kembali hingga bahan cair tercampur rata dalam bahan
Bahan baku berbentuk adonan dengan kebasahan 60%
Adonan dimasukkan kealat pencetak pelet
Dihasilkan pelet ukuran 5-7mm