• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang sebagai Pengganti Rumput dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang sebagai Pengganti Rumput dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SISA PANEN TANAMAN PISANG SEBAGAI

PENGGANTI RUMPUT DALAM PAKAN KOMPLIT

BERBENTUK PELET TERHADAP PERFORMANS

DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH

SKRIPSI

Oleh:

BENNY SYAH BRAYMANA

090306033/PETERNAKAN

(2)

PEMANFAATAN SISA PANEN TANAMAN PISANG SEBAGAI

PENGGANTI RUMPUT DALAM PAKAN KOMPLIT

BERBENTUK PELET TERHADAP PERFORMANS

DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH

SKRIPSI

Oleh:

BENNY SYAH BRAYMANA

090306033/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang sebagai Pengganti Rumput dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

Nama : Benny Syah Braymana

NIM : 090306033

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Iskandar Sembiring, MM Usman Budi, S.Pt, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

BENNY SYAH BRAYMANA, 2014 “Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih”. Dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan USMAN BUDI.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Juli sampai November 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh pemberian sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih. Domba lokal jantan yang digunakan sebanyak 20 ekor dengan kisaran bobot badan awal 8,63±2,06 kg yang dibagi kedalam empat perlakuan dan lima ulangan dengan menggunakan rancangan acak lengkap sebagai rancangan percobaan. Perlakuan yang digunakan meliputi P0 (Pakan pelet yang mengandung 60% rumput + 40% bahan lain), P1 (Pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang + 40% rumput + 40% bahan lain), P2 (Pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman pisang + 20% rumput + 40% bahan lain) dan P3 (Pakan pelet yang mengandung 60% sisa panen tanaman pisang + 40% bahan lain). Parameter yang diteliti yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan (325,32; 369,24; 369,91; 345,36 g/ekor/hari), pertambahan bobot badan (39,45; 51,24; 59,70; 55,32 g/ekor/hari) dan konversi pakan (11,74; 7,63; 6,32; 7,11) domba lokal jantan lepas sapih dari keempat perlakuan.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa sisa panen tanaman pisang dapat diberikan pada domba lokal jantan lepas sapih dan dapat menggantikan keberadaan rumput sebanyak 60% dalam pakan komplit berbentuk pelet.

(5)

ABSTRACT

BENNY SYAH BRAYMANA, 2014 “Utilization of Pelleting Banana Crop Left Overs Instead of Grasses for Wearning Male Local Sheep Feed”. Supervised by ISKANDAR SEMBIRING and USMAN BUDI.

The research was conducted in the Animal Biology Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatera from July to November 2013. This objective was determine influence giving pelleting banana crop left overs instead of grasses on feed consumption, body weight gain and feed conversion for weaning male local sheep. Twenty male local sheeps were used with body weight range from 8,63±2,06 kgs and divided into four treatments and five replications using completely randomized design as design experiment. The treatments were used consist of P0 (pelleting of 60% grass + 40% the other feeds), P1 (pelleting of 20% Banana Crop Left Overs + 40% grass + 40% the other feeds), P2 (pelleting 40% Banana Crop Left Overs + 20% grass + 40% the other feeds) and P3 (pelleting of 60% Banana Crop Left Overs + 40% the other feeds). Parameters were observed by feed consumption, body weight gain and feed conversion.

The results showed that utilization of Pelleting Banana Crop Left Overs Instead of Grasses were not significant effect on feed consumption (325,32; 369,24; 369,91; 345,36 g/head/day), body weight gain (39,45; 51,24; 59,70; 55,32 g/head/day) and feed conversion (11,74; 7,63; 6,32; 7,11) for wearning male local sheep feed.

As conclusion of this research was that pelleting banana crop left overs could be gave for male local sheep and could be used instead of grasses as much as 60%.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Deli Tua Kec. Namorambe Kab. Deli Serdang pada

tanggal 14 September 1991 dari Ayah Darwin Syah Bandar Ginting dan Ibu

Teringet Purba S.Pd. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta Deli Murni Deli Tua dan pada

tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis

Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Penulis memilih

program studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi : Pengurus IMK

St. Fransiskus Xaverius Fakultas Pertanian USU periode 2011-2012.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Situnggaling,

Sipiso-piso Kec. Merek Kab. Karo, mulai tanggal 7 Juli sampai 22 Agustus 2012.

Penulis melakukan penelitian di Laboratorium Biologi Ternak, Program

Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada bulan Juli

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Judul dari skripsi ini adalah “Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang

Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet Terhadap

Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih”. Skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

Penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah

mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada

bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku ketua komisi pembimbing dan kepada

bapak Usman Budi, S.Pt, M.Si selaku anggota komisi pembimbing. Penulis juga

ucapkan terima kasih kepada rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

(8)

DAFTAR ISI

Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak Domba ... 6

Sistem Pencernaan Domba ... 8

Hasil Samping Tanaman Pisang ... 13

Dedak Padi ... 15

Parameter Penelitian ... 18

Konsumsi Pakan ... 18

Pertambahan Bobot Badan ... 19

(9)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

Bahan dan Alat Penelitian ... 21

Bahan ... 21

Alat ... 21

Parameter Penelitian ... 22

Konsumsi Pakan ... 22

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) ... 22

Konversi Pakan ... 22

Pelaksanaan Penelitian ... 23

Persiapan Kandang ... 23

Persiapan Domba ... 23

Persiapan Pakan ... 23

Pemberian Pakan dan Air Minum ... 24

Pemberian Obat-obatan ... 25

Penimbangan Bobot Badan ... 25

Metode Penelitian ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan dalam Bahan Kering (BK) ... 28

Pertambahan Bobot Badan ... 30

Konversi Pakan ... 32

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kebutuhan Nutrisi Domba Untuk Pertumbuhan dan Penggemukan ... 11

2. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang per

Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2008 ... 14

3. Kandungan Nilai Nutrisi Bahan Penyusun Pakan Komplit ... 18

4. Susunan Bahan Pakan Komplit Selama Penelitian ... 25

5. Rataan Konsumsi Bahan Kering Pakan Domba Lokal Jantan Selama

Penelitian (g/ekor/hari) ... 28

6. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Domba Lokal Jantan Selama

Penelitian ... 29

7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Jantan Selama

Penelitian (g/ekor/hari) ... 31

8. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Jantan

Selama Penelitian ... 32

9. Rataan Konversi Pakan Domba Lokal Jantan Selama Penelitian ... 32

10.

Analisis Ragam Konversi Pakan Domba Lokal Jantan Selama

Penelitian ... 33

11. Rekapitulasi Hasil Penelitian Pengaruh Pemberian Sisa Panen

Tanaman Pisang Sebagai Pengganti Rumput dalam Pakan Komplit

Berbentuk Pelet Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bobot badan awal domba lokal jantan penelitian (kg/ekor) ... 39

2. Bobot badan akhir domba lokal jantan penelitian (kg/ekor) ... 39

3. Rataan konsumsi bahan basah pakan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari) ... 39

4. Grafik konsumsi bahan kering pakan (g/ekor/hari) ... 40

5. Grafik pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) ... 40

6. Grafik konversi pakan ... 41

7. Pengolahan sisa panen tanaman pisang/rumput ... 41

8. Pembuatan Pakan Bentuk Pelet... 42

9. Analisa Laboratorium Limbah Tanaman Pisang ... 43

10. Sertifikat Analisis Serbuk Batang, Pelepah dan Daun Pisang ... 44

(12)

ABSTRAK

BENNY SYAH BRAYMANA, 2014 “Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih”. Dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan USMAN BUDI.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Juli sampai November 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh pemberian sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih. Domba lokal jantan yang digunakan sebanyak 20 ekor dengan kisaran bobot badan awal 8,63±2,06 kg yang dibagi kedalam empat perlakuan dan lima ulangan dengan menggunakan rancangan acak lengkap sebagai rancangan percobaan. Perlakuan yang digunakan meliputi P0 (Pakan pelet yang mengandung 60% rumput + 40% bahan lain), P1 (Pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang + 40% rumput + 40% bahan lain), P2 (Pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman pisang + 20% rumput + 40% bahan lain) dan P3 (Pakan pelet yang mengandung 60% sisa panen tanaman pisang + 40% bahan lain). Parameter yang diteliti yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan (325,32; 369,24; 369,91; 345,36 g/ekor/hari), pertambahan bobot badan (39,45; 51,24; 59,70; 55,32 g/ekor/hari) dan konversi pakan (11,74; 7,63; 6,32; 7,11) domba lokal jantan lepas sapih dari keempat perlakuan.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa sisa panen tanaman pisang dapat diberikan pada domba lokal jantan lepas sapih dan dapat menggantikan keberadaan rumput sebanyak 60% dalam pakan komplit berbentuk pelet.

(13)

ABSTRACT

BENNY SYAH BRAYMANA, 2014 “Utilization of Pelleting Banana Crop Left Overs Instead of Grasses for Wearning Male Local Sheep Feed”. Supervised by ISKANDAR SEMBIRING and USMAN BUDI.

The research was conducted in the Animal Biology Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatera from July to November 2013. This objective was determine influence giving pelleting banana crop left overs instead of grasses on feed consumption, body weight gain and feed conversion for weaning male local sheep. Twenty male local sheeps were used with body weight range from 8,63±2,06 kgs and divided into four treatments and five replications using completely randomized design as design experiment. The treatments were used consist of P0 (pelleting of 60% grass + 40% the other feeds), P1 (pelleting of 20% Banana Crop Left Overs + 40% grass + 40% the other feeds), P2 (pelleting 40% Banana Crop Left Overs + 20% grass + 40% the other feeds) and P3 (pelleting of 60% Banana Crop Left Overs + 40% the other feeds). Parameters were observed by feed consumption, body weight gain and feed conversion.

The results showed that utilization of Pelleting Banana Crop Left Overs Instead of Grasses were not significant effect on feed consumption (325,32; 369,24; 369,91; 345,36 g/head/day), body weight gain (39,45; 51,24; 59,70; 55,32 g/head/day) and feed conversion (11,74; 7,63; 6,32; 7,11) for wearning male local sheep feed.

As conclusion of this research was that pelleting banana crop left overs could be gave for male local sheep and could be used instead of grasses as much as 60%.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia terus meningkat seiring

dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya zat gizi. Sehingga peternakan merupakan sektor yang berperan sangat

penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya kebutuhan protein

hewani tersebut.

Ternak domba merupakan bagian dari komoditi yang berperan sebagai

sumber protein hewani. Pengembangannya sangat potensial untuk dihasilkan oleh

peternak. Peluang pasarnya selalu tersedia setiap saat dan selalu meningkat setiap

tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan

gizi.

Ternak domba memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi yang bisa

diandalkan yakni: badan ternak domba relatif lebih kecil dan cepat dewasa

sehingga usaha ternak domba memiliki keuntungan ekonomi yang cukup tinggi,

domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaan tidak

memerlukan lahan yang luas, investasi usaha ternak domba membutuhkan modal

relatif kecil sehingga setiap investasi lebih banyak unit produksi dapat tercapai,

modal usaha ternak domba lebih cepat berputarnya sebab ternak domba cepat

dewasa kelamin dan lebih cepat dipotong dibandingkan dengan ternak ruminansia

lain seperti kerbau ataupun sapi, karkas domba yang kecil akan lebih mudah dijual

sehingga relatif lebih cepat dikonsumsi hal ini sangat penting bagi daerah yang

peternakan domba yang sistem pemasarannya belum sempurna atau masih jauh

(15)

memudahkan dalam pemeliharaan sistem gembala terutama jika pemeliharaan

diserahkan anggota keluarga yang belum dewasa atau sudah sangat tua.

Dalam sektor peternakan semakin sempitnya lahan akan memberikan

dampak ketersediaan bahan pakan yang dibutuhkan ternak, terutama ternak

ruminansia yang bahan makanan utamanya adalah berupa hijauan atau rumput.

Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dicari suatu pakan alternatif yang dapat

menggantikan rumput sebagai pakan ternak. Salah satunya adalah hasil samping

tanaman pisang yang merupakan hasil samping pertanian yang berasal dari

tanaman pisang yang biasanya hanya dibiarkan atau dibuang setelah pisang

dipanen. Dilihat dari kandungan serat kasar beserta zat-zat pakan yang terdapat di

dalamnya, hasil samping tanaman pisang mempunyai potensi untuk dijadikan

bahan pakan ternak ruminansia.

Usaha tani pisang saat ini dapat menambah pendapatan petani apabila dapat

diterapkan penanaman pisang yang secara modern. Penanaman modern secara

umum belum diketahui oleh masyarakat, karena kebanyakan masyarakat

menanam secara tradisional, maka dengan demikian pemerintah setempat

khususnya Dinas Pertanian Sumatera Utara melakukan terobosan dengan adanya

penyuluhan pertanian di daerah Kabupaten Deli Serdang khususnya dalam

penyuluhan cara penanaman, perawatan atau pemeliharaan dan pemupukan

tanaman pisang. Agar dapat menghasilkan produksi yang lebih bermutu dan dapat

memenuhi permintaan pasar baik lokal maupun luar negeri. Saat ini dikhususkan

di daerah Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang karena merupakan

(16)

Pada umumnya hasil samping pertanian mempunyai beberapa sifat sebagai

berikut: 1). Nilai nutrisi rendah terutama protein dan kecernaannya; 2). Bersifat

bulky sehingga biaya angkutan menjadi mahal karena membutuhkan tempat lebih

banyak untuk satuan berat tertentu; 3). Kelembabannya tinggi dan menyulitkan

penyimpanan; dan 4). Penampilannya yang kurang menyenangkan. Sehingga

perlu dilakukan teknologi pembuatan pakan ternak berbentuk pelet. Untuk

kedepannya teknologi pelleting dapat menggantikan pengolahan pakan yang

hanya berbentuk segar dan tepung.

Keuntungan bentuk pelet selain untuk efisiensi ruang

penyimpanan/pengangkutan, juga dapat menghilangkan suasana berdebu,

mengurangi sisa pakan, mencegah selektivitas pakan oleh ternak, mengurangi

senyawa patogen, menyebabkan pati lebih dapat dicerna, meningkatkan

palatabilitas, dan meningkatkan konsumsi pakan dengan waktu yang lebih pendek.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh

mana pengaruh pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput

dalam pakan komplit berbentuk pelet sebagai pakan ternak terhadap konsumsi

pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba lokal jantan lepas

sapih.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian sisa

panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk

pelet terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan

(17)

Hipotesis Penelitian

Pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam

pakan komplit berbentuk pelet berpengaruh positif terhadap performans

(konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan) domba lokal

jantan lepas sapih.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, dan diharapkan dapat pula memberikan informasi

bagi peneliti, peternak dalam pengembangan usaha peternakan domba dan instansi

terkait tentang pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput

dalam pakan komplit berbentuk pelet terhadap konsumsi pakan, pertambahan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Domba

Domba memiliki sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum:

Vertebrata (bertulang belakang), Marga: Gnatostomata (mempunyai rahang),

Kelas: Mammalia, Bangsa: Placentalia (mempunyai plasenta), Suku: Ungulata

(berkuku), Ordo: Artiodactyla (berkuku genap), Sub ordo: Seledontia, Famili:

Caprinus, Genus: Ovis, Spesies: Ovis aries (Kartadisastra, 1997).

Secara umum ternak domba mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari

segi pemeliharaan seperti: cepat berkembang biak dan dapat beranak lebih dari

satu ekor dan dapat beranak dua kali setahun, berjalan dengan jarak lebih dekat

sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan, pemakan rumput, kurang memilih

pakan yang diberikan sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan, dapat

memberikan pupuk kandang dan sebagai sumber keuangan untuk keperluan

pertanian atau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendadak

(Tomaszweska et al., 1993).

Domba Lokal

Domba lokal lebih dikenal oleh masyarakat sebagai domba kampung atau

lokal. Domba jenis ini kurang produktif jika diusahakan secara komersil, karena

karkas (daging) yang dihasilkan sangat rendah. Demikian pula, bulunya kurang

mempunyai mutu yang baik. Jenis domba ini banyak diusahakan oleh masyarakat

di pedesaan sebagai sampingan saja (Cahyono,1998).

Domba ekor tipis merupakan domba lokal yang dikenal sebagai domba asli

(19)

merupakan warna dominan dengan warna hitam di seputaran mata, hidung, dan

beberapa bagian tubuh lain. Ekor tipis dan tidak berlemak. Domba jantan

memiliki tanduk kecil dan melingkar, sedangkan domba betina tidak bertanduk.

Bulunya berupa wool/kasar. Berat badan domba jantan berkisar 30-40 kg dan

domba betina 15-20 kg. Salah satu keunggulan domba ekor tipis adalah sifatnya

yang prolifik, melahirkan 2-5 ekor setiap kelahiran (Sodiq dan Abidin, 2002).

Domba asli Indonesia adalah domba yang memiliki ekor tipis, populasinya

ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah sekitar 80%. Domba ini mempunyai tubuh

dan bentuk badan yang kecil, serta memiliki ciri yang lain seperti: badannya

memiliki bulu yang berwarna putih, tetapi ada yang berwarna lain, seperti hitam

belang-belang yang terletak di sekitar mata. Domba jantan memiliki tanduk yang

kecil sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk. Ekor relatif tipis dan kecil.

Domba jantan dewasa memiliki bobot badan sekitar 30-40 kg sedangkan bobot

badan betina sekitar 15-20 kg (Mulyono, 1998).

Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak Domba

Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang

meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh,

termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan

organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada

karkas. Faktor jenis kelamin, hormon dan kastrasi serta genotif juga

mempengaruhi pertumbuhan. Dimana konsumsi protein dan energi yang lebih

tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Soeparno, 1994).

(20)

tubuh mengalami perubahan selama pertumbuhan dan perkembangan.

Jaringan-jaringan tubuh mengalami pertumbuhan maksimal yang berbeda pula. Komposisi

kimia komponen-komponen tubuh termasuk tulang, otot dan lemak. Tulang, otot

dan lemak merupakan komponen utama penyusun tubuh (Soeparno, 1994).

Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot

badan yang dilakukan dengan cara penimbangan secara berkala dan dinyatakan

sebagai pertumbuhan berat badan dalam satuan waktu tertentu: tiap hari, tiap

minggu atau tiap waktu lainnya. Pertumbuhan mempunyai tahap yang cepat dan

tahap yang lambat. Tahap yang cepat terjadi pada saat sampai pubertas dan tahap

lambat terjadi pada saat dewasa tubuh telah tercapai (Tillman et al., 1991).

Pada ternak domba pertumbuhannya pada mulanya lambat, kemudian

berubah menjadi lebih cepat. Tetapi pertumbuhan itu akan kembali lambat

sewaktu hewan itu mendekati kedewasaannya. Pertumbuhan anak domba yang

tercepat dimulai semenjak ia dilahirkan sampai berumur 3-4 bulan, selama inilah

merupakan saat yang ekonomis di dalam pemeliharaan domba. Pertumbuhan

selanjutnya diperlukan lebih banyak makanan karena pertumbuhannya memang

telah lambat (Sumoprastowo, 1993).

Pada domba sampai umur 2,5 bulan pertumbuhan absolut akan berjalan

lambat yang digambarkan pada kurva pertumbuhan. Umur 2,5 bulan sampai

dengan masa pubertas (6-8 bulan) pertumbuhan akan berjalan maksimum yang

digambarkan dengan peningkatan garis yang tajam pada kurva pertumbuhan saat

domba mencapai pubertas, terjadi kembali perlambatan pertumbuhan dan kurva

akan kembali menjadi landai pada saat mencapai titik belok atau inflection point

(21)

Gambar kurva sigmoid pertumbuhan pada domba

Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan

mempunyai respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki

efisiensi produksi yang tinggi dan adanya ragam yang besar dalam konsumsi

bahan kering (Devendra, 1997).

Sistem Pencernaan Domba

Proses utama dari sistem pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik

ataupun mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau penguyahan dalam

mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh

kontraksi-kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi

dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang

berupa getah-getah pencernaan. Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga

dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan oleh sel-sel

mikroorganisme (Tillman et al., 1991).

(22)

konversi makanan. Dari faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian

adalah: 1). Suhu; 2). Laju perjalanan melalui alat pencernaan; 3). Bentuk fisik

bahan makanan; 4). Komposisi ransum; 5). Pengaruh terhadap perbandingan dari

zat makanan lainnya (Anggorodi, 1990).

Perbedaan sistem pencernaan pakan pada ternak ruminansia, tempat pada

struktur gizi, yaitu terdapat geraham belakang (molar yang besar), berfungsi untuk

mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Disamping itu terdapat pada ternak

ruminansia modifikasi lambung yang dibedakan menjadi empat bagian, yaitu

rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum dan abomasum. Dengan

ukuran bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen

80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, abomasum 7-8% (Prawirokusumo, 1994).

Pemberian Air Minum

Komposisi tubuh domba, 70% dari berat badannya berupa air. Kekurangan

air di dalam tubuh hingga mencapai 20% akan menyebabkan domba mengalami

dehidrasi yang bisa menyebabkan kematian. Karena itu, ketersediaan air bersih di

dalam kandang untuk minum merupakan hal yang mutlak perlu. Kebutuhan

domba terhadap air tergantung pada banyak faktor, misalnya kondisi fisiologis,

kondisi hijauan, ataupun kondisi lingkungan (Setiadi dan Inouno, 1991).

Domba muda relatif membutuhkan air lebih banyak dibandingkan dengan

domba tua. Jika hijauan yang diberikan dan dikonsumsi sudah tua, yang umumnya

berkadar air rendah, domba akan membutuhkan air lebih banyak dibandingkan

dengan hijauan yang masih muda. Jika temperatur lingkungan cukup tinggi,

(23)

membutuhkan air sebanyak 1,5-2,5 liter per hari. Sebaiknya air disediakan dalam

jumlah yang tidak terbatas (Sodiq dan Abidin, 2002).

Kebutuhan Nutrisi Domba

Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi

ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat

yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak,

protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995).

Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh

kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat

tergantung jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui),

kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur,

kelembaban, nisbi udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak berbeda

kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).

Jumlah pemberian pakan (dalam bahan kering) adalah sebesar 4% dari

bobot hidup ternak. Pakan terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan

perbandingan 60 : 40 (Antonius dan Ginting, 2011).

Pakan yang diberikan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup,

membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi

(Widayati dan Widalestari, 1996). Kebutuhan nutrisi domba untuk pertumbuhan

(24)

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi domba untuk pertumbuhan dan penggemukan

Energi Protein Bahan

Kering

Sumber: (Haryanto dan Andi, 1993)

Pakan Komplit

Keuntungan dari penggunaaan pakan komplit yaitu: 1). Meningkatkan

efisiensi pemberian pakan; 2). Ketika hijauannya kurang palatabel maka jika

dibuat campuran ransum komplit akan meningkatkan konsumsi, begitu juga

sebaliknya jika ketersediaan konsentrat terbatas dapat dipakai hijauan sebagai

campuran; dan 3). Campuran ransum komplit dapat mempermudah ternak untuk

mendapatkan pakan lengkap (Ensminger et al., 1990).

Pakan komplit (total mixed ratio) merupakan suatu strategi pemberian

pakan yang telah lama diadopsi pada industri sapi perah, namun pada usaha

produksi domba penggunaan pakan komplit sangat terbatas. Penggunaan pakan

komplit berbentuk peletmemberikan performans dan keuntungan yang lebih baik

dibandingkan dalam bentuk tepung. Dapat disimpulkan bahwa pakan komplit

pada domba dapat menjadi salah satu strategi alternatif untuk memaksimalkan

pemanfaatan sumber daya pakan berbasis sisa panen tanaman pisang, sehingga

berpotensi sebagai faktor pendorong berkembangnya usaha produksi ternak

(25)

Pengolahan Pakan Pelet

Umumnya proses pengolahan pelet terdiri dari 3 tahap, yaitu 1) pengolahan

pendahuluan meliputi pencacahan, pengeringan dan penghancuran menjadi

tepung, 2) Pembuatan pelet meliputi proses pencetakan, pendinginan dan

pengeringan, 3) Perlakuan akhir meliputi sortasi, pengepakan dan penggudangan

(Tjokroadikoesoemo, 1989).

Keuntungan pakan dalam bentuk pelet selain untuk efisiensi ruang

penyimpanan/pengangkutan/penanganan, juga dapat menghilangkan suasana

berdebu, mengurangi sisa pakan, mencegah selektivitas pakan oleh ternak,

mengurangi senyawa patogen, menyebabkan pati lebih dapat dicerna,

meningkatkan palatabilitas, dan meningkatkan konsumsi pakan dengan waktu

yang lebih pendek (Winoswiski, 1995).

Bahan Penyusun Pakan Komplit

Hijauan Rumput Lapangan

Konsumsi hijauan pakan dapat ditingkatkan dengan pemberian pakan secara

ad libitum. Peningkatan konsumsi akibat meningkatnya tingkat pemberian pakan

disebabkan oleh semakin besarnya peluang untuk memilih (seleksi terhadap pakan

yang diberikan). Bagian daun tanaman hijauan tropis dikonsumsi lebih banyak

dibandingkan dengan bagian batang. Ternak kambing dan domba yang diberi

hijauan pakan potongan memilih bagian daun yang umumnya lebih tinggi

kecernaannya dibandingkan batang. Pemilihan daun dibandingkan batang

mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan sifat fisik dari tanaman tersebut.

(26)

bukan hanya karena faktor gizi, tetapi juga dipengaruhi perbedaan tekstur

(Tomaszweska et al., 1993).

Hijauan merupakan makanan kasar yang terdiri dari hijauan yang dapat

berupa rumput lapangan, hasil samping pertanian dan ikutannya serta rumput jenis

unggul yang telah diintroduksi, juga beberapa jenis leguminosa. Hijauan pakan

merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi tidak saja

sebagai pengisi perut tetapi juga sebagai sumber gizi yaitu protein dan sumber

tenaga yaitu vitamin dan mineral (Murtidjo, 1993). Kandungan nilai nutrisi

rumput lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil Samping Tanaman Pisang

Klasifikasi botani tanaman pisang adalah Divisi: Spermatophyta, Sub divis:

Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Keluarga : Musaceae, Genus: Musa,

Spesies: Musa sp. Tanaman pisang termasuk famili Musaceae dan merupakan

tanaman rumpun besar. Tanaman pisang merupakan tanaman semak yang

berbatang semu dan hanya sekali berbunga dalam hidupnya (monokarpik),

tingginya bervariasi 1-4 meter tergantung varietasnya. Tanaman pisang

mempunyai daun yang lebar, panjang dan tulang daunnya besar. Batangnya

tumbuh mempunyai bonggol (umbi) yang besar dan terdapat banyak mata yang

dapat tumbuh menjadi tunas anakan (Sunarjono, 1998).

Tanaman pisang merupakan tanaman yang paling mudah ditemui dan

berkembang biak di daerah tropis seperti Indonesia. Potensinya sebagai pakan

ternak ruminansia di Indonesia belum banyak digali. Kadar air yang sangat tinggi

terutama pada batang merupakan kendala dalam konsumsi tanaman pisang itu

(27)

tinggi. Di dalam kandungan yang tinggi ternyata banyak terkandung senyawa

mineral, senyawa fenol, dan senyawa gula sederhana; sedangkan di dalam

bonggol terdapat senyawa pati yang dapat digunakan sebagai sumber energi.

Pemberian bagian tanaman pisang biasanya dicampur dengan bahan lain sebagai

sumber protein atau energi (Wina, 2001). Data produktivitas tanaman pisang per

kabupaten di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2008.

No Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha) Produksi (Ton)

1 Medan 6 121,26 79

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (2008)

(28)

ternak mempunyai beberapa keuntungan anatara lain : a. Daun pisang mempunyai

kandungan protein yang cukup tinggi, b. Produksi per luas lahan cukup tinggi,

dapat mencapai 2500-5000 pohon/Ha (tergantung varietasnya), c. Apabila

tanaman dipanen maka akan mudah untuk memotong dan membuang batang

tersebut untuk memberi ruang pada tunas baru untuk tumbuh dan berkembang

(Simatupang, 1991). Kandungan nilai nutrisi hasil samping tanaman pisang dapat

dilihat pada Tabel 3.

Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi

beras yang mengandung bagian luar yang tebal, tetapi bercampur dengan bagian

penutup beras. Hasil yang mempengaruhi tinggi rendahnya serat kasar dedak. Bila

dilihat dari pengolahan gabah menjadi beras dapat dipastikan serat kasarnya tinggi

(Rasyaf, 1992). Kandungan nilai nutrisi dedak padi dapat dilihat pada Tabel 3.

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah pakan ternak yang berasal dari sisa pembuatan

minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan sangat potensial

untuk meningkatkan kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Kandungan nilai nutrisi

bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 3.

Molases

Molases dapat dipergunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan

molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48-60% sebagai

gula), kadar mineral cukup dan rasanya disukai ternak. Molases juga mengandung

(29)

Cobalt, Boron, Yodium, Tembaga, Magnesium dan seng sedangkan

kelemahannya ialah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jika

dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985). Kandungan nilai nutrisi

molases dapat dilihat pada Tabel 3.

Urea

Urea sebagai bahan pakan ternak berfungsi sebagai sumber NPN (Non

Protein Nitrogen) dan mengandung lebih banyak 45% unsur Nitrogen sehingga

pemakaian urea mampu memperbaiki kualitas rumput yang diberikan kepada

domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea terlalu tinggi konsentrasinya

dapat menyebabkan keracunan (Hartadi et al., 1990).

Menurut Belasco (1954), urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45%

atau setara dengan potein kasar antara 262 – 281%. Satu-satunya sumber NH3+

yang murah dan mudah diperoleh adalah urea. Urea dengan rumus molekul

CO(NH2)2 banyak digunakan dalam ransum ternak ruminansia karena mudah

diperoleh, harga murah. Secara fisik urea berbentuk kristal padat berwarna putih

dan higoskopis (Siregar, 1995). Kandungan nilai nutrisi urea dapat dilihat pada

Tabel 3.

Garam

Garam atau biasanya dikenal dengan NaCl merangsang sekresi saliva.

Terlalu banyak garam akan mengakibatkan retensi air sehingga menimbulkan

udema. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan herbivora daripada

(30)

tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi mundur dan berat badan turun.

Kebutuhan domba akan garam sebanyak 9% dalam pakan (Parakkasi, 1995).

Ultra Mineral

Mineral adalah zat anorganik, yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun

berperan penting agar proses biologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral

digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pembentukan darah,

pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang

(31)

Tabel 3. Kandungan nilai nutrisi bahan penyusun pakan komplit

Sumber: a. Laboratorium BP3 Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih-Galang (2013) b. Laboratorium IP2TP Sei Putih-Galang (1997)

c. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) d. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) e. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program Studi Peternakan, FP USU (2000) f. Belasco (1954)

g. Sucofindo (2013)

Keterangan: S.P.T.P: Sisa Panen Tanaman Pisang

Parameter Penelitian

Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak, bila

pakan diberikan secara ad libitum. Kesehatan ternak juga sangat berpengaruh

terhadap konsumsi pakan. Ternak yang sakit, walaupun gejala penyakitnya belum

jelas, nafsu makannya turun dan cenderung malas berjalan ketempat pakan

maupun minum. Pada keadaan suhu lingkungan yang lebih tinggi dari yang

dibutuhkan, nafsu makan akan menurun dan konsumsi air meningkat. Akibatnya,

otot-otot daging lambat membesar dan daya tahan tubuhpun menurun

(Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000).

Pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak,

palatabilitas pakan dan seleksi terhadap hijauan pakan. Konsumsi pakan juga

mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan

(32)

Semakin banyak serat kasar yang terdapat dalam suatu bahan pakan maka

semakin tebal dinding sel dan akibatnya semakin rendah daya cerna dari bahan

pakan (Anggorodi, 1994).

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi kualitas bahan makan ternak, karena pertumbuhan

yang diperoleh dari suatu percobaan merupakan salah satu indikasi pemanfaatan

zat-zat pakan dari ransum yang diberikan. Dari data pertambahan bobot badan

akan diketahui nilai suatu bahan pakan bagi ternak (Church dan Pond, 1998).

Pertambahan bobot badan domba akan lebih besar bila pemberian hijauan

disertai dengan pemberian konsentrat. Penambahan konsentrat komersial

menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 71 g/ekor/hari, lebih besar bila

domba hanya diberi rumput gajah, yaitu menambah bobot badan 18 g/ekor/hari

(Martawidjaja, 1998).

Pertumbuhan dinyatakan pada umumnya dengan pengukuran kenaikan berat

badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan

diketengahkan dengan penambahan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap

waktu lainnya (Tillman et al., 1991).

Konversi Pakan

Konversi merupakan salah satu indeks yang dapat memperlihatkan sampai

sejauh mana efisiensi usaha ternak dapat menentukan besar kecilnya keuntungan

(33)

berkaitan dengan biaya produksi, biaya pakan adalah yang terbesar dari total biaya

produksi (Rasyaf, 1992).

Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik

dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan

akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun

(34)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program

Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Berlangsung

mulai dari bulan Juli sampai November 2013.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Adapun domba yang digunakan adalah domba lokal jantan lepas sapih

sebanyak 20 ekor dengan kisaran bobot badan awal 8,63±2,06 kg. Bahan pakan

yang diberikan terdiri atas: sisa panen tanaman pisang dan rumput lapangan

sebagai hijauan serta konsentrat terdiri atas: dedak padi, bungkil kelapa, molases,

urea, garam dan ultra mineral. Bahan pakan dan konsentrat diolah menjadi pakan

pelet. Obat-obatan seperti obat cacing (kalbazen), anti bloat untuk obat kembung,

air minum, desinfektan (rodalon) dan obat tradisional.

Alat

Kandang terdiri atas kandang individu 20 unit dengan ukuran 1 x 0,5 m2

beserta perlengkapannya, ember sebanyak 20 buah sebagai tempat pakan dan 20

buah tempat minum, timbangan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 40 kg

dengan kepekaan 10 g, timbangan berkapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 g untuk

menimbang pakan, terpal plastik untuk mencampur dan menjemur bahan pakan,

karung plastik sebagai tempat pakan, alat penerangan, grinder untuk

(35)

untuk mencatat data selama penelitian, alat pembersih kandang dan termometer

untuk mengetahui suhu di dalam dan di luar kandang.

Parameter Penelitian

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24 jam). Data

konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang

diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan sisa pakan

yang dilakukan pada pagi hari berikutnya. Konsumsi pakan dapat dirumuskan

sebagai berikut: Konsumsi Pakan (BK)= Pakan yang diberikan (g)–Pakan yang

sisa (g).

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara membagi selisih bobot

badan (bobot badan akhir – bobot badan awal) dengan jumlah hari pengamatan

pertumbuhan bobot badan yang dihitung setiap satu minggu sekali, dinyatakan

dalam gram per ekor per hari. Pertambahan bobot badan harian dirumuskan

sebagai berikut:

PBBH=Bobot Badan Akhir-Bobot Badan Awal (g ekor⁄ ) Jumlah hari pengamatan (hari)

Konversi Pakan

Konversi pakan dihitung dengan cara membagi banyaknya pakan yang

dikonsumsi per ekor per hari dengan produksi pertambahan bobot badan per ekor

(36)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang

Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian dilakukan

penyemprotan dengan rhodalon (dosis 10 ml/2,5 liter air) pada lantai dan dinding

kandang sebelum proses pemeliharaan.

Persiapan Domba

Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor domba lokal

yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan, tiap percobaan terdapat 1 ekor domba.

Penempatan domba dilakukan dengan sistem pengacakan yang tidak membedakan

bobot badan domba.

Persiapan Pakan

Proses pembuatan dimulai dengan pengolahan hasil samping sisa panen

tanaman pisang dan rumput lapangan sebagai bahan pakan hijauan menjadi

berbentuk tepung. Sisa panen tanaman pisang berupa batang, pelepah dan daun

serta rumput lapangan dicincang secara manual atau menggunakan alat

pencincang (chopper) kemudian dijemur di bawah sinar matahari dan/atau

menggunakan oven bersuhu 600C seterusnya dihaluskan menggunakan mesin

grinder.

Setelah sisa panen tanaman pisang dan rumput lapangan kering dan halus

dicampur merata dengan bahan konsentrat lainnya sesuai dengan formulasi setiap

perlakuan dan adonan dengan kebasahan 60%, molases dicampur dengan air

dengan perbandingan 1:5 selanjutnya akan dibuat menjadi pelet ukuran 5-7 mm

(37)

sinar matahari dan/atau menggunakan oven bersuhu 500C selama 12 jam dan

disimpan.

Pemberian Pakan dan Air Minum

Pakan yang diberikan adalah pakan komplit berbentuk pelet sesuai dengan

perlakuan P0: Pakan pelet yang mengandung 60% rumput + 40% bahan lain; P1:

Pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang + 40% rumput +

40 % bahan lain; P2: Pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman

pisang + 20% rumput + 40% bahan lain; P3: Pakan pelet yang mengandung 60%

sisa panen tanaman pisang + 40% bahan lain). Pakan diberikan pada pagi hari

pada pukul 08.00 WIB, sore hari pukul 17.00 WIB, malam hari pukul 22.00 WIB,

selanjutnya sisa pakan ditimbang pada waktu pagi hari keesokan harinya sesaat

sebelum ternak diberi makan kembali untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut.

Sebelum dilaksanakan penelitian diberikan waktu 10 hari bagi ternak dengan

pakan perlakuan secara bertahap sedikit demi sedikit. Pemberian air minum

diberikan secara ad libitum, air diganti setiap harinya. Susunan bahan pakan

(38)

Tabel 4. Susunan bahan pakan komplit selama penelitian

Bahan Pakan Perlakuan

P0 P1 P2 P3

Keterangan: S.P.T.P: Sisa Panen Tanaman Pisang

Pemberian Obat-obatan

Sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu domba diberikan obat

cacing Kalbazen dengan dosis 1 tablet/50 berat badan untuk menghilangkan

parasit dalam saluran pencernaan. Sedangkan obat-obatan lain diberikan

berdasarkan kebutuhan bila ternak sakit.

Penimbangan Bobot Badan

Penimbangan bobot badan domba dilakukan saat awal penelitian dan

pengambilan data pertambahan bobot badan selama satu minggu sekali

penimbangan selama tiga bulan.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara

experimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4

perlakuan dan 5 ulangan. Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut:

(39)

P1: Pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang + 40% rumput

+ 40% bahan lain

P2: Pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman pisang + 20% rumput

+ 40% bahan lain

P3: Pakan pelet yang mengandung 60% sisa panen tanaman pisang + 40% bahan

lain

Dengan ulangan yang didapat berasal dari rumus :

T (n-1) ≥ 15

4(n-1) ≥ 15

4n-4 ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4,75

n = 5

Setiap percobaan diulang sebanyak lima kali, dengan demikian terdapat

sebanyak 20 petak percobaan.

Susunan perlakuan penelitian adalah sebagai berikut:

P1U3 P2U5 P3U2 P0U5 P1U2

P0U2 P1U4 P2U1 P3U3 P0U1

P3U5 P0U3 P1U5 P2U2 P3U4

P2U4 P3U1 P0U4 P1U1 P2U3

Dimana: Perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) Ulangan (U1, U2, U3, U4 dan U5)

Menurut Hanafiah (2003) model linear untuk rancangan acak lengkap

(RAL) adalah :

Yij = µ + αi + εij

(40)

αi = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Pengaruh galat (Experimental error) perlakuan ke-I pada ulangan

ke-j

Pakan yang digunakan merupakan campuran dari hijauan berupa sisa panen

tanaman pisang dan rumput lapangan dengan konsentrat berupa dedak padi,

bungkil kelapa, molases, urea, garam dan ultra mineral yang diproses dengan cara

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan dalam Bahan Kering (BK)

Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam menghabiskan sejumlah

pakan yang diberikan secara ad libitum. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan

pengurangan jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ada. Bahan

kering adalah bahan yang terkandung di dalam pakan setelah dikurangkan dengan

airnya. Pakan yang dikonsumsi sudah dikonversikan dalam bentuk bahan kering.

Data konsumsi bahan kering pakan domba lokal jantan selama penelitian dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan konsumsi bahan kering pakan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat rataan konsumsi pakan domba lokal

jantan sebesar 352,46 g/ekor/hari. Rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada

perlakuan P2(20% Rumput + 40% Sisa Panen Tanaman Pisang + 40% bahan lain)

sebesar 369,91 g/ekor/hari, sedangkan rataan konsumsi pakan terendah terdapat

pada perlakuan P0 (60% Rumput + 40% bahan lain) sebesar 325,32 g/ekor/hari.

Perbedaan konsumsi pakan dari keempat perlakuan ini dapat digambarkan

(42)

Pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam

pakan komplit berbentuk pelet terhadap konsumsi pakan domba lokal jantan lepas

sapih dianalisis ragam seperti tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis ragam konsumsi pakan domba lokal jantan selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

0,05 0,01 Perlakuan 3 6.866,91 2.288,97 0,77tn 3,24 5,29 Galat 16 47.419,73 2.963,73

Total 19 54.286,64 Ket. tn = tidak berbeda nyata

Hasil analisis ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil

dari F tabel, artinya pemberian pakan dengan menggunakan sisa panen tanaman

pisang dan rumput dalam pakan domba lokal jantan memberikan pengaruh yang

tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan domba lokal jantan. Hal ini

diasumsikan bahwa setiap perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) memberikan respon

yang sama terhadap konsumsi.

Hasil analisis yang tidak berbeda nyata mengindikasikan bahwa kandungan

rumput dan sisa panen tanaman pisang dari ke empat perlakuan tersebut

mempunyai kandungan nutrisi yang relatif sama dan ternak yang digunakan

homogen baik dari bobot badan maupun umurnya. Menurut Parakkasi (1995)

bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan

palatabilitas). Makanan yang berkualitas baik dengan tingkat pemberian pakan

yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda. Hal ini juga

diutarakan oleh Bamualim (1988) yang menyatakan bahwa kualitas pakan

(43)

Pengaruh tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan pelet (dalam bahan

kering) disebabkan oleh keseimbangan protein dan energi seperti dinyatakan oleh

Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah

palatabilitas dan zat makanan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Church (1986),

yakni faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain adalah palatabilitas dan

kandungan nutrisi pakan.

Hasil analisis dari keempat perlakuan tidak berbeda nyata, tetapi ada

kecenderungan konsumsi pada pakan perlakuan P2 lebih tinggi dari pada

perlakuan yang lain. Dengan demikian pakan perlakuan P2 (20% Rumput + 40%

Sisa Panen Tanaman Pisang + 40% bahan lain) dapat dijadikan standart sebagai

pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan

berbentuk pelet untuk domba lokal jantan lepas sapih.

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan merupakan suatu indikator terjadinya deposisi nutrient dalam

jaringan tubuh. Pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal jantan dalam

penelitian ini diperoleh dari hasil penimbangan bobot badan akhir dikurangi

dengan bobot badan awal penimbangan. Pengukuran bobot badan dilakukan setiap

satu minggu sekali. Rataan pertambahan bobot badan domba lokal jantan setiap

(44)

Tabel 7. Rataan pertambahan bobot badan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari).

Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd

U1 U2 U3 U4 U5

P0 33,45 72,02 62,14 13,21 16,43 197,26 39,45±26,60tn P1 53,21 41,90 50,18 82,26 28,63 256,19 51,24±19,78tn P2 62,32 44,40 60,95 57,50 73,33 298,51 59,70±10,41tn P3 59,29 32,14 80,60 75,95 28,63 276,61 55,32±24,13tn Total 208,27 190,48 253,87 228,93 147,02 1.028,57

Rataan 52,07 47,62 63,47 57,23 36,76 51,43 Ket. tn = tidak berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat rataan pertambahan bobot badan domba

jantan lokal sebesar 51,43 g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot badan tertinggi

terdapat pada perlakuan P2 (20% Rumput + 40% Sisa Panen Tanaman Pisang +

40% bahan lain) sebesar 59,70 g/ekor/hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Church dan Pond (1998) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan yang

diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil metabolisme zat – zat

makanan yang dikonsumsi. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak

akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Sedangkan rataan

pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P0 (60% Rumput +

40% bahan lain) sebesar 39,45 g/ekor/hari.

Perbedaan pertambahan bobot badan dari keempat perlakuan ini dapat

digambarkan sesuai dengan lampiran 5.

Pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam

pakan komplit berbentuk pelet terhadap pertambahan bobot badan domba lokal

(45)

Tabel 8. Analisis ragam pertambahan bobot badan domba lokal jantan selama Ket. tn = tidak berbeda nyata

Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan sisa

panen tanaman pisang dan rumput dalam pakan domba lokal jantan terhadap

pertumbuhan domba lokal jantan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata

terhadap pertambahan bobot badan domba lokal jantan.

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang

dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut.

Rataan konversi pakan domba lokal jantan setiap perlakuan selama penelitian

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan konversi pakan domba lokal jantan selama penelitian

Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd

U1 U2 U3 U4 U5 Ket. tn = tidak berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat rataan konversi pakan domba lokal jantan

sebesar 8,20. Rataan konversi pakan domba tertinggi terdapat pada pakan

(46)

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat rataan konversi pakan domba jantan

lokal sebesar 8,20. Dimana hasil ini normal untuk konversi pakan domba. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Ishida dan Hasan (1993) yang menyatakan bahwa

konversi pakan yang normal untuk domba adalah 8,0 – 10,0.

Perbedaan konversi pakan dari keempat perlakuan ini dapat digambarkan

sesuai dengan lampiran 6.

Pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam

pakan komplit berbentuk pelet terhadap konversi pakan domba lokal jantan lepas

sapih dianalisis ragam seperti tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis ragam konversi pakan domba lokal jantan selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

0,05 0,01

Perlakuan 3 87,81 29,27 1,90tn 3,24 5,29 Galat 16 246,58 15,41

Total 19 334,40 Ket. tn = tidak berbeda nyata

Setelah dilakukan analisis ragam seperti pada Tabel 10, maka diperoleh

hasil pemberian pakan dengan menggunakan sisa panen tanaman pisang dan

rumput dalam pakan domba lokal jantan terhadap pertumbuhan domba lokal

jantan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan

domba lokal jantan dikarenakan beberapa faktor yakni kualitas pakan, nilai

kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam

jaringan tubuh ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pond et al. (1995),

konversi ransum khususnya ternak ruminansia kecil dipengaruhi oleh kualitas

ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses

metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas ransum yang

(47)

dan makin efisien penggunaan ransumnya. Serta menurut Nesheim dan Card

(1972), faktor yang turut berperan dalam konversi ransum adalah temperatur

lingkungan, potensi genetik, nutrisi, kandungan energi dan penyakit.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rataan dari ketiga parameter yaitu: konsumsi pakan, pertambahan bobot

badan dan konversi pakan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi hasil penelitian pengaruh pemberian sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih

Perlakuan Konsumsi Pakan (g/ekor/hari)

Pertambahan bobot

badan (g/ekor/hari) Konversi pakan P0 325,32±59,18tn

39,45±26,60tn 11,74±7,22tn

P1 369,24±69,73tn 51,24±19,78tn 7,63±1,39tn

P2 369,91±35,19tn 59,70±10,41tn 6,32±1,06tn

P3 345,36±47,47tn 55,32±24,13tn 7,11±2,54tn Ket. tn = tidak berbeda nyata

Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian sisa panen tanaman pisang

sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet terhadap domba

lokal jantan lepas sapih memberikan respon tidak berbeda nyata pada parameter

konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Konsumsi pakan

terbaik pada P2 (20% Rumput + 40% Sisa Panen Tanaman Pisang + 40% bahan

lain), pertambahan bobot badan terbaik pada P2 (20% Rumput + 40% Sisa Panen

Tanaman Pisang + 40% bahan lain) dan konversi pakan terbaik pada P2 (20%

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemanfaatan sisa panen tanaman pisang dapat diberikan pada domba lokal

jantan lepas sapih dan dapat menggantikan keberadaan rumput sebanyak 60%

dalam komposisi pakan komplit yang diolah menjadi pelet.

Saran

Disarankan bahwa perkebunan tanaman pisang dapat diintegrasikan dengan

pemeliharaan domba lokal jantan lepas sapih melalui pengolahan sisa panen

tanaman pisang, namun sebaiknya sisa panen tanaman pisang difermentasi lebih

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

Antonius dan S.P. Ginting. 2011. Pengaruh Pemberian Feed Suplemen Viterna Plus Terhadap Pertumbuhan Kambing Boerka yang Diberi Indigofera sp. Sebagai Pakan Basal. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Galang.Sumatera Utara.

Bamualim, A. 1988. Prosedur dan Parameter dalam Penelitian Pakan Ternak Ruminansia dalam Prinsip Produksi dan Penelitian Peternakan. Kupang.

Belasco, J. C. 1954. New Nitrogen Coumpound for Ruminant a Laboratory Evaluation. J. Anim. Sci. 13 : 601-610.

Cahyono, B. 1998. Beternak Kambing dan Domba.Kanisius. Yogyakarta.

Church, D.C. 1986. The Relationship Between in Vitro Gas Production, In vitro Microbial Biomass Yield and 15 N Incorporation and Its Implications for The Prediction of Voluntary Feed Intake of Rougha - ges. Brit.Jour.of Nutr. 77(5) :911 -921.

Church, D.C. dan W.G. Pond. 1998. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd ed Jhon Willey and Sons. New York.

Devendra, C. 1997. Utilization of Feeding Tuff From The Oil Palm. Feedings Tuff for Livestock In South Asia, Serdang. Malaysia.

Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. 2008. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang per Kabupaten di Sumatera Utara. Medan

Ensminger, M. E., J. E. Oldfield dan W. W. Hineman. 1990. Feed and Nutrition (Formaly Feed and Nutrition Complete). 2nd Edition. The Ensminger Publishing Company. California.

Hanafiah, K.A. 2003. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Palembang.

Hardjosworo, P.S. dan M.S. Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging. Penebar Swadaya. Yogyakarta.

(50)

Haryanto, B. dan D. Andi. 1993. Pemenuhan Kebutuhan Zat-zat Pakan Ruminansia Kecil, dalam produksi kambing dan domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press.

Ishida dan Hasan. 1993. Effects of oil palm frond silase feeding on utilization of diet and meat production in fattening arton. Proc 86th Annual Meeting of Jpn, Zootech, Sci, Soc, Iwate University.

Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.

Laboratorium BP3 Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. 2013. Hasil Analisis Nutrisi Limbah Tanaman Pisang. Galang

Laboratorium IP2TP Sei Putih. 1997. Hasil Analisa Nutrisi Rumput Lapangan. Sei Putih. Galang.

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak. 2005. Hasil Analisa Nutrisi Dedak Padi. Program Studi Peternakan FP USU. Medan.

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak. 2005. Hasil Analisa Nutrisi Bungkil Kelapa. Program Studi Peternakan FP USU. Medan.

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak. 2000. Hasil Analisa Nutrisi Molases. Program Studi Peternakan FP USU. Medan.

Laboratorium Sucofindo. 2013. Hasil Analisa Protein dan Serat Kasar Serbuk Daun, Pelepah dan Batang Pisang. PT. Sucofindo. Medan.

Martawidjaja, M. 1998. Pengaruh Taraf Pemberian Konsentrat Terhadap Keragaman Kambing Kacang Betina Sapihan. Pada: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Murtidjo, B.A. 1993. Memelihara Domba. Kanisius. Yogyakarta.

Mulyono, S. 1998. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba . Penebar Swadaya. Jakarta.

Nesheim, M. C dan L. E. Card. 1972. Poultry Production. 11th Edition. Lea and Febiger, Philadelphia. p : 235 – 239.

Nugroho, C.P. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Macanan Jaya Cemerlang. Jakarta.

Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi Ruminansia Pedaging. Departemen Ilmu Pakan Ternak, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

(51)

Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. UGM-Press. Yogyakarta.

Rangkuti, M.A., Musufie., P. Sitorus, I.P. Kompiang, K. Wardani dan A. Roesjat. 1985. Pemanfaatan Daun Tebu untuk Pakan Ternak di Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Rasyaf, M. 1992. Beternak Itik Komersial. Kanisius. Yogyakarta.

Setiadi, B. dan I. Inouno. 1991. Beternak Kambing dan Domba Sebagai Ternak Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Simatupang, L. 1991. Evaluasi nutrisi, korelasi vegetatif dan kemungkinan bonggol pisang sebagai makanan ternak ruminansia menggunakan teknik invitro dan insitu. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siregar, S.B. 1995. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumoprastowo, R.M. 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wol. Bharata. Jakarta.

Sunarjono, H. 1998. Prospek Berkebun Buah. Cetakan ke II. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadimomodjo dan S. Prawirokusumo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Tjokroadikoesoemo, P.S. 1989. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT Gramedia. Jakarta.

Tomaszweska, M.W., I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T.R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Universitas Sebelas Maret.

Widayati, E. dan R. E. Widalestari. 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisorana. Surabaya.

Williamson, G. and W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

(52)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bobot badan awal domba lokal jantan penelitian (kg/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd

U1 U2 U3 U4 U5

Lampiran 2. Bobot badan akhir domba lokal jantan penelitian (kg/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd

U1 U2 U3 U4 U5

P0 11,38 15,48 13,03 10,39 9,85 60,13 12,03±2,28tn P1 13,33 12,74 13,45 16,58 9,36 65,46 13,09±2,57tn P2 12,22 13,74 14,79 13,04 14,05 67,84 13,57±0,98tn P3 12,48 10,25 17,27 14,01 11,63 65,64 13,13±2,69tn Total 49,41 52,21 58,54 54,02 44,89 259,07

Rataan 12,35 13,05 14,64 13,51 11,22 12,95

Ket. tn = tidak berbeda nyata

Lampiran 3. Rataan konsumsi bahan basah pakan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd

U1 U2 U3 U4 U5

P0 390,45 393,27 416,46 332,10 255,37 1.787,65 357,53±65,04tn P1 441,71 377,48 431,10 480,69 283,89 2.014,87 402,97±76,10tn P2 361,88 385,87 453,75 394,04 441,20 2.036,74 407,35±38,75tn P3 411,68 326,25 449,71 413,42 337,67 1.938,73 387,75±53,30tn Total 1.605,73 1.482,87 1.751,02 1.620,24 1.318,13 7.777,99

Rataan 401,43 370,72 437,76 405,06 329,53 388,90

(53)

Lampiran 4. Grafik konsumsi bahan kering pakan (g/ekor/hari)

(54)

Lampiran 6. Grafik konversi pakan

Lampiran 7. Pengolahan sisa panen tanaman pisang/rumput 11,74

Pengambilan sisa panen tanaman pisang/rumput

Pencacahan sisa panen tanaman pisang/rumput

Penjemuran hingga kering

Penggilingan/ digrinder

(55)

Lampiran 8. Pembuatan pakan bentuk pelet

Bahan baku digiling hingga menjadi tepung dengan mesin grinder Bahan baku

Ditimbang menurut formula yang sudah ditetapkan

Diaduk hingga merata ditempat pengadukan

Ditambahkan air kedalam molases dengan perbandingan air dengan molases 1:5 kemudian aduk hingga merata

Diaduk kembali hingga bahan cair tercampur rata dalam bahan

Bahan baku berbentuk adonan dengan kebasahan 60%

Adonan dimasukkan kealat pencetak pelet

Dihasilkan pelet ukuran 5-7mm

Gambar

Gambar kurva sigmoid pertumbuhan pada domba
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi domba untuk pertumbuhan dan penggemukan
Tabel 2. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2008
Tabel 4. Susunan bahan pakan komplit selama penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Apabila pemakai telah mengklik salah satu Kelurahan pada Peta Depok maka akan tampil Peta Kelurahan yang dipilih pemakai, dan apabila di kelurahan tersebut terdapat rumah

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Dengan database ini akan mempermudah para staff LAB AUDIO VISUAL dalam hal pengorganisasian data, sekaligus dapat digunakan sebagai katalog bagi para pengunjungnya untuk

[r]

Penulisan ilmiah ini menjelaskan mengenai pembuatan program Aplikasi Administrasi Rental dengan menggunakan bantuan tools Microsoft Visual Basic 6.0 dan Micrososft SQL server

bahwa berdasarkan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, pemrakarsa usaha dan/ atau kegiatan

Praktek baik seperti mandi selalu (82,6%), sering menyikat gigi (61,1%), rambut bersih disisir (80,2%) lebih pada anak perempuan dibandingkan dengan anak lelaki, manakala,