• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis penawaran ternak potong ruminansia di Indonesia bagian barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis penawaran ternak potong ruminansia di Indonesia bagian barat"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

INDONESIA BAG IAN 8ARAT

THESIS

CHRIS M. PHlllKllA

(2)

BAGIAN BARAT

Oleh

Chris. M. Pellokila

Thesis ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

u ill.Sc. ). ama

,

\

'(I ..

\ .\.

QQャOQIAjェAjセMᆳ

Vi セMv@

( I r s. ail Pulungan

1.

p・ョ。ウセィ。エ@ Anggota
(3)

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ 1979.

Seksi Pendidikan Sarjana Fakultas Peternakan IPB

(4)

RUHINANSIi\. Dr INDONESIA BAGIi\.N BARAT

F'aktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ternak po-tong ruminansia yaitu harga persatuan ternak, biaya makan-an ternak, jumlah pemilikmakan-an ternak, teknologi dmakan-an persenta

se pertambahan volume ternak.

-F'aktor-faktor yang mempengaruhi penalvaran ternak po-tong ruminansia adalah merupakan suatu fungsi yang dapat di tulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

-ケセ@

=

f ( Xl' X?' xセL@ Xa' Xs ), dimana Y adalah pena-waran cernak potong,:rumJ.nansla, Xl adalah harga perastuan ternak, X? 。、。ャセャ@ bJ.aya makanan ternak, X3 。、。ャセャ@ Jumlah pe milikan ternak, X

4 adalah teknologi "dummy varible" dan X5 -adalah persentase. pertambahan volume ternak.

Analisa yang dipakai 。、。ャセャ@ analisa ekonomi yaitu un-tuk masing-masing propinsi di Indonesia Bagian Barat anali-sa data dilakukan dengan regresi linier berganda :

Y

=

a + blXl + b 2X2 + b3X3 + b 4X4 + b5X5 ' Y adalah penawaran ternak potong ruminansia, a 、。ャセャ@ konstanta dan

bl , b2, b3, b 4' b5 adalah koefisien regresi variabeI. Sedan.€;. kan secara keseluruhan di Indonesia Bagian Barat digunakan fungsi Cobb-Douglass :

Y

=

aXlbI. X2b2. X 3

b

3.

xT「{セN@

X5b5, dimana Y adalah penawaran ternak potong ruminansia, a adalah konstan-ta dan bl , b?, ,b

v

ba , b 5 adalah elastisitas penalvaran

ter-nak potong rmnJ.anansla.

Analisa penawaran ternak potong rumiansia di' rnasin0'-masing propinsi di Indonesia Bagian Barat memberikan hasil yang cukup baik dengan variabel penjelasan banyak rnenerElng-kan keadaan penawaran ternak potong rurninansia dengan koo-· fisien determinasi lebih tinggi dari 40%.

Hasil uji statistik di Indonesia Bagian Barat terlihat adanya perbedaan yang nyata (pLO, 05) エ・イセ。、。ー@ penawaran tor·, nak sapi potong dan perbedaan yang sanga.c nyata ,(PiO,Ol) terhadap penawaran ternak kerbau. Di Indonesia BagIan Bar.·yG

(5)

Oleh

Chris. M. Pe11oki1a

FAKULTAS mTERNAKAN

UNIVERSITAS NEGERI m;SA CEND.A NA

(6)

BAGIAN BARAT

THESIS

Suatu Thesis yang Dibuat untuk l"Iemenuhi Seragian dari Syarat-syarat untuk l'lemperolch

Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas peternakan, Universitas Negeri Nusa Cendana

Oleh

Chris Jvi. Pellokila

Penasehat Utama: Drh. S. Ch. Lenggu, セQN@ So. Dosen

Ilmu Usaha Peternakan

FakUltas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

FAKU:LTAS PETERllfAKA1If

UNIVERSITAS NEGERI NUSA CENDANA

(7)

Dengan segala kerendwlan hati dan penuh ketulusan, pertama-tama penulis menaikan PUja dan Puji ke hadirat Tuhan Yang f1iaha Kuasa karena hanya melalui izinNya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan Thesis ini.

Rasa terima kasih yang ikhlas penulis sampaikan ke hadapan Bapak Drh.

S.

Ch. Lenggu,

M.Sc.

sebagai penasehat

Utama dan Bapak Ir. Ismail pulungan sebagai Penasehat Ang-gota yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu bagi penulis da1am menyelesaikan penulisan Thesis ini.

Ucapab yang s@na, patut disampaikan kepada Bapak Drh. G.1-I'. C. Hattu Dekan Fakul tas peternakan Universitas

Negeri Nusa Cendana Kupang dan seluruh staf Dosen, Asis-ten beserta Karyavlan yang telah memberikan kesempatan p.@: da penulis untuk menyelesaikan study pada Fakultas Peter nakan Institut Pertanian Bogor.

Tak lupa pula kepada Dekan Fakultas Peternakan Inst:h tut Pertanian Bogor, Staf Dosen, Asisten dan segenap Kar-yawan dan tak lupa pula kepada Lembaga Afiliasi Institut

Pertanian Bogor.

Rekan-rekan Harry Lawalu, John Manafe, Adam Nenot EK,

Nathan Katipana dan I Bagus Kamang Suharsana, penulis sa-ngat berterima kasih atas sega1a bantuan dan kerja swna

yang diberikan se1ama di Fakultas peternakan, Institut

Pertanian Bogar.

(8)

Untuk semua pihak yang membantu, baik secara lang-sung maupun tidak langlang-sung, melalui kesempatan ini penu-lis ",sngucapkal1 terima kasih yang sedala:-dalamnycc<

Terakhir dan teristimewa, Thesis illi penulis per'seLJ-bahkan ke haribaan Ayah dan Ibu tercinta, saudara-saudara yang tersayang, yang telal1 membesarkan, membimbing dan mell didik penulis dengan kasih sayango

UD.tuk semuanya i エカセ@ kiranya Tuhan Yang I\.'Iaha Kuasa

(9)

PRAK:.TA "" .. "" . . . " . . . , ... , . . . iii

DAFTAR TAGEL . . . • • . . . . • . . . • . . vii

DAFTAR ILU,sTRASI . . . • . • . . . • . . . • ix

DAFTAR LlIlvlPlRAN ... , ..•.. " . . . • . . . • . . , . . . . x

PENDAHULUAN " . . . " . . . 1

Latar Be1akang Pene1itian . . . • . . . • . • 1

Tujuan dan Kegunaa11 Pene1itian . . . • 4

TINJAUAN PUSTAKA . . . ,." ...• , .•.... , •. ,. 5

Aspek Produksi .' .. , . . . , . . . " .. "... 5

Aspek Distribusi JVlETODOLOGI PENELIT IAN 16 23 Kerangka Pemikiran , . . . . . . 23

Hipotesa • . . . • • . . . . • • 25

Metoda Pengumpu1an Data . . . ...•. 26

Netoda Ana1isa Data 26 Pengukuran Variabe1 . . . ,., ..•...• ,.. 28

HASIL PENELITIAE DAN PEI!iBAHASAN ...•....•.•• 31

Aセ・。、。。ョ@ Umum Daerah Pene1i tian .... , . . . 31

Keadaan Umum Popu1asi Ternak Potong Ruminan-Keadaan Umum Peternak . . . • . . . • 38

Keadaan Umum Tataniaga Ternak dan Hasi1-ha-sil Peternakan . . • . . . • • • 39

Faktor-faktor yang Hempengaruhi Penawaran Ternak potong Ruminansia ., ..•...•... , . . . 46

(10)

KESIMl'DLAN DAN SARAN 74

Kesirnpu1an . . . • 74

Saran-saran . . . 74

DAFTAR PDs'rAKA ...•..•••...••••.••....•.••• 76

LAHPIRAH ...•.•...••...••....••••..•••...•••• 80

(11)

Berdasarkan Sensus Penduduk 1971 . . . ... 33

2. Penye baran Penduduk Bsrdasarlran LapEulgan Pekerjaan di 13 Propinsi

gian Barat 1971 ...

di Indonesia

Ba-3. Rata-rata Populasi Ternak di Desa Contoh di 13 Propinsi 1975 ...

[r.

Rata-rata .Popluasi Ternak di Daerah Contoh

di 13 Propinsi 1975 . . . 37

5. Populasi Ternak di Propinsi Contoh di

Indo-nesia Bagiwl Barat 1975 . . . . 38

6. Pemotongan 'l'ernak Ruminansia di ProlJinsi

Contoh di Indonesia Bagian Barat 1975 . . .

39

7.

Rata-rata Umur dan Pendidikan Peternak di

Indonesia Bagian Barat 1976 . . . • 40 8. Rata-rata Barga Pembe1ian dan Penjua1an Ter

nak Ruminansia di Tingkat Pejaga1, 1976 45 9. l'1acam dan Rata-rata Besarnya Biaya

Tatania-go. 'rernak di Daerah Pene1itian, 1976 ....•. 46 10. Rata-rata Barga Ternak dan Daging di

Ting-kat Propinsi VJilayah Indonesia Bagian Ba-rat, 1975

11. Rata-rata Pemilikan Ternak Ruminansia

di Indonesia Bagian b。イ。エセ@ 1976 • セ@ 0 " < " Q Q 0 " .,

12. Rata-rata Komposisi Ternak yang Dipelihara di Indonesia Bagian Barat, 1976 BBッッセLLセNオッッ@

13. Sumber Informasi Tentang Tekno1ogi

Peter-48

50

51

nakan di Indonesia Bagian Barat, 1976 ...

52

[image:11.612.88.468.116.714.2]
(12)

Tabel

l'f. Daftar Sidik Ragan] Ana1isa "Variance It

Regresi Berganda Faktor-faktor

Penawar-Halaman

an 'rernak sa.l)i l'otong ... 67 15. Koefisien Regresi, Standard Error dan

Tingkat Nyata dari Koefisien Regresi .. , 68

16. Daftar Sidik Ragam Ana1isa "Variance" Regresi Berganda Faktor-faktor Penavlar-an Ternak Kerbau

17. Koefisien Regresi, Standard Error dan

69

Tingkat Nyata dari Koefisien Regresi ... 7U 18. Daftar Sidik Ragam Ana1isa "Variance"

Regresi Berganda Faktor-faktor

Penawar-an Ternak Kambing ... 71 19. Koefisien Regresi, Standard Error dan

Tingkat Hyata dari Koefisien Regresi .. , 71 20. Daftar Sidik Ragam Ana1isa "Variance"

Regresi Berganda Faktor-faktor

Penawar-an Ternak Domba ...• 72 21. Koeiisien Regresi, Standard Error dan

[image:12.612.78.478.103.628.2]
(13)

10 Sal'...lT,=-ln t。エRNョゥRセV。@ Ternak clan Daging di

Daeral-.:. Terl.el it ian

20 Sali..'l.ran Tatald.auc- セセ・ZZcyャ。ォ@ dan Daging di

Daerah }'l'"'oljinsi Riau "_". v " セ@ セ@ 0 • セ@ Q 0 0 セ@ 0 Q Q 0 • 42

30 Sal'';lran Tato.nia::::;;a TeIenak dan Daging di

Daer"Lh pイッセゥョウゥ@ J"a':1:1 J3arat 0 0 < • • • < • , o • • , •

43

if. Saluran Tataniaga Ternak dan Daging di

Daerah Propinsi Kalimantan Timur . . . '

43

(14)

1.

Curnh HUD an Bulrtnan di Inclone sin Bagian

Bar at , 1975' i . . l •...•...••• j • • • , • ; • • 80

2. rata Tefuperatut Bua1annn dan Rata-ratiJ. Ke1embnbnn Udn.!'a Bulnm.n di

Indo-nesia Bagian Barat, 1975' . . . • • 81

3. Rata-rata Besar Variabe1 Pada Fungsi

Penavmran Ternak Potong Ruminansb., 1976. 82

4.

Koefisien Kore1asi Fungsi Linier

Ber-ganda Pada Usnha Ter n'1k Sapi Potong ... 83 5'. K08 fisien Kore1asi Fungsi Linier

Ber-gandn pada Usaha Ternak Y\8rbau ... 86 6. Koefisien Korelasi Fungsi Lihiel:' b・イセ@

ganda pada Usnhti Tei:'Dfl.k Kambing •... 88 7. Koefisien Kore1asi Pungsi Lihiet

Be±'-gahda Pada Usaha Ternak Dotnba .•.•...• 90

(15)

.Latar セ・ャ。LLM。ョァ@ Peneli tian. -- Dalam setiap rencanCi pef,l-banGunan lima tahun Indonesia, pembangunan perekonomian se-lalu menjadi pusat pemikiran. Salah s.atu sasaran yang ingil1 dicapai dalam pemoangullan lima tahun adalah menaikan taraf hidup masyarakat Indonesia.

Peternakan melIJegang peranan penting bagi masyarakat Indonesia baik ditinjau dari se6i ekonomi dan segi sosial. Dari segi ekonomi ternak merupakan sumber pendapatan,sumber tenaga kerja dan sumber devisa bagi negara. Sedangkan dari segi sosial ternak merupakan bahan makanan protein hevlani. Juga ternak dibeberapa daerah tertentu di Indonesia berfung-si sebagai status soberfung-sial standing (martabat kedudukan sese-orang dalam masyarakat) apah:ah sesesese-orang tersebut termasuk golongan kaya atau miskin (biasa) .dan pembayaran mas kavJin dalam suatu upacara adat perkawinan.

Dongan berhasilnya pembangunan dan naiknya pendapatc:.n perkapi ta, maka susunan konsurasi masyarakat bergeser dari konsumsi makanan yang bernilai gizi rendah ke konsumsi ma-Kanan yang bernilai gizi tinggi yang banyak mengandung pro-, tein hewani dan protein nabati.

Berdasarkan hasil survey pengamatan tentang permintaan dan penawaran hasil peternakan di Indonesia J3agian Barat

1977,

standard konsumsi prot&in sebesar

5

gram perkapita per hari dan 「・イ、。ウ。イォセQ@ perkiraan jumlah pada tahun

1970

yaitu daging minimal

930.879

ton, 8U8U

419.470

ton dan telur

252.838

ton. Pada tahu11

1980

diperkiraka11 kebutuhan aka11
(16)

ningkat rnenjadi 1.142.859 ton daging, 514.970 ton susu,

dan telur 301.480 ton (Saefuddin, dkk., 1977).

Beberapa tahun terakhir ini terasa adanya tendensi

pe-nurunan populasi ternak dan meningkatnya permintaan akan

daging. Hal ini terlihat dari perkembangim populasi ternak

pada akhir tahun 1974 dibandingkan dengan tahun 1973,

ada-nya penurunan dalam ukuran Animal

uョセエN@

Untuk ternatc sapi

.( Anonymous, 1974/1975). Permintaan

,,,<(all

u.al-,iu", sa;ilpai akhir

Peli ta II dipel""ira"an a!(an bertambah dengan 7.

4fj

pel:' tahun

atau 666.000 ton (eKivalen det,,,an 3.330.000 ekor).

Sedang-kan konsumsi awal Pelita II baru 510.000 ton (Elkivalen

de-ngal1 2.550.00ekor) (hubyarto, dkk., 1975). 01eh karena

itu perlu adanya ponin<;katan produksi uutuk memenuhi

per-mintaan tersebut.

Kepadatan teknis ternak pada tahun 1974 di Indonesia

tidak termasuk unggas dengan luas Indonesia 2.027.087 km 2

menurut BPS untuk ternak sapi termasuk sapi peran 3,19 ekor

per km 2 , kerbau 1,19 ekor per

km

2 , kambing 3,22 ekor

km

2

(17)

Dari uraian diatas terlihat adanya penurunan populasi ternak, meningkatnya kebutuhan akan daging dan kecilnya ke-padatan ekonomis ternak dari tahun ke tahun sebagai akibat dari pertambahan penduduk, meningkatnya kesadaran masyara-kat akan makanan yang bernilai gizi tinggi. Keadaan ini me-ngakibatkan penawaran ternak potong tidak dapat mengimbangi permintaan ternak potong, sehingga akhirnya tercapai saat krisis dimana penurunan populasi ternak potong ruminansia sukar diatasi. Kekurangan penawaran ternak potong ruminan-sia berarti memperkecil akan konsumsi daging bagi masyara-kat dan program perbaikan gizi bagi masyaramasyara-kat mengalami hambatan.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap suatu ko-moditi maka diperlukan aktifitas pengadaan koko-moditi terse-but yang kemudian ditawarkan pada konsumen. Pad a dasarnya penawaran suatu komoditi di pengaruhi oleh 1) harga produk-si itu sendiri, 2) harga produk alternatif, 3) harga input faktor, 4) teknologi, dan 5) besar usaha (Saefuddin, dkk., 1977) •

Untuk mengetahui dan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ternak potong ruminansia di

(18)

Tujuan dan Kegunaan Penelitian.-- .Penelitian ini ber-mengidentifikasikan faktor-faktor yang mem-pengaruhi pGl1cv:J2.ral1 terJcak potong ruminansia yai tu harga pel'sa-cuan ternak, total biaya makanan, jumlah pemilikan ternak, telmologi dan persentase volume pertarnbahan ternak, 2) melihat sejauh mana faktor-faktor tersebut saling berpe-ngaruh terhadap penawaran ternak potong ruminansia.

(19)

suatu pene1itian yang mengana1isa faktor-faktor ekono-mi dan sosia1 yang mempengaruhi produksi asa1 ternak be1um banyak di1akukan. Yang biasa di1akukan ada1ah penelitian teknis terhadap ternak sebagai obyek dan bukan terhadap

pe-ternak sebagai subyek yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosia1 ekonomis.

Ekonomi da1am bidang peternakan merupakan ヲ。ォエッイMヲ。ォエッセ@

produksi untuk menghasilkan suatu hasil dapat diproduksir baik dalam sistim produksi peternakan maupun dalam sistim distribusi.

Aspek,Proljl.uksi.-- Produksi adalah setiap usaha yang mengakibatkan terciptanya barang baru atau bertambah nilai pada suatu barang yang te1ah mengalami proses sebelumnya.

Dalam proses produksi ini ter1ihat hanyak macam kegi-atan meliputi perubahan bentuk, lokasi dan waktu yang digu-nakan. Teken dan Asnawi (1977) memberi pengertian tentang produksi dalam arti teknis dan produksi da1am arti ekonomis. Dalam arti teknis, produksi menambah barang-barang atau zat-zat dan tenaga yang sudah ada, disebut juga produksi dalam arti sempit. Sedangkan da1am arti ekonomis, produksi berar-ti pekerjaan yang dapat menimbulkan guna, memperbesar guna itu diantara orang banyak, disebut juga produksi da1am ar-ti 1uas.

Barang-barang atau zat-zat dan tenaga yang diperguna-kan untuk memadu barang-barang baru da1am suatu proses

(20)

duksi dapat diklasifikasikan dalam empat golongan yang dise-but unsur atau faktor pro'duksi yakni: tanah, tenaga kerja modal dalam pengelolaan(Hopkins dan セQオイイ。ケL@

1953:

Pearson,

1967;

Soeharjo dan Patong,

1973).

Setiap unsur memberikan imbalan untuk mendapatkan produksi. Imbalan jasa yang dipe-roleh dari tanah dikenal sebagai "rent" (seVla), penerimaan dari tenaga ke:rja dikenal sebagai "Vlage" (upah) , demikian

juga "interest" (bunga) adalah pembayaran terhadap atau pe-ngelolaan yang baik akan memberikan "profit" (keuntungan).

Alam ialah suatu gugusan faktor dari ・ュー。セ@ faktor pro-duksi yang dikenal. Tiap faktor propro-duksi mempengaruhi fung-si dan kedudukan tersendiri. Begitu pula dengan alam yang didalamnya termasuk tanah (Soehardjo dan Patong.

1973).

Da-lam usaha peternakan, tanah berfungsi sebagai tempat dimana ternak itu dipelihara dan dikembangbiakan dan sebagai sumber bahan makanan bagi ternak (Hopkins dan Murray,

1953;

Soeha;r-djo dan Patong,

1973).

Besax' kecilnya usaha peternakan tergantung dari pada luas tanah yang diusahakan.Faktor-faktor yang mempengaruhi besar usaha yaitu 1) tanah yang tersedia, 2) modal. Luas tanalJ. yang diusahakan merupakan faktor yang menentukan be--sar usahataninya dan produksi yang dihasilkan sehingga mem-pengaruhi tingkat pendapatan petani (Anonymous,

1972).

(21)

me-rupakan salah satu jalan keluar dalam memanfaatkan tanah ter-sebut (Tohir, 1955). Sedangkan menurut Johnson (1964), ben-tuk dan corak usahatani selain atas inisiatif sendiri, juga dipengaruhi oleh petani sekitarnya serta penerimaan masya-rakat tersebut. Wardojo (1959) mengatakan bahwa, ciri yang penting dalam usaha peternakan rakyat yaitu selalu dibare-ngi dengan pertanian sehingga ada timbal balik antara hasil sisa pertanian dan peternakan. Ternak merupakan suatu kesa-tuan yang harmonis pada suatu sistem pertanian. yaitu seba-gai sumber kesuburan tanah sehingga ternak merupakan modal usahatani yang akan menentukan pendapatan (Adiwilaga,l972).

Pada suatu usaha yang lUhS セォ。ョ@ lebih banyak diperlu-kan modal, tenaga kerja dan sarana produksi bila dibanding-kan dengan tanah yang sempit (Atmadilaga, 1973). Sehingga untuk tanah yang luas menurut Adiwilaga (1972) dan Atmadi-laga (1973) bahwa, pemilikan ternak cenderung lebih banyak dan keuntungan potensial usahaternak akan berkaitan dengan luas tanah usaha.

(22)

1'Ienurut Adiwilaga (1975) modal i tu adalah tidak lain dari pada sebagian hasil produk yang dihasilkan untuk diper-gunakan dalam proses produksi selanjutnya. IVIodal merupakan tabungan dengan kata lain modal adalah kelebihan produksi dan bung a dianggap sebagai balas jasa langsung dari ke-inginan menabung (Pearson, 1967).

Penggunaan modal secara efisien akan memberikan suatu keuntungan dalam suatu usaha. Keuntungan dapat mencapai ti-tik maksimum bila modal yang digunakan untuk biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin (Efferson, 1953). Pembentuk-an modal dPembentuk-an besar modal dipengaruhi oleh pertimbPembentuk-angPembentuk-an

ha-sil yang diperoleh, hubungaunya dengan usaha yang sedang di-usahakan dan besarnya uang disediakan (Bradford dan Johnson, 1964). !VIenurut Efferson (1953), seseorang dengan jumlah

u-ang yu-ang terbatas akan ditanam pada suatu usahatani yu-ang ce-pat mengembaiikan modalnya. Jadi ia tidak akan menanamnya dalam usaha yang membutuhkan Vlaktu panjang.

(23)

bi-bit, pupuk dan obat-obatan. l"lodal tidak tetap merupakan juga modal aktif ( "working capital").

Beberapa sifat yang dimiliki modal tlan sekali gus fiL-rupakan sebab meningkatnya perhatian terhadap modal ialah 1) modal mempunyai sifat produktif yaitu meningkatkan ka-pasitas produksi, 2) modal mempunyai sifat prospektif, ya-i tu menya-ingkatkan produksya-i dya-ikemudya-ian harya-i. 8ya-ifat ya-inya-i ter-wujud apabila sebelgian dari pendapatan yang diterima hari ini dapat disisikan, 3) pertumbuhan modal berhubungan erat dengan pertumbuhan faktor produksi karena modal digunakan bersama-sama dengan kerja.

Jumlah kualitas, komposisi dan struktur pemilikan mo-dal, sangat menentukan berhasilnya program modernisasi usa-hatani. Tiap perubahan teknologi usahatani membawa peruba-han distribusi pendapatan pet ani dan struktur pemilikan modal. Henurut Thingalaya (1975) bahwa, dalam hal pengguna-an modell uSelhatpengguna-ani harus diusahakpengguna-an pule:. peningkatpengguna-an harga barang-barang produksi.

(24)

ikhtiar tidak ditujukan kepada hal-hal yang bersifat produk-tif, maka daya manusia yang diusahakan h:.:nya merupakan lang-ka bebas. Menurut Tohir (1953) tenaga kerja yang dimiliki nianusia baik berupa tenaga jasmani )phisik) maupun tenaga rohani (fikiran) ditujukan pada usaha produksi. Jadi tena-ga kerja adalah daya manusia untuk melakukan usaha yang di-lakukan untuk memperoleh benda-benda.

Menurut bentuknya tenaga kerja yang berasal dari 1) tenaga kexja yang berasal dari keluarga petani, 2) tenaga karja yang berasal dari luar keluarga. Sedangkan menurut ェセ@

nisnya pembagian ini didasarkan atas spesialisasi pekerja-an, kemarnpuan d2.n ketrampilan dalarn kerja.

Makin tinggi penerimaan usahatani berarti makin tinggi pula efisiensi tenaga kerja. Besarnya usaha dan efisiensi tenaga ke.rja saling berhubungan dalam kaitannya dengan pen-dapatan usahatani diperlihatkan oleh banyak kerja produktif yang dilakukan oleh seorang pria dalarn usahatani itu (Erfe!:

son, 1953).

(25)

hun, hal ini dapat meningkatkan "income" bagi tenaga buruh karena dapat lebih lama mancurahkan tenag.'lnya.

Yang (1965) mengatal{an bahwa, satu unit tenaga kerja manusia eki v2"len dengan Seltu orang laki-laki dewasa (man " day) atau 1,25 orane; wanita (woman-day) atau 2 orang ansk anak (child-day).

Produksi ternak dapat ditingkatkan dengan memperting-gi pengelolaan faktor-faktor produksi secara efisiensi ada-lah merupakan pola pembangunan faktor produksi kesuatu tin£ kat optimum. Produksi sepenuhnya berada ditangan manusia dan mutu ternak ditentukan berdasarkan pengelolaan yang di-lakukan. Menurut Mubyarto, dkk., (1975) bahwa, pengelolaan Usahatani bukan hanya secara mendapatkan produksi maksimum dari semua cabang usahate11l1ak yang diusahakan tetapi juga bagaimana mempertinggi pendapatan dari suatu cabang usaha. Dari segi tek11is, pelaksanaannya berarti meningkatkan ke-trampilan, penggunaan bibit unggul, pertambahan jUmlah ter-nak produktif, pertambahan modal dan usaha dan cara penggu-naan ransum yang baik. Dari segi ekonomis berarti perubahan dari usaha peternakan tradisional ke usaha peternakan komer sial.

(26)

tidaknya ternak dipekerjakan. Penghasilan lain yaitu upah yang diterima dari hasil ternak yang dipcc;erjakan disamping hasil penjualan pupuk (Hubyarto, dkk., 1915).

Menurut Lubis (1967) bahwa, untuk meningkatkan produl:-si peternakan melalui produl:-sistem peternakan yang ada sekar&ns perlu adanya "reformH (perbaikan). Menurut Fowler (1958)

bahwa, salah satu faktor dalam usaha peternakan sapi potong dapat memberikan keuntungan adalah presentase kelahiralL

Williamson dan Payne (1964) mengatakan bahwa, makanan yang baik dan pejantan yang aktif, presentase .kelahiran da-pat mencapai 90 persen. Juga menurut Fowler (1958) pemeli-haraan ternak yang baik presentase kelahirannya dapat di-usahakan sampai 95 persen.

Selanjutnya dikatakan oleh Fowler bahwa kekurangan ma-kanan dapat menghambat pertumbuhan menjadi lambat dan 。ー。「セ@

la kekurangan ini sampai tidak memenuhi hidup pokok akan mf ngakibatkan kemanjiran. Sehingga dalam mengatur kelahiran harus diperhi tungkan keadaan makanan, penYai_i t yang mempe-ngaruhi produksi, seleksi yang selektif termasuk "culling", musim kawin, ratio jantan dan betina serta penyebaral1nya.

Menurut Williamson dan Payne (1964), untuk menghitung presentase kelahiran ada tiga metoda yaitu 1) perhitungan berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan dibandingkan dengan

(27)

yang dipasarkan atau dicap dibandingkan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Dalam peternakan ternak potong ruminansia dikenal beberapa sistem produksi dimana PGnerapannya ter-gantung kondisi daerah dimana ternak itu diproduksikan. Menurut Mosher (1968) dan Morrison (1948) bahwa, dalam usa-ha mempertinggi produksi ternak potong ialah penggemukkan, dimana dalam ekonomi hasil pertanian us aha penggemukkan berpengaruh pada kualitas daging, efisien pemasaran dengan demikian jumlah permintaan akan bertambah.

Henurut Bonsura (1948) bahwa, agar supaya me:;1peroleh hasil yang memuaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah "breeding", "feeding" dan "management" yang baik. H.murut Lubis (1963) perbaikan peternakan tidak saja te.r-letak pada soal-soal teknis seleksi akan tetapi juga pad a kesehatan dan pada hakekatnya berdasarkan pemberian ransum yang baik dan sempurna. Untuk meningkatkan produksi yang malE simal dari jenis ternak yang diperlukan cukup zat-Zat kanan yang dibutuhkan. 01eh karena itu dalam penyediaan ma-kanan diperlukan syarat-syarat sebagai berikut : mama-kanan yang baik sehingga dapat dimakan dalam jumlah yang banyak

(Linton, 1950), makanan tidak banyak ュ・ュ「オエセセォ。ョ@ tempat dan mudah penyediaannya sehingga tidak banyak yang terbuang

(28)

ekonomi. Sedangkan menurut Diggins dan Bundy (1961), mem-berj,kan beberapa metoda yai tll 1) mengadak,:::'l seleksi dan perkawinan yang teliti, 2) makanan yang seimbang sesuai Qe-ngan pemberian yang tepat, 3) perkandaQe-ngan yang cukup luas, ,<" 4) pemasaran yang baik. Garrigus (1960) dan Gurnadi (1975) membedakan sistem procluksi dalam tiga golongan besar yaitu 1) "cow calf system", 2) "growing of stockers" dan 3) peng-gemukan (finishing/fattening). Sedangkan Ensminger (1960) secara terperinci membedakan dalam enam golongan yakni : 1) "breeding pur a breeds", adalah suatu tipe produksi yang khusus. Secara umum dikatakan bahwa hanya peternak yang bel:: pengalarnan saja akan berusaha pada sistem ini untuk mengha-silkan ternak dengan maksud memenuhi kebutuhan ternak peng-ganti kepada peternak bibit lainnya atau pejantan murni un-tuk peternak komersial, 2) "cow calf system·l , adalah suatu tipe produksi induk dan anak dile,paskan bersama-sama. Tuju-an utama dari sistem ini untuk memproduksikTuju-an Tuju-anak-Tuju-anak sa-pi yang nantinya untuk penggemukanb untung rugi dari sistem ini tergantung pada presentase kelahiran dan berat sapih, 3) "growing stockers", adalah anak-anak yang berasal dari

tlcow and calf system" dapat dijual atau dipelihara sendiri untuk dibesarkan sebagai material untuk penggemukan, 4)"ba-by beef production", adalah istilah yang dipakai terhadap sapi-sapi yang digemukan sampai umur 12 - 18 bulan dengan kualitas makanan "good sampai prime", 5) "the fattening

(29)

mem-produksir daging dengan lmali tas yang baik sesuai dengan keinginan konsum811. Sistem ini dapat dilc,::ukan dalam ben-tuk penggemukan didalam kandang dan pengg8illukan di padane, rumput, 6) "dual purpo,se production", adalah terutama oloL peternak kecil yang kehidupannya dari pertanian. Dengan :3"

tem ini peoduksi yang diharapkan adalah d.aging dan susu yeu;;; banyak serta kualitas yang tinggi.

Yang dimaksud dengan produksi disini adalah proses ォッセ@

binasi beberapa input (faktor produksi) sehingga dapat suatu hasil (produk tertentu). Sedangkan faktor produksi (input) adalah barang atau jasa yang dapat secara spesifik diguna-kan dalam menghasildiguna-kan output yang tertentu (Heady dan Dil-lon, 1964). Mubyarto (1973) mengatakan bahwa, didalam eko-nomi dikenal apa yang disebut fungsi produksi yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (out-put) dengan produksi (in(out-put). Dalam bentuk matematika fungsi fungsi ini ditulis sebagai berikut :

Y '" f (Xl' X2 , X3 , "... Xn)

dimana: Y adalah hasil produksi fisik dan Xl'X 2 ,X3 , .... Xn adalah faktor produksi ke 1, 2, 3, •... n. Y dianggap variabel tidak bebas, sedangkan Xl' X2 , X3 , ... Xn sebagai variabel bebas.

Variabel bebas adalah faktor-faktor input yang memegang peFanan penting dalam menentukan output suatu produksi

(30)

Aspek Distribusi. -- Dalam ilmu ekonomi jumlah barang yang di tawarkan oleh produsen dengan hare," tertentu serta tempat tGrtentu dinamakan supply (Teken dan Asnawi, 1977). Jadi penawaran ternak potong ruminansia adalah daya upaya yang diusahakan ole11 produsen untuk mempengaruhi konsume,:. agar bersedia membeli dengan harga yang setinggi-tingginy:::.

Penawaran tergantung dari pada jumlah barang yang di·-pasarkan sedangkan permintaan tergantung dari pada kegunaan barang tersebut (Stonier dan Hac-ge, 1957). Menurut Kadariall (1978),jika permintaan ditentukan oleh kegunaan barang ma-ka penawaran ditentuma-kan oleh kelangma-kaan (scarcity).

8elan-jutnya dikatakan bahwa sesuatu benda adalah langkah karena jumlah yang ditawarkan adalah kv_rang dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Jumlah barang yang ditawarkan ini da-pat kurang karena tiap barang harus dihasilkan dengan fak-tor-faktor produksi antaralain buruh, mesin, pabrik, alat-alat angkutan, tanah dan pengusaha yang jumlahnya terbatas.

Penawaran adalah jumlah 1arang yang akan dijual oleh produsen pada suatu saat dengan harga tertentu. Penawaran suatu barang tergantung pada banyak faktor yaitu teknologi, harga barang itu, harga barang lain dan faktor produksi.

Teknologi. -- Telmologi merupakan salah satu faktor pen-ting dalam meningkatkan produksi karena dengan pen-tingkat tek·-nologi dapat menciptakan suatubarang lebih baik sesuai de- v

(31)

Soehal'dJo dan Pato:l!; (1973) mengemukakan beberapa ben-tuk telmologi ialah a) cara mengerjakan tanah, b) pemakai·-an peralatpemakai·-an baru ypemakai·-ang dapat menggpemakai·-antikpemakai·-an tenaga mpemakai·-anusia dan dapat menghasilkan pekerjaan yang lebih baik dari yang lama misalnya traKtor pengelolaan tanah, c) penambahan in-put baru pada tanaman atau ternak, misalnya pemupukan, ー・セ@

berantasan hama dan penyakit dan pemberian makanan pada ternak. Menurut Lenggu (1976), sistem produksi ternak po-tong melibatkan tiga jenis teknologi yaitu 1) teknologi perkaV/inan (breeding technology), 2) teknologi pengelolaan

(32)

li:elamin, umur, lokasi 9 lev.ali tas dan komposisi. Contoh yang

paling jelas adalah organisasi kelamin dan lokasi pada te! nak sapi. Juga dikatakan bahwa motivasi dan tujuan berpro-daksi mempengaruhi pemilikan jenis teknologi yang hendak dipakai. :Gila motivasi dan tujuan peternakan yai tu tenaga kerja dan pupuk maka ia hanya menginginltan produksi tenaga kerja dan pupuk. Disinilah terdapat rahasia yang paling da-lan tentang motivasi berproduksi dan relevansinya dengan ォセ@

butuhan konsumen dan pemerintah tentang peningkatan konsum-si daging. Lain halnya bilamana motivakonsum-si berproodukkonsum-si itu adalah relevan dengan kebutuhan kohsumen dan mutunya, maka sejak dalam sistem produksi biasanya para peternak sudah lebih peka terhadap varia bel-varia bel yang reI evan dengan tuntutan mutu dari para konsumen.

Lenggu (1974) mengatakan bahwa, perubahan teknologi adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi sistem produksi pada suatu peternakan. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas suatu sistem produksi biologis

secara alam disamping teknologi adalah pengaruh subsitusi, pengaruh skala waktu, pengaruh fluktuasi produksi, cara dan struktur organisasi. Selanjutnya dikatakan bahwa, pe-nyebaran perubahan teknologi dalam sistem produksi dapat diketahui harga produksi yang terlalu lama dengan ー・イエッャッョセ@

an menggunakan linear programing, demikian juga yang ber-lebihan dalam bentuk alat-alat baru.

(33)

mem-punyai harga. Yang dimalcsudkan dengan harga ialah suatu tingkat kemampuan suatu barang untUk di tukarkan dengan tiCl-rang lain. Suatu batiCl-rang mempunyai harga karena batiCl-rang itu berguna (mempunyai kegunaan) (Kadariah, 1978). Selanjut-nya dikatakan bahwa, harga ditentukan oleh pengaruh tim-bal tim-balik dari dua kelompok kekuatan yaitu kekuatan per-mintaan dan kekllatan pena"l'mran, dirnana jllrnlah yang di tmr,r-kan sama dengan jurnlah yang diminta. Menurut Me Connell (1959) bahwa, harga dari suatu barang di tentukan oleh ber .. bagai faktor yang berbeda pada berbagai kondisi dan kegi-atan ekonomi maka salah satu kegikegi-atan yang penting

adalah kegiatan menjual dan kegiatan membe1i.

Menurut Teken dan Asnawi (1977) bahwa, harga pasar

a-dalah harga yang telah disepakati oleh pembeli dan penjual dim ana penentuan harga pasar tergantung dari penawaran dan permintaan dan bentuk pasar dim ana penawaran dan perminta-an itu terjadi. Menurut Ensminger (1960) bahwa, khususnya untuk ternak maka harga pasar ditsntukan oleh 1) suplai

ternak, lpaksudnya jumlah yang dapat disediakan produsen di pasaran pada harga yang menguntungkan pada suatu periode waktu tertentu; 2) permintaan konsumen; 3) variasi biaya pemasaran; 4) kebijaksanaan pemerintah.

(34)

1ah yang banyak. ャセ・ョオイオエ@ Darrah dan Tiongson (1969) bahwa, harga yang tinggi akan merangsang kegiatan produksi yang tinggi dan cenderung mengurangi kOllsumsi dan sebaliknya

:.oJ:

la harga rendah akan merangsang konsumsi yang tinggi dan mengurangi kegiatan produksi.

Pemasaran ternak potong meliputi tiga bidang yakni

b!

dang pengumpulan, bidang pengangkutan dan bidang penya1urc,,:.

(Sulgan, 1965). Dalam pro.ses pemasaran yang sangat mernpa.ngfl: ruhi keuntungan yang diterima lembaglembaga tataniaga a-dalah biaya-biaya tataniaga, sehingga masalah efisiensi ta taniaga perlu mendapat perhatian. Suatu sistem tataniaga dikatakan efisien bila memenuhi dua syarat yaitu 1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya semurah·,murahnya, dan 2) mampu mengadakan pembagian yang adil ciari pada keseluruhan harga yang dibayar,. konsu-men terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam ke-giatan produksi dan t.ataniaga barang i tu (Mubyarto, 1973).

(35)

ter1ihat da1am proses penga1iran barang dan jasa dari pr£ dusen ke konsumen.

Penawaran ternak potong dan hasi1 ternak pada tingkat 1embaga tatalliaga dipengaruhi 01eh harga pembe1ian ternak, harga penjua1an daging dan harga subsitusi. Dimana harga subsitusi merupakan harga dari suatu barang pengganti yang dapat dijangkau 01eh konsumen. Menurut Ferguson (1966) bah

via, efek subsitusi adalall perubahan dalam jUInlah barang yang diminta yang terjadi karena adanya suatu perubahan dalam hQE ga relatif setelah mengkompensasi konsumen dalam pedapatan nyatanya.

Menurut Teken dan Asnawi (1977) ballwa, dari sudut pena-waran sernua l:larang dapat dibagi atas barang-barang elastis dan tidak elastis. Yang dimaksudkan dengan elastis ialah barang-barang yang presentase pertambahan jumlah penjualan nya lebill besar jika dibandingkan dengan presentase pertam ballan kenaikan llarga b21rang i tu. Barang- barang yang t idak elastis ialah barang-barang yang presentase jumlah barang yang ditawarl,an lebih kecil dari persentase kenaikan harga barang itu sendiri.

Besarnya elastisitas penawaran suatu barang menurut Teken dan Asnawi (1977) dapat dirumuskan sebagai berikut:

t,y / Y

=

(36)

dimana :

Et = elastisitas penawaran produk 1

Y = jumlah barang Y yang ditawarkan pada harga H

J

D. Y = perubahan jumlah barang Y yang di tawarkan By

=

harga persatuan barang Y semula

b. H__ = porubahan harga satuan barang Y セ@

(37)

K0rangka Pemikiran. -- Suatu kenyata:L yang perlu di"·· kemukakan bahwa pengembangan ekonomi dalam bidang peter-nakan tidak sama keadaannya pada tiap-tiap daerah.

Peternakan memegang peranan penting bagi masyarakat terutama dalal1J memenuhi kebutuhan akan protein

hewanLMe-nurunnya populasi dan rneningkatnya permintaan akan terna:{

potong serta bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke

tc

hun, mengakibatkan tidak seimbangnya penawaran dan permin-taan terhadap produksi ternak potong. Dengan kata lain pe-nawaran tidak dapat mengimbangi permintaan akan ternak po-tong. Sehingga untuk mengimbangi permintaan akan ternak P£ tong perlu adanya peningkatan us aha dalam bidang peternak-an baik produksi maupun penawarpeternak-an.

Penawaran ternak potong oleh peternak tergantung pada biaya produksi, hingga jika seorang konsumen memerlukan su-atu barang dalam jumlah yang banyak, makcc konsumen itu ha-rus membayar dengan harga yang tinggi, karena untuk menam-bah produksi barang tersebut harus ada faktor-faktor lain yang diambil dari produ;mi barang lain. Faktor-faktor yang mempcmgaruhi penawaran ternal\: potong dan hasil-hasil ternak adalah harga, baH: harga output yang berupa ternak dan 11a-sil-hasil ternak, harga input yang berupa makanan ternak dan biaya lain, maupun harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan subsitusi atau komplementer.

Hal ini berarti bahwa penawaran ternak potong dan

(38)

ya produksi terutama makanan ternak dapat dirumuskan seba-gai berikut

Y = f (Xl' X2 ) dimana Y adalah penawaran ternak potong, Xl adalah harga ternak potong dan X

2 adalah harga makanan ternak. Sedangkan variabel-variabel lain seperti pemilikan ternak, teknologi dan volume pertambahan ternak

juga mempengaru.':ti terhadap penawaran. Dei1gan de.mikian fung-si penawaran ternak potong ruminanfung-sia dapat dirumuskan se-bagai berikut :

Y = penawaran ternak potong ruminansia Xl = harga persatuan ternak

X2 = total biaya makanan ternak X3 = jumlah pemilikan ternak X4 = teknologi

X5 = volume pertambahan ternak

Besarnya pengaruh harga-harga tersebut terhadap pena-waran dapat diuinlr dengan elastisi tas penapena-waran yang menun

(39)

demiki-an penawardemiki-an dapat di ting;,atkdemiki-an tampa menaikdemiki-an harga ju-al dari komoditi ternak dan daging serta uagian-bagiannya.

Penawaran mernpunyai berbagai tingkat dan bentuk. Pe-na\varan pada tingkat peternak pada umumnya bervrujud ter-nak hidup, pada tingkat pedagang besar mungkin sudah ber-bentuk daging dan pada tingkClt pedagang pengecer sudah beE bentuk daging segar atau dalarn bentuk lain. Sehingga エゥ、cャセ@

lah heran apabila ternak sebelum sampai ke konsumen maka harus melalui suatu rantai tataniaga yang cukup panjang.

Rantai tataniaga tyrnak memiliki suatu kerakteristik 'komoditi ganda (multiple commodity) dimana begitu keluar

dari "farm gate" telah merupakan hasil ternak atau komodi-ti dengan konsumennya tersendiri yaitu para pedagang dan pejagal yang kemudian molalui proses "diasembling" dirumah potong menjadi komoditi lain yaitu daging dengan pelnagai bagiannya (1cmggu, 1976). Selanjutnya dikatakan bahwa koms:. diti ini adalah komoditi antara (interme.diate oommodity) Dengan demikian jolaslah bahwa sebelum sampai ketangan ko!:! sumen akhir (individual consumers) maka hasil-hasil ternak harus melalui konsumen perantara seperti para pedagang, P.£

jagal, restoran-restoran, dan pengecer yang dikenal sebagai

konsumen lembaga.

(40)

po-tong ruminansis, di Indon8sia Bagian Barat sangat dipenga-ruhi oleh jumlah pemilikall ternak.

Metoda Pengumpulan Data.-- Data ini diambil dari 11a-sil Survey Team F3Kultas PetoJl'nakan, Institut Pertani3n 3,)

gor di Indonesia スォエエセ[ゥ。ョ@ J:3arat yang dilaksanah:an セ@ pada bul,:::'ll JVlei dan Juni 1976, masing-masing DaeI'3h Istimewa Aceh, Su-matra Ut3ra, SuSu-matra Selatan, Riau, Jambi, SuSu-matra Barat, Lampung, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kaliman-tan Tengah, KalimanKaliman-tan SelaKaliman-tan dan KalimanKaliman-tan Timur. Meto-da yang digunakan aMeto-dalah metoMeto-da survey. Responden untuk Meto-da ta primer terutama adalah para petani peternak, pedagang ternak dan hasil ternak dan konsumen rumah tangga. Sedang-}:an data sekunder dik-umpulkan dari RPT, Departemen Pedagang

-

-an, Dinas Peternakan dan Pasar Ternak. sehingga data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari sum-ber data primer.

Metoda Analisa Data.-- Metoda analisa yang dipakai Cl-dalah analis3 ekonomi momak3i model umum penawaran ternak potong sebagai berilmt

=

dimana D

f adalah "dependent Variable" sedangkan Xl' X2 , X

3

, ...

X5 adalah independent variable".

D

f = jumlah atau banyaknya produk yang di tm·mrkan (kg/bulan)

Xl

=

harga produk itu sendiri (Rp/satuan)
(41)

X3

=

llarge, masukan/ input untuk produksi (Rp/ satuan)

=

=

teknologi (dummy variable) besar usa11a (Rp)

Analisa data dilakukan dengan regresi linier berganda dan Cobb-Douglass yang bila dituangkan dCllam bentuk

per-Regr8si Linicr' Ecrg8..J.lda セ@

dimana a adalah konstanta, sedang bl , b2 , b3 , ...•. b5 ada 10.11 koefisien regresi variabe!.

Cobb-Douglass

Y

=

a

x

l b!. X/2. X 3

b 3. X

4

b

4. X5b5

Y

=

adalah volume penawaran ternak potong ruminansia Cl

=

konstanta ... .

Xl' X2 · X3 · ... X5

=

faktor-faktor penawaran bl • b2 • b3 •••...• b5

=

elastisitas masing-masing faktor penawaran. Pengelolaan data SGcara statistik dilakukan dengan cara Dollitle.

Setelah persamaan diperoleh maka dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi (R2) untuk menentukan

ォ・セ@

t€:tapan.

R2 = Jumlah Kwad.rat Regresi Jumlah Kwadrat Total

Kemudian dilakukan pengujiCln Uji-F dengan menggunali:an si-dik ragam dan Uji-t.

(42)

terperinci yaitu tel-rl101ogi 9 unit エ・イャャ。ォセ@ pcrtambahD.l1

ter-nak dan ォッ・ヲゥZZNZセゥ・ョ@ teknis.

Telmologi te:c'bagi atas 2 yai tu 1) telmologi

perang-kat koras (hard Vlore) 9 misalnya ヲゥウゥォセ@ D1ekanik, kimia dan

biologis; 2) t elu,ologi perangkat luna1\: (soft were), misa2,.

nya orang7 ォッョウ・Gーセ@ modal dan orG'anisasiQ earn mengukur ォセ@

dua teknologi (hard dan soft) adalah variabel dummy yang dengan cara memberikan sekor.

Hisalnya : Breeding Sapi Potong

Hard : ada t idalmya sap i unergul di daerah i tu di beri sekor

5.

Soft orang mengetahui atau tidak mengetahui tentang breeding, misalnya untl1k responden ke 1 (pertQ; mal diberi sekor 10.

chdi rata-rata untuk responden ke 1 (pertama) adalah: 10 +

5

7,5

2

=

respondert ォ・セR@

=

10

responden k8-3

=

2

responden ke-4

=

3

jumlah .sekor

=

22,5

Rata-rnte. sekor teknologi dari seluru.h responden 2963.

(43)

sapi

P engul;:tlr::"ll satuan t XイANlNMZ[セe@ ( .,", ircnl C.J,.J._ 1 C unit) pada ternak

dan kerbau 88bagai berikut

1 (jantan, betina) de't'Jasa

=

1 unit ternak

1 ( jantan, betina) muda

=

1,- unit ternak

8

1 ( jantan, betina) anak

=

:·,:f unit ternak 'j

Untuk ternak kambing dan domba sebagai berikut 1 (jantan, betina) deViasa

=

0,1]. unit ternak 1 (jantan, betina) muda

1 (Jantan, betina) anak

= 0,07 unit ternak

= 0,35 unit ternak ') Pertambahan alamia ternak (net natural increase) me-rupahtl1 pertamb'lhal1 bersih Ulli t ternak relatif terhadap

jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak. Pertambahan a-lamiah ternak

P = dimana

dihitung

D t

sebagai berikut : x 10010

P

=

pertambahan alamiah ternak

bセ@

=

jumlah tarnak yang lahir pada tahun t (unit c

ternak)

Dt

=

jumlah ternak yang mati pada tahun t (unit ter-nak)

Qt

=

jumlah ternak yang dirniliki oleh peternak pada tahun t
(44)

sa-pih, 3) presentase mortalitas, 4) berat pasar rata-rata, 5) presente,se karkas, 6) presentase jeroaa : kUli t, darah dan kepala, 7) konsumsi per e!wr per hari, 8) ratio per"-tambahan berat badan. Pada ternak kambing : 1) presentase

"kid crop", 2) mortalitas, 3) berat pasar rata-rata, 4) presentase karkas, 5) berat jeroan; kulit, darahdan ke-pala, 6) konsumsi per ekor per hari, 7) ratio pertambahan berat badan. Pada ternak domba ; 1) presentase "lamb crop I' 5) berat jeroan : kulit, darah dan kepala, 6) ォッョウカセウゥ@ per ekor hari, 7) ratio pertalnbahan berat badan.

(45)

Keadaan Ummn Daerah Peneli tian. -- Yf.1.ng merupakan da-.

erah contoh penelitian di Indonesia Bagian 'Barat 1976 ter-diri dari 13 propinsi yaitu Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra

Selat-an, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kali mantan Tengeh, Kalimantan Selatan dan Kalimantan '['imur.

Keadaan Iklim.-- Indonesia Bagian Barat pada カセオュョケ。@

iklim yang dimiliki adalah iklim laut sedang, karena ter-letak di daerah katulistiwa (Houbolt, yang dicatat oleh

Chambers, 1978).

Keadaan curah hujan bulanan di Indonesia Bagian Barat tahun 1975 yang dipublikasikan oleh Departemen Perhubungan pusat Meteorologi dan Geofisika (1977), terlihat bahvra, c£ rah hujan bulanan rata-rata maksimum 377,33 mm dan minimum 87,08 mm (lampiran 1). Cural! hUjan maksimum tertinggi ter-dapat di propinsi Kalimantan Selatan (493 mm) pada bulan Maret dan terendah di Hawa Barat (281 mm) padG bulan Janu-ari. Sedangkan curah hujan minimum tertinggi di Sumatra Ba-rat (168 mm) pada bulan Maret dan terendah di Bengkulu (39 mm) pada bulan Juni. Berdasarkan data curah hujan ini ter-1ihat bahwG di Wilayah Indonesia Bagian BGrat, curah

hu-jannya merata disepanjGng tGhun dalam arti tidak adanya bulan kering.

Kelembaban Udara bulanan dan temperatur tidak ter1a-lu berbeda pada masing-masing propinsi dengan rata-rata

(46)

kelembaban udara maksimum 86,25%, minimum 80,75% dan tem-peratur udara 25,57°C (lampiran 2).

Klasifikasi iklim oleh Schmidt dan Ferguson (1951) yaitu bahl·m secara keseluruhan di Indonesia Bagian Barat

(Sumatra, Kalimantan dan Jawa Barat) termasuk daerah yang berik1im A dan B, kecuali di Daerah Istimevm Aceh di pan-tai timur dan panpan-tai utara dan JaVia Barat di panpan-tai utara merupakan 、。・イセQ@ yaDg beriklim C dan D. Daerah yang

ber-iklim A dan B adalah daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi dan daerah yang beriklim C dan D adalah 、。・イ。セ@

yang mempunyai curah hujan sedang.

I:Ienurut Olson (1950) bahwa, topografi merupakan salah satu faktor yang menentukan jenis tanaman dan jenis peter-nakan. Demikian juga yang dikemukakan oleh Williamson dan Payne (1959) bahwa, curah hujan, temperatur dan kelembaban merupakan faktor alam yang mempengaruhi perkembangan peteE nakan disuatu daerah.

Penduduk. -- Penduduk di Indonesia Bagian Barat berda--sarkan Sensus Penduduk 1971, dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1, memperlihatkan peningkatan jumlah penduduk yang cukup besar di daerah penelitian sekitar 10 juta jiVia

dalam jangka waktu 10 tahun. Secara keseluruhan angka per-tambahan penduduk rata-rata per tahun berdasarkan Sensus Penduduk 1971 untuk Ind-Onesia adalah 2,1%. Bila dihitung,

(47)

jumlah pendueluk yang tinge:!.1 eli elaerah pene1itian 38,6%

elan paela talmn 1972 meningkat menjaeli 39,92%.

TABEL 1. JUh1AiI PElJDUDUK ])I INDOH:6SIA BAG IAN BARAT BERDASARKAJj SENSUS PENDUDUK 1971

]]]]]]]]]]]セセセ]]]]]セM]]セセ]]]セ]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]] ]]]@

Propinsi

Daernh Istimewa Aceh

Sumatra utara Sumatra Barat R i a u J a m b i Sumatra Selatan BengkD.lu Lampung

Jawa Barat

Kalimantan Barat

Kalimantan Selatan

Kalimantan TOilgah Kalimantan Timur

J u m 1 a h

I n el o' n e s i a

Tahun 1961

1. 629 4.965 2.319 1.235 744 2.773 406 1. 668 17.615 1. 581 1.472 セLYW@ 551 37.455 97.019

X

1000

セiG。ィオョ@ 1971 jiwa 2.009 6.623 2.793 1. 642 1.006 3.444 519 2.777 21.633 1.020 2.698 700 734 47.598 119.232

[image:47.612.50.470.201.625.2]
(48)

Berdasarkan sensus penduduk tahun 1971 terlihat bah-wa sebagian besar jumlah penduduk Indonesia terdapat di Indonesia Bagian Barat. Hal ini akan lTlcnimbulkan berbagai masalah yang perlu mendapat perhatian, seperti masalah ke-butuhan akan hidup pokok dan lapangan pekerjaan dan

seba-ini dapo..t dimengerti karena semakin besar

jum-1ah penduduL: li;aka jumlaL j;.:ebutuhan terhadap suatu barang

akan ュエNZZョゥョVセZ[NZ。エ@ juga ウ」ュZZLINャセゥョ@ meningkat orang memerlukan

la-pangan pekerjaan (Anonymous, 1971).

I'ilenurut Sensus Penduduk 1971, lapangan pekerjaan pen-duduk dibedakan dalam 10 mc::cam. Berdasarkan data sensus penduduk 1971, diperoleh angkl nisbi komposisi penduduk me nurut lapangan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 2.

TABEL 2. penyebaraQセ@ PElmUDUK BERDASARKAN LAPANGAN PE-KERJAAH DI

13

PROPINSI DI INDONESIA BAG IAN

BARAT 1971

=========================================================

Lapangan pekerjaan Jumlah nisbi (Yo)

1. Pertanian, perkebunan dan lilin-lain 72,20

2. Pertambahan dan penggalian 0,70

3. Industri pengelolaan 3,33

4. Listrik gilS dan air 5. Ban gun a n

6. Perdagangan, rumah makan dan hotel 7. Angkutan, penyimpanan dan komunikasi 8. Keuangan, asuransi dan lain-lain

9. Jasa-jasa kemasyarakatan dan lain-lain

10. Kegiatan yang tidak/belum ,jelas

J u m 1 a h

0,07 1,21 6,27 2 0,20

8,08

(49)

Dari Tabel tersebut dia.tas memperlihatkan bahwa seba-· gian besar dari penduduk di Indonesia Bagian Barat mata pencahariannya ado,lah di bidang pertanian (72,20%), kemu-dian menyusul lapangan pekerjaan lainnya. Dari seluruh ma-ta pencaharian yang paling 11:ecil peminatnya adalah di bi-dang listrik, gas dan air (0,07%).

Dengan demikian dapatlah ditarik kesimpu1an bahwa pa-do. umumnya VJilayah Indonesia Bagian Barat adalah mGrupakan daerah pertanian.

Keadaan Umum Populasi Ternak Pot0ng Ruminansia.-- Ra-ta-rata populasi ternal: potong ruminansia di Desa contoh penelitian di masing-masing propinsi ditemukan hampir me-rata, terutama ternak sapi potcimg, kerbau dan kambing. Un-tuk ternak domba dibeberapa dari Desa contoh tidak terdapat seperti pada propinsi Smnatera Utara, Riau, Jambi, Kaliman-tan Barat dan KalimanKaliman-tan Timur, clap at clilihat pacla Tabel 3.

Dari Tabel 3 terlihat balll'la penyebaran ternak potong ruminansia merata ditiap kabupaten contoh. Untuk ternak kam bing clan domba yang terdapat di propinsi Riau, Jambi dan su matra Selatan tidak dipisahkan. Juga ditemukan jenis ternak yang dominant seperti ternak sapi potong di DaGrah IstimGwcc Aceh sebesar 106.666 ekor, menyusul ternak kambing dan kGr-bau masing-masing sebesar 70.566 ekor dan 66.084 ekor. 1(G-mudian ternak domba di Jawa Barat sebesar 65.366 ekor.

Untuk mengetahui gambaran total populasi ternak potong

イャャゥセゥョ。ョウゥ。@ di propinsi contoh 1975 dapat dilihat pada

(50)

TABEL 3. RAT;\-R.fl.TA POPUL,SI TbHNAK DI DESA CONTOH DI 13 PROPINSI 1975

=========================================================

PropinSi Sapi F'otong Kerbau Kambing Domba

Daerah Istimewa Aceh

Sumatra utara sumatra Barat

R i a u J a m b i Sumatra Selatan Ben g k u 1 u Lam pun g Jawa Barat

Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur

1.039 63 278 657 303 853 1.540 96 50 126 42 91 65 ekor 55 28 334 716

143

998

1. 752 81 100 78

879

45 762 133 208 336 459 516 1.443 170 195 69 35 17 95 255

9

136 404 208 608 7 10

Sumber : Pcngamatan tentang permintaan dan penaViaran hasil hasil ternak di Indonesia Bagian Barat 1977.

[image:50.612.53.500.119.528.2]
(51)

TABEL 4. RATA-RATA POPULASI TERNAK DI DAERilH CONTOH DI 13 PROPINSI 1975

]]]]]]]]]]]]]]セ]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]] ]]]@

Propinsi

Daerah Istimewa Aceh Sumatra utara

Sumatra Barat R i a u , J a m b i

Sumatra Selatan Ben g k u 1 u Lam pun g Jawa Barat

Kalimantan Barat Kalimantan Tongah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur

Sapi Potong Kerbau Kambing Domba

--- (ekor) ---106.666

1. 04-5 13.965

1. 761 2.952 14-.304 10.369 25.293 3.880 9.108 1. 537 1. 327 3.791

66.084 70.566 10.636 297 13.327 125 6.352 5.555 400 8.400 15.515-*

5.981 9.072

7.680*

7(-14.082

14.965 20.807 2.315 24.413 11.529 18.755 18.879 27.076 65.366 44 6.018 17 178 1.024 352 4.008 2.015 891 1.878 15.205 445 Sumber: Pengamatan tentang permintaan dan penawaran

hasil-hasil peternakan di Indonesia Bagian Barat 1977. Keterangan :

*)

K&nbing + Domba.

Jumlah pemotongan ditiap propinsi terlihat cuh-up tin£;; gi (Tabel 6). Kisaran jumlah pemotongan ternak sapi antara 798 ekor (Lampung) dan 67.045 ekor (Jawa Barat), pada ter nak kerbau 81 ekor (Kalimantan Tengah) dan 50.300 ekor

(Jawa Barat), pada ternak kambing dan domba 726 okor (Ka--limantan Tengah) dan 115.009 ekor (Jawa Barat). Jumlah P2. motongan tortinggi semua tornak ruminansia adalah propinsi

[image:51.612.52.471.136.556.2]
(52)

Ba-rat hal ini disebabkan karena banyak permintaan yang e-rat hubungannya dengan jumlah penduduk.

TABEL 5. POPULASI TERNAK DI PROPINSI CONTOH DI IN-DONESIA BAG IAN BARAT 1975

========================================================

Propinsi Sapi Potong Kerbau Kambing Domba

(ekor) ---Daerah Instimewa Aceh 322.346 330.621 299.734 98.412 Sumatra Utara

Sumatra Barat R i a u J a m b i Sumatra Selatan Bengk.ulu Lam pun g Javla Barat

Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur

316.018 247.630 13.395 17.733 172.560 41,582 101.170 100.381 64.423 49.576 33.030 14.000

205.327 627.982 45.635 105.704 71.520 71.520

33.960 33.634 79.156

75.585* 51. 587* 159.300 .J<.

59.861 23.546 9.259 97.650 461.141 75.018 513.603 931.911 1505.131

216 49.045 3.879 15.039

33.120 22 33.687 10.323 6.954 674 52.100 2.030 Sumber: Pengamatan tentang permintaan dan nenawaran hasil

hasil ternak di Indonesia Bagian Barat, 1977. -Ket0rangan : *) Kambing dan Domba.

[image:52.612.51.470.167.606.2]
(53)

TABEL 6. PElVJOTONGAN

tjセrnak@

RUMINANSIA DI PROPINSI

aONTOH DI INDONESIA

bagiaャセ@

BARAT 1975

========================================================

Propinsi

Daercil Istimewa Aceh Sumatra utara

Sumatra Barat R i a u J a m b i Sumatra Selatan Ben g k u 1 u Lam pun g JaI'la Barat

Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur

Sapi Potong Kerbau Kambing/Domba --- (ekor)

---22.698

4.830

5.303

11.147

21.327

2.782

1.874

10.219

798

?300

67.045

5.718

2.637

5.104

7.787

14.561

7.497

5.034

4.573

4.579

558

50.300

81

2.595

2.299

16.680

2.055

10.938

796

3.088

7.676

1.643

:t.l5.009

1.180

726

2.093

8.443

Sumber: Pengamatan tentang permintaan dan penaViaran hasil hasil ternak di Indonesia Bagian Barat,

1977.

Keadaan Umum Peternak. -_. Pada peternak potong

rumi-nansia di Indonesia Bagian Barat terdiri dari berbagai tingkat pendidikan yakni SD, SLP, SLA dan PT. Adapun tinfI kat pendidikan dari responden yang terbanyak adalah SD

46%

pada peternak sapi potong,

58,7%

pada peternak kerbau, [image:53.612.48.475.97.495.2]
(54)

TABEL 7. RATA-RATA UHUR DAN PENDIDIKAN PETERNAK DI HDONESIA BAG IAN BARAT JUIU, 1976

]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]セ]]]]]]]]]]]]] ]]@

Peternak Urnur PeternaL: (tahun) Pendidikan

{%}

Sapi potong 42,8

K e r b a u 50 K a m b i n g 43 D 0 [,1 b a 43

Rata'-rata 44,7

TS

=

SD

=

PT

=

tidak sekolah sekolah dasar perguruan tinggi

TS SD SLP SLA PT

30,7 46 16,7 6,6

15,6 58,7 19,7 4,4 1,3 26 54,2 16,6 3,4

28,5 61.5 8,5 1,5

25,2 55,1 15,4 4 0,3 SLP

=

sekolah lanjutan Tlertama SLA

=

sekolah lanjutan stas

Pendidikan merupakan faktor pelancar untuk mengenal pengetahuan ketrampilan dan cara baru dalam melalmkan su-atu kegiatan (Mosher, 1968).

Keadaan umur peternak responden berkisar antara 40 tahun sampai 50 taJl1m. l1elihat kenyataan ini bahwa keada-an umur peternak di Indonesia Bagikeada-an Barat masih potensil, seperti yang dikatakan oleh Efferson (1953) bahwa peternak yang di anggap kekuatan fisiknya menurun adalah mereka yang mempunyai umur 60 tahun keatas. Sedagkan Soehardjo

dan Patong (1973) mengatakan ballwa yang termasuk dalam go-10ngan usia kerja yaitu rnereka yang berusia 15 - 50 tahun.

[image:54.612.45.462.45.337.2]
(55)

sa dimana transaksi .jual beli ternak antara peternak de-ngan pedagang pengumpul. Pasar ternak terdapat di kota ォセ@

camatan dimana transaksi jual beli antara pedagang ー・ョァセ@

pul atau peternak dengan pedagang besar atau pejagal. Pa-sar ternak tingkat kabupaten atau kotamadya terjadi tran-saksi antara pedagang besar atau pedagang pengumpul dengan pejagal atau pedagang besar lainnya. Sedangkan pada pasar eceran daging yang terdapat di kotamadya, kabupaten atau kecamatan terjadi transaksi antara penjual daging dengan konsumen akhir atau pedagang makanan.

Lembaga tataniaga terhak dan daging di daerah pene-litian di Indonesia Bagian Baratadalah pengusaha per 0-rang dengan modal terbatas. Pada lembaga yang ikut aktif

,

pada transaksi jual beli ternak adalah pedagang ternak

a-tau dikenal dehgan nama belantik. Kelembagaan yang ditem-pull dalam saluran tataniaga ternak cukup banyak yaitu mu-lai dari petani peternak (produsen) ternak, belantik kemu-dian ke pejagal komoditi ternak berubah menjadi daging dan akhirnya sampai ke konsumen daging (Saefuddin, d),k., 1977).

(56)

tMMMMMMMMMMMセMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMt@

'II

Peternak ---" Pedagang ternak

---'>

Pe jagal

(Belantik) I

t

Podagang daging

I

{,

Pengecer daging

I

+'

Konsulllen

Ilustrasi 1. Saluran Tataniaga Ternak dan Daging di Daerah Penelitian.

Saluran tataniaga ternak dan daging seperti terlihat pada Ilustrasi diatas urnurnnya terdapat di daerah peneliti an. Pada beberapa telllpat dan daerah terdapat Ilustrasi yang sedikit berbeda, seperti yang terdapat di propinsi Riau,

Jmm Barat dan Kalimantan Tilllur, dapat terlihat pada Ilus-trasi 2,

3

dan 4.

Peternak MMMセp・、。ァ。ョァ@ Ternak Desa MMセL@ Pedagang ter-/ ter-/ n a k Kota

\

セOO@

セOGOセO@

セA@ AセNM

Pejagal MMMMセp・ョァ・」・イ@ Daging

Bセ@

1

Konsulllen

(57)

Peternak MMMセ@ Calo (perantara) MMセ@ B9ndar

-.

セセ@ , セ@ Ternak Ddsa

'--..,'

/---'"

イセ@

セ@

Pasar Ternak MMMMMMセ@ Bandar Ternak Kota I

"

..

/

I

""

Pejagal

... / / .

'"

... Okセッウ@ Daging

... / / /

/ ' セ@ セ@

ie I""

Pengecer Daging _"'----? Konsumen

Ilustrasi 3. Saluran Tataniaga Ternak dan Daging di Propinsi Jawa Barat.

Peternak MMMMセ@ Pedagang Pengumpul MMMセp・ェ。ァ。ャ@

" .. _-- /Eksportir Ternak '

-t-Pengecer Daging

I

-t-Konsumen

Ilustrasi 4. Saluran Tataniaga Tarnak dan Daging di Propinsi Kalimantan Timur.

(58)

pe-ngecer daging.

" Dalam proses pembentukan haJCga, kekuatan penawaran dan permintaan terhadap ternak dan hasil teI'nak dapat di-lihat dari perkembangccn yang terjadi dari barang itu sen-diri. Peternak pada umumnycc lemah karena tidak banyak me-ngetahui tentang si tuasi pasar. I"ienurut }1ubyarto (1973) pembentukan pasar yang baik terjadi pada tingkat pedagang besar, karena pada tingkat tersebut baik pembeli maupun penjual sudah mengetahui lebih banyak tentang situasi pa-sar dan harga.

Rata-rata harga pembelian dan penjual ternak di ting-kat lembaga tataniaga di daerah penelitiah dapat dilihat pada Tabel 8.

Pada Tabel 8, terlihat harga penjualan tern"ak di bebe-rapa daerah tidak ditemukan. Hal ini disebabkan karena di-antara ternak hidup yang dijual kembali dalam bentuk lain yaitu daging, Gambar harga yang terlihat dalam Tabel 8, di dasarkan atas harga ternak per ekor, sedangkan harga yang baik semenstinya didasaI'kan atas berat hidup, sehingga pe-ternak tidak merasa dirugikan.

Biaya tataniaga di masing-masing tingkat pasar terdi-ri daterdi-ri biaya p engangkut an , pemotongan, retterdi-ribusi, penyim-panan dan lain-lain, dapat dilihat pada Tabel

9.

Dari Tabel 9, memperlihatkan bahwa total biaya

(59)

TABE1 8. RATA-Ri.TA BARGA PEHBE1IAN DAN PENJUA1AN TERNAK RUHINANSIA DI TINGKAT PEJAGAL 1976

]]]]]Z]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]セ]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]] ]]]@

Propinsi

D. LAceh Sumut

Sumbar Ria u Jam b i Bengkulu Jab a r Lampung Kalbar Kaltim Kalsel Kalteng

S a p

Pembe-lian

i

Penju-alan

K e r

Pembe-lian

b a u penjua-alan

Kambing/Domba Pembe- Penjua-lian Ian

---

Rp/ekor

---26.667 32.500 49.000 65.750 5.500 8.000 70.000 80.000 50.00 70.000

70.000 74.160 99.160 105.000 91.000 107,500 82.140 87.500 85.000 115.000 140.000 75.000 98.300 105.000 135.000

75.000 120.000 71.660 75.000 9.200 10.000 92.400

73.330 98.330 66.330 110.000

69.580

Sumber;Pengamatan tentang permintaan dan PellawaJrtm has il-hasil peternakan di Indonesia Bagian Barat, 1977.

yang paling besar untuk pengangkutan terdapat di propinsi Sumatra Utara Rp. RNUPPLセ@ dan yang paling rendah terdapat di Sumatra Selatan Rp.600,- Hal ini nampaknya ada hubung-an denghubung-an fasilitas penghubung-angkuthubung-an yhubung-ang masih kurhubung-ang dari

daerah produksi menuju ke daerah pemasaran dan hasil-hasil peternakan.

(60)

TABEL 9. jVJACAI'I DAN RATA-RATA BESARNYA BIAYA TATANI-AGA TERNAK DI DAERAH PENELITIAN, 1976

========================================================

Propinsi セセャセセセmセャ。セ」セ。ュセセbセゥセ。セケセ。セHセrセーセIセ@Angkut- Pemo- Retri- Penyim- Lain- Total ______ セ@__ セ⦅@ an tongan busi panan lain

, , ,

-D.1. Aceh Sumut Sumbar Ria u Jam b i

Sumsel Bengkulu Jab a r Lampung Kalbar Kaltim Kalteng Kalsel 2.480 2.500 705 1.375 600 2.360 1.000 1.500 675 2.000 300 255

1. 200 1.000 875 2.500 612 750 840 500 500 1. 750 1. 558 100 1.878 450 1. 200 1.200 714 1. 750 1. 300 750 300 255 250 590 50 700 320 100 500 250 184 300 500 200 500 150 178 100 150 500 366 4.833 600 4.673 3.375 2.775 7.138 2.746 4,.200 1.815 3.866 800 Sumber: Pengamatan tentang permintaan dan pena\'Iaran

hasil-hasil peternakan di Indonesia Bagian Barat, 1977.

sampai kepada konsumen hasil ternak. Besarnya rata-rata marjin tataniaga di masing-masing tingkat pasar atau lem-baga untuk tiap jenis barang berdasarkan hasil survey Team

[image:60.612.49.484.91.541.2]
(61)

da-marjin tataniaga sebagai berikut : Struktur da-marjin di tingkat pedagang ternak terdiri dari biaya tataniaga

Rp.3.569 (19,6%) dan keuntungan Rp.14.675 (80%). Struktur marjin ditingkat pedagang daging tenEri dari biaya tata-niaga Rp .168 .13 (88,6%) dan keuntungan Rp. 21. 64 (11,4%).

Faktor-faktor yang lViempengaruhi Penawaran Ternak

Gambar

Tabel Ba1aman
Tabel Halaman
TABEL 1. JUh1AiI PElJDUDUK ])I INDOH:6SIA BAG IAN BARAT BERDASARKAJj SENSUS PENDUDUK 1971
TABEL 3. RAT;\-R.fl.TA POPUL,SI TbHNAK DI DESA CONTOH
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 320 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

Dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh selebriti endorser (X 1 ) dan desain produk ( X 2 ) berpengaruh secara simultan dan secar parsial

Hasil analisis menunjukkan: variabel GDP per kapita Kota Surakarta menunjukkan hasil positif dan signifikan, variabel GDP per kapita negara tujuan menunjukkan hasil negatif

Model perkuliahan dan praktikum Ekologi Terestrial dilakukan dengan memberikan arahan kepada mahasiswa untuk memahami materi kuliah dengan menugaskan mahasiswa dalam

Pena yang sudah dimodifikasi dengan bentuk steampunk seperti dipadukan dengan logam tembaga dan kuningan bertujuan untuk lebih menonjolkan kesan bahwa meja itu adalah meja

Untuk soal nomor 1 sampai dengan 20, pilihlah pasangan kata yang paling tepat untuk mengisi titik-titik (...)pada bagian tengah kalimat, agar antarbagian kalimat tersebut

Dari ungkapan ketiga partisipan mengenai instruksi kerja dan pemasangan kateter three way hal yang perlu diperhatikan adalah pada umumnya sama dengan pemasangan kateter