• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DINAS TATA KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN KOEFISIEN DASAR BANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN DINAS TATA KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN KOEFISIEN DASAR BANGUNAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN DINAS TATA KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN KOEFISIEN DASAR BANGUNAN

Oleh

Soni Sahat Hutahaean

Dinas Tata Kota Bandar Lampung pada Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kota berperan menetapkan Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dan luas tanah/ lahan/ daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Koefisien Dasar Bangunan mengatur besaran luas tanah dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk menjaga keseimbangan antara luas bangunan dan luas wilayah.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan Koefisien Dasar Bangunan dan apa faktor penghambat pelaksanaan Koefisien Dasar Bangunan di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris. Data primer melalui wawancara sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan cara analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan Koefisien Dasar Bangunan belum secara optimal diterapkan. Penetapan Koefisien Dasar Bangunan sesuai dengan tingkat kepadatan bangunan berdasarkan aturan bagian wilayah kota yang berlaku dari Dinas Tata Kota Bandar Lampung. Faktor penghambat pelaksanaan Koefisien Dasar Bangunan yaitu kurangnya sosialisasi dan kesadaran baik dari pegawai Dinas Tata Kota Bandar Lampung dan masyarakat dalam hal ini yang mengurus izin mendirikan bangunan.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembangunan nasional merupakan tanggung jawab dan dilaksanakan pemerintah untuk dapat mencapai sasaran pembangunan keseluruhan wilayah tanah air dan kepada daerah diberi hak otonomi untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri. Pembangunan yang semula berjalan secara sentralistik, ternyata belum mencapai hasil yang maksimal, sehingga diterapkanlah otonomi daerah dan desentralisasi kekuasaan daerah.

(3)

Mengingat negara Indonesia adalah negara hukum, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat sebagai warga negara harus berdasarkan hukum yang berlaku, apabila hukumnya belum ada atau tidak jelas maka perlu diciptakan, begitu juga berkaitan dengan bidang bangunan yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan dan penghidupan bermasyarakat, dimana jumlah manusia yang memerlukan bangunan untuk kehidupannya semakin banyak, maka hingga saat ini masih dirasakan adanya kebutuhan terhadap bangunan.

Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, mengelola sumber daya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, tenteram sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat dan harga diri.

Pembangunan daerah dilaksanakan melalui penguatan otonomi daerah dan pengelolaan sumberdaya yang mengarah pada terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance). Sejalan dengan hal tersebut maka pelaksanaan program pembangunan di Kota Bandar Lampung dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan demi mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan.

(4)

3

pasal 10 ayat (2) berbunyi “Pemerintah wajib menyediakan dan memberikan informasi secara terbuka tentang persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung bagi masyarakat yang memerlukan”. Sebagai aspirasi dari kehendak yang

kuat untuk membangun daerah dan menunjang pembangunan di pusat, maka ditetapkanlah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, karena daerah lebih langsung berhubungan dengan masyarakat sehingga dapat diharapkan lebih mengerti dan memahami aspirasi masyarakat, sehingga terciptanya peningkatan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.

Pada intinya pemerintah daerah harus dapat memberikan kontribusi yang luas terhadap pemerintahan daerah tentang pelaksanaan pembangunan, terutama pemberian izin mendirikan bangunan yang mencakup penerapan perhitungan dan penetapan koefisien dasar bangunan dalam hal ini Dinas Tata Kota Bandar Lampung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dalam hal ini Dinas Tata Kota Bandar Lampung sebagai pemerintah daerah mempunyai peranan dalam tata bangunan kota memperhatikan setiap persyaratan dalam pelaksanaan pembangunan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung pasal 7 berbunyi “Setiap bangunan harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan

(5)

hak atas tanah dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis bangunan meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan gedung.

Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan, arsitektur bangunan dan pengendalian dampak lingkungan hidup. Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung pasal 12 meliputi koefisien dasar bangunan.

Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Tata Kota Bandar Lampung berkewajiban menetapkan koefisien dasar bangunan dalam suatu bangunan agar masyarakat menyadari untuk mendirikan suatu bangunan bukan hanya izin mendirikan bangunan saja yang perlu diperhatikan, namun koefisien dasar bangunan dan unsur lainnya juga harus dipenuhi demi terciptanya keandalan dan tata ruang bangunan.

Penetapan koefisien dasar bangunan merupakan ketentuan dari Dinas Tata Kota Bandar Lampung agar tingkat kepadatan bangunan di Kota Bandar Lampung menjadi merata. Untuk itu Dinas Tata Kota Bandar Lampung membuat daftar bagian wilayah kota (BWK) Kota Bandar Lampung.

(6)

5

pengarahan pemanfaatan ruang kota dan seksi evaluasi rencana dan pengembangan kota.

Koefisien dasar bangunan merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/ tanah perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan, karenanya perlu diatur dan diterapkan secara nasional untuk menjaga keseimbangan antara luas bangunan dan luas wilayah.

Koefisien dasar bangunan bertujuan untuk mengatur besaran luas yang menutupi permukaan tanah, hal ini akan mempengaruhi infiltrasi air tanah atau ketersediaan air tanah untuk masa yang akan datang. Selain sebagai penjaga keberadaan air tanah, permukaan tanah yang tidak tertutup bangunan akan mampu menerima sinar matahari secara langsung untuk membuat tanah bisa mengering sehingga udara yang tercipta di sekitar bangunan tidak menjadi lembab. Penerapan angka persentase koefisien dasar bangunan tiap daerah berbeda-beda sesuai dengan rencana pembangunan masing-masing bagian wilayah kota oleh Dinas Tata Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, untuk mengetahui pelaksanaan koefisien dasar bangunan, maka peneliti mengadakan kajian dengan judul:

“Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pelaksanaan Koefisien Dasar

(7)

1.2. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan koefisien dasar bangunan (KDB)?

b. Apakah faktor penghambat pelaksanaan koefisien dasar bangunan (KDB) di Kota Bandar Lampung?

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan koefisien dasar bangunan dari Dinas Tata Kota Bandar Lampung kepada masyarakat di Kota Bandar Lampung.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan koefisien dasar bangunan (KDB) di Kota Bandar Lampung. b. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan

koefisien dasar bangunan (KDB) di Kota Bandar Lampung.

1.5. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diharapkan oleh Penulis dari penelitian ini adalah :

a. Secara Teoritis.

(8)

7

b. Secara Praktis.

(9)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pelaksanaan hukum yang berlaku pelaksanaan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Peran Dinas Tata Kota dalam pelaksanaan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) belum berjalan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaannya KDB di Kota Bandar Lampung belum secara optimal diterapkan, hal ini terbukti bahwa masih ada bangunan yang belum menerapkan KDB sebagai perhitungan kepadatan bangunan agar tercapai peningkatan mutu, kuantitas bangunan, keseimbangan antara luas bangunan dan luas wilayah serta pemanfaatan ruang kota yang terkendali.

2. Faktor penghambat dari pelaksanaan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), antara lain:

(10)

58

yakni tidak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan keinginan masyarakat, karena proses pelayanannya menjadi lamban dan terkesan kaku, bahkan sulit dipahami oleh masyarakat; dan Kinerja pegawai Dinas dalam memberikan pelayanan masih kurang, sikap pegawai atau pemerintah yang merasa sebagai penguasa.

b. Eksternal: Kondisi masyarakat, dimana Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya IMB dan KDB bagi suatu bangunan Masyarakat yang hendak menerapkan KDB menilai bahwa terlalu susah bahkan kurang paham akan pengertian dan fungsi KDB; besarnya biaya yang harus dikeluarkan, harus melengkapi dokumen kepemilikan tanah yang diketahui oleh Kelurahan dan Kecamatan, pernyataan persetujuan tetangga dan sebagainya.

5.2. Saran

Dengan melihat beberapa pembahasan sebelumnya tentang pelaksanaan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) oleh Dinas Tata Kota di Kota Bandar Lampung, maka dalam hal ini penulis menyampaikan beberapa saran, antara lain:

1. Dinas Tata Kota Bandar Lampung harus lebih berperan dalam pembangunan Kota Bandar Lampung dan harus lebih mengoptimalkan pelaksanaan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dengan melakukan berbagai penyempurnaan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan Koefisien Dasar Bangunan (KDB).

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup melalui

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal yang difokuskan pada

Oleh karena itu masalah tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja oleh Pemerintahan Daerah khususnya dalam hal ini Dinas Sosial Kota Bandar Lampung, Menurut

Kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan pemberian Izin Mendirikan Bangunan Dalam Rangka Pemeliharaan Tata Ruang Kota Medan adalah rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan

Berdasarkan uraian diatas hubungan penelitian penulis dengan kajian Ilmu Pemerintahan adalah mengenai manajemen pemerintahan yaitu dalam fungsi pelayanan pemerintah

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Peran Dinas Tata Kota dalam meningkatkan kualitas perumahan dan pemukiman kumuh dilaksanakan dengan dasar hukum Peraturan Daerah

65 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan kemudian diimplementasikan melalui Peraturan Daerah (Perda) tentang Pajak Penerangan Jalan yang ditetapkan oleh Pemerintah

Tidak termasuk objek retribusi adalah pemberian izin untuk bangunan milik Pemerintah, Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah.5 Kedua, Golongan Retribusi, Retribusi IMB digolongkan