• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF GIVING PERMISSION TO LEARN FOR CIVIL SERVANTS IN BANDAR LAMPUNG DEPARTMENT OF HEALTH

By

IKO TIRTAMANA

Study Permit granting policies contained in Bandar Lampung Mayor Regulation Number 10 Year 2012 on Guidelines and Procedures for Candidate Selection Task Learning and Study Permit For Civil Servants in Government Environment Bandar Lampung, the policy guidance for the orderly administration of the civil service. The purpose of this study was to determine the permit granting process execution Learning and the factors that support the implementation of a barrier and granting permission for the Study of Civil Servants in Bandar Lampung City Health Office.

Type of approach used in this study is an empirical juridical. The data used in this study of primary data and secondary data. Methods of data collection in this study was done by library research and field study. The data were then processed by the data selection, examination of the data, classification data, and preparation of the data were then analyzed using qualitative descriptive analysis method.

From the results of research conducted on the implementation of the provision of the Civil Service Study Permit in Bandar Lampung City Health Office is not run in accordance with regulatory requirements. This was shown by the Civil Servants Medical Officer who left the official duties in conducting lectures, it is contrary to the provisions of Bandar Lampung Mayor Regulation Number 10 Year 2012 on Guidelines and Procedures for Candidate Selection Task Learning and Study Permit For Public Servants Environmental civil Government in Bandar Lampung.

(2)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

IKO TIRTAMANA

Kebijakan pemberian Izin Belajar tertuang dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung, kebijakan tersebut guna tertib administrasi dalam pembinaan kepegawaian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan pemberian Izin Belajar dan faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung pelaksanaan pemberian Izin Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Jenis Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan cara seleksi data, pemeriksaan data, klasifikasi data, dan penyusunan data yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pelaksanaan pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung tidak berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Hal ini terlihat dengan adanya Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan yang meninggalkan tugas-tugas kedinasan dalam melaksanakan perkuliahannya, hal ini bertentangan dengan ketentuan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Liwa, Lampung Barat, pada tanggal 7 Agustus

1991, merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Muhammad

Hatta dan Ibu Siti Aisyah.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Liwa,

Lampung Barat yang diselesaikan pada tahun 2003.

Pendidikan menengah pertama ditempuh di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung

yang diselesaikan pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah

atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Selama menjadi mahasiswa penulis menjadi pengurus HIMAHAN (Himpunan

Mahasiswa Hukum Administrasi Negara) UNILA periode tahun 2011-2012. Pada

tahun 2013 penulis melakukan penelitian bidang konsentrasi Hukum Administrasi

Negara dengan judul “Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil

di Dinas Keesehatan Kota Bandar Lampung” dibawah bimbingan Bapak Charles

(7)

MOTTO

Bertakwalah pada Allah maka Allah akan mengajarimu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu

(8)

Persembahan

Dengan segala kerendahan hati,

kupersembahkan karya dari buah

perjuanganku dan doa Ayahandaku

(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wata’ala yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan Rasulullah Muhammad SAW sebagai

suri tauladan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang

diharapkan.

Judul Skripsi yang penulis buat adalah “Pelaksanaaan Pemberian Izin Belajar di

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung”. Penelitian ini dilakukan di Dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar

Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, hal ini

disebabkan karena keterbatasan dan kekurangan yang sangat penulis sadari. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membagun sangat diharapkan sebagai motivasi

agar penulis menjadi lebih baik. Namun terlepas dari keterbatasan tersebut,

penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. Selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

(10)

3. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. Selaku Sekretaris Bagian Hukum

Administrasi Negara Universitas Lampung.

4. Pembimbing I dan Pembimbing II, Bapak Charles Jackson, S.H., M.H. dan

Ibu Nurmayani, S.H., M.H. yang telah memberikan gagasan, bimbingan,

masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Pembahas I dan Pembahas II, Bapak Nurul Fajri Oesman, S.H., M.H. dan

Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. yang telah memberikan koreksi dan saran demi

kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Sudirman Mechsan, S.H., M.H. dan Dr. Maroni, S.H., M.H. yang

telah berkenan memberikan kuliah terbimbing.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung terima kasih

atas ilmu bidang hukum yang telah diberikan selama perkuliahan.

8. Bapak Budi Ardiyanto, S.Kom. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk di wawancarai.

9. Bapak Muzanni Ali, S.E., dan Ibu Eni Dhartati, S.Pd., Badan Kepegawaian

Daerah Kota Bandar Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk di wawancarai.

10. Ayahanda tercinta Muhammad Hatta dan Ibunda tercinta Siti Aisyah untuk

setiap tetes keringat, air mata pengorbanan dan selalu berusaha untuk

keberhasilanku. Terima kasih atas doa dan kasih sayang yang tidak pernah

hilang, telah menjadi tauladan, serta dorongannya selama pengerjaan skripsi

ini, and thanks for the gen.

11. Kakak dan adik-adik ku, Muhammad Dahlan, Reri Legatama, Efri Wiranata,

(11)

Muhammad Eldy Syahferi terima kasih untuk doa, senyum kasih sayang,

dan dukungannya yang selalu menyemangati di setiap langkahku, kalian

segalanya bagi ku.

12. Keponakan ku tersayang Muhammad Ferdian Renaldi, Damian Zabilandri

dan Kenzo Zabilandri, terima kasih telah hadir dan memberikan senyuman

untuk hidup ku.

13. Keluarga Besar Muhammad Hatta dan Siti Aisyah terima kasih untuk

dukungan selama ini.

14. Untuk Fianizsa Isramianda terkasih dan keluarga, terima kasih atas doa,

dukungan, motivasi, dan semangat yang diberikan selama ini.

15. Untuk sahabat ku Tryas Yusva, Edi Kurniawan, Ari Doyok, Ari Kobum,

Muhammad Sidiq, Ahmad Saifullah, Priyo Anggoro, Arya, Dio, Hafidz,

Sendi, Rizky, Tommy, Rusi, Rusli, Ruli terima kasih atas semangat yang

kalian berikan selama ini.

16. Teman se-angkatan 2009 Ozi, Ditto, Deddy, Tile, Gilang, Yasir, Ardian,

Dono, Aris, Harry, Naditha, Nirma, Amri, Byon, Arif, Bambang, Ais,

Dafson, Ridza, Chandra, Radit, Putra, Billy, Yudho, Rey, Yuki, David, Iroq,

Depri dan seluruh keluarga besar 2009 lainnya yang berjuang bersama

dalam suka duka.

17. Teman KKN Tanjung, Komang, Eka, Cory, Yulinda, Bobby, Ferhat, Rizky,

Cici, Nuri. Serta Warga Pekon Karang Anyar, terima kasih atas semua

(12)

18. Adik-adik, keluarga, sekaligus teman yang saya banggakan angkatan 2010,

2011, 2012 yang memberikan dukungan teknis dan moril selama penulis

berada di almamater tercinta.

19. Untuk seluruh pegawai kampus Om Marlan dan Om Misyo yang membantu

baik spirit dan moril.

20. Untuk Emak, Bapak, Mang Bob, Aa’, Cici terima kasih atas kopi, teh,

bumbu, mecin dan tinta selama ini.

21. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan

semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 22 Juli 2013

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 8

1.2.1 Permasalahan Penelitian ... 8

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pegawai Negeri Sipil ... 10

2.1.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil ... 10

2.1.2 Unsur-unsur Pegawai Negeri Sipil ... 11

2.1.3 Jenis Pegawai Negeri Sipil ... 14

2.1.4 Kedudukan Pegawai Negeri Sipil ... 16

2.1.5 Kewajiban Pegawai negeri Sipil ... 17

2.1.6 Hak Pegawai Negeri Sipil ... 20

2.2 Pelaksanaan ... 21

2.2.1 Pengertian Pelaksanaan ... 21

2.3 Izin... 22

2.3.1 Pengertian Izin ... 22

2.4 Belajar ... 23

2.4.1 Pengertian Belajar ... 23

2.4.2 Ciri-ciri Belajar ... 24

2.5 Dasar Hukum dan Tujuan Izin Belajar ... 24

2.5.1 Dasar Hukum Izin Belajar ... 24

(14)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah ... 26

3.2 Sumber Data ... 26

3.3 Prosedur Pengumpulan Data ... 27

3.4 Prosedur Pengelolaan Data ... 28

3.5 Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 29

4.1.1 Sejarah Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 29

4.1.2 Struktur dan Tugas Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 31

4.1.3 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 40

4.1.4 Perkembangan Izin Belajar di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 41

4.2 Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 43

4.2.1 Kewenangan Kebijakan Pemberian Izin Belajar PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 44

4.2.2 Syarat-syarat Izin Belajar ... 46

4.2.3 Mekanisme Pengajuan Izin Belajar ... 48

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan sejarah Indonesia, khususnya pada era Orde Baru terdapat berbagai

permasalahan dalam pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia. Bentuk

permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan, di

mana titik berat kekuasaan berada pada tangan penguasa birokrasi pemerintah

yang mengakibatkan rakyat sebagai unsur utama demokrasi tidak mempunyai

peran yang dapat mengontrol birokrasi pemerintah secara maksimal. Kekuasaan

ini disalahgunakan oleh penguasa Orde Baru untuk menguasai struktur birokrasi

pemerintahan dengan konsep monoloyalitas. Semua pejabat termasuk pegawai

dari berbagai lini dan layer mempunyai jabatan dan kewajiban rangkap memihak

kepentingan golongan yang berkuasa. Keadaan seperti ini membuat sistem

sentralisasi pemerintahan menjadi kuat. Konsep monoloyalitas ini berdampak

terhadap penataan kepegawaian atau sumber daya aparatur pemerintah.

Dibentuknya organisasi tunggal Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri)

menunjukan bahwa tidak ada alternatif lain bagi semua pegawai pemerintah

kecuali hanya untuk memihak kepada golongan politik yang memerintah.

Penataan kepegawaian menjadi semakin jauh kompetensinya dari yang

seharusnya dipunyai oleh aparatur pemerintah yang menjalankan tugas untuk

(16)

2

Menurut Aristoteles, suatu negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan

konstitusi dan kedaulatan hukum. Pemerintahan yang berkonstitusi yaitu

Pemerintahan yang dilaksanakan untuk kepentingan umum, pemerintahan yang

dilaksanakan menurut hukum berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum, dan

pemerintahan yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa

paksaan-tekanan yang dilaksanakan pemerintahan despotik.1

Pada era reformasi ini, upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang

demokratis, bersih, dan berwibawa telah menjadi prioritas utama bagi rakyat dan

pemerintahan Indonesia. Peristiwa dramatis yang membawa kondisi

perekonomian Indonesia terpuruk telah menjadikan awal timbulnya kesadaran

akan mekanisme birokrasi dan menjadi tonggak kesadaran pemerintah untuk

menata sistem pemerintahan yang baik sejalan dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi, di bidang pemerintahan telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah

satu perubahan itu adalah (democratic and good governance) yaitu, perwujudan

tata pemerintahan yang demokratis dan baik. Salah satu unsur penyelenggaraan

pemerintahan yang perlu memperoleh perhatian dalam upaya reformasi itu adalah

penataan aparatur pemerintah.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai alat pemerintah (aparatur pemerintah)

memiliki keberadaan yang sentral dalam membawa komponen

kebijaksanaan-kebijaksanaan atau peraturan-peraturan pemerintah guna terealisasinya tujuan

nasional. Komponen tersebut terakumulasi dalam bentuk pendistribusian tugas,

fungsi, dan kewajiban PNS. Dengan adanya peregeseran paradigma dalam

(17)

3

pelayanan publik, secara otomatis hal tersebut akan menciptakan perubahan

sistem dalam hukum kepegawaian dengan adanya penyesuaian-penyesuaian

dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban, dari PNS meliputi penataan

kelembagaan birokrasi pemerintahan, sistem, dan penataan manajemen

kepegawaian.

Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur sebagai pilar utama

penyelenggaraan pemerintahan menghadapi tantangan untuk dapat

mengembangkan sistem perencanaan SDM aparatur pemerintah sesuai hasil

penataan struktur dan perangkat kelembagaan daerah. Konsekuensinya adalah

pembentukan disiplin, etika, dan moral di tingkat pelaksana yaitu PNS yang

bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan tuntutan terhadap

perwujudan aparatur pemerintah yang bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN),

dan lebih profesional.2

Dari data Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung pada tahun 2013, tingkat

pendidikan PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung memiliki tingkat

pendidikan, baik SMA, Diploma-III, Strata-1, Strata-2. Berjumlah 104 orang

dengan tingkat pendidikan setingkat SMA (15 orang), Diploma-III (21 orang),

Strata-1 (43 orang), Strata-2 (25 orang).

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa masih ada PNS di Dinas Kesehatan Kota

Bandar Lampung yang berpendidikan rendah. Maka hal inilah yang telah

mendorong PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, guna mengembangkan karirnya serta

(18)

4

meningkatkan kualitas kerjanyasehingga PNS tersebut menjadi lebih profesional

dan mampu bersaing di era globalisasi ini.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 merupakan bagian dari

penataan manajemen kepegawaian yang seragam melalui penetapan norma,

standar, dan prosedur yang jelas dalam pelaksanaan manajemen kepegawaian.

Dengan adanya keseragaman tersebut, diharapkan dapat diciptakan kualitas PNS

yang seragam di seluruh Indonesia.Pasal 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun

1999 menegaskan PNS adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan dalam peraturan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,

diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan

Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu

peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.3

Kedudukan dan peranan dari PNS dalam setiap organisasi pemerintahan sangatlah

menentukan, sebab PNS merupakan tulang punggung pemerintahan dalam

melaksanakan pembangunan nasional, perananan dari PNS diistilahkan dalam

dunia kemiliteran yang berbunyi not the gun, the man behind the gun, yaitu bukan

senjata yang penting melainkan manusia yang menggunakan senjata itu.

Senjatayang modern tidak berarti apa-apa apabila manusia yang dipercaya

menggunakan senjata itu tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar.4

3 Lihat Pasal 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999.

(19)

5

Upaya pengembangan kualitas merupakan suatu keharusan dalam pemerintahan

untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan pekerjaaannnya.

Permasalahan yang terjadi dalam struktur birokrasi Indonesia adalah rendahnya

kualitas PNS dan kurang memiliki daya saing dalam menghadapi era globalisasi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas PNS yaitu, dengan melanjutkan

pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional memberikan pengertian bahwa Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.5 Artinya pendidikan sangatlah penting dan juga berlaku bagi PNS dalam

mengembangkan kualitas dan kinerjanya.

Selanjutnya dalam, Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian menegaskan bahwa untuk mencapai daya guna dan hasil

guna yang sebesar-besarnya diadakan pengaturan dan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan jabatan PNS yang bertujuan untuk meningkatkan

pengabdian, mutu keahlian, kemampuan, dan keterampilan.6

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2012 tentang

Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di Lingkungan Kementrian Kesehatan.

Izin belajar adalah pemberian izin oleh Pejabat Pembina Kepegawaian kepada

PNS untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi atas

(20)

6

kemauan sendiri, dengan biaya sendiri yang di selenggarakan di luar jam kerja

dan tidak mengganggu tugas kedinasan.7

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 08 Tahun 2007 memberikan pengertian

Izin Belajar adalah Izin yang diberikan kepada PNS di lingkungan Pemerintah

Provinsi Lampung untuk mengikuti suatu pendidikan formal tertentu yang

berkaitan atau sesuai dengan Tupoksi yang bersangkutan, dengan biaya

pendidikan ditanggung oleh PNS yang bersangkutan atau mendapat bantuan

beasiswa dari pihak ketiga (Sponsor), serta pelaksanaannya tidak mengganggu

jam kerja.8

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012 memberikan

pengertian Izin Belajar adalah Izin yang diberikan kepada PNS di lingkungan

Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk mengikuti suatu pendidikan formal

tertentu yang berkaitan atau sesuai dengan Tupoksi yang bersangkutan, dengan

biaya pendidikan ditanggung oleh PNS yang bersangkutan atau mendapat bantuan

beasiswa dari pihak ketiga (Sponsor), serta pelaksanaannya tidak mengganggu

jam kerja.9

Kualitas atau profesionalisme penyelenggaraan izin belajar merupakan tuntutan

yang harus segera direspon, profesionalisme penyelenggaraan izin belajar secara

signifikan dapat mempengaruhi kualitas sumber daya aparatur suatu instansi. Oleh

karena itu, upaya-upaya konstruktif dalam mengembangkan sumber daya aparatur

(21)

7

harus dilakukan secara terencana, konsisten, dan berkelanjutan. Dengan demikian,

harapan akan tersedianya aparatur pemerintah yang profesional dapat tercapai.

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai instansi pelaksana memiliki peranan

penting dalam pemberian izin belajar dan tugas belajar kepada PNS yang

melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi, yakni harus lebih meneliti

keterkaitan antara kebutuhan pendidikan yang diminati dengan tugas pokok yang

dimiliki instansi yang bersangkutan.

Hal ini tercantum dalam Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 802/303/SJ tanggal

09 Januari 1990 hal Petunjuk Pemberian Izin Belajar PNS poin 3.b. yang

menyatakan dalam pemberian Izin Belajar untuk mengikuti pendidikan harus

dipertimbangkan keterkaitan dan kebutuhan pendidikan yang ditempuh dengan

tugas pokok instansi yang bersangkutan.

Sebagai gambaran Tahun 2013, PNS di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandar

Lampung yang sedang melaksanakan izin belajar, dengan jumlah keseluruhan

yakni 11 orang.10PNS yang mengajukan izin belajar dan melaksanakan

perkuliahan di luar domisili menyebabkan PNS meninggalkan pekerjaan karena

jarak Perguruan Tinggi yang diminati dandomisilinya berjauhan, sehingga yang

bersangkutan meninggalkan kewajiban sebagai PNS di jam kerja.

Implementasi kebijakan pemberian izin belajar terkesan masih belum optimal dan

belum memperhatikan aspek kebutuhan kepegawaian secara utuh, hal tersebut

diperlihatkan dengan pemberian izin yang selama ini masih banyak terdapat

kelemahan, seperti PNS yang melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi

(22)

8

meninggalkan tugas-tugas kedinasan,hal ini bertentangan dengan Pasal 9

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pedoman

dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi Pegawai

Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Sehubungan dengan latar belakang yang ada, maka penulis tertarik untuk

mengangkat dalam suatu tulisan ilmiah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan

studi dengan mengambil judul : “Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung”.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalahnya dapat ditetapkan

sebagai berikut :

a. Bagaimanakah Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung?

b. Faktor-faktorapa sajakah yang menjadi penghambat dan pendukung

Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung?

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Adapun kajian dalam penelitian ini

(23)

9

menjadi penghambat dan pendukung Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Penelitian ini melibatkan PNS di

Instansi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan Instansi terkait pemberian

izin belajar.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah tujuan penelitian adalah :

a. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri

Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

b. UntukMengetahuiFaktor-faktorapa sajakah yang menjadi penghambat dan

pendukung PelaksanaanPemberian Izin Belajar PNS di Dinas Kesehatan

Kota Bandar Lampung.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan kedepannya menjadi salah satu

sumbangan pemikiran dan informasi mengenaiPelaksanaan Pemberian Izin

Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaan Praktis

Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai Pelaksanaan Pemberian

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pegawai Negeri Sipil

2.1.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil, Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, “Pegawai”

berarti “orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan sebagainya)

sedangkan “Negeri” berarti negara atau pemerintah, jadi PNS adalah orang yang

bekerja pada pemerintah atau Negara.1

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 memberikan pengertian PNS

adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam

peraturan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh

pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau

diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan

perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Kraneburg memberikan pengertian dari PNS yaitu pejabat yang ditunjuk, jadi

pengertian tersebut tidak termasuk mereka yang memangku jabatan mewakili

seperti anggota parlemen, presiden, dan sebagainya. Logemann

denganmenggunakan kriteria yang bersifat materiil mencermati hubungan antar

(25)

11

Negara dengan Pegawai Negeri sebagai setiap tiap pejabat yang mempunyai

hubungan dinas dengan negara.

2.1.2 Unsur-unsur Pegawai Negeri Sipil

Adapun unsur-unsur dari pegawai negeri,2yaitu sebagai berikut:

1) Warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat-syarat menurut

peraturan perundang-undangan.

Peraturan perundangan yang mengatur tentang syarat-syarat yang dituntut bagi

setiap (calon) Pegawai Negeri untuk dapat diangkat oleh pejabat yang berwenang

adalah Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000, yang meliputi:

a. Warga Negara Indonesia. Pembuktian bahwa seseorang itu adalah warga

negara Indonesia harus melampirkan akta kelahiran dan fotokopi KTP yang

masih berlaku.

b. Berusia minimal 18 (delapan belas) tahun dan minimal 35 (tiga puluh lima)

tahun dibuktikan dengan akta kelahiran dan fotokopi KTP yang masih

berlaku.

c. Tidak pernah dihukum atas keputusan hakim yang sudah mempunyai

kekuatan hukum yang tetap.

d. Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat dalam sesuatu instansi,

baik instansi pemerintah maupun swasta.

e. Tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri atau Calon Pegawai Negeri

Sipil.

(26)

12

f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan keterampilan yang

diperlukan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang sesuai

dengan formasi yang akan diisi.

g. Berkelakuan baik (berdasarkan keterangan yang berwajib).

h. Berbadan sehat (berdasarkan keterangan dokter).

i. Sehat jasmani dan rohani.

j. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Indonesia atau negara lain yang

ditetapkan oleh pemerintah.

k. Syarat lainnya yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.

2) Diangkat oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 menegaskan bahwa

pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan

mengangkat, memindahkan, dan memberhentukan Pegawai Negeri berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya kewenangan untuk

mengangkat Pegawai Negeri berada ditangan presiden sebagai kepala eksekutif,

namun untuk (sampai) tingkat kedudukan (pangkat) tertentu, presiden dapat

mendegelasikan kewenangan kepada pejabat lain dilingkungannya

masing-masing. Kewenangan pengangkatan dan pendegelasian tersebut diatur dalam

Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 09 Tahun 2003.

3) Diserahi tugas dalam jabatan negeri.

Pegawai negeri yang diangkat dapat diserahi tugas, baik berupa tugas dalam suatu

jabatan negeri maupun tugas negara lainnya. Ada perbedaan tugas negeri dan

(27)

13

dimaksudkan diberi jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk didalamnya adalah jabatan

dalam kesekretariatan lembaga negara serta kepaniteraan di

pengadilan-pengadilan, sedangkan tugas negara lainnya adalah jabatan diluar bidang eksekutif

seperti hakim-hakim pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Di sini terlihat

bahwa pejabat yudikatif di level pengadilan negeri dan tinggi adalah pegawai

negeri, sedangkan hakim agung dan mahkamah (agung dan konstitusi) adalah

pejabat negara.

4) Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Gaji adalah balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja Pegawai Negeri yang

bersangkutan. Sebagai imbal jasa dari pemerintah kepada pegawai yang telah

mengabdikam dirinya untuk melaksanakan sebagaian tugas pemerintahan dan

pembangunan, perlu diberikan gaji yang layak baginya. Dengan ada gaji yang

layak secara relatif akan menjamin kelangsungan pelaksanaan tugas pemerintahan

dan pembangunan, sebab pegawai negeri tidak lagi dibebani dengan pemikiran

akan masa depan yang layak dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sehingga bisa

bekerja dengan professional sesuai dengan sesuai dengan tuntunan kerjanya.

Pengaturan mengenai gaji PNS mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 06

Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun

1977tentang Peraturan Gaji PNS sebaimana telah Sembilan kali diubah, terakhir

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007. Selain pemberian gaji

pokok, pegawai negeri juga diberikan kenaikan gaji berkala dan kenaikan gaji

(28)

14

nyata-nyata menjadi teladan bagi lingkungan kerjanya. Maksud dari pemberian

kenaikan gaji istimewa adalah mendorong PNS untuk bekerja lebih baik.

Kenaikan gaji istimewa hanya berlaku dalam pangkat yang dijabat oleh PNS yang

bersangkutan pada saat pemberian kenaikan gaji istimewa itu, atau dengan

perkataan lain, apabila PNS yang bersangkutan telah naik pangkat kenaikan gaji

berkalanya ditetapkan sebagaimana biasa.

2.1.3 Jenis Pegawai Negeri Sipil

Mengenai jenis PNS didasarkan pada Pasal 2 ayat (1) UU No. 43 Tahun

1999Pegawai Negeri dibagi menjadi:

1. Pegawai Negeri Sipil,

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tidak menyebutkan apa

yang dimaksud dengan pengertian masing-masing bagiannya, namun disini dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan PNS adalah pegawai

negeri bukan Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik

(29)

15

Berdasarkan penjabaran diatas, PNS merupakan bagian dari pegawai negeri yang

merupakan aparatur negara. Menurut UU No. 43 Tahun 1999 Pasal 2 ayat (2)

Pegawai Negeri dibagi menjadi:

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil pusat adalah Pegawai Negeri Sipil

yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan bekerja

pada Departemen, Lembaga Pemerintahan Nondepartemen, Kesekertariat

Lembaga Negara, Instansi Vertikal di Daerah Provinsi Kabupaten/Kota,

Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas

Negara lainnya.

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Yang dimaksudkan dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri

Sipil daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau

dipekerjakan diluar instansi induknya.

Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan

diluar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima

perbantuan.3

Di samping pegawai negeri sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 2 ayat (1),

pejabat yang berwenang dapat pengangkat pegawai tidak tetap. Yang dimaksud

dengan pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat dalam jangka

(30)

16

waktutertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang

bersifat teknis professional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai

Negeri.4Penamaan pegawai tidak tetap mempunyai arti sebagai pegawai luar PNS

dan pegawai lainnya (tenaga kerja). Penamaan pegawai tidak tetap merupakan

salah satu bentuk antisipasi pemerintah terhadap banyaknya kebutuhan pegawai

namun dibatasi oleh dana APBD/APBN dalam penggajiannya.5

2.1.4 Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan Pegawai Negeri didasarkan pada Undang - Undang No. 43 Tahun

1999 Pasal 3 ayat (1), yaitu Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur yang bertugas

untuk memeberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil,

dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan

pembangunan. Rumusan kedudukan pegawai negeri didasarkan pada

pokok-pokok pikiran bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum

pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi pembangunan

dengan kata lain pemerintah bukan hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan,

tetapi juga harus mampu menyelenggarakan dan memperlancar pembangunan

untuk kepentingan rakyat banyak.6

Pegawai negeri mempunyai peranan yang amat penting sebab pegawai negeri

merupakan unsur aparatur negara untuk menjalankan pemerintahan dan

14 Penjelasan Pasal 2 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

15 Sri Hartini dan Setiajeng kadarsih, 2004, Diklat Hukum Kepegawaian, Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, hlm. 26.

(31)

17

pembangunan dalam rangka mencapai tujuan negara. Kelancaran pelaksanaan

pemerintahan dan pembangunan nasional terutama sekali tergantung pada

kesempurnaan aparatur negara yang pada pokoknya tergantung juga

kesempurnaan dari pegawai negeri (sebagai dari aparatur negara).

Dalam konteks hukum publik, PNS bertugas membantu presiden sebagai kepala

pemerintahan dalam menyelenggarakan pemerintahan, tugas melaksanakan

peraturan perundang-undangan, dalam arti kata wajib mengusahakan agar setiap

peraturan perundang-undangan ditaati oleh masyarakat. Di dalam melaksanakan

peraturan perundang-undangan pada umumnya, pegawai negeri diberikan tugas

kedinasan untuk dilaksanakan sebaik-baiknya. Sebagai abdi negara seorang

pegawai negeri juga wajib dan setia kepada pancasila sebagai falsafah dan

ideologi negara, kepada Undang-Undang Dasar 1945, kepada negara, dan kepada

pemerintah.

2.1.5 Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Undang - Undang No. 43 Tahun 1999 ditetapkan bahwa kewajiban

Pegawai Negeri Sebagai Berikut :

a. Wajib setia, dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah,

serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Pasal 4).

b. Wajib menaati segala peraturan perndangan-perundangan yang berlaku dan

melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh

(32)

18

c. Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya hanya dapat mengemukakan

rahasia jabatan kepada atas perintah pejabat yang berwajib atas kuasa

undang-undang (Pasal 6).

Kewajiban PNS adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan berdasarkan

peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra Djatmika, kewajiban pegawai

negeri dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

1. Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan suatu jabatan.

2. Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan dengan suatu tugas

dalam jabatan.

3. Kewajiban-kewajiban lain.7

Untuk menjunjung tinggi kedudukan PNS, diperlukan elemen-elemen penunjang

kewajiban meliputi kesetiaan, ketaatan, pengabdian, kesadaran, tanggung jawab,

jujur, tertib, bersemangat dengan memegang rahasia negara dan melaksanakan

tugas kedinasan.

a. Kesetiaan berarti tekad dan sikap batin serta kesanggupan untuk

mewujudkan dan mengamalkan pancasila dan Undang Undang Dasar 1945

dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

b. Ketaatan berarti kesanggupan seseorang untuk menaati segala perarturan

perundang-undangan dan peraturan (kedinasan) yang berlaku serta

kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan.

(33)

19

c. Pengabdian merupakan kedudukan dan peranan pegawai negeri Republik

Indonesia dalam hubungan formal baik dengan Negara maupun dengan

masyarakat.

d. Kesadaran berarti merasa, tahu dan ingat akan dirinya.

e. Jujur berarti lurus hati; tidak curang dalam melaksanakan tugas dan

kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan

kepadanya.

f. Menjunjung tinggi berarti memuliakan dan menghargai dan menaati

martabat dan kehormatan bangsa

g. Cermat berarti teliti dan sepenuh hati.

h. Tertib berarti menaati peraturan dengan baik.

i. Semangat berarti jiwa kehidupan yang mendorong seseorang untuk bekerja

keras dengan tekad yang bulat dalam melaksankan tugas dalam rngka

pencapaian tujuan.

j. Rahasia berarti sesuatu yang tersembunyi hanya dapat diketahui oleh

seseorang ataupun beberapa orang.

k. Tugas kedinasan berarti sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan

untuk dilakukan tehadap bagian pekerjaan umum yang mengurus sesuatu

(34)

20

2.1.6 Hak Pegawai Negeri Sipil

Menurut Herzberg, setiap manusia memerlukan dua kebutuhan dasar, yaitu:

1. Kebutuhan menghindari dari rasa sakit dan kebutuhan mempertahankan

kebutuhan hidup.

2. Kebutuhan untuk tumbuh, kembang, dan belajar.8

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 ditetapkan bahwa hak

Pegawai Negeri Sipil Sebagai Berikut :

a. Setiap PNS berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuaidengan

beban pekerjaan dan tanggung jawabnya, gaji yang diterima oleh pegawai

negeri harus mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya

(Pasal 7).

b. Setiap PNS berhak atas cuti (Pasal 8).

c. Setiap PNS yang ditimpa oleh kecelakaan dalam dan karena menjalankan

tugas dan kewajibannya berhak memperoleh perawatan, PNS yang

menderitacacatjasmani atau rohani dalam dan kareana menjalankan

tugasnya dalam kedinasan yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi

dalam jabatan apapun juga berhak memperoleh tunjangan, PNS yang tewas

keluarganya berhak memperoleh uang duka (Pasal 9).

d. Setiap PNS yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas

pensiun (Pasal 10).

(35)

21

2.2 Pelaksanaan

2.2.1 Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah Proses, cara,

perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dsb).9 Secara etimologi

pengertian pelaksanaan atau implementasi merupakan penyediaan sarana untuk

melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat

berupa Undang-Undang, Peraturan pemerintah, Keputusan Peradilan dan

Kebijakan yang dibuat oleh lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Pandangan Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi atau pelaksanaan

merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok, badan pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalm

suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan

pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warga negaranya.

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi atau pelaksanaan

kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu :

a. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan.

b. Adanya aktivitas/kegiatan pencapaian tujuan.

c. Adanya hasil kegiatan.

(36)

22

2.3 Izin

2.3.1 Pengertian Izin

Membicarakan pengertian izin pada dasarnya mencakup suatu pengertian yang

sangat kompleks yaitu berupa hal yang membolehkan seseorang atau badan

hukum melakukan sesuatu hal yang rnenurut peraturan perundang-undangan harus

memiliki izin. terlebih dahulu, maka akan dapat diketahui dasar hukum dari

izinnya tersebut.

Menurut Prajudi Admosudirjo, mengatakan bahwa “izin adalah suatu penetapan

yang merupakan dispensasi daripada suatu larangan oleh undang-undang”.10Pada

umumnya pasal undang-undang yang bersangkutan berbunyi : “Dilarang tanpa

izin memasuki areal/lokasi ini”. Selanjutnya larangan tersebut diikuti dengan

rincian daripada syarat-syarat, kriteria dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh

pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan tersebut, disertai dengan

penetapan prosedur atau petunjuk pelaksanaan kepada pejabatpejabat administrasi

negara yang bersangkutan.

Menurut Utrecht “Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu

perbuatan, tetapi masih juga mernperkenankannya asal saja diadakan secara

yangditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi

negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin”.11

20 Prajudi Admosudirjo, 1998, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm. 94.

(37)

23

Kata perizinan kita peroleh atau kita dengar dan sepintas lalu kata perizinan

mengandung arti yang sederhana yaitu pemberian izin terhadap sesuatu yang

berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan, namun bila kita telusuri lebih jauh

mengenai pengertian perizinan itu tidaklah semudah apa yang kita sebutkan tadi.

Lalu apa sebenarnya perizinan tersebut.

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat

pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat. Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi

sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan sesuatu usaha yang

biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang

sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang

dilakukan.

2.4 Belajar

2.4.1 Pengertian Belajar

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia “Belajar” adalah usaha untuk

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan

yang disebabkan oleh pengalaman.12

Menurut Drs. Slameto “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan

lingkungannya”.13

(38)

24

2.4.2 Ciri-ciri Belajar

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat

pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan

sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat

disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.

Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/

kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

2.5 Dasar Hukum dan Tujuan Izin Belajar 2.5.1 Dasar Hukum Izin Belajar

1. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 892/808/SJ tanggal 9 Januari

1990 perihal Petunjuk Pemberian Izin belajar PNS.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2012

Tentang Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar di Lingkungan Kementrian

Kesehatan.

3. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 08 Tahun 2007 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi PNS di Lingkungan

Pemerintahan Provinsi lampung.

4. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012 Tentang

Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin

Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar

(39)

25

2.5.2 Tujuan Izin Belajar

Tujuan izin belajar dalam peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut :

Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2012 menegaskan

Pemberian Izin Belajar dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan

profesionalisme PNS di llingkungan Kementrian Kesehatan sebagai upaya

meningkatkan pemberdayaan dan penyediaan sumber daya manusia yang bermutu

dalam jumlah jenis yang sesuai dengan kebutuhan.14

Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 08 Tahun 2007

menegaskan Pemberian Izin Belajar bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan pembentukan sikap profesionalisme aparatur dalam rangka

pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan peningkatan pelayanan kepada

masyarakat.15

Pasal 8 Ayat (2)Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012

menegaskan Pemberian Izin Belajar bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan pembentukan sikap profesionalisme aparatur dalam

rangkapelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan peningkatan pelayanan kepada

masyarakat.16

24 Lihat Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2012.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam permasalahan ini adalah yuridis empiris, yaitu

pendekatan yang tidak hanya dilakukan dengan cara melakukan penelitian

langsung dilapangan, berdasarkan fakta yang ada dan menelaah, mengutip, dan

mempelajari ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan dan literatur

yang berkaitan dengan Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di Dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer data

sekunder. Data sekunder adalah data yang di peroleh secara langsung melalui

wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam Pelaksanaan Pemberian Izin

Belajar PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, sedangkan data sekunder

adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan hukum yang terdiri

dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat berupa

(41)

27

dalam penelitian ini antara lain adalah Perwali No. 10 Tahun 2012 Tentang

Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi

Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang bersumber dari ilmu hukum

dan tulisan-tulisan hukum lainnya. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini adalah buku-buku ilmu pengetahuan hukum dan buku-buku yang

berkaitan dengan Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas

bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum, jurnal penelitian, dan

internet.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

a. Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca,

mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan,

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan untuk memperoleh data, maka penulis mengadakan studi lapangan

dengan teknik wawancara dengan Bapak Budi Ardiyanto, S.kom. selaku Staff

Bagian Umum & Kepegawaian di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan

(42)

28

Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung dan PNS terkait pelaksanaan

pemberian izin belajar.

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer, sekunder, dan data

tersier dilakukan pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Seleksi data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok

permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai

kelengkapan data apakah sudah sesuai dengan permasalahan yang akan di

teliti.

c. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data menurut pokok permasalahan

agar memudahkan dalam menjelaskan data-data yang sudah terkumpul.

d. Penyusunan data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai

hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang

diajukan.

3.5 Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis

deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menginterpretasikan data dan memaparkan

dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya

(43)

29

terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dan saran dari

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagi berikut :

1. Proses Pelaksanaan kebijakan pemberian Izin Belajar bagi PNS di lingkungan

Pemerintah Kota Bandar Lampungtidak berjalan sesuai ketentuan yang

berlaku, dikarenakan di lapangan masih ada penyimpangan oleh PNS yang

melanjutkan pendidikan, seperti belum memenuhi persyaratan dan prosedur

yang telah ditetapkan dalam kebijakan tersebut sebelum yang bersangkutan

melaksanakan/ melanjutkan pendidikan.

2. Masih terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan

pemberian Izin Belajar, antara lain faktor penghambat, diantaranya yaitu tidak

lengkapnya hal-hal yang diatur dalam kebijakan pemberian Izin Belajar,

sistem pengawasan yang masih rendah, tidak adanya komitmen dari Pimpinan

Satuan Kerja, dan kurangnya kesadaran / kepedulian PNS Izin Belajar.

Sedangkan faktor pendukungnya antara lain yaitu mempunyai tujuan dan

sasaran yang jelas, didukung oleh sumber daya yang memadai, pengaturan

pengambilan keputusan yang jelas, sistem administrasi yang cepat dan

(45)

60

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapatdisarankan beberapa hal sebagai masukan

bagi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung antara lain:

1. BKD Kota Bandar Lampung bersama BidangHukum Sekretariat Kota Bandar

Lampung hendaknya melakukan revisiterhadap Peraturan Walikota Nomor 10

Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas

Belajar dan Izin Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah

Kota Bandar Lampung.Pasal 15 tentangpersyaratan Izin Belajar

denganmenambahkan beberapa pointpersyaratan untuk mendapatkan

IzinBelajar, diantaranya point yang mengaturtentang kesesuaian Program

Studi dan Unit Kerja, batas waktu pemberian IzinBelajar, serta point yang

menegaskan bahwa seorang PNS yang inginmelanjutkan pendidikan ke

jenjang yanglebih tinggi harus terlebih dahulumelengkapi persyaratan

administrasisebelum pelaksanan Ijin Belajar sebelummelaksanakan

perkuliahan.

2. BKD Kota Bandar Lampung hendaknyamengadakan sosialisasi

membahastentang kebijakan pemberian program Izin Belajar dengancara

mengundang Pimpinan Satuan Kerja.Dalam pertemuan tersebut BKD Kota

Bandar Lampung menjelaskan tupoksi Pimpinan Satuan Kerja dalam program

Izin Belajar dan menegaskan kepada Pimpinan Satuan Kerja harus

melaksanakanseleksi secara internal bagi PNS yang ingin mengajukan

program Izin Belajar,antara lain melaksanakan penilaianterhadap kompetensi,

disiplin, danmotivasi PNS yang akan mengajukanpermohonan pada program

(46)

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

A, Burhanudin, dan Tayibnapis, (1986). Administrasi Kepegawaian; Suatu tinjauan Analitik. Jakarta : Pradnya Paramitha.

Djamarah, dan Bahri, Syaiful, (1999). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Djatmika, Sastra, dan Marsono, (1995). Hukum Kepegawaian di Indonesia. Jakarta : Djambatan

Hartini, Sri, Kadarsih, Setiajeng, dan Sudrajat, Tedi (2007). Hukum Kepegawaian Indonesia. Jakarta :Sinar Grafika.

Hartini, Sri, dan Kadarsih, Setianjeng (2004). Diklat Hukum Kepegawaian. Purwokerto : Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman.

HR, Ridwan, (1994). Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Kansil, C.S.T, (1979). Pokok-Pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramitha.

Muchsan, (1982). Hukum Kepegawaian. Jakarta : Bina Aksara.

Mustafa, Bachsan, (2001). Sistem Hukum Athninistrasi Negara Indonesia.

Bandung : Citra Aditya Bakti.

Poerwadarminta, W.J.S, (1986). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

b. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 43, 1999. Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Undang-Undang Nomor 20, 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(47)

Peraturan Pemerintah Nomor 98, 2000.Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 09, 2003.Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 09, 2007.Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20, 2011.Tentang Penyelenggaraan Program Studi di Luar Domisili Perguruan Tinggi.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43, 2012. Tentang Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementrian Kesehatan.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 03, 2011, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

Peraturan GubernurLampung Nomor 08, 2007.Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Belajar dan Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 05, 2012, Tentang Fungsi dan Tugas Pokok Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Terdapat korelasi yang signifikan antara kepatuhan meminum obat pasien dengan keberhasilan terapi fase intensif pada pasien tuberkulosis paru di Instalasi Rawat

Kelompok Kerja III Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2013 akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi untuk

PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN BERDASARKAN ANALISA MODEL Z-SCORE ALTMAN STUDI KASUS PADA PT.. TELEKOMUNIKASI

disimpulkan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam dengan cara membungakan harta atau uang yang dipinjam tersebut

Yang perlu menjadi perhatian dari sisi volume laporan adalah Network Incident ( deface , hacking , Ddos , probing , dsb) serta spam memiliki kecenderungan

Class฀likewise฀had฀little฀bearing฀on฀the฀presidential฀election,฀despite฀ the฀efforts฀of฀certain฀candidates.฀Since฀its฀formation฀in฀the฀late฀1990s,฀

• Sumber naik-turunnya kepuasan publik terhadap kinerja SBY-JK terutama adalah evaluasi publik terhadap kondisi ekonomi nasional, apakah keadaan ekonomi nasional sekarang lebih