• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan sistem manajemen basis data untuk kemasan transportasi komoditas hortikultura (Buah-buahan dan sayuran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan sistem manajemen basis data untuk kemasan transportasi komoditas hortikultura (Buah-buahan dan sayuran)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA

UNTUK KEMASAN TRANSPORTASI KOMODITAS HORTIKULTURA (BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN)

Oleh ANI SILVIA

F14101042

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ANI SILVIA. F14101042. Perancangan Sistem Manajemen Basis Data Untuk Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura (Buah-Buahan dan Sayuran). Di bawah bimbingan : Emmy Darmawati. 2006

RINGKASAN

Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk hortikultura akan melalui mata rantai yang panjang diantaranya adalah proses distribusi. Dalam kegiatan distribusi, pengemasan merupakan salah satu kegiatan pasca panen penting yang berpengaruh secara langsung terhadap mutu produk. Kemasan yang digunakan dalam proses distribusi/pengangkutan disebut kemasan transportasi. Secara umum fungsi dari kemasan transportasi adalah melindungi produk yang dikemas selama pengangkutan dari produsen sampai ke tangan konsumen.

Kemasan-kemasan transportasi yang beredar saat ini selalu mengalami perubahan dan perkembangan baik dari jenis kemasan, bahan kemasan, tipe kemasan, tipe flute dan ukurannya, dimensi dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan di lapang, belum ditemukan suatu dokumentasi terhadap kemasan-kemasan transportasi yang ada sehingga perlu dilakukan dokumentasi data kemasan. Hal ini merupakan alasan perlunya dibangun sistem manajemen basis data untuk kemasan transportasi komoditas hortikultura.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membangun basis data dan merancang siste m manajemen basis data untuk kemasan transportasi komoditas hortikultura khususnya buah-buahan dan sayuran. Sistem manajemen basis data ini dibangun berbasis Personal Computer (PC) dengan media sosialisasi berupa Compact Disk (CD). Program pengolah basis data yang digunakan adalah Microsoft Access 2003, sedangkan bahasa program yang digunakan untuk membangun user interface adalah Visual Basic 6.0.

Penelitian dilakukan mulai bulan November 2005 sampai dengan bulan Februari 2006. Pengambilan data kemasan buah-buahan dan sayuran dilakukan di Pasar Induk Kramat Jati dan Makro Pasar Rebo, Jakarta Timur, sedangkan pembangunan sistem manajemen basis data dilakukan di Laboratorium Sistem Manajemen dan Mekanisasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pembangunan sistem manajemen basis data menggunakan pendekatan sistem yang dikenal sebagai System Development Life Cycle (SDLC) atau daur hidup pengembangan sistem. Tahapan-tahapan dalam SDLC yaitu (1) investigasi sistem, (2) analisis sistem, (3) desain sistem, (4) implementasi sistem dan (5) perawatan sistem. Dalam pembangunan sistem manajemen basis data tidak dilakukan tahapan perawatan sistem.

(3)

berbagai posisi. Sistem basis data kemasan dibangun dengan 12 tabel yang masing-masing tabel mempunyai bentuk hubungan one to many. Secara umum bentuk tabel yang dibangun telah memenuhi normalisasi bentuk ketiga.

(4)

PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA

UNTUK KEMASAN TRANSPORTASI KOMODITAS HORTIKULTURA ( BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh ANI SILVIA

F14101042

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA

UNTUK KEMASAN TRANSPORTASI KOMODITAS HORTIKULTURA ( BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh ANI SILVIA

F14101042

Dilahirkan di Jakarta, 6 Juni 1983 Tanggal lulus : 8 Maret 2006

Menyetujui, Bogor, 9 Maret 2006

Dr. Ir. Emmy Darmawati, M .Si Pembimbing Akademik

Mengetahui,

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 juni

1983 sebagai anak kedua dari pasangan Ngadiman dan

Sumiti. Pendidikan formal didapatkan dariSD Negeri 02

Setu, Jakarta Timur dan lulus tahun 1995, SLTP Negeri

259 Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur lulus

tahun 1998, dan SMU Negeri 48 Pinang Ranti, Jakarta

Timur lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai

mahasiswa Departemen Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Sejak menempuh pendidikan di SLTP dan SMU, penulis aktif dalam

organisasi ke -Islaman diantaranya adalah ROHIS (Rohani Islam) SLTP 259 dan

RISMA (Remaja Islam Masjid) SMU 48. Penulis pun melanjutkan bidang minat

organisasi Islam selama menempuh perkuliahan, diantaranya adalah pengurus

Departemen Keputrian DKM Al-Hurriyyah pada tahun 2003-2004, pengurus

serta staff pengajar pada Lembaga Pengajaran Qur’an (LPQ) DKM

Al-Hurriyyah pada tahun 2002 sampai sekarang, kepanitiaan Seminar Keluarga

(Seni Mendidik Anak) tahun 2001, kepanitiaan Seminar Nasional Al-Qur’an dan

Sains pada bulan Desember 2003 dan Maret 2005 dan kepanitiaan Pendidikan

Latihan Manasik Haji, Yayasan Islam Alif Bogor pada bulan Februari 2005.

Penulis juga berkesempatan untuk mendapatkan pengalaman sebagai Asisten dari

mata kuliah Agama Islam pada tahun 2002-2003. Pada tahun 2005 penulis

melaksanakan praktek lapang di PT. Makro Indonesia, Jakarta Timur dengan

topik Aspek Penyimpanan dan Persediaan Buah-buahan dan Sayuran.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala pujian dan syukur penulis panjatkan ke pada Allah

Subhana hu wa Ta’alaa yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada

Rasulullah SAW , manusia pilihan yang diutus oleh-Nya untuk menyampaikan

risalah suci nan mulia yaitu Islam.

Skripsi ini berjudul Perancangan Sistem Manajemen Basis Data Untuk Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura (Buah-buahan dan Sayuran). Sistem manajemen basis data merupakan dokumentasi terhadap kemasan transportasi yang memberikan informasi kemasan transportasi yang

sedang beredar di lapangan. Data kemasan yang ditampilkan adalah jenis

kemasan, bahan kemasan, tipe kemasan, tipe flute dan ukuran flute (khusus untuk

peti karton), dimensi, berat bersih, kemasan pengisi, asal komoditi tersebut

didatangkan, tujua n pengiriman dan gambar dari tiap posisi kemasan untuk

tiap-tiap komoditi.

Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi ini berkat kerja

sama, arahan dan bimbingan orang-orang yang sabar dan ikhlas membantu

penulis, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas

saran, bimbingan dan nasehat yang sangat berharga bagi penulis.

2. Dr. Ir. Suroso, M. Agr dan Liyantono, S.TP sebagai Dosen Penguji atas

masukan berharga terhadap perbaikan skripsi penulis.

3. Kedua Orangtua yang sangat penulis cintai, serta saudara dan saudari di rumah

yang selalu memberikan semangat kepada penulis yaitu Mba Eka (atas segala

pengorbanannya), Anang (motivasinya), Sunar, Benny, dan Atikah Manar

(8)

4. Ufi dan suami (Kak Lathif), Lia dan suami (Kak Nova), Novi, Tito, Lily, Akso

dan keluarga besar Wisma Al-Iffah maupun di luar Al-Iffah atas bantuan,

dukungan, motivasi dan kesabarannya.

5. Keluarga besar Teknik Pertanian, Teknik Pertanian 38, TSIP, dan TSIP 38

yang memberikan banyak tambahan ilmu selama penulis menjalankan studi di

IPB, Pak Ghozali, Bu Ros, Bu Mar dan staf UPT AJMP Fateta yang banyak

membantu dalam urusan administrasi.

6. Para pedagang buah dan sayur yang telah banyak membantu penulis di

lapangan.

Kiranya rasa terima kasih tidak akan cukup untuk membalas semua

kebaikan yang telah diberikan, oleh karena itu semoga Allah SWT membalas

semua kebaikan dengan sebaik-baik balasan.

Kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam skripsi ini tentunya sangat

banyak, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

juga bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, 8 Maret 2006

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

C. KEGUNAAN PENELITIAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. KARAKTERISTIK KOMODITAS HORTIKULTURA ... 3

B. PENGEMASAN... 5

C. BASIS DATA ... 12

D. SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA... 18

E. DAUR HIDUP PEMBANGUNAN SISTEM (SDLC) ... 19

III. METODE PENELITIAN... 25

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 25

B. ALAT DAN BAHAN ... 25

C. PROSEDUR PENELITIAN... 26

IV. ISI DAN PEMBAHASAN ... 28

A. INVESTIGASI SISTEM ... 28

B. ANALISIS SISTEM ... 29

C. DESAIN SISTEM... 30

D. IMPLEMENTASI SISTEM ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 56

A. KESIMPULAN... 56

B. SARAN ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Nama alat dan bahan... 25

Tabel 2. Respon pengguna terhadap kemudahan penggunaan

sistem basis data... 52

Tabel 3. Respon pengguna terhadap tampilan, perpaduan warna, ilustrasi gambar dan tata letak dalam sistem basis

data ... 52

Tabel 4. Respon pengguna terhadap kesesuaian tombol-tombol yang ada terhadap informasi yang ditampilkan... 53

Tabel 5. Respon pengguna terhadap tampilan “Sekilas Informasi Tentang Kemasan” terhadap kemudahan pengguna memahami

informasi kemasan... 53

Tabel 6. Respon pengguna terhadap manfaat yang diberikan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tipe desain pada kemasan peti kayu ... 9

Gambar 2. Kemasan keranjang plastik (kiri) dan keranjang bambu (kanan) ... 10

Gambar 3. Tipe kemasan pada kemasan peti karton... 11

Gambar 4. Tipe flute pada kemasan peti karton ... 11

Gambar 5. Kemasan karung plastik (kiri) dan karung jala (kanan) ... 12

Gambar 6. Entity Relationships diagram derajat hubungan one to one... 17

Gambar 7. Entity Relationship diagram derajat hubunga n one to many... 17

Gambar 8. Entity Relationship diagram derajat hubungan many to many... 17

Gambar 9. Tahapan-tahapan dalam SDLC (O’Brien, 1999) ... 21

Gambar 10. Kotak dialog new table... 32

Gambar 11. Membuat tabel Data_kemasan_komoditi dengan fasilitas design view... 33

Gambar 12. Tampilan tabel Data_kemasan_komoditi... 33

Gambar 13. Relationships dalam basis data kemasan transportasi... 34

Gambar 14. Tampilan form kemasan... 36

Gambar 15. Tampilan form1 (welcome.frm) ... 38

Gambar 16. Tampilan form2 (menu_utama.frm) ... 38

Gambar 17. Tampilan form3 (informasi.frm) ... 39

Gambar 18. Tampilan form4 (macam_komoditas.frm) ... 40

Gambar 19. Tampilan form5 (buah.frm) ... 40

Gambar 20. Tampilan form6 (cari_nama.frm) ... 41

Gambar 21. Tampilan form7 (cari_kemasan.frm) ... 41

Gambar 22. Tampilan form8 (cari_tujuan_lokasi) ... 42

Gambar 23. Tampilan form9 (data_kemasan_buah.frm) ... 43

Gambar 24. Tampilan form10 (gambar_buah.frm) ... 44

(12)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Buah-buahan dan sayuran merupakan komoditas hortikultura yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya mutu makanan, termasuk buah-buahan dan sayuran, semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Mutu dan kesegaran buah-buahan dan sayuran sangat menentukan dan menggugah minat konsumen. Seperti komoditas hortikultura yang lain, buah-buahan dan sayuran sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun atau bahkan tidak dapat dikonsumsi sama sekali.

Sifat buah-buahan dan sayuran yang mudah rusak dan membusuk menjadikan proses pemanenan dan pasca panen perlu mendapat perhatian. Proses tersebut perlu dilakukan dengan hati-hati untuk dapat mempertahankan mutu. Secara umum penanganan pasca panen untuk buah-buahan dan sayuran meliputi pembersihan/pencucian, perampasan (trimming), sortasi, pemutuan (grading), pengemasan (packing dan repacking), dan penyimpanan.

Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan komoditas pangan. Selain itu pengemasan juga merupakan penunjang bagi trasportasi, distribusi dan merupakan bagian penting dari usaha untuk mengatasi persaingan dalam pemasaran. Hingga sampai saat ini masih sebagian kecil saja komoditas buah-buahan dan sayuran lokal yang sudah menggunakan kemasan yang memenuhi syarat, baik sebagai kemasan transportasi atau kemasan jual. Kemasan transportasi sangat berperan penting dalam menjaga mutu buah dan sayur pada saat dilakukan transportasi ke lokasi tujuan. Berbagai jenis bahan dan bentuk konstruksi kemasan terus berkembang, oleh sebab itu perlu ada basis data kemasan transportasi komoditas hortikultura khususnya buah-buahan dan sayuran di lapang yang memberikan informasi mengenai jenis kemasan yang digunakan selama transportasi tersebut. Informasi jenis kemasan ini meliputi jenis dan bahan kemasan, tipe kemasan, dimensi, berat bersih, kemasan pengisi serta asal daerah atau negara komoditas tersebut didatangkan. Basis data yang akan dirancang meliputi komoditas buah-buahan dan sayuran dengan tujuan lokasi lokal (dalam negeri) dan ekspor. Selain tujuan lokal dan ekspor, basis data juga meliputi komoditas buah-buahan dan sayuran dengan tujuan impor yang dapat memberikan perbandingan mengenai jenis kemasan lokal dan ekspor yang sudah ada di Indonesia.

B. TUJUAN

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk membangun basis data

dan merancang sistem manajemen basis data untuk kemasan transportasi

(13)

C. KEGUNAAN PENELITIAN

Sistem manajemen basis data ini akan sangat berguna bagi pelaku yang

terkait dalam sistem distribusi seperti para produsen, pengusaha perantara

buah-buahan dan sayuran lokal dan lembaga pendukung lainnya seperti

industri kemasan, jasa penanganan pasca panen/rumah kemasan dan lain-lain.

Sistem ini berguna pula bagi para penyuluh yang berkepentingan terhadap

basis data kemasan transportasi komoditas hortikultura dan secara luas dapat

mendukung kemajuan di bidang pertanian khususnya di bidang hotikultura.

Basis data ini dapat memberikan informasi mengenai jenis kemasan yang

digunakan untuk suatu komoditas buah-buahan dan sayuran yang meliputi

nama kemasan, bahan kemasan, tipe kemasan (khusus kemasan peti kayu dan

peti karton), tipe flute dan ukurannya (khusus kemasan peti karton), dimensi,

berat bersih, kemasan pengisi, asal dan tujuan pengiriman serta

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KARAKTERISTIK KOMODITAS HORTIKULTURA

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi cukup

besar dalam menghasilkan produk hortikultura. Prospek perkembangan

komoditas hortikultura di Indonesia sangat baik karena tanah dan iklim di

Indonesia memungkinkan untuk menghasilkan sebagian besar produk

hortikultura, baik yang biasa ditanam di daerah tropis maupun subtropis.

Istilah hortikultura dikenal di Eropa pada abad 17, berawal di Italia dan

Eropa Tengah. Hortikultura berasal dari kata Latin Hortus yang berarti kebun dan Colare yang berarti membudidayakan. Tanaman yang termasuk ke dalam golongan hortikultura adalah isi kebun (atau pekarangan) yang berupa

buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, bumbu-bumbuan dan

rempah-rempa h.

Tanaman hortikultura yang beragam tersebut memiliki kesamaan pokok

bila dilihat dari ciri produknya, yaitu :

1. Dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaaan hidup atau segar, sehingga

bersifat mudah rusak (perishable), karena masih ada proses-proses

kehidupan yang terus berjalan.

2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh

kandungan bahan kering (dry matter) seperti halnya dalam tanaman

agronomi (jagung manis vs jagung pipil), tanaman perkebunan (anggrek

vs cengkeh, vanili; apel, mangga vs kopi), tanaman kehutanan (pinus,

cemara hias vs pinus tegakan hutan pinus untuk industri kayu).

3. Produk hortikultura bersifat meruah (voluminous atau bulky), sehingga

susah dan mahal diangkutnya.

4. Harga pasar komoditi ditentukan oleh mutunya (kualitas), bukan oleh

onggokan atau bulk -nya, atau kuantitasnya saja. Misalnya harga hasil jeruk satu pohon tidak ditentukan oleh berapa kuintal hasilnya, tetapi

ditentukan oleh mutu buahnya, misalnya ukuran buah (besar, sedang atau

(15)

5. Produk hortikultura bukan merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan

dalam jumlah besar, melainkan diperlukan dalam jumlah yang sedikit

setiap harinya. Bila tidak mengkonsumsinya, maka tidak segera dirasakan

akibatnya. Produk hortikultura penting sebagai sumber vitamin dan

mineral (Harjadi, 1989)

Berdasarkan kegunaannya, tanaman hortikultura dibagi menjadi beberapa

golongan tanaman, yaitu :

a. Tanaman Pangan

1. Sayuran

- Tanaman yang ditanam untuk bagian atas tanah : Kubis-kubisan

(kubis, kubis bunga, brokoli), kacang-kacangan (buncis, kapri,

kacang panjang, kecipir dan lain-lain)

- Tanaman Solanaceae berbuah (cabai, tomat, terong) - Ketimun (ketimun, melon, semangka, labu)

- Sayuran hijau (spinasi, bayam, kangkung dan lain-lain)

- Jamur (Agaricus, Vorvariela)

- Sayuran lain (okra, asparagus, jagung manis, rebung)

- Tanaman yang ditanam untuk bagian bawah tanah : tanaman akar

(bit, wortel, lobak, talas, ubi jalar), tanaman ubi (kentang),

tanaman umbi lapis (bawang putih, bawang merah, bawang

bombay)

2. Buah-buahan

- Iklim sedang (daun gugur) : buah-buahan kecil/semak (blue beri,

strawberi, anggur, kiwi dan lain-lain), pohon buah (apel, per,

apricot, plum, ceri, persik dan lain-lain)

- Iklim tropik dan sub tropik (evergreen) : tanaman terna (pisang,

pepaya, markisah, nenas dan lain-lain), pohon besar (jeruk besar,

(16)

b. Tanaman Hias

1. Tanaman bunga

- Semusim (tagetes, zinnia, petunia)

- Biennial (daisy)

- Tahunan (iris, mawar, peony, melati)

- Umbi, corm (gladiol, tulip)

2. Tanaman lanskap

- Gazon, padang rumput

- Tanaman penutup tanah, tanaman menjalar (myrtle)

- Semak (rodhodendron, kembang sepatu, musaenda, bougenvil)

- Pohon (cemara, pinus, palem, pohon sapu tangan dan lain -lain)

B. PENGEMASAN KOMODITAS HORTIKULTURA

Dalam pengertian umum, kemasan adalah suatu benda yang digunakan

untuk wadah atau tempat bahan yang dikemas dan dapat memberikan

perlindungan sesuai dengan tujuannya. Dalam pengertian khusus, kemasan

adalah wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas,

dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label yang menjelaskan tentang isi,

kegunaan dan lain-lain yang perlu atau diwajibkan. Tulisan atau label tersebut

merupakan informasi yang perlu disampaikan kepada orang yang

menanganinya atau konsumen.

Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan

komoditi segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga

mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan mutu pada saat

diterima konsumen akhir dengan nilai pasar tetap tinggi. Dengan pengemasan,

komoditi dapat dilindungi dari kerusakan mekanis, fisik, kimia dan

mikrobiologis, selama dalam pengangkutan, penyimpanan dan pemasarannya

(Sacharow dan Griffin, 1980). Berbagai bahan dan bentuk kemasan dapat

digunakan untuk kemasan komoditi dengan syarat semuanya harus sanggup

menahan kehilangan air.

Pada umumnya kemasan yang diterapkan pada komoditas hortikultura

(17)

pada transportasi, sebagai pelindung terhadap benturan atau tekanan mekanis,

dan sebagai pelindung terhadap kerusakan yang mungkin terjadi karena bahan

secara bebas kontak langsung dengan udara di sekelilingnya.

Berbagai jenis bahan kemasan dapat digunakan untuk mengemas produk,

diantaranya adalah kertas, karton gelombang, kayu, plastik, serat goni dan

sebagainya . Bahan-bahan kemasan tersebut dapat digunakan secara tunggal

atau bersama-sama untuk dapat memberikan perlindungan yang diinginkan.

Dilihat dari kegunaannya, kemasan dapat dikelompokan ke dalam

kemasan transportasi/distribusi dan kemasan jual/retail. Kemasan

transportasi/distribusi adalah kemasan yang ditujukan terutama untuk

melindungi produk yang dikemas selama pengangkutan dari produsen sampai

ke konsumen (Paine dan Paine, 1983).

Proses distribusi meliputi kegia tan pengemasan, penanganan,

penggudangan, dan pengangkutan. Selama dalam proses pendistribusian,

kemasan dan produk yang dikemas akan menghadapi berbagai resiko,

diantaranya resiko lingkungan (enviromental hazards), misalnya akibat suhu

dan kelembaban; resiko fisis (physical hazards) misalnya karena gesekan,

impak, tekanan, distorsi, dan resiko lainnya seperti investasi organisme,

kontaminasi dan pencurian (Friedman dan Kipness, 1977).

Gesekan dan impak akan menimbulkan kejut (shock), dan tekanan akan

menimbulkan stress terhadap kemasan dan terhadap produk yang dikemas bila

kemasan itu sendiri tidak mampu menahan tekanan yang menimpanya. Stress

dapat terjadi apabila kemasan atau komoditas ditumpuk, baik dalam keadaan

statis maupun dalam keadaan dinamis. Kejut gesekan (vibration shock) dapat

terjadi pada waktu pengangkutan yang diakibatkan oleh getaran yang

ditimbulkan oleh alat angkut. Kejut impak dapat terjadi pada saat kemasan

terjatuh, terlempar atau terguling.

Menurut Paine dan Paine (1983), agar kemasan transportasi dapat

memberikan perlindungan yang cukup baik, kemasan tersebut harus memiliki

sifat-sifat seperti berikut ini:

(18)

b. Memiliki kekuatan yang cukup agar dapat terhindar dari berbagai resiko

selama pengangkutan dan penyimpanan,

c. Memiliki ventilasi yang cukup (bagi produk tertentu yang memang

membutuhkan),

d. Memiliki informasi yang memungkinkan identifikasi produk yang

dikemas, tempat produsen, dan tempat yang dituju,

e. Mudah dibuka/dibongkar tanpa menggunakan buku pentunjuk.

Menurut Poernomo (1978) bahan kemasan distribusi/transportasi untuk

komoditas buah-buahan dan sayuran segar yang sering digunakan di Indonesia

adalah karung goni, keranjang bambu, peti kayu dan peti karton gelombang.

Pemilihan kemasan umumnya didasarkan pada kesesuaian dengan jenis

komoditas yang dikemas dan jarak yang akan ditempuh.

1. Peti Kayu

Kemasan kayu merupakan kemasan untuk pengiriman yang paling

kuat dan kokoh, tetapi kekuatannya tergantung pada ketebalan bahan yang

digunakan. Jenis kemasan kayu yang biasa digunakan untuk kemasan

komoditas hortikultura meliputi peti-peti dan krat-krat kayu yang dipaku,

peti-peti dan krat-krat kayu yang diikat dengan kawat dan peti-peti yang

dibuat dari kayu lapis. Peti-peti atau krat-krat diberi celah diantara bila

h-bilah krat yang dipaku atau diikat dengan kawat agar memungkinkan

terjadinya penetrasi udara (Hardenburg di dalam Pantastico, 1975).

Peti kayu banyak digunakan untuk mengemas komoditi yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi, selain dapat melindungi kerusakan

komoditi akibat tekanan dari segala arah, juga dapat disusun sampai

ketinggian tertentu tanpa menjadi rusak dan menghemat ruangan

penyimpanan. Jenis kayu yang baik untuk digunakan sebagai kemasan

komoditas hortikultura adalah kayu yang berwarna putih dan bersifat

lentur, seperti kayu teki, kayu kenanga dan kayu jinjing. Peti yang

digunakan untuk ekspor harus peti yang baru, sedangkan untuk pasar

dalam negeri dapat digunakan peti bekas yang telah dibersihkan. Hal yang

(19)

harus dihaluskan, lebar papan harus disesuaikan dengan ukuran peti dan

jenis komoditi yang dikemas, mempunyai lubang angin dan peti sebaiknya

dilengkapi dengan dua papan yang tebal (Anonimous, 1988).

Peti kayu memiliki beberapa tipe desain yang berbeda. Perbedaan

tipe-tipe ini terutama terletak pada desain konstruksi ujungnya. Japanese Standards Association atau JSA (1984) mengklasifikasikan tipe desain peti kayu normal menjadi 5 tipe, yaitu:

a. Tipe 1 “batten-free wooden box”

b. Tipe 2 “end vertical batten wooden box”

c. Tipe 3 “end horizontal batten wooden box”

d. Tipe 4 “inside batten wooden box”

e. Tipe 5 “butt-joint full cleat wooden box”

Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada bentuk desain konstruksi

dinding ujung dan batang pengikat untuk dinding ujung tersebut (end

batten).

Tipe 1. batten-free wooden box

Tipe 2. End vertical batten wooden box

(20)

Gambar 1. Tipe desain pada kemasan peti kayu.

2. Keranjang

Kemasan berbentuk keranjang dapat dibuat dengan bambu, daun

kelapa, daun pandan dan rotan. Keranjang dari bambu merupakan alat

pengemas yang banyak dipakai untuk komoditi segar. Bentuk keranjang

bambu umumnya persegi atau bulat. Kelemahan dari keranjang bambu

adalah kurang kuat, tidak mampu melindungi komoditi dari kerusakan

mekanis, tetapi kemasan keranjang bambu mempunyai harga yang lebih

murah daripada kemasan lainnya. Kelebihan keranjang bambu yaitu dapat

diperbaiki dengan memberikan unsur bahan penguat pada sisi-sisinya

sehingga dalam proses penyusunan, pemuatan dan pembongkaran

komoditi tidak banyak mengalami kerusakan. Kapasitas muat harus Tipe 4. Inside batten wooden box

(21)

dipertimbangkan. Kemasan keranjang bambu umumnya berkapasitas

antara 40 – 100 kg (Anonimous, 1988).

Gambar 2. Kemasan keranjang plastik (kiri) dan keranjang bambu

(kanan).

3. Peti Karton

Kemasan peti karton (corrugated box) dibuat dari karton

bergelombang. Terdapat tiga daya tahan yang dimiliki oleh peti karton

sebagai pelindung komoditi di dalamnya yaitu antara lain ketahanan jebol,

daya tahan susun dan daya tahan air (basah). Ketahanan jebol dan daya

tahan susun dari peti karton sangat tergantung pada kualitas bahan yang

digunakan. Daya tahan terhadap air (basah) dapat dilakukan dengan

menambah lapisan lilin pada permukaan peti karton, baik dibagian dalam

maupun bagian luar sesuai kebutuhan (Federasi Pengemasan Indonesia,

1983 di dalam Wijandi, 1989).

Kemasan peti karton pada umumnya digunakan sebagai kemasan

ekspor karena harganya relatif masih mahal. Selain itu, kekuatan peti

karton tidak sebaik peti kayu tetapi lebih kuat dari pada karung yang akan

diuraikan kemudian. Peti karton mempunyai bobot yang ringan sehingga

(22)

dibandingkan peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditi dengan

diding peti tidak berakibat buruk (Anonimous, 1988).

Kemasan peti karton memiliki beberapa tipe desain kemasan.

Beberapa tipe desain kemasan peti karton dapat dilihat pada Gambar 3.

Peti Karton juga memiliki tipe flute yang berbeda (Gambar 4) .

Gambar 3. Tipe kemasan pada kemasan peti karton.

Gambar 4. Tipe flute pada kemasan peti karton.

4. Karung

Regular Slotted Container (RSC) Half Telescopic Container (HTC) Full Telescopic Container (FTC)

Bliss Box

Dual wood and corrugated structure Special construction

Double Wall Single Wall

(23)

Kemasan karung yang umum digunakan untuk mengemas komoditas

segar hortikultura adalah karung goni, kantong kertas, karung kain, karung

plastik dan karung rajut/jala. Sifat kemasan jenis ini hanya membantu

sedikit dalam melindungi komoditi dari tekanan/ pergeseran antara

komoditi yang satu dengan lainnya. Ventilasi atau lubang-lubang udara

pada kebanyakan karung umumnya kurang sempurna, sehingga panas

hasil respirasi sukar keluar dan terkumpul di dalamnya. Hal ini dapat

merusak komoditi. Kemasan karung sering dipakai untuk pengangkutan

jarak dekat dan komoditi yang dikemas biasanya mempunya i tekstur yang

tebal (Anonimous, 1988).

Gambar 5. Kemasan karung plastik (kiri) dan karung jala (kanan).

C. BASIS DATA

Basis data (database) adalah kumpulan informasi bermanfaat yang

diorganisasikan ke dalam tatacara yang khusus (Chou, 1987). Menurut

Kristanto (2000), basis data adalah kumpulan file-file yang saling berelasi, relasi tersebut ditunjukkan dengan kunci dari tiap file ya ng ada. Kumpulan

file -file tersebut mempunyai kaitan antara satu file dengan file yang lain

sehingga membentuk satu bangunan data untuk menginformasikan suatu

obyek dalam batasan tertentu.

Dalam satu file terdapat record-record yang sejenis, sama besar, sama

bentuk, merupakan satu entiti yang seragam. Satu record terdiri dari field-field

(24)

pengertian yang lengkap dan direkam dalam satu record. Dalam menyebut isi

dari field digunakan atribut. Entiti adalah suatu obyek yang nyata dan dapat

direkam.

Istilah file umumnya digunakan untuk mendefinisikan sebuah tabel dalam

basis data saat basis data tersebut didesain pada progam software pengolahnya. Kolom suatu tabel didefinisikan sebagai suatu field dan setiap

baris dalam suatu tabel didefinisikan sebagi suatu record. Istilah-istilah

tersebut akan berubah pada saat basis data didesain secara fisik. Istilah file

akan berubah menjadi entiti, field berubah menjadi atribut dan istilah record

berubah menjadi tupel.

Secara lengkap, pemanfaatan basis data dilakukan untuk memenuhi

sejumlah tujuan (objektif) seperti berikut ini:

1. Kecepatan dan kemudahan (speed)

Pemanfaatan basis data dapat memungkinkan operator untuk menyimpan

data atau melakukan perubahan atau manipulasi terhadap data atau

menampilkan kembali data tersebut dengan lebih cepat dan mudah

dibandingkan dengan secara manual (non elektronis) atau secara

elektronis (tetapi tidak dalam bentuk penerapan basis data, misalnya

dalam bentuk spread sheet atau dokumen teks biasa). 2. Efisiensi ruang penyimpanan (space)

Karena keterkaitan yang erat antar kelompok data dalam sebuah basis

data, maka redundasi (pengulangan) data pasti akan selalu ada. Banyaknya

redundasi tentu akan memperbesar ruang penyimpanan (baik di memori

utama maupun memori sekunder) yang harus disediakan. Dengan basis

data, efisiensi/optimalisasi penggunaan ruang penyimpanan dapat

dilakukan, karena operator dapat melakukan penekanan jumlah redundasi

data, baik dengan menerapka n sejumlah pengkodean atau dengan

membuat relasi-relasi (dalam bentuk file) antar kelompok data yang saling

berhubungan.

(25)

Pemanfaatan pengkodean atau pembentukan relasi antar data bersama

dengan penerapan aturan/batasan (constraint) tipe data, domain data,

keunikan data, dan sebagainya, secara ketat dapat diterapkan dalam

sebuah basis data, sangat berguna untuk menekan ketidakakuratan

pemasukan/penyimpanan data.

4. Ketersediaan (Availability)

Pertumbuhan data (baik dari sisi jumlah maupun jenisnya) sejalan dengan

waktu akan semakin membutuhkan ruang penyimpanan yang besar.

Padahal tidak semua data itu selalu digunakan/dibutuhkan. Karena itu

operator dapat memilah adanya data utama/master/referensi, data

transaksi, data histori hingga data kadaluarsa. Data yang sudah jarang atau

bahkan tidak pernah lagi digunakan, dapat diatur untuk dilepaskan dari

sistem basis data yang sedang aktif (menjadi off-line) baik dengan cara penghapusan atau dengan memindahkannya ke media penyimpanan

off-line (seperti removable disk, atau tape). Di sisi lain, karena kepentingan pemakaian data, sebuah basis data dapat memiliki data yang tersebar di

banyak lokasi geografis.

5. Kelengkapan (Completeness)

Lengkap/tidaknya data yang yang dikelola dalam sebuah basis data

bersifat relatif (baik terhadap kebutuhan pemakai maupun terhadap

waktu). Dalam sebuah basis data, disamping data operator juga harus

menyimpan stuktur (baik yang mendefinisikan objek-objek dalam basis

data maupun definisi detail dari tiap objek, seperti struktur file/tabel atau

indeks). Untuk mengakomodasi kebutuhan kelengkapan data yang

semakin berkembang, operator tidak hanya dapat menambah

record-record data, tetapi juga dapat melakukan perubahan struktur dalam basis

data, baik dalam bentuk penambahan objek baru (tabel) atau dengan

penambahan field -field baru pada suatu tabel.

6. Keamanan (Security)

Memang ada sejumlah sistem (aplikasi) pengelola basis data yang tidak

(26)

sistem yang besar dan serius, aspek keamanan juga dapat diterapkan

dengan ketat. Kita dapat menentukan siapa -siapa (pemakai) yang boleh

menggunakan basis data beserta objek-objek di dalamnya dan

menentukan jenis -jenis operasi apa saja yang boleh dilakukan.

7. Kebersamaan pemakaian (Sharability)

Pemakai basis data seringkali tidak terbatas pada satu pemakai saja, atau

di satu lokasi saja atau oleh satu sistem/aplikasi saja. Basis data yang

dikelola oleh sistem (aplikasi) yang mendukung lingkungan multi user,

akan dapat memenuhi kebutuhan ini, tetapi tetap dengan

menjaga/menghindari terhadap munculnya persoalan baru seperti

inkonsistensi data (karena data yang sama diubah oleh banyak pemakai

pada saat yang bersamaan) atau kondisi deadlock (karena ada banyak

pemakai yang saling menunggu untuk menggunakan data) (Fathansyah,

1999).

Perancangan basis data diperlukan, agar basis data yang dibuat kompak

dan efisien dalam penggunaan ruang penyimpanan, cepat dalam pengaksesan

dan mudah dalam pemanipulasian data. Dalam merancang basis data tersebut

dapat dilakukan dengan menerapkan normalisasi terhadap struktur tabel yang

telah diketahui atau dengan membuat model Entity Relationalship-nya

(Fathansyah, 1999).

Model Data Entity-Relationship

Penyusunan basis data selalu didahului dengan pekerjaan pemodelan data

(Waljiyanto, 2000 di dalam Rukmono, 2004). Pendekatan pemodelan data

dapat dilakukan dengan identifikasi atribut dari realita yang akan disusun

dalam basis data. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun kombinasi dari

atribut-atribut yang telah dipilih ke dalam bentuk tabel-tabel normal.

Pemodelan dilakukan dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up

approach) untuk memperoleh hasil yang baik jika diterapkan untuk

perancangan basis data yang relatif sederhana, yaitu dengan jumlah data

atribut yang tidak terlalu banyak. Jika basis data yang disusun mencakup

(27)

antar atribut terdapat hubungan lebih dari satu jenis, maka perlu dilakukan

penyederhanaan prosedur pemodelan data. Dalam hal ini pengadministrasian

basis data tidak akan memandang pada jumlah atribut yang banyak, tetapi

lebih cenderung memperhatikan jenis entiti. Pemodelan data ini disebut

dengan pendekatan dari atas ke bawah (top-down approach).

Pemodelan hubungan antar entiti (entity-relationship moddeling) pertama

kali diperkenalkan oleh Chen pada tahun 1976 dan telah dikemba ngkan lebih

lanjut oleh banyak ahli perancangan basis data. Cara pemodelan data ini

merupakan salah satu dari implementasi pendekatan dari atas ke bawah yang

paling umum digunakan. Dalam pemodelan ini dilakukan dengan beberapa

tahapan diantaranya yaitu memilih entiti-entiti yang akan disusun dalam basis

data dan menentukan hubungan antar entiti yang telah dipilih. Kemudian

melengkapi atribut-atribut yang sesuai pada entiti dan hubungannya sehingga

diperoleh bentuk tabel normal penuh (Waljiyanto, 2000 di dalam Rukmono,

2004).

Model data merupakan suatu cara untuk menjelaskan hubungan logik data

kepada pemakai (user). Dalam suatu model data terdapat kerelasian

(relationship) antar kesatuan data (entity) yang dapat dibedakan menjadi dua

tipe yaitu kerelasian dalam satu tabel dan kerelasian dalam banyak tabel.

Kerelasian antar entiti dalam banyak tabel mempunyai kerelasian yang lebih

kompleks. Kristanto (2000) menyatakan bahwa model data relasional

hubungan antar file direlasikan dengan kunci relasi (relation key), yang

merupakan kunci utama dari file.

Dalam menggambarkan terjadinya hubungan antar entiti digunakan

diagram hubungan antar entiti (entiti-relationship diagram) yang biasa

disingkat dengan E-R diagram. E-R diagram adalah alat bantu diagramatik

untuk mendeskripsikan relasi atau hubungan antar entiti dan atribut dari

semua entiti yang berhubungan. Notasi yang digunakan untuk

menggambarkan E-R diagram adalah segiempat menggambarkan entiti,

diamon menggambarkan hubungan dan elips atau penulisan identitas dari

tabel menggambarkan atribut. Hubungan antar entiti meliputi dua komponen

(28)

hubungan. Derajat hubungan menyatakan jumlah anggota entiti yang terlibat

di dalam ikatan yang terjadi. Dalam hal ini ikatan yang terjadi akan

membentuk instan hubungan (relationship instance). Derajat hubungan antara

anggota entiti dapat dilakukan dengan derajat hubungan, yaitu one to one (1:1), one to many (1:m), many to many (m:m). Sedangkan partisipasi hubungan menyatakan sifat keterlibatan tiap anggota entiti dalam ikatan yang

terjadi. Partisipasi atau keterlibatan tiap anggota entiti dalam membentuk

instan hubungan dapat bersifat wajib (oblygatory) atau tidak wajib

(non-oblygatory). Dalam pemodelan data, interpretasi jenis partisipasi hubungan

dituliskan dalam aturan data (Waljiyanto, 2000 di dalam Rukmono, 2004).

Berikut ini adalah contoh E-R diagram yang mendeskripsikan hubungan

antara entiti:

1. One to one

Gambar 6. Entity Relationship diagram derajat hubungan one to one.

2. One to many

1

Jumlah susut Prosen susut Susut Pasca Panen

1 R1

m m

Kegiatan Pasca Panen

Deskripsi Pasca Panen

*Id_ Pasca panen

Buah

*Id_Buah Nama_Buah

Kemasan

*Id_ Kemasan Nama_Kemasan

Bahan Kemasan

*Id_ Bahan Nama_Bahan

(29)

Buah

Id_Buah Nama_Buah

Buah

*Id_Buah Nama_Buah

Gambar 7. Entity Relationship diagram deraja t hubungan one to many.

3. Many to many

Gambar 8. Entity Relationship diagram derajat hubungan many to many.

Normalisasi Data

Normalisasi adalah metode untuk menciptakan struktur tabel dalam basis

data dengan tujuan mengefisienkan pemakaian data. Normalisasi sebuah basis

data dikatakan baik jika setiap tabel yang menjadi unsur pembentuk basis data

tersebut juga telah berada dalam keadaan baik atau normal. Sebuah tabel dapat

dikategorikan baik (efisien) atau normal jika telah memenuhi 3 (tiga) krit eria

berikut:

1. Jika ada dekomposisi (penguraian) tabel, maka dekomposisinya harus

dijamin aman (Lossless-Join Decomposition)

2. Terpeliharanya ketergantungan fungsional pada saat perubahan data

(Dependency Preservation)

3. Tidak melanggar Boyce-Code Nor mal Form (BCNF), jika kriteria ketiga

(BCNF) tidak dapat terpenuhi, maka paling tidak tabel tersebut tidak

melanggar bentuk normal tahap ketiga (3rd Normal Form/3NF)

Suatu tabel dikatakan dalam bentuk normal pertama jika dan hanya jika

setiap atribut bernilai tunggal untuk setiap tupel/baris. Bentuk normal kedua R3

m m

Kegiatan Pasca Panen

Deskripsi Pasca Panen

(30)

terpenuhi jika dan hanya jika bentuk normal pertama sudah terpenuhi dan

semua atribut bukan kunci memiliki ketergantungan fungsional sepenuhnya

terhadap kunci primer. Bentuk normal ketiga terpenuhi jika dan hanya jika

berada dalam bentuk normal kedua dan setiap atribut bukan kunci tidak

memiliki ketergantungan transitif terhadap kunci primer.

D. SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA

Sistem Manajemen Basis Data (SMBD) merupakan kumpulan file yang saling berkaitan bersama dengan program untuk pengelolanya (Kristanto,

2000). Basis data adalah kumpulan datanya, sedangkan program

pengelolanya berdiri sendiri dalam satu paket program yang kormesial untuk

membaca, mengisi, menghapus dan melaporkan data dalam basis data.

Program tersebut menyediakan berbagai fasilitas operasi untuk memasukkan

data ke dalam basis data, melacak dan memodifikasi data dalam basis data,

mendefinisikan data baru, memutakhirkan data, mengkonversi data, serta

mengolah data menjadi informasi yang diperlukan. Koleksi terpadu program

utilitas ini dapat dipandang sebagai lapisan antar (interface) antara pengguna

dengan data yang tersimpan dalam basis data.

Kegunaan utama sistem basis data adalah pemakai mampu menyusun

sua tu pandangan abstraksi data (Waljiyanto, 2000 di dalam Rukmono, 2004).

Bayangan mengenai data tidak lagi memperhatikan kondisi sesungguhnya

bagaimana suatu data dimasukkan ke dalam basis data, disimpan dalam disk

disektor mana, tetapi menyangkut secara menyeluruh bagaimana data-data

tersebut dapat diabstraksikan atau digambarkan menyerupai kondisi yang

dihadapi oleh pemakai sehari-hari. Sistem yang sesungguhnya tentang teknis

bagaimana data disimpan dan dipelihara seakan-akan disembunyikan

kerumitannya dan kemudian diungkapkan dalam bahasa dan gambar yang

mudah dimengerti oleh orang awam. Basis data pada umumnya digunakan

oleh beberapa pemakai untuk kepentingan pengguna yang berbeda pula. Data

yang diperlukan bisa saja secara eksplisit tersimpan dalam data, ataupun

(31)

informasi yang diinginkan. Dengan demikian data menjadi terintegrasi dalam

sistem basis data.

E. DAUR HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM / SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC)

Umumnya sistem informasi berbasis komputer didesain dan

implementasikan menggunakan beberapa bentuk sistematik proses

pengembangan. Dalam proses ini, pengguna dan ahli spesialis informasi

mendesain sistem informasi dengan berbasis pada hasil analisis informasi

yang dibutuhkan. Sebagian proses ini dikenal sebagai sistem analisis dan

desain (O’Brien, 1999).

Menggunakan pendekatan sistem dalam mengembangkan solusi sistem

informasi mengaitkan beberapa tahapan proses yang sering dikenal sebagai

information system development cycle, atau sering juga disebut dengan system development life cycle (SDLC). Semua aktivitas pembangunan sistem pada SDLC saling berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, beberapa aktivitas

tersebut dapat terjadi secara bersamaan. Sehingga bagian-bagian dari proses

pembangunan sistem yang berbeda dapat berada pada tahapan siklus

pembangunan yang berbeda pula. Seorang analis dapat mendaur siklus

kembali kapanpun untuk mengulang beberapa aktivitas sebelumnya guna

memodifikasi dan memperbaiki sistem yang mereka bangun. SDLC yang

merupakan suatu metode dalam pengembangan sistem perangkat lunak,

mencakup beberapa tahapan logik proses pengembangan. Tahapan-tahapan

tersebut antara lain: (1) investigasi, (2) analisis, (3) desain, (4) implementasi,

dan (5) perawatan sistem, seperti terlihat pada Gambar 9.

1. Tahapan Investigasi Sistem

Tahap investigasi merupakan tahap di mana menentukan suatu

permasalahan dan penyebab dari permasalahan tersebut serta apakah

sistem yang akan dibangun maupun yang akan diperbaiki dapat

menyelesaikan permasalahan tersebut. Kemudian dilakukan studi

(32)

pengguna, kebutuhan sumberdaya, kebutuhan biaya, manfaat, dan

kelayakan dari suatu sistem.

Studi kelayakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi

kemampuan sistem untuk mencapai obyek yang dikehendaki. Tujuan dari

studi kelayakan adalah untuk mengevaluasi alternatif sistem yang ada dan

untuk mengusulkan sistem yang paling nyata, menguntungkan, dan layak

untuk pembangunan serta pengembangan sistem. Salah satu bagian dari

studi kelayakan adalah analisis biaya dan manfaat. Biaya dan manfaat

yang dapat diukur disebut tangible, sedangkan yang tidak dapat diukur disebut intangible. Tangible cost adalah biaya yang dapat diukur seperti gaji pegawai dan biaya pengadaan hardware maupun software. Intangible cost sulit untuk dihitung, meliputi kehilangan pelanggan maupun pekerja karena adanya error dan gangguan yang timbul dari pemasangan sistem yang baru.

Tangible benefit adalah manfaat yang dapat dirasakan seperti pengurangan biaya upah pegawai karena adanya pengurangan pegawai,

penurunan biaya operasional karena adanya peningkatan kemampuan

operasional yang semakin efisien, sehingga terjadi penambahan

keuntungan dalam penjualan. Intangible benefit sulit untuk diukur, meliputi pelayanan kepada pelanggan yang lebih baik atau lebih aman dan

penyediaan informasi yang lebih baik untuk manajemen. Investigasi Sistem

Produk : Studi Kelayakan

Analisi Sistem

Produk : Kebutuhan Fungsional

Desain Sistem

Produk : Spesifikasi Sistem

Implementasi Sistem Produk: Sistem Operasional

(33)

Gambar 9. Tahapan-tahapan dalam SDLC (O’Brien, 1999).

Kelayakan dari sistem dapat dievaluasi ke dalam empat kategori

utama, yaitu :

a. Kelayakan organisasional

Kelayakan ini berfokus pada bagaimana sistem yang diusulkan

dapat dengan baik mendukung tujuan dari organisasi dan rencana

strategis untuk sistem tersebut.

b. Kelayakan ekonomi

Kelayakan ini menjawab apakah penghematan biaya, peningkatan

penghasilan dan keuntungan, pengurangan kebutuhan investasi, dan

manfaat-manfaat lain yang diharapkan akan lebih besar dibandingkan

biaya pembangunan dan pengoperasian dari sistem yang diusulkan.

c. Kelayakan teknikal

Kelayakan ini dapat didemonstrasikan jika hardware dan software yang dapat menghubungkan kebutuhan-kebutuhan sistem yang

diusulkan mampu dikembangkan oleh suatu organisasi dalam batas

waktu tertentu.

d. Kelayakan operasional

Kelayakan ini berupa keinginan dan kemampuan dari pengguna

untuk mengoperasikan, menggunakan, dan mendukung sistem yang

diusulkan.

2. Tahap Analisis Sistem

Tahap analisis yaitu menganalisis bagaimana sistem tersebut akan

dikembangkan, dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan fungsional

dari pengguna yang akan digunakan sebagai basis desain dari sistem yang

akan dikembangkan. Aktivitas dasar dari analisis sistem diperlukan pada

(34)

aktivitas -aktivitas pada tahapan ini merupakan pengembangan dari

pelaksanaan studi kelayakan.

Analisis sistem merupakan studi mendalam mengenai

kebutuhan-kebutuhan informasi end user yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan fungsional yang nantinya akan digunakan sebagai basis dalam

perancangan sistem yang baru.

Mempelajari sistem yang akan diperbaiki atau digantikan penting

dilakukan sebelum mendesain suatu sistem baru. Analisis-analisis terhadap

suatu sistem yang harus dilakukan antara lain tentang bagaimana suatu

sistem menggunakan perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan SDM

(Sumber Daya Manusia) untuk mengkonversi sumber-sumber data dan

informasi. Kemudian dilakukan pembuatan dokumentasi tentang

bagaimana aktivitas input, proses, output, penyimpanan, dan kontrol sistem disempurnakan. Sehingga dalam tahap desain sistem, dapat

dilakukan spesifikasi terhadap sumber, hasil dan aktivitas apa yang

seharusnya ada untuk mendukung user interface dalam suatu sistem yang akan didesain. Analisis-analisis tersebut disebut analisis organisasional

yang merupakan langkah awal dari pelaksanaan tahapan ini. Selain itu,

dilakukan pula pembangunan terhadap kebutuhan fungsional (functional

requirement) yang merupakan kebutuhan informasi end users yang tidak terikat pada perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, data, dan SDM

yang saat ini digunakan oleh end users atau yang mungkin digunakan dalam sistem yang baru.

3. Tahap Desain Sistem

Tahap desain ialah untuk menjelaskan sistem yang akan memenuhi

kebutuhan informasi bagi pengguna. Tahap ini akan menjelaskan

bagaimana dan kenapa sistem mampu memberikan informasi kepada

pengguna. Desain sistem menetapkan bagaimana sistem akan

(35)

menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan

fungsional yang telah dikembangkan dalam tahap analisis sistem.

Tahap desain sistem mencakup tiga kegiatan, yaitu : (1) desain user interface, (2) desain data, dan (3) desain proses. Ketiga proses desain tersebut menghasilkan beberapa spesifikasi yang digunakan dalam

pelaksanaan metode user interface, struktur basis data, serta prosedur pada pemrosesan dan pengendalian sistem. Desain user interface berkonsentrasi pada metode input/output serta konversi data dan informasi yang menghasilkan beberapa produk informasi, seperti layar d isplay, dialog interaktif antara pengguna dengan komputer, perespon suara (audio ),

form-form, dokumen-dokumen, dan laporan-laporan. Aktivitas desain data

berfokus pada perancangan struktur basis data yang digunakan oleh sistem

yang akan dibangun.

4. Tahap Implementasi Sistem

Pada tahapan ini sistem akan diuji baik perangkat keras maupun

perangkat lunaknya yang mendukung jalannya sistem ini. Dari hasil uji

tersebut, sistem akan dikembangkan lebih lanjut. Sistem baru yang telah

didesain harus diimplementasikan. Pada tahapan implementasi, dilakukan

penerimaan, penambahan, dan integrasi dari sumber-sumber yang

konseptual dan fisikal yang menjadikan sistem tersebut bekerja.

Tahap implementasi sistem melibatkan akuisisi perangkat keras dan

perangkat lunak, pengembangan perangkat lunak, pengujian program dan

prosedur, pembangunan dokumentasi, dan berbagai aktivitas instalasi.

Selain itu, tahap ini juga melibatkan pendidikan dan pelatihan kepada end users dan spesialis yang akan mengoperasikan sistem baru.

Implementasi sistem merupakan tahap yang sulit dan merupakan

proses yang banyak menghabiskan waktu dalam pembangunan suatu

sistem informasi. Selain itu, tahap ini juga merupakan tahap yang vital

dalam penentuan kesuksesan dari pembangunan sistem baru, walaupun

sistem didesain dengan baik, sistem akan gagal jika tidak

(36)

5. Tahap perawatan sistem

Tahap terakhir adalah tahap perawatan. Pada tahap ini meliputi

kegiatan pengawasan, evaluasi, dan modifikasi sistem. Selama sistem

digunakan, modifikasi dibuat sehingga sistem dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan pengguna secara kontinyu. Modifikasi yang dibuat sesuai

dengan perubahan internal atau perubahan eksternal dari lingkungan

organisasi dari pengguna yang disebut sebagai perawatan sistem. Tahapan

ini meliputi kegiatan pengawasan, evaluasi, dan modifikasi sistem untuk

membuat perbaikan yang penting atau sesuai dengan yang dikehendaki.

Alasan diadakannya perawatan sistem antara lain untuk memperbaiki

kesalahan (error ), untuk menjaga agar sistem tetap berjalan, dan untuk

memperbaiki sistem yang telah dibangun.

Langkah-langkah yang dilalui sistem dalam tahapan SDLC tidak

berbentuk linier namun lebih berbentuk iterasi. Evaluasi dari tiap tahap

yang memungkinkan adanya kesempatan perbaikan sistem yang lebih baik

(37)

III. METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada bulan

November 2005 sampai pada bulan Februari 2006. Pengambilan data dan

gambar dilakukan langsung di Pasar Induk Kramat Jati dan Makro Pasar Rebo

di Jakarta Timur, sedangkan perancangan sistem manajemen basis data

dilakukan di Laboratorium Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian,

Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

B. BAHAN DAN ALAT

Alat dan bahan yang akan digunakan selama dalam penelitian diantaranya:

Tabel 1. Nama alat dan bahan

No. Nama Alat dan Bahan Fungsi

1. Personal Computer, dengan spesifikasi: • Intel Pentium Celeron 466

• RAM 128 MB

• Hard Disk 4.3 GB

• Modem 56 kbps

Sarana untuk membangun dan menjalankan basis data

2. Sistem Operasi Windows XP Software (perangkat lunak)

untuk membangun dan menjalankan basis data

3. Microsoft Access 2000 Software untuk mendesain

basis data

4. Microsoft Visual Basic 6.0 Software untuk membuat user

interface

5. Adobe Image Ready 3.0 dan Adobe

Photoshop 6.0

[image:37.612.127.524.370.650.2]

Software untuk mengedit gambar atau foto dan mapping gambar

6. Scanner Hardware (perangkat keras)

untuk men-scan foto

7. Kamera Digital Alat untuk mengambil gambar

(38)

C. PROSEDUR PENELITIAN 1. Metode Pembangunan Sistem

Dalam membangun basis data kemasan buah-buahan dan sayuran

digunakan pendekatan metode pengembangan SDLC (Sistem Development Life Cycle) yang mencakup tahapan logik proses pengembangan suatu sistem software (O’Brien, 1999). Berikut adalah tahapan dalam SDLC : a. Tahapan Investigasi

Tahapan pertama dari SDLC adalah tahap investigasi yang digunakan

untuk menentukan masalah dan peluang alternatif solusi pembangunan

sistem dimana didalamnya terdapat kegiatan feasibility (studi kelayakan). Pada tahap ini akan ditentukan masalah yang dihadapi yaitu

adanya kebutuhan dokumentasi data kemasan untuk produk hortikultura

khususnya buah-buahan dan sayuran bagi para produsen maupun

pengusaha perantara produk hortikultura. Kedua jenis pengusaha

tersebut nantinya akan menjadi user. b. Tahapan Analisis Sistem

Pada tahap ini dilakukan analisa mengenai data apa saja yang

dibutuhkan oleh pengguna yang berkaitan dengan data kemasan yang

sedang beredar. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan

data (baik teks maupun image). Analisa kebutuhan informasi ini dilakukan guna membangun kebutuhan fungsional yang sesuai dengan

kebutuhan pengguna. Kemudian dari hasil analisis sistem, dilakukan

kegiatan pengambilan data di lapang. Data diperoleh dari pasar Induk

Kramat Jati di Jakarta Timur yang merupakan pusat penampungan dan

pemasaran komoditas hortikultura khususnya buah-buahan dan sayuran.

Komoditi yang di datangkan ke pasar ini merupakan komoditi lokal dari

berbagai macam daerah di tanah air dan komoditi impor dari negara

lain. Selain dari pasar tersebut, data kemasan komoditi impor diperoleh

(39)

c. Tahapan Desain Sistem

Tahap ini meliputi kegiatan desain user interface baik input maupun output. Desain user interface dilakukan proses desain yang diharapkan dapat menghasilkan sistem yang sesuai dengan kebutuhan pengguna

baik dari segi kebutuhan informasi maupun kemudahan penggunaan

sistem itu sendiri. Desain ini diharapkan dapat mendukung komunikasi

antara komputer dengan pengguna dalam proses mengetahui jenis

kemasan yang cocok untuk produk hortikulturanya.

d. Tahapan Implementasi Sistem

Pada tahap ini dilakukan entri data pada basis data jenis kemasan

buah-buahan dan sayuran. Setelah itu dilakukan uji coba terhadap basis data

yang dirancang serta dokumentasi dan sosialisasi terhadap basis data

tersebut. Sosialisasi basis data yang telah dirancang ini dilakukan

dengan memberikan kuisioner (Lampiran 1) kepada beberapa pengguna

seperti para pengusaha produsen, pengusaha perantara buah-buahan

dan sayuran lokal dan lembaga pendukung lainnya seperti indutri

kemasan, jasa penanganan pasca panen/rumah kemasan dan lain-lain

setelah mereka menggunakan program aplikasi basis data yang telah

dirancang. Sosialisasi basis data bertujuan untuk mengetahui kelayakan

basis data yang telah dirancang bagi para pengguna, tingkat kemudahan

program aplikasi serta kritik dan saran terhadap perancangan sistem

manajemen basis data tersebut.

2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berasal dari data primer dan data sekunder.

Data primer didapat dari hasil wawancara dan pengukuran secara langsung

di lapangan. Wawancara dilakukan terhadap para pengumpul dan pedagang

buah-buahan dan sayuran. Data sekunder dikumpulkan dari referensi buku

(40)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. INVESTIGASI SISTEM

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, kemasan

transportasi untuk komoditas hortikultura belum pernah didokumentasikan.

Dokume ntasi terhadap kemasan transportasi komoditas hortikultura yang

sedang beredar saat ini perlu dilakukan karena kemasan-kemasan tersebut

selalu mengalami perkembangan baik dari segi jenis dan bentuk kemasan,

bahan kemasan yang digunakan, dan lain-lain. Kegunaan yang dapat

dirasakan dengan adanya dokumentasi tersebut adalah adanya kemudahan

mendapatkan informasi mengenai kemasan transportasi yang saat ini sedang

beredar, oleh karena itu sistem manajemen basis data untuk kemasan

transportasi komoditas hortikultura yang dapat mendokumentasikan

kemasan-kemasan tersebut perlu dibangun.

Sistem manajemen basis data tersebut dibangun berbasis Personal Computer (PC) dan mengunakan media Compact Disk (CD). Karena berbasis PC, kebersamaan pemakaian data tidak dilakukan. Hal ini karena mereka yang

berkepentingan terhadap data kemasan transportasi adalah yang terkait dalam

sistem distribusi atau yang berkepentingan saja. Basis data kemasan diolah

dengan program software microsoft Access yang memungkinkan dilakukan perubaha n data. Jika suatu saat ada kemasan transportasi yang tidak

digunakan dan telah hilang dari peredaran, maka kemasan tersebut dapat

dihapus dari basis data. Sebaliknya jika ada penambahan data baru mengenai

suatu kemasan, maka dapat dilakukan penambahan data ke dalam basis data

tersebut. Hal ini membuat sistem tersebut terjaga aktualitasnya.

Ditinjau dari kelayakan ekonomi, sistem basis data ini tidak bersifat

komersil melainkan bersifat sosial. Sistem yang akan dibangun ditujukan

untuk kegiatan penyuluhan bagi mereka yang berkepentingan menampilkan

dokumentasi kemasan transportasi dan untuk mendukung kemajuan di bidang

pertanian khususnya pada komoditas hortikultura.

Sistem manajemen basis data ini dapat digunakan oleh para pengguna

(41)

dan perangkat lunak (software) sistem manajemen basis data kemasan

transportasi komoditas hortikultura. Pada saat sekarang ini komputer sudah

luas pemakaiannya bahkan sampai kepada tingkat pedesaan. Sistem ini

didesain sedemikian rupa dengan tujuan memudahkan para pengguna pada

saat menjalankan sistem.

B. ANALISIS SISTEM

Hasil dari analisis di lapang, dokumentasi terhadap kemasan transportasi

komoditas hortikultura memang perlu dilakukan. Setelah dilakukan

pengamatan dan wawancara, ditemukan suatu jenis kemasan dan bahan

kemasan yang berbeda digunakan untuk mengemas komoditi yang sama.

Contohnya pada buah mangga indramayu yang dikemas dalam kemasan peti

kayu dan keranjang bambu. Ditemukan pula jenis kemasan yang sama seperti

peti kayu juga digunakan untuk tujuan lokasi yang berbeda. Buah jeruk yang

berasal dari Pakistan dikemas dalam kemasan peti kayu, demikian pula buah

jeruk atau mangga di dalam negeri. Komoditi yang sama dapat memiliki

tujuan lokasi yang berbeda, contohnya pada buah anggur terdapat buah anggur

lokal dan ada pula buah anggur impor. Buah jeruk yang berasal dari Sumatera

Utara dikemas dalam kemasan yang berbeda dengan buah jeruk yang berasal

dari Kalimantan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara tersebut,

sistem manajemen basis data yang dibangun perlu menyediakan fasilitas

untuk pencarian data kemasan berdasarkan nama komoditi, nama kemasan

dan tujuan lokasinya/asal komoditi didatangkan.

Umumnya data-data yang diperlukan oleh calon pengguna sistem

mengenai kemasan transportasi meliputi nama komoditi, nama kemasan,

bahan kemasan, tipe kemasan (khusus pada kemasan peti kayu dan peti

karton), tipe flute dan ukurannya (khusus pada kemasan peti karton), dimensi

atau ukuran kemasan tersebut, deskr ipsi tentang kemasan pengisi, berat bersih

per kemasan dan asal komoditi tersebut didatangkan. Selain data -data yang

berupa teks, diperlukan pula data kemasan berupa gambar tiap komoditi yang

dapat memperjelas informasi kemasan tersebut. Data gambar tersebut diambil

(42)

samping, tampak atas, tampak bentu, tampak kemasan pengisi, tampak

susunan buah dan tampak tumpukan kemasan.

C. DESAIN SISTEM

1. Desain Data dan Pemeliharaannya

Berdasarkan hasil analisis sistem serta klasifikasi data dihasilkan 12

tabel yang terdiri dari:

1. Tabel Data_kemasan_komoditi, merupakan tabel induk/utama yang

berisikan kunci-kunci relasi dengan tabel anakan. Tabel ini digunakan

untuk memasukkan data baru mengenai ke masan transportasi suatu

komoditi tertentu. Tabel ini terdiri dari 8 kunci utama/primary key

yaitu ID_komoditi, ID_kemasan, ID_tipe_kemasan, ID_bahan,

ID_flute, ID_ukuran_flute, ID_asal, ID_tujuan_pengiriman. Atribut

lainnya adalah dimensi, kemasan_pengis i dan berat_bersih. Muka1,

samping2, atas3, bentuk4, pengisi5, susunan_buah6 dan

tumpukan_kemasan7 adalah kolom atau atribut berupa data teks yang

berisi lokasi penyimpanan gambar.

2. Tabel Komoditi, merupakan tabel referensi. Kolom-kolomnya adalah

ID_komoditi (primary key), nama_komoditi, ID_kategori dan

ID_tujuan_lokasi. Tabel ini berisi semua nama komoditi yang telah

dikumpulkan. ID_kategori dan ID_tujuan_lokasi merupakan kunci

tamu yang menghubungkan tabel ini dengan tabel Kategori dan

Tujuan_lokasi.

3. Tabel Kategori, merupakan tabel referensi. Kolom-kolomnya adalah

ID_kategori (primary key), keterangan dan ID_macam_komoditas. Di

dalam basis data ini komoditi-komoditi yang ada dibedakan menjadi

63 kategori. Sebagai contoh buah mangga manalagi, mangga

indramayu, mangga golek, mangga podang dan mangga harumanis

dikelompokkan dalam kategori buah mangga. Sayuran kol merah dan

kol putih dikelompokkan dalam kategori sayuran kol.

(43)

kunci tamu, digunakan untuk menghubungkan tabel Kategori dengan

tabel Macam_komoditas.

4. Tabel Macam_komoditas, merupakan tabel referensi. Kolom-kolomnya

adalah ID_macam_komoditi (primary key) dan keterangan. Terdapat 2

komoditas hortikultura yang digunakan dalam basis data ini.

Diantaranya adalah komoditas buah-buahan dan komoditas sayuran.

5. Tabel Tujuan_lokasi, merupakan tabel referensi. Kolom-kolomnya

adalah ID_tujuan_lokasi (primary key) dan keterangan. Di dalam basis

data ini terdapat 3 tujuan lokasi, yaitu tujuan lokal, tujuan impor dan

tujuan ekspor.

6. Tabel Asal, merupakan tabel referensi. Kolom-kolomnya terdiri dari

ID_Asal, Asal dan ID_tujuan_lokasi. Atribut ID_tujuan_lokasi dalam

tabel digunakan untuk menghubungkan tabel Asal dengan tabel

Tujuan_lokasi.

7. Tabel Kemasan, merupakan tabel referensi yang menampung data

nama kemasan transportasi yang ada. Tabel ini memiliki kolom-kolom

yaitu ID_kemasan (primary key) dan nama_kemasan. Terdapat 8

kemasan yang telah dikumpulkan dalam basis data ini. Diantaranya

adalah kemasan peti kayu, peti karton, peti styrofoam, keranjang

bambu, keranjang plastik, karung plastik, karung jala dan kantong

plastik.

8. Tabel Tipe_kemasan, merupakan tabel referensi yang menampung data

mengenai tipe kemasan yang ada yaitu untuk kemasan peti kayu dan

peti karton. Tabel ini memiliki kolom-kolom yang terdiri dari

ID_tipe_kemasan (primary key) dan keterangan. Data tipe kemasan

yang ada dalam basis data merupakan gabungan dari tipe kemasan peti

kayu dan kemasan peti karton. Tipe kemasan te rsebut diantaranya

(44)

box, dual wood and corrugated structure dan special construction. Untuk kemasan selain kemasan peti kayu dan peti karton tidak

memiliki tipe kemasan.

9. Tabel Bahan_kemasan, merupakan tabel referensi yang menampung

data bahan kemasan yang ada. Kolom-kolomnya adalah ID_bahan

(primary key) dan bahan. Bahan kemasan yang terdapat dalam basis

data ini diantaranya adalah kertas, bambu, kayu, styrofoam, plastik

dan lain-lain.

10. Tabel Flute, merupakan tabel referensi yang menampung data tipe

flute dari kemasan transportasi yang ada khususnya kemasan peti

karton. Tabel ini terdiri dari kolom ID_flute (primary key) dan

tipe_flute. Tipe flute yang terdapat dalam basis data ini diantaranya

adalah single wall, double wall dan lain-lain.

11. Tabel Ukuran_flute, merupakan tabel referensi yang menampung data

ukuran flute dari kemasan transportasi yang ada khususnya kemasan

peti karton. Tabel ini terdiri kolom ID_ukuran_flute (primary key) dan

ukuran.

12. Tabel Tujuan_Pengiriman, merupakan tabe l referensi yang

menampung data tujuan pengiriman komoditi. Tabel ini terdiri dari

Kolom ID_tujuan_pengiriman (primary key) dan keterangan.

[image:44.612.211.475.588.754.2]
(45)
[image:45.612.139.519.167.455.2]

Gambar 10. Kotak dialog new table.

[image:45.612.135.517.502.756.2]
(46)

Gambar 12. Tampilan tabel Data_kemasan komoditi.

Hubungan (Relationships) antar Tabel

Hubungan antar tabel dilakukan dengan menggunakan kunci relasi

yang telah dibuat pada setiap tabel. Hubungan dari basis data kemasan

[image:46.612.152.519.267.637.2]

transportasi ini menggunakantipe one to many (Gambar 13).

Gambar 13. Relationships dalam basis data kemasan transportasi.

Normalisasi Data

m m

m m m m m

m

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1 1 m

m

m

(47)

Basis data kemasan transportasi ini telah dilakukan dekomposisi

sehingga menjadi 12 tabel. Dekomposisi yang dilakukan merupakan

penguraian tabel yang aman, yaitu tidak akan merubah tabel awal sebelum

didekomposisikan/tabel universal gabungan dari 12 tabel. Ketergantungan

fungsional basis data ini akan terpelihara dengan baik karena semua tabel

telah didekomposisikan dengan baik dan benar. Perubahan data yang

kelak akan dilakukan dapat terjaga dari inkonsistensi data.

Dalam basis data kemasan transportasi, tabel Data_kemasan_komoditi

tidak memenuhi bentuk normal pertama karena terdapat beberapa atribut

yang bernilai banyak, yaitu atribut dimensi, berat_bersih dan

kemasan_pengisi. Pada tabel ini terdapat 8 atribut yang dijadikan primary

key. Primary key dari tiap record berbeda. Jika atribut dimensi,

berat_bersih, dan kemasan_pengisi dinormalisasi lebih lanjut untuk

memenuhi bentuk normal pertama dengan menjadikan atribut-atribut

tersebut bernilai tungggal, maka akan ada suatu record yang memiliki

primary key yang sama. Hal ini tidak dapat dilakukan karena suatu

primary key dalam sebuah tabel tidak boleh sama. Untuk menghindarinya,

normalisasi bentuk pertama dapat dilakukan dengan mengeluarkan

atribut-atribut tersebut dari tabel data_kemasan_komoditi. Kemudian dibuat 3

tabel baru yang masing-masing memuat data tentang dimensi, berat bersih

dan kemasan pengisi. Masing-masing tabel tersebut harus memiliki

primary key yang dapat mengidentifikasikan data secara unik. Primary

key dari masing-masing tabel kemudian ditambahkan sebagai atribut baru

ke dalam tabel Data_kemasan_komoditi. Selanjutnya atribut-atribut

tersebut dijadikan pula sebagai bagian dari primary key pada tabel

Data_kemasan_komoditi.

Normalisasi bentuk pertama dari atribut-atribut tersebut tidak

dilakukan, karena pencarian data kemasan yang dibutuhkan adalah

berdasarkan nama komoditi, nama kemasan dan tujuan lokasi. Pencarian

data kemasan transportasi berdasarkan dimensi, berat bersih dan kemasan

pengisi saat ini belum diperlukan. Jika suatu saat diperlukan pencarian

(48)

dipenuhi. Tabel Data_kemasan_komoditi yang tidak memenuhi bentuk

normal pertama secara otomatis juga tidak memenuhi bentuk normal

kedua dan bentuk normal ketiga.

Tabel-tabel selain tabel Data_kemasan_komoditi, memenuhi bentuk

normal ketiga. Tabel yang dimaksud adalah tabel Komoditi, tabel

Kategori, tabel Macam_komoditas, tabel Tujuan_lokasi, tabel Asal, tabel

Tujuan_pengiriman, tabel Kemasan, tabel tipe_Kemasan, tabel

Bahan_kemasan, tabel Flute dan tabel Ukuran flute.

Pemeliharaan Data

Desain pemeliharaan data untuk sistem manajemen basis data ini

meliputi penyediaan fasilitas untuk memanipulasi data (merubah,

menambah dan menghapus data). Manipulasi data dapat dilakukan secara

langsung pada tabel-tabel atau pada form-form.

Jumlah form-form yang dibuat sama dengan jumlah tabel yaitu 12

[image:48.612.167.517.

Gambar

Tabel    1.     Nama alat dan bahan......................................................................
Gambar 1. Tipe desain pada kemasan peti kayu.
Gambar 2. Kemasan keranjang plastik (kiri) dan keranjang bambu
Gambar 3. Tipe kemasan pada kemasan peti karton.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Orang dewasa tidak langsung menembak orang begitu selesai menonton acara yang menam- pilkan adegan tembak – menembak, tetapi acara ini memberikan kecen- derungan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan Fuzzy- FMEA pada pengujian suhu lemari es, maka dapat diambil kesimpulan bahwa analisis risiko dengan Fuzzy-FMEA diketahui

web-based bisa ditampilkan pada komputer tempat aplikasi berada y.. ang telah memiliki web browser. Interface berbasis web tersebut akan dirancang sederhana tanpa

GEGUTU TIMUR/POS 3

yang disitasi Ariffin (2010), VBAC tidak dilakukan pada pasien yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau lebih, sebab pada kasus tersebut seksio sesarea

Analisis dengan berpatokkan pada indicator ini secara spesifik hendak menjawab tekait spesialisasi pendidikan para anggota DPRD di kabupaten Manggarai Barat yang menjadi

Kekejaman terhadap warga eks PKI dalam kasus Madiun 1948 tidak dibolehkan dibuat monumen-monumen, misalnya kuburan massal warga PKI di Kabupaten Karanganyar dan lainnya,

Secara khusus, penelitian ini bertujuan : (1) Mengidentifikasi karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, (2) Mengidentifikasi kecerdasan emosional contoh, (3)