• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Serologi Avian Influenza Pada Unggas Sektor IV Di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Serologi Avian Influenza Pada Unggas Sektor IV Di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ISAIAS GILANG ADITYA. Prevalensi Serologi Avian Influenza Pada Unggas Sektor IV Di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh SRI MURTINI dan RETNO D. SOEJOEDONO.

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui prevalensi serologi (seroprevalensi) terhadap (AI) pada unggas yang dipelihara oleh masyarakat di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Sampel darah diambil dari unggas yang belum pernah divaksinasi, dengan metode . Uji serologis dari sampel serum terhadap AI dilakukan dengan menggunakan uji Penghambatan Aglutinasi (

) mikrotitrasi. Antigen AI H5N1 standar 4 HAU/0,025 mL yang digunakan berasal dari Balitvet. Rataan titer antibodi dihitung berdasarkan

(GMT). Hasil uji menyatakan bahwa sebanyak 72 dari 236 sampel atau sekitar 30,51% mengandung antibodi terhadap AI dan tersebar pada empat RW di Desa Pasawahan. Jumlah unggas yang memiliki antibodi terhadap AI pada RW I sebesar 37,5% (18 dari 48 sampel) dengan rataan titer antibodi 1,97, RW II sebesar 31,37% (16 dari 51 sampel) dengan rataan titer antibodi 1,92, RW III sebesar 33,33% (30 dari 90 sampel) dengan rataan titer antibodi 1,67, dan RW VI sebesar 17,02% (8 dari 47 sampel) dengan rataan titer antibodi 1,37. Hasil tersebut menunjukkan adanya paparan virus Avian Influenza H5 secara alami pada unggas sektor IV di Desa Pasawahan mengingat unggas@unggas tersebut belum pernah divaksinasi. Adanya paparan tersebut disebabkan oleh sifat pemeliharaan yang masih ekstensif sehingga menyebabkan unggas dapat dengan mudah kontak satu sama lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kontak antar unggas tersebut dapat menjadi sumber infeksi antar unggas.

(3)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

(4)

Judul Skripsi : Prevalensi Serologi Avian Influenza Pada Unggas Sektor IV Di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten

Sukabumi.

Nama : Isaias Gilang Aditya

NRP : B04103013

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. drh. Sri Murtini, MSi Dr. drh. Retno D. Soejoedono, MS

NIP. 132133967 NIP. 130522188

Diketahui Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Hewan

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS NIP. 131129090

(5)

Widodo Basuki dan ibu Sri Rahayu. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SD Kristen Dharmawiyata Bandar Lampung dari tahun 1991 sampai tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Kristen BPK Penabur Bandar Lampung dari tahun 1997 sampai tahun 2000. Pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) ditempuh di SMU Negeri 2 Bandar Lampung dari tahun 2000 hingga lulus tahun 2003. Penulis masuk ke Fakultas Kedokteran Hewan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003.

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala penyertaan dan kehendakNya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. drh. Sri Murtini, MSi. dan Dr. drh. Retno D. Soejoedono, MS. yang telah membimbing penulis dari awal penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. drh. Sus Derthi Widyari, MS. sebagai pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis melakukan studi di Fakultas Kedokteran Hewan.

Kepada keluarga di rumah (Bapak, Ibu, Lintang, dan Danang), terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini yang selalu menjadi kekuatan bagi penulis dalam menjalani studi. Terima kasih kepada staf dan laboran Laboratorium Imunologi: Drh. Ika, drh. Okti, Pak Lukman, Pak Enur, dan Mas Wahyu yang telah banyak membantu di dalam penelitian. Terima kasih juga kepada teman@ teman satu bimbingan penelitian (Ani dan Kunto) dan seluruh angkatan 40. Perjuangan kita masih panjang kawan!

Kiranya tulisan kecil ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2007

(7)

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Avian Influenza (AI) di Dunia ... 3

Sejarah Avian Influenza (AI) di Indonesia ... 3

Keadaan Peternakan Sektor IV di Indonesia ... 5

Virus Avian Influenza ... 5

Penyebaran Virus AI ... 7

Gejala Klinis dan Masa Inkubasi ... 8

Uji Serologis untuk Identifikasi Virus ... 8

Survei Epidemiologi ... 9

BAHAN DAN METODE ... 11

Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

Bahan ... 11

Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

Evaluasi Titer Antibodi Terhadap AI ... 12

Prevalensi Serologi ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Hasil Uji Penghambatan Aglutinasi ... 14

Titer antibodi Pada Setiap Daerah ... 17

KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(8)

!"!#!$

1. Hasil Uji HI Serum Unggas Terhadap Antigen H5N1

Pada Empat RW di Desa Pasawahan ... 15

2. Hasil Uji HI Serum Terhadap Antigen H5N1

(9)

2. Histogram Titer Antibodi Sampel Serum RW I ... 17

3. Histogram Titer Antibodi Sampel Serum RW II ... 17

4. Histogram Titer Antibodi Sampel RW III ... 18

(10)
(11)
(12)

ISAIAS GILANG ADITYA. Prevalensi Serologi Avian Influenza Pada Unggas Sektor IV Di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh SRI MURTINI dan RETNO D. SOEJOEDONO.

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui prevalensi serologi (seroprevalensi) terhadap (AI) pada unggas yang dipelihara oleh masyarakat di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Sampel darah diambil dari unggas yang belum pernah divaksinasi, dengan metode . Uji serologis dari sampel serum terhadap AI dilakukan dengan menggunakan uji Penghambatan Aglutinasi (

) mikrotitrasi. Antigen AI H5N1 standar 4 HAU/0,025 mL yang digunakan berasal dari Balitvet. Rataan titer antibodi dihitung berdasarkan

(GMT). Hasil uji menyatakan bahwa sebanyak 72 dari 236 sampel atau sekitar 30,51% mengandung antibodi terhadap AI dan tersebar pada empat RW di Desa Pasawahan. Jumlah unggas yang memiliki antibodi terhadap AI pada RW I sebesar 37,5% (18 dari 48 sampel) dengan rataan titer antibodi 1,97, RW II sebesar 31,37% (16 dari 51 sampel) dengan rataan titer antibodi 1,92, RW III sebesar 33,33% (30 dari 90 sampel) dengan rataan titer antibodi 1,67, dan RW VI sebesar 17,02% (8 dari 47 sampel) dengan rataan titer antibodi 1,37. Hasil tersebut menunjukkan adanya paparan virus Avian Influenza H5 secara alami pada unggas sektor IV di Desa Pasawahan mengingat unggas@unggas tersebut belum pernah divaksinasi. Adanya paparan tersebut disebabkan oleh sifat pemeliharaan yang masih ekstensif sehingga menyebabkan unggas dapat dengan mudah kontak satu sama lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kontak antar unggas tersebut dapat menjadi sumber infeksi antar unggas.

(13)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

(14)

Judul Skripsi : Prevalensi Serologi Avian Influenza Pada Unggas Sektor IV Di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten

Sukabumi.

Nama : Isaias Gilang Aditya

NRP : B04103013

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. drh. Sri Murtini, MSi Dr. drh. Retno D. Soejoedono, MS

NIP. 132133967 NIP. 130522188

Diketahui Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Hewan

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS NIP. 131129090

(15)

Widodo Basuki dan ibu Sri Rahayu. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SD Kristen Dharmawiyata Bandar Lampung dari tahun 1991 sampai tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Kristen BPK Penabur Bandar Lampung dari tahun 1997 sampai tahun 2000. Pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) ditempuh di SMU Negeri 2 Bandar Lampung dari tahun 2000 hingga lulus tahun 2003. Penulis masuk ke Fakultas Kedokteran Hewan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003.

(16)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala penyertaan dan kehendakNya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. drh. Sri Murtini, MSi. dan Dr. drh. Retno D. Soejoedono, MS. yang telah membimbing penulis dari awal penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. drh. Sus Derthi Widyari, MS. sebagai pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis melakukan studi di Fakultas Kedokteran Hewan.

Kepada keluarga di rumah (Bapak, Ibu, Lintang, dan Danang), terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini yang selalu menjadi kekuatan bagi penulis dalam menjalani studi. Terima kasih kepada staf dan laboran Laboratorium Imunologi: Drh. Ika, drh. Okti, Pak Lukman, Pak Enur, dan Mas Wahyu yang telah banyak membantu di dalam penelitian. Terima kasih juga kepada teman@ teman satu bimbingan penelitian (Ani dan Kunto) dan seluruh angkatan 40. Perjuangan kita masih panjang kawan!

Kiranya tulisan kecil ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2007

(17)

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Avian Influenza (AI) di Dunia ... 3

Sejarah Avian Influenza (AI) di Indonesia ... 3

Keadaan Peternakan Sektor IV di Indonesia ... 5

Virus Avian Influenza ... 5

Penyebaran Virus AI ... 7

Gejala Klinis dan Masa Inkubasi ... 8

Uji Serologis untuk Identifikasi Virus ... 8

Survei Epidemiologi ... 9

BAHAN DAN METODE ... 11

Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

Bahan ... 11

Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

Evaluasi Titer Antibodi Terhadap AI ... 12

Prevalensi Serologi ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Hasil Uji Penghambatan Aglutinasi ... 14

Titer antibodi Pada Setiap Daerah ... 17

KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(18)

!"!#!$

1. Hasil Uji HI Serum Unggas Terhadap Antigen H5N1

Pada Empat RW di Desa Pasawahan ... 15

2. Hasil Uji HI Serum Terhadap Antigen H5N1

(19)

2. Histogram Titer Antibodi Sampel Serum RW I ... 17

3. Histogram Titer Antibodi Sampel Serum RW II ... 17

4. Histogram Titer Antibodi Sampel RW III ... 18

(20)
(21)

Desa Pasawahan terletak di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi dengan luas sekitar 625 hektar dan memiliki jumlah penduduk 8355 orang. Jumlah bulan hujan rata@rata di daerah ini adalah empat bulan setiap tahunnya, dengan suhu rata@rata harian 20@30oC. Desa ini memiliki bentang wilayah daerah berbukit dengan ketinggian rata@rata 447 meter dari permukaan laut.

Sebagian besar penduduk Desa Pasawahan bekerja sebagai petani ataupun buruh tani. Untuk menambah penghasilan mereka, sebagian penduduk memiliki usaha sampingan sebagai peternak. Jenis ternak yang ada di Desa Pasawahan adalah kuda sejumlah 5 ekor, domba sejumlah 50 ekor, dan ayam sejumlah 6198 ekor (Anonim 2006b). Banyaknya jumlah ternak ayam yang dipelihara masyarakat tersebut, maka diperlukan perhatian terhadap kemungkinan timbulnya

penyakit seperti .

Wabah (AI) telah menyebabkan kematian jutaan unggas di dunia, terutama unggas domestikasi. Penyakit ini juga mewabah di dalam negeri sejak tahun 2003. Dampak yang ditimbulkan dari kejadian ini adalah lumpuhnya sektor industri perunggasan dan produk ikutannya. Penyakit ini juga bersifat zoonosis, sehingga masyarakat menjadi khawatir untuk mengkonsumsi produk@ produk asal unggas karena takut tertular (Rahardjo 2004). Penyakit AI digolongkan sebagai penyakit oleh OIE, karena penyakit tersebut bersifat luas penyebarannya (melewati batas negara), menular pada manusia, dan mempunyai konsekuensi sosial ekonomi serta perdagangan hewan dan produk@ produk asal hewan (OIE 2005b).

(22)

Sifat penyakit ini begitu mudah menyebar dengan cepat. Oleh karena itu perlu dilakukan survey untuk mengetahui sejauh mana tingkat penyebaran penyakit ini sehingga dapat diambil tindakan untuk mencegah penyakit ini.

*+*!$ '$'",%,!$

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi peternakan rakyat dan prevalensi serologis pada unggas sektor IV Di desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.

!$-!!% '$'",%,!$

(23)

Penyakit Avian Influenza telah lama diketahui, dan semakin lama penyebarannya pun semakin meluas. Sejak ditemukan di Skotlandia pada tahun 1959, wabah virus AI berjangkit di beberapa negara Eropa dan Afrika. Tercatat belasan negara pernah terkena wabah virus ini seperti Afrika Selatan, Inggris, Australia, Belanda, Belgia, Amerika Serikat, Kanada, dan Irlandia. Australia dan Inggris adalah dua negara yang banyak mengalami kasus AI sejak 1970@2003 (Soejoedono & Handharyani 2005).

Pada April 1981 ilmuwan Amerika berkumpul di Beltsville, Maryland, untuk

mendiskusikan kriteria bagi isolat yang menyebabkan

di Amerika. Para ilmuwan tersebut memutuskan bahwa kriteria virus yang bersifat terhadap unggas adalah virus yang menyebabkan mortalitas minimal 75% dalam 8 hari pada sedikitnya 8 ayam sehat yang peka berumur 4@8 minggu, yang diinokulasikan secara IM, IV, atau kantong hawa caudal dengan menggunakan virus dari cairan alantois atau kultur sel yang bebas bakteri (Cross 1985).

AI termasuk dalam golongan penyakit yang bersifat pandemik atau panzootik, yaitu penyakit yang dalam waktu singkat menyebar ke berbagai negara (Sudardjat 1992). Memasuki abad ke@21, wabah AI kembali menggemparkan dunia. Organisasi kesehatan dunia WHO melaporkan adanya sejumlah orang meninggal akibat virus ini di beberapa negara diantaranya adalah Thailand, Malaysia, Korea, Cina, Jepang, Hongkong, Vietnam, Laos, Kamboja, Taiwan, dan Indonesia. Sampai pertengahan tahun 2005, WHO melaporkan bahwa kasus AI di dunia mencapai 108 kasus dan 56 orang diantaranya meninggal dunia (Soejoedono & Handharyani 2005), sedangkan sampai Febuari 2007 tercatat di seluruh dunia ada 274 kasus pada manusia dan 167 diantaranya meninggal dunia (WHO 2007a).

'+!&!0 /, $/1$'2,!

(24)

juga menunjukkan bahwa virus Influenza ditemukan pada ayam dan itik di berbagai daerah di Indonesia. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa virus tersebut tergolong tidak virulen sehingga Indonesia masih dinyatakan bebas AI sampai tahun 2003.

Awal kejadian AI di Indonesia diduga muncul pertama kali pada saat terjadinya kematian jutaan ayam pada peternakan komersial di Jawa Barat pada bulan Agustus 2003 (Soejoedono & Handharyani 2005). Kasus tersebut meluas ke berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung, Bali, dan beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan data Dirjen Peternakan RI tahun 2004 ada 9 propinsi, yang terdiri dari 51 kabupaten/kota dengan jumlah kematian ayam/unggas mencapai 4,1 juta ekor. Jenis unggas yang terserang meliputi ayam ras petelur, pedaging, ayam bibit, ayam buras, ayam Arab, itik, burung puyuh, burung merpati, burung perkutut, dan burung merak (Tabbu . 2005). Menurut Rahardjo (2004), rincian daerah di Indonesia yang mengalami kejadian kematian unggas secara besar@besaran sejak Agustus 2003 sampai Januari 2004 adalah Jawa Timur (13 kabupaten), Jawa Tengah (17 kabupaten), Jawa Barat (6 kabupaten), Banten (1 kabupaten), Daerah Istimewa Yogyakarta (3 kabupaten), Lampung (3 kabupaten), Bali (5 kabupaten), Kalimantan Selatan (1 kabupaten), Kalimantan Timur (1 kabupaten), dan Kalimantan Tengah (1 kabupaten) dengan tingkat kematian mencapai 4,7 juta ekor. Daerah di Indonesia yang terkena kasus AI semakin hari semakin meluas. Sampai bulan juni 2007 tercatat 31 propinsi di Indonesia telah terjadi kasus infeksi AI pada unggas.

(25)

burung piaraan yang diyakini dapat menjadi sumber penularan virus AI pada manusia di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Kajian dilakukan atas kerjasama Ditjen Peternakan, Departemen Pertanian dengan Fakultas Kedokteran Hewan dari IPB, UGM, Unair, dan Unud. Hasil kajian menunjukkan adanya antibodi spesifik terhadap virus AI, baik yang diambil dari daerah bebas maupun daerah tertular.

Tim AI Fakultas Kedokteran Hewan IPB melakukan kajian di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Hasil kajian menyatakan bahwa pada ayam yang tidak pernah divaksin di daerah yang belum pernah terjadi kasus AI menunjukkan adanya antibodi spesifik dan virus AI dari unggas@unggas yang diperiksa (Fadilah

R 2007)

,&*2

Virus (AI) disebut juga Fowl Plaque Virus (FPV). Virus ini masuk dalam golongan virus tipe A, famili Orthomyxoviridae, genus (Rott & Klenk 1985; Malole 1988). Menurut Malole (1988), terminologi famili yang dipakai sesuai dengan kemampuan virus pada kelompok tersebut untuk berikatan dengan lendir atau mukoprotein yang terdapat dalam saluran napas dan organ@organ lainnya. Secara umum, virus ! ukurannya kira@kira 80@120 nm, peka terhadap ether, rusak oleh asam, mengandung RNA serabut tunggal, bersimetri heliks, dan memiliki amplop di sekeliling nukleokapsidnya. Virus mengalami pematangan di dekat membran sel. Pada permukaan partikel virus terdapat penonjolan@penonjolan yang terdiri dari haemaglutinin dan neuraminidase.

(26)

gen yang mengatur pembentukan protein@protein yang berbeda (delapan protein struktural dan dua protein non@struktural). Protein@protein ini meliputi: tiga enzim transkriptase, dua glikoprotein permukaan (haemaglutinin dan neuraminidase), dua protein matrix, satu protein nukleokapsid, dan dua protein nonstruktural (ISDA 2006).

Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa gen@gen ini bisa mengalami rekombinasi genetik dengan gen dari virus A dengan subtipe yang lain ketika kedua jenis virus tersebut menginfeksi sel inang yang sama. Melalui cara ini, dapat tercipta virus baru yang mengandung kombinasi genetik dari kedua “virus induk”. Konsekuensi yang timbul dari keadaan ini adalah terjadinya perubahan antigenisitas dan patogenisitas, sehingga sulit diproduksi vaksin yang ideal (Soeharsono 2002). Hal ini juga menyebabkan virus dapat menginfeksi inang dengan jenis yang berbeda dari sebelumnya. Pernah ada bukti yang menunjukkan bahwa setelah virus AI dengan subtipe H7N1 mengalami dengan virus AI subtipe H3N2, virus jenis baru dihasilkan. Ternyata virus baru ini bersifat non@patogen, walaupun kedua “virus induk” bersifat patogen. Namun, setelah mengalami rekombinasi genetik dengan virus AI yang lain, beberapa virus baru yang dihasilkan memiliki sifat patogen (Rott & Klenk 1985). Sedangkan menurut Rahardjo (2004), mutasi pada virus AI dapat terjadi melalui ! atau perubahan susunan materi genetik pada satu virus, ataupun melalui , yaitu penataan genetik dari beberapa subtipe yang mengarah pada timbulnya evolusi virus. Virus RNA umumnya mempunyai laju mutasi yang sangat tinggi, yaitu sekitar 10@3/gen/tahun. Jadi, untuk seluruh genoma virus AI yang mempunyai panjang 13.588 pasang basa (nukleotida), setiap tahun diperkirakan terjadi mutasi sebanyak 13@14 nukleotida atau sekitar 4@5 asam amino yang mengalami perubahan.

Antigen haemaglutinin yang sudah diketahui dan dipelajari ada 15 macam (H1@H15) dan 9 neuraminidase (N1@N9). Jika keduanya dikombinasikan, maka akan

terdapat 135 kemungkinan subtipe (strain) virus yang muncul. Beberapa subtipe yang sudah dikenal antara lain H1N1, H1N2, H2N2, H3N3, H5N1, H7N7, dan H9N1.

(27)

diketahui paling ganas dibanding subtipe lainnya dari virus AI. Virus ini menyebar dengan cepat dan menimbulkan tingkat kematian yang tinggi.

Virulensi virus AI sangat tinggi, namun sangat rentan terhadap panas. Virus ini dapat bertahan hidup di air selama empat hari pada suhu 22oC dan lebih dari 30 hari pada suhu 0oC, tetapi akan mati dengan pemanasan pada suhu minimal 60oC selama 3 jam (Soejoedono & Handharyani 2005). Sedangkan menurut Rahardjo (2004), virus AI dalam daging ayam mati pada pemanasan 80oC selama 1 menit, dan pada telur ayam pada pemanasan 64oC selama 4,5 menit.

Dalam kasus yang terjadi di lapangan, dapat ditemukan virus jenis baru dari berbagai macam induk semang, sehingga dibutuhkan pencatatan yang jelas dari setiap virus hasil isolasi dari lapangan. Penamaan virus disusun berturut@turut sebagai berikut: tipe, asal induk semang, asal geografik virus, nomor galur, tahun pertama diisolasi, dan subtipe dalam tanda kurung. Contoh: A/swine/Iowa/15/30 (H1N1) adalah tipe A, asal hewan babi, diisolasi pertama kali di Iowa, nomor

strain 15, diisolasi tahun 1930, dan subtipe H1N1(Soeharsono 2002).

'$3'4!&!$ ,&*2

Virus AI terutama menyerang berbagai macam unggas seperti ayam, kalkun, angsa, unggas air, burung laut, dan burung liar. Virus bisa menyebabkan infeksi subklinis, gangguan pernapasan ringan, atau bahkan bersifat fatal dan kontagius. Penyebarannya sangat luas hingga bisa menyerang induk semang yang beragam seperti manusia, primata, babi, musang, kuda, sapi, anjing laut, dan paus (Cross 1985).

(28)

(Cross 1985).

'+!"! ",$,2 /!$ !2! $(*4!2,

Penyakit AI mempunyai masa inkubasi kurang lebih 48 jam, namun dapat berbeda@beda pada tiap individu. Gejala klinis yang ditimbulkan juga bervariasi. Pada kasus yang sangat ganas (akut) pada unggas ditandai dengan kematian tinggi tanpa disertai gejala klinis (Murphy . 2006) . Namun pada umumnya gejala yang ditimbulkan oleh infeksi virus AI akan menunjukkan gejala klinis sebagai berikut (Dirjen Peternakan 2005):

Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan (sianosis).

Kadang@kadang ada cairan dari mata dan hidung. Pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala. Pendarahan di bawah kulit (subkutan).

Pendarahan titik ( ) pada daerah dada, kaki, dan telapak kaki, Batuk, bersin, dan ngorok.

Unggas mengalami diare dan kematian tinggi.

Jika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, maka terlihat adanya peradangan pada langit@langit mulut, trakhea, dan laring. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya akumulasi sel@sel radang (limfosit) pada jengger ayam yang terinfeksi (Soejoedono & Handharyani 2005).

Pada manusia yang terinfeksi oleh virus AI, gejala klinis yang nampak mirip dengan gejala klinis penyakit influenza pada umumnya. Gejala itu meliputi demam, batuk, nyeri otot, pneumonia, sesak napas akut, dan kadang@kadang terjadi konjunctivitis. Keadaan ini sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan serius karena dapat menyebabkan kematian (CDC 2006).

+, '&1"1),2 *$%*( /'$%,-,(!2, ,&*2

(29)

Menurut Malole (1988), terdapat dua cara pendekatan dalam usaha mendiagnosis penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh virus, yaitu:

1. Virus atau antigen yang akan diidentifikasi direaksikan dengan beberapa macam antibodi yang telah diketahui identitasnya, misalnya antibodi X, Y, dan Z. Bila terjadi reaksi antara virus dengan antibodi Y maka berarti virus tersebut adalah virus Y. Virus tersebut dapat berasal langsung dari hewan yang sakit atau dari biakan suatu media.

2. Sebaliknya bila ingin diketahui jenis antibodi yang terdapat dalam suatu serum maka serum tersebut direaksikan dengan beberapa macam virus yang telah diketahui identitasnya. Serum yang digunakan di sini berasal dari hewan yang telah diinfeksi oleh virus secara alamiah atau buatan.

Uji serologi yang sering digunakan salah satunya adalah Uji Hemaglutinasi

( / HA Test) dan Uji Penghambatan Hemaglutinasi

( / HI Test). Uji ini digunakan karena relatif

murah dan spesifik.

Selain untuk identifikasi virus, Uji HI dapat juga dipakai untuk menentukan banyaknya antibodi yang terkandung dalam serum yang erat kaitannya dengan tingkat kekebalan seekor hewan terhadap virus tertentu. Pada Uji HI untuk tujuan pengukuran titer antibodi, digunakan virus dan antibodi yang homolog. Penghitungan titer antibodi dilakukan pada pengenceran tertinggi di mana antibodi masih bisa menghambat hemaglutinasi yang dilakukan oleh virus (Peacock & Tomar 1980).

*&5', 6,/'#,1"1),

(30)

sebagai bagian dari biologi lingkungan, berusaha menggabungkan berbagai faktor menjadi satu kesatuan (Fenner . 1995).

Sudardjat (2004) menyatakan bahwa survei epidemiologi adalah suatu pengamatan dan penyidikan (investigasi) terhadap populasi hewan yang berada dalam suatu wilayah tertentu. Kegiatan survei dilakukan berdasarkan pengamatan dan penyidikan klinik, patologik, serologik, dan mikrobiologik, serta mengenai lingkungan hewan dan lingkungan secara keseluruhan. Kegunaan survei epidemiologi salah satunya adalah untuk mengetahui prevalensi suatu penyakit yang diperkirakan sedang mewabah.

(31)

Penelitian ini berlangsung selama enam bulan, yaitu selama bulan Agustus 2006@Januari 2007. Pengambilan sampel darah dilakukan di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Penghitungan titer antibodi terhadap virus AI dilakukan di Bagian Mikrobiologi Medik, Departemen Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

!0!$

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah serum yang diperoleh dari unggas yang belum divaksinasi milik masyarakat di Desa Pasawahan, antigen AI H5N1 dari Balai Penelitian Veteriner Bogor, suspensi sel darah merah yang diperoleh dari ayam sehat yang dipelihara oleh Bagian Mikrobiologi Medik di Kandang Penelitian Ladang Terpadu FKH IPB, dan Larutan PBS"# $ % &.

"!%

Peralatan yang digunakan berupa tabung mikro, spoit 3 mL, kapas beralkohol, kapas kering, spidol tahan air, sarung tangan, masker, label nama, , , kartu kendali, dan kuisioner peternak. Sedangkan untuk uji di laboratorium dibutuhkan pipet mikro dan

.

'%1/' '$'",%,!$

Penelitian ini merupakan kegiatan observasional, dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode atau dengan pertimbangan tertentu, yaitu unggas belum pernah divaksinasi dan lokasi di Kecamatan Cicurug yang pernah terjadi kasus AI pada unggas, yaitu salah satunya adalah Desa Pasawahan.

(32)

untuk menjaga agar sampel tidak rusak. Setelah sampai di laboratorium, disimpan pada suhu 4oC selama satu malam untuk mendapatkan serum. Serum ini akan digunakan dalam Uji Penghambatan Aglutinasi (HI test).

Kuisioner sebanyak 17 eksemplar diberikan secara acak pada saat pengambilan sampel kepada peternak dengan tujuan untuk mengetahui profil secara umum peternakan di daerah tersebut.

5!"*!2, %,%'& !$%,41/, %'&0!/!6

Titer antibodi ayam terhadap virus AI dilakukan dengan uji Penghambatan Aglutinasi/Haemaglutination Inhibition test (HI Test) mikrotitrasi metode β (Soejoedono . 2005).

'$3,!6!$ +,

Uji mikrotitrasi menggunakan

Virus standar 4 HAU/0,025 mL yang diperoleh dari pengenceran stok virus.

Sel darah merah ayam 0,5%

Darah utuh (' !) ditambahkan antikoagulan Natrium Sitrat 0,38% disentrifugasi pada 1500 rpm (PLC Series®) selama 10@15 menit. Supernatan dibuang, sedangkan endapan yang merupakan sel darah merah dicuci/dibilas dengan larutan PBS pada tempat yang sama, kemudian disentrifugasi kembali. Pencucian dilakukan sebanyak tiga kali. Hasilnya akan didapatkan sel darah merah dengan konsentrasi 100%, kemudian dilakukan pengenceran dengan menambahkan larutan PBS secara bertingkat hingga didapatkan sel darah merah 0,5%.

+, #'%1/'ββββ

Uji HI yang dilakukan adalah dengan metode Beta (β). Pada uji ini digunakan virus yang tetap dan serum yang diencerkan dengan prosedur sebagai berikut:

Virus standar 4 HAU/0,025 mL sebanyak 0,025 mL dimasukkan ke dalam

masing@masing sumur (( ).

(33)

Hasil uji positif digoyang kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit.

Kemudian suspensi sel darah merah 0,5% sebanyak 0,025 mL ditambahkan ke dalam setiap sumur.

diinkubasi kembali pada suhu ruang.

Dilakukan pembacaan hasil apabila eritrosit pada sumur kontrol telah mengendap.

Rataan titer antibodi dihitung dengan menggunakan (GMT) menggunakan rumus:

Log2GMT = (Log2t1)(S1) + (Log2t2)(S2) + ... + (Log2tn)(Sn)

N Keterangan : N = Jumlah contoh serum yang diamati

t = Titer antibodi pada pengenceran tertinggi (yang masih dapat menghambat aglutinasi sel darah merah)

S = Jumlah contoh serum yang bertiter t n = Titer antibodi pada sampel ke@n

!#4!& 7 '2% '$))*$!(!$

*Sumber: http://www.poultry@health.com/library/serodiss/haemaggl.htm

&'5!"'$2, '&1"1),

Prevalensi serologi atau seroprevalensi dihitung dengan rumus Prevalensi serologis (P) = Jumlah hewan yang terdeteksi positif uji

Jumlah hewan yang beresiko

(34)

!2," +, '$)0!#4!%!$ )"*%,$!2,

Sebanyak 72 dari 236 sampel atau sekitar 30,51% menunjukkan adanya antibodi terhadap AI. Unggas@unggas tersebut belum pernah divaksinasi, sehingga hasil positif ini menunjukkan bahwa hewan pernah terpapar oleh virus

(AI) subtipe H5 secara alamiah. Tingginya tingkat paparan ini kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya alamiah antara desa Pasawahan dengan daerah di sekitarnya, karena daerah@daerah di Kabupaten Sukabumi pernah terjadi kasus AI. Kondisi ini memudahkan terjadinya lalu lintas ternak unggas dari satu tempat ke tempat lainnya yang dapat berpotensi memperluas penyebaran penyakit AI.

Antibodi yang terbentuk dalam tubuh hewan bereaksi terhadap antigen hemaglutinin yang terdapat pada permukaan luar virus. Menurut Goodsell (2006), hemaglutinin berfungsi untuk menginisiasi mekanisme infeksi yang dilakukan oleh virus terhadap sel target. Kemampuan ini juga berlaku terhadap sel darah merah (eritrosit) sehingga dapat menyebabkan aglutinasi. Antibodi yang dihasilkan merupakan manifestasi dari mekanisme imunologis yang bertujuan untuk menginaktifkan virus atau mengurangi jumlah virus yang masih virulen sampai batas ambang tertentu sehingga tidak berbahaya lagi bagi tubuh hewan. Antibodi terdapat dalam berbagai cairan tubuh, namun konsentrasi paling tinggi dan mudah diperoleh dalam jumlah banyak untuk dianalisis adalah dalam serum (Tizard 1988).

(35)

Positif Terhadap AI Negatif Terhadap AI

RW I 48 18 (37,5%) 30 (62,5%)

RW II 51 16 (31,37%) 35 (68,63%)

RW III 90 30 (33,33%) 60 (66,67%)

RW VI 47 8 (17,02%) 39 (82,98%)

Berdasarkan jenis unggas, hasil positif ditunjukkan oleh ayam sebanyak 64 sampel atau 27,12%, entok sebanyak 5 sampel atau 2,12 %, dan angsa sebanyak 3 sampel atau 1,27%. Infeksi virus AI pada entok dan angsa tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti sebagaimana yang terjadi pada unggas@unggas liar. Hal ini disebabkan karena entok ataupun angsa hanya mempunyai sedikit enzim atau protein yang berfungsi untuk memecah prekursor hemaglutinin yang inaktif menjadi bentuk aktifnya. Bentuk aktif inilah yang kemudian menginisiasi mekanisme infeksi terhadap tubuh inang (Anonim 2006a). Di dalam ensiklopedia bebas Wikipedia disebutkan bahwa enzim ini tergolong ke dalam enzim proteolisis atau protease (Anonim 2007). Unggas air (entok dan angsa) berbeda dengan unggas lainnya, misalnya pada ayam, jumlah enzim proteolisis pada unggas air tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan ayam sehingga paparan virus AI akan menyebabkan timbulnya gejala klinis yang cukup berarti pada ayam, bahkan mungkin sekali menyebabkan kematian.

Tabel 2 Hasil uji HI serum terhadap antigen H5N1 berdasarkan jenis unggas Hasil Uji

Jenis Unggas Jumlah Sampel

Positif Terhadap AI Negatif Terhadap AI

Ayam 224 64 (28,57%) 160 (71,43%)

Entok 9 5 (55,56%) 4 (44,44%)

Angsa 3 3 (100%) 0 (0%)

[image:35.612.125.503.108.224.2] [image:35.612.130.503.556.654.2]
(36)

sebagai petani ataupun buruh tani (Anonim 2006b). Hal ini berdampak pada sistem pemeliharaan yang ekstensif atau usaha peternakan tidak dikembangkan secara maksimal. Cara pemeliharaan ini terkait dengan tingkat pendidikan warga yang rata@rata masih rendah. Sebagian besar peternak mempunyai tingkat pendidikan SD (83,33%) yang berkorelasi positif dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan unggas. Sistem pemeliharaan yang ekstensif memberi kontribusi positif terhadap penyebaran virus AI karena unggas@unggas peliharaan yang berkeliaran dapat dengan mudah kontak satu sama lain, walaupun ada beberapa peternak yang memelihara unggasnya dalam kandang tertutup (37,5%). Jika unggas yang terinfeksi berkontak dengan hewan lain yang peka, akan dapat menimbulkan akibat yang fatal. Demikian halnya dengan kebersihan tempat makan dan minum. Sebagian besar peternak membersihkan tempat makan dan minum hanya seminggu sekali (62,5%). Ini dapat menjadi media penyebaran virus AI. Kegiatan membersihkan pekarangan yang yang hanya dilakukan 3 hari (40%) dan seminggu sekali (60%) serta penanganan kotoran ternak secara ! (62,5%) juga dapat menjadi sumber penularan virus. Kontak antara hewan dapat terjadi secara langsung, antara lain melalui saliva, sekreta hidung, feces dan darah unggas ataupun kontak tidak langsung melalui kotoran ataupun makanan dan minuman yang terkontaminasi (Anonim 2007)

Kesadaran peternak akan kesehatan ternak cukup baik. Hal ini terlihat dari vaksinasi AI yang pernah dilakukan (80%) dan pelaporan kepada petugas dinas jika ada ternak yang sakit (77,78%). Selain itu, jika ada kematian mendadak, peternak melaporkan kejadian tersebut kepada petugas dinas untuk kemudian diberi tindak lanjut (77,78%). Peternak yang tidak melapor melakukan tindakan penguburan bagi ternaknya yang mengalami kematian (100%). Namun demikian, kegiatan vaksinasi dan pelaporan kepada petugas dinas harus terus dilaksanakan karena masih ada peternak yang belum pernah melakukan vaksinasi terhadap unggas peliharaannya ataupun tidak melaporkan jika ada unggas yang sakit. Hal ini berguna untuk mengurangi resiko terjadinya wabah pada desa tersebut.

(37)

dalam kondisi fisik yang rentan. Selain itu, tidak adanya penanganan atau pengendalian khusus terhadap orang atau barang yang hendak memasuki area peternakan juga dapat memperbesar peluang penyebaran virus AI secara pasif. Meskipun sejauh ini belum pernah ada kasus kematian unggas yang disebabkan oleh virus AI, namun tetap dibutuhkan perhatian dan penanganan yang serius dari para peternak dalam menjaga dan melindungi kesehatan ternaknya.

,%'& $%,41/, !/! '%,!6 !'&!0

Gambar 1 Histogram titer antibodi sampel serum RW I

[image:37.612.149.492.302.456.2] [image:37.612.147.492.500.655.2]
(38)

Gambar 3 Histogram titer antibodi sampel serum RW III

Gambar 4 Histogram titer antibodi sampel serum RW VI

[image:38.612.143.499.92.249.2] [image:38.612.142.500.292.449.2]
(39)

antibodi ini berkaitan erat dengan respon pembentukan antibodi pada tiap individu. Respon dalam membentuk antibodi sifatnya individual dan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kondisi kesehatan hewan secara umum, genetik, umur, asupan nutrisi dari pakan, stress, kondisi lingkungan, dan cara pemeliharaan (White & Fenner 2006).

Secara keseluruhan, sampel serum menunjukkan hasil positif sebanyak 72 sampel atau 30,51% dengan GMT sebesar 1,72. Nilai ini sangat kecil dan jauh dari nilai titer antibodi yang protektif yaitu ≥ 24(≥ 16). Hal ini disebabkan antara lain oleh besarnya proporsi sampel yang menunjukkan hasil negatif dan rendahnya rataan nilai titer antibodi dari sampel yang menunjukkan hasil positif. Hanya 21 sampel atau sekitar 8,90% dari total keseluruhan yang mempunyai titer antibodi protektif. Unggas yang mempunyai titer antibodi protektif ini umumnya dapat bertahan menghadapi infeksi yang diakibatkan oleh virus AI.

Adanya antibodi dalam serum menunjukkan bahwa virus mungkin masih ada dalam tubuh sehingga keberadaan antibodi berfungsi untuk melawan infeksi, atau kemungkinan juga virus sudah tidak ada lagi tubuh karena sudah tereliminasi oleh antibodi. Rendahnya titer antibodi (21, 22, 23) menunjukkan derajat infeksi ringan karena hewan baru saja terinfeksi. Pada awal infeksi jumlah virus sedikit sehingga hewan tidak mampu memproduksi antibodi dalam jumlah yang cukup tinggi. Jika infeksi baru saja terjadi atau belum berjalan lama, maka antibodi yang terdeteksi dalam serum jumlahnya masih sedikit sehingga pada hasil uji HI menunjukkan tingkat titrasi (pengenceran) yang rendah. Semakin lama hewan terpapar dengan virus, maka akan semakin banyak jumlah antibodi yang terdeteksi dalam serum sehingga pada hasil uji HI akan menunjukkan tingkat titrasi yang tinggi dalam jangka waktu tertentu.

(40)

diidentifikasi dengan teknik molekuler (PCR) (Suwarno . 2006).

(41)

AI subtipe H5 secara alamiah yang dibuktikan dengan adanya sejumlah unggas (30,51%) yang mempunyai antibodi terhadap virus AI subtipe H5.

(42)

Alfons MPW. 2005. Pengaruh Berbagai Metode Dan Dosis Terhadap Efikasi Vaksin Avian Influenza (AI) Inaktif. [Skripsi]. Bogor: FKH IPB

Anonim. 2006a. Avian Influenza: Coming together to Tackle and Shared Problem. ) * !Vol. 159 No. 21: 690@691

. 2006b. Profil Desa/Kelurahan Pasawahan. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sukabumi.

. 2007. Influenza A virus subtype H5N1. http: // en.wikipedia.org/ wiki /H5N1 [23 Januari 2007]

Beard CW, Hanson RP. 1984. New Castle Disease in Disease of Poultry diacu dalam Amanu S, Rohi OK. 2005. Studi Serologis Dengan Uji Hambatan Aglutinasi Terhadap Angsa Yang Dapat Bertindak Sebagai Pembawa New Castle Disease Di D.I Yogyakarta.+ % ) Vol. 23 No. 1: 8@ 12

[CDC] The Centers for Disease Control and Prevention. 2006. Avian Influenza Infection in Humans. http://www.cdc.gov/flu/avian/gen@info/avian@flu@ humans.htm. [19 Juni 2006]

Cross GM. 1985. Avian Influenza in the United States and Exotic Disease Planning in Australia. Di dalam: Della@Porta AJ, editor. ) )

, - % % ./ ! 0 # .

Australia: Academic Press Australia

Dirjen Peternakan. 2005. $ ! , 1 $ "

&. Jakarta: Dirjen Peternakan Departemen Pertanian

Fadilah R, Iswandari, Polana A. 2007. $ ( $ 1 $ .

Jakarta: PT AgroMedia Pustaka

Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Rott R, Studdert MJ, White DO. 1995.

) ) "/! 2 ! &. Semarang: IKIP Semarang Press.

Terjemahan dari Veterinary Virology.

Goodsell DS. 2006. Hemaglutinin. http ://www .pdb. org/ pdb/ static.do?p= education_ discussion / molecule _ of _ the _ month /pdb76 _ 1. html [23 Januari 2007]

(43)

Murphy FA, Gibbs EPJ, Horzinek MC, Studdert MJ. 2006. ) ) " ! /! &. California: Academic Press

[OIE] Office International dez Epizooties. 2005a. Highly Pathogenic Avian Influenza in Indonesia. http:// www.oie.int/ eng/ info/ hebdo/AIS_76.HTM#Sec5. [9 September 2006]

. 2005b. Old Classification of Diseases Notifiable to the OIE. http:// www.oie.int/eng/ maladies/en_OldClassification.htm. [9 September 2006]

Peacock JE, Tomar RH. 1980. . London:

Henry Kimpton Publishers

Rahardjo Y. 2004. 3 # 3 # ! !

# 3 2 . Jakarta: PT Gallus

Indonesia Utama

Rott R, Klenk HD. 1985. Virus Determined Differences in the Pathogenicity of Avian Influenza Viruses. Di dalam: Della@Porta AJ, editor.) )

, - % % ./ ! 0 # .

Australia: Academic Press Australia

Soeharsono. 2002. 4 # ! ' .

Yogyakarta: Kanisius

Soejoedono RD, Sunartatie T, Murtini S, Poetri ON. 2005. Penuntun Praktikum Penyakit Infeksius PHK 401. Bogor: FKH IPB

Soejoedono RD, Handharyani E. 2005.1 $ . Depok: Penebar Swadaya

Sudardjat S. 1992. / ! ) . Jakarta: Direktorat Bina

Kesehatan Hewan Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian

2004. / ! 5 / ) . Jakarta: Yayasan

Agribisnis Indonesia Mandiri

Suwarno, Rahardjo AP, Fauziah, Srihanto EA. 2006. Karakteristik Virus Avian Influenza dengan Uji Serologik dan Reverse Transcriptase@Polymerase Chain Reaction. ! 2 ! ' Vol 22. No. 2:68@135

(44)

White DO, Fenner FJ. 2006. ! ) . USA: Academic Press

[WHO] World Health Organization. 2007a. Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian Influenza A/(H5N1) Reported to WHO. http:// www.who.int/csr/disease/avian_influenza/country/cases_table_2007_02_19/ en/index.html [ 24 Febuari 2007]

(45)

Nama Enumerator:...

I. KARAKTERISTIK PETERNAK RESPONDEN

1. Nama Peternak :... 2. Umur :... 3. Pendidikan Formal

SD/Sederajat :...tahun SLTP/Sederajat :...tahun SLTA/Sederajat :...tahun Perguruan Tinggi/Sederajat :...tahun 4. Alamat Peternak

•Desa/Kelurahan :... •Kecamatan :... •Kabupaten/Kota :... •Propinsi :... 5. Jenis dan jumlah ternak unggas yang dipelihara (jawaban dapat lebih dari satu)

•Ayam buras :...ekor •Itik :...ekor •Burung :...ekor •Angsa :...ekor •Lain@lain, sebutkan jenis dan jumlahnya:

... ... 6. Tujuan dalam budidaya ternak unggas

•Usaha pokok •Usaha sambilan •Lain@lain,

Sebutkan:... 7. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya ternak unggas (bangunan kandang

dan halaman umbaran) = ...m2

8. Apakah ternak unggas yang Saudara pelihara pernah mengalami kasus kematian karena penyakit Flu Burung/AI?

Pernah, sebutkan waktunya

(46)

10. Darimana Saudara tahu bahwa kematian ternak tersebut disebabkan penyakit Flu Burung/AI?

Petugas Dinas

Dokter Hewan Poskeswan Sesama Peternak

Lain@lain

Sebutkan:... 11. Apakah hingga saat ini kasus tersebut masih terjadi di desa Saudara?

Ya, sebutkan waktunya : Bulan... Tahun... Tidak

12. Apakah pernah dilakukan vaksinasi Flu Burung/AI terhadap ternak saudara? Ya

Tidak, sebutkan

alasannya:... ... ... ( !$)2*$) (' 6'&%!$3!!$ $17 8)

13. Jika ya, sudah berapa kali vaksinasi dilakukan? Satu kali

Dua kali Tiga kali

Lebih dari tiga kali

14. Siapa yang melakukan vaksinasi tersebut? Petugas Dinas

Dokter Hewan Poskeswan Vaksinasi sendiri

Lain@lain,

Sebutkan:... 15. Bagaimana sistem pemeliharaan ternak unggas yang Saudara lakukan?

Unggas selalu berada dalam kandang tertutup

Unggas dipelihara dalam kandang yang dilengkapi dengan tempat umbaran berpagar

Unggas dibiarkan berkeliaran bebas di pekarangan rumah yang berpagar Unggas dibiarkan berkeliaran bebas di dalam dan di luar pekarangan rumah

Lain@lain

Sebutkan:... 16. Untuk melindungi ternak Saudara dari penularan penyakit, apakah ada

(47)

tersebut 1) ... 2) ... 3) ... 4) ... 5) ... 18. Cara yang biasa Saudara lakukan untuk menjaga kebersihan tempat pakan

ternak

Mencuci tempat pakan ternak setiap hari

Mencuci tempat pakan ternak setiap 3 hari sekali Mencuci tempat pakan ternak seminggu sekali

Lain@lain, sebutkan:... 19. Cara yang biasa Saudara lakukan untuk menjaga kebersihan tempat minum

ternak

Mencuci tempat minum ternak setiap hari

Mencuci tempat minum ternak setiap 3 hari sekali Mencuci tempat minum ternak seminggu sekali

Lain@lain, sebutkan:... 20. Cara yang biasa Saudara lakukan untuk menjaga kebersihan

halaman/pekarangan kandang

Membersihkan/menyapu setiap hari Membersihkan/menyapu tiga hari sekali Membersihkan/menyapu seminggu sekali

Lain@lain, sebutkan:... 21. Cara yang biasa Saudara lakukan dalam menangani kotoran ternak

Ditimbun di atas permukaan tanah ( ! ) Ditimbun pada lubang tanah (tertutup/terbuka*pilih salah satu) Disimpan dalam karung tertutup

Lain@lain, sebutkan:... 22. Apakah saudara biasa melaporkan ke petugas dinas/KCD setempat jika ternak

saudara terserang penyakit? Ya

Tidak, sebutkan alasannya... !$)2*$) (' 6'&%!$3!!$ 17

23. Jika ya, bagaimana menurut saudara respon/tanggapan petugas dinas/KCD setempat terhadap laporan Saudara?

(48)

Menjual ternak yang sakit Memotong ternak yang sakit

Segera memisahkan ternak yang sakit dari yang sehat untuk dibeeikan pengobatan

Lain@lain,

Sebutkan:... 25. Apakah Saudara biasa melaporkan ke petugas Dinas/KCD/Poskeswan

setempat jika ternak Saudara mengalami kematian mendadak? Ya

Tidak

26. Jika tidak, tindakan apa yang biasa Saudara lakukan untuk menangani bangkai ternak tersebut?

Mengubur bangkai ternak Membakar bangkai ternak

Membuang bangkai ternak ke sungai terdekat Lain@lain,

Sebutkan:... 27. Jika Saudara melakukan pembelian ternak baru, tindakan apa yang biasa

Saudara lakukan?

Langsung menempatkan ternak tersebut berdekatan dengan ternak lama Menempatkan ternak baru secara tertutup dan terpisah dari ternak lama (tanpa kontak) selama kurang lebih 2 minggu

Lain@lain,

(49)

SLTP/sederajat: ; ; :

SLTA/sederajat: :

PT/sederajat: :

Ayam buras:;ekor/RT Itik : ekor/RT (2

RT) Burung : @ 2. Jenis dan jumlah ternak unggas yang

dipelihara

Angsa : ekor/RT (1 RT) Usaha pokok:< <:

3. Tujuan dalam budidaya ternak unggas

Usaha sambilan:< < :

4. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya ternak unggas

= 8 #

Pernah: :

5. Adanya kasus kematian akibat infeksi virus AI pada unggas peternak

Tidak pernah: :

Divaksin :9 :

6. Vaksinasi pada ternak yang dimiliki

Tidak: :

Satu kali:9 :

Dua kali: :

Tiga kali: :

7. Vaksinasi dilakukan

Lebih dari tiga kali: :

Petugas Dinas: :

Dokter Hewan Poskeswan: :

8. Pelaksana vaksinasi

Vaksinasi sendiri: :

Unggas selalu berada dalam kandang tertutup:

8:

Unggas dipelihara dalam kandang yang dilengkapi dengan tempat umbaran berpagar: 8:

9. Sistem pemeliharaan ternak unggas

(50)

dalam dan di luar pekarangan rumah:

8:

Ada: :

10. Tindakan pengendalian khusus bagi setiap orang/barang yang memasuki area peternakan untuk melindungi ternak terhadap penularan penyakit

Tidak ada: :

Mencuci tempat pakan ternak setiap hari: :

Mencuci tempat pakan ternak setiap 3 hari sekali: 8:

Mencuci tempat pakan ternak seminggu sekali:

; 8:

11. Cara menjaga kebersihan tempat pakan ternak

Lain@lain: 8:

Mencuci tempat minum ternak setiap hari: :

Mencuci tempat minum ternak setiap 3 hari sekali: 8:

Mencuci tempat minum ternak seminggu sekali:; 8:

12. Cara menjaga kebersihan tempat minum ternak

Lain@lain: 8:

Membersihkan/menyapu setiap hari: :

Membersihkan/menyapu tiga hari sekali: :

13. Cara yang biasa Saudara lakukan untuk menjaga kebersihan halaman/pekarangan kandang

Membersihkan/menyapu seminggu sekali:; :

Ditimbun di atas permukaan tanah (

! ):; 8:

Ditimbun pada lubang tanah : :

Disimpan dalam karung tertutup: 8:

14. Cara menangani kotoran ternak

Lain@lain: 8:

Melapor: 9:

15. Laporan peternak ke petugas

(51)

Lambat: :

peternak

Sangat lambat: :

Menjual ternak yang sakit Memotong ternak yang sakit

Segera memisahkan ternak yang sakit dari yang sehat untuk diberikan

pengobatan:8 :

17. Tindakan yang biasa dilakukan untuk mengatasi ternak yang sakit jika tidak dilaporkan ke petugas

Lain@lain:8 :

Melapor: 9:

18. Peternak yang melapor ke petugas dinas jika ada kematian mendadak

Tidak melapor: :

Mengubur bangkai ternak: :

Membakar bangkai ternak

Membuang bangkai ternak ke sungai terdekat 19. Tindakan yang biasa dilakukan untuk

menangani bangkai ternak jika tidak dilaporkan ke petugas

Lain@lain

Langsung menempatkan ternak tersebut

berdekatan dengan ternak

lama: :

Menempatkan ternak baru secara tertutup dan terpisah dari ternak lama (tanpa kontak) selama kurang lebih 2 minggu 20. Tindakan yang biasa dilakukan jika

ada ternak baru

(52)

Gambar

Tabel�1��Hasil�uji�HI�serum�unggas�terhadap�antigen�H5N1�pada�empat�RW�di��Desa�Pasawahan�
Gambar�1��Histogram�titer�antibodi�sampel�serum�RW�I��
Gambar�3��Histogram�titer�antibodi�sampel�serum�RW�III�

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini difokuskan kepada bagaimana sebenarnya upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah dalam menyelesaikan konflik sosial di daerahnya

Dalam stability of consociational settlement yang akan disinggung dalam pembahasan konflik di Irlandia Utara ini meliputi agenda kebijakan politik dan kebijakan

Pergeseran ini terjadi karena pengaruh tiga faktor: pertama, adanya penguatan koalisi negara berkembang terutama paska dimulainya perundingan Doha sebagai bagian dari

Dari Gambar 7, dapat kita lihat bahwa semakin meningkatnya kadar Fly Ash pada benda uji berpengaruh terhadap meningkatnya nilai Specific Gravity (Gs) pada tanah,

Elaine England dan Andy Finney (2011:2) mengatakan multimedia interaktif adalah sebuah integrasi dari media digital yang meliputi dari kombinasi teks elektronik, grafik,

Analisis dari tabel diatas yaitu, semakin besar ukuran perusahaan akan lebih untuk mendapatkan hutang dalam jumlah yang lebih besar dengan cost of debt yang lebih rendah,

Hasil regresi terhadap hipotesa 3 yakni untuk menguji pengaruh variabel desentralisasi fiskal bidang kesehatan, PDRB per kapita, jumlah tenaga medis dan jumlah tempat