• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I KONSEP DASAR PROFESI KEPENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I KONSEP DASAR PROFESI KEPENDIDIKAN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Propesi Pendidikan

Propesi Pendidikan

BUKU

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

OLEH :

David Sigalingging

57573/ 2010

OLEH :

(2)

BAB I

KONSEP DASAR PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Pendahuluan

Derasnya arus infomasi di era globalisasi ini menuntut semua lapisan kehidupan untuk mengembangkan segala diensinya baik itu dibidang pengetahuan, nilai dan sikap, maupun keterampilan. Perkembangan dimensi manuasia dapat dilakukan melalui pendidikan seperti kemampuan intelektual, kecerdasan mengendalikan emosi, dan memiliki kreatifitas yang tinggi. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis untuk memperiapan generasi muda yang memiliki kebudayaan, kecerdasan emosional yang tinggi dan meguasai mega skill yang mantap.

Menurut Michael J. Marquard, 1996 (dalam buku Mohd. Surya 1997) menjelang abad 21 ada beberapa perubahan yang akan membawa pengaruh terhadap dunia pendidikan, antara lain ini telah dirasakan adanya perubahan dalam:

1. Lingkungan ekonomi dan social, 2. Lingkungan kerja,

3. Harapan konsumen dan pelanggan, dan 4. harapan pekerja.

Menurut Mekagiansar (1996) memsuki abad 21 pendidikan akan mengalami perubahan paradigma:

1. Belajar terminal ke belajar sepanjang hayat

2. Dari belajar yang berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistic

3. Dari ciri hubungan guru dan murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan

4. Dari pengajaran yang menekan pengetahuan skolastik ke kesimpangan focus pendidikan nilai

5. Dari kampanye buta aksara ke kampenye melawan buta teknologi, budaya dan computer.

6. Dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan tim kerja’ 7. Dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama

B. Penyajian

1. Hakekat Profesi Kependidikan

(3)

kependidikan. Peraturan pemerintah No. 38/1992 pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah :

Ayat 1 : Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdi diri secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan.

Ayat 2 : Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas membimbing, mengajar dan atau melatih peserta didik.

Ayat 3 : Tenaga pembimbing adalah yenaga pendidik yang bertugas membimbing peserta didik.

Ayat 4 : Tenaga pengajar adalah pendidik yang bertugas utama mengajar peserta didik

Ayat 5 : Tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang bertugas utama melatih peserta didik

Pasal 3

Peraturan pemerintah No. 38/1992 menjelaskan tentang jenis tenaga kependidikan, terdiri atas :

Ayat 1 : Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik,pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembnagan di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar penguji.

Ayat 2 : Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih. Ayat 3 : Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah direktur,

rector.

2. Harapan dan Tantangan Profesi Tenaga Kependidikan

Salah satu ciri profesi adalah kontrol yang ketat atas para anggotanya. Suatu profesi ada dan diakui masyarakat karena ada usaha dari orang-orangnya untuk menghimpun diri. Lewat organisasi itu, profesi dilindungi dan kemungkinan penyalahgunaan yang bisa membahayakan keutuhan dan wibawa profesi itu. Kode etik pun disusun dan disepakati oleh para anggotanya.

(4)

mengajar/keguruan sebagai “semi profesional”. Kriteria profesi boleh saja diurutkan satu persatu, tetapi percuma. Keguruan tetap saja begini, dianggap profesi antara ada dan tiada. Disebut ada, memang ada, terbukti dari adanya kegiatan belajar mengajar dan ada jutaan guru. Dikatakan tiada, bisa juga, karena profesi ini tidak jelas defenisinya.

Profesi dalam dirinya mengandung pengertian penyerahan, pengabdian penuh pada suatu jenis pekerjaan yang mengimplikasikan tanggung jawab pada diri sendiri, orang lain dan profesi. Seorang profesional bukan hannya berkerja, melainkan ia tahu mengapa dan untuk apa ia berkerja serta tanggung jawab apa yang melekat dalam pekerjaannya. Jadi ia tidak boleh semaunya dalam berkerja.

Guru pada jenjang kebawahlah sering menjadi sorotan. Pada mereka, mengajar sebagai suatu kegiatan profesional masih dipertanyakan kebenarannya. Kini situasinya memang sudah lebih baik sehubungan dilakukannya secara ketat sertifikat mengajar yang hanya membolehkan orang-orang berwenang untuk berdiri di muka kelas.

Ada beberapa hal yang menyebabkan profesi mengajar / keguruan / kependidikan suit mengapai posisi tangguh dan terhormat.

a. Sulit sekali didefinisikan apa sesungguhnya profesi mengajar itu dan apa bidang garapannya yang khas, serta tingkat keahian yang bagaimana yang dituntut.

b. Sejarah mengajar dan guru memang kabur. Dulu siapa saja boleh mengajar dengan tingkat pendidikan apa pun asal bias tulis baca, dan sekarang sudah ada pembatasannya.

c. Penambahan guru secara besar-besaran membuat sulitnya standar mutu guru dikontrol dan dijaga

d. PGRI cenderung bergerak di “pertengahan” antara pemerintah dan guru-guru. e. Tuntutan masyarakat terus meningkat dan berubah membuat guru makin

tertantang.

(5)

Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Istilah profesi, menurut Everest Hughes (dalam Piet A Sahartian, 1994) merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri. Hoyle, (dalam Dedi supriadi, 1997) merupakan salah satu versi tentang ciri-ciri pkok suatu profesi walaupun tidak sepenuhnya dapat sesuai dengan kebutuhan, dan kondisi kita yaitu:

1. Fungsi signifikan sosial; suatu profesi merupakan suatu pekerjaan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang benar.

2. Keterampilan; untuk mewujudkan fungsi ini dituntut derajat keterampilan tertentu. 3. Proses pemrolehan ketrampilan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin, melainkan sifat pemecahan masalah atau penanganan situasi krisis yang menuntut pemecahan.

4. Batang tubuh ilmu; suatu profesi didasarkan pada suatu disiplin ilmu yang jelas, sistematis dan ekplisit.

5. Masa pendidikan; upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan keterampilan-keterampilan tersebut membutuhkan masa latihan yang sama, bertahun-tahun, dan tidak cukup hanya beberapa minggu atau bulan. Hal ini dilakukan sampai tingkat perguruan tinggi.

6. Sosialisasi nilai-nilai profesional; proses pendidikan tersebut juga merupakan wahana untuk sosialisasi nilai-nilai profesional dikalangan para siswa/mahasiswa. 7. Kode etik; dalam memberikan pelayanan kepada client, seorang profesional berpegang teguh kepada kode etik yang pelaksanaannya dikontrol oleh organisasi profesi. Setiap pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.

8. Kebebasan untuk memberikan judgment-nya; anggota suatu profesi mempunyai suatu kebebasan untuk menetapkan judgment-nya sendiri dalam menghadapi atau memecahkan sesuatu dalam lingkup kerjanya.

9. Tanggung jawab profesional dan otonomi; komitmen suatu profesi adalah klien dan masyarakat. Tanggung jawab profesi harus diabdikan kepada mereka. Oleh karena itu, praktek profesional itu otonom dari campur tangan pihak luar.

10. Sebagai imbalan dari pendidikan dan latihan yang lama, komitmennya dan seluruh jasa yang diberikan kepada klien, maka seorang profesional mempunyai prestise yang tinggi dimata masyarakat dan imbalan yang layak.

(6)

upaya pendidikan, Ronan Brandt dalam tajuk rencana Education Leadership maret lalu mencatat :”hamper semua usaha reformasi dibidang pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru pada akhirnya tergantung kepada guru (Dedi Supriadi, 75:1997).

D. Ciri-ciri Guru professional

Kesadaran akan perlunya peningkatan profesionalisme berlangsung dalam berbagai bidang pekerjaan. Banyak orang menganggap begitu pentingnya profesionalisme. Tetapi begitu dijabarkan secara operasional kedalam langkah-langkahyang nyata dalam apa dan bagaimananya, tidak gampang, banyak kendala yang dihadapi, mulai pengertian profesionalisme itu sendiri sampai pada cara untuk meningkatkan profesionalisme itu.

Dalam bidang apapun, profesionalisme seseorang ditunjang oleh tiga hal, dan tanpa ketiga hal ini dimiliki, sulit seseorang mewujudkan profesionalismenya , yaitu: keahlian, komitmen dan skiil yang relevan. Ketiga hal itu pertama-tama dikembangkan melalui pendidikan pra-jabatan, dan selanjutnya ditingkatkan melalui pengalaman dan pendidikan/latihan dalam jabatan. Karena keahliannya yang tinggi, maka seorang profesional dibayar tinggi.

Menurut jurnal (dalam Dedi Supriadi, 1998) untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal. Pertama, guru mempunyai komitmen pada murid dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen guru adalah kepada kepentingan siswanya. Kedua, guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada siswanya. Ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar murid melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam prilaku murid sampai tes hasil belajar. keempat, guru mempu bersifir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Kelima, guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

E. Profesionalisasi Guru

Usaha-usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru? Meningkatkan kualifikasi dan pelatihan mereka adalah penting, melalui pendidikan pra-jabatan maupun dalam jabatan.

(7)

pendidikan prajabatan, pendidikan dalam masa jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan. Penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatakn kualitas calon guru, imbalan, dll. Secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru. Jika demikian, maka usaha peningkatan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru, instansi yang membina guru (dalam hal ini Dinas Pendidikan atau Yayasan swasta), PGRI, dan masyarakat.

BAB II

GURU SEBAGAI PROFESI

A. Pendahuluan

(8)

keprofesionalnya, guru juga harus bisa memahami organisasi dan kode etik guru di Indonesia dan juga bisa memahami, menghayati dan mengenalkan sikap profesionalnya.

B. Materi

1. Hakekat dan martabat guru

Guru yang ideal dan profesional merupakan dambaan setiap insan pendidikan, sebab dengan guru yang profesional diharapkan pendidikan menjadi lebih berkualitas. Apabila penghargaan terhadap guru tersebut tidak memadai, Maka harapan atau idealisme di atas, bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hal ini berkaitan erat dengan penghargaan masyarakat atau negara terhadap profesi guru. Negara-negara maju memberikan penghargaan yang lebih kepada guru dibanding dengan Indonesia

2. Kompetensi guru

Inti dari pendidikan adalah interaksi antara pendidik (guru) dengan peserta didik (murid) dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan adalah komponen-komponen pendidikan yang esensial (utama). Ketiga komponen pendidikan ini membentuk suatu segitiga, yaitu jika hilang salah satu komponennya, maka akan hilang hakekat dari pendidikan itu.

Sebagai pendidik, tugas guru pada dasarnya adalah mendidik, yaitu membantu anak didik mengembangkan pribadinya, memperluas pengetahuannya, dan melatih keterampilannya dalam berbagai bidang. Untuk melaksanakan tugasnya ini dengan baik (efektif), ada sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Kemampuan yang harus dimiliki guru itulah yang dengan disebut kompetensi guru.

Bermacam-macam rumusan tentang kompetensi guru telah dikemukakan oleh para ahli. Raths (1964), mengemukakan 12 kompetensi guru yang dikembangkan oleh guru, yaitu: 10. Organizing and arranging classrum 11. Participating in school activies

(9)

Rumusan lain tentang kompetensi guru juga dikemukakan oleh para ahli. Sabertian (1994), mengemukakan enam kompetensi guru yang dikembangkan oleh California Council On Teacher Education, keenam kompetensi tersebut adalah:

1. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan belajar siswa. 2. Membimbing siswa agar mereka mengerti diri mereka sendiri.

3. Menolong siswa mengerti dan mewujudkan nilai-nilai budhaya bangsa sendiri. 4. Berpartisipasi secara efektif dalam segala kegiatan sekolah.

5. Membantu memelihara hubungan antara sekolah dan masyarakat. 6. Bekerja atas dasar tingkat profesional.

Selain dengan tiga kelompok kompetensi yang dikemukakan oleh Depdikbud, Syah (1999), juga mengemukakan tiga macam kelompok kompetensi yang harus dimiliki guru agar sukses dalam tugasnya. Ketiga macam kelompok kompetensi ini adalah:

a. Kompetensi Kognitif (kecakapan ranah cipta)

Kompetensi ranah cipta ini, menurut Syah (1999), merupakan kompetensi utama yang wajib harus dimiliki oleh setiap guru yang profesional. Keterampilan ranah cipta ini meliputi dua katagori keterampilan, yaitu :

1. Kategori pengetahuan kependidikan umum, yang meliputi ilmu pandidikan, ilmu psikologi pendidikan, administrasi pendidikan, dan bimbingan konseling dan pengetahuan kependidikan khusus, meliputi metode mengajar, metode khusus pengajaran materi tertentu dan teknik evaluasi.

2. Kategori pengetahuan bidang studi, yaitu menguasai materi-materi dari mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswanya. Penguasaan guru akan materi-materi yang akan diajarkan mutlak diperlukan. Dan seyogyanya penguasaan materi tersebut dikaitkan langsung dengan pengetahuan khusus terutama tentang metode khusus dan praktek keguruan.

b. Kompetensi Afektif (kecakapan ranah rasa)

Kompetensi ranah afektif ini, menurut syah (1999), meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertantu kepada diri sendiri dan orang lain. Sikap dan perasaan diri ini meliputi :

(10)

dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya. Sedangkan efikasi kontekstual atau efikasi mengajar adalah keyakinan guru terhadap kemampuannya sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya. Sedangkan efikasi kontekstual atau efikasi mengajar adalah keyakinan guru terhadap kemampuannya sebagai pengajar profesional dalam menyajikan materi didepan kelas dan juga dalam mendayagunakan keterbatasan ruang dan waktu serta peralatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.

3. Attitude of self-accepiance and others acceplance (sikap terhadap penerimaan diri sendiri dan orang lain). Guru yang efektif adalah guru yang mempunyai sikap penerimaan atau sikap positif terhadap diri sendiri. Dengan sikap penerimaan dan sikap positif terhadap diri sendiri, maka akan mudah bagi guru untuk bersikap positif, dan bisa memahami dan bisa menerima orang lain, khususnya anak didiknya.

c. Kompetensi Psikomotor (kecakapan ranah karsa)

Menurut Syah (1999), kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang berhubungan dengan pelaksanaan tugasnya sebagai guru. Secara garis besar, kompetensi ranah karsa ini meliputi :

1. Kecakapan fisik umum, seperti : duduk, berdiri, berjalan, berjabat tangan dan sebagainya yang berhubungan langsung dengan aktifitas mengajar.

2. Kecakapan fisik khusus, seperti : keterampilan ekspresi verbal (berbicara) dan non verbal (contohnya : menulis, memperagakan proses terjadinya sesuatu, dan memperagakan prosedur melakukan praktis tertentu sesuai dengan perjalanan verbal).

3. Organisasi Profesional Guru

a. Fungsi Organisasi Profesional Keguruan

(11)

2. Misi persatuan/organisatoris

3. Misi profesi

4. Misi kesejahteraan

b. Jenis-jenis organisasi keguruan

Disamping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah yang diakui pemerintah saat ini, ada organisasi sekolah yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat pada Departemen Pendidikan Nasional. Selain dari pada organisasi tersebut juga ada organisasi resmi di bidang pendidikan, yakni Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang saat ini mempunyai devisi-devisi, antara lain Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia (ABKIN), Himpunan Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan Sarjana Bahasa Indonesia (HSPBI) dan lain-lain.

4. Kode Etik Guru

a. Pengertian Kode Etik

Setiap profesi mempunyai kode etik, guru sebagai jabatan profesi juga mempunyai kode etik. Sama halnya dengan kata profesi, penafsiran tentang kode etik juga belum memiliki pengertian yang sama.

Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya dimasyarakat. Norma-norma tersebut memberikan petunjuk bagi anggota profesi tantang bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka tidak saja dalam melaksanakan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku mereka pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat

b. Tujuan Kode Etik

Menurut Hermawan (1989) tujuan adanya kode etik adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya. 3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.

(12)

Sanksi yang didapat oleh sesorag yang melanggar kode adalah sanksi moral yang berupa celaan dari rekan-rekannya, dan sanksi yang dianggap terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi

Kode Etik Guru Indonesia

Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa Pendidikan adalah merupakan suatu bidang Pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang –Undang Dasar 1945 . Maka Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai Guru dengan mempedomani dasar –dasar sebagai berikut :

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangun yang berjiwa Pancasila

2. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing –masing .

3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik , tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan .

4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik –baiknya bagi kepentingan anak didik

5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan .

6. Guru secara sendiri – sendiri dan atau bersama – sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesinya .

7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan .

8. Guru bersama –sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru Profesional sebagai sarana pengapdiannya.

9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang Pendidikan.

5. Sasaran Sikap Professional Guru

(13)

kepada anak didiknya, dan bahkan bagaimana cara guru berpakaian, bergaul dengan siswa, teman-temannya, serta anggota masyarakat, serta menjadi perhatian masyarakat.

Walaupun segala peilaku guru selalu diperhatikan oleh masyarakat, tetapi yang akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus prilaku guru yang berhubungan daengan profesinya. Hal ini berhubungan denga bagaimana polah tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya. Yakni sikap sikap profesional keguruan terhadap :

1. Sikap terhadap peratuan perundang-undangan

Pada butir 9 kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: Guru melakanakan segala kebijakan pemerintuah untuk bidang pendidikan.” Kebijakan pendidikan di Negara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.denga mengeluarkan ketentuan – ketentuan dan peraturan perauran yang merupakan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh apratnya.

2. Sikap terhadap orgaisasi profesi

Guru bersama – sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan agar lebih berdaya guna dan berhasil sebagai wadah untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Maka dari itu setiap orang harus memberikan waktu sebagiannya untuk kepentingan pembinaan profesinya dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga pemanfaatannya mnjadi efektif dan efisien

3. Sikap terhadap teman sejawat

Dalam ayat 7 kode etik gutu disebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social. Itu berarti guru hendaknya kerja dan hendanya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan didalam maupun diluar sekolah.

4. Sikap terhadap anak didik

Telah dijelaskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU No. 2/2989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila

5. Sikap terhadap tempat kerja

(14)

denagn orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudnya untuk membina peras serta rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan

6. Sikap terhadap pemimpin

Dalam kerja sama yang dituntut pemimpin tersebut diberikan berupaya tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan mereka.

7. Sikap terhadap pekerjaan

Kode etik 6 dituntut guru baik secara pribadi maupun secara kelompok untuk meningkatkan mutu pribadi maupun kelompok untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Profesi guru berhubungan denagn anak didik yang mempunyai persamaan dan perbedaan yang melayaninya harus memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan denagn peserta didik yang masih kecil.

BAB III

PROFESI GURU SEBAGAI JABATAN FUNGSIONAL

A. Pendahuluan

Pada bagian ini akan dibahaskan mengenai bagaimana yang dikatakan guru yang ideal dan bagaimana ciri-ciri nya? dan pada bagian ini juga akan di jelaskan tugas, tanggung jawab dan wewenang seorang guru. Disini juga kita akan memahami apakah guru itu suatu jabatan fungsional., dan kita juga akan mengetahui apakah penghargaan masyarakat terhadap guru di Indonesia.

B. Materi

1. Guru Yang Ideal

Guru yang ideal adalah guru yang menguasai kompetensinyasebagai guru. Banyak Rumusan oleh para ahli tentang kompetensi guru, misalnya (dalam Roestiyah, 1989) memberikan sepuluh rumusan tentang kompetensi guru, yaitu :

a. Menguasai bahan pelajaran

g. Menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran

h. Mengenal fungsi dan program layanan bibingan dan knseling sekolah i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

(15)

Sedangkan Pulias dan Young (1977) mengemukakan hendaknya guru dapat berperan sebagai:

a. Pembimbing (a guide) b. Guru ( a teacher)

c. Modemis, perantara antar generasi (a bridge beween generation) d. Model ( a model)

e. Peneliti ( a searcher) f. Konselor ( a counselor) g. Pencipta ( a creator)

h. Empunya kekuasaan, dalam ilmu pengetahuan (an autheory) i. Pembeli inspirasi (an inspirer of visiora)

j. Pekerjaan rutin ( a doer of routine) k. Perantara ( a breaker og camp) l. Pembawa cerita ( a story teller) m. Actor ( an actor)

n. Pembuat desain (a scene designer)

o. Pembina Masyarakat ( a buider of community) p. Peserta didik (a learner)

q. Penerima realitas ( a facer of reality) r. Pengikut (emancipator)

s. Pengevaluasi (a evaluator) t. Pengubah (a conserver)

u. Peraih cita-cita / puncak (a culmnator) v. Manusia biasa ( a person)

2. Tugas Pokok, Tanggung Jawab dan Wewenang Guru

Keputusan Menpan nomor 84/1993, Guru adalah pegawai negeri yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan dengan tugas utama mengajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak atau membimbing peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah.

3. Penghargaan Masyarakat Terhadap Guru di Indonesia

(16)

Sahertian, 1994) menunjukkan bahwa pekerjaan guru menjadi urutan pertama (31,3) diikuti jabatan perawat (27,1%) pegawai pemerintah (19,1%) pedagang (12,8%) dan ahli hukum (9,7%).

Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan di Indonesia, dimana guru atau dosen menjadi pilihan profesi terakhir setelah pekerjaan lainnya. Dari pengamatan diatas nampaknya idealisme guru tidak dapat dipisahkan dengan imbalan (gaji) penghargaan yang diperoleh guru.

(17)

PENDAHULUAN

Materi yang dibahas dalam pokok bahasan ini mencakup konsep dasar dan pentingnya wawasa bimbingan dan konseling dikuasai oleh guru. Oleh sebab itu tujuan dari pokok bahasan wawasan dan bimbingan konseling agar mahasiswa bias memahami pengertian dan tujuan bimbingan dan konseling, dan mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya bimbingan dan konseling dalam pendidikan, menjelaskan fungsi dan prinsip bimbingan dan konseling, serta menjelaskan azas-azas bimbingan dan konseling.

MATERI

A. Penegertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yan terintegrasi dalam keseluruhan proses belajar megajar. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu atau kelompok agar mereka dapat mandiri, melalui bahan, interaksi, nasehat, gagasan ,alat dan asuhan yang di dasarkan atas norma atau nilai-nilai yang berlaku. Sedangkan konseling sebagai suatu usaha memperoleh konsep diri pada individu siswa.

Konsep diri meliputi konsep tentang diri, orang lain, pendapat orang lain tentan diri, tujuan (harapan, kepercayaan diri) serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dilingkungan dan masyarakat. (prayitno, 1987).

Kegiatan bimbingan dan konseling disekolah ditetapkan adanya 4 bidang bimbingan dan konseling. Keempat biadang tersebut adalah :

1. Bidang bimbingan pribadi; membantu individu menilai kecakapan, minat bakat, dan karakteristik kepribadian diri sendiri untuk mengembangkan diri secara realistik. 2. Bidang bimbingan sosial; membantu individu menilai dan mencari alternatif

hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya atau dengan lingkungan sosial yang lebih luas.

3. Bidang bimbingan belajar; membantu individu dalam kegiatan dalam rangka mengikuti jenjang dan jalur pendidikan tertentu dan/atau dalam rangka menguasai kecakapan atau keterampilan tertentu.

(18)

Untuk melaksanakan keempat bidang tersebut ada tujuh layanan yang diberikan kepada siswa menurut prayitno antara lain :

1. Layanan orientasi

Layanan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan sekolah dan atau koponen pendidikan lainnya yang baru dimasuki siswa.

2. Layanan informasi

Layananini bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai hal yang bergunauntuk mengenal diri, dan merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai siswa, anggota keluarga dan masyarakat.

3. Layanan penempatan dan penyaluran

Layanan ini bertujuan untuk memberikan layanan tentang berbgai hal seperti kemampuan, bakat dan minat siswa yang belum tersalurkan secara tepat.

4. Layanan pembelajaran

Layanan ini bertujuan untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya serta tuntutan kemampuan yang berguna untuk kehidupan dan pekembangannya.

5. Layanan konseling perorangan

Layanan ini dapat dipecahkan dalam berbagai masalah siswa dan dapat dilaksanakan untuk segenap masalah siswa secara perorangan.

6. Layanan bimbingan kelompok

Layanan ini memugkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik secara individu, keluarga dan masyarakat.

7. Layanan konseling kelompok

Layanan ini siswa memperoleh kesempatan untuk membahas dan menuntaskan masalah melalui dinamika kelompok.

Agar terlaksananya kegiatan bimbingan dan konseling dengan baik disekolah diperlukan kegiatan pendukung dalam kaitannya dengan kegiatan bimbingan dan konseling, menurut prayitno (1997) adalah :

(19)

2. Konferensi kasus 3. Kunjungan rumah 4. Alih tangan kasus.

B. Latar Belakang Perlunya BImbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan

Berikut akan dikemukakan beragai latar belakang perunya bimbingan dan konseling dalam pendidikan.

a. Latar belakang social budaya

Perkembangan dan perubahan social budaya sangat cepat terjadi dalam kehidupan manusia saat ini, terutama dengan adanya era globalisasi. Perkembangan dan perubahan tersebut akan mengakibtkan bertambahnya jenis pekerjaan, pendidikan, dan pola yang dituntut untuk mengisi kehidupan tersebut.

b. Latar belakang pendidikan

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peranan yang penting dalam usaha mendewasakan siswa. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar ada tiga bidang pendidikan yang satu sama lain saling berkaitan

1. Bidang pengajaran dan kurikulum 2. Bidang administrasi dan kepemimpinan 3. Bidang layanan bantuan

c. Latar belakang psikologis

Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individupenyesuaian diri serta masalah belajar. Masalah psikologis siswa dapat berupa:

1. Masalah perkembangan individu

Pada masalah ini siswa diharapkan dapat memberikan bimbingan dan arahan dalam proses perkembangan mereka.

2. Masalah perbedaan individu

Disekolah siswa dibentuk oleh lingkungan guru dan materi pelajaran yang sama, akan tetapi hasilnya berbeda, ada siswa yang cepat, lambat, dan malas dalam belajar, kentyataan ini menunjukkan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan, sebab melalui kegiatan bimbingan dan konseling perbedaan individu merupakan faktor layanan.

3. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku

Penyesuaian diri merupakan kelanjutan perubahan individu. Bila individu dapt memenuhi kebutuhan tersebut dan ditunjang oleh lingkungan yang konduksif maka individu dapatmenyesuaikan diri tanpa mengalami masalah.

(20)

Individu yang sedang belajar dipngaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dalam diri ataupun luardiri mereka. Faktor dalam maupun luar individu dapat menimbulkan masalah belajar bagi siswa.

C. Tujuan Bimbingan Dan Konseling

a. Tujuan bimbingan dan konseling untuk kepentingan sekolah b. Tujuan bimbingan dan konseling untuk siswa

c. Tujuan bimbingan dan konseling untuk guru

d. Tujuan bimbingan dan konseling untuk orang tua siswa e. Tujuan bimbingan dan konseling

D. Fungsi Bimbingan dan Konseling

1. Fungsi pemahaman

Fungsi ini merupakan landasan dari kegiatan bimbingan dan konseling 2. Fungsi pencegahan

Yaitu pelayanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan untuk menghindari individu dari permasalahan-permasalahan yang mungkin akan menimpan individu tersebut, yang identik dengan slogan kesehatan “mencegah lebih baik dari pada mengobati.

3. Fungsi pengentasan

Yaitu pelayanan yan dimanfaatkan untuk membantu individu terlepasa dari masalah yang dihadapinya

4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Yaitu pelayanan yang dapat dimanfaatkan untuk memelihara dan mengembangkan segala yang baik yang ada pada diri individu, baik berupa potensi sebagai bawaan ataupun hasil perkembangan yang diperoleh dari belajar.

5. Fungsi advokasi

Yaitu pelayanan bimbingan yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan perlindungan pada individu, terhadap tindakan yang tidak adil yang dikenakan kepada mereka, terutama perlindungan terhadap hak pendidikan anak.

E. Prinsip-prinsip Bimbingan Dan Konseling

a. Prinsip-prinsip umum

1. Sikap dan tingkah laku individu terbentuk dari aspek kepribadian yang unuk dan ruet

(21)

3. Bimbingan diusahakan untuk dapt mengarahkan individu untuk menolong diri sendiri

4. Bimbingan terpusat pada individu siswa b. Prinsip khusus yang berhubungan dengan siswa

1. Pelayan ditunjukkan untuk seluruh siwa

2. Ada kriteria tertentu untuk menentukan perioritas 3. Program bimbingan harus berpusat pada siswa c. Prinsip yang berhubungan dengan guru pebimbing

1. Guru pebimbing harus mampu melakukan tujuan sesuai dengan kemampuan 2. Guru pebimbing hendaklah dipelihara atas dasar kualifikasi pendidikan,

kepribadian, pengalaman dan kemapuan

3. Guru pebimbing harus dapat kesempatan untuk megembangkan dirinya serta keahlian melalui latihan dan penataran.

d. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan admnistrasi bimbingan 1. Bimbingan dilakukan secara berlanjut

2. Tersedianya kartu pelayan pribadi

3. Program disesuaikan dengan program sekolah

F. Azas-Azas Bimbingan Dan Konseling

a. Asas Kerahasiaan, yaitu segala sesuatu yang dibicarakan peserta didik kepada pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain.

b. Asas Kesukarelaan, yaitu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dari kedua belah pihak, baik dari peserta didik maupun pembimbing.

c. Asas Keterbukaan, yaitu Bimbingan dan Konseling dapat berhasil dengan baik jika peserta didik yang bermasalah mau menyampaikan maslah yang dihadapi kepada pembimbing dan pembimbing bersedia membantunya.

d. Asas Kekinian, yaitu masalah yang ditangani oleh Bimbingan dan Konseling adalah masalah sekarang walaupun ada kaitanya dengan masalah yang lampau dan yang akan dating. Selain itu juga hendaknya pembimbing sesegerah mungkin menangani masalah peserta didik.

e. Asas Kemandirian, yaitu Bimbingan dan Konseling membantu agar peserta didik dapat mandiri atau tidak tergantung baik kepada pembimbing atau orang lain.

(22)

g. Asas Kedinamisan, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat membantu terjadinya perubahan yang lebih baikdan mampu kearah pembaruan pada diri peserta didik.

h. Asas Keterpaduan, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat memadukan aspek kepribadian peserta didik dan proses layanan yang dilakukan.

i. Asas Kenormatifan, yaitu usaha Bimbingan dan Konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku, baik norma agama, norma adapt, norma hokum atau Negara, norma ilmu, dan norma kebiasan sehari-hari.

j. Asas Keahlian, yaitu Bimbingan dan Konseling adalah layanan professional sehingga perlu dilakukan oleh ahli yang khusus dididik untuk melakukan tugas ini.

k. Asas Ali Tangan,Bila usaha yang dilakukan telah optimal tetapi belum berhasil atau masalahnya diluar kewenangannya.

l. Asas Tutwuri Handayani, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya secara keseluruhan dapat memberikan rasa aman, mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju sesuai dengan potensinya.

BAB V

PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

A. PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling merupakan suatu program yang terintegrasi dalam keseluruhan proses pembelajaran. Kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru pembimbing bersama siswa untuk mencapai kemandirian dalam keseluruhan proses kehidupan, baik sebagai individu, anggota kelompok, keluarga atau masyarakat pada umumnya.

(23)

Bila kita teliti pengertian bimbingan dan konseling terdahulu, maka pada prinsipnya tujuan program bimbingan dan konseling secara umum dan luas di sekolah adalah untuk membantu peserta didik dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi, kehidupan yang efektif dan produktif di masyarakat, hidup bersama individu lain serta harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang ada. Tujuan program bimbingan dan konseling di sekolah tidak terbatas pada para siswa tetapi mencakup keseluruhan masyarakat sekolah pada umumnya yaitu untuk kepentingan sekolah, siswa, guru dan orang tua siswa.

B. MATERI

1. Program bimbingan dan konseling

a. Makna dan tujuan

Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rangakaian kegiatan yang terencana,terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu (Winkel, 1991). Prayitno, (2000) memberikan makna bahwa program bimbingan dan konseling (BK) adalah satuan nrencana kegiatan BK yang akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Program ini memuat unsure-unsur yang terdapat di dalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan BK dan diorientasikan kepada pencapaian tujuan kegiatan BK di sekolah. Prayitno, dkk (1997) mengingatkan bahwa program-program kegiatan BK perlu disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan yang nantinya akan merupakan wujud nyata pelayanan lansung bimbingan dan konseling terhadap siswa asuh.

Tujuan penyusunan program BK tidak lain adalah agar kegiatan BK di sekolah dapat terlaksana dengan lancar,efektif dan efisien serta hasilnya dapat dinilai. Program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan banyak keuntungan (Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja, 1996), yaitu:

a. Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha biaya dan menghindari kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan

(24)

c. Memungkinkan setiappetugas mengetahui dan memahami peranannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya secara tepat

d. Memungkinkan petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untukkepentingan para siswa yang dibimbingnya

Dari uraian di atas tergambar bahwa efektivitas pelaksanaan kegiatan bimbingan dan kinseling disekolah akan terwujud bila kegiatan tersebut didukung oleh adanya program-program yang jelas dan tersusun secara sistematis sesuai dengan kebutuhan.

b. Unsur – unsur program bimbingan dan konseling

Prayitno (2000) menjabarkan bahwa unsur-unsur yang harus diperhatikan dan menjadi program BK di sekolah adalah sebagi berikut:

a. Jumlah siswa dibimbing:

1) Guru Pembimbing : 150 orang

2) Kepala sekolah dari guru pembimbing : 40 orang 3) Wakil kepala sekolah dari guru pembimbing : 75 orang

4) Guru kelas : satu kelas

b. Kegiatan BK dilaksanakan di: 1) Dalam jam belajar sekolah

2) Luar jam belajar sekolah, maksimumnya 50% c. Unsur “BK-Pola 17”:

1) Bidang-bidang bimbingan yaitu: a) Bimbingan pribadi b) Bimbingan social c) Bimbingan belajar d) Bimbingan karier 2) Jenis-jenis layanan BK, yaitu:

a) Orientasi b) Informasi

c) Penempatan/penyaluran d) Pembelajaran

(25)

g) Konseling kelompok d. Volume kegiatan BK di sekolah:

a) Layanan orientasi : 4 – 6% b) Layanan informasi : 10 – 12 % c) Layanan penempatan penyaluran : 5 – 8% d) Layanan pembelajaran : 10 – 12% e) Layanan konseling perorangan : 5 – 8% f) Layanan bimbingan kelompok : 15 – 20% g) Layanan konseling kelompok : 12 – 15% h) Kegiatan aplikasi instrumentasi : 4 – 8% i) Kegiatan himpunan data : 0% j) Kegiatan konferensi kasus : 5 – 8% k) Kegiatan kunjungan rumah : 5 – 8% l) Kegiatan alih tangan kasus : 0 – 2%

Ada dua kegiatan pendukung yang persentase dari volume kegiatannya dapat dianggap 0% yakni kegiatan himpunan data dan kegiatan alih tangan kasus. Untuk kegiatan himpunan data artinya bahwa kegiatan itu dilaksanakan secara terus menerus tetapi persentasenya tidak dihitung,sedangkan untuk kegiatan alih tangan kasus mengandung makna bahwa sedapat-dapatnya tidak dilaksanakan, jika semua masalah peserta didik dapat ditanganioleh Guru pembimbing.

c. Penyususnan program

Program BK di sekolah meliputi:

a. Program harian, yaitu program yang akan dilaksanakan hari-hari tertentu dalam satu minggu

b. Program mingguan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu minggu dalam satu bulan

c. Program bulanan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu bulan tertentu dalam satu catur wulan

(26)

d. Pelaksanaan program

Dalam setiap program yang terimpelementasi dalam program harian diwujudkan dalam berbagai satuan layanan (SATLAN) dan satuan kegiatan pendukung (SATKUNG). SATLAN dan SATKUNG inilah yang secara langsung dilaksanakan secara tatap muka dengan siswa yang dibimbing baik secara klasikal, kelompok atau perorangan.

Pelaksanaan isi program BK selalu dikaitkan dengan lima tahap kegiatan BK, yaitu: a. Penyusunan program

b. Pelaksanaan program c. Penilaian hasil layanan d. Analisis hasil layanan e. Tindak lanjut

Penilaian hasil layanan dilakukan dengan memperhatikan prosedur penilaian hasil layanan BK, baik yang bersifat segera, penilaian jangka pendek dan penilaian jangka panjang. Guru pembimbing diharapkan melaksanakan kelima tahap tersebut dan pada setiap akhir semester Guru pembimbing melakukan penilaian menyeluruh terhadap hasil-hasil kegiatan BK yang akan dilaksanakan selama satu semester penuh.

2. Bidang dan Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

1. Bidang-bidang bimbingan

a. Bimbingan pribadi,yaitu pelayan bimbingan dan konseling yang diarahkan untuk membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yanga beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani

b. Bidang bimbingan sosial,yaitu pelayan bimbingan dan konseling yang diarahkan untuk membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan

(27)

mempersiapkan siswa untuk terjun langsung ke lapangan pekerjaan tertentu (khusus untuk SMK)

d. Bidang bimbingan karier , yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang di arahkan untuk membantu siswa untuk merencakan dan mengembangkan masa depan karier (khusus di SMU), membantu mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karier, serta mengembangkan keterampilan kejuruan dan aplikasi yang dipilhnya (khusus untuk SMK)

2. Jenis-jenis layanan BK a. Layanan orientasi

Ditujukan untuk siswa baru dan untuk pihak-pihak lain terutama orang tua siswa guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terutama penyesuaian siswa terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasukinya, di samping itu juga mempermudah penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan social, kegiatan belajar dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa.

b. Layanan informasi

Bertujuan untuk membekali individu siswa dengan berbagai pengetahuan yang dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.

c. Layanan penempatan/penyaluran

Bertujuan untuk menempatkan dan menyalurkan kemampuan, bakat dan minat siswa agar berada pada posisi dan pilihan yang tepat yaitu berkenaan dengan penjurusan,kelompok belajar, pilihan pekerjaan atau karier, kegiatan ekstra kurikuler, program latihan dan pendidikan yang lebih tinggi ssesuai dengan kondisi fisik dan psikisnya.

d. Layanan pembelajaran

(28)

e. Layanan konseling perorangan

Memungkinkan siswa mendapatka layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan mengentaskan permasalahannya.

f. Layanan bimbngan kelompok

Dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari berbagai sumber terutama dari guru pembimbing yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari

g. Layanan konseling kelompok

Memungkinkan siswa memperoleh kesempatan dalam membahas dan mengentaskan masalah y6ang dialami melalui dinamika kelompok.

3. Kaitan jenis layanan BK dengan bidang bimbingan

Ketujuh jenis layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling tersebut dalam pelaksanaannya memiliki kaitan langsung dengan bidang bimbingan yang ada. Setiap jenis layanan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan dapat dikaitkan dengan bidang bimbingan yang dikehendaki. Ketujuh jenis layanan BK di sekolah dapat diarahkan kepada bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar dan bidang bimbingan karir. Sehingga untuk semua jenis layanan terdapat 28 arah kegiatan layanan yang dapat dilakukan oleh Guru pembimbing.

C. Penyajian Materi

1. Peranan Personil Sekolah dalam Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah

(29)

1. Kepala Sekolah

Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling, tugas Kepa;la Sekolah adalah:

a. Mengkoordinir setiap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis

b. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana dan berbagai kemudahan bagi terlaksnanya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan

pelaksanaan program,penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah kepada Kanwil/kandep yang menjadi atasannya

2. Wakil Kepala Sekolah

Sebagai pembantu kepala sekolah, wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah.

3. Koordinator bimbingan dan konseling Koordinator BK bertugas:

1) Mengkoordinasikan guru pembimbing dalam:

a. Memasyarakatkan pelayanan BK kepada segenap warga sekolah (siswa,guru, dan personil lainnya), orang tua siswa dan masyarakat.

b. Menyusun program kegiatan BK c. Melaksanakan program BK

d. Mengadministrasikan program kegiatan BK e. Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan BK f. Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan BK

g. Memberikan tindaklanjut terhadap analisis penilaian BK

2) Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi terpenuhinya tenaga,prasarana, dan sarana perlengkapan pelayanan BK

4. Guru pembimbing

Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, guru pembimbing bertugas: a. Memasyarakatkan pelayanan BK

(30)

program tersebut dikemas dalam program mingguan, bulanan, semester dan tahunan).

c. Melaksanakan segenap program satuan layanan BK

d. Melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung BK

e. Menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung BK

f. Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung BK

g. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung BK

h. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan

i. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatannya dalampelayanan BK secara menyeluruh kepada coordinator BK serta kepala sekolah

5. Guru mata pelajaran dan guru praktik

Peranan guru mata pelajaran dan guru praktik dalam pelayanan BK adalah: a. Membantu memasyarakatkan pelayanan BK kepada siswa

b. Membantu guru pembimbing mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan BK serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut

c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan BK kepada guru pembimbing

d. Menerima alih tangan dari guru pembimbing e. Membantu mengembangkan suasana kelas

h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan BK upaya tindak lanjutnya

6. Wali kelas

Sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan BK wali kelas berperan:

a. Membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnyadi kelas yang menjadi tanggung jawabnya

b. Membantu guru mata pelajaran melaksanakn peranannya dalam pelayanan BK c. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa untuk

mengikuti / menjalani dan atau kegiatan BK

(31)

e. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan BK kepada guru pembimbing

Manajemen pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ditunjang oleh adanya organisasi, para pelaksana, program pelayanan dan operasional pelaksanaan bimbingan dan konseling. Organisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi segenap unsur yang ada dengan organisasi berikut :

2. Peranan guru dalam program Bimbingan dan Konseling di sekolah

Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci di dalam keseluruhan proses pendidikan, terutama dalam pendidikan formal bahkan dalam keseluruhan pembangunan masyarakat pda umumnya. Winarno Surakhmad (1969 : 1) menyatakan bahwa semakin sungguh-sungguh suatu pemerintahan dalam membangun negaranya, makin menjadi urgent kedudukan guru.

Peranan yang sedemikian itu akan semakin tampak jika dikaitkan dengan kebijaksanaan dan program pembangunan dalam pendidikan dewasa ini, yaitu yang berkenaan dengan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, yang diarahkan kepada peningkatan mutu lulusan atau hasil pendidikan itu sendiri. Dalam keadaan semacam itu, guru sudah seharusnya memiliki kualifikasi sesuai dengan bidang tugasnya.

Guru bukan hanya sekedar penyampai pelajaran, bukan pula sebagai penerap metode mengajar, melainkan guru adalah pribadinya, yaitu keseluruhan penampilan serta perwujudan dirinya dalam berinteraksi dengan siswa. H. W. Bernard (1961:127-128) menyatakan bahwa pribadi guru lebih dari apa yang diucapkan dan metode yang digunakannya yang menetukan kadar dan arah pertumbuhan siswa. Beliau juga mengemukakan bahwa banyak penelitian yang menyatakan adanya akibat langsung pribadi guru terhadap tingkah laku siswa.

(32)

tingkah laku yang merupakan ciri-ciri jabatan guru yang harus dilakukan guu dalam tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Guru yang dianggap baik ialah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya, artinya dapat menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakat.

1. Guru sebagai mediator kebudayaan

Guru merupakan seorang perantara di dalam suatu proses pewarisan kebudayaan. Beberapa keterampilan dan kecakapan yang merupakan aspek kebudayaan seperti: bahasa, ilmu pengetahuan, keterampilan sosial, sikap dan sebagainya diterima oleh anak dengan perantaraan guru. Dalam peranannya sebagai seorang mediator kebudayaan maka seorang guru harus sanggup memberikan, mengajarkan dan membimbing berbagai ilmu pengetahuan,keterampilan dan sikap kepada peserta didiknya. Seorang guru harus mampu membimbing peserta didiknya dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan kebudayaannya. Perkembangan kebudayaan itu sendiri sering kali menimbulkan masalah-msalah bagi murid-murid, terutama masalah penyesuaian diri dan masalah pemilihan. Untuk itu hendaknya guru mampu memberikn bantuan kepada peserta didiknya dalam melakukan penyesuaian diri kepada unsure-unsur kebudayaan.

2. Guru sebagai mediator dalam belajar

Guru bertindak sebagai perantara dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Guru lah yang menyelenggarakan pembelajaran peserta didik dan guru harus bertanggung jawab akan hasil pembelajran itu, melaluia proses interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor penting yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar, di samping menguasai materi yang akan di ajarkan dan guru juga harus mampu menciptakan suasana belajar yang sebaik-baiknya.

3. Guru sebagai pembimbing

(33)

peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi peserta didik, antara lain aspek kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan,sikap dan sebagainya, supaya kepada mereka ini dapat diberikan bantuan dalam mencapai tngkat kedewasaan optimal. Hal ini mengandung arti bahwa guru pun turut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

Sebagai seorang petugas bmbingan, guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan murid-murid yang menjadi peserta didikya. Guru harus paling banyak dan sering berhubungan dengan murid-muridnya,terutama dalam kegiatan-kegiatan kurikuler. Jadi, tugas guru tidak hanya terbatas dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada murid-muridnya, tetapi guru juga bertanggung jawab untuk membantu dan mengawasi peserta didiknya. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, maka seorang guru harus :

a. Mengumpulkan data tentang murid

b. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari c. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus

d. Mengadakan interaksi dengan orang tua murid, baik secara individual maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam pandidikan anak e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk

membantu memecahkan masalah murid.

f. Membuat cacatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok maupun individual

h. Bekerja sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah murid

i. Bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya menyusun program bimbingan sekolah

j. Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.

4. Guru sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat

Ini berarti bahwa kelancaran hubungan antara sekolah dan masyarakat merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Lancar tidaknya hubungan tersebut tergantung pada tingkat kemampuan guru dalam memainkan peranan ini. Dalam peranan itu, guru seharusnya mampu :

(34)

c. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antara sekolah dan masyarakat khususnya dengan orang tua murid

d. Bekerja sama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan

e. Meyelenggarakan hubungan yang sebaik-baiknya antara sekolah dengan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan pendidikan.

f. Guru merupakan suara sekolah di masyarakat dan suara masyarakat di sekolah

5. Guru sebagai penegak disiplin

Dalam peranan ini guru harus menegakkan disiplin baik di dalam maupun di luar kelas. Guru harus menjadi teladan bagi terlaksananya suatu disiplin. Guru harus membimbing murid agar menjadi warga sekolah dan masyarakat yang berdisiplin. Guru harus menyiapkan murid-muridnya sebagai calon anggota masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai masyarakat. Dalam peranan inilah seorang guru harus mencerminkan suatu tingkah laku sebagai anggota masyarakat yang dapat “digugu dand itiru” oleh segenp pesertadidik dengan penuh kesadaran.

6. Guru sebagai administrator dan manager kelas

Sebagai administrator, tugas seorang guru harus dapat menyelenggarakan program pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berbagai aspek yang menyangkut kelacaran jalannya pendidikan merupakan tanggung jawab guru. Guru harus mengambil bagian dalam hal perencanaan kegiatan pendidikan (planning), mengatur dan menyusun berbagai aspek dalam pendidikan (organizing), mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam pendidikan (directing), melaksanakan segala rencana dan kebijakan pendidikana (actuating), merencanakan dan menyusun biaya (budgeting), dan mengawasi serta menilai kegiatan-kegiatan pendidikan (controlling dan evaluating).

(35)

harus mengatur dan mengkoordinir jalannya program pendidikan agar memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.

7. Guru sebagai anggota suatu profesi

Suatu profesi adalah jabatan yang mempunyai kualifikasi tertentu. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi berarti bahwa guru merupakan seorang yang ahli. Keahlian tersebut tidak dapat dilakukan oleh ahli-ahli atau pejabat-pejabat lain yang tidak memperoleh dasar pendidikan keahlian tersebut. Sebagai anggota suatu profesi, maka guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan tertentu yaitu keterampilan keguruan. Kemampuan untuk membimbing murid, merupakan salah satu aspek keterampilan profesi keguruan. Di samping itu, seorang guru harus menunjukkan, mempertahankan serta mengembangkan keahlian itu.

Peranan guru tidak hanya terbatas dalam kegiatan dalam kelas atau pengajaran saja, akan tetapi lebih luas dari itu. Guru memiliki peranan yang besar dalam mendewasakan murid-muridnya dengan berbagai cara. Salah satu diantaranya melalui partisipasi dalam program bimbingan dan konseling di sekolah.

3. Kerja sama Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas dan Guru Pembimbing

Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru dan guru pembimbing demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tuidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan,sebaliknya, layanan bimbingan di sekolah memerlukan dukungan atau bantuan guru. Dukungan atau bantuan tersebut trutama dari guru mata pelajaran dan wali kelas. Ada beberapa pertimbangan mengapa guru juga harus melaksanakan kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, Rahman Natawidjaya dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Millen yang mengatakan :

(36)

b. Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan menggangu kelancaran kegiatan kelas. Guru berkesempatan luas untuk mengadakan pengamatan terhadap siswa yang diperkirakan memiliki masalah. Dengan demikian, masalah itu dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga siswa dapat belajar dengan baik tanpa dibebani suatu masalah

c. Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan secara lebih nyata. Guru memiliki kesempatan terjadwal untuk bertatap muka dengan para siswa, maka ia akan memperoleh informasi yang lebih banyak tentang keadaan siswa maupun kelebihan dan kekurangannya.

Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif jika guru dapat bekerja sama dengan pembimbing sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatsan dari kedua pihak (guru pembimbing) menuntut adanya kerja sama itu

Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, guru pembimbing perlu menghadirkan guru atau pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Kegiatan semacam ini disebut konferensi kasus (case conference). Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah, dikoordinasikan oleh guru pembimbing. Pelaksanaan kegiatan bimbingan oleh para guru tidak lepas begitu saja,tetapi dipantau oleh guru pembimbing.

Kerja sama guru pembimbing dengan wali kelas sebagai pengelola kelas tentu angat erat dan besar sekali. Terutama membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, wali kelas membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

4. Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua siswa

(37)

informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar pihak sekolah dan orang tua siswa dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa.

Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti :

1. Kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal sekali dalam satu semester), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor.

2. Sekolah memberikan informasi kepada orang tua (boleh melalui surat) tentang kemajuan belajar dan atau masalah siswa.

(38)

BAB VI

ADMINISTRASI PENDIDIKAN A. PENDAHULUAN

Administrasi pendidikan merupakan sub sistem dari sistem pendidikan di sekolah yang bertujuan menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Komponen utama dalam sistem pendidikan yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah guru. Oleh karena itu, guru juga mempunyai peranan penting untuk melaksanakan fungsi administrasi seperti melakukan perencanaan program-program sekolah, perencanaan kemajuan sekolah, perencanaan sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan, perencanaan hubungan sekolah denga masyarakat. Setiap kegiatan di sekolah perlu pengaturan dan penataan untuk itulah administrasi pendidikan diperlukan.

B. Uraian materi

1. Pengertian Administrasi Pendidikan

Gie (1992) mengemukakan administrasi berasal dari bahasa latin ad dan ministrate yang artinya melayani, membantu, menunjang, pencapaian tujuan sehingga bebar-benar tercapai. Jadi administrasi menurut Gie (1992) adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Siagian (1986) medifinisikan administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antaraa dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasional tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Nurhadi (1983) mengartikan administrasi sebagai suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien.

(39)

kelas satu sekolah menengah pertama, misalnya, lebih mudah dirumuskan dan dicapai dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa, atau tujuan pendidikan nasional. Jika tujuan itu kompleks, maka cara mencapai tujuan itu juga kompleks, dan seringkali tujuan yang demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sama dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya.

Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemanduan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biaya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.

Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam sautu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.

Keempat, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen. Jika administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapain tujuan itu tidak terjadi pemborosan. Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia, uang, sarana, dan prasarana maupun waktu.

Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Yaitu proses untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk bekerja lebih giat kearah pencapaian tujuan.

(40)

lain mengerti apa yang kita maksudkan dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu.

Kedelapan, administrasi seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegaitan ketatausahaan yang intinya dalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.

2. Fungsi Administrasi Pendidikan

Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalam konteks sekolah perlu dimulai dari tinjauan tentang tujuan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh adanya prinsip bahwa pada dasarnya kegiatan amdinistrasi pendidikan dimaksudkan untuk pencapaian tujuan pendidikan itu.

a. Perencanaan

Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber manusia, material, uang, dan waktu.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personal sekolah lainya) serta mengalokasikan prasarana dan saran untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjadi tercapainya tujuan sekolah itu.

c. Pengarahan

(41)

structural maupun fungsional, agar setiap kegiatan dilakukan nantinya tidak terlepas dari usaha pencapaian tujuan pendidikan.

d. Pengkoordinasian

Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit di sekolah agar kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah.

3. Tujuan Administrasi Pendidikan

Tujuan administrasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelnggaraan operasional pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan administrasi pendidikan di sekolah dapat dibedakan: a. Tujuan jangka pendek

Agar tersusun dan terlaksanaanya suatu sistem pengelolaan instrumental dari proses pendidikan guna mencapai hal-hal yang menjadi tujuan dari pelaksanaan pendidikan di sekolah secara efektif..

b. Tujuan jangka menengah

Menunjang tercapainya tujuan institusional masing-masing jenis dan jenjang pendidikan seperti digariskan oleh kurikulum.

c. Tujuan jangka panjang

Untuk menunjang tecapainya tujuan pendidikan nasional seperti yang digariskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan.

4. Bidang Garapan Administrasi Pendidikan

Bidang Garapan Administrasi Pendidikan antara lain : a. Bidang kurikulum

b. Bidang kesiswaan

(42)

g. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat h. Bidang layanan khusus

BAB VII

ADMINISTRASI KURIKULUM DAN KESISWAAN

A. Pendahuluan

Pada bagian ini akan dibahas pengertian perencanaa , pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum serta peranan guru dalam administrasi kurikulum. Pentingnya materi ini dikemukakan, menggigat setiap lembaga pendidikan formal selalu meme penrlukan kurikulum. Kurikulum bagi lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai pedoman dan acuan dalam penyelengaraan kegiatan di lembaga tersebut. Oleh karena itu pemahaman tentangkurikulum akan sangat membantu para calon guru/pendidikdalam pelaksanaan tugas di lapangan nantinya.

B. Materi

1. Administrari Kurikulum

a. Pengertian kurikulum

Kurikulum dapat diartikan secara sempit dan secara luas. Secara sempit kurikulum dapat diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus diikuti atau diambil siswa untuk dapat menamatkan pendidkannya pada lembaga pendidikan tertentu, sedangkan secara luas kurkulum diartikan dengan semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu.

(43)

dengan fungsi-fungsi pengelolaan pada umumnya yang terdiri dari fungsi perencanaan, pengoorganisasin, pengkoordinasian, pengawasan dan penelitian.

b. Perencanaan dan Pengembangan kurikulum

1. Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum yang dilakukan oleh departemen pendidikan nasional ditingkat pusat meliputi hal-hal berikut:

A. Penyusunan kurikulum dan kelengkapannya terdiri dari: a. landasan, program dan pengembangan kurikulum b. Garis-garis besar program pengajaran

c. Pedoman pelaksanaan kurikulum

B. Penyusunan program teknis pelaksanaan kurikulum seperti pedoman penyusunan kalender pendidikan, pembegian tugas guru, penyusunan jadwal pelajaran, penyusunan program pengajaran dan pedoman penyususunan persiapan acara pengajaran.

2. Pengembangan Kurikulum

Kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan kurikulum antara lain: a. Bahan Pembahasan materi kurikulum

b. Penambahan mata pelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah Prosedur akademik dalam penambahan mata pelajaran disekolah adalah: 1. Harus ada pengkajian secara mendalam dari aspek filsafat, sosiologis,

kebutuhan masyarakat dan kecocokannya dengan tingkat perkembangan anak.

2. Harus memenuhi prinsip- prinsip pembinaan dan pengembangan kurikulum yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, kontinuitas, fleksibelitas.

3. Penjabaran dan penambahan bahan kajian mata pelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang

Wilayah Tugas Managemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran dan Guru Pembimbing melalui Pelayanan Bimbingan dan. Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal 132

CV adalah suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki. oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama

counselor yakni yang bertugas sebagai guru bidang studi dan juga sebagai guru bimbingan konseling (Konselor) terhadap kegiatan layanan bimbingan dan konseling di MTs Negeri

1) Konseling merupakan kegiatan yang sangat penting dalam keseluruhan program bimbingan di sekolah, atau merupakan bagian integral dengan bimbingan. 2)

Peran guru PAI dalam bimbingan konseling mencakup pada kegiatan bimbingan yang bersifat keagamaan saja, misalnya pada kegiatan Istighosah atau Do‟a bersama sebelum

Dari beberapa literatur di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya guru pendidikan agama Islam adalah orang yang secara sadar melakukan kegiatan bimbingan,

Oleh karena itu dalam rangka menyiapkan tenaga kependidikan (guru pembimbing) yang profesional tersebut program studi bimbingan dan konseling membawa mahasiswa